Professional Documents
Culture Documents
Hortweighting Ditinjau Dari Undang-Undang: Magister Hukum Udayana
Hortweighting Ditinjau Dari Undang-Undang: Magister Hukum Udayana
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
Oleh :
Ni Komang Ayu Nira Relies Rianti
Abstract
Shortweighting is one of the selling practices of goods that harm consumers.
Where the actual weight of the item is less than the weight indicated on the goods
packaging label. Clearly, consumers are severely disadvantaged as a result of
changes in the goods made by businessmen. With The result that consumers get
goods that are not in accordance with the conditions and the promised warranty
or stated on the label. The legal issues in this writing are 1. How is the liability
of businessmen to consumers in the case of short-weighting reviewed by Law No.
8 of 1999? and 2. What kind of dispute settlement efforts that can be taken by the
consumer in case of short-weighting? This research is normative legal research.
The conclusion of this study is that the businessmen are to be responsible if proven
to occur sales practice short-weighting. It is contained in Article 19 of Law No.
8 of 1999 on Consumer Protection. The legal efforts to resolve disputes that
can be reached by consumers can be through 2 (two) ways of settling disputes,
outside the court or alternative dispute resolution and settlement of litigation.
The settlement of disputes outside the court can be through the settlement of
disputes solved by deliberation by the parties and could be through the Indonesia
Consumer Dispute Settlement Institution (BPSK).
Abstrak
Shortweighting adalah salah satu praktek penjualan barang yang merugikan
konsumen. Dimana berat barang yang sebenarnya adalah lebih kecil dari
berat yang tertera pada label kemasan barang. Jelas sekali bahwa konsumen
sangat dirugikan akibat adanya perubahan barang tersebut yang dilakukan
oleh pelaku usaha. Sehingga konsumen mendapatkan barang yang tidak sesuai
dengan kondisi dan jaminan yang dijanjikan atau yang dinyatakan dalam label.
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah 1. Bagaimanakah tanggungjawab
pelaku usaha terhadap konsumen dalam hal terjadinya shortweighting ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999? dan 2. Apakah upaya penyelesaian
sengketa yang dapat ditempuh oleh konsumen bila terjadi shortweighting? Jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif. Kesimpulan
dari hasil penulisan penelitian ini bahwa pelaku usaha bertanggung jawab
apabila terbukti terjadi praktik penjualan shortweighting. Hal tersebut tertuang
PT PLN (Persero) Distribusi Bali pada Bidang Pengadaan. Email : lies_rianti@yahoo.com
521
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
522
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
tidak akan lebih dari separuh kaleng. khusus yang mengatur mengenai
Jika konsumen hanya berpatokan pada perlindungan konsumen yaitu Undang-
fisik kemasannya maka akan salah Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang
besar. Hal ini merupakan merugikan diundangkan pada tanggal 20 April
konsumen, maka patut diwaspadai oleh dalam Lembaran Negara Tahun 1999
konsumen serta perlunya pengawasan Nomor 42, tambahan Lembaran
oleh instansi yang terkait agar tidak Negara Nomor 3821, dengan tujuan
terjadi misleading. agar hak-hak konsumen dilindungi
Salah satu contoh lainnya serta mengangkat martabat konsumen
kasus shortweighting yang terjadi di dengan cara menghindarkannya dari
Indonesia adalah pengoplosan gas akses negatif pemakaian barang dan/
LPG. Sebagaimana berita yang dirilis atau jasa.
oleh metronews.com dalam media Seiring dengan diundangkannya
online tanggal 4 Oktober 2017,
Undang-Undang Perlindungan Konsu-
terungkapnya ledakan Gudang Elpiji di
men tersebut, maka hak-hak konsumen
Karang Tengah merupakan salah satu
lebih diperhatikan, salah satunya
dugaan adanya tindakan pelaku usaha
adalah hak atas informasi yang benar,
yang merugikan konsumen. Dari hasil
jelas dan jujur mengenai kondisi dan
penyelidikan kepolisian diduga telah
jaminan barang dan/atau jasa serta
terjadi praktik pengoplosan elpiji,
hak untuk mendapatkan advokasi,
yakni dari tabung 3 Kg ke tabung LPG
12 Kg dan 50 Kg. perlindungan dan upaya penyelesaian
Menurut Rachmadi Usman sengketa perlindungan konsumen
perlu diberlakukan suatu sistem secara patut.
pengawasan dengan diwajibkannya Konsumen berkepentingan akan
“wajib uji makanan”. Wajib ini tidak perlindungan hukum sehubungan
hanya meliputi persyaratan mutu, dengan kualitas maupun kuantitas
tetapi juga mengenai hal-hal lain yang barang dan/jasa. Sebuah kenyataan
penting dalam usaha memberikan bahwa konsumen menduduki
perlindungan konsumen seperti wajib posisi yang cukup penting di dalam
dafar makanan dan minuman, masalah kelangsungan roda perekonomian.
kemasan, masalah label serta tanggung Namun sangat di sayangkan bahwa
jawab produsen. Dikaitkan dengan kedudukan konsumen justru berada
hal tersebut di atas, maka pemerintah di posisi lemah di bandingkan dengan
mengeluarkan undang-undang pelaku usaha dalam hal perlindungan
konsumen.
YDH, 2017, http://news.metrotvnews.com/
read/2017/10/04/767975/ylki-minta-polisi- Menurut pasal 1 huruf 2
usut-ledakan-gudang-pengisian-elpiji, diakses Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tanggal 4 Desember 2017 Pukul 16.35 Wita.
Rachmadi Usman, 2004, Hukum Persaingan berbunyi: “Konsumen adalah setiap
Usaha di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka orang pemakai barang dan/ jasa yang
Utama, Jakarta, hlm. 1.
523
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
524
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
525
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
526
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
527
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
528
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
529
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
530
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
mengenai tanggung jawab pelaku usaha Ada 4 bentuk tanggung jawab,22 yaitu
terhadap konsumen atas tuntutan ganti 1. Tanggung jawab berdasarkan
rugi tertuang dalam Pasal 24 Undang- unsur kesalahan
Undang Perlindungan Konsumen. Teori ini menyatakan bahwa
Menurut Pasal 28 Undang- seorang baru dapat di mintakan
Undang Perlindungan Konsumen pertanggung jawaban secara
“Pembuktian terhadap ada tidaknya hukum jika ada unsur kesalahan
unsur kesalahan dalam gugatan ganti yang diberlakukannya.
rugi sebagaimana dimaksud dalam 2. Praduga untuk selalu bertanggung
Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 jawab
merupakan beban dan tanggung jawab Teori ini menyatakan bahwa
pelaku usaha.” tergugat selalu dapat dianggap
Terkait hal tersebut, menurut bertanggung jawab sampai ia
Abdulkadir Muhammad disebutkan dapat membuktikan bahwa ia
bahwa tanggung jawab adalah wajib, tidak bersalah.
menanggung, wajib memikul beban, 3. Praduga untuk tidak selalu
wajib memenuhi segala akibat yang bertanggung jawab
timbul dari perbuatan, rela mengabdi, Teori ini adalah kebalikan dari
dan rela berkorban untuk kepentingan prinsip yang kedua, dimana
pihak lain.20 pelaku usaha tidak dapat diminta
Pelaku usaha dalam hukum pertanggung jawabannya dan
perlindungan konsumen harus dapat di konsumen lah yang menanggung
mintakan pertanggung jawaban, yaitu segala risiko. Teori praduga
jika perbuatannya telah melanggar untuk tidak bertanggung jawab
hak-hak dan kepentingan konsumen, hanya dikenal dalam lingkup
menimbulkan kerugian, atau kesehatan transaksi konsumen yang sangat
konsumen terganggu.21 terbatas.
Menurut kamus hukum, 4. Tanggung jawab mutlak
”Tanggung jawab produk yaitu Teori tanggung jawab mutlak
tanggung jawab para produsen untuk dalam hukum perlindungan
produk yang telah di bawa nya kedalam konsumen secara umum
peredaran yang menimbulkan atau digunakan untuk meminta
menyebabkan kerugian karena cacat pertanggung jawaban pelaku
yang melekat pada produk tersebut”. usaha yang memasarkan
produknya yang merugikan
20 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, konsumen. Asas tanggung jawab
hlm. 94.
21 Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan- 22 Munir Fuady, 1996. Hukum Bisnis
Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga,
Konsumen,(Bandar Lampung:Penerbit CitraAditya Bakti, Bandung, hlm.64.
Universitas Lampung), hlm. 93.
531
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
ini lebih dikenal dengan nama pelaku usaha yang berkaitan dengan
product liability. pembuatan produk yang terjadi karena
5. Tanggung jawab dengan kesalahan, kelalaian dan kurang hati-
pembatas hati, sehingga mewajibkan pelaku
Teori ini sangat merugikan usaha sebagai pembuat produk
konsumen bila ditetapkan secara menanggung segala akibatnya sebagai
sepihak oleh pelaku usaha. resiko dari perbuatan tersebut.
Berdasarkan poin-poin diatas
dapat diartikan bahwa tanggung jawab 3.2 Upaya Penyelesaian Sengketa
pelaku usaha timbul karena adanya Yang Dapat Ditempuh Oleh
hubungan antara produsen dengan Konsumen Bila Terjadi
konsumen tetapi terdapat tanggung Shortweighting
jawab masing-masing. Atas dasar Undang-Undang Nomor 8 tahun
keterkaitan yang berbeda maka pelaku 1999 membagi penyelesaian sengketa
usaha melakukan kontak dengan konsumen menjadi 2 bagian, yaitu:
konsumen dengan tujuan tertentu 1) Penyelesaian sengketa secara
yaitu mendapatkan keuntungan yang damai oleh para pihak sendiri
sebesar-besarnya dengan peningkatan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
produktivitas dan efisiensi. Sedangkan a. Penyelesaian sengketa
konsumen hubungannya untuk secara damai oleh para
memenuhi tuntutan kebutuhan hidup. pihak sendiri.
Berdasarkan pada ketentuan Susanti Adi Nugroho menye-
pasal-pasal dalam undang-undang butkan bahwa yang dimaksud
perlindungan konsumen bahwa pelaku dengan penyelesaian secara
usaha langsung dianggap bersalah damai adalah penyelesaian yang
jika terjadi kasus gugatan ganti rugi dilakukan oleh kedua belah
sehingga di dalamnya di anut prinsip pihak yang bersengketa (pelaku
praduga bersalah. Oleh karena pelaku usaha dan konsumen) tanpa
usaha harus bertanggungjawab melalui pengadilan atau badan
memberi ganti kerugian secara penyelesaian sengketa konsumen
langsung kepada konsumen.23 dan tidak bertentangan dengan
Pelaku usaha dengan demikian Undang-Undang Perlindungan
harus bertanggung jawab dan Konsumen.24
menanggung risiko apabila terbukti Istilah penyelesaian damai oleh
yaitu keadaan yang disebabkan oleh para pihak ini sering disebut
dengan negoisasi. Negoisasi
23 Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses
Penyelesaian Sengketa Konsumen
adalah proses konsensus yang
Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala digunakan para pihak untuk
Implementasinya, Penerbit Kencana, Jakarta.
hlm. 95. 24 Ibid, hlm. 99.
532
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
533
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
534
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
pihak yang tidak setuju atas putusan tidak ada upaya banding dan kasasi”.
tersebut dapat mengajukan keberatan Namun ternyata, Undang-Undang
kepada Pengadilan Negeri untuk Perlindungan Konsumen mengenal
diputus. Terhadap putusan Pengadilan pengajuan keberatan kepada
Negeri Ini, meskipun dikatakan bahwa Pengadilan Negeri. 34
535
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
536
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2017 Vol. 6, No. 4 : 521 - 537
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
ARTIKEL JURNAL
Brotosusilo, A. (2017). Hak-hak
Produsen Dalam Hukum
Perlindungan Konsumen. Jurnal
Hukum & Pembangunan, 22(5),
423-439.
Pande, N. (2017). PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP
PRODUK KOSMETIK IMPOR
YANG TIDAK TERDAFTAR
DI BBPOM DENPASAR. Jurnal
Magister Hukum Udayana
(Udayana Master Law Journal),
6(1), 13 - 22. doi:10.24843/
JMHU.2017.v06.i01.p02.
537