Form Bahan Ajar Promkes

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

BAHAN AJAR

Mata kuliah : Pengantar Farmakologi

Pertemuan :1
Topik : Legalitas Sediaan Farmasi

1. Sub topik : a. Pengertian Legalitas Sediaan Farmasi


b. Tujuan Legalitas Sediaan Farmasi
c. Kriteria Obat Legalitas Sediaan Farmasi

Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt es

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu


membuat media edukasi mengenai Legalitas Sediaan Farmasi
mengetahui tentang Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan
(Sesuaikan dg CPL di Kurikulum Inti)

Referensi

1.Utama : Joyce, L.K and Hayes, E.R. (1996), Farmakologi, Pendekatan


Proses Keperawatan. Alih bahasa : Dr. Peter Anugrah, Jakarta : EGC

2. Katzung, B.G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi Ketiga, Jakarta : Penerbit EGC

Pengertian Legalitas Sediaan Farmasi

PENDAHULUAN

Ketersediaan, pemerataan, serta jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan secara
terpadu harus selalu terjaga dalam rangka tercapainya derajat kesehatan mayarakat yang
setinggi-tingginya. Salah satu fasilitas layanan kesehatan yang menggunakan obat-obatan dalam
aktivitasnya adalah Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menggunakan
perbekalan farmasi termasuk obat-obatan. Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan Rumah Sakit merupakan bentuk upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat sosial-ekonomi. Salah satu bagian di Rumah Sakit yang bertanggung
jawab atas proses pengelolaan obat adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pengelolaan
perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang biasa disebut DrugsManagementCycle (Ihsan S, etal, 2014)

KONSEP LEGALITAS KETERSEDIAAN FARMASI

A. Pengertian Legalitas Sediaan Farmasi

1| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Sediaan Fitofarmaka: Sediaan obat alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji klinis dan pra klinis serta telah terstandar POM

Obat : zat atau unsur aktif yg dapat mempengaruhi fungsi organisme hidup : terapi, diagnosis,
kuratif, rehabilitatif dan preventif

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan
secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali
mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis
habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung,
implan, dan stent. instalasi perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (highalert medication). High-
alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya:

1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).

2. Obat-Obat sitostatika Pengelolaan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai pada ayat (1) huruf a meliputi :

 Pemilihan  perencanaan kebutuhan  Pengadaan  Penerimaan  Penyimpanan 


Pendistribusian  pemusnahan dan penarikan  Pengendalian  administrasi.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP harus dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinasi dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu
dan kendali biaya.

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP adalah suatu proses kerja
sama/kolaboratif yang mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien maupun
kondisi ekonomisnya. Klinik harus menggunakan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP berdasarkan Formularium dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas dan
keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan ketersediaan di pasaran.

Kriteria Obat yang masuk di Formularium Klinik, yaitu:

1. Obat yang memiliki Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM);

2. Pemilihan Obat untuk Klinik yang bekerja sama dengan BPJS mengacu pada Formularium
Nasional;

2| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Mengutamakan Obat generik;

4. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan pasien;

5. Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;

6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung
dan tidak langsung; dan

7. Terbukti paling efektif secara ilmiah (evidence based medicine), aman dan banyak dibutuhkan
untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap penggunaan Formularium Klinik, maka Klinik harus
memiliki kebijakan terkait penambahan atau pengurangan Obat dalam Formularium Klinik
dengan mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko, dan biaya. Bila ada Obat
yang baru ditambahkan dalam formularium, ada proses atau mekanisme untuk monitoring
bagaimana penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP serta bila timbul efek
samping dan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD).

1. Tujuan Perencanaan

a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang
mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP secara rasional.

c. Menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.

d. Menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tidak berlebih.

e. Efisiensi biaya.

f. Memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan dan biaya distribusi
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.

Obat Medis : Obat modern yang telah melewati serangkaian pengujian empiris, dibuat dari bahan
sintetik atau bahan alam yang telah diolah secara modern, digunakan di kalangan medis untuk
pengobatan penyakit tertentu

EVALUASI

- Pertanyaan Terbuka
- Pertanyaan tertutup

3| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah : Pengantar Farmakologi

Pertemuan :2
A.Topik : - Jenis Obat
- Penamaan Obat
- Klasifikasi Obat

Sub topik : Jenis dan Penamaan Obat


Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu


membuat media edukasi mengenai Jenis dan Penamaan Obat
(Sesuaikan dg CPL di Kurikulum Inti)

Referensi

1. Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. Jurnal Media Litbang
Kesehatan, 10.
2. 2. Supardi, S. D. (2021). Kajian Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemberian
Informasi Obat dan Obat Tradisional di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 8.
3. Yusuf, F. (2016). Studi Perbandingan Obat Generik Dan Obat Nama Dagang. Jurnal
Farmanesia, 10.

Pengertian Jenis, Penamaan Obat, dan Klasifikasi Obat

PENDAHULUAN

Obat merupakan salah satu unsur utama dan pertama dalam ilmu farmakologi, selainitu obat juga
tidak bisa terpisahkan dalam unsur pelayanan kesehatan. Dalam pelayanankesehatan diawali dari
pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat
menjadisalah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada pelaya
nan kesehatan. Oleh karena itu, Obat didefinisikan sebagai zat yang digunakandalam pencegahan 
dan penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatankesehatan bagi penggunanya. obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk  biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi ataukead
aan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningk
atan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. 

Obat dapat dibagimenjadi 4 (empat) golongan, yaitu: Obat Bebas , Obat Bebas Terbatas , Obat


Keras danObat Psikotropika dan Narkotika.

4| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
KONSEP JENIS DAN PENAMAAN OBAT

A. Pengertian Jenis dan Penamaan Obat


Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhiatau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapandi
agnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsiuntuk
manusia

.Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan.


Diawalidari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satukompone
n pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada pelayanankesehatan. Namun di sisi
lain, obat dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara
tidak tepat atau bila disalahgunakan.Pengertian Obat menurut Anief (1997), obat suatu bahan
atau campuran
bahanyang di maksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka ataukelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuhatau bagian tubuh
manusia.Meskipun obat tujuan utamanya yaitu menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak ju
ga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapatdikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun.Obat akan bersifat sebagai obat
ketika kita tepat memanfaatkan obat dalam pengobatansuatu penyakit dengan dosis dan waktu
yang tepat. Jadi, apabila kita menyalahgunakanobat dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebih maka akan menimbulkan efek-efek yang merugikan atau biasanya kita sebut dengan
keracunan.

1. Jenis-Jenis Obat

Perlu diketahui bahwa obat merupakan suatu benda atu zat yang berguna untuk mengatasi
penyakit meredakan/menghilangkan gejala rasa sakit, yang dapat mengubah proses-proses kimia
dalam tubuh.Kualitas dan kuantitas dari obat mungkin telah banyak dirasakan oleh
masyarakatkarena kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesehjahtraan yang telah dirasakanmasy
arakat sangat memberikan kontrobusi dalam pencapaian derajat kesehatan yangingin dicapai
pemerintah. Selain kemanfaatan obat, obat juga bertujuan agar dapatmenghilangkan rasa sakit,
meredakan rasa sakit, atau mencegah penyakit pada manusiaataupun hewan. Jenis jenis obat
pada umumnya dibedakan atas suatu ketentuan
dimanadisini dibedakan didasarkan bagaimana kriteria penggolongan tersebut seperti dasar fisiol
ogis, proses dalam tubuh atau biokimia, pasokan obat, peraturan yang mengatur obat-obatan,
kinerja / mekanisme obat, tutorial pemakaian obat, manfaat serta guna obattersebut, tetapi Jenis-
jenis yang akan dibahas pada makalah ini adalah Penggolonganobat berdasarkan jenis tertuang
dalam Permenkes RI Nomor 917/Menkes/X/1993 yangsekarang sudah diperbaharui oleh
Permenkes RI Nomor 949/ Menkes/Per/VI/2000.Penggolongan obat terbut
bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta keamanan

5| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
distribusi.Penggolongan obat ini terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajibapotek,
obat kera, dan Psikotropika narkotika.

a.Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.Obat ini
ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik dan bahkan juga dijual di
warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk
mengobatidan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupalingka
ran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol, tablet paracetamol, bedak
salicyl, multivitamin, dan lain-lain

. b.Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu amandikonsumsi
namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Obatini dulunya
digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep dokter untuk membeli obat bebas
terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam. Biasanyaobat bebas terbatas memiliki
peringatan pada kemasannya sebagai berikut:

1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan.

2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan.

3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan

5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan

6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan Contoh: obat antimabuk sepertiantimo, obat
anti flu seperti noza, decolgen, dan lainlain

.c.Obat wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelolaapotek
tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkankemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya pengobatansendiri yang tepat,
aman, dan rasional

d.Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah pengawasan
dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan menggunakanresep
dokter. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan
sembarangandapat memperparah penyakit hingga menyebabkan kematian. Obat keras dulunyadi
sebut sebagai obat daftar G. Obat keras ditandai dengan lingkaran merah tepi
hitamyang ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh: antibiotik sepertiamoxicylin
, obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain

.e.Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara
alamiahataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif padasistem
syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku.Obat golongan psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga disimbolkandengan 
lingkaran merah bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan narkotikamerupakan obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupunsemi sintesis yang dapat

6| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai penurunansampai hilangnya kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapatmenimbulkan ketergantungan.
Narkotika disimbolkan dengan lingkaran merah yangditengahnya terdapat simbol palang.

2. Nama Obat

Secara umum, obat terbagi menjadi dua yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah
obat jadi dengan nama dagang yang sudah terdaftar dan hanya diproduksi oleh industri yang
memiliki hak paten terhadap obat tersebut. Obat inilah yang disebut obat generik (generik =
nama zat aktifnya). Obat generik ini dibagi lagi menjadi dua yaitu obat generik dan obat generik
bermerek/bernama dagang (Kemenkes RI, 2010). Obat generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik bermerek/bernama
dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat
yang bersangkutan. Sampai saat ini masih terdapat kekeliruan dalam masyarakat dalam
penyebutan obat generik bermerek sebagai obat paten (Kemenkes RI, 2010).

3. Klasifikasi Obat.

Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat yaitu

a.Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri ataumikroba.


Contoh: antibiotik. 

b.Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh: vaksin,dan serum.

c.Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri. Contoh:analgesik.

d.Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang.Contoh: vitamin
dan hormon.

e.Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,khususnya pada


pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. Contoh: aqua pro injeksi dan
tablet placebo

EVALUASI

- Pertanyaan Terbuka
- Pertanyaan tertutup

7| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah : Pengantar Farmakologi


Pertemuan :3
Topik :  Bentuk dan Rute Pemberian Obat
Sub topik :  -    Konsep Bentuk dan Rute Pemberian Obat
- Bentuk dan Rute Pemberian Obat
Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembellajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu
membuat media edukasi mengenai Bentuk dan Rute Pemberian Obat

Referensi   
1. Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008.
2. Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008.
3. Utsaimin. Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darus Salam. 2008
4. Syalthut, Al Fatawa. Saudi Arabia: Darul Ilmiyah.2005. Hlm.136
5. Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat-obat Penting. PT. Alex Media Komputindo; Jakarta. 2006.

Konsep Bentuk dan Rute Pemberian Obat

PENDAHULUAN

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satufaktor yang


mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologisanatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuhkarakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah
yang berbeda; enzim-enzimdan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal-halini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya
dalamwaktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.

 Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnyaserta kondisi pasien.
Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalahseperti berikut:

1. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik :


2. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lamac.
3. Stabilitas obat di dalam lambung atau ususd.
4. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rutee.
5. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokterf.
6. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-macam
ruteg.

Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.Bentuk sediaan yang diberikan akan
mempengaruhi kecepatan dan besarnyaobat yang diabsorpsi, dengan demikian akan
mempengaruhi pula kegunaan danefek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat
secara lokal atausistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempatmisalnya
salep

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:

a.Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal

8| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
b.Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan

c.Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.

Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:

a.Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,telinga 

b.Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru

c.Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur,saluran kencing
dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut padakeringat badan atau larut dalam cairan
badan

KONSEP BENTUK DAN RUTE PEMBERIAN OBAT

A. Pengertian Bentuk dan Rute Pemberian Obat

Bentuk Sediaan Berdasarkan Rute Pemberian Obat

1. Sediaan Oral
a. Tablet yang digunakan melalui mulut

Tablet kempa atau tablet kempa standarKategori ini menunjukan bahwa tablet yang tidak disalut
standardibuat dengan pencetakan dan penggunaan salah satu
dari pembuatan tablet yaitu granulasi basah pencetakan ganda dan pencetakan langsung.

2. Sediaan Rectal dan Vaginal


Sediaan rectal/vaginal  

a. Suppositoria rektal/analiaUntuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g;


bentuklonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-anak kalau
tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g. 
b. Suppositoria vaginal/ovulaBerbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-
15 g,sering disebut tablet vaginal.
c. Suppositoria urethalUkuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6
mm,massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm danmassanya 2 g
(setengah ukuran laki-laki.

3. Sediaan Implantasi
Tablet inplantasi atau tablet depoDimasukkan untuk ditanam di bawah kulit manusia
dan hewan

4. Sediaan Parenteral
a. Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandaidengan nama: injeksi.
Contoh: Injeksi Insulin 
b. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer, atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh
setelah penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan injeksi. Kita dapatmembedakan
dari nama bentuknya: steril. Contoh: Sodium steril

Rute  Pemberian Obat

9| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Rute pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat.Tergantung dari
efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh)atau efek local (setempat) keadaan
pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat,dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.

1.Efek Sistemik

a. Oral

Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang palinglazim, karena sangat
praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua obatdapat diberikan peroral, misalnya obat
yang bersifat merangsang (emetin,aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung,
seperti benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan hormone steroida.

b.Sublingual

Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah(sublingual), tempat
berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lendersetmpat ke dalam vena lidah yang banyak di
lokasi ini. 

c.Injeksi
Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan
efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh
getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin).

1. Efek Lokal
a. Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam tubuh, dapat
menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek setempat. Secara intranasal
(melalui hidung) digunakan tetes hidung pada selesma untuk menciutkan mukosa yang
bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek
sistemis, misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason, flunisolida).1
b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit mata atau telinga.
Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada, karena obat dapat diresorpsi
ke darah dan menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.2
c. Inhalasi (Intrapulmonal)
Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi (aerosol), yaitu obat
yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol.

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

10| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah :  Pengentar Farmakalogi


Pertemuan :4
Topik :  Efek,Interaksi dan Respon tubuh terhadap obat
Sub topik :  -    Konsep Efek,Interaksi dan Respon tubuh terhadap obat
Perilaku Kesehatan
Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembelajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu
membuat media edukasi mengenai Efek,Interaksi dan Respon tubuh terhadap obat

Referensi   
1. Dwi, F.Y. (2010). Efek Samping Obat. Jakarta: Hilal Ahmar
2. Tjay, Tan Hoan. (2007). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Konsep Efek,Interaksi dan Respon tubuh terhadap obat

PENDAHULUAN

Pembahasan terkait dengan efek dari obat, macam-macam interaksi obat serta respon penderita
terhadap obat. Setelah mempelajari bab ini, Anda, sebagai mahasiswa PS RMIK, akan mampu
menjelaskan pengertian efek, macam-macam efek dari obat, macam-macam interaksi dari obat,
dan macam-macam respon dari penderita terhadap obat. Secara khusus mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan berbagai macam efek, interaksi dan respon penderita terhadap obat. Uraian
dalam bab III ini, diharapkan mampu mempermudah Anda dalam mengenal berbagai macam
efek, interaksi dan respon penderita terhadap obat. Sehingga pengetahuan tersebut dapat
membantu dalam pelaksanaan pekerjaan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam analisis
berkas rekam medis dan menjadi tim dalam audit medis. Materi dalam bab ini meliputi:

1. Efek Obat

2. Interaksi Obat

3. Respon Penderita terhadap Obat

”Jika dikatakan bahwa suatu obat tidak menunjukkan efek samping, maka terdapat dugaan kuat
bahwa obat tersebut juga tidak mempunyai efek utama” (G. Kuschinsky). Reaksi obat yang tidak
dikehendaki didefinisikan sebagai respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak
diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis maupun terapi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki ini dapat berupa kontraindikasi
maupun efek samping obat (adverse drug reactions). Reaksi obat yang tidak dikehendaki ini
dapat muncul dari faktor tenaga kesehatan, kondisi pasien maupun obat itu sendiri.

KONSEP EFEK, INTERAKSI DAN RESPON TUBUH TERHADAP OBAT

 A. Pengertian Efek,Interaksi dan Respon tubuh terhadap obat


1. Efek Obat

Kontraindikasi adalah efek obat yang secara nyata dapat memberikan dampak kerusakan
fisiologis atau anatomis secara signifikan, memperparah penyakit serta lebih lanjut dapat
membahayakan kondisi jiwa pasien. Pemberian obat-obatan yang dikontraindikasikan pada
kondisi tertentu ini harus dihindarkan atau di bawah penanganan khusus. Dalam beberapa hal

11| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
kontraindikasi juga dianggap merupakan bagian dari efek samping obat. Sebagai contoh asetosal
dikontraindikasikan pada anak di bawah 12 tahun, ibu hamil dan menyusui karena sifat
antiplateletnya (antitrombosit); atau timbulnya stroke hemorragik pada penderita selesma yang
juga hipertensi tingkat berat setelah diberi obat selesma yang berisi fenilpropanolamin.

Efek samping obat adalah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan (efek sekunder),
namun efek ini dapat bermanfaat ataupun mengganggu (merugikan) tergantung dari kondisi dan
situasi pasien. Pada kondisi tertentu, efek samping obat ini dapat juga membahayakan jiwa
pasien. Efek samping obat ini pada dasarnya terjadi setelah pemberian obat tersebut, yang
kejadiannya dapat diramalkan atau belum dapat diramalkan sebelumnya.

Sebagai contoh, penggunaan kortikosteroid (deksametason) dalam waktu lama dapat


menimbulkan efek moonface dan peningkatan nafsu makan. Beberapa faktor penyebab yang
dapat menimbulkan kontraindikasi (atau menimbulkan efek samping obat) adalah:

1) Usia pasien (misalnya, anak di bawah < 2 tahun atau lansia > 65 tahun).

2) Kondisi penyakit tertentu pada pasien (misalnya, kerusakan fungsi hati dan ginjal).

3) Reaksi hipersensitivitas (alergi) terhadap obat tertentu.

4) Interaksi membahayakan dengan senyawa kimia atau obat – obatan lain.

5) Kondisi hamil dan menyusui.

6) Perbedaan ras dan genetika.

7) Jenis kelamin.

8) Polifarmasi (pengobatan yang tidak rasional).

Identifikasi reaksi obat yang tidak diinginkan harus mengacu kepada faktor-faktor penyebab
tersebut di atas. Identifikasi reaksi obat yang tidak dikehendaki ini dapat diperoleh atas dasar
laporan dari pasien ataupun kondisi nyata yang ditemukan oleh petugas kesehatan di lapangan.

Efek utama obat atau yang biasa disebut dengan efek terapi adalah efek yang diharapkan dari
suatu obat. Misalnya paracetamol dengan dosis 500 mg dapat menurunkan panas tubuh orang
dewasa atau pada dosis yang lebih kecil untuk anak-anak. Glibenklamid memberikan efek terapi
menurunkan kadar gula pada penderita diabetes. Satu obat bisa memiliki beberapa khasiat/ efek
terapi. Misalnya parasetamol disamping menurunkan panas badan, juga berefek meredakan rasa
nyeri seperti sakit kepala atau gigi. Efek obat di sebut juga dengan mula kerja, yaitu dimulainya
kerja obat pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif
minimum (MEC= minimum effective concentration). Apabila kadar obat dalam plasma atau
serum menurun di bawah ambang atau MEC, maka ini berarti dosis obat yang memadai tidak
tercapai. Namun demikian, kadar obat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan toksisitas. Puncak
kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja
adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam
beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa jam atau hari. Kurva respons-
waktu menilai tiga parameter dari kerja obat: mula kerja, puncak kerja, dan lama kerja obat.

EFEK SAMPING OBAT

Berbeda dengan efek toksik yang terjadi pada dosis tinggi, efek samping biasanya terjadi pada
dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi antara satu obat dengan obat
lainnya. Efek samping ini juga tidak dialami oleh semua orang karena masing-masing orang
memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping
suatu obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya. Contohnya adalah amlodipin (obat

12| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
tekanan darah tinggi). Efek samping yang umum terjadi adalah jantung berdebar (sampai 4,5%),
nyeri perut (1.6%), mual (2.9%), sakit kepala (7.3%), lemas (4.5%), dan lain-lain. Persentase
dalam tanda kurung menunjukkan jumlah kejadian. Tidak selamanya efek samping ini
merugikan. Pada kondisi tertentu efek ini bisa dimanfaatkan. Misalnya efek mengantuk akibat
obat antihistamin bermanfaat pada anak yang sedang batuk flue agar bisa beristirahat dengan
baik. Efek samping ini bisa diperkirakan, tetapi ada juga yang tidak seperti reaksi alergi. Ada
beberapa kejadian dimana orang melepuh tubuhnya setelah menggunakan obat. Ini adalah salah
satu contoh efek yang tidak bisa diprediksi atau diperkirakan. Efek samping adalah efek
fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek
samping baik yang diinginkan maupun tidak.

2. Interaksi Obat
Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek. Di
dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan
lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat
diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga
dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi
antar obat (yang diberikan bersamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar
2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses
ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan
atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih
lanjut tentang interaksi farmakokinetik.
Interaksi obat mengakibatkan:
1. Berkurang atau hilangnya khasiat terapi.
2. Meningkatnya aktivitas obat,
dan dapat terjadi reaksi toksik obat Jenis interaksi obat berdasarkan mekanisme:
1. Interaksi farmakokinetika : bila suatu interaktan mengganggu absorbsi,
distribusi, biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi obat objek.
2. Interaksi farmakodinamika: bila interaktan dan obat objek bekerja pada tempat
kerja, reseptor, atau sistem fisiologi yang sama.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Dengan kata lain
interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak
diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan
makanan serta obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena
kemungkinan hasil yang buruk atau tidak terduga. Beberapa interaksi obat bahkan dapat
berbahaya bagi Anda. Misalnya, jika Anda memiliki tekanan darah tinggi Anda bisa
mengalami reaksi yang tidak diinginkan jika Anda mengambil dekongestan hidung.

3. Respon tubuh terhadap obat


Keragaman efek suatu obat terhadap seseorang merupakan interaksi dari faktor
lingkungan dan faktor genetik. Termasuk dalam faktor lingkungan antara lain adalah
faktor nutrisi, faktor obat-obat lain yang digunakan bersama, faktor penyakit, dan faktor
gaya hidup, seperti merokok atau konsumsi alkohol, dll. Faktor ini berinteraksi dengan
faktor genetik yang mengkode berbagai protein penentu nasib obat dalam badan dan efek
obat; seperti reseptor, kanal ion, dan enzim pemetabolisme obat.
Jadi, respon obat seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor nutrisi/diet pasien, katakanlah
seorang penderita hipertensi yang mestinya diet garam, jika ia tidak disiplin terhadap
asupan garam, tentu efek obat tidak akan nyata terlihat, dibandingkan penderita hipertensi

13| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
lain yang menjaga asupan garamnya. Adanya obat-obat lain yang digunakan bersama
dapat pula saling berinteraksi sehingga menurunkan atau mengubah efek obat lain,
sehingga respon seseorang terhadap obat bisa berbeda dengan orang lain yang mungkin
tidak mengalami interaksi obat. Selain itu, keparahan penyakit dan gaya hidup seseorang,
mungkin akan mempengaruhi respon seseorang terhadap obat.
Dalam kaitannya dengan faktor genetik, orang pada ras tertentu misalnya, ternyata
memiliki jumlah enzim pemetabolisme yang lebih banyak daripada orang lain akibat
variasi genetik. Hal ini menyebabkan keberadaan obat di dalam tubuh menjadi
dipersingkat (karena metabolismenya diperbesar), sehingga efeknya pun menjadi lebih
kecil. Atau sebaliknya, ras lain mengalami mutasi pada gen tertentu sehingga
menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh memetabolisme obat, sehingga
keberadaaan obat dalam tubuh meningkat dan efeknya menjadi besar atau bahkan toksis.

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

14| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah :  Pengentar Farmakaologi


Pertemuan :5
Topik :  Narkotika dan Psikotropika

Sub topik :  -    Konsep Narkotika dan Psikotropik

- Penggolongan Zat Adiktif

Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembelajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu
membuat media edukasi mengenai Narkotika dan Psikotropika

Referensi   

Konsep

PENDAHULUAN

Masalah penggunaan Narkotika, Psikotropika,dan Zat Adiktif (NAPZA) atau


istilah yang populer di masyarakat sebagai NARKOBA merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan kerja
sama multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang
dilaksanakan berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran,
sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya masih
bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut
indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi jika disertai peredaran di jalur ilegal,
akan sangat merugikan bagi individu maupun masyaraka luas khususnya generasi muda.

Penggolongan obat untuk sistem gastrointestinal yang meliputi pengobatan pada penyakit
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan rektum. Sistem saluran cerna, lambung, dan
usus adalah pintu gerbang masuk zat-zat gizi dari makanan, vitamin, mineral, dan cairan yang
memasuki tubuh. Fungsi sistem ini adalah mencernakan makanan dengan cara menggilingnya
dan kemudian mengubah secara kimiawi ketiga bagian utamanya (protein, lemak, dan
karbohidrat) menjadi unit-unit yang siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini dibantu oleh
enzim-enzim pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas. Produk-
produk hasil pencernaan yang berfaedah bagi tubuh beserta vitamin, mineral, dan cairan
melintasi selaput lender (mukosa) usus untuk masuk ke aliran darah dan getah-bening (limfe).
Selanjutnya akan dibahasa setiap komponen dari sistem saluran cerna.

Psikotropika meliputi neuroleptik dan antaraktika. Berdasarkan UU Nomor 05/1997 psikotropika


merupakan zat atau obat-obatan baik alamiah ataupun sintetis yang bukan narkotika, berkhasiat
untuk memberikan pengaruh selektif kepada sususan sistem syaraf pusat yang dapat
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

KONSEP

15| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
 A. Pengertian

Psikotropika adalah zat atau obat alami/sintetis bukan narkotik berkhasiat psikoaktif dapat
menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku serta menimbulkan dependensi secara
fisik dan psikis bila tanpa pengawasan. Psikotropika dikenal dengan nama obat keras tertentu
(OKT) karena termasuk golongan obat keras, tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktifitas psikis
baik mental maupun perilaku dan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat).

Golongan obat ini digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitas hidup pasien. Dasar hukum yang mengatur tentang psikotropika adalah Undang-Undang
No. 5 tahun 1997. Logo obat jenis psikotropika sama dengan golongan obat keras, yaitu
lingkaran dengan dasar merah dan terdapat huruf K didalamnya

Penggolongan Obat psikotropika berdasarkan UU Nomor 05/1997 merupakan zat atau obat-
obatan baik alamiah ataupun sintetis yang bukan narkotika, berkhasiat untuk memberikan
pengaruh selektif kepada sususan sistem syaraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.

Penggunaan obat golongan psikotropika datur dalam undangundang yang bertujuan untuk:

a. Menjamin ketersediaan psikotropika untuk pelayana kesehatan dan ilmu pengetahuan

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika

c. Memberantas peredaran psikotropika secara gelap

Obat psikotropika dibedakan atas 2 macam yaitu:

a.Neuroleptik : menekan fungsi syaraf tertentu (major tranqulizer) obat ini kadang disebut obat
hipnotik atau antipsikotik

b. Ataraktika atau anksiolitika atau minor tranqilizer digunakan untuk neuritis seperti gelisah,
takut, stress Kadang obat ini juga disebut obat sedatif Obat psikotropika digolongkan ke 4
golongan sebagai berikut:

a. Psikotropika Golongan I Obat psikotropika golongan satu ini diproduksi untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan saja dan tidak boleh dipergunakan dalampengobatan atau
terapi. Obat psikotropika golongan ini memiliki potensi sangat kuat untuk menyebabkan adiksi
atau ketergantungan. Contoh: Brolamfetamine (DOB) Contoh: Ekstasi MDA
(Methylendioxyamphetamine), Ekstasi MDMA (methylen dioxy methamphetamini) dan Ekstasi
MDEA (Methylen dioxy ethylamphetamine), meskalin, LSD , psilosibin

b. Psikotropika Golongan II Obat psikotropika golongan ini bertujuan untuk pengobatan dan
terapi serta dapat dogunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan juga. Obat psikotropika
golongan dua memiliki potensi kuat menyebabkan ketergantungan. Contoh: Amfetamina,
Sekokarbital, methamfetamin yang dikenal dengan nama Sabu-Sabu, deksamfetamin, Fenetilin.

c. Psikotropika golongan III Sama dengan psikotropika golongan dua, obat psikotropika pada
golongan ini umumnya digunakan untuk tujuan terapi dan pengobatan serta dapat juga digunakan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Obat ini memiliki potensi sedang dalam menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Amobarbital, Pentobarbita, Flunitrazepam, siklobarbital

d. Psikotropika Golongan IV Obat psikotropika pada golongan ini sangat marak digunakan untuk
tujuan terapi dan pengobatan serta dapat juga digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Obat ini memiliki potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan. Contoh: Bromazepam,

16| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
diazepam, klordiasepoksida, mephrobomat, nitrazepam, klokzazolon, alpazolam, barbital,
diazepam, khlordizepokside, lorazepam, nitrazepam (pil BK), meprobamat.

Penggolongan psikotropika berdasarkan penggunaan klinik.

a. Antipsikosis (Neuroleptik/Major Tranquillizer) Psikotropika jenis ini yang hanya


digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Ciri terpenting obat
antipsikosis/neuroleptik adalah:
Berefek anti psikosis, yaitu mengatasi agresifitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional
pasien jiwa. Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia.

2.Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan dan
termauk golongan obat keras paling berbahaya yang dapat diperoleh dengan resep dokter dan
diawasi secara ketat dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya.

Narkotika terdiri dari 3 golongan:

1) Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu


pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi, serta dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain,
Ganja.
2) Golongan II: Narkotika yang bersifat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapatdigunakan dalam terapi dan tujuan ilmu pengetahuan. Narkotika
golongan II juga mengakibatkan ketergantungan tinggi. Contoh: Morfin, Petidin.
3) Golongan III: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sering digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Contoh: Kodein, dan garam garam
dari golongan Narkotika tertentu.

3.Penggolongan Zat Adiktif lainnya

Yang dimaksud dengan Zat Adiktif lainnya yaitu bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:

1)Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruhmenekan susunan saraf


pusat, seringmenjadi bagian dari kehidupan manusiasehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan bersama Narkotika danPsikotropika akan memperkua pengaruh obat/zat tersebut
dalam tubuhmanusia. Ada 3 golongan alkohol: 

Golongan A : Kadar Etanol 1-5% (Bir) 

Golongan B : Kadar Etanol 5-20% (Berbagai minuman Anggur) 

Golongan C : Kadar Etanol 20-45% (Whisky, Vodka, Bourborn,Vermouth)

2)Inhalasi (Gas yang dihirup) dan Solven (Gas Pelarut) mudah menguap berupasenyawa organik,
yang terdapat pada berbagai keperluan rumah tangga,kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan: Lem, Tiner,Penghapus Cat Kuku, dan Bensin.

17| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3)Tembakau. Tembakau hingga kini masih dikonsumsi masyarakat secara luas.Walaupun
dampak nya menyerang tidak secepat lainnya, namun rokok serta alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

18| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah :  Pengentar Farmakologi


Pertemuan :6
Topik :  Obat Analgetik
Sub topik :  -    Konsep Obat Analgetik
Perilaku Kesehatan
Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembellajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu
membuat media edukasi mengenai Obat Analgetik

Referensi   

Konsep

PENDAHULUAN

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau meredakan nyeri. Analgetik sering
dikonsumsi untuk meredakan gejala seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit saat menstruasi, nyeri
otot, sakit perut, kelelahan dan lainnya. Analgetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan
opioid (narkotik) dan non- opioid. Analgetik golongan opioid dalam penggunaan berulang dapat
menimbulkan ketergantungan dan toleransi.3 Sedangkan analgetik non-opioid adalah analgetik
yang tidak menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik.4 Persepsi seseorang terhadap rasa
sakit dapat menentukan kapan dan bagaimana orang tersebut mengambil tindakan dalam
pengobatan sendiri (swamedikasi). Penjualan obat-obatan secara bebas khususnya analgetik
dapat dijadikan alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan, tetapi hal ini dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya.

KONSEP

 A. Pengertian

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgetik dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan opioid dan non-
opioid. Golongan Analgetik

a. Analgetik golongan opioid


Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Opium yang berasal
dari getah papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein,
tebain, dan papaverin. Saat ini analgetik opioid adalah analgetik paling kuat yang tersedia dan
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai berat. Obat-obat ini merupakan
patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi, dan nyeri terkait kanker. Contoh jenis analgetik
golongan opioid seperti kodein, morfin, methadone, oksikodon, dan hidrokodon.

Efek analgetik yang ditimbulkan oleh opioid tertutama terjadi akibat kerja opioid pada reseptor .
Reseptor dan dapat juga ikut berperan dalam menimbulkan analgesia terutama pada tingkat spinal
dengan cara berikatan dengan reseptor opioid yang terutama didapatkan di SSP dan medulla spinalis
yang berperan oada transmisi dan modulasi nyeri. Ketiga jenis reseptor utama yaitu reseptor dan
banyak didapatkan pada kornu drosalis medula spinalis.

b. Analgetik golongan non-opioid


Analgetik golongan non-opioid merupakan golongan obat yang bekerja di sistem saraf perifer
untuk menghasilkan efek analgesia. Golongan non-opioid sangat efektif dalam mengatasi nyeri
akut derajat ringan, dan penyakit radang kronik seperti artritis. Contoh jenis analgetik non-

19| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
opioid seperti Asetaminofen, obat-obat golongan OAINS (obat anti-inflamasi nonsteroid) seperti
Ibuprofen, Aspirin, Naproxen, Diklofenak, Asam mefenamat dan Piroksikam.

Efek samping analgetik

Dalam penggunaan yang tidak rasional, analgetik non-opioid dapat menimbulkan efek samping seperti
gangguan saluran cerna, meningkatnya waktu perdarahan, penglihatan kabur, perubahan minor uji
fungsi hati. Penggunaan dengan dosis yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fungsi ginjal. Efek
samping obat-obat analgetik golongan opioid memiliki pola yang sangat mirip, termasuk depresi
pernafasan, mual, dan muntah, sedasi dan konstipasi.

Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan dan ketagihan. Toleransi
adalah kebutuhan fisiologik untuk dosis yang lebih tinggi untuk mempertahankan efek analgetik obat.
Adiksi atau ketergantungan psikologik mengacu kepada sindrom perilaku berupa hilangnya
kekhawatiran berkaitan dengan penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun
obat dan peningkatan dosis tanpa pengawasan.

Penggolongan obat

1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM

3. Obat Keras dan Psikotropika


Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus
pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : Asam Mefenamat

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

20| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAHAN AJAR

Mata kuliah :  Pengentar Farmakologi


Pertemuan :7
Topik :  Obat Antipiretik
Sub topik :  -    Konsep Obat Antipiretik
Perilaku Kesehatan
Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembelajaran : Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan mampu
membuat media edukasi mengenai Obat Antipiretik

Referensi   
1. Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology).
2. Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
3. Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta :
4. Salemba Medika.
5. Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.
6. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan
Kuliah
7. Farmakologi. Jakarta : EGC.

Konsep Obat Antipiretik

PENDAHULUAN

Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur
dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi
obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan bahan-bahan lain
tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan
dapat terjadi jika duaatau lebih obat sekaligus dalam satu periode (polifarmasi )
digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi
perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya
obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam
obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga
dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.

Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan


suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.
Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki  banyak persamaan dalam efek terapi

21| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
maupun efek samping. Golongan  obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadfi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan cara yang berbeda.

KONSEP OBAT ANTIPIRETIK

 A. Pengertian Obat Antipiretik


Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur tubuh
saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Oba golongan ini bekerja dengan cara
menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai
respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik : Parasetamol, panadol,
paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig,  acetaminophen,
asetosal atau asam salisilat, salisilamida. 
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang
tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Analgetik atau analgesik, merupakan obat untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri
(pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di
kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf
sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai
nyeri.
2.2 Obat Analgesik – Antipiretik serta obat AINS
Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia saat ini :
1. Aspirin
Deskripsi:  Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang
menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan
analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf
pusat.
Farmakokinetika Aspirin
Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin
mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama

22| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate
dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas, menghasilkan kadar
puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan
dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase-esterase dalam
jaringan dan darah.
Farmakodinamika
a. Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform
COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform.
Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa (scavenger)
radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS
lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah
bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.
b. Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap
inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah
subkortikal.
c. Dosis
d. Dosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum
dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar
mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan
dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah
50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.
e. Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75
mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi
terbagi 3 kali/hari, sesudah makan           

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

Topik :  Konsep
Sub topik :  -    Konsep
Perilaku Kesehatan
Dosen : Krisyanella,M.Farm.,Apt
e Capaian pembellajaran :

Referensi   

23| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Konsep

PENDAHULUAN

KONSEP

 A. Pengertian

EVALUASI
 Pertanyaan Terbuka 
 Pertanyaan tertutup

24| Bahan Ajar Perilaku Kesehatan Prodi Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

You might also like