Professional Documents
Culture Documents
22 43 1 SM
22 43 1 SM
Fuadi
Dosen Fakultas Syariah dan Dakwah Universitas Serambi Mekkah
JL. Teungku Imum Lueng Bata, Banda, Batoh, Banda Aceh, Aceh (0651) 23245
ABSTRAK
Zakat adalah pensucian, pertumbuhan, dan berkah. Menurut istilah zakat berarti
kewajiban seseorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaan yang
telah mencukupi satu nisab, diberikan kepada mustahik zakat dengan beberapa
syarat yang telah ditentukan. Kelembagaan zakat pada dasarnya merupakan
aplikasi informasi yang dikuasai sumber daya manusia untuk mengatur
pekerjaannya dalam kesatuan-kesatuan kegiatan, memadu kesatuan-kesatuan
kegiatan itu menjadi sebuah struktur yang tersusun dnegan baik dan harmonis dan
membudayakan pengoperasian kegiatan-kegiatan itu menjadi bagian dari tata dan
sistem nilai manusia. Kelembagaan zakat yang meliputi administrasi, organisasi,
institusi dan tradisi termasuk bagian dari fungsi sumber daya manusia. Sehingga
kelembagaan itu merupakan manifestasi sumber daya manusia diluar dirinya
Tuntutan profesionalisme mengharuskan organisasi pengelola zakat dikelola
secara fokus dan full time. Mereka yang sehari-hari mengurus organisasi
pengelola zakat ini dinamakan Amil Zakat. Mereka inilah yang berhak atas bagian
zakat (asnaf amilin). Pemahaman terhadap konsep lembaga amil seperti Baitul
Mal, BAZ dan LAZ sebagai lembaga pengelola jarang sekali mendapat perhatian
khusus mengingat Indonesia bukan Negara Islam, maka pelaksanaan
pengumpulan zakat terpisah dari penarikan pajak dan administrasinya juga
terpisah.
Kata Kunci : Model, Peranan Lembaga Zakat
PENDAHULUAN
104
kekayaan yang telah mencukupi satu nisab, diberikan kepada mustahik zakat
dengan beberapa syarat yang telah ditentukan (Andri Soemitra, 2009: 407).
kali dan sebagian besar beriringan dengan kata shalat. Bahkan jika digabung
dengan perintah untuk memberikan infak, sedekah untuk kebaikan dan memberi
makan fakir miskin maka jumlahnya mencapai 115 kali (Hamdan Rasyid, 2003:
103).
pengoperasian kegiatan-kegiatan itu menjadi bagian dari tata dan sistem nilai
tradisi termasuk bagian dari fungsi sumber daya manusia. Sehingga kelembagaan
itu merupakan manifestasi sumber daya manusia diluar dirinya (Safwan Idris,
1997: 272).
Selain itu dalam pengelolaan harta zakat dibutuhkan amil zakat yaitu
semua pihak yang bertindak mengerjakan segala hal yang berkaitan dengan
tugas lain yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran masyarakat tentang
hukum zakat, menerangkan sifat pemilik harta yang terkena kewajiban membayar
zakat dan mereka yang mustahik, mengalihkan, menyimpan dan menjaga serta
105
menginvestasikan harta zakat sesuai dengan ketentuan UU No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat pada bab III pasal 6 dan 7 dilaksanakan oleh BAZ dan
dikelola secara fokus dan full time. Mereka yang sehari-hari mengurus organisasi
pengelola zakat ini dinamakan Amil Zakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa amil
zakat adalah profesi, sebagaimana profesi-profesi lain. Mereka inilah yang berhak
atas bagian zakat (asnaf amilin). Pemahaman terhadap konsep lembaga amil
seperti Baitul Mal, BAZ dan LAZ sebagai lembaga pengelola jarang sekali
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Zakat
Zakat sendiri secara etimologi berasal dari kata kerja dasar (fi’il madhi)
zakat, yang berarti, tumbuh dan berkembang (zaka al-zar’: tanaman itu telah
berkembang), memberi berkah (zakat al-na- faqal: pemberian nafkah itu telah
orang yang mampu me- nyucikan jiwanya), serta menyanjung (fala tazku an-
106
suatu predikat untuk jenis barang yang dikeluarkan manusia, sebagai hak Allah,
Muhammad Zuhri al-Ghamrani, yakni bentuk predikat untuk suatu barang dalam
kadar tertentu yang dikeluarkan guna men- sucikan harta dan jasmani manusia;
sesuai dengan firman Allah: ”Ambillah zakat dari harta mereka untuk
sebagai suatu predikat untuk menyebut kadar jumlah barang tertentu yang
metafisis, yakni, agar benda yang dikeluarkan oleh umat Islam dapat bertambah
”Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu mak- sudkan untuk
1. Baitul Mal
Fungsi Baitul Mal secara jelas telah banyak diungkapkan baik pada masa
Rasulullah SAW maupun pada masa kekhalifahan setelah Beliau wafat Namun
secara konkrit pelembagaan Baitul Mal bar dilakukan pada masa Umar Bin
perubahan. Lembaga Baitul Mal itu berpusat di ibukota Madinah dan memiliki
107
merupakan kepala Negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang
kebutuhan Negara. Tempat pusat pengumpulan dana tersebut bernama bait al-mal,
Menurut Muhammad Saad baitul mal yang dibentuk Umar bin Khothab
Badan Baitul Mal merupakan salah satu lembaga zakat yang telah menjadi
harta zakat (Armiadi, 2008: 189). Sebagai lembaga pengelola zakat, Baitul Mal
dibentuk oleh pemerintah dan harus bersifat independen, netral, non politik
orang – orang tertentu atau lembaga lain, dalam menjalankan aktivitasnya tidak
melakukan aliansi strategis dengan berbagai pihak, baik dalam pencarian dana,
Dalam manajemennya, baitul mal memiliki fungsi yang terdiri dari lima
108
mal perlu memadukan manajemen rasional dengan budaya yang positif untuk
ke berbagai sektor.
budaya.
Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh
pemerintah, yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
sehingga hanya pemerintahlah yang berhak membentuk BAZ, baik untuk tingkat
hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif. Badan Amil
109
b) Daerah Provinsi dibentuk oleh gubernur atas usul kepala kantor
agama kecamatan.
Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang – Undang
Nomor 38 Tahun 1999, yaitu unsur masyarakat terdiri dari ulama, kaun cendekia,
110
Pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat, meliputi
dibuat.
tingkatannya.
111
d. Pembubaran BAZ
Soemitra, 421):
b) Jika peringatan telah diberikan sebanyak tiga kali dan tidak ada
ini adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa
sosial, dan kemaslahatan umat Islam (Andri Soemitra, 422). Sebagai organisasi
yang tumbuh dari masyarakat, struktur organisasi Lembaga Amil Zakat terus
berbenah sesuai dengan situasi dan kondisinya. Lembaga Amil Zakat tetap efisien
dan efektif meski kegiatannya terus berkembang, sehingga lembaga ini tetap sadar
112
untuk tidak terjebak dalam kompleksitas keragaman kegiatan (Eri Sudewo,
2004:165).
luwes ketimbang Badan Amil Zakat. Banyak hal yang mengkondisikan lembaga
pengembangan organisasi dalam SDM yang cukup baik dari sisi kuantitas maupun
Hanya Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh pemerintah saja
yang diakui bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari
muzakki yang membayar dananya. Bentuk badan hukum untuk Lembaga Amil
Zakat, yaitu yayasan, karena Lembaga Amil Zakat termasuk organisasi nirlaba,
113
dan badan hukum yayasan dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk
memupuk laba.
pperingatan tertulis sampai tiga kali. Bila tiga kali diperingatkan secara tertulis
perlindungan, dan pelayanan dari pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat
yang dikeluarkannya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan tidak dapat
114
4. Pengembangan Harta Zakat
Apabila zakat diwajibkan pada harta yang berkembang dengan lima jenis
harta yang wajib dan delapan kelompok yang berhak menerimanya. Hal seperti ini
dapat dikiaskan bahwa kewajiban zakat merupakan usaha pengembangan bagi kita
2006: 137–138).
demokratis dan pendekatan dialogis. Untuk masyarakat yang pluralitas seperti ini
agama Islam dengan pengambilan harta zakat dari orang-orang kaya dan
daerah dan masyarakatnya terjamin. Hal ini sesuai dengan hadis Muadz Ibn Jabal
115
ketika dia diutus oleh Nabi Muhammad SAW ke Yaman dan diperintahkan untuk
mengambil harta zakat dari orang-orang yang kaya dan membagikannya kembali
kepada orang-orang yang miskin. Hal seperti ini juga dilakukan pada
sarana yang hilang dalam praktik pengembangan harta zakat pada masyarakat
PENUTUP
a. Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga amil zakat (LAZ) dan Badan Amil
meningkatkan usaha yang dilakukan oleh para mustahik. Dengan cara ini
b. Struktur organisasi Badan Amil Zakat terdiri dari tiga bagian, yaitu Dewan
116
Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh pemerintah saja yang
penyadaran zakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter
dan Keuangan Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006)
Abdurrachman Qadir (2001). Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed.1,
cet.2. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ali Hasan, Zakat dan Infak : Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2008).
Jonathan Sarwono (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Ed 1.
Yogyakarta: Andi Offset.
Moehar Daniel Ms. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. cetakan ke.2. Jakarta:
Bumi Aksara.
Muhammad Daud Ali (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. cetakan 1.
Jakarta: UI Press.
118
Safwan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (Jakarta :
PT. Cita Puga Bangsa, 1997).
Wardi A. Wahab, Peran Kelembagaan Amil Zakat Pada Periode Awal Islam,
(Banda Aceh : Ar-Raniry Press, 2007).
119