Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

e-ISSN : 2527±564X

Website Journal : http://www.ejournal-academia.org/index.php/renaissance

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPRD


DALAM MEMBUAT PERATURAN DAERAH (PERDA)
DI KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA TAHUN 2009 ± 2014

Petrus Agapa
Program Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jakarta
email: pega.ugap@yahoo.co.id

Paper Accepted: 05 Juni 2017 ABSTRACT


Paper Reviewed: 12-22 Juni 2017
Paper Edited: 03-15 Juli 2017
Paper Approved: 20 Juli 2017 The results of this study showed that the implementation of the
legislative function of Parliament in the Nabire Regency mostly just
discussed with regard to the discussion of draft law proposed by the
Regional Head. Ppenggunaan Parliament right of initiative, this situation
is influenced by aspects of the legislation as a factor supporting non
terselenggarannya aspects of the legislation. Non factors such legislation
include communication, resource Parliament, and disposition, attitude
and commitment to Parliament to make the draft a pro-people and
welfare. Performance Nabire Regency for three (3) years of the trial has
not been achieved, as incorporated into the legislation program areas. A
total of 42 draft discussed as many as 35 drafts can be enacted.
Parliament in the optimization strategy consists of strengthening the
legislative function Regional Legislation Board, the support system and
the shelter under the Research Institute of Parliament. strengthening the
quality of education and experience legislators. Furthermore, the
dimensions of the budget is to strengthen the application of the principle
of efficiency and effectiveness, the principle of local autonomy. Then
the last dimension of regulation is to strengthen the regulation of the
position of Parliament, the rules of public participation. Strategy
Council in optimizing the legislative function consists of strategies
Strengthening Functions Legislation Through Regional Legislation
Board, strategy Strengthening Functions Legislation Through Support
Systems, strategy Strengthening Functions Legislation Parliament
through the Research Institute of the shelter under Parliament, strategy
Strengthening Dimensions Individual, strategy Strengthening Functions
Legislation Council Through Budget Strengthening Strategy and
Regulatory Dimensions

Key words : Function legislation, Local Parliament's performance and


Optimalization

PENDAHULUAN sebagaimana diharapkan atau tidak. Fungsi


Latar Belakang Masalah pengawasn ini menjadi unsur terpenting di dalam
mengembangkan hubungan kerja yang harmonis
Pelaksanan fungsi legislasi itu sendiri tidak antara pemerintah kabupaten/kota dengan
hanya pembentukan peraturan daerah yang pro DPRD.
rakyat tetapi termasuk juga fungsi pengawasan
yang dilakukan DPRD terhadap operasionalisasi Program Legislasi daerah yang disusun oleh
suatu peraturan daerah, apakah pemerintah panitia legislasi oleh asistensi mencerminkan
kabupaten/kota telah melaksanakan fungsinya adanya rancangan peraturan daerah yang

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017, hlm: 242-253


merupakan inisiatif dari pemerintahan Daerah Maksud dan Tujuan Penelitian
(Eksekutif) dan Inisiatif dari DPRD (Legislatif)
Maksud dari penelitian ini adalah untuk
Kabupaten Nabire yang ditetapkan dalam tahun
mendiskripsikan peaksanaan fungsi legislasi
2012, 2013 dan 2014 .
dalam hal pembuatan Peraturan Daerah oleh
DPRD di Kabupaten Nabire.
Pada tahun 2012/2013 atas inisiatif Pemerintah
Kabupaten Nabire terdapat 12 Raperda yang Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari
diusulkan untuk masuk dalam Program Legislasi penelitian ini adalah:
Daerah (Prolegda) kepada DPRD Kabupaten
Nabire. Dari 12 Raperda tersebut yang masuk 1. Untuk mengetahui dan merumuskan
dalam Prolegda adalah sebanyak 10 Reperda. peaksanaan fungsi legislasi dalam hal
Kemudian atas inisiatif DPRD terdapat 2 pembuatan Peraturan Daerah oleh DPRD di
Raperda. Kedua Raperda ini masuk dalam Kabupaten Nabire
Progleda. 2. Mengetahui kinerja DPRD dalam
menerapkan fungsi legislasi
Pelaksanaan legislasi di DPRD Papua dan Papua 3. Mengetahui strategi DPRD dalam
Barat menerapkan prinsip Good Governance mengoptimalisasi fungsi legislasi
menuntut pemerintah daerah dan DPRD dua hal
yaitu: 1) kemampuan menjawab (answerability)
dan, 2) konsekwensi (consequences). Komponen KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA
pertama (istilah yang bermula dari PEMIKIRAN
responsibilitas) adalah berhubungan dengan
tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara Kajian Pustaka
periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang Pelaksanaan Fungsi Legislasi
berhubungan dengan bagaimana mereka
menggunakan wewenang mereka, kemana Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-
usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan
sumber dana telah dipergunakan dan apa yang
telah dicapai dengan menggunakan sumber dana semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
tersebut. (Asian Development Bank, 2006: 25) dirimuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi
Menurut Miriam Budiardjo (1998:107-120) segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,
mengemukakan akuntabilitas sebagai siapa yang melaksanakan, dimana tempat
´SHUWDQJJXQJ MDZDEDQ GDUL SLKDN \DQJ GLEHUL pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang
mandat untuk memerintah kepada mereka yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian
PHPEHUL PDQGDW LWX ´ kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah yang strategis
Perumusan Masalah
maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi
Dari uraian latar belakang dan alur pikir diatas, kenyataan guna mencapai sasaran dari program
maka dapat dirumuskan masalah yang akan yang ditetapkan semula (Syukur, 2007: 40)
menjadi fokus tesis ini, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan fungsi legislasi Dari pengertian yang dikemukakan di atas
dalam hal pembuatan Peraturan Daerah dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada
oleh DPRD di Kabupaten Nabire? dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
2. Bagaimana kinerja DPRD dalam ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan
menerapkan fungsi legislasi? kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di
3. Bagaimana strategi DPRD dalam luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya
mengoptimalisasi fungsi legislasi? melibatkan beberapa unsur disertai dengan
usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat
penujang.

243 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
Gambar 2.1. Proses Fungsi Legislasi

Sumber: Legal Drafting Pembentukan Perda Tahun 2007

Merujuk pada UU No. 12 Tahun 2011 pasa1 7 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
ayat (1), Perda merupakan bentuk hukum Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan
terendah dari hierarki bentuk peraturan Presiden; dan (5) Peraturan Daerah. Tata urutan
perundangan di Indonesia. Secara keseluruhan, hukum di Indonesia , dapat dilihat dari gambar
jenis peraturan dan hierarki peraturan perundang- dan tabel dibawah ini
undangan adalah sebagai berikut: (1) UUD
Republik Indonesia Tahun 1945; (2)

Gambar 2.2. Tata Urutan Hukum di Indonesia

Sumber: Legal Drafting Pembentukan Perda Tahun 2007

Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah


Asas-Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan UU No. 12 Tahun 2011 pasal 26 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang menyebutkan bahwa Rancangan peraturan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan
khususnya pasal 5 dan pasal 6 yang merumuskan Rakyat Daerah atau Gubernur, atau
bahwa dalam membentuk peraturan perundang- Bupati/Walikota, masing-masing sebagai kepala
undangan harus berdasarkan pada asas pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten, atau
pembentukan peraturan perundang-undangan Kota. Secara umum, terdapat tujuh langkah yang
yang baik meliputi; kejelasan tujuan, perlu dilalui dalam menyusun suatu Perda baru.
kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, Uraian dari masing-masing langkah dapat
kesesuaian antara jenis dan materi muatan, dapat bervariasi, namun secara umum seluruh langkah
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, ini perlu dilalui.
kejelasan rumusan, dan keterbukaan.

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017 | 244


Bentuk Produk Legislasi Daerah kesatuan, pelimpahan atau penyerahan
kewenangan bukanlah suatu pemberian yang
Menurut Mardiasmo (2004), produk legislasi lepas dari campur tangan dan kontrol dari
yang dibuat oleh eksekutif dan legislatif dapat pemerintah pusat.
digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu
kelompok rutin seperti pengesahan APBD, Kedudukan daerah dalam hal ini adalah bersifat
perubahan APBD, dan pengesahan perhitungan subordinat terhadap pemerintah pusat. (Lubis,
APBD, sedangkan yang kedua adalah kelompok 2008: 150). Format negara kesatuan inilah yang
insidentil, yaitu meliputi semua peraturan kepala mempengaruhi karakter hubungan pusat dengan
daerah yang hanya dibuat sekali atau sesuai daerah di Republik Indonesia selama ini.
dengan kebutuhan. Menurut UU No. 12 Tahun Hubungan yang terjalin selalu dibangun dengan
2011, terdapat tiga jenis peraturan yang dapat pengandaian bahwa daerah adalah kaki tangan
dibuat oleh Daerah sebagai suatu kesatuan pemerintah pusat. ( Martosoewignjo, 2002: 52)
masyarakat hukum yaitu:
a. Peraturan Daerah; Pemerintahan Daerah
b. Peraturan Kepala Daerah;
c. Keputusan Kepala Daerah; dan Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya
d. Peraturan Bersama Kepala Daerah terbagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah
(Permendagri No. 15/2006). provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten
dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah
Ranah DPRD adalah peraturan daerah, kabupaten, dan daerah kota mempunyai
sedangkan peraturan kepala daerah dan pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-
keputusan kepala daerah adalah ranah kepala undang. Pemerintahan Daerah adalah
daerah sebagai penjabaran dari Perda. Sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
daerah otonom berdasarkan UU No. 22 Tahun Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas
2009, secara subtantif Perda seharusnya otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
mencerminkan prinsip-prinsip keotonomian otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
suatu daerah yang berbasis pada kondisi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
kebutuhan nyata yang ada pada masyarakat dan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
pemerintahannya (Noordiansyah, 2009).
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan
Faktor Kinerja Legislasi DPRD kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang anggota-anggotanya dipilih melalui
Teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan pemilihan umum. Gubernur, Bupati dan
indikator kinerja menurut Robbins (2006) yang Walikota masing-masing sebagai Kepala
akan mempengaruhi kinerja legislasi DPRD Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan
dalam kaitan studi analisis kinerja DPRD. Kota dipilih secara demokratis.
Berikut ini merupakan beberapa konsep yang
berkaitan dengan objek penelitian, antara lain: Hubungan wewenang antara pemerintah pusat
a. Kualitas dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan
b. Kuantitas kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
c. Ketepatan Waktu diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman
d. Efektivitas
daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum,
e. Kemandirian pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya
f. Lingkungan lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
Peraturan Daerah secara adil dan selaras berdasarkan undang-
Pengertian Peraturan Daerah undang.
Sistem negara kesatuan menggambarkan bahwa Negara mengakui dan menghormati satuan-
hubungan antar level pemerintahan (pusat dan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
daerah) berlangsung secara inklusif (inclusif atau bersifat istimewa yang diatur dengan
authority model) dimana otoritas pemerintah undang-undang. Negara mengakui dan
daerah tetap dibatasi oleh pemerintah pusat menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
melalui suatu sistem kontrol yang berkaitan hukum adat serta hak-hak tradisonalnya
dengan pemeliharaan kesatuan (Yudhoyono, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
2000:5) Namun demikian, dalam suatu negara perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

245 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam kebijaksanaan politik hukum yang ditempuh oleh
undang-undang pemerintah terhadap pemerintah daerah yang
dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pemerintahan, menurut asas otonomi dan tugas
Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pembantuan, diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
Menurut Siswanto Sunarno, (2008: 66) peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
mengemukakan DPRD adalah merupakan unsur peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
pemerintah daerah yang susunannya saing daerah, dengan mempertimbangkan prinsip
mencerminkan perwakilan seluruh rakyat daerah demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,
dan komposisi serta anggotanya adalah mereka dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
yang telah diambil sumpah/janji serta dilantik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas
nama Presiden, sesuai dengan hasil Pemilu Berdasarkan kebijakan politik hukum pemerintah
maupun pengangkatan. di atas, penyelenggaraan pemerintah daerah
dilakukan dengan penetapan strategi dibawah ini.
Fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi (Siswanto Sunarno, 2008: 3). Pertama,
perundang-undangan, fungsi keuangan dan peningkatan pelayanan. Pelayanan dibidang
fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD pemerintahan, kemasyarakatan, dan
yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2003 pembangunan adalah suatu hal bersifat esensial
pada dasarnya telah memuat fungsi-fungsi guna mendorong atau menunjang dinamika
tersebut. interaksi kehidupan masyarakat baik sebagai
a. Perundang-undangan. sarana untuk memperoleh hak-haknya, maupun
Sebagai badan legislatif, DPRD berfungsi sebagai sarana kewajiban masyarakat sebagai
sebagai badan pembuat peraturan warga negara yang baik. Bentuk-bentuk
perundang-undangan. Melalui fungsi ini pelayanan pemerintah tersebut antara lain
DPRD mengaktualisasikan diri sebagai meliputi rekomendasi, perizinan, dispensasi, hak
wakil rakyat. Undang - undang telan berusaha, surat keterangan kependudukan, dan
mengatur kewenangan DPRD dalam sebagainya.
menjalankan fungsi perundang-undangan.
b. Keuangan Kedua, pemberdayaan dan peran serta
Fungsi lain DPRD adalah menetapkan masyarakat. Konsep pembangunan dalam rangka
kebijaksanaan keuangan. Hak anggaran otonomi daerah ini, bahwa peran serta
memberi kewenangan kepada DPRD untuk masyarakat lebih menonjol yang dituntut
ikut menetapkan atau merumuskan kreativitas masyarakat baik pengusaha,
kebijakan daerah dalam menyusun perencana, pengusaha jasa, pengembang, dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menyusun konsep strategi pembangunan daerah,
(APBD). Disamping itu, DPRD juga dimana peran pemerintah hanya terbatas pada
mempunyai hak untuk menentukan anggaran menfasilitasi dan mediasi. Ketiga, peningkatan
belanja sendiri (pasal 19 :g) daya saing daerah. Peningkatan daya saing
c. Pengawasan daerah ini guna tercapinya keunggulan lokal dan
Sesungguhnya, penetapan kebijakan dan apabila ditingkatkan kekuatan ini secara nasional
peraturan perundangan oleh DPRD adalah akan terwujud resultan keunggulan daya saing
termasuk langkah pertama dari proses nasional.
pengawasan. Penilaian terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif Teori Kewenangan
adalah bentuk pengawasan lainnya. DPRD
sebagai lembaga politik melakukan Miriam Budiardjo (dalam Frans Magnis Suseno,
pengawasan secara politis, yang tercermin 1994:54) otoritas atau wewenang adalah
dalam hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan ´NHNXDVDDQ \DQJ GLOHPEDJDNDQ´ \DLWX
pertanyaan, hak meminta keterangan dan kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai,
hak penyelidikan. melainkan juga berhak untuk menguasai.
Wewenang adalah kekuasaan yang berhak untuk
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
memberikan perintah. Terhadap wewenang itu
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan timbul pertanyaan tentang apa yang menjadi
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasarnya. Itulah pertanyaan tentang legitimasi
Dasar Negara RI Tahun 1945 maka atau keabsahan kekuasaan. Terhadap setiap

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017 | 246


wewenang dapat dipersoalkan apakah wewenang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh
itu absah atau tidak, apakah mempunyai dasar peneliti langsung dari sumber pertama atau
atau tidak tempat objek penelitian dilakukan.
b. Data sekunder yaitu data yang telah
Obyek dan Tipe Kekuasaan dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang
Suatu sistem politik dapat terjaga apabila sistem dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
politik secara keseluruhan mendapatkan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi
dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan sumber data sekunder adalah literatur,
dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi artikel, jurnal serta situs di internet yang
diperlukan bukan hanya untuk pemerintah, tetapi berkenaan dengan penelitian yang dilakukan
juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada. c. Selain data primer, sumber data yang
Yang menjadi obyek legitimasi bukan hanya dipakai peneliti adalah sumber data
pemerintah, tetapi juga unsur-unsur lain dalam sekunder, data sekunder didapat melalui
sistem politik. Jadi legitimasi dalam arti luas berbagai sumber yaitu literatur artikel, serta
adalah dukungan masyarakat terhadap sistem situs di internet yang berkenaan dengan
politik sedangkan dalam arti sempit legitimasi penelitian yang dilakukan
merupakan dukungan masyarakat terhadap
pemerintah yang berwenang. Informan / Responden dan Cara Penentuan

Menurut Easton (dalam Ramlan Subakti, Informan dalam penelitian kualitatif adalah
1999:93) terdapat tiga objek dalam sistem menjelaskan objek penelitian yang fokus dan
politik yang memerlukan legitimasi agar suatu lokus, yaitu apa yang menjadi sasaran. Pemilihan
sistem politik tidak hanya berlangsung secara informan dengan maksud tidak selalu menjadi
terus menerus, tetapi mampu pula wakil dari seluruh objek penelitian tetapi yang
mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan penting informan memiliki pengetahuan yang
umum. Ketiga obyek legitimasi itu meliputi: cukup serta mampu menjelaskan keadaan yang
komunitas politik, rezim dan pemerintahan. sebenarnya tentang objek penelitian. Apabila
pengetahuan dan kemampuan informan
METODE PENELITIAN penelitian terbatas dalam menjelaskan objek
Desain Penelitian penelitian, maka informasi yang diperoleh dari
informan otomatis terbatas pula, termasuk
Penelitian pelaksanaan fungsi legislasi DPRD terbatas pada kebenaran informasi yang dapat
Kabupaten Nabire Provinsi Papua ini diamati dan dijelaskan informan sendiri terhadap
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalm kejadian yang tejadi dan dialaminya. Oleh karena
pendekatan kualitatif, proses penelitian dimulai itu, kesimpulan yang dapat diambil dari informan
dengan berpikir secara induktif, yakni penelitian kualitatif bersifat kausitik, tidak
mengungkap berbagai fakta atau fenomena sosial menggambarkan keseluruhan objek penelitian,
melalui pengamatan di lapangan, subjektif dan berlaku sesaat.
menganalisisnya dan kemudian beruapaya
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
diamati. Penelitian ini meruapakan penelitian
yang terbentuk dari kata-kata, kalimat dan narasi. Teknik yang dipakai dalam penelitia adalah
Jenis pendekatan kualitatif adalah prosedur melalui wawacara mendalam, observasi non
penelitian yang menghasilkan data deskriptif partisipasi dan dokumentasi dengan orang-orang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- terlibat dalam penelitian yakini sebagai berikut :
orang dan perilaku yang dapat diamati
a. Wawancara Mendalam
Data Yang Diperlukan Wawacara mandalam adalah metode
penelitian dimana peneliti melakukan
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat wawancara tatap muka secara medalam dan
memberikan informasi mengenai data. Menurut terus-menerus, untuk mengali informasi dari
Sugiyono (2011:137) berdasarkan sumbernya, informan. Dalam peleksanaannya, metode
data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer wawacara mendalam ini membutuhkan hasil
dan data sekunder wawancara yang mendalam.Wawancara
a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh dilakukan penulis dengan mengadakan tanya
peneliti untuk maksud khusus jawab langsung dengan para key informan
menyelesaikan permasalahan yang sedang

247 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
dan informan dalam Pelaksanaan Fungsi Distrik Mora, yang secara administratif mulai
/HJLVOVDVL '35' .DEXSDWHQ 1DELUH´ beroperasi pada tahun 2013, Distrik Mora
b. Observasi Non-Partisipan merupakan pemekaran dari Distrik induk Napan,
Metode observasi merupakan pengumpulan dengan jumlah kampung pada Kabupaten Nabire
data yang digunakan pada riset kualitatif sebanyak 72 kampung dan 11 Kelurahan.
secara interaksi dan percakapan yang terjadi
di antara subyek yang direset. Metode Kabupaten Nabire berbatasan darat dengan
pengumpulan data observasi terbagi menjadi beberapa kabupaten di Provinsi Papua dan Papua
dua yaitu : observasi partisipan dan barat juga berbatasan laut dengan beberapa
observasi nonpartisipan. kabupaten. Adapun batas wilayah administratif
c. Dokumentasi pemerintahan Kabupaten Nabire adalah sebagai
Dokumentasi adalah instrumen berikut :
pengumpulan data dengan menelusuri ƒ Sebelah Utara : Kabupaten Yapen dan
sebuah pengumpulan data-data. Tujuan Waropen
metode dokumentasi untuk mendapatkan ƒ Sebelah Selatan : Kabupaten Dogiyai
informasi yang mendukung analisis dan ƒ Sebelah Timur : Kabupaten Paniai dan
interprestasi data. Dokumen dapat berbentuk Waropen
dokumen publik atau dokumen privat. ƒ Sebelah Barat: Kabupaten Teluk
. Wondama dan Kaimana
Teknik Analisis Data
Penggunaan lahan pada Kabupaten Nabire
Miles dan Huberman (2010:89) menyatakan sebagian besar masih didominasi oleh lahan
bahwa terdapat tiga macam kegiatan analisis data pertanian, perkebunan serta kehutanan.
kualitatif, yaitu: Sedangkan lahan permukiman berkembang di
1. Reduksi Data sekitar Distrik Nabire dengan laju pertumbuhan
Mereduksi data berarti : merangkum, pembangunan perumahan yang semakin pesat,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan hunian terbangun pada Kabupaten Nabire setiap
polanya dan membuang yang tidak perlu. tahunnya.Hal ini harus menjadi perhatian bagi
2. Model Data (Data Display) pemerintah Kabupaten Nabire khususnya
Setelah data direduksi, maka langkah berkaitan dengan pemberian Ijin Mendirikan
berikutnya adalah mendisplaykan Bangunan (IMB) untuk mengantisipasi
data.Display data dalam penelitian kualitatif pertumbuhan perumahan diluar kemampuan
bisa dilakukan dalam bentuk : uraian lahan yang tersedia sehingga lahan ± lahan yang
singkat, bagan, hubungan antar kategori, tersedia dapat dimanfaatkan sesuai dengan
flowchart dan sebagainya. peruntukan tata ruangnya.
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif Demografi
mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin Dari sisi demografis jumlah penduduk
juga tidak, karena masalah dan rumusan Kabupaten Nabire pada tahun 2012 berjumlah
masalah dalam penelitian kualitatif masih 145.248 jiwa yang tersebar pada 15 distrik di
bersifat sementara dan akan berkembang Kabupaten Nabire. Distribusi persebaran
setelah penelitian berada di lapangan. penduduk tertinggi terdapat di Distrik Nabire
sebanyak 82.968 jiwa diikuti dengan distrik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Nabire Barat 11.966 jiwa dan Distrik Wanggar
8.025 jiwa sedangkan jumlah penduduk terendah
Gambaran Umum Kondisi Daerah terdapat di Distrik Teluk Umar 986 jiwa.

Kondisi geografis wilayah Kabupaten Nabire Dengan tingkat kepadatan penduduk per km2
terletak pada koordinat 134035¶ ± 1360 ¶ %XMXU untuk Kabupaten Nabire sebesar 12,09 jiwa/km2,
Timur dan 20 ¶ - 30 ¶ /LQWDQJ 6HODWDQ /XDV kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Distrik
wilayah daratan kabupaten Nabire 12.011 km2 Nabire 653,29 jiwa/km2 sedangkan kepadatan
sedangkan luas wilayah laut 914.056,96 ha penduduk terendah di Distrik Wapoga sebanyak
(Nabire dalam angka Tahun 2011) dengan garis 1,05 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena fungsi
pantai sepanjang 473 km. Kabupaten Nabire Distrik Nabire sebagai pusat pemerintahan di
terbagi menjadi 15 distrik, dengan adanya Kabupaten Nabire sekaligus pusat kegiatan
penambahan 1 distrik baru pada tahun 2012 yaitu perekonomian mengakibatkan sebagian besar

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017 | 248


penduduk Nabire cenderung untuk memilih 6) Memberikan pendapat dan
bertempat tinggal dan bekerja di Distrik Nabire. pertimbangan kepada pemerintah
terhadap rencana perjanjian
Tabel 4.1 internasional di daerah.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Nabire Tahun 2012
7) Memberikan persetujuan terhadap
No Distrik Luas / Jenis Kelamin Kepada rencana kerja sama internasional yang
Area Laki - Peremp tan per dilakukan oleh pemerintah daerah.
(Km2) laki uan km2 8) Meminta laporan keterangan
1 Uwapa 1808.96 2.013 1.646 2,02 pertanggungjawaban bupati dalam
2 Menou 1416.41 1.686 1.553 2,29
3 Dipa 838.63 2.329 2.024 5,19
penyelenggaraan pemerintah daerah.
4 Yaur 1009.00 814 688 1,49
5 Teluk Umar 611.00 540 446 1,61 9) Memberikan persetujuan terhadap
6 Wanggar 246.00 4.267 3.758 32,62 rencana kerja sama degnan daerah lain
7 Nabire Barat 79.00 6.431 5.535 151,47 atau degnan pihak ketiga yang
8 Nabire 127.00 44.690 38.278 653,29 membebani masyarakat dan daerah.
9 Teluk Kimi 178.00 5.171 4.879 56,46
10 Napan 1006.00 1.428 1.207 2,62 10) Mengupayakan terlaksananya
11 Makimi 1421.00 3.147 2.849 4,22 kewajiban daerah sesuai dengan
12 Wapoga 1040.00 591 505 1,05 ketentuan peraturan perundang-
13 Siriwo 1400.00 2.605 2.598 3,72 undangan dan
14 Yaro 830.00 1.857 1.713 4,30 11) Melaksanakan tugas dan wewenang lain
15 Mora*
Jumlah 12.011.0 77.569 67.679 12,09
yang diatur dalam ketentuan peraturan
0 perundang-undangan

Sumber data :BPS Kabupaten Nabire, Nabire PEMBAHASAN


Dalam Angka, 2013 data tidak tersedia karena
masih tergabung dengan distrik induk (Distrik Peaksanaan Fungsi Legislasi Dalam Hal
Napan) Pembuatan Peraturan Daerah oleh DPRD di
Kabupaten Nabire
Fungsi, Tugas dan Wewenang DPRD
a. Fungsi DPRD Para legislator di DPRD Kabupaten Nabire
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Tata Tertib dalam melaksanakan fungsi legislasinya
DPRD Kabupaten Nabire Nomor 1 Tahun memperhatikan beberapa aspek yang bersifat
2010 menyebutkan DPRD mempnyai fungsi legislasi dan non legislasi.
(a) legislasi, (b) anggaran dan (c)
pengawasan a. Aspek Non Legislasi
Pada pelaksanaan fungsi legislasi yang
b. Tugas dan Wewenang DPRD dilihat dari aspek non legislasi adalah
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Tata Tertib sebagai berikut
DPRD Kabupaten Nabire Nomor 1 Tahun 1) Komunikasi
2010 menyebutkan DPRD mempunyai tugas Komunikasi yang dibangun oleh
dan wewenang : legislator DPRD Kabupaten Nabire
1) membentuk peraturan daerah bersama adalah komunikasi aktif dua arah
bupati. berkenaan dengan kondisi yang
2) Membahas dan memberikan persetujuan berkembang di Kabupaten Nabire.
rancangan peraturan daerah mengenai Kebutuhan tersebut merupakan
APBD yang diajukan oleh Bupati. kebutuhan hidup yang perlu dilakukan
3) Melakukan pengawasan terhadap legislasi dan menjadi dasar untuk
pelaksanaan peraturan daerah dan pelaksanaan fungsi pemerintahan
APBD. Kabupaten Nabire.
4) Mengusulkan pengangkatan dan/atau 2) Sumber daya (Resouces)
pemberhentian bupati dan/atau wakil fungsi legilasi di DPRD Kabupaten
bupati kepada Menteri Dalam Negeri Nabire yang dalam hal ini meliputi
melalui Gubernur untuk mendapatkan empat komponen yaitu terpenuhinya
pengesahan pengangkatan dan/atau jumlah staf dan kualitas mutu, informasi
pemberhentian yang diperlukan guna pengambilan
5) Memilih wakil bupati dalam hal terjadi keputusan atau kewenangan yang cukup
kekosongan jabatan wakil bupati. guna melaksanakan tugas sebagai
tanggung jawab dan fasilitas yang

249 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
dibutuhkan dalam pelaksanaan 3) Pembahasan
penyusunan rancangan peraturan daerah pelaksanaan pembahasan merupakan
3) Disposisi, sikap dan komitmen hasil finalisasi Raperda yang telah
DPRD Kabupaten Nabire terhadap dalam Prolegda untuk dibahas antara
program-program kesejahteraan rakyat. Pemerintah Kabupaten Nabire dan
Komitmen ini diwujudkan dalam DPRD Kabupaten Nabire. Dalam
rancangan peraturan daerah atas inisiatif pembahasan sangatlah diperlukan
DPRD sendiri atau inisiatif Pemerintah unsur-unsur non legislasi seperti
Kabupaten Nabire. Komitmen ini harus komunikasi dan kemampuan sumber
diperkuat melalui pembahasan raperda daya yang dimiliki DPRD khususnya
yang cepat sehingga dapat cepat sumber daya manusia yang berfungsi
disahkan dan diimplementasikan untuk Raperda dapat diundangkan namun
kepentingan kesejahteraan rakyat sebelum diundangkan harus dilakukan
Kabupaten Nabire. tindakan sebagai berikut:
a) Perubahan/penyempurnaan
b. Aspek Legislasi rancangan peraturan daerah
Pelaksanaan fungsi legislasi di DPRD b) Melakukan penyebarluasan dan
Kabupaten Nabire dilakukan dengan mencari masukan untuk rancangan
beberapa kegiatan yakni: peraturan daerah yang sedang
1) Penyusunan rancangan peraturan daerah dan/atau yang akan dibahas dan
Menyusun program legislasi daerah sosialisasi rancangan peraturan
yang memuat daftar urutan rancangan daerah yang telah disahkan
peraturan daerah berdasarkan inisiatif
pemerintah dan DPRD. Dalam masa Kinerja DPRD Dalam Menerapkan Fungsi
sidang 2012/2013 inisiatif pemerintah Legislasi
berjumlah 12 (dua belas) Raperda dan
inisiatif DPRD berjumlah 2 (dua) Kinerja Peraturan Daerah yang optimal artinya
Raperda Kemudian dalam masa sidang hasil dari Raperda yang masuk dalam Proledga
2013/2014. inisiatif pemerintah harus sama dengan Peraturan Daerah yang
berjumlah 16 (enam belas) Raperda dan disahkan dalam Sidang Paripurna DPRD
inisiatif DPRD berjumlah 3 (tiga) Kabupaten Nabire. Hal tersebut sebagaimana
Raperda. Selanjutnya masa sidang terlihat dalam masa sidang tahun 2012/2013
2014/2015. nisiatif pemerintah Raperda yang diajukan oleh SKPD-SKPD
berjumlah 17 (tujuh belas) Raperda dan Kabupaten Nabire berjumlah 12 (dua belas)
inisiatif DPRD berjumlah 1 (satu) Raperda tetapi yang berhasil untuk disahkan
Raperda menjadi Peraturan Daerah hanya 8 (delapan).
2) Melakukan penyelarasan dan Artinya kemampuan DPRD Kabupaten Nabire
harmonisasi baru mencapai 66,67 persen. Pencapaian ini
Selama masa sidang 2012/2013 sampai belumnya optimal. Karena setiap Raperda yang
2014/2015 terjadi kenaikan jumlah diusulkan merupakan nasib rakyat Kabupaten
raperda yang dilakukan penyelarasan Nabire yang ditangguhkan.
dan harmonisasi untuk masuk dalam
program legislasi daerah. Namun karena Untuk meningkatkan kinerja fungsi legislasi
fakor non legislasi khususnya sumber pada DPRD Kabupaten Nabire adalah dengan
daya yang terbatas, Raperda yang tindakan sebagai berikut:
masuk ke Program Legislasi Daerah a. Peningkatan aspek non legislasi
terjadi penurunan. Penurunan di mana Dalam peningkatan non legislasi dapat
pada masa sidang 2012/2013 dari 12 dilihat dari dua sudut pandang dalam proses
Raperda menjadi 10 Raperda sedangkan penyusunan legislasi yakni:
inisiatif DPRD tetap 2 Raperda. 1) Sudut Pemerintah Kabupaten Nabire
Kemudian masa sidang 2013/2014 dari penyusunan Raperda atas inisiatif
16 Raperda menjadi 14 Raperda Pemerintah Kabupaten Nabire disusun
sedangkan inisiatif DPRD tetap yakni 3 dan dipersiapkan oleh SKPD-SKPD
Raperda. Selanjutnya masa sidang menurut substansi Raperda yang akan
2014/2015 dari 17 Raperda menjadi 14 diajukan Pemerintah Kabupaten Nabire
Raperda, dan inisiatif DPRD tetap 1 ke DPRD Kabupaten Nabire. Untuk
Raperda. meningkatkan kualitas Raperda yang
disusun oleh SKPD diperlukan

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017 | 250


pendamping dari tenaga ahli yang 1) Sekretariat DPRD
terkait dengan substansi Raperda dan Penguatan kelembagaan Sekretariat
tata pemerintahan. Tenaga ahli dalam DPRD melalui:
penyusunan Raperda tersebut sebagai a) Penguatan Status Kepegawaian
sumber daya manusia yang tersedia. Sekretariat DPRD
Pada sisi lain, diperlukannya tenaga b) Penguatan Sarana dan Prasarana
pendamping menjadi team penyusunan
Raperda oleh SKPD namun perlu 2) Kelompok Pakar atau Tim Ahli
dipertimbangkan anggaran untuk DPRD Kabupaten Nabire untuk
anggota team. Yang menjadi memperkuat fungsi legislasi DPRD
permasalahanya adalah keterbatasan sekaligus dalam rangka melaksanakan
angggaran yang tesedia dalam tugas dan wewenang DPRD perlu
penyusunan Raperda. segera membentuk Kelompok Pakar
2) Sudut DPRD Kabupaten Nabire atau Tim Ahli yang berkompeten dan
Raperda berkualitas yang disampaikan berpengalaman di bidangnya.
Pemerintah Kabupaten Nabire adalah
Raperda yang mudah dibahas oleh c. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
DPRD dan tidak banyak usulan dan DPRD melalui Lembaga Penelitian Yang
koreksi perbaikan dari masyarakat yang Bernaung Dibawah DPRD
menyangkut substansi atau Raperda Penguatan fungsi legislasi khususnya dalam
tersebut tidak bertentangan dengan proses pembentukan Perda, DPRD
sumber hukum yang lebih tinggi dan disarankan untuk membentuk Kelompok
tidak berpotensi untuk dilakukan Kerja yang berkaitan dengan riset/ penelitian
pembatalan oleh Kementerian Dalam dan Perancangan serta pembentukan
Negeri Untuk memperoleh Raperda Peraturan perundang-undangan. Kelompok
berkualitas seperti digambarkan di atas, kerja tersebut dituangkan dalam
maka diharapkan setiap Komisi pembentukan suatu lembaga penelitian yang
didamping oleh team ahli yang bernaung di bawah DPRD.
membantu para anggota DPRD untuk
melakukan pembahasan Raperda d. Strategi Penguatan Dimensi Individual
sehingga Raperda tersebut sesuai Penguatan Fungsi legislasi DPRD melalui
dengan harapan masyarakat dan dimensi Individual berupa peningkatan
keadilan sosial. kualitas sumberdaya manusia dan
profesionalisme maka perlu diperhatikan
Strategi DPRD dalam mengoptimalisasi beberapa hal sebagai berikut :
fungsi legislasi 1) Faktor kualitas pendidikan anggota
DPRD
Strategi optimalisasi fungsi legislasi. Strategi 2) Faktor Pengalaman
yang diterapkan adalah strategi penguatan fungsi
legislasi DPRD Kabupaten Nabire. Implementasi e. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
strategi penguatan fungsi legislasi meliputi: DPRD Melalui Anggaran
1) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD
a. Strategi Penguatan Dimensi Institusional Melalui Dimensi Anggaran
(Struktur Kelembagaan) berdasarkan Asas Efisiensi dan Asas
fungsi legislasi DPRD pada dimensi Efektifitas
Institusional (Struktur Kelembagaan) dalam Penguatan fungsi legislasi DPRD dalam
penelitian ini diarahkan kepada penguatan penyelenggaraan otonomi daerah
fungsi legislasi DPRD terhadap alat melalui dimensi anggaran berdasarkan
kelengkapan DPRD berupa Balegda sebagai asas efisiensi diarahkan agar anggaran
badan yang khusus menangani bidang DPRD digunakan sesuai batasan-
legislasi, penguatan fungsi legislasi DPRD batasan standar kebutuhan yang
pada sistem pendukung DPRD, serta diperlukan dalam rangka menunjang
penguatan DPRD melalui lembaga penyelenggaraan tugas pokok dan
penelitian yang bernaung di bawah DPRD. fungsi DPRD secara optimal. Penguatan
fungsi legislasi DPRD dalam
b. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi penyelenggaraan otonomi daerah
Melalui Sistem Pendukung melalui dimensi anggaran berdasarkan
asas efektifitas diarahkan agar anggaran

251 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014
DPRD digunakan secara efektif Ppenggunaan hak inisiatif DPRD, keadaan
sehingga tercapai tujuan secara tepat ini dipengaruhi oleh aspek non legislasi
2) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD sebagai faktor pendukung terselenggarannya
Melalui Dimensi Anggaran aspek legislasi. Faktor non legislasi tersebut
berdasarkan Asas Otonomi meliputi komunikasi, sumber daya DPRD,
Penguatan fungsi legislasi melalui dan disposisi, sikap dan komitmen agar
pengaturan otonomisasi bagi DPRD DPRD untuk membuat Raperda yang pro
menurut analisa penulis telah memenuhi rakyat dan kesejahteraan rakyat
konsep demokrasi konstitusional yang 2. Kinerja DPRD Kabupaten Nabire selama 3
ada dalam UUD 1945 yaitu dalam (tiga) tahun masa sidang belum tercapai
konsep negara hukum menuntut sebagaimana disatukan dalam program
penyelenggaraan pemerintahan harus legislasi daerah. Dari sebanyak 42 Raperda
didasarkan pada peraturan perundang- dibahas sebanyak 35 Raperda yang dapat
undangan serta asas-asas diundangkan.
penyelenggaraan pemerintahan yang 3. Strategi DPRD dalam optimalisasi fungsi
baik. legislasi terdiri atas
Penguatan Badan Legislasi Daerah, sistem
f. Strategi Penguatan Dimensi Regulasi pendukung dan Lembaga Penelitian Yang
1) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD Bernaung Dibawah DPRD. penguatan
terhadap Regulasi Kedudukan DPRD kualitas pendidikan anggota DPRD dan
kedudukan DPRD lebih banyak diatur pengalaman. Selanjutnya dimensi anggaran
dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan adalah penguatan penerapan asas efisiensi
Menteri Dalam Negeri, dan Surat dan efektivitas, asas otonomi daerah.
Edaran menjadi hambatan bagi DPRD Kemudian terakhir dimensi regulasi adalah
dalam menjalankan fungsi legislasi penguatan regulasi kedudukan DPRD,
karena DPRD harus selalu berada pada aturan mekanisme partisipasi publik.
arahan Menteri Dalam Negeri baik Strategi DPRD dalam mengoptimalisasi
secara langsung maupun tidak langsung. fungsi legislasi terdiri atas:
DPRD justru kehilangan esensinya a. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
sebagai badan perwakilan rakyat karena Melalui Badan Legislasi Daerah
kegiataannya justru didominasi oleh b. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Melalui Sistem Pendukung
yang seharusnya menjadi tugas c. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
eksekutif. DPRD melalui Lembaga Penelitian
2) Penguatan Fungsi Legislasi DPRD Yang Bernaung Dibawah DPRD
terhadap Aturan Mekanisme d. Strategi Penguatan Dimensi Individual
Partisipasi Publik (Rakyat) e. Strategi Penguatan Fungsi Legislasi
partisipasi publik namun hingga saat ini DPRD Melalui Anggaran
belum ada pengaturan mengenai bentuk f. Strategi Penguatan Dimensi Regulasi
mekanisme partisipasi publik itu
sendiri. Penyerapan aspirasi oleh DPRD Saran
hingga saat ini belum menggunakan
mekanisme partisispasi publik secara Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis
tepat dan ilmiah. Aspirasi dan mencoba membuat beberapa saran yakni sebagai
kebutuhan masyarakat di daerah yang berikut:
disampaikan baik secara langsung oleh 1. Diperlukan peningkatan komunikasi antara
masyarakat kepada DPRD DPRD dengan rakyat yang melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama
KESIMPULAN DAN SARAN serta tersedia team ahli sebagai pendamping
DPRD dalam menyusun dan membahas
Kesimpulan Raperda berkualitas dan pro rakyat
Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab 2. Diperlukan peningkatan kinerja dengan
sebelumnya maka dapat dibuat kesimpulan membuat program legislasi daerah melalui
sebagai berikut: Raperda unggulan dan prioritas yang
1. Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD di diperhitungkan dengan kekuatan yang
Kabupaten Nabire sebagian besar hanya dimiliki DPRD sehingga Raperda dalam
membahas berkaitan dengan pembahasan program legislasi daerah dapat menjadi
Raperda yang diajukan oleh Kepala Daerah.

Jurnal Renaissance | Volume 2 No. 02 | Agustus 2017 | 252


Perda yang sesuai dengan harapan dan N.E. Algra, H.R.W. Gokkel, Saleh Adiwinata,
keinginan rakyat. Boerhanoeddin. (1983). Kamus Istilah
3. Fungsi Legislasi DPRD merupakan fungsi Hukum Fockema Andreae Belanda
pembentukan Peraturan Daerah. Fungsi Indonesia, Jakarta: Binacipta.
legislasi mempunyai kedudukan yang sangat Nugroho D. Riant. (2002). Otonomi Daerah,
penting dalam rangka penyelenggaraan Desentralisasi Tanpa Resolusi Kajian dan
otonomi daerah. DPRD Kabupaten Nabire Kritik Atas Kebijakan Desentralisasi di
disarankan untuk segera membentuk Indonesia. Jakarta: Alex Media
Kelompok Pakar/Tim Ahli yang benar-benar Komputindo
diberdayakan dalam pembentukan Perda di Ridwan HR. (2006). Hukum Administrasi
segala tahap dengan menerapkan asas Negara, Jakarta: Raja Grafindo.
efisiensi dan efektivitas. Sadu Wasistiono, dan Yonantan Wiyoso. (2009).
Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), Bandung:
Fokusmedia.
DAFTAR PUSTAKA Soimin. (2010). Pembentukan Peraturan Negara
Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Agussalim, Andi Gadjong. (2007). Pemerintahan Subakti, Ramlan. (1999). Memahami Ilmu
Daerah (kajian politik dan hukum), Bogor: Politik, Jakarta: Rajawali Press.
Ghalia Indonesia. Suseno, Franz Magnis. (1994). Etika Politik,
Alrasyid, Harun. (1993). Pengisian Jabatan Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Presiden (Sejak Sidang Panitia Persiapan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kemerdekaan Indonesia 1945 sampai Administrasi dengan Pendekatan
Sidang Majelis Permusyawaratan 1993). Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Disertasi Ilmu Hukum. Jakarta: Universitas Alfabeta.
Indonesia. Syukur, Abdullah. (2007). Kumpulan Makalah
Amrah, Muslimin. (2002). Aspek-Aspek Hukum ³6WXG\ ,PSOHPHQWDVL /DWDU %HODNDQJ
Otonomi Daerah. Bandung: Alumni. Konsep Pendekatan dan Relevansinya
Asian Development Bank. (2006). ³3XEOLN 'DODP 3HPEDQJXQDQ´. Ujung Pandang:
$GPLQLVWUDWLRQ LQ WKH VW &HQWXU\´. Persadi.
Bambang, Yudhoyono. (2000). Otonomi Daerah, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Desentralisasi dan Pengembangan SDM Indonesia Tahun 1945.
Aparatur Pemda dan Anggota DPRD. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Pemerintahan Daerah.
Budiardjo, Miriam. (1998). Menggapai Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang
Kedaulatan Untuk Rakyat. Bandung: MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Mizan. Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi
Budiman, NPD. (2005). Ilmu Pengantar Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja
Perundang-Undangan. Yogyakarta: UII Grafindo Persada.
Press. W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Harsono.(2009). Legislatif Drafting, Teori
(1996). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: dan Teknik Pembuatan Peraturan Daerah.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Bahasa Indonesia.
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif:
Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo.
E. Koswara Kertapraja. (2012). Pemerintahan
Daerah, Konfigurasi Politik Desentralisasi
dan Otonomi Daerah Dulu, Kini dan
Tantangan Global, Jakarta: Kertapraja.
Kecana, Inu. (2000). Lembaga-Lembaga Negara
di Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Labolo, Muhammad. (2011). Memahami Ilmu
Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori, Konsep
dan Pengembangannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lubis, M. Solli. (2008). Asas-Asas Hukum Tata
Negara. Bandung: Alumni.

253 | Agapa, Petrus. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Membuat Peraturan Daerah (Perda)
di Kabupaten Nabire Provinsi Papua Tahun 2009-2014

You might also like