Professional Documents
Culture Documents
MJHJ M2 RL Ym Vi Mzcy ZDQ1 MGNL MZK 3 ZDE4 YTk 1 M2 Q2 MZ Zi Ym RL MDFM MW
MJHJ M2 RL Ym Vi Mzcy ZDQ1 MGNL MZK 3 ZDE4 YTk 1 M2 Q2 MZ Zi Ym RL MDFM MW
SKRIPSI
Oleh:
FITRI MARDIANA
1422060493
dengan Judul : ‘‘Loss Processing Bahan Baku Pada Pengalengan Ikan Tuna di PT.
Delta Pasific Indotuna’’ adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
tugas akhir ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
(Fitri Mardiana)
iii
ABSTRACT
Fitri Mardiana, Nim 14 22 060 493. Loss Processing Pengalengan Ikan Tuna di
PT. Delta Pasific Indotuna. Guided by Arham Rusli and A.Ridwan Makkulawu.
iv
RINGKASAN
Fitri Mardiana, Nim 14 22 060 493. Loss Processing Pengalengan Ikan Tuna di
PT. Delta Pasific Indotuna. Dibimbing oleh Arham Rusli dan A.Ridwan
Makkulawu.
Ikan tuna merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang menjadi
andalan ekspor Indonesia. Ikan tuna memiliki sifat mudah rusak (perishable
food) seperti produk perikanan pada umumnya. Pengalengan ikan tuna dilakukan
dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan dan daya awet produk
tersebut. Selain itu pengalengan ikan tuna juga bertujuan untuk meningkatkan
nilai ekonomis komoditi ikan tuna. Salah satu industri pengalengan ikan tuna yang
ada di Indonesia adalah PT. Delta Pasific Indotuna. Pada proses pengolahan ikan
tuna menjadi tuna kaleng sering terjadi loss (kehilangan bobot) yang berdampak
pada kurangnya efisiensi produksi pada suatu industri. Meskipun pada prinsipnya
loss tersebut dilakukan secara sengaja untuk tujuan pengawetan dan memenuhi
standar spesifikasi produk ikan kaleng yang diinginkan, namun pada prakteknya
terdapat loss yang disebabkan oleh faktor pemborosan selama proses produksi
yang dilakukan oleh manusia seperti adanya bahan baku yang terbuang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi loss dan perhitungan
neraca massa pada proses pengolahan ikan tuna kaleng yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar loss yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai loss pada setiap proses
pengolahan, loss terbesar terdapat pada proses skinning yaitu sebesar 21,88%. Hal
ini disebabkan karena terjadi kehilangan yang diakibatkan oleh penghilangan
kepala, isi perut, ekor, dan kulit. Pada proses loining terjadi loss sebesar 10,44%
karena disebabkan pemisahan antara daging putih dan daging merah, yang pada
saat proses pengalengan ikan tuna hanya daging putihnya saja yang dibutuhkan
sedangkan daging merah terbuang dan pada saat pemisahan daging harus
dilakukan dengan sangat cepat dan hati-hati untuk menghindari adanya
pemborosan, kemudian tahap proses di butchering, dengan besar loss 4,63%
tahap ini khusus untuk ikan yang beratnya 1 up atau 1 kg keatas untuk dihilangkan
isi perutnya sebelum di precooking. Loss yang terakhir adalah spoilage & freezing
burn yaitu sebesar 1,43% untuk ikan yang gatal atau tidak bisa diproduksi
v
KATA PENGANTAR
menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman kemajuan seperti sekarang ini.
Laporan tugas akhir ini dibuat berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di
kepada ibu dan ayah tecinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat
dalam menyelesaikan laporan ini, serta segenap keluarga yang telah memberi
bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kesempatan ini,
2. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M. Si, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP, selaku Ketua Program Studi
Agroindustri.
4. Bapak Dr. Arham Rusli S.pi M.si selaku pembimbing I dan bapak Dr.A.
vi
5. Ibu Sulastri.,SPi selaku Pembimbing lapangan yang senantiasa
industri berlangsung.
semangat, dan doanya baik yang di asrama maupun yang ada di pondok.
Penulis menyadari bahwa isi laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan bayak terima kasih dan berharap
laporan ini insyaAllah dapat bermanfaat bagi orang lain begitupun buat terkhusus
penulis sendiri.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................... v
viii
2.6 Susut Bobot ................................................................................... 16
ix
DAFTAR TABEL
Teks
No
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Teks
No
Halaman
xi
I. PENDAHULUAN
Ikan tuna merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang menjadi
andalan ekspor Indonesia. Ikan tuna memiliki sifat mudah rusak (perishable food)
seperti produk perikanan pada umumnya. Salah satu penyebab kerusakan ikan tuna
mikroba dan cemaran fisik karena perlakuan mekanis. Solusi yang dapat
ikan tuna menjadi produk ikan tuna kaleng. Pengalengan ikan tuna dilakukan dengan
tujuan untuk memperpanjang umur simpan dan daya awet produk tersebut.
Selain itu pengalengan ikan tuna juga bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis
komoditi ikan tuna. Salah satu industri pengalengan ikan tuna yang ada di Indonesia
dengan sistem bacth dimulai dari tahap penerimaan bahan baku (receiving),
daging merah dan tulang (loining and trimming), proses pengawasan produk dari
benda asing atau logam (metal detector), pengisian daging (meat filling), penutupan
kaleng (can seaming), pencucian kaleng (can washing), sterilisasi dan pendinginan,
pembersihan kaleng (case up) dan inkubasi, pelebelan (labelling) dan penyimpanan
(storaging).
1
Pada proses pengolahan ikan tuna menjadi tuna kaleng sering terjadi loss
(kehilangan bobot) yang berdampak pada kurangnya efisiensi produksi pada suatu
industri. Meskipun pada prinsipnya loss tersebut dilakukan secara sengaja untuk
tujuan pengawetan dan memenuhi standar spesifikasi produk ikan kaleng yang
diinginkan, namun pada prakteknya terdapat loss yang disebabkan oleh faktor
pemborosan selama proses produksi yang dilakukan oleh manusia seperti adanya
dilakukan oleh Andriyani et al., (2012) pada pengolahan terasi udang rebon. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada setiap tahap proses produksi terjadinya
loss lebih banyak disebabkan oleh faktor peralatan yang tidak tepat dan manusia
(pekerja). Penelitian tentang loss processing pada industri pengalengan ikan belum
banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi loss dan perhitungan
neraca massa pada proses pengolahan ikan tuna kaleng yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar loss yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi.
ini adalah :
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili
scombridae, terutama genus Thunnus. Tuna tidak seperti kebanyakan ikan yang
memiliki daging berwarna putih, daging ikan ini berwarna merah muda sampai
merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung mioglobin dari pada
ikan lainnya.
Beberapa spesies tuna yang lebih besar, misalnya tuna sirip biru (bluefin
tuna), dapat menaikkan suhu darahnya diatas air dengan aktifitas ototnya. Hal ini
menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam
kondisi yang beragam. Tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi
(Anonim 2008). Ikan tuna dijual dalam beragam bentuk mulai dari tuna loin, tuna
fillet, tuna steak hingga tuna kaleng. Berikut ini klasifikasi ikan tuna mata besar
(thunnus obesus), tuna sirip kuning (Thunnus albacares), tuna albacore (Thunnus
4
Klasifikasi ikan tuna yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Thunnus
Thunnus albacares
Thunnus mmalalunga
Thunnus maccoyii
(Katsuwonus pelamis) tuna mata besar, tuna albakor, tuna sirip kuning, tuna sirip
besar yang merupakan salah satu jenis komoditas perikanan laut yang bernilai
ekonomi penting. Ikan cakalang adalah nama dagang Indonesia. Wilayah pasar yang
lebih luas dipakai skipjack tuna sebagai nama dagang internasional. Nama ini
diambil dari bahasa Inggris, sedangkan nama ilmiah disebut Katsuwonus pelamis
diambil dari bahasa Jepang yang artinya ikan keras. Ikan cakalang (Katsuwonus
5
menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Genus : Katsuwonus
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang dan garis
lateral. Ciri khas dari ikan cakalang memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang
memanjang disamping bagian tubuh. Ikan cakalang pada umumnya mempunyai berat
menyerupai torpedo (fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyai gill rakers
(tapis insang) sekitar 53-63 buah. Ikan cakalang memiliki dua sirip punggung yang
letaknya terpisah. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip
punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi (keel) yang sangat
kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi dan sirip ekor
(Matsumoto et al 1984).
6
2. Tuna Mata Besar atau Bigeye (Thunnus obesus)
Menurut Collete & Nauen (1983), klasifikasi ikan tuna mata besar adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Gnathostomata
Classn : Ousteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Suborder : Scombroidae
Family : Scombridae
Subfamily : Scombrinae
Genus : Thunnus
Thunnus obesus atau sering dikenal dengan sebutan Bigeye atau tuna mata
besar, termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu besar dan
menjadi sangat penting pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan
perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur
sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang. Sirip punggung
kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet)
berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Reiner (1996), spesies
ini mencapai panjang total maksimum (total length/TL) 250 cm dengan panjang
cagak (Fork Length/FL) rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Pada tahun
1957 pernah dilaporka di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3
kg, sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA
7
seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal yang
Menurut Fukofuka dan Itano (2006), ikan tuna mata besar mempunyai ciri-
• Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor;
• Pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang
lain;
• Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata;
• Sirip dada pada ikan dewasa, ¼-1/3 kali fork length (FL);
• Sirip dada pada anak ikan tuna (yuwana) lebih panjang dan selalu melewati
Ikan-ikan tuna mata besar dengan ukuran ≤ 75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada
yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang
sebanding. Gambar Ikan tuna mata besar (Bigeye) dapat dilihat pada gambar 1.
8
3. Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Tuna sirip kuning dapat tumbuh mencapai 239 cm dengan berat maksimal mencapai
2 kwintal, dapat berumur mencapai umur 9 tahun. Ikan ini tersebar luas di perairan
tropis dan subtropis akan tetapi tidak ada pada laut Mediterania. Ikan tuna jenis ini
perkembangbiakan yang cepat karena hanya butuh waktu 1,4 sampai 4,4 tahun untuk
menggandakan populasinya. Jumlah telur yang dihasilkan bisa mencapai sekitar 200
ribu butir. Namun, tuna sirip kuning jarang terlihat di sekitar karang, karena
hidupnya dengan cara berkelompok dalam jumlah yang sedang sampai besar dan
kadang juga bergerombol dengan ikan lumba-lumba. Ikan ini sangat sensitif terhadap
kandungan oksigen yang terlarut dalam air laut sehingga ikan ini jarang sekali
Ikan tuna sirip kuning mempunyai tubuh yang gemuk dan kuat. Ikan ini
mempunyai sirip punggung kedua dan sirip dubur yang melengkung panjang ke arah
ekor yang ramping dan runcing yang berbentuk sabit. Pada bagian ujung sirip dada
berakhir pada permulaan sirip dubur, dan semua sirip yang ada pada ikan jenis ini
mempunyai warna kuning keemasan cerah, yang pada bagian pinggir dan ujungnya
berwarna hitam yang tajam. Pada badan bagian atas mempunyai warna kehijau-
hijauan dan semakin ke bawah berwarna keperak-perakan. Gambar ikan tuna sirip
9
2.2 Komposisi Kimia Ikan Tuna
Komposisi kimia daging tuna bervariasi menurut jenis, umur, kelamin dan
musim. Perubahan yang nyata terjadi pada kandungan lemak sebelum dan sesudah
memijah. Kandungan lemak juga berbeda nyata pada bagian tubuh yang satu dengan
yang lain. Ketebalan lapisan lemak dibawah kulit berubah menurut umur dan atau
musim, lemak paling banyak terdapat di dinding perut (Murniyati & Sunarman,
2000).
Jenis Tuna Sampel Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%)
tuna
Ikan tuna yang hidup di laut dalam, merupakan sumber nutrisi yang baik bagi
tubuh manusia. Daging ikan Tuna kaya akan protein dan nutrisi penting lain seperti
10
Berikut ini sejumlah manfaat ikan tuna bagi kesehatan :
1. Kesehatan Jantung.
Ikan tuna dengan omega-3 nya yang tinggi sangat bermanfaat untuk menjaga
baik dalam tubuh, menekan terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah,
2. Mencegah Kanker
Ikan tuna dapat juga berperan untuk mencegah kanker, antara lain kanker ovari,
kanker pankreas, dan jenis kanker yang menyerang saluran pencernaan lain
(kanker mulut, faring, esophagus, perut, dan usus). Kandungan omega-3 yang
berlimpah 18 pada tuna juga bermanfaat untuk mencegah kanker payudara dan
Omega-3 yang terdapat pada ikan tuna dapat membantu meningkatkan fungsi
mengingat atau fungsi kognitif otak, sehingga dapat terhindar dari penyakit
memperantarai signal agar dapat diterima oleh otak, pada orang yang menderita
Alzhemeir akan mengalami gangguan dalam hal penyampaian signal atau impuls
ke otak.
Ikan tuna juga disarankan dikonsumsi bagi penderita diabetes tipe-2, karena
menyarankan, omega-3 pada ikan tuna dapat mencegah dari kegemukan dan
11
meningkatkan respon hormon insulin pada tubuh. Asam lemak omega-3 yang
terkenal dengan nama EPA inilah yang membantu meregulasi berat badan dan
bersama dengan omega-3 yang terkandung dalam ikan tuna, merupakan bahan
Antioksidan inilah yang berfungsi penting untuk kesehatan hati yang berperan
untuk detoksifikasi. Selenium juga berperan untuk mencegah kanker dan penyakit
jantung
6. Mengurangi Kolestrol
Ikan memiliki kandungan lemak jenuh paling sedikit dibandingkan dengan protein
hewani lainnya seperti halnya ayam, daging atau bahkan udang dan lobster
dimana lemak jenuh memiliki peran paling aktif menaikkan kadar kolesterol jahat
dalam darah
Dari asam lemak omega-3 ikan tuna, salmon, makarel, sarden maupun tuna dapat
juga mengurangi resiko peradangan dan sakit persendian. Terutama minyak ikan,
memiliki sifat anti–inflamasi. Oleh karena itu, ikan efektif dalam mengurangi
12
2.4 Proses Pengalengan Ikan Tuna
berikut :
Setiap bahan baku yang diperoleh harus diperiksa mutunya paling tidak
sanitasidan higiene. Ikan yang tidak memenuhi persyaratan bahan baku harus
menggunakan air mengalir dengan suhu maksimum 50ºC. Bahan baku yang
selanjutnya maka harus disimpan dalam es yang bersuhu -250ºC. Bahan baku
2. Persiapan
Apabila bahan baku masih dalam keadaan beku maka dilakukan pelelehan
dalam air mengalir yang bersuhu 10ºC-150ºC. Untuk ikan dalam keadaan
Ikan tuna yang telah disiapkan dalam rak dimasukkan ke dalam alat pemasak
pendahuluan tergantung pada ukuran ikan, namun umumnya berkisar 1-4 jam
13
(mampu mereduksi 17,5 % kadar air dari daging ikan) dengan suhu
pemasakan 100ºC-105ºC
4. Penurunan suhu
Ikan yang telah dimasak dikeluarkan dari alat pemasak dan diturunkan
suhunya sampai ikan dapat ditangani lebih lanjut (30ºC) dalam waktu
maksimum 6 jam.
5. Pembersihan daging
Daging ikan dibersihkan dari sisik, kulit, tulang dan daging merah
menggunakan pisau yang tajam. Kulit, tulang dan daging merah yang
6. Pemotongan
Daging putih yang telah bersih dari kulit, tulang dan daging merah, dipotong-
potong dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran kaleng. Pada tahap
kedalam kaleng.
7. Pengisian
Pengisian daging kedalam kaleng dilakukan dengan cara menata daging ikan
kedalam kaleng sesuai dengan tipe produk (solid, chunk, flake, standard,
grated).
3. Chunk : Serpihan daging putih ± satu kali makan, serpihan flake maks
40 %.
14
4. Flake : potongan daging kecil ≤ chunk
8. Penambahan Medium
70-80ºC. Pengisian media hingga batas head space atau antara 6-10 % dari
tinggi kaleng.
9. Penutupan kaleng
10. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan di dalam retort dengan nilai Fo sesuai dengan jenis dan
ukuran kaleng. Media dan tipe produk dalam kemasan atau equivalent dengan
nilai Fo ≥ 2,8 menit pada suhu 120ºC. Pada setiap sterilisasi harus dilakukan
12. Pemeraman
Kaleng yang telah dingin dimasukkan ke dalam suatu ruang dengan suhu
7 (tujuh) hari.
15
2.5 Prinsip Pengalengan Ikan Tuna
yang tertutup rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau
membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu
tersebut terjadi perubahan keadaan bahan makanan, baik sifat fisik maupun kimiawi
sehingga keadaan bahan ada yang menjadi lunak dan enak di makan (Fadli, 2011)
Jadi prinsipnya adalah mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup
rapat secara hermitis sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak
kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
Sedangkan sterilisasi secara komersial adalah proses pemanasan wadah serta isinya
pada suhu dan jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk (Wowiling, 2016 )
bahan sejak awal hingga akhir penyimpanan. Digunakan persamaan sebagai berikut :
Bobot awal
16
2.7 Neraca Massa
Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses.
Adakalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain atau
menjadi konsumsi di dalam sistem itu, tetapi jumlah massanya tidak berubah massa
yang tumbuh dan massa yang terambil diartikan bila terjadi reaksi kimia, maka bahan
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang
umum digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut
sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang
banyak, suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan tidak jenuh kadang-
kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak dari
pada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur tersebut. Larutan
larutan atau pelarut. Pada praktikum ini akan dipeajari tentang menghitung
Massa yang masuk kedalam suatu sistem harus keluar meninggalkan sistem
tersebut atau terakumulasi didalam sistem. konsekuensi logis hukum kekekalan masa
17
(massa masuk) merupakan massa yang masuk kedalam sistem, (massa keluar)
merupakan massa yang keluar dari sistem, (akumulasi massa) merupakan akumulasi
pada sistem bila didalam sistem yang dilalui terjadi reaksi kimia, maka kedalam
Variabel (produksi) pada peramaan neraca massa termodifkasi merupakan laju reaksi
kimia. Laju reaksi kimia dapat berupa laju reaksi pembentukan ataupun laju reaksi
pengurangan. Oleh karena itu, variabel (produksi) dapat bernilai positif atau negatif.
Neraca adalah alat pengukur massa pada suatu benda, dan neraca memiliki beberapa
18
III. METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Januari sampai dengan
April 2018, bertempat di PT. Delta Pasifik Indotuna, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi
Utara.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu bahan baku
dan bahan tambahan pangan. Bahan bakunya adalah ikan tuna dan bahan
tambahannya berupa air, es, garam dan minyak. Alat yang digunakan dalam
mesin penutup kaleng, kaleng, keranjang, bak/bin, tray, trolley, plate tray, chamber
produksi pengalengan ikan dan melakukan pencatatan terhadap susut bobot (loss
prosentase berdasarkan berat awal bahan baku ikan kaleng. Data susut bobot
Analisis data penelitian ini dilakukan secara manual dengan bantuan program
Microsoft Excel. Presentase susut bobot ikan tuna selama proses pengalengan
19
3.4.2 Analisa Neraca Massa
Neraca massa adalah untuk melihat jumlah aliran bahan yang masuk dengan
bahan yang keluar dalam suatu proses berdasarkan hukum kekekalan massa, yaitu
jumlah aliran masuk sama dengan jumlah aliran keluar. Suatu sistem apapun, jumlah
materi akan tetap walaupun terjadi perubahan bentuk ataupun keadaan fisik. Oleh
sebab itu, dalam suatu proses pengolahan akan terjadi jumlah bahan yang masuk
akan sama dengan jumlah bahan yang keluar sebagai produk yang dikehendaki
ditambah dengan jumlah yang hilang atau produk samping. Gambar diagram alir
Input Output
Proses
20
3.5 Diagram Alir Proses Pengalengan Ikan Tuna
Bahan Baku
Penyiangan dan
Pemasakan Awal
Pendinginan
Pengisian Daging
Pengisian Medium
Penutupan Kaleng
Pencucian Kaleng
Sterilisasi
Pelebelan
Penyimpan Produk
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(loss) pada setiap proses tahapan bahan baku, yang akan diproses menjadi ikan tuna
dalam kaleng. Semakin rendah susut bobot maka akan semakin tinggi nilai efisiensi
dari bahan baku tersebut, sebaliknya jika susut bobot yang dihasilkan tinggi maka
efesiensi dari bahan baku tersebut rendah, adapun loss pada tahapan bahan baku
pengalengan ikan tuna yaitu pada tahap butchering, skinning, loining dan spoilage
aktifitas mikroorganisme dan dilakukan dengan cara mengeluarkan isi perut ikan dan
menyayat bagian perut ikan. Kemudian pada tahap skinning dan beheading
(mengeluarkan kulit, isi perut dan kepala ikan) proses pembersihan kulit yang
22
bertujuan untuk membersihkan kulit yang masih melengket, dan dilakukan secara
hati-hati agar daging putih ikan tidak banyak terbuang, dan kulit harus dipindahkan
scrap. Kemudian loss yang terjadi di proses loining, pada saat ikan masuk ditahap
ini, ikan dilakukan proses pemisahan daging merah dan tulang, pertama dengan cara
membelah ikan hasil proses skinning menjadi 4 bagian mulai dari pencabutan dan
pemisahan tulang ikan. Ikan yang telah di sayat, diambil tulang kecil yang menempel
pada bagian perut. Daging merah disayat memanjang agar mudah terlepas. Teknik
penyayatan harus dilakukan dengan tepat agar daging putih tidak ikut tersayat
bersama daging merah. Sisa-sisa daging merah dan tulang segera dibuang ketempat
penampungan scrap. Selanjutnya scrap spoilage and freezing burn adalah ikan yang
rusak seperti ikan yang gatal atau bocor-bocor dipisahkan dan ditampung ke wadah
penampungan scrap.
Berdasarkan tabel loss processing pengalengan ikan tuna di PT. Delta Pasific
Indotuna, bahwa total rata-rata selama lima (5) kali pengamatan dengan rata-rata
bahan baku sebesar 40415,324 ton dan pada tahap butchering terjadi loss dengan
rata-rata sebesar 1875,6 kg, skinning sebesar 8846,2 ton, loining 4220,8 kg, dan
spoilage and freezing burn sebesar 578,5. Jika dilihat dari total rata-rata tersebut
selama 5 hari, loss yang paling tinggi terdapat pada tahap skinning karena pada tahap
ini ikan dihilangkan kepala, kulit dan ekor. Jadi total keseluruhan scrap sebesar
15521,1 kg, dan diolah menjadi fish meal (tepung ikan) selama 5 hari menghasilkan
total rata-rata 6.008 kg jika dikarungkan sebesar 150,2 karung. Gambar diagram
lingkaran Loss Processing Pengalengan Ikan Tuna dapat dilihat pada gambar 4.
23
Gambar 4. diagram lingkaran Loss Processing Pengalengan Ikan Tuna
4.63
Butchering
10.44
Skining
Loining
Spollage & Freezing Burn
21.88
pengolahan, loss terbesar terdapat pada proses skinning yaitu sebesar 21,88%. Hal ini
disebabkan karena terjadi kehilangan yang diakibatkan oleh penghilangan kepala, isi
perut, ekor, dan kulit, Penelitian tentang Skinning pada pengolahan hasil perikanan
telah dilakukan oleh Wowling et al., (2016) pada pengalengan ikan tuna. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses skinning ikan yang utuh
dibersihkan dari kulitnya dan kemudian dikeluarkan isi perut, tulang kepala dan sirip.
Proses pembuangan kulit dilakukan menggunakan pisau dengan mengikis sesuai arah
otot daging ikan. hal ini ditujukan untuk meminimalkan terbuangnya daging yang
mempengaruhi rendemen produk (Irianto & Akbarsyah, 2007). Pada proses loining
terjadi loss sebesar 10,44% karena disebabkan pemisahan antara daging putih dan
daging merah, yang pada saat proses pengalengan ikan tuna hanya daging putihnya
saja yang dibutuhkan sedangkan daging merah terbuang dan pada saat pemisahan
daging harus dilakukan dengan sangat cepat dan hati-hati untuk menghindari adanya
24
secara perlahan Pengikisan dilakukan untuk membuang bagian dark meat ikan
Kemudian tahap proses di butchering, dengan besar loss 4,63% tahap ini
khusus untuk ikan yang beratnya 1 up atau 1 kg keatas untuk dihilangkan isi
membuang isi perut ikan, proses pencucian dilakukan 2 kali untuk menghasilkan
hasil akhir yang bebas dari isi perut dan darah. Adanya darah dalam tubuh ikan dapat
pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lain. Darah ikan yang cepat memadat atau
yang terakhir adalah spoilage & freezing burn yaitu sebesar 1,43% untuk ikan yang
gatal atau tidak bisa diproduksi dan ditampung ke tempat penampungan limbah
scrap. ikan yang mengalami keadaan brosis atau daging yang berlubang-lubang
seperti sarang lebah nantinya akan direject dari proses produksi, bagian kepala, kulit,
duri, serta daging ikan yan rusak dapat diolah menjadi tepung ikan untuk makanan
Neraca massa digunakan untuk melihat jumlah aliran bahan yang masuk dan
keluar dalam suatu proses berdasarkan Hukum Kekekalan Massa, yaitu jumlah aliran
masuk sama dengan jumlah aliran keluar. Menurut Maflahah (2010), suatu sistem
apapun, jumlah materi akan tetap walaupun terjadi perubahan secara fisik .Oleh
karena itu, dalam suatu proses pengolahan akan terjadi jumlah bahan yang masuk
25
akan sama dengan jumlah bahan yang keluar sebagai produk yang dikehendaki
ditambah dengan jumlah limbah. Berikut disajikan gambar diagram alir neraca massa
Berdasarkan tabel diagram alir neraca massa diatas bahwa bahan yang masuk
harus sama dengan bahan yang keluar, seperti pada gambar 5. Menunjukkan bahwa
(aliran 1) raw material sebesar 38.038,46 ton masuk ke proses butchering (aliran 3)
dengan loss 1598 kg dan menghasilkan input atau bahan bakunya yang sudah
mengalami proses butchering (aliran 2) sebesar 36.440,46 ton. Dari aliran 2 masuk
ke proses skinning yang menghasilkan loss sebesar 8030 kg dan menghasilkan input
28.410,46 ton yaitu (aliran 4) dari aliran 4 output yang dihasilkan dari proses loining
(aliran 7) sebesar 3.891 kg dan menghasilkan input (aliran 6) sebesar 24.519,46 ton
dari aliran 6 masuk ke spoilage and freezing burn loss atau output yang keluar
(aliran 9) sebesar 530 kg dan menghasilkan (aliran 8) input 23.989,46 ton dari aliran
8 masuk ke proses pengolahan ikan kaleng. Jadi total loss dari aliran 3, 5, 7, 9
sebesar 14.049 ton yang akan diolah menjadi produk tepung ikan dan menghasilkan
26
(aliran 10) sebesar 5680 ton. Dari total loss dan produk jadi tepung ikan dan
Aliran 1 Aliran 2
Scrap Butchering
1598
Aliran 3
baku masuk sebesar 38.038,46 ton loss atau output yang keluar (aliran 3) scrap
butchering sebesar 1598 kg dan menghasilkan (aliran 2) input dan di proses ke tahap
Input Output
Komponen
Aliran 1 Aliran 2 Aliran 3
RM 38.038,46
dari raw material (bahan baku) sebesar 38.038,46 ton, dan menghasilkan output pada
27
(aliran 2) produk butchering sebesar 36.440,46 ton dan ditambahkan dengan scrap
butchering sebesar 1598 jadi neraca massa yang masuk dan keluar sebesar 38.038,
Produk Produk
Butchering Skinning
36.440,46 28.410,46
Scrap Skinning
8030
Aliran 5
Pada gambar diagram alir skinning diatas menunjukkan (aliran 2) Bahan baku
dari produk butchering masuk sebesar 36.440,46 ton loss atau output yang keluar
(aliran 5) scrap skinning sebesar 8030 kg dan menghasilkan (aliran 4) input dan di
Input Output
Komponen
Aliran 2 Aliran 4 Aliran 5
RM 36.440,46
Produk
28.410,46
Skinning
Scrap
8030
Skinning
28
Berdasarkan Tabel 4. Diatas menunjukkan bahwa input (aliran 2) yang masuk
dari raw material (bahan baku) sebesar 36.440,46 ton, dan menghasilkan output pada
(aliran 4) produk skinning sebesar 28.410,46 ton dan ditambahkan dengan scrap
skinning sebesar 8030 jadi neraca massa yang masuk dan keluar sebesar 36.440,46
ton.
Produk Produk
Skinning Loining
28.410,46 24.519,46
Scrap loining
3.891
Aliran 7
Pada gambar diagram alir loining diatas menunjukkan (aliran 4) bahan baku
dari produk skinning masuk sebesar 28.410,46 ton loss atau output yang keluar
(aliran 7) scrap loining sebesar 3.891 kg dan menghasilkan (aliran 6) input yaitu
29
Tabel 5. Neraca Massa Loining
Input Output
Komponen
Aliran 4 Aliran 6 Aliran 7
Produk
24.519,46
Loining
Scrap
3.891
Loining
dari produk skinning (bahan baku) sebesar 28.410,46 ton, dan menghasilkan output
pada (aliran 6) produk loining sebesar 24.519,46 ton dan ditambahkan dengan scrap
loining sebesar 3.891 jadi neraca massa yang masuk dan keluar sebesar 28.410,46
ton.
530
Aliran 9
30
Pada gambar diagram alir Spoilage & freezing burn diatas menunjukkan (aliran
5) Bahan baku dari produk loining masuk sebesar 24.519,46 ton, loss atau output
yang keluar (aliran 9) spoilage & freezing burn sebesar 530 kg dan menghasilkan
(aliran 8) input spoilage & freezing burn dan di proses ke tahap selanjutnya sebesar
23.989,46 ton.
Input Output
Komponen
Aliran 6 Aliran 8 Aliran 9
Produk
24.519,46
Loining
Produk Spoilage
23.989,46
& Freezing Burn
Scrap
Freezing Burn
dari produk loining (bahan baku) sebesar 24.519,46 ton, dan menghasilkan output
pada (aliran 8) produk spoilage & freezing burn sebesar 23.989,46 ton dan
ditambahkan dengan (aliran 9) scrap spoilage & freezing burn sebesar 530 jadi
31
6. Diagram Alir F.G (Finish Good)
Aliran 3 Aliran 10
Aliran 7 8.369
Aliran 9 Aliran 11
Pada gambar diagram alir finish good diatas menunjukkan loss yang masuk
dari aliran 3, aliran 5, aliran 7 dan aliran 9. Dari loss tersebut diolah menjadi produk
fish meal dan masuk ke aliran 10 sebesar 5.680 kg dan aliran 11 menghasilkan 8.369
32
Tabel 7. Diagram Alir F.G (Finish Good)
Input Output
Komponen
Aliran 3 Aliran 5 Aliran 7 Aliran 9 Aliran 10 Aliran 11
Scrap
Butchering 1598
Scrap
Skinning 8030
Scarp
Loining 3.891
Scrap
Spoilage &
530
Freezing
Burn
Limbah 8.369
aliran 3, aliran 5, aliran 7 dan aliran 9. Dari loss tersebut diolah menjadi produk fish
yaitu limbah yang terbuang, jadi total neraca massa yang masuk dan keluar
33
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
penelitian diperoleh nilai loss pada setiap proses pengolahan, untuk butchering
yaitu sebesar 4,63% dengan memperoleh nilai rata-rata 1875,6 kg, skinning yaitu
21,88% dengan nilai rata-rata sebesar 8.846,2 kg, loining yaitu 10.43% dengan
nilai rata-rata sebesar 4220,8 kg dan spoilage and freezing burn yaitu sebesar
1,43% dengan memperoleh nilai rata-rata 578,5 kg. Jadi loss tertinggi terdapat
pada proses skinning yaitu 21,88% dan loss terendah pada spoilage and freezing
2. Perhitungan neraca massa pada loss processing pengalengan ikan tuna dengan
raw material sebesar 38.038,46 ton dan bahan baku yang masuk terdapat pada
aliran 2 proses butchering sebesar 36,440,46 ton, aliran 4 pada proses skinning
sebesar 28.410,46 ton, aliran 6 pada proses loining sebesar 24.519,46 ton, aliran
8 pada proses spoilage and freezing burn sebesar 23.989,46 ton. Sedangkan
bahan baku yang keluar pada aliran 3 sebesar 1.589 kg, aliran 5 sebesar 8030,
aliran 7 3.891 kg dan aliran 9 sebesar 530, kemudian bahan baku yang keluar
5.2 Saran
untuk mengetahui loss fasilitas (air dan listrik) dan neraca energi pada
34
DAFTAR PUSTAKA
Faizah Ria. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di
Perairan Samudera Hindia. Bogor
Fonteneau, AJ, Marcille Eds. 1991. Recursos, Pesca Y Biologia De Los Tunidos
Tropicales Del Atlantico Centro-Oriental. Cicaa, 423 Pp.
Fukofuka S, Itano DG. 2006. A Handbook for the identification of Yellowfin and
Bigeye Tunas in Fresh, but Less than Ideal Condition (Version 6): Edited
and Revised 13 July 2006. Originally submitted as Version 4 to the Ist
Meeting of the Scientific Commitee of the Western and Central Pasific
FisheriesbCommission, Noumea: New Caledonia, 8-19 August 2005.
http://thomasglory7.blogspot.co.id/2013/05/laporan-praktikum-pembuatan-
larutan7694.html. (Diakses tanggal 10 Juli 2018).
http://www.google.co.id Dasar neraca massa dan Energi Rieko kristian
Irianto, H. E, dan T. M. I. Akbarsyah (2007). Pengalengan Ikan Tuna
Komersial. Squalemn. Vol. 2(2):43-50.
Luhur Ferry R. 2010. Autentifikasi Produk Tuna (Thunnus sp.) Kaleng Dengan
Metode Polymerase Chain Reaction. Bogor.
35
Mayasari, Lina Dwi. 2013. Pengaruh Hasil Tangkapan Ikan Lemuru Terhadap
Produksi Pengalengan Ikan PT Maya Muncar Banyu Wangi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
Wulandari, et.al. 2009. Kualitas Mutu Bahan Mentah Dan Produk Akhir Pada
Unit Pengalengan Ikan Sardine Di PT Karya Manunggal Prima Sukses
Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelatan Volume 2. No. 1
36
RIWAYAT HIDUP
NAMA :Fitri Mardiana
NIM 1522040493
TEMPAT/TANGGAL LAHIR :Kanjiro, 09 Februari 1997
JURUSAN : TPHP
PROGRAM STUDI :AGROINDUSTRI
PENGALAMAN ORGANISASI :1.Anggota Kerohanian di Himpunan
Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan
Periode 2014-2015
2. Sekretaris Umum di Himpunan
Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan
Periode 2015-2016
3. Anggota di UKM Taekwondo PPNP
4. Ketua Panitia Mubes UKM
TAEKWONDO Periode 2014-2015
5. Ketua Panitia Seminar Perempuan di
BEM PPNP Periode 2014-2015
PELATIHAN/SEMINAR :1. Pelatihan BINA MABA di Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep, 2014
2. Pelatihan PKM di Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep, 2015
3. Pelatihan Seminar Perempuan, 2015
4. Pelatihan Seminar Nasional ’’Motivasi &
Kewirausahaan Pemuda Mandiri’’, 2017
5. Seminar Kompetisi Beasiswa Tugas
Akhir, 2017
ALAMAT :Kanjiro, Desa Patoloan, Kec. Bone-bone,
Kab. Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan
TELEPON 082347620704
37
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Fitri Mardiana
38