Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

VOL.

1 APRIL (2018) : 7-13


p-ISSN: 2621-1203 e-ISSN: 2621-1211

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK
TALK WRITE.

Astrid Chandra Sari 1


Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri, astridchandra05@unugiri.ac.id1
Received : 15 Maret 2018, Accepted : 1 April 2018, © Mathematics Education Unugiri 2018

Abstract
The purpose of this research are to know whether the average problem solving abilities matematis of students
who were taught using Think Talk write learning model can achieve exhaustiveness learning and whether the average
problem solving abilities matematis of students who were taught using Think Talk write learning model are better than
average the average problem solving ability of students who were taught using the learning model of konvensional.
The population in this research is VII grade students of SMP N 1 Klambu. By random sampling technique obtained
two classes as a research sample, namely class VIIC as the experimental class and class VII B as the control class.
The data was collected by the documentation methods, test methods and observation methods. Based on the analysis
of research results is known that 83,3% of students who were taught using Think Talk write learning model can achieve
exhaustiveness learning. In addition, there are significant differences between the average problem solving abilities
matematis of students who were taught using the learning model of Think Talk write with students who are taught
using the learning model of konvensional. From the above description it can be concluded that the application of Think
Talk write learning model is effective towards problem solving ability matematis of VII grade students of SMP N 1
Klambu at the material quadrilateral.

Keywords: Problem solving ability matematis, Think Talk Write.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Talk write dapat mencapai ketuntasan belajar dan apakah rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Talk write
lebih baik daripada rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP N 1 Klambu. Dengan
teknik random sampling diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII B sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, metode tes dan metode
observasi. Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui bahwa 83,3% siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Think Talk write mencapai ketuntasan belajar. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Talk write
dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk write efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas VII SMP N 1 Klambu pada materi segiempat.

Kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Think Talk Write.

1. Pendahuluan Keberhasilan suatu proses pengajaran


Pendidikan sebagai proses yang matematika di samping tergantung pada
berlangsung secara dinamis selalu berkembang kemampuan pengajar dalam mengajar juga
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. tergantung pada siswa. Misalnya, bagaimana
7
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
kemampuan pemecahan masalah matematis memahami permasalahan terlebih dahulu,
siswa untuk menyelesaikan sebuah soal. Pada kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi
kenyataannya sebagian besar siswa mempunyai kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan
tingkat perhatian dan kemampuan pemahaman bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya
yang berbeda terhadap pelajaran matematika. [1]. Selain itu model pembelajaran Think Talk
Mungkin pada dasarnya siswa mengetahui write dapat diterapkan pada siswa kelas yang
maksud dan tujuan dari pembelajaran sedang mengalami peralihan, siswa yang
matematika, serta memahami materi, namun kebanyakan belum mandiri dan tidak
karena matematika bersifat abstrak serta mempunyai kemampuan percaya diri, padahal
monoton kebanyakan siswa kesulitan jika harus siswa harus siap menerima materi-materi yang
menuliskan sendiri gagasan dan pemikiran- baru.
pemikiran mereka sendiri. Ini diperkuat dengan Model pembelajaran Think Talk write
rendahnya nilai ulangan harian dan tengah merupakan suatu model pembelajaran untuk
semester mata pelajaran matematika. melatih ketrampilan siswa dalam berbicara dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan menulis. Menekankan perlunya siswa
salah satu guru matematika kelas VII di SMP N mengomunikasikan hasil pemikiran
1 Klambu, dapat diketahui bahwa siswa matematikanya. Model pembelajaran Think
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Talk write diperkenalkan oleh Huinker. Model
soal-soal bertipe pemecahan masalah matematis pembelajaran ini menekankan perlunya siswa
dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari mengkomunikasikan hasil pemikiran
ke model matematika, terutama pada materi matematikanya. Model pembelajaran ini
yang bersifat abstrak seperti materi segiempat. diawali dengan siswa membaca dan mencoba
Dari nilai ulangan peserta didik pada materi memahami masalah yang diberikan, diikuti
segiempat, tercatat rata-rata keseluruhan dari 5 dengan pemikiran selesaian dari suatu masalah
kelas hanya 53% siswa yang mencapai Kriteria matematika yang diberikan, kemudian diikuti
Ketuntasan Minimal. Berdasarkan hal tersebut, dengan siswa mengkomunikasikan selesaian
dapat disimpulkan bahwa siswa sulit yang diperolehnya, dan akhirnya melalui
memahami konsep-konsep matematika karena diskusi serta negosiasi, siswa dapat menuliskan
konsep-konsep matematika tersebut bersifat kembali hasil dari pemikirannya tersebut [3].
abstrak. Selain itu interaksi dalam proses Setiap kegiatan belajar, pasti
pembelajaran masih rendah, kebanyakan siswa mempunyai tujuan yang ingin dicapai atau ada
tidak mau bertanya apabila ada materi yang hasilnya. Jika kita belajar matematika maka kita
belum sepenuhnya mengerti, sehingga pengajar akan mendapatkan hasil dari belajar
sulit memahami kemampuan pemecahan metematika. Hasil belajar matematika dapat
masalah matematis siswa terhadap konsep meliputi aspek kognitif, afektif, dan
matematika yang mereka pelajari. psikomotorik. Hasil belajar kognitif diperoleh
Berkaitan dengan uraian di atas, maka dari tes. Sampai saat ini hasil tes matematika
perlu dilakukan perubahan dalam model siswa masih relatif sangat rendah. Banyak hal
pembelajaran model pembelajaran matematika, yang melatarbelakangi masalah tersebut,
diharapkan model tersebut dapat menjadi misalnya matematika sulit karena banyak
wadah bagi siswa dan dapat membantu siswa rumus, sulit untuk dipahami, dan lain-lain.
sehingga siswa mampu memecahkan masalah Begitu juga dengan materi segiempat, siswa
dan dapat memberikan hasil belajar yang masih sulit memahami sifat-sifat segiempat.
memuaskan. Salah satu wadah yang sesuai Untuk mengatasi masalah-masalah diatas,
adalah penggunaan model pembelajaran Think diterapkan model pembelajaran Think Talk
Talk Write. Belajar dalam model pembelajaran write yang diduga dapat meningkatkan rata-rata
Think Talk write memberikan kesempatan hasil belajar siswa. Dengan model
kepada siswa untuk memulai belajar dengan pembelajaran Think Talk write siswa dapat

8
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengganggu [2]. Desain penelitian tersebut
mengkomunikasikan pemikirannya, dan dapat ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini.
menuliskan diskusinya sehingga siswa lebih
memahami konsep yang diajarkan dan Tabel 1. Desain Penelitian
membuat siswa terbiasa mengkomunikasikan Kelompok Perlakuan Tes
ide-ide secara lisan maupun tulisan dalam
rangka memecahkan suatu masalah Eksperimen Pembelajaran Tes
matematika.
dengan objektif
Dari penjelasan di atas, muncul
permasalahan: (1) apakah rata-rata kemampuan menggunakan
pemecahan masalah matematis siswa yang model
diajar menggunakan model pembelajaran Think pembelajaran
Talk write dapat mencapai ketuntasan belajar?, Think Talk Write.
(2) apakah rata-rata kemampuan pemecahan Kontrol Pembelajaran Tes
masalah matematis siswa yang diajar dengan model objektif
menggunakan model pembelajaran Think Talk
pembelajaran
write lebih baik daripada rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang konvensional.
diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional? Menurut Arikunto [2] sampel adalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk Pengambilan sampel dalam penelitian ini
mengetahui keefektifan model pembelajaran menggunakan tekhnik cluster random
Think Talk write dalam mencapai ketuntasan sampling. Dalam hal ini dipilih 2 kelas sebagai
belajar siswa dan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yaitu kelas VII C sebagai
rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas
matematis siswa yang diajar menggunakan kontrol. Kelompok kelas eksperimen dikenai
model pembelajaran Think Talk write lebih baik model pembelajaran Think Talk write dan pada
daripada siswa yang diajar menggunakan model kelompok kelas kontrol dikenai model
pembelajaran konvensional. pembelajaran konvensional. Selain itu dipilih
satu kelas lagi yaitu kelas VII D sebagai kelas
2. Metode Penelitian uji coba yaitu kelas yang telah mendapatkan
Populasi adalah keseluruhan subyek materi yang digunakan saat penelitian.
penelitian [2]. Populasi dalam penelitian ini Menurut Sukestiyarno [4] variabel
adalah siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri adalah suatu karakteristik dari suatu objek yang
1 Klambu kabupaten Grobogan, terdiri dari 5 nilainya untuk tiap objek bervariasi dan dapat
kelas yaitu VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII diamati atau dihitung, atau diukur. Sesuai
E. Pada penelitian ini peneliti menerapkan dengan permasalahan yang sudah dirumuskan,
metode eksperimen, yang dengan cara ini maka variabel dalam penelitian ini adalah nilai
peneliti sengaja menimbulkan suatu kejadian kemampuan pemecahan masalah matematis
atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana siswa. Teknik pengambilan data dalam
akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen adalah penelitian ini menggunakan metode
suatu cara untuk mencari hubungan sebab dokumentasi, metode tes dan metode observasi.
akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang Penelitian ini diawali dengan
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan pelaksanaan pembelajaran pada kedua
mengeliminasi atau mengurangi atau kelompok dengan materi segiempat yang
menyisihkan faktor-faktor lain yang dibatasi oleh keliling dan luas jajargenjang,
persegi panjang, dan persegi. Dalam
penyampaian materi tersebut kedua kelompok
9
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
dikenai model pembelajaran yang berbeda,
yakni model pembelajaran Think Talk write
dengan pada kelompok eksperimen dan model
pembelajaran konvensional pada kelompok
kontrol. Pada akhir pembelajaran, kedua
kelompok dilakukan tes untuk mengetahui hasil
belajar aspek kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Tes dilakukan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan soal
dan bobot yang sama. Soal evaluasi tersebut
adalah tes tertulis berbentuk uraian sebanyak 7
butir soal dengan alokasi waktu 80 menit. Soal
evaluasi yang digunakan adalah soal yang telah Gambar 1. Proses pembelajaran Think Talk Write
diujicobakan pada kelas uji coba sebelumnya
dengan mengambil soal-soal yang valid, Pada rencana pelaksanaan pembelajaran
reliabel dan daya pembedanya signifikan. Pada tahap think ditunjukan pada saat siswa
akhir pembelajaran setelah diadakan penelitian mengerjakan LKS yang telah diberikan, karena
dilakukan serangkaian pengujian untuk menguji dalam tahap ini siswa secara individu
hipotesis. memikirkan kemungkinan jawaban (strategi
penyelesaian), membuat catatan kecil tentang
3. Hasil dan Pembahasan ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal
Berdasarkan analisis data awal yang tidak dipahaminya sesuai dengan
penelitian, menunjukkan bahwa kelompok bahasanya sendiri. Kemudian tahap talk
eksperimen dan kelompok kontrol berangkat ditunjukan pada saat siswa berdiskusi tentang
dari kondisi awal yang sama, yaitu setelah LKS yang sebelumnya sudah dikerjakan pada
diadakan uji normalitas dan uji homogenitas tahap think. Pada tahap ini siswa diberi
yang menunjukkan bahwa kedua sampel kesempatan untuk membicarakan tentang
berdistribusi normal dan tidak ada perbedaan penyelidikannya pada tahap pertama. Pada
varians yang signifikan, serta uji kesamaan dua tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta
rata-rata yang menunjukkan bahwa kedua menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam
sampel mempunyai kesepadanan. Selanjutnya kegiatan diskusi kelompok. Selanjutnya pada
masing-masing kelas sampel diberikan tahap ketiga yaitu write ditunjukan ketika siswa
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen menuliskan sendiri hasil yang diperoleh pada
dikenai pembelajaran dengan model tahap sebelumnya. Tulisan ini terdiri atas
pembelajaran Think Talk Write, sedangkan landasan konsep yang digunakan, keterkaitan
kelas kontrol dikenai model pembelajaran dengan materi sebelumnya, strategi
konvensional. penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya.
Pembelajaran yang dilaksanakan Setelah kedua kelompok diberikan
berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran perlakuan yang berbeda, model pembelajaran
yang dibuat. Pada kelas eksperimen yang diberi Think Talk write pada kelas eksperimen dan
perlakuan dengan model pembelajaran Think model konvensional pada kelas kontrol. kedua
Talk write rencana pembelajran yang dibuat kelompok tersebut diberikan tes kemampuan
sudah memenuhi sintak atau alur dari pemecahan masalah. Pada sebelumnya soal tes
pembelajaran Think Talk Write, salah satunya kemampuan pemecahan masalah matematis
ditunjukan pada rencana pembelajaran, seperti siswa tersebut telah diuji coba pada kelas uji
gambar 1 berikut. coba, dari 10 soal uraian yang diujikan hanya 7
soal uraian yang digunakan. Dalam hal ini
peneliti tidak menggunakan 3 soal uraian yang
dibuang karena hasil uji validitas menyatakan
10
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
bahwa ketiga soal uraian tersebut tidak valid, siswa pada fase kedua tadi. Fase ketiga ini dapat
selain itu peneliti juga memertimbangkan waktu kita lihat seperti pada gambar 4.
yang digunakan agar lebih efektif.
Salah satu soal yang digunakan dalam
tes kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa ditunjukan pada gambar 2 berikut.

Gambar 3. Memahami masalah

Gambar 2. Soal tes kemampuan pemecahan masalah


matematis siswa

Sebuah soal dapat dikatakan sebagai


soal pemecahan masalah jika memenuhi
beberapa fase, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, dan melakukan
pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan.
Jadi soal di atas dapat dikategorikan soal
pemecahan masalah dengan melihat hasil dari
pengerjaan soal tersebut, hal itu dapat kita lihat
pada gambar berikut. Gambar 4. Menyelesaikan masalah sesuai rencana.
Fase pertama yaitu, memahami masalah.
Sepertihalnya gambar 3 di bawah ini, dimana Kemudian fase terakhir yaitu,
siswa mengidentifikasi sebuah permasalahan melakukan pengecekan kembali terhadap
yang diberikan dalam sebuah soal. Disini siswa semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase
menentukan apa permasalahan yang ditanyakan ini menunjukan apakah siswa melakukan
dan bagaimana pemecahan masalah yang pengecekan kembali terhadap jawaban
diharapkan. selesaian masalah yang siswa kerjakan. Fase ini
Fase kedua yaitu, merencanakan dapat dilihat pada bagian saat siswa
penyelesaian. Pada fase ini tidak dapat memperjelas maksud dan tujuan awal
dibuktikan secara langsung dengan cara menyelesaikan soal tersebut. Hal ini seperti
melihatnya. Fase ini nampak pada tahap-tahap yang terlihat pada gambar 5.
atau strategi yang siswa pilih untuk Sebelum hasil dari tes kemampuan
menyelesaikan masalah tersebut. pemecahan masalah matematis siswa kelas
Barulah pada fase ketiga yaitu, kontrol dan kelas eksperimen digunakan untuk
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dapat menjawab hipotesis penelitian, terlebih dahulu
dilihat secara jelas strategi yang dipikirkan hasil dari tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa tersebut diadakan uji
11
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
normalitas, dan uji homogenitas. Kemudian berpikir secara mandiri maslah yang harus
setelah itu barulah hasil tes kemampuan diselesaikan serta strategi apa yang digunakan
pemecahan masalah matematis tersebut dalam memecahkan masalah tersebut.
digunakan untuk menjawab hipotesis, yaitu Kemudian pada tahap ke dua yaitu Talk, siswa
dengan melakukan uji ketuntasan belajar dan uji diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan
perbedaan dua rata-rata. mengemukakan pendapat dari hasil pemikiran
siswa sendiri, barulah pada tahap Write, siswa
dapat leluasa menuliskan sendiri hasil dari
pemikiran serta diskusi-diskusi yang telah
dilakukan dalam pembelajaran.
Dengan pembelajaran Think Talk write
yang dilakukan secara bertahap dari hari kehari
diharapkan dapat melatih siswa agar siap
Gambar 5. Melakukan pengecekan kembali menghadapi dan dapat menyelesaikan soal
pemecahan masalah dengan berbagai strategi.
Hasil uji ketuntasan pembelajaran kelas Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga
eksperimen adalah rata-rata skor tes hari untuk melakukan pembelajaran tersebut.
kemampuan pemecahan masalah matematis Seperti apa yang dikemukakan oleh
kelompok eksperimen lebih dari atau sama Ansari [1] bahwa belajar dalam model
dengan 85% dengan KKM 75. Sedangkan hasil pembelajaran Think Talk write memberikan
dari uji perbedaan dua rata-rata menunjukkan kesempatan kepada siswa untuk memulai
bahwa rata-rata skor tes kemampuan belajar dengan memahami permasalahan
pemecahan masalah matematis kelas terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif
eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, dalam diskusi kelompok, dan akhirnya
berarti rata-rata skor tes kemampuan menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar
pemecahan masalah matematis siswa dengan yang diperolehnya.
pembelajaran Think Talk write lebih baik dari Hal tersebut sesui dengan teori piaget
pembelajaran konvensional. yang menjelaskan bahwa tiga prinsip utama
Dari uraian diatas, hasil belajar siswa pembelajaran, yaitu belajar aktif (think), belajar
kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil lewat interaksi sosial (talk), dan belajar lewat
belajar kelas kontrol. Hal itu dikarenakan pada pengalaman sendiri (write). Selain itu beberapa
pembelajaran kelas eksperimen proses teori juga mendasari keberhasilan model
pembelajaran menggunakan model pembelajaran ini, yaitu teori belajar vygotsky
pembelajaran Think Talk Write. Pada awal dan teori thorndike.
penelitian ini dijelaskan bahwa metode
penelitian menggunakan sistem random 4. Kesimpulan
sampling, yaitu dengan mengambil sampel dari Dari pengujian didapat 35 siswa dari 42
populasi yang ada, dengan begitu dapat siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
dijelaskan bahwa keberhasilan menggunakan dengan KKM 75. Hasil uji ketuntasan belajar
model pembelajaran Think Talk write dapat menyatakan bahwa 83,3% siwa telah mencapai
berlaku disetian kelas dalam populasi. ketuntasan belajar. Artinya kemampuan
Model pembelajaran Think Talk write pemecahan masalah matematis siswa dengan
yang digunakan dapat memberikan hasil belajar model pembelajaran Think Talk write telah
yang baik bagi siswa, salah satunya digunakan mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya dari
dalam pembelajaran yang mengajarkan perhitungan didapat rata-rata kemampuan
perlunya siswa menyelesaikan soal pemecahan pemecahan masalah matematis siswa kelas
masalah, dikarenakan pada pembelajaran ini eksperimen adalah 84 dan untuk kelas kontrol
siswa melaluai beberapa tahap. Tahap pertama adalah 78. Pada hasil uji perbedaan rata-rata
yaitu Think, dimana siswa dituntut untuk
12
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
kemampuan pemecahan masalah matematis Ucapan Terima Kasih
siswa, siswa yang mendapat pembelajaran 1. Dr. Mulyono M. Si sebagai dosen
dengan model pembelajaran Think Talk write pembimbing I
berbeda secara signifikan bila dibandingkan 2. Drs. Darmo sebagai dosen pembimbing II
dengan rata-rata kemampuan pemecahan Atas bimbingan beliau, peneliti dapat
masalah matematis siswa yang mendapat model menyelesaikan penelitian dan penulisan artikel
pembelajaran konvensional. Hal ini ilmiah ini.
menunjukkan penerapan model pembelajaran
Think Talk write pada materi segiempat Referensi
(keliling dan luas jajargenjang, persegi panjang, [1] Ansari, B. Menumbuh-kembangkan
dan persegi) kelas VII SMP Negeri 1 Klambu Kemampuan Pemahaman dan
lebih baik digunakan daripada model Komunikasi Matematik Siswa SMU
pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil Melalui Strategi Think-Talk-Write.
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa model Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:
pembelajaran Think Talk write terbukti efektif Program Pascasarjana UPI Bandung.
digunakan dalam pembelajaran materi pokok (2004).
segiempat khususnya keliling dan luas [2] Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu
jajargenjang, persegi panjang, dan persegi pada Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
aspek kemampuan pemecahan masalah Cipta. (2006).
matematis siswa. Selain itu pada pembelajaran [3] Soedjoko, E. Strategi “Think-Talk-Write”
Think Talk write siswa juga terlibat interaktif dengan tugas-tugas memaca untuk
dalam pembelajaran. Siswa bekerjasama dan meningkatkan kemampuan pemecahan
berdiskusi dalam mengerjakan lembar kerja masalah matematika. Makalah disajikan
siswa. Setiap siswa berusaha melaksanakan dalam seminal Nasional dalam Rangka
kerja kelompok dengan baik. Jika siswa kurang Konferensi Nasional Matematika XII di
jelas, mereka segera bertanya kepada guru. Universitas Negeri Semarang, Juli 2006.
Interaksi siswa juga dapat dilihat pada rata-rata Semarang: Jurusan Matematika FMIPA
skor interaktif siswa sebesar 2,95 dengan rata- Unnes (2006).
rata persentase 73,71%. Sesuai kriteria berarti [4] Sukestiyarno. Olah Data Penelitian
siswa interaktif dalam pembelajaran dengan Berbantuan SPSS. Semarang. Universitas
model Think Talk Write. Berdasarkan uraian di Negeri Semarang (2010).
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Think
Talk write lebih efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa pada
materi segiempat meliputi keliling dan luas
jajargenjang, persegi panjang, dan persegi
daripada model pembelajaran konvensional.

13
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES
14
http://journal.unugiri.ac.id/index.php?journal=JaMES

You might also like