Professional Documents
Culture Documents
159-Article Text-780-1-10-20210115
159-Article Text-780-1-10-20210115
[The Drying and Brewing Ratio Effect on Physical and Chemical Properties Arabica Coffee Cascara
Tea (Coffea arabica L.)]
ABSTRACT
In 2018, the Arabica coffee commodity in Bangli, Bali reached 2,252 tons. The high yield of coffee
plantations has an impact on the high yield of post-harvest coffee fruit skin waste. The waste of coffee husk
reaches an average of 16.37% or each of coffee processing will produce 45% coffee skins, 10% lenders, 5%
bran and 40% coffee beans. The coffee husk waste processed into cascara. This study aimed to determine the
effect of the drying method and brewing ratio on the physical and chemical characteristic of the cascara arabica
coffee (Coffea arabica L.). This study applied a factorial randomized block design (RBD); with 2 treatment
factors. The first factor is the drying method (sunlight; oven). The second factor is the brewing ratio of dry tea.
The brewing ratio are water (1: 200; 3: 200; 5: 200) with 4 repetition. Physical characteristic includes the
degree of acidity (pH), total acid and color. Chemical characteristic includes caffeine, tannins, total phenols and
antioxidant capacity. The results of the analysis showed that sun drying concurrently with an increase in the
brewing ratio resulted the highest total acid was 0.64%; the lowest degree of acidity (pH) was 5.69; low
brightness (L *) values between 0.43-0.76%; redness value (a *) is high (39.49-49.12%); yellowish value (b
*) is low between (-21.16- -27.74%); highest caffeine 54.42ppm; the highest total phenol 8.23 mg GAE /
100ml; highest tannins 3.18TAE / 100ml; and the highest antioxidant capacity 697.33mg / L GAEAC.
Keywords: cascara, coffea arabika L, drying, brewing cratio, physical properties, chemical properties
ABSTRAK
Komoditas kopi Arabika di Kabupaten Bangli provinsi Bali pada Tahun 2018 mencapai sebesar 2.252
Ton. Tingginya hasil perkebunan kopi ini berdampak dengan tingginya hasil limbah kulit buah kopi pasca panen
yang dihasilkan. Limbah kulit kopi yang dihasilkan rata-rata mencapai 16,37% atau setiap pengolahan buah
kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lender, 5% kulit ari dan 40% biji kopi. Pemanfaatan limbah kulit kopi
dilakukan dengan pengolahan menjadi cascara. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
pengeringan dan rasio penyeduhan terhadap sifat fisik dan kimia the cascara kopi arabika (Coffea arabika L.).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktorial. Faktor pertama adalah cara
pengeringan (sinar matahari; oven) dan faktor kedua adalah rasio penyeduhan teh kering: air (1:200; 3:200;
5:200) dengan 4 kali ulangan. Sifat fisik meliputi derajat keasaman (pH), total asam, warna. Sifat kimia meliputi
kandungan kafein, tanin, total fenol, kapasitas antioksidan. Hasil analisa menunjukkan pengeringan sinar
matahari dan diiringi dengan peningkatan rasio penyeduhan menghasilkan total asam tertinggi 0,64%; derajat
keasaman (pH) terendah 5,69; nilai kecerahan (L*) rendah antara 0,43-0,76%; nilai kemerahan (a*) tinggi
antara (39,49-49,12%); nilai Kekuningan (b*) rendah antara (-21,16- -27,74%); kafein tertinggi 54,42ppm;
total fenol tertinggi 8,23mg GAE/100ml; tanin tertinggi 3,18TAE/100ml; dan kapasitas antioksidan tertinggi
697,33mg/L GAEAC.
Kata kunci: cascara, kopi arabika, pengeringan, rasio penyeduhan, sifat fisik, sifat kimia
710
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
hasil pengolahan kopi yang dihasilkan. penyeduhan cascara kopi arabika terhadap
Pemanfatan limbah kulit kopi terbatas sebagai sifat fisik dan kimia perlu dilakukan.
pakan ternak atau diolah sebagai pupuk
organik bagi tanaman. BAHAN DAN METODE
Limbah sisa pengolahan kopi dapat
berupa kulit dan daging buah. Secara umum Bahan dan Alat
proporsi kulit kopi yang dihasilkan dalam Bahan yang digunakan dalam penelitian
pengolahan kopi cukup besar yaitu 40-45% ini adalah kulit buah kopi jenis arabika (Coffea
(Diaz et al., 2015). Limbah kulit kopi yang arabica L.) berwarna merah yang
dihasilkan rata-rata mencapai 16,37% atau diperoleh dari petani kopi Desa Catur,
setiap pengolahan buah kopi akan dihasilkan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Kulit
45% kulit kopi, 10% lender, 5% kulit ari dan buah dikeringkan dengan metode
40% biji kopi (Murni dkk, 2004). pengeringan sinar matahari dilakukan selama
Kulit kopi segar mengandung Protein ± 20 jam, dan metode pengeringaan dengan
6,11%, Serat kasar 18,69%, Tanin 2,47%, oven dilakukan selama 5 jam. Bahan kimia
Kafein 1,36%, Lignin 52.59%, Lemak 1,07% yang digunakan adalah kafein, kalsium
Abu 9,45%, Kalsium 0,23% dan Fosfor karbonat (CaCO3), kloroform (CHCl3),
0,02% (Sumihati et al, 2011). kulit biji kopi akuades, DPPH (Diphenylpicryl-hydrazyl),
juga mengandung beberapa senyawa asam galat, Na2CO3, reagen Follin-
metabolit sekunder yaitu kafein dan Ciocalteau, FeCl3, K3Fe(CN).
golongan polifenol. Dari beberapa Alat yang digunakan dalam penelitian ini
penelitian, senyawa polifenol yang ada pada adalah timbangan analitik, baskom, oven,
kulit biji kopi ini adalah flavan-3-ol, asam blender, loyang, plastic wrap, kantong teh,
hidroksinamat, flavonol, antosianidin, mikropipet (socorex), pipet volume (Pyrex)
katekin, epikatekin, rutin, tanin, asam ferulat spektrofotometer (Thermo Scientific Genesys
(Esquivel dan Jimenez, 2012). Salah satu 10S UV-Vis), labu takar (pyrex), kuvet
bahan pangan yang mengandung senyawa (pyrex), tabung reaksi (Pyrex), gelas piala
fenolik dan memiliki aktivitas antioksidan (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur
adalah kopi. Dalam kategori minuman, salah (Pyrex), hot plate, evaporator, gelas beker
satu sumber antioksidan dari fenol terbesar (Pyrex) 100 ml, batang pengaduk, corong
adalah dari bahan kopi (Pellegrini et al., gelas, kertas saring, colour reader, pH meter.
2003; Carlsen et al., 2010).
Pengembangan dan pemanfaatna kulit Metode
buah kopi sebagai alternatif bahan baku Penelitian ini menggunakan Rancangan
produksi makanan dan minuman patut untuk Acak Kelompok (RAK) Faktorial; dengan 2
dikembangkan. Produk teh kulit buah kopi faktor perlakuan. Faktor I adalah cara
sendiri sebenarnya sudah beredar di pasaran pengeringan (sinar matahari : oven) dan
internasional tetapi masih sangat jarang faktor II adalah rasio penyeduhan teh
ditemukan di Indonesia karena kurangnya kering:air (1:200; 3:200; 5:200) dengan 4 kali
pengetahuan dan minat masyarakat tentang ulang sehingga diperoleh 24 unit percobaan.
keberadaan produk teh kulit buah kopi. Data yang diperoleh dianalisis dengan
Produk teh kulit buah kopi dikenal dengan menggunakan ANOVA dan apabila
sebutan cascara. Pada penelitian Galanakis berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan
(2017) tahapan proses pembuatan teh dari uji BTN atau DMRT (α=5%).
kulit kopi terdiri sortasi dan pencucian buah Metode yang digunakan untuk analisa
kopi, pengupasan dan pengeringan kulit sifat fisik meliputi: Analisis total asam
buah. Melihat potensi tersebut, maka perlu menggunakan metode iodometri (Ranggana,
dilakukan penelitian untuk mengetahui 1997); Analisis derajat asam atau pH
pengaruh pegeringan dan rasio menggunakan alat pH meter (AOAC, 1990);
711
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
dan analisis warna menggunakan alat color pengeringan sinar matahari menghasilkan
reader (Yuwonno dan Susanto, 1998). Analisa seduhan cascara dengan pH yang lebih
sifat kimia meliputi: Analisis kandungan total rendah dikarenakan pada proses
fenol dengan metode spektrofotometri (Follin pengeringannya berlangsung lebih lambat
Chiocalteau Phenol) dalam Gracia et al., sehingga memungkinkan terjadinya
(2007); Analisis kapasitas antioksidan dengan fermentasi selama proses pengeringan
metode DPPH (Yun, 2001); Analisis kadar berlangsung dan juga dimungkinkan masih
kafein dan tanin dilakukan dengan banyak komponen senyawa asam organik
menggunakan metode spektrofotometri UV- yang terkandung dalam bahan. Kulit buah
Vis; (Maramis dkk, 2013). kopi mengandung karbohidrat 35%, protein
5,2%, serat 30,8% dan pulp atau daging buah
Pelaksanaan Penelitian: yang melekat pada kulit buah kopi
Pembuatan cascara mengandung protein 8,9%, gula 4,1%,
a. Persiapan bahan kandungan komponen-komponen inilah yang
Bahan baku yang digunakan adalah kulit memungkinkan terjadinya fermentasi oleh
kopi berwarna merah yang menandakan mikroorganisme dalam proses pengeringan
tingkat kematangan baik diperoleh dari petani terutama pengeringan lambat dengan sinar
kopi Desa Catur, Kintamani, Kabupaten matahari (Kurniawati, 2015).
Bangli, Bali. Seduhan cascara dari pengeringan oven
memiliki nilai pH lebih tinggi dibandingkan
b. Pengeringan dengan seduhan cascara dari pengeringan
Kulit buah kopi dikeringkan dengan sinar matahari. Perlakuan pengeringan oven
menggunakan dua acara yaitu pengeringan diduga dapat menyebabkan terurainya
dengan sinar matahari selama ± 20 jam, dan senyawa-senyawa asam organik sehingga
pengeringaan dengan oven dilakukan selama menghasilkan pH yang lebih tinggi.
5 jam pada suhu 40oC. Penambahan air dapat menurunkan
konsentrasi keasaman dari asam yang
c. Pengecilan ukuran dan pengemasan terkandung di dalam suatu bahan (Cakra,
Kulit buah kopi yang telah kering 2013). Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa,
dilakukan pengecilan ukuran dengan cara dimana semakin tinggi rasio penyeduhan
diblander. Dilakukan penimbangan sebesar 1 yang digunakan akan semakin menurunkan
g, 3 g dan 5 g. dilakukan pengemasan dengan pH seduhan cascara.
kantong teh celup.
2. Total Asam
d. Penyeduhan Total asam pada seduhan cascara yang
Teh kulit kopi (cascara) diseduh dengan dihasilkan dari 6 perlakuan menunjukkan total
menggunakan air mendidih sebanyak 200 ml asam cenderung mengalami peningkatan
selama 5 menit. Rasio penyeduhan yang disebabkan oleh meningkatnya rasio
cascara:air (1:200; 3:200; 5:200). penyeduhan. Pengeringan sinar matahari
mengahasilkan seduhan cascara dengan total
HASIL DAN PEMBAHASAN asam tinggi dibandingkan dengan seduhan
casacara dengan pengeringan oven. Pada
Sifat Fisik perlakuan pengeringan sinar matahari
1. Derajat Keasaman (pH) dimungkinkan masih banyaknya komponen
Derajat keasaman (pH) pada seduhan senyawa organik yang terkandung dalam
cascara yang dihasilkan dari 6 perlakuan bahan dan menghasilkan total asam yang
menunjukkan cenderung mengalami lebih tinggi. Pada pengeringan dengan oven
penurunan yang disebabkan oleh menyebabkan terurainya senyawa-senyawa
meningkatnya rasio penyeduhan. Metode asam organik sehingga menghasilkan total
712
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
asam seduhan cascara yang lebih rendah. Pada Tabel 1 juga menunjukkan bahawa
Pengeringan dapat merusak komponen asam- rasio penyeduhan cascara juga
asam organik pada bahan (William, 2005). mempengaruhi nilai kecerahan (L*) pada
Kadar asam berbanding terbalik dengan seduhan cascara yang dihasilkan. Semakin
pH seduhan. Semakin rendah nilai total asam tinggi rasio penyeduhan yang digunakan akan
maka nilai pH akan semakin meningkat menurunkan nilai kecerahan (L*) seduhan
karena jumlah total asam yang semakin cascara sehingga menghasilkan warna
sedikit (Roswitha, 2006). Hal ini sesuai seduhan cascara yang semakin gelap.
dengan hasil analisa total asam dimana hasil Semakin kecil nilai kecerahan maka
pengeringan sinar matahari memiliki pH lebih kecerahannya semakin berkurang, hal
rendah sedangkan total asam tinggi dan tersebut disebabkan oleh warna cascara yang
metode pengeringan oven yang memiliki pH semakin cokelat. Hal tersebut berhubungan
tinggi dan total asam yang rendah. dengan perlakuan oksidasi enzimatis karena
oksidasi enzimatis ini berperan dalam
3. Warna mengubah kandungan senyawa tanin menjadi
Warna seduhan cascara meliputi (1) Nilai theaflavin dan thearubigin. Theaflavin
Kecerahan (L*) yang ditunjukkan dengan berperan dalam penentuan kecerahan warna
gelap terangnya (kecerahan) suatu warna; (2) seduhan teh (kuning kemerahan) dan
Nilai Kemerahan (a*) dan (3) Nilai Kekuningan Theaflavin merupakan senyawa yang sulit
(b*). Nilai kecerahan (Lightness) larut dalam air dan berperan dalam
menunjukkan gelap terangnya (kecerahan) menentukan kemantapan warna seduhan teh
suatu warna (Winarno, 2004). Notasi L (merah kecoklatan agak gelap) (Heeger, et al,
menyatakan parameter kecerahan (lightness) 2016).
yang mempunyai nilai ) (hitam) sampai 100
(putih) (Hutching, 1999). b. Nilai Kemerahan (a*)
Pada hasil menunjukkan bahwa nilai Pengaruh pengeringan dan rasio
kecerahan (L*) seduhan cascara cenderung penyeduhan terhadap nilai kemerahan (a*)
mengalami penurunan yang disebabkan oleh seduhan cascara pada Tabel 1. menunjukkan
meningkatnya rasio penyeduhan. bahwa nilai kemerahan (a*) seduhan cascara
Pengeringan sinar matahari menghasilkan cenderung mengalami kenaikan yang
seduhan cascara dengan nilai kecerahan (L*) disebabkan oleh meningkatnya rasio
yang lebih rendah dibandingkan dengan penyeduhan. Pengeringan sinar matahari
seduhan cascara dengan menggunakan oven. menghasilkan seduhan cascara dengan nilai
Hal ini disebabkan karena pada proses kemerahan (a*) yang lebih tinggi
pengeringan dengan sinar matahari dibandingkan dengan seduhan cascara
menggunakan suhu rendah sehingga enzim dengan pengeringan oven. Hal ini disebabkan
polifenol oksidase masih aktif bekerja dan karena pada proses pengeringan dengan sinar
mengoksidasi senyawa polifenol pada bahan matahari menggunakan suhu rendah
sehingga terjadi reaksi pencoklatan sehingga beberapa enzim polifenol oksidase
(browning) dan menghasilkan komponen masih aktif bekerja dan mengoksidasi
warna gelap (Rohdiana, 2006). Selain itu, senyawa-senyawa polifenol pada bahan
warna seduhan cascara dengan pengeringan sehingga terjadi reaksi pencoklatan
sinar matahari lebih gelap karena saat (browning) dan menghasilkan komponen
pengeringan juga terjadi pelepasan tanin. warna gelap (Rohdiana, 2006).
Tanin dapat meyebabkan warna seduhan
semakin gelap sehingga semakin tinggi kadar
tanin dalam bahan, semakin gelap teh yang
dihasilkan.
713
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik (Derajat Keasaman (pH), Total Asam, Warna)
Rasio Prarameter
Penyeduhan Derajat Total Asam Nilai Kecerahan Nilai Kemerahan Nilai Kekuningan
Keasaman (pH) (%) (L*) (a*) (b*)
OV1:200 7,08e±0,12 0,42a±0,01 2.1140e ±0,279 11.7160a±1,016 -10.9780d±0,676
OV3:200 6,93d±0,02 0,58c±0,03 0.8920d ±0,069 31.8380b±1,153 -16.5100c±1,617
OV5:200 6,88cd±0,02 0,63d±0,01 0.6820b±0,171 c
36.0840 ±1,655 -20.8620b±2,614
SM1:200 6,84c±0,01 0,55b±0,01 0.7600cd ±0,085 d
39.4980 ±2,987 -21.1580b±0,811
SM3:200 6,69b±0,03 0,62d±0,01 0.5480ab±0,091 e
43.3780 ±1,799 -27.7360a±1,191
SM5:200 5,69a±0,02 0,64d±0,01 0.4260a±0,039 f
49.1180 ±1,297 -22.8340b±0,939
Kulit buah kopi juga memiliki kandungan bahwa nilai kekuningan (b*) seduhan cascara
senyawa katekin, epikatekin dan asam ferulat cenderung mengalami penuruanan yang
namun dalam jumlah yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh meningkatnya rasio
(Towaha, 2013). Berdasarkan penelitian penyeduhan. Metode pengeringan sinar
menyatakan bahwa katekin teroksidasi matahari menghasilkan nilai kekuningan
selama proses pengeringan terutama seduhan cascara lebih rendah dibandingkan
pengeringan sinar matahari yang berlangsung seduhan cascara yang dikeringkan dengan
lambat dan dengan suhu yang relatif rendah. metode oven. Berdasarkan penelitian Pusat
Katekin yang teroksidasi pada teh akan Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
menghasilkan theaflavin dan thearubigin yang senyawa katekin pada kulit buah kopi yang
ada pada air seduhan, maka warna teh akan teroksidasi pada cascara akan menghasilkan
semakin gelap. Hali ini disebabkan karena theaflavin dan thearubigin yang menentukan
theaflavin merupakan komponen pemberi warna air seduhan cascara. Theaflavin
warna coklat, sedangkan thearubigin merupakan komponen pemberi warna merah
merupakan komponen pemberi warna kuning coklat, sedangkan thearubigin merupakan
keemas an pada teh. komponen pemberi warna kuning keemasan
Pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pada cascara.
semakin tinggi rasio penyeduhan cascara
maka tingkat kemerahan (a*) seduhan Sifat Kimia
cascara yang dihasilkan semakin meningkat. 1. Kandungan Kafein
Warna merah pada seduhan cascara Kandungan kafein pada cascara yang
disebabkan karena adanya enzim polifenol dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor
oksidase. Reaksi ini disebut reaksi antara lain jenis tanaman kopi, tempat
pencoklatan. Beberapa hal yang dapat tumbuh tanaman kopi, ukuran partikel
menyebabkan reaksi pencoklatan, salah cascara, metode pengeringan, rasio dan lama
satunya adalah keberadaan enzim. Reakasi waktu penyeduhan. Proses pengolahan
pencoklatan enzimatis adalah proses kimia cascara merupakan faktor yang berpengaruh
yang terjadi pada sayuran dan buah-buahan karena terdapat proses fermentasi yang dapat
oleh enzim polifenol oksidase yang mempengaruhi kadar kafein. Seperti pada
menghasilkan pigmen warna coklat (Winarno, proses pengolahan teh dapat mempengaruhi
2004). kadar kafein dalam teh karena terdapat
c. Nilai Kekuningan (b*) proses fermentasi (Putri, 2015). Analisi kadar
Pengaruh pengeringan dan rasio kafein pada sampel menggunakan metode
penyeduhan terhadap nilai kekuningan (b*) Spektrofotometri UV-VIS.
seduhan cascara pada Tabel 1. menunjukkan Pada Tabel 2 menunjukkan kadar kafein
cenderung mengalami peningkatan yang
714
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Kimia (Kadungan Kafein, Total Fenol, Kadar Tanin dan
Kapasitas Antioksidan)
Rasio Parameter
Penyeduhan Kandungan Total Fenol Kadar Tanin Kapasitas Antioksidan
Kafein (ppm) (mg GAE/100ml) (mg TAE/100ml) (mg/L GAEAC)
OV1:200 10,70b±0,24 3,29a±0,01 1,28a±0,01 209,83a±4,63
OV3:200 13,35c±0,27 4,32c±0,04 2,29c±0,03 265,92c±8,43
OV5:200 22,78e±0,27 6,62e±0,05 2,80d±0,02 475,43d±3,02
SM1:200 9,86a±0,23 3,96b±0,04 1,53b±0,02 222,76b±2,51
SM3:200 18,48d±0,23 6,03d±0,05 2,26c±0,02 490,70e±4,86
SM5:200 54,42f±0,28 8,23f±0,01 3,18e±0,09 697,33f±5,72
*Angka merupakan rata-rata ± standar deviasi
*Huruf notasi yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata pada taraf signifikansi (P<0,05)
715
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
716
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
717
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 6 No. 2 November 2020
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Polyphenol Extract from Various Solvents. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Jurnal Penelitian The dan Kina 19:1, 57- Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
66
Yonata, A. dan Saragih, D.G.P. 2016.
Sumihati. 2011. Utilitas Protein Pada Sapi Pengaruh Konsumsi Kafein pada Sistem
Perah Friesian Holstein yang Mendapat Kardiovaskular. Medical Journal of
Ransum Kulit Kopi Sebagai Sumber Serat Lampung University. 5:3, 43-49
yang Diolah Dengan Teknologi Amoniasi
Yuwono, S.S. dan T. Susanto. 1998.
Fermentasi (Amofer). Laporan Penelitian
Pengujian Fisik Pangan. Fakultas
Vol. 15, No. 1
Teknologi Pertanian. Universitas
Towaha J. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Brawijaya. Malang
Pada Daun Teh (Camelia sinensis). Warta
Zhao X, Carey EE, Young JE, Wang W,
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Iwamoto T. 2007. Influence of organic
Industri, 19: 3, 12-16
fertilization, high tunnel environment,
William H. Ukers. 2005. All About Coffee. The and postharvest storage on phenolic
Tea and Coffee Trade Journal Company, compounds in lettuce. Hort science.
1922. 42(1): 71-76.
718