Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.

Analisis Resiko Keselamatan Kerja Dengan Metode Hirarc (Hazard


Identification, Risk Assessment, And Risk Control) di Tambang Bawah
Tanah PT.Nusa Alam Lestari, Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat
Diva Alfaret1,*, Fadhilah1**
1Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang

*divaalfaret@gmail.com
*fadhilah@ft.unp.ac.id

Abstract. PT. Nusa Alam Lestari is a company engaged in coal mining that implements an underground
mining system and has great risks and dangers, so it is necessary to take action to raise awareness of the
importance of occupational health and safety at every stage of the activity. Hazards and risks can occur
when ventilation installation activities and support installation activities take place, it is necessary to
identify potential hazards to obtain data on potential hazards, then carry out weighting to determine control
plans that are suitable for conditions Hazard potential analysis and risk control in this study used the hazard
identification method, risk assessment and risk control (HIRARC) using the likelihood and saverity
parameters to obtain a value for each hazard risk. Data obtained using questionnaires, interviews, and
observations of work activities. The results showed that the identified risks in the ventilation installation
were 18 potential hazards that might occur. Questionnaire analysis using the HIRARC method found the
level of risk in the ventilation installation work, namely moderate risk (moderate risk) 11% with the criteria
of slipping and falling while carrying the wind hose in the tunnel and colliding with the tunnel roof support
when carrying the wind hose in the tunnel. The identified risks in the installation of supports are 27
potential hazards that may occur. Questionnaire analysis using the HIRARC method found the level of risk
in the work of installing the supports, namely high risk (high risk) 4% with the criteria of being hit by
hanging rocks when dismantling old supports and moderate risk (medium risk) 11% with the criteria of
slipping and falling while transporting wooden supports collided with the support for the roof of the tunnel
while transporting the support logs, crushed the support wood when dismantling the old support Meanwhile,
the risk control uses the hierarchy of control method, namely elimination, substitution, engineering control,
administrative control, and PPE.

Keywords: HIRARC, likelihood, consequence, identification, control

1 Pendahuluan resiko tersebut berguna untuk membuat program


pengendalian bahaya agar perusahaan dapat
Setiap perusahaan selalu mempunyai resiko meminimalisir tingkat resiko yang mungkin terjadi
terjadinya kecelakaan. Besarnya resiko yang terjadi sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya PT. Nusa Alam Lestari adalah perusahaan yang
pengendalian yang dilakukan. Secara garis besar kejadian bergerak dalam tambang batubara yang menerapkan
kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu sistim tambang bawah tanah (Underground Mining).
tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja Dalam menjalankan operasional penambangan,
(unsafe act) dan keadaan – keadaan lingkungan yang tidak tidak semua kegiatan akan selalu berjalan dengan lancar.
aman (unsafe condition). Salah satu sistem manajemen Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara manusia
K3 yang berlaku global atau internasional adalah OHSAS dengan peralatan penambangan, material dan lingkungan.
18001 : 2007. Biasanya dikenal dengan singkatan Kegiatan pemasangan ventilasi dan penyangga
HIRARC. Hazard Identification, Risk Assessment & Risk merupakan bagian dari operasional penambangan, bahaya
Control (HIRARC) merupakan proses mengidentifikasi dan resiko dapat terjadi pada saat kegiatan pemasangan
bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin ataupun ventilasi dan penyangga berlangsung maka, perlu
non rutin dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan dilakukan pengidentifikasian potensi bahaya untuk
penilaian resiko dari bahaya tersebut. Hasil dari penilaian mendapatkan data mengenai potensi bahaya, kemudian
1
melakukan pembobotan untuk menentukan rencana a. Manajem risiko.
pengendalian yang sesuai kondisi. b. Program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan
Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan terjadinya kecelakaan, kebakaran dan kejadian lainnya
untuk mencegah, mengurangi melindungi bahkan yang berbahaya.
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident) c. Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja.
pada tenaga kerja melalui pencegahan timbulnya d. Administrasi keselamtan kerja.
kecelakaan kerja yang diakibatkan selama melakukan e. Manajemen keadaan darurat.
kegiatan. Oleh karena itu setiap perusahaan yang f. Inpeksi keselamatan kerja.
memiliki resiko kecelakaan kerja dapat melakukan g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
identifikasi bahaya salah satunya dengan metode Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk Control 2.3 Kesehatan Kerja
(HIRARC).
Kesehatan kerja sebagai upaya untuk mencegah dan
memberantas penyakit serta memelihara dan
2 Kajian Teori meningkatkan kesehatan gizi para tenaga kerja, merawat
dan meningkatkan efesiensi dan daya produktivitas tenaga
2.1 Lokasi Penelitian manusia.

PT Nusa Alam Lestari berlokasi di Desa Salak, 2.4 Manajemen Resiko


Kecamatan Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat dengan
luas izin usaha penambanga (IUP) yaitu 100 Ha yang Suatu proses untuk mengelola resiko yang ada dalam
dapat dilihat pada Gambar 1. setiap kegiatan[4].Semua rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assessment),
identifikasi , analisa, penanganan (handling) dan
pemantauan risiko (monitoring)[5].

2.5 Hazard Identification, Risk Assessment, and


Risk Control (HIRARC)

HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja


yang kemudian diidentifikasi sumber bahayanya sehingga
didapatkan risikonya, kemudian akan dilakukan penilaian
Table 1. Setting Word’s margins. risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan
bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
HIRARC dibagi menjadi 3 tahap[6]:

Sumber : PT.Nusa Alam Lestari 2.5.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)


Gambar 1. Peta IUP PT.NAL
Identifikasi Potensi Bahaya (Hazard Identification)
adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan untuk
2.2 Keselamatan Kerja mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi
sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit
Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di akibat kerja yang mungkin timbul ditempat kerja[7].
Beberapa tahapan identifikasi bahaya menurut AS/NZS
tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek –
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan 4360 : 2004, adalah sebagai berikut[8] :
1. Penetapan Konteks
kebakaran, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran[1]. Konteks yang dimaksud adalah latar belakang dari
kegiatan manajemen resiko yang akan dilakukan atau
Hakekat keselamtan kerja adalah mengadakan
pengawasan terhadap 4 M, yaitu manusia (man), alat – parameter dasar yang akan menentukan resiko apa
yang harus dikelola.
alat, atau bahan – bahan (material), mesin – mesin
(machines), dan metode kerja (methods) serta lingkungan 2. Melakukan Identifikasi
Mengidentifikasi resiko dari bahaya yang mungkin
(environment). Untuk memberikan lingkungan
lingkungan kerja yang aman sehingga tidak terjadi terjadi pada aktivitas tersebut. Dimana alat bantu yang
digunakan dalam mengidentifikasi bahaya di tempat
kecelakaan manusia atau tidak terjadi kerusakan, kerugian
pada alat – alat dan mesin maka perlu upaya pencegahan kerja yaitu observasi/survey, inpeksi, pemantauan
(monitoring), audit, konsultasi dan wawancara dengan
dini[2][3].
Berdasarkan Peraturan Mentri ESDM No 26 Tahun personil kunci.
2018, keselamatan kerja pertambangan meliputi:

2
2.5.2 Penilaian Resiko (Risk Asessment)
1. Kejadian dapat
Metode penilaian resiko yang biasanya digunakan dalam menyebabkan cidera ringan
menilai resiko dapat bersifat kualitatif. yang memerlukan
Berikut ini penjelasan mengenai metode penilaian resiko. Moderat /
3 perawatan medis.
Sedang
1. Kemungkinan (likelihood) 2. Kehilangan hari kerja
Nilai peluang atau kemungkinan untuk terjadinya dibawah 3 hari.
kejadian atau paparan bahaya dari aktivitas yang 3. Kerugian material sedang.
dilakukan. Berikut 5 skala untuk mewakili nilai 1. Kejadian dapat
kemungkinan terjadinya kejadian atau paparan menyebabkan cidera berat,
cidera parah atau cacat
terjadinya bahaya sesuai dengan table dibawah ini[9][10] 4 Mayor / Besar tetap.
2. Kehilangan hari kerja 3 hari
Tabel 1. Nilai Kemungkinan (Likelihood) atau lebih.
Nilai Likelihood Keterangan 3. Kerugian material besar.
Terjadi hampir pada 1. Mengakibatkan korban
A meninggal
semua keadaan,
5 Almost certain / 2. Kehilangan hari kerja
misalnya lebih dari 1 Catastrophic /
Hampir Pasti 5 selamanya
kali dalam sehari Sangat Besar
3. Kerugian material sangat
Sangat mungkin besar (dapat menghentikan
B
terjadi, misalnya kegiatan usaha
4 Likely / Sangat
terjadi 1 kali dalam 1 Sumber : (Modifikasi dari Susihono dalam Feni
mungkin terjadi
minggu Tahun 2013)
Dapat terjadi sewaktu 3. Analisis Penilaian Resiko
C - waktu, misalnya Penilaian resiko adalah proses untuk menentukan
3
Posible / Mungkin terjadi 1 kali dalam prioritas pengendalian terhadap potensi tingkat resiko
waktu 1 bulan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penilaian resiko
Mungkin terjadi tersebut menggunakan rumus[9][10][11][12]:
D
sewaktu - waktu, R=LXC (AS/NZS 4360:2004)
2 Unlikely / Hampir
misalnya terjadi 1 kali Keterangan :
tidak mungkin
dalam 6 bulan R = Resiko
Hanya dapat dalam L = Nilai Likelihood (Nilai Kemungkinan)
E keadaan tertentu, C = Nilai Consequences/severity (Nilai Keparahan)
1 Rare / Jarang misalnya terjadi 1 kali Tabel 3. Matrik Level
Sekali dalam waktu lebih Consequence/ Konsekuensi
dari 6 bulan 2
Likelihoo 1 3 4 5
Sumber : (Modifikasi dari Susihono dalam Feni d/ Insignifi
Mi
Mod Maj Catastro
Tahun 2013) Kemungk nor
cand/ erat/ or / phic /
2. Keparahan (consequences/severity) inan /
sangat sedan bes Sangat
Nilai yang menunjukan pertimbangan dampak yang kec
kecil g ar Besar
il
ditimbulkan oleh peristiwa tersebut jika paparan
5
bahaya benar – benar terjadi, baik terhadap manusia, Almost
peralatan tambang dan lingkungan. Berikut 5 skala 10 20
certain / 5H 15 E 25 E
tingkat keparahan dan penjelasannya, sesuai dengan H E
hampir
table berikut ini[9][10][11][12] : pasti
Tabel 2. Nilai Keparahan (Consequences/Saverity) 4
Likely /
16
Nilai Consequences Keterangan sangat 4M 8H 12 H 20 E
E
1. Kejadian tidak mungkin
menimbulkan kerugian terjadi
atau cidera.
Insignificant/ 3 6 12
1 2. Tidak menimbulkan 3L 9H 15 E
Sangat Kecil Posible / M E
kehilangan hari kerja.
3. Kerugian material sangat mungkin
kecil 2
1. Kejadian dapat Unlikely /
2L 4L 6M 8H 10 E
menyebabkan cidera hampir
ringan yang memerlukan mungkin
perawatan P3K 1
2 Minor / Kecil Rare /
2. Masih dapat bekerja 1L 2L 3M 4H 5H
pada hari dan shif yang jarang
sama. sekali
3. Kerugian material kecil
3
(KTBT) untuk mendapatkan resiko dan bahaya dari setiap
Level tahapan kegiatan pemasangan ventilasi dan penyangga.
Tindakan
Resiko
Tidak dapat diterima (stop), segera 3.1.1. Data Sekunder
melakukan tindakan perbaikan.
E Data sekunder diperlukan untuk mendukung ke absahan
Keterlibatan pimpinan diperlukan
(Extreme) data, karena bersumber langsung dari perusahaan. Data
untuk pengendalian tersebut sesuai
sekunder dalam penelitian ini antara lain profil
dengan hirarki pengendalian
perusahaan, struktur organisasi, serta informasi
Penurunan sampai pada tingkat
pendukung lainnya.
yang diterima (tidak dapat
diterima atau stop). Memerlukan
H = High
pihak pelatihan oleh manajement, 3.2. Subjek Penelitian
(Resiko
penjadwalan tindakan perbaikan
Tinggi) Subjek penelitian meliputi pekerja pemasangan ventilasi
secepatnya untuk menurunkan
tingkat resiko dengan hirarki dan pekerja pemasangan penyangga. Jumlah populasi
pengendalian yang ada di PT. Nusa Alam Lestari adalah sebanyak 65
M= Pekerjaan dapat dilakukan. orang. Jumlah sampel pada penelitian kali ini sebanyak 33
Medium Penanganan oleh manajemen terkait. orang.
(Resiko Pengendalian harus diterapkan sesuai
Sedang) dengan hirarki pengendalian resiko 3.3 Instrument Penelitian
Tidak diperlukan pengendalian
L = Low tambahan. Diperlukan pemantauan Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang
(Resiko untuk memastikan pengendalian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
Rendah) ada dipelihara dan dilaksanakan dalam sebuah penelitian yang berhubungan dengan
(kendalikan dengan prosedur rutin). permasalahan penelitian tersebut. Alat atau instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner.
Sumber : (Modifikasi dari Susihono dalam Feni Instrumen digunakan untuk mengukur
Tahun 2013) kemungkinana/keseringan (likelihood) terjadinya resiko
dan bahya saat bekerja dan Keparahan (Consequens)
2.5.3 Pengendalian Resiko (Risk Control) terjadinya resiko dan bahaya saat bekerja, baik itu
disebabkan oleh lingkungan, material ataupun manusia.
Berikut hirarki pengendalian resiko yaitu[10][11][12][13] : Adapun instrumen dalam penelitian ini yaitu :
1. Eliminasi a. Instrumen resiko dan bahaya dari pemasangan
2. Subsitusi ventilasi.
3. Engieering Control b. Instrumen resiko dan bahaya dari pemasangan
4. Administrasi Control penyangga.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
3.3. Pengolahan Data
3 Metode Penelitian Pengolahan data dilakukan setelah dilakukan beberapa
kegiatan yang dapat dilihat pada diagram alir penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian deskrikriptif, karena di Gambar 2. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil
penelitian ini mendiskripsikan suatu gejala, fakta, kuisoner yang didapatkan. Setelah didapatkan hasil
peristiwa atau kejadian yang sedang atau telah terjadi[14]. kuisoner tingkat kemungkinan (likelihood) dan tingkat
keparahan (consequences) maka dilakukan perkalian
untuk mendapatkan tingkat resiko ekstrim, tinggi,
3.1. Jenis dan Sumber Data sedang, rendah menggunakan metode hirarc selanjutnya
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data memberikan solusi terhadap resiko dalam katagori
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari ekstrim, tinggi dan sedang dengan hirarki pengendalian
pengamatan secara langsung terhadap aktifitas yaitu eliminasi, subtitusi, engineering control,
dilapangan. Data sekunder didapatkan dari bahan pustaka, administrasi control dan APD.
artikel, jurnal, dokumentasi, data internal perusahaan.

3.1.1. Data Primer

Data primer diperoloh menggunakan teknik pengamatan


dan wawancara langsung dengan beberapa pimpinan
perusahaan yang berkompeten yang ada kaitannya dengan
objek penelitian diantaranya Kepala Teknik Tambang
(KTT) dan Kepala Teknik Tambang Bawah Tanah
4
4 Pembahasan Tabel 3. Latar Belakang Pendidikan Responden
Pemasang Ventilasi
4.1. Karakteristik Responden Pendidikan
No Jumlah Persentase
terakhir
4.1.1. Umur Responden 1 SD 2 15,38%
2 SMP 3 23,08%
SMA
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan umur responden 3 8 61,54%
sederajat
seperti Tabel 1 dan Tabel 2. dibawah ini.
4 D3 & Sarjana 0 00,00%
Tabel 1. Umur Responden Pemasang Ventilasi Total 13 100%

No Umur Jumlah Persentase


1 20 – 30 tahun 2 15,38% Dari tabel 3 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
2 31 – 40 tahun 3 23,08% sebagian besar pekerja pemasangan ventilasi yang
3 41 – 50 tahun 7 53,85% menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari berdasarkan
4 >50 1 7,69% tingkat pendidikan adalah lulusan SMA sederajat dengan
Total 13 100% persentase 61,54%.

Tabel 4. Latar Belakang Pendidikan Responden


Dari tabel 1 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemasang Penyangga
sebagian besar pekerja pemasangan ventilasi yang
menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari adalah
Pendidikan
pekerja yang berumur 41 – 50 Tahun dengan persentase No Jumlah Persentase
terakhir
tertinggi yaitu 53,85%
1 SD 2 10,00%
2 SMP 8 40,00%
Tabel 2. Umur Responden Pemasang Penyangga SMA
3 10 50,00%
sederajat
No Umur Jumlah Persentase 4 D3 & Sarjana 0 00,00%
1 20 – 30 tahun 3 15,00% Total 20 100%
2 31 – 40 tahun 9 45,00%
3 41 – 50 tahun 7 35,00%
Dari tabel 4 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
4 >50 1 05,00%
sebagian besar pekerja pemasangan penyangga yang
Total 20 100% menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari berdasarkan
tingkat pendidikan adalah lulusan SMA sederajat dengan
Dari tabel 2 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase 50,00%.
sebagian besar pekerja pemasangan penyangga yang
menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari adalah 4.1.3. Lama Bekerja
pekerja yang berumur 31 – 40 Tahun dengan persentase
tertinggi yaitu 45,00%
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lama bekerja
responden di PT.Nusa Alam Lestari seperti Tabel 5. dan 6
4.1.2. Latar Belakang Pendidikan Responden dibawah ini.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan latar belakang Tabel 5. Lama Bekerja Responden Pemasang
pendidikan responden seperti Tabel 3 dan Tabel 4. Ventilasi
dibawah ini. No Rentang tahun Jumlah Persentase
Kurang dari 1
1 0 00,00%
tahun
2 1 - 2 tahun 1 07,69%
3 3 - 5 tahun 8 61,54%
Lebih dari 5
4 4 30,77%
tahun
Total 13 100%

5
Dari tabel 5 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa 4.2. Hasil Penelitian
sebagian besar pekerja pemasangan ventilasi yang
menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari berdasarkan
4.2.1. Identifikasi Potensi Bahaya (Hazard
pengalaman bekerja adalah 3 – 5 tahun dengan persentase
Identification)
61,54%.
Identifikasi bahaya didapatkan dari hasil wawancara
Tabel 6. Lama Bekerja Responden Pemasang
kepada pihak yang berkompeten yaitu Kepala Teknik
Penyangga
Tambang (KTT) dan Kepala Teknik Tambang Bawah
Tanah (KTBT). Hasil identifikasi bahaya dapat dilihat
No Rentang tahun Jumlah Persentase pada Tabael 9 dan 10 dibahwah ini.
Kurang dari 1
1 3 15,00%
tahun Tabel 9. Identifikasi Potensi Keselamatan Kerja pada
2 1 - 2 tahun 5 25,00% Proses Pemasangan Ventilasi
3 3 - 5 tahun 8 40,00%
Lebih dari 5
4 4 20,00%
tahun
Total 20 100%

Dari tabel 6 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


sebagian besar pekerja pemasangan penyangga yang
menjadi responden di PT. Nusa Alam Lestari berdasarkan
pengalaman bekerja adalah 3 – 5 tahun dengan persentase
40,00%.

4.1.4. Mengikuti Pelatihan K3

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang


telah mengikuti pelatihan K3 seperti Tabel 7 dan 8
dibawah ini.

Tabel 7. Pelatihan K3 Responden Pemasang Ventilasi

No Rentang tahun Jumlah Persentase


1 Belum pernah 13 100,00%
2 Sudah pernah 0 00,00%
Total 13 100%

Dari tabel 7 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


mayoritas pekerja pemasangan ventilasi yang menjadi Tabel 10. Identifikasi Potensi keselamatan Kerja pada
responden di PT. Nusa Alam Lestari belum pernah Proses Pemasangan Penyangga
mengikuti pelatihan K3.

Tabel 8. Pelatihan K3 Responden Pemasang


Penyangga
No Rentang tahun Jumlah Persentase
1 Belum pernah 20 100,00%
2 Sudah pernah 0 00,00%
Total 20 100%

Dari tabel 8 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


mayoritas pekerja pemasangan penyangga yang menjadi
responden di PT. Nusa Alam Lestari belum pernah
mengikuti pelatihan K3.

6
Tabel 11. Penilaian Resiko Keselamatan Kerja pada
Proses Pemasangan Ventilasi.

4.2.2. Penilaian Resiko (Risk Asessment)

Hasil analisa kuisoner tingkat resiko keselamatan dan


kesehatan kerja pemasangan ventilasi dan penyangga di
PT. Nusa Alam Lestari setelah di olah, maka didapatkan
tingkat resiko dari masing – masing tahapan pekerjaan.
Perhitungan ini diambil dari resiko yang mungkin atau
sering terjadi (likelihood) serta consequens dari resiko
tersebut.
Penilaian Resiko diformulasikan sebagai fungsi dari
kemungkinan terjadi (Likelihood) dan Keparahan
(Consequences/Konsekuensi). Terdapat 4 proses pekerjaan yang berpotensi
Penilaian Risiko = Kemungkinan terjadi (Likelihood) x mengakibatkan kecelakaan kerja. Hasil Penilaian
Keparahan (Consequens) berdasarkan Risk Assessment diketahui nilai resiko dan
Analisis tingkat resiko dapat dilihat pada tabel 3. Matrik persentase risiko dari seluruh potensi bahaya yaitu, resiko
Level melalui hasil perkalian antara rata – rata ekstrim sebanyak 0%, resiko tinggi (high) sebanyak 0%,
kemungkinan suatu kejadian dan rata – rata consequensi resiko sedang (medium) sebanyak 2 potensi bahaya
suatu kejadian. Hasil penilaian resiko dapat dilihat pada (11,00%), resiko rendah (low) sebanyak 16 potensi
tabel 11 & 12 dibawah ini. bahaya (89,00%). Adapun persentase penilaian resiko
menggunakan diagram pie dapat dilihat pada Gambar 3.
7
Gambar 3. Persentase Penilaian Resiko Pemasangan
Ventilasi

Tabel 12. Penilaian Resiko Keselamatan Kerja pada


Proses Pemasangan Penyangga.

Terdapat 8 proses pekerjaan yang berpotensi


mengakibatkan kecelakaan kerja. Hasil Penilaian
berdasarkan Risk Assessment diketahui nilai resiko dan
persentase risiko dari seluruh potensi bahaya yaitu, resiko
ekstrim sebanyak 0%, resiko tinggi (high) sebanyak 1
potensi bahaya (4,00%), resiko sedang (medium)
sebanyak 3 potensi bahaya (11,00%), resiko rendah (low)
sebanyak 23 potensi bahaya (85,00%). Adapun persentase
penilaian resiko menggunakan diagram pie dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Penilaian Resiko Pemasangan


Penyangga

8
4.2.3. Pengendalian Resiko (Risk Control) Subsitusi
a Pemberian material pasir yang mudah
Dimana melihat dari hasil kuisoner yang disebar perlunya menyerap air.
perusahaan mengontrol kembali resiko yang sering terjadi b Mengganti pipa – pipa air yang bocor dengan
dengan konsekuensi yang besar pada setiap proses pipa air yang baru sehingga tidak terjadi
kegiatan pemasangan ventilasi dan penyangga, dari hasil kebocoran lagi.
survey kuisoner dapat dilihat masih terdapat resiko
dengan tingkat moderat, hingga high. Engineering Control
Manajemen resiko yang harus dikontrol ulang sebagai a Pembuatan bak control yang disertai dengan
berikut : parit untuk menampung air.
b Memasang intalasi pipa yang jauh dari jalan
4.2.3.1. Tahapan Kegiatan Membawa Selang keluar masuk terowongan.
Angin pada Posisi Tujuan Pemasangan
2. Masih adanya pekerja yang terbentur penyangga
1. Dari hasil analisis pada Tabel 11 dapat dilihat kayu pada saat mengangkut kayu penyangga dari
tingkat resiko pekerja yang terpeleset hingga terjatuh persimpangan lubang ke front kerja dengan nilai
pada saat membawa selang angin disebabkan oleh resiko 6 tingkat resiko medium.
jalan yang licin dan berair dengan nilai resiko 6 Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut
tingkat resiko medium. hirarki pengendalia yaitu :
Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut
hirarki pengendalian yaitu : Subsitusi
a Mengganti penyangga kayu yang ukurannya
Subsitusi kurang dari 165 cm dengan penyangga yang
a Pemberian material pasir yang mudah berukuran 250 cm disesuaikan dengan SOP
menyerap air. yang ada di PT.NAL
b Mengganti pipa – pipa air yang bocor dengan
pipa air yang baru sehingga tidak terjadi 4.2.3.2. Tahapan Kegiatan Membongkar Kayu
kebocoran lagi. Penyangga Lama yang dilakukan Oleh Pekerja

Engineering Control 1. Dari hasil analisis Tabel 12. Dapat dilihat tingkat
a Pembuatan bak control yang disertai dengan resiko pekerja tertimpa batuan gantung pada dinding
parit untuk menampung air. dan atap lubang saat membongkar penyangga lama
b Memasang intalasi pipa yang jauh dari jalan dengan nilai resiko 9 tingkat resiko high.
keluar masuk terowongan. Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut
hirarki pengendalian yaitu :
2. Masih adanya pekerja yang terbentur penyangga
kayu pada saat membawa selang angin dikarenakan Engineering Control
ruangan yang sempit dengan nilai resiko 6 tingkat a Menganalisis kuat tekan batuan dan kekuatan
resiko medium. penyangga disekatar area.
Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut b Melakukan isolasi dengan cara pemberian
hirarki pengendalian yaitu : pembatas dan pemberhentian sementara
aktifitas produksi di front kerja
Subsitusi
a Mengganti penyangga kayu yang ukurannya Administrasi Control
kurang dari 165 cm dengan penyangga yang a Memberi rambu – rambu hati – hati ada batuan
berukuran 250 cm disesuaikan dengan SOP gantung disekitar area pembongkaran.
yang ada di PT.NAL
2. Masih adanya pekerja yang tertimpa kayu
4.2.3.2. Tahapan Kegiatan Mengangkut Kayu penyangga patah dan lapuk pada dinding dan atap
yang dilakukan oleh Pekerja dari Persimpangan lubang saat membongkar penyangga lama dengan
Lubang ke Front Kerja nilai resiko 6 tingkat resiko medium.
Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut
1. Dari hasil analisis pada Tabel 12 dapat dilihat hirarki pengendalia yaitu :
tingkat resiko pekerja yang terpeleset hingga terjatuh
pada saat mengangkut kayu penyangga dari Engineering Control
persimpangan lubang ke front kerja disebabkan oleh a Menganalisis kuat tekan batuan dan kekuatan
jalan licin dan berair dengan nilai resiko 6 tingkat penyangga disekatar area.
resiko medium. b Melakukan isolasi dengan cara pemberian
Jenis Pengendalian Resiko yang dilakukan menurut pembatas dan pemberhentian sementara
hirarki pengendalian yaitu : aktifitas produksi di front kerja.

9
Administrasi Control Setelah dilakukan revisi JSA pemasangan blower hembus
a Memberi rambu – rambu hati – hati ada kayu yang awalnya 6 tahapan kegiatan menjadi 8 tahapan
penyangga yang patah dan lapuk di sekitar area kegiatan disertai resiko yang dapat timbul dan
pembongkaran memberikan rekomendasi pengendalian terhadap resiko,
untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
4.2.4. Perevisian Job Safety Analisys
4.2.4.2. Job Safety Analisys (JSA) Pemasangan
Job Safety Analysis adalah metode pengendalian Selang Angin.
kecelakaan kerja dengan cara mengenali terlebih dahulu
potensi – potensi bahaya yang ada dan memberikan solusi Rekomendasikan revisi JSA pemasangan selang angin
untuk mengurangi keberadaan potensi bahaya tersebut. (duct) kepada pihak PT.Nusa Alam Lestari. Pada Job
Job Safety Analysis adalah suatu proses identifikasi Safety Analysis pemasangan selang angin di PT.Nusa
bahaya dan resiko berdasarkan tahapan dalam suatu Alam Lestari terdapat 8 rincian kegiatan dan resikonya
proses pekerjaan[15]. Pada pekerjaan Job Safety Analysis disetiap kegiatan serta pengendalian terhadap resiko
akan menjabarkan secara rinci mengenai tahapan – tersebut.
tahapan pekerjaan, bahaya yang mungkin terjadi, resiko Hasil revisi JSA ada beberapa tambahan kegiatan
dan pengendalian bahaya. yaitu kegiatan mengambil alat di tempat penyimpanan,
resiko yang dapat timbul yaitu adanya komponen alat
4.2.4.1. Job Safety Analisys (JSA) Pemasangan yang terlupakan, pengendalian terhadap resiko tersebut
Blower Hembus. dengan cara mengecek kelengkapan alat dan memastikan
kondisi alat layak untuk dipakai.
Blower yang digunakan di PT.Nusa Alam Lestari yaitu Selanjutnya kegiatan terakhir yaitu keluar dari
blower sistim hembus yang berguna untuk menyuplai lubang setelah kegiatan pemasangan selesai dilakukan,
udara dari luar masuk kedalam terowongan. Job Safety resiko yang dapat timbul pada saat pekerja keluar dari
Analysis kegiatan pemasang blower hembus di PT. Nusa lubang setelah selesai melakukan kegiatan pemasangan
Alam Lestari terdapat 6 rincian kegiatan dan resikonya diantaranya tergelincir atau terjatuh disebabkan jalan yang
disetiap kegiatan serta pengendalian terhadap resiko licin, dengan rekomendasi pengendalian yaitu
tersebut. JSA ini perlu direvisi setiap tahunnya sesuai memastikan pencahayaan dilubang yang cukup,
dengan kondisi area front kerjanya. Maka dari itu penulis memastikan tidak ada pipa yang bocor, memberi rambu –
merekomendasikan revisi JSA pemasangan blower rambu pada jalan yang licin dan memakai sepatu safety.
kepada pihak PT.Nusa Alam Lestari. Resiko lainnya yaitu tertabrak lori pada saat keluar
Setelah dilakukan revisi ada beberapa tambahan dari lubang dengan rekomendasi pengendalian pastikan
dalam tahapan kegiatan disertai resiko dan solusi lori dalam keadaan tidak beroperasi dan dengarkan aba –
pengendalian resiko. Tambahan kegiatan tersebut yaitu aba dari operator lori serta memastikan pencahayaan
kegiatan mengambil alat di tempat penyimpanan, resiko didalam lubang yang cukup, resiko yang dapat terjadi
yang dapat timbul yaitu adanya komponen alat yang selanjutnya yaitu tertimpa batuan atau penyangga saat
terlupakan, pengendalian terhadap resiko tersebut dengan berjalan keluar dari lubang dengan rekomendasi
cara mengecek kelengkapan alat dan memastikan kondisi pengendalian pastikan pencahayaan didalam lubang
alat layak untuk dipakai. cukup, pastikan tidak ada batuan yang menggantung,
Selanjutnya kegiatan terakhir yaitu keluar dari pastikan kondisi penyangga terpasang dengan sempurna,
lubang setelah kegiatan pemasangan selesai dilakukan, pastikan kondisi penyangga yang lapuk telah diganti dan
resiko yang dapat timbul pada saat pekerja keluar dari selalu memakai helm safety.
lubang setelah selesai melakukan kegiatan pemasangan Setelah dilakukan revisi JSA pemasangan selang
diantaranya tergelincir atau terjatuh disebabkan jalan yang angin (duct) yang awalnya 8 tahapan kegiatan menjadi 10
licin, dengan rekomendasi pengendalian yaitu tahapan kegiatan disertai resiko yang dapat timbul dan
memastikan pencahayaan dilubang yang cukup, memberikan rekomendasi pengendalian terhadap resiko,
memastikan tidak ada pipa yang bocor, memberi rambu – untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.
rambu pada jalan yang licin dan memakai sepatu safety,
resiko lainnya yaitu tertabrak lori pada saat keluar dari 4.2.4.3. Job Safety Analisys (JSA) Pemasangan
lubang dengan rekomendasi pengendalian pastikan lori Penyangga.
dalam keadaan tidak beroperasi dan dengarkan aba – aba
dari operator lori serta memastikan pencahayaan didalam Pada Job Safety Analysis pemasangan selang angin di
lubang yang cukup, resiko yang dapat terjadi selanjutnya PT.Nusa Alam Lestari terdapat 10 rincian kegiatan dan
yaitu tertimpa batuan atau penyangga saat berjalan keluar resikonya disetiap kegiatan serta pengendalian terhadap
dari lubang dengan rekomendasi pengendalian pastikan resiko tersebut . Setelah dilakukan revisi ada beberapa
pencahayaan didalam lubang cukup, pastikan tidak ada tambahan dalam tahapan kegiatan disertai resiko dan
batuan yang menggantung, pastikan kondisi penyangga solusi pengendalian resiko. Tambahan kegiatan tersebut
terpasang dengan sempurna, pastikan kondisi penyangga yaitu kegiatan penurunan kayu penyangga kedalam
yang lapuk telah diganti dan selalu memakai helm safety. lubang menggunakan lori, resiko yang dapat timbul yaitu
tertabrak lori, pengendalian terhadap resiko tersebut
10
dengan cara operator lori memberikan aba – aba terlebih ruangan yang sempit dan low risk sebesar 89 %
dahulu menggunakan mikrofon bahwasanya lori akan dengan 16 potensi bahaya.
turun membawa kayu penyangga, pastikan kondisi sling b. Penilaian resiko proses tahapan pemasangan
pada lori tidak berkarat, pastikan rem otomatis pada lori penyangga.
terpasang. Penilaian resiko pada proses tahapan
Selanjutnya kegiatan terakhir yaitu mengemasi alat pemasangan penyangga didapatkan high risk
– alat dan keluar dari lubang setelah kegiatan pemasangan sebesar 4 % dengan 1 potensi bahaya yaitu
selesai dilakukan, resiko yang dapat timbul pada saat tertimpa batuan gantung pada dinding dan atap
pekerja keluar dari lubang setelah selesai melakukan lubang pada saat membongkar penyangga
kegiatan pemasangan diantaranya tergelincir atau terjatuh lama, medium risk 11 % dengan 3 potensi
disebabkan jalan yang licin, dengan rekomendasi bahaya yaitu terpeleset hingga terjatuh saat
pengendalian yaitu memastikan pencahayaan dilubang mengangkut kayu penyangga oleh pekerja dari
yang cukup, memastikan tidak ada pipa yang bocor, persimpangan lubang ke front kerja, terbentur
memberi rambu – rambu pada jalan yang licin dan penyangga atap terowongan saat mengangkut
memakai sepatu safety. kayu penyangga oleh pekerja dari
Resiko lainnya yaitu tertabrak lori pada saat keluar persimpangan lubang ke front kerja , tertimpa
dari lubang dengan rekomendasi pengendalian pastikan kayu penyangga yang patah dan lapuk pada
lori dalam keadaan tidak beroperasi dan dengarkan aba – dinding dan atap lubang pada saat membongkar
aba dari operator lori serta memastikan pencahayaan penyangga lama dan low risk sebesar 85 %
didalam lubang yang cukup, resiko yang dapat terjadi dengan 23 potensi bahaya.
selanjutnya yaitu tertimpa batuan atau penyangga saat 3. Potensi bahaya yang memiliki resiko moderat
berjalan keluar dari lubang dengan rekomendasi hingga extrim diberikan pengendalian menurut
pengendalian pastikan pencahayaan didalam lubang hirarki pengendalian yaitu Eliminasi, Subsitusi,
cukup, pastikan tidak ada batuan yang menggantung, Engineering Control, Administasi Control, APD.
pastikan kondisi penyangga terpasang dengan sempurna,
pastikan kondisi penyangga yang lapuk telah diganti dan
5.2. Saran
selalu memakai helm safety.
Setelah dilakukan revisi JSA pemasangan 1. Semua pekerjaan atau perusahaan sudah seharusnya
penyangga yang awalnya 10 tahapan kegiatan menjadi 12 menerapkan manajemen resiko K3 (Keselamatan
tahapan kegiatan disertai resiko yang dapat timbul dan dan Kesehatan Kerja) dengan sebaik – baiknya
memberikan rekomendasi pengendalian terhadap resiko, untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi
untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15. diperusahaan.
2. Memberikan pelatihan dan pendidikan keselmatan
5 Penutup dan kesehatan kerja pada semua pihak secara berkala
yang diperlukan oleh para pekerja, guna
meningkatkan pengetahuan keselamatan dan
5.1. Kesimpulan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya
kecelakaan kerja atau menghindari resiko
1. Hasil observasi penelitian yang dilakukan peneliti kecelakaan kerja.
dengan cara branstroming (wawancara) dengan 3. Kepala Teknik Tambang (KTT) dan Pengawas
informan yaitu KTT dan KTBT maka didapatkan Operasional harus senantiasa mengawasi dan
sumber potensi bahaya di proses tahapan merencanakan penyediaan alat pelingdung diri
pemasangan ventilasi sebanyak 18 potensi bahaya sesuai standar mencukupi semua kebutuhan pekerja
dan sumber potensi bahaya di proses tahapan dibidangnya.
pemasangan penyangga sebanyak 27 potensi bahaya. 4. Memasang kelengkapan rambu – rambu K3 di setiap
2. Penilaian resiko keselamatan kerja berdasarkan area kerja.
sumber potensi bahaya pada proses tahapan 5. Melakukan perekrutan dalam menetapkan personel
pemasangan ventilasi dan penyangga memiliki Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tingkatan resiko mulai dari skor terendah hingga
tertinggi.
a. Penilaian resiko proses tahapan pemasangan Daftar Pustaka
ventilasi.
Penilaian resiko pada proses tahapan [1] Jumarinda. (2020). “Kajian Implementasi Sistem
pemasangan ventilasi didapatkan moderat risk Manajemen Keselamatan Pertambangan dalam
sebesar 11 % dengan 2 potensi bahaya yaitu Rangka Meningkatkan Performa Keselamatan dan
terpeleset hingga terjatuh pada saat membawa Kesehatan Kerja Tambang Bijih Emas Bawah Tanah
selang angin hingga posisi tujuan disebabkan di PT. Dempo Maju Cemerlang, Kabupaten Pesisir
oleh jalan licin dan berair, terbentur penyangga Selatan, Provinsi Sumatra Barat” . Jurnal Bina
kayu pada saat membawa selang angina hingga Tambang, Vol. 5, No. 5.
posisi tujuan pemasangan disebabkan oleh [2] Abdullah, Rijal. (2009). Undang – Undang dan
Keselamatan Kerja Pertambangan. Padang:
Universitas Negeri Padang.
11
[3] Budiayanto, Septiadi. (2018). “Upaya Meminimalisir
Kecelakaan Kerja di Area Penambangan PT. Putra
Perkasa Abadi Jobsite Borneo Indobara, Kabupaten
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan”. Jurnal Bina
Tambang, Vol. 4, No. 1.
[4] Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis
Manajemen Resiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta : Diang Agung
[5] Kanzner Harold, (2011). Project Management and
Engineering, 4th ed. New Jersey : Prenti.
[6] OHSAS 18001:2007. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Direktorat Jendral
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
[7] Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Surakarta : Harapan Press
[8] Australian Standard/ New Zealand Standard
4360:2004, Risk Management Guildelines, Sydney.
[9] Miftahul Jannah. (2015). Identifikasi Bahaya
Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko Pada
Aktivitas Tambang Batubara di PT.KIM, Kabupaten
Muaro Bungo, Provinsi Jambi.
[10] Ramadhan, Fazri. (2017). “Analisis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Menggunakan Metode
Hazard Identifivation Risk Assessment and Risk
Control (HIRARC)”. ISSN: 978-602-73672-1-0.
[11] Irawan Shandy. (2015). “Penyusunan Hazard
Identifikasi, Risk Asessment, and Risk
Control (HIRARC) di PT. X”. Jurnal Tirta, Vol. 3,
No 1.
[12] Supriyadi. (2017). “ Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko pada Divisi Boiler menggunakan
Metode Hazard Identification, Risk Assessment, and
Risk Control (HIRARC) “. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health, Vol 1. No 2.
[13] Ardyanti, Rima. (2018). “Identifikasi Bahaya dan
Resiko Menggunakan Metode Hirarc pada Aktivitas
Tambang Bauksit di PT. Aneka Tambang tbk Tayan
Hilir”.
[14] Lufri. (2007). Kiat Memahami Metodologi dan
Melakukan Penelitian. Padang : UNP Press.
[15] Joni, R.R.,Rusli, H. A. R., & Prabowo, H. (2018).
Analysis Of JHA, JSA and Management K3 at KIP
16 Bangka Ocean Mining Units PT Timah (Persero)
Tbk Province Bangka Belitung Islands. Bina
Tambang, 3(1) 415-437
[16] Prabowo, H., Prengki, I., & Amran, A.
(2019,December). Analysis System Occupational
Health and Safety in coal Underground. In Journal of
Physics : Conference Series (Vol. 1339, No. 1, p.
012107). IOP Publishing.

12

You might also like