Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Kajian Fast Fashion

Dalam Percepatan Budaya


Konsumerisme

Fairus Shinta
Program Studi Pascasarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Teknologi Bandung

ABSTRACTS

The emergence of Industrial capitalism has introduced various forms of commodities which is
basically produced to meet the human needs that subtantly do not change a way of human life, but
gradually changed into something entirely run by a social class strategy, and one of them is fashion.
Fashion marketing and the creation of fashionable images that made by the capitalists through the
media make many people forced, then become bound in following the fashion world. People are made
to be obliged to buy the latest or trendy goods with various brands and prices to be regarded as
modern humans who follow the times. Until now, the fashion industry has blended with the
phenomenon of life acceleration (dromology), where every fashion product is produced and marketed
superfastly to the modernists who are the latest lifestyle consumption trend, bringing fashion
business to the next stage, Fast Fashion. But on the other hand, Fast Fashion development also gives
a very significant influence for the society in the culture of consumerism, eliminating awareness of
what is appropriate and able to wear, and what is capable and important to have. And closely related
in the humanity will empathy towards fellow human beings and also the environment

Keywords: fast fashion, commodity, consumerism, capitalism, environment

PENDAHULUAN mengalami perkembangan melewati


berbagai masa dengan berbagai cara
Modernitas telah menjadi istilah yang di seluruh belahan dunia.
banyak digunakan bukan hanya Perkembangan tersebut bahkan
untuk sebuah penandaan periode melingkupi seluruh aspek kehidupan
historis (era modern) tetapi juga biasa manusia, dari cara berkomunikasi,
digunakan untuk menjelaskan makan, berdandan (termasuk
fenomena perubahan norma sosial- kedalamnya fashion), hingga cara
budaya, sikap, dan aktivitas yang berkehidupan dalam bentuk yang
muncul setelah abad pertengahan di baru.
Eropa, yang kemudian terus

62
63 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

Definisi konseptual modernitas awal abad ke-20, telah menjadi sebuah


ditandai dan diartikan sebagai obsesi fenomena yang sangat signifikan.
dari ‘evidence, visual culture, and Kajian teoritik dan empirik mengenai
personal visibility’ (Leppert, 2004), fashion sampai saat ini terus ada dan
dimana terciptanya peningkatan berkembang, baik dalam ranah
pergerakan barang-barang, modal, sosiologi maupun studi kultural.
orang, serta informasi dalam Secara etimologi, kata fashion sangat
masyarakat di seluruh dunia, baik di terkait dengan kata factio dari bahasa
kota maupun di desa, negara maju Latin yang artinya membuat atau
maupun negara berkembang, sebagai melakukan, dan dari kata tersebut
sebuah akibat dari integrasi sosial dan diperoleh kata faksi yang memiliki
budaya berskala besar. Charles arti politis, facere dengan arti yang
Baudelaire dianggap sebagai teoris sama, membuat atau melakukan.
pelopor penggunaan istilah Karena itu, arti asli dari fashion
‘modernitas’ (modernité) pertama. Ia mengacu pada kegiatan: fashion
mengungkapkan istilah tersebut merupakan sesuatu yang dilakukan
dalam makalahnya tahun 1864 seseorang, yang terkait dengan ide
berjudul ‘The Painter of Modern Life’ tentang fetish. (Barnard, 1996).
yang menceritakan tentang
Dan kata tersebut kemudian
kehidupan masyarakat urban
mengungkapkan bahwa fashion
metropolis.
menjadi komoditi yang paling
Dalam konteks tersebut, modernitas difetishkan, yang diproduksi dan
berkaitan erat dengan waktu, ditandai dikonsumsi masyarkat kapitalis
dengan diskontinuitas atau sebuah (Barnard, 1996). Menurut Gustave Le
kehancuran sejarah yang intens, Bon (dalam Sloterdijk, 1895/2003)
tergantikan oleh keterbukaan- bahwa iklim modernitas sering
keterbukaan terhadap kebaruan dari ditandai oleh kekuatan kerumunan,
masa depan, dan kuatnya sensitifitas perilaku massa, hilangnya tradisi,
terhadap hal-hal yang bersifat unik di atau perubahan fashion: yang oleh
masa sekarang (Kompridis, 2006). banyak ahli diistilahkan sebagai
Sebagai sebuah konsep yang bersifat ‘contagion and imitation’ atau
analitis dan normatif, modernitas juga ‘penularan dan imitasi’.
melingkupi hubungan sosial yang
“The imitation, to
diasosiasikan dengan
which one grants a great
berkembangnya kapitalisme, serta
influence within social
adanya perubahan sikap terkait
phenomena, is in real
dengan sekularisasi dan kehidupan
life, just a simple effect
post-industrial (Berman, 2010).
of contagion (…). Like
Fashion yang selama ini berhubungan animals, the human
erat dengan peristiwa sosial-politik being is by its nature an
dan kegiatan budaya, terutama sejak imitator. For him,
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 64

imitation is a need, with bukan hanya merupakan pembeda


the condition that this individu yang satu dengan yang
imitation be handy; this lainnya namun juga sebagai pengikat
kind of need represents dalam suatu kelompok sosial
the spring for fashion. manusia.
Either it is all about
Kemunculan kapitalisme Industri
opinions, ideas, literary
kemudian melahirkan fashion sebagai
manifestations of just
bagian dari pemasaran kapitalis, hal
simple clothing, how
tersebut dikemukakan secara sepakat
many people dare to
oleh Wilson (1985) dan Faurschou
withdraw from its
(1988). Kapitalisme industri
domination? Fashion
lead masses, and not memperkenalkan berbagai macam
bentuk komoditi yang awalnya
arguments” (le Bon,
1895/2003, 65). diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang secara
Fashion hadir dalam berbagai aktivitas subtantif tidak merubah cara hidup
manusia: politis, religius, saintifik, seseorang, namun perlahan seiring
artistik, dan lain sebagainya, sebagai dengan pekembangan media
sebuah identitas atau karakteristik informasi dan didukung oleh
mendasar setiap individu yang kapitalisme global, fashion menjadi
merefleksikan keunikan nilai yang sesuatu yang sepenuhnya dijalankan
dimiliki setiap orang, namun oleh strategi sosial kelas (Baudrillard,
kemudian muncul seperti sebuah 1981) dan menjadi cara dari
bentuk imitasi saat masuk ke dalam kapitalisme mengembalikan
kehidupan sosial masyarakat. Fashion ketimpangan budaya dan
pada akhirnya menjadi sebuah media diskriminasi sosial yang pernah
imitasi dari pola sosial yang ada terjadi pada kelompok masyarakat
untuk memuaskan kebutuhan akan feodal (Barnard, 1996).
dukungan sosial, serta hal yang dapat
Dengan terbentuknya cara baru
mengarahkan setiap individu untuk
memasuki suatu ikatan sosial dalam produksi dan perkembangan
sikap positif dalam menilai barang-
kelompok. Selain itu, fashion menjadi
barang terutama yang bergulir dalam
hal yang mampu memberikan
rantai perputaran trend, maka dapat
kepuasan akan keanekaragaman,
terlihat pertumbuhan imajinasi yang
kecenderungan akan perbedaan,
merupakan dimensi lain dari budaya
variasi, serta kenyamanan diri, seperti
konsumen, yang puncaknya adalah
yang dikatakan oleh Simmel (1998)
kemunculan sebuah budaya
bahwa fashion merupakan media yang
masyarakat urban yang berorientasi
membedakan antara anggota kelas
atas dan anggota kelas masyarakat pada pemasaran fashion (McKendrick:
1983, Brewer dan Porter: 1992).
biasa (the necessity for unity and the
necessity for diversity). Sehingga fashion
65 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

Sebagai akibat dari modernitas, membuat orang tidak ingin


pemasaran fashion dan penciptaan ketinggalan dan mencari barang-
image fashionable oleh kalangan barang fashion keluaran terbaru dari
kapitalis melalui media, membuat berbagai brand, hingga kemudian
banyak orang kemudian menjadi muncul konsep ready to wear yang
terikat dalam mengikuti mengimplementasikan trend desainer
perkembangan fashion dunia atau nasional maupun internasional dalam
biasa disebut trend fashion. Orang- bentuk pakaian atau benda fashion
orang dibuat untuk wajib membeli lainnya dengan harga dan akses yang
barang keluaran terbaru atau yang lebih terjangkau serta dalam jumlah
sedang trend dengan berbagai macam yang massal. Dalam fenomena
merk (brand) dan harga untuk dapat tersebut industri fashion telah
dikatakan sebagai manusia modern menyatu dengan fenomena
yang mengikuti perkembangan percepatan kehidupan (dromologi),
zaman, mengikuti trend, menjadi dimana setiap produk fashion
fashionable. Pembelian produk fashion diproduksi dan dipasarkan secara
dengan harga tinggi menjadi umum sangat cepat kepada para masyarakat
dikalangan masyarakat modern modern yang teradiksi gaya hidup
sebagai bagian dari upaya konsumsi trend terbaru.
eksistensialisasi diri, baik sebagai
Perkembangan teknologi
ekspresi individualistik maupun
berkontribusi sangat tinggi dalam
posisi kelas dan status dalam
percepatan fashion tersebut, baik
masyarakat melalui fashion.
dalam proses pengolahan bahan baku
Walaupun sesungguhnya mereka maupun produksi desain. Tidak
menyadari bahwa mengikuti alur berhenti sampai disana, bahkan
modernitas berarti masuk ke dalam dengan teknologi yang semakin
alur kompetisi ekonomi yang canggih memungkinkan terjadinya
membuat banyak individu semakin proses pelipatan dan pemadatan
sulit melepaskan diri dan semakin ruang dan waktu, dimana pemasaran
terikat kedalamnya. Meskipun produk fashion dapat menembus
demikian, hal tersebut tidak dapat setiap belahan dunia dalam waktu
dihindari karena pada dasarnya yang terbilang singkat untuk
fashion merupakan salah satu alat memenuhi hasrat konsumsi
semiotika, sebuah mesin komunikasi masyarakat modern, yang kemudian
identitas sosial dan kelas yang hal tersebut dikenal dengan istilah
dimiliki setiap individu, seperti ‘Fast Fashion’.
ungkapan Umberto Eco ‘I speak
Fenomena Fast Fashion mulanya
through my cloth’ (Eco dalam Barnard,
dianggap sebagai suatu model bisnis
1996).
yang inovatif dengan manajemen
Pada perkembangannya saat ini, trend ‘supply chain’, yaitu jaringan produksi
fashion berubah menjadi sangat cepat, dan distribusi yang efektif dan efisien.
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 66

Namun kemudian mencuat ke menjadi cara pandang yang melihat


permukaan tentang kenyataan bahwa realitas dari sudut percepatan.
bisnis Fast Fashion dinilai melakukan
praktik yang menyimpang, Kapitalisme Lanjut Menurut
Baudrillard
menerobos serangkaian kode etik,
mulai dari perburuhan hingga Kapitalisme lanjut memanifestasikan
persoalan lingkungan, sehingga rasio instrumental sebagai
melahirkan gerakan ‘Slow Fashion’ penyeragaman dan pembendaan
sebagai sebuah alternatif solusi yang kesadaran manusia dengan
kemudian akan dibahas secara menciptakan kebutuhan-kebutuhan
menyeluruh. palsu. Rasio instrumental tersebut
telah berkembang menjadi suatu
ideologi baru: ‘bagaimana menjual
METODE PENELITIAN
sebanyak-banyaknya dan
menciptakan kebutuhan semu’
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
(Adian, 2005). Kemudian Baudrillard
kualitatif deskriptif yang proses
menyatakan bahwa masyarakat
penelitiannya berupa pengumpulan
dan penyusunan data, analisis serta dalam kapitalisme lanjut, nilai-guna
dan nilai-tukar telah dikalahkan oleh
penafsiran fenomena berdasarkan
teori yang berkaitan. Penelitian sebuah nilai baru, yakni nilai-tanda
dan nilai-simbol, yang lahir
deskriptif ini disuguhkan dalam
bersamaan dengan meningkatnya
bentuk uraian tentang fenomena yang
taraf ekonomi masyarakat. Maka dari
ditangkap, kemudian dianalisa dan
itu, dalam masyarakat kapitalisme
dijelaskan secara kualitatif dengan
lanjut, perhatian utama lebih
aturan-aturan berfikir ilmiah yang
ditujukan pada simbol, citra, dan
diterapkan secara sistematis.
sistem tanda, bukan lagi pada harga
manfaat komoditi. Sehingga
Kajian Teori
masyarakat lebih mementingkan
makna simbolik dibandingkan
Dalam era yang kemudian telah
masuk kedalam era post-modern kini, manfaat atau harganya.
segala sesuatu dinilai dan diukur Dengan perkembangan kapitalisme
berdasarkan kecepatan. Kehadiran lanjut yang ditampilkan oleh
kapitalisme global di tengah munculnya perusahaan
masyarakat saat ini turut memicu multinasional, jaringan informasi
perubahan cara pandang dan global, dan percepatan informasi dan
penilaian masyarakat terhadap teknologi komunikasi, maka
realitas di sekitarnya. Kapitalisme terciptalah tipe baru masyarakat,
global telah mengubah wajah dunia yaitu masyarakat yang dihuni oleh
dari cara pandang yang melihat subjek-subjek dengan ciri-ciri
realitas dari sudut ruang dan waktu terbelah, kehilangan rantai hubungan
pemaknaan, larut dalam citra-citra
67 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

dan imaji serta gagal dalam dari berbagai kalangan melalui


memahami latar belakang sejarah komersialisasi fashion, periklanan dan
akan dirinya sendiri. Menurut teknik-teknik pemasaran lainnya
Baudrillard, konsumsi kini telah merupakan hal yang sangat penting
menjadi faktor fundamental dalam (McKendrick et al. 1983: Brewer dan
ekologi spesies manusia (Baudrillard, Porter 1992). Selanjutnya McKendrick
1970: 29). Dalam masyarakat menyebutkan metode-metode baru
konsumer, konsumsi sebagai sistem pameran (diplay), manipulasi fashion
pemaknaan tidak lagi diatur oleh melalui keusangan artifisial (artificial
faktor kebutuhan atau hasrat obsolescence), pembangunan tempat-
mendapat kenikmatan, namun oleh tempat dan agen-agen baru penjulan
seperangkat hasrat untuk dan bagaimana manipulasi
mendapatkan kehormatan, prestise, persaingan sosial menusia memburu
status, dan identitas melalui sebuah ‘kemewahan’ (luxuries) padahal
mekanisme penandaan. mereka sebelumnya telah membeli
‘kepantasan’ (decencies), dan bahkan
Budaya Konsumerisme sebelumnya pula yang mereka beli
Potensi abstrak dari kegemaran adalah ‘kebutuhan’ (necessities)
konsumsi terbentuk melalui (Chaney, 1996).
pembangunan pusat-pusat kota Modernitas telah memberikan
sebagai tempat hiburan yang
keuntungan bagi masyarakat yang
berlebih-lebihan (Barth, 1988 dalam
terlibat di industri fashion yang
Chaney, 1996). Era baru budaya
memungkinkan berbagai potensi
konsumerisme ditandai dan
konsumerisme yang pada dasarnya
dilambangkan dengan lahirnya pusat-
sebagai mesin komunikasi identitas
pusat perbelanjaan (Chaney, 1983:
sosial dan kelas yang dimiliki setiap
Laermans, 1993: Lancaster, 1994).
individu. Munculnya perputaran
Pusat-pusat perbelanjaan merupakan
trend secara terus menerus dan
unsur yang paling nyata dalam bergulir dengan sangat cepat
sebuah transformasi pusat-pusat
membuat masyarakat konsumer
metropolitan, yang menawarkan dalam budaya konsumtif ini
kesempatan baru bagi masyarakat
seringkali kehilangan kesadaran, atau
untuk menjarah-mengkonsumsi
bahkan menghilangkan kesadarannya
benda-benda duniawi, terlebih lagi
akan apa yang memang dibutuhkan,
benda fashion.
apa yang pantas untuk dikenakan,
Pabrik-pabrik baru yang serta apa yang mampu dan penting
menghasilkan barang-barang untuk dimiliki. Mereka semua diatur
konsumsi pada mulanya menjadikan oleh nilai-tanda, nilai-simbol, dan
kalangan elite sebagai sasaran, dan citra yang menjadi kunci
pengaruh kalangan tersebut sangat eksistensialisasi diri dalam sosial
penting bagi kreasi fashion popular. masyarakat.
Dalam proses penciptaan peminatan
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 68

Dromologi mengecilkan, mempersempit ruang


dan waktu.
‘Dromology’ berasal bahasa dari
Yunani dromos, yang berarti ras atau 4. Pemadatan ruang-waktu simbolik
racecourse. Dromologi adalah sebuah (symbolic time-space compression), yaitu
ilmu yang berakaitan dengan peringkasan ruang waktu secara
fenomena kecepatan, atau lebih simbolik.
tepatnya, bagaimana kecepatan
5. Peringkasan ruang-waktu psikis
menentukan kehidupan manusia
(Virilio, 1999). Dromologi pada tahap (psycaly time-space condensation),
pelipatan dan peringkasan hal diatas
ini berubah sebagai sebuah kekuasaan
akibat kemajuan teknologi
baru, yang tecipta dari pola hidup
telekomunikasi menyebabkan
masyarakat berdasarkan pada
pandangan tehadap ruang dan waktu
kecepatan teknologi. Dampaknya
menjadi semu.
adalah penyingkatan waktu dan
lenyapnya batas-batas geografis, gaya Kelima fenomena diatas kemudian
hidup instan dan pudarnya sikap akan dikaitkan dalam analisa trend
deliberatif, serta kemajuan fashion yang selanjutnya membentuk
lingkungan digital dan fenomena Fast Fashion dalam dunia
pendiskreditan aksi manusia. kapitalisme industri fashion dan
Masyarakat benar-benar telah masyarakat konsumtif.
terperangkap dan kecanduan alat-alat
teknologi dan paradigma masyarakat HASIL DAN ANALISIS
telah dibentuk olehnya.
Pada masa sebelumnya, pembuatan
Menurut Paul Virilio (1999) fenomena pakaian maupun produk fashion
yang terjadi dalam dromologi lainnya harus melalui proses yang
diantaranya adalah: sangat panjang dan berlangsung
secara bertahap untuk menjadi
1. Pelipatan ruang-waktu (time-space
compression), melipat waktu artinya produk yang siap pakai. Rantai proses
produksi tersebut dimulai dari bahan
memperpendek jarak waktu dengan
baku tekstil yang biasa berasal dari
meningkatkan kecepatan (velocity)
binatang (kulit, wol, sutra), tumbuhan
atau memperpendek durasi.
(cotton), mineral (fiber glass), sintetis
2. Pemadatan waktu-tindakan (time- (nylon, polyester), dan sebagainya.
action condensation) yang merupakan Bahkan, saat produk-produk fashion
pemadatan tindakan ke dalam masa tersebut menggunakan ornamen lain
atau satuan waktu yang berjenjang seperti kancing, resleting, dan
seperti hari, jam, menit, hingga detik. sebagainya, berarti terdapat proses
produksi lain yang juga ditempuh
3. Miniaturisasi ruang-waktu (time-
secara rumit dan memakan waktu.
space miniaturisation), yang dapat
Semakin banyak produk fashion yang
diartikan sebagai meminiaturkan atau diproduksi secara massal berarti
69 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

semakin banyak pula bahan baku fall-winter) tetapi dapat berubah


seperti wol, sutra, katun, nylon, bahkan hanya dalam waktu 6 minggu
resleting dan kancing pelengkap atau bahkan kurang dari itu. Hal
produk tersebut yang harus dibuat. tersebut ternyata sangat dipahami
oleh mereka yang terlibat dalam
Namun belakangan ini, fashion telah
industri fashion besar seperti Zara dan
menjadi satu gaya hidup yang paling
H&M yang merupakan fashion brand
popular dan paling bergengsi dalam
dari Eropa yang kemudian menguasai
panggung sosial. Peragaan busana
pasar mode saat ini. Hal tersebut
terus menerus diadakan secara
dikarenakan kemampuan mereka
berkala di setiap kota besar di setiap
dalam menawarkan produk baru
belahan dunia. Mulai dari rancangan
pada konsumen dalam hitungan
rumah mode kelas atas, hingga brand minggu.
retail fashion besar dengan produksi
massal terus dipertontonkan baik Perkembangan teknologi
secara langsung maupun melalui berkontribusi sangat tinggi dalam
media yang kemudian disantap, percepatan fashion tersebut, baik
dinilai, diadaptasi dan dipakai oleh dalam proses pengolahan bahan baku
para masyarakat konsumer. maupun produksi desain. Proses
Akibatnya, trend fashion bergulir panjang yang disebutkan diatas
menjadi sangat cepat. Fashion Eropa tentang rumitnya pengolahan bahan
hingga saat ini masih menjadi tolok baku dan pembuatan prooduk fashion
ukur utama yang kemudian hingga segala aksesorisnya pada
dikonsumsi ke berbagai belahan akhirnya dapat terpotong oleh
dunia dengan berbagai penyesuaian bantuan teknologi. Selain itu cara lain
berdasarkan kebudayaan negara yang dilakukan oleh brand
masing-masing (Chaney, 1996). Di internasional untuk menghasilkan
Asia, tiga modul mode, Jepang, Korea pakaian dalam jumlah banyak adalah
Selatan dan Hong Kong pun mencoba dengan pola kemitraan perdagangan.
telah membuka kemungkinan lain Dalam hal ini, sebuah brand akan
penyebaran trend lebih jauh pada memproduksi barangnya lewat
negara-negara berkembang di Asia berbagai pabrik outsourcing yang ada
Tenggara. Hal tersebut juga terjadi di di berbagai negara. Hal tersebut
semua benua di belahan dunia, terbukti dapat menghasilkan produk
hingga menjadikan fashion sebagai secara cepat dengan harga yang
komoditi raksasa kapitalis (Chaney, terjangkau.
1996).
Maka banyak sekali brand-brand
Percepatan fashion saat ini memiliki internasional yang kemudian
istilah baru: Fast Fashion, dimana melempar produknya untuk
perubahan trend tidak lagi dikerjakan oleh pabrik-pabrik di
berdasarkan musim seperti negara berkembang. Alasannya,
sebelumnya (spring-summer ataupun selain upah buruh di negara-
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 70

negara ini relatif murah, jumlah pertarungan konsumsi. Hasil riset


tenaga kerja yang tersedia juga menyebutkan, sebanyak 10%
banyak dan memadai. Sebagai contoh penjualan produk mode di Amerika
dalam pembuatan sepotong celana dilakukan secara online, terutama
yang di desain di Belanda, sementara oleh masyarakat usia muda yang
Uzbekistan menjadi tempat merupakan target pasar terbesar
penanaman kapasnya. Kapas pun (World Luxury Association, 2009). Era
dipintal dan dijadikan kain di India. baru fashion juga membawa
Pewarnaan dilakukan di Indonesia konsumen jenis baru, yaitu konsumen
dan China. Bahan dijahit di yang tidak lagi setia pada satu merek
Bangladesh, sedangkan sentuhan tertentu, melainkan lebih suka
akhir atau sandblasting dilakukan di berpindah-pindah (butterfly
Turki. Celana jeans pun dijual di consumer).
Jerman. Pada akhirnya, celana yang
tidak terpakai dibawa ke Zambia, Meski awalnya pola bisnis Fast
Fashion tersebut memberi banyak
Afrika.
keuntungan dan kemudahan bagi
Dalam proses pembuatan sepotong perkembangan industri fashion baru
celana tersebut telah terjadi yang mampu menyerap tenaga
pemadatan dan pelipatan ruang dan kerja, namun pada
waktu yang kompleks. Setiap proses perkembangannya tak dipungkiri
produksi dapat dikerjakan di lokasi timbul beragam masalah. Isu tenaga
yang jaraknya berkilometer jauhnya kerja dan isu kerusakan lingkungan
dengan waktu yang singkat untuk yang diakibatkan oleh proses Fast
memenuhi target perputaran trend Fashion menjadi persoalan baru yang
yang hanya bertahan dalam waktu kemudian menciptakan sebuah
beberapa minggu saja. Dunia dalam kontroversi global. Di saat fokus
Fast Fashion menjadi sebuah miniatur bisnis terpaku pada perlombaan
kecil dimana sepotong celana dapat pemenuhan kebutuhan konsumsi
mengelilinginya hanya dalam produk fashion yang bergulir sangat
hitungan hari. Tidak berhenti sampai cepat sesuai perputaran trend, di saat
disana, bahkan pemasaran produk yang sama pengerahan tenaga buruh
fashion tersebut dapat menembus murah di negara dunia ketiga seperti
setiap belahan dunia dalam waktu Bangladesh, Kamboja, dan Indonesia
beberapa jam saja untuk memenuhi pun menjadi sebuah dilema yang tak
hasrat konsumsi masyarakat modern kunjung usai. Pihak produsen
dan pertandingan kecepatan dengan seringkali mengabaikan
produk baru selanjutnya. permasalahan keselamatan, jam kerja,
dan upah layak bagi para buruh.
Di dunia yang serba cepat ini, internet
pastilah menjadi solusi praktis bagi Salah satu kasus terburuk ialah
para masyarakat konsumer, yang runtuhnya Rana Plaza pada tahun
menjadikan dunia maya sebagai arena 2013 di Bangladesh yang
71 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

menewaskan hampir 1134 nyawa Internasional tahun 2012


pekerja. Keruntuhan bangunan mengungkapkan bahwa limbah
tersebut dikarenakan kondisi tempat industri pakaian adalah penyebab
kerja pabrik yang tak layak dan pihak kerusakan ekologis di sejumlah
yang terlibat dalam industri Fast sumber mata air utama yang
Fashion tersebut sama sekali tidak mengaliri Pulau Jawa. Air selain
memperdulikan keselamatan dan menjadi sumber kehidupan bagi
kesejahteraan para pekerjanya. Upah manusia, juga menjadi penggerak
pekerja pun jelas tidak sebanding utama dalam industri pakaian,
dengan produk yang diproduksinya namun fakta sebaliknya kondisi
setelah dilabeli brand besar yang sungai di beberapa negara menjadi
berharga tinggi. tercemar akibat buangan limbah air
sisa pewarnaan kain. Sungai Tullahan
di Filipina memiliki air berwarna pink
atau kadang warna lain tergantung
dari limbah sisa pewarnaan kain dari
pabrik tekstil di sekitar. Sungai di
Zengcheng, Cina juga memiliki warna
tidak biasa, warna biru jeans, yang
berdampak pada 320 juta warga Cina
sulit mengakses air bersih.
Gambar 1 Runtuhnya Rana Plaza pada tahun 2013
(Sumber: www.corpgov.net diakses 28 September
2018 pukul 10.30)

Tidak hanya berhenti pada upah yang


kecil atau dibawah standar, namun
permasalahannya juga ada pada
pembayaran upah yang terlambat
dibayarkan. Disaat produk yang
Gambar 2 polusi sungai di Cina akibat limbah
dihasilkan telah terjual dalam waktu tekstil (Sumber: doubleeleven.co diakses 28
yang singkat dengan harga tinggi, September 2018 pukul 10.35)
disisi lain pekerja yang membuat
produk tersebut tidak dibayar selama Hal demikian juga terjadi di
berbulan-bulan. Hal tersebut tentu Indonesia. Di daerah Cingondewah,
seharusnya jadi pertimbangan para Bandung pun terdapat pecahan aliran
calon konsumen produk fashion. sungai Citarum yang warnanya selalu
berubah-ubah dikarenakan limbah
Selain itu, lingkungan pun turut pabrik tekstil disekitarnya. Mirisnya,
merasakan dampak negatif dari aliran sungai tesebut masih sering kali
industri Fast Fashion tersebut. Salah digunakan oleh anak-anak sekitar
satu kasus yang dapat dipelajari untuk bermain, tanpa mereka
dalam hasil investigasi Greenpeace mengetahui dampak kesehatannya.
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 72

Hal yang sama terjadi di daerah permasalahan di tengah arus utama


Melong, Cimahi, Jawa Barat. Sejak percepatan fashion. Pergerakan ini
banyaknya pabrik tekstil yang digagas oleh sejumlah desainer dan
didirikan, dampak lingkungan label yang menjual kualitas di atas
bermunculan, mulai dari air tanah kuantitas. Kecepatan produksi bukan
yang menguning hingga debu hitam menjadi prioritas, melainkan
akibat pembakaran batubara yang komitmen pada praktik kerja yang
menyelimuti rumah warga sekitar. ideal serta daya tahan produk dan
Debu yang dikeluarkan dari pabrik di kualitas produk yang dapat
daerah Melong mengakibatkan sejumlah dipertanggungjawabkan, dalam
warga sesak dan batuk. Di waktu-waktu artian sepadan dengan harga yang
tertentu, seperti pagi atau sore, tercium dibayarkan.
aroma tak sedap dari kawasan pabrik
yang berasal dari limbah industri, dan Meskipun demikian, kuncinya tetap
juga dari debu bekas pembakaran ada pada kesadaran pasar, kembali
batubara. Limbah cair industri juga lagi kepada masyarakat konsumer.
mengalir ke aliran sungai yang Berdasarkan survey yang dilakukan
melintasi daerah Cimindi-Cibaligo- di Inggris melalui portal YouGov Poll
Melong. Air di sungai akhirnya diperoleh hasil yang
menjadi hitam. mengindikasikan bahwa konsumen
rela membayar sedikit biaya lebih
Bahkan katun organik yang sering
untuk jaminan praktik produksi yang
dipandang sebagai salah satu pilihan
sesuai dengan kode etik. Hasil jajak
yang paling baik pun memerlukan
pendapat yang dirilis pada akhir
lebih dari 5000 galon air dalam
tahun 2013 tersebut menyebutkan
pengolahan kapas yang hanya cukup
bahwa 74% responden dari Inggris
untuk memproduksi sepasang t-
bersedia untuk membayar ekstra 5%
shirt dan celana. Walaupun serat
jika mereka mendapat garansi bahwa
sintetis dapat secara intensif
para buruh untuk label tersebut
menanggulangi permasalahan
mendapatkan bayaran yang layak dan
konsumsi air secara berlebihan,
bekerja dalam kondisi yang aman.
namun material serta proses
pencelupan warna secara kimiawi Penerapan model bisnis Slow
menyebabkan polusi selama proses fashion salah satunya diinisiasi oleh
manufaktur. Zady, sebuah rumah mode dari New
York. Dua pendiri label Zady, Maxine
Bermacam konflik yang merupakan
Bédat dan Soraya Darabi memberi
efek samping dari model bisnis Fast
jaminan bahwa setiap produk yang
Fashion menjadi harga yang amat
mereka pasarkan telah terbebas dari
sangat mahal untuk pakaian yang
eksploitasi pekerja dan pabrik
usianya tidak sampai tiga atau empat
berpolusi, serta tidak akan cepat
bulan. Karena itu lahirlah gerakan
berakhir di tempat sampah. Secara
Slow fashion yang kemudian menjadi
lugas situs resmi zady.com
sebuah antitesis yang memecah
73 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

mendeklarasikan: to combat the fast- bahan dalam desain produk dan


fashion craze by providing a platform for menggantinya dengan bahan-bahan
only those companies that care about sintetis yang dapat dicapai dengan
timeless style and solid construction. bantuan teknologi. Dari fenomena
tersebut maka kemungkinan-
Meskipun industri fashion tidak dapat
kemungkinan terciptanya serat dan
diperbaiki secara instan, tetapi
material baru yang lebih ramah
masyarakat tentunya dapat ikut
lingkungan menjadi sangat terbuka,
berpartisipasi dalam memperbaiki
serta diharapkan akan menjadi
dan mengurangi pencemaran dan
sumber material utama untuk
perusakan lingkungan. Hanya
kedepannya. Sehingga pada akhirnya
dengan memperpanjang umur trend
keberadaan teknologi bukanlah
pakaian selama 3 bulan atau lebih, sebagai penghancur lingkungan,
dapat membantu mengurangi limbah,
tetapi sebagai penyelamat kehidupan.
pemanfaatan air, dan carbon
footprint hingga 10% dari pencemaran Konsep upcycle, yaitu mengubah
yang terus terjadi. Salah satu hal bahan bekas menjadi benda baru, juga
sederhana yang juga bisa dilakukan banyak dipilih oleh para desainer,
untuk mencegah ketidakadilan pada termasuk desainer Indonesia. Berbeda
buruh industri pakaian adalah dengan recycle, upcycle
dengan mengasah kepekaan terhadap mempertimbangkan masa pakai yang
latar belakang perusahaan dari jauh lebih lama dan sebisa mungkin
pakaian bermerek yang akan dibeli. menghindarkan barang tersebut
Semakin mencermati apa yang akan menjadi sampah, artinya bagaimana
dibeli, atau brand seperti apa yang merancang produk yang dapat terus
produknya akan dibeli artinya menerus di daur ulang. Cara lainnya
terdapat kepedulian akan apa yang ialah dengan mengeksplorasi
ada dibalik perusahaan tersebut, baik berbagai material alam yang memang
dari bahan baku yang digunakan, ramah lingkungan. Di Indonesia,
lingkungan perusahaan, maupun teknik seperti ini memiliki
kesejahteraan dan hak-hak buruh keterbukaan yang tinggi untuk
pekerja. dilakukan, karena melihat sumber
daya alam yang dapat dieksplorasi
Selain itu, perubahan lain menuju ke
sangat besar. Seperti eksplorasi serat
arah slow fashion juga dapat dilakukan
nangka dan pewarna alam dari ampas
oleh para desainer fashion. Seperti
kopi yang sangat mudah ditemukan.
yang telah dilakukan oleh desainer
Namun tentu saja upaya eksplorasi
Vivianne Westwood dan Stella
material baru yang ramah lingkungan
McCartney yang memfokuskan
tersebut juga harus diiringi dengan
pembuatan produk fashion yang lebih
proses yang ramah lingkungan pula.
ramah lingkungan dan pekerja. Terutama saat proses pencelupan
Dengan menghindari penggunaan
warna dan proses manufakturnya
bulu atau kulit dari binatang sebagai
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 74

diusahakan untuk sesedikit mungkin dapat digunakan untuk membuat


menyebabkan polusi. kehidupan yang lebih baik.
Menjadikan hubungan manusia,
Kemudian, konsep zero waste juga teknologi, dan lingkungan lebih
dianggap oleh sebagian desainer
bersinergi.
menjadi salah satu solusi bagi
permasalahan fast fashion. Zero waste SIMPULAN
merupakan suatu upaya pembuatan
produk fashion yang mulai dari awal Modernitas yang ditentukan oleh
produksi sampai berakhirnya suatu ekonomi kapitalis merupakan kondisi
proses produksi sangat yang dalam bahasa Marx ditandai
meminimalisir terjadinya oleh kemajuan yang ditimbulkan oleh
sampah. Hal tersrbut terjadi dengan adanya transisi dari masyarakat
eksplorasi pada pembuatan pola dan tradisional ke masyarakat kapitalis,
potongan desain yang di buat. percepatan kehidupan yang dipicu
perkembangan teknologi dalam era
Peran penting lainnya yang harus ikut
post-modern kini, segala sesuatu
serta yaitu pemerintah, terutama
dinilai dan diukur berdasarkan
pemerintah dari negara-negara yang kecepatan. Kehadiran kapitalisme
menjadi pusat industri tekstil ataupun
global di tengah masyarakat saat ini
fashion. Pemerintah memiliki andil turut memicu perubahan cara
besar dalam proses pengawasan dan
pandang dan penilaian masyarakat
perizinan mengenai regulasi industri
terhadap realitas di sekitarnya.
tersebut, serta para pelaku usahanya.
Kapitalisme global telah mengubah
Selain itu juga pengawasan terhadap
wajah dunia dari cara pandang yang
bahan baku yang digunakan, ataupun
melihat realitas dari sudut ruang dan
pengawasan terhadap kelayakan
waktu menjadi cara pandang yang
kondisi tempat produksi atau tempat
melihat realitas dari sudut
kerja, tempat tinggal para pekerja,
percepatan.
serta standar dan kelancaran upah
yang harus dibayarkan oleh industri Modernitas telah memberikan
tekstil dan fashion terhadap para keuntungan besar bagi masyarakat di
pekerjanya. sektor industri fashion yang
memungkinkan berbagai potensi,
Jika empati seperti itu terus dibangun,
seperti salah satunya adalah bisnis
dari semua pihak yang terkait dengan Fast Fashion. Meski awalnya pola
industri tekstil maupun fashion, maka
bisnis Fast Fashion memberi banyak
usaha slow fahion yang dilakukan keuntungan dan kemudahan bagi
dalam rangka mengurangi rantai
perkembangan industri fashion baru
besar fast fashion dapat terwujud
yang mampu menyerap tenaga
dengan baik. Sehingga diharapkan
kerja, namun pada
dapat mengembalikan hubungan baik
perkembangannya tak dipungkiri
antara manusia dengan lingkungan.
timbul beragam masalah. Isu tenaga
Dalam hal ini, percepatan teknologi
75 Kajian Fast Fashion dalam Percepatan Budaya
Konsumerisme

kerja dan isu kerusakan lingkungan Amir Piliang, Yasraf.


yang diakibatkan oleh proses Fast 2004 Dunia Yang Dilipat
Fashion menjadi persoalan baru yang Jalasutra (first published 1998)
kemudian menciptakan sebuah
kontroversi global. Barnard, Malcolm.
1996 Fashion as Communication.
Bermacam konflik yang merupakan
United Kingdom: Routledge.
efek samping dari model bisnis Fast
Fashion menjadi harga yang amat
Baudrillard, J.
sangat mahal untuk pakaian yang
1981 For a Critique of The Polotical
usianya tidak sampai tiga atau empat
Economy of The Sign, St. Louis,
bulan. Karena itu lahirlah gerakan
Mo: Telos Press.
Slow fashion yang kemudian menjadi
sebuah antitesis yang memecah
Chaney, David
kejengahan di tengah arus utama 1996 Lifestyle, London: Routledge.
percepatan fashion. Meskipun
industri fashion tidak dapat diperbaiki Craik, J.
secara instan, tetapi masyarakat
1994 The Face of Fashion: Cultural
tentunya dapat ikut berpartisipasi
Studies in Fashion, London:
dalam memperbaiki dan mengurangi
Routledge.
pencemaran dan perusakan
lingkungan. Meskipun demikian,
Naimie, Zahra etc.
kuncinya tetap ada pada kesadaran
2012 Have You Heard About The
pasar, kembali lagi kepada New Fashion?: Journal of Social
masyarakat. Jika empati pada
and Behavioral Sciences
masyarakat terus dibangun, maka
usaha slow fahion dalam rangka
Subandy Ibrahim, Idi.
mengurangi rantai besar fast fashion 1997 Lyfestyle Ecstasy: Kebudayaan
dapat terwujud, sehingga diharapkan
Pop Dalam Masyarakat
dapat mengembalikan hubungan baik
Komoditas Indonesia,
antara manusia dengan
Yogyakarta: Jalasutra.
lingkungannya.
U, Dorothy etc.
1991 Influence of Dress on Perception of
REFERENSI Intelligence and Expectations of
Scholastic Achievement: Clothing
and Textiles Research Journal
Amir Piliang, Yasraf. Vol.9
2004 Dunia Yang Berlari PT
Virilio, Paul.
Gramedia Widiasarana 1986 Speed and Politics, Paris: MIT
Indonesia.
Press.
Jurnal Rupa Vol. 03. No. 01, Juni 2018 : 61-76 76

Virilio, Paul.
1999 Open Sky. Verso.

Wilson, E.
1985 Adorned in Dreams: Fashion and
Modernity, London: Virago

http://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20170310065215-277-
199161/sisi-kelam-dunia-mode/2/
diakses 30 april 2017

https://qubicle.id/story/fashion-war-
fast-fashion-vs-slow-fashion diakses
30 april 2017

https://tirto.id/slow-fashion-cari-
untung-tanpa-singkirkan-etika-cBeC
diakses 30 april 2017

http://www.pikiran-
rakyat.com/bandung-
raya/2016/02/16/361176/warga-
melong-keluhkan-limbah-tekstil-
cemari-lingkungan diakses 30 april
2017

You might also like