Professional Documents
Culture Documents
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Dalam 2c873caf
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Dalam 2c873caf
Petrus Agapa
Program Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jakarta
email: pega.ugap@yahoo.co.id
243 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
Gambar 2.1. Proses Fungsi Legislasi
Merujuk pada UU No. 12 Tahun 2011 pasa1 7 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
ayat (1), Perda merupakan bentuk hukum Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan
terendah dari hierarki bentuk peraturan Presiden; dan (5) Peraturan Daerah. Tata urutan
perundangan di Indonesia. Secara keseluruhan, hukum di Indonesia , dapat dilihat dari gambar
jenis peraturan dan hierarki peraturan perundang- dan tabel dibawah ini
undangan adalah sebagai berikut: (1) UUD
Republik Indonesia Tahun 1945; (2)
245 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam kebijaksanaan politik hukum yang ditempuh oleh
undang-undang pemerintah terhadap pemerintah daerah yang
dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pemerintahan, menurut asas otonomi dan tugas
Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pembantuan, diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
Menurut Siswanto Sunarno, (2008: 66) peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
mengemukakan DPRD adalah merupakan unsur peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
pemerintah daerah yang susunannya saing daerah, dengan mempertimbangkan prinsip
mencerminkan perwakilan seluruh rakyat daerah demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,
dan komposisi serta anggotanya adalah mereka dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
yang telah diambil sumpah/janji serta dilantik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas
nama Presiden, sesuai dengan hasil Pemilu Berdasarkan kebijakan politik hukum pemerintah
maupun pengangkatan. di atas, penyelenggaraan pemerintah daerah
dilakukan dengan penetapan strategi dibawah ini.
Fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi (Siswanto Sunarno, 2008: 3). Pertama,
perundang-undangan, fungsi keuangan dan peningkatan pelayanan. Pelayanan dibidang
fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD pemerintahan, kemasyarakatan, dan
yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2003 pembangunan adalah suatu hal bersifat esensial
pada dasarnya telah memuat fungsi-fungsi guna mendorong atau menunjang dinamika
tersebut. interaksi kehidupan masyarakat baik sebagai
a. Perundang-undangan. sarana untuk memperoleh hak-haknya, maupun
Sebagai badan legislatif, DPRD berfungsi sebagai sarana kewajiban masyarakat sebagai
sebagai badan pembuat peraturan warga negara yang baik. Bentuk-bentuk
perundang-undangan. Melalui fungsi ini pelayanan pemerintah tersebut antara lain
DPRD mengaktualisasikan diri sebagai meliputi rekomendasi, perizinan, dispensasi, hak
wakil rakyat. Undang - undang telan berusaha, surat keterangan kependudukan, dan
mengatur kewenangan DPRD dalam sebagainya.
menjalankan fungsi perundang-undangan.
b. Keuangan Kedua, pemberdayaan dan peran serta
Fungsi lain DPRD adalah menetapkan masyarakat. Konsep pembangunan dalam rangka
kebijaksanaan keuangan. Hak anggaran otonomi daerah ini, bahwa peran serta
memberi kewenangan kepada DPRD untuk masyarakat lebih menonjol yang dituntut
ikut menetapkan atau merumuskan kreativitas masyarakat baik pengusaha,
kebijakan daerah dalam menyusun perencana, pengusaha jasa, pengembang, dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menyusun konsep strategi pembangunan daerah,
(APBD). Disamping itu, DPRD juga dimana peran pemerintah hanya terbatas pada
mempunyai hak untuk menentukan anggaran menfasilitasi dan mediasi. Ketiga, peningkatan
belanja sendiri (pasal 19 :g) daya saing daerah. Peningkatan daya saing
c. Pengawasan daerah ini guna tercapinya keunggulan lokal dan
Sesungguhnya, penetapan kebijakan dan apabila ditingkatkan kekuatan ini secara nasional
peraturan perundangan oleh DPRD adalah akan terwujud resultan keunggulan daya saing
termasuk langkah pertama dari proses nasional.
pengawasan. Penilaian terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif Teori Kewenangan
adalah bentuk pengawasan lainnya. DPRD
sebagai lembaga politik melakukan Miriam Budiardjo (dalam Frans Magnis Suseno,
pengawasan secara politis, yang tercermin 1994:54) otoritas atau wewenang adalah
dalam hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan ´NHNXDVDDQ \DQJ GLOHPEDJDNDQ´ \DLWX
pertanyaan, hak meminta keterangan dan kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai,
hak penyelidikan. melainkan juga berhak untuk menguasai.
Wewenang adalah kekuasaan yang berhak untuk
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
memberikan perintah. Terhadap wewenang itu
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan timbul pertanyaan tentang apa yang menjadi
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasarnya. Itulah pertanyaan tentang legitimasi
Dasar Negara RI Tahun 1945 maka atau keabsahan kekuasaan. Terhadap setiap
Menurut Easton (dalam Ramlan Subakti, Informan dalam penelitian kualitatif adalah
1999:93) terdapat tiga objek dalam sistem menjelaskan objek penelitian yang fokus dan
politik yang memerlukan legitimasi agar suatu lokus, yaitu apa yang menjadi sasaran. Pemilihan
sistem politik tidak hanya berlangsung secara informan dengan maksud tidak selalu menjadi
terus menerus, tetapi mampu pula wakil dari seluruh objek penelitian tetapi yang
mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan penting informan memiliki pengetahuan yang
umum. Ketiga obyek legitimasi itu meliputi: cukup serta mampu menjelaskan keadaan yang
komunitas politik, rezim dan pemerintahan. sebenarnya tentang objek penelitian. Apabila
pengetahuan dan kemampuan informan
METODE PENELITIAN penelitian terbatas dalam menjelaskan objek
Desain Penelitian penelitian, maka informasi yang diperoleh dari
informan otomatis terbatas pula, termasuk
Penelitian pelaksanaan fungsi legislasi DPRD terbatas pada kebenaran informasi yang dapat
Kabupaten Nabire Provinsi Papua ini diamati dan dijelaskan informan sendiri terhadap
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalm kejadian yang tejadi dan dialaminya. Oleh karena
pendekatan kualitatif, proses penelitian dimulai itu, kesimpulan yang dapat diambil dari informan
dengan berpikir secara induktif, yakni penelitian kualitatif bersifat kausitik, tidak
mengungkap berbagai fakta atau fenomena sosial menggambarkan keseluruhan objek penelitian,
melalui pengamatan di lapangan, subjektif dan berlaku sesaat.
menganalisisnya dan kemudian beruapaya
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
diamati. Penelitian ini meruapakan penelitian
yang terbentuk dari kata-kata, kalimat dan narasi. Teknik yang dipakai dalam penelitia adalah
Jenis pendekatan kualitatif adalah prosedur melalui wawacara mendalam, observasi non
penelitian yang menghasilkan data deskriptif partisipasi dan dokumentasi dengan orang-orang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- terlibat dalam penelitian yakini sebagai berikut :
orang dan perilaku yang dapat diamati
a. Wawancara Mendalam
Data Yang Diperlukan Wawacara mandalam adalah metode
penelitian dimana peneliti melakukan
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat wawancara tatap muka secara medalam dan
memberikan informasi mengenai data. Menurut terus-menerus, untuk mengali informasi dari
Sugiyono (2011:137) berdasarkan sumbernya, informan. Dalam peleksanaannya, metode
data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer wawacara mendalam ini membutuhkan hasil
dan data sekunder wawancara yang mendalam.Wawancara
a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh dilakukan penulis dengan mengadakan tanya
peneliti untuk maksud khusus jawab langsung dengan para key informan
menyelesaikan permasalahan yang sedang
247 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
dan informan dalam Pelaksanaan Fungsi Distrik Mora, yang secara administratif mulai
/HJLVOVDVL '35' .DEXSDWHQ 1DELUH´ beroperasi pada tahun 2013, Distrik Mora
b. Observasi Non-Partisipan merupakan pemekaran dari Distrik induk Napan,
Metode observasi merupakan pengumpulan dengan jumlah kampung pada Kabupaten Nabire
data yang digunakan pada riset kualitatif sebanyak 72 kampung dan 11 Kelurahan.
secara interaksi dan percakapan yang terjadi
di antara subyek yang direset. Metode Kabupaten Nabire berbatasan darat dengan
pengumpulan data observasi terbagi menjadi beberapa kabupaten di Provinsi Papua dan Papua
dua yaitu : observasi partisipan dan barat juga berbatasan laut dengan beberapa
observasi nonpartisipan. kabupaten. Adapun batas wilayah administratif
c. Dokumentasi pemerintahan Kabupaten Nabire adalah sebagai
Dokumentasi adalah instrumen berikut :
pengumpulan data dengan menelusuri ƒ Sebelah Utara : Kabupaten Yapen dan
sebuah pengumpulan data-data. Tujuan Waropen
metode dokumentasi untuk mendapatkan ƒ Sebelah Selatan : Kabupaten Dogiyai
informasi yang mendukung analisis dan ƒ Sebelah Timur : Kabupaten Paniai dan
interprestasi data. Dokumen dapat berbentuk Waropen
dokumen publik atau dokumen privat. ƒ Sebelah Barat: Kabupaten Teluk
. Wondama dan Kaimana
Teknik Analisis Data
Penggunaan lahan pada Kabupaten Nabire
Miles dan Huberman (2010:89) menyatakan sebagian besar masih didominasi oleh lahan
bahwa terdapat tiga macam kegiatan analisis data pertanian, perkebunan serta kehutanan.
kualitatif, yaitu: Sedangkan lahan permukiman berkembang di
1. Reduksi Data sekitar Distrik Nabire dengan laju pertumbuhan
Mereduksi data berarti : merangkum, pembangunan perumahan yang semakin pesat,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan hunian terbangun pada Kabupaten Nabire setiap
polanya dan membuang yang tidak perlu. tahunnya.Hal ini harus menjadi perhatian bagi
2. Model Data (Data Display) pemerintah Kabupaten Nabire khususnya
Setelah data direduksi, maka langkah berkaitan dengan pemberian Ijin Mendirikan
berikutnya adalah mendisplaykan Bangunan (IMB) untuk mengantisipasi
data.Display data dalam penelitian kualitatif pertumbuhan perumahan diluar kemampuan
bisa dilakukan dalam bentuk : uraian lahan yang tersedia sehingga lahan ± lahan yang
singkat, bagan, hubungan antar kategori, tersedia dapat dimanfaatkan sesuai dengan
flowchart dan sebagainya. peruntukan tata ruangnya.
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif Demografi
mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin Dari sisi demografis jumlah penduduk
juga tidak, karena masalah dan rumusan Kabupaten Nabire pada tahun 2012 berjumlah
masalah dalam penelitian kualitatif masih 145.248 jiwa yang tersebar pada 15 distrik di
bersifat sementara dan akan berkembang Kabupaten Nabire. Distribusi persebaran
setelah penelitian berada di lapangan. penduduk tertinggi terdapat di Distrik Nabire
sebanyak 82.968 jiwa diikuti dengan distrik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Nabire Barat 11.966 jiwa dan Distrik Wanggar
8.025 jiwa sedangkan jumlah penduduk terendah
Gambaran Umum Kondisi Daerah terdapat di Distrik Teluk Umar 986 jiwa.
Kondisi geografis wilayah Kabupaten Nabire Dengan tingkat kepadatan penduduk per km2
terletak pada koordinat 134035¶ ± 1360 ¶ %XMXU untuk Kabupaten Nabire sebesar 12,09 jiwa/km2,
Timur dan 20 ¶ - 30 ¶ /LQWDQJ 6HODWDQ /XDV kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Distrik
wilayah daratan kabupaten Nabire 12.011 km2 Nabire 653,29 jiwa/km2 sedangkan kepadatan
sedangkan luas wilayah laut 914.056,96 ha penduduk terendah di Distrik Wapoga sebanyak
(Nabire dalam angka Tahun 2011) dengan garis 1,05 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena fungsi
pantai sepanjang 473 km. Kabupaten Nabire Distrik Nabire sebagai pusat pemerintahan di
terbagi menjadi 15 distrik, dengan adanya Kabupaten Nabire sekaligus pusat kegiatan
penambahan 1 distrik baru pada tahun 2012 yaitu perekonomian mengakibatkan sebagian besar
249 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
dibutuhkan dalam pelaksanaan 3) Pembahasan
penyusunan rancangan peraturan daerah pelaksanaan pembahasan merupakan
3) Disposisi, sikap dan komitmen hasil finalisasi Raperda yang telah
DPRD Kabupaten Nabire terhadap dalam Prolegda untuk dibahas antara
program-program kesejahteraan rakyat. Pemerintah Kabupaten Nabire dan
Komitmen ini diwujudkan dalam DPRD Kabupaten Nabire. Dalam
rancangan peraturan daerah atas inisiatif pembahasan sangatlah diperlukan
DPRD sendiri atau inisiatif Pemerintah unsur-unsur non legislasi seperti
Kabupaten Nabire. Komitmen ini harus komunikasi dan kemampuan sumber
diperkuat melalui pembahasan raperda daya yang dimiliki DPRD khususnya
yang cepat sehingga dapat cepat sumber daya manusia yang berfungsi
disahkan dan diimplementasikan untuk Raperda dapat diundangkan namun
kepentingan kesejahteraan rakyat sebelum diundangkan harus dilakukan
Kabupaten Nabire. tindakan sebagai berikut:
a) Perubahan/penyempurnaan
b. Aspek Legislasi rancangan peraturan daerah
Pelaksanaan fungsi legislasi di DPRD b) Melakukan penyebarluasan dan
Kabupaten Nabire dilakukan dengan mencari masukan untuk rancangan
beberapa kegiatan yakni: peraturan daerah yang sedang
1) Penyusunan rancangan peraturan daerah dan/atau yang akan dibahas dan
Menyusun program legislasi daerah sosialisasi rancangan peraturan
yang memuat daftar urutan rancangan daerah yang telah disahkan
peraturan daerah berdasarkan inisiatif
pemerintah dan DPRD. Dalam masa Kinerja DPRD Dalam Menerapkan Fungsi
sidang 2012/2013 inisiatif pemerintah Legislasi
berjumlah 12 (dua belas) Raperda dan
inisiatif DPRD berjumlah 2 (dua) Kinerja Peraturan Daerah yang optimal artinya
Raperda Kemudian dalam masa sidang hasil dari Raperda yang masuk dalam Proledga
2013/2014. inisiatif pemerintah harus sama dengan Peraturan Daerah yang
berjumlah 16 (enam belas) Raperda dan disahkan dalam Sidang Paripurna DPRD
inisiatif DPRD berjumlah 3 (tiga) Kabupaten Nabire. Hal tersebut sebagaimana
Raperda. Selanjutnya masa sidang terlihat dalam masa sidang tahun 2012/2013
2014/2015. nisiatif pemerintah Raperda yang diajukan oleh SKPD-SKPD
berjumlah 17 (tujuh belas) Raperda dan Kabupaten Nabire berjumlah 12 (dua belas)
inisiatif DPRD berjumlah 1 (satu) Raperda tetapi yang berhasil untuk disahkan
Raperda menjadi Peraturan Daerah hanya 8 (delapan).
2) Melakukan penyelarasan dan Artinya kemampuan DPRD Kabupaten Nabire
harmonisasi baru mencapai 66,67 persen. Pencapaian ini
Selama masa sidang 2012/2013 sampai belumnya optimal. Karena setiap Raperda yang
2014/2015 terjadi kenaikan jumlah diusulkan merupakan nasib rakyat Kabupaten
raperda yang dilakukan penyelarasan Nabire yang ditangguhkan.
dan harmonisasi untuk masuk dalam
program legislasi daerah. Namun karena Untuk meningkatkan kinerja fungsi legislasi
fakor non legislasi khususnya sumber pada DPRD Kabupaten Nabire adalah dengan
daya yang terbatas, Raperda yang tindakan sebagai berikut:
masuk ke Program Legislasi Daerah a. Peningkatan aspek non legislasi
terjadi penurunan. Penurunan di mana Dalam peningkatan non legislasi dapat
pada masa sidang 2012/2013 dari 12 dilihat dari dua sudut pandang dalam proses
Raperda menjadi 10 Raperda sedangkan penyusunan legislasi yakni:
inisiatif DPRD tetap 2 Raperda. 1) Sudut Pemerintah Kabupaten Nabire
Kemudian masa sidang 2013/2014 dari penyusunan Raperda atas inisiatif
16 Raperda menjadi 14 Raperda Pemerintah Kabupaten Nabire disusun
sedangkan inisiatif DPRD tetap yakni 3 dan dipersiapkan oleh SKPD-SKPD
Raperda. Selanjutnya masa sidang menurut substansi Raperda yang akan
2014/2015 dari 17 Raperda menjadi 14 diajukan Pemerintah Kabupaten Nabire
Raperda, dan inisiatif DPRD tetap 1 ke DPRD Kabupaten Nabire. Untuk
Raperda. meningkatkan kualitas Raperda yang
disusun oleh SKPD diperlukan
251 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
DPRD digunakan secara efektif Ppenggunaan hak inisiatif DPRD, keadaan
sehingga tercapai tujuan secara tepat ini dipengaruhi oleh aspek non legislasi
2) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD sebagai faktor pendukung terselenggarannya
Melalui Dimensi Anggaran aspek legislasi. Faktor non legislasi tersebut
berdasarkan Asas Otonomi meliputi komunikasi, sumber daya DPRD,
Penguatan fungsi legislasi melalui dan disposisi, sikap dan komitmen agar
pengaturan otonomisasi bagi DPRD DPRD untuk membuat Raperda yang pro
menurut analisa penulis telah memenuhi rakyat dan kesejahteraan rakyat
konsep demokrasi konstitusional yang 2. Kinerja DPRD Kabupaten Nabire selama 3
ada dalam UUD 1945 yaitu dalam (tiga) tahun masa sidang belum tercapai
konsep negara hukum menuntut sebagaimana disatukan dalam program
penyelenggaraan pemerintahan harus legislasi daerah. Dari sebanyak 42 Raperda
didasarkan pada peraturan perundang- dibahas sebanyak 35 Raperda yang dapat
undangan serta asas-asas diundangkan.
penyelenggaraan pemerintahan yang 3. Strategi DPRD dalam optimalisasi fungsi
baik. legislasi terdiri atas
Penguatan Badan Legislasi Daerah, sistem
f. Strategi Penguatan Dimensi Regulasi pendukung dan Lembaga Penelitian Yang
1) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD Bernaung Dibawah DPRD. penguatan
terhadap Regulasi Kedudukan DPRD kualitas pendidikan anggota DPRD dan
kedudukan DPRD lebih banyak diatur pengalaman. Selanjutnya dimensi anggaran
dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan adalah penguatan penerapan asas efisiensi
Menteri Dalam Negeri, dan Surat dan efektivitas, asas otonomi daerah.
Edaran menjadi hambatan bagi DPRD Kemudian terakhir dimensi regulasi adalah
dalam menjalankan fungsi legislasi penguatan regulasi kedudukan DPRD,
karena DPRD harus selalu berada pada aturan mekanisme partisipasi publik.
arahan Menteri Dalam Negeri baik Strategi DPRD dalam mengoptimalisasi
secara langsung maupun tidak langsung. fungsi legislasi terdiri atas:
DPRD justru kehilangan esensinya a. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
sebagai badan perwakilan rakyat karena Melalui Badan Legislasi Daerah
kegiataannya justru didominasi oleh b. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Melalui Sistem Pendukung
yang seharusnya menjadi tugas c. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
eksekutif. DPRD melalui Lembaga Penelitian
2) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD Yang Bernaung Dibawah DPRD
terhadap Aturan Mekanisme d. Strategi Penguatan Dimensi Individual
Partisipasi Publik (Rakyat) e. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
partisipasi publik namun hingga saat ini DPRD Melalui Anggaran
belum ada pengaturan mengenai bentuk f. Strategi Penguatan Dimensi Regulasi
mekanisme partisipasi publik itu
sendiri. Penyerapan aspirasi oleh DPRD Saran
hingga saat ini belum menggunakan
mekanisme partisispasi publik secara Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis
tepat dan ilmiah. Aspirasi dan mencoba membuat beberapa saran yakni sebagai
kebutuhan masyarakat di daerah yang berikut:
disampaikan baik secara langsung oleh 1. Diperlukan peningkatan komunikasi antara
masyarakat kepada DPRD DPRD dengan rakyat yang melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama
KESIMPULAN DAN SARAN serta tersedia team ahli sebagai pendamping
DPRD dalam menyusun dan membahas
Kesimpulan Raperda berkualitas dan pro rakyat
Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab 2. Diperlukan peningkatan kinerja dengan
sebelumnya maka dapat dibuat kesimpulan membuat program legislasi daerah melalui
sebagai berikut: Raperda unggulan dan prioritas yang
1. Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD di diperhitungkan dengan kekuatan yang
Kabupaten Nabire sebagian besar hanya dimiliki DPRD sehingga Raperda dalam
membahas berkaitan dengan pembahasan program legislasi daerah dapat menjadi
Raperda yang diajukan oleh Kepala Daerah.
253 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014