Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKL Difteri Puskesmas Karanganyar
Laporan PKL Difteri Puskesmas Karanganyar
DISUSUN OLEH :
Bastomy Ali Burhan, S.KM
Choirun Nisaa’, Amd.Kep.
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
BADAN PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................3
B. TUJUAN.........................................................................................................................................4
C. SASARAN..................................................................................................................................4
D. WAKTU DAN TEMPAT............................................................................................................4
BAB II. PENDAHULUAN.........................................................................................................................5
A. PROFIL PUSKESMAS KARANGANYAR..................................................................................5
B. PELAKSANAAN SURVEILANS DIFTERI..................................................................................9
1. PENEMUAN KASUS DIFTERI................................................................................................9
2. PEMERIKSAAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN..............................................................11
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................18
2
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integal dan penting dari
pembangunan nasional,tujuan diselenggaranya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.
Sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas memiliki tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas memiliki fungsi penyelenggaraan UKM
dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam
melaksanakan fungsi UKM diantaranya Menyusun perencanaan kegiatan
berdasarkan hasil analisis masalah Kesehatan masyarakat dan kebutuhan
pelayanan yang diperlukan serta dalam UKP diantaranya lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
Managemen Puskesmas mengintegrasikan sumber daya, program,
pemberdayaan masyarakat, sistem informasi Puskesmas, dan mutu dalam
menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Agar
Puskesmas mampu melakukan upaya kesehatan dengan baik dan
berkesinambungan untuk mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus
menyusun rencana kegiatan periode 5 (lima) tahunan yang dirinci ke dalam
rencana tahunan. Semua rencana kegiatan harus berdasarkan atas hasil analisis
situasi yang didukung dengan data dan informasi yang akurat (evidence based)
agar dapat mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien.
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan gambaran
status kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Adapun data kinerja dan status
kesehatan masyarakat diperoleh dari sistem informasi puskesmas yang
antaranya data upaya kesehatan masyarakat (UKM) esensial yaitu promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan gizi KIA-KB, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular , surveilans dan sentinel SKDR, dan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
3
Informasi epidemiologi yang berkualitas, cepat dan akurat merupakan
evidence base atau bukti untuk digunakan dalam proses pengambilan kebijakan
yang tepat dalam pembangunan kesehatan. Peran tenaga kesehatan sebagai
komponen penentu pelaksanaa program haruslah memiliki kemampuan dalam
melakukan perencanaan dan manajemen kesehatan yang mampu
mengumpulkan, mengolah , menganalisis, menginterpretasikan data dalam
suatru struktur organisasi serta mampu memberikan rekomendasi kebijakan
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.
Berdasarkan paparan yang telah disampaikan oleh tim Puskesmas
Karanganyar.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan peserta mendapatkan pengalaman nyata
tentang pelaksanaan kegiatan surveilans dan mendapatkan informasi
surveilans di puskesmas sehingga peserta mampu melakukan kegiatan
surveilans bidang kesehatan di wilayah kerja puskesmas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan peserta dapat:
a) Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan surveilans
b) Melaksanakan praktek lapangan surveilans
c) Melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan surveilans
d) Membuat laporan hasil praktek lapangan surveilans
C. SASARAN
Kelompok 1 praktek kerja lapangan surveilans PD3I bagi petugas puskesmas
angkatan 5.
4
BAB II. PENDAHULUAN
RANDUGARUT
TUGUREJO
KARANGANYA
R
JERAKAH
2. Keadaan Penduduk
5
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar menurut Monografi
Kelurahan Ngemplak dan Bongsari sampai dengan akhir Desember tahun 2022
sebesar : 28.350 jiwa, terdiri dari 13.909 jiwa penduduk laki-laki dan 14.752 jiwa
penduduk perempuan.
3. Komposisi Penduduk
Gambaran keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya,
antara lain penduduk menurut jenis kelamin, golongan umur, jenis pekerjaan dan
tingkat pendidikan. Menurut data dari buku Kecamatan Semarang Barat dalam
Angka Tahun 2022 dari 28.350 penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Karanganyar pada tahun 2022 terdiri dari 13.909 jiwa penduduk laki-laki dan
14.441 jiwa penduduk perempuan. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah
rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-
laki dan perempuan.
6
4. Keadaan Pendidikan
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan adalah Tingkat pendidikan
merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut.
Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil
diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda
tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi
merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.
Dari tabel 2.5 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, tingkat pendidikan terbanyak hanya
tamat SD sebanyak 6.283 (24,8 %). Sedangkan komposisi penduduk dengan
tingkat pendidikan terkecil adalah tamat universitas sebanyak 588 (2,3 %).
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Simongan terdapat beragam jenis sarana dan prasarana kesehatan. Klinik
pratama, klinik perusahaan, Dokter umum praktik perorangan masing – masing
berjumlah 4, sedangkan Dokter spesialis dan Bidan praktek mandiri masing –
masing berjumlah 2.
1. SURVEILANS AFP
a. PENEMUAN KASUS
Kegiatan penemuan kasus oleh surveilans puskesmas Karanganyar dengan
melakukan kegiatan sistem surveilans masyarakat (CBS). Peran surveilans
puskesmas Karanganyar sebagai Koordinator surveilan AFP di masyarakat.
8
Kegiatan penemuan kasus AFP di pelayanan kesehatan yang melibatkan
jejaring puskesmas yaitu BPM dan Klinik masih belum aktif . Sejauh ini
penemuan kasus AFP berdasarkan laporan dari kader kesehatan, dimana
pada tahun 2022 telah menemukan satu suspek AFP dari laporan kader.
b. PENGELOLAAN SPESIMEN
Pada kegiatan pengeloaan specimen tinja yang diperoleh dari suspek
sebagai berikut :
1) Kelengkapan Laporan
Pada tahun 2022 kelengkapan laporan W2 (mingguan), STP (bulanan)
dan Laporan PD3I (kasus AFP) dikategorikan Lengkap yakni 100%
2) Ketepatan Laporan
Pada tahun 2022 ketepatan laporan W2 (mingguan), STP (bulanan) dan
Laporan PD3I (kasus AFP) dikategorikan Lengkap 98% (karena pada
bulan Mei 2022 petugas terlambat mengumpulkan laporan AFP ke Dinas
Kesehatan Kota Semarang oleh surveilans)
3) Akurasi
Akurasi pelaporan 100%
9
2) Petugas surveilans hanya melakukan pencatatan namun tidak dilakukan
analisis data berdasarkan variable epidemiologi (orang, tempat dan
waktu)
Suspek AFP
1.2
1
1
0.8 Suspek AFP
0.6
0.4
0.2
0
2022 0
2023
Keterangan :
Tahun 2022 suspek AFP ditemukan 1 di Kelurahan Bongsari, hasil
NEGATIF
Tahun 2023 belum menemukan suspek AFP
Ngemplak Simongan
Bongsari
f. PENANGGUANGAN KLB
Sampai tahun 2023 belum ada kasus KLB namun pada tahun 2022
ditemukan suspek AFP dan telah di ambil spesimen tinja degan hasil
10
laboratorium negatif, upaya yang dilakukan yakni dengan meningkatkan
cakupan imunisasi polio di wilayah kerja Karanganyar.
2. SURVEILANS CAMPAK-RUBELA
a. PENEMUAN KASUS
Penemuan kasus campak di Puskesmas Karanganyar didapatkan di poli
umum dan MTBS,Poli Umum/MTBS menemukan suspek campak-rubella
dengan gejala demam dan rush maka dirujuk ke laboratorium puskesmas
untuk diambil spesimen darah kemudian lapor ke Surveilans Puskesmas.
Belum ada laporan suspek campak-rubella dari jejaring yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Karanganyar
b. PENGELOLAAN SPESISMEN
11
d. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pada tahun 2022 pengolahan dan analisa data pada surveilans campak
dan rubella di puskesmas ngemplak- simongan dilakukan analisis grafik
setiap minggu berdasarkan laporan w2, dan melakukan analisis tempat,
dan waktu tetapi tidak melakukan analisis orang
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51
12
f. PENANGGULANGAN KLB
Penanggulangan kasus KLB di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak – Simongan
adalah sebagai berikut :
3. SURVEILANS DIFTERI
a. PENEMUAN KASUS
- Untuk penemuan kasus Difteri di Puskesmas Karanganyar petugas
Surveilans sudah mengenali gejala dan tanda dari kasus PD3I dan
petugas Surveilans melakukan cara penemuan kasus dengan cara
mengambil kasus pada Fasilitas Pelayanan Puskesmas. . Untuk Jejaring
sudah sangat aktif dan koordinasi secara berkesinambungan
menggunakan WA Group. kasus Difteri di Puskesmas Karanganyar sudah
pernah ditemukan. Yakni tahun 2021 sebanyak positif 1 dan ada 2 suspek
di tahun 2023. Serta ada 2 kasus discarded
.
13
Form DIF-1
I. Identitas Pelapor
1 Nama : LIMPAT YOHANA
2 Nama Kantor & Jabatan : PUSKESMAS KAMPAK / PETUGAS SURVEILANS
3 Kabupaten/Kota : TRENGGALEK
4 Provinsi : JAWA TIMUR
5 Tanggal Terima Laporan : 09/04/2015
6 Tanggal Pelacakan Laporan : / /20
14
b. PENGELOLAAN SPESISMEN
- Untuk pengolahan spesimen petugas Surveilans Puskesmas Ngemplak
Samongan belum pernah melakukan pengelolaan spesimen karena belum
pernah di temukan kasus Difteri.
f. PENANGGUANGAN KLB
- Setiap ditemukan suspek Difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE)
dan mencari kasus tambahan dan kontak.
- Dilakukan rujukan segera kasus Difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
pengobatan dan perawatan jika ada kasus Difteri.
- Pemberian profilaksis pada kontak dan karier jika ditemukan kasus Difteri.
- Melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) sesegera mungkin
di lokasi yang terjadi KLB Difteri dengan sasaran sesuai dengan kajian
epidemiologi sebanyak tiga putaran dengan interval waktu 0-1-6 bulan
tanpa memandang status imunisasi.
- Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin Difteri (baik
imunisasi dasar maupun lanjutan) agar mencapai minimal 95%.
- Edukasi kepada masyarakat tentang pengendalian penyakit difteri.
15
4. SURVEILANS PERTUSIS
a. PENEMUAN KASUS
Sampai dengan saat ini, di Puskesmas Karanganyar belum ditemukan
pasien dengan gejala suspek pertusis. Tetapi, petugas surveilans terus
bekerjasama dan berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
dalam penemuan suspek pertusis khususnya pada pasien yang berobat ke
Puskesmas.
Setiap pasien balita dan anak yang datang ke poli MTBS puskesmas dengan
gejala batuk lebih dari 2 minggu atau pasien dengan batuk kurang dari 2
minggu dan memiliki gejala tambahan lainnya yang memenuhi kriteria
suspek pertusis wajib dilaporkan ke petugas surveilans oleh petugas MTBS
untuk segera dilakukan penyelidikan epidemiologi dan diambil spesimennya
untuk penegakkan diagnosis.
b. PENGELOLAAN SPESISMEN
Proses pengambilan spesimen sampai dengan pengepakan spesimen
dilakukan oleh petugas analis kesehatan laboratorium Puskesmas
Karanganyar. Petugas surveilans melengkapi formulir PERT-01 dan
mengirim spesimen ke Dinas Kesehatan.
f. PENANGGUANGAN KLB
Rekomendasi untuk puskesmas ngemplak salaman dalam penanggulangan
KLB
16
Meningkatkan penemuan kasus pertusis melalui skreening
Penemuan kasus suspek melalui skrining
Melibatkan kader dan masyarakat dalam surveilans penyakit
Pertusis
Melaporkan segera setiap suspek ke DKK
Investigasi suspek Pertusis
Membuat peta desa risiko
Melaksanakan RCA
Melaksanakan skrining status imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi dan
baduta
Melaksanakan upaya penguatan rutin dengan linsek
Disemninasi hasil analisis inevstigasi kepada program terkait
a. PENEMUAN KASUS
Petugas surveians mengetahui gejala dan tanda kasus PD3I kasus Tetanus
Neonatorum (TN). Tanda dan gejala TN kesulitan minum karena terjadinya
trismus atau lock jaw
(spasme otot pengunyah). Mulut mencucu seperti ikan (karpermond),
sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik. Selain itu terdapat risus
sardonicus atau wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat.
Kemudian, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum, seperti
opisthotonus atau tulang belakang seperti melengkung ke belakangKejang
terjadi terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara, dan sentuhan.
Leher menjadi kaku, dinding perut kaku, mengeras. Kalau terdapat kejang
otot pernapasan, dapat terjadi sianosis (wajah bayi membiru)
e. PENANGGUANGAN KLB
Belum ada kegiatan penanggulangan KLB di Puskesmas Karanganyar
17
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Pengolahan dan dan analisis data perlu ditingkatkan karena belum ada dokumen
menganai analisis data berdasarkan veriabel epidemiologi (tempat, orang,
waktu)
18