Professional Documents
Culture Documents
Mid H Pajak
Mid H Pajak
HUKUM PAJAK
“Pengaruh Hukum Perdata Terhadap Pengenaan Pajak Atas Teransaksi Perdata”
Dosen Pengampuh : Ashabul kahfi. SH,MH
Disusun Oleh:
NUR ADILLAH IRIANI
(10400121036)
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas final untuk mata kuliah Hukum Pajak dengan judul
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa ,saran dan kritik sehingga tugas final ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas final ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata dan pajak adalah dua bidang hukum yang berbeda, tetapi mereka saling
terkait dalam konteks pengenaan pajak atas transaksi perdata. Hukum perdata mengatur
hubungan antara individu atau entitas hukum dalam konteks kegiatan perdata, seperti kontrak,
kepemilikan, tanggung jawab, dan kewajiban. Di sisi lain, hukum pajak adalah bidang hukum
yang berkaitan dengan pengumpulan pajak oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran
publik.
Namun, penting untuk diingat bahwa pengenaan pajak pada dasarnya diatur oleh
undang-undang pajak yang relevan, seperti undang-undang perpajakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Meskipun hukum perdata dapat memberikan pengaruh pada pengenaan pajak atas
transaksi perdata, keputusan akhir mengenai pengenaan pajak didasarkan pada ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku di negara tertentu.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengenaan Pajak Atas Teransaksi Perdata
2. Bagaimana hubungan antara hukum perdata dan pengenaan pajak atas transanksi
perdata?
3. Apa saja prinsip dan ketentuan hukum perdata yang releven dalam pengenaan pajak
atas transaksi perdata?
4. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip hukum perdata terhadap penetapan besaran pajak
dalam transaksi perdata?
1
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengenaan Pajak Atas Teransaksi Perdata
2. Mengetahui Bagai mana hubungan antara hukum perdata dan pengenaan pajak atas
transanksi perdata?
3. Mengetahui Apa saja prinsip dan ketentuan hukum perdata yang releven dalam
pengenaan pajak atas transaksi perdata?
4. Mengetahui Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip hukum perdata terhadap penetapan
besaran pajak dalam transaksi perdata?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengenaan pajak atas transaksi perdata merujuk pada penerapan pajak oleh pemerintah
terhadap transaksi yang terjadi dalam hubungan hukum perdata antara dua pihak. Dalam
konteks ini, pemerintah mengenakan pajak terhadap berbagai jenis transaksi perdata, seperti
penjualan properti, pengalihan hak kepemilikan, kontrak sewa, pemberian pinjaman, dan
transaksi lainnya yang melibatkan pihak-pihak dalam hubungan hukum perdata. Pajak yang
dikenakan dalam transaksi perdata dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan pajak yang
berlaku di suatu negara. Jenis pajak yang sering dikenakan dalam transaksi perdata antara lain
pajak penjualan properti (real estate), pajak pertukaran (transfer tax), atau pajak atas
keuntungan modal (capital gains tax). Pajak tersebut dapat dikenakan baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, tergantung pada yurisdiksi perpajakan yang berlaku di
negara tersebut.
3
Penting untuk dicatat bahwa pengenaan pajak atas transaksi perdata dapat bervariasi
secara signifikan di setiap negara. Oleh karena itu, jika Anda membutuhkan informasi yang
lebih spesifik tentang pengenaan pajak dalam transaksi perdata, disarankan untuk merujuk pada
peraturan perpajakan dan otoritas perpajakan yang berlaku di negara Anda.
Pada dasarnya, hukum perdata dan undang-undang pajak beroperasi secara terpisah
namun saling terkait dalam konteks transaksi perdata. Misalnya, dalam kasus penjualan
properti, hukum perdata akan mengatur aspek-aspek seperti perjanjian jual beli, hak
kepemilikan, dan transfer properti, sementara undang-undang pajak akan menentukan apakah
transaksi tersebut dikenakan pajak dan berapa tarif pajak yang harus dibayarkan. Dalam
prakteknya, pengenaan pajak atas transaksi perdata dapat memiliki implikasi pada hak dan
kewajiban para pihak yang terlibat. Pajak yang harus dibayarkan dapat menjadi beban finansial
yang perlu dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi. Selain itu,
pelanggaran terhadap kewajiban pajak dapat mengakibatkan sanksi dan konsekuensi hukum.
Dalam hal terdapat perselisihan atau sengketa terkait dengan transaksi perdata dan
pengenaan pajak, hukum perdata dan hukum pajak dapat saling berinteraksi. Misalnya, jika
terdapat perselisihan terkait dengan pembayaran pajak atas transaksi perdata, hukum perdata
akan berlaku dalam menentukan hak dan kewajiban para pihak, sementara hukum pajak akan
menentukan kewajiban pajak yang harus dipatuhi.
4
C. Apa saja prinsip dan ketentuan hukum perdata yang releven dalam
pengenaan pajak atas transaksi perdata
Dalam pengenaan pajak atas transaksi perdata, terdapat beberapa prinsip dan ketentuan
hukum perdata yang relevan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Prinsip ini menyatakan bahwa pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian memiliki otonomi
untuk menentukan syarat-syarat perjanjian tersebut, termasuk kewajiban membayar pajak yang
timbul dari transaksi perdata. Pemerintah biasanya tidak campur tangan dalam penentuan
besaran pajak yang harus dibayarkan oleh pihak-pihak yang terlibat.
Dalam beberapa kasus, hukum perdata mensyaratkan adanya akta atau bukti tertulis untuk
memperkuat keabsahan suatu perjanjian. Ketika suatu transaksi perdata mempengaruhi
pengenaan pajak, dokumen-dokumen tertulis seperti faktur, kontrak, atau kwitansi pembayaran
dapat digunakan sebagai bukti untuk menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Hukum perdata menetapkan bahwa pihak yang terlibat dalam suatu kontrak memiliki
tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang disepakati dalam perjanjian
tersebut. Dalam konteks pengenaan pajak, pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi perdata
bertanggung jawab untuk melaporkan dan membayar pajak yang terkait dengan transaksi
tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Dalam konteks pengenaan pajak, hukum perdata mengatur tentang keabsahan dan pembuktian
transaksi perdata. Untuk menghindari penyalahgunaan atau penghindaran pajak, pihak yang
terlibat dalam transaksi perdata diharapkan untuk mematuhi prinsip keabsahan dan
memberikan bukti yang cukup terkait dengan transaksi tersebut.
5
Namun, penting untuk dicatat bahwa prinsip dan ketentuan hukum perdata yang relevan dalam
pengenaan pajak dapat bervariasi antara negara atau yurisdiksi yang berbeda. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan untuk mempelajari undang-undang perpajakan dan hukum perdata yang
berlaku di wilayah hukum yang spesifik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap
dan akurat.
Prinsip ini menyatakan bahwa individu memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian dan
menentukan ketentuan-ketentuan di dalamnya, selama tidak bertentangan dengan hukum.
Dalam konteks penetapan besaran pajak, prinsip kebebasan berkontrak memungkinkan pihak-
pihak yang terlibat dalam transaksi perdata untuk sepakat tentang besaran pajak yang akan
dikenakan. Mereka dapat menentukan apakah pajak akan menjadi tanggung jawab salah satu
pihak atau dibagi di antara mereka.
Prinsip ini menyatakan bahwa perjanjian yang sah dan sah secara hukum harus ditaati oleh
pihak-pihak yang terlibat. Dalam konteks pajak, jika terdapat perjanjian tertulis atau implisit
antara pihak-pihak yang menjelaskan besaran pajak yang harus dibayar, prinsip kekuatan
mengikat perjanjian memastikan bahwa pihak-pihak tersebut harus memenuhi kewajiban pajak
sesuai dengan perjanjian yang mereka buat.
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan secara adil dan setara di
hadapan hukum. Dalam konteks pajak, prinsip ini dapat mempengaruhi penetapan besaran
pajak dengan memastikan bahwa besaran pajak yang dikenakan pada suatu transaksi perdata
adil dan tidak memberikan perlakuan yang tidak adil kepada salah satu pihak. Prinsip
6
kesetaraan dan keadilan dapat menjadi dasar bagi penilaian apakah besaran pajak yang
ditentukan dalam transaksi perdata adil atau tidak.
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap wajib pajak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut. Pajak dapat dikenakan atas
berbagai jenis transaksi, termasuk transaksi perdata. Namun Hukum Perdata merupakan satu-
satunya bidang hukum yang mengatur hubungan hukum antara individu atau entitas yang
bersifat privat, termasuk dalam hal transaksi perdata. Hukum Perdata mengatur hak, kewajiban,
dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Dalam kesimpulannya, hukum perdata dan pengenaan pajak atas transaksi perdata saling
terkait dalam konteks transaksi hukum. Hukum perdata mengatur hubungan antara pihak-pihak
yang terlibat, sementara undang-undang pajak mengatur kewajiban pajak yang timbul dari
transaksi tersebut. Penerapan hukum perdata dan undang-undang pajak secara bersama-sama
akan memastikan kepatuhan hukum dan kewajiban finansial yang adil bagi semua pihak yang
terlibat dalam transaksi perdata.
B. Saran
Dalam hal ini, wajib pajak harus memenuhi prosedur dan aturan yang diterapkan dalam
pengenaan pajak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, agar menjaga keteraturan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan, serta menghindari tindak penghindaran pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, P. (2017). Pengembangan hukum lingkungan hidup melalui penegakan hukum
perdata di Indonesia. Jurnal Konstitusi, 14(1), 124-149.
8
Defita, S. (2020). Implementasi Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Transaksi Kredit
Kepemilikan Rumah Pada Bank Negara Indonesia 46 Pekanbaru (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Riau).
Tan, Y. F. (2016). Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce
Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Lex Et
Societatis, 4(8).