Professional Documents
Culture Documents
TT-P11 Management Apotek
TT-P11 Management Apotek
TT-P11 Management Apotek
MANAGEMENT APOTEK
Pembahasan
Jawaban : D
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 disebutkan bahwa Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap atau penerima pensiun
berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir. Dalam hal
Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember, bukti pemotongan PPh
Pasal 21 harus diberikan paling lama 1 (satu) bulan setelah yang bersangkutan
berhenti bekerja.
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
2. Bagi pemberi kerja yang melakukan pembayaran kepada selain pegawai tetap harus
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak pada saat …
a. Setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal 21
Pembahasan
Jawaban : A
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 ayat 3 disebutkan bahwa Pemotong PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21
atas pemotongan PPh Pasal 21 selain Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala,
serta bukti pemotongan PPh Pasal 26 setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal
26.
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
3. Alex adalah bujangan yang bekerja sebagai tukang ojek di wilayah Kebon Jeruk. Pada
bulan Februari 2013 mengalami kecelakaan dan terpaksa harus menjalani operasi
patah tulang di rumah sakit. Meskipun demikian, Alex masih beruntung karena
seluruh biaya operasi yang besarnya Rp25.000.000,00 dibayar oleh perusahaan
asuransi “Jasa Cidera†yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.
Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh asuransi “Jasa Cidera†atas
santunan asuransi yang diberikan kepada Alex adalah …
Pembahasan
Jawaban : A
Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 8 ayat 1disebutkan salah satu yang tidak
termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
4. Usaha dagang Maju Tak Gentar (Hary) terdaftar di KPP Pratama Jakarta Pulogadung
mempunyai usaha dagang perdagangan aceran bahan bangunan. UD Maju Tak Gentar
(09.888.777.0-073.000) menggunakan pembukuan dalam melaksanakan kewajiban
pajaknya. Transaksi yang dilakukan adalah :
Pembahasan
Jawaban : B
Berdasarkan KEP No. 227/PJ/2002 pasal 4 disebutkan bahwa Tata Cara pelunasan
Pajak Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan melalui
Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah, Subjek
Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama
operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 227/Pj./2002 Tentang Tata Cara
Pemotongan Dan Pembayaran, Serta Pelaporan Pajak Penghasilan Dari Persewaan
Tanah Dan Atau Bangunan
5. PT Keluarga (02.222.444.6-xxx.000) merupakan perusahaan keluarga mempunyai
laba tahun 2012 sebesar Rp900.000.000,00. Rapat umum pemegang saham dilakukan
tanggal 9 Maret 2013, rapat memutuskan untuk membagi laba tahun 2012 sebesar
Rp300.000,000,00 kepada 5 orang pemegang saham masing-masing sebesar
Rp60.000,000,00. Pembayaran dividen dilakukan pada tanggal 4 April 2013. SPT
Tahunan PPh Badan dimasukkan ke KPP Pratama XXX pada tanggal 18 April 2013,
atas transaksi di atas …
a. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013
b. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013
c. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013
d. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013
Pembahasan
Jawaban : C
Berdasarkan PP No. 94 Tahun 2010 penjelasan pasal 15 ayat 3 dijelaskan bahwa saat
terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada
saat pembayaran, saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo
(seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur
(seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).
Sedangkan jenis PPh yang dibayar adalah PPh Pasal 4 ayat 2. Hal ini dikarenakan
perusahaan merupakan perusahaan keluarga (dimiliki oleh individu / perorangan),
sehingga dividen tersebut dibagikan ke pemegang saham Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri.
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang
Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat
Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta
Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak