337-Article Text-1537-1-10-20220813

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN 1829-9407 (Print)

ISSN 2581-0898 (Online)

Volume 18, No. 2, Juli 2021


DOI: https://doi.org/10.31964/jkl.v18i2.337
Page: 143-154

POTENSI RISIKO LINGKUNGAN PAPARAN HIDROGEN SULFIDA BAGI


MASYARAKAT PINGGIRAN SUNGAI TAWAR PALEMBANG

Suci Ambarwati, Yustini Ardillah


Universitas Sriwijaya Fakultas Kesehatan Masyarakat Prodi Kesehatan Lingkungan
Jl. Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662
Koresponding E-mail: yustini_ardillah@fkm.unsri.ac.id*

Abstract: Abstract: The Potential Environmental Risk of Exposure to Hydrogen Sulfide


for the peoples in the edge of the Tawar River Palembang. Settlements in the edge of the
Tawar River Kelurahan 29 Ilir Palembang City is a slum. A buildup of garbage in the Tawar
River openly lead to gas the results of the decomposition process such as Hydrogen Sulfide gas
(H2S) off into the air which cause the air surrounding settlements into the smell. This study aims
to determine the analysis of the environmental health risk of exposure to H 2S in society the
slums along the Tawar River City of Palembang. This research is descriptive research using
quantitative analysis. This study uses analysis study environmental health risk with the analysis
of univariate and bivariate. The sample in this study were 92 respondents with the sampling
technique using purposive sampling. The measurement results show the average concentration
of H2S in the air 0.0019 mg/m3 which is still below the threshold value set the Decision of the
Minister of Environment No. 50 Year 1996 on the raw level, the smell of H2S that 0,028 mg/ m3.
The results of the risk analysis showed that there were 35 respondents (38%) which has the
value of RQ>1 for exposure realtime. As for the exposure to the lifetime of all respondents
(100%) has the value of RQ>1, which means that it has a huge risk of not safe so it is required
to perform risk management. Suggestion of this research should community increase a healthy
lifestyle by eating vegetables, fruits, vitamins and honey as well as exercise to improve
immunity. The public are advised to install the air purifier of the house and multiply your plants
barrier properties can reduce the level of pollutants in the air and plant trees to minimize the
smell that is produced by H2S gas such as boxwood tree and American holly.

Keywords: ARKL; Hydrogen Sulfide; Watershed

Abstrak: Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen Sulfida Bagi Masyarakat


Pinggiran Sungai Tawar Palembang. Permukiman di pinggiran Sungai Tawar Kelurahan
29 Ilir Kota Palembang merupakan permukiman kumuh. Penumpukan sampah di Sungai
Tawar secara terbuka mengakibatkan gas hasil proses dekomposisi seperti gas Hidrogen
Sulfida (H2S) lepas ke udara yang menimbulkan udara sekitar permukiman menjadi bau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis risiko kesehatan lingkungan paparan H2S
pada masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai Tawar Kota Palembang. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian
ini menggunakan studi analisis risiko kesehatan lingkungan dengan analisis univariat dan
bivariat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 responden dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi
rata-rata H2S di udara sebesar 0,0019 mg/m 3 yang artinya masih dibawah nilai ambang
batas yang ditetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 50 Tahun 1996 tentang
baku tingkat kebauan H2S yaitu 0,028 mg/ m3. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa
terdapat 35 orang responden (38%) yang memiliki nilai RQ>1 untuk paparan realtime.
Sedangkan untuk paparan lifetime seluruh responden (100%) memiliki nilai RQ>1 yang
artinya memiliki besar risiko tidak aman sehingga diharuskan melakukan manajemen risiko.
Saran penelitian ini sebaiknya masyarakat meningkatkan pola hidup sehat dengan
mengonsumsi sayuran, buah-buahan, vitamin dan madu serta olahraga yang cukup untuk
meningkatkan imunitas. Masyarakat disarankan menggunakan air purifier di dalam rumah
dan memperbanyak tanaman barrier yang sifatnya dapat menurunkan tingkat polutan di
udara serta tanaman pohon untuk meminimalisir bau yang dihasilkan oleh gas H 2S seperti
pohon kenanga dan American holly.

Kata Kunci: ARKL; HidrogenSulfida; Daerah Aliran Sungai

Article history: Received May 15, 2021, Received in revised form May 15, 2021, Accepted July 31, 2021
144 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

PENDAHULUAN warga. Hal tersebut sangat mengganggu


Saat ini pencemaran lingkungan kenyamanan dan dalam jangka waktu yang
banyak ditemukan di lingkungan tempat lama berisiko menimbulkan gangguan
tinggal manusia. Salah satu lingkungan kesehatan bagi masyarakat. Gas H2S dapat
ekosistem yang sering terkena dampak menyebabkan dampak yang buruk bagi
pencemaran adalah sungai (1). Sungai Musi kesehatan masyarakat dan apabila
yang merupakan salah satu sungai masyarakat menghirup gas H2S secara
terbesar di Indonesia memiliki panjang terus-menerus dalam jangka waktu yang
sekitar 720 kilometer dan saat ini memiliki lama dapat menyebabkan efek permanen
95 anak sungai. Sungai Tawar yang pada gangguan pernafasan, sakit kepala
terletak di Kelurahan 29 Ilir merupakan dan batuk kronis (5).
salah satu anak Sungai Musi yang melintas Berdasarkan hasil studi awal yang
di sekitar permukiman penduduk dan dilakukan peneliti terhadap 10 responden
memiliki kondisi yang tercemar. yang bermukim di pinggiran Sungai Tawar
Kelurahan 29 Ilir sendiri termasuk menunjukkan bahwa 90% responden
permukiman kumuh diantara 59 merasa terganggu dengan bau busuk yang
kelurahan lain yang telah ditetapkan ditimbulkan oleh Sungai Tawar. Selain itu,
melalui Surat Keputusan Walikota hasil studi awal juga menunjukkan bahwa
Palembang Nomor 448 Tahun 2014 masyarakat yang bermukim di pinggiran
tentang penetapan wilayah prioritas Sungai Tawar mengalami beberapa
kawasan permukiman kumuh. Kebiasaan gangguan kesehatan yang diasumsikan
masyarakat membuang sampah sisa sebagai akibat paparan gas H2S
aktivitas rumah tangga ke sungai diantaranya batuk-batuk (40%), sakit
mengakibatkan kondisi Sungai Tawar kepala atau pusing (30%), hidung
tertutup oleh tumpukan sampah. mengalami iritasi atau gatal (10%).
Penumpukan sampah di dalam air dalam Berdasarkan hasil studi awal tersebut,
waktu yang lama mengakibatkan sampah perlu dilakukannya pengkajian lebih lanjut
dapat terdekomposisi secara anaerobik terkait paparan gas H2S di udara ambien
dan apabila dibiarkan akan menimbulkan pada permukiman masyarakat di
bau yang tidak sedap (2). Pembusukan pinggiran Sungai Tawar. Analisis risiko
sampah yang disebabkan oleh kesehatan lingkungan (ARKL) pada
mikroorganisme anaerob akan masyarakat yang bermukim di pinggiran
menghasilkan gas-gas hasil dekomposisi Sungai Tawar, Kelurahan 29 Ilir, Kota
salah satunya yaitu gas hidrogen sulfida Palembang terhadap paparan gas H2S di
(H2S) yang memiliki sifat racun bagi tubuh udara belum pernah dilakukan
makhluk hidup (3). Berdasarkan penelitian sebelumnya, sehingga belum ada studi
yang dilakukan oleh Müezzinoğlu, Sponza yang menjelaskan tingkat risiko kesehatan
(4) dijelaskan bahwa proses dekomposisi yang diterima oleh masyarakat akibat
yang dilakukan oleh bakteri anaerob paparan gas H2S yang bermukim di daerah
terhadap limbah industri dan domestik tersebut. Oleh sebab itu, perlu
yang terjadi di Teluk Izmir menghasilkan dilakukannya studi ARKL dengan tujuan
gas yang memiliki bau menyengat salah untuk mengetahui apakah parameter
satunya adalah gas H2S. Jarak rumah lingkungan (gas H2S) berisiko atau tidak
masyarakat dengan Sungai Tawar yang terhadap kesehatan masyarakat baik
berjarak ≤10 m, menyebabkan bau tidak dalam kurun waktu saat ini maupun
sedap yang ditimbulkan Sungai Tawar hingga 30 tahun yang akan datang.
terkadang sampai masuk kedalam rumah

BAHAN DAN CARA PENELITIAN menggunakan purposive sampling. Sampel


Penelitian ini merupakan jenis udara yang akan diambil yaitu udara
penelitian deskriptif dengan ambien di daerah permukiman penduduk
menggunakan analisis kuantitatif. Sampel di pinggiran Sungai Tawar dengan 3 titik
manusia pada penelitian ini sebanyak 92 pengukuran sesuai dengan SNI 19-7119.6-
responden dengan teknik pengambilan 2005 bagian 6 tentang penentuan lokasi
Suci Ambarwati, Yustini Ardillah. Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen 145
Sulfida Bagi Masyarakat Pinggiran Sungai Tawar Palembang

pengambilan contoh uji pemantauan jam untuk masing-masing titik sampling.


kualitas udara ambien. Data yang Sedangkan untuk data responden
digunakan dalam penelitian ini yaitu data diperoleh dengan teknik door to door ke
primer dilengkapi dengan data sekunder. rumah-rumah warga. Data responden
Data primer diperoleh peneliti dengan yang meliputi umur, jenis kelamin, status
metode observasi, penyebaran kuisioner pekerjaan, pola aktivitas dan keluhan
dilengkapi dengan wawancara serta kesehatan responden diperoleh melalui
melakukan sampling udara gas H2S di wawancara langsung menggunakan
lokasi penelitian yang selanjutnya diuji di kuisioner. Sedangkan untuk data
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan antropometri berupa berat badan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 diperoleh dengan melakukan pengukuran
Palembang. Sedangkan untuk data secara langsung di lokasi penelitian
sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan menggunakan alat berupa timbangan.
29 Ilir mengenai profil lokasi penelitian, Penelitian ini menggunakan studi
jumlah masyarakat dan sebaran umur analisis risiko kesehatan lingkungan
masyarakat. dengan analisis univariat dan bivariat.
Cara pengumpulan data untuk Analisis univariat dilakukan untuk
konsentrasi gas H2S di lokasi penelitian menganalisis beberapa variabel yang
adalah dengan melakukan pengukuran meliputi konsentrasi gas H2S di udara,
langsung menggunakan metode biru waktu paparan, frekuensi paparan, durasi
metilen dengan alat sampling berupa paparan, laju inhalasi dan berat badan.
impinger. Sampling udara dilakukan pada Analisis bivariate dilakukan untuk
3 titik pengukuran yang berjarak ≤10 m menganalisis hubungan antara umur
dari Sungai Tawar dengan waktu responden dengan karakteristik risiko
pengukuran pagi, siang dan sore hari. reponden. Analisi risiko kesehatan
Pengukuran dilakukan 3 kali sehari lingkungan dilakukan untuk mengitung
dengan rentang waktu pagi berkisar nilai intake/asupan responden dan nilai
antara pukul 09.00 – 12.00 WIB, waktu karakteristik risiko (RQ) responden.
siang berkisar antara pukul 13.00 – 14.59 Adapun rumus yang digunakan untuk
WIB dan untuk waktu sore berkisar antara perhitungan nilai intake responden akibat
pukul 15.00 – 18.00 WIB. Pengukuran paparan gas H2S melalui jalur inhalasi
sampling udara membutuhkan waktu 1 adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Ink : intake (mg/kg/hari)
C : konsentrasi H2S (mg/m3)
R : laju inhalasi (mg/jam)
tE : waktu paparan harian (jam/hari)
fE : frekuensi paparan (hari/tahun)
Wb : berat badan responden
Dt : durasi pajanan (realtime, 30 tahun untuk lifetime)
tavg : periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogenik)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai karakteristik risiko (RQ)
responden akibat paparan gas H2S adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Ink : intake yang telah dihitung dengan rumus sebelumnya
RfC : nilai referensi untuk jalur inhalasi yaitu 0,00028 mg/kg/hari
146 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden


Karakteristik responden dianalisis Tawar. Berikut ini hasil distribusi
berdasarkan jenis kelamin, umur dan frekuensi karakteristik responden pada
status pekerjaan responden yang penelitian ini :
bertempat tinggal di pinggiran Sungai

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang


Bermukim di Pinggiran Sungai Tawar
Karaktersitik Kategori Frekuensi Persentase
Laki-laki 39 42,4 %
Jenis Kelamin
Perempuan 53 57,6 %
≤31 tahun 52 56,5 %
Umur
>31 Tahun 40 43,5 %
Tidak Bekerja 67 72,8 %
Status pekerjaan
Bekerja 25 27,2 %

Berdasarkan hasil analisis iritasi/gatal (39,1%), sakit tenggrokan


univariat diketahui bahwa responden (32,6%) dan iritasi mata (12%). Hasil
lebih banyak berjenis kelamin perempuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian
yaitu sebanyak 53 responden (57,6%) (Safitri dan Ardillah, 2018)(6) yang
sedangkan responden yang berjenis menunjukkan bahwa gejala gangguan
kelamin laki-laki sebanyak 39 responden kesehatan yang paling banyak dialami
(42,4%). Hasil analisis univariat juga oleh responden akibat paparan gas H2S
menunjukkan bahwa lebih banyak yaitu sakit kepala atau pusing yakni
responden yang berstatus tidak bekerja sebanyak 52% responden.
yaitu 67 responden (72,8%) sedangkan Keluhan kesehatan yang dialami
responden yang bekerja sebanyak 25 oleh responden yang bermukim di
responden (27,2%). pinggiran Sungai Tawar menunjukkan
Umur dalam penelitian ini dikategorikan gejala terpaparnya H2S, sesuai dengan
berdasarkan rata-rata umur responden penelitian Wicita (7) pengaruh gas H2S
yaitu 31 tahun. Umur responden dalam dalam konsentrasi rendah akan
penelitian ini tidak dibatasi dengan tujuan megakibatkan beberapa gejala seperti
untuk mengetahui besar risiko yang pusing, batuk-batuk, rasa nyeri pada
diterima responden pada masing-masing hidung, sakit tenggorokan, hingga dapat
kategori umur. Selain itu, umur responden melumpuhkan indra penciuman. Paparan
juga akan mempengaruhi durasi pajanan H2S dengan konsentrasi rendah dalam
responden. Semakin tua responden, maka jangka waktu yang lama dapat
akan semakin lama pula durasi pajanan menyebabkan efek permanen seperti sakit
responden. Perhitungan intake diketahui kepala, gangguan saluran pernafasan dan
berbanding lurus dengan durasi pajanan, batuk kronis (8) Hasil Analisis Risiko
artinya semakin besar nilai durasi pajanan Kesehatan Lingkungan
responden maka akan semakin besar pula
nilai intake yang diterima responden. Identifikasi Bahaya
Keluhan Kesehatan Responden Identifikasi bahaya merupakan
Keluhan kesehatan diukur dari tahap awal dalam melakukan analisis
gejala-gejala gangguan kesehatan yang risiko kesehatan lingkugan. Identifikasi
dialami responden sebagai akibat paparan bahaya dilakukan dengan melakukan
gas H2S dalam kurun waktu 3 bulan pengukuran kosentrasi gas H2S di
terakhir. Beradasarkan hasil analisis pinggiran Sungai Tawar. Hasi pengukuran
terhadap data yang diperoleh dari proses gas H2S pada 3 titik pengukuran di
wawancara diketahui bahwa terdapat 5 permukiman kumuh sepanjang aliran
keluhan kesehatan yang dialami Sungai Tawar dalam radius ≤10m dari
responden yaitu sakit kepala/pusing Sungai Tawar dapat dilihat pada tabel di
(68,5%), batuk-batuk (56,5%), hidug bawah ini :
Suci Ambarwati, Yustini Ardillah. Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen 147
Sulfida Bagi Masyarakat Pinggiran Sungai Tawar Palembang

Tabel 2. Hasil Pengukuran Konsentrasi Gas H2S di pinggiran Sungai Tawar


Konsenrasi H2S (mg/m3)
Konsentrasi
Titik Lokasi Pengukuran Pagi Siang Sore rata-rata
(09.00 – (13.00 – (15.00 – (mg/m3)
12.00) 14.59) 18.00)
1 Depan rumah
penduduk di Jalan Ki 0,0016 0,0019 0,0018 0,00176
Gede Ingsuro
2 Depan rumah
penduduk di Jalan 0,0019 0,0021 0,0021 0,00203
Sungai Tawar I
3 Depan rumah
penduduk di Jalan Sei 0,0021 0,0022 0,0022 0,00216
Tawar II

Berdasarkan hasil analisis H2S di titik 3 pada waktu siang dan sore
univariat terhadap konsentrasi gas H2S di hari yaitu tingginya suhu udara pada
pinggiran Sungai Tawar dalam radius waktu siang hari membantu pembentukan
≤10m dari Sungai Tawar berkisar antara emisi gas di udara termasuk gas H2S (10).
0,0016 – 0,0022 mg/m3 dan memiliki rata- Dengan suhu udara pada waktu siang dan
rata sebesar 0,0019 mg/m3. Hasil rata-rata sore hari akan mempercepat proses
kosentrasi gas H2S yang diperoleh di dekomposisi oleh mikroorganisme dan
pinggiran Sungai Tawar tersebut masih akan menyebabkan kosentrasi H2S
dibawah nilai ambang batas konsentrasi meningkat.
gas H2S di udara ambien yaitu 0,028 Sedangkan konsentrasi H2S
mg/m3 berdasarkan Keputusan Menteri terendah terdapat pada titik 1 dengan
Lingkungan Hidup RI No. 50 Tahun 1996 waktu pengukuran pada pagi hari yaitu
tentang Baku Tingkat Kebauan. sebesar 0,0016 mg/m3. Pada titik 1 kondisi
Hasil pengukuran kosentrasi gas aliran sungai lebih lebar dan memiliki
H2S tertinggi berada di titik 3 dengan aliran sungai yang lebih lancar
waktu pengukuran siang dan sore hari dibandingkan dengan titik lainnya. Selain
yaitu 0,0022 mg/m3. Pada titik tersebut itu, pada titik 1 tumpukan sampah lebih
memang titik terparah dimana aliran sedikit ditemukan, sehingga proses
sungai tersumbat oleh tumpukan sampah. dekomposisi lebih sedikit terjadi
Kondisi aliran sungai yang bercampur dibandingkan dengan titik yang lainnya.
dengan sampah organik dan sampah Waktu pengukuran pagi hari
anorganik dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa suhu udara pada
akan menimbulkan terjadinya proses pagi hari lebih rendah dibandingkan
dekomposisi. Proses dekomposisi yang waktu siang dan sore hari (11). Sehingga
berlangsung di perairan akan berlangsung proses dekomposisi sampah yang terjadi
secara aneorobik, sehingga menimbulkan pada pagi hari lebih lambat dibandingkan
bau yang tidak sedap dan mengandung gas waktu siang dan sore hari. Hal tersebut
hidrogen sulfida. Hal tersebut sejalan menjadi salah satu faktor yang
dengan penelitian Wahyono (9) yang mengakibatkan konsentrasi gas H2S di titik
menyatakan bahwa proses dekomposisi satu pada waktu pengukuran pagi hari
yang tidak terkendali atau biasanya menjadi kosentrasi paling rendah
berlangsung secara anaerobik akan dibandingkan lokasi dan waktu
menghasilkan gas H2S dan CH4 yang pengukuran yang lainnya.
mempunyai bau menyengat atau sering
dikenal sebagai proses pembusukan.
Selain itu, penyebab tingginya konsentrasi
148 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Analisis Dosis Respon Analisis Paparan


Tahap kedua dalam analisis risiko Analisis paparan merupakan tahap
kesehatan lingkungan yaitu analisis dosis ketiga dalam analisis risiko kesehatan
respon. Analisis dosis-respon digunakan lingkungan yang dilakukan dengan
untuk menetapkan nilai kuantitatif melakukan perhitungan terhadap nilai
toksisitas agen risiko yang berpotensi intake/asupan dari agen risiko. Nilai
menimbulkan gangguan kesehatan pada intake dipengaruhi oleh beberapa variabel
populasi terpapar. Ukuran toksisitas untuk diantaranya, konsentrasi gas H2S (C), berat
agen risiko dengan paparan melalui badan (Wb), laju inhalasi (R), waktu
inhalasi dengan efek non karsinogenik paparan (tE), frekuensi paparan (fE),
seperti gas H2S dinyatakan dengan RfC durasi paparan (Dt) dan periode waktu
(Reference Concentration). Nilai RfC rata-rata (tavg) yaitu 10.950 hari. Berikut
inhalasi yang ditetapkan oleh IRIS ini hasil analisis univariat dari beberapa
(Integrated Risk Information System) dari variabel dalam analisis paparan :
US-EPA yaitu 0,001 mg/m3 atau sama
dengan 0,00028 (mg/kg/hari).

Tabel 3. Distribusi Analisis Variabel Analisis Paparan

Kolmogrof-
Variabel Mean Median SD Min Max
Smirnov
Konsentrasi H2S (C) 0,0019 0,002 0,0002 0,0016 0,0022 0,559
Berat Badan (Wb) 50,6 51,65 18,06 18,65 88,55 0,857
Laju Asupan (R) 0,562 0,583 0,089 0,36 0,7 0,198
Waktu paparan (tE) 21,85 24 3,558 12 24 0,00
Frekuensi paparan (fE) 360,6 365 8,297 325 365 0,00
Durasi Paparan (Dt) 20,5 16 14,76 3 68 0,054
Intake Realtime 0,0003 0,00024 0,00021 0,00006 0,00121 0,006
Intake Lifetime 0,0008 0,00078 0,00025 0,00029 0,0018 0,717

Berat badan merupakan salah satu


variabel yang memiliki peran penting dan
sangat
mempengaruhi dosis actual suatu risk badan responden maka nilai laju inhalasi
agent yang diterima oleh individu (3). Hal juga akan semakin tinggi (12). Responden
tersebut disebabkan karena nilai berat dengan berat badan terbesar mempunyai
badan individu mempengaruhi dosis kapasitas volume paru – paru yang besar
internal yang diterima. Berat badan pula yang memungkinkan udara lebih
merupakan variabel denumerator dalam banyak masuk kedalam tubuh, sehingga
perhitungan rumus intake, sehingga memperbesar potensi menghirup udara
hasilnya akan berbanding terbalik dengan yang mengandung gas pencemar termasuk
nilai intake (asupan). Semakin besar berat gas H2S (13).
badan responden maka semakin kecil nilai Berbanding terbalik dengan
intake yang akan diterima, begitupun variabel berat badan nilai konsentrasi H2S,
sebaliknya. Sama halnya dengan intake waktu paparan (tE), frekuensi paparan
nilai karakteristik risiko juga berbanding (fE) dan durasi paparan (Dt) akan
terbalik dengan berat badan. Berbeda berbanding lurus dengan nilai intake dan
dengan intake dan karakteristik risiko, karakteristik risiko (RQ) responden. Hal
nilai laju inhalasi akan berbanding lurus tersebut menunjukkan bahwa semakin
dengan berat badan. Semakin besar berat besar nilai C, tE, fE, dan Dt maka akan
Suci Ambarwati, Yustini Ardillah. Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen 149
Sulfida Bagi Masyarakat Pinggiran Sungai Tawar Palembang

semakin besar pula nilai intake dan RQ nilai rata-rata intake realtime responden
responden. Sejalan dengan pernyataan masih dibawah namun mendekati nilai
tersebut pada penelitian ini responden intake atau asupan yang ditetapkan oleh
dengan nilai intake realtime tertinggi yaitu US-EPA yaitu 0,00028 mg/kg/hari. Hal ini
0,00121 mg/kg/hari memiliki waktu menunjukkan bahwa paparan gas H2S
paparan maksimal yaitu 24 jam/hari, terhadap responden yang bermukim di
memiliki frekuensi paparan maksimal pinggiran Sungai Tawar tidak
yaitu 365 hari/tahun dan memiliki durasi menunjukkan adanya risiko kesehatan
paparan yang lama yaitu 55 tahun. Hal ini non karsinogenik. Namun, terdapat
sesuai dengan Rahman (14) yang beberapa responden yang memiliki nilai
menyatakan bahwa semakin lama waktu intake realtime yang telah melebihi nilai
paparan seseorang semakin besar pula intake yang ditetapkan oleh US-EPA. Oleh
intake gas yang dihirup ke dalam tubuh sebab itu, perlu dilakukannya manajemen
seseorang dan apabila terpapar dalam risiko yang tepat untuk mengendalikan
waktu maksimal maka akan semakin besar risiko kesehatan yang mungkin terjadi
pula peluang seseorang memiliki besar pada beberapa responden yang berisiko
risiko yang tidak aman. Selain itu, dalam waktu paparan realtime. Berbeda
penelitian Perdana (12) juga menyebutkan dengan nilai intake realtime, hasil
bahwa paparan dalam waktu maksimal perhitungan nilai intake lifetime
akan memperbesar peluang responden menunjukkan bahwa seluruh responden
memiliki besaran risiko yang tidak aman. (100%) memiliki nilai intake yang telah
Hal itu sejalan dengan penelitian Wardani melebihi nilai intake atau asupan yang
(15) yang menyebutkan bahwa semakin telah ditetapkan US-EPA. Hal tersebut
besar frekuensi paparan responden menunjukkan bahwa paparan hidrogen
terhadap pencemar di udara dalam satu sulfida pada masyarakat yang bermukim
tahun, maka semakin besar risiko yang di pinggiran Sungai Tawar memiliki risiko
akan diterima. Selain itu, responden yang kesehatan non karsinogenik dalam jangka
menghirup udara yang mengandung gas waktu 30 tahun yang akan datang.
H2S selama 15 tahun memiliki peluang 4,0
kali lebih besar mengalami gangguan Karaktersitik Risiko
kesehatan dibandingkan dengan Karakteristik risiko merupakan tahapan
responden yang menghirup udara kurang terakhir dalam metode Analisis Risiko
dari 15 tahun (16). Berdasarkan penelitian Kesehatan Lingkungan. Karakteristik
Safitri and Ardillah (6) menyatakan bahwa risiko non karsinogenik yang diakibatkan
responden dengan durasi paparan lebih oleh H2S dapat diperoleh dengan membagi
lama memiliki besar risiko kesehatan (RQ) nilai intake dengan RfC. Nilai rata-rata RQ
yang lebih tinggi. responden dengan konsentrasi H2S 0,0019
Perhitungan intake dilakukan kepada mg/m3 untuk waktu paparan realtime
92 responden dengan proyeksi durasi dianggap masih aman bagi kesehatan
paparan realtime (lama sebenarnya masyarakat pinggiran Sungai Tawar
responden terpapar H2S) dan paparan karena rata-rata RQ realtime <1 yaitu 0,87
lifetime (30 tahun). Berdasarkan hasil mg/kg/hari. Sedangkan, untuk waktu
analisis univariat terhadap nilai intake paparan lifetime dengan konsentrasi
responden diperoleh hasil bahwa rata-rata hidrogen sulfida sebesar 0,0019 mg/m 3
nilai intake realtime responden yaitu dianggap beresiko bagi masyarakat
0,00024 mg/kg/hari. Sedangkan nilai rata- pinggiran Sungai Tawar karena nilai rata-
rata untuk intake lifetime responden yaitu rata RQ lifetime menunjukkan RQ >1 yaitu
0,0008 mg/kg/hari. Hasil perhitungan 2,88 mg/kg/hari.
150 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Risiko (RQ) Realtime dan Lifetime pada Masyarakat yang
Bermukim di Pinggiran Sungai Tawar
Variabel Cut of Point Frekuensi Persentase
>1 35 38%
Besar Risiko (RQ) Realtime
≤1 57 62%
>1 92 100%
Besar Risiko (RQ) Lifetime
≤1 0 0%

Berdasarkan analisis distribusi frekuensi karakteristik risiko (RQ), mayoritas


responden memiliki nilai RQ realtime ≤1 yaitu sebanyak 57 responden (62%). Namun,
terdapat 35 respoden (38%) yang memiliki nilai RQ>1 atau kategori tidak aman untuk
paparan realtime. Sedangkan untuk nilai RQ lifetime seluruh responden memiliki nilai RQ > 1
atau kategori tidak aman yaitu sebanyak 92 responden (100%). Hal tersebut menunjukkan
bahwa konsentrasi hazard beresiko menimbulkan gangguan kesehatan non karsinogenik
bagi masyarakat baik dalam waktu saat ini ataupun dalam jangka waktu 30 tahun mendatang,
maka perlu dilakukannya pengendalian/ manajemen risiko.

Prakiraan Besar Risiko


Prakiraan besar risiko (RQ) non karsinogenik paparan H2S di udara ambien pada
masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai Tawar untuk proyeksi paparan 5, 10, 15, 20,
25 dan 30 tahun mendatang bertujuan untuk mengetahui peningkatan besar risiko yang
diterima oleh responden per 5 tahun yang akan datang. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
hasil bahwa nilai RQ masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai Tawar untuk proyeksi
5 hingga 30 tahun mendatang seluruhnya menunjukkan nilai RQ>1 yang artinya pada 5
hingga 30 tahun mendatang paparan H2S yang diterima oleh masyarakat yang bermukim di
pinggiran Sungai Tawar dianggap tidak aman dan berpotensi menimbulkan risiko terhadap
kesehatan sehingga diperlukan manajemen risiko.

Grafik Hasil Perhitungan Prakiraan Besar Risiko


(RQ) Masyarakat DAS Tawar
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
RQ RQ D+5 RQ D+10 RQ D+15 RQ D+20 RQ D+25 RQ D+30
Realtime

Aman Tidak Aman

Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan Prakiraan Besar Risiko (RQ) Responden

Berdasarkan grafik di atas dapat responden yang memiliki RQ>1, untuk


diketahui bahwa untuk RQ realtime prakiraan 20 dan 25 tahun selanjutnya
terdapat 38% responden yang memiliki terapat 98,9% responden yang memiliki
RQ>1, untuk prakiraan 5 tahun yang akan RQ>1, sedangkan untuk prakiraan 30
datang terdapat 68,5% responden yang tahun yang akan datang 100% responden
memiliki RQ>1, prakiraan 10 tahun memiliki RQ>1. Berdasarkan hasil
selanjutnya terdapat 90,2% responden tersebut dapat diketahui bahwa setiap per
yag memiliki RQ>1, prakiraan untuk 5 tahun terjadi peningkatan jumlah
proyeksi 15 tahun terdapat 95,7% responden yang memiliki nilai RQ>1 atau
Suci Ambarwati, Yustini Ardillah. Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen 151
Sulfida Bagi Masyarakat Pinggiran Sungai Tawar Palembang

kategori yang tidak aman. Kenaikan ini ada hubungan antara umur responden
disebabkan karena durasi paparan dengan karakteristik risiko (RQ)
responden yang terus bertambah. responden. Dari hasil uji chi-square juga
Kenaikan RQ setiap 5 tahun menunjukkan diperoleh Odds Ratio 4,510 artinya
bahwa semakin lama responden terpapar responden yang memiliki umur >31 tahun
oleh gas H2S di udara maka semakin besar memiliki probabilitas 4,510 kali
pula besar risiko yang akan diterima. Oleh mempunyai RQ>1 dibandingkan dengan
sebab itu, sangat perlu dilakukannya responden yang memiliki umur ≤31 tahun.
manajemen risiko untuk menghindari
berbagai risiko gangguan kesehatan bagi Berdasarkan hasil analisis karaktersitik
masyarakat yang terpapar gas H2S di risiko (RQ) realtime terhadap 92
pinggiran Sungai Tawar. responden diperoleh hasil bahwa terdapat
38% responden yang memiliki nilai RQ
Hasil Analisis Bivariat realtime >1 sedangkan untuk responden
Hubungan Umur Responden dengan yang memiliki RQ realtime ≤1 sebanyak
Karakteristik Risiko (RQ) Responden 62% responden . Hasil analisis umur
Berdasarkan uji asosiasi 2 variabel responden yang memiliki RQ>1 dan RQ≤1
menggunakan uji chi-square, diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut :
nilai p-value (0,002) ≤ alfa (0,05) artinya

Tabel 5. Distribusi Analisis Umur Responden yang Memiliki RQ>1 dan RQ≤1
Kolmogrof-
Variabel Mean Median Min Max
Smirnof
Umur Responden dengan
43,6 43 20 83 0,625
RQ realtime > 1
Umur Responden dengan
24,3 22 6 55 0,124
RQ realtime ≤1

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata- dibandingkan responden yang memiliki


rata umur responden yang memiliki RQ umur lebih muda. Selain itu, responden
realtime >1 yaitu 43,6 tahun dengan umur yang bermukim di pinggiran Sungai Tawar
median 43 tahun. Sedangkan rata-rata dengan umur yang lebih tua akan memiliki
umur responden yang memiliki RQ durasi paparan (Dt) yang lebih lama
realtime ≤1 yaitu 24,3 tahun dengan umur dibandingkan dengan umur responden
median 22 tahun. Dari hasil analisis yang lebih muda. Dimana Dt akan
tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata berbanding lurus dengan karakteristik
umur responden yang memiliki RQ risiko (RQ) yang diterima oleh responden.
realtime >1 lebih besar dibandingkan rata-
rata umur responden yang memiliki RQ Berdasarkan hasil dari prakiraan besaran
realtime ≤1. Hal tersebut terjadi karena risiko (RQ) terhadap paparan gas H2S pada
responden yang bermukim di Daerah masyarakat yang bermukim di
Aliran Sungai Tawar dengan umur yang permukiman kumuh sepanjang aliran
lebih tua tentunya mengalami paparan gas Sungai Tawar, kita juga dapat mengetahui
H2S yang lebih lama dibandingkan dengan rentang umur responden yang memiliki
responden yang memiliki umur lebih RQ>1 untuk proyeksi 5,10,15,20,25,30
muda. Sehingga, semakin tua umur tahun yang akan datang. Berikut ini tabel
responden maka semakin banyak paparan analisis umur responden yang memiliki
yang diterima, sehingga lebih beresiko RQ>1 untuk Dt 5,10,15,20,25,30 tahun :
mengalami gangguan kesehatan
152 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Tabel 6. Distribusi Analisis Umur Responden dengan RQ>1 untuk proyeksi 5,10,15,20,25,30
Tahun Mendatang
Responden dengan RQ>1
Prakiraan Besar Mean Median Min Max
Risiko (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun)
Dt+5 38,87 34 11 88
Dt+10 41,7 38 16 93
Dt+15 46,6 43 21 98
Dt+20 51,8 48 26 103
Dt+25 56,8 53 31 108
Dt+30 61,6 58 36 113

Berdasarkan tabel diatas dapat umur minimal responden yang memiliki


diketahui bahwa prakiraan besaran risiko RQ>1 yaitu 11 tahun. Hal tersebut dapat
untuk proyeksi 5 hingga 30 tahun yang terjadi karena rendahnya berat badan
akan datang menunjukkan peningkatan (Wb) responden ditambah lagi dengan
rata-rata umur responden. Hal tersebut besarnya nilai tE, fE dan Dt yang dapat
mendukung bahwa umur memang mengakibatkan besarnya nilai intake. Nilai
mempengaruhi karaktersitik risiko berat badan akan berbanding terbalik
responden. Namun, berdasarkan hasil dengan nilai intake, artinya semakin
analisis umur juga kita dapat melihat rendah berat badan seseorang maka akan
bahwa terdapat beberapa responden semakin tinggi nilai intake. Nilai intake
dengan umur yang masih muda memiliki yang tinggi akan berpengaruh pada nilai
nilai RQ>1. Pada prakiraan besaran risiko RQ yang tinggi pula. Oleh sebab
5 tahun mendatang dapat dilihat bahwa
itu, terdapat beberapa responden dengan Cara Pengelolaan Risiko
kategori umur yang masih muda masuk Untuk mewujudkan strategi
kedalam kategori karaktersitik risiko yang pengelolaan risiko dapat dilakukan
tidak aman. dengan cara pengelolaan risiko melalui
pendekatan pada beberapa aspek yaitu :
Manajemen Risiko
Strategi Pengelolaan Risiko Pendekatan Teknologi
Strategi pengelolaan risiko Pendekatan teknologi dapat
merupakan tahapan yang perlu dilakukan dilakukan dengan memperbanyak pohon
apabila nilai besar risiko (RQ)>1. penyerap polutan di sekitar aliran sungai
Pengelolaan risiko yang dapat dilakukan tawar seperti pohon kenanga dan
untuk lingkungan permanen american holly atau jenis tanaman
(permukiman) dengan jalur paparan penghalang yang berdaun banyak, kecil-
inhalasi dapat dilakukan dengan dua cara kecil, lebat dan bercabang (18). Pendekatan
yaitu dengan melakukan penurunan teknologi juga dapat dilakukan dengan
konsentrasi ke batas aman (Cnk(aman)) dan pembuatan IPAL tertutup sebagai
pembatasan durasi pajanan hinga ke batas pengelolaan air limbah masyarakat yang
aman (Dtnk (aman)) (17). Berdasarkan hasil bermukim di sekitar Sungai Tawar,
perhitungan diperoleh bahwa nilai sehingga masyarakat tidak lagi membuang
konsentrasi batas aman hidrogen sulfida limbah cair yang mereka hasilkan ke aliran
di udara ambien pada pinggiran Sungai Sungai Tawar. Selain itu, pemasangan
Tawar yaitu 0,00153 mg/m3. Sedangkan penyaring udara (air purifier) di dalam
untuk durasi paparan aman bagi rumah dapat menyedot udara kotor di
masyarakat yang bermukim di dalam ruangan, lalu menyaringnya melalui
permukiman kumuh sepanjang aliran komponen filter yang dimilikinya sehingga
Sungai Tawar adalah 16,5 tahun. menghasilkan udara bersih di dalam
ruangan.
Suci Ambarwati, Yustini Ardillah. Potensi Risiko Lingkungan Paparan Hidrogen 153
Sulfida Bagi Masyarakat Pinggiran Sungai Tawar Palembang

Pendekatan Institusi melalui pengukuran H2S yang dilakukan


Pendekatan institusi dapat secara berkala.
dilakukan dengan cara berkoordinasi Pendekatan Sosial-Ekonomis
dengan pihak Kepala Kelurahan 29 Ilir dan Pendekatan sosial-ekonomis dapat
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dilakukan dengan melakukan sosialisasi
Kota Palembang untuk melakukan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh
pembersihan secara rutin Sungai Tawar gas hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh
yang terdapat di Kelurahan 29 Ilir agar laju Sungai Tawar yang tercemar. Sosialisasi
aliran sungai dapat berjalan dengan lancar dapat berupa pemberian pemahaman
dan meminimalisir terjadinya tentang risiko kesehatan yang dapat
penumpukan sampah di aliran sungai. dialami masyarakat baik paparan pada
Selain itu, perlu juga disediakannya konsentrasi rendah maupun konsentrasi
tempat penampungan sementara di tinggi dan juga pada paparan akut ataupun
sekitaran Sungai Tawar untuk sampah- paparan kronis. Selain itu, perlu juga
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dilakukan sosialisasi mengenai larangan
di lokasi tersebut. Pendekatan institusi membuang sampah dan air limbah rumah
juga dapat dilakukan dengan tangga ke sungai. Hal tersebut penting
berkoordinasi pada pihak Badan dilakukan karena tumpukan sampah dan
Lingkungan Hidup/ BTKLPP Kota air limbah masyarakat yang dibuang ke
Palembang untuk mengukur udara ambien Sungai Tawar yang menjadi sumber gas
minimal 6 bulan sekali, sehingga dapat H2S di udara pada pemukiman masyarakat
memantau kondisi lingkungan masyarakat Daerah Aliran Sungai Tawar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian imunitas guna mengurangi risiko
terhadap potensi risiko lingkungan akibat gangguan kesehatan yang disebabkan
paparan gas H2S bagi masyarakat oleh paparan gas hidrogen sulfida di
pinggiran Sungai Tawar menunjukkan permukiman pinggiran Sungai Tawar.
bahwa dengan konsentrasi rata-rata H2S di Bagi orang tua anak-anak yang bermukim
lokasi tersebut yaitu 0,0019 mg/m3 di pinggiran Sungai Tawar untuk
diperoleh hasil bahwa untuk paparan memberikan asupan makanan sesuai
realtime menunjukkan bahwa terdapat 35 dengan gizi seimbang untuk mewujudkan
respoden (38%) yang memiliki nilai RQ berat badan yang ideal dan imunitas yang
realtime >1 atau kategori tidak aman. lebih kuat.
Selain itu perhitungan besar risiko untuk Masyarakat di pinggiran Sungai Tawar
paparan lifetime menunujukkan seluruh diharapkan untuk menggunakan
responden (100%) memiliki RQ lifetime>1 penyaring udara (air purifier) untuk
atau dalm kategori tidak aman. Hal ini menyaring udara kotor sehingga
menunjukkan meskipun konsentrasi H 2S menghasilkan udara besih di dalam
yang didapatkan masih dibawah baku rumah.
mutu, namun tingkat risiko tidak aman Masyarakat di pinggiran Sungai Tawar
masih ditemukan pada responden. diharapkan memperbanyak jumlah
Adapun saran yang diberikan tanaman barrier yang sifatnya dapat
peneliti adalah sebagai berikut : menurunkan polutan di udara dan
Sebaiknya masyarakat yang bermukim di tanaman pohon untuk meminimalisir bau
pinggiran Sungai Tawar terutama yang dihasilkan oleh gas H2S seperti
kelompok usia lansia dan manula yang pohon kenanga dan American holly.
rentan terhadap gangguan kesehatan Sebaiknya masyarakat memperbanyak
diharapkan untuk meningkatkan pola aktivitas di luar lingkungan Sungai Tawar
hidup sehat seperti perbanyak minum air untuk mengurangi waktu paparan dari
putih, perbanyak mengonsumsi sayur, gas hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh
olahraga yang cukup serta mengonsumsi tumpukan sampah di Sungai Tawar.
vitamin dan madu untuk meningkatkan
154 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 18 No. 2, Juli 2021

KEPUSTAKAAN 5. Rifai B, Joko T, Darundiati YH. Analisis


1. Nangin SR, Langoy ML, Katili DY. Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan
Makrozoobentos sebagai indikator Gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada
biologis dalam menentukan kualitas air Pemulung Akibat Timbulan Sampah di
sungai suhuyon Sulawesi Utara. Jurnal TPA Jatibarang Kota Semarang. Jurnal
MIPA. 2015;4(2):165-8. Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
2. Anggraini D, Pertiwi MB, Bahrin D. 2016;4(3):692-701.
Pengaruh Jenis Sampah, Komposisi 6. Safitri Y, Ardillah Y. ANALISIS RISIKO
Masukan dan Waktu Tinggal Terhadap KESEHATAN LINGKUNGAN PAPARAN
Komposisi Biogas dari Sampah HIDROGEN SULFIDA (H2S) PADA
Organik. Jurnal Teknik Kimia. MASYARAKAT WILAYAH TPA
2012;18(1). SUKAWINATAN KOTA PALEMBANG:
3. Ekanidya N, Sunarsih E. ANALISIS Sriwijaya University; 2018.
RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 7. Wicita SA. Analisis Risiko Kesehatan
PAPARAN HIDROGEN SULFIDA (H2S) Lingkungan Pajanan H2S (Hidrogen
PADA PEMULUNG DI UDARA TPA II Sulfida) Pada Pekerja di Intalasi Biogas
KARYA JAYA KOTA PALEMBANG PT. Tania Selatan Tahun 2018 [Skripsi]:
TAHUN 2019: Sriwijaya University; Universitas Sriwijaya; 2018.
2019. 8. ATSDR. Toxicological Profile For
4. Müezzinoğlu A, Sponza D, K Ken I. Hydrogen Sulfide. US: Department of
Hydrogen Sulfide and Odor Control in Health and Human. Services Agency for
İzmir Bay. . Water, Air, and Soil Toxic Substances and Disease Registry;
Pollution. 2000;123:245-57. 2004.
9. Wahyono S. Pengolahan sampah 2018). Gema Kesehatan Lingkungan.
organik dan aspek sanitasi. Jurnal 2018;16:110-7.
Teknologi Lingkungan. 2001;2(2). 14. Rahman A. Prinsip-prinsip Dasar,
10. Firdaus AR. Analisis Risiko Pajanan Metode, Teknik dan Prosedur Analisis
NH3 dan H2S Terhadap Gangguan Risiko Kesehatan Lingkungan Depok:
Pernapasan Pada Penduduk di Sekitar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Universitas Indonesia; 2005.
Bukit Pinang Samarinda. KESMAS 15. Wardani T. Perbedaan Tingkat
UWIGAMA: Jurnal Kesehatan Risiko Kesehatan Oleh Pajanan PM10,
Masyarakat. 2015;1(2):49-59. SO2 dan No2 pada Hari Kerja, Hari
11. Ivana SC, Nurmayanti D. KADAR Libur dan Hari Bebas Kendaraan
GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DAN Bermotor di Bundaran HI Jakarta.
KELUHAN SUBYEKTIF PEMULUNG TPA Depok: Universitas Indonesia; 2012.
BENOWO SURABAYA TAHUN 2016. 16. Sianipar RH. Analisis Risiko
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN. Paparan Hidrogen Sulfida pada
2017;15(1). Masyarakat sekitar TPA Sampah Terjun
12. Perdana C. Gambaran Asupan Kecamatan Medan Marelan Tahun
Ammonia (NH3) Pada Masyarakat 2009. Medan: Universitas Sumatera
Dewasa Di Kawasan Sekitar Utara; 2009.
Pemukiman PT. Pusri Palembang. 17. Kemenkes. Pedoman Analisis
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Hidayatullah; 2015. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
13. Arofah LM, Khambali, 18. Jerez SB, Bahrin D, Aalst JA, Hai NX.
Rachmaniyah. Analisis Risiko Kadar Gas Demonstrtaing the Efect of Trees for
Hidrogen Sulfida (H2S) Pada Controlling Particulate Matter,
Masyarakat Sekitar Pabrik Bioethanol Hydrogen Sulfide and Odor from
(Studi Kasus : Pabrik Bioethanol PT. Poultry Buildings. . United States
Energi Agro Nusantara Kecamatan Departement of Agriculture-Natural
Gedeg Kabupaten Mojokerto Tahun Resources Conservation Service: Final
Project Report; 2016.

You might also like