Professional Documents
Culture Documents
6948-Article Text-29795-1-10-20230213
6948-Article Text-29795-1-10-20230213
ABSTRACT
This study aims to determine the meaning of radicalism, the role of civic education in universities, and
the role of civic education as a vehicle for multicultural education to anticipate the development of
radicalism in universities. The type of research used is qualitative and uses library research methods.
Data collection techniques using document studies and data analysis used content analysis. The results
of the study indicate that radicalism is an ideology that is very threatening to the diversity that exists in
Indonesia, until now this ideology has begun to develop in the world of education, especially in
universities. Radicalism began to develop in universities because most of the students were colleges
were gathering places for young people and were easily influenced by something new. The role of civic
education in higher education is very important and much needed, considering that this course is
personality development and moral education. Citizenship education can function as multicultural
education so that these courses can open students' insight that Indonesia is a multicultural country and
can depend on all existing differences so that radicalism in higher education can be overcome. Through
civic education, it can also build the character of tolerance, through an effective learning process with
character education strategies, namely moral knowing, moral loving, and moral doing. Educators at
universities must supervise their students' activities in the university environment.
Keyword: Civic Education, Multicultural Education, Radicalism
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna radikalisme, peran pendidikan kearganegaraan
di perguruan tinggi, dan peran pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan multikultural
untuk mengantisipasi berkembangnya radikalisme di perguruan tinggi. Jenis penelitian yang digunakan
ialah kualitatif dan menggunakan metode penelitian kepustakaan. Teknik pengumpulan data
menggunakan studi dokumen dan analisis data yang digunakan ialah analisis konten. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa radikalisme merupakan faham yang sangat mengancam keberagaman yang ada di
Indonesia, hingga saat ini faham tersebut mulai berkembang di dunia pendidikan khususnya di
perguruan tinggi. Radikalisme mulai berkembang di perguruan tinggi karena sebagian besar mahasiswa
karena perguruan tinggi tempat berkumpulnya para pemuda dan mudah dipengarui dengan sesuatu yang
baru. Peran pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi sangat penting dan sangat dibutuhkan,
menggingat mata kuliah tersebut adalah mata kuliah pengembangan kepribadiaan dan juga merupakan
pendidikan moral. Pendidikan kewarganergaan dapat difungsikan sebagai pendidikan multikultural,
sehingga melalui mata kuliah tersebut mampu membuka wawasan mahasiswa bahwa Indonesia adalah
negara multikultural dan mampu merdeka di atas semua perbedaan yang ada, sehingga radikalisme di
perguruan tinggi dapat ditanggulangi. Melalui pendidikan kewarganegaraan juga dapat membangun
karakter toleransi, melalui proses pembelajaran yang efektif dengan strategi pendidikan karakter, yaitu
moral knowing, moral loving, dan moral doing. Pendidik di perguruan tinggi diharuskan mengawasi
kegiatan para mahasiswanya di lingkungan perguruan tinggi.
68
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
69
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada lantaran ingin mencari sensasi dan
tanggal 29 Februari 2016 kegagahan” (Widiatmaka, Pipit & Purwoko,
menyelenggarakan kegiatan “Dialog 2021)
Pencegahan Radikal Terorisme dan ISIS di Fenomena tersebut menunjukkan
Kalangan Perguruan Tinggi se-Jawa bahwa radikalisme yang sudah masuk ke
Tengah” di Universitas Diponegoro dunia pendidikan khususnya di perguruan
Semarang. Perguruan tinggi dipilih sebagai tinggi semakin mengkhawatirkan masa
mitra strategis dalam upaya pencegahan depan bangsa Indonesia, karena pemuda
terorisme, karena menurut Anas Saidi adalah pemegang estafet kpemimpinan di
peneliti LIPI mengungkapkan bahwa masa yang akan datang. Apabila pemuda
temuan yang mengagetkan bahwa (mahasiswa) terpengaruh dengan ideologi
radikalisme ideologi telah merambah dunia yang radikal masa depan keberagaman di
mahasiswa khususnya melalui organisasi Indonesia akan terancam punah. Pendidikan
kemahasiswaan yang baru tumbuh pasca kewarganegaraan sebagai mata kuliah
reformasi. Pasca reformasi organisasi pengembangan keperibadian diharapkan
kemahasiswaan dari kelompok Cipayung menjadi ujung tombak untuk
seperti PMII, HMI, GMNI, PMKRI, GMKI, menanggulangi radikalisme di perguruan
dan lainnya telah kurang dominan dan tinggi, sehingga keberagaman di Indonesia
digeser oleh kelompok organisasi dapat terjaga dan terpelihara.
kemahasiswaan yang rajin menanamkan Penelitian ini memiliki tujuan untuk
ideologi radikal (Malik, 2017) mengetahui makna radikalisme, peran
Perguruan tinggi menjadi tempat yang pendidikan kearganegaraan di perguruan
sangat efektif untuk menyebarkan ideologi tinggi, dan peran pendidikan
radikal, karena perguruan tinggi adalah kewarganegaraan sebagai wahana
tempat berkumpulnya para pemuda dalam pendidikan multikultural untuk
rangka menuntut ilmu. Di sisi lain, pemuda mengantisipasi berkembangnya radikalisme
yang terpengaruh dengan ideologi radikal di perguruan tinggi.
tersebut, akan berpotensi menjadi seorang
teroris. Direktur Pencegahan BNPT, II. METODE
Brigadir Jenderal Hamidin mengungkapkan Jenis penelitian yang digunakan
bahwa “hingga tahun 2016 hasil penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian
BNPT yang bekerja sama dengan perguruan kualitatif dan menggunakan metode
tinggi menjelaskan alasan mengapa pemuda penelitian kepustakaan. Teknik
menjadi target utama rekruetmen menjadi pengumpulan data menggunakan studi
anggota jaringan teroris, yaitu 1) Pemuda dokumen (buku, jurnal, dan prosiding) serta
sedang dalam proses pencarian jati diri. internet atau informasi yang terkait dengan
Berdasar hasil riset The United States penelitian ini. Teknik analisis yang
Institute of Peace pada tahun 2010, digunakan adalah analisis data konten.
mengungkapkan bahwa 2.032 anggota Langkah-langkah analisis data konten ialah
jaringan Al-Qaeda adalah mahasiswa atau 1) menyatukan data yang dikumpulkan oleh
remaja yang mempertanyakan identitas peneliti, 2) melakukan pemilahan data, 3)
dirinya, 2) Pemuda terlibat terorisme karena pemberian tanda atau kode di setiap data, 4)
membutuhkan kebersamaan sehingga menyederhanakan data yang diperoleh, 5)
kelompok teroris pandai memanfaatkan penarikan kesimpulan, dan 6) melakukan
remaja yang emosinya tidak stabil, 3) penarasian dari hasil penelitian (Moleong,
Pemuda memiliki hasrat ingin memperbaiki 2021). Penelitian ini berusaha mengungkap
apa yang menurutnya tidak benar atau tidak peran pendidikan kewarganegaraan sebagai
adil, 4) Ideologi pemuda biasa dijejali wahana pendidikan multikultural untuk
dengan semangat perubahan, dan 5) Ada menanggulangi paham radikalisme.
juga pemuda yang menjadi pelaku teror
70
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa
dan bangsa (Widiatmaka, 2021).
Peran Pendidikan Kewarganegaraan
Pada dasarnya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi sangat
Pendidikan Kewarganegaraan efektif untuk membangun karakter toleransi
merupakan mata kuliah pengembangan
menggingat seluruh materi yang tercakup di
kepribadian di perguruan tinggi, sehingga setiap dalam mata kuliah tersebut bersumber dari
program studi wajib memberikan mata kuliah
Pancasila (Widiatmaka, 2021). Di sisi lain,
tersebut kepada mahasiswa, meskipun program
pendidikan kewarganergaan juga dituntut untuk
studi eksak, seperti matematika, kimia.
dapat membangun karakter yang berdasarkan
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun
kepribadian bangsa Indonesia. Melalui mata
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada kuliah tersebut mahasiswa dapat memahami
Pasal 37 ayat (2) menjelaskan bahwa kurikulum
bahwa Indonesia dibangun oleh founding fathers
pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan di atas perbedaan, seperti suku, agama, bahasa,
agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
ras, dan lain sebagainya. Perbedaan yang
bahasa. Dasar tersebut merupakan ketentuan
dibangun oleh founding fathers, saat ini mulai
yang wajib diikuti oleh seluruh universitas, terancam karena banyak pemuda yang
institut maupun sekolah tinggi di Indonesia. melakukan tindakan radikal untuk menolak
Pemerintah melalui Dirjen Dikti Departemen Pancasila. Fenomena ini sangat
Pendidikan Nasional RI mengeluarkan mengkhawatirkan bagi masa depan Indonesia,
Keputusan Nomor 267/ DIKTI/Kep/2000 karena generasi penerusnya melakukan
tentang Penyempurnaan Garis-Garis Besar tindakan-tindakan radikal yang bertentangan
Proses Pembelajaran (GBPP) Mata Kuliah dengan Pancasila.
Pengembangan Kepribadian (MKPK) Pendidikan harus mampu memberikan
Pendidikan Kewarganegaraan pada perguruan panyadaran kepada masyarakat bahwa konflik
tinggi di Indonesia, pada pasal 3 dalam
bukan satu hal yang baik untuk dibudayakan.
Keputusan Dirjen Dikti tersebut bahwa
Selayaknya pula pendidikan mampu
pendidikan Kewarganegaraan dirancang dengan memberikan tawaran-tawaran yang
maksud untuk memberikan pengertian kepada mencerdaskan antara lain dengan cara men-
mahasiswa tentang pengetahuan dan design materi, metode hingga kurikulum yang
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan mampu menyadarkan masyarakat akan
antar warga negara dengan negara serta
pentingnya sikap saling toleran, menghormati
pendidikan pendahuluan bela negara sebagai perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya
bekal agar menjadi warga negara yang dapat masyarakat Indonesia yang multikultural
diandalkan oleh bangsa dan negara.
(Mahfud, 2011). Pada dasarnya pendidikan
Pendidikan kewarganegraan di kewarganegaraan di perguruan tinggi
perguruan tinggi memiliki peran yang sangat
membekali mahasiswa tiga kompetensi,
penting untuk membangun karakter mahasiswa sehingga sehingga tidak mudah terpengaruh
agar menjadi warga negara yang baik dengan ideologi radikal dan tetap berpegang
berdasarkan Pancasila. Sapriya mengungkapkan
teguh pada ideologi Pancasila. Kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan tersebut, yaitu 1) Civic knowledge, kompetensi
Tinggi memiliki tujuan 1) dapat memahami dan ini membekali warga negara pengetahuan
mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara bagaimana untuk menjadi warga negara yang
santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai baik (good citizen) berdasarkan Pancasila, 2)
warga negara terdidik dalam kehidupannya Civic skill, kompetensi ini berkenaan dengan
selaku warga negara Republik Indonesia yang apa yang harus dapat dilakukan oleh mahasiwa
bertanggung jawab, 2) Menguasai pengetahuan
bagi kelangsungan kehidupana berbangsa dan
dan pemahaman tentang beragam masalah dasar bernegara yang berdasarkan Pancasila, yaitu
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan keterampilan intelektual dan partisipasi, dan 3)
bernegara yang hendak diatasi dengan Civic dispositions, kompetensi dalam ranah ini
penerapan pemikiran yang berlandaskan menuntut mahasiswa harus memiliki karakter
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila agar
Nasional secara kritis dan bertanggung jawab, menjadi warga negara yang baik (good citizen),
dan 3) Memupuk sikap dan prilaku yang sesuai seperti karakter religius, karakter tanggung
dengan nilai-nilai kejuangan serta patriotisme
71
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
72
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
73
Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2 Desember 2021 e-ISSN: 2580-0086
pendidik adalah emosional, hati atau jiwa, bukan semua jalur pendidikan, entah itu formal,
lagi akal, rasio dan logika. Pendidik menyentuh informal mauun nonformal. Apabila ketiga jalur
emosi sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, pendidikan tersebut mampu bersinergi, maka
dan kebutuhan, maka individu tersebut mampu karakter toleransi dapat terbangun dengan baik
berkata kepada dirinya sendiri “iya, saya harus dan pada akhirnya akan menjadi suatu budaya.
seperti itu…” atau “saya perlu mempraktikan Pendidikan formal khususnya perguruan tinggi
akhlak ini…”, untuk mencapai tahapan ini memiliki peran yang sentral dalam membangun
pendidik bisa memasukinya dengan kisah-kisah karakter toleransi untuk menanggulangi
yang menyentuh hati atau kompetensi. Melalui radikalisme di perguruan tinggi, seperti yang
proses ini mahsiswa diharapkan dapat diungkapkan oleh Rektor UIN Syarif
berintropeksi diri (muhasabah), sehingga, Hidayatullah Jakarta, yaitu pentingnya peranan
semakin tahu kekuarangannya dunia pendidikan pelaku terorisme mulai
3. Moral doing/learning to do memfokuskan perekrutan anggota baru di
Tahap Ini merupakan puncak lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah,
keberhasilan pendidikan karkater, setiap pesantren maupun universitas (Amirsyah,
individu tersebut mempraktikkan nilai-nilai 2012). Perguruan tinggi menjadi ujung tombak
akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari untuk membangun karakter bangsa khususnya
khususnya karakter toleransi. Individu tersebut karakter toleransi, di sisi lain perguruan tinggi
akan menjadi semakin sopan, ramah, hormat, juga merupakan tempat yang mudah
penyayang, jujur, disiplin, cinta, adil serta terkontaminasi ideologi radikal, karena tempat
murah hati dan seterusnya. Selama perubahan tersebut adalah tempat berkumpulnya para
akhlak belum terlihat dalam perilaku, individu pemuda menuntut ilmu yang sebagian besar
tersebut harus memiliki setumpuk pertanyaan belum memiliki pondasi dalam kehidupannya
yang harus selalu dicari jawabannya. Tindakan sehingga mudah terpengaruh dengan ideologi-
selanjutnya adalah pembiasaan dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
pemotivasian
Strategi pendidikan karakter tersebut
pada dasarnya dapat diimplementasikan di
74
Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu. 5(1), 171–186.
Bedjo, S. (2007). Manajemen Pendidikan https://doi.org/https://doi.org/10.2177
Berbasis Sekolah. Sagung Seto. 6/ub.waskita.2021.005.02.8
75