Laporan Praktikum Pengantar Kimia Farmasi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


 “PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM”

Senin, 9 September 2019

FAKULTAS FARMASI 
UNIVERSITAS PADJADJARAN 
2019
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
1. Tujuan
1.1. Mengetahui cara menimbang, melarutkan, mengencerkan, memipet, dan
menghitung presentase kesalahan volume dengan rumus dan proses yang
benar.
1.2. Menentukan volume dan konsentrasi dari kelarutan, pengenceran,
pemipetan suatu zat.

2. Prinsip
2.1. Penimbangan
Penimbangan adalah suatu prosedur rutin didalam analisis secara
kuantitatif. Penimbangan bisa dilakukan menggunakan timbangan biasa
maupun timbangan neraca analitik, tergantung jumlah zat yang hendak
ditimbang dan tingkat ketelitian yang diharapkan. (Widodo dan Lusiana,
2010).
2.2. Pelarutan
Pelarutan merupakan suatu proses dilarutkannya zat terlarut (solute) ke
dalam zat terlarut (solvent). Larutan yang menggunakan air sebagain
pelarut disebut larutan dalam air. Sedangkan larutan yang mengandung
banyak zat terlarut dinamakan larutan pekat. (Karyadi, 1994).
2.3. Pengenceran
Pengenceran adalah suatu prosedur pembuatan larutan suatu zat yang
berasal dari cairan pekatnya. Proses pengenceran dilakukan dengan cara
menambahkan pelarut supaya dihasilkan volume akhir yang lebih besar.
(Gunawan dan Roeswati, 2004).
2.4. Persen Kesalahan Volume
Persen kesalahan volume merupakan persentase perbedaan antara nilai
ukuran yang terbaca dengan nilai sebenarnya dari objek yang diukur.
(Chang, 2005).
3. Reaksi
-
4. Teori Dasar
Laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk merealisasikan
teori-teori yang diperoleh seorang pelajar setelah mendengarkan materi dari
guru di dalam kelas dan kegiatan tersebut disebut praktikum. Di dalam suatu
praktikum, seorang praktikan atau orang yang melakukan praktikum akan
melaksanakan praktikum dengan benar dan maksimal. Selain itu, seorang
praktikan juga perlu meminimalisasi adanya kecelakaan maupun kesalahan
kerja. Agar dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika sedang
melaksanakan praktikum tersebut, praktikan harus mengetahui dan
memahami serta melaksanakan peraturan-peraturan yang ada di dalam
laboratorium, mulai dari menggunakan sarung latex, masker, jas lab, dan
penggunaan alat laboratorium dengan baik dan sesuai prosedur. (Supartono,
2016).

Langkah-langkah atau mekanisme yang ditempuh dalam proses


penggunaan peralatan laboratorium dan bahan-bahan kimia di laboratorium
yaitu dengan cara, dosen berkoordinasi dengan laboran sehari atau beberapa
hari sebelum praktikum, agar laboran dapat menyiapkan peralatan
laboratorium dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dalam praktikum
tersebut. Kemudian, ketika sedang praktikum, para praktikan diharuskan agar
mengisi format mengenai pemakaian peralatan laboratorium dan bahan-bahan
kimia serta peminjaman alat dan bahan tersebut. Selanjutnya para praktikan
mengambil alat dan bahan di tempat yang sudah disediakan. Setelah
praktikum selesai, praktikan diharuskan untuk membersihkan peralatan
laboratorium yang digunakan dan mengembalikannya kembali ke tempat
penyimpanan alat yang disediakan. (Subagia, 2014).

Tujuan dari pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar praktikan


dapat mengetahui manfaat serta fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium.
Pada dasarnya, setiap alat yang terdapat di laboratorium mempunyai nama
yang menunjukkan fungsi alat tersebut serta prinsip kerja dan proses yang
terjadi ketika alat tersebut sedang digunakan. Beberapa manfaat alat bisa
diketahui berdasarkan nama alat tersebut. Sebagai contoh, alat-alat
laboratorium yang berakhiran kata meter biasanya berfungsi untuk mengukur,
seperti voltmeter, thermometer, amperemeter, hygrometer, barometer,
anemometer, dan lain-lain. Selain itu, ada pula alat ukur yang berakhiran graf.
Alat ukur tersebut biasanya disertai dengan informasi tertulis. Contohnya
yaitu barograf dan seismograf. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa nama setiap alat menggambarkan fungsi alat tersebut.
(Moningka, 2008).

Pengukuran merupakan suatu metode yang mempunyai tujuan untuk


menemukan atau menentukan nilai suatu besaran tertentu. Kehidupan modern
ditandai dengan canggihnya peralatan  untuk memperoleh suatu data.
Manusia pada saat ini memiliki ketergantungan dengan aktivitas mendapatkan
data-data yang biasa disebut dengan pengukuran. (Ibrahim, 1998).  

Langkah-langkah dalam pengoperasian atau penggunaan alat – alat


yang ada di dalam laboratorium seharusnya tertulis di dalam instuksi kerja
alat-alat tersebut. Pemeliharaan sebaiknya juga wajib dilakukan pada setiap
alat laboratorium sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada sehingga seluruh
aktivitas mendapatkan hasil yang sempurna. (Departemen Kesehatan RI,
2008).

Alat-alat yang terdapat di laboratorium dibagi menjadi dua kelompok,


yaitu alat yang tidak teliti (kualitatif) dan alat yang teliti (kuantitatif). Untuk
alat-alat kualitatif contohnya yaitu erlenmeyer, gelas ukur, dan sebagainya.
Sedangkan untuk alat-alat kuantitatif contohnya yaitu labu ukur, buret, dan
lain-lain. Dengan memahami cara kerja dan kegunaan alat laboratorium,
praktikan bisa melakukan praktikum dengan benar. Selain itu, praktikan juga
dapat terhindar dari kecelakaan dan bahaya ketika bekerja di dalam
laboratorium. Ketika seorang praktikan hendak melaksanakan praktikum,
hal-hal yang perlu dipahami oleh praktikan yaitu mengetahui serta memahami
nama-nama peralatan laboratorium serta mengetahui kegunaan dan prosedur
penggunaan alat tersebut supaya praktikum berjalan dengan lancar dan
sempurna. (Gargis, 2015).

Penggunaan bahan kimia dalam praktikum berpengaruh terhadap alat


yang digunakan. Alat-alat laboratorium ada yang tahan terhadap panas, asam,
basa, dingin, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan alat dan bahan
di dalam laboratorium memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan
sebuah praktikum. (Macleod, 2009).

Penataan alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum sangat


bergantung kepada fasilitas yang terdapat di dalam laboratorium. Dalam hal
ini, fasilitas yang dimaksud yaitu terdapatnya ruang penyimpanan khusus
seperti gudang tempat penyimpanan alat-alat, ruang asam atau yang biasa
disebut dengan lemari asam untuk menyimpan bahan-bahan tertentu, ruang
persiapan, dan tempat penyimpanan seperti rak-rak, lemari, dan juga kabinet.
(Raharjo, 2017).

Dalam bekerja dan melakukan praktikum di laboratorium, seorang


praktikan akan dihadapkan dengan bahan-bahan kimia, bahan-bahan
berbahaya, ataupun bahan-bahan eksplosif. Oleh karena itu, seorang praktikan
harus berhati-hati dalam melaksanakan praktikum. (Kendall, 2016).

Sebaiknya, setiap laboratorium memiliki manajemen laboratorium


yang baik. Apabila laboratorium memiliki manajemen laboratorium yang
baik, maka kegiatan praktikum dapat terlaksana dengan lancar dan sempurna.
Manajemen laboratorium yang baik mempunyai dampak yang sangat baik
dan signifikan. Hal itu disebabkan karena laboratorium dengan
peralatan-peralatan yang sudah modern dan canggih dan anggota-anggotanya
yang mempunyai sifat profesionalisme dan etos kerja tinggi belum tentu akan
berfungsi dengan baik dan sempurna tanpa adanya suatu manajemen
laboratorium yang baik dan terorganisir. (Budianingsih et al, 2013).

5. Alat dan Bahan


5.1. Alat
5.1.1. Beaker glass 100 ml/250 ml (35 buah)
5.1.2. Bulb (4 buah)
5.1.3. Buret (10 buah)
5.1.4. Corong (10 buah)
5.1.5. Gelas ukur 25, 50, 100 ml (35 buah)
5.1.6. Labu ukur 10, 20, 25 ml (35 buah)
5.1.7. Statif (10 buah)
5.1.8. Timbangan analitik
5.1.9. Volume pipet 5, 10 ml (35 buah)

5.2. Bahan
5.2.1. Aquades
5.2.2. HCl
5.2.3. NaCl

5.3. Gambar alat


5.3.1. Beaker glass

5.3.2. Bulb
5.3.3. Buret

5.3.4. Corong

5.3.5. Gelas ukur


5.3.6. Labu ukur

5.3.7. Statif

5.3.8. Timbangan analitik

5.3.9. Volume pipet


6. Prosedur
6.1. Bagian I
6.1.1. Menggunakan timbangan
Pertama, telah dilihat batas atas dan bawah dari kapasitas
timbangan. Kedua, telah dipastikan bahwa tempat penyimpanan
timbangan analitik rata. Ketiga, telah disimpan timbangan analitik
di tempat yang jauh dari pintu maupun AC. Keempat, telah diatur
air pass agar berada di tengah. Kelima, telah dinyalakan
timbangan analitik. Keenam, telah ditimbang sampel seberat 375
mg, ditambahkan sedikit demi sedikit, dengan SD 0,17. Ketujuh,
telah dicatat hasil timbangan di jurnal. Kedelapan, telah diambil
sampel. Kesembilan, telah disesuaikan timbangan. Kesepuluh,
telah dimatikan timbangan.
6.1.2. Melarutkan
Pertama, telah disiapkan sampel yang sudah ditimbang. Kedua,
telah dikeringkan alat gelas. Ketiga, telah dimasukkan sampel ke
dalam labu ukur 50 ml dengan menggunakan corong. Keempat,
telah dibilas corong dengan aquades agar sampel tidak tertahan di
dalam corong. Kelima, telah diisi labu ukur dengan aquades
sampai sepertiganya. Keenam, telah dikocok sampai seluruh
sampel terlarut. Ketujuh, telah ditambah aquades sampai tanda
batas. Kedelapan, telah dikocok sampai homogen.
6.1.3. Memipet larutan
Pertama, telah dikeluarkan udara di dalam bulb dengan menekan
A. Kedua, telah dipasang bulb ke pipet volume. Ketiga, telah
diposisikan pipet volume tegak lurus dan ujungnya tidak
menempel pada beaker glass atau labu ukur. Keempat, telah
ditekan S agar larutan dapat tertarik ke dalam pipet volume.
Kelima, telah diisi pipet volume sampai tanda batas. Keenam,
telah dipindahkan larutan ke dalam wadah selanjutnya agar
larutan bisa dikeluarkan.

6.2. Bagian II
6.2.1. Mengencerkan larutan (HCl 2M)
Pertama, telah dituangkan HCl pekat ke dalam beaker glass.
Kedua, telah diambil 3,33 ml HCl pekat dari beaker glass
menggunakan gelas ukur. Ketiga, telah dimasukkan aquades ke
dalam beaker glass. Keempat, telah dimasukkan HCl pekat yang
sudah di ukur ke dalam beaker glass secara perlahan.

6.3. Bagian III


6.3.1. Menghitung persen kesalahan volume dari alat ukur
Pertama, telah dimasukkan 20 ml aquades ke dalam buret. Kedua,
telah dibaca jumlah ml aquades yang ada di dalam buret, dengan
minimal 2 angka di belakang koma. Ketiga, telah dituangkan
aquades ke dalam gelas ukur kering. Keempat, telah dihitung
jumlah aquades di dalam gelas ukur. Kelima, telah dihitung
persen kenaikan volumenya.
7. Data Pengamatan
7.1. Penimbangan NaCl

No. Massa Teoritis Massa Nyata

I 100 mg 107,7 mg

II 100 mg 103,3 mg

III 375 mg 383 mg

7.2. Pengenceran

No. V HCl Teoritis V HCl Nyata


I 50 ml 50 ml

7.3. Kelarutan

No. Perlakuan Hasil

Menyiapkan sampel yang Telah disiapkan sampel yang


1.
sudah ditimbang sudah ditimbang

2. Mengeringkan alat gelas Telah dikeringkan alat gelas

Memasukkan sampel ke Telah dimasukkan sampel ke


3. dalam labu ukur 50 ml labu ukur
dengan menggunakan corong

Membilas corong dengan Telah dibilas corong dengan


aquades (pelarut) agar sampel aquades
4.
tidak tertahan di dalam
corong

Mengisi labu ukur dengan Telah diisi labu ukur dengan


5.
aquades sampai sepertiganya aquades sampai 1/3 nya

Mengocok sampai seluruh Telah dikocok sampai sampel


6.
sampel terlarut larut

Menambahkan aquades Telah ditambahkan aquades


7.
sampai tanda batas sampai tanda batas

8. Mengocok sampai homogen Telah dikocok sampai homogen

7.4. Pemipetan

No. Perlakuan Hasil


Menekan A pada bulb agar Telah ditekan A pada bulb dan
1.
udaranya keluar mengeluarkan udaranya

2. Memasang bulb ke pipet Telah dipasang bulb ke pipet

Memposisikan pipet volume Telah memposisikan pipet tegak


tegak lurus dan ujungnya lurus dengan ujungnya tidak
3.
tidak menempel pada beaker menempel pada beaker glass
glass

Menekan S agar larutan Telah menarik larutan dengan


4. tertarik ke dalam pipet sampai pipet dengan menekan S pada
tanda batas bulb

Menekan E pada bulb agar Telah memindahkan larutan


5. larutan keluar dan pindah ke dengan menekan E pada bulb
wadah

8. Perhitungan
8.1. Pengenceran HCl 12N
Rumus : N1V1 = N2V2
Diketahui : N1 : 12 N
N2 : 6 N
V2 : 50 ml
Ditanya : V1
Jawab :
N1V1 = N2V2
12 . V1 = 6 . 50
V1 = 25 ml
8.2. Persen Kesalahan Volume
|𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛|
Rumus : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
× 100%

Diketahui :
Nilai sesungguhnya : 50 ml
Nilai pengamatan : 50 ml
Ditanya : Persen Kesalahan Volume
Jawab :
|50−50|
50
× 100% = 0%

9. Pembahasan

Setelah mempelajari Good Laboratory Practice yang membahas


tentang segala peraturan dan pedoman di laboratorium untuk menjaga
keselamatan seorang praktikan, kita juga perlu mempelajari dan
memahami peralatan-peralatan yang terdapat di dalam laboratorium untuk
menghindari kesalahan dalam penggunaan alat-alat laboratorium,
khususnya alat-alat yang perlu ketelitian dan ketelatenan tinggi dalam
penggunaannya. Selain itu, kita perlu memahami tata cara penggunaan alat
laboratorium agar terhindar dari kecelakaan kerja. Dengan begitu, kita
dapat melakukan dengan baik, lancar, dan sempurna.
Pengenalan alat-alat laboratorium ini bertujuan untuk membantu
praktikan mengetahui fungsi serta kegunaan dari alat laboratorium. Dalam
mempelajari peralatan laboratorium, kita diberikan kesempatan untuk
mengetahui prinsip, cara kerja, dan juga cara pemeliharaan dan perawatan
tiap-tiap alat di laboratorium. Kita juga diberi kesempatan untuk mencoba
memakai setiap alat. Setelah mempelajari alat-alat laboratorium beserta
prinsip dan prosedur penggunaannya, diharapkan kedepannya praktikan
dapat menggunakan setiap alat-alat tersebut dengan baik dan benar. 
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui
berbagai macam alat beserta prosedur penggunaan dan fungsinya yang
sebelumnya tidak kita ketahui. Berikut ini akan dijabarkan beberapa
peralatan laboratorium yang sering digunakan beserta kegunaannya :
● Batang pengaduk
Batang pengaduk berbahan dasar kaca dan digunakan untuk
mengaduk larutan supaya larutan menjadi homogen.
● Beaker glass

Beaker glass atau bisa disebut gelas piala ini adalah suatu alat gelas
yang dipakai sebagai tempat menaruh larutan atau zat kimia cair.
Beaker glass juga biasa dipakai pada saat pemanasan dan
penimbangan larutan.

● Bulb

Bulb adalah alat laboratorium berbahan karet yang penggunaannya


bersamaan dengan pipet volume. Bulb ini berfungsi untuk menghisap
larutan yang akan diukur menggunakan pipet volume. Pada saat
pemasangan dan pelepasan bulb ke pipa volume harus berhati-hati,
ditakutkan jika kita teledor, pipa volume akan patah dan tidak dapat
dipakai lagi. Saat penghisapan juga tidak boleh melebihi batas dan
cairan sampai masuk ke dalam bulb, karena ditakutkan bulb akan
tersumbat dan sulit untuk diperbaiki kembali.

● Buret

Pada saat proses titrasi, digunakan buret yang digunakan untuk


mengeluarkan cairan penitran.

● Corong

Corong ini berfungsi untuk memindahkan cairan dari wadah yang


ujungnya besar ke wadah yang ujung nya kecil, seperti pemindahan
cairan dari beaker glass ke gelas ukur. Corong juga biasa digunakan
untuk memasukkan zat padatan ke wadah yang ujungnya kecil, seperti
yang dilakukan pada saat proses pelarutan.

● Erlenmeyer

Selain buret, pada proses titrasi juga digunakan erlenmeyer yang


berfungsi sebagai tempat zat yang dititrasi. Erlenmeyer bisa juga
dipakai untuk memanaskan larutan. Pada saat titrasi, erlenmeyer
digoyangkan untuk melihat perubahan warna yang terjadi.

● Gelas ukur

Ada pula gelas ukur yang fungsinya untuk mengukur volume zat
kimia yang berbentuk cairan/fluida. Gelas ukur memiliki beragam
ukuran dari yang berukuran 10mL sampai dengan ukuran 2L.

● Kaca arloji
Fungsi kaca arloji adalah sebagai wadah menimbang dan menyimpan
bahan kimia.
● Kaki tiga
Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang mempunyai 3 kaki
yang memiliki fungsi sebagai penyangga ring. Fungsi kaki tiga adalah
sebagai penahan kawat kasa dan penyangga ketika proses pemanasan.
● Klem
Klem biasanya dipakai bersamaan dengan statif. Klem berfungsi
untuk menjepit buret atau corong pisah agar menempel pada statif
● Labu ukur
Labu ukur ialah alat berbahan kaca yang digunakan untuk keperluan
pengenceran larutan sampai dengan volume tertentu sebagaimana
tertera dalam labu ukur.
● Mortal dan alu
Mortar dan alu digunakan untuk menghaluskan bahan kimia padatan.
● Penjepit tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi digunakan untuk menjepit tabung reaksi.
Penjepit ini biasanya digunakan saat larutan sedang dipanaskan di
dalam tabung reaksi.
● Pipet tetes
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil dan mengambil zat kimia
berbentuk cair dalam skala kecil. Pipet tetes memindahkan zat cair
tanpa diketahui berapa volume zat cair tersebut.
● Pipet ukur
Pipet ukur berfungsi untuk mengambil dan memindahkan zat cair
dengan volume yang tepat. Penggunaannya bersamaan dengan bulb.
● Pipet volume
Pipet volume atau biasa dikenal dengan pipet gondok adalah alat yang
digunakan untuk mengambil larutan dengan skala tertentu yang di
bagian tengahnya membesar serta bagian ujungnya meruncing. Pipet
gondok dapat mengambil larutan dengan volume yang tepat.
Penggunaanya pun harus berhati-hati dikarenakan pipet volume
termasuk alat yang sedikit rapuh.
● Rak tabung reaksi
Rak ini digunakan untuk menyimpan tabung reaksi agar berdiri tegak.
Di bagian pinggir rak ini juga terdapat kayu yang berbentuk seperti
tongkat yang digunakan untuk mengeringkan tabung reaksi.
● Spatula
Spatula atau spatel adalah suatu alat seperti sendok kecil yang
berbahan dasar besi atau alumunium. Fungsi spatula adalah untuk
mengambil bahan kimia berbentuk padatan dan untuk mengambil zat
yang tidak bereaksi dengan besi.
● Tabung reaksi
Tabung reaksi ini dipakai untuk mereaksikan larutan atau cairan.
● Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu larutan atau zat yang
sedang diamati. Biasanya, termometer yang digunakan adalah
termometer raksa.
● Tiang statif
Tiang statif ini berfungsi sebagai penyangga atau alat yang
menegakkan buret dan corong pisah. Tiang statif akan ditempelkan
dengan statif yang akan menjepit buret atau corong pisah.
● Timbangan analitik
Timbangan analitik adalah sebuah timbangan yang memiliki fungsi
seperti timbangan biasanya namun memiliki kemampuan yang lebih
spesifik yang dapat menimbang benda yang sangat ringan. Timbangan
analitik ini harus berhati hati dalam pemakaian dan perawatannya.

Ketika melakukan proses penimbangan, sebelum menyalakan


timbangan analitik, kita harus menempatkan timbangan analitik di tempat
yang rata serta ditempatkan jauh dari AC maupun pintu agar tidak terjadi
penambahan massa. Kita juga harus melihat batas atas dan bawah dari
timbangan tersebut dan mengecek water-pass sampai berada di tengah.
Penimbangan menggunakan timbangan analitik juga tidak boleh langsung
menempatkan bahan di timbangannya, tetapi harus menggunakan kertas
perkamen sebagai alas untuk bahan padatan dan kaca arloji atau beaker
glass untuk tempat menimbang bahan cairan atau larutan. Kertas perkamen
digunakan karena sifatnya yang inert atau tidak dapat bereaksi dengan zat
lain, sehingga zat yang dipakai tidak akan terserap atau bereaksi dengan
kertas tersebut. Pada saat penempatan sampel pun harus dilakukan dengan
hati-hati dan ditambahkan sedikit demi sedikit agar tidak terjadi kesalahan
massa. Setelah selesai melakukan penimbangan, timbangan perlu
disesuaikan lagi. Setelah itu, timbangan dimatikan.
Lalu pada prosedur kedua adalah melarutkan. Melarutkan adalah di
mana senyawa yang bersifat polar cenderung lebih mudah larut dalam
pelarut yang bersifat polar juga. Hasil dari penimbangan yang didapatkan
diprosedur pertama di larutkan dalam masing masing 25mL aquadest di
labu ukur. Langkah-langkah melarutkan dilakukan sesuai dengan prosedur.
Lalu ada beberapa kendala saat melarutkan NaCl  yaitu antara lain
memasukkan aquadest ke dalam labu ukur sampai tanda batas
menggunakan pipet tetes atau menggunakan botol semprot. Untuk larutan
yang tidak berwarna, pembacaan dilakukan dengan cara melihat meniscus
bawah atau cekungan, sedangkan untuk cairan yang berwarna, pembacaan
dilakukan dengan cara melihat meniscus atas atau cembungan.
Prosedur yang dilakukan selanjutnya adalah memipet larutan NaCl
yang telah dibuat lalu dipindahkan kewadah lain. Langkah langkah
memipet larutan dengan menggunakan pipet volume dilakukan sesuai
prosedur. Ada pun kendala-kendala yang terjadi saat menggunakan bulb
dan pipet volume. Kendala pertama tidak terbiasanya praktikan
menggunakan bulb sehingga kesulitan memencet A,E,dan S sampai
tremor. Lalu kendala kedua lamanya praktikan memipet larutan karena
selalu lebih atau kurang saat menghisap cairan menggunakan pipet
volume. Hal ini dikarenakan praktikan kurang fokus dan teliti.
Prosedur keempat yakni mengencerkan HCl. Metode ini adalah
suatu proses dimana bahan anorganik konsentrasinya berkurang karena
dilakukan dengan penambahan air.
Prosedur kelima yaitu menghitung persen kesalahan volume.
Pertama, telah dimasukkan 20 ml aquades ke dalam buret. Kedua, telah
dibaca jumlah ml aquades yang ada di dalam buret, dengan minimal 2
angka di belakang koma. Ketiga, telah dituangkan aquades ke dalam gelas
ukur kering. Keempat, telah dihitung jumlah aquades di dalam gelas ukur.
Kelima, telah dihitung persen kenaikan volumenya.

10. Kesimpulan
10.1. Telah diketahui cara menimbang, melarutkan, mengencerkan,
memipet, dan menghitung presentase kesalahan volume dengan rumus
dan proses yang benar.
10.2. Telah ditentukan volume dan konsentrasi dari kelarutan, pengenceran,
pemipetan suatu zat.

11. Daftar Pustaka

Budianingsih, R. S. 2013. Manajemen Laboratorium Biologi Beberapa


Laboratorium Swasta di Kota Jambi. Jurnal Santika, 7, 2-10.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar, Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Gargis, A. 2015. Good Laboratory Practice for Clinical Next-Generation


Sequencing Informatics Pipelines. Nature Biotechnology, 33, 689.

Gunawan, A. d. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.

Ibrahim, T. 1998. Penerapan Timbangan Buku I. Bandung: Widyasiswara Utama


Pratama.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang


Benar. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Karyadi, G. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.

Kendall, G. 2016. Good Laboratory Practice for Optimization Research. Journal


of the Operational Research Society, 67, 678-689.

Macleod, M. 2009. Good Laboratory Practice : Preventing Introduction of Bias at


The Bench. Stroke, 40, 50-52.

Moningka. 2008. Kimia Universitas Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Raharjo. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 20, 99-104.

Subagia, I. 2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia pada SMA Negeri di Kota


Singaraja. Acuan Pengembangan Model Panduan Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti, 3, 425-436.

Supartono. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Kegiatan


Laboratorium Inkuri Materi Stoikiometri.

Widodo, S. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

You might also like