Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Terbit online pada laman web jurnal: https://ejurnalunsam.id/index.

php/jicom/

Vol. 01 No. 01 (2020) x - x ISSN Media Elektronik: -

Animasi 3D “Back To Allah” Menggunakan Metode Pose to pose


Muhammad Afiful Islam1, Mohamad Salwa Qothrun Nada2, Khalid Fahrudin3, Briyana Qusnul Kholifah4, Fresy
Nugroho5, Juniardi nur Fadila6
Teknik Informatika, Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
1
19650019@student.uin-malang.ac.id, 219650122@student.uin-malang.ac.id,
3
200605220029@student.uin-malang.ac.id* , 4210605110002@student.uin-malang.ac.id,
5
fresy@student.uin-malang.ac.id, 6juniardi.nur@student.uin-malang.ac.id

Abstract
The animation industry, particularly in 3D animation, is rapidly evolving. In the production of 3D animations, various stages
are involved, including modeling, rigging, texturing, lighting, animating, camera operation, and rendering. Among these
stages, animating plays a crucial role in creating high-quality animations. However, animating often faces challenges in
achieving smooth and realistic movements, which can hinder the effective delivery of the story's content and message. To
overcome these challenges, the animation "Back to Allah" adopts the pose to pose method in the animating process. By utilizing
the pose to pose method, each scene in the animation is carefully planned, focusing on character poses and smooth transitions
between them. Character movements are meticulously crafted, from initial poses to final poses in each scene. This method
allows the animation to achieve the necessary fluidity and authenticity in movements, effectively conveying the right emotions
and depicting the story with clarity. Compared to traditional animation methods that often result in rough movements, pose to
pose provides the ability to plan each aspect of movement in more detail. Additionally, the pose to pose method allows
animators to easily make changes and revisions to movements, making it more flexible and efficient in the production process.
Keywords: 3D animation, Blender, Islamic, Pose to pose.

Abstrak
Saat ini dunia industri animasi sangat berkembang pesat, terutama pada animasi 3D. Dalam produksi animasi 3D terdapat
beberapa tahapan antara lain modeling, rigging, texturing, lightning, animating, camera operation, hingga rendering. Proses
animating memegang peran krusial dalam menciptakan animasi berkualitas. Namun, seringkali proses animating menghadapi
tantangan dalam menghasilkan gerakan yang halus dan realistis, sehingga menyulitkan penyampaian isi dan pesan cerita secara
efektif. Untuk mengatasi tantangan ini, animasi "Back to Allah" mengadopsi metode pose to pose dalam proses animating.
Dengan menggunakan metode pose to pose, setiap adegan dalam animasi direncanakan secara cermat dengan memperhatikan
pose karakter dan transisi yang halus antar pose. Gerakan karakter diatur dengan teliti, mulai dari pose awal hingga pose akhir
dalam setiap adegan. Metode ini memungkinkan animasi untuk mencapai kehalusan dan keaslian gerakan yang diperlukan
untuk menyampaikan emosi yang tepat dan menggambarkan cerita dengan baik. Dibandingkan dengan metode animasi
tradisional yang sering menghasilkan gerakan yang kasar, pose to pose memberikan kemampuan untuk merencanakan setiap
aspek gerakan dengan lebih terperinci. Selain itu, metode pose to pose juga memungkinkan animator untuk dengan mudah
melakukan perubahan dan revisi pada gerakan, menjadikannya lebih fleksibel dan efisien dalam proses produksi makalah.

Kata kunci: Animasi 3D, Islami, Pose to pose.

1. Pendahuluan dan cerita yang memikat. Dalam konteks ini, jurnal ini
menghadirkan proyek 3D animasi yang berjudul
Dalam era teknologi yang terus berkembang, seni
"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun: Belajar Sabar dari
animasi 3D telah menjadi salah satu bentuk kreativitas
Teman-teman yang Berbeda". Animasi ini bertujuan
yang menggabungkan keahlian desain visual dan
untuk mengeksplorasi pentingnya belajar sabar melalui
teknologi canggih. Animasi 3D memiliki potensi besar
interaksi dengan Teman-teman yang berbeda. Konsep
untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan
"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun" yang berasal dari
mempengaruhi penonton melalui visual yang menarik
Diterima Redaksi : xx-xx-2020 | Selesai Revisi : xx-08-2020 | Diterbitkan Online : xx-08-2020
1
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

ajaran Islam menjadi landasan moral yang kuat,


membangun cerita yang menginspirasi dan relevan
dengan konteks sosial yang beragam[1].
Dalam masyarakat yang semakin global dan
multikultural, perbedaan dalam pendekatan, keyakinan,
dan nilai-nilai antara individu-individu menjadi semakin
kentara. Interaksi antara orang-orang dengan latar
belakang yang berbeda sering kali menimbulkan konflik,
tidak sepahaman, dan kurangnya toleransi. Oleh karena
itu, penting untuk membahas dan mempromosikan nilai-
nilai seperti kesabaran, toleransi, dan penghargaan
terhadap perbedaan. Animasi 3D sebagai medium kreatif
memberikan peluang untuk mengatasi tantangan ini.
Penggunaan teknologi canggih dalam animasi 3D dapat
menghasilkan visual yang menarik dan realistis,
meningkatkan daya tarik cerita dan pesan yang ingin
disampaikan. Dalam konteks proyek animasi "Innalillahi
Wa Inna Ilaihi Rajiun: Belajar Sabar dari Teman-teman
yang Berbeda", teknologi animasi 3D digunakan untuk
menciptakan pengalaman visual yang mendalam dan
menarik bagi penonton.
Jurnal ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan
menganalisis proyek 3D animasi "Innalillahi Wa Inna
Ilaihi Rajiun: Belajar Sabar dari Teman-teman yang Gambar 1. Alur Metode Perancangan
Berbeda". Tujuan utamanya merupakan untuk
2.1 Praproduksi
memahami bagaimana animasi 3D dapat digunakan
sebagai alat untuk menyampaikan pesan penting tentang 2.1.1 Ide Cerita
belajar sabar dan menghargai perbedaan. Dalam konteks
Istilah "ide cerita" merujuk pada konsep dasar atau
manfaatnya, jurnal ini diharapkan dapat memberikan
premis yang menjadi dasar sebuah narasi. Ide cerita
pemahaman mendalam tentang peran dan potensi
adalah gagasan inti yang menjadi landasan untuk
animasi 3D dalam membangun kesadaran sosial,
mengembangkan cerita lebih lanjut[4]. Ini adalah
toleransi, dan inklusivitas. Analisis yang dilakukan
fondasi dari mana plot, karakter, konflik, dan tema cerita
terhadap proyek animasi ini juga dapat memberikan
akan tumbuh. Dalam konteks animasi, ide cerita menjadi
wawasan baru dan inspirasi bagi para pembuat animasi,
titik awal untuk merancang animasi tersebut. Ide cerita
seniman visual, dan peneliti yang tertarik[2].
dapat muncul dari berbagai sumber inspirasi, seperti
pengalaman pribadi, mitologi, dongeng, kisah nyata,
2. Metode Penelitian
literatur, atau imajinasi murni. Proses mengembangkan
Secara garis besar metode perancangan dalam ide cerita melibatkan pemikiran kreatif dan eksplorasi
pembuatan animasi 3D terbagi menjadi tiga bagian. konsep. Ini melibatkan penentuan elemen-elemen
Pertama adalah bagian praproduksi, yaitu metode penting seperti karakter utama, konflik, tujuan, dan
sebelum proses atau produksi perancangan animasi. pesan yang ingin disampaikan melalui cerita tersebut.
Pada bagian praproduksi ini terdapat penentuan ide dan Ide cerita juga seringkali melibatkan pemilihan genre,
naskah, penentuan karakter, penentuan alur cerita, dan pengaturan waktu dan tempat, serta penentuan arah
pembuatan storyboard[3]. Kedua adalah bagian cerita. Tujuan utama dari ide cerita adalah untuk
produksi, yaitu tahap dimana perancangan animasi menciptakan sesuatu yang menarik, relevan, dan mampu
dilakukan. Pada bagian produksi terdapat perancangan menarik perhatian audiens[5].
modeling, texturing, rigging, dan rendering. Terakhir
2.1.2 Naskah Cerita
adalah bagian pascaproduksi, yaitu editing dan final
render.Untuk alur metode perancangan film animasi ini Naskah cerita merupakan dokumen tertulis yang berisi
bisa dilihat pada gambar 1 berikut. detail cerita, dialog, dan instruksi bagi tim produksi
dalam mengembangkan sebuah proyek narasi seperti
film, drama, atau animasi[6]. Naskah cerita berfungsi
sebagai panduan yang mengatur alur cerita, karakter,
konflik, dan perkembangan narasi secara keseluruhan.
Naskah cerita juga mencakup dialog, yang
menggambarkan percakapan antara karakter-karakter
dalam cerita. Dialog harus menggambarkan kepribadian

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
2
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

dan karakteristik unik masing-masing karakter, serta occlusion (meningkatkan detail bayangan dan
menggerakkan cerita maju. Selain itu, naskah cerita juga pencahayaan) untuk menciptakan tampilan visual yang
bisa mencakup deskripsi visual dan instruksi bagi tim lebih realistis pada objek atau karakter[4].
produksi, seperti pengaturan adegan, penjelasan aksi,
dan saran tentang penggunaan musik atau efek khusus. 2.2.3 Rigging
Naskah cerita dapat dikembangkan melalui proses yang
Proses pembuatan kerangka atau struktur kontrol untuk
melibatkan brainstorming, penelitian, dan penulisan.
Revisi dan kolaborasi antara penulis, sutradara, dan objek virtual atau karakter, sehingga mereka dapat
digerakkan dan dianimasikan dengan mudah. Rigging
anggota tim produksi lainnya juga sering terjadi untuk
melibatkan penentuan titik-titik kontrol atau "joints" di
menyempurnakan naskah cerita sebelum produksi
dalam struktur karakter, yang kemudian dihubungkan
dimulai[7].
dengan tulang atau "bones" untuk mengatur gerakan dan
deformasi karakter[2].
2.1.3 Storyboard
Storyboard merupakan alat visual yang digunakan 2.2.4 Animating
dalam produksi film, animasi, atau proyek multimedia
Proses selanjutnya, yaitu animating pada tahap
lainnya untuk merencanakan dan menggambarkan
animating ini akan dilakukan proses pembuatan objek
urutan cerita secara kronologis[8]. Storyboard berfungsi
animasi yang meliputi modelling, animating, hingga
sebagai panduan visual yang menggambarkan setiap
rendering. Seluruh proses pada tahap ini menggunakan
adegan atau momen penting dalam cerita, termasuk
Mixamo untuk bagian animating. Pembuatan animasi
framing, komposisi, gerakan kamera, dan ekspresi
karakter. Setiap frame dalam Storyboard biasanya juga melibatkan upaya manual dalam menyusun gerakan
objek berdasarkan Storyboard, yang bertujuan untuk
dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang
menggambarkan apa yang terjadi dalam adegan mempermudah animator dalam proses animating[1].
tersebut[9].
2.3 Pasca Produksi
2.2 Produksi 2.3.1 Rendering
2.2.1 Modeling Rendering dalam animasi 3D mengacu pada proses
menghasilkan gambar atau video dari model 3D yang
Modeling dalam konteks animasi 3D merupakan proses
telah dibuat. Ini melibatkan perhitungan dan
membuat objek virtual atau karakter dalam lingkungan
transformasi data geometri, pencahayaan, tekstur, dan
digital menggunakan perangkat lunak khusus yang
efek lainnya untuk menghasilkan gambar yang akurat
disebut perangkat lunak pemodelan 3D[1]. Proses ini
melibatkan pembentukan objek atau karakter dalam tiga dan realistis[10].
dimensi, dengan menentukan bentuk, struktur, dan 2.3.2 Editing
detailnya. Pemodelan 3D dapat mencakup berbagai jenis
objek, seperti manusia, hewan, bangunan, kendaraan, Editing dalam konteks animasi 3D merupakan proses
dan objek benda mati lainnya. Prosesnya dimulai dengan pengeditan dan pengaturan adegan, gerakan, timing,
pembuatan "geometry" atau kerangka dasar objek dalam efek, dan elemen visual lainnya dalam produksi animasi
bentuk poligon, yang kemudian dapat diberikan tekstur, 3D. Ini melibatkan manipulasi dan pengaturan urutan
material, dan detail lainnya. Pemodelan 3D juga adegan untuk menciptakan narasi yang koheren dan
melibatkan pembuatan struktur hierarki yang mengoptimalkan pengalaman pengguna[11].
memungkinkan karakter untuk digerakkan dan
dianimasikan. Ini melibatkan pembuatan "rig" karakter, Tujuan utama dari editing animasi 3D merupakan untuk
yang mencakup tulang atau struktur kerangka dan menciptakan animasi yang berkualitas, menarik, dan
pengaturan kontrol yang memungkinkan animator untuk memenuhi tujuan naratif yang diinginkan. Melalui
mengendalikan gerakan karakter[6]. editing, elemen-elemen dalam animasi dapat disusun
dan disunting untuk memberikan pengalaman visual
2.2.2 Texturing yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan
produksi[12].
Proses texturing melibatkan penggunaan gambar atau
tekstur 2D yang diterapkan pada permukaan objek 3D. 2.3.3 Dubbing
Tekstur ini bisa berupa gambar foto yang diambil dari
objek nyata, atau bisa juga hasil kreasi seniman dengan Dubbing dalam konteks produksi audiovisual mengacu
menggunakan perangkat lunak pengeditan gambar atau pada proses menggantikan suara asli dengan suara yang
perangkat lunak tekstur khusus. Selain itu, seniman baru untuk menghasilkan versi bahasa yang berbeda atau
tekstur juga dapat menerapkan teknik seperti specular untuk menyesuaikan suara dengan lip-sync yang tepat.
mapping (menentukan refleksi cahaya), diffuse mapping Ini sering digunakan dalam film, acara televisi, animasi,
(menentukan penyerapan cahaya), dan ambient dan video game ketika ada kebutuhan untuk

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
3
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

menerjemahkan atau mengganti suara aktor asli dengan


suara dalam bahasa target atau untuk menyempurnakan
3.1.3 Storyboard
kualitas audio[5].
Setelah menyelesaikan pembuatan naskah, langkah
2.3.4 Film Animasi berikutnya merupakan membuat Storyboard yang akan
menggambarkan visualisasi dalam bentuk 2 dimensi.
Setelah editing telah dilakukan, maka tahap selanjutnya
Tahap ini bertujuan untuk menggambarkan adegan yang
adalah final render dengan menggabungkan efek suara
akan ditampilkan dalam animasi Story board merupakan
kedalam hasil video render. Jika dirasa film animasi
serangkaian gambar yang menggambarkan urutan
sudah sesuai dan cocok dengan efek suara yang
adegan dalam animasi. Gambar-gambar ini berfungsi
digabungkan. Maka film animasi tersebut sudah bisa
sebagai panduan visual bagi animator dalam mengatur
dipublikasikan dan dipertontonkan kepada khalayak
komposisi, komposisi kamera, gerakan, dan ekspresi
ramai[13].
karakter dalam setiap adegan animasi. Berikut
merupakan Story Board animasi 3D “Back to Allah” :
3. Hasil dan pembahasan
Cerita pada animasi ini berjudul “Back to Allah” yang
memiliki 1 tokoh utama yaitu kuche dan 2 tokoh
pembantu yaitu bebe dan ungi. Animasi ini
menceritakan tentang seorang kucing yang bernama
kuche yang sedang mengalami musibah dan teman yang
baik serta penasehat yang pandai agama.
3.1 Praproduksi
3.1.1 Ide Cerita
Ide cerita merupakan tahapan awal dari pembuatan
animasi yang berjudul “Back to Allah”. Ide cerita ini
muncul saat melihat anak anak bermain di taman
kebanyakan dari anak-anak tersebut jika mendapat
musibah tidak melakukan tindakan yang benar. Maka
dari itu animasi ini menceritakan seorang kucing yang
sedang bermain di taman dan mendapat musibah lalu dia
melakukan tindakan yang tidak baik seperti berkata
kotor, karena sebaiknya perbuatan tersebut bisa di ganti
dengan mengatakan innalillahi lebih baik dibandingkan
dengan berkata kotor.
3.1.2 Naskah Cerita

3.2 Produksi
3.2.1 Modeling
Pada tahap modeling, dilakukan pembuatan objek yang
memiliki bentuk tiga dimensi yang tampak nyata. Tahap
modeling dalam animasi ini dibagi menjadi dua, yaitu
modeling aset dan karakter. Untuk pembuatan aset,
sebagian besar menggunakan objek dasar seperti kubus
yang kemudian diubah ukurannya, diputar, dirotasi, dan
ditempatkan pada posisi yang diinginkan. B

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
4
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

3.2.2 Texturing 3.3 Pasca Produksi


Selanjutnya yaitu texturing, diamana kita dapat 3.3.1 Rendering
memberikan warna dengan menggunakan tools material
Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses
atau motif pada object menggunakan UV Mapping.
pemodelan ataupun animasi pada blender. Dalam
rendering, semua elemen sudah dibuat akan
dikonversikan ke dalam sebuah bentuk output, yaitu
image atau video.

3.2.3 Rigging
Dalam proses Rigging, pada karakter akan diberikan
3.3.2 Editing
struktur tulang yang memungkinkan mereka untuk
bergerak seperti manusia dan dapat dengan mudah diatur editing yang mana pada tahap ini dilakukan
sesuai dengan alur cerita yang telah ditentukan. pengabungan hasil video animasi dan juga menggurangi
Penambahan rigging dilakukan dengan menggunakan jika dirasa kurang sesuai dengan alur atau jalannya cerita
shortcut shift+a, kemudian memilih armature dan bone. yang mana telah dituliskan pada naskah cerita.
Untuk menambahkan bone, Anda dapat melakukan
3.3.3 Dubbing
duplikasi pada bone yang sudah ada atau meng-
Ekstrudasi bone tersebut. Pada tahap dubing ini atau perekaman suara dilakukan
penambahan suara pada masing-masing karakter dalam
animasi, serta suara tambahan. Suara tambahan tersebut
meliputi pembukaan dan penutup, suara sekitar seperti
lingkungan dan suara lainnya.
3.3.4 Film Animasi
Setelah melakukan tahap-tahap seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Maka, film animasi 3D yang
berjudul “Back to Allah” telah jadi. Tapi sebelum
diperluhkan final rendering dan editing yang mana
menggabungkan antara suara dengan video animasi
yang telah di buat. Setelah semua tahap selesai dilakukan
3.2.4 Animating maka video animasi 3D “Back to Allah” telah selesai.
Pada tahap Animating, diatur cahaya dan kamera agar Dapat dipastikan bahwa animasi ini layak dilihat
objek yang diambil mendapatkan pencahayaan dan penonton dari semua kalangan karena animasi ini
sudut pandang yang sempurna (Sirumapea et al., 2021). memiliki pesan yang mendalam tentang hikmahnya
Selain itu juga dibuat key frame supaya objek dapat mengganti kata-kata kotor dengan kata yang lebih
bergerak sesuai dengan karakternya dan mengatur durasi bermanfaat dan tidak merugikan.
animasi tersebut.
4. Kesimpulan
Pembuatan Animasi yang menceritakan kisah seorang
kucing yang bernama kuche yang sedang bermain di
taman sembari menunggu temannya yang bernama bebe,
pada saat asyik bermain kuche terkena musibah yaitu
tersandung batu lalu dia mengeluarkan kata-kata yang
tidak pantas yang tidak seharusnya dia ucapkan yang
mana lebih baik mengganti dengan innalillahi jika
sedang terkena musibah, pelajaran yang dapat diambil
dari cerita tersebut janganlah disaat kita terkena musibah

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
5
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

lalu mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas alangkah “Implementasi Modular Rigging Rigify Dalam
Pengembangan Film Animasi 3D Tude Tge Series - Gotong
baiknya mengganti dengan kata yang lebih baik yaitu
Royong Membuat Kerajinan Tangan,” Kumpul. Artik. Mhs.
innalillahi. Dengan pembagian metode yang efektif dan Pendidik. Tek. Inform., vol. 10, no. 2, p. 123, 2021, doi:
efisien pembuatan animasi berhasil dilakukan dengan 10.23887/karmapati.v10i2.31880.
baik. Mulai dari awal sampai akhir produksi berjalan [4] B. Nusa Bhakti, Y. Nurfaizal, and T. Anwar, “Analisis
Komparasi Teknik Rendering Blender Render Dan Cycles
dengan baik sehingga dapat menghasilkan film animasi
Render Pada Video Animasi 3d Tentang Alat Pencernaan
yang tepat. Harapan untuk yang menonton animasi ini Manusia,” Technomedia J., vol. 6, no. 2, pp. 188–196, 2021,
dapat meningkatan pengetahuan moral dan tidak doi: 10.33050/tmj.v6i2.1723.
melakukan tindakan yang buruk banyak hikmah yang [5] T. Zebua, B. Nadeak, and S. B. Sinaga, “Pengenalan Dasar
Aplikasi Blender 3D dalam Pembuatan Animasi 3D,” J.
bisa didapat dari melakukan tindakan yang baik. ABDIMAS Budi Darma, vol. 1, no. 1, pp. 18–21, 2020.
[6] N. Rahayu and A. Syafrizal, “Animasi 3D Gerakan Sholat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Menggunakan Teknik Rigging,” J. Sci. Soc. Res., vol. 5, no.
teknologi animasi 3D dalam menceritakan Back to Allah 1, p. 50, 2022, doi: 10.54314/jssr.v5i1.816.
[7] A. Mathematics, “済無No Title No Title No Title,” pp. 1–
dapat menginspirasi dan mendidik pemirsa dalam
23, 2016.
memahami dan mengamalkan nilai-nilai keislaman. [8] F. S. Sauri, “Perancangan Storyboard Dalam Film Animasi
Animasi 3D memberikan pengalaman visual yang 3D ‘ Sons of Pandawa ’ Storyboard Design in 3D Animation
mendalam dan mampu mengomunikasikan pesan-pesan Film ‘ Sons of Pandawa ,’” e-Proceeding Art Des., vol. 6,
kebaikan dengan cara yang menarik dan interaktif. no. 2, pp. 1672–1680, 2019.
[9] M. Kocabas, S. Karagoz, and E. Akbas, “Self-supervised
Dengan memanfaatkan kemampuan software Blender learning of 3D human pose using multi-view geometry,”
dan Mixamo, animator dapat menciptakan film pendek Proc. IEEE Comput. Soc. Conf. Comput. Vis. Pattern
animasi 3D yang menggambarkan dengan baik amalan- Recognit., vol. 2019-June, pp. 1077–1086, 2019, doi:
amalan di bulan Ramadhan. Diharapkan bahwa animasi 10.1109/CVPR.2019.00117.
[10] N. Mulyani, “Perancangan Proses Pra Produksi Film
ini dapat memberikan kontribusi positif dalam Animasi 3D Legenda Putri Merak Jingga,” JURTEKSI
menyebarkan pemahaman tentang kebaikan dan (Jurnal Teknol. dan Sist. Informasi), vol. 5, no. 2, pp. 183–
keislaman kepada khalayak, terutama anak-anak, dalam 192, 2019, doi: 10.33330/jurteksi.v5i2.361.
melakukan tindakan yang baik.. [11] A. Wahyu, “Implementasi animasi 3d pada iklan layanan
masyarakat tentang pencegahan demam berdarah di kominfo
kota pekanbaru skripsi,” 2022.
Daftar Rujukan [12] A. Y. Safagi, K. Kusrini, and H. Al Fatta, “Analisis dan
Pengembangan Pipeline Cloth Simulation Pada Produksi
[1] E. K. Hadi, “Perancangan Animasi 3D ‘Remember’ dengan Animasi 3D di MSV Studio,” Creat. Inf. Technol. J., vol. 7,
Metode Pose to Pose,” Nuansa Inform., vol. 15, no. 2, pp. no. 2, p. 107, 2021, doi: 10.24076/citec.2020v7i2.255.
14–20, 2021, doi: 10.25134/nuansa.v15i2.4260. [13] P. R. Simamora, S. A. Zega, and S. St, “Perancangan 3D
[2] M. R. Arshad, K. H. Yoon, A. A. A. Manaf, and M. A. M. Modeling Dan Vfx Water Simulation Dalam Animasi 3D
Ghazali, “Physical rigging procedures based on character Berjudul ‘Blue & Flash,’” J. Appl. Multimed. Netw., vol. 3,
type and design in 3D animation,” Int. J. Recent Technol. no. 2, pp. 2548–6853, 2019, [Online]. Available:
Eng., vol. 8, no. 3, pp. 4138–4147, 2019, doi: http://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAMN
10.35940/ijrte.C5484.098319.
[3] G. W. Yasa, I. G. P. Sindu, and M. W. A. Kesiman,

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
6
Penulis1, Penulis2
Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx

Jurnal J-COM (Jurnal Informatika dan Teknologi Komputer) Vol. 01 No. 01 (2020) xx – xx
7

You might also like