Professional Documents
Culture Documents
043 Septina Jurnal Fiks
043 Septina Jurnal Fiks
Alamat Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto di
Jalan A. Yani Nomor 40 A, Karanganjing, Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara,
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah dengan kode pos 53126.
Abstract
this research is intented to bring out the view of Al-Quran surat Al- Baqarah
verse 267 about the Earth Ruwat Tradition. This research is a type of living
quran research in which it explicitly describes the meaning of the Earth Ruwat
Tradition. This research also uses data from interviews with religious leaders of
the village. According to Javanese beliefs, Ruwat Bumi must be carried out with
the aim of "Dedicating" the harvest of rice fields owned, because it is not the
result of farmers alone, but there is the intervention of Allah SWT. This Ruwat
Bumi tradition is also used to express gratitude to Allah SWT as well as a form
of shadaqoh from farmers for the harvest or the results of their rice fields, this
has been mentioned in Surah Al-Baqarah verse 267. The conclusion that can be
drawn from this research is that the Rembul Village Community carries out the
Earth Ruwat Tradition as an expression or a way for them to explain their
gratitude to Alllah SWT for the harvest and the results of their rice fields, the
implementation of the Earth Ruwat in Rembul Village is carried out by
gathering the entire village community and bringing some of their crops to be
collected, after being collected then prayed for by the Local Traditional Leaders
and distributed to people around the village of Rembul, the results are in raw
form distributed to the community and some have been processed into food
eaten together with the Rembul Village Community.
Keywords: Tradition, Ruwat Bumi, Gratitude, Shadaqah.
Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk memunculkan pandangan Al-Quran Surat Al-
Baqarah ayat 267 tentang Tradisi Ruwat Bumi. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian living quran yang didalamnya secara eksplisit memaparkan arti
Tradisi Ruwat Bumi. Penelitian ini juga menggunakan data dari hasil wawancara
dengan tokoh agama desa tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat jawa,
Ruwat bumi harus dilakukan dengan tujuan untuk “Menyedekahi” hasil panen
sawah yang dimiliki, karena hal tersebut bukan hasil dari petani saja, melainkan
ada ikut campur Allah SWT. Tradisi Ruwat Bumi ini juga digunakan untuk
mengidzarkan rasa syukur Kepada Allah SWT serta bentuk shadaqoh dari Petani
atas panen atau hasil sawah mereka, hal ini telah disebutkan dalam surat Al-
Baqarah ayat 267. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
Masyarakat Desa Rembul melakukan Tradisi ruwat bumi sebagai ungkapan atau
cara mereka menjelaskan rasa syukur Kepada Alllah SWT atas panen dan hasil
sawah mereka, pelaksanaan Ruwat bumi di Desa Rembul dilakukan dengan cara
mengumpulkan seluruh masyakarat Desa dan membawa sebagian hasil panen
mereka untuk kemudian dikumpulkan, setelah dikumpulkan kemudian didoakan
oleh Tokoh Adat Setempat dan dibagikan kepada orang-orang sekitar desa
rembul, hasilnya pun ada yang bentuk mentah dibagikan ke masyarakat dan ada
pula yang sudah diolah menjadi makanan dimakan bersama-sama Masyarakat
Desa Rembul.
Kata kunci: Tradisi, Ruwat Bumi, Syukur, Shadaqah.
A. PENDAHULUAN
A
l-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril. Kitab suci ini adalah anugerah dan petunjuk
bagi semua makhluk di alam semesta dan merupakan fondasi
terpenting umat Islam, karena di dalamnya terkandung prinsip-prinsip utama
agama. barang siapa yang bepegang erat terhadap Al-Qur’an maka ia tidak akan
sesat selama-lamanya, didalam Al-Qur’an terdapat banyak persoalan
permasalahan, sadaqah merupakan salah satu permasalahan yang ada didalam
Al-Qur’an.(Mujahidin et al., 2020) Kemudian al-quran dipandang sebagai
pedoman umat muslim dalam segala aspek kehidupan baik sosial maupun
kebudayaan, dalam hal ini peneliti akan menyajikan antara sedekah bumi atau
ruwat bumi dalam pandangan al-quran. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa
masyarakat kebudayaan dan identitas Indonesia merupakan dua aspek yang
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan .(Toto Suryana, 2011)
C. PEMBAHASAN
1. Tradisi
Orang dan budaya memiliki pengaruh timbal balik, yang dapat langsung
atau tidak langsung (Roszi & Mutia, 2018). Budaya mengandung nilai-nilai
moral dan kepercayaan yang dihormati oleh pencipta budaya itu sendiri dan
diwujudkan dalam masyarakat melalui tradisi. Budaya berarti semua karya,
selera, dan kreasi masyarakat. (Soekanto, 1982). Karya masyarakat meliputi
teknologi dan kebudayaan material atau benda-benda yang digunakan manusia
untuk memanfaatkan lingkungan sekitarnya dan menghasilkan kekuatan dan
manfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini, budaya masyarakat Indonesia sangat
beragam karena keragaman suku, agama, kepercayaan dan aspek masyarakat
lainnya.
1
Lelono, H. (2015). Tradisi ruwatan: bersih bumi kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Berkala
Arkeologi, 35(2), 139-152.
Negeri ini memiliki keanekaragaman budaya yang besar, Karakteristik
kebangsaan yang harus dilestarikan serta diwariskan, sebab memiliki
kepercayaan yang kuat terhadap tradisi yang tumbuh di sekitarnya.
2. Al-Qur’an
Alquran dikenal sebagai kitab suci umat Islam di seluruh dunia, terutama
bagi mereka yang mengikuti ajaran Muhammad. Buku ini dianggap sebagai
Firman Tuhan dan dianggap sebagai keajaiban yang diungkapkan oleh Tuhan
SWT. Menurut kepercayaan Islam, Alquran adalah karya ilahi yang diciptakan
oleh malaikat Jibril dan pertama kali diterima oleh Nabi Muhammad di masa
lalu. Ayat 1-5 Surat Al-'Alaq menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah puncak dari
semua wahyu yang pernah Allah berikan kepada umat manusia. tetapi juga
merupakan elemen dari rukun iman yang diberikan kepada Nabi Muhammad
SAW. sebagai pedoman hidup di dunia.
Menurut ulama Al-SyafiI, kata Al-Qur'an yang dikenal dengan Alif lam
(al) tidak memiliki asal usul karena merupakan nama unik yang diberikan oleh
Allah SWT untuk kitabnya yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. ,
seperti Mazmur, Taurat, serta Injil yang diberikan kepada nabi Daud, nabi Musa,
dan nabi Isa a.s (Suyuti).
2
Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebanaran, tarj. Sunarwoti Dema, Yogyakarta: LkiS, 2003, hal.
19.
pada saat itu, menurut Nasr Hamid, Muktazilah menganggap al-Qur'an sebagai
tindakan Tuhan yang acapkali berkaitan dengan realitas. Oleh karena al-Qur'an
telah berubah wajah menjadi teks profan sebagaimana layaknya teks-teks lain,
maka ketika sampai ke realitas duniawi, teks ini bisa didekati dengan pendekatan
apapun sebagaimana teks-teks lainnya, termasuk di antara dengan linguistik
struktural Saussure, yang dikenal dengan linguistik modern. Dalam pandagan
linguistik Struktural,3 bahasa (language) terpola menjadi dua bagian, yakni,
pertama, langue, yaitu sistem bahasa yang lahir dari interaksi unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu masyarakat yang bertutur, yang kemudian sistem bahasa itu
menjadi milik bersama dari masyarakat bertutur tersebut.
Sementara itu, suatu tuturan yang bersifat aktual, temporal, personal dan
individual atau speech dalam bahasa Inggris yang digunakan seseorang dalam
komunikasi, dengan merujuk pada sistem bahasa tertentu, disebut parole,
sebagai pola kedua dari analisa Saussure.4 Dengan kata lain, parole merupakan
perwujudan individual dari sistem bahasa atau langue, yaitu tindak bicara
konkret seorang individu yang pada saat tertentu dengan menggunakan sistem
tanda atau langue tertentu untuk menyampaikan pikiran dan pesannya kepada
orang lain yang terlibat dalam komunikasi dan orang lain itu hidup dalam satu
tingkat keberadaan yang sama.5
3
Aksin Wijaya, Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan: Kritik Atas Nalar Tafsir Gender, Yogyakarta:
Safirian Insania Press, 2004, hal. 36
4
Ferdinand De Saussure, Pengantar Linguistik Umum, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993,
hal. 85. Lihat Sri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra, Yogyakarta:
Galang Press, 2001. Dan Jean Piageat, Strukturalisme, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995, hal. 62-
81.
5
Agus, Cremers, Antara Alam dan Mitos, Memperkenalkan Antropologi Struktural Claude Levi Strauss,
Flores, NTT; Penerbit Nusa Indah, 1997, hal. 43
sosial budaya yang melandasinya. Pada gilirannya, jika masyarakat mengalami
perubahan dan perkembangan, maka bahasa yang lahir darinya juga mengalami
perubahan dan perkembangan.
6
Nasr Hamid Abu Zayd, Naqd al-Khitab al-Dini, Mesir: Sina Li-al-Nasr, , cet 2, hal. 220- 224
7
K.M. Newton, Menafsirkan Teks: Perngantar Kritis Mengenai Teori Dan Prakateks Penafsiran Sastra,
tarj. Soelestia, Semarang: IKIP Semarang Press, 1994, hal. 59
8
Muhammad Karim al-Kawwaz, Kalamullah: Al-Janib Al-Syafahi Min Al-Dlahirah AlQur’aniyah,
London: Dar Al-Saqi, 2002, hal. 9
Komunikasi al-Qur'an pada level ini mengambil dua bentuk, bentuk
relasi al-Qur'an dengan masyarakat Arab pra al-Qur'an dan era al-Qur'an dengan
menggunakan bahasa Arab oral. Pada saat ini, al-Qur'an merupakan tradisi yang
hidup, sebab al-Qur'an berfungsi menjawab pelbagai persoalan yang muncul saat
itu, karena itu, ia belum memiliki signifikansi bagi mereka yang hidup pada
masa itu. Untuk menemukan makna dalam fase ini diperlukan analisis historis.
Sementara itu, signifikansi al-Qur'an muncul setelah al-Qur'an mewujud ke
dalam teks tulisan, yang umum disebut Mushaf Usmani, sesuai dengan
perkembangan Islam yang semakin hari semakin meluas ke pelbagai daerah
taklukan, dan al-Qur'an dalam bentuk ini terkait erat dengan realitas pasca
alQur'an. Tapi tentunya, pada saat ini, al-Qur'an pun masih mempunyai makna
awal, kendati makna awal tersebut tidak lagi hidup sebagaimana ketika ia
mewujud dalam bahasa oral. Makna awal dalam fase ini berwujud teks, karena
itu ia berada dalam kondisi mati, yang memerlukan kajian lebih lanjut dengan
cara mengaitkan teks dengan konteks saat itu. Al-Qur'an dalam bentuk ini telah
memiliki dua unsur makna, yakni makna awal dan signifikansi. Selanjutnya, di
bawah ini akan dianalisis relasi al-Qur'an yang masih dalam bentuk oral dengan
dua realitas budaya, budaya Arab pra dan era al-Qur'an.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu…” (QS al-Baqarah: 267)
Secara etimologis, istilah “Kaidah” berarti menetapkan atau bersandar
pada sesuatu yang memberikan dasar bagi kelangsungan berbagai kegiatan.
Selain itu kaidah juga dapat diartikan sebagai prinsip dasar yang menjadi
landasan konsep atau pemikiran dalam suatu disiplin ilmu seperti fikih.
(pokoknya) (Syafe’i & Syafe’i, 2007). Melalui penerapan kaidah Tasyrika
Niyah-Fiqh atau gabungan dari kedua tujuan tersebut, maka proses sedekah
secara komunal sebagai shadaqah tanaman atau tanah dianggap sesuai dengan
syariat Islam.
Sedekah dan zakat adalah dua konsep yang berbeda dalam Islam,
meskipun keduanya berhubungan dengan memberikan dan berbagi rezeki.
Berikut adalah penjelasan detail dan rinci mengenai perbedaan antara sedekah
dan zakat:
Definisi:
Sedekah: Sedekah dalam Islam merujuk pada tindakan sukarela
memberikan harta atau sumber daya kepada orang lain, terutama
kepada yang membutuhkan, tanpa ada kewajiban atau persyaratan
tertentu.
Zakat: Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam yang
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki harta
yang mencapai nisab (ambang batas tertentu) dan telah berada di
dalam kepemilikan selama satu tahun hijriyah. Zakat memiliki
persentase tertentu yang harus dikeluarkan dari harta tertentu
sesuai dengan ketentuan syariat.
Tujuan:
Sedekah: Sedekah bertujuan untuk memberikan bantuan dan
pertolongan kepada yang membutuhkan, meringankan
penderitaan, dan berbagi rezeki dengan orang lain. Sedekah
didorong oleh kepedulian sosial dan kebaikan hati.
Zakat: Zakat bertujuan untuk membersihkan harta dan jiwa,
mengurangi kesenjangan sosial, serta mengentaskan kemiskinan
dan memperkuat persaudaraan umat Muslim. Zakat adalah salah
satu bentuk ibadah kepada Allah SWT yang melibatkan
pengambilan sebagian dari harta kekayaan dan memberikannya
kepada yang berhak menerima.
Kewajiban:
Sedekah: Sedekah tidak diwajibkan secara khusus dalam agama
Islam. Namun, Islam mendorong umat Muslim untuk bersedekah
secara sukarela sebagai bentuk ibadah, kebaikan, dan pengabdian
kepada Allah serta kepedulian terhadap sesama.
Zakat: Zakat adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap
Muslim yang memenuhi syarat tertentu. Zakat diperintahkan
secara tegas dalam Al-Quran dan merupakan salah satu pilar
utama Islam. Tidak membayar zakat secara tepat waktu dan tepat
jumlahnya dapat dianggap sebagai dosa.
Objek Penerima:
Sedekah: Sedekah dapat diberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan, termasuk orang miskin, yatim piatu, fakir, janda,
dan orang-orang yang terkena musibah. Tidak ada aturan yang
spesifik mengenai penerima sedekah.
Zakat: Zakat memiliki kategori penerima yang telah ditentukan
secara jelas dalam Al-Quran, seperti orang miskin, orang yang
dalam kesulitan, amil zakat (pegawai yang mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat), hamba sahaya yang ingin
memerdekakan diri, dan lain-lain.
Meskipun ada perbedaan antara sedekah dan zakat, keduanya memiliki
nilai penting dalam Islam. Sedekah adalah tindakan sukarela yang mendorong
kebaikan dan kepedulian sosial, sedangkan zakat adalah kewajiban yang
ditentukan secara spesifik dan memiliki tujuan sosial dan keagamaan. Keduanya
merupakan bentuk ibadah dan membantu mensejahterakan masyarakat serta
mengurangi kesenjangan sosial.
Kegagalan untuk memenuhi syarat-syarat ini dapat mengakibatkan
penarikan zakat, tetapi tetap berlaku untuk sedekah atau sedekah duniawi.
Beberapa syarat zakat yang harus dipenuhi adalah:
a) Kurang dari 10 % dari produksi yang dihasilkan oleh sistem irigasi digunakan
untuk pengeluaran zakat .
b) Tidak memenuhi persyaratan orang yang berhak atas mustahiki atau zakat.
D. KESIMPULAN
Salah satu bentuk tradisi di masyarakat adalah ngaruwat, dimana semua
penduduk desa berkumpul untuk mengantarkan hasil panen yang sudah diolah
dan yang masih mentah. Simbol upacara penting bagi masyarakat untuk
mengungkapkan makna acara, seperti halnya bahasa, makanan, benda, dll.
Simbol-simbol tersebut memegang peranan penting dalam upacara karena
digunakan secara simbolis untuk menunjukkan semangat dan tujuan acara agar
dapat dipahami oleh para hadirin.
E. SARAN
1. Beberapa pemuka agama, ustadz serta perangkat desa mendirikan Lembaga
Amil Zakat untuk memberi nasehat kepada petani agar membayar zakat sesuai
syariat Islam sehingga mereka memahami ketentuan nisab dan besaran zakat.
harus diperoleh dari hasil panen.
2. Ketika hadits zakat dilakukan sebagai alternatif zakat atau ketika tujuan
pemberian digabungkan dengan zakat, pertimbangkan syarat-syarat hukum zakat
sehingga praktik ini memiliki dua tujuan: Memberi dan Zakat.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziyah, S., & Bustomi, B. (2019). Ritual Sedekah Bumi di Desa Teras Bendung
Kecamatan Lebak Wangi Kabupaten Serang-Banten. Tsaqofah, 17(1), 24–41.
Kurnia, E. (1985). A . Latar Belakang Masalah. 1–22.
Mujahidin, E., Daudin, A., Nurkholis, I. I., & Ismail, W. (2020). Tahsin Al-Qur’an
untuk orang dewasa dalam perspektif Islam. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
14(1), 26. https://doi.org/10.32832/jpls.v14i1.3216
Robi Darwis. (2017). Tradisi Ngaruwat Bumi dalam Kehidupan Masyarakat (Studi
Deskriptif di Kampung Cihideung Girang Desa Sukakerti Kecamatan Cisalak
Kabupaten Subang).
Roszi, J., & Mutia, M. (2018). Akulturasi Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Keagamaan
dan Pengaruhnya terhadap Perilaku-Perilaku Sosial. FOKUS Jurnal Kajian
Keislaman Dan Kemasyarakatan, 3(2), 171. https://doi.org/10.29240/jf.v3i2.667
Salimatul Jammah. (2021). Komunikasi Transendental Tradisi Macanan dalam
Perspektif Mulla Sadra (Studi di Desa Kisik Kecamatan Bungah Kabupaten
Gresik)Title. Pesquisa Veterinaria Brasileira, 26(2), 173–180.
http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf
Soekanto, S. (1982). Sosiologi: suatu pengantar.
Syafe’i, R., & Syafe’i, R. (2007). Ilmu Ushul Fiqih. Pustaka Setia.
Toto Suryana. (2011). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama.
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 9(2), 127–136.
wahyu widodo. (2023). Profil Desa Rembul 2023 Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.
Slawi Ayu.Com. https://www.slawiayu.com/desa/desa-rembul-kecamatan-
bojong-kabupaten-tegal.html.