Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 264

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI

KARYA SUPARDI DJOKO DOMONO:


PENDEKATAN LINGUISTIK KORPUS

PROPOSAL TESIS

YOKO FEBRIANTO
NIM 21174014

ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


dalam mendapatkan gelar Magister
Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA PROGRAM MAGISTER FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

0
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dimuat temuan penelitian yang disertai pembahasan

berdasarkan analisis yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada

pembahasan ditekankan pada penjelasan terhadap data utama yang dapat mewakili

keseluruhan data yang ditemukan.

A. Temuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, pada

bab ini akan disajikan empat bahasan temuan pokok. Keempat temuan pokok itu

akan menjadi subbab pada bab ini, yaitu 1) jenis tindak tutur ekspresif di dalam

novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, 2) strategi bertutur tindak

tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, 3)

konteks penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Hujan

Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono, dan 4) fungsi pragmatis dari tindak

tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

Hal tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 9
Temuan Penelitian Jenis Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi
Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Jenis tindak tutur Kegembiraan 2 2,6%
ekspresif di dalam Kritikan 4 5,1%
novel Hujan Bulan Kebencian 4 5,1%
Juni karya Supardi Kesengsaraan 2 2,6%
Djoko Domono Pengucapan Terima Kasih 14 18%
Permintaan Maaf 22 28,2%
Keluhan 10 12,9%
Pengecaman 14 18%
Pemujian 4 5,1%
Pengungkapan Belasungkawa 2 2,6%

56
57

Tabel 10
Temuan Penelitian Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Strategi bertutur Bertutur terus terang tanpa basa- 24 30,8%
tindak tutur basi (BTTTBB)
ekspresif di dalam Bertutur terus terang 19 24,3%
novel Hujan Bulan dengan basa-basi
Juni karya Supardi kesantunan positif
Djoko Domono (BTTBBKP)
Berterus terang dengan basa-basi 28 35,9%
kesantunan negatif (BTTBBKN)
Bertutur samar-samar (BSS) 2 2,6%
Bertutur di dalam hati (BDH) 5 6,4%

Tabel 11
Temuan Penelitian Konteks Penggunaan Strategi Bertutur Tindak
Tutur Ekspresif dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko
Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Konteks Petutur lebih muda belum akrab 16 17,8%
penggunaan strategi Petutur lebih muda sudah akrab 28 31,1%
bertutur tindak tutur
Petutur sebaya belum akrab 3 3,3%
ekspresif di dalam
Petutur sebaya sudah akrab 6 6,6%
novel Hujan Bulan
Juni karya Supardi Petutur lebih tua belum akrab 5 5,5%
Djoko Domono

Petutur lebih tua sudah akrab 32 36,5%

Tabel 12
Temuan Penelitian Fungsi Pragmatis Tindak Tutur Ekspresif
dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono
Hal yang ditinjau Temuan Penelitian Jumlah Frekuensi
Fungsi pragmatis Menyenangkan (convival) 17 21,8%
dari tindak tutur Bekerja sama (collaborative) 54 69,2%
ekspresif di dalam Bertentangan (conflictive) 7 9%
novel Hujan Bulan
Juni karya Supardi
Djoko Domono
58

1. Jenis Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Hujan Bulan Juni karya
Supardi Djoko Domono

Jenis tindak tutur ekspresif yang ditemukan dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono yaitu (a) kegembiraan, (b) kritikan, (c) kebencian,

(d) kesengsaraan, (e) pengucapan terima kasih, (f) permintaan maaf, (g) keluhan,

(h) pengecaman, (i) pemujian, dan (j) pengucapan belasungkawa.

a. Kegembiraan

Tindak tutur kegembiraan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi

Djoko Domono ditemukan sebanyak 2,6%. Berikut penjelasan lebih lanjut.

1) “Uda ada kabar baik, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan


Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok kebutuhan
besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. (T1/S:61)
2) “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan
suara lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk.
Panitia dan orang kampungku segera saja bersorak sorai pertanda
kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di
rantau. (T1/7CSAK:74)

Tuturan (1) merupakan jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

kegembiraan ditandai dengan perasaan bahagia Aisyah karena toko bangunan

Barlian dan Haji Amran diikutsertakan dalam memenuhi kebutuhan besi

pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman. Hal ini terjadi karena kerja sama

yang terjalin antara Aisyah dan Haji Idrus. Kemudian, pada tuturan (2) terdapat

jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kegembiraan ditandai dengan perasaan

bahagia orang kampung karena anak muda yang bernama Imzamril melakukan

penawaran tertinggi ayam singgang yang bertujuan untuk memperbaiki musala


59

kampung. Hal ini mencerminkan bahwa Imzamril selaku anak muda kampung

telah sukses di negeri rantau.

b. Kritikan

Tindak tutur kritikan yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 5,1%. Berikut tindak tutur kritikan

dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

3) “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu


yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut
simpulan kami, calon pengantin pria belum siap untuk
berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
(T1/S:34)
4) “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak
Uwo Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas
kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.” (T1/S:36)

Pada tuturan (3) terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan

ditandai dengan kata menurut keluarga pengantin wanita Roni sebagai calon

pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Hal ini dikarenakan Roni belum

memenuhi uang sasuduik atau uang kamar yang telah dimufakatkan. Kemudian

pada tuturan (4) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan

ditandai dengan kata menurut Emak Sanjai, Emak Hafsah pernah berjanji akan

memberikan lima puluh emas jika memenangi persengketaan dengan Emak

Naimah dan Barlian, yaitu atas rumah, sawah, dan kebun.

Tindak tutur kritikan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko

Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

5) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari


menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
60

secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang tidak
sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya.
Pertama, kita harus meninggalkan kebiasaan membakar
kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk di
kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan zaman
jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah
hening seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan
menangis meraung-raung dan menghentak-hentakkan kaki di
lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah jenazah
dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini
tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya,
berdoalah setiap setelah shalat untuk orang-orang yang
mendahului kita,” terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)

Pada tuturan (5) terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kritikan

disampaikan oleh ustaz kepada jemaah, yaitu meninggalkan kebiasaan membakar

kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan, meninggalkan kebiasaan

menangis meraung-raung dan menghentakkan kaki di lantai rumah jika sedang

berduka, dan meninggalkan kebiasaan peringatan kematian. Hal ini dikarenakan

semua hal tersebut tidak ada dalam agama masyarakat kampung.

c. Kebencian

Tindak tutur kebencian hanya terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 5,1%. Berikut penjelasan lebih

lanjut.

6) “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak


Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo Hafsah dengan
menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa. (T1/S:28)
7) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan
pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu
ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah
61

Naimah dan anaknya itu dibawa oleh nasibnya ke rantau


mana hendak dituju,” tambah Emak lagi. (T1/S:29)

Pada tuturan (6) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

kebencian yang diujarkan Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Hal ini dikarenakan

Mak hafsah tidak mengakui perjanjiannya untuk memberikan beberapa emas

kepada Mak Sanjai yang menurut Mak Sanjai dia telah membantu Mak Hafsah

memenangi persengketaan dengan keluarga Mak Naimah, yaitu sawah, kebun,

dan rumah adalah milik sah Mak Hafsah. Dengan demikian, Mak Sanjai mencakar

muka dan menarik rambut Mak Hafsah. Kemudian, pada tuturan (7) terlihat jenis

tindak tutur ekspresif yang terindikasi kebencian yang diujarkan oleh Emak Sanjai

yang ditujukan untuk Emak Naimah dan Barlian. Hal ini dikarenakan Emak

Sanjai tidak suka dengan Emak Naimah dan Barlian. Dengan demikian, Emak

Sanjai memisahkan Emak Naimah dengan suaminya sekaligus adik Emak Sanjai,

yaitu Sabirin. Hal ini dilakukan Emak Sanjai dengan menyuruh Sabirin merantau

ke Kolang Malaysia. Hal ini bertujuan agar adik Emak Sanjai tidak menanggung

malu adat yang terjadi di dalam keluarga Emak Naimah, yaitu persengketaan

kebun, rumah, dan sawah yang semula milik Emak Naimah merupakan milik sah

Mak Uwo Hafsah.

d. Kesengsaraan

Tindak tutur kesengsaraan hanya terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 2,6%. Berikut penjelasan

lebih lanjut.

8) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan


pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti. (T1/S:1)
9) “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang
digantung di dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama menahan
rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang
62

mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta


Emak Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.” (T1/S:2)
Pada tuturan (8) terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

kesengsaraan ditandai dengan ratapan pilu Emak Sanjai dan ditingkahi oleh

tangisan Nurbaiti. Hal ini dikarenakan motor dan juga rumah Emak Sanjai

dibakar oleh anaknya sendiri, yaitu Roni Caniago. Kemudian, pada tuturan (9)

terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi kesengsaraan ditandai dengan

wajah pilu Emak Naimah karena menanggung penderitaan ditinggalkan suaminya,

tetapi Emak Naimah masih tetap menyayangi dan merindukan suaminya tersebut.

e. Pengucapan Terima Kasih

Tindak tutur terima kasih yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 18%. Berikut tindak tutur

terima kasih dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

10) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan bantuan
keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan rona yang
muram. (T1/S:9 dan 10)
11) “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi,
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,”
tambah Barlian. (T1/S:11)
Pada tuturan (10) dan (11) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur

ekspresif yang terindikasi terima kasih. Hal tersebut diujarkan oleh Emak Naimah

dan Barlian kepada keluarga Buya Bahar yang bersedia membantu mereka untuk

tinggal di rumah Buya saja karena Emak dan Barlian sudah tidak memiliki harta

dan rumah lagi setelah kalah banding dengan Mak Uwo Hafsah.

Tindak tutur terima kasih dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi

Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.


63

12) Dengan segera saja, aku mengucapkan “terima kasih banyak”


atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.
(T1/7CSAK:77)

Pada tuturan (12) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang

terindikasi terima kasih. Hal tersebut diujarkan oleh aku (Herman) kepada Riani

karena telah memberikan senter kecil yang sangat berguna untuk penerangan jalan

pulang ke rumah dari rumah Tuan Guru Masad di malam hari.

f. Permintaan Maaf

Tindak tutur meminta maaf yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 28,2%. Berikut tindak tutur

meminta maaf dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

13) “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin
wanita juga belum siap untuk menanti. Mohon maaf,
assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan. (T1/S:46 dan 47)
14) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.” (T1/S:50
dan 51)

Pada tuturan (13) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang

terindikasi meminta maaf. Hal ini diujarkan oleh laki-laki utusan mempelai

wanita, yaitu Husna yang akan menikah dengan Roni Caniago anak dari Emak

Sanjai. Laki-laki utusan tersebut memohon maaf kepada rombongan mempelai

laki-laki. Hal ini dikarenakan pernikahan tidak bisa dilanjutkan sebab dari pihak

laki-laki telah melanggar perjanjian dan adat dari pihak perempuan, yaitu uang

sasuduik atau uang kamar. Kemudian pada tuturan (14) juga terlihat jenis tindak
64

tutur ekspresif meminta maaf, yaitu diujarkan oleh Nurlela kepada Barlian karena

Nurlela lebih memilih Hamid Al Hakim daripada Barlian untuk pendamping

hidupnya.

Tindak tutur meminta maaf dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi

Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

15) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan
maaf itu. (T1/7CSAK:69)
16) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak
boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan
segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi bingung
Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)
Pada tuturan (15) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang

terindikasi meminta maaf. Hal ini diujarkan oleh Angku Gogai selaku kerabat

Angku Karim kepada seluruh orang kampung yang datang melayat Angku Karim

ke peristirahatan terakhirnya. Kemudian, pada tuturan (16) juga terlihat bahwa

terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi meminta maaf. Hal ini

diujarkan oleh Riani kepada aku (Herman) karena mereka berdua akan dipisahkan

oleh pernikahan antara Riani dengan Uda Rahman yang akan segera diangkat

menjadi guru di Indrapura.

g. Keluhan

Tindak tutur mengeluh yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 12,9%. Berikut tindak tutur

mengeluh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.
65

17) “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan


bahwa satu minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan
kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,”
kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus
merantau jauh,” pikiran Barlian. (T1/S:8)
18) “Kenapa baru malam ini Dik Aisyah berikan kepada Uda?
Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat
ini sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian
heran. (T1/S:57)
Pada tuturan (17) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang

terindikasi mengeluh. Hal ini terlihat pada tuturan Barlian yang mengeluhkan

rantau mana yang akan ditujunya bersama dengan Emak Naimah. Hal ini

dikarenakan Barlian dan Emak Naimah kalah dalam persidangan yang membuat

sawah, kebun, dan rumah yang semula dimiliki oleh Barlian dan Emak Naimah

jatuh kepada Emak Hafsah sebagai kepemilikan sah atas hal tersebut. Kemudian,

pada tuturan (18) juga terlihat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

mengeluh dari tuturan Barlian kepada Aisyah. Hal ini dikarenakan Aisyah selama

hampir satu bulan tidak memberikan surat Nurlela dari kampung yang ditujukan

untuk Barlian di tanah rantau. Tindak tutur ekspresif mengeluh ini di indikasikan

dengan pertanyaan Barlian kepada Aisyah, yaitu Kenapa baru malam ini Dik

Aisyah berikan kepada Uda?

Tindak tutur mengeluh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko

Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

19) “Aku juga takut, Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)
20) “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah
yang aku sesali,” begitu kata hatiku. (T17CSAK:71)
66

Pada tuturan (19) terlihat bahwa terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang

terindikasi mengeluh dari tuturan ayah kepada ibu karena takut setelah berangkat

dari ibu kota kecamatan nanti mata orang kampung tertuju kepada ayah sebab

ayah berada dalam dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara lambang

pohon rindang dan lambang kiblat agama. Hati ayah pasti memilih lambang

agama, tetapi ayah sebagai pegawai negeri diundang oleh lambang pohon rindang

yang membuat ayah risau. Kemudian, pada tuturan (20) terlihat jenis tindak tutur

ekspresif yang terindikasi mengeluh dari tuturan aku (Herman) karena menyesali

pertemuannya dengan Hartiwi yang akhirnya dipisahkan oleh keadaan.

h. Pengecaman

Tindak tutur mengecam yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 18%. Berikut tindak tutur

mengecam dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

21) “Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan


anaknya Barlian dengan anakku Nurbaiti,” ujar Emak Sanjai.
(T1/S:24)
22) “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak
yakni yang pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti
menikah dengan Uda Barlian, Emak,” tambah Nurbaiti lagi.
(T1/S:25)
Pada tuturan (21) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

mengecam terlihat pada ujaran Emak Sanjai kepada Nurbaiti yang ditandai

dengan kata tidak setuju. Artinya, Mak Sanjai menilai buruk keinginan ayah

Barlian, yaitu Sabirin untuk menikahkan Barlian dengan anak Mak Sanjai, yaitu

Nurbaiti. Kemudian, pada tuturan (22) juga terdapat tindak tutur ekspresif yang

terindikasi mengecam. Hal ini terlihat pada tuturan Nurbaiti kepada Emak Sanjai
67

yang ditandai dengan kata tidak setuju. Artinya, Nurbaiti menilai keputusan Emak

Sanjai tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini dikarenakan Nurbaiti ingin

menikah dengan Barlian tetapi Mak Sanjai tidak menyetujui hal tersebut.

Tindak tutur mengecam dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko

Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

23) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya
dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan
berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi
surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
(T1/7CSAK:76)

Pada tuturan (23) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

mengecam. Hal ini terlihat pada ujaran Herman kepada Sefina yang ditandai

dengan kata aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan

sefina terhadap diriku. Artinya, Herman menilai buruk pernyataan Sefina yang

disampaikan oleh Riani tanpa melihat isi surat yang diberikan oleh Sefina untuk

Herman, tetapi Herman sudah memastikan bahwa isi surat tersebut adalah

penolakan Sefina terhadap Herman.

i. Pemujian

Tindak tutur memuji yang terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 5,1%. Berikut tindak tutur memuji

dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono.

24) “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa.


(T1/S:22)
25) “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya
sering memujinya dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim
yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan berhati Arab.”
(T1/S:23)
68

Pada tuturan (24) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

memuji. Hal ini terlihat pada ujaran Roni kepada Emaknya, yaitu Mak Sanjai.

Roni memuji Emak Sanjai atas kelicikannya mengelabui keluarga Barlian yang

sedang tertimpa musibah dengan meminta harta peninggalan Ayah Barlian

sekaligus adik Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian

yang ternyata isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan

emas yang banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat

kepada Emak Naimah, tetapi Mak Sanjailah yang mengambil surat tersebut tanpa

memberitahukan kebenaran kepada Mak Naimah dan Barlian. Pada tuturan (25)

terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi memuji. Hal ini terlihat di

dalam surat Nurlela untuk Barlian yang mana Buya Bahar sering memuji Hamid

dengan sebutan sarjana geologi berotak barat dan berhati arab.

Tindak tutur memuji dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko

Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

26) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.


Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang
ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. (T17/CSAK:68)

Pada tuturan (26) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

memuji. Hal ini terlihat pada ujaran Angku Gogai yang memuji Angku Karim

semasa hidupnya merupakan pejuang ekonomi di kampungnya.

j. Pengucapan Belasungkawa

Tindak tutur mengucapkan belasungkawa yang terdapat di dalam novel

Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono ditemukan sebanyak 2,6%.

Berikut penjelasan lebih lanjut.


69

27) “Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap


Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk
Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian membaca Alfatihah.
(T1/S:66)
28) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.
Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku
Gogai. (T1/7CSAK:78)
Pada tuturan (27) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi

mengucapkan belasungkawa. Hal ini terlihat pada ujaran Barlian untuk Nurlela

dengan mengucapkan Innalillahi wainna ilaihi rajiun yang berarti sesungguhnya

kita adalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Kemudian, pada

tuturan (28) terdapat jenis tindak tutur ekspresif yang terindikasi mengucapkan

belasungkawa. Hal ini terlihat dari ujaran Angku Gogai dengan mengucapkan

telah berpulang ke Rahmatullah yang berarti telah meninggal dunia dan kembali

kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini diucapkan oleh Angku Gogai selaku kerabat

Angku Karim kepada seluruh orang kampung yang datang melayat Angku Karim

ke peristirahatan terakhirnya.

2. Strategi bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Hujan Bulan Juni
karya Supardi Djoko Domono.

Temuan penelitian bentuk tindak tutur ekspresif dilihat dari strategi bertutur

yang digunakan pelaku tutur di dalam novel Hujan Bulan Juni karya Supardi

Djoko Domono ada lima, yaitu (a) bertutur terus terang tanpa basa-basi,

(b) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, (c) bertutur terus

terang dengan basa-basi kesantunan negatif, (d) bertutur samar-samar, dan (e)

bertutur di dalam hati.


70

a. Strategi Bertutur Terus Terang tanpa Basa-Basi

Bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya dapat ditemukan di dalam novel

Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono sebanyak 30,8% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kritikan, kebencian, kesengsaraan, terima kasih, mengeluh,

dan mengecam.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

29) “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu


yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut
simpulan kami, calon pengantin pria belum siap untuk
berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
(T1/S:34)
Pada tuturan (29) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan

lelaki utusan rombongan pengantin wanita kepada pengantin pria yang terindikasi

ungkapan langsung dan penyebutan panggilan, yaitu pengantin pria.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu kebencian hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

30) “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak
Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo Hafsah dengan
menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa. (T1/S:28)
31) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan
pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu
ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero
71

Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan


kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah
Naimah dan anaknya itu dibawa oleh nasibnya ke rantau
mana hendak dituju,” tambah Emak lagi. (T1/S:29)

Pada tuturan (30) terdapat tindak tutur ekspresif kebencian menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan Mak

Sanjai kepada Mak Hafsah yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan

panggilan, yaitu kau. Kemudian, pada tuturan (31) terdapat tindak tutur ekspresif

kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini

ditandai dengan tuturan Mak Sanjai kepada anaknya, yaitu Roni dan Nurbaiti

yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan panggilan, yaitu mamakmu.

Artinya, mu tertuju kepada Roni dan Nurbaiti.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu kesengsaraan hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

32) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti. (T1/S:1)

Pada tuturan (32) terdapat tindak tutur ekspresif kesengsaraan menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan

Emak Sanjai kepada Roni yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan

panggilan, yaitu nak.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu terima kasih hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni

karya Supardi Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.


72

33) “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini.
Nasi sudah menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian. (T1/S:19)
34) “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan
segala sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan Umi sangat
berterima kasih ujar Buya Bahar.” (T1/S:21)

Pada tuturan (33) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan

Barlian kepada Aisyah yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan nama,

yaitu Aisyah. Kemudian, pada tuturan (34) terdapat tindak tutur ekspresif terima

kasih menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai

dengan tuturan Buya Bahar kepada Barlian yang terindikasi ungkapan langsung

dan penyebutan nama, yaitu Barlian.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel Hujan Bulan Juni karya

Supardi Djoko Domono dapat dilihat pada kutipan berikut.

35) “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh
emosi sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya
tampak menggelinyam sebagi peluap emosinya. “Ke manakah dua kali
surat balasanku kau berikan Pudin? Kenapa kedua suratku tidak
sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian. (T1/S:58)
36) “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai.
Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” (T1/S:60)

Pada tuturan (35) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan

Barlian kepada Pudin terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan nama, yaitu

Pudin. Kemudian, pada tuturan (36) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh

menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai
73

dengan tuturan Mak Sanjai kepada Roni yang terindikasi ungkapan langsung dan

penyebutan nama, yaitu Roni.

Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dengan jenis tindak tutur

ekspresif, yaitu mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

37) “Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan


anaknya Barlian dengan anakku Nurbaiti,” ujar Emak Sanjai.
(T1/S:24)
38) “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak
yakni yang pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti
menikah dengan Uda Barlian, Emak,” tambah Nurbaiti lagi.
(T1/S:25)
Pada tuturan (37) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan

Emak Sanjai kepada Nurbaiti yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan

panggilan, yaitu mu yang mengacu kepada Nurbaiti. Kemudian, pada tuturan (38)

terdapat tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan strategi bertutur terus

terang tanpa basa-basi. Hal ini ditandai dengan tuturan Nurbaiti kepada Emak

Sanjai yang terindikasi ungkapan langsung dan penyebutan panggilan, yaitu

Emak.

b. Strategi Bertutur Terus Terang dengan Basa-Basi Kesantunan Positif

Bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif dapat ditemukan

di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang

sebanyak 24,3% dengan jenis tindak tutur ekspresif kegembiraan, kritikan,

kesengsaraan, terima kasih, mengeluh, mengecam, memuji, dan mengucapkan

belasungkawa.
74

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu kegembiraan hanya terdapat di dalam novel Sansai

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

39) “Uda ada kabar baik, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok kebutuhan
besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. (T1/S:61)
Pada tuturan (39) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Aisyah kepada Barlian yang terindikasi melakukan perjanjian

yang dilakukan oleh Aisyah dengan Haji Idrus bahwa toko bangunan Barlian dan

Haji Amran diikutsertakan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan Bandara

Katapiang, Pariaman.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

40) Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita
besarkan toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari
Pak Haji Idrus setiap minggu untuk pembangunan Bandara
Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua, Uda,”
bujuk Aisyah. (T1/S:35)

Pada tuturan (40) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Aisyah kepada Barlian yang terindikasi menawarkan hati Barlian

yang sedang bersedih, yaitu dengan kata mari. Artinya, Aisyah mengajak Barlian
75

melakukan hal positif untuk dapat menghilangkan kesedihan yang dirasakan oleh

Barlian yang ditinggalkan oleh Nurlela demi orang lain.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu kesengsaraan hanya terdapat di dalam novel Sansai

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

41) “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang


digantung di dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama menahan
rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang
mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta
Emak Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.” (T1/S:2)

Pada tuturan (41) terdapat tindak tutur ekspresif kesengsaraan menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Emak Naimah kepada Barlian yang terindikasi memberikan

alasan. Artinya, Mak Naimah ingin Barlian untuk memainkan rebab tua milik

ayahnya karena Mak Naimah sangat sedih dan merindukan sosok suaminya yang

merantau dan tidak kunjung pulang.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu terima kasih terdapat di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan

berikut.

42) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan bantuan
keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan rona yang
muram. (T1/S:9 dan 10)
43) Dengan segera saja, aku mengucapkan “terima kasih banyak”
atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.
(T1/7CSAK:77)
76

Pada tuturan (42) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Emak Naimah kepada keluarga Buya Bahar, yaitu kata terima

kasih karena membantu memberikan tempat tinggal untuk Emak Naimah dan

Barlian yang terkena musibah dan tidak mempunyai rumah dan harta sedikit pun.

Artinya, hal tersebut terindikasi bahwa sesama manusia kita harus saling

membantu. Kemudian, pada tuturan (43) terdapat tindak tutur ekspresif terima

kasih menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

positif. Hal ini ditandai dengan tuturan aku (Herman) kepada Riani, yaitu kata

terima kasih karena Riani memberikan senter kecil yang bermanfaat untuk

penerangan jalan ke rumah pada malam hari dari rumah Tuan Guru Masad.

Artinya, hal tersebut terindikasi bahwa sesama manusia kita harus saling

membantu.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel Sansai karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

44) “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya


Barlian membutuhkan ayah untuk menghadapi persoalan
hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga membutuhkannya.
Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian
yang juga membuat hati Emak juga bersedih. Luluh juga hati
Emak mendengar ratapan lelaki anak semata wayangnya itu.
(T1/S:30)
Pada tuturan (44) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Barlian kepada Mak Naimah yang terindikasi memberikan alasan.
77

Artinya, Barlian memberikan alasan kepada Mak Naimah bahwa dalam kesulitan

hidup yang dirasakannya sesungguhnya dikarenakan Barlian membutuhkan

kehadiran ayahnya untuk menghadapi permasalahan hidup yang dialaminya.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

45) “Emak. Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini.
Kenapa tidak ada kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo
Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian? Padahal kita satu
kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir
ini Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa
Emak pun tidak pernah lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?”
pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian. (T1/S:4)
46) “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil,
kenapa Emak dan Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai
Limau dan kemudian ke Sungai Geringging, Pariaman?
Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak
semalampun. Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan
Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya, Emak?” selidiki Barlian
kepada Emaknya. (T1/S:6)
Pada tuturan (45) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Barlian kepada Mak Naimah yang terindikasi mengintensifkan

perhatian kepada petutur (Mak Naimah). Artinya, Barlian selalu memperhatikan

peristiwa yang terjadi terhadap Mak Naimah, yaitu perselisihan antara keluarga

Mak Naimah dengan keluarga Mak Hafsah. Kemudian, pada tuturan (46) terdapat

tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang

dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai dengan tuturan Barlian

kepada Mak Naimah yang terindikasi mengintensifkan perhatian kepada petutur

(Mak Naimah). Maksudnya, Barlian selalu memperhatikan peristiwa yang terjadi


78

di lingkungannya, yaitu menyelidiki hal yang disembunyikan oleh Emak Naimah

dan Ayah Sabirin ketika Barlian masih kecil dia dibawa ke Sungai Limau dan ke

Sungai Geringging, Pariaman. Hal tersebut menjadi tanda tanya oleh Barlian

ditambah oleh beberapa orang yang memanggilnya dengan sebutan Ajo. Padahal

yang diketahui oleh Barlian dia bukan orang Pariaman.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu memuji hanya terdapat di dalam novel Sansai karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

47) “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara


berdagang Nak Barlian selama ini. Nak Barlian sudah memiliki
etika kesopanan dan kesantunan dalam berdagang. Bapak
amati selama ini, tak tinggal sekali pun salat wajib Nak Barlian
walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
(T1/S:62)

Pada tuturan (47) terdapat tindak tutur ekspresif memuji menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Haji Amran kepada Barlian yang terindikasi melebih-lebihkan

simpati kepada petutur (Barlian). Artinya, Haji Amran melebih-lebihkan rasa

suka, rasa kasih, atau rasa senangnya terhadap Barlian yang memiliki etika

kesopanan dan kesantunan dalam berdagang serta tidak sekali pun salat wajib

Barlian tertinggal walaupun sibuk berdagang.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu mengucapkan belasungkawa hanya terdapat di dalam

novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

48) “Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap


Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk
79

Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian membaca Alfatihah.


(T1/S:66)
Pada tuturan (48) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif, yaitu terindikasi melibatkan petutur dalam kegiatan yang

dilakukan oleh penutur. Hal ini terlihat dari tuturan Barlian yang memerintahkan

orang yang berada di rumah Buya membacakan alfatihah untuk Nurlela yang

telah berpulang ke Rahmatullah. Kemudian, seisi rumah mengikuti Barlian

membaca alfatihah.

c. Strategi Bertutur Terus Terang dengan Basa-Basi Kesantunan Negatif

Bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif dapat ditemukan

di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang

sebanyak 35,9% dengan jenis tindak tutur ekspresif kritikan, terima kasih,

meminta maaf, mengeluh, dan memuji.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu kritikan terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si

Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

49) “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak


Uwo Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas
kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.” (T1/S:36)
50) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari
menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang tidak
sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya.
Pertama, kita harus meninggalkan kebiasaan membakar
kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk di
kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan zaman
jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah
hening seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan
80

menangis meraung-raung dan menghentak-hentakkan kaki di


lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah jenazah
dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini
tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya,
berdoalah setiap setelah shalat untuk orang-orang yang
mendahului kita,” terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)
Pada tuturan (49) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Nurlela kepada Barlian yang terindikasi menyatakan tuturan yang

tidak langsung secara konvensional, yaitu tuturan tersebut dituturkan oleh Nurlela

kepada Barlian melalui surat. Kemudian, pada tuturan (50) terdapat tindak tutur

ekspresif kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif. Hal ini ditandai dengan tuturan ustaz kepada jemaah, yaitu

angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya, kita mari menggali ilmu

agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa, selama ini banyak

adat kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba

meninggalkannya. Hal ini terindikasi menggunakan bentuk impersonal. Artinya,

kalimat tersebut tidak bersifat pribadi, tetapi bersifat umum yang ditandai dengan

penggunaan kata ganti impersonal yang bersifat umum, yaitu kata angku-angku,

ninik mamak, dan handai tolan.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu terima kasih hanya terdapat di dalam novel Sansai

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.


81

51) “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil


menyalami Pudin dan menyelipkan sedikit uang kertas
sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin. (T1/S:18)

Pada tuturan (51) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Aisyah kepada Pudin yang terindikasi menyatakan penutur

berhutang budi kepada lawan bertutur. Hal ini dikarenakan Aisyah meminta

kepada Pudin untuk selalu memberikan surat balasan Nurlela kepada Aisyah yang

ditujukan kepada Barlian. Aisyah selalu memberikan Pudin uang setiap Pudin

memberikan surat balasan dari Nurlela untuk Barlian tersebut.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu meminta maaf yang terdapat di dalam novel Sansai

dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

52) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.” (T1/S:50
dan 51)
53) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan
maaf itu. (T1/7CSAK:69)

Pada tuturan (52) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf

menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif.

Hal ini ditandai dengan tuturan Nurlela kepada Barlian, yaitu kata mohon maaf

karena Nurlela memilih Hamid sebagai pendamping hidupnya daripada Barlian.


82

Kemudian pada tuturan (53) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf

menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif.

Hal ini ditandai dengan tuturan mohon maaf dari Angku Gogai kepada seluruh

orang kampung yang datang melayat untuk dapat memaafkan segala kesalahan

Angku Karim selama hidupnya agar tenang menemui sang khalik.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu mengeluh hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si

Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

54) “Aku juga takut, Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)

Pada tuturan (54) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai

dengan tuturan ayah kepada ibu yang terindikasi pesimis, yaitu ditandai dengan

kata ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, mata orang

kampung pasti akan tertuju kepada aku.

Strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif dengan jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu memuji hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si

Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

55) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.


Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang
ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. (T17/CSAK:68)

Pada tuturan (55) terdapat tindak tutur ekspresif memuji menggunakan

strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif. Hal ini ditandai

dengan tuturan Angku Gogai kepada masyarakat kampung, yaitu angku-

angku,
83

tuan-tuan, puan-puan sanak kerabat semuanya, telah berpulang ke Rahmatullah

Angku Karim pejuang ekonomi kita, ujar Angku Gogai. Hal ini terindikasi

menggunakan bentuk impersonal. Artinya, kalimat tersebut tidak bersifat pribadi,

tetapi bersifat umum yang ditandai dengan penggunaan kata ganti impersonal

yang bersifat umum, yaitu kata angku-angku, tuan-tuan, puan-puan sanak kerabat

semuanya.

d. Strategi Bertutur Samar-Samar

Bertutur samar-samar hanya dapat ditemukan di dalam novel Sansai karya

Ermanto Tolantang sebanyak 2,6% dengan jenis tindak tutur ekspresif memuji.

Berikut penjelasan lebih lanjut.

56) “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa.


(T1/S:22)
57) “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya
sering memujinya dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim
yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan berhati Arab.”
(T1/S:23)
Pada tuturan (56) terdapat tindak tutur ekspresif memuji menggunakan

strategi bertutur samar-samar. Hal ini ditandai dengan tuturan Roni yang

terindikasi memuji Emak Sanjai, yaitu dengan kata emakku memang hebat.

Artinya, Roni memuji Emak Sanjai atas kelicikannya mengelabui keluarga

Barlian yang sedang tertimpa musibah dengan meminta harta peninggalan Ayah

Barlian sekaligus adik Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah

Barlian yang ternyata isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan

perhiasan emas yang banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut

melalui surat kepada Emak Naimah, tetapi Mak Sanjailah yang mengambil surat

tersebut tanpa memberitahukan kebenaran kepada Mak Naimah dan Barlian.


84

Selanjutnya, pada tuturan (57) terdapat tindak tutur ekspresif memuji

menggunakan strategi bertutur samar-samar. Hal ini terlihat di dalam surat Nurlela

untuk Barlian yang mana Buya Bahar sering memuji Hamid dengan sebutan

sarjana geologi berotak barat dan berhati arab. Artinya, Hamid adalah sarjana

geologi yang cerdas dan memiliki sifat yang baik. Hal ini terindikasi

menggunakan metafora atau kiasan dengan menyembunyikan konotasi nyata dari

tuturan yang dituturkan.

e. Strategi Betutur di Dalam Hati

Bertutur di dalam hati dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7 Cinta

Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 6,4% dengan jenis tindak

tutur ekspresif mengeluh dan mengecam.

Strategi bertutur di dalam hati dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengeluh terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

58) “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa


satu minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun
akan disita oleh Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian. “Rantau
manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau
jauh,” pikiran Barlian. (T1/S:8)
59) “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah
yang aku sesali,” begitu kata hatiku. (T17CSAK:71)
Pada tuturan (58) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh menggunakan

strategi bertutur di dalam hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Barlian, yaitu aku

dan emak harus merantau jauh pikiran Barlian. Kemudian, pada tuturan (59)

terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh menggunakan strategi bertutur di dalam

hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Aku (Herman), yaitu kata di dalam hati yang
85

ditujukan kepada Hartiwi karena Herman menyesali pertemuannya yang berujung

perpisahan dengan Hartiwi wanita yang dicintainya.

Strategi bertutur di dalam hati dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

60) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya
dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan
berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi
surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
(T1/7CSAK:76)

Pada tuturan (60) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam menggunakan

strategi bertutur di dalam hati. Hal ini ditandai dengan tuturan Herman, yaitu

tanpa mohon izin lagi aku bergegas meninggalkan Riani, aku sudah dapat

memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.

3. Konteks Penggunaan Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif di dalam


Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung Karya Ermanto Tolantang

Temuan penelitian bentuk tindak tutur ekspresif dilihat dari konteks

penggunaan strategi bertutur yang digunakan pelaku tutur di dalam novel Sansai

dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang ada enam, yaitu (a)

petutur lebih muda belum akrab, (b) petutur lebih muda sudah akrab, (c) petutur

sebaya belum akrab, (d) petutur sebaya sudah akrab, (e) petutur lebih tua belum

akrab, (f) petutur lebih tua sudah akrab. Hal ini akan ditinjau dari segi setting dan

scane; participant; end; act sequence; key; instrumentalies; norm of interaction

an interpretation; dan genre.


86

a. Petutur Lebih Muda Belum Akrab

Petutur lebih muda belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan

7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 17,8% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kegembiraan, kritikan, terima kasih, meminta maaf,

mengeluh, dan mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-

basi, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur terus

terang dengan basa-basi kesantunan negatif, dan bertutur di dalam hati.

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kegembiraan menggunakan strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan

positif hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

61) “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan
suara lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk.
Panitia dan orang kampungku segera saja bersorak sorai pertanda
kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di
rantau. (T1/7CSAK:74)

Pada tuturan (61) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan Uda

Imzamril kepada orang kampung (Herman). Pertama, setting yang terlihat

tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah

kegembiraan. Kedua, participant yang terlibat adalah Uda Imzamril dan Herman,

yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Uda

Imzamril adalah untuk menawar ayam singgang yang berguna untuk memperbaiki

musala kampung. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

pernyataan dari Uda Imzamril kepada orang kampung. Kelima, key yang terdapat
87

di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Uda Imzamril kepada

orang kampung. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Uda Imzamril kepada orang kampung. Ketujuh,

norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu

kepada Uda Imzamril yang memiliki tingkah laku dermawan. Kedelapan, genre

mengacu pada jenis penyampaian Uda Imzamril yang terindikasi baik kepada

orang kampung.

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya terdapat

di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan

berikut.

62) “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu


yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut
simpulan kami, calon pengantin pria belum siap untuk
berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
(T1/S:34)

Pada tuturan (62) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni (pengantin pria). Pertama, setting

yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut

adalah menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah lelaki utusan

pengantin wanita dan Roni (pengantin pria), yaitu petutur lebih muda belum

akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut lelaki utusan pengantin wanita adalah

untuk memberitahukan tentang pembatalan pernikahan karena ada janji yang


88

belum ditepati oleh pengantin pria. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut

adalah pernyataan dari lelaki utusan rombangan wanita kepada Roni. Kelima, key

yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh lelaki

utusan kepada Roni. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni

(pengantin pria). Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di

dalam tuturan mengacu kepada Roni (pengantin pria) yang memiliki tingkah laku

tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian lelaki

utusan pengantin wanita yang terindikasi baik kepada Roni (pengantin pria).

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

terima kasih menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang

dapat dilihat pada kutipan berikut.

63) “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan
berat hati. “Terima kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara
lembut. (T1/S:13)

Pada tuturan (63) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Nurlela kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kekecewaan Roni terhadap

Nurlela. Kedua, participant yang terlibat adalah Roni dan Nurlela, yaitu petutur

lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Roni adalah untuk

memberitahu Nurlela terkait surat yang dikirim Barlian dari rantau untuknya.

Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Roni kepada
89

Nurlela. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan

hati oleh Roni. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Roni kepada Nurlela. Ketujuh, norm of interaction

an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada Roni yang

memiliki tingkah laku amanah. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Roni yang terindikasi baik kepada Nurlela.

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

meminta maaf menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

64) “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di
mana ya?” tanya Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan
ada yang direnungkan Husnah. Sejenak kemudian, tampak pula
kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya. (T1/S:56)
65) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta
Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
(T1/7CSAK:69)

Pada tuturan (64) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian kepada Husna. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant

yang terlibat adalah Barlian dan Husna, yaitu petutur lebih muda belum akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk mengetahui tentang

asal-usul Husna. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan
90

dari Barlian kepada Husna. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut

disampaikan dengan serius oleh Barlian kepada Husna. Keenam, instrumentalies

yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada

Husna. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam

tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi rasa ingin tahu.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian yang terindikasi baik

kepada Husna.

Pada tuturan (65) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Angku Gogai kepada seluruh orang kampung yang hadir melayat. Pertama,

setting yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan

tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku Gogai dan

seluruh orang kampung yang hadir melayat, yaitu petutur lebih muda belum

akrab. Kemudian, pada tuturan (65) juga terdapat petutur sebaya dan lebih tua

belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Angku Gogai adalah untuk

meminta maaf kepada orang kampung atas semua kesalahan Angku Karim selama

hidup. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah permintaan dan

pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang hadir melayat. Kelima,

key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu

disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang hadir melayat sedangkan

key dalam tuturan orang kampung yang hadir melayat Angku Karim, yaitu

disampaikan dengan hati kepada Angku Gogai. Keenam, instrumentalies yang

terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada
91

orang kampung yang hadir melayat Angku Karim. Ketujuh, norm of interaction

an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku

Gogai dan orang kampung yang terindikasi peduli dengan sesama sedangkan

Angku Karim terindikasi orang yang suka menolong dan baik hati selama hidup.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku Gogai yang

terindikasi baik kepada orang kampung yang hadir melayat.

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengeluh menggunakan strategi bertutur di dalam hati terdapat di dalam novel

Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

66) “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa


satu minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun
akan disita oleh Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian. “Rantau
manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau
jauh,” pikiran Barlian. (T1/S:8)
67) “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera
latihan drama dengan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku
ingin segera bertemu Sefina. Tidak jadipun latihan drama Gadih
Basanai, tidak masalah bagiku asal dapat bertemu dengan Sefina.
(T1/7CSAK:72)

Pada tuturan (66) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang terlihat dalam

tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Samsudin

dan Barlian, yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini

menurut Samsudin adalah untuk memberitahukan bahwa keluarga Barlian kalah

dalam pengadilan yang membuat rumah, sawah, dan kebun yang semula milik
92

keluarga Barlian jatuh kepada Mak Hafsah sebagai pemilik sah sedangkan end

dari tuturan Barlian adalah untuk mengeluhkan rantau mana yang hendak

ditujunya bersama Mak Naimah. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut

adalah pernyataan dari Samsudin dan Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam

tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Samsudin dan Barlian. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh

Samsudin kepada keluarga Barlian sedangkan instrumentalies yang terdapat di

dalam tuturan Barlian disampaikan dengan bertutur di dalam hati. Ketujuh, norm

of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Samsudin, yaitu amanah sedangkan norm of interaction an interpretation

yang mengacu kepada Barlian, yaitu suka mengeluh. Kedelapan, genre mengacu

pada jenis penyampaian Samsudin kepada Barlian yang terindikasi baik.

Pada tuturan (67) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Herman kepada Sefina. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah senang. Kedua, participant yang

terlibat adalah Herman dan Sefina, yaitu petutur lebih muda belum akrab. Ketiga,

end dari tuturan ini menurut Herman, yaitu agar dapat segera bertemu dengan

Sefina. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan Herman

kepada Sefina. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan

dengan hati oleh Herman kepada Sefina. Keenam, instrumentalies yang terdapat

di dalam tuturan disampaikan dengan bertutur di dalam hati oleh Herman kepada

Sefina. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam


93

tuturan tersebut mengacu kepada Herman yang terindikasi tidak penyabar.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Herman yang terindikasi baik

kepada Sefina.

Petutur lebih muda belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

68) “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan


seminggu yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu,
keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil
berlalu meninggalkan rombongan. (T1/S:27)

Pada tuturan (68) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni (pengantin pria). Pertama, setting

yang terlihat tempatnya umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut

adalah menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah lelaki utusan

pengantin wanita dan Roni (pengantin pria), yaitu petutur lebih muda belum

akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut lelaki utusan pengantin wanita adalah

untuk memberitahukan tentang pembatalan pernikahan karena ada janji yang

belum ditepati oleh pengantin pria. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut

adalah pernyataan dari lelaki utusan rombangan wanita kepada Roni. Kelima, key

yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh lelaki

utusan kepada Roni. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh lelaki utusan pengantin wanita kepada Roni
94

(pengantin pria). Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di

dalam tuturan mengacu kepada Roni (pengantin pria) yang memiliki tingkah laku

tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian lelaki

utusan pengantin wanita yang terindikasi baik kepada Roni (pengantin pria).

b. Petutur Lebih Muda Sudah Akrab

Petutur lebih muda sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan

7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 31,1% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kebencian, kesengsaraan, terima kasih, meminta maaf,

mengeluh, mengecam, memuji, dan mengucapkan belasungkawa menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur terus terang dengan basa-

basi kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif,

dan bertutur di dalam hati.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

69) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan
pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu
ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah
Naimah dan anaknya itu dibawa oleh nasibnya ke rantau
mana hendak dituju,” tambah Emak lagi. (T1/S:29)

Pada tuturan (69) terdapat tindak tutur ekspresif kebencian dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Mak Sanjai kepada Mak Naimah dan Barlian. Pertama, setting yang terlihat
95

tempatnya tidak umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah

menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan anaknya

(Roni dan Nurbaiti), yaitu petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari

tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk mengujarkan kebencian dan melihat

kesengsaraan Emak Naimah dan Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan

tersebut adalah pernyataan dari Mak Sanjai kepada anaknya Nurbaiti dan Roni.

Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius

oleh Mak Sanjai kepada kedua anaknya. Keenam, instrumentalies yang terdapat di

dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Roni dan

Nurbaiti. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam

tuturan mengacu kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku jahat.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi

baik kepada Roni dan Nurbaiti.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kesengsaraan menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

70) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
(T1/S:1)

Pada tuturan (70) terdapat tindak tutur ekspresif kesengsaraan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Mak Sanjai kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum

dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua,

participant
96

yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Roni, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk menanyakan alasan

Roni selaku anak Mak Sanjai, yaitu terkait alasan Roni sampai membakar rumah

dan motor. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dari

Mak Sanjai kepada Roni. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut

disampaikan dengan hati oleh Mak Sanjai kepada Roni. Keenam, instrumentalies

yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada

Roni. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam

tuturan mengacu kepada Roni yang memiliki tingkah laku tidak menghargai orang

tua. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang

terindikasi baik kepada Roni.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

terima kasih menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

71) “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera


mempersiapkan segala sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan
Umi sangat berterima kasih ujar Buya Bahar. (T1/S:21)
72) “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak
atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan
ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
(T1/7CSAK:77)

Pada tuturan (71) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Buya Bahar kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum

dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant
97

yang terlibat adalah Buya Bahar dan Barlian, yaitu petutur lebih muda sudah

akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Buya Bahar adalah untuk

memberitahukan Barlian tentang persetujuan Buya dan Umi yang akan pergi ke

tanah suci Makkah. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

pernyataan dari Buya Bahar kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam

tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Buya Bahar kepada Barlian.

Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan

oleh Buya Bahar kepada Barlian. Ketujuh, norm of interaction an interpretation

yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada Barlian yang memiliki tingkah

laku dermawan. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Buya Bahar

yang terindikasi baik kepada Barlian.

Pada tuturan (72) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Herman kepada Riani. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant

yang terlibat adalah Herman dan Riani, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Herman adalah untuk mengucapkan terima

kasih kepada Riani atas pemberian senter kecil yang bermanfaat bagi Herman

untuk penerangan jalan pulang ke rumahnya dari rumah Tuan Guru Masad di

malam hari. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari

Herman kepada Riani. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut

disampaikan dengan serius oleh Herman kepada Riani. Keenam, instrumentalies

yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Herman kepada
98

Riani. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam

tuturan tersebut mengacu kepada Riani, yaitu baik hati. Kedelapan, genre

mengacu pada jenis penyampaian Herman yang terindikasi baik kepada Riani.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

meminta maaf menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

73) “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah


itu berada di rumah ini. Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik
Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin menjadikan Dik Lela
sebagai ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta
Hamid. (T1/S:49)
74) “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik
Lela. Ada aral yang menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa
kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui Dik Lela. Karena
aral tertentu pula Uda tidaklah mungkin memenuhi janji Uda
kepada Dik Lela.” (T1/S:54)

Pada tuturan (73) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Hamid kepada Nurlela. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan. Kedua,

participant yang terlibat adalah Hamid dan Nurlela, yaitu petutur lebih muda

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Hamid adalah untuk

memberitahukan keinginannya kepada Nurlela untuk dapat menikahinya.

Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Hamid

kepada Nurlela. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan

dengan serius oleh Hamid kepada Nurlela. Keenam, instrumentalies yang terdapat
99

di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Hamid kepada Nurlela. Ketujuh,

norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut

mengacu kepada Hamid, yaitu jujur. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Hamid yang terindikasi baik kepada Nurlela.

Pada tuturan (74) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Hamid kepada Nurlela. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant

yang terlibat adalah Hamid dan Nurlela, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Hamid adalah untuk memberitahu Nurlela

bahwa Hamid tidak dapat menepati janjinya kepada Nurlela, yaitu kembali ke

kampung Nurlela dan menikahinya. Hal ini dikarenakan Hamid akan segera

dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan anak sahabat ayahnya. Keempat, act

sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Hamid kepada Nurlela.

Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius

oleh Hamid kepada Nurlela. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam

tuturan disampaikan dengan tertulis oleh Hamid kepada Nurlela melalui surat.

Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan

tersebut mengacu kepada Hamid, yaitu tidak menepati janji. Kedelapan, genre

mengacu pada jenis penyampaian Hamid yang terindikasi baik kepada Nurlela.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengeluh menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dan bertutur

terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel
100

Sansai dan 7 cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

75) “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak
Sanjai. Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar
Nak?” (T1/S:60)
76) “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari
ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu. (T1/7CSAK:67)

Pada tuturan (75) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Mak Sanjai kepada Roni. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum

dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua,

participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Roni, yaitu petutur lebih muda

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk

menanyakan alasan anaknya membakar motor dan rumah. Keempat, act sequence

dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dari Mak Sanjai kepada Roni. Kelima,

key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Mak

Sanjai kepada Roni. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Roni. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Roni, yaitu tidak menghargai orang tua. Kedelapan, genre mengacu pada

jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi baik kepada Roni.

Pada tuturan (76) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Ayah Herman kepada Ibu Herman. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan
101

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah mencekam. Kedua, participant

yang terlibat adalah Ayah Herman dan Ibu Herman, yaitu petutur lebih muda

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut ayah adalah untuk

memberitahukan tentang kecemasannya kepada ibu karena rasa takut ayah setelah

berangkat dari ibu kota kecamatan nanti mata orang kampung tertuju kepadanya

sebab ayah berada dalam dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara

lambang pohon rindang yang terkesan mendesak ayah sebagai pegawai negeri

untuk datang ke ibu kota kecamatan dan lambang kiblat agama, tetapi hati ayah

pastilah tertuju pada lambang kiblat agama. Keempat, act sequence dalam tuturan

tersebut adalah pernyataan Ayah Herman kepada Ibu Herman. Kelima, key yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada ayah, yaitu disampaikan

dengan serius kepada Ibu Herman. Keenam, instrumentalies yang terdapat di

dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ayah kepada ibu. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada ayah yang terindikasi tidak percaya diri. Kedelapan, genre mengacu pada

jenis penyampaian ayah yang terindikasi baik kepada ibu.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi dan

bertutur di dalam hati yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

77) Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu


menikahkan anaknya Barlian dengan anakku Nurbaiti.
(T1/S:24)
78) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang
tuanya dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda
Imzamril akan berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya
102

di Polres Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi,


aku bergegas meninggalkan Riani. Aku sudah dapat
memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina
terhadap diriku. (T1/7CSAK:76)

Pada tuturan (77) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Mak Sanjai kepada Sabirin. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat di dalam tuturan tersebut adalah mengecam. Kedua, participant yang

terlibat adalah Mak Sanjai dan Nurbaiti, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini adalah untuk menyatakan ketidak setujuan Mak Sanjai

menikahkan anaknya Nurbaiti dengan anak Sabirin sekaligus adik Mak Sanjai,

yaitu Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan

dari Mak Sanjai kepada Nurbaiti. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan

tersebut mengacu kepada Mak Sanjai, yaitu disampaikan dengan serius kepada

Nurbaiti. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan

dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Nurbaiti. Ketujuh, norm of interaction an

interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Mak

Sanjai yang terindikasi tidak menghargai keinginan Mamak Nurbaiti untuk

menikahkan Barlian dengan Nurbaiti. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi baik kepada Nurbaiti.

Pada tuturan (78) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Herman kepada Sefina. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang

terlihat di dalam tuturan tersebut adalah mengecam. Kedua, participant yang

terlibat adalah Riani dan Herman, yaitu petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga,
103

end dari tuturan ini menurut Riani adalah untuk menyatakan bahwa Sefina akan

ditunangkan dengan Imzamril sedangkan end dari tuturan Herman untuk

menyatakan perasaan kecewanya terhadap Sefina yang akan bertunangan dengan

lelaki bernama Imzamril. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

pernyataan dari Riani dan Herman. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan

tersebut mengacu kepada Riani, yaitu disampaikan dengan serius kepada Herman

sedangkan key dari tuturan Herman disampaikan dengan hati yang ditujukan

kepada Sefina. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Riani kepada Herman sedangkan instrumentalies

dalam tuturan Herman disampaikan dengan bertutur di dalam hati kepada Sefina.

Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan

tersebut mengacu kepada Riani yang terindikasi amanah sedangkan norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan Herman terindikasi

pesimis. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Riani kepada

Herman yang terindikasi baik dan genre tuturan Herman kepada Sefina juga

terindikasi baik.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

memuji menggunakan strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif

hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

79) “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara


berdagang Nak Barlian selama ini. Nak Barlian sudah
memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali pun
salat wajib Nak Barlian walaupun sibuk berdagang di toko
Bapak,” jelas Haji Amran. (T1/S:62)
104

Pada tuturan (79) terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Haji Amran kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat di dalam tuturan tersebut adalah menyanjung petutur. Kedua,

participant yang terlibat adalah Haji Amran dan Barlian, yaitu petutur lebih muda

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Haji Amran adalah untuk

menyatakan rasa senang, rasa kasih, dan rasa sukanya terhadap Barlian yang

memiliki budi pekerti yang baik selama berdagang serta taat dalam beribadah.

Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Haji Amran

kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Haji Amran, yaitu disampaikan dengan serius kepada Barlian. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh

Haji Amran kepada Barlian. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi ramah

dan bertanggung jawab. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Haji

Amran kepada Barlian yang terindikasi baik.

Petutur lebih muda sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengucapkan belasungkawa menggunakan strategi bertutur terus terang basa-basi

kesantunan negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

80) Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.


Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku
Gogai. (T1/7CSAK:78)
105

Pada tuturan (80) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa dengan menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang

terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada seluruh orang kampung yang datang

melayat Angku Kaarim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang

terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat

adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih muda sudah akrab.

Kemudian, di dalam tuturan (80) juga ditemukan petutur lebih tua dan lebih muda

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang

kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim sudah berpulang ke Sang

Penciptanya. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari

Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu

disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh

Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh, norm of interaction an

interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku

Gogai yang terindikasi dapat dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Angku Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang

datang melayat.

c. Petutur Sebaya Belum Akrab

Petutur sebaya belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 3,3% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kritikan dan mengecam menggunakan strategi bertutur terus
106

terang tanpa basa-basi dan bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif.

Petutur sebaya belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

81) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari


menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang
tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba
meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan
kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar
kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah nenek moyang
kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-
raung dan menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan
bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah
kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari, seribu
hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,”
terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)

Pada tuturan (81) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

ustaz kepada jemaah. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu

umum di musala dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah

menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah ustaz dan jemaah, yaitu

petutur sebaya belum akrab. Kemudian, dalam tuturan (81) ini juga terlihat petutur

lebih tua dan lebih muda belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut ustaz
107

adalah untuk menyuruh jemaah meninggalkan kebiasaan mereka yang tidak sesuai

dengan Islam. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan

dan permintaan dari ustaz kepada jemaah. Kelima, key yang terdapat di dalam

tuturan tersebut disampaikan dengan serius. Keenam, instrumentalies yang

terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ustaz kepada jemaahnya.

Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan

mengacu kepada ustaz yang memiliki tingkah laku yang bertanggung jawab.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian ustaz yang terindikasi baik.

Petutur sebaya belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

82) “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi


Uda Barlian. Uda Barlian adalah anak pisang Nurbaiti. Uda
Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh karena itu,
Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda Barlian
dibandingkan Nurlela.” (T1/S:31)

Pada tuturan (82) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Nurbaiti kepada Nurlela. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu

tidak umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.

Kedua, participant yang terlibat adalah Nurbaiti dan Nurlela, yaitu petutur sebaya

belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Nurbaiti adalah untuk

menyuruh Nurlela menjauhi Barlian. Hal ini dilakukan oleh Nurbaiti dengan

mengecam Nurlela, yaitu tidak pantas dengan Barlian tetapi Nurbaitilah yang
108

pantas dengan Barlian karena Barlian adalah anak pisang Nurbaiti. Keempat, act

sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dan permintaan. Kelima, key

yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Nurbaiti

kepada Nurlela. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Nurbaiti kepada Nurlela. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada

Nurbaiti yang memiliki tingkah laku yang egois. Kedelapan, genre mengacu pada

jenis penyampaian Nurbaiti yang terindikasi tidak baik kepada Nurlela.

d. Petutur Sebaya Sudah Akrab

Petutur sebaya sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 6,6% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kebencian, terima kasih, mengecam, memuji, dan

mengucapkan belasungkawa menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa

basa-basi dan bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif.

Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

83) “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar


Emak Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik
rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa. (T1/S:28)

Pada tuturan (83) terdapat tindak tutur ekspresif kebencian dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan


109

Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak

umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.

Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Mak Hafsah, yaitu petutur

sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk

mengingatkan perjanjian yang telah disepakatinya dengan Mak Hafsah. Keempat,

act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Mak Sanjai kepada

Mak Hafsah. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan

dengan serius oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Keenam, instrumentalies

yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada

Mak Hafsah. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di

dalam tuturan mengacu kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku kasar.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi

tidak baik kepada Mak Hafsah.

Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu terima

kasih menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat

dilihat pada kutipan berikut.

84) “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil


menyalami Pudin dan menyelipkan sedikit uang kertas
sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin. (T1/S:18)

Pada tuturan (84) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Aisyah kepada Pudin. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah memprihatinkan. Kedua,


110

participant yang terlibat adalah Aisyah dan Pudin, yaitu petutur sebaya sudah

akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah untuk berterima kasih

kepada Pudin yang telah membantunya memberikan surat Nurlela dari kampung

kepada Aisyah yang mana surat tersebut ditujukan untuk Barlian. Keempat, act

sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Aisyah kepada Pudin.

Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius

oleh Aisyah kepada Pudin. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam

tuturan disampaikan dengan lisan oleh Aisyah kepada Pudin. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada

Aisyah dan Pudin yang memiliki tingkah laku tidak jujur. Kedelapan, genre

mengacu pada jenis penyampaian Aisyah yang terindikasi baik kepada Pudin.

Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

85) “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai.


“Masih ingatkah waktu awal kau hendak memperkarakan
rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah itu? Kau
minta bantuanku untuk mencarikan pengacara untuk Naimah
yang bisa aku peralat untuk membantumu. Aku cari Samsudin,
pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura membantu
Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang
dalam berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan
memberiku imbalan lima puluh emas jika kelak kita menang
dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai. (T1/S:32)

Pada tuturan (85) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan


111

Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak

umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan.

Kedua, participant yang terlibat adalah Mak Sanjai dan Mak Hafsah, yaitu petutur

sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Mak Sanjai adalah untuk

menuntut Mak Hafsah agar memberinya imbalan lima puluh emas karena telah

membantu memenangi persengketaan antara keluarga Mak Hafsah dengan Mak

Naimah. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan,

pertanyaan, dan permintaan dari Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Kelima, key

yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Mak

Sanjai kepada Mak Hafsah. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam

tuturan disampaikan dengan lisan oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Ketujuh,

norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu

kepada Mak Sanjai yang memiliki tingkah laku jahat. Kedelapan, genre mengacu

pada jenis penyampaian Mak Sanjai yang terindikasi tidak baik kepada Mak

Hafsah.

Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

memuji menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

86) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.


Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang
ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. (T1/7CSAK:68)

Pada tuturan (86) terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan


112

Angku Gogai kepada Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang

terlibat adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur sebaya sudah

akrab. Kemudian, di dalam tuturan (86) ini juga terdapat petutur lebih tua dan

lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan

kepada orang kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim pejuang

ekonomi sudah berpulang ke Sang Penciptanya. Keempat, act sequence dalam

tuturan tersebut adalah pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang

datang melayat. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan serius kepada orang kampung

yang datang melayat. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh,

norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut

mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat dipercaya sedangkan norm

of interaction an interpretation yang mengacu kepada Angku Karim, yaitu baik

hati semasa hidup. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku

Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang datang melayat.

Petutur sebaya sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengucapkan belasungkawa menggunakan strategi bertutur terus terang dengan

basa-basi kesantunan negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

87) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.


Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku
Gogai. (T1/7CSAK:78)
113

Pada tuturan (87) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa dengan menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang

terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat

Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang terlihat dalam

tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku

Gogai dan orang kampung, yaitu petutur sebaya sudah akrab. Kemudian, di dalam

tuturan (87) ini juga terdapat petutur lebih tua dan lebih muda sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang kampung yang

datang melayat bahwa Angku Karim sudah berpulang ke Sang Penciptanya.

Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Angku

Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang terdapat di

dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan

serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam, instrumentalies yang

terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada

orang kampung. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di

dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat

dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku Gogai yang

terindikasi baik kepada orang kampung yang datang melayat.

e. Petutur Lebih Tua Belum Akrab

Petutur lebih tua belum akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 5,5% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kritikan, kebencian, dan mengecam menggunakan strategi


114

bertutur terus terang tanpa basa-basi dan bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif.

Petutur lebih tua belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif yang hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

88) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari


menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang
tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba
meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan
kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar
kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah nenek moyang
kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-
raung dan menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan
bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah
kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari, seribu
hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,”
terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)

Pada tuturan (88) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

ustaz kepada jemaah. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan ini, yaitu

umum di musala dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah

menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah ustaz dan jemaah, yaitu

petutur lebih tua belum akrab. Kemudian, dalam tuturan (88) ini juga terlihat

petutur lebih muda dan sebaya belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut
115

ustaz adalah untuk menyuruh jemaah meninggalkan kebiasaan mereka yang tidak

sesuai dengan Islam. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

pernyataan dan permintaan dari ustaz kepada jemaah. Kelima, key yang terdapat di

dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius. Keenam, instrumentalies yang

terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh ustaz kepada jemaahnya.

Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan

mengacu kepada ustaz yang memiliki tingkah laku yang bertanggung jawab.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian ustaz yang terindikasi baik.

Petutur lebih tua belum akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kebencian menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi yang hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

89) “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula


merayu Nur.” (T1/S:64)

Pada tuturan (89) terdapat tindak tutur ekspresif kebencian dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Nurbaiti kepada Mak Jihin Kadi. Pertama, setting yang terdapat di dalam tuturan

ini, yaitu umum di puskesmas dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut

adalah menegangkan. Kedua, participant yang terlibat adalah Nurbaiti dan Mak

Jihin, yaitu petutur lebih tua belum akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut

Nurbaiti adalah untuk menyatakan kebencian kepada Mak Jihin karena menurut

Nurbaiti Mak Jihin telah merayunya. Keempat, act sequence dalam tuturan

tersebut adalah pernyataan dari Nurbaiti kepada Mak Jihin. Kelima, key yang

terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Nurbaiti


116

kepada Mak Jihin. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Nurbaiti kepada Mak Jihin. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada

Nurbaiti yang memiliki tingkah laku tercela. Kedelapan, genre mengacu pada

jenis penyampaian Nurbaiti yang terindikasi tidak baik.

f. Petutur Lebih Tua Sudah Akrab

Petutur lebih tua sudah akrab dapat ditemukan di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 36,5% dengan jenis

tindak tutur ekspresif kegembiraan, kritikan, terima kasih, meminta maaf,

mengeluh, mengecam, memuji, dan mengucapkan belasungkawa menggunakan

strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur terus terang dengan basa-

basi kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif,

dan bertutur samar-samar.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kegembiraan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

90) “Uda ada kabar baik, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok kebutuhan
besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. (T1/S:61)

Pada tuturan (90) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Aisyah kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan
117

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kegembiraan. Kedua,

participant yang terlibat adalah Aisyah dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah

akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah untuk memberitahukan

kabar gembira bahwa toko Haji Amran dan Barlian akan diikutsertakan dalam

pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman. Keempat, act sequence dalam

tuturan tersebut adalah pernyataan bahagia dari Aisyah kepada Barlian. Kelima,

key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Aisyah

kepada Barlian. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Aisyah kepada Barlian. Ketujuh, norm of

interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada

Aisyah yang memiliki tingkah laku tolong-menolong antarsesama manusia.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Aisyah yang terindikasi baik

kepada Barlian.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kritikan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat

dilihat pada kutipan berikut.

91) “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak


Uwo Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas
kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.” (T1/S:36)

Pada tuturan (91) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Mak Sanjai kepada Mak Hafsah. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak

umum dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah memprihatinkan.
118

Kedua, participant yang terlibat adalah Nurlela dan barlian, yaitu petutur lebih tua

sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini menurut Nurlela adalah untuk

memberitahukan tentang persengketaan yang terjadi antara Mak Hafsah dengan

Mak Sanjai. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari

Nurlela kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut

disampaikan dengan serius oleh Nurlela kepada Barlian. Keenam, instrumentalies

yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan tertulis oleh Nurlela kepada

Barlian. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam

tuturan mengacu kepada Nurlela yang memiliki tingkah laku amanah. Kedelapan,

genre mengacu pada jenis penyampaian Nurlela yang terindikasi baik kepada

Barlian.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

terima kasih menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif yang hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

92) “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh
Ananda ke toko, Pak Haji,” jawab Barlian sambil menyalami
dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat. (T1/S:12)

Pada tuturan (92) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian kepada Haji Amran. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum

dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah bahagia. Kedua, participant

yang terlibat adalah Barlian dan Haji Amran, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk memberitahukan Haji
119

Amran bahwa Barlian akan datang ke toko Haji Amran. Keempat, act sequence

dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Barlian kepada Haji Amran.

Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius

oleh Barlian kepada Haji Amran. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam

tuturan disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada Haji Amran. Ketujuh, norm

of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan mengacu kepada

Barlian yang memiliki tingkah laku menghormati orang yang lebih tua sedangkan

norm of interaction an interpretation yang mengacu kepada Haji Amran, yaitu

memiliki tingkah laku dermawan karena memberikan Barlian pekerjaan di toko

bangunan miliknya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian

yang terindikasi baik kepada Haji Amran.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

meminta maaf menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

93) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
(T1/S:50-51)
94) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani
tidak boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman
akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)

Pada tuturan (93) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan


120

Nurlela kepada Barlian. Pertama, setting yang terlihat tempatnya tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang

terlibat adalah Nurlela dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,

end dari tuturan ini menurut Nurlela adalah untuk memberitahukan kepada

Barlian tentang pilihan Nurlela untuk menjadikan Hamid sebagai pasangan

hidupnya daripada Barlian. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

permintaan dan pernyataan dari Nurlela kepada Barlian. Kelima, key yang terdapat

di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan serius oleh Nurlela kepada Barlian.

Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan

tertulis oleh Nurlela melalui surat kepada Barlian. Ketujuh, norm of interaction an

interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Nurlela

yang terindikasi tidak menepati janji. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Nurlela yang terindikasi baik kepada Barlian.

Pada tuturan (94) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Riani kepada aku (Herman). Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan. Kedua, participant

yang terlibat adalah Riani dan Herman, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Riani adalah untuk memberitahukan Herman

bahwa mereka akan dipisahkan oleh pernikahan antara Riani dengan Rahman atas

paksaan dari Ayah Riani. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

permintaan dan pernyataan dari Riani kepada Herman. Kelima, key yang terdapat

di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Riani, yaitu disampaikan dengan serius
121

kepada Herman. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Riani kepada Herman. Ketujuh, genre mengacu

pada jenis penyampaian Riani yang terindikasi baik kepada Herman.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengeluh menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi yang hanya terdapat di dalam

novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

95) “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya


Barlian membutuhkan ayah untuk menghadapi persoalan
hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga membutuhkannya.
Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian
yang juga membuat hati Emak juga bersedih. Luluh juga hati
Emak mendengar ratapan lelaki anak semata wayangnya itu.
(T1/S:30)
96) Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat
dari kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur
cemburu. Kenapa baru malam ini Dik Aisyah berikan
kepada Uda? Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik.
Padahal surat ini sudah datang hampir sebulan yang lalu,
Dik,” ujar Barlian heran. (T1/S:57)

Pada tuturan (95) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian kepada Mak Naimah. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant

yang terlibat adalah Barlian dan Mak Naimah, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah untuk memberitahukan

keluhannya tentang kesulitan hidupnya yang tidak ditemani oleh sosok ayahnya

Sabirin. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari

Barlian kepada Mak Naimah. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut
122

mengacu kepada Barlian, yaitu disampaikan dengan hati kepada Mak Naimah.

Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan

oleh Barlian kepada Mak Naimah. Ketujuh, genre mengacu pada jenis

penyampaian Barlian yang terindikasi baik kepada Mak Naimah.

Pada tuturan (96) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian kepada Aisyah. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane yang

terlihat dalam tuturan tersebut adalah menegangkan. Kedua, participant yang

terlibat adalah Aisyah dan Barlian, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,

end dari tuturan ini menurut Aisyah adalah memberikan surat dari Nurlela untuk

Barlian yang sudah disimpan oleh Aisayah hampir satu bulan sedangkan end dari

tuturan Barlian adalah untuk menanyakan alasan Aisyah yang baru memberikan

surat Nurlela dari kampung untuk Barlian padahal surat tersebut datang sudah

hampir satu bulan. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah

pernyataan dari Aisyah kepada Barlian sedangkan act sequence dalam tuturan

Barlian adalah pertanyaan kepada Aisyah. Kelima, key yang terdapat di dalam

tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh Aisyah kepada Barlian sedangkan

key dalam tuturan Barlian disampaikan dengan serius kepada Aisyah. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan baik

oleh Barlian maupun Aisyah. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Aisyah, yaitu tidak amanah.

Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian dan Aisyah yang

terindikasi baik.
123

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi yang hanya

terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada

kutipan berikut.

97) Dengan terbata-bata, Barlian mencoba juga berucap. “Jadi,


kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung
manalah yang hendak kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat
bagi kami, Buya,” Barlian mencoba menahan air mata.
(T1/S:7)
98) “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan
Emak yakni yang pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak
apalah Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak. (T1/S:25)

Pada tuturan (97) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Barlian kepada Buya Bahar. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant yang

terlibat adalah Barlian dan Buya Bahar, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini menurut Barlian adalah mengungkapkan keluhannya

kepada Buya Bahar tentang rantau mana yang akan ditujunya bersama Mak

Naimah. Hal ini dikarenakan keluarga Barlian kalah dalam persidangan yang

menyebabkan rumah, sawah, dan ladang yang semula milik Barlian menjadi hak

milik Mak Hafsah sebagai pemilik sah dalam persidangan. Keempat, act sequence

dalam tuturan tersebut adalah pertanyaan dan pernyataan Barlian kepada Buya.

Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut disampaikan dengan hati oleh

Barlian kepada Buya. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada Buya. Ketujuh, norm of interaction

an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Barlian,


124

yaitu suka mengeluh. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian

yang terindikasi baik kepada Buya.

Pada tuturan (98) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Nurbaiti kepada Mak Sanjai. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat di dalam tuturan tersebut adalah mengecam. Kedua, participant yang

terlibat adalah Nurbaiti dan Mak Sanjai, yaitu petutur lebih tua sudah akrab.

Ketiga, end dari tuturan ini adalah untuk menyatakan ketidaksetujuan Nurbaiti

kepada Emaknya yang tidak mau menikahkan Nurbaiti dengan Barlian. Keempat,

act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Nurbaiti kepada Mak

Sanjai. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada

Nurbaiti, yaitu disampaikan dengan serius kepada Mak Sanjai. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh

Nurbaiti kepada Mak Sanjai. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Nurbaiti yang terindikasi tidak

menghargai keputusan Emak Sanjai yang tidak ingin menikahkannya dengan

Barlian. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Nurbaiti yang

terindikasi baik kepada Mak Sanjai.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

memuji menggunakan strategi bertutur samar-samar dan bertutur terus terang

dengan basa-basi kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan

berikut.
125

99) “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil


tertawa. (T1/S:22)
100) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat
semuanya. Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim
pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. (T1/7CSAK:68)

Pada tuturan (99) terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Roni kepada Mak Sanjai. Pertama, setting yang terlihat tidak umum dan scane

yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah gembira. Kedua, participant yang

terlibat adalah Roni dan Mak Sanjai, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Ketiga,

end dari tuturan ini menurut Roni adalah untuk memberikan pujian kepada Mak

Sanjai tentang kelicikan emaknya mengelabui keluarga Barlian yang sedang

tertimpa musibah dengan meminta harta peninggalan Ayah Barlian sekaligus adik

Mak Sanjai. Mak Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian yang ternyata

isi di dalam besi tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan emas yang

banyak. Padahal Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat kepada Emak

Naimah, tetapi Mak Sanjailah yang mengambil surat tersebut tanpa

memberitahukan kebenaran kepada Mak Naimah dan Barlian. Keempat, act

sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Roni yang ditujukan

kepada Mak Sanjai. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Roni, yaitu disampaikan dengan bergurau yang ditujukan kepada Mak

Sanjai. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan

dengan lisan oleh Roni kepada Mak Sanjai. Ketujuh, norm of interaction an

interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Mak


126

Sanjai dan Roni yang terindikasi jahat. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Roni yang terindikasi baik kepada Mak Sanjai.

Pada tuturan (100) terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan

menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang terlihat pada tuturan

Angku Gogai kepada Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan

scane yang terlihat dalam tuturan tersebut adalah sedih. Kedua, participant yang

terlibat adalah Angku Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih tua sudah

akrab. Kemudian pada tuturan (100) ini juga ditemukan petutur lebih muda, dan

sebaya sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada

orang kampung yang datang melayat bahwa Angku Karim pejuang ekonomi

sudah berpulang ke Sang Penciptanya. Keempat, act sequence dalam tuturan

tersebut adalah pernyataan dari Angku Gogai kepada orang kampung yang datang

melayat. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada

Angku Gogai, yaitu disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang

datang melayat. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh,

norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut

mengacu kepada Angku Gogai yang terindikasi dapat dipercaya sedangkan norm

of interaction an interpretation yang mengacu kepada Angku Karim, yaitu baik

hati semasa hidup. Kedelapan, genre mengacu pada jenis penyampaian Angku

Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang datang melayat.

Petutur lebih tua sudah akrab dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengucapkan belasungkawa menggunakan strategi bertutur terus terang dengan


127

basa-basi kesantunan positif dan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

101) “Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,”


ucap Barlian seraya membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah mengikuti
Barlian membaca Alfatihah. (T1/S:66)
102) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat
semuanya. Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,”
ujar Angku Gogai. (T1/7CSAK:78)

Pada tuturan (101) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa dengan menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang

terlihat pada tuturan Barlian kepada seluruh orang yang ada di rumah Buya Bahar,

yaitu (Buya, Umi, Emak Naimah, dan Husna). Pertama, setting yang terlihat tidak

umum, yaitu di rumah Buya Bahar dan scane yang terlihat dalam tuturan tersebut

adalah berdukacita. Kedua, participant yang terlibat adalah Barlian dan orang

yang ada di rumah Buya Bahar, yaitu (Buya, Umi, Emak Naimah, dan Husna),

yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Kemudian pada tuturan (101) ini juga

ditemukan petutur lebih muda sudah akrab. Ketiga, end dari tuturan ini adalah

mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Nurlela. Keempat, act sequence

dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari Barlian kepada semua orang yang

ada di rumah Buya. Kelima, key yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu

kepada Barlian, yaitu disampaikan dengan serius kepada semua orang yang ada di

rumah Buya. Keenam, instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan

disampaikan dengan lisan oleh Barlian kepada semua orang yang ada di rumah

Buya. Ketujuh, norm of interaction an interpretation yang terdapat di dalam


128

tuturan tersebut mengacu kepada Barlian yang terindikasi baik hati. Kedelapan,

genre mengacu pada jenis penyampaian Barlian yang terindikasi baik kepada

semua orang yang ada di rumah Buya.

Pada tuturan (102) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa dengan menggunakan konteks penggunaan strategi bertutur yang

terlihat pada tuturan Angku Gogai kepada seluruh orang yang datang melayat

Angku Karim. Pertama, setting yang terlihat umum dan scane yang terlihat dalam

tuturan tersebut adalah kesedihan. Kedua, participant yang terlibat adalah Angku

Gogai dan orang kampung, yaitu petutur lebih tua sudah akrab. Kemudian, pada

tuturan (102) juga terdapat petutur lebih muda dan sebaya sudah akrab. Ketiga,

end dari tuturan ini adalah memberitahukan kepada orang kampung yang datang

melayat bahwa Angku Karim pejuang ekonomi sudah berpulang ke Sang

Penciptanya. Keempat, act sequence dalam tuturan tersebut adalah pernyataan dari

Angku Gogai kepada orang kampung yang datang melayat. Kelima, key yang

terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku Gogai, yaitu

disampaikan dengan serius kepada orang kampung yang datang melayat. Keenam,

instrumentalies yang terdapat di dalam tuturan disampaikan dengan lisan oleh

Angku Gogai kepada orang kampung. Ketujuh, norm of interaction an

interpretation yang terdapat di dalam tuturan tersebut mengacu kepada Angku

Gogai yang terindikasi dapat dipercaya. Kedelapan, genre mengacu pada jenis

penyampaian Angku Gogai yang terindikasi baik kepada orang kampung yang

datang melayat.
129

4. Fungsi Pragmatis dari Tindak Bertutur Ekspresif di dalam Novel Sansai


dan 7 Cinta Si Anak Kampung Karya Ermanto Tolantang

Temuan penelitian bentuk tindak tutur ekspresif yang digunakan pelaku

tutur dengan menggunakan tiga fungsi tuturan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si

Anak Kampung karya Ermanto Tolantang, yaitu (a) convival, (b) collaborative,

dan (c) conflictive.

a. Fungsi Convival (Menyenangkan)

Fungsi convival (menyenangkan) dapat ditemukan di dalam novel Sansai

dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 16,1% dengan

jenis tindak tutur ekspresif kegembiraan, kritikan, dan terima kasih.

Fungsi convival (menyenangkan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kegembiraan hanya terdapat di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

103) “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril


dengan suara lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat
duduk. Panitia dan orang kampungku segera saja bersorak
sorai pertanda kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa
anak-anak kampung kami yang beranjak dewasa sudah mulai
menampakkan hasil di rantau. (T1/7CSAK:74)

Pada tuturan (103) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu convival terindikasi menawarkan

yang dilakukan oleh Uda Imzamril, yaitu pelelang ayam singgang tertinggi yang

mana uang tersebut akan digunakan untuk memperbaiki musala yang ada di

kampung Uda Imzamril.


130

Fungsi convival (menyenangkan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kritikan yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

104) Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari
kita besarkan toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi
dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk pembangunan Bandara
Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah. (T1/S:35)
105) “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari
menggali ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam
secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan kita yang
tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba
meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan
kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar
kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah nenek moyang
kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-
raung dan menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan
bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah
kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari, seribu
hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,”
terang ustad lagi. (T1/7CSAK:73)

Pada tuturan (104) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu convival terindikasi mengajak yang

dilakukan oleh Aisyah kepada Barlian, yaitu dengan kata mari kita berpikir ke

depan Uda, mari kita besarkan toko kita ini Uda. Hal ini dikarenakan Aisyah

ingin membuat Barlian berpikir ke depan tanpa berlarut dalam permasalahannya,

yaitu gadis yang dicintainya memilih lelaki lain daripada Barlian. Kemudian, pada

tuturan (105) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan menggunakan fungsi

pragmatis bertutur, yaitu convival terindikasi mengajak yang dilakukan oleh ustaz
131

kepada jemaah, yaitu mari meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap

akan berdoa dalam perhelatan, mari meninggalkan kebiasaan menangis meraung-

raung dan menghentakkan kaki di lantai rumah jika sedang berduka, dan mari

meninggalkan kebiasaan peringatan kematian. Hal ini dikarenakan semua hal

tersebut tidak ada dalam agama masyarakat kampung.

Fungsi convival (menyenangkan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

terima kasih terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

106) “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan
keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti malam dengan
Barlian agak semalam nanti. Terima kasih atas kebaikan dan
bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan
rona yang muram. (T1/S:9-10)
107) “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi,
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam
ini,” tambah Barlian. (T1/S:11)
108) “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak
atas senter kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani
bahwa senter kecil itu sangat bermanfaat untuk penerangan
ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
(T1/7CSAK:77)

Pada tuturan (106) dan (107) terdapat tindak tutur ekspresif terima kasih

dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu convival terindikasi

mengucapkan terima kasih yang dilakukan oleh Emak Naimah dan Barlian

kepada keluarga Buya Bahar karena membantu memberikan tempat tinggal untuk

Emak Naimah dan Barlian yang terkena musibah dan tidak mempunyai rumah dan

harta sedikitpun. Kemudian, pada tuturan (108) terdapat tindak tutur ekspresif

terima kasih dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu convival

terindikasi mengucapkan terima kasih yang dilakukan oleh Herman kepada Riani
132

karena Riani memberikan senter kecil yang bermanfaat untuk penerangan jalan ke

rumah pada malam hari dari rumah Tuan Guru Masad.

b. Fungsi Collaborative (Bekerja Sama)

Fungsi collaborative (bekerja sama) dapat ditemukan di dalam novel Sansai

dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 16,1% dengan

jenis tindak tutur ekspresif kegembiraan, kritikan, kesengsaraan, meminta maaf,

mengeluh, mengecam, memuji, dan mengucapkan belasungkawa.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu kegembiraan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

109) “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu
Haji Idrus ternyata sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman
tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas
Aisyah dengan bahagia. (T1/S:61)

Pada tuturan (109) terdapat tindak tutur ekspresif kegembiraan dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan perasaan bahagia Aisyah kepada Barlian karena toko bangunan

Barlian dan Haji Amran diikutsertakan dalam memenuhi kebutuhan besi

pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu kritikan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang

dapat dilihat pada kutipan berikut.


133

110) “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu


yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut
simpulan kami, calon pengantin pria belum siap untuk
berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
(T1/S:34)
111) “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak
Uwo Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas
kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.” (T1/S:36)

Pada tuturan (110) terdapat tindak tutur ekspresif kritikan dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan yang dilakukan oleh lelaki utusan dari rombongan pengantin wanita

kepada Roni karena tidak memenuhi kesepakatan yang telah disepakati, yaitu

uang sasuduik atau uang kamar. Dengan demikian, pernikahan belum dapat

dilaksanakan. Selanjutnya, pada tuturan (111) terdapat tindak tutur ekspresif

kritikan dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative

terindikasi menyatakan yang dilakukan oleh Nurlela kepada Barlian bahwa

menurut Mak Sanjai, Mak Hafsah berjanji akan memberikan lima puluh emas

kepada Mak Sanjai yang membantu dan memenangi persengketaan dengan

keluarga Barlian, yaitu rumah, kebun, dan sawah yang semula milik Barlian jatuh

ke tangan Mak Hafsah sebagai pemiliki sah menurut hukum. Namun, perjanjian

tersebut tidak diakui oleh Mak Hafsah.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu kesengsaraan hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto

Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

112) “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan
pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti. (T1/S:1)
134

113) “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang


digantung di dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama
menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga
Emakmu ini, pinta Emak Naimah dengan wajah pilu menahan
rindu.” (T1/S:2)

Pada tuturan (112) terdapat tindak tutur ekspresif kesengsaraan dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan dalam jenis pertanyaan yang dilakukan oleh Emak Sanjai kepada

anaknya Roni, yaitu terkait dengan alsan Roni sampai membakar sepeda motor

dan rumahnya. Kemudian pada tuturan (113) terdapat tindak tutur ekspresif

kesengsaraan dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative

terindikasi menyatakan dalam bentuk menyuruh yang dilakukan oleh Mak

Naimah kepada Barlian, yaitu meminta Barlian untuk dapat memainkan rebab tua

milik ayahnya yang sudah lama merantau dan tidak kunjung pulang. Hal ini

dikarenakan Mak Naimah sangat merindukan suaminya tersebut.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu meminta maaf yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

114) “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin
wanita juga belum siap untuk menanti. Mohon maaf,
assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan. (T1/S:46 dan 47)
115) “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon
jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada Adinda. Adinda akan tetap
memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
(T1/S:50-51)
135

116) “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku
Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku
Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,”
pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan
segukan-segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan
permohonan maaf itu. (T1/7CSAK:69)
117) “Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak
boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan
segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani. (T1/7CSAK:70)
Pada tuturan (114) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh lelaki utusan dari rombongan

wanita kepada Roni selaku mempelai pria dan rombongannya karena pernikahan

tidak bisa dilanjutkan sebab dari pihak laki-laki telah melanggar perjanjian dan

adat dari pihak perempuan, yaitu uang sasuduik atau uang kamar. Selanjutnya,

pada tuturan (115) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh Nurlela kepada Barlian karena

Nurlela lebih memilih Hamid Al Hakim daripada Barlian untuk pendamping

hidupnya dengan tetap memposisikan Emak Naimah selaku Emak Barlian sebagai

orang tua Nurlela dan Barlian tetap sebagai Uda bagi Nurlela. Pada tuturan (116)

terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf dengan menggunakan fungsi

pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi menyatakan permintaan maaf

yang dilakukan oleh Angku Gogai selaku kerabat Angku Karim kepada seluruh

orang kampung yang datang melayat Angku Karim ke peristirahatan terakhirnya.

Kemudian, pada tuturan (117) terdapat tindak tutur ekspresif meminta maaf
136

dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan permintaan maaf yang dilakukan oleh Riani kepada Herman karena

mereka berdua akan dipisahkan oleh pernikahan antara Riani dengan Uda Rahman

yang akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu mengeluh yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

118) “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan


bahwa satu minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan
kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,”
kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran
Barlian. “Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan
Emak harus merantau jauh,” pikiran Barlian. (T1/S:8)
119) “Kenapa baru malam ini Dik Aisyah berikan kepada Uda?
Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat
ini sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian
heran. (T1/S:57)
120) “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah
yang aku sesali,” begitu kata hatiku. (T1/7CSAK:71)

Pada tuturan (118) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan yang dilakukan oleh Barlian, yaitu tentang rantau manalah yang akan

ditujunya bersama Emak Naimah, karena keluarganya tidak memiliki harta

sedikitpun setelah kalah banding dengan Mak Hafsah. Hal ini menyebabkan

rumah, kebun, dan sawah milik Barlian jatuh ke Mak Hafsah sebagai pemilik sah

secara hukum. Selanjutnya, pada tuturan (119) terdapat tindak tutur ekspresif

mengeluh dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative

terindikasi menyatakan yang dilakukan oleh Barlian kepada Aisyah, yaitu

menanyakan alasan Aisyah kenapa baru memberikan surat balasan Nurlela dari
137

kampung kepada Barlian yang hampir satu bulan datang. Kemudian, pada tuturan

(120) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan menggunakan fungsi

pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi menyatakan yang dilakukan

oleh Herman kepada Hartiwi dengan berkata di dalam hati, yaitu penyesalan

Herman bertemu dengan Tiwi yang akhirnya dipisahkan oleh keadaan.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu mengecam yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

121) “Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu


menikahkan anaknya Barlian dengan anakku Nurbaiti,” ujar
Emak Sanjai. (T1/S:24)
122) “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan
Emak yakni yang pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah
Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak,” tambah Nurbaiti
lagi. (T1/S:25)
123) “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya
dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril
akan berangkat kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi
surat ini adalah penolakan Sefina terhadap diriku.
(T1/7CSAK:76)

Pada tuturan (121) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan yang dilakukan oleh Emak Sanjai kepada Nurbaiti, yaitu Emak Sanjai

tidak menyetujui keinginan adiknya Sabirin untuk menikahkan anaknya Barlian

dengan anak Mak Sanjai, yaitu Nurbaiti. Selanjutnya, pada tuturan (122) terdapat

tindak tutur ekspresif mengecam dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur,

yaitu collaborative terindikasi menyatakan yang dilakukan oleh Nurbaiti kepada

Mak Sanjai, yaitu Nurbaiti tidak setuju dengan Emaknya yang tidak mau
138

menikahkan Nurbaiti dengan Barlian. Kemudian, pada tuturan (123) terdapat

tindak tutur ekspresif mengecam dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur,

yaitu collaborative terindikasi menyatakan yang dilakukan oleh Riani kepada

Herman bahwa Sefina tidak dapat membalas perasaan Herman karena akan segera

ditunangkan dengan Uda Imzamril yang bekerja sebagai polisi di Payakumbuh.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu memuji yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung

karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

124) “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa.


(T1/S:22)
125) “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar
Buya sering memujinya dengan menyebut bahwa Hamid
Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan berhati
Arab.” (T1/S:23)
126) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya.
Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang
ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. (T1/7CSAK:68)

Pada tuturan (124) terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu collaborative terindikasi

menyatakan pujian yang dilakukan oleh Roni kepada Emak Sanjai karena

kelicikan Mak Sanjai mengelabui keluarga Barlian yang sedang tertimpa musibah

dengan meminta harta peninggalan Ayah Barlian sekaligus adik Mak Sanjai. Mak

Sanjai meminta sepeda lama milik Ayah Barlian yang ternyata isi di dalam besi

tempat duduk sepeda terdapat bongkahan perhiasan emas yang banyak. Padahal

Ayah Barlian menitipkan hal tersebut melalui surat kepada Emak Naimah, tetapi

Mak Sanjailah yang mengambil surat tersebut tanpa memberitahukan kebenaran

kepada Mak Naimah dan Barlian. Selanjutnya, pada tuturan (125) terdapat tindak
139

tutur ekspresif memuji dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu

collaborative terindikasi menyatakan pujian oleh Buya kepada Hamid melalui

surat yang disampaikan oleh Nurlela kepada Barlian, yaitu Buya sering memuji

Hamid dengan sebutan sarjana geologi berotak barat dan berhati arab. Artinya,

Hamid adalah sosok yang hebat dan berhati baik. Kemudian, pada tuturan (126)

terdapat tindak tutur ekspresif memuji dengan menggunakan fungsi pragmatis

bertutur, yaitu collaborative terindikasi mengumumkan yang dilakukan oleh

Angku Gogai kepada seluruh orang kampung bahwa telah berpulang ke

Rahmatullah Angku Karim yang semasa hidupnya merupakan pejuang ekonomi

di kampungnya.

Fungsi collaborative (bekerja sama) dengan jenis tindak tutur ekspresif,

yaitu mengucapkan belasungkawa yang terdapat di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan

berikut.

127) “Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,”


ucap Barlian seraya membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah mengikuti
Barlian membaca Alfatihah. (T1/S:66)
128) “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat
semuanya. Telah berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,”
ujar Angku Gogai. (T1/7CSAK:78)

Pada tuturan (127) terdapat tindak tutur ekspresif mengucapkan

belasungkawa dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu

collaborative terindikasi menyatakan yang dilakukan oleh Barlian kepada seluruh

orang yang berada di rumah Buya Bahar karena Nurlela anak Buya Bahar telah

berpulang ke Rahmatullah. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Barlian dengan


140

mengucapkan Innalillahi wainna ilaihi rajiun yang berarti sesungguhnya kita

adalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Kemudian Barlian

membacakan surat Alfatihah untuk Nurlela diiringi oleh semua orang yang berada

di rumah Buya Bahar. Kemudian, pada tuturan (128) terdapat tindak tutur

ekspresif mengucapkan belasungkawa dengan menggunakan fungsi pragmatis

bertutur, yaitu collaborative terindikasi mengumumkan yang dilakukan oleh

Angku Gogai kepada seluruh orang kampung bahwa telah berpulang ke

Rahmatullah, yaitu Angku Karim yang semasa hidupnya suka membantu.

c. Fungsi Conflictive (Bertentangan)

Fungsi conflictive (bertentangan) dapat ditemukan di dalam novel Sansai

dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebanyak 9% dengan

jenis tindak tutur ekspresif kebencian, mengeluh, dan mengecam.

Fungsi conflictive (bertentangan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

kebencian hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat

dilihat pada kutipan berikut.

129) “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar


Emak Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik
rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa. (T1/S:28)
130) “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas
jangan pernah pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari
kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai perebab
tersohor di seantero Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika
berhadapan dengan kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap
akan tunduk pada perintah dan keinginan Emak,” jelas Emak
Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu
dibawa oleh nasibnya ke rantau mana hendak dituju,”
tambah Emak lagi. (T1/S:29)
141

Pada tuturan (129) terdapat tindak tutur ekspresif kebencian dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu conflictive terindikasi memarahi.

Hal ini dilakukan oleh Mak Sanjai kepada Mak Hafsah karena menurut Mak

Sanjai, Mak Hafsah tidak mengakui perjanjian yang sudah disepakati setelah

memenangi persengketaan dengan keluarga Barlian, yaitu memberikan lima puluh

emas kepada Mak Sanjai yang telah membantu memenangi persengketaan

tersebut, yaitu rumah, kebun, dan sawah yang semula milik barlian jatuh ke Mak

Hafsah selaku pemiliki sah secara hukum. Pada tuturan (130) terdapat tindak tutur

ekspresif kebencian dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu

conflictive terindikasi mengancam yang dilakukan oleh Mak Sanjai kepada

adiknya Sabirin, ditandai dengan kata ancam. Hal ini dikarenakan Emak Sanjai

tidak suka dengan Emak Naimah dan Barlian. Dengan demikian, Emak Sanjai

memisahkan Emak Naimah dengan suaminya sekaligus adik Emak Sanjai, yaitu

Sabirin. Hal ini dilakukan Emak Sanjai dengan menyuruh Sabirin merantau ke

Kolang Malaysia yang bertujuan agar adik Emak Sanjai tidak menanggung malu

adat yang terjadi di dalam keluarga Emak Naimah, yaitu persengketaan kebun,

rumah, dan sawah yang semula milik Emak Naimah merupakan milik sah Mak

Uwo Hafsah.

Fungsi conflictive (bertentangan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengeluh terdapat di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang dapat dilihat pada kutipan berikut.

131) “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan


penuh emosi sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.
Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi peluap emosinya.
“Ke manakah dua kali surat balasanku kau berikan
142

Pudin? Kenapa kedua suratku tidak sampai kepada


Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian. (T1/S:58)
132) “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang
dari ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti
akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah
tak menentu. (T1/7CSAK:67)

Pada tuturan (131) terdapat tindak tutur ekspresif mengeluh dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu conflictive terindikasi memarahi

yang dilakukan oleh Barlian kepada Pudin. Hal ini dikarenakan Pudin tidak

memberikan surat Nurlela dari kampung yang ditujukan kepada Barlian. Hal ini

dikarenakan Pudin bekerja sama dengan Aisyah, yaitu Pudin memberikan surat

Nurlela tersebut kepada Aisyah karena Aisyah cemburu dengan Nurlela yang

dekat dengan Barlian. Kemudian, pada tuturan (132) terdapat tindak tutur

ekspresif mengeluh dengan menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu

conflictive terindikasi menuduh yang dilakukan oleh Ayah Herman kepada orang

kampung karena jika ayah berangkat dari ibu kota kecamatan maka setelah pulang

nantinya pasti mata orang kampung tertuju kepada ayah sebab ayah berada dalam

dua pilihan yang sulit, yaitu pemilihan umum antara lambang pohon rindang dan

lambang kiblat agama. Hati ayah pasti memilih lambang agama, tetapi ayah

sebagai pegawai negeri diundang oleh lambang pohon rindang yang membuat

ayah risau.

Fungsi conflictive (bertentangan) dengan jenis tindak tutur ekspresif, yaitu

mengecam hanya terdapat di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang dapat

dilihat pada kutipan berikut.

133) “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku!


Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau dari rumahmu! Kau
sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang
143

perjanjian dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah


pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si janda tua!”
teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
(T1/S:63)

Pada tuturan (133) terdapat tindak tutur ekspresif mengecam dengan

menggunakan fungsi pragmatis bertutur, yaitu conflictive terindikasi menuduh

yang dilakukan oleh Roni kepada Mak Hafsah, yaitu menurut Roni Mak Hafsah

telah menyengsarakan hidupnya karena tidak memenuhi kesepakatan dengan Mak

Sanjai selaku emak dari Roni yang membantu memenangi persengketaan antara

Mak Hafsah dengan keluarga Mak Naimah, tetapi menurut Mak Hafsah dia tidak

pernah melakukan perjanjian tersebut. Kemudian, pada tuturan tersebut juga

terdapat fungsi pragmatis conflictive terindikasi memarahi dilakukan oleh Roni

kepada Mak Hafsah, yaitu dengan menghardik. Hal ini dibuktikan dalam tuturan

Roni, yaitu Keluarlah kau dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda

tua! Lalu di dalam tuturan (133) juga terdapat fungsi pragmatis conflictive

terindikasi mengancam yang dilakukan oleh Roni kepada Mak Hafsah. Hal ini

dibuktikan dengan tuturan Roni, yaitu Aku bunuh kau si janda tua!

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian berdasarkan temuan penelitian. Temuan

penelitian yang dimaksud, yaitu 1) jenis tindak tutur ekspresif di dalam novel

Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang, 2) strategi

bertutur tindak tutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang, 3) konteks penggunaan strategi bertutur

tindak tutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya
144

Ermanto Tolantang, dan 4) fungsi pragmatis dari tindak tutur ekspresif di dalam

novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang.

1. Jenis Tindak Tutur Ekspresif di dalam Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Kampung Karya Ermanto Tolantang

Berdasarkan temuan penelitian, dapat dilihat bahwa dalam novel Sansai dan

7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang ditemukan sepeluh jenis

tindak tutur ekspresif, yaitu (a) kegembiraan, (b) kritikan, (c) kebencian, (d)

kesengsaraan, (e) pengucapan terima kasih, (f) permintaan maaf, (g) keluhan, (h)

pengecaman, (i) pemujian, dan (j) pengucapan belasungkawa. Hal ini sesuai

dengan teori yang disampaikan oleh Yule (2006, p. 93).

Jenis tindak tutur yang paling banyak ditemui dalam kedua novel, yaitu

Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang adalah meminta

maaf. Menurut Ekawati (2020, p. 72), meminta maaf termasuk jenis tindak tutur

ekspresif yang bertujuan untuk memelihara hubungan sosial antarmanusia melalui

bahasa sebagai perantaranya. Tuturan ekspresif meminta maaf mengungkapkan

kerendahhatian pelaku tindak tutur yang melakukan kesalahan, ketidakpantasan,

atau ketidaknyamanan bagi orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Amin (2021,

p. 81) mengatakan bahwa meminta maaf adalah permintaan penutur kepada lawan

bertuturnya untuk menyampaikan penyesalannya karena telah melakukan suatu

kesalahan atau suatu kejadian yang dirasakan kurang sopan.

Kemudian jenis tindak tutur yang paling sedikit ditemui dalam kedua novel,

yaitu Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang adalah

kegembiraan, kesengsaraan, dan mengucapkan belasungkawa. Menurut Izzaty

(2017, p. 95), kegembiraan merupakan emosi yang menyenangkan. Rasa gembira

dapat berbentuk kepuasan dalam hati dapat pula lebih ekspresif, yaitu senyum,
145

tertawa, dan tertawa terbahak-bahak. Kemudian menurut Ismiati (2020, p. 84),

kesengsaraan adalah keadaan atau penderitaan yang harus ditanggung, seperti

kesulitan, kesusahan hidup, dan keadaan menyedihkan yang harus di tanggung.

Selanjutnya menurut Ekawati (2020, p. 78), belasungkawa termasuk jenis tindak

tutur ekspresif yang berarti tuturan yang mengekspresikan rasa simpati bahkan

empati penutur terhadap mitra tutur yang tertimpa musibah, meninggalnya

anggota keluarga atau sanak saudara serta kerabat.

Pada penelitian ini menjelaskan tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat

di dalam sebuah novel. Menurut Wicaksono (2017, p. 71), novel adalah jenis

karya sastra berbentuk prosa fiksi yang panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih

rumit dari cerpen. Pengungkapan konflik di dalam novel digambarkan secara lebih

mendalam dan dengan bahasa yang halus. Sejalan dengan hal itu, Jassin (1987, p.

78) mengatakan bahwa novel merupakan karya sastra jenis prosa yang

menggambarkan suatu peristiwa luar biasa dari kehidupan tokohnya dan dapat

melahirkan suatu konflik yang bisa mengubah nasib mereka. Dengan demikian,

novel hanya menceritakan salah satu sisi kehidupan tokohnya yang benar-benar

istimewa dan dapat mengubah kehidupannya.

Menurut Damariswara (2018, p. 6), novel sebagai karya sastra memiliki

unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Pradopo

(2003, p. 4) menjelaskan bahwa unsur intrinsik adalah salah satu unsur yang

membangun karya sastra dan memiliki ciri yang konkret, ciri-ciri itu meliputi

jenis sastra, perasaan, pikiran, gaya bahasa, gaya penceritaan, dan struktur dari

karya sastra. Artinya, unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra
146

yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Pada teks novel unsur intrinsik itu dapat

berupa tema, penokohan, latar atau setting, alur atau plot, sudut pandang, gaya

bahasa, dan amanat.

Muhardi & WS (1992, p. 20) menjelaskan bahwa unsur intrinsik prosa fiksi

terdiri dari unsur utama dan unsur penunjang. Unsur intrinsik terdiri dari unsur

utama yang mana semua yang terkait dengan pemberian makna yang tertuang

melalui bahasa, sedangkan unsur penunjang merupakan segala upaya yang

digunakan untuk memanfaatkan bahasa dalam bertindak tutur.

Austin (1962, p. 22) menjelaskan bahwa tindak tutur (speech art)

merupakan unsur dari bidang pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar,

penulis, pembaca, dan yang dibicarakan. Dalam menerapkannya tindak bertutur

dimanfaatkan oleh beberapa disiplin ilmu. Austin mengemukakan bahwa aktivitas

dalam bertutur tidak sebatas penuturan saja. Namun, juga melakukan sesuatu atas

dasar dari tuturan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut Searle (1969, p. 7)

mengatakan bahwa unit yang paling kecil dalam komunikasi bukanlah kalimat

melainkan tindakan tertentu, yaitu membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan

juga permintaan.

Secara pragmatik Austin (1962, p. 94) mengemukakan tiga jenis tindakan

yang bisa direalisasikan oleh petutur saat melakukan tindak bertutur, yaitu tindak

tutur lokusioner, tindak tutur ilokusioner, dan tindak tutur perlokusioner. Dalam

hal ini kajian yang digunakan adalah tindak tutur ilokusioner, yaitu bagian tindak

tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif adalah jenis dari tindak bertutur yang

dilakukan dengan maksud untuk menilai atau mengevaluasi sesuatu hal yang

diujarkan dalam bertutur. Misalnya saja, meminta maaf.


147

2. Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif di dalam Novel Sansai dan 7


Cinta Si Anak Kampung Karya Ermanto Tolantang

Temuan penelitian strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang digunakan di

dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang

berdasarkan teori (Brown & Levinson, 1987, p. 69), yaitu (a) bertutur terus terang

tanpa basa-basi, (b) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, (c)

bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, (d) bertutur samar-

samar, dan (e) bertutur di dalam hati.

Strategi bertutur dalam tindak tutur ekspresif yang dominan dalam

penelitian ini menggunakan strategi bertutur terus terang basa-basi kesantunan

negatif dengan jenis tindak tutur yang digunakan, yaitu kritikan, terima kasih,

meminta maaf, mengeluh, dan memuji.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavia &

Manaf (2022) dengan judul “Strategi Bertutur dalam Tindak Tutur Ekspresif

Siswa pada Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat strategi bertutur terus terang dengan basa-basi

kesantunan negatif dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMPN 25

Padang, yaitu jenis tindak tutur mengkritik indikasi bertanya, pesimis, dan

meminimalkan beban mitra tuturnya.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Laila & Septia (2019) dengan

judul “Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel-Novel Tere Liye: Tinjauan

Pragmatik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat strategi bertutur terus

terang dengan basa-basi kesantunan negatif dalam novel Hujan dan Pulang karya

Tere Liye, yaitu dengan jenis tindak tutur meminta maaf indikasi permintaan

maaf.
148

Namun demikian, peneliti tidak menemukan penelitian terdahulu terkait

dengan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, yaitu

dengan jenis tindak tutur ekspresif terima kasih, mengeluh, dan memuji.

Kemudian strategi bertutur dalam tindak tutur ekspresif yang paling sedikit

ditemui hanya di dalam novel Sansai karya Ermanto Tolantang, tetapi tidak

ditemukan di dalam novel 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang,

yaitu menggunakan strategi bertutur samar-samar dengan jenis tindak tutur

memuji.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofrita (2016)

dengan judul “Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik dan Memuji dalam Novel

Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat strategi bertutur samar-samar dalam kedua novel,

yaitu Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata dengan jenis

tindak tutur memuji indikasi menyanjung penutur.

3. Konteks Penggunaan Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif di dalam


Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung Karya Ermanto Tolantang

Menurut Arfianti (2020, p. 3), pragmatik secara umum merupakan studi

mengenai makna suatu tuturan yang digunakan dalam suatu bahasa yang

bertujuan sebagai komunikasi sosial dalam suatu konteks.

Menurut Leech (1993, p. 20), konteks merupakan aspek gayut dengan

lingkungan fisik dan juga sosial di dalam sebuah tuturan. Konteks terkait dengan

latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan penutur membantu lawan

bertutur untuk dapat memahami tuturan yang dimaksud.


149

Rustono (1999, p. 20) menjelaskan bahwa konteks merupakan sarana

penjelas suatu maksud. Dalam hal ini sarana dapat dikategorikan menjadi dua

macam, yaitu bagian ekspresif yang dapat mendukung kejelasan suatu maksud

atau dikenal dengan istilah co-text dan berupa situasi yang berhubungan dengan

suatu kejadian atau dikenal dengan istilah context. Selain itu, Rustono (1999, p.

26) juga mengartikan situasi tutur sebagai situasi yang melahirkan tuturan.

Adanya pendapat dari Rustono tersebut dapat dilihat bahwa tuturan adalah akibat

dan situasi tutur adalah sebabnya. Dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa

adanya situasi bertutur.

Hymes (1972, p. 37) menyatakan bahwa suatu konteks harus dapat

memenuhi delapan unsur yang diakronimkan dengan S-P-E-A-K-I-N-G. Pertama,

S (Setting dan Scane), setting berkenaan dengan tempat dan waktu petuturan

berlangsung, sedangkan scane adalah situasi tempat dan waktu. Kedua, P

(Participant) adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan. Ketiga, E (End)

menunjuk pada maksud dan tujuan tuturan. Keempat, A (Act Sequence) mengacu

kepada bentuk ujaran. Kelima, K (Key) mengacu pada nada, cara, dan semangat di

mana suatu pesan disampaikan dengan hati, serius, mengajak, dan bergurau.

Keenam, I (Instrumentalies) mengacu pada alur bahasa yang digunakan. Ketujuh,

N (Norm of Interaction an Interpretation) mengacu pada tingkah laku yang

berkaitan dengan peristiwa tutur. Kedelapan, G (Genre) mengacu pada jenis

penyampaian.
150

Berdasarkan pendapat Hymes inilah peneliti melihat konteks penggunaan

strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta

Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang.

Konteks penggunaan strategi bertutur yang paling dominan digunakan di

dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang,

yaitu menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan

negatif, yaitu dengan konteks petutur lebih tua sudah akrab.

Kemudian konteks situasi bertutur yang paling sedikit digunakan di dalam

novel Sansai karya Ermanto Tolantang, tetapi tidak ditemukan di dalam novel 7

Cinta Si Anak Kampung, yaitu menggunakan strategi bertutur samar-samar

dengan konteks petutur sebaya belum akrab.

4. Fungsi Pragmatis dari Tindak Bertutur Ekspresif di dalam Novel Sansai


dan 7 Cinta Si Anak Kampung Karya Ermanto Tolantang

Menurut Madeamin & Thaba (2021, p. 199), tuturan dikatakan sebagai

tindak bertutur jika didukung oleh suatu fungsi dari tindak bertutur. Setiap tindak

bertutur yang dihasilkan mempunyai manfaat yang berbeda-beda. Manfaat

tersebut dapat terlihat dari maksud atau tujuan tuturan tersebut. Contohnya Takut

kepada istri, menikah saja lagi. Dalam tuturan tersebut diujarkan oleh seorang

penutur kepada lawan bertuturnya. Konteks tuturan tersebut memiliki fungsi

untuk meminta lawan bertuturnya menikah lagi dengan wanita lain karena lawan

bertutur yang takut kepada istrinya. Dengan begitu maka dapat dikatakan bahwa

fungsi dari tindak bertutur tersebut memiliki tujuan mengkritik terkategori tindak

tutur ekspresif.
151

Fungsi pragmatis dari tindak bertutur ekspresif di dalam novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Leech (1993, pp. 161–162), secara umum fungsi sosial dari

tindak bertutur dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu kompetitif,

menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan. Hal ini sesuai dengan hubungan

dari fungsi-fungsi dengan tujuan sosial, yaitu pemeliharaan perilaku yang sopan

dan terhormat. Pertama, kompetitif (competitive), memiliki tujuan untuk bersaing

dengan tujuan-tujuan sosial yang ada seperti memerintah, meminta, menuntut, dan

mengemis. Kedua, menyenangkan (convival), memiliki tujuan dari ilokusi yang

sejalan dengan tujuan sosial seperti menawarkan, mengajak/mengundang,

menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat. Ketiga, bekerja

sama (collaborative), memiliki tujuan dari ilokusi yang tidak menghiraukan

tujuan sosial yang ada seperti menyatakan, mengumumkan, dan mengajarkan.

Keempat, bertentangan (conflictive), memiliki tujuan dari ilokusi yang

bertentangan dengan tujuan sosial seperti mengancam, menuduh, menyumpahi,

dan memarahi.

Fungsi pragmatis tindak tutur ekspresif yang dominan di dalam novel

Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang adalah

collaborative dengan konteks penggunaan strategi bertutur, yaitu petutur lebih tua

sudah akrab. Kemudian fungsi pragmatis tindak tutur ekspresif yang paling sedikit

ditemui di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto

Tolantang, yaitu conflictive dengan konteks penggunaan strategi bertutur petutur

sebaya belum akrab.


152

Hal ini sejalan dengan penelitian Pratiwi (2011) yang berjudul “Tindak

Tutur Ilokusi dalam Wacana Novel Grafis Eendaagsche Exprestreinen Pengarang

Risdianto dan Yusi Avianto Pareanom”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi yang muncul dalam tuturan wacana

novel Grafis Eendaagsche Exprestreinen, salah satunya adalah tindak ilokusi

ekspresif dengan empat fungsi tindak tutur ilokusi, yaitu kompetitif,

menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan.

Berdasarkan pembahasan dari temuan penelitian dapat dilihat keterkaitan

antara jenis tindak tutur ekspresif, strategi bertutur tindak tutur ekspresif, konteks

penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif, dan fungsi pragmatis dari

tindak tutur ekspresif yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang sebagai berikut.

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
Kegembiraan “Uda, ada kabar baik BTTBBKP Petutur Collaborative
untuk toko kita. Sejak lebih tua
seminggu lalu Haji Idrus sudah
ternyata sudah berada di akrab
Padang. Melalui
hubungan telepon
dengan Haji Idrus tadi
pagi, setelah Uda
berangkat ke toko,
Aisyah sudah membuat
perjanjian dengan Haji
Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk
memasok kebutuhan besi
pembangunan Bandara
Katapiang, Pariaman
tersebut. Ini semua atas
153

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
dukungan Bunda dan
Ayah,” jelas Aisyah
dengan bahagia. Baik
Aisyah. Alhamdulillah
atas rahmat dari Allah.
“Terakhir, empat puluh BTTBBKP Petutur Convival
lima ribu,” tawaran Uda lebih muda
Imzamril dengan suara belum
lantang sejenak setelah akrab
Sefina berada di tempat
duduk. Panitia dan
orang kampungku
segera saja bersorak
sorai pertanda
kebahagiaan dan
sebagai pertanda bahwa
anak-anak kampung
kami yang beranjak
dewasa sudah mulai
menampakkan hasil di
rantau.
Kritikan “Uang sasuduik atau BTTTBB Petutur Collaborative
uang kamar yang lebih muda
dimufakatkan seminggu belum
yang lalu tidak jugalah akrab
dipenuhi. Oleh karena
itu, menurut simpulan
kami, calon pengantin
pria belum siap untuk
berkeluarga. Oleh karena
itu, keluarga pengantin
wanita tentulah juga
belum siap untuk
melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil
berlalu meninggalkan
rombongan.
Jadi menurut Aisyah, BTTBBKP Petutur Convival
mari kita berpikir ke lebih tua
depan Uda. Mari kita sudah
besarkan toko kita ini, akrab
Uda. Misalnya, pesanan-
pesanan besi dari Pak
154

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
Haji Idrus setiap minggu
untuk pembangunan
Bandara Katapiang itu
tentulah keberkahan
dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
“Persengketaannya BTTBBKN Petutur Collaborative
adalah bahwa menurut lebih tua
Emak Sanjai, Emak sudah
Uwo Hafsah pernah akrab
berjanji akan
memberikan lima puluh
emas kepada Emak
Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi
persengketaan dengan
keluarga Uda.”
“Angku-angku, ninik BTTBBKN Petutur Convival
mamak, handai tolan lebih tua,
semuanya. Kita mari lebih muda,
menggali ilmu agama dan sebaya
kita kembali dan masuk belum
ke dalam Islam secara akrab
kaffa. Selama ini banyak
adat kebiasaan kita yang
tidak sesuai dengan
Islam dan mari kita coba
meninggalkannya.
Pertama, kita harus
meninggalkan kebiasaan
membakar kemenyan
setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan
buruk di kampung kita.
Membakar kemenyan
adalah kebiasaan zaman
jahiliyah nenek moyang
kita,” terang ustad yang
membuat jemaah hening
seketika. “Kedua, mari
kita tinggalkan kebiasaan
menangis meraung-raung
dan menghentak-
hentakkan kaki di lantai
155

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
rumah ketika berada di
depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan
keikhlasan bukan
dengan tangisan. Itu
adalah kebiasaan jelek
yang tidak diajarkan
oleh agama kita. Mulai
malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,”
terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan
peringatan kematian
tujuh hari, seratus hari,
seribu hari. Itupun tidak
ada dalam agama kita.
Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat
untuk orang-orang yang
mendahului kita,” terang
ustad lagi.
Kebencian “Jadi Kau tidak BTTTBB Petutur Conflictive
mengakui perjanjian kita sebaya
dahulu.” ujar Emak sudah
Sanjai dan tiba-tiba akrab
mencakar muka dan
menarik rambut Emak
Uwo Hafsah. Dibalas
pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik
rambut Emak Sanjai
sekuat yang dia bisa.
“Jadi waktu itu, Emak BTTTBB Petutur Conflictive
ancam Mamakmu itu. lebih muda
Sabirin, awas jangan sudah
pernah pulang dari akrab
rantau sebelum dapat
perintah dari kakakmu
ini. Walaupun
Mamakmu itu sebagai
perebab tersohor di
seantero Negeri Bandar
Sepuluh ini, tetapi jika
156

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini,
Sabirin tetap akan
tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,”
jelas Emak Sanjai lagi.
“Jadi bukanlah Naimah
dan anaknya itu dibawa
oleh nasibnya ke rantau
mana hendak dituju,”
tambah
Emak lagi.
“Lelaki jelek, lelaki BTTTBB Petutur Conflictive
pendek, lelaki lebih tua
hitam pandai pula belum
merayu akrab
Nur.”
“Lelaki tidak tahu BTTTBB Petutur Conflictive
diuntung. Kau bercermin lebih tua
dulu, baru merayuku,” belum
suara makian Nurbaiti akrab
kepada lelaki yang
duduk kursi ruangan
puskesmas.
Kesengsaraan “Kenapa sepeda motor BTTTBB Petutur Collaborative
dan rumah kita dibakar lebih muda
Nak?” ratapan pilu Emak sudah
Sanjai ditingkahi oleh akrab
tangisan Nurbaiti.
“Barlian, anakku. BTTBBKP Petutur Collaborative
Geseklah rebab tua milik lebih muda
ayahmu yang digantung sudah
di dinding ruang tengah akrab
itu. Emak sudah lama
menahan rindu pada
ayahmu. Sudah lama
gesekan rebab ayahmu
yang mendayu-dayu itu
tidak mengisi rongga
telinga Emakmu ini,
pinta Emak Naimah
dengan wajah pilu
menahan rindu.”
157

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
Pengucapan “Terima kasih banyak BTTBBKP Petutur Convival
terima kasih Buya, Umi, Nak Lela sebaya dan
atas kebaikan keluarga lebih muda
ini. Biarlah Emak sudah
berunding nanti malam akrab
dengan Barlian agak
semalam nanti.
Terima kasih atas BTTBBKP Petutur Convival
kebaikan dan bantuan sebaya dan
keluarga Buya,” ucap lebih muda
Emak dengan terbata- sudah
bata dan rona yang akrab
muram.
“Iya Buya. Terima kasih BTTBBKP Petutur Convival
atas kebaikan Buya, lebih tua
kebaikan Umi, kebaikan dan lebih
Dik Lela. Berikanlah muda
waktu berpikir agak sudah
semalam ini,” tambah akrab
Barlian.
“Ya Pak Haji. Terima BTTBBKP Petutur Convival
kasih Pak Haji. Nanti lebih tua
pukul tujuh Ananda ke sudah
toko, Pak Haji,” jawab akrab
Barlian sambil
menyalami dan mencium
tangan Haji Amran
pertanda hormat.
“Ini surat dari negeri BTTBBKP Petutur Convival
rantau, Dik Lela,” ujar lebih muda
Roni Caniago dengan belum
berat hati. “Terima kasih akrab
Uda Roni,” jawab
Nurlela dengan suara
lembut.
“Baiklah, terima kasih BTTTBB Petutur Convival
Nak Barlian. Kita lebih muda
istirahat dulu,” tutup sudah
Haji Amran. akrab
“Silakan duduk Nak BTTBBKP Petutur Convival
Barlian. Silakan lebih muda
diminum kopi panas sudah
yang sudah disediakan akrab
158

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
Bunda Halimah, Nak,”
ujar Haji Amran. Aisyah
pun segera duduk di
samping ayahnya.
“Terima kasih Pak Haji,”
jawab Barlian.
Terima kasih sekali atas BTTBBKP Petutur Convival
usaha Bunda, Ayah, lebih muda
dan terutama usaha Dik sudah
Aisyah,” jawab Barlian akrab
dengan rona muka
berbinar-binar atas
rezeki yang disediakan
oleh Allah.
“Baiklah Dik Lela. BTTBBKP Petutur Convival
Terima kasih karena Dik lebih muda
Lela sudah bersedia sudah
mendengar sesuatu yang akrab
akan Uda sampaikan.
Bagi Uda selama tinggal
di keluarga ini, selama
itu pula ada perasaan
nyaman di kampung ini.
Bagi Uda, Dik Lela
sudah seperti adik
sendiri. Ada kasih
sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela
yang belum pernah Uda
dapatkan selama ini
karena sibuk dengan
perkuliahan dan
dilanjutkan dengan
pekerjaan seperti masa
terakhir ini. Kata Allah,
rezki, jodoh, dan maut
itu adalah rahasia Allah
dan telah ditentukan
oleh Allah. Dalam
pikiran Uda mudah-
mudahan jodoh Uda
yang belum
Uda temukan itu
mungkin Uda dapatkan
159

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
di kampung ini,” ujar
Hamid.
“Baiklah Pudin. Terima BTTBBKN Petutur Convival
kasih ya,” jawab Aisyah sebaya
sambil menyalami Pudin sudah
dan menyelipkan sedikit akrab
uang kertas
sebagaimana
lazimnya setiap
bertemu Pudin.
“Terima kasih atas BTTTBB Petutur Convival
rahasia yang sudah Dik lebih muda
Aisyah ungkapkan ini. sudah
Nasi sudah menjadi akrab
bubur, Dik Aisyah,”
jawab Barlian.
“Benar Buya. Hamid BTTBBKP Petutur Convival
hendak mengabarkan hal lebih tua
yang sangat mendadak dan lebih
kepada Buya, Umi, muda
Emak, dan Dik Lela. sudah
Besok pagi Hamid harus akrab
segera berangkat ke
tanah Jawa. Besok pagi,
ayah Hamid akan
menunggu di Bandara
Tabiang dan akan
berangkat dengan
pesawat siang. Hal ini
mendadak sekali Buya.
Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima
kasih atas bantuan dan
perhatian Buya, Umi,
Emak, dan Dik Lela
selama ini.”
“Baiklah Nak Barlian. BTTTBB Petutur Convival
Buya dan Umi akan lebih muda
segera mempersiapkan sudah
segala sesuatu untuk akrab
umrah tersebut. Buya
dan Umi sangat
berterima kasih ujar
Buya Bahar.
160

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
“Dengan segera saja, aku BTTBBKP Petutur Convival
mengucapkan terima lebih muda
kasih banyak atas senter sudah
kecil pemberian Riani. akrab
Aku sampaikan kepada
Riani bahwa senter kecil
itu sangat bermanfaat
untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan
Guru Masad malam
tadi.”
Permintaan “Tidak Uda. Aisyah BTTBBKN Petutur Collaborative
maaf ingin minta maaf Surat lebih tua
ini sudah hampir satu sudah
bulan Aisyah simpan. akrab
Surat ini sudah hampir BTTBBKN Petutur Collaborative
satu bulan Aisyah lebih tua
simpan. Maafkan Aisyah sudah
ya Uda. Aisyah melihat akrab
Uda sering memikirkan
sesuatu dan informasi
dari Ayah, Uda sering
tidak konsentrasi bekerja
di toko beberapa minggu
terakhir ini. Jadi, Ayah
juga heran dengan
keadaan Uda. Jadi,
Aisyah berpikir mungkin
Uda sangat
mengharapkan surat dari
kampung Uda ini,” jelas
Aisyah dengan iba
bercampur cemburu.
“Sekali lagi maafkan Dik BTTBBKN Petutur Collaborative
Aisyah, Uda. Surat Uda lebih tua
ini sengaja Dik Aisyah sudah
simpan karena akrab
pengirimnya tertulis
Adinda Nurlela, bukan
ibunda Uda. Lalu
siapakah sebenarnya
Nurlela itu Uda,” tanya
Aisyah sambil berlalu
161

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
masuk ke dalam
rumahnya sambil
meninggalkan Barlian
dalam kesendirian.
Barlian diam dalam
kebingungan.
Tidak tahulah, Uda, BTTBBKN Petutur Collaborative
kenapa Aisyah selalu lebih tua
menaruh perhatian sudah
kepada Uda,” ujar akrab
Aisyah lirih. Maaf ya
Dik Aisyah. Dik Aisyah
sangatlah beruntung
mempunyai Ayah yang
penuh perhatian. Lagu
Ayah-Rinto Harahap tadi
sangat menusuk lubuk
sanubari Uda,” jelas
Barlian sambil mengusap
mukanya.
“Bagaimana keadaan BTTBBKN Petutur Collaborative
Barlian, Nak Pudin?” lebih muda
tanya Emak Naimah belum
segera saja. Nurlela diam akrab
dengan penuh harap
dalam lubuk hatinya.
Maafkan Ananda Emak.
Sesuai dengan amanah
Emak dan Uni Lela,
kamarin, semenjak
Ananda sampai di
Kampung Jao itu sekira
pukul sepuluh sampai
pukul tiga petang
Ananda sudah
memperhatikan Toko
Haji Amran itu dengan
saksama. Namun agak
sebentar pun, Ananda
tidak pernah melihat
badan diri Uda Barlian,”
jelas Pudin.
162

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur BertuturPenggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
“Tidakkah Nak Pudin BTTBBKN Petutur Collaborative
tanyakan keberadaan lebih muda
Barlian kepada induk belum
semangnya itu Nak,” akrab
selidik Emak Naimah
lagi dengan suara
terbata-bata dan parau
serta sorot mata penuh
harapan. Maafkan Mak
dan uni Lela, Ananda
hanya menyelidiki dari
jauh sesuai dengan
amanah dan perintah
dari Uni Lela dua hari
lalu itu. Lain tidak,
Emak,”
terang Pudin lagi.
“Terlebih dahulu Adinda BTTBBKN Petutur Collaborative
bermohon maaf kepada lebih tua
Uda, atas surat yang sudah
Adinda kirimkan ini jika akrab
telah mengganggu
kesibukan Uda di negeri
rantau.”
“Demikianlah yang BTTBBKN Petutur Collaborative
dapat Adinda sampaikan lebih tua
kepada Uda, semoga sudah
Adinda segera mendapat akrab
balasan surat dari Uda.
Malam sudah larut, Uda.
Maaf selalu harapan
Adinda.”
Apakah nama Aisyah BTTBBKN Petutur Collaborative
mulai bersemayam lebih tua
dalam lubuk hati dan sudah
membuat ketenangan akrab
hidup Barlian? Untuk hal
ini biarkanlah Barlian
yang akan
menjelaskannya pada
suatu saat nanti. Maaf
Uda. Kita belum bisa
bertemu muka dengan
Haji Idrus. Pagi ini
163

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
beliau harus berangkat
ke Negeri Bandar
Sepuluh. Ya berarti ke
kampung Uda?”
“Sekali lagi mohon BTTBBKN Petutur Collaborative
maaf Sampai hari ini lebih muda
keluarga pengantin belum
wanita juga akrab
belum siap
untuk menanti.
Mohon maaf BTTBBKN Petutur Collaborative
assalamualaikum,” ujar lebih muda
lelaki utusan itu sambil belum
berlalu meninggalkan akrab
rombongan.
“Astagfirullah, Mak BTTBBKN Petutur Collaborative
Jihin Kadi. Maafkan lebih muda
Nurbaiti Mak belum
Jihin,” pinta Umi akrab
Halimah.
“Maksud Uda BTTBBKN Petutur Collaborative
mungkinkah jodoh Uda lebih muda
yang dirahasiakan sudah
Allah itu berada di akrab
rumah ini. Maaf Dik
Lela. Maksud Uda, jika
Dik Lela tidak
keberatan, Uda sangat
ingin menjadikan Dik
Lela sebagai ibu dari
anak-anak Uda kelak.
Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak
Uda terlahir dari rahim
Dik Lela,” pinta Hamid.
“Adinda mohon maaf BTTBBKN Petutur Collaborative
dunia akhirat kepada lebih tua
Uda. Uda, mohon jangan sudah
Adinda dipersalahkan akrab
sehingga akan
memberikan beban hidup
di dunia dan akhirat
kepada Adinda.
Adinda akan tetap BTTBBKN Petutur Collaborative
memposisikan Uda lebih tua
sebagai kakak Nurlela sudah
164

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
sendiri dan Emak adalah akrab
sebagai Emak Nurlela.
Maafkan Adinda Uda.”
Surat balasan itu selalu BTTBBKN Petutur Collaborative
diberikan Pudin kepada lebih tua
Adinda sesuai sudah
permintaan dan akrab
perjanjian dengan
Adinda. Oleh karena
itulah, surat tersebut
tidak pernah sampai
kepada Nurlela.
Maafkan Adinda, Uda.
Semua itu Adinda
lakukan atas nama
kecemburuan wanita dan
di pihak lain atas nama
keegoisan lelaki. Wanita
itu adalah Adinda dan
lelaki itu adalah Uda.
Jadi tidak adalah pihak
yang bisa kita
persalahkan, Uda,”
jelas Aisyah.
“Hamid juga meminta BTTBBKN Petutur Collaborative
mohon maaf atas lebih tua
kekhilafan Hamid sudah
selama di kampung ini, akrab
Buya,” pinta Hamid
dengan raut muka yang
sedih.
“Pada kesempatan ini, BTTBBKN Petutur Collaborative
Uda harus memohon lebih muda
maaf kepada Dik Lela. sudah
Ada aral yang akrab
menghalangi Uda
sehingga Uda tidak bisa
kembali ke Kampung
Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral
tertentu pula Uda
tidaklah mungkin
memenuhi janji Uda
kepada Dik Lela.”
165

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur BertuturPenggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
“Untuk memenuhi BTTBBKN Petutur Collaborative
amanah sobat Ayahanda lebih muda
Uda yang hampir sudah
menemui ajalnya itu, akrab
kami dinikahkan dengan
penuh keihklasan. Oleh
karena itulah, Uda tidak
bisa memenuhi janji
dengan Dik Lela. Untuk
itu, sekali lagi Uda
mohon maaf. Selain itu,
Uda tetap berharap
hubungan silaturrahmi
dengan Dik Lela tetap
terjaga.
“Mohon maaf ya Dik BTTBBKN Petutur Collaborative
Husna ya. Kampung asal lebih muda
Dik Husnah di mana belum
ya?” tanya Barlian lagi. akrab
Agak lama Husnah
terdiam. Seakan ada
yang direnungkan
Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula
kesedihan sedang
bergayut di rupa wajah
Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya
Barlian tentang asal-
usulnya.
“Kita yang hadir di sini BTTBBKN Petutur Collaborative
pasti berhutang budi lebih muda,
dengan Angku Karim. sebaya, dan
Karena itu, saya sebagai lebih tua
wakil keluarga, mohon belum
Angku Karim diberi akrab
maaf agar beliau selamat
menemui khaliknya,”
pinta Angku Gogai.
Masih dalam keadaan
mata sembab dan
segukan-segukan tangis
kecil, semua hadirin
166

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
mengabulkan
permohonan itu.
Dalam keadaan mata BTTBBKN Petutur Collaborative
yang mulai sembab, lebih tua
Riani memberi sudah
penjelasan yang tidak akrab
baik kepadaku. Maaf
Riani, Uda. Sebentar ini
ayah, mengharapkan
Riani tidak boleh
menolak permintaan
Ayah. Kata ayah, Uda
Rahman akan segera
diangkat menjadi guru di
Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk
segera menikah dengan
Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,”
jelas Riani.
Keluhan “Sang pengacara, BDH Petutur Collaborative
Samsudin, tadi malam lebih muda
sudah menyatakan belum
bahwa satu minggu lagi, akrab
Ahad pekan depan,
rumah, sawah, dan
kebun akan disita oleh
Pengadilan Negeri
Bandar Sepuluh,”
kalimat itu terngiang-
ngiang dalam renungan
dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang
hendak kutuju, Aku dan
Emak harus merantau
jauh,” pikiran Barlian.
“Emak, dalam kesulitan BTTBBKP Petutur Collaborative
hidup seperti ini, lebih tua
sesungguhnya Barlian sudah
membutuhkan ayah akrab
untuk menghadapi
persoalan hidup kita ini.
Sesungguhnya, Emak
167

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
juga membutuhkannya.
Akan tetapi, beliau tidak
hadir dalam kehidupan
kita seperti ini. Entah di
rantau mana beliau hari
ini Emak,” ratap hati
Barlian yang juga
membuat hati Emak juga
bersedih. Luluh juga hati
Emak mendengar
ratapan lelaki anak
semata wayangnya itu.
Jadi, Aisyah berpikir BTTTBB Petutur Collaborative
mungkin Uda sangat lebih tua
mengharapkan surat dari sudah
kampung Uda ini,” jelas akrab
Aisyah dengan iba
bercampur cemburu.
Kenapa baru malam ini
Dik Aisyah berikan
kepada Uda? Surat
inilah yang selama ini
Uda tunggu Dik.
Padahal surat ini sudah
datang hampir sebulan
yang lalu, Dik,” ujar
Barlian
heran.
“Pudin, apa kesalahan BTTTBB Petutur Conflictive
Uda Barlian?” gumam lebih muda
Barlian dengan penuh belum
emosi sambil akrab
mengepalkan kedua
telapak tangannya.
Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke
manakah dua kali surat
balasanku kau berikan
Pudin? Kenapa kedua
suratku tidak sampai
kepada Adinda Nurlela,
Pudin?” kesal Barlian.
168

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
“Roni anakku, kenapa BTTTBB Petutur Collaborative
sampai seperti ini Nak?” lebih muda
ujar Emak Sanjai. sudah
akrab
“Roni, anakku, kenapa BTTTBB Petutur Collaborative
sampai seperti ini Nak?” lebih muda
ujar Emak Sanjai. sudah
Kenapa sepeda motor akrab
dan rumah kita dibakar
Nak?”
“Aku juga takut Bu. BTTBBKN Petutur Conflictive
Ketika aku berangkat lebih muda
dan pulang dari ibu kota sudah
kecamatan itu, mata akrab
orang kampung pasti
akan tertuju kepada aku,
Bu,” jelas Ayahku
dengan wajah tak
menentu.
“Bukanlah perpisahan BDH Petutur Collaborative
yang aku sakiti, tetapi lebih muda
pertemuanlah yang aku sudah
sesali,” begitu kata akrab
hatiku.
“Kini ada ketidakadilan BDH Petutur Collaborative
waktu,” pikirku. Aku lebih muda
ingin segera latihan belum
drama dengan Marzal akrab
dan teman lainnya. Akan
tetapi, sebenarnya aku
ingin segera bertemu
Sefina. Tidak jadipun
latihan drama Gadih
Basanai, tidak masalah
bagiku asal dapat
bertemu dengan Sefina.
“Aturan ini memang BDH Petutur Collaborative
tidak adil. Aku tidak lebih muda
setuju dengan aturan adat belum
seperti ini. Aturan adat akrab
seperti ini seakan tidak
memperbolehkan anak-
anak muda kampung
169

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
yang miskin untuk
mempersunting gadis-
gadis kampung yang
molek itu,” keluhku yang
mungkin juga keluh anak
muda yang hidup di
kampung seperti Marzal.
Pengecaman “Emak, biarkanlah BTTTBB Petutur Collaborative
Barlian mengetahui lebih tua
semua ini. Barlian sudah sudah
besar Emak. Umur akrab
Barlian hampir lima
belas tahun. Biarlah
tidak ada harapan bagi
Barlian untuk
melanjutkan sekolah
karena kemiskinan.
Namun, untuk cercahan
dan hinaan orang
kampung selama ini
tentang asal muasal
Barlian telah pula
menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan
dan penjelasan Barlian.
“Emak. Ada hal yang BTTBBKP Petutur Collaborative
menjadi tanda tanya bagi lebih tua
Barlian selama ini. sudah
Kenapa tidak ada kasih akrab
sayang yang sejatinya
dari Mak Uwo Hafsah
dan anak-anaknya
kepada Barlian? Padahal
kita satu kaum, yakni
satu kaum Koto. Kenapa
beberapa tahun terakhir
ini Mak Uwo Hafsah
tidak lagi datang ke
rumah kita? Kenapa
Emak pun tidak pernah
lagi ke rumah Mak Uwo
Hafsah?” pertanyaan
demi pertanyaan keluar
170

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
dari pikiran Barlian.
“Emak,” kata Barlian BTTTBB Petutur Collaborative
lagi. “Kalau kita lebih tua
memang satu kaum sudah
dengan Emak Uwo akrab
Hafsah, kenapa kita
hanya memiliki satu
bidang perumahan ini
saja? Kenapa kita hanya
memiliki satu piring
sawah dan sebidang kecil
kebun di sampingnya?
Kenapa Emak Uwo
Hafsah memiliki
beberapa bidang
perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa
piring sawah di
sekeliling sawah kita?
Kenapa Emak Uwo
Hafsah memiliki
beberapa bidang kebun
mengelilingi kebun
kita?” semakin banyak
pertanyaan Barlian
sambil memeluk
Emaknya.
“Emak, kini kembali BTTBBKP Petutur Collaborative
terlintas dalam pikiran lebih tua
Barlian. Waktu kecil, sudah
kenapa Emak dan Ayah akrab
pernah membawa
Barlian ke Sungai
Limau dan kemudian ke
Sungai Geringging,
Pariaman? Namun,
akhirnya kita tetap
kembali tanpa bermalam
agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada
sesuatu yang Emak dan
Ayah
cari. Ada apa itu
sesungguhnya, Emak?”
171

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
selidiki Barlian kepada
Emaknya.
Dengan terbata-bata, BTTTBB Petutur Collaborative
Barlian mencoba juga lebih tua
berucap. “Jadi, kami sudah
harus berangkat dari akrab
kampung ini, Buya?
Kampung manalah yang
hendak kami tuju, Buya?
Ini adalah kiamat bagi
kami, Buya,” Barlian
mencoba menahan air
mata.
Emak tidak setuju BTTTBB Petutur Collaborative
dengan keinginan lebih muda
Mamakmu itu sudah
menikahkan anaknya akrab
Barlian dengan anakku
Nurbaiti.
“Emak, Nurbaiti hanya BTTTBB Petutur Collaborative
satu saja yang tidak lebih tua
setuju dengan Emak sudah
yakni yang pertama tadi akrab
Mak,” sela Nurbaiti.
“Tak apalah Nurbaiti
menikah dengan Uda
Barlian, Emak.
“Tidak boleh Uda bicara BTTTBB Petutur Collaborative
seperti itu. Dik Lela lebih tua
tidak suka Uda Hamid sudah
berbicara seperti itu. akrab
Bagi Lela, Uda Hamid
sudah seperti Uda
Lela dalam keluarga
ini.
Tentu pula bagi Buya
dan Umi, pastilah Uda
Hamid sudah dianggap
sebagai anaknya dalam
keluarga ini,” jelas
Nurlela.
“Uang sasuduik atau BTTTBB Petutur Collaborative
uang kamar yang lebih muda
dimufakatkan seminggu belum
172

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
yang lalu tidak jugalah akrab
dipenuhi. Oleh karena
itu, keluarga pengantin
wanita tentulah juga
belum siap untuk
melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar
lelaki utusan itu sambil
berlalu meninggalkan
rombongan.
“Lelaaa, dengarkan kata- BTTTBB Petutur Collaborative
kata Nurbaiti ya. Jangan sebaya
dekati lagi Uda Barlian. belum
Uda Barlian adalah anak akrab
pisang Nurbaiti. Uda
Barlian adalah anak
mamak Nurbaiti. Oleh
karena itu, Nurbaiti jauh
lebih berhak mencintai
Uda Barlian
dibandingkan Nurlela.”
“Jangan pura-pura lupa BTTTBB Petutur Collaborative
kau Hafsah,” ujar Emak sebaya
Sanjai. “Masih ingatkah sudah
waktu awal kau hendak akrab
memperkarakan rumah,
kebun, dan sawah yang
dimiliki Emak Naimah
itu? Kau minta
bantuanku untuk
mencarikan pengacara
untuk Naimah yang
bisa aku peralat untuk
membantumu. Aku cari
Samsudin, pengacara di
kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu
Naimah, namun pada
batinnya untuk
memudahkan kau
menang dalam
berperkara. Pada waktu
itulah kau berjanji akan
173

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
memberiku imbalan lima
puluh emas jika kelak
kita menang dalam
perkara ini. Ingat sekali
lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh
emas,” jelas Emak
Sanjai.
“Kau pasti lupa ya BTTTBB Petutur Collaborative
Barlian. Perempuan itu lebih muda
adalah bakomu, Nurbaiti sudah
adik Roni Caniago yang akrab
sudah menjadi bodoh
sebagai akibat telah
mencaci lelaki pada
masa lalu,” jelas Buya
Bahar.
“Hafsah, Hafsah! Kau BTTTBB Petutur Conflictive
telah lebih tua
menyengsarakan belum
hidupku! Hafsah! akrab
Hafsah! Keluarlah kau
dari rumahmu! Kau
sengsarakan hidupku!
Hai janda tua! Tak kau
bayar uang perjanjian
dengan emakku. Kau
ajak emakku bersumpah
pocong saja. Keluarlah
Hafsah! Aku bunuh kau
si janda tua!” teriak Roni
Caniago dari halaman
rumah Emak Uwo
Hafsah. Keluarga itu
berkurung di dalam
rumahnya dalam diam.
“Hari minggu depan, BDH Petutur Collaborative
Sefina akan ditunangkan lebih muda
oleh orang tuanya sudah
dengan Uda Imzamril. akrab
Sebab pada hari Senin
Uda Imzamril akan
berangkat kembali untuk
menunaikan tugasnya di
174

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
Polres Payakumbuh,”
jelas Riani. Tanpa
mohon izin lagi, aku
bergegas meninggalkan
Riani. Aku sudah dapat
memastikan bahwa isi
surat ini adalah
penolakan Sefina
terhadap diriku.
Pemujian “Emakku memang BSS Petutur Collaborative
hebat,” puji Roni lebih tua
Caniago sambil tertawa. sudah
akrab
“Adinda dengar BSS Petutur Collaborative
namanya Hamid lebih tua
Alhakim. Adinda dengar sudah
Buya sering memujinya akrab
dengan menyebut bahwa
Hamid Alhakim yang
sarjana Geologi itu
berotak Barat dan berhati
Arab.”
“Begini Nak Barlian. BTTBBKP Petutur Collaborative
Bapak sudah memaklumi lebih muda
semua cara berdagang sudah
Nak Barlian selama ini. akrab
Nak Barlian sudah
memiliki etika
kesopanan dan
kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati
selama ini, tak tinggal
sekali pun salat wajib
Nak Barlian walaupun
sibuk berdagang di toko
Bapak,” jelas Haji
Amran.
“Angku-angku, Tuan- BTTBBKN Petutur Collaborative
tuan, Puan-puan sanak lebih tua,
kerabat semuanya. Telah sebaya, dan
berpulang ke lebih muda
Rahmatullah Angku sudah
Karim pejuang ekonomi akrab
175

Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Konteks Fungsi


Tutur Bertutur Penggunan Pragmatis
Ekspresif Tindak Strategi Tindak Tutur
Tutur Bertutur Ekspresif
Ekspresif Tindak
Tutur
Ekspresif
kita,” ujar Angku Gogai.
Pengucapan Di puncak itu tampaklah BTTBBKP Petutur Collaborative
Belasungkawa bendera berwarna kuning lebih tua
dan di situlah Nurlela dan lebih
berkubur sesuai muda
amanahnya. Innalillahi sudah
wainna ilaihi rajiun. akrab
Alfatihah untuk
Nurlela,” ucap Barlian
seraya membaca
Alfatihah yang
dikhususkannya untuk
Nurlela. Seisi rumah
mengikuti Barlian
membaca Alfatihah.
“Angku-angku, Tuan- BTTBBKN Petutur Collaborative
tuan, Puan-puan sanak lebih tua,
kerabat semuanya. Telah lebih muda,
berpulang ke dan sebaya
Rahmatullah Angku sudah
Karim,” ujar Angku akrab
Gogai.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap novel Sansai dan 7

Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang, maka dapat disimpulkan

beberapa hal. Pertama, jenis tindak tutur ekspresif yang terdapat di dalam kedua

novel, yaitu kegembiraan sebanyak 2 data, kritikan sebanyak 4 data, kebencian

sebanyak 4 data, kesengsaraan sebanyak 2 data, terima kasih sebanyak 14 data,

meminta maaf sebanyak 22 data, mengeluh sebanyak 10 data, mengecam

sebanyak 14 data, memuji sebanyak 4 data, dan mengucapkan belasungkawa

sebanyak 2 data. Kedua, strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang terdapat di

dalam kedua novel, yaitu bertutur terus terang tanpa basa-basi sebanyak 24 data,

bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif sebanyak 19 data,

bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif sebanyak 28 data,

bertutur samar-samar sebanyak 2 data, dan bertutur di dalam hati sebanyak 5 data.

Ketiga, konteks penggunaan strategi bertutur tindak tutur ekspresif yang terdapat

di dalam kedua novel, yaitu petutur lebih muda belum akrab sebanyak 16 data,

petutur lebih muda sudah akrab sebanyak 28 data, petutur sebaya belum akrab

sebanyak 3 data, petutur sebaya sudah akrab sebanyak 6 data, petutur lebih tua

belum akrab sebanyak 5 data, dan petutur lebih tua sudah akrab sebanyak 32 data.

Keempat, fungsi pragmatis dari tindak tutur ekspresif yang terdapat di dalam

kedua novel, yaitu convival sebanyak 17 data, collaborative sebanyak 54 data, dan

conflictive sebanyak 7 data.

176
177

B. Implikasi

Pada pembelajaran bahasa, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan

kepada guru bahasa dan sastra Indonesia dalam memberikan pembelajaran

keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara yang sesuai dengan

kurikulum. Kompetensi dasar yang terkait adalah mengomentari kutipan novel

remaja asli atau terjemahan (KD 14.1) yang ada di SMP kelas VIII semester dua.

Kesantunan berbahasa (berbicara) merupakan kegiatan penting dalam

pembelajaran bahasa Indonesia karena terkait dengan sikap penutur. Adanya

pembelajaran berbahasa menjadikan guru dan siswa mengetahui penggunaan

bahasa yang sesuai dengan konteksnya.

Sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam rancangan pelaksanaan

pembelajaran (RPP), yaitu mengomentari kutipan novel remaja (asli atau

terjemahan), maka novel dapat dijadikan contoh yang bisa dibaca langsung oleh

siswa. Selain itu, novel juga mudah didapatkan oleh siswa. Sesuai dengan

kompetensi dasar tersebut, maka dapat dirinci ke dalam beberapa indikator.

Pertama, merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum

dalam novel (apa saja isinya, amanat yang terdapat dalam novel). Kedua,

menjelaskan secara lisan nilai-nilai dalam novel. Ketiga, membandingkan nilai-

nilai dalam novel dengan nilai-nilai masa kini. Keempat, mengungkapkan isi

novel dalam bentuk sinopsis. Kelima, mendiskusikan persoalan yang ditemukan di

dalam novel. Keenam, memberikan kritik dengan disertai alasan yang logis.

Ketujuh, menanggapi kritik terhadap informasi dari novel dengan alasan yang

logis dan jelas.


178

Semua indikator tersebut, dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada

indikator enam dan tujuh, yaitu memberikan kritik dengan disertai alasan yang

logis dan menanggapi kritik dengan alasan yang jelas, maka dapat dilihat dari

contoh mengkritik yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung

karya Ermanto Tolantang. Berdasarkan hal tersebut, tindak tutur ekspresif yang

terdapat di dalam kedua novel tersebut dapat dijadikan sebagai contoh oleh guru

mata pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, kedua novel tersebut

dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di sekolah yang dapat memberikan

implikasi positif. Guru dapat memilih bahan bacaan yang sesuai, seperti novel

Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang sebagai bahan

ajar, karena bahan bacaan sastra yang digunakan harus mempertimbangkan

kebahasaan, agar dialog yang dibaca siswa dapat memberikan teladan atau contoh

yang baik.

Cara penerapannya di kelas, yaitu siswa akan dibagi menjadi beberapa

kelompok diskusi, kemudian setiap kelompok akan membuat laporan tentang hasil

yang ada di dalam novel. Setelah itu, persoalan yang mereka temukan akan

ditampilkan oleh beberapa kelompok, sedangkan kelompok lain akan menanggapi

hasil diskusi tersebut. Pada saat menanggapi atau memberikan kritikan siswa

harus mampu meberikan kritik disertai dengan alasan yang logis. Dengan

demikian, sebelumnya guru sudah menjelaskan cara mengkritik yang baik. Dalam

mencontohkan cara mengkritik dapat dilihat dari tindak tutur mengkritik yang ada

di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto Tolantang,

sehingga memudahkan guru dalam memberikan contoh kepada siswa. Selain itu,
179

jika siswa mampu melakukan diskusi dengan baik, maka guru juga harus memberi

penguatan dengan memberikan pujian kepada siswa, sehingga siswa lain

termotivasi untuk tampil dengan baik. Penguatan tidak hanya dari guru ke siswa,

tetapi juga dapat dilakukan dari siswa kesiswa seperti halnya tindak tutur ekspresif

memuji yang ada di dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya

Ermanto Tolantang.

Kemudian, penilaian dilakukan guru dengan melihat observasi kegiatan

siswa dalam diskusi. Guru menilai bagaimana cara dalam menyampaikan kritik

dan saran dalam menanggapi kritik ketika diskusi berlangsung. Tanggapan dan

kritikan yang diberikan siswa sesuai dengan yang telah diajarkan atau

dicontohkan, sehingga guru bisa menyimpulkan pembelajaran tersebut sudah

dipahami baik oleh siswa. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya

mengajarkan tentang bahasa secara umum, tetapi mengajarkan bagaimana

berbahasa dalam arti penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Artinya, pengajar khususnya guru bahasa Indonesia dituntut untuk menempatkan

anak didik sebagai masyarakat tutur yang memiliki budaya. Dalam mewujudkan

hal tersebut, guru bahasa hendaknya menerapkan pemakaian tindak tutur ekspresif

dalam berkomunikasi dengan siswa, terutama tindak tutur memuji. Jadi, hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran berbicara.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut, dapat disarankan hal-hal

sebagai berikut ini. Pertama, bagi siswa hendaknya contoh tuturan baik yang ada
180

di dalam novel dapat dijadikan model dalam pemilihan strategi bertutur yang

digunakan, sehingga dapat membentuk sikap dan kepribadian siswa yang positif

dalam berbahasa dan berkomunikasi. Pada penerapannya bisa dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Kedua,

bagi guru bahasa dan sastra Indonesia yang membaca hasil penelitian ini

diharapkan dengan adanya tuturan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak

Kampung karya Ermanto Tolantang ini dapat dijadikan sebagai model

pembelajaran dalam keterampilan berbahasa khususnya aspek berbicara.

Kemudian, di samping mengajarkan keterampilan berbahasa, dalam hal ini guru

juga dapat memberikan pendidikan pragmatik nantinya. Ketiga, bagi peneliti lain,

penelitian ini baru mendeskripsikan atau menjelaskan satu jenis tindak tutur, yaitu

tindak tutur ekspresif. Agar dapat menyempurnakan penelitian ini perlu dilakukan

penelitian lanjutan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan seluruh tindak tutur

yang digunakan dalam novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak Kampung karya Ermanto

Tolantang atau dapat membandingkan dengan novel lain.


181

REFERENSI

Amin, N. (2021). Semantik. Jawa Timur: Insan Cendekia Mandiri.


Aminuddin. (2002). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Anggraeni, P. N., & Utomo, A. P. Y. (2021). Analisis Tindak Tutur Ekspresif
Dilan dalam Film Dilan 1990. Logat, 8(1), 27.
Anggraini, O. D., Nababan, M. R., & Djatmika. (2022). Translation Technique
Analysis of Expressive Speech Act in Indonesian Horror Game Pamail:
Indonesian Folklore Horror. International Journal of Linguistics, Literature
and Translation, 5(6), 135.
Arfianti, I. (2020). Pragmatik: Teori dan Analisis (Buku Ajar). Semarang: CV
Pilar Nusantara.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arum, E. R., & Winarti, W. (2020). Mempersiapkan Bahan Ajar English for. 2(2),
61.
Atmazaki. (2007). Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.
Austin, J. L. (1962). How to do Thing with Word. New York: Exford Press.
Basra, S. M., & Thoyyibah, L. (2017). A Speech Act Analysis of Teachers Talk in
an EFL Classroom. International Journal of Education, 10(1), 73.
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some Universals in Language
Usage. New York: Cambridge University Press.
Chaer, A. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, A., & Agustina, L. (1995). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Damariswara, R. (2018). Konsep Dasar Kesusastraan. Jawa Timur: LPPM
Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi.
Damono, S. D. (1984). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Ekawati, M. (2020). Interaksi Tuturan Ekspresif Bahasa Indonesia. Kediri:
Lembaga Chakra Brahmana Lentera.
182

Eriyanti, R. W., Syarifuddin, K. T., Datoh, K., & Yuliana, E. (2019). Linguistik
Umum. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Gunarwan, A. (1994). Pragmatik Pandangan Mata Burung dalam Soejono
Mengiring Rekan Sejati Festschrift Buat Pak Ton. Jakarta: Atma Jaya.
Halliday, M. A. . (1973). Exploration in the Functions of Language. London:
Edward Arnold.
Hizbullah, N., Fazlurrahman, & Fauziah, F. (2016a). Linguistik Korpus dalam
Kajian dan Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia. Posiding Konferensi
Nasional Bahasa Arab II, 388.
Hizbullah, N., Fazlurrahman, & Fauziah, F. (2016b). Penyusunan Model Korpus
Al-Qur’an Digital. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 3(3), 216.
Hizbullah, N., Suryaningsih, I., & Mardiah, Z. (2019). Manuskrip Arab di
Nusantara dalam Tinjauan Linguistik Korpus. Arabi: Journal of Arabic
Studies, 4(1), 70.
Hymes, D. H. (1972). The Etnography of Speaking dalam Reading in the
Sociology of Language. Paris: Mauton.
Ilyas, S., & Khushi, Q. (2012). Facebook Status Updates: A Speech Act Analysis.
Academic Research International, 3(2), 500.
Irma, C. N. (2017). Tindak Tutur dan Fungsi Tuturan Ekspresif dalam Acara
Rumah Perubahan Rhenald Kasali.
Ismari. (1995). Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press.
Ismiati, S. (2020). Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Hak Asasi
Manusia (HAM). Yogyakarta: Deepublish.
Izzaty, R. E. (2017). Perilaku Anak Prasekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Jassin, H. . (1987). Pengarang Indonesia dan Dunianya. Jakarta: PT Gramedia.
Laila, A., & Septia, E. (2019). Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel-Novel Tere
Liye: Tinjauan Pragmatik. Metalingua, 17(1), 41.
Leech, G. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik/Oleh Geoffrey Leech; Penerjemah,
M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.
Leo, H. Y. (2020). Penggunaan Antconc dalam Analisis Makna Kukuru’u dan
Lu’u sebagai Padanan Stay at Home dalam Bahasa Melayu Kupang. Lingko:
Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan, 2(2), 146.
Lusiana, & Fitri, N. (2016). Kesantunan Tindak Tutur Imperatif dalam Pengajaran
Bahasa Inggris pada Mahasiswa di Kabupaten Dharmasraya. Puitika, 12(2),
137.
183

Madeamin, S., & Thaba, A. (2021). Pragmatik Konsep Dasar Pengetahuan


Interaksi Komunikasi. Jawa Tengah: Tahta Media Group.
Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhardi, & WS, H. (1992). Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang.
Murti, S., Muslihah, N. N., & Sari, I. P. (2018). Tindak Tutur Ekspresif dalam
Film Kehormatan di Balik Kerudung Sutradara Tya Subiakto Satrio.
Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah,
Dan Asing, 1(1), 17–32.
Mustofa, I., Nababan, M. R., & Djatmika. (2019). Male Characters “Expressive
Speech Act on Romantic Speech Events in New Moon.” International
Journal of Linguistics, Literature and Translation, 2(4), 70.
Najid, M. (2003). Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Nilamsari, N. (2014). Memahami Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif.
Wacana, 13(2), 178.
Nofrita, M. (2016). Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik dan Memuji dalam Novel
Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
Oktavia, W., & Manaf, N. A. (2022). Strategi Bertutur dalam Tindak Tutur
Ekspresif Siswa pada Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia. Basicedu, 6(3),
62.
Olenti, N. A., Charlina, & Hermandra. (2019). Tindak Tutur Ekspresif dalam
Twitter. Tuah Pendidikan Dan Pengajaran Bahasa, 1(2), 148.
Omar, H. C., Mohamed, N., & Yusoff, R. (2009). Bahasa Verbal dan Bukan
Verbal II Linguistik, Sastera, dan Peradaban. Malaysia: Marzuq Print &
Trading.
Pangesti, N. I., & Rosita, F. Y. (2019). Tindak Tutur Ekspresif di Akun Instagram
@kampuszone. Jurnal Hasta Wiyata, 3(2), 98.
Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pradopo, R. D. (2003). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pratama, R. K., & Utomo, A. P. Y. (2020). Analisis Tindak Tutur Ekspresif dalam
Wacana Stand Up Comedy Indonesia Sesi 3 Babe Cabita di Kompas TV.
Caraka, 6(2), 90–103.
184

Pratiwi, V. D. (2011). Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Novel Grafis


Eendaagsche Exprestreinen Pengarang Risdianto dan Yusi Avianto
Pareanom. Sanata Dharma.
Purwo, B. K. (1990). Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanasius.
Rahardi, K. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Ratna, N. K. (2012). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rosyidi, A. Z., Mahyuni, & Muhaimi. (2019). Illocutionary Speech Acts Use by
Jokowidodo in First Indonesia PresidentialElection Debate 2019.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding,
6(2), 735.
Rustono. (1999). Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Press.
Rustono. (2000). Implikatur Tuturan Humor. Semarang: IKIP
Press.
Searle, J. R. (1969). Speech Act: An Essay on the Philosophy Of Language. New
York: Cambridge University Press.
Sehandi, Y. (2014). Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Semi, M. A. (1988). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Setyawan, A. H., & Nadar. (2013). Kesopanan Tutur pada Rapat Politik Studi
Kasus pada Bertuturan Margaret Thatcher dalam Film The Iron Lady.
Shofiani, A. K. A. (2022). Kritik Sosial dalam Wayang Durang PO. Jawa Barat:
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Sumardjo, & K.M, S. (1991). Apresiasi Novel. Bandung: Angkasa.
Syafruddin. (2022). Bahasa Wiraniaga (Perspektif Pragmatik). Jawa Tengah:
Tahta Media Group.
Tarigan, H. G. (1990). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Warsiman. (2016). Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Malang:
UB Press.
Wellek, R., & Austin, W. (1990). Teori Kesusastraan Terjemahan Melani
Budianto. Jakarta: Gramedia.
Wicaksono, A. (2017). Pengkajian Prosa Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta:
Garudhawaca.
Wijana, I. D. P. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
185

Yasin, A. (2008). Tindak Tutur Sebuah Model Gramatika Komunikatif. Padang:


Sukabina Offset.
Yule, G. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zulaeha, I., Wijayanti, H., Yuiawan, T., Prihatmini, E., Suproyono, & Yulitawati,
A. (2021). The Humanist Expressive Speech Acts of the Judicial Panel at the
State Court. Proceedings of the 6th International Conference on Science,
Education and Technology (ISET 2020), 485.
186

Lampiran 1

SINOPSIS NOVEL SANSAI KARYA ERMANTO TOLANTANG


Sansai, begitulah kehidupan yang dialami oleh keluarga miskin Emak

Naimah dan anaknya yang bernama Barlian Koto di Kampung Pesisir Nagari

Bandar Sepuluh. Kehidupan sansai ini diawali oleh kepergian ayah Barlian

seorang perebab termahsyur pada zamannya merantau ke negeri jiran Malaysia.

Kemudian rumah dan tanah yang dimiliki harus dieksekusi oleh pengadilan dan

keluarga Barlian akan segera terusir dari kampungnya sendiri. Masalah ini terjadi

antara keluarga Barlian dengan keluarga Emak Uwo Hafsah yang sejatinya rumah,

sebidang tanah, dan ladang keluarga Barlian secara pengadilan adalah milik Mak

Uwo Hafsah.

Dahulu kakek Barlian menikah dengan neneknya yang bernama Zainab.

Setelah beberapa minggu pernikahan tersebut berlangsung, kampung Pariaman

tempat asal neneknya tersebut mengetahui bahwa semenda yang baru menikah itu

sama-sama bersuku Koto. Hal ini mengakibatkan kakek dan neneknya terusir dari

Kampung Pariaman karena melanggar adat. Kemudian kakek Barlian membawa

neneknya tinggal di dalam keluarganya di Kampung Pesisir. Jadi, Mak Uwo

Hafsah ini adalah kemenakan dari kakek Barlian sekaligus bako Emak Naimah.

Setelah keluarga Barlian terusir dari rumahnya sendiri, kepala kampung

yang bernama Buya Bahar menumpangkan Barlian dan Emak Naimah tinggal di

rumahnya. Kondisi ini sangat tepat untuk Barlian memastikan percintaannya

dengan Nurlela anak Buya Bahar yang sudah lama disukainya. Setelah beberapa

lama tinggal di rumah Buya Bahar, Barlian memutuskan untuk pergi merantau
187

mengubah nasib keluarganya yang sansai. Pada saat akan pergi merantau Nurlela

mengungkapkan perasaan cintanya kepada Barlian yang juga menyukainya.

Terjalinlah janji antara kedua pasangan ini untuk hidup dalam tautan pernikahan,

Barlian berjanji kepada Nurlela untuk segera menemuinya dan Emak Naimah jika

dia sukses nanti, Barlian menitipkan Emaknya di rumah keluarga Buya Bahar.

Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti

hari, dan minggu telah berganti pula. Barlian mendapatkan pekerjaan di toko Haji

Amran yang menjual alat dan bahan bangunan di Kampung Jao, karena ketekunan

Barlian dalam bekerja akhirnya Haji Amran menyuruh Barlian mengelola toko

untuk dirinya sendiri. Setelah beberapa lama bekerja di tempat Haji Amran,

timbullah rasa cinta dari anak Haji Amran bernama Aisyah kepada Barlian.

Seiring berjalannya waktu Nurlela juga sudah beberapa kali mengirimi surat

untuk Barlian di rantau. Namun, tidak kunjung ada balasannya. Ternyata surat itu

diterima oleh Aisyah, karena cemburu Aisyah tidak memberikannya kepada

Barlian. Nurlela di kampung sangat sedih karena Barlian tidak juga membalas

suratnya. Dalam kesedihan yang dirasakan oleh Nurlela, datanglah beberapa anak

sarjana geologi untuk bekerja di Kampung Pesisir Bandar Sepuluh. Hal ini

dikarenakan kampung tersebut memiliki potensi yang besar akan adanya batu

bara. Salah satu dari sarjana geologi itu bernama Hamid Al Hakim.

Suatu hari setelah pulang dari pekerjaannya Hamid mengalami demam

malaria. Akhirnya Hamid dirawat di puskesmas kampung. Nurlela yang

mengkhawatirkan Hamid karena jauh dari keluarganya, memberikan perhatian

yang lebih kepada Hamid. Hal ini dikarenakan situasilah yang mendekatkan
188

mereka satu sama lain hingga membuat Hamid menyukai Nurlela dan menyatakan

keinginannya untuk menikahi Nurlela. Keinginan Hamid ini membuat Nurlela

dilema, di satu sisi dia merindukan Barlian, di sisi lain Barlian tidak juga

membalas suratnya.

Akhirnya Nurlela memutuskan untuk menerima keinginan Hamid

menikahinya. Beberapa hari setelah itu, Nurlela menuliskan surat untuk Barlian

yang isinya dia dan Hamid akan bersatu di dalam biduk rumah tangga. Surat

tersebut diberikan oleh Aisyah kepada Barlian karena itu adalah hal yang sangat

penting untuk Barlian. Pada surat tersebut Nurlela juga mengutarakan perasaan

sedihnya karena surat yang dikirimnya untuk Barlian tak kunjung menerima

balasan begitu pun dengan Barlian yang tak kunjung menerima balasan surat

Nurlela dari Kampung. Akhirnya Aisyah meminta maaf dan mengaku bahwa dia

tidak memberikan surat Nurlela yang dikirimkan dari kampung kepada Barlian

dan Aisyah juga tidak mengirimkan surat yang dikirim oleh Barlian untuk Nurlela

karena alasan cemburu. Kemudian Aisyah mencoba menenangkan Barlian.

“Urusan jodoh, rezeki, dan maut sudah ada di tangan Allah, mungkin

Nurlela memang dijodohkan dengan Hamid. Ikhlaskanlah dia Uda, mari kita

bersama-sama mengembangkan toko kita ini Uda. Nasi sudah menjadi bubur,

tidak ada yang bisa dipersalahkan,” ujar Aisyah. Akhirnya Barlian mulai tenang

dan berserah diri kepada Allah. Dia sudah mengikhlaskan Nurlela, mungkin

Nurlela memang bukan jodohnya.

Akhirnya Barlian bekerja dengan giat bersama Aisyah untuk membuat

tokonya sukses. Dengan kegigihan tersebut semakin terpikat hati Haji Amran
189

untuk mengetahui asal usul keluarga Barlian. Pada malam hari setelah Barlian

pulang bekerja, Haji Amran menanyakan asal usul dari keluarganya. Lama

Barlian termenung, akhirnya dia mulai menceritakan bahwa dahulu neneknya

yang bernama Zainab dari Pariaman terusir dari kampungnya sendiri lantaran

menikah satu kaum, yaitu Suku Koto. Peristiwa ini mengingatkan Haji Amran

pada masa dahulu bagaimana dia menyaksikan kejadian tersebut yang membuat

adik dari ibunya itu (Zainab) terusir dari kampungnya sendiri karena cacat adat.

Hari itu juga Haji Amran selaku mamak Barlian mengatakan hal yang sebenarnya

terjadi. Dalam hening Barlian menangis haru dan memeluk Haji Amran selaku

mamaknya tersebut.

Bulan telah berganti bulan, suatu hari Haji Amran sakit keras sehingga

dilarikan ke RSCM Jakarta. Haji Amran berpesan untuk segera memanggil

keluarga sahabatnya, yaitu Haji Idrus agar menemuinya ke Jakarta secepatnya

untuk menikahkan anaknya dengan anak sahabatnya tersebut berdasarkan

perjodohan terdahulu. Maka Haji Idrus menyuruh anaknya segera ke Jakarta,

karena telah menyelesaikan pekerjaannya di Kampung Pesisir. Hamid segera

mematuhi perintah orang tuanya, dia meninggalkan Nurlela di kampungnya dan

berjanji akan segera ke kampung tersebut.

Sesampainya Hamid di RSCM Jakarta, kedua anak tersebut segera

dinikahkan oleh kedua belah pihak keluarga. Hamid dan Aisyah tidak dapat

mengelak terhadap permintaan orang tuanya. Mereka menerima persetujuan untuk

dinikahkan dengan ikhlas. Setelah beberapa lama melepas anaknya untuk menikah
190

Haji Amran telah berpulang ke rahmatullah. Segera Hamid mengirimkan surat

kepada Nurlela untuk menceritakan kejadian sesungguhnya.

Nurlela setelah membaca surat itu, sangat sedih dan menderita karena

penantian yang berkepanjangan. Akibatnya Nurlela jatuh sakit dan akhirnya

meninggal dunia. Barlian akhirnya dijodohkan dengan Husnah wanita yang sudah

lama menjanda karena ditinggal mati suaminya dan juga tidak memiliki anak.

Kemudian mereka menikah dan menjemput Emak Naimah. Barlian yang sudah

sukses menjemput Emaknya untuk dibahagiakan. Hari itu sesampainya di rumah

Buya Bahar di Kampung Pesisir, Barlian baru mengetahui bahwa Nurlela telah

tiada. Kemudian Barlian memimpin membacakan surat alfatiha untuk Nurlela.

Akhirnya Barlian membahagiakan orang-orang yang disayanginya untuk

menunaikan ibadah umrah bersama, yaitu Emak Naimah, Buya Bahar, Umi

Halimah, istrinya Husnah, dan Bunda Hamidah selaku istri dari almarhum

mamaknya, yaitu Haji Amran. Aisyah juga telah pergi ke Kalimantan Timur untuk

menemani suaminya Hamid bekerja.


191

Lampiran 2

SINOPSIS NOVEL 7 CINTA SI ANAK KAMPUNG


KARYA ERMANTO TOLANTANG
Cerita ini mengisahkan tentang percintaan seorang lelaki yang bernama

Herman di Kenagarian IV Koto Mudiak di kaki gunung di tanah pesisir bagian

selatan Minangkabau. Namun, kisah percintaan Herman dengan beberapa wanita

yang dicintainya terhalang dan dipisahkan oleh kemiskinan dan keadaan.

Pertama, kisah cinta Herman dengan Hartiwi yang dipertemukan karena

Ayah Hartiwi tinggal sementara waktu di kampung Herman. Hal ini dikarenakan

Ayah Hartiwi akan melakukan sebuah proyek, yaitu membuat pengairan dwikora.

Pertemuan antara Herman dan Hartiwi ini mengakibatkan mereka saling nyaman

dan takut untuk kehilangan. Pada suatu hari Ayah Hartiwi sudah menyelesaikan

tugasnya di kampung Herman. Artinya, mereka akan segera meninggalkan

kampung tersebut dan kembali ke tempat asalnya, yaitu tanah Jawa. Hal ini

membuat sepasang sahabat yang saling menyayangi ini harus dipisahkan oleh

keadaan dan waktu.

Kemudian setelah kepergian Hartiwi, Herman sangat terpukul dan sedih.

Bulan telah berganti bulan, sampailah pada bulan suci Ramadhan. Pada bulan

puasa ini anak-anak muda kampung akan berlatih sandiwara dalam rangka

memeriahkan hari Raya Idul Fitri, yaitu penampilan drama Gadih Basanai,

Sampuraga, dan Malam Jahanam. Herman dipertemukan dengan sosok Sefina

yang selalu bersama dengan Herman. Hampir setiap malam setelah latihan drama,

Herman selalu mengantarkan Sefina pulang ke rumahnya. Keadaan tersebut

menimbulkan benih cinta di hati Herman yang sudah lama hilang. Setelah hampir
192

satu bulan latihan drama, tibalah waktunya untuk penampilan drama yang akan

diselenggarakan tiga hari tiga malam. Pada saat pementasan drama tersebut

Herman sudah memberikan surat kepada Sefina yang mengutarakan isi hatinya

kepadan Sefina. Besar keinginan Herman agar Sefina menerima Herman menjadi

kekasihnya. Namun, cinta masih tidak berpihak kepada Herman, Sefina akan

segera dinikahkan dengan Uda Imzamril laki-laki yang mapan dan sudah bekerja

selama empat tahun menjadi polisi di Payakumbuh.

Begitu berat hari-hari Herman terasa, sampai akhirnya Riani datang

menghiburnya dan mulailah rasa nyaman di hati Herman tumbuh menjadi cinta.

Begitu juga dengan Riani yang selalu perhatian kepada Herman seperti cinta yang

saling berbalasan. Tidak lama pulalah dua anak muda ini bersama, akhirnya

mereka juga dipisahkan oleh keadaan, yaitu pernikahan yang direncanakan oleh

Ayah Riani antara Riani dengan Uda Rahman yang akan diangkat menjadi guru di

Indrapura.

Begitulah kisah cinta Herman dengan beberapa wanita yang dicintainya.

Memang aturan adatlah yang menghendaki perempuan di kampung Herman akan

dinikahkan dengan laki-laki kampung yang sudah mapan, sehingga laki-laki yang

miskin tidak dapat mempersunting perempuan kampung tersebut. Kemudian,

dengan pernikahan itulah diharapkan perekonomian kampung menjadi baik. Oleh

karena itu, Herman berjanji kepada dirinya sendiri untuk rajin belajar dan menjadi

anak kampung yang sukses.


193

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dr. Ngusman, M.Hum.

NIP : 196610191992031002

Departemen : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan bahwa instrumen penelitian atas nama mahasiswa:

Nama : Milan Zary

NIM : 21174014

PRODI : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Tesis : Tutur Ekspresif dalam Novel Sansai dan 7 Cinta Si Anak
Kampung Karya Ermanto Tolantang: Pendekatan
Linguistik Korpus

Setelah dilakukan kajian atas instrumen penelitian tesis tersebut maka dinyatakan:

Layak digunakan untuk penelitian

Layak digunakan dengan perbaikan

Tidak layak digunakan untuk penelitian yang dilakukan

Dengan catatan dan saran/perbaikan sebagaimana terlampir.

Demikian agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, Desember 2022

Dr. Ngusman, M.Hum.


NIP. 196610191992031002
194

Lampiran 4
TABEL 1 IDENTIFIKASI DATA JENIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:1 “Kenapa sepeda motor dan rumah kita pilu … Emak Sanjai ditingkahi oleh Kesengsaraan Sansai
dibakar Nak?” ratapan … tangisan Nurbaiti.
T1/S:2 “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik pilu … menahan rindu.” Kesengsaraan Sansai
ayahmu yang digantung di dinding ruang
tengah itu. Emak sudah lama menahan
rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan
rebab ayahmu yang mendayu-dayu itu
tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini,
pinta Emak Naimah dengan wajah …
T1/S:3 “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui kemiskinan … Namun, untuk cercahan dan hinaan Mengecam Sansai
semua ini. Barlian sudah besar Emak. orang kampung selama ini tentang
Umur Barlian hampir lima belas tahun. asal muasal Barlian telah pula
Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian menjadi persoalan dalam pemikiran,”
untuk melanjutkan sekolah karena … pertanyaan dan penjelasan Barlian.
T1/S:4 “Emak. Ada hal yang menjadi tanda tanya pertanyaan … demi pertanyaan keluar dari Mengecam Sansai
bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada pikiran Barlian.
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo
Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum
Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini
Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke
rumah kita? Kenapa Emak pun tidak
pernah lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?”

195

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:5 “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita pertanyaan … Barlian sambil memeluk Emaknya. Mengecam Sansai
memang satu kaum dengan Emak Uwo
Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu
bidang perumahan ini saja? Kenapa kita
hanya memiliki satu piring sawah dan
sebidang kecil kebun di sampingnya?
Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki
beberapa bidang perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa piring sawah di
sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo
Hafsah memiliki beberapa bidang kebun
mengelilingi kebun kita?” semakin banyak

T1/S:6 “Emak, kini kembali terlintas dalam selidiki … Barlian kepada Emaknya. Mengecam Sansai
pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak
dan Ayah pernah membawa Barlian ke
Sungai Limau dan kemudian ke Sungai
Geringging, Pariaman? Namun, akhirnya
kita tetap kembali tanpa bermalam agak
semalampun. Agaknya waktu itu ada
sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada
apa itu sesungguhnya, Emak?” …
T1/S:7 Dengan terbata-bata, Barlian mencoba berangkat … dari kampung ini, Buya? Kampung Mengecam Sansai
juga berucap. “Jadi, kami harus … manalah yang hendak kami tuju,
Buya? Ini adalah kiamat bagi kami,
Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
196

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:8 “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam manalah … yang hendak kutuju, Aku dan Mengeluh Sansai
sudah menyatakan bahwa satu minggu Emak harus merantau jauh,” pikiran
lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, Barlian.
dan kebun akan disita oleh Pengadilan
Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan
pikiran Barlian. “Rantau …
T1/S:9 “Terima … kasih … banyak Buya, Umi, Nak Lela atas Terima kasih Sansai
kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak
berunding nanti malam dengan
Barlian agak semalam nanti.
T1/S:10 Terima … kasih … atas kebaikan dan bantuan Terima kasih Sansai
keluarga Buya,” ucap Emak dengan
terbata-bata dan rona yang muram.
T1/S:11 “Iya Buya. Terima … kasih … atas kebaikan Buya, kebaikan Terima kasih Sansai
Umi, kebaikan Dik Lela. Berikanlah
waktu berpikir agak semalam ini,”
tambah Barlian.
T1/S:12 “Ya Pak Haji. Terima … kasih … Pak Haji. Nanti pukul tujuh Terima kasih Sansai
Ananda ke toko, Pak Haji,” jawab
Barlian sambil menyalami dan
mencium tangan Haji Amran pertanda
hormat.
T1/S:13 “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” kasih … Uda Roni,” jawab Nurlela dengan Terima kasih Sansai
ujar Roni Caniago dengan berat hati. suara lembut.
“Terima …
T1/S:14 “Baiklah, terima … kasih … Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” Terima kasih Sansai
tutup Haji Amran.
197

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:15 “Silakan duduk Nak Barlian. Silakan kasih … Pak Haji,” jawab Barlian. Terima kasih Sansai
diminum kopi panas yang sudah
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar
Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di
samping ayahnya. “Terima …
T1/S:16 Terima … kasih … sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan Terima kasih Sansai
terutama usaha Dik Aisyah,” jawab
Barlian dengan rona muka berbinar-
binar atas rezeki yang disediakan oleh
Allah.
T1/S:17 “Baiklah Dik Lela. Terima … kasih … karena Dik Lela sudah bersedia Terima kasih Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda
sampaikan. Bagi Uda selama tinggal
di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini.
Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik
sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum
pernah Uda dapatkan selama ini
karena sibuk dengan perkuliahan dan
dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki,
jodoh, dan maut itu adalah rahasia
Allah dan telah ditentukan oleh Allah.
Dalam pikiran Uda mudah-mudahan
jodoh Uda yang belum Uda temukan
itu mungkin Uda dapatkan di
kampung ini,” ujar Hamid.
198

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:18 “Baiklah Pudin. Terima … kasih … ya,” jawab Aisyah sambil Terima kasih Sansai
menyalami Pudin dan menyelipkan
sedikit uang kertas sebagaimana
lazimnya setiap bertemu Pudin.
T1/S:19 “Terima … kasih … atas rahasia yang sudah Dik Terima kasih Sansai
Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah
menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab
Barlian.
T1/S:20 “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan kasih … atas bantuan dan perhatian Buya, Terima kasih Sansai
hal yang sangat mendadak kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela selama ini.”
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi
Hamid harus segera berangkat ke tanah
Jawa. Besok pagi, ayah Hamid akan
menunggu di Bandara Tabiang dan akan
berangkat dengan pesawat siang. Hal ini
mendadak sekali Buya. Oleh karena itu,
Hamid mengucapkan dan terima …
T1/S:21 “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan kasih … ujar Buya Bahar. Terima kasih Sansai
segera mempersiapkan segala sesuatu
untuk umrah tersebut. Buya dan Umi
sangat berterima …
T1/S:22 “Emakku memang hebat,” … puji … Roni Caniago sambil tertawa. Memuji Sansai
T1/S:23 “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. memujinya … dengan menyebut bahwa Hamid Memuji Sansai
Adinda dengar Buya sering … Alhakim yang sarjana Geologi itu
berotak Barat dan berhati Arab.”
T1/S:24 Emak … tidak … setuju dengan keinginan Mengecam Sansai
Mamakmu itu menikahkan anaknya
Barlian dengan anakku Nurbaiti.
199

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:25 “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang … tidak … setuju dengan Emak yakni yang Mengecam Sansai
pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti.
“Tak apalah Nurbaiti menikah dengan
Uda Barlian, Emak.
T1/S:26 “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik tidak … suka Uda Hamid berbicara seperti Mengecam Sansai
Lela … itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah
seperti Uda Lela dalam keluarga ini.
Tentu pula bagi Buya dan Umi,
pastilah Uda Hamid sudah dianggap
sebagai anaknya dalam keluarga ini,”
jelas Nurlela.
T1/S:27 “Uang sasuduik atau uang kamar yang tidak … jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, Mengecam Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu … keluarga pengantin wanita tentulah
juga belum siap untuk melanjutkan
upacara pernikahan ini,” ujar lelaki
utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:28 “Jadi Kau … tidak … mengakui perjanjian kita dahulu.” Kebencian Sansai
ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba
mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh
Emak Uwo Hafsah dengan menarik
rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa.
200

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:29 “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu biarkanlah … Naimah dan anaknya itu dibawa Kebencian Sansai
itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang oleh nasibnya ke rantau mana hendak
dari rantau sebelum dapat perintah dari dituju,” tambah Emak lagi.
kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu
sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika
berhadapan dengan kakaknya, Emakmu
ini, Sabirin tetap akan tunduk pada
perintah dan keinginan Emak,” jelas Emak
Sanjai lagi. “Jadi …
T1/S:30 “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, membutuhkan … ayah untuk menghadapi persoalan Mengeluh Sansai
sesungguhnya Barlian … hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak
juga membutuhkannya. Akan tetapi,
beliau tidak hadir dalam kehidupan
kita seperti ini. Entah di rantau mana
beliau hari ini Emak,” ratap hati
Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati
Emak mendengar ratapan lelaki anak
semata wayangnya itu.
T1/S:31 “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan … dekati lagi Uda Barlian. Uda Mengecam Sansai
… Barlian adalah anak pisang Nurbaiti.
Uda Barlian adalah anak mamak
Nurbaiti. Oleh karena itu, Nurbaiti
jauh lebih berhak mencintai Uda
Barlian dibandingkan Nurlela.”
201

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:32 “Jangan pura-pura … lupa … kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. Mengecam Sansai
“Masih ingatkah waktu awal kau
hendak memperkarakan rumah,
kebun, dan sawah yang dimiliki Emak
Naimah itu? Kau minta bantuanku
untuk mencarikan pengacara untuk
Naimah yang bisa aku peralat untuk
membantumu. Aku cari Samsudin,
pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun
pada batinnya untuk memudahkan
kau menang dalam berperkara. Pada
waktu itulah kau berjanji akan
memberiku imbalan lima puluh emas
jika kelak kita menang dalam perkara
ini. Ingat sekali lagi kau akan
memberiku imbalan lima puluh
emas,” jelas Emak Sanjai.
T1/S:33 “Kau pasti … lupa … ya Barlian. Perempuan itu adalah Mengecam Sansai
bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago
yang sudah menjadi bodoh sebagai
akibat telah mencaci lelaki pada masa
lalu,” jelas Buya Bahar.
202

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:34 “Uang sasuduik atau uang kamar yang menurut … simpulan kami, calon pengantin Kritikan Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu tidak pria belum siap untuk berkeluarga.
jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, … Oleh karena itu, keluarga pengantin
wanita tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,”
ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:35 Jadi … menurut … Aisyah, mari kita berpikir ke Kritikan Sansai
depan Uda. Mari kita besarkan toko
kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-
pesanan besi dari Pak Haji Idrus
setiap minggu untuk pembangunan
Bandara Katapiang itu tentulah
keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
T1/S:36 “Persengketaannya adalah bahwa … menurut … Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah Kritikan Sansai
pernah berjanji akan memberikan
lima puluh emas kepada Emak Sanjai
jika Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.”
T1/S:37 “Tidak Uda. Aisyah ingin minta … maaf … Surat ini sudah hampir satu bulan Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan.
203

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:38 Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah Maafkan … Aisyah ya Uda. Aisyah melihat Meminta maaf Sansai
simpan. … Uda sering memikirkan sesuatu dan
informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa
minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga
heran dengan keadaan Uda. Jadi,
Aisyah berpikir mungkin Uda sangat
mengharapkan surat dari kampung
Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba
bercampur cemburu.
T1/S:39 “Sekali lagi … maafkan … Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini Meminta maaf Sansai
sengaja Dik Aisyah simpan karena
pengirimnya tertulis Adinda Nurlela,
bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya
Aisyah sambil berlalu masuk ke
dalam rumahnya sambil
meninggalkan Barlian dalam
kesendirian. Barlian diam dalam
kebingungan.
T1/S:40 Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu Maaf … ya Dik Aisyah. Dik Aisyah Meminta maaf Sansai
menaruh perhatian kepada Uda,” ujar sangatlah beruntung mempunyai
Aisyah lirih. … Ayah yang penuh perhatian. Lagu
Ayah-Rinto Harahap tadi sangat
menusuk lubuk sanubari Uda,” jelas
Barlian sambil mengusap mukanya.
204

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:41 “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” Maafkan … Ananda Emak. Sesuai dengan Meminta maaf Sansai
tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
diam dengan penuh harap dalam lubuk semenjak Ananda sampai di
hatinya. … Kampung Jao itu sekira pukul sepuluh
sampai pukul tiga petang Ananda
sudah memperhatikan Toko Haji
Amran itu dengan saksama. Namun
agak sebentar pun, Ananda tidak
pernah melihat badan diri Uda
Barlian,” jelas Pudin.
T1/S:42 “Tidakkah Nak Pudin tanyakan Maafkan … Mak dan uni Lela, Ananda Meminta maaf Sansai
keberadaan Barlian kepada induk hanya menyelidiki dari jauh sesuai
semangnya itu Nak,” selidik Emak dengan amanah dan perintah dari
Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan Uni Lela dua hari lalu itu. Lain
parau serta sorot mata penuh harapan. … tidak, Emak,”
terang Pudin lagi.
T1/S:43 “Terlebih dahulu Adinda bermohon … maaf … kepada Uda, atas surat yang Meminta maaf Sansai
Adinda kirimkan ini jika telah
mengganggu kesibukan Uda di negeri
rantau.”
T1/S:44 “Demikianlah yang dapat Adinda Maaf … selalu harapan Adinda.” Meminta maaf Sansai
sampaikan kepada Uda, semoga Adinda
segera mendapat balasan surat dari Uda.
Malam sudah larut, Uda. …
T1/S:45 Apakah nama Aisyah mulai bersemayam Maaf … Uda. Kita belum bisa bertemu Meminta maaf Sansai
dalam lubuk hati dan membuat ketenangan muka dengan Haji Idrus. Pagi ini
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah beliau harus berangkat ke Negeri
Barlian yang akan menjelaskannya pada Bandar Sepuluh. Ya berarti ke
suatu saat nanti. … kampung Uda?”
205

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:46 “Sekali lagi mohon … maaf … Sampai hari ini keluarga pengantin Meminta maaf Sansai
wanita juga belum siap untuk
menanti.
T1/S:47 Mohon … maaf … assalamualaikum,” ujar lelaki Meminta maaf Sansai
utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
T1/S:48 “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. … Maafkan … Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Meminta maaf Sansai
Halimah.
T1/S:49 “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda Maaf … Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Meminta maaf Sansai
yang dirahasiakan Allah itu berada di Lela tidak keberatan, Uda sangat
rumah ini. … ingin menjadikan Dik Lela sebagai
ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda
sangat ingin dan ikhlas jika anak-anak
Uda terlahir dari rahim Dik Lela,”
pinta Hamid.
T1/S:50 “Adinda mohon … maaf … dunia akhirat kepada Uda. Uda, Meminta maaf Sansai
mohon jangan Adinda dipersalahkan
sehingga akan memberikan beban
hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
T1/S:51 Adinda akan tetap memposisikan Uda Maafkan … Adinda Uda.” Meminta maaf Sansai
sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. …
206

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:52 Surat balasan itu selalu diberikan Pudin Maafkan … Adinda, Uda. Semua itu Adinda Meminta maaf Sansai
kepada Adinda sesuai permintaan dan lakukan atas nama kecemburuan
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena wanita dan di pihak lain atas nama
itulah, surat tersebut tidak pernah sampai keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
kepada Nurlela. … Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi
tidak adalah pihak yang bisa kita
persalahkan, Uda,” jelas Aisyah.
T1/S:53 “Hamid juga meminta mohon … maaf … atas kekhilafan Hamid selama di Meminta maaf Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid
dengan raut muka yang sedih.
T1/S:54 “Pada kesempatan ini, Uda harus maaf … kepada Dik Lela. Ada aral yang Meminta maaf Sansai
memohon … menghalangi Uda sehingga Uda tidak
bisa kembali ke Kampung Pesisir
untuk menemui Dik Lela. Karena aral
tertentu pula Uda tidaklah mungkin
memenuhi janji Uda kepada Dik
Lela.”
T1/S:55 “Untuk memenuhi amanah sobat maaf … Selain itu, Uda tetap berharap Meminta maaf Sansai
Ayahanda Uda yang hampir menemui hubungan silaturrahmi dengan Dik
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan penuh Lela tetap terjaga.
keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak
bisa memenuhi janji dengan Dik Lela.
Untuk itu, sekali lagi Uda mohon …
207

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:56 “Mohon … maaf … ya Dik Husna ya. Kampung asal Meminta maaf Sansai
Dik Husnah di mana ya?” tanya
Barlian lagi. Agak lama Husnah
terdiam. Seakan ada yang
direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan
sedang bergayut di rupa wajah
Husnah. Sedih betul Husnah ketika
ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
T1/S:57 Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat Kenapa … baru malam ini Dik Aisyah berikan Mengeluh Sansai
mengharapkan surat dari kampung Uda kepada Uda? Surat inilah yang selama
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
cemburu. … sudah datang hampir sebulan yang
lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
T1/S:58 “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” Kenapa … kedua suratku tidak sampai kepada Mengeluh Sansai
gumam Barlian dengan penuh emosi Adinda Nurlela, Pudin?” kesal
sambil mengepalkan kedua telapak Barlian.
tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap emosinya.
“Ke manakah dua kali surat balasanku kau
berikan Pudin? …
T1/S:59 “Roni anakku, … kenapa … sampai seperti ini Nak?” ujar Mengeluh Sansai
Emak Sanjai.
T1/S:60 “Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Kenapa … sepeda motor dan rumah kita Mengeluh Sansai
Nak?” ujar Emak Sanjai … dibakar Nak?”
208

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:61 “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. bahagia. … Baik Aisyah. Alhamdulillah atas Kegembiraan Sansai
Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata rahmat dari Allah.
sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi
pagi, setelah Uda berangkat ke toko,
Aisyah sudah membuat perjanjian dengan
Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk
memasok kebutuhan besi pembangunan
Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,”
jelas Aisyah dengan …
T1/S:62 “Begini Nak Barlian. Bapak sudah etika … kesopanan dan kesantunan dalam Memuji Sansai
memaklumi semua cara berdagang Nak berdagang. Bapak amati selama ini,
Barlian selama ini. Nak Barlian sudah tak tinggal sekali pun salat wajib Nak
memiliki … Barlian walaupun sibuk berdagang di
toko Bapak,” jelas Haji Amran.
T1/S:63 “Hafsah, Hafsah! Kau telah … menyengsarakan … hidupku! Hafsah! Hafsah! Mengecam Sansai
Keluarlah kau dari rumahmu! Kau
sengsarakan hidupku! Hai janda tua!
Tak kau bayar uang perjanjian dengan
emakku. Kau ajak emakku bersumpah
pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni
Caniago dari halaman rumah Emak
Uwo Hafsah. Keluarga itu berkurung
di dalam rumahnya dalam diam.
T1/S:64 “Lelaki … jelek … lelaki pendek, lelaki hitam pandai Kebencian Sansai
pula merayu Nur.”
209

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/S:65 “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau … bercermin … dulu, baru merayuku,” suara Kebencian Sansai
makian Nurbaiti kepada lelaki yang
duduk kursi ruangan puskesmas.
T1/S:66 Di puncak itu tampaklah bendera berwarna Innalillahi … wainna ilaihi rajiun. Alfatihah Belasungkawa Sansai
kuning dan di situlah Nurlela berkubur untuk Nurlela,” ucap Barlian seraya
sesuai amanahnya. … membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi
rumah mengikuti Barlian membaca
Alfatihah.
T1/7CSAK:67 “Aku juga … takut … Bu. Ketika aku berangkat dan Mengeluh 7 Cinta Si Anak
pulang dari ibu kota kecamatan itu, Kampung
mata orang kampung pasti akan
tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku
dengan wajah tak menentu.
T1/7CSAK:68 “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan pejuang … ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. Memuji 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah berpulang Kampung
ke Rahmatullah Angku Karim …
T1/7CSAK:69 “Kita yang hadir di sini pasti berhutang maaf … agar beliau selamat menemui Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
budi dengan Angku Karim. Karena itu, khaliknya,” pinta Angku Gogai. Kampung
saya sebagai wakil keluarga, mohon Masih dalam keadaan mata sembab
Angku Karim diberi … dan segukan-segukan tangis kecil,
semua hadirin mengabulkan
permohonan itu.
210

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:70 Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Maaf … Riani, Uda. Sebentar ini ayah, Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
Riani memberi penjelasan yang tidak baik mengharapkan Riani tidak boleh Kampung
kepadaku. … menolak permintaan Ayah. Kata ayah,
Uda Rahman akan segera diangkat
menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah
dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani.
T1/7CSAK:71 “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, pertemuanlah … yang aku sesali,” begitu kata Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tetapi … hatiku. Kampung
T1/7CSAK:72 “Kini ada … ketidakadilan … waktu,” pikirku. Aku ingin segera Mengeluh 7 Cinta Si Anak
latihan drama dengan Marzal dan Kampung
teman lainnya. Akan tetapi,
sebenarnya aku ingin segera bertemu
Sefina. Tidak jadipun latihan drama
Gadih Basanai, tidak masalah bagiku
asal dapat bertemu dengan Sefina.
211

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:73 “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan meninggalkan … kebiasaan membakar kemenyan Kritikan 7 Cinta Si Anak
semuanya. Kita mari menggali ilmu setiap akan berdoa dalam perhelatan Kampung
agama kita kembali dan masuk ke dalam baik dan buruk di kampung kita.
Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat Membakar kemenyan adalah
kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan kebiasaan zaman jahiliyah nenek
Islam dan mari kita coba moyang kita,” terang ustad yang
meninggalkannya. Pertama, kita harus … membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan
kebiasaan menangis meraung-raung
dan menghentak-hentakkan kaki di
lantai rumah ketika berada di depan
mayat. Lepaslah jenazah dengan
keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu
adalah kebiasaan jelek yang tidak
diajarkan oleh agama kita. Mulai
malam ini tinggalkan kebiasaan itu
semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan
kematian tujuh hari, seratus hari,
seribu hari. Itupun tidak ada dalam
agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-
orang yang mendahului kita,” terang
ustad lagi.
212

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:74 “Terakhir, empat puluh lima ribu,” kebahagiaan … dan sebagai pertanda bahwa anak- Kegembiraan 7 Cinta Si Anak
tawaran Uda Imzamril dengan suara anak kampung kami yang beranjak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di dewasa sudah mulai menampakkan
tempat duduk. Panitia dan orang hasil di rantau.
kampungku segera saja bersorak sorai
pertanda …
T1/7CSAK:75 “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak keluhku … yang mungkin juga keluh anak Mengeluh 7 Cinta Si Anak
setuju dengan aturan adat seperti ini. muda yang hidup di kampung seperti Kampung
Aturan adat seperti ini seakan tidak Marzal.
memperbolehkan anak-anak muda
kampung yang miskin untuk
mempersunting gadis-gadis kampung yang
molek itu,” …
T1/7CSAK:76 “Hari minggu depan, Sefina akan penolakan … Sefina terhadap diriku. Mengecam 7 Cinta Si Anak
ditunangkan oleh orang tuanya dengan Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda
Imzamril akan berangkat kembali untuk
menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon
izin lagi, aku bergegas meninggalkan
Riani. Aku sudah dapat memastikan
bahwa isi surat ini adalah …
T1/7CSAK:77 “Dengan segera saja, aku mengucapkan kasih … banyak atas senter kecil pemberian Terima kasih 7 Cinta Si Anak
terima … Riani. Aku sampaikan kepada Riani Kampung
bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru
Masad malam tadi.”
213

Data/Tuturan
No Identifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
T1/7CSAK:78 “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan Rahmatullah … Angku Karim,” ujar Angku Gogai. Belasungkawa 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah berpulang Kampung
ke …
214

Lampiran 5
TABEL 2 IDENTIFIKASI DATA STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


1. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak Sanjai BTTTBB Sansai
ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
2. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di dinding ruang BTTBBKP Sansai
tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.”
3. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar Emak. Umur BTTTBB Sansai
Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian untuk
melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun, untuk cercahan dan hinaan orang
kampung selama ini tentang asal muasal Barlian telah pula menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan dan penjelasan Barlian.
4. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada BTTBBKP Sansai
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke
rumah Mak Uwo Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
5. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak Uwo Hafsah, BTTTBB Sansai
kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja? Kenapa kita hanya
memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di sampingnya? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa
piring sawah di sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa
bidang kebun mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
215

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


6. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak dan BTTBBKP Sansai
Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian ke Sungai Geringging,
Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya,
Emak?” Selidiki Barlian kepada Emaknya.
7. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah yang hendak BTTTBB Sansai
kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
8. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu minggu lagi, BDH Sansai
Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri
Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau jauh,” pikiran
Barlian.
9. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak BTTBBKP Sansai
berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
10. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata- BTTBBKP Sansai
bata dan rona yang muram.
11. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan Dik Lela. BTTBBKP Sansai
Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
12. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, Pak Haji,” BTTBBKP Sansai
jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat.
13. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat hati. Terima BTTBBKP Sansai
kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
14. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji Amran. BTTTBB Sansai
15. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah disediakan BTTBBKP Sansai
Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di samping ayahnya.
“Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
16. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik Aisyah,” jawab BTTBBKP Sansai
Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang disediakan oleh Allah.
216

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


17. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia mendengar sesuatu BTTBBKP Sansai
yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada
kasih sayang yang Uda dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan
selama ini karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah dan telah
ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda yang belum Uda
temukan itu mungkin Uda dapatkan di kampung ini,” ujar Hamid.
18. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin dan BTTBBKN Sansai
menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin.
19. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi BTTTBB Sansai
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
20. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak kepada Buya, BTTBBKP Sansai
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera berangkat ke tanah Jawa.
Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di Bandara Tabiang dan akan berangkat
dengan pesawat siang. Hal ini mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik
Lela selama ini.”
21. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala sesuatu untuk BTTTBB Sansai
umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar Buya Bahar.
22. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. BSS Sansai
23. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering memujinya BSS Sansai
dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan
berhati Arab.”
24. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya Barlian BTTTBB Sansai
dengan anakku Nurbaiti.
25. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang pertama tadi BTTTBB Sansai
Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak.
217

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


26. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid berbicara seperti BTTTBB Sansai
itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi
Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah dianggap sebagai anaknya dalam keluarga
ini,” jelas Nurlela.
27. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah BTTTBB Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
28. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba BTTTBB Sansai
mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa.
29. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang dari BTTTBB Sansai
rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai
perebab tersohor di seantero Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan Emak,”
jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
30. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian membutuhkan ayah BTTBBKP Sansai
untuk menghadapi persoalan hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga
membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata
wayangnya itu.
31. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian BTTTBB Sansai
adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh karena itu,
Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda Barlian dibandingkan Nurlela.”
218

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


32. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah waktu awal BTTTBB Sansai
kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah itu?
Kau minta bantuanku untuk mencarikan pengacara untuk Naimah yang bisa aku peralat
untuk membantumu. Aku cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura
membantu Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang dalam
berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima puluh emas
jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
33. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago BTTTBB Sansai
yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci lelaki pada masa lalu,” jelas
Buya Bahar.
34. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah BTTTBB Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
35. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan toko kita ini, BTTBBKP Sansai
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
36. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah pernah BTTBBKN Sansai
berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga Uda.”
37. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah BTTBBKN Sansai
simpan.
38. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya Uda. Aisyah BTTBBKN Sansai
melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan
keadaan Uda. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
219

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


39. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah simpan BTTBBKN Sansai
karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya
sambil meninggalkan Barlian dalam kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
40. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada Uda,” ujar Aisyah BTTBBKN Sansai
lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah beruntung mempunyai Ayah yang
penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,”
jelas Barlian sambil mengusap mukanya.
41. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela BTTBBKN Sansai
diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan Ananda Emak. Sesuai
dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin, semenjak Ananda sampai di Kampung
Jao itu sekira pukul sepuluh sampai pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan
Toko Haji Amran itu dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah
melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
42. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk semangnya itu BTTBBKN Sansai
Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan parau serta sorot mata
penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela, Ananda hanya menyelidiki dari jauh
sesuai dengan amanah dan perintah dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,”
terang
Pudin lagi.
43. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang Adinda kirimkan BTTBBKN Sansai
ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri rantau.”
44. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda segera BTTBBKN Sansai
mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf selalu harapan
Adinda.”
45. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ketenangan BTTBBKN Sansai
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan menjelaskannya pada suatu
saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau
harus berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
46. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga belum siap BTTBBKN Sansai
untuk menanti.
220

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


47. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan BTTBBKN Sansai
rombongan.
48. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Halimah. BTTBBKN Sansai
49. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada di rumah BTTBBKN Sansai
ini. Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
50. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan Adinda BTTBBKN Sansai
dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
51. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak adalah BTTBBKN Sansai
sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
52. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan dan BTTBBKN Sansai
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak pernah sampai
kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda lakukan atas nama
kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan,
Uda,” jelas Aisyah.
53. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di kampung ini, BTTBBKN Sansai
Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
54. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada aral yang BTTBBKN Sansai
menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah mungkin memenuhi janji Uda kepada
Dik Lela.”
55. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ajalnya itu, BTTBBKN Sansai
kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak bisa
memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda mohon maaf. Selain itu,
Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela tetap terjaga.
221

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


56. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” tanya Barlian BTTBBKN Sansai
lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
57. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda BTTTBB Sansai
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa baru malam ini Dik Aisyah
berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
58. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi sambil BTTTBB Sansai
mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat balasanku kau berikan Pudin?
Kenapa
kedua suratku tidak sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
59. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. BTTTBB Sansai
60. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa sepeda BTTTBB Sansai
motor dan rumah kita dibakar Nak?”
61. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata sudah BTTBBKP Sansai
berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang,
Pariaman tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
62. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang Nak Barlian BTTBBKP Sansai
selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali pun salat wajib Nak Barlian
walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
63. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau BTTTBB Sansai
dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang perjanjian
dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
222

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


64. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” BTTTBB Sansai
65. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” suara makian BTTTBB Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan puskesmas.
66. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela berkubur BTTBBKP Sansai
sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap
Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah
mengikuti Barlian membaca Alfatihah.
67. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah
tak menentu.
68. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai.
69. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. Karena itu, saya BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui
khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
70. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang tidak baik BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak boleh
menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan segera diangkat menjadi guru
di Indrapura. Ayah memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani.
71. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku sesali,” begitu BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
kata hatiku.
72. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama dengan BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin segera bertemu Sefina.
Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak masalah bagiku asal dapat bertemu
dengan Sefina.
223

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


73. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ilmu agama BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan
kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya. Pertama, kita
harus meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan
zaman jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening
seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang
tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,”
terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap
setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang ustad lagi.
74. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara lantang BTTBBKP 7 Cinta Si Anak Kampung
sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang kampungku segera
saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak
kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di rantau.
75. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat seperti ini. Aturan BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-anak muda kampung yang miskin
untuk mempersunting gadis-gadis kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin
juga keluh anak muda yang hidup di kampung seperti Marzal.
76. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan Uda Imzamril. BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat kembali untuk menunaikan
tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah
penolakan Sefina terhadap diriku.
77. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter kecil BTTBBKP 7 Cinta Si Anak Kampung
pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
224

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


78. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.

KETERANGAN:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur dalam hati
225

Lampiran 6
TABEL 3 IDENTIFIKASI DATA KONTEKS PENGGUNAAN STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


1. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
2. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu.
Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi
rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak Naimah dengan wajah pilu
menahan rindu.”
3. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak. Umur Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan
bagi Barlian untuk melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun,
untuk cercahan dan hinaan orang kampung selama ini tentang asal muasal
Barlian telah pula menjadi persoalan dalam pemikiran,” pertanyaan dan
penjelasan Barlian.
4. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak ada kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-
anaknya kepada Barlian? Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto.
Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke
rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke rumah Mak Uwo
Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
5. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uwo Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja?
Kenapa kita hanya memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di
sampingnya? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang
perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa piring sawah di sekeliling
sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang kebun
mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
226

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


6. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak dan Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian
ke Sungai Geringging, Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali
tanpa bermalam agak semalampun. Agaknya waktu itu ada sesuatu yang
Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya, Emak?” Selidiki Barlian
kepada Emaknya.
7. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
yang hendak kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,”
Barlian mencoba menahan air mata.
8. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh
Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam
renungan dan pikiran Barlian. “Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku
dan Emak harus merantau jauh,” pikiran Barlian.
9. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
10. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dengan terbata-bata dan rona yang muram.
11. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
12. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Pak Haji,” jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji
Amran pertanda hormat.
13. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
hati. Terima kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
14. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Amran.
15. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera
duduk di samping ayahnya. “Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
227

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


16. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Aisyah,” jawab Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang
disediakan oleh Allah.
17. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di
keluarga ini, selama itu pula ada perasaan nyaman di kampung ini. Bagi
Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan selama ini
karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia
Allah dan telah ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-
mudahan jodoh Uda yang belum Uda temukan itu mungkin Uda dapatkan
di kampung ini,” ujar Hamid.
18. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dan menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap
bertemu Pudin.
19. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sudah menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
20. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera
berangkat ke tanah Jawa. Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di
Bandara Tabiang dan akan berangkat dengan pesawat siang. Hal ini
mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid mengucapkan dan terima
kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela selama
ini.”
21. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar
Buya Bahar.
22. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
228

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


23. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
memujinya dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana
Geologi itu berotak Barat dan berhati Arab.”
24. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Barlian dengan anakku Nurbaiti.
25. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan
Uda Barlian, Emak.
26. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
berbicara seperti itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam
keluarga ini. Tentu pula bagi Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah
dianggap sebagai anaknya dalam keluarga ini,” jelas Nurlela.
27. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon
pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga
pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
28. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tiba-tiba mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas
pula oleh Emak Uwo Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat
yang dia bisa.
29. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun
Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero Negeri Bandar
Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan kakaknya, Emakmu ini,
Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan Emak,” jelas Emak
Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
229

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


30. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
membutuhkan ayah untuk menghadapi persoalan hidup kita ini.
Sesungguhnya, Emak juga membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak
hadir dalam kehidupan kita seperti ini. Entah di rantau mana beliau hari ini
Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati Emak juga bersedih.
Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata wayangnya
itu.
31. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda Barlian adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak
Nurbaiti. Oleh karena itu, Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda
Barlian dibandingkan Nurlela.”
32. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
waktu awal kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang
dimiliki Emak Naimah itu? Kau minta bantuanku untuk mencarikan
pengacara untuk Naimah yang bisa aku peralat untuk membantumu. Aku
cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura membantu
Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang dalam
berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima
puluh emas jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau
akan memberiku imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
33. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Roni Caniago yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci
lelaki pada masa lalu,” jelas Buya Bahar.
34. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon
pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga
pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
230

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


35. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus
setiap minggu untuk pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah
keberkahan dalam hidup kita berdua, Uda,” bujuk Aisyah.
36. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak
Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga
Uda.”
37. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Aisyah simpan.
38. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda. Aisyah melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari
Ayah, Uda sering tidak konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu
terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan keadaan Uda. Jadi, Aisyah
berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda ini,”
jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
39. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
simpan karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda.
Lalu siapakah sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu
masuk ke dalam rumahnya sambil meninggalkan Barlian dalam
kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
40. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda,” ujar Aisyah lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah
beruntung mempunyai Ayah yang penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto
Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,” jelas Barlian sambil
mengusap mukanya.
231

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


41. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
saja. Nurlela diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan
Ananda Emak. Sesuai dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
semenjak Ananda sampai di Kampung Jao itu sekira pukul sepuluh sampai
pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan Toko Haji Amran itu
dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah
melihat badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
42. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
semangnya itu Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata
dan parau serta sorot mata penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela,
Ananda hanya menyelidiki dari jauh sesuai dengan amanah dan perintah
dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,” terang Pudin lagi.
43. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Adinda kirimkan ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri
rantau.”
44. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
segera mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf
selalu harapan Adinda.”
45. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ketenangan hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan
menjelaskannya pada suatu saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa
bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau harus berangkat ke
Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
46. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
belum siap untuk menanti.
47. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
meninggalkan rombongan.
48. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Halimah.
232

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


49. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
di rumah ini. Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan,
Uda sangat ingin menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda
kelak. Uda sangat ingin dan ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim
Dik Lela,” pinta Hamid.
50. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia
dan akhirat kepada Adinda.
51. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
52. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dan perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak
pernah sampai kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda
lakukan atas nama kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama
keegoisan lelaki. Wanita itu adalah Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi
tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan, Uda,” jelas Aisyah.
53. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
54. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
aral yang menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung
Pesisir untuk menemui Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah
mungkin memenuhi janji Uda kepada Dik Lela.”
55. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah,
Uda tidak bisa memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi
Uda mohon maaf. Selain itu, Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi
dengan Dik Lela tetap terjaga.
233

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


56. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tanya Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang
direnungkan Husnah. Sejenak kemudian, tampak pula kesedihan sedang
bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul Husnah ketika ditanya Barlian
tentang asal-usulnya.
57. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa
baru malam ini Dik Aisyah berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama
ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini sudah datang hampir sebulan yang
lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
58. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat
balasanku kau berikan Pudin? Kenapa kedua suratku tidak sampai kepada
Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
59. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
60. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?”
61. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ternyata sudah berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji
Idrus tadi pagi, setelah Uda berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat
perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan bahagia.
Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
62. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang Nak ST, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Barlian selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan
kesantunan dalam berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali
pun salat wajib Nak Barlian walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,”
jelas Haji Amran.
234

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


63. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Keluarlah kau dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua!
Tak kau bayar uang perjanjian dengan emakku. Kau ajak emakku
bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si janda tua!”
teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah. Keluarga itu
berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
64. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
65. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” suara ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
makian Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan puskesmas.
66. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
berkubur sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah
untuk Nurlela,” ucap Barlian seraya membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian membaca
Alfatihah.
67. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,”
jelas Ayahku dengan wajah tak menentu.
68. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar
Angku Gogai.
69. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi
maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih
dalam keadaan mata sembab dan segukan-segukan tangis kecil, semua
hadirin mengabulkan permohonan itu.
235

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


70. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
tidak baik kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan
Riani tidak boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman
akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi bingung Uda,”
jelas Riani.
71. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
sesali,” begitu kata hatiku.
72. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
dengan Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin
segera bertemu Sefina. Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak
masalah bagiku asal dapat bertemu dengan Sefina.
73. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama
ini banyak adat kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari
kita coba meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan kebiasaan
membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk
di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah
nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan
mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu
adalah kebiasaan jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai
malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari,
seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang
ustad lagi.
236

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


74. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang
kampungku segera saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan
sebagai
pertanda bahwa anak-anak kampung kami yang beranjak dewasa sudah
mulai menampakkan hasil di rantau.
75. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
seperti ini. Aturan adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-
anak muda kampung yang miskin untuk mempersunting gadis-gadis
kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin juga keluh anak muda
yang hidup di kampung seperti Marzal.
76. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat
kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani.
Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas meninggalkan Riani. Aku sudah
dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina terhadap
diriku.
77. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil
itu sangat bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan
Guru Masad malam tadi.”
78. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah ST, SC, P+, E, A, K, I, N dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.
237

KETERANGAN:
1. ST : Setting
2. SC : Scane
3. P : Participant
(-) belum akrab
(+) sudah akrab
4. E : End
5. A : Act sequence
6. K : Key
7. I : Instrumentalies
8. N : Norm of interaction an interpretation
9. G : Genre
238

Lampiran 7
TABEL 4 IDENTIFIKASI DATA FUNGSI PRAGMATIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


1. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak Sanjai Collaborative Sansai
ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
2. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di dinding ruang Collaborative Sansai
tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.”
3. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar Emak. Umur Collaborative Sansai
Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian untuk
melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun, untuk cercahan dan hinaan orang
kampung selama ini tentang asal muasal Barlian telah pula menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan dan penjelasan Barlian.
4. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada Collaborative Sansai
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke
rumah Mak Uwo Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
5. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak Uwo Hafsah, Collaborative Sansai
kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja? Kenapa kita hanya
memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di sampingnya? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa
piring sawah di sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa
bidang kebun mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
239

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


6. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak dan Collaborative Sansai
Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian ke Sungai Geringging,
Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya,
Emak?” Selidiki Barlian kepada Emaknya.
7. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah yang hendak Collaborative Sansai
kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
8. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu minggu lagi, Collaborative Sansai
Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri
Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau jauh,” pikiran
Barlian.
9. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak Convival Sansai
berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
10. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata- Convival Sansai
bata dan rona yang muram.
11. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan Dik Lela. Convival Sansai
Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
12. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, Pak Haji,” Convival Sansai
jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat.
13. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat hati. Terima Convival Sansai
kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
14. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji Amran. Convival Sansai
15. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah disediakan Convival Sansai
Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di samping
ayahnya. “Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
16. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik Aisyah,” jawab Convival Sansai
Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang disediakan oleh Allah.
240

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


17. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia mendengar sesuatu Convival Sansai
yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada
kasih sayang yang Uda dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan
selama ini karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah dan telah
ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda yang belum Uda
temukan itu mungkin Uda dapatkan di kampung ini,” ujar Hamid.
18. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin dan Convival Sansai
menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin.
19. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi Convival Sansai
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
20. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak kepada Buya, Convival Sansai
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera berangkat ke tanah Jawa.
Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di Bandara Tabiang dan akan berangkat
dengan pesawat siang. Hal ini mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik
Lela selama ini.”
21. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala sesuatu untuk Convival Sansai
umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar Buya Bahar.
22. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. Collaborative Sansai
23. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering memujinya Collaborative Sansai
dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan
berhati Arab.”
24. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya Barlian Collaborative Sansai
dengan anakku Nurbaiti.
25. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang pertama tadi Collaborative Sansai
Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak.
241

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


26. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid berbicara seperti Collaborative Sansai
itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi
Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah dianggap sebagai anaknya dalam keluarga
ini,” jelas Nurlela.
27. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah Collaborative Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
28. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba Conflictive Sansai
mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa.
29. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang dari Conflictive Sansai
rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai
perebab tersohor di seantero Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan
Emak,”
jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
30. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian membutuhkan ayah Collaborative Sansai
untuk menghadapi persoalan hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga
membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata
wayangnya itu.
31. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian Collaborative Sansai
adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh karena
itu, Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda Barlian dibandingkan Nurlela.”
242

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


32. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah waktu awal Collaborative Sansai
kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah itu?
Kau minta bantuanku untuk mencarikan pengacara untuk Naimah yang bisa aku peralat
untuk membantumu. Aku cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura
membantu Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang dalam
berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima puluh emas
jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
33. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago Collaborative Sansai
yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci lelaki pada masa lalu,” jelas
Buya Bahar.
34. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah Collaborative Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
35. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan toko kita ini, Convival Sansai
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
36. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah pernah Collaborative Sansai
berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga Uda.”
37. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah Collaborative Sansai
simpan.
38. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya Uda. Aisyah Collaborative Sansai
melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan
keadaan Uda. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
243

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


39. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah simpan Collaborative Sansai
karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya
sambil meninggalkan Barlian dalam kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
40. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada Uda,” ujar Aisyah Collaborative Sansai
lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah beruntung mempunyai Ayah yang
penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,”
jelas Barlian sambil mengusap mukanya.
41. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela Collaborative Sansai
diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan Ananda Emak. Sesuai dengan
amanah Emak dan Uni Lela, kamarin, semenjak Ananda sampai di Kampung Jao itu
sekira pukul sepuluh sampai pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan Toko Haji
Amran itu dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
42. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk semangnya itu Collaborative Sansai
Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan parau serta sorot mata
penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela, Ananda hanya menyelidiki dari jauh
sesuai dengan amanah dan perintah dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,”
terang
Pudin lagi.
43. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang Adinda kirimkan Collaborative Sansai
ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri rantau.”
44. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda segera Collaborative Sansai
mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf selalu harapan
Adinda.”
45. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ketenangan Collaborative Sansai
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan menjelaskannya pada suatu
saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau
harus berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
46. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga belum siap Collaborative Sansai
untuk menanti.
244

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


47. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan Collaborative Sansai
rombongan.
48. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Halimah. Collaborative Sansai
49. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada di rumah ini. Collaborative Sansai
Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
50. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan Adinda Collaborative Sansai
dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
51. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak adalah Collaborative Sansai
sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
52. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan dan Collaborative Sansai
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak pernah sampai
kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda lakukan atas nama
kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan,
Uda,” jelas Aisyah.
53. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di kampung ini, Collaborative Sansai
Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
54. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada aral yang Collaborative Sansai
menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah mungkin memenuhi janji Uda kepada
Dik Lela.”
55. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ajalnya itu, Collaborative Sansai
kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak bisa
memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda mohon maaf. Selain itu,
Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela tetap terjaga.
245

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


56. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” tanya Collaborative Sansai
Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang direnungkan Husnah.
Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
57. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda Collaborative Sansai
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa baru malam ini Dik Aisyah
berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
58. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi sambil Conflictive Sansai
mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat balasanku kau berikan Pudin?
Kenapa
kedua suratku tidak sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
59. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Collaborative Sansai
60. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa sepeda Collaborative Sansai
motor dan rumah kita dibakar Nak?”
61. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata sudah Collaborative Sansai
berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang,
Pariaman tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
62. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang Nak Barlian Collaborative Sansai
selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali pun salat wajib Nak Barlian
walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
63. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau Conflictive Sansai
dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang perjanjian
dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
246

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


64. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” Conflictive Sansai
65. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” suara makian Conflictive Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan puskesmas.
66. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela berkubur Collaborative Sansai
sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap
Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah
mengikuti Barlian membaca Alfatihah.
67. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, Conflictive 7 Cinta Si Anak Kampung
mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah
tak menentu.
68. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai.
69. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. Karena itu, saya Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui
khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
70. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang tidak baik Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak boleh
menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan segera diangkat menjadi guru
di Indrapura. Ayah memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani.
71. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku sesali,” begitu Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
kata hatiku.
72. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama dengan Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin segera bertemu Sefina.
Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak masalah bagiku asal dapat bertemu
dengan Sefina.
247

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


73. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ilmu agama Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan
kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya. Pertama,
kita harus meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan
zaman jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening
seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang
tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,”
terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap
setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang ustad lagi.
74. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara lantang Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang kampungku segera
saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak
kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di rantau.
75. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat seperti ini. Aturan Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-anak muda kampung yang miskin
untuk mempersunting gadis-gadis kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin
juga keluh anak muda yang hidup di kampung seperti Marzal.
76. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan Uda Imzamril. Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat kembali untuk menunaikan
tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah
penolakan Sefina terhadap diriku.
77. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter kecil Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
248

No Data/Tuturan Identifikasi Sumber


78. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.

KETERANGAN:
1. Convival : Menyenangkan
2. Collaborative : Bekerja sama
3. Conflictive : Bertentangan
249

Lampiran 8
TABEL 5 KLASIFIKASI DATA JENIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
1. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. bahagia. … Baik Aisyah. Alhamdulillah atas Kegembiraan Sansai
Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata rahmat dari Allah.
sudah berada di Padang. Melalui
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi
pagi, setelah Uda berangkat ke toko,
Aisyah sudah membuat perjanjian
dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara
Katapiang, Pariaman tersebut. Ini semua
atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas
Aisyah dengan …
2. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” kebahagiaan … dan sebagai pertanda bahwa anak- Kegembiraan 7 Cinta Si Anak
tawaran Uda Imzamril dengan suara anak kampung kami yang beranjak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di dewasa sudah mulai menampakkan
tempat duduk. Panitia dan orang hasil di rantau.
kampungku segera saja bersorak sorai
pertanda …
3. “Uang sasuduik atau uang kamar yang menurut … simpulan kami, calon pengantin pria Kritikan Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu tidak belum siap untuk berkeluarga. Oleh
jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, … karena itu, keluarga pengantin wanita
tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,”
ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
250

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
4. Jadi … menurut … Aisyah, mari kita berpikir ke depan Kritikan Sansai
Uda. Mari kita besarkan toko kita ini,
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi
dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu
tentulah keberkahan dalam hidup kita
berdua, Uda,” bujuk Aisyah.
5. “Persengketaannya adalah bahwa … menurut … Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah Kritikan Sansai
pernah berjanji akan memberikan lima
puluh emas kepada Emak Sanjai jika
Emak Uwo Hafsah memenangi
persengketaan dengan keluarga Uda.”
6. “Angku-angku, ninik mamak, handai meninggalkan … kebiasaan membakar kemenyan Kritikan 7 Cinta Si Anak
tolan semuanya. Kita mari menggali setiap akan berdoa dalam perhelatan Kampung
ilmu agama kita kembali dan masuk ke baik dan buruk di kampung kita.
dalam Islam secara kaffa. Selama ini Membakar kemenyan adalah kebiasaan
banyak adat kebiasaan kita yang tidak zaman jahiliyah nenek moyang kita,”
sesuai dengan Islam dan mari kita coba terang ustad yang membuat jemaah
meninggalkannya. Pertama, kita harus hening seketika. “Kedua, mari kita
… tinggalkan kebiasaan menangis
meraung-raung dan menghentak-
hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan
dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama
kita. Mulai malam ini tinggalkan
kebiasaan itu semua,” terang ustad.
“Ketiga, hilangkanlah kebiasaan
251

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam
agama kita. Selayaknya, berdoalah
setiap setelah shalat untuk orang-orang
yang mendahului kita,” terang ustad
lagi.
7. “Jadi Kau … tidak … mengakui perjanjian kita dahulu.” Kebencian Sansai
ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba
mencakar muka dan menarik rambut
Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh
Emak Uwo Hafsah dengan menarik
rambut Emak Sanjai sekuat yang dia
bisa.
8. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu biarkanlah … Naimah dan anaknya itu dibawa oleh Kebencian Sansai
itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang nasibnya ke rantau mana hendak
dari rantau sebelum dapat perintah dari dituju,” tambah Emak lagi.
kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu
sebagai perebab tersohor di seantero
Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika
berhadapan dengan kakaknya, Emakmu
ini, Sabirin tetap akan tunduk pada
perintah dan keinginan Emak,” jelas
Emak Sanjai lagi. “Jadi …
9. “Lelaki … jelek … lelaki pendek, lelaki hitam pandai Kebencian Sansai
pula merayu Nur.”
10. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau … bercermin … dulu, baru merayuku,” suara makian Kebencian Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk
kursi ruangan puskesmas.
252

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
11. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita pilu … Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan Kesengsaraan Sansai
dibakar Nak?” ratapan … Nurbaiti.
12. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua pilu … menahan rindu.” Kesengsaraan Sansai
milik ayahmu yang digantung di
dinding ruang tengah itu. Emak sudah
lama menahan rindu pada ayahmu.
Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang
mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga
telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah …
13. “Terima … kasih … banyak Buya, Umi, Nak Lela atas Terima kasih Sansai
kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak
berunding nanti malam dengan Barlian
agak semalam nanti.
14. Terima … kasih … atas kebaikan dan bantuan keluarga Terima kasih Sansai
Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata
dan rona yang muram.
15. “Iya Buya. Terima … kasih … atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, Terima kasih Sansai
kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu
berpikir agak semalam ini,” tambah
Barlian.
16. “Ya Pak Haji. Terima … kasih … Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda Terima kasih Sansai
ke toko, Pak Haji,” jawab Barlian
sambil menyalami dan mencium tangan
Haji Amran pertanda hormat.
17. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” kasih … Uda Roni,” jawab Nurlela dengan Terima kasih Sansai
ujar Roni Caniago dengan berat hati. suara lembut.
“Terima …
253

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
18. “Baiklah, terima … kasih … Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” Terima kasih Sansai
tutup Haji Amran.
19. “Silakan duduk Nak Barlian. Silakan kasih … Pak Haji,” jawab Barlian. Terima kasih Sansai
diminum kopi panas yang sudah
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar
Haji Amran. Aisyah pun segera duduk
di samping ayahnya. “Terima …
20. Terima … kasih … sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan Terima kasih Sansai
terutama usaha Dik Aisyah,” jawab
Barlian dengan rona muka berbinar-
binar atas rezeki yang disediakan oleh
Allah.
21. “Baiklah Dik Lela. Terima … kasih … karena Dik Lela sudah bersedia Terima kasih Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda
sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di
keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi
Uda, Dik Lela sudah seperti adik
sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum
pernah Uda dapatkan selama ini karena
sibuk dengan perkuliahan dan
dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki,
jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah
dan telah ditentukan oleh Allah. Dalam
pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda
yang belum Uda temukan itu mungkin
Uda dapatkan di kampung ini,” ujar
254

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
Hamid.
22. “Baiklah Pudin. Terima … kasih … ya,” jawab Aisyah sambil Terima kasih Sansai
menyalami Pudin dan menyelipkan
sedikit uang kertas sebagaimana
lazimnya setiap bertemu Pudin.
23. “Terima … kasih … atas rahasia yang sudah Dik Aisyah Terima kasih Sansai
ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
24. “Benar Buya. Hamid hendak kasih … atas bantuan dan perhatian Buya, Terima kasih Sansai
mengabarkan hal yang sangat mendadak Umi, Emak, dan Dik Lela selama ini.”
kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela.
Besok pagi Hamid harus segera
berangkat ke tanah Jawa. Besok pagi,
ayah Hamid akan menunggu di Bandara
Tabiang dan akan berangkat dengan
pesawat siang. Hal ini mendadak sekali
Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima …
25. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi kasih … ujar Buya Bahar. Terima kasih Sansai
akan segera mempersiapkan segala
sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan
Umi sangat berterima …
26. “Dengan segera saja, aku mengucapkan kasih … banyak atas senter kecil pemberian Terima kasih 7 Cinta Si Anak
terima … Riani. Aku sampaikan kepada Riani Kampung
bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika
pulang dari rumah Tuan Guru Masad
malam tadi.”
255

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
27. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta … maaf … Surat ini sudah hampir satu bulan Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan.
28. Surat ini sudah hampir satu bulan Maafkan … Aisyah ya Uda. Aisyah melihat Uda Meminta maaf Sansai
Aisyah simpan. … sering memikirkan sesuatu dan
informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa
minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga
heran dengan keadaan Uda. Jadi,
Aisyah berpikir mungkin Uda sangat
mengharapkan surat dari kampung Uda
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur
cemburu.
29. “Sekali lagi … maafkan … Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini Meminta maaf Sansai
sengaja Dik Aisyah simpan karena
pengirimnya tertulis Adinda Nurlela,
bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya
Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam
rumahnya sambil meninggalkan Barlian
dalam kesendirian. Barlian diam dalam
kebingungan.
30. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah Maaf … ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah Meminta maaf Sansai
selalu menaruh perhatian kepada Uda,” beruntung mempunyai Ayah yang
ujar Aisyah lirih. … penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto
Harahap tadi sangat menusuk lubuk
sanubari Uda,” jelas Barlian sambil
mengusap mukanya.
256

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
31. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Maafkan … Ananda Emak. Sesuai dengan Meminta maaf Sansai
Pudin?” tanya Emak Naimah segera amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
saja. Nurlela diam dengan penuh harap semenjak Ananda sampai di Kampung
dalam lubuk hatinya. … Jao itu sekira pukul sepuluh sampai
pukul tiga petang Ananda sudah
memperhatikan Toko Haji Amran itu
dengan saksama. Namun agak sebentar
pun, Ananda tidak pernah melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
32. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan Maafkan … Mak dan uni Lela, Ananda hanya Meminta maaf Sansai
keberadaan Barlian kepada induk menyelidiki dari jauh sesuai dengan
semangnya itu Nak,” selidik Emak amanah dan perintah dari Uni Lela dua
Naimah lagi dengan suara terbata-bata hari lalu itu. Lain tidak, Emak,” terang
dan parau serta sorot mata penuh Pudin lagi.
harapan. …
33. “Terlebih dahulu Adinda bermohon … maaf … kepada Uda, atas surat yang Adinda Meminta maaf Sansai
kirimkan ini jika telah mengganggu
kesibukan Uda di negeri rantau.”
34. “Demikianlah yang dapat Adinda Maaf … selalu harapan Adinda.” Meminta maaf Sansai
sampaikan kepada Uda, semoga Adinda
segera mendapat balasan surat dari Uda.
Malam sudah larut, Uda. …
35. Apakah nama Aisyah mulai Maaf … Uda. Kita belum bisa bertemu muka Meminta maaf Sansai
bersemayam dalam lubuk hati dan dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau harus
membuat ketenangan hidup Barlian? berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh.
Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang Ya berarti ke kampung Uda?”
akan menjelaskannya pada suatu saat
nanti. …
257

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
36. “Sekali lagi mohon … maaf … Sampai hari ini keluarga pengantin Meminta maaf Sansai
wanita juga belum siap untuk menanti.
37. Mohon … maaf … assalamualaikum,” ujar lelaki utusan Meminta maaf Sansai
itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
38. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. … Maafkan … Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Meminta maaf Sansai
Halimah.
39. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda Maaf … Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Meminta maaf Sansai
yang dirahasiakan Allah itu berada di Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
rumah ini. … menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari
anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin
dan ikhlas jika anak-anak Uda terlahir
dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
40. “Adinda mohon … maaf … dunia akhirat kepada Uda. Uda, Meminta maaf Sansai
mohon jangan Adinda dipersalahkan
sehingga akan memberikan beban hidup
di dunia dan akhirat kepada Adinda.
41. Adinda akan tetap memposisikan Uda Maafkan … Adinda Uda.” Meminta maaf Sansai
sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak
adalah sebagai Emak Nurlela. …
42. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin Maafkan … Adinda, Uda. Semua itu Adinda Meminta maaf Sansai
kepada Adinda sesuai permintaan dan lakukan atas nama kecemburuan wanita
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena dan di pihak lain atas nama keegoisan
itulah, surat tersebut tidak pernah lelaki. Wanita itu adalah Adinda dan
sampai kepada Nurlela. … lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah
pihak yang bisa kita persalahkan, Uda,”
jelas Aisyah.
258

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
43. “Hamid juga meminta mohon … maaf … atas kekhilafan Hamid selama di Meminta maaf Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid
dengan raut muka yang sedih.
44. “Pada kesempatan ini, Uda harus maaf … kepada Dik Lela. Ada aral yang Meminta maaf Sansai
memohon … menghalangi Uda sehingga Uda tidak
bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk
menemui Dik Lela. Karena aral tertentu
pula Uda tidaklah mungkin memenuhi
janji Uda kepada Dik Lela.”
45. “Untuk memenuhi amanah sobat maaf … Selain itu, Uda tetap berharap Meminta maaf Sansai
Ayahanda Uda yang hampir menemui hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan tetap terjaga.
penuh keihklasan. Oleh karena itulah,
Uda tidak bisa memenuhi janji dengan
Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda
mohon …
46. “Mohon … maaf … ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Meminta maaf Sansai
Husnah di mana ya?” tanya Barlian lagi.
Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada
yang direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan
sedang bergayut di rupa wajah Husnah.
Sedih betul Husnah ketika ditanya
Barlian tentang asal-usulnya.
47. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang maaf … agar beliau selamat menemui Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
budi dengan Angku Karim. Karena itu, khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih Kampung
saya sebagai wakil keluarga, mohon dalam keadaan mata sembab dan
Angku Karim diberi … segukan-segukan tangis kecil, semua
hadirin mengabulkan permohonan itu.
259

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
48. Dalam keadaan mata yang mulai Maaf … Riani, Uda. Sebentar ini ayah, Meminta maaf 7 Cinta Si Anak
sembab, Riani memberi penjelasan yang mengharapkan Riani tidak boleh Kampung
tidak baik kepadaku. … menolak permintaan Ayah. Kata ayah,
Uda Rahman akan segera diangkat
menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah
dengan Uda Rahman. Aku menjadi
bingung Uda,” jelas Riani.
49. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam manalah … yang hendak kutuju, Aku dan Emak Mengeluh Sansai
sudah menyatakan bahwa satu minggu harus merantau jauh,” pikiran Barlian.
lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah,
dan kebun akan disita oleh Pengadilan
Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu
terngiang-ngiang dalam renungan dan
pikiran Barlian. “Rantau …
50. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti membutuhkan … ayah untuk menghadapi persoalan Mengeluh Sansai
ini, sesungguhnya Barlian … hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak
juga membutuhkannya. Akan tetapi,
beliau tidak hadir dalam kehidupan kita
seperti ini. Entah di rantau mana beliau
hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang
juga membuat hati Emak juga bersedih.
Luluh juga hati Emak mendengar
ratapan lelaki anak semata wayangnya
itu.
260

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
51. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda Kenapa … baru malam ini Dik Aisyah berikan Mengeluh Sansai
sangat mengharapkan surat dari kepada Uda? Surat inilah yang selama
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
iba bercampur cemburu. … sudah datang hampir sebulan yang lalu,
Dik,” ujar Barlian heran.
52. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” Kenapa … kedua suratku tidak sampai kepada Mengeluh Sansai
gumam Barlian dengan penuh emosi Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
sambil mengepalkan kedua telapak
tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap
emosinya.
“Ke manakah dua kali surat balasanku
kau berikan Pudin? …
53. “Roni anakku, … kenapa … sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Mengeluh Sansai
Sanjai.
54. “Roni, anakku, kenapa sampai seperti Kenapa … sepeda motor dan rumah kita dibakar Mengeluh Sansai
ini Nak?” ujar Emak Sanjai … Nak?”
55. “Aku juga … takut … Bu. Ketika aku berangkat dan pulang Mengeluh 7 Cinta Si Anak
dari ibu kota kecamatan itu, mata orang Kampung
kampung pasti akan tertuju kepada aku,
Bu,” jelas Ayahku dengan wajah tak
menentu.
56. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, pertemuanlah … yang aku sesali,” begitu kata hatiku. Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tetapi … Kampung
261

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
57. “Kini ada … ketidakadilan … waktu,” pikirku. Aku ingin segera Mengeluh 7 Cinta Si Anak
latihan drama dengan Marzal dan teman Kampung
lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku
ingin segera bertemu Sefina. Tidak
jadipun latihan drama Gadih Basanai,
tidak masalah bagiku asal dapat
bertemu dengan Sefina.
58. “Aturan ini memang tidak adil. Aku keluhku … yang mungkin juga keluh anak muda Mengeluh 7 Cinta Si Anak
tidak setuju dengan aturan adat seperti yang hidup di kampung seperti Marzal. Kampung
ini. Aturan adat seperti ini seakan tidak
memperbolehkan anak-anak muda
kampung yang miskin untuk
mempersunting gadis-gadis kampung
yang molek itu,” …
59. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui kemiskinan … Namun, untuk cercahan dan hinaan Mengecam Sansai
semua ini. Barlian sudah besar Emak. orang kampung selama ini tentang asal
Umur Barlian hampir lima belas tahun. muasal Barlian telah pula menjadi
Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian persoalan dalam pemikiran,” pertanyaan
untuk melanjutkan sekolah karena … dan penjelasan Barlian.
60. “Emak. Ada hal yang menjadi tanda pertanyaan … demi pertanyaan keluar dari pikiran Mengecam Sansai
tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa Barlian.
tidak ada kasih sayang yang sejatinya
dari Mak Uwo Hafsah dan anak-
anaknya kepada Barlian? Padahal kita
satu kaum, yakni satu kaum Koto.
Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah
kita? Kenapa Emak pun tidak pernah
lagi ke rumah Mak Uwo Hafsah?” …
262

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
61. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita pertanyaan … Barlian sambil memeluk Emaknya. Mengecam Sansai
memang satu kaum dengan Emak Uwo
Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu
bidang perumahan ini saja? Kenapa kita
hanya memiliki satu piring sawah dan
sebidang kecil kebun di sampingnya?
Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki
beberapa bidang perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa piring sawah di
sekeliling sawah kita? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang
kebun mengelilingi kebun kita?”
semakin banyak …
62. “Emak, kini kembali terlintas dalam selidiki … Barlian kepada Emaknya. Mengecam Sansai
pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa
Emak dan Ayah pernah membawa
Barlian ke Sungai Limau dan kemudian
ke Sungai Geringging, Pariaman?
Namun, akhirnya kita tetap kembali
tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang
Emak dan Ayah cari. Ada apa itu
sesungguhnya, Emak?” …
63. Dengan terbata-bata, Barlian mencoba berangkat … dari kampung ini, Buya? Kampung Mengecam Sansai
juga berucap. “Jadi, kami harus … manalah yang hendak kami tuju, Buya?
Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,”
Barlian mencoba menahan air mata.
263

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
64. Emak … tidak … setuju dengan keinginan Mamakmu Mengecam Sansai
itu menikahkan anaknya Barlian dengan
anakku Nurbaiti.
65. “Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak … setuju dengan Emak yakni yang Mengecam Sansai
… pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak
apalah Nurbaiti menikah dengan Uda
Barlian, Emak.
66. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik tidak … suka Uda Hamid berbicara seperti Mengecam Sansai
Lela … itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti
Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi Buya dan Umi, pastilah Uda
Hamid sudah dianggap sebagai anaknya
dalam keluarga ini,” jelas Nurlela.
67. “Uang sasuduik atau uang kamar yang tidak … jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, Mengecam Sansai
dimufakatkan seminggu yang lalu … keluarga pengantin wanita tentulah juga
belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu
sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
68. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti Jangan … dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian Mengecam Sansai
ya. … adalah anak pisang Nurbaiti. Uda
Barlian adalah anak mamak Nurbaiti.
Oleh karena itu, Nurbaiti jauh lebih
berhak mencintai Uda Barlian
dibandingkan Nurlela.”
264

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
69. “Jangan pura-pura … lupa … kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. Mengecam Sansai
“Masih ingatkah waktu awal kau
hendak memperkarakan rumah, kebun,
dan sawah yang dimiliki Emak Naimah
itu? Kau minta bantuanku untuk
mencarikan pengacara untuk Naimah
yang bisa aku peralat untuk
membantumu. Aku cari Samsudin,
pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun
pada batinnya untuk memudahkan kau
menang dalam berperkara. Pada waktu
itulah kau berjanji akan memberiku
imbalan lima puluh emas jika kelak kita
menang dalam perkara ini. Ingat sekali
lagi kau akan memberiku imbalan lima
puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
“Kau pasti … lupa … ya Barlian. Perempuan itu adalah Mengecam Sansai
bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago
yang sudah menjadi bodoh sebagai
akibat telah mencaci lelaki pada masa
lalu,” jelas Buya Bahar.
265

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
70. “Hafsah, Hafsah! Kau telah … menyengsarakan … hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah Mengecam Sansai
kau dari rumahmu! Kau sengsarakan
hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar
uang perjanjian dengan emakku. Kau
ajak emakku bersumpah pocong saja.
Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si
janda tua!” teriak Roni Caniago dari
halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam
rumahnya dalam diam.
71. “Hari minggu depan, Sefina akan penolakan … Sefina terhadap diriku. Mengecam 7 Cinta Si Anak
ditunangkan oleh orang tuanya dengan Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin
Uda Imzamril akan berangkat kembali
untuk menunaikan tugasnya di Polres
Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa
mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat
memastikan bahwa isi surat ini adalah

72. “Emakku memang hebat,” … puji … Roni Caniago sambil tertawa. Memuji Sansai
73. “Adinda dengar namanya Hamid memujinya … dengan menyebut bahwa Hamid Memuji Sansai
Alhakim. Adinda dengar Buya sering … Alhakim yang sarjana Geologi itu
berotak Barat dan berhati Arab.”
74. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah etika … kesopanan dan kesantunan dalam Memuji Sansai
memaklumi semua cara berdagang Nak berdagang. Bapak amati selama ini, tak
Barlian selama ini. Nak Barlian sudah tinggal sekali pun salat wajib Nak
memiliki … Barlian walaupun sibuk berdagang di
toko Bapak,” jelas Haji Amran.
266

Data/Tuturan
No Klasifikasi Sumber
Konteks Kiri Data Konteks Kanan
75. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan pejuang … ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. Memuji 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim

76. Di puncak itu tampaklah bendera Innalillahi … wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Belasungkawa Sansai
berwarna kuning dan di situlah Nurlela Nurlela,” ucap Barlian seraya membaca
berkubur sesuai amanahnya. … Alfatihah yang dikhususkannya untuk
Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian
membaca Alfatihah.
77. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan Rahmatullah … Angku Karim,” ujar Angku Gogai. Belasungkawa 7 Cinta Si Anak
sanak kerabat semuanya. Telah Kampung
berpulang ke …
267

Lampiran 9
TABEL 6 KLASIFIKASI DATA STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


1. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak Sanjai BTTTBB Sansai
ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
2. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar Emak. Umur BTTTBB Sansai
Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian untuk
melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun, untuk cercahan dan hinaan orang
kampung selama ini tentang asal muasal Barlian telah pula menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan dan penjelasan Barlian.
3. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak Uwo Hafsah, BTTTBB Sansai
kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja? Kenapa kita hanya
memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di sampingnya? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa
piring sawah di sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa
bidang kebun mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
4. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah yang hendak BTTTBB Sansai
kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
5. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji Amran. BTTTBB Sansai
6. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi BTTTBB Sansai
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
7. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala sesuatu untuk BTTTBB Sansai
umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar Buya Bahar.
8. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya Barlian BTTTBB Sansai
dengan anakku Nurbaiti.
9. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang pertama tadi BTTTBB Sansai
Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak.
268

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


10. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid berbicara seperti BTTTBB Sansai
itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi
Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah dianggap sebagai anaknya dalam keluarga
ini,” jelas Nurlela.
11. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah BTTTBB Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
12. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba BTTTBB Sansai
mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa.
13. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang dari BTTTBB Sansai
rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai
perebab tersohor di seantero Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan
Emak,”
jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
14. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian BTTTBB Sansai
adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh karena itu,
Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda Barlian dibandingkan Nurlela.”
15. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah waktu awal BTTTBB Sansai
kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah
itu? Kau minta bantuanku untuk mencarikan pengacara untuk Naimah yang bisa aku
peralat untuk membantumu. Aku cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang
dalam berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima puluh
emas jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
269

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


16. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago BTTTBB Sansai
yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci lelaki pada masa lalu,” jelas
Buya Bahar.
17. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah BTTTBB Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
18. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda BTTTBB Sansai
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa baru malam ini Dik Aisyah
berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
19. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi sambil BTTTBB Sansai
mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat balasanku kau berikan Pudin?
Kenapa
kedua suratku tidak sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
20. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. BTTTBB Sansai
21. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa sepeda BTTTBB Sansai
motor dan rumah kita dibakar Nak?”
22. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau BTTTBB Sansai
dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang perjanjian
dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
23. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” BTTTBB Sansai
24. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” suara makian BTTTBB Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan puskesmas.
270

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


25. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di dinding ruang BTTBBKP Sansai
tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.”
26. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada BTTBBKP Sansai
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke
rumah Mak Uwo Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
27. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak dan BTTBBKP Sansai
Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian ke Sungai Geringging,
Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya,
Emak?” Selidiki Barlian kepada Emaknya.
28. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak BTTBBKP Sansai
berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
29. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata- BTTBBKP Sansai
bata dan rona yang muram.
30. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan Dik Lela. BTTBBKP Sansai
Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
31. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, Pak Haji,” BTTBBKP Sansai
jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat.
32. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat hati. Terima BTTBBKP Sansai
kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
33. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah disediakan BTTBBKP Sansai
Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di samping
ayahnya.
“Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
34. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik Aisyah,” jawab BTTBBKP Sansai
Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang disediakan oleh Allah.
271

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


35. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia mendengar sesuatu BTTBBKP Sansai
yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada
kasih sayang yang Uda dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan
selama ini karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah dan telah
ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda yang belum Uda
temukan itu mungkin Uda dapatkan di kampung ini,” ujar Hamid.
36. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak kepada Buya, BTTBBKP Sansai
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera berangkat ke tanah Jawa.
Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di Bandara Tabiang dan akan berangkat
dengan pesawat siang. Hal ini mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik
Lela selama ini.”
37. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian membutuhkan ayah BTTBBKP Sansai
untuk menghadapi persoalan hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga
membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata
wayangnya itu.
38. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan toko kita ini, BTTBBKP Sansai
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
39. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata sudah BTTBBKP Sansai
berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang,
Pariaman tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
272

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


40. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang Nak Barlian BTTBBKP Sansai
selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali pun salat wajib Nak Barlian
walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
41. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela berkubur BTTBBKP Sansai
sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap
Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah
mengikuti Barlian membaca Alfatihah.
42. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara lantang BTTBBKP 7 Cinta Si Anak Kampung
sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang kampungku segera
saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak
kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di rantau.
43. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter kecil BTTBBKP 7 Cinta Si Anak Kampung
pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
44. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah pernah BTTBBKN Sansai
berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga Uda.”
45. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin dan BTTBBKN Sansai
menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin.
46. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah BTTBBKN Sansai
simpan.
47. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya Uda. Aisyah BTTBBKN Sansai
melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan
keadaan Uda. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
273

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


48. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah simpan BTTBBKN Sansai
karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya
sambil meninggalkan Barlian dalam kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
49. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada Uda,” ujar Aisyah BTTBBKN Sansai
lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah beruntung mempunyai Ayah yang
penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,”
jelas Barlian sambil mengusap mukanya.
50. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela BTTBBKN Sansai
diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan Ananda Emak. Sesuai
dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin, semenjak Ananda sampai di Kampung
Jao itu sekira pukul sepuluh sampai pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan
Toko Haji Amran itu dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah
melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
51. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk semangnya itu BTTBBKN Sansai
Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan parau serta sorot mata
penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela, Ananda hanya menyelidiki dari jauh
sesuai dengan amanah dan perintah dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,”
terang
Pudin lagi.
52. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang Adinda kirimkan BTTBBKN Sansai
ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri rantau.”
53. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda segera BTTBBKN Sansai
mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf selalu harapan
Adinda.”
54. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ketenangan BTTBBKN Sansai
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan menjelaskannya pada suatu
saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau
harus berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
55. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga belum siap BTTBBKN Sansai
untuk menanti.
274

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


56. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan BTTBBKN Sansai
rombongan.
57. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Halimah. BTTBBKN Sansai
58. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada di rumah ini. BTTBBKN Sansai
Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
59. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan Adinda BTTBBKN Sansai
dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
60. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak adalah BTTBBKN Sansai
sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
61. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan dan BTTBBKN Sansai
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak pernah sampai
kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda lakukan atas nama
kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan,
Uda,” jelas Aisyah.
62. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di kampung ini, BTTBBKN Sansai
Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
63. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada aral yang BTTBBKN Sansai
menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah mungkin memenuhi janji Uda kepada
Dik Lela.”
64. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ajalnya itu, BTTBBKN Sansai
kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak bisa
memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda mohon maaf. Selain itu,
Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela tetap terjaga.
275

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


65. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” tanya Barlian BTTBBKN Sansai
lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang direnungkan Husnah. Sejenak
kemudian, tampak pula kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
66. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah
tak menentu.
67. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai.
68. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.
69. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. Karena itu, saya BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui
khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
70. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang tidak baik BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak boleh
menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan segera diangkat menjadi guru
di Indrapura. Ayah memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani.
71. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ilmu agama BTTBBKN 7 Cinta Si Anak Kampung
kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan
kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya. Pertama,
kita harus meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan
zaman jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening
seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang
tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,”
276

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap
setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang ustad lagi.
72. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. BSS Sansai
73. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering memujinya BSS Sansai
dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan
berhati Arab.”
74. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku sesali,” begitu BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
kata hatiku.
75. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama dengan BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin segera bertemu Sefina.
Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak masalah bagiku asal dapat bertemu
dengan Sefina.
76. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu minggu lagi, BDH Sansai
Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri
Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau jauh,” pikiran
Barlian.
77. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat seperti ini. Aturan BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-anak muda kampung yang miskin
untuk mempersunting gadis-gadis kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin
juga keluh anak muda yang hidup di kampung seperti Marzal.
78. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan Uda Imzamril. BDH 7 Cinta Si Anak Kampung
Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat kembali untuk menunaikan
tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah
penolakan Sefina terhadap diriku.
277

KETERANGAN:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur dalam hati
278

Lampiran 10
TABEL 7 KLASIFIKASI DATA KONTEKS PENGGUNAAN STRATEGI BERTUTUR TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


1. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ternyata sudah berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji
Idrus tadi pagi, setelah Uda berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat
perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan untuk memasok
kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang, Pariaman tersebut. Ini
semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
2. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
lantang sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang
kampungku segera saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan
sebagai
pertanda bahwa anak-anak kampung kami yang beranjak dewasa sudah
mulai menampakkan hasil di rantau.
3. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon
pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga
pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
4. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
toko kita ini, Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus
setiap minggu untuk pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah
keberkahan dalam hidup kita berdua, Uda,” bujuk Aisyah.
5. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Hafsah pernah berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak
Sanjai jika Emak Uwo Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga
Uda.”
279

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


6. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
ilmu agama kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama
ini banyak adat kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari
kita coba meninggalkannya. Pertama, kita harus meninggalkan kebiasaan
membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk
di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan zaman jahiliyah
nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening seketika.
“Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan
mayat. Lepaslah jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu
adalah kebiasaan jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai
malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad. “Ketiga,
hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus hari,
seribu hari. Itupun
tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap setelah shalat
untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang ustad lagi.
7. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tiba-tiba mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas
pula oleh Emak Uwo Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat
yang dia bisa.
8. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
pulang dari rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun
Mamakmu itu sebagai perebab tersohor di seantero Negeri Bandar
Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan kakaknya, Emakmu ini,
Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan Emak,” jelas Emak
Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke
rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
9. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
10. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
suara makian Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan
puskesmas.
280

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


11. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Sanjai ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
12. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu.
Sudah lama gesekan rebab ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi
rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak Naimah dengan wajah pilu
menahan rindu.”
13. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Biarlah Emak berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
14. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dengan terbata-bata dan rona yang muram.
15. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
16. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Pak Haji,” jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji
Amran pertanda hormat.
17. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
hati. Terima kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
18. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Amran.
19. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera
duduk di samping ayahnya. “Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
20. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Aisyah,” jawab Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang
disediakan oleh Allah.
281

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


21. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
mendengar sesuatu yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di
keluarga ini, selama itu pula ada perasaan nyaman di kampung ini. Bagi
Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada kasih sayang yang Uda
dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan selama ini
karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia
Allah dan telah ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-
mudahan jodoh Uda yang belum Uda temukan itu mungkin Uda dapatkan
di kampung ini,” ujar Hamid.
22. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dan menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap
bertemu Pudin.
23. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sudah menjadi bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
24. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera
berangkat ke tanah Jawa. Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di
Bandara Tabiang dan akan berangkat dengan pesawat siang. Hal ini
mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid mengucapkan dan terima
kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela selama
ini.”
25. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
sesuatu untuk umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar
Buya Bahar.
26. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
kecil pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil
itu sangat bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan
Guru Masad malam tadi.”
282

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


27. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Aisyah simpan.
28. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda. Aisyah melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari
Ayah, Uda sering tidak konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu
terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan keadaan Uda. Jadi, Aisyah
berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda ini,”
jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
29. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
simpan karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda.
Lalu siapakah sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu
masuk ke dalam rumahnya sambil meninggalkan Barlian dalam
kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
30. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda,” ujar Aisyah lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah
beruntung mempunyai Ayah yang penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto
Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,” jelas Barlian sambil
mengusap mukanya.
31. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
saja. Nurlela diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan
Ananda Emak. Sesuai dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin,
semenjak Ananda sampai di Kampung Jao itu sekira pukul sepuluh sampai
pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan Toko Haji Amran itu
dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
32. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
semangnya itu Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata
dan parau serta sorot mata penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela,
Ananda hanya menyelidiki dari jauh sesuai dengan amanah dan perintah
dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,” terang Pudin lagi.
283

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


33. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Adinda kirimkan ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri
rantau.”
34. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
segera mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf
selalu harapan Adinda.”
35. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ketenangan hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan
menjelaskannya pada suatu saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa
bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau harus berangkat ke
Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
36. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
belum siap untuk menanti.
37. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
meninggalkan rombongan.
38. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Halimah.
39. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G Sansai
di rumah ini. Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan,
Uda sangat ingin menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda
kelak. Uda sangat ingin dan ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim
Dik Lela,” pinta Hamid.
40. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Adinda dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia
dan akhirat kepada Adinda.
41. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak adalah sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
284

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


42. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
dan perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak
pernah sampai kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda
lakukan atas nama kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama
keegoisan lelaki. Wanita itu adalah Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi
tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan, Uda,” jelas Aisyah.
43. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kampung ini, Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
44. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
aral yang menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung
Pesisir untuk menemui Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah
mungkin memenuhi janji Uda kepada Dik Lela.”
45. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
ajalnya itu, kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah,
Uda tidak bisa memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda
mohon maaf. Selain itu, Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi
dengan Dik Lela tetap terjaga.
46. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tanya Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang
direnungkan Husnah. Sejenak kemudian, tampak pula kesedihan sedang
bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul Husnah ketika ditanya Barlian
tentang asal-usulnya.
47. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi
maaf agar beliau selamat menemui khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih
dalam keadaan mata sembab dan segukan-segukan tangis kecil, semua
hadirin mengabulkan permohonan itu.
285

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


48. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang ST, SC, P+, E, A, K, I, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
tidak baik kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan
Riani tidak boleh menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman
akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah memaksa aku
untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku menjadi bingung Uda,”
jelas Riani.
49. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
minggu lagi, Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh
Pengadilan Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam
renungan dan pikiran Barlian. “Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku
dan Emak harus merantau jauh,” pikiran Barlian.
50. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
membutuhkan ayah untuk menghadapi persoalan hidup kita ini.
Sesungguhnya, Emak juga membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak
hadir dalam kehidupan kita seperti ini. Entah di rantau mana beliau hari ini
Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati Emak juga bersedih.
Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata wayangnya
itu.
51. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa
baru malam ini Dik Aisyah berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama
ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini sudah datang hampir sebulan yang
lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
52. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak
menggelinyam sebagi peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat
balasanku kau berikan Pudin? Kenapa kedua suratku tidak sampai kepada
Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
53. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
286

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


54. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?”
55. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
kecamatan itu, mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,”
jelas Ayahku dengan wajah tak menentu.
56. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
sesali,” begitu kata hatiku.
57. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
dengan Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin
segera bertemu Sefina. Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak
masalah bagiku asal dapat bertemu dengan Sefina.
58. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
seperti ini. Aturan adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-
anak muda kampung yang miskin untuk mempersunting gadis-gadis
kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin juga keluh anak muda
yang hidup di kampung seperti Marzal.
59. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak. Umur Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan
bagi Barlian untuk melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun,
untuk cercahan dan hinaan orang kampung selama ini tentang asal muasal
Barlian telah pula menjadi persoalan dalam pemikiran,” pertanyaan dan
penjelasan Barlian.
60. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak ada kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-
anaknya kepada Barlian? Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto.
Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak Uwo Hafsah tidak lagi datang ke
rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke rumah Mak Uwo
Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
287

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


61. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uwo Hafsah, kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja?
Kenapa kita hanya memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di
sampingnya? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang
perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa piring sawah di sekeliling
sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang kebun
mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
62. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Emak dan Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian
ke Sungai Geringging, Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali
tanpa bermalam agak semalampun. Agaknya waktu itu ada sesuatu yang
Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya, Emak?” Selidiki Barlian
kepada Emaknya.
63. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
yang hendak kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,”
Barlian mencoba menahan air mata.
64. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Barlian dengan anakku Nurbaiti.
65. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
pertama tadi Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan
Uda Barlian, Emak.
66. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
berbicara seperti itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam
keluarga ini. Tentu pula bagi Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah
dianggap sebagai anaknya dalam keluarga ini,” jelas Nurlela.
288

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


67. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon
pengantin pria belum siap untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga
pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk melanjutkan upacara
pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan
rombongan.
68. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Uda Barlian adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak
Nurbaiti. Oleh karena itu, Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda
Barlian dibandingkan Nurlela.”
69. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
waktu awal kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang
dimiliki Emak Naimah itu? Kau minta bantuanku untuk mencarikan
pengacara untuk Naimah yang bisa aku peralat untuk membantumu. Aku
cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura membantu
Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang dalam
berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima
puluh emas jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau
akan memberiku imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
70. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Roni Caniago yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci
lelaki pada masa lalu,” jelas Buya Bahar.
71. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! ST, SC, P-, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Keluarlah kau dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua!
Tak kau bayar uang perjanjian dengan emakku. Kau ajak emakku
bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si janda tua!”
teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah. Keluarga itu
berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
289

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


72. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
Uda Imzamril. Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat
kembali untuk menunaikan tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani.
Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas meninggalkan Riani. Aku sudah
dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina terhadap
diriku.
73. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
74. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
memujinya dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana
Geologi itu berotak Barat dan berhati Arab.”
75. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang ST, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
Nak Barlian selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan
kesantunan dalam berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali
pun salat wajib Nak Barlian walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,”
jelas Haji Amran.
76. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar
Angku Gogai.
77. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela ST, SC, P+, E, A, K, I, N, dan G Sansai
berkubur sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah
untuk Nurlela,” ucap Barlian seraya membaca Alfatihah yang
dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian membaca
Alfatihah.
78. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah ST, SC, P+, E, A, K, I, N dan G 7 Cinta Si Anak Kampung
berpulang ke Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.
290

KETERANGAN:
1. ST : Setting
2. SC : Scane
3. P : Participant
(-) belum akrab
(+) sudah akrab
4. E : End
5. A : Act sequence
6. K : Key
7. I : Instrumentalies
8. N : Norm of interaction an interpretation
9. G : Genre
291

Lampiran 11
TABEL 8 KLASIFIKASI DATA FUNGSI PRAGMATIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


1. “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak Convival Sansai
berunding nanti malam dengan Barlian agak semalam nanti.
2. “Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga Buya,” ucap Emak dengan terbata- Convival Sansai
bata dan rona yang muram.
3. “Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan Umi, kebaikan Dik Lela. Convival Sansai
Berikanlah waktu berpikir agak semalam ini,” tambah Barlian.
4. “Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh Ananda ke toko, Pak Haji,” Convival Sansai
jawab Barlian sambil menyalami dan mencium tangan Haji Amran pertanda hormat.
5. “Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni Caniago dengan berat hati. Terima Convival Sansai
kasih Uda Roni,” jawab Nurlela dengan suara lembut.
6. “Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” tutup Haji Amran. Convival Sansai
7. “Silakan duduk Nak Barlian. Silahkan diminum kopi panas yang sudah disediakan Convival Sansai
Bunda Halimah, Nak,” ujar Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di samping
ayahnya. “Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
8. “Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan terutama usaha Dik Aisyah,” jawab Convival Sansai
Barlian dengan rona muka berbinar-binar atas rezeki yang disediakan oleh Allah.
9. “Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah bersedia mendengar sesuatu Convival Sansai
yang akan Uda sampaikan. Bagi Uda selama tinggal di keluarga ini, selama itu pula ada
perasaan nyaman di kampung ini. Bagi Uda, Dik Lela sudah seperti adik sendiri. Ada
kasih sayang yang Uda dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda dapatkan
selama ini karena sibuk dengan perkuliahan dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti
masa terakhir ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia Allah dan telah
ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran Uda mudah-mudahan jodoh Uda yang belum
Uda temukan itu mungkin Uda dapatkan di kampung ini,” ujar Hamid.
292

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


10. “Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil menyalami Pudin dan Convival Sansai
menyelipkan sedikit uang kertas sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin.
11. “Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi Convival Sansai
bubur, Dik Aisyah,” jawab Barlian.
12. “Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang sangat mendadak kepada Buya, Convival Sansai
Umi, Emak, dan Dik Lela. Besok pagi Hamid harus segera berangkat ke tanah Jawa.
Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di Bandara Tabiang dan akan berangkat
dengan pesawat siang. Hal ini mendadak sekali Buya. Oleh karena itu, Hamid
mengucapkan dan terima kasih atas bantuan dan perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik
Lela selama ini.”
13. “Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera mempersiapkan segala sesuatu untuk Convival Sansai
umrah tersebut. Buya dan Umi sangat berterima kasih,” ujar Buya Bahar.
14. Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. Mari kita besarkan toko kita ini, Convival Sansai
Uda. Misalnya, pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus setiap minggu untuk
pembangunan Bandara Katapiang itu tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua,
Uda,” bujuk Aisyah.
15. “Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. Kita mari menggali ilmu agama Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
kita kembali dan masuk ke dalam Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat kebiasaan
kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari kita coba meninggalkannya. Pertama,
kita harus meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap akan berdoa dalam
perhelatan baik dan buruk di kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan
zaman jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang membuat jemaah hening
seketika. “Kedua, mari kita tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika berada di depan mayat. Lepaslah
jenazah dengan keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan jelek yang
tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam ini tinggalkan kebiasaan itu semua,”
terang ustad. “Ketiga, hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian tujuh hari, seratus
hari, seribu hari. Itupun tidak ada dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap
setelah shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang ustad lagi.
293

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


16. “Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda Imzamril dengan suara lantang Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
sejenak setelah Sefina berada di tempat duduk. Panitia dan orang kampungku segera
saja
bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan sebagai pertanda bahwa anak-anak kampung
kami yang beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di rantau.
17. “Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih banyak atas senter kecil Convival 7 Cinta Si Anak Kampung
pemberian Riani. Aku sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah Tuan Guru Masad malam tadi.”
18. “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” ratapan pilu Emak Sanjai Collaborative Sansai
ditingkahi oleh tangisan Nurbaiti.
19. “Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang digantung di dinding ruang Collaborative Sansai
tengah itu. Emak sudah lama menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga telinga Emakmu ini, pinta Emak
Naimah dengan wajah pilu menahan rindu.”
20. “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. Barlian sudah besar Emak. Umur Collaborative Sansai
Barlian hampir lima belas tahun. Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian untuk
melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun, untuk cercahan dan hinaan orang
kampung selama ini tentang asal muasal Barlian telah pula menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan dan penjelasan Barlian.
21. “Emak Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian selama ini. Kenapa tidak ada Collaborative Sansai
kasih sayang yang sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-anaknya kepada Barlian?
Padahal kita satu kaum, yakni satu kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa Emak pun tidak pernah lagi ke
rumah Mak Uwo Hafsah?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
22. “Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu kaum dengan Emak Uwo Hafsah, Collaborative Sansai
kenapa kita hanya memiliki satu bidang perumahan ini saja? Kenapa kita hanya
memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil kebun di sampingnya? Kenapa Emak
Uwo Hafsah memiliki beberapa bidang perumahan untuk anak-anaknya dan beberapa
piring sawah di sekeliling sawah kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa
bidang kebun mengelilingi kebun kita?” semakin banyak pertanyaan Barlian sambil
memeluk Emaknya.
294

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


23. “Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. Waktu kecil, kenapa Emak dan Collaborative Sansai
Ayah pernah membawa Barlian ke Sungai Limau dan kemudian ke Sungai Geringging,
Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap kembali tanpa bermalam agak semalampun.
Agaknya waktu itu ada sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada apa itu sesungguhnya,
Emak?” Selidiki Barlian kepada Emaknya.
24. “Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? Kampung manalah yang hendak Collaborative Sansai
kami tuju, Buya? Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,” Barlian mencoba menahan air
mata.
25. “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah menyatakan bahwa satu minggu lagi, Collaborative Sansai
Ahad pekan depan, rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh Pengadilan Negeri
Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang dalam renungan dan pikiran Barlian.
“Rantau manalah yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau jauh,” pikiran
Barlian.
26. “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil tertawa. Collaborative Sansai
27. “Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda dengar Buya sering memujinya Collaborative Sansai
dengan menyebut bahwa Hamid Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat dan
berhati Arab.”
28. Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu menikahkan anaknya Barlian Collaborative Sansai
dengan anakku Nurbaiti.
29. Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju dengan Emak yakni yang pertama tadi Collaborative Sansai
Mak,” sela Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan Uda Barlian, Emak.
30. “Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka Uda Hamid berbicara seperti Collaborative Sansai
itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah seperti Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah dianggap sebagai anaknya dalam
keluarga
ini,” jelas Nurlela.
31. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah Collaborative Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
295

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


32. “Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya Barlian membutuhkan ayah Collaborative Sansai
untuk menghadapi persoalan hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga
membutuhkannya Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam kehidupan kita seperti ini.
Entah di rantau mana beliau hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat hati
Emak juga bersedih. Luluh juga hati Emak mendengar ratapan lelaki anak semata
wayangnya itu.
33. “Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati lagi Uda Barlian. Uda Barlian Collaborative Sansai
adalah anak pisang Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh karena itu,
Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda Barlian dibandingkan Nurlela.”
34. “Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. “Masih ingatkah waktu awal Collaborative Sansai
kau hendak memperkarakan rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah itu?
Kau minta bantuanku untuk mencarikan pengacara untuk Naimah yang bisa aku peralat
untuk membantumu. Aku cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa pura-pura
membantu Naimah, namun pada batinnya untuk memudahkan kau menang dalam
berperkara. Pada waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima puluh emas
jika kelak kita menang dalam perkara ini. Ingat sekali lagi kau akan memberiku
imbalan lima puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
35. “Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago Collaborative Sansai
yang sudah menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci lelaki pada masa lalu,” jelas
Buya Bahar.
36. “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan seminggu yang lalu tidak jugalah Collaborative Sansai
dipenuhi. Oleh karena itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum siap
untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu
meninggalkan rombongan.
37. “Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, Emak Uwo Hafsah pernah Collaborative Sansai
berjanji akan memberikan lima puluh emas kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga Uda.”
38. “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah Collaborative Sansai
simpan.
296

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


39. Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. Maafkan Aisyah ya Uda. Aisyah Collaborative Sansai
melihat Uda sering memikirkan sesuatu dan informasi dari Ayah, Uda sering tidak
konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan
keadaan Uda. Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari
kampung Uda ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu.
40. “Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini sengaja Dik Aisyah simpan Collaborative Sansai
karena pengirimnya tertulis Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya
sambil meninggalkan Barlian dalam kesendirian. Barlian diam dalam kebingungan.
41. Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh perhatian kepada Uda,” ujar Aisyah Collaborative Sansai
lirih. Maaf ya Dik Aisyah. Dik Aisyah sangatlah beruntung mempunyai Ayah yang
penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto Harahap tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,”
jelas Barlian sambil mengusap mukanya.
42. “Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak Naimah segera saja. Nurlela Collaborative Sansai
diam dengan penuh harap dalam lubuk hatinya. Maafkan Ananda Emak. Sesuai
dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin, semenjak Ananda sampai di Kampung
Jao itu sekira pukul sepuluh sampai pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan
Toko Haji Amran itu dengan saksama. Namun agak sebentar pun, Ananda tidak pernah
melihat
badan diri Uda Barlian,” jelas Pudin.
43. “Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian kepada induk semangnya itu Collaborative Sansai
Nak,” selidik Emak Naimah lagi dengan suara terbata-bata dan parau serta sorot mata
penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela, Ananda hanya menyelidiki dari jauh
sesuai
dengan amanah dan perintah dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak, Emak,” terang
Pudin lagi.
44. “Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, atas surat yang Adinda kirimkan Collaborative Sansai
ini jika telah mengganggu kesibukan Uda di negeri rantau.”
45. “Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada Uda, semoga Adinda segera Collaborative Sansai
mendapat balasan surat dari Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf selalu harapan
Adinda.”
297

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


46. Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk hati dan membuat ketenangan Collaborative Sansai
hidup Barlian? Untuk hal ini biarkanlah Barlian yang akan menjelaskannya pada suatu
saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa bertemu muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau
harus berangkat ke Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung Uda?”
47. “Sekali lagi mohon maaf. Sampai hari ini keluarga pengantin wanita juga belum siap Collaborative Sansai
untuk menanti.
48. Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu sambil berlalu meninggalkan Collaborative Sansai
rombongan.
49. “Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak Jihin,” pinta Umi Halimah. Collaborative Sansai
50. “Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan Allah itu berada di rumah ini. Collaborative Sansai
Maaf Dik Lela. Maksud Uda, jika Dik Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda kelak. Uda sangat ingin dan
ikhlas jika anak-anak Uda terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
51. “Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, mohon jangan Adinda Collaborative Sansai
dipersalahkan sehingga akan memberikan beban hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
52. Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak Nurlela sendiri dan Emak adalah Collaborative Sansai
sebagai Emak Nurlela. Maafkan Adinda Uda.”
53. Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda sesuai permintaan dan Collaborative Sansai
perjanjian dengan Adinda. Oleh karena itulah, surat tersebut tidak pernah sampai
kepada Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda lakukan atas nama
kecemburuan wanita dan di pihak lain atas nama keegoisan lelaki. Wanita itu adalah
Adinda dan lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah pihak yang bisa kita persalahkan,
Uda,” jelas Aisyah.
54. “Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan Hamid selama di kampung ini, Collaborative Sansai
Buya,” pinta Hamid dengan raut muka yang sedih.
55. “Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada Dik Lela. Ada aral yang Collaborative Sansai
menghalangi Uda sehingga Uda tidak bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah mungkin memenuhi janji Uda kepada
Dik Lela.”
298

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


56. “Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang hampir menemui ajalnya itu, Collaborative Sansai
kami dinikahkan dengan penuh keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak bisa
memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi Uda mohon maaf. Selain itu,
Uda tetap berharap hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela tetap terjaga.
57. “Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik Husnah di mana ya?” tanya Collaborative Sansai
Barlian lagi. Agak lama Husnah terdiam. Seakan ada yang direnungkan Husnah.
Sejenak kemudian, tampak pula kesedihan sedang bergayut di rupa wajah Husnah.
Sedih betul
Husnah ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
58. “Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat mengharapkan surat dari kampung Uda Collaborative Sansai
ini,” jelas Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa baru malam ini Dik Aisyah
berikan kepada Uda? Surat inilah yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini
sudah datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian heran.
59. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Collaborative Sansai
60. “Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar Emak Sanjai. Kenapa sepeda Collaborative Sansai
motor dan rumah kita dibakar Nak?”
61. “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu lalu Haji Idrus ternyata sudah Collaborative Sansai
berada di Padang. Melalui hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah Uda
berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita
diikutsertakan untuk memasok kebutuhan besi pembangunan Bandara Katapiang,
Pariaman tersebut. Ini semua atas dukungan Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan
bahagia. Baik Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
62. “Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua cara berdagang Nak Barlian Collaborative Sansai
selama ini. Nak Barlian sudah memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali pun salat wajib Nak Barlian
walaupun sibuk berdagang di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
63. Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di situlah Nurlela berkubur Collaborative Sansai
sesuai amanahnya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap
Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya untuk Nurlela. Seisi rumah
mengikuti Barlian membaca Alfatihah.
299

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


64. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai.
65. “Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan Angku Karim. Karena itu, saya Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
sebagai wakil keluarga, mohon Angku Karim diberi maaf agar beliau selamat menemui
khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih dalam keadaan mata sembab dan segukan-
segukan tangis kecil, semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
66. Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi penjelasan yang tidak baik Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
kepadaku. Maaf Riani, Uda. Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak boleh
menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman akan segera diangkat menjadi guru
di Indrapura. Ayah memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda Rahman. Aku
menjadi bingung Uda,” jelas Riani.
67. “Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi pertemuanlah yang aku sesali,” begitu Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
kata hatiku.
68. “Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin segera latihan drama dengan Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Marzal dan teman lainnya. Akan tetapi, sebenarnya aku ingin segera bertemu Sefina.
Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak masalah bagiku asal dapat bertemu
dengan Sefina.
69. “Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan aturan adat seperti ini. Aturan Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
adat seperti ini seakan tidak memperbolehkan anak-anak muda kampung yang miskin
untuk mempersunting gadis-gadis kampung yang molek itu,” keluhku yang mungkin
juga keluh anak muda yang hidup di kampung seperti Marzal.
70. “Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh orang tuanya dengan Uda Imzamril. Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Sebab pada hari Senin Uda Imzamril akan berangkat kembali untuk menunaikan
tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan bahwa isi surat ini adalah
penolakan Sefina terhadap diriku.
71. “Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat semuanya. Telah berpulang ke Collaborative 7 Cinta Si Anak Kampung
Rahmatullah Angku Karim,” ujar Angku Gogai.
300

No Data/Tuturan Klasifikasi Sumber


72. “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar Emak Sanjai dan tiba-tiba Conflictive Sansai
mencakar muka dan menarik rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang dia bisa.
73. “Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, awas jangan pernah pulang dari Conflictive Sansai
rantau sebelum dapat perintah dari kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu sebagai
perebab tersohor di seantero Negeri Bandar Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan
kakaknya, Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah dan keinginan
Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi biarkanlah Naimah dan anaknya itu dibawa
oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak lagi.
74. “Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian dengan penuh emosi sambil Conflictive Sansai
mengepalkan kedua telapak tangannya. Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat balasanku kau berikan Pudin?
Kenapa
kedua suratku tidak sampai kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
75. “Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau Conflictive Sansai
dari rumahmu! Kau sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang perjanjian
dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku
bunuh kau si janda tua!” teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak Uwo Hafsah.
Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya dalam diam.
76. “Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula merayu Nur.” Conflictive Sansai
77. “Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru merayuku,” suara makian Conflictive Sansai
Nurbaiti kepada lelaki yang duduk kursi ruangan puskesmas.
78. “Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang dari ibu kota kecamatan itu, Conflictive 7 Cinta Si Anak Kampung
mata orang kampung pasti akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan wajah
tak menentu.
KETERANGAN:
1. Convival : Menyenangkan
2. Collaborative : Bekerja sama
3. Conflictive : Bertentangan
301

Lampiran 12
TABEL 9 SIMPULAN PENELITIAN

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
1. Kegembiraan “Uda, ada kabar baik untuk toko kita. Sejak seminggu BTTBBKP Petutur lebih tua Collaborative
lalu Haji Idrus ternyata sudah berada di Padang. Melalui sudah akrab
hubungan telepon dengan Haji Idrus tadi pagi, setelah
Uda berangkat ke toko, Aisyah sudah membuat
perjanjian dengan Haji Idrus bahwa kita diikutsertakan
untuk memasok kebutuhan besi pembangunan Bandara
Katapiang, Pariaman tersebut. Ini semua atas dukungan
Bunda dan Ayah,” jelas Aisyah dengan bahagia. Baik
Aisyah. Alhamdulillah atas rahmat dari Allah.
“Terakhir, empat puluh lima ribu,” tawaran Uda BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
Imzamril dengan suara lantang sejenak setelah Sefina belum akrab
berada di tempat duduk. Panitia dan orang kampungku
segera saja bersorak sorai pertanda kebahagiaan dan
sebagai pertanda bahwa anak-anak kampung kami yang
beranjak dewasa sudah mulai menampakkan hasil di
rantau.
2. Kritikan “Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
seminggu yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena belum akrab
itu, menurut simpulan kami, calon pengantin pria belum
siap untuk berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga
pengantin wanita tentulah juga belum siap untuk
melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki utusan
itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
302

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
Jadi menurut Aisyah, mari kita berpikir ke depan Uda. BTTBBKP Petutur lebih tua Convival
Mari kita besarkan toko kita ini, Uda. Misalnya, sudah akrab
pesanan-pesanan besi dari Pak Haji Idrus setiap
minggu untuk pembangunan Bandara Katapiang itu
tentulah keberkahan dalam hidup kita berdua, Uda,”
bujuk
Aisyah.
“Persengketaannya adalah bahwa menurut Emak Sanjai, BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
Emak Uwo Hafsah pernah berjanji akan memberikan sudah akrab
lima puluh emas kepada Emak Sanjai jika Emak Uwo
Hafsah memenangi persengketaan dengan keluarga
Uda.”
“Angku-angku, ninik mamak, handai tolan semuanya. BTTBBKN Petutur lebih tua, lebih Convival
Kita mari menggali ilmu agama kita kembali dan masuk muda, dan sebaya
ke dalam Islam secara kaffa. Selama ini banyak adat belum akrab
kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan Islam dan mari
kita coba meninggalkannya. Pertama, kita harus
meninggalkan kebiasaan membakar kemenyan setiap
akan berdoa dalam perhelatan baik dan buruk di
kampung kita. Membakar kemenyan adalah kebiasaan
zaman jahiliyah nenek moyang kita,” terang ustad yang
membuat jemaah hening seketika. “Kedua, mari kita
tinggalkan kebiasaan menangis meraung-raung dan
menghentak-hentakkan kaki di lantai rumah ketika
berada di depan mayat. Lepaslah jenazah dengan
keikhlasan bukan dengan tangisan. Itu adalah kebiasaan
jelek yang tidak diajarkan oleh agama kita. Mulai malam
ini tinggalkan kebiasaan itu semua,” terang ustad.
303

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Ketiga, hilangkanlah kebiasaan peringatan kematian
tujuh hari, seratus hari, seribu hari. Itupun tidak ada
dalam agama kita. Selayaknya, berdoalah setiap setelah
shalat untuk orang-orang yang mendahului kita,” terang
ustad lagi.
3. Kebencian “Jadi Kau tidak mengakui perjanjian kita dahulu.” ujar BTTTBB Petutur sebaya sudah Conflictive
Emak Sanjai dan tiba-tiba mencakar muka dan menarik akrab
rambut Emak Uwo Hafsah. Dibalas pula oleh Emak Uwo
Hafsah dengan menarik rambut Emak Sanjai sekuat yang
dia bisa.
“Jadi waktu itu, Emak ancam Mamakmu itu. Sabirin, BTTTBB Petutur lebih muda Conflictive
awas jangan pernah pulang dari rantau sebelum dapat sudah akrab
perintah dari kakakmu ini. Walaupun Mamakmu itu
sebagai perebab tersohor di seantero Negeri Bandar
Sepuluh ini, tetapi jika berhadapan dengan kakaknya,
Emakmu ini, Sabirin tetap akan tunduk pada perintah
dan keinginan Emak,” jelas Emak Sanjai lagi. “Jadi
bukanlah Naimah dan anaknya itu dibawa oleh
nasibnya ke rantau mana hendak dituju,” tambah Emak
lagi.
“Lelaki jelek, lelaki pendek, lelaki hitam pandai pula BTTTBB Petutur lebih tua Conflictive
merayu Nur.” belum akrab
“Lelaki tidak tahu diuntung. Kau bercermin dulu, baru BTTTBB Petutur lebih tua Conflictive
merayuku,” suara makian Nurbaiti kepada lelaki yang belum akrab
duduk kursi ruangan puskesmas.
4. Kesengsaraan “Kenapa sepeda motor dan rumah kita dibakar Nak?” BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
ratapan pilu Emak Sanjai ditingkahi oleh tangisan sudah akrab
Nurbaiti.
304

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Barlian, anakku. Geseklah rebab tua milik ayahmu yang BTTBBKP Petutur lebih muda Collaborative
digantung di dinding ruang tengah itu. Emak sudah lama sudah akrab
menahan rindu pada ayahmu. Sudah lama gesekan rebab
ayahmu yang mendayu-dayu itu tidak mengisi rongga
telinga Emakmu ini, pinta Emak Naimah dengan wajah
pilu menahan rindu.”
5. Pengucapan terima “Terima kasih banyak Buya, Umi, Nak Lela atas BTTBBKP Petutur sebaya dan Convival
kasih kebaikan keluarga ini. Biarlah Emak berunding nanti lebih muda sudah
malam dengan Barlian agak semalam nanti. akrab
Terima kasih atas kebaikan dan bantuan keluarga BTTBBKP Petutur sebaya dan Convival
Buya,” ucap Emak dengan terbata-bata dan rona yang lebih muda sudah
muram. akrab
“Iya Buya. Terima kasih atas kebaikan Buya, kebaikan BTTBBKP Petutur lebih tua dan Convival
Umi, kebaikan Dik Lela. Berikanlah waktu berpikir agak lebih muda sudah
semalam ini,” tambah Barlian. akrab
“Ya Pak Haji. Terima kasih Pak Haji. Nanti pukul tujuh BTTBBKP Petutur lebih tua Convival
Ananda ke toko, Pak Haji,” jawab Barlian sambil sudah akrab
menyalami dan mencium tangan Haji Amran pertanda
hormat.
“Ini surat dari negeri rantau, Dik Lela,” ujar Roni BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
Caniago dengan berat hati. “Terima kasih Uda Roni,” belum akrab
jawab Nurlela dengan suara lembut.
“Baiklah, terima kasih Nak Barlian. Kita istirahat dulu,” BTTTBB Petutur lebih muda Convival
tutup Haji Amran. sudah akrab
305

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Silakan duduk Nak Barlian. Silakan diminum kopi BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
panas yang sudah disediakan Bunda Halimah, Nak,” ujar sudah akrab
Haji Amran. Aisyah pun segera duduk di samping
ayahnya. “Terima kasih Pak Haji,” jawab Barlian.
Terima kasih sekali atas usaha Bunda, Ayah, dan BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
terutama usaha Dik Aisyah,” jawab Barlian dengan rona sudah akrab
muka berbinar-binar atas rezeki yang disediakan oleh
Allah.
“Baiklah Dik Lela. Terima kasih karena Dik Lela sudah BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
bersedia mendengar sesuatu yang akan Uda sampaikan. sudah akrab
Bagi Uda selama tinggal di keluarga ini, selama itu pula
ada perasaan nyaman di kampung ini. Bagi Uda, Dik
Lela sudah seperti adik sendiri. Ada kasih sayang yang
Uda dapatkan dari Dik Lela yang belum pernah Uda
dapatkan selama ini karena sibuk dengan perkuliahan
dan dilanjutkan dengan pekerjaan seperti masa terakhir
ini. Kata Allah, rezki, jodoh, dan maut itu adalah rahasia
Allah dan telah ditentukan oleh Allah. Dalam pikiran
Uda mudah-mudahan jodoh Uda yang belum Uda
temukan itu mungkin Uda dapatkan di kampung ini,”
ujar Hamid.
“Baiklah Pudin. Terima kasih ya,” jawab Aisyah sambil BTTBBKN Petutur sebaya sudah Convival
menyalami Pudin dan menyelipkan sedikit uang kertas akrab
sebagaimana lazimnya setiap bertemu Pudin.
306

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Terima kasih atas rahasia yang sudah Dik Aisyah BTTTBB Petutur lebih muda Convival
ungkapkan ini. Nasi sudah menjadi bubur, Dik Aisyah,” sudah akrab
jawab Barlian.
“Benar Buya. Hamid hendak mengabarkan hal yang BTTBBKP Petutur lebih tua dan Convival
sangat mendadak kepada Buya, Umi, Emak, dan Dik lebih muda sudah
Lela. Besok pagi Hamid harus segera berangkat ke tanah akrab
Jawa. Besok pagi, ayah Hamid akan menunggu di
Bandara Tabiang dan akan berangkat dengan pesawat
siang. Hal ini mendadak sekali Buya. Oleh karena itu,
Hamid mengucapkan dan terima kasih atas bantuan dan
perhatian Buya, Umi, Emak, dan Dik Lela selama ini.”
“Baiklah Nak Barlian. Buya dan Umi akan segera BTTTBB Petutur lebih muda Convival
mempersiapkan segala sesuatu untuk umrah tersebut. sudah akrab
Buya dan Umi sangat berterima kasih ujar Buya Bahar.
“Dengan segera saja, aku mengucapkan terima kasih BTTBBKP Petutur lebih muda Convival
banyak atas senter kecil pemberian Riani. Aku sudah akrab
sampaikan kepada Riani bahwa senter kecil itu sangat
bermanfaat untuk penerangan ketika pulang dari rumah
Tuan Guru Masad malam tadi.”
6. Permintaan maaf “Tidak Uda. Aisyah ingin minta maaf Surat ini sudah BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
hampir satu bulan Aisyah simpan. sudah akrab
307

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
Surat ini sudah hampir satu bulan Aisyah simpan. BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
Maafkan Aisyah ya Uda. Aisyah melihat Uda sering sudah akrab
memikirkan sesuatu dan informasi dari Ayah, Uda sering
tidak konsentrasi bekerja di toko beberapa minggu
terakhir ini. Jadi, Ayah juga heran dengan keadaan Uda.
Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat
mengharapkan surat dari kampung Uda ini,” jelas
Aisyah
dengan iba bercampur cemburu.
“Sekali lagi maafkan Dik Aisyah, Uda. Surat Uda ini BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
sengaja Dik Aisyah simpan karena pengirimnya tertulis sudah akrab
Adinda Nurlela, bukan ibunda Uda. Lalu siapakah
sebenarnya Nurlela itu Uda,” tanya Aisyah sambil
berlalu masuk ke dalam rumahnya sambil
meninggalkan Barlian dalam kesendirian. Barlian diam
dalam
kebingungan.
Tidak tahulah, Uda, kenapa Aisyah selalu menaruh BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
perhatian kepada Uda,” ujar Aisyah lirih. Maaf ya Dik sudah akrab
Aisyah. Dik Aisyah sangatlah beruntung mempunyai
Ayah yang penuh perhatian. Lagu Ayah-Rinto Harahap
tadi sangat menusuk lubuk sanubari Uda,” jelas Barlian
sambil mengusap mukanya.
308

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Bagaimana keadaan Barlian, Nak Pudin?” tanya Emak BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
Naimah segera saja. Nurlela diam dengan penuh harap belum akrab
dalam lubuk hatinya. Maafkan Ananda Emak. Sesuai
dengan amanah Emak dan Uni Lela, kamarin, semenjak
Ananda sampai di Kampung Jao itu sekira pukul sepuluh
sampai pukul tiga petang Ananda sudah memperhatikan
Toko Haji Amran itu dengan saksama. Namun agak
sebentar pun, Ananda tidak pernah melihat badan diri
Uda Barlian,” jelas Pudin.
“Tidakkah Nak Pudin tanyakan keberadaan Barlian BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
kepada induk semangnya itu Nak,” selidik Emak Naimah belum akrab
lagi dengan suara terbata-bata dan parau serta sorot mata
penuh harapan. Maafkan Mak dan uni Lela, Ananda
hanya menyelidiki dari jauh sesuai dengan amanah dan
perintah dari Uni Lela dua hari lalu itu. Lain tidak,
Emak,” terang Pudin lagi.
“Terlebih dahulu Adinda bermohon maaf kepada Uda, BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
atas surat yang Adinda kirimkan ini jika telah sudah akrab
mengganggu kesibukan Uda di negeri rantau.”
“Demikianlah yang dapat Adinda sampaikan kepada BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
Uda, semoga Adinda segera mendapat balasan surat dari sudah akrab
Uda. Malam sudah larut, Uda. Maaf selalu harapan
Adinda.”
309

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
Apakah nama Aisyah mulai bersemayam dalam lubuk BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
hati dan membuat ketenangan hidup Barlian? Untuk hal sudah akrab
ini biarkanlah Barlian yang akan menjelaskannya pada
suatu saat nanti. Maaf Uda. Kita belum bisa bertemu
muka dengan Haji Idrus. Pagi ini beliau harus berangkat
ke Negeri Bandar Sepuluh. Ya berarti ke kampung
Uda?”
“Sekali lagi mohon maaf Sampai hari ini keluarga BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
pengantin wanita juga belum siap untuk menanti. belum akrab
Mohon maaf assalamualaikum,” ujar lelaki utusan itu BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
sambil berlalu meninggalkan rombongan. belum akrab
“Astagfirullah, Mak Jihin Kadi. Maafkan Nurbaiti Mak BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
Jihin,” pinta Umi Halimah. belum akrab
“Maksud Uda mungkinkah jodoh Uda yang dirahasiakan BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
Allah itu berada di rumah ini. Maaf Dik Lela. Maksud sudah akrab
Uda, jika Dik Lela tidak keberatan, Uda sangat ingin
menjadikan Dik Lela sebagai ibu dari anak-anak Uda
kelak. Uda sangat ingin dan ikhlas jika anak-anak Uda
terlahir dari rahim Dik Lela,” pinta Hamid.
“Adinda mohon maaf dunia akhirat kepada Uda. Uda, BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
mohon jangan Adinda dipersalahkan sehingga akan sudah akrab
memberikan beban hidup di dunia dan akhirat kepada
Adinda.
Adinda akan tetap memposisikan Uda sebagai kakak BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
Nurlela sendiri dan Emak adalah sebagai Emak Nurlela. sudah akrab
Maafkan Adinda Uda.”
310

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
Surat balasan itu selalu diberikan Pudin kepada Adinda BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
sesuai permintaan dan perjanjian dengan Adinda. Oleh sudah akrab
karena itulah, surat tersebut tidak pernah sampai kepada
Nurlela. Maafkan Adinda, Uda. Semua itu Adinda
lakukan atas nama kecemburuan wanita dan di pihak lain
atas nama keegoisan lelaki. Wanita itu adalah Adinda
dan lelaki itu adalah Uda. Jadi tidak adalah pihak yang
bisa kita persalahkan, Uda,” jelas Aisyah.
“Hamid juga meminta mohon maaf atas kekhilafan BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
Hamid selama di kampung ini, Buya,” pinta Hamid sudah akrab
dengan raut muka yang sedih.
“Pada kesempatan ini, Uda harus memohon maaf kepada BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
Dik Lela. Ada aral yang menghalangi Uda sehingga Uda sudah akrab
tidak bisa kembali ke Kampung Pesisir untuk menemui
Dik Lela. Karena aral tertentu pula Uda tidaklah
mungkin memenuhi janji Uda kepada Dik Lela.”
“Untuk memenuhi amanah sobat Ayahanda Uda yang BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
hampir menemui ajalnya itu, kami dinikahkan dengan sudah akrab
penuh keihklasan. Oleh karena itulah, Uda tidak bisa
memenuhi janji dengan Dik Lela. Untuk itu, sekali lagi
Uda mohon maaf. Selain itu, Uda tetap berharap
hubungan silaturrahmi dengan Dik Lela tetap terjaga.
311

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Mohon maaf ya Dik Husna ya. Kampung asal Dik BTTBBKN Petutur lebih muda Collaborative
Husnah di mana ya?” tanya Barlian lagi. Agak lama belum akrab
Husnah terdiam. Seakan ada yang direnungkan
Husnah. Sejenak kemudian, tampak pula kesedihan
sedang bergayut di rupa wajah Husnah. Sedih betul
Husnah
ketika ditanya Barlian tentang asal-usulnya.
“Kita yang hadir di sini pasti berhutang budi dengan BTTBBKN Petutur lebih muda, Collaborative
Angku Karim. Karena itu, saya sebagai wakil keluarga, sebaya, dan lebih tua
mohon Angku Karim diberi maaf agar beliau selamat belum akrab
menemui khaliknya,” pinta Angku Gogai. Masih dalam
keadaan mata sembab dan segukan-segukan tangis kecil,
semua hadirin mengabulkan permohonan itu.
Dalam keadaan mata yang mulai sembab, Riani memberi BTTBBKN Petutur lebih tua Collaborative
penjelasan yang tidak baik kepadaku. Maaf Riani, Uda. sudah akrab
Sebentar ini ayah, mengharapkan Riani tidak boleh
menolak permintaan Ayah. Kata ayah, Uda Rahman
akan segera diangkat menjadi guru di Indrapura. Ayah
memaksa aku untuk segera menikah dengan Uda
Rahman. Aku menjadi bingung Uda,” jelas Riani.
7. Keluhan “Sang pengacara, Samsudin, tadi malam sudah BDH Petutur lebih muda Collaborative
menyatakan bahwa satu minggu lagi, Ahad pekan depan, belum akrab
rumah, sawah, dan kebun akan disita oleh Pengadilan
Negeri Bandar Sepuluh,” kalimat itu terngiang-ngiang
dalam renungan dan pikiran Barlian. “Rantau manalah
yang hendak kutuju, Aku dan Emak harus merantau
jauh,” pikiran Barlian.
312

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Emak, dalam kesulitan hidup seperti ini, sesungguhnya BTTBBKP Petutur lebih tua Collaborative
Barlian membutuhkan ayah untuk menghadapi persoalan sudah akrab
hidup kita ini. Sesungguhnya, Emak juga
membutuhkannya. Akan tetapi, beliau tidak hadir dalam
kehidupan kita seperti ini. Entah di rantau mana beliau
hari ini Emak,” ratap hati Barlian yang juga membuat
hati Emak juga bersedih. Luluh juga hati Emak
mendengar ratapan lelaki anak semata wayangnya itu.
Jadi, Aisyah berpikir mungkin Uda sangat BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
mengharapkan surat dari kampung Uda ini,” jelas sudah akrab
Aisyah dengan iba bercampur cemburu. Kenapa baru
malam ini Dik Aisyah berikan kepada Uda? Surat inilah
yang selama ini Uda tunggu Dik. Padahal surat ini sudah
datang hampir sebulan yang lalu, Dik,” ujar Barlian
heran.
“Pudin, apa kesalahan Uda Barlian?” gumam Barlian BTTTBB Petutur lebih muda Conflictive
dengan penuh emosi sambil mengepalkan kedua telapak belum akrab
tangannya. Gerahamnya tampak menggelinyam sebagi
peluap emosinya. “Ke manakah dua kali surat balasanku
kau berikan Pudin? Kenapa kedua suratku tidak sampai
kepada Adinda Nurlela, Pudin?” kesal Barlian.
“Roni anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
Emak Sanjai. sudah akrab
“Roni, anakku, kenapa sampai seperti ini Nak?” ujar BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
Emak Sanjai. Kenapa sepeda motor dan rumah kita sudah akrab
dibakar Nak?”
313

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Aku juga takut Bu. Ketika aku berangkat dan pulang BTTBBKN Petutur lebih muda Conflictive
dari ibu kota kecamatan itu, mata orang kampung pasti sudah akrab
akan tertuju kepada aku, Bu,” jelas Ayahku dengan
wajah tak menentu.
“Bukanlah perpisahan yang aku sakiti, tetapi BDH Petutur lebih muda Collaborative
pertemuanlah yang aku sesali,” begitu kata hatiku. sudah akrab
“Kini ada ketidakadilan waktu,” pikirku. Aku ingin BDH Petutur lebih muda Collaborative
segera latihan drama dengan Marzal dan teman lainnya. belum akrab
Akan tetapi, sebenarnya aku ingin segera bertemu
Sefina. Tidak jadipun latihan drama Gadih Basanai, tidak
masalah bagiku asal dapat bertemu dengan Sefina.
“Aturan ini memang tidak adil. Aku tidak setuju dengan BDH Petutur lebih muda Collaborative
aturan adat seperti ini. Aturan adat seperti ini seakan belum akrab
tidak memperbolehkan anak-anak muda kampung yang
miskin untuk mempersunting gadis-gadis kampung yang
molek itu,” keluhku yang mungkin juga keluh anak
muda yang hidup di kampung seperti Marzal.
8. Pengecaman “Emak, biarkanlah Barlian mengetahui semua ini. BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
Barlian sudah besar Emak. Umur Barlian hampir lima sudah akrab
belas tahun. Biarlah tidak ada harapan bagi Barlian untuk
melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Namun, untuk
cercahan dan hinaan orang kampung selama ini tentang
asal muasal Barlian telah pula menjadi persoalan dalam
pemikiran,” pertanyaan dan penjelasan Barlian.
314

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Emak. Ada hal yang menjadi tanda tanya bagi Barlian BTTBBKP Petutur lebih tua Collaborative
selama ini. Kenapa tidak ada kasih sayang yang sudah akrab
sejatinya dari Mak Uwo Hafsah dan anak-anaknya
kepada Barlian? Padahal kita satu kaum, yakni satu
kaum Koto. Kenapa beberapa tahun terakhir ini Mak
Uwo Hafsah tidak lagi datang ke rumah kita? Kenapa
Emak pun tidak pernah lagi ke rumah Mak Uwo
Hafsah?” pertanyaan
demi pertanyaan keluar dari pikiran Barlian.
“Emak,” kata Barlian lagi. “Kalau kita memang satu BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
kaum dengan Emak Uwo Hafsah, kenapa kita hanya sudah akrab
memiliki satu bidang perumahan ini saja? Kenapa kita
hanya memiliki satu piring sawah dan sebidang kecil
kebun di sampingnya? Kenapa Emak Uwo Hafsah
memiliki beberapa bidang perumahan untuk anak-
anaknya dan beberapa piring sawah di sekeliling sawah
kita? Kenapa Emak Uwo Hafsah memiliki beberapa
bidang kebun mengelilingi kebun kita?” semakin
banyak
pertanyaan Barlian sambil memeluk Emaknya.
“Emak, kini kembali terlintas dalam pikiran Barlian. BTTBBKP Petutur lebih tua Collaborative
Waktu kecil, kenapa Emak dan Ayah pernah membawa sudah akrab
Barlian ke Sungai Limau dan kemudian ke Sungai
Geringging, Pariaman? Namun, akhirnya kita tetap
kembali tanpa bermalam agak semalampun. Agaknya
waktu itu ada sesuatu yang Emak dan Ayah cari. Ada
apa itu sesungguhnya, Emak?” selidiki Barlian kepada
Emaknya.
315

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
Dengan terbata-bata, Barlian mencoba juga berucap. BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
“Jadi, kami harus berangkat dari kampung ini, Buya? sudah akrab
Kampung manalah yang hendak kami tuju, Buya?
Ini adalah kiamat bagi kami, Buya,” Barlian
mencoba
menahan air mata.
Emak tidak setuju dengan keinginan Mamakmu itu BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
menikahkan anaknya Barlian dengan anakku Nurbaiti. sudah akrab
“Emak, Nurbaiti hanya satu saja yang tidak setuju BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
dengan Emak yakni yang pertama tadi Mak,” sela sudah akrab
Nurbaiti. “Tak apalah Nurbaiti menikah dengan Uda
Barlian, Emak.
“Tidak boleh Uda bicara seperti itu. Dik Lela tidak suka BTTTBB Petutur lebih tua Collaborative
Uda Hamid berbicara seperti itu. Bagi Lela, Uda Hamid sudah akrab
sudah seperti Uda Lela dalam keluarga ini. Tentu pula
bagi Buya dan Umi, pastilah Uda Hamid sudah
dianggap
sebagai anaknya dalam keluarga ini,” jelas Nurlela.
“Uang sasuduik atau uang kamar yang dimufakatkan BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
seminggu yang lalu tidak jugalah dipenuhi. Oleh karena belum akrab
itu, keluarga pengantin wanita tentulah juga belum siap
untuk melanjutkan upacara pernikahan ini,” ujar lelaki
utusan itu sambil berlalu meninggalkan rombongan.
“Lelaaa, dengarkan kata-kata Nurbaiti ya. Jangan dekati BTTTBB Petutur sebaya belum Collaborative
lagi Uda Barlian. Uda Barlian adalah anak pisang akrab
Nurbaiti. Uda Barlian adalah anak mamak Nurbaiti. Oleh
karena itu, Nurbaiti jauh lebih berhak mencintai Uda
Barlian dibandingkan Nurlela.”
316

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Jangan pura-pura lupa kau Hafsah,” ujar Emak Sanjai. BTTTBB Petutur sebaya sudah Collaborative
“Masih ingatkah waktu awal kau hendak memperkarakan akrab
rumah, kebun, dan sawah yang dimiliki Emak Naimah
itu? Kau minta bantuanku untuk mencarikan pengacara
untuk Naimah yang bisa aku peralat untuk membantumu.
Aku cari Samsudin, pengacara di kecamatan, yang bisa
pura-pura membantu Naimah, namun pada batinnya
untuk memudahkan kau menang dalam berperkara. Pada
waktu itulah kau berjanji akan memberiku imbalan lima
puluh emas jika kelak kita menang dalam perkara ini.
Ingat sekali lagi kau akan memberiku imbalan lima
puluh emas,” jelas Emak Sanjai.
“Kau pasti lupa ya Barlian. Perempuan itu adalah BTTTBB Petutur lebih muda Collaborative
bakomu, Nurbaiti adik Roni Caniago yang sudah sudah akrab
menjadi bodoh sebagai akibat telah mencaci lelaki pada
masa lalu,” jelas Buya Bahar.
“Hafsah, Hafsah! Kau telah menyengsarakan hidupku! BTTTBB Petutur lebih tua Conflictive
Hafsah! Hafsah! Keluarlah kau dari rumahmu! Kau belum akrab
sengsarakan hidupku! Hai janda tua! Tak kau bayar uang
perjanjian dengan emakku. Kau ajak emakku bersumpah
pocong saja. Keluarlah Hafsah! Aku bunuh kau si janda
tua!” teriak Roni Caniago dari halaman rumah Emak
Uwo Hafsah. Keluarga itu berkurung di dalam rumahnya
dalam diam.
317

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
“Hari minggu depan, Sefina akan ditunangkan oleh BDH Petutur lebih muda Collaborative
orang tuanya dengan Uda Imzamril. Sebab pada hari sudah akrab
Senin Uda Imzamril akan berangkat kembali untuk
menunaikan tugasnya di Polres Payakumbuh,” jelas
Riani. Tanpa mohon izin lagi, aku bergegas
meninggalkan Riani. Aku sudah dapat memastikan
bahwa isi surat ini adalah penolakan Sefina terhadap
diriku.
9. Pemujian “Emakku memang hebat,” puji Roni Caniago sambil BSS Petutur lebih tua Collaborative
tertawa. sudah akrab
“Adinda dengar namanya Hamid Alhakim. Adinda BSS Petutur lebih tua Collaborative
dengar Buya sering memujinya dengan menyebut bahwa sudah akrab
Hamid Alhakim yang sarjana Geologi itu berotak Barat
dan berhati Arab.”
“Begini Nak Barlian. Bapak sudah memaklumi semua BTTBBKP Petutur lebih muda Collaborative
cara berdagang Nak Barlian selama ini. Nak Barlian sudah akrab
sudah memiliki etika kesopanan dan kesantunan dalam
berdagang. Bapak amati selama ini, tak tinggal sekali
pun salat wajib Nak Barlian walaupun sibuk berdagang
di toko Bapak,” jelas Haji Amran.
“Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat BTTBBKN Petutur lebih tua, Collaborative
semuanya. Telah berpulang ke Rahmatullah Angku sebaya, dan lebih
Karim pejuang ekonomi kita,” ujar Angku Gogai. muda sudah akrab
318

No Jenis Tindak Data/Tuturan Strategi Bertutur Konteks Penggunaan Fungsi Pragmatis


Tutur Ekspresif Tindak Tutur Strategi Bertutur Tindak Tutur
Ekspresif Tindak Tutur Ekspresif
Ekspresif
10. Pengucaoan Di puncak itu tampaklah bendera berwarna kuning dan di BTTBBKP Petutur lebih tua dan Collaborative
belasungkawa situlah Nurlela berkubur sesuai amanahnya. Innalillahi lebih muda sudah
wainna ilaihi rajiun. Alfatihah untuk Nurlela,” ucap akrab
Barlian seraya membaca Alfatihah yang dikhususkannya
untuk Nurlela. Seisi rumah mengikuti Barlian membaca
Alfatihah.
“Angku-angku, Tuan-tuan, Puan-puan sanak kerabat BTTBBKN Petutur lebih tua, lebih Collaborative
semuanya. Telah berpulang ke Rahmatullah Angku muda, dan sebaya
Karim,” ujar Angku Gogai. sudah akrab

KETERANGAN:
Strategi Bertutur Tindak Tutur Ekspresif: Fungsi Pragmatis Tindak Tutur Ekspresif:
1. BTTTBB : Bertutur terus terang tanpa basa-basi 1. Convival : Menyenagkan
2. BTTBBKP : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan positif 2. Collaborative : Bekerja sama
3. BTTBBKN : Bertutur terus terang basa-basi kesantunan negatif 3. Conflictive : Bertentangan
4. BSS : Bertutur samar-samar
5. BDH : Bertutur di dalam hati

You might also like