Professional Documents
Culture Documents
Tesis BAB V
Tesis BAB V
PROPOSAL TESIS
YOKO FEBRIANTO
NIM 21174014
0
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dimuat temuan penelitian yang disertai pembahasan
pembahasan ditekankan pada penjelasan terhadap data utama yang dapat mewakili
A. Temuan Penelitian
bab ini akan disajikan empat bahasan temuan pokok. Keempat temuan pokok itu
akan menjadi subbab pada bab ini, yaitu 1) jenis tindak tutur ekspresif di dalam
novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, 2) strategi bertutur tindak
tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, 3)
konteks penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Hujan
Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, dan 4) fungsi pragmatis dari tindak
tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
Tabel 9
Temuan Penelitian Jenis Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Jenis tindak tutur Kegembiraan 2 2,6%
ekspresif di dalam Kritikan 4 5,1%
novel Hujan Bulan Kebencian 4 5,1%
Juni karya Supardi Kesengsaraan 2 2,6%
Djoko Domono Pengucapan Terima Kasih 14 18%
Permintaan Maaf 22 28,2%
Keluhan 10 12,9%
Pengecaman 14 18%
Pemujian 4 5,1%
Pengungkapan Belasungkawa 2 2,6%
56
57
Tabel 10
Temuan Penelitian Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Strategi bertutur Bertutur terus terang tanpa basa- 24 30,8%
tindak tutur basi (BTTTBB)
ekspresif di dalam Bertutur terus terang 19 24,3%
novel Hujan Bulan dengan basa-basi
Juni karya Supardi kesantunan positif
Djoko Domono (BTTBBKP)
Berterus terang dengan basa-basi 28 35,9%
kesantunan negatif (BTTBBKN)
Bertutur samar-samar (BSS) 2 2,6%
Bertutur di dalam hati (BDH) 5 6,4%
Tabel 11
Temuan Penelitian Konteks Penggunaan Strategi Bertutur Tindak
Tutur Ekspresif dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Konteks Petutur lebih muda belum akrab 16 17,8%
penggunaan strategi Petutur lebih muda sudah akrab 28 31,1%
bertutur tindak tutur
Petutur sebaya belum akrab 3 3,3%
ekspresif di dalam
Petutur sebaya sudah akrab 6 6,6%
novel Hujan Bulan
Juni karya Supardi Petutur lebih tua belum akrab 5 5,5%
Djoko Domono
Tabel 12
Temuan Penelitian Fungsi Pragmatis Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Fungsi pragmatis Menyenangkan (convival) 17 21,8%
dari tindak tutur Bekerja sama (collaborative) 54 69,2%
ekspresif di dalam Bertentangan (conflictive) 7 9%
novel Hujan Bulan
Juni karya Supardi
Djoko Domono
58
1. Jenis Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Hujan Bulan Juni karya
Supardi Djoko Domono
Jenis tindak tutur ekspresif yang ditemukan dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono yaitu (a) kegembiraan, (b) kritikan, (c) kebencian,
(d) kesengsaraan, (e) pengucapan terima kasih, (f) permintaan maaf, (g) keluhan,
a. Kegembiraan
Tindak tutur kegembiraan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman. Hal ini terjadi karena kerja sama
yang terjalin antara Aisyah dan Haji Idrus. Kemudian, pada tuturan (2) terdapat
jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kegembiraan ditandai dengan perasaan
bahagia orang kampung karena anak muda yang bernama Imzamril melakukan
kampung. Hal ini mencerminkan bahwa Imzamril selaku anak muda kampung
b. Kritikan
Tindak tutur kritikan yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya
Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 5,1%. Berikut tindak tutur kritikan
Pada tuturan (3) terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan
ditandai dengan kata menurut keluarga pengantin wanita Roni sebagai calon
pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Hal ini dikarenakan Roni belum
memenuhi uang sasuduik atau uang kamar yang telah dimufakatkan. Kemudian
pada tuturan (4) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan
ditandai dengan kata menurut Emak Sanjai, Emak Hafsah pernah berjanji akan
Tindak tutur kritikan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang tidak
sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya.
Pertama, kita harus meninggalkan kebiasaan membakar
kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk di
kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan zaman
jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah
hening seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan
menangis meraung-raung dan menghentak-hentakkan kaki di
lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah jenazah
dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini
tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya,
berdoalah setiap setelah shalat untuk orang-orang yang
mendahului kita,” terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)
Pada tuturan (5) terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan
c. Kebencian
Tindak tutur kebencian hanya terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni karya
lanjut.
Pada tuturan (6) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi
kebencian yang diujarkan Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Hal ini dikarenakan
kepada Mak Sanjai yang menurut Mak Sanjai dia telah membantu Mak Hafsah
dan rumah adalah milik sah Mak Hafsah. Dengan demikian, Mak Sanjai mencakar
muka dan menarik rambut Mak Hafsah. Kemudian, pada tuturan (7) terlihat jenis
tindak tutur ekspresif yang terindikasi kebencian yang diujarkan oleh Emak Sanjai
yang ditujukan untuk Emak Naimah dan Barlian. Hal ini dikarenakan Emak
Sanjai tidak suka dengan Emak Naimah dan Barlian. Dengan demikian, Emak
Sanjai memisahkan Emak Naimah dengan suaminya sekaligus adik Emak Sanjai,
yaitu Sabirin. Hal ini dilakukan Emak Sanjai dengan menyuruh Sabirin merantau
ke Kolang Malaysia. Hal ini bertujuan agar adik Emak Sanjai tidak menanggung
malu adat yang terjadi di dalam keluarga Emak Naimah, yaitu persengketaan
kebun, rumah, dan sawah yang semula milik Emak Naimah merupakan milik sah
d. Kesengsaraan
Tindak tutur kesengsaraan hanya terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni
lebih lanjut.
kesengsaraan ditandai dengan ratapan pilu Emak Sanjai dan ditingkahi oleh
tangisan Nurbaiti. Hal ini dikarenakan motor dan juga rumah Emak Sanjai
dibakar oleh anaknya sendiri, yaitu Roni Caniago. Kemudian, pada tuturan (9)
terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kesengsaraan ditandai dengan
tetapi Emak Naimah masih tetap menyayangi dan merindukan suaminya tersebut.
Tindak tutur terima kasih yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 18%. Berikut tindak tutur
terima kasih dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
10) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan bantuan
keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan rona yang
muram. (T1/S:9 dan 10)
11) “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi,
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,”
tambah Barlian. (T1/S:11)
Pada tuturan (10) dan (11) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur
ekspresif yang terindikasi terima kasih. Hal tersebut diujarkan oleh Emak Naimah
dan Barlian kepada keluarga Buya Bahar yang bersedia membantu mereka untuk
tinggal di rumah Buya saja karena Emak dan Barlian sudah tidak memiliki harta
dan rumah lagi setelah kalah banding dengan Mak Uwo Hafsah.
Tindak tutur terima kasih dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
Pada tuturan (12) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang
terindikasi terima kasih. Hal tersebut diujarkan oleh aku (Herman) kepada Riani
karena telah memberikan senter kecil yang sangat berguna untuk penerangan jalan
f. Permintaan Maaf
Tindak tutur meminta maaf yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 28,2%. Berikut tindak tutur
meminta maaf dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
13) “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin
wanita juga belum siap untuk menanti. Mohon maaf,
assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan. (T1/S:46 dan 47)
14) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.” (T1/S:50
dan 51)
Pada tuturan (13) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang
terindikasi meminta maaf. Hal ini diujarkan oleh laki-laki utusan mempelai
wanita, yaitu Husna yang akan menikah dengan Roni Caniago anak dari Emak
laki-laki. Hal ini dikarenakan pernikahan tidak bisa dilanjutkan sebab dari pihak
laki-laki telah melanggar perjanjian dan adat dari pihak perempuan, yaitu uang
sasuduik atau uang kamar. Kemudian pada tuturan (14) juga terlihat jenis tindak
64
tutur ekspresif meminta maaf, yaitu diujarkan oleh Nurlela kepada Barlian karena
hidupnya.
Tindak tutur meminta maaf dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
15) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan
maaf itu. (T1/7CSAK:69)
16) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak
boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan
segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi bingung
Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)
Pada tuturan (15) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang
terindikasi meminta maaf. Hal ini diujarkan oleh Angku Gogai selaku kerabat
Angku Karim kepada seluruh orang kampung yang datang melayat Angku Karim
terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi meminta maaf. Hal ini
diujarkan oleh Riani kepada aku (Herman) karena mereka berdua akan dipisahkan
oleh pernikahan antara Riani dengan Uda Rahman yang akan segera diangkat
g. Keluhan
Tindak tutur mengeluh yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 12,9%. Berikut tindak tutur
mengeluh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
65
terindikasi mengeluh. Hal ini terlihat pada tuturan Barlian yang mengeluhkan
rantau mana yang akan ditujunya bersama dengan Emak Naimah. Hal ini
dikarenakan Barlian dan Emak Naimah kalah dalam persidangan yang membuat
sawah, kebun, dan rumah yang semula dimiliki oleh Barlian dan Emak Naimah
jatuh kepada Emak Hafsah sebagai kepemilikan sah atas hal tersebut. Kemudian,
pada tuturan (18) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi
mengeluh dari tuturan Barlian kepada Aisyah. Hal ini dikarenakan Aisyah selama
hampir satu bulan tidak memberikan surat Nurlela dari kampung yang ditujukan
untuk Barlian di tanah rantau. Tindak tutur ekspresif mengeluh ini di indikasikan
dengan pertanyaan Barlian kepada Aisyah, yaitu Kenapa baru malam ini Dik
Tindak tutur mengeluh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
19) “Aku juga takut, Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)
20) “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah
yang aku sesali,” begitu kata hatiku. (T17CSAK:71)
66
Pada tuturan (19) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang
terindikasi mengeluh dari tuturan ayah kepada ibu karena takut setelah berangkat
dari ibu kota kecamatan nanti mata orang kampung tertuju kepada ayah sebab
ayah berada dalam dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara lambang
pohon rindang dan lambang kiblat agama. Hati ayah pasti memilih lambang
agama, tetapi ayah sebagai pegawai negeri diundang oleh lambang pohon rindang
yang membuat ayah risau. Kemudian, pada tuturan (20) terlihat jenis tindak tutur
ekspresif yang terindikasi mengeluh dari tuturan aku (Herman) karena menyesali
h. Pengecaman
Tindak tutur mengecam yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 18%. Berikut tindak tutur
mengecam dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
mengecam terlihat pada ujaran Emak Sanjai kepada Nurbaiti yang ditandai
dengan kata tidak setuju. Artinya, Mak Sanjai menilai buruk keinginan ayah
Barlian, yaitu Sabirin untuk menikahkan Barlian dengan anak Mak Sanjai, yaitu
Nurbaiti. Kemudian, pada tuturan (22) juga terdapat tindak tutur ekspresif yang
terindikasi mengecam. Hal ini terlihat pada tuturan Nurbaiti kepada Emak Sanjai
67
yang ditandai dengan kata tidak setuju. Artinya, Nurbaiti menilai keputusan Emak
Sanjai tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini dikarenakan Nurbaiti ingin
menikah dengan Barlian tetapi Mak Sanjai tidak menyetujui hal tersebut.
Tindak tutur mengecam dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
23) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya
dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan
berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi
surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
(T1/7CSAK:76)
Pada tuturan (23) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi
mengecam. Hal ini terlihat pada ujaran Herman kepada Sefina yang ditandai
dengan kata aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan
sefina terhadap diriku. Artinya, Herman menilai buruk pernyataan Sefina yang
disampaikan oleh Riani tanpa melihat isi surat yang diberikan oleh Sefina untuk
Herman, tetapi Herman sudah memastikan bahwa isi surat tersebut adalah
i. Pemujian
Tindak tutur memuji yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya
Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 5,1%. Berikut tindak tutur memuji
Pada tuturan (24) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi
memuji. Hal ini terlihat pada ujaran Roni kepada Emaknya, yaitu Mak Sanjai.
Roni memuji Emak Sanjai atas kelicikannya mengelabui keluarga Barlian yang
sekaligus adik Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian
yang ternyata isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan
emas yang banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat
kepada Emak Naimah, tetapi Mak Sanjailah yang mengambil surat tersebut tanpa
memberitahukan kebenaran kepada Mak Naimah dan Barlian. Pada tuturan (25)
terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi memuji. Hal ini terlihat di
dalam surat Nurlela untuk Barlian yang mana Buya Bahar sering memuji Hamid
Tindak tutur memuji dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
Pada tuturan (26) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi
memuji. Hal ini terlihat pada ujaran Angku Gogai yang memuji Angku Karim
j. Pengucapan Belasungkawa
Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 2,6%.
mengucapkan belasungkawa. Hal ini terlihat pada ujaran Barlian untuk Nurlela
kita adalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Kemudian, pada
tuturan (28) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi mengucapkan
belasungkawa. Hal ini terlihat dari ujaran Angku Gogai dengan mengucapkan
telah berpulang ke Rahmatullah yang berarti telah meninggal dunia dan kembali
kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini diucapkan oleh Angku Gogai selaku kerabat
Angku Karim kepada seluruh orang kampung yang datang melayat Angku Karim
ke peristirahatan terakhirnya.
2. Strategi bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono.
Temuan penelitian bentuk tindak tutur ekspresif dilihat dari strategi bertutur
yang digunakan pelaku tutur di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
Djoko Domono ada lima, yaitu (a) bertutur terus terang tanpa basa-basi,
(b) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, (c) bertutur terus
terang dengan basa-basi kesantunan negatif, (d) bertutur samar-samar, dan (e)
Bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya dapat ditemukan di dalam novel
Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono sebanyak 30,8% dengan jenis
dan mengecam.
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan
lelaki utusan rombongan pengantin wanita kepada pengantin pria yang terindikasi
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu kebencian hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya
30) “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak
Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo Hafsah dengan
menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa. (T1/S:28)
31) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan
pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu
ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero
71
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan Mak
Sanjai kepada Mak Hafsah yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan
panggilan, yaitu kau. Kemudian, pada tuturan (31) terdapat tindak tutur ekspresif
kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini
ditandai dengan tuturan Mak Sanjai kepada anaknya, yaitu Roni dan Nurbaiti
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu kesengsaraan hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
32) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti. (T1/S:1)
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan
Emak Sanjai kepada Roni yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu terima kasih hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni
33) “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini.
Nasi sudah menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian. (T1/S:19)
34) “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan
segala sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan Umi sangat
berterima kasih ujar Buya Bahar.” (T1/S:21)
Pada tuturan (33) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan
Barlian kepada Aisyah yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan nama,
yaitu Aisyah. Kemudian, pada tuturan (34) terdapat tindak tutur ekspresif terima
kasih menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai
dengan tuturan Buya Bahar kepada Barlian yang terindikasi ungkapan langsung
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya
35) “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh
emosi sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya
tampak menggelinyam sebagi peluap emosinya. “Ke manakah dua kali
surat balasanku kau berikan Pudin? Kenapa kedua suratku tidak
sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian. (T1/S:58)
36) “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai.
Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” (T1/S:60)
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan
Barlian kepada Pudin terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan nama, yaitu
Pudin. Kemudian, pada tuturan (36) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh
menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai
73
dengan tuturan Mak Sanjai kepada Roni yang terindikasi ungkapan langsung dan
Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan
Emak Sanjai kepada Nurbaiti yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan
panggilan, yaitu mu yang mengacu kepada Nurbaiti. Kemudian, pada tuturan (38)
terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan Nurbaiti kepada Emak
Emak.
di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang
belasungkawa.
74
tindak tutur ekspresif, yaitu kegembiraan hanya terdapat di dalam novel Sansai
39) “Uda ada kabar baik, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok kebutuhan
besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. (T1/S:61)
Pada tuturan (39) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan menggunakan
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
yang dilakukan oleh Aisyah dengan Haji Idrus bahwa toko bangunan Barlian dan
Katapiang, Pariaman.
tindak tutur ekspresif, yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya
40) Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita
besarkan toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari
Pak Haji Idrus setiap minggu untuk pembangunan Bandara
Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua, Uda,”
bujuk Aisyah. (T1/S:35)
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
dengan tuturan Aisyah kepada Barlian yang terindikasi menawarkan hati Barlian
yang sedang bersedih, yaitu dengan kata mari. Artinya, Aisyah mengajak Barlian
75
melakukan hal positif untuk dapat menghilangkan kesedihan yang dirasakan oleh
tindak tutur ekspresif, yaitu kesengsaraan hanya terdapat di dalam novel Sansai
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
alasan. Artinya, Mak Naimah ingin Barlian untuk memainkan rebab tua milik
ayahnya karena Mak Naimah sangat sedih dan merindukan sosok suaminya yang
tindak tutur ekspresif, yaitu terima kasih terdapat di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan
berikut.
42) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan bantuan
keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan rona yang
muram. (T1/S:9 dan 10)
43) Dengan segera saja, aku mengucapkan “terima kasih banyak”
atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.
(T1/7CSAK:77)
76
Pada tuturan (42) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
dengan tuturan Emak Naimah kepada keluarga Buya Bahar, yaitu kata terima
kasih karena membantu memberikan tempat tinggal untuk Emak Naimah dan
Barlian yang terkena musibah dan tidak mempunyai rumah dan harta sedikit pun.
Artinya, hal tersebut terindikasi bahwa sesama manusia kita harus saling
membantu. Kemudian, pada tuturan (43) terdapat tindak tutur ekspresif terima
positif. Hal ini ditandai dengan tuturan aku (Herman) kepada Riani, yaitu kata
terima kasih karena Riani memberikan senter kecil yang bermanfaat untuk
penerangan jalan ke rumah pada malam hari dari rumah Tuan Guru Masad.
Artinya, hal tersebut terindikasi bahwa sesama manusia kita harus saling
membantu.
tindak tutur ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel Sansai karya
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
dengan tuturan Barlian kepada Mak Naimah yang terindikasi memberikan alasan.
77
Artinya, Barlian memberikan alasan kepada Mak Naimah bahwa dalam kesulitan
tindak tutur ekspresif, yaitu mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai
45) “Emak. Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini.
Kenapa tidak ada kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo
Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian? Padahal kita satu
kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir
ini Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa
Emak pun tidak pernah lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?”
pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian. (T1/S:4)
46) “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil,
kenapa Emak dan Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai
Limau dan kemudian ke Sungai Geringging, Pariaman?
Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak
semalampun. Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan
Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya, Emak?” selidiki Barlian
kepada Emaknya. (T1/S:6)
Pada tuturan (45) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
peristiwa yang terjadi terhadap Mak Naimah, yaitu perselisihan antara keluarga
Mak Naimah dengan keluarga Mak Hafsah. Kemudian, pada tuturan (46) terdapat
dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai dengan tuturan Barlian
dan Ayah Sabirin ketika Barlian masih kecil dia dibawa ke Sungai Limau dan ke
Sungai Geringging, Pariaman. Hal tersebut menjadi tanda tanya oleh Barlian
ditambah oleh beberapa orang yang memanggilnya dengan sebutan Ajo. Padahal
tindak tutur ekspresif, yaitu memuji hanya terdapat di dalam novel Sansai karya
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai
suka, rasa kasih, atau rasa senangnya terhadap Barlian yang memiliki etika
kesopanan dan kesantunan dalam berdagang serta tidak sekali pun salat wajib
novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.
dilakukan oleh penutur. Hal ini terlihat dari tuturan Barlian yang memerintahkan
orang yang berada di rumah Buya membacakan alfatihah untuk Nurlela yang
membaca alfatihah.
di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang
sebanyak 35,9% dengan jenis tindak tutur ekspresif kritikan, terima kasih,
tindak tutur ekspresif, yaitu kritikan terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si
Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai
dengan tuturan Nurlela kepada Barlian yang terindikasi menyatakan tuturan yang
tidak langsung secara konvensional, yaitu tuturan tersebut dituturkan oleh Nurlela
kepada Barlian melalui surat. Kemudian, pada tuturan (50) terdapat tindak tutur
kesantunan negatif. Hal ini ditandai dengan tuturan ustaz kepada jemaah, yaitu
angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya, kita mari menggali ilmu
agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa, selama ini banyak
adat kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba
kalimat tersebut tidak bersifat pribadi, tetapi bersifat umum yang ditandai dengan
penggunaan kata ganti impersonal yang bersifat umum, yaitu kata angku-angku,
tindak tutur ekspresif, yaitu terima kasih hanya terdapat di dalam novel Sansai
Pada tuturan (51) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai
berhutang budi kepada lawan bertutur. Hal ini dikarenakan Aisyah meminta
kepada Pudin untuk selalu memberikan surat balasan Nurlela kepada Aisyah yang
ditujukan kepada Barlian. Aisyah selalu memberikan Pudin uang setiap Pudin
tindak tutur ekspresif, yaitu meminta maaf yang terdapat di dalam novel Sansai
dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
52) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.” (T1/S:50
dan 51)
53) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan
maaf itu. (T1/7CSAK:69)
Hal ini ditandai dengan tuturan Nurlela kepada Barlian, yaitu kata mohon maaf
Kemudian pada tuturan (53) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf
Hal ini ditandai dengan tuturan mohon maaf dari Angku Gogai kepada seluruh
orang kampung yang datang melayat untuk dapat memaafkan segala kesalahan
tindak tutur ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si
Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.
54) “Aku juga takut, Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai
dengan tuturan ayah kepada ibu yang terindikasi pesimis, yaitu ditandai dengan
kata ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, mata orang
tindak tutur ekspresif, yaitu memuji hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si
Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.
strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai
angku,
83
Angku Karim pejuang ekonomi kita, ujar Angku Gogai. Hal ini terindikasi
tetapi bersifat umum yang ditandai dengan penggunaan kata ganti impersonal
yang bersifat umum, yaitu kata angku-angku, tuan-tuan, puan-puan sanak kerabat
semuanya.
Ermanto Tolantang sebanyak 2,6% dengan jenis tindak tutur ekspresif memuji.
strategi bertutur samar-samar. Hal ini ditandai dengan tuturan Roni yang
terindikasi memuji Emak Sanjai, yaitu dengan kata emakku memang hebat.
Barlian yang sedang tertimpa musibah dengan meminta harta peninggalan Ayah
Barlian sekaligus adik Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah
Barlian yang ternyata isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan
perhiasan emas yang banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut
melalui surat kepada Emak Naimah, tetapi Mak Sanjailah yang mengambil surat
menggunakan strategi bertutur samar-samar. Hal ini terlihat di dalam surat Nurlela
untuk Barlian yang mana Buya Bahar sering memuji Hamid dengan sebutan
sarjana geologi berotak barat dan berhati arab. Artinya, Hamid adalah sarjana
geologi yang cerdas dan memiliki sifat yang baik. Hal ini terindikasi
Bertutur di dalam hati dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7 Cinta
Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 6,4% dengan jenis tindak
Strategi bertutur di dalam hati dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
mengeluh terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
strategi bertutur di dalam hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Barlian, yaitu aku
dan emak harus merantau jauh pikiran Barlian. Kemudian, pada tuturan (59)
hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Aku (Herman), yaitu kata di dalam hati yang
85
Strategi bertutur di dalam hati dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
60) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya
dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan
berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi
surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
(T1/7CSAK:76)
strategi bertutur di dalam hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Herman, yaitu
tanpa mohon izin lagi aku bergegas meninggalkan Riani, aku sudah dapat
memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
penggunaan strategi bertutur yang digunakan pelaku tutur di dalam novel Sansai
dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang ada enam, yaitu (a)
petutur lebih muda belum akrab, (b) petutur lebih muda sudah akrab, (c) petutur
sebaya belum akrab, (d) petutur sebaya sudah akrab, (e) petutur lebih tua belum
akrab, (f) petutur lebih tua sudah akrab. Hal ini akan ditinjau dari segi setting dan
Petutur lebih muda belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan
7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 17,8% dengan jenis
mengeluh, dan mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-
basi, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur terus
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
positif hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto
61) “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan
suara lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk.
Panitia dan orang kampungku segera saja bersorak sorai pertanda
kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di
rantau. (T1/7CSAK:74)
menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan Uda
tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah
kegembiraan. Kedua, participant yang terlibat adalah Uda Imzamril dan Herman,
yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Uda
Imzamril adalah untuk menawar ayam singgang yang berguna untuk memperbaiki
pernyataan dari Uda Imzamril kepada orang kampung. Kelima, key yang terdapat
87
di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Uda Imzamril kepada
disampaikan dengan lisan oleh Uda Imzamril kepada orang kampung. Ketujuh,
kepada Uda Imzamril yang memiliki tingkah laku dermawan. Kedelapan, genre
mengacu pada jenis penyampaian Uda Imzamril yang terindikasi baik kepada
orang kampung.
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya terdapat
di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan
berikut.
lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni (pengantin pria). Pertama, setting
yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut
pengantin wanita dan Roni (pengantin pria), yaitu petutur lebih muda belum
akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut lelaki utusan pengantin wanita adalah
belum ditepati oleh pengantin pria. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut
adalah pernyataan dari lelaki utusan rombangan wanita kepada Roni. Kelima, key
yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh lelaki
disampaikan dengan lisan oleh lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni
dalam tuturan mengacu kepada Roni (pengantin pria) yang memiliki tingkah laku
tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian lelaki
utusan pengantin wanita yang terindikasi baik kepada Roni (pengantin pria).
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan positif hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang
63) “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan
berat hati. “Terima kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara
lembut. (T1/S:13)
Pada tuturan (63) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan
Nurlela kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kekecewaan Roni terhadap
Nurlela. Kedua, participant yang terlibat adalah Roni dan Nurlela, yaitu petutur
lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Roni adalah untuk
memberitahu Nurlela terkait surat yang dikirim Barlian dari rantau untuknya.
Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Roni kepada
89
Nurlela. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan
disampaikan dengan lisan oleh Roni kepada Nurlela. Ketujuh, norm of interaction
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan negatif terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung
64) “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di
mana ya?” tanya Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan
ada yang direnungkan Husnah. Sejenak kemudian, tampak pula
kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya. (T1/S:56)
65) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
(T1/7CSAK:69)
Pada tuturan (64) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Barlian kepada Husna. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant
yang terlibat adalah Barlian dan Husna, yaitu petutur lebih muda belum akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk mengetahui tentang
asal-usul Husna. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan
90
dari Barlian kepada Husna. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada
tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi rasa ingin tahu.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian yang terindikasi baik
kepada Husna.
Pada tuturan (65) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Angku Gogai kepada seluruh orang kampung yang hadir melayat. Pertama,
setting yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan
tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku Gogai dan
seluruh orang kampung yang hadir melayat, yaitu petutur lebih muda belum
akrab. Kemudian, pada tuturan (65) juga terdapat petutur sebaya dan lebih tua
belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Angku Gogai adalah untuk
meminta maaf kepada orang kampung atas semua kesalahan Angku Karim selama
hidup. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah permintaan dan
pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang hadir melayat. Kelima,
key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu
disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang hadir melayat sedangkan
key dalam tuturan orang kampung yang hadir melayat Angku Karim, yaitu
terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada
91
orang kampung yang hadir melayat Angku Karim. Ketujuh, norm of interaction
Gogai dan orang kampung yang terindikasi peduli dengan sesama sedangkan
Angku Karim terindikasi orang yang suka menolong dan baik hati selama hidup.
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Barlian. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang terlihat dalam
tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Samsudin
dan Barlian, yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini
dalam pengadilan yang membuat rumah, sawah, dan kebun yang semula milik
92
keluarga Barlian jatuh kepada Mak Hafsah sebagai pemilik sah sedangkan end
dari tuturan Barlian adalah untuk mengeluhkan rantau mana yang hendak
ditujunya bersama Mak Naimah. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut
adalah pernyataan dari Samsudin dan Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam
tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Samsudin dan Barlian. Keenam,
dalam tuturan Barlian disampaikan dengan bertutur di dalam hati. Ketujuh, norm
yang mengacu kepada Barlian, yaitu suka mengeluh. Kedelapan, genre mengacu
Herman kepada Sefina. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah senang. Kedua, participant yang
terlibat adalah Herman dan Sefina, yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga,
end dari tuturan ini menurut Herman, yaitu agar dapat segera bertemu dengan
Sefina. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan Herman
kepada Sefina. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan
dengan hati oleh Herman kepada Sefina. Keenam, instrumentalies yang terdapat
di dalam tuturan disampaikan dengan bertutur di dalam hati oleh Herman kepada
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Herman yang terindikasi baik
kepada Sefina.
Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni (pengantin pria). Pertama, setting
yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut
pengantin wanita dan Roni (pengantin pria), yaitu petutur lebih muda belum
akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut lelaki utusan pengantin wanita adalah
belum ditepati oleh pengantin pria. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut
adalah pernyataan dari lelaki utusan rombangan wanita kepada Roni. Kelima, key
yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh lelaki
disampaikan dengan lisan oleh lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni
94
dalam tuturan mengacu kepada Roni (pengantin pria) yang memiliki tingkah laku
tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian lelaki
utusan pengantin wanita yang terindikasi baik kepada Roni (pengantin pria).
Petutur lebih muda sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan
7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 31,1% dengan jenis
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur terus terang dengan basa-
basi kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif,
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
69) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan
pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu
ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah
Naimah dan anaknya itu dibawa oleh nasibnya ke rantau
mana hendak dituju,” tambah Emak lagi. (T1/S:29)
Mak Sanjai kepada Mak Naimah dan Barlian. Pertama, setting yang terlihat
95
tempatnya tidak umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah
menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan anaknya
(Roni dan Nurbaiti), yaitu petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari
tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk mengujarkan kebencian dan melihat
kesengsaraan Emak Naimah dan Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan
tersebut adalah pernyataan dari Mak Sanjai kepada anaknya Nurbaiti dan Roni.
Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius
oleh Mak Sanjai kepada kedua anaknya. Keenam, instrumentalies yang terdapat di
dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Roni dan
tuturan mengacu kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku jahat.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
70) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
(T1/S:1)
Mak Sanjai kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum
dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua,
participant
96
yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Roni, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk menanyakan alasan
Roni selaku anak Mak Sanjai, yaitu terkait alasan Roni sampai membakar rumah
dan motor. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dari
Mak Sanjai kepada Roni. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
disampaikan dengan hati oleh Mak Sanjai kepada Roni. Keenam, instrumentalies
yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada
tuturan mengacu kepada Roni yang memiliki tingkah laku tidak menghargai orang
tua. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan positif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Pada tuturan (71) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan
Buya Bahar kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum
dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant
97
yang terlibat adalah Buya Bahar dan Barlian, yaitu petutur lebih muda sudah
akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Buya Bahar adalah untuk
memberitahukan Barlian tentang persetujuan Buya dan Umi yang akan pergi ke
tanah suci Makkah. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
pernyataan dari Buya Bahar kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam
tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Buya Bahar kepada Barlian.
yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada Barlian yang memiliki tingkah
laku dermawan. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Buya Bahar
Pada tuturan (72) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan
Herman kepada Riani. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant
yang terlibat adalah Herman dan Riani, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Herman adalah untuk mengucapkan terima
kasih kepada Riani atas pemberian senter kecil yang bermanfaat bagi Herman
untuk penerangan jalan pulang ke rumahnya dari rumah Tuan Guru Masad di
malam hari. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari
Herman kepada Riani. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Herman kepada
98
tuturan tersebut mengacu kepada Riani, yaitu baik hati. Kedelapan, genre
mengacu pada jenis penyampaian Herman yang terindikasi baik kepada Riani.
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
Pada tuturan (73) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Hamid kepada Nurlela. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
participant yang terlibat adalah Hamid dan Nurlela, yaitu petutur lebih muda
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Hamid adalah untuk
Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Hamid
kepada Nurlela. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan
dengan serius oleh Hamid kepada Nurlela. Keenam, instrumentalies yang terdapat
99
di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Hamid kepada Nurlela. Ketujuh,
mengacu kepada Hamid, yaitu jujur. Kedelapan, genre mengacu pada jenis
Pada tuturan (74) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Hamid kepada Nurlela. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant
yang terlibat adalah Hamid dan Nurlela, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Hamid adalah untuk memberitahu Nurlela
bahwa Hamid tidak dapat menepati janjinya kepada Nurlela, yaitu kembali ke
kampung Nurlela dan menikahinya. Hal ini dikarenakan Hamid akan segera
dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan anak sahabat ayahnya. Keempat, act
sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Hamid kepada Nurlela.
Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius
tuturan disampaikan dengan tertulis oleh Hamid kepada Nurlela melalui surat.
tersebut mengacu kepada Hamid, yaitu tidak menepati janji. Kedelapan, genre
mengacu pada jenis penyampaian Hamid yang terindikasi baik kepada Nurlela.
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
mengeluh menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dan bertutur
terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel
100
Sansai dan 7 cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
75) “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak
Sanjai. Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar
Nak?” (T1/S:60)
76) “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)
Mak Sanjai kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum
dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua,
participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Roni, yaitu petutur lebih muda
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk
menanyakan alasan anaknya membakar motor dan rumah. Keempat, act sequence
dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dari Mak Sanjai kepada Roni. Kelima,
key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Mak
disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Roni. Ketujuh, norm of
kepada Roni, yaitu tidak menghargai orang tua. Kedelapan, genre mengacu pada
Ayah Herman kepada Ibu Herman. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan
101
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah mencekam. Kedua, participant
yang terlibat adalah Ayah Herman dan Ibu Herman, yaitu petutur lebih muda
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut ayah adalah untuk
memberitahukan tentang kecemasannya kepada ibu karena rasa takut ayah setelah
berangkat dari ibu kota kecamatan nanti mata orang kampung tertuju kepadanya
sebab ayah berada dalam dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara
lambang pohon rindang yang terkesan mendesak ayah sebagai pegawai negeri
untuk datang ke ibu kota kecamatan dan lambang kiblat agama, tetapi hati ayah
pastilah tertuju pada lambang kiblat agama. Keempat, act sequence dalam tuturan
tersebut adalah pernyataan Ayah Herman kepada Ibu Herman. Kelima, key yang
dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ayah kepada ibu. Ketujuh, norm of
kepada ayah yang terindikasi tidak percaya diri. Kedelapan, genre mengacu pada
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
bertutur di dalam hati yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Mak Sanjai kepada Sabirin. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
yang terlihat di dalam tuturan tersebut adalah mengecam. Kedua, participant yang
terlibat adalah Mak Sanjai dan Nurbaiti, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini adalah untuk menyatakan ketidak setujuan Mak Sanjai
menikahkan anaknya Nurbaiti dengan anak Sabirin sekaligus adik Mak Sanjai,
yaitu Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan
dari Mak Sanjai kepada Nurbaiti. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan
tersebut mengacu kepada Mak Sanjai, yaitu disampaikan dengan serius kepada
dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Nurbaiti. Ketujuh, norm of interaction an
Herman kepada Sefina. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang
terlibat adalah Riani dan Herman, yaitu petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga,
103
end dari tuturan ini menurut Riani adalah untuk menyatakan bahwa Sefina akan
lelaki bernama Imzamril. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
pernyataan dari Riani dan Herman. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan
tersebut mengacu kepada Riani, yaitu disampaikan dengan serius kepada Herman
sedangkan key dari tuturan Herman disampaikan dengan hati yang ditujukan
dalam tuturan Herman disampaikan dengan bertutur di dalam hati kepada Sefina.
Herman yang terindikasi baik dan genre tuturan Herman kepada Sefina juga
terindikasi baik.
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Haji Amran kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
participant yang terlibat adalah Haji Amran dan Barlian, yaitu petutur lebih muda
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Haji Amran adalah untuk
menyatakan rasa senang, rasa kasih, dan rasa sukanya terhadap Barlian yang
memiliki budi pekerti yang baik selama berdagang serta taat dalam beribadah.
Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Haji Amran
kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu
kepada Haji Amran, yaitu disampaikan dengan serius kepada Barlian. Keenam,
terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi ramah
dan bertanggung jawab. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Haji
Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung
terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada seluruh orang kampung yang datang
melayat Angku Kaarim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang
terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat
adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.
Kemudian, di dalam tuturan (80) juga ditemukan petutur lebih tua dan lebih muda
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang
kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim sudah berpulang ke Sang
Penciptanya. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari
Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang
disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam,
Gogai yang terindikasi dapat dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis
penyampaian Angku Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang
datang melayat.
Petutur sebaya belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 3,3% dengan jenis
tindak tutur ekspresif kritikan dan mengecam menggunakan strategi bertutur terus
106
terang tanpa basa-basi dan bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan
negatif.
Petutur sebaya belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
negatif hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto
ustaz kepada jemaah. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu
umum di musala dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah
menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah ustaz dan jemaah, yaitu
petutur sebaya belum akrab. Kemudian, dalam tuturan (81) ini juga terlihat petutur
lebih tua dan lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut ustaz
107
adalah untuk menyuruh jemaah meninggalkan kebiasaan mereka yang tidak sesuai
dengan Islam. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan
dan permintaan dari ustaz kepada jemaah. Kelima, key yang terdapat di dalam
terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ustaz kepada jemaahnya.
mengacu kepada ustaz yang memiliki tingkah laku yang bertanggung jawab.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian ustaz yang terindikasi baik.
Petutur sebaya belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Nurbaiti kepada Nurlela. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu
tidak umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.
Kedua, participant yang terlibat adalah Nurbaiti dan Nurlela, yaitu petutur sebaya
belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Nurbaiti adalah untuk
menyuruh Nurlela menjauhi Barlian. Hal ini dilakukan oleh Nurbaiti dengan
mengecam Nurlela, yaitu tidak pantas dengan Barlian tetapi Nurbaitilah yang
108
pantas dengan Barlian karena Barlian adalah anak pisang Nurbaiti. Keempat, act
sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dan permintaan. Kelima, key
yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Nurbaiti
Nurbaiti yang memiliki tingkah laku yang egois. Kedelapan, genre mengacu pada
Petutur sebaya sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 6,6% dengan jenis
Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak
umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.
Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Mak Hafsah, yaitu petutur
sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk
act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Mak Sanjai kepada
Mak Hafsah. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan
dengan serius oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Keenam, instrumentalies
yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada
dalam tuturan mengacu kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku kasar.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi
Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu terima
negatif hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat
Pada tuturan (84) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan
Aisyah kepada Pudin. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
participant yang terlibat adalah Aisyah dan Pudin, yaitu petutur sebaya sudah
akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah untuk berterima kasih
kepada Pudin yang telah membantunya memberikan surat Nurlela dari kampung
kepada Aisyah yang mana surat tersebut ditujukan untuk Barlian. Keempat, act
sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Aisyah kepada Pudin.
Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius
tuturan disampaikan dengan lisan oleh Aisyah kepada Pudin. Ketujuh, norm of
Aisyah dan Pudin yang memiliki tingkah laku tidak jujur. Kedelapan, genre
mengacu pada jenis penyampaian Aisyah yang terindikasi baik kepada Pudin.
Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak
umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.
Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Mak Hafsah, yaitu petutur
sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk
menuntut Mak Hafsah agar memberinya imbalan lima puluh emas karena telah
pertanyaan, dan permintaan dari Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Kelima, key
yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Mak
tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Ketujuh,
kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku jahat. Kedelapan, genre mengacu
pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi tidak baik kepada Mak
Hafsah.
Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya
Angku Gogai kepada Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang
terlibat adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur sebaya sudah
akrab. Kemudian, di dalam tuturan (86) ini juga terdapat petutur lebih tua dan
lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan
kepada orang kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim pejuang
tuturan tersebut adalah pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang
datang melayat. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu
kepada Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan serius kepada orang kampung
disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh,
mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat dipercaya sedangkan norm
hati semasa hidup. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku
Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang datang melayat.
Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
basa-basi kesantunan negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak
terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat
Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang terlihat dalam
tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku
Gogai dan orang kampung, yaitu petutur sebaya sudah akrab. Kemudian, di dalam
tuturan (87) ini juga terdapat petutur lebih tua dan lebih muda sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang kampung yang
Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Angku
Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang terdapat di
dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan
serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam, instrumentalies yang
terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada
dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat
dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku Gogai yang
Petutur lebih tua belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 5,5% dengan jenis
bertutur terus terang tanpa basa-basi dan bertutur terus terang dengan basa-basi
kesantunan negatif.
Petutur lebih tua belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya
ustaz kepada jemaah. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu
umum di musala dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah
menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah ustaz dan jemaah, yaitu
petutur lebih tua belum akrab. Kemudian, dalam tuturan (88) ini juga terlihat
petutur lebih muda dan sebaya belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut
115
ustaz adalah untuk menyuruh jemaah meninggalkan kebiasaan mereka yang tidak
sesuai dengan Islam. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
pernyataan dan permintaan dari ustaz kepada jemaah. Kelima, key yang terdapat di
terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ustaz kepada jemaahnya.
mengacu kepada ustaz yang memiliki tingkah laku yang bertanggung jawab.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian ustaz yang terindikasi baik.
Petutur lebih tua belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi yang hanya
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Nurbaiti kepada Mak Jihin Kadi. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan
ini, yaitu umum di puskesmas dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut
adalah menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah Nurbaiti dan Mak
Jihin, yaitu petutur lebih tua belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut
Nurbaiti adalah untuk menyatakan kebencian kepada Mak Jihin karena menurut
Nurbaiti Mak Jihin telah merayunya. Keempat, act sequence dalam tuturan
tersebut adalah pernyataan dari Nurbaiti kepada Mak Jihin. Kelima, key yang
disampaikan dengan lisan oleh Nurbaiti kepada Mak Jihin. Ketujuh, norm of
Nurbaiti yang memiliki tingkah laku tercela. Kedelapan, genre mengacu pada
Petutur lebih tua sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 36,5% dengan jenis
strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur terus terang dengan basa-
basi kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif,
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan positif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto
90) “Uda ada kabar baik, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok kebutuhan
besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. (T1/S:61)
Aisyah kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
117
participant yang terlibat adalah Aisyah dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah
akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah untuk memberitahukan
kabar gembira bahwa toko Haji Amran dan Barlian akan diikutsertakan dalam
tuturan tersebut adalah pernyataan bahagia dari Aisyah kepada Barlian. Kelima,
key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Aisyah
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Aisyah yang terindikasi baik
kepada Barlian.
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
negatif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat
Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak
umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah memprihatinkan.
118
Kedua, participant yang terlibat adalah Nurlela dan barlian, yaitu petutur lebih tua
sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Nurlela adalah untuk
Mak Sanjai. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari
Nurlela kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan tertulis oleh Nurlela kepada
tuturan mengacu kepada Nurlela yang memiliki tingkah laku amanah. Kedelapan,
genre mengacu pada jenis penyampaian Nurlela yang terindikasi baik kepada
Barlian.
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan positif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto
92) “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh
Ananda ke toko, Pak Haji,” jawab Barlian sambil menyalami
dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat. (T1/S:12)
Pada tuturan (92) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan
Barlian kepada Haji Amran. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum
dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant
yang terlibat adalah Barlian dan Haji Amran, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk memberitahukan Haji
119
Amran bahwa Barlian akan datang ke toko Haji Amran. Keempat, act sequence
dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Barlian kepada Haji Amran.
Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius
oleh Barlian kepada Haji Amran. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam
tuturan disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada Haji Amran. Ketujuh, norm
Barlian yang memiliki tingkah laku menghormati orang yang lebih tua sedangkan
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
93) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
(T1/S:50-51)
94) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani
tidak boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman
akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)
Pada tuturan (93) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Nurlela kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang
terlibat adalah Nurlela dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,
end dari tuturan ini menurut Nurlela adalah untuk memberitahukan kepada
hidupnya daripada Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
permintaan dan pernyataan dari Nurlela kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat
di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Nurlela kepada Barlian.
tertulis oleh Nurlela melalui surat kepada Barlian. Ketujuh, norm of interaction an
yang terindikasi tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis
Pada tuturan (94) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
Riani kepada aku (Herman). Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
yang terlibat adalah Riani dan Herman, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Riani adalah untuk memberitahukan Herman
bahwa mereka akan dipisahkan oleh pernikahan antara Riani dengan Rahman atas
paksaan dari Ayah Riani. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
permintaan dan pernyataan dari Riani kepada Herman. Kelima, key yang terdapat
di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Riani, yaitu disampaikan dengan serius
121
disampaikan dengan lisan oleh Riani kepada Herman. Ketujuh, genre mengacu
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi yang hanya terdapat di dalam
novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.
Barlian kepada Mak Naimah. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant
yang terlibat adalah Barlian dan Mak Naimah, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk memberitahukan
keluhannya tentang kesulitan hidupnya yang tidak ditemani oleh sosok ayahnya
Sabirin. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari
Barlian kepada Mak Naimah. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
122
mengacu kepada Barlian, yaitu disampaikan dengan hati kepada Mak Naimah.
oleh Barlian kepada Mak Naimah. Ketujuh, genre mengacu pada jenis
Barlian kepada Aisyah. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang
terlibat adalah Aisyah dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,
end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah memberikan surat dari Nurlela untuk
Barlian yang sudah disimpan oleh Aisayah hampir satu bulan sedangkan end dari
tuturan Barlian adalah untuk menanyakan alasan Aisyah yang baru memberikan
surat Nurlela dari kampung untuk Barlian padahal surat tersebut datang sudah
hampir satu bulan. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah
pernyataan dari Aisyah kepada Barlian sedangkan act sequence dalam tuturan
Barlian adalah pertanyaan kepada Aisyah. Kelima, key yang terdapat di dalam
tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Aisyah kepada Barlian sedangkan
key dalam tuturan Barlian disampaikan dengan serius kepada Aisyah. Keenam,
terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Aisyah, yaitu tidak amanah.
Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian dan Aisyah yang
terindikasi baik.
123
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi yang hanya
terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada
kutipan berikut.
Barlian kepada Buya Bahar. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant yang
terlibat adalah Barlian dan Buya Bahar, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah mengungkapkan keluhannya
kepada Buya Bahar tentang rantau mana yang akan ditujunya bersama Mak
Naimah. Hal ini dikarenakan keluarga Barlian kalah dalam persidangan yang
menyebabkan rumah, sawah, dan ladang yang semula milik Barlian menjadi hak
milik Mak Hafsah sebagai pemilik sah dalam persidangan. Keempat, act sequence
dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dan pernyataan Barlian kepada Buya.
Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh
disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada Buya. Ketujuh, norm of interaction
yaitu suka mengeluh. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian
Nurbaiti kepada Mak Sanjai. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
yang terlihat di dalam tuturan tersebut adalah mengecam. Kedua, participant yang
terlibat adalah Nurbaiti dan Mak Sanjai, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.
Ketiga, end dari tuturan ini adalah untuk menyatakan ketidaksetujuan Nurbaiti
kepada Emaknya yang tidak mau menikahkan Nurbaiti dengan Barlian. Keempat,
act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Nurbaiti kepada Mak
Sanjai. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada
terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Nurbaiti yang terindikasi tidak
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
dengan basa-basi kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan
berikut.
125
Roni kepada Mak Sanjai. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane
yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah gembira. Kedua, participant yang
terlibat adalah Roni dan Mak Sanjai, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,
end dari tuturan ini menurut Roni adalah untuk memberikan pujian kepada Mak
tertimpa musibah dengan meminta harta peninggalan Ayah Barlian sekaligus adik
Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian yang ternyata
isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan emas yang
banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat kepada Emak
sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Roni yang ditujukan
kepada Mak Sanjai. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu
kepada Roni, yaitu disampaikan dengan bergurau yang ditujukan kepada Mak
dengan lisan oleh Roni kepada Mak Sanjai. Ketujuh, norm of interaction an
Sanjai dan Roni yang terindikasi jahat. Kedelapan, genre mengacu pada jenis
Angku Gogai kepada Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan
scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang
terlibat adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih tua sudah
akrab. Kemudian pada tuturan (100) ini juga ditemukan petutur lebih muda, dan
sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada
orang kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim pejuang ekonomi
tersebut adalah pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang datang
melayat. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada
Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang
disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh,
mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat dipercaya sedangkan norm
hati semasa hidup. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku
Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang datang melayat.
Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu
basa-basi kesantunan positif dan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi
kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
terlihat pada tuturan Barlian kepada seluruh orang yang ada di rumah Buya Bahar,
yaitu (Buya, Umi, Emak Naimah, dan Husna). Pertama, setting yang terlihat tidak
umum, yaitu di rumah Buya Bahar dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut
adalah berdukacita. Kedua, participant yang terlibat adalah Barlian dan orang
yang ada di rumah Buya Bahar, yaitu (Buya, Umi, Emak Naimah, dan Husna),
yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Kemudian pada tuturan (101) ini juga
ditemukan petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah
dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Barlian kepada semua orang yang
ada di rumah Buya. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu
kepada Barlian, yaitu disampaikan dengan serius kepada semua orang yang ada di
disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada semua orang yang ada di rumah
tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi baik hati. Kedelapan,
genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian yang terindikasi baik kepada
terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada seluruh orang yang datang melayat
Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang terlihat dalam
tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku
Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Kemudian, pada
tuturan (102) juga terdapat petutur lebih muda dan sebaya sudah akrab. Ketiga,
end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang kampung yang datang
Penciptanya. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari
Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang
disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam,
Gogai yang terindikasi dapat dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis
penyampaian Angku Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang
datang melayat.
129
tutur dengan menggunakan tiga fungsi tuturan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si
Anak Kampung karya Ermanto Tolantang, yaitu (a) convival, (b) collaborative,
dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 16,1% dengan
yang dilakukan oleh Uda Imzamril, yaitu pelelang ayam singgang tertinggi yang
mana uang tersebut akan digunakan untuk memperbaiki musala yang ada di
kritikan yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
104) Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari
kita besarkan toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi
dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk pembangunan Bandara
Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah. (T1/S:35)
105) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari
menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang
tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba
meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan
kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar
kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah nenek moyang
kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-
raung dan menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan
bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah
kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari, seribu
hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,”
terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)
dilakukan oleh Aisyah kepada Barlian, yaitu dengan kata mari kita berpikir ke
depan Uda, mari kita besarkan toko kita ini Uda. Hal ini dikarenakan Aisyah
yaitu gadis yang dicintainya memilih lelaki lain daripada Barlian. Kemudian, pada
tuturan (105) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan menggunakan fungsi
pragmatis bertutur, yaitu convival terindikasi mengajak yang dilakukan oleh ustaz
131
raung dan menghentakkan kaki di lantai rumah jika sedang berduka, dan mari
terima kasih terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
106) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan
Barlian agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan
bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan
rona yang muram. (T1/S:9-10)
107) “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi,
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam
ini,” tambah Barlian. (T1/S:11)
108) “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak
atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan
ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
(T1/7CSAK:77)
Pada tuturan (106) dan (107) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih
mengucapkan terima kasih yang dilakukan oleh Emak Naimah dan Barlian
kepada keluarga Buya Bahar karena membantu memberikan tempat tinggal untuk
Emak Naimah dan Barlian yang terkena musibah dan tidak mempunyai rumah dan
harta sedikitpun. Kemudian, pada tuturan (108) terdapat tindak tutur ekspresif
terindikasi mengucapkan terima kasih yang dilakukan oleh Herman kepada Riani
132
karena Riani memberikan senter kecil yang bermanfaat untuk penerangan jalan ke
dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 16,1% dengan
109) “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu
Haji Idrus ternyata sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman
tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas
Aisyah dengan bahagia. (T1/S:61)
yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang
menyatakan yang dilakukan oleh lelaki utusan dari rombongan pengantin wanita
kepada Roni karena tidak memenuhi kesepakatan yang telah disepakati, yaitu
uang sasuduik atau uang kamar. Dengan demikian, pernikahan belum dapat
menurut Mak Sanjai, Mak Hafsah berjanji akan memberikan lima puluh emas
keluarga Barlian, yaitu rumah, kebun, dan sawah yang semula milik Barlian jatuh
ke tangan Mak Hafsah sebagai pemiliki sah menurut hukum. Namun, perjanjian
112) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti. (T1/S:1)
134
menyatakan dalam jenis pertanyaan yang dilakukan oleh Emak Sanjai kepada
anaknya Roni, yaitu terkait dengan alsan Roni sampai membakar sepeda motor
dan rumahnya. Kemudian pada tuturan (113) terdapat tindak tutur ekspresif
Naimah kepada Barlian, yaitu meminta Barlian untuk dapat memainkan rebab tua
milik ayahnya yang sudah lama merantau dan tidak kunjung pulang. Hal ini
yaitu meminta maaf yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
114) “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin
wanita juga belum siap untuk menanti. Mohon maaf,
assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan. (T1/S:46 dan 47)
115) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
(T1/S:50-51)
135
116) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,”
pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan
segukan-segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan
permohonan maaf itu. (T1/7CSAK:69)
117) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak
boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan
segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)
Pada tuturan (114) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh lelaki utusan dari rombongan
wanita kepada Roni selaku mempelai pria dan rombongannya karena pernikahan
tidak bisa dilanjutkan sebab dari pihak laki-laki telah melanggar perjanjian dan
adat dari pihak perempuan, yaitu uang sasuduik atau uang kamar. Selanjutnya,
pada tuturan (115) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan
menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh Nurlela kepada Barlian karena
hidupnya dengan tetap memposisikan Emak Naimah selaku Emak Barlian sebagai
orang tua Nurlela dan Barlian tetap sebagai Uda bagi Nurlela. Pada tuturan (116)
yang dilakukan oleh Angku Gogai selaku kerabat Angku Karim kepada seluruh
Kemudian, pada tuturan (117) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf
136
menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh Riani kepada Herman karena
mereka berdua akan dipisahkan oleh pernikahan antara Riani dengan Uda Rahman
yaitu mengeluh yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
menyatakan yang dilakukan oleh Barlian, yaitu tentang rantau manalah yang akan
sedikitpun setelah kalah banding dengan Mak Hafsah. Hal ini menyebabkan
rumah, kebun, dan sawah milik Barlian jatuh ke Mak Hafsah sebagai pemilik sah
secara hukum. Selanjutnya, pada tuturan (119) terdapat tindak tutur ekspresif
menanyakan alasan Aisyah kenapa baru memberikan surat balasan Nurlela dari
137
kampung kepada Barlian yang hampir satu bulan datang. Kemudian, pada tuturan
oleh Herman kepada Hartiwi dengan berkata di dalam hati, yaitu penyesalan
yaitu mengecam yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
menyatakan yang dilakukan oleh Emak Sanjai kepada Nurbaiti, yaitu Emak Sanjai
dengan anak Mak Sanjai, yaitu Nurbaiti. Selanjutnya, pada tuturan (122) terdapat
Mak Sanjai, yaitu Nurbaiti tidak setuju dengan Emaknya yang tidak mau
138
Herman bahwa Sefina tidak dapat membalas perasaan Herman karena akan segera
yaitu memuji yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung
menyatakan pujian yang dilakukan oleh Roni kepada Emak Sanjai karena
kelicikan Mak Sanjai mengelabui keluarga Barlian yang sedang tertimpa musibah
dengan meminta harta peninggalan Ayah Barlian sekaligus adik Mak Sanjai. Mak
Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian yang ternyata isi di dalam besi
tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan emas yang banyak. Padahal
Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat kepada Emak Naimah, tetapi
kepada Mak Naimah dan Barlian. Selanjutnya, pada tuturan (125) terdapat tindak
139
surat yang disampaikan oleh Nurlela kepada Barlian, yaitu Buya sering memuji
Hamid dengan sebutan sarjana geologi berotak barat dan berhati arab. Artinya,
Hamid adalah sosok yang hebat dan berhati baik. Kemudian, pada tuturan (126)
di kampungnya.
Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan
berikut.
orang yang berada di rumah Buya Bahar karena Nurlela anak Buya Bahar telah
adalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Kemudian Barlian
membacakan surat Alfatihah untuk Nurlela diiringi oleh semua orang yang berada
di rumah Buya Bahar. Kemudian, pada tuturan (128) terdapat tindak tutur
kebencian hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat
Hal ini dilakukan oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah karena menurut Mak
Sanjai, Mak Hafsah tidak mengakui perjanjian yang sudah disepakati setelah
tersebut, yaitu rumah, kebun, dan sawah yang semula milik barlian jatuh ke Mak
Hafsah selaku pemiliki sah secara hukum. Pada tuturan (130) terdapat tindak tutur
adiknya Sabirin, ditandai dengan kata ancam. Hal ini dikarenakan Emak Sanjai
tidak suka dengan Emak Naimah dan Barlian. Dengan demikian, Emak Sanjai
memisahkan Emak Naimah dengan suaminya sekaligus adik Emak Sanjai, yaitu
Sabirin. Hal ini dilakukan Emak Sanjai dengan menyuruh Sabirin merantau ke
Kolang Malaysia yang bertujuan agar adik Emak Sanjai tidak menanggung malu
adat yang terjadi di dalam keluarga Emak Naimah, yaitu persengketaan kebun,
rumah, dan sawah yang semula milik Emak Naimah merupakan milik sah Mak
Uwo Hafsah.
mengeluh terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
yang dilakukan oleh Barlian kepada Pudin. Hal ini dikarenakan Pudin tidak
memberikan surat Nurlela dari kampung yang ditujukan kepada Barlian. Hal ini
dikarenakan Pudin bekerja sama dengan Aisyah, yaitu Pudin memberikan surat
Nurlela tersebut kepada Aisyah karena Aisyah cemburu dengan Nurlela yang
dekat dengan Barlian. Kemudian, pada tuturan (132) terdapat tindak tutur
conflictive terindikasi menuduh yang dilakukan oleh Ayah Herman kepada orang
kampung karena jika ayah berangkat dari ibu kota kecamatan maka setelah pulang
nantinya pasti mata orang kampung tertuju kepada ayah sebab ayah berada dalam
dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara lambang pohon rindang dan
lambang kiblat agama. Hati ayah pasti memilih lambang agama, tetapi ayah
sebagai pegawai negeri diundang oleh lambang pohon rindang yang membuat
ayah risau.
mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat
yang dilakukan oleh Roni kepada Mak Hafsah, yaitu menurut Roni Mak Hafsah
Sanjai selaku emak dari Roni yang membantu memenangi persengketaan antara
Mak Hafsah dengan keluarga Mak Naimah, tetapi menurut Mak Hafsah dia tidak
kepada Mak Hafsah, yaitu dengan menghardik. Hal ini dibuktikan dalam tuturan
Roni, yaitu Keluarlah kau dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda
tua! Lalu di dalam tuturan (133) juga terdapat fungsi pragmatis conflictive
terindikasi mengancam yang dilakukan oleh Roni kepada Mak Hafsah. Hal ini
dibuktikan dengan tuturan Roni, yaitu Aku bunuh kau si janda tua!
B. Pembahasan
penelitian yang dimaksud, yaitu 1) jenis tindak tutur ekspresif di dalam novel
bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
tindak tutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
144
Ermanto Tolantang, dan 4) fungsi pragmatis dari tindak tutur ekspresif di dalam
1. Jenis Tindak Tutur Ekspresif di dalam Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Kampung Karya Ermanto Tolantang
Berdasarkan temuan penelitian, dapat dilihat bahwa dalam novel Sansai dan
tindak tutur ekspresif, yaitu (a) kegembiraan, (b) kritikan, (c) kebencian, (d)
kesengsaraan, (e) pengucapan terima kasih, (f) permintaan maaf, (g) keluhan, (h)
pengecaman, (i) pemujian, dan (j) pengucapan belasungkawa. Hal ini sesuai
Jenis tindak tutur yang paling banyak ditemui dalam kedua novel, yaitu
Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang adalah meminta
maaf. Menurut Ekawati (2020, p. 72), meminta maaf termasuk jenis tindak tutur
atau ketidaknyamanan bagi orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Amin (2021,
p. 81) mengatakan bahwa meminta maaf adalah permintaan penutur kepada lawan
Kemudian jenis tindak tutur yang paling sedikit ditemui dalam kedua novel,
yaitu Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang adalah
dapat berbentuk kepuasan dalam hati dapat pula lebih ekspresif, yaitu senyum,
145
tutur ekspresif yang berarti tuturan yang mengekspresikan rasa simpati bahkan
Pada penelitian ini menjelaskan tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat
di dalam sebuah novel. Menurut Wicaksono (2017, p. 71), novel adalah jenis
karya sastra berbentuk prosa fiksi yang panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih
rumit dari cerpen. Pengungkapan konflik di dalam novel digambarkan secara lebih
mendalam dan dengan bahasa yang halus. Sejalan dengan hal itu, Jassin (1987, p.
78) mengatakan bahwa novel merupakan karya sastra jenis prosa yang
menggambarkan suatu peristiwa luar biasa dari kehidupan tokohnya dan dapat
melahirkan suatu konflik yang bisa mengubah nasib mereka. Dengan demikian,
novel hanya menceritakan salah satu sisi kehidupan tokohnya yang benar-benar
(2003, p. 4) menjelaskan bahwa unsur intrinsik adalah salah satu unsur yang
membangun karya sastra dan memiliki ciri yang konkret, ciri-ciri itu meliputi
jenis sastra, perasaan, pikiran, gaya bahasa, gaya penceritaan, dan struktur dari
karya sastra. Artinya, unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra
146
yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Pada teks novel unsur intrinsik itu dapat
berupa tema, penokohan, latar atau setting, alur atau plot, sudut pandang, gaya
Muhardi & WS (1992, p. 20) menjelaskan bahwa unsur intrinsik prosa fiksi
terdiri dari unsur utama dan unsur penunjang. Unsur intrinsik terdiri dari unsur
utama yang mana semua yang terkait dengan pemberian makna yang tertuang
dalam bertutur tidak sebatas penuturan saja. Namun, juga melakukan sesuatu atas
dasar dari tuturan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut Searle (1969, p. 7)
mengatakan bahwa unit yang paling kecil dalam komunikasi bukanlah kalimat
juga permintaan.
yang bisa direalisasikan oleh petutur saat melakukan tindak bertutur, yaitu tindak
tutur lokusioner, tindak tutur ilokusioner, dan tindak tutur perlokusioner. Dalam
hal ini kajian yang digunakan adalah tindak tutur ilokusioner, yaitu bagian tindak
tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif adalah jenis dari tindak bertutur yang
dilakukan dengan maksud untuk menilai atau mengevaluasi sesuatu hal yang
dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang
berdasarkan teori (Brown & Levinson, 1987, p. 69), yaitu (a) bertutur terus terang
tanpa basa-basi, (b) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, (c)
bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, (d) bertutur samar-
negatif dengan jenis tindak tutur yang digunakan, yaitu kritikan, terima kasih,
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavia &
Manaf (2022) dengan judul “Strategi Bertutur dalam Tindak Tutur Ekspresif
Padang, yaitu jenis tindak tutur mengkritik indikasi bertanya, pesimis, dan
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Laila & Septia (2019) dengan
terang dengan basa-basi kesantunan negatif dalam novel Hujan dan Pulang karya
Tere Liye, yaitu dengan jenis tindak tutur meminta maaf indikasi permintaan
maaf.
148
dengan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, yaitu
dengan jenis tindak tutur ekspresif terima kasih, mengeluh, dan memuji.
Kemudian strategi bertutur dalam tindak tutur ekspresif yang paling sedikit
ditemui hanya di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang, tetapi tidak
memuji.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofrita (2016)
dengan judul “Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik dan Memuji dalam Novel
Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian
yaitu Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata dengan jenis
mengenai makna suatu tuturan yang digunakan dalam suatu bahasa yang
lingkungan fisik dan juga sosial di dalam sebuah tuturan. Konteks terkait dengan
latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan penutur membantu lawan
penjelas suatu maksud. Dalam hal ini sarana dapat dikategorikan menjadi dua
macam, yaitu bagian ekspresif yang dapat mendukung kejelasan suatu maksud
atau dikenal dengan istilah co-text dan berupa situasi yang berhubungan dengan
suatu kejadian atau dikenal dengan istilah context. Selain itu, Rustono (1999, p.
26) juga mengartikan situasi tutur sebagai situasi yang melahirkan tuturan.
Adanya pendapat dari Rustono tersebut dapat dilihat bahwa tuturan adalah akibat
dan situasi tutur adalah sebabnya. Dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa
S (Setting dan Scane), setting berkenaan dengan tempat dan waktu petuturan
menunjuk pada maksud dan tujuan tuturan. Keempat, A (Act Sequence) mengacu
kepada bentuk ujaran. Kelima, K (Key) mengacu pada nada, cara, dan semangat di
mana suatu pesan disampaikan dengan hati, serius, mengajak, dan bergurau.
penyampaian.
150
strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta
dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang,
novel Sansai karya Ermanto Tolantang, tetapi tidak ditemukan di dalam novel 7
tindak bertutur jika didukung oleh suatu fungsi dari tindak bertutur. Setiap tindak
tersebut dapat terlihat dari maksud atau tujuan tuturan tersebut. Contohnya Takut
kepada istri, menikah saja lagi. Dalam tuturan tersebut diujarkan oleh seorang
untuk meminta lawan bertuturnya menikah lagi dengan wanita lain karena lawan
bertutur yang takut kepada istrinya. Dengan begitu maka dapat dikatakan bahwa
fungsi dari tindak bertutur tersebut memiliki tujuan mengkritik terkategori tindak
tutur ekspresif.
151
Fungsi pragmatis dari tindak bertutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7
dikemukakan oleh Leech (1993, pp. 161–162), secara umum fungsi sosial dari
menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan. Hal ini sesuai dengan hubungan
dari fungsi-fungsi dengan tujuan sosial, yaitu pemeliharaan perilaku yang sopan
dengan tujuan-tujuan sosial yang ada seperti memerintah, meminta, menuntut, dan
dan memarahi.
collaborative dengan konteks penggunaan strategi bertutur, yaitu petutur lebih tua
sudah akrab. Kemudian fungsi pragmatis tindak tutur ekspresif yang paling sedikit
ditemui di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto
Hal ini sejalan dengan penelitian Pratiwi (2011) yang berjudul “Tindak
ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi yang muncul dalam tuturan wacana
antara jenis tindak tutur ekspresif, strategi bertutur tindak tutur ekspresif, konteks
penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif, dan fungsi pragmatis dari
tindak tutur ekspresif yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
A. Simpulan
beberapa hal. Pertama, jenis tindak tutur ekspresif yang terdapat di dalam kedua
sebanyak 2 data. Kedua, strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang terdapat di
dalam kedua novel, yaitu bertutur terus terang tanpa basa-basi sebanyak 24 data,
bertutur samar-samar sebanyak 2 data, dan bertutur di dalam hati sebanyak 5 data.
Ketiga, konteks penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang terdapat
di dalam kedua novel, yaitu petutur lebih muda belum akrab sebanyak 16 data,
petutur lebih muda sudah akrab sebanyak 28 data, petutur sebaya belum akrab
sebanyak 3 data, petutur sebaya sudah akrab sebanyak 6 data, petutur lebih tua
belum akrab sebanyak 5 data, dan petutur lebih tua sudah akrab sebanyak 32 data.
Keempat, fungsi pragmatis dari tindak tutur ekspresif yang terdapat di dalam
kedua novel, yaitu convival sebanyak 17 data, collaborative sebanyak 54 data, dan
176
177
B. Implikasi
remaja asli atau terjemahan (KD 14.1) yang ada di SMP kelas VIII semester dua.
terjemahan), maka novel dapat dijadikan contoh yang bisa dibaca langsung oleh
siswa. Selain itu, novel juga mudah didapatkan oleh siswa. Sesuai dengan
dalam novel (apa saja isinya, amanat yang terdapat dalam novel). Kedua,
nilai dalam novel dengan nilai-nilai masa kini. Keempat, mengungkapkan isi
dalam novel. Keenam, memberikan kritik dengan disertai alasan yang logis.
Ketujuh, menanggapi kritik terhadap informasi dari novel dengan alasan yang
indikator enam dan tujuh, yaitu memberikan kritik dengan disertai alasan yang
logis dan menanggapi kritik dengan alasan yang jelas, maka dapat dilihat dari
contoh mengkritik yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung
karya Ermanto Tolantang. Berdasarkan hal tersebut, tindak tutur ekspresif yang
terdapat di dalam kedua novel tersebut dapat dijadikan sebagai contoh oleh guru
mata pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, kedua novel tersebut
implikasi positif. Guru dapat memilih bahan bacaan yang sesuai, seperti novel
Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebagai bahan
kebahasaan, agar dialog yang dibaca siswa dapat memberikan teladan atau contoh
yang baik.
kelompok diskusi, kemudian setiap kelompok akan membuat laporan tentang hasil
yang ada di dalam novel. Setelah itu, persoalan yang mereka temukan akan
hasil diskusi tersebut. Pada saat menanggapi atau memberikan kritikan siswa
harus mampu meberikan kritik disertai dengan alasan yang logis. Dengan
demikian, sebelumnya guru sudah menjelaskan cara mengkritik yang baik. Dalam
mencontohkan cara mengkritik dapat dilihat dari tindak tutur mengkritik yang ada
di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang,
sehingga memudahkan guru dalam memberikan contoh kepada siswa. Selain itu,
179
jika siswa mampu melakukan diskusi dengan baik, maka guru juga harus memberi
termotivasi untuk tampil dengan baik. Penguatan tidak hanya dari guru ke siswa,
tetapi juga dapat dilakukan dari siswa kesiswa seperti halnya tindak tutur ekspresif
memuji yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
Ermanto Tolantang.
siswa dalam diskusi. Guru menilai bagaimana cara dalam menyampaikan kritik
dan saran dalam menanggapi kritik ketika diskusi berlangsung. Tanggapan dan
kritikan yang diberikan siswa sesuai dengan yang telah diajarkan atau
dipahami baik oleh siswa. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya
berbahasa dalam arti penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain.
anak didik sebagai masyarakat tutur yang memiliki budaya. Dalam mewujudkan
hal tersebut, guru bahasa hendaknya menerapkan pemakaian tindak tutur ekspresif
dalam berkomunikasi dengan siswa, terutama tindak tutur memuji. Jadi, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran bahasa
C. Saran
sebagai berikut ini. Pertama, bagi siswa hendaknya contoh tuturan baik yang ada
180
di dalam novel dapat dijadikan model dalam pemilihan strategi bertutur yang
digunakan, sehingga dapat membentuk sikap dan kepribadian siswa yang positif
bagi guru bahasa dan sastra Indonesia yang membaca hasil penelitian ini
diharapkan dengan adanya tuturan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
juga dapat memberikan pendidikan pragmatik nantinya. Ketiga, bagi peneliti lain,
penelitian ini baru mendeskripsikan atau menjelaskan satu jenis tindak tutur, yaitu
tindak tutur ekspresif. Agar dapat menyempurnakan penelitian ini perlu dilakukan
yang digunakan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto
REFERENSI
Eriyanti, R. W., Syarifuddin, K. T., Datoh, K., & Yuliana, E. (2019). Linguistik
Umum. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Gunarwan, A. (1994). Pragmatik Pandangan Mata Burung dalam Soejono
Mengiring Rekan Sejati Festschrift Buat Pak Ton. Jakarta: Atma Jaya.
Halliday, M. A. . (1973). Exploration in the Functions of Language. London:
Edward Arnold.
Hizbullah, N., Fazlurrahman, & Fauziah, F. (2016a). Linguistik Korpus dalam
Kajian dan Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia. Posiding Konferensi
Nasional Bahasa Arab II, 388.
Hizbullah, N., Fazlurrahman, & Fauziah, F. (2016b). Penyusunan Model Korpus
Al-Qur’an Digital. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 3(3), 216.
Hizbullah, N., Suryaningsih, I., & Mardiah, Z. (2019). Manuskrip Arab di
Nusantara dalam Tinjauan Linguistik Korpus. Arabi: Journal of Arabic
Studies, 4(1), 70.
Hymes, D. H. (1972). The Etnography of Speaking dalam Reading in the
Sociology of Language. Paris: Mauton.
Ilyas, S., & Khushi, Q. (2012). Facebook Status Updates: A Speech Act Analysis.
Academic Research International, 3(2), 500.
Irma, C. N. (2017). Tindak Tutur dan Fungsi Tuturan Ekspresif dalam Acara
Rumah Perubahan Rhenald Kasali.
Ismari. (1995). Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press.
Ismiati, S. (2020). Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Hak Asasi
Manusia (HAM). Yogyakarta: Deepublish.
Izzaty, R. E. (2017). Perilaku Anak Prasekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Jassin, H. . (1987). Pengarang Indonesia dan Dunianya. Jakarta: PT Gramedia.
Laila, A., & Septia, E. (2019). Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel-Novel Tere
Liye: Tinjauan Pragmatik. Metalingua, 17(1), 41.
Leech, G. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik/Oleh Geoffrey Leech; Penerjemah,
M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.
Leo, H. Y. (2020). Penggunaan Antconc dalam Analisis Makna Kukuru’u dan
Lu’u sebagai Padanan Stay at Home dalam Bahasa Melayu Kupang. Lingko:
Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan, 2(2), 146.
Lusiana, & Fitri, N. (2016). Kesantunan Tindak Tutur Imperatif dalam Pengajaran
Bahasa Inggris pada Mahasiswa di Kabupaten Dharmasraya. Puitika, 12(2),
137.
183
Lampiran 1
Naimah dan anaknya yang bernama Barlian Koto di Kampung Pesisir Nagari
Bandar Sepuluh. Kehidupan sansai ini diawali oleh kepergian ayah Barlian
Kemudian rumah dan tanah yang dimiliki harus dieksekusi oleh pengadilan dan
keluarga Barlian akan segera terusir dari kampungnya sendiri. Masalah ini terjadi
antara keluarga Barlian dengan keluarga Emak Uwo Hafsah yang sejatinya rumah,
sebidang tanah, dan ladang keluarga Barlian secara pengadilan adalah milik Mak
Uwo Hafsah.
tempat asal neneknya tersebut mengetahui bahwa semenda yang baru menikah itu
sama-sama bersuku Koto. Hal ini mengakibatkan kakek dan neneknya terusir dari
Hafsah ini adalah kemenakan dari kakek Barlian sekaligus bako Emak Naimah.
yang bernama Buya Bahar menumpangkan Barlian dan Emak Naimah tinggal di
dengan Nurlela anak Buya Bahar yang sudah lama disukainya. Setelah beberapa
lama tinggal di rumah Buya Bahar, Barlian memutuskan untuk pergi merantau
187
mengubah nasib keluarganya yang sansai. Pada saat akan pergi merantau Nurlela
Terjalinlah janji antara kedua pasangan ini untuk hidup dalam tautan pernikahan,
Barlian berjanji kepada Nurlela untuk segera menemuinya dan Emak Naimah jika
dia sukses nanti, Barlian menitipkan Emaknya di rumah keluarga Buya Bahar.
Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti
hari, dan minggu telah berganti pula. Barlian mendapatkan pekerjaan di toko Haji
Amran yang menjual alat dan bahan bangunan di Kampung Jao, karena ketekunan
Barlian dalam bekerja akhirnya Haji Amran menyuruh Barlian mengelola toko
untuk dirinya sendiri. Setelah beberapa lama bekerja di tempat Haji Amran,
timbullah rasa cinta dari anak Haji Amran bernama Aisyah kepada Barlian.
Seiring berjalannya waktu Nurlela juga sudah beberapa kali mengirimi surat
untuk Barlian di rantau. Namun, tidak kunjung ada balasannya. Ternyata surat itu
Barlian. Nurlela di kampung sangat sedih karena Barlian tidak juga membalas
suratnya. Dalam kesedihan yang dirasakan oleh Nurlela, datanglah beberapa anak
sarjana geologi untuk bekerja di Kampung Pesisir Bandar Sepuluh. Hal ini
dikarenakan kampung tersebut memiliki potensi yang besar akan adanya batu
bara. Salah satu dari sarjana geologi itu bernama Hamid Al Hakim.
yang lebih kepada Hamid. Hal ini dikarenakan situasilah yang mendekatkan
188
mereka satu sama lain hingga membuat Hamid menyukai Nurlela dan menyatakan
dilema, di satu sisi dia merindukan Barlian, di sisi lain Barlian tidak juga
membalas suratnya.
menikahinya. Beberapa hari setelah itu, Nurlela menuliskan surat untuk Barlian
yang isinya dia dan Hamid akan bersatu di dalam biduk rumah tangga. Surat
tersebut diberikan oleh Aisyah kepada Barlian karena itu adalah hal yang sangat
penting untuk Barlian. Pada surat tersebut Nurlela juga mengutarakan perasaan
sedihnya karena surat yang dikirimnya untuk Barlian tak kunjung menerima
balasan begitu pun dengan Barlian yang tak kunjung menerima balasan surat
Nurlela dari Kampung. Akhirnya Aisyah meminta maaf dan mengaku bahwa dia
tidak memberikan surat Nurlela yang dikirimkan dari kampung kepada Barlian
dan Aisyah juga tidak mengirimkan surat yang dikirim oleh Barlian untuk Nurlela
“Urusan jodoh, rezeki, dan maut sudah ada di tangan Allah, mungkin
Nurlela memang dijodohkan dengan Hamid. Ikhlaskanlah dia Uda, mari kita
bersama-sama mengembangkan toko kita ini Uda. Nasi sudah menjadi bubur,
tidak ada yang bisa dipersalahkan,” ujar Aisyah. Akhirnya Barlian mulai tenang
dan berserah diri kepada Allah. Dia sudah mengikhlaskan Nurlela, mungkin
tokonya sukses. Dengan kegigihan tersebut semakin terpikat hati Haji Amran
189
untuk mengetahui asal usul keluarga Barlian. Pada malam hari setelah Barlian
pulang bekerja, Haji Amran menanyakan asal usul dari keluarganya. Lama
yang bernama Zainab dari Pariaman terusir dari kampungnya sendiri lantaran
menikah satu kaum, yaitu Suku Koto. Peristiwa ini mengingatkan Haji Amran
pada masa dahulu bagaimana dia menyaksikan kejadian tersebut yang membuat
adik dari ibunya itu (Zainab) terusir dari kampungnya sendiri karena cacat adat.
Hari itu juga Haji Amran selaku mamak Barlian mengatakan hal yang sebenarnya
terjadi. Dalam hening Barlian menangis haru dan memeluk Haji Amran selaku
mamaknya tersebut.
Bulan telah berganti bulan, suatu hari Haji Amran sakit keras sehingga
dinikahkan oleh kedua belah pihak keluarga. Hamid dan Aisyah tidak dapat
dinikahkan dengan ikhlas. Setelah beberapa lama melepas anaknya untuk menikah
190
Nurlela setelah membaca surat itu, sangat sedih dan menderita karena
meninggal dunia. Barlian akhirnya dijodohkan dengan Husnah wanita yang sudah
lama menjanda karena ditinggal mati suaminya dan juga tidak memiliki anak.
Kemudian mereka menikah dan menjemput Emak Naimah. Barlian yang sudah
Buya Bahar di Kampung Pesisir, Barlian baru mengetahui bahwa Nurlela telah
menunaikan ibadah umrah bersama, yaitu Emak Naimah, Buya Bahar, Umi
Halimah, istrinya Husnah, dan Bunda Hamidah selaku istri dari almarhum
mamaknya, yaitu Haji Amran. Aisyah juga telah pergi ke Kalimantan Timur untuk
Lampiran 2
Ayah Hartiwi tinggal sementara waktu di kampung Herman. Hal ini dikarenakan
Ayah Hartiwi akan melakukan sebuah proyek, yaitu membuat pengairan dwikora.
Pertemuan antara Herman dan Hartiwi ini mengakibatkan mereka saling nyaman
dan takut untuk kehilangan. Pada suatu hari Ayah Hartiwi sudah menyelesaikan
kampung tersebut dan kembali ke tempat asalnya, yaitu tanah Jawa. Hal ini
membuat sepasang sahabat yang saling menyayangi ini harus dipisahkan oleh
Bulan telah berganti bulan, sampailah pada bulan suci Ramadhan. Pada bulan
puasa ini anak-anak muda kampung akan berlatih sandiwara dalam rangka
memeriahkan hari Raya Idul Fitri, yaitu penampilan drama Gadih Basanai,
yang selalu bersama dengan Herman. Hampir setiap malam setelah latihan drama,
menimbulkan benih cinta di hati Herman yang sudah lama hilang. Setelah hampir
192
satu bulan latihan drama, tibalah waktunya untuk penampilan drama yang akan
diselenggarakan tiga hari tiga malam. Pada saat pementasan drama tersebut
Herman sudah memberikan surat kepada Sefina yang mengutarakan isi hatinya
kepadan Sefina. Besar keinginan Herman agar Sefina menerima Herman menjadi
kekasihnya. Namun, cinta masih tidak berpihak kepada Herman, Sefina akan
segera dinikahkan dengan Uda Imzamril laki-laki yang mapan dan sudah bekerja
menghiburnya dan mulailah rasa nyaman di hati Herman tumbuh menjadi cinta.
Begitu juga dengan Riani yang selalu perhatian kepada Herman seperti cinta yang
saling berbalasan. Tidak lama pulalah dua anak muda ini bersama, akhirnya
mereka juga dipisahkan oleh keadaan, yaitu pernikahan yang direncanakan oleh
Ayah Riani antara Riani dengan Uda Rahman yang akan diangkat menjadi guru di
Indrapura.
dinikahkan dengan laki-laki kampung yang sudah mapan, sehingga laki-laki yang
karena itu, Herman berjanji kepada dirinya sendiri untuk rajin belajar dan menjadi
Lampiran 3
NIP : 196610191992031002
NIM : 21174014
Judul Tesis : Tutur Ekspresif dalam Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Kampung Karya Ermanto Tolantang: Pendekatan
Linguistik Korpus
Setelah dilakukan kajian atas instrumen penelitian tesis tersebut maka dinyatakan:
Lampiran 4
TABEL 1 IDENTIFIKASI DATA JENIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:1 “Kenapa sepeda motor dan rumah kita pilu … Emak Sanjai ditingkahi oleh Kesengsaraan Sansai
dibakar Nak?” ratapan … tangisan Nurbaiti.
T1/S:2 “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik pilu … menahan rindu.” Kesengsaraan Sansai
ayahmu yang digantung di dinding ruang
tengah itu. Emak sudah lama menahan
rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan
rebab ayahmu yang mendayu-dayu itu
tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini,
pinta Emak Naimah dengan wajah …
T1/S:3 “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui kemiskinan … Namun, untuk cercahan dan hinaan Mengecam Sansai
semua ini. Barlian sudah besar Emak. orang kampung selama ini tentang
Umur Barlian hampir lima belas tahun. asal muasal Barlian telah pula
Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian menjadi persoalan dalam pemikiran,”
untuk melanjutkan sekolah karena … pertanyaan dan penjelasan Barlian.
T1/S:4 “Emak. Ada hal yang menjadi tanda tanya pertanyaan … demi pertanyaan keluar dari Mengecam Sansai
bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada pikiran Barlian.
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo
Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum
Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini
Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke
rumah kita? Kenapa Emak pun tidak
pernah lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?”
…
195
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:5 “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita pertanyaan … Barlian sambil memeluk Emaknya. Mengecam Sansai
memang satu kaum dengan Emak Uwo
Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu
bidang perumahan ini saja? Kenapa kita
hanya memiliki satu piring sawah dan
sebidang kecil kebun di sampingnya?
Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki
beberapa bidang perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa piring sawah di
sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo
Hafsah memiliki beberapa bidang kebun
mengelilingi kebun kita?” semakin banyak
…
T1/S:6 “Emak, kini kembali terlintas dalam selidiki … Barlian kepada Emaknya. Mengecam Sansai
pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak
dan Ayah pernah membawa Barlian ke
Sungai Limau dan kemudian ke Sungai
Geringging, Pariaman? Namun, akhirnya
kita tetap kembali tanpa bermalam agak
semalampun. Agaknya waktu itu ada
sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada
apa itu sesungguhnya, Emak?” …
T1/S:7 Dengan terbata-bata, Barlian mencoba berangkat … dari kampung ini, Buya? Kampung Mengecam Sansai
juga berucap. “Jadi, kami harus … manalah yang hendak kami tuju,
Buya? Ini adalah kiamat bagi kami,
Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
196
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:8 “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam manalah … yang hendak kutuju, Aku dan Mengeluh Sansai
sudah menyatakan bahwa satu minggu Emak harus merantau jauh,” pikiran
lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, Barlian.
dan kebun akan disita oleh Pengadilan
Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan
pikiran Barlian. “Rantau …
T1/S:9 “Terima … kasih … banyak Buya, Umi, Nak Lela atas Terima kasih Sansai
kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak
berunding nanti malam dengan
Barlian agak semalam nanti.
T1/S:10 Terima … kasih … atas kebaikan dan bantuan Terima kasih Sansai
keluarga Buya,” ucap Emak dengan
terbata-bata dan rona yang muram.
T1/S:11 “Iya Buya. Terima … kasih … atas kebaikan Buya, kebaikan Terima kasih Sansai
Umi, kebaikan Dik Lela. Berikanlah
waktu berpikir agak semalam ini,”
tambah Barlian.
T1/S:12 “Ya Pak Haji. Terima … kasih … Pak Haji. Nanti pukul tujuh Terima kasih Sansai
Ananda ke toko, Pak Haji,” jawab
Barlian sambil menyalami dan
mencium tangan Haji Amran pertanda
hormat.
T1/S:13 “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” kasih … Uda Roni,” jawab Nurlela dengan Terima kasih Sansai
ujar Roni Caniago dengan berat hati. suara lembut.
“Terima …
T1/S:14 “Baiklah, terima … kasih … Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” Terima kasih Sansai
tutup Haji Amran.
197
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:15 “Silakan duduk Nak Barlian. Silakan kasih … Pak Haji,” jawab Barlian. Terima kasih Sansai
diminum kopi panas yang sudah
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar
Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di
samping ayahnya. “Terima …
T1/S:16 Terima … kasih … sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan Terima kasih Sansai
terutama usaha Dik Aisyah,” jawab
Barlian dengan rona muka berbinar-
binar atas rezeki yang disediakan oleh
Allah.
T1/S:17 “Baiklah Dik Lela. Terima … kasih … karena Dik Lela sudah bersedia Terima kasih Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda
sampaikan. Bagi Uda selama tinggal
di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini.
Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik
sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum
pernah Uda dapatkan selama ini
karena sibuk dengan perkuliahan dan
dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki,
jodoh, dan maut itu adalah rahasia
Allah dan telah ditentukan oleh Allah.
Dalam pikiran Uda mudah-mudahan
jodoh Uda yang belum Uda temukan
itu mungkin Uda dapatkan di
kampung ini,” ujar Hamid.
198
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:18 “Baiklah Pudin. Terima … kasih … ya,” jawab Aisyah sambil Terima kasih Sansai
menyalami Pudin dan menyelipkan
sedikit uang kertas sebagaimana
lazimnya setiap bertemu Pudin.
T1/S:19 “Terima … kasih … atas rahasia yang sudah Dik Terima kasih Sansai
Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah
menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab
Barlian.
T1/S:20 “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan kasih … atas bantuan dan perhatian Buya, Terima kasih Sansai
hal yang sangat mendadak kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela selama ini.”
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi
Hamid harus segera berangkat ke tanah
Jawa. Besok pagi, ayah Hamid akan
menunggu di Bandara Tabiang dan akan
berangkat dengan pesawat siang. Hal ini
mendadak sekali Buya. Oleh karena itu,
Hamid mengucapkan dan terima …
T1/S:21 “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan kasih … ujar Buya Bahar. Terima kasih Sansai
segera mempersiapkan segala sesuatu
untuk umrah tersebut. Buya dan Umi
sangat berterima …
T1/S:22 “Emakku memang hebat,” … puji … Roni Caniago sambil tertawa. Memuji Sansai
T1/S:23 “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. memujinya … dengan menyebut bahwa Hamid Memuji Sansai
Adinda dengar Buya sering … Alhakim yang sarjana Geologi itu
berotak Barat dan berhati Arab.”
T1/S:24 Emak … tidak … setuju dengan keinginan Mengecam Sansai
Mamakmu itu menikahkan anaknya
Barlian dengan anakku Nurbaiti.
199
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:25 “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang … tidak … setuju dengan Emak yakni yang Mengecam Sansai
pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti.
“Tak apalah Nurbaiti menikah dengan
Uda Barlian, Emak.
T1/S:26 “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik tidak … suka Uda Hamid berbicara seperti Mengecam Sansai
Lela … itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah
seperti Uda Lela dalam keluarga ini.
Tentu pula bagi Buya dan Umi,
pastilah Uda Hamid sudah dianggap
sebagai anaknya dalam keluarga ini,”
jelas Nurlela.
T1/S:27 “Uang sasuduik atau uang kamar yang tidak … jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, Mengecam Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu … keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan
upacara pernikahan ini,” ujar lelaki
utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:28 “Jadi Kau … tidak … mengakui perjanjian kita dahulu.” Kebencian Sansai
ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba
mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh
Emak Uwo Hafsah dengan menarik
rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa.
200
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:29 “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu biarkanlah … Naimah dan anaknya itu dibawa Kebencian Sansai
itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang oleh nasibnya ke rantau mana hendak
dari rantau sebelum dapat perintah dari dituju,” tambah Emak lagi.
kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu
sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika
berhadapan dengan kakaknya, Emakmu
ini, Sabirin tetap akan tunduk pada
perintah dan keinginan Emak,” jelas Emak
Sanjai lagi. “Jadi …
T1/S:30 “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, membutuhkan … ayah untuk menghadapi persoalan Mengeluh Sansai
sesungguhnya Barlian … hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak
juga membutuhkannya. Akan tetapi,
beliau tidak hadir dalam kehidupan
kita seperti ini. Entah di rantau mana
beliau hari ini Emak,” ratap hati
Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati
Emak mendengar ratapan lelaki anak
semata wayangnya itu.
T1/S:31 “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan … dekati lagi Uda Barlian. Uda Mengecam Sansai
… Barlian adalah anak pisang Nurbaiti.
Uda Barlian adalah anak mamak
Nurbaiti. Oleh karena itu, Nurbaiti
jauh lebih berhak mencintai Uda
Barlian dibandingkan Nurlela.”
201
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:32 “Jangan pura-pura … lupa … kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. Mengecam Sansai
“Masih ingatkah waktu awal kau
hendak memperkarakan rumah,
kebun, dan sawah yang dimiliki Emak
Naimah itu? Kau minta bantuanku
untuk mencarikan pengacara untuk
Naimah yang bisa aku peralat untuk
membantumu. Aku cari Samsudin,
pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun
pada batinnya untuk memudahkan
kau menang dalam berperkara. Pada
waktu itulah kau berjanji akan
memberiku imbalan lima puluh emas
jika kelak kita menang dalam perkara
ini. Ingat sekali lagi kau akan
memberiku imbalan lima puluh
emas,” jelas Emak Sanjai.
T1/S:33 “Kau pasti … lupa … ya Barlian. Perempuan itu adalah Mengecam Sansai
bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago
yang sudah menjadi bodoh sebagai
akibat telah mencaci lelaki pada masa
lalu,” jelas Buya Bahar.
202
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:34 “Uang sasuduik atau uang kamar yang menurut … simpulan kami, calon pengantin Kritikan Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu tidak pria belum siap untuk berkeluarga.
jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, … Oleh karena itu, keluarga pengantin
wanita tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,”
ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:35 Jadi … menurut … Aisyah, mari kita berpikir ke Kritikan Sansai
depan Uda. Mari kita besarkan toko
kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-
pesanan besi dari Pak Haji Idrus
setiap minggu untuk pembangunan
Bandara Katapiang itu tentulah
keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
T1/S:36 “Persengketaannya adalah bahwa … menurut … Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah Kritikan Sansai
pernah berjanji akan memberikan
lima puluh emas kepada Emak Sanjai
jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.”
T1/S:37 “Tidak Uda. Aisyah ingin minta … maaf … Surat ini sudah hampir satu bulan Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan.
203
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:38 Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah Maafkan … Aisyah ya Uda. Aisyah melihat Meminta maaf Sansai
simpan. … Uda sering memikirkan sesuatu dan
informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa
minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga
heran dengan keadaan Uda. Jadi,
Aisyah berpikir mungkin Uda sangat
mengharapkan surat dari kampung
Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba
bercampur cemburu.
T1/S:39 “Sekali lagi … maafkan … Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini Meminta maaf Sansai
sengaja Dik Aisyah simpan karena
pengirimnya tertulis Adinda Nurlela,
bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya
Aisyah sambil berlalu masuk ke
dalam rumahnya sambil
meninggalkan Barlian dalam
kesendirian. Barlian diam dalam
kebingungan.
T1/S:40 Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu Maaf … ya Dik Aisyah. Dik Aisyah Meminta maaf Sansai
menaruh perhatian kepada Uda,” ujar sangatlah beruntung mempunyai
Aisyah lirih. … Ayah yang penuh perhatian. Lagu
Ayah-Rinto Harahap tadi sangat
menusuk lubuk sanubari Uda,” jelas
Barlian sambil mengusap mukanya.
204
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:41 “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” Maafkan … Ananda Emak. Sesuai dengan Meminta maaf Sansai
tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
diam dengan penuh harap dalam lubuk semenjak Ananda sampai di
hatinya. … Kampung Jao itu sekira pukul sepuluh
sampai pukul tiga petang Ananda
sudah memperhatikan Toko Haji
Amran itu dengan saksama. Namun
agak sebentar pun, Ananda tidak
pernah melihat badan diri Uda
Barlian,” jelas Pudin.
T1/S:42 “Tidakkah Nak Pudin tanyakan Maafkan … Mak dan uni Lela, Ananda Meminta maaf Sansai
keberadaan Barlian kepada induk hanya menyelidiki dari jauh sesuai
semangnya itu Nak,” selidik Emak dengan amanah dan perintah dari
Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan Uni Lela dua hari lalu itu. Lain
parau serta sorot mata penuh harapan. … tidak, Emak,”
terang Pudin lagi.
T1/S:43 “Terlebih dahulu Adinda bermohon … maaf … kepada Uda, atas surat yang Meminta maaf Sansai
Adinda kirimkan ini jika telah
mengganggu kesibukan Uda di negeri
rantau.”
T1/S:44 “Demikianlah yang dapat Adinda Maaf … selalu harapan Adinda.” Meminta maaf Sansai
sampaikan kepada Uda, semoga Adinda
segera mendapat balasan surat dari Uda.
Malam sudah larut, Uda. …
T1/S:45 Apakah nama Aisyah mulai bersemayam Maaf … Uda. Kita belum bisa bertemu Meminta maaf Sansai
dalam lubuk hati dan membuat ketenangan muka dengan Haji Idrus. Pagi ini
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah beliau harus berangkat ke Negeri
Barlian yang akan menjelaskannya pada Bandar Sepuluh. Ya berarti ke
suatu saat nanti. … kampung Uda?”
205
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:46 “Sekali lagi mohon … maaf … Sampai hari ini keluarga pengantin Meminta maaf Sansai
wanita juga belum siap untuk
menanti.
T1/S:47 Mohon … maaf … assalamualaikum,” ujar lelaki Meminta maaf Sansai
utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:48 “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. … Maafkan … Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Meminta maaf Sansai
Halimah.
T1/S:49 “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda Maaf … Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Meminta maaf Sansai
yang dirahasiakan Allah itu berada di Lela tidak keberatan, Uda sangat
rumah ini. … ingin menjadikan Dik Lela sebagai
ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda
sangat ingin dan ikhlas jika anak-anak
Uda terlahir dari rahim Dik Lela,”
pinta Hamid.
T1/S:50 “Adinda mohon … maaf … dunia akhirat kepada Uda. Uda, Meminta maaf Sansai
mohon jangan Adinda dipersalahkan
sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
T1/S:51 Adinda akan tetap memposisikan Uda Maafkan … Adinda Uda.” Meminta maaf Sansai
sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. …
206
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:52 Surat balasan itu selalu diberikan Pudin Maafkan … Adinda, Uda. Semua itu Adinda Meminta maaf Sansai
kepada Adinda sesuai permintaan dan lakukan atas nama kecemburuan
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena wanita dan di pihak lain atas nama
itulah, surat tersebut tidak pernah sampai keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
kepada Nurlela. … Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi
tidak adalah pihak yang bisa kita
persalahkan, Uda,” jelas Aisyah.
T1/S:53 “Hamid juga meminta mohon … maaf … atas kekhilafan Hamid selama di Meminta maaf Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid
dengan raut muka yang sedih.
T1/S:54 “Pada kesempatan ini, Uda harus maaf … kepada Dik Lela. Ada aral yang Meminta maaf Sansai
memohon … menghalangi Uda sehingga Uda tidak
bisa kembali ke Kampung Pesisir
untuk menemui Dik Lela. Karena aral
tertentu pula Uda tidaklah mungkin
memenuhi janji Uda kepada Dik
Lela.”
T1/S:55 “Untuk memenuhi amanah sobat maaf … Selain itu, Uda tetap berharap Meminta maaf Sansai
Ayahanda Uda yang hampir menemui hubungan silaturrahmi dengan Dik
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan penuh Lela tetap terjaga.
keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak
bisa memenuhi janji dengan Dik Lela.
Untuk itu, sekali lagi Uda mohon …
207
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:56 “Mohon … maaf … ya Dik Husna ya. Kampung asal Meminta maaf Sansai
Dik Husnah di mana ya?” tanya
Barlian lagi. Agak lama Husnah
terdiam. Seakan ada yang
direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan
sedang bergayut di rupa wajah
Husnah. Sedih betul Husnah ketika
ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
T1/S:57 Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat Kenapa … baru malam ini Dik Aisyah berikan Mengeluh Sansai
mengharapkan surat dari kampung Uda kepada Uda? Surat inilah yang selama
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
cemburu. … sudah datang hampir sebulan yang
lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
T1/S:58 “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” Kenapa … kedua suratku tidak sampai kepada Mengeluh Sansai
gumam Barlian dengan penuh emosi Adinda Nurlela, Pudin?” kesal
sambil mengepalkan kedua telapak Barlian.
tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap emosinya.
“Ke manakah dua kali surat balasanku kau
berikan Pudin? …
T1/S:59 “Roni anakku, … kenapa … sampai seperti ini Nak?” ujar Mengeluh Sansai
Emak Sanjai.
T1/S:60 “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Kenapa … sepeda motor dan rumah kita Mengeluh Sansai
Nak?” ujar Emak Sanjai … dibakar Nak?”
208
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:61 “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. bahagia. … Baik Aisyah. Alhamdulillah atas Kegembiraan Sansai
Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata rahmat dari Allah.
sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi
pagi, setelah Uda berangkat ke toko,
Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk
memasok kebutuhan besi pembangunan
Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,”
jelas Aisyah dengan …
T1/S:62 “Begini Nak Barlian. Bapak sudah etika … kesopanan dan kesantunan dalam Memuji Sansai
memaklumi semua cara berdagang Nak berdagang. Bapak amati selama ini,
Barlian selama ini. Nak Barlian sudah tak tinggal sekali pun salat wajib Nak
memiliki … Barlian walaupun sibuk berdagang di
toko Bapak,” jelas Haji Amran.
T1/S:63 “Hafsah, Hafsah! Kau telah … menyengsarakan … hidupku! Hafsah! Hafsah! Mengecam Sansai
Keluarlah kau dari rumahmu! Kau
sengsarakan hidupku! Hai janda tua!
Tak kau bayar uang perjanjian dengan
emakku. Kau ajak emakku bersumpah
pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni
Caniago dari halaman rumah Emak
Uwo Hafsah. Keluarga itu berkurung
di dalam rumahnya dalam diam.
T1/S:64 “Lelaki … jelek … lelaki pendek, lelaki hitam pandai Kebencian Sansai
pula merayu Nur.”
209
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:65 “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau … bercermin … dulu, baru merayuku,” suara Kebencian Sansai
makian Nurbaiti kepada lelaki yang
duduk kursi ruangan puskesmas.
T1/S:66 Di puncak itu tampaklah bendera berwarna Innalillahi … wainna ilaihi rajiun. Alfatihah Belasungkawa Sansai
kuning dan di situlah Nurlela berkubur untuk Nurlela,” ucap Barlian seraya
sesuai amanahnya. … membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi
rumah mengikuti Barlian membaca
Alfatihah.
T1/7CSAK:67 “Aku juga … takut … Bu. Ketika aku berangkat dan Mengeluh 7 Cinta Si Anak
pulang dari ibu kota kecamatan itu, Kampung
mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku
dengan wajah tak menentu.
T1/7CSAK:68 “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan pejuang … ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. Memuji 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah berpulang Kampung
ke Rahmatullah Angku Karim …
T1/7CSAK:69 “Kita yang hadir di sini pasti berhutang maaf … agar beliau selamat menemui Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
budi dengan Angku Karim. Karena itu, khaliknya,” pinta Angku Gogai. Kampung
saya sebagai wakil keluarga, mohon Masih dalam keadaan mata sembab
Angku Karim diberi … dan segukan-segukan tangis kecil,
semua hadirin mengabulkan
permohonan itu.
210
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:70 Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Maaf … Riani, Uda. Sebentar ini ayah, Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
Riani memberi penjelasan yang tidak baik mengharapkan Riani tidak boleh Kampung
kepadaku. … menolak permintaan Ayah. Kata ayah,
Uda Rahman akan segera diangkat
menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah
dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani.
T1/7CSAK:71 “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, pertemuanlah … yang aku sesali,” begitu kata Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tetapi … hatiku. Kampung
T1/7CSAK:72 “Kini ada … ketidakadilan … waktu,” pikirku. Aku ingin segera Mengeluh 7 Cinta Si Anak
latihan drama dengan Marzal dan Kampung
teman lainnya. Akan tetapi,
sebenarnya aku ingin segera bertemu
Sefina. Tidak jadipun latihan drama
Gadih Basanai, tidak masalah bagiku
asal dapat bertemu dengan Sefina.
211
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:73 “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan meninggalkan … kebiasaan membakar kemenyan Kritikan 7 Cinta Si Anak
semuanya. Kita mari menggali ilmu setiap akan berdoa dalam perhelatan Kampung
agama kita kembali dan masuk ke dalam baik dan buruk di kampung kita.
Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat Membakar kemenyan adalah
kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan kebiasaan zaman jahiliyah nenek
Islam dan mari kita coba moyang kita,” terang ustad yang
meninggalkannya. Pertama, kita harus … membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan
kebiasaan menangis meraung-raung
dan menghentak-hentakkan kaki di
lantai rumah ketika berada di depan
mayat. Lepaslah jenazah dengan
keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu
adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai
malam ini tinggalkan kebiasaan itu
semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan
kematian tujuh hari, seratus hari,
seribu hari. Itupun tidak ada dalam
agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-
orang yang mendahului kita,” terang
ustad lagi.
212
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:74 “Terakhir, empat puluh lima ribu,” kebahagiaan … dan sebagai pertanda bahwa anak- Kegembiraan 7 Cinta Si Anak
tawaran Uda Imzamril dengan suara anak kampung kami yang beranjak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di dewasa sudah mulai menampakkan
tempat duduk. Panitia dan orang hasil di rantau.
kampungku segera saja bersorak sorai
pertanda …
T1/7CSAK:75 “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak keluhku … yang mungkin juga keluh anak Mengeluh 7 Cinta Si Anak
setuju dengan aturan adat seperti ini. muda yang hidup di kampung seperti Kampung
Aturan adat seperti ini seakan tidak Marzal.
memperbolehkan anak-anak muda
kampung yang miskin untuk
mempersunting gadis-gadis kampung yang
molek itu,” …
T1/7CSAK:76 “Hari minggu depan, Sefina akan penolakan … Sefina terhadap diriku. Mengecam 7 Cinta Si Anak
ditunangkan oleh orang tuanya dengan Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda
Imzamril akan berangkat kembali untuk
menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon
izin lagi, aku bergegas meninggalkan
Riani. Aku sudah dapat memastikan
bahwa isi surat ini adalah …
T1/7CSAK:77 “Dengan segera saja, aku mengucapkan kasih … banyak atas senter kecil pemberian Terima kasih 7 Cinta Si Anak
terima … Riani. Aku sampaikan kepada Riani Kampung
bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru
Masad malam tadi.”
213
Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:78 “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan Rahmatullah … Angku Karim,” ujar Angku Gogai. Belasungkawa 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah berpulang Kampung
ke …
214
Lampiran 5
TABEL 2 IDENTIFIKASI DATA STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF
KETERANGAN:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur dalam hati
225
Lampiran 6
TABEL 3 IDENTIFIKASI DATA KONTEKS PENGGUNAAN STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF
KETERANGAN:
1. ST : Setting
2. SC : Scane
3. P : Participant
(-) belum akrab
(+) sudah akrab
4. E : End
5. A : Act sequence
6. K : Key
7. I : Instrumentalies
8. N : Norm of interaction an interpretation
9. G : Genre
238
Lampiran 7
TABEL 4 IDENTIFIKASI DATA FUNGSI PRAGMATIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF
KETERANGAN:
1. Convival : Menyenangkan
2. Collaborative : Bekerja sama
3. Conflictive : Bertentangan
249
Lampiran 8
TABEL 5 KLASIFIKASI DATA JENIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
1. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. bahagia. … Baik Aisyah. Alhamdulillah atas Kegembiraan Sansai
Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata rahmat dari Allah.
sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi
pagi, setelah Uda berangkat ke toko,
Aisyah sudah membuat perjanjian
dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara
Katapiang, Pariaman tersebut. Ini semua
atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas
Aisyah dengan …
2. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” kebahagiaan … dan sebagai pertanda bahwa anak- Kegembiraan 7 Cinta Si Anak
tawaran Uda Imzamril dengan suara anak kampung kami yang beranjak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di dewasa sudah mulai menampakkan
tempat duduk. Panitia dan orang hasil di rantau.
kampungku segera saja bersorak sorai
pertanda …
3. “Uang sasuduik atau uang kamar yang menurut … simpulan kami, calon pengantin pria Kritikan Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu tidak belum siap untuk berkeluarga. Oleh
jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, … karena itu, keluarga pengantin wanita
tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,”
ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
250
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
4. Jadi … menurut … Aisyah, mari kita berpikir ke depan Kritikan Sansai
Uda. Mari kita besarkan toko kita ini,
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi
dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu
tentulah keberkahan dalam hidup kita
berdua, Uda,” bujuk Aisyah.
5. “Persengketaannya adalah bahwa … menurut … Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah Kritikan Sansai
pernah berjanji akan memberikan lima
puluh emas kepada Emak Sanjai jika
Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.”
6. “Angku-angku, ninik mamak, handai meninggalkan … kebiasaan membakar kemenyan Kritikan 7 Cinta Si Anak
tolan semuanya. Kita mari menggali setiap akan berdoa dalam perhelatan Kampung
ilmu agama kita kembali dan masuk ke baik dan buruk di kampung kita.
dalam Islam secara kaffa. Selama ini Membakar kemenyan adalah kebiasaan
banyak adat kebiasaan kita yang tidak zaman jahiliyah nenek moyang kita,”
sesuai dengan Islam dan mari kita coba terang ustad yang membuat jemaah
meninggalkannya. Pertama, kita harus hening seketika. “Kedua, mari kita
… tinggalkan kebiasaan menangis
meraung-raung dan menghentak-
hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan
dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama
kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad.
“Ketiga, hilangkanlah kebiasaan
251
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam
agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang
yang mendahului kita,” terang ustad
lagi.
7. “Jadi Kau … tidak … mengakui perjanjian kita dahulu.” Kebencian Sansai
ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba
mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh
Emak Uwo Hafsah dengan menarik
rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa.
8. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu biarkanlah … Naimah dan anaknya itu dibawa oleh Kebencian Sansai
itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang nasibnya ke rantau mana hendak
dari rantau sebelum dapat perintah dari dituju,” tambah Emak lagi.
kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu
sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika
berhadapan dengan kakaknya, Emakmu
ini, Sabirin tetap akan tunduk pada
perintah dan keinginan Emak,” jelas
Emak Sanjai lagi. “Jadi …
9. “Lelaki … jelek … lelaki pendek, lelaki hitam pandai Kebencian Sansai
pula merayu Nur.”
10. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau … bercermin … dulu, baru merayuku,” suara makian Kebencian Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk
kursi ruangan puskesmas.
252
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
11. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita pilu … Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Kesengsaraan Sansai
dibakar Nak?” ratapan … Nurbaiti.
12. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua pilu … menahan rindu.” Kesengsaraan Sansai
milik ayahmu yang digantung di
dinding ruang tengah itu. Emak sudah
lama menahan rindu pada ayahmu.
Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang
mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga
telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah …
13. “Terima … kasih … banyak Buya, Umi, Nak Lela atas Terima kasih Sansai
kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak
berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti.
14. Terima … kasih … atas kebaikan dan bantuan keluarga Terima kasih Sansai
Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata
dan rona yang muram.
15. “Iya Buya. Terima … kasih … atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, Terima kasih Sansai
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu
berpikir agak semalam ini,” tambah
Barlian.
16. “Ya Pak Haji. Terima … kasih … Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda Terima kasih Sansai
ke toko, Pak Haji,” jawab Barlian
sambil menyalami dan mencium tangan
Haji Amran pertanda hormat.
17. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” kasih … Uda Roni,” jawab Nurlela dengan Terima kasih Sansai
ujar Roni Caniago dengan berat hati. suara lembut.
“Terima …
253
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
18. “Baiklah, terima … kasih … Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” Terima kasih Sansai
tutup Haji Amran.
19. “Silakan duduk Nak Barlian. Silakan kasih … Pak Haji,” jawab Barlian. Terima kasih Sansai
diminum kopi panas yang sudah
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar
Haji Amran. Aisyah pun segera duduk
di samping ayahnya. “Terima …
20. Terima … kasih … sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan Terima kasih Sansai
terutama usaha Dik Aisyah,” jawab
Barlian dengan rona muka berbinar-
binar atas rezeki yang disediakan oleh
Allah.
21. “Baiklah Dik Lela. Terima … kasih … karena Dik Lela sudah bersedia Terima kasih Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda
sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di
keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi
Uda, Dik Lela sudah seperti adik
sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum
pernah Uda dapatkan selama ini karena
sibuk dengan perkuliahan dan
dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki,
jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah
dan telah ditentukan oleh Allah. Dalam
pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda
yang belum Uda temukan itu mungkin
Uda dapatkan di kampung ini,” ujar
254
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
Hamid.
22. “Baiklah Pudin. Terima … kasih … ya,” jawab Aisyah sambil Terima kasih Sansai
menyalami Pudin dan menyelipkan
sedikit uang kertas sebagaimana
lazimnya setiap bertemu Pudin.
23. “Terima … kasih … atas rahasia yang sudah Dik Aisyah Terima kasih Sansai
ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
24. “Benar Buya. Hamid hendak kasih … atas bantuan dan perhatian Buya, Terima kasih Sansai
mengabarkan hal yang sangat mendadak Umi, Emak, dan Dik Lela selama ini.”
kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela.
Besok pagi Hamid harus segera
berangkat ke tanah Jawa. Besok pagi,
ayah Hamid akan menunggu di Bandara
Tabiang dan akan berangkat dengan
pesawat siang. Hal ini mendadak sekali
Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima …
25. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi kasih … ujar Buya Bahar. Terima kasih Sansai
akan segera mempersiapkan segala
sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan
Umi sangat berterima …
26. “Dengan segera saja, aku mengucapkan kasih … banyak atas senter kecil pemberian Terima kasih 7 Cinta Si Anak
terima … Riani. Aku sampaikan kepada Riani Kampung
bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru Masad
malam tadi.”
255
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
27. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta … maaf … Surat ini sudah hampir satu bulan Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan.
28. Surat ini sudah hampir satu bulan Maafkan … Aisyah ya Uda. Aisyah melihat Uda Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan. … sering memikirkan sesuatu dan
informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa
minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga
heran dengan keadaan Uda. Jadi,
Aisyah berpikir mungkin Uda sangat
mengharapkan surat dari kampung Uda
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur
cemburu.
29. “Sekali lagi … maafkan … Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini Meminta maaf Sansai
sengaja Dik Aisyah simpan karena
pengirimnya tertulis Adinda Nurlela,
bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya
Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam
rumahnya sambil meninggalkan Barlian
dalam kesendirian. Barlian diam dalam
kebingungan.
30. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah Maaf … ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah Meminta maaf Sansai
selalu menaruh perhatian kepada Uda,” beruntung mempunyai Ayah yang
ujar Aisyah lirih. … penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto
Harahap tadi sangat menusuk lubuk
sanubari Uda,” jelas Barlian sambil
mengusap mukanya.
256
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
31. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Maafkan … Ananda Emak. Sesuai dengan Meminta maaf Sansai
Pudin?” tanya Emak Naimah segera amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
saja. Nurlela diam dengan penuh harap semenjak Ananda sampai di Kampung
dalam lubuk hatinya. … Jao itu sekira pukul sepuluh sampai
pukul tiga petang Ananda sudah
memperhatikan Toko Haji Amran itu
dengan saksama. Namun agak sebentar
pun, Ananda tidak pernah melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
32. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan Maafkan … Mak dan uni Lela, Ananda hanya Meminta maaf Sansai
keberadaan Barlian kepada induk menyelidiki dari jauh sesuai dengan
semangnya itu Nak,” selidik Emak amanah dan perintah dari Uni Lela dua
Naimah lagi dengan suara terbata-bata hari lalu itu. Lain tidak, Emak,” terang
dan parau serta sorot mata penuh Pudin lagi.
harapan. …
33. “Terlebih dahulu Adinda bermohon … maaf … kepada Uda, atas surat yang Adinda Meminta maaf Sansai
kirimkan ini jika telah mengganggu
kesibukan Uda di negeri rantau.”
34. “Demikianlah yang dapat Adinda Maaf … selalu harapan Adinda.” Meminta maaf Sansai
sampaikan kepada Uda, semoga Adinda
segera mendapat balasan surat dari Uda.
Malam sudah larut, Uda. …
35. Apakah nama Aisyah mulai Maaf … Uda. Kita belum bisa bertemu muka Meminta maaf Sansai
bersemayam dalam lubuk hati dan dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau harus
membuat ketenangan hidup Barlian? berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh.
Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang Ya berarti ke kampung Uda?”
akan menjelaskannya pada suatu saat
nanti. …
257
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
36. “Sekali lagi mohon … maaf … Sampai hari ini keluarga pengantin Meminta maaf Sansai
wanita juga belum siap untuk menanti.
37. Mohon … maaf … assalamualaikum,” ujar lelaki utusan Meminta maaf Sansai
itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
38. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. … Maafkan … Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Meminta maaf Sansai
Halimah.
39. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda Maaf … Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Meminta maaf Sansai
yang dirahasiakan Allah itu berada di Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
rumah ini. … menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari
anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin
dan ikhlas jika anak-anak Uda terlahir
dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
40. “Adinda mohon … maaf … dunia akhirat kepada Uda. Uda, Meminta maaf Sansai
mohon jangan Adinda dipersalahkan
sehingga akan memberikan beban hidup
di dunia dan akhirat kepada Adinda.
41. Adinda akan tetap memposisikan Uda Maafkan … Adinda Uda.” Meminta maaf Sansai
sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. …
42. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin Maafkan … Adinda, Uda. Semua itu Adinda Meminta maaf Sansai
kepada Adinda sesuai permintaan dan lakukan atas nama kecemburuan wanita
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena dan di pihak lain atas nama keegoisan
itulah, surat tersebut tidak pernah lelaki. Wanita itu adalah Adinda dan
sampai kepada Nurlela. … lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah
pihak yang bisa kita persalahkan, Uda,”
jelas Aisyah.
258
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
43. “Hamid juga meminta mohon … maaf … atas kekhilafan Hamid selama di Meminta maaf Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid
dengan raut muka yang sedih.
44. “Pada kesempatan ini, Uda harus maaf … kepada Dik Lela. Ada aral yang Meminta maaf Sansai
memohon … menghalangi Uda sehingga Uda tidak
bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk
menemui Dik Lela. Karena aral tertentu
pula Uda tidaklah mungkin memenuhi
janji Uda kepada Dik Lela.”
45. “Untuk memenuhi amanah sobat maaf … Selain itu, Uda tetap berharap Meminta maaf Sansai
Ayahanda Uda yang hampir menemui hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan tetap terjaga.
penuh keihklasan. Oleh karena itulah,
Uda tidak bisa memenuhi janji dengan
Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda
mohon …
46. “Mohon … maaf … ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Meminta maaf Sansai
Husnah di mana ya?” tanya Barlian lagi.
Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada
yang direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan
sedang bergayut di rupa wajah Husnah.
Sedih betul Husnah ketika ditanya
Barlian tentang asal-usulnya.
47. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang maaf … agar beliau selamat menemui Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
budi dengan Angku Karim. Karena itu, khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih Kampung
saya sebagai wakil keluarga, mohon dalam keadaan mata sembab dan
Angku Karim diberi … segukan-segukan tangis kecil, semua
hadirin mengabulkan permohonan itu.
259
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
48. Dalam keadaan mata yang mulai Maaf … Riani, Uda. Sebentar ini ayah, Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
sembab, Riani memberi penjelasan yang mengharapkan Riani tidak boleh Kampung
tidak baik kepadaku. … menolak permintaan Ayah. Kata ayah,
Uda Rahman akan segera diangkat
menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah
dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani.
49. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam manalah … yang hendak kutuju, Aku dan Emak Mengeluh Sansai
sudah menyatakan bahwa satu minggu harus merantau jauh,” pikiran Barlian.
lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah,
dan kebun akan disita oleh Pengadilan
Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan
pikiran Barlian. “Rantau …
50. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti membutuhkan … ayah untuk menghadapi persoalan Mengeluh Sansai
ini, sesungguhnya Barlian … hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak
juga membutuhkannya. Akan tetapi,
beliau tidak hadir dalam kehidupan kita
seperti ini. Entah di rantau mana beliau
hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang
juga membuat hati Emak juga bersedih.
Luluh juga hati Emak mendengar
ratapan lelaki anak semata wayangnya
itu.
260
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
51. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda Kenapa … baru malam ini Dik Aisyah berikan Mengeluh Sansai
sangat mengharapkan surat dari kepada Uda? Surat inilah yang selama
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
iba bercampur cemburu. … sudah datang hampir sebulan yang lalu,
Dik,” ujar Barlian heran.
52. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” Kenapa … kedua suratku tidak sampai kepada Mengeluh Sansai
gumam Barlian dengan penuh emosi Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
sambil mengepalkan kedua telapak
tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap
emosinya.
“Ke manakah dua kali surat balasanku
kau berikan Pudin? …
53. “Roni anakku, … kenapa … sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Mengeluh Sansai
Sanjai.
54. “Roni, anakku, kenapa sampai seperti Kenapa … sepeda motor dan rumah kita dibakar Mengeluh Sansai
ini Nak?” ujar Emak Sanjai … Nak?”
55. “Aku juga … takut … Bu. Ketika aku berangkat dan pulang Mengeluh 7 Cinta Si Anak
dari ibu kota kecamatan itu, mata orang Kampung
kampung pasti akan tertuju kepada aku,
Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu.
56. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, pertemuanlah … yang aku sesali,” begitu kata hatiku. Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tetapi … Kampung
261
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
57. “Kini ada … ketidakadilan … waktu,” pikirku. Aku ingin segera Mengeluh 7 Cinta Si Anak
latihan drama dengan Marzal dan teman Kampung
lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku
ingin segera bertemu Sefina. Tidak
jadipun latihan drama Gadih Basanai,
tidak masalah bagiku asal dapat
bertemu dengan Sefina.
58. “Aturan ini memang tidak adil. Aku keluhku … yang mungkin juga keluh anak muda Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tidak setuju dengan aturan adat seperti yang hidup di kampung seperti Marzal. Kampung
ini. Aturan adat seperti ini seakan tidak
memperbolehkan anak-anak muda
kampung yang miskin untuk
mempersunting gadis-gadis kampung
yang molek itu,” …
59. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui kemiskinan … Namun, untuk cercahan dan hinaan Mengecam Sansai
semua ini. Barlian sudah besar Emak. orang kampung selama ini tentang asal
Umur Barlian hampir lima belas tahun. muasal Barlian telah pula menjadi
Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian persoalan dalam pemikiran,” pertanyaan
untuk melanjutkan sekolah karena … dan penjelasan Barlian.
60. “Emak. Ada hal yang menjadi tanda pertanyaan … demi pertanyaan keluar dari pikiran Mengecam Sansai
tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa Barlian.
tidak ada kasih sayang yang sejatinya
dari Mak Uwo Hafsah dan anak-
anaknya kepada Barlian? Padahal kita
satu kaum, yakni satu kaum Koto.
Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah
kita? Kenapa Emak pun tidak pernah
lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?” …
262
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
61. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita pertanyaan … Barlian sambil memeluk Emaknya. Mengecam Sansai
memang satu kaum dengan Emak Uwo
Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu
bidang perumahan ini saja? Kenapa kita
hanya memiliki satu piring sawah dan
sebidang kecil kebun di sampingnya?
Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki
beberapa bidang perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa piring sawah di
sekeliling sawah kita? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang
kebun mengelilingi kebun kita?”
semakin banyak …
62. “Emak, kini kembali terlintas dalam selidiki … Barlian kepada Emaknya. Mengecam Sansai
pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa
Emak dan Ayah pernah membawa
Barlian ke Sungai Limau dan kemudian
ke Sungai Geringging, Pariaman?
Namun, akhirnya kita tetap kembali
tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang
Emak dan Ayah cari. Ada apa itu
sesungguhnya, Emak?” …
63. Dengan terbata-bata, Barlian mencoba berangkat … dari kampung ini, Buya? Kampung Mengecam Sansai
juga berucap. “Jadi, kami harus … manalah yang hendak kami tuju, Buya?
Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,”
Barlian mencoba menahan air mata.
263
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
64. Emak … tidak … setuju dengan keinginan Mamakmu Mengecam Sansai
itu menikahkan anaknya Barlian dengan
anakku Nurbaiti.
65. “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak … setuju dengan Emak yakni yang Mengecam Sansai
… pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak
apalah Nurbaiti menikah dengan Uda
Barlian, Emak.
66. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik tidak … suka Uda Hamid berbicara seperti Mengecam Sansai
Lela … itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti
Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi Buya dan Umi, pastilah Uda
Hamid sudah dianggap sebagai anaknya
dalam keluarga ini,” jelas Nurlela.
67. “Uang sasuduik atau uang kamar yang tidak … jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, Mengecam Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu … keluarga pengantin wanita tentulah juga
belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu
sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
68. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti Jangan … dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian Mengecam Sansai
ya. … adalah anak pisang Nurbaiti. Uda
Barlian adalah anak mamak Nurbaiti.
Oleh karena itu, Nurbaiti jauh lebih
berhak mencintai Uda Barlian
dibandingkan Nurlela.”
264
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
69. “Jangan pura-pura … lupa … kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. Mengecam Sansai
“Masih ingatkah waktu awal kau
hendak memperkarakan rumah, kebun,
dan sawah yang dimiliki Emak Naimah
itu? Kau minta bantuanku untuk
mencarikan pengacara untuk Naimah
yang bisa aku peralat untuk
membantumu. Aku cari Samsudin,
pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun
pada batinnya untuk memudahkan kau
menang dalam berperkara. Pada waktu
itulah kau berjanji akan memberiku
imbalan lima puluh emas jika kelak kita
menang dalam perkara ini. Ingat sekali
lagi kau akan memberiku imbalan lima
puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
“Kau pasti … lupa … ya Barlian. Perempuan itu adalah Mengecam Sansai
bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago
yang sudah menjadi bodoh sebagai
akibat telah mencaci lelaki pada masa
lalu,” jelas Buya Bahar.
265
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
70. “Hafsah, Hafsah! Kau telah … menyengsarakan … hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah Mengecam Sansai
kau dari rumahmu! Kau sengsarakan
hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar
uang perjanjian dengan emakku. Kau
ajak emakku bersumpah pocong saja.
Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si
janda tua!” teriak Roni Caniago dari
halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam
rumahnya dalam diam.
71. “Hari minggu depan, Sefina akan penolakan … Sefina terhadap diriku. Mengecam 7 Cinta Si Anak
ditunangkan oleh orang tuanya dengan Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin
Uda Imzamril akan berangkat kembali
untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa
mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat
memastikan bahwa isi surat ini adalah
…
72. “Emakku memang hebat,” … puji … Roni Caniago sambil tertawa. Memuji Sansai
73. “Adinda dengar namanya Hamid memujinya … dengan menyebut bahwa Hamid Memuji Sansai
Alhakim. Adinda dengar Buya sering … Alhakim yang sarjana Geologi itu
berotak Barat dan berhati Arab.”
74. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah etika … kesopanan dan kesantunan dalam Memuji Sansai
memaklumi semua cara berdagang Nak berdagang. Bapak amati selama ini, tak
Barlian selama ini. Nak Barlian sudah tinggal sekali pun salat wajib Nak
memiliki … Barlian walaupun sibuk berdagang di
toko Bapak,” jelas Haji Amran.
266
Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
75. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan pejuang … ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. Memuji 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim
…
76. Di puncak itu tampaklah bendera Innalillahi … wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Belasungkawa Sansai
berwarna kuning dan di situlah Nurlela Nurlela,” ucap Barlian seraya membaca
berkubur sesuai amanahnya. … Alfatihah yang dikhususkannya untuk
Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian
membaca Alfatihah.
77. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan Rahmatullah … Angku Karim,” ujar Angku Gogai. Belasungkawa 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah Kampung
berpulang ke …
267
Lampiran 9
TABEL 6 KLASIFIKASI DATA STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF
KETERANGAN:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur dalam hati
278
Lampiran 10
TABEL 7 KLASIFIKASI DATA KONTEKS PENGGUNAAN STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF
KETERANGAN:
1. ST : Setting
2. SC : Scane
3. P : Participant
(-) belum akrab
(+) sudah akrab
4. E : End
5. A : Act sequence
6. K : Key
7. I : Instrumentalies
8. N : Norm of interaction an interpretation
9. G : Genre
291
Lampiran 11
TABEL 8 KLASIFIKASI DATA FUNGSI PRAGMATIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF
Lampiran 12
TABEL 9 SIMPULAN PENELITIAN
KETERANGAN:
Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif: Fungsi Pragmatis Tindak Tutur Ekspresif:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi 1. Convival : Menyenagkan
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif 2. Collaborative : Bekerja sama
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif 3. Conflictive : Bertentangan
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur di dalam hati