Professional Documents
Culture Documents
Animasi 3D "Back To Allah" Menggunakan Metode Pose To Pose
Animasi 3D "Back To Allah" Menggunakan Metode Pose To Pose
php/jicom/
Abstract
The animation industry, particularly in 3D animation, is rapidly evolving. In the production of 3D animations, various stages
are involved, including modeling, rigging, texturing, lighting, animating, camera operation, and rendering. Among these
stages, animating plays a crucial role in creating high-quality animations. However, animating often faces challenges in
achieving smooth and realistic movements, which can hinder the effective delivery of the story's content and message. To
overcome these challenges, the animation "Back to Allah" adopts the pose to pose method in the animating process. By utilizing
the pose to pose method, each scene in the animation is carefully planned, focusing on character poses and smooth transitions
between them. Character movements are meticulously crafted, from initial poses to final poses in each scene. This method
allows the animation to achieve the necessary fluidity and authenticity in movements, effectively conveying the right emotions
and depicting the story with clarity. Compared to traditional animation methods that often result in rough movements, pose to
pose provides the ability to plan each aspect of movement in more detail. Additionally, the pose to pose method allows
animators to easily make changes and revisions to movements, making it more flexible and efficient in the production process.
Keywords: 3D animation, Blender, Islamic, Pose to pose.
Abstrak
Saat ini dunia industri animasi sangat berkembang pesat, terutama pada animasi 3D. Dalam produksi animasi 3D terdapat
beberapa tahapan antara lain modeling, rigging, texturing, lightning, animating, camera operation, hingga rendering. Proses
animating memegang peran krusial dalam menciptakan animasi berkualitas. Namun, seringkali proses animating menghadapi
tantangan dalam menghasilkan gerakan yang halus dan realistis, sehingga menyulitkan penyampaian isi dan pesan cerita secara
efektif. Untuk mengatasi tantangan ini, animasi "Back to Allah" mengadopsi metode pose to pose dalam proses animating.
Dengan menggunakan metode pose to pose, setiap adegan dalam animasi direncanakan secara cermat dengan memperhatikan
pose karakter dan transisi yang halus antar pose. Gerakan karakter diatur dengan teliti, mulai dari pose awal hingga pose akhir
dalam setiap adegan. Metode ini memungkinkan animasi untuk mencapai kehalusan dan keaslian gerakan yang diperlukan
untuk menyampaikan emosi yang tepat dan menggambarkan cerita dengan baik. Dibandingkan dengan metode animasi
tradisional yang sering menghasilkan gerakan yang kasar, pose to pose memberikan kemampuan untuk merencanakan setiap
aspek gerakan dengan lebih terperinci. Selain itu, metode pose to pose juga memungkinkan animator untuk dengan mudah
melakukan perubahan dan revisi pada gerakan, menjadikannya lebih fleksibel dan efisien dalam proses produksi makalah.
1. Pendahuluan dan cerita yang memikat. Dalam konteks ini, jurnal ini
menghadirkan proyek 3D animasi yang berjudul
Dalam era teknologi yang terus berkembang, seni
"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun: Belajar Sabar dari
animasi 3D telah menjadi salah satu bentuk kreativitas
Teman-teman yang Berbeda". Animasi ini bertujuan
yang menggabungkan keahlian desain visual dan
untuk mengeksplorasi pentingnya belajar sabar melalui
teknologi canggih. Animasi 3D memiliki potensi besar
interaksi dengan Teman-teman yang berbeda. Konsep
untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan
"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun" yang berasal dari
mempengaruhi penonton melalui visual yang menarik
Diterima Redaksi : xx-xx-2020 | Selesai Revisi : xx-08-2020 | Diterbitkan Online : xx-08-2020
1
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
2
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
dan karakteristik unik masing-masing karakter, serta occlusion (meningkatkan detail bayangan dan
menggerakkan cerita maju. Selain itu, naskah cerita juga pencahayaan) untuk menciptakan tampilan visual yang
bisa mencakup deskripsi visual dan instruksi bagi tim lebih realistis pada objek atau karakter[4].
produksi, seperti pengaturan adegan, penjelasan aksi,
dan saran tentang penggunaan musik atau efek khusus. 2.2.3 Rigging
Naskah cerita dapat dikembangkan melalui proses yang
Proses pembuatan kerangka atau struktur kontrol untuk
melibatkan brainstorming, penelitian, dan penulisan.
Revisi dan kolaborasi antara penulis, sutradara, dan objek virtual atau karakter, sehingga mereka dapat
digerakkan dan dianimasikan dengan mudah. Rigging
anggota tim produksi lainnya juga sering terjadi untuk
melibatkan penentuan titik-titik kontrol atau "joints" di
menyempurnakan naskah cerita sebelum produksi
dalam struktur karakter, yang kemudian dihubungkan
dimulai[7].
dengan tulang atau "bones" untuk mengatur gerakan dan
deformasi karakter[2].
2.1.3 Storyboard
Storyboard merupakan alat visual yang digunakan 2.2.4 Animating
dalam produksi film, animasi, atau proyek multimedia
Proses selanjutnya, yaitu animating pada tahap
lainnya untuk merencanakan dan menggambarkan
animating ini akan dilakukan proses pembuatan objek
urutan cerita secara kronologis[8]. Storyboard berfungsi
animasi yang meliputi modelling, animating, hingga
sebagai panduan visual yang menggambarkan setiap
rendering. Seluruh proses pada tahap ini menggunakan
adegan atau momen penting dalam cerita, termasuk
Mixamo untuk bagian animating. Pembuatan animasi
framing, komposisi, gerakan kamera, dan ekspresi
karakter. Setiap frame dalam Storyboard biasanya juga melibatkan upaya manual dalam menyusun gerakan
objek berdasarkan Storyboard, yang bertujuan untuk
dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang
menggambarkan apa yang terjadi dalam adegan mempermudah animator dalam proses animating[1].
tersebut[9].
2.3 Pasca Produksi
2.2 Produksi 2.3.1 Rendering
2.2.1 Modeling Rendering dalam animasi 3D mengacu pada proses
menghasilkan gambar atau video dari model 3D yang
Modeling dalam konteks animasi 3D merupakan proses
telah dibuat. Ini melibatkan perhitungan dan
membuat objek virtual atau karakter dalam lingkungan
transformasi data geometri, pencahayaan, tekstur, dan
digital menggunakan perangkat lunak khusus yang
efek lainnya untuk menghasilkan gambar yang akurat
disebut perangkat lunak pemodelan 3D[1]. Proses ini
melibatkan pembentukan objek atau karakter dalam tiga dan realistis[10].
dimensi, dengan menentukan bentuk, struktur, dan 2.3.2 Editing
detailnya. Pemodelan 3D dapat mencakup berbagai jenis
objek, seperti manusia, hewan, bangunan, kendaraan, Editing dalam konteks animasi 3D merupakan proses
dan objek benda mati lainnya. Prosesnya dimulai dengan pengeditan dan pengaturan adegan, gerakan, timing,
pembuatan "geometry" atau kerangka dasar objek dalam efek, dan elemen visual lainnya dalam produksi animasi
bentuk poligon, yang kemudian dapat diberikan tekstur, 3D. Ini melibatkan manipulasi dan pengaturan urutan
material, dan detail lainnya. Pemodelan 3D juga adegan untuk menciptakan narasi yang koheren dan
melibatkan pembuatan struktur hierarki yang mengoptimalkan pengalaman pengguna[11].
memungkinkan karakter untuk digerakkan dan
dianimasikan. Ini melibatkan pembuatan "rig" karakter, Tujuan utama dari editing animasi 3D merupakan untuk
yang mencakup tulang atau struktur kerangka dan menciptakan animasi yang berkualitas, menarik, dan
pengaturan kontrol yang memungkinkan animator untuk memenuhi tujuan naratif yang diinginkan. Melalui
mengendalikan gerakan karakter[6]. editing, elemen-elemen dalam animasi dapat disusun
dan disunting untuk memberikan pengalaman visual
2.2.2 Texturing yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan
produksi[12].
Proses texturing melibatkan penggunaan gambar atau
tekstur 2D yang diterapkan pada permukaan objek 3D. 2.3.3 Dubbing
Tekstur ini bisa berupa gambar foto yang diambil dari
objek nyata, atau bisa juga hasil kreasi seniman dengan Dubbing dalam konteks produksi audiovisual mengacu
menggunakan perangkat lunak pengeditan gambar atau pada proses menggantikan suara asli dengan suara yang
perangkat lunak tekstur khusus. Selain itu, seniman baru untuk menghasilkan versi bahasa yang berbeda atau
tekstur juga dapat menerapkan teknik seperti specular untuk menyesuaikan suara dengan lip-sync yang tepat.
mapping (menentukan refleksi cahaya), diffuse mapping Ini sering digunakan dalam film, acara televisi, animasi,
(menentukan penyerapan cahaya), dan ambient dan video game ketika ada kebutuhan untuk
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
3
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
3.2 Produksi
3.2.1 Modeling
Pada tahap modeling, dilakukan pembuatan objek yang
memiliki bentuk tiga dimensi yang tampak nyata. Tahap
modeling dalam animasi ini dibagi menjadi dua, yaitu
modeling aset dan karakter. Untuk pembuatan aset,
sebagian besar menggunakan objek dasar seperti kubus
yang kemudian diubah ukurannya, diputar, dirotasi, dan
ditempatkan pada posisi yang diinginkan. B
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
4
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
3.2.3 Rigging
Dalam proses Rigging, pada karakter akan diberikan
3.3.2 Editing
struktur tulang yang memungkinkan mereka untuk
bergerak seperti manusia dan dapat dengan mudah diatur editing yang mana pada tahap ini dilakukan
sesuai dengan alur cerita yang telah ditentukan. pengabungan hasil video animasi dan juga menggurangi
Penambahan rigging dilakukan dengan menggunakan jika dirasa kurang sesuai dengan alur atau jalannya cerita
shortcut shift+a, kemudian memilih armature dan bone. yang mana telah dituliskan pada naskah cerita.
Untuk menambahkan bone, Anda dapat melakukan
3.3.3 Dubbing
duplikasi pada bone yang sudah ada atau meng-
Ekstrudasi bone tersebut. Pada tahap dubing ini atau perekaman suara dilakukan
penambahan suara pada masing-masing karakter dalam
animasi, serta suara tambahan. Suara tambahan tersebut
meliputi pembukaan dan penutup, suara sekitar seperti
lingkungan dan suara lainnya.
3.3.4 Film Animasi
Setelah melakukan tahap-tahap seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Maka, film animasi 3D yang
berjudul “Back to Allah” telah jadi. Tapi sebelum
diperluhkan final rendering dan editing yang mana
menggabungkan antara suara dengan video animasi
yang telah di buat. Setelah semua tahap selesai dilakukan
3.2.4 Animating maka video animasi 3D “Back to Allah” telah selesai.
Pada tahap Animating, diatur cahaya dan kamera agar Dapat dipastikan bahwa animasi ini layak dilihat
objek yang diambil mendapatkan pencahayaan dan penonton dari semua kalangan karena animasi ini
sudut pandang yang sempurna (Sirumapea et al., 2021). memiliki pesan yang mendalam tentang hikmahnya
Selain itu juga dibuat key frame supaya objek dapat mengganti kata-kata kotor dengan kata yang lebih
bergerak sesuai dengan karakternya dan mengatur durasi bermanfaat dan tidak merugikan.
animasi tersebut.
4. Kesimpulan
Pembuatan Animasi yang menceritakan kisah seorang
kucing yang bernama kuche yang sedang bermain di
taman sembari menunggu temannya yang bernama bebe,
pada saat asyik bermain kuche terkena musibah yaitu
tersandung batu lalu dia mengeluarkan kata-kata yang
tidak pantas yang tidak seharusnya dia ucapkan yang
mana lebih baik mengganti dengan innalillahi jika
sedang terkena musibah, pelajaran yang dapat diambil
dari cerita tersebut janganlah disaat kita terkena musibah
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
5
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
lalu mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas alangkah “Implementasi Modular Rigging Rigify Dalam
Pengembangan Film Animasi 3D Tude Tge Series - Gotong
baiknya mengganti dengan kata yang lebih baik yaitu
Royong Membuat Kerajinan Tangan,” Kumpul. Artik. Mhs.
innalillahi. Dengan pembagian metode yang efektif dan Pendidik. Tek. Inform., vol. 10, no. 2, p. 123, 2021, doi:
efisien pembuatan animasi berhasil dilakukan dengan 10.23887/karmapati.v10i2.31880.
baik. Mulai dari awal sampai akhir produksi berjalan [4] B. Nusa Bhakti, Y. Nurfaizal, and T. Anwar, “Analisis
Komparasi Teknik Rendering Blender Render Dan Cycles
dengan baik sehingga dapat menghasilkan film animasi
Render Pada Video Animasi 3d Tentang Alat Pencernaan
yang tepat. Harapan untuk yang menonton animasi ini Manusia,” Technomedia J., vol. 6, no. 2, pp. 188–196, 2021,
dapat meningkatan pengetahuan moral dan tidak doi: 10.33050/tmj.v6i2.1723.
melakukan tindakan yang buruk banyak hikmah yang [5] T. Zebua, B. Nadeak, and S. B. Sinaga, “Pengenalan Dasar
Aplikasi Blender 3D dalam Pembuatan Animasi 3D,” J.
bisa didapat dari melakukan tindakan yang baik. ABDIMAS Budi Darma, vol. 1, no. 1, pp. 18–21, 2020.
[6] N. Rahayu and A. Syafrizal, “Animasi 3D Gerakan Sholat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Menggunakan Teknik Rigging,” J. Sci. Soc. Res., vol. 5, no.
teknologi animasi 3D dalam menceritakan Back to Allah 1, p. 50, 2022, doi: 10.54314/jssr.v5i1.816.
[7] A. Mathematics, “済無No Title No Title No Title,” pp. 1–
dapat menginspirasi dan mendidik pemirsa dalam
23, 2016.
memahami dan mengamalkan nilai-nilai keislaman. [8] F. S. Sauri, “Perancangan Storyboard Dalam Film Animasi
Animasi 3D memberikan pengalaman visual yang 3D ‘ Sons of Pandawa ’ Storyboard Design in 3D Animation
mendalam dan mampu mengomunikasikan pesan-pesan Film ‘ Sons of Pandawa ,’” e-Proceeding Art Des., vol. 6,
kebaikan dengan cara yang menarik dan interaktif. no. 2, pp. 1672–1680, 2019.
[9] M. Kocabas, S. Karagoz, and E. Akbas, “Self-supervised
Dengan memanfaatkan kemampuan software Blender learning of 3D human pose using multi-view geometry,”
dan Mixamo, animator dapat menciptakan film pendek Proc. IEEE Comput. Soc. Conf. Comput. Vis. Pattern
animasi 3D yang menggambarkan dengan baik amalan- Recognit., vol. 2019-June, pp. 1077–1086, 2019, doi:
amalan di bulan Ramadhan. Diharapkan bahwa animasi 10.1109/CVPR.2019.00117.
[10] N. Mulyani, “Perancangan Proses Pra Produksi Film
ini dapat memberikan kontribusi positif dalam Animasi 3D Legenda Putri Merak Jingga,” JURTEKSI
menyebarkan pemahaman tentang kebaikan dan (Jurnal Teknol. dan Sist. Informasi), vol. 5, no. 2, pp. 183–
keislaman kepada khalayak, terutama anak-anak, dalam 192, 2019, doi: 10.33330/jurteksi.v5i2.361.
melakukan tindakan yang baik.. [11] A. Wahyu, “Implementasi animasi 3d pada iklan layanan
masyarakat tentang pencegahan demam berdarah di kominfo
kota pekanbaru skripsi,” 2022.
Daftar Rujukan [12] A. Y. Safagi, K. Kusrini, and H. Al Fatta, “Analisis dan
Pengembangan Pipeline Cloth Simulation Pada Produksi
[1] E. K. Hadi, “Perancangan Animasi 3D ‘Remember’ dengan Animasi 3D di MSV Studio,” Creat. Inf. Technol. J., vol. 7,
Metode Pose to Pose,” Nuansa Inform., vol. 15, no. 2, pp. no. 2, p. 107, 2021, doi: 10.24076/citec.2020v7i2.255.
14–20, 2021, doi: 10.25134/nuansa.v15i2.4260. [13] P. R. Simamora, S. A. Zega, and S. St, “Perancangan 3D
[2] M. R. Arshad, K. H. Yoon, A. A. A. Manaf, and M. A. M. Modeling Dan Vfx Water Simulation Dalam Animasi 3D
Ghazali, “Physical rigging procedures based on character Berjudul ‘Blue & Flash,’” J. Appl. Multimed. Netw., vol. 3,
type and design in 3D animation,” Int. J. Recent Technol. no. 2, pp. 2548–6853, 2019, [Online]. Available:
Eng., vol. 8, no. 3, pp. 4138–4147, 2019, doi: http://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAMN
10.35940/ijrte.C5484.098319.
[3] G. W. Yasa, I. G. P. Sindu, and M. W. A. Kesiman,
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
6
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
7