Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 11 Nomor 1 April 2023

Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas oleh Masyarakat di Daerah


Perbatasan Kecamatan Entikong

Feny Widiyastuty*, Chriswardani Suryawati**, Septo Pawelas Arso**


*Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau
**Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
*email: fenywidiyastuty@gmail.com

ABSTRACT
Border areas in Indonesia remain remote and isolated, with harsh geographical conditions
and scant infrastructure. People in border areas have not taken advantage of the existence of
puskesmas. The Public Health Center's average annual utilization rate for outpatient services
is 46.1%, and 11% for inpatient care. The purpose of this study was to examine factors related
to health-care utilization at the Entikong Health Center in Sanggau Regency. This study was a
quantitative cross-sectional study with a total sample of 250 families chosen using a
proportional random sampling technique. The significance value of each independent variable
for the dependent variable was determined by the study's findings, which included perceived
need (p=0.000), health insurance (p=0.033), mileage (p=0.423), travel time (p=0.221),
culture (p=0.000), perception of illness (p=0.018), and perception of health services
(p=0.309). There was a link between perceived need, health insurance, culture, and illness
perceptions and health service utilization. There was no correlation between distance traveled,
travel time, and perceptions of health services and utilization of health services. Providing
health information to the community, improving service quality, completing Pustu/Polindes
infrastructure, bringing service access closer, and increasing health insurance coverage are
all expected to increase public interest in using services at the Entikong Health Center.

Keywords: Pemanfaatan, Pelayanan Puskesmas, Daerah Perbatasan

64
PENDAHULUAN karena memiliki topografi wilayah yang
Penyediaan Pusat Kesehatan ekstrem berbukit, keterbatasan sarana
Masyarakat atau puskesmas merupakan jalan dan transportasi darat, infrastruktur
bentuk upaya pemerintah dalam dasar yang minim, rendahnya tingkat
memenuhi hak masyarakat terhadap kesejahteraan masyarakat, serta
pelayanan kesehatan. Namun nyatanya rendahnya kualitas pendidikan sehingga
saat ini keberadaan puskesmas dirasa berdampak pada kondisi kesejahteraan
masih kurang dimanfaatkan oleh sosial, ekonomi, pendidikan dan tingkat
masyarakat. Data Susenas 2021 keterampilan masyarakat yang masih
menunjukan capaian pemanfaatan tertinggal di bandingkan dengan
pelayanan Puskesmas terutama masyarakat di negara tetangga.4,5 Kondisi
pelayanan rawat jalan di Indonesia pada tersebut mengakibatkan daerah
tahun 2019 baru mencapai 50,5% dari perbatasan memiliki permasalahan
masyarakat yang memiliki keluhan pelayanan kesehatan yang sangat
kesehatan. Capaian ini menurun menjadi komprehensif. Beberapa penelitian
46% ditahun 2020 dan 40,4% di tahun menyebutkan bahwa akses pelayanan
2021. Rendahnya angka pemanfaatan kesehatan oleh masyarakat di daerah
pelayanan kesehatan menunjukan bahwa perbatasan dipengaruhi oleh kondisi
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sulitnya situasi dan akses geografis,
masih kurang serta penyediaan fasilitas terbatasnya sarana dan prasarana
kesehatan yang belum merata.1 Hasil kesehatan serta kurangnya ketersediaan
penelitian juga menunjukan bahwa SDM kesehatan. 6,4,7
masyarakat di daerah terpencil, Puskesmas Entikong merupakan
perbatasan dan kepulauan (DTPK) salah satu Puskesmas daerah perbatasan
cenderung lebih sedikit dalam Indonesia dengan Negara Bagian
memanfaatkan pelayanan kesehatan baik Serawak, Malaysia Timur. Puskesmas
rawat jalan maupun rawat inap di Entikong terletak di Kecamatan
bandingkan masyarakat yang berada di Entikong, Kabupaten Sanggau Provinsi
wilayah non DTPK.2 Kalimantan Barat. Berdasarkan data
Daerah perbatasan merujuk pada kunjungan rawat jalan dan rawat inap
suatu area yang memisahkan kedaulatan puskesmas, persentase pemanfaatan
suatu negara dengan negara lain secara pelayanan Puskesmas Entikong masih
geografis, politik dan budaya 3. Daerah cukup rendah. Angka kunjungan rawat
perbatasan juga sering di ketahui sebagai jalan rata-rata rawat jalan hanya sebesar
daerah yang tertinggal dan terisolasi 46,1% pertahun dengan rata-rata

65
kunjungan harian hanya sebesar 33-35 kebutuhan terhadap pertolongan medis,
orang pasien perhari. Sedangkan untuk persepsi sakit, keterbatasan akses
pemanfaatan pelayanan rawat inap di geografis, kepemilikan jaminan
Puskesmas Entikong juga masih di bawah kesehatan dan persepsi tentang kualitas
standar di mana rata-rata angka keterisian pelayanan. 9,10,11,12
tempat tidur hanya sebesar 11%, Penelitian ini bertujuan untuk
sedangkan nilai capaian hunian rawat menganalisis faktor yang berhubungan
inap ideal adalah sebesar 60%-85%. dengan pemanfaatan pelayanan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut kesehatan di Puskesmas Entikong
penelitian ini mencoba mengkaji faktor Kabupaten Sanggau. Faktor-faktor
apa saja yang berhubungan dengan tersebut meliputi, kebutuhan (perceived
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh need) kepemilikan asuransi kesehatan,
masyarakat di Kecamatan Entikong jarak tempuh, waktu tempuh, persepsi
sehingga Dinas Kesehatan dan sakit dan persepsi pelayanan kesehatan.
Puskesmas Entikong dapat melakukan
upaya strategis dalam meningkatkan METODE
minat masyarakat untuk memanfaatkan Penelitian ini merupakan penelitian
pelayanan di puskesmas. kuantitatif observasional dengan
Teori Andersen mengenai perilaku menggunakan desain studi cross
pemanfaatan fasilitas pelayanan sectional. Populasi penelitian ini adalah
kesehatan (behaviour model of health seluruh kepala keluarga (KK) di
services utilization) menjelaskan bahwa Kecamatan Entikong sebanyak 3.155
pemanfaatan pelayanan kesehatan KK. Jumlah responden penelitian sebesar
dipengaruhi oleh faktor kebutuhan (need) 250 KK yang dipilih menggunakan
seseorang terhadap pelayanan kesehatan, teknik proporsional random sampling.
faktor pendukung (enabling) berupa Penelitian dilakukan di Kecamatan
sumber daya yang tersedia untuk Entikong pada bulan September hingga
menggunakan pelayanan kesehatan dan November 2022. Variabel dalam
faktor pemungkin (predisposisi) yang penelitian ini terdiri dari variabel
akan membuat individu mempunyai independen meliputi kebutuhan, asuransi
kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan, jarak tempuh, waktu tempuh,
kesehatan 8. Beberapa penelitian juga persepsi sakit dan persepsi pelayanan
menjelaskan faktor-faktor yang kesehatan serta variabel dependen yaitu
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
kesehatan diantaranya adanya need atau Pengumpulan data primer dilakukan

66
melalui wawancara langsung kepada yang telah dianalisis disajikan dalam
responden menggunakan alat bantu bentuk tabel dan narasi untuk membahas
kuesioner. Data kemudian di analisis hasil penelitian. Penelitian sudah
menggunakan software SPSS meliputi mendapatkan persetujuan dari Komisi
analisis univariat, analisis bivariat Etik Penelitian Kesehatan FKM Undip
menggunakan uji chi square dan analisis dengan nomor 355/EA/KEPK-
multivariat menggunakan regresi logistik FKM/2022.
pada tingkat kemaknaan p<0,05. Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian


Karakteristik F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 149 59,6
Perempuan 110 40,4
Umur
< 40 tahun 107 42,8
≥ 40 tahun 143 57,2
Status Perkawinan
Menikah 211 84,4
Belum Menikah 23 9,2
Janda/Duda 16 6,4
Suku
Dayak 221 88,4
Melayu 15 6,0
Jawa 11 4,4
Tionghoa 3 1,2
Tingkat Pendidikan
Rendah 150 60
Tinggi 100 40
Status Pekerjaan
Formal 51 20,4
Informal 155 62,0
Tidak Bekerja 44 17,6
Tingkat Pendapatan
≤2.500.000 126 50,4
>2.500.000 124 49,6
Sumber : Data Primer, 2022

67
Tabel 1 diketahui bahwa sebagian tingkat pendidikan rendah yaitu tamat
besar responden dalam penelitian ini SMP, SD dan tidak sekolah (60%).
berjenis kelamin laki-laki (59,6%), Sebagian besar responden bekerja di
berumur ≥ 40 tahun (57,2%), berstatus sektor informal sebagai petani dan
menikah (84,4%), sebagian besar pedagang (62%) dan sebagian besar
responden adalah Suku Dayak (84,4%), responden memiliki tingkat pendapatan ≤
sebagian besar responden memiliki 2.500.000.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian


Kriteria n %
Pemanfaatan Pelayanan
Memanfaatkan 103 41,2
Tidak memanfaatkan 147 58,8
Kebutuhan (perceived need)
Butuh 85 34,0
Kurang butuh 165 66,0
Asuransi Kesehatan
Memiliki 139 56,6
Tidak memiliki 111 44,4
Jarak Tempuh
Dekat ≤ 13 km 132 52,8
Jauh > 13 km 118 47,2
Waktu Tempuh
Cepat ≤ 25 menit 158 63,2
Lama > 25 menit 92 36,8
Budaya
Percaya 124 49,6
Tidak Percaya 126 50,4
Persepsi Sakit
Positif 122 51,2
Negatif 128 48,8
Persepsi Pelayanan Kesehatan
Positif 113 45,2
Negatif 137 54,8
Sumber : Data Primer, 2022

68
Tabel 2 menunjukan bahwa waktu tempuh cepat (≤ 25 menit) menuju
sebanyak 41,2% responden ke puskesmas, 52,4% responden tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan, 34% percaya terhadap budaya pengobatan
responden memiliki kebutuhan, 44,4% tradisional, 51,2% responden memiliki
responden memiliki asuransi persepsi sakit negatif dan 54,8%
kesehatan,52,8% responden memiliki responden memiliki persepsi negatif
jarak tempuh dekat (≤ 13 km) menuju ke terhadap pelayanan kesehatan di
puskesmas, 63,2% responden memiliki Puskesmas Entikong.

Tabel 3. Hasil Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan


Variabel Pemanfaatan Pelayanan Jumlah p-value
Ya Tidak
n % n %
Kebutuhan
Butuh 52 61,2 33 38,8 100 0,000
Kurang Butuh 51 30,9 114 69,1 100
Asuransi Kesehatan
Memiliki 66 47,5 73 52,5 100 0,033
Tidak memiliki 37 33,3 74 66,7 100
Jarak Tempuh
Dekat 58 43,9 74 56,1 100 0,423
Jauh 45 38,1 73 61,9 100
Waktu Tempuh
Cepat 60 38,0 98 62,0 100 0,221
Lama 43 46,7 49 53,3 100
Budaya
Tidak Percaya 67 53,2 59 46,8 100 0,000
Percaya 36 29,0 88 71,0 100
Persepsi Sakit
Positif 60 49,2 62 50,8 100 0,018
Negatif 43 33,6 85 66,4 100
Persepsi Pelayanan Kesehatan
Positif 51 45,1 62 54,9 100 0,309
Negatif 52 38,0 85 62,0 100

Tabel 4 menunjukan bahwa responden kurang butuh dan memanfaatkan pelayanan


yang merasa butuh dan memanfaatkan di puskesmas. Hasil analisis Hasil uji
pelayanan di puskesmas sebesar 61,2% statistik diperoleh nilai p-value = 0,000
lebih besar dibandingkan responden yang maka dapat disimpulkan bahwa p<0,05 yang

69
berarti ada hubungan antara kebutuhan atau tiga pilihan tersebut. Husaini (2017)
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. menyebutkan bahwa hal yang
Kebutuhan merupakan dasar dan mempengaruhi pengambilan keputusan
stimulus langsung untuk menggunakan dalam perilaku pencarian pengobatan salah
pelayanan kesehatan. Hal ini mengacu pada satunya adalah pengetahuan. Peningkatan
tingkat kesakitan yang dianggap sebagai pengetahuan masyarakat tentang dampak
penyebab langsung terhadap pemanfaatan yang ditimbulkan oleh suatu penyakit dapat
pelayanan kesehatan.13 Kebutuhan dalam mendukung adanya perubahan terhadap
penelitian ini adalah adanya kondisi sakit perilaku14. Selain itu peningkatan
yang dirasakan oleh anggota keluarga serta pengetahuan masyarakat dengan
lama sakit > 3 hari yang dialami anggota memberikan informasi terkait fasilitas dan
keluarga. Adanya keluhan sakit serta lama jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di
menahan rasa sakit yang dirasakan oleh Puskesmas juga dapat meningkatkan
individu akan menyebabkan munculnya pemanfaatan pelayanan puskesmas oleh
perhatian terhadap gejala-gejala tersebut masyarakat. 15
dan kemudian mendorong individu untuk Hasil penelitian ini sejalan dengan
mencari pertolongan. penelitian Ulfa, dkk (2017) yang
Persepsi kebutuhan erat kaitannya menyebutkan bahwa kepedulian individu
dengan persepsi sehat sakit yang dimiliki terhadap kondisi kesehatannya memiliki
oleh individu. Persepsi sakit yang tepat akan korelasi terhadap pemanfaatan pelayanan
memunculkan kepedulian terhadap kondisi kesehatan secara berkelanjutan.16 Penelitian
tubuh dan segera bertindak mencari ini juga sejalan dengan penelitian Pratiwi,
pertolongan. Hasil tabulasi silang dkk (2017) dimana persepsi kebutuhan yang
menunjukan terdapat 38,8% responden yang berkaitan dengan konsep sehat-sakit yang
memiliki kebutuhan namun tidak dirasakan individu memiliki pengaruh
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
tersebut dapat disebabkan karena tindakan Persepsi terhadap resiko sakit akan
untuk memenuhi kebutuhan terhadap mendorong masyarakat untuk segera
kondisi sakit yang dirasakan oleh individu mengurangi resiko tersebut dengan
juga tidak selalu dipenuhi dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan.17
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Hasil analisis hubungan antara
puskesmas. Tindakan pencarian pengobatan asuransi kesehatan dengan pemanfaatan
dapat berupa mengobati sendiri, melakukan pelayanan kesehatan menunjukan bahwa
pengobatan alternatif, menggunakan responden yang memiliki asuransi
bantuan medis atau mengkombinasikan dua kesehatan cenderung memanfaatkan

70
pelayanan di puskesmas sebesar 47,5% Jarak tempuh dan waktu tempuh
dibandingkan dengan responden yang tidak berkaitan dengan aksesibilitas menuju
memiliki asuransi kesehatan dan tempat pelayanan kesehatan Makin dekat
memanfaatkan pelayanan di puskesmas jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan
(33,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p- kesehatan makin besar jumlah kunjungan di
value = 0,033 maka dapat disimpulkan pusat pelayanan kesehatan tersebut, begitu
bahwa p<0,05 yang berarti ada hubungan pula sebaliknya.21 Berdasarkan hasil analisis
antara asuransi kesehatan dengan di ketahui bahwa keluarga dengan jarak
pemanfaatan pelayanan kesehatan. tempuh dekat ≤13 km (43,9%) dan keluarga
Hubungan asuransi dengan dengan waktu tempuh lama >25 menit
pemanfaatan pelayanan kesehatan bersifat (46,7%%) memiliki kecenderungan dalam
postif yang artinya asuransi kesehatan dapat memanfaatkan pelayanan di Puskesmas
meningkatkan pemanfaatan pelayanan Entikong. Hasil uji statistik hubungan jarak
kesehatan karena mengurangi efek faktor tempuh dengan pemanfaatan pelayanan
tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan diperoleh nilai p-value = 0,432 maka dapat
pelayanan kesehatan pada saat sakit. disimpulkan bahwa p>0,05 yang berarti
Semakin banyak penduduk yang tercakup tidak ada hubungan antara jarak tempuh
oleh asuransi kesehatan maka permintaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
terhadap pelayanan kesehatan akan semakin Begitu juga dengan hasil uji statistik waktu
tinggi18. tempuh dengan pemanfaatan pelayanan
Penelitian ini sejalan dengan diperoleh nilai p-value = 0,221 maka dapat
penelitian Zaini, dkk (2022) bahwa disimpulkan bahwa p>0,05 yang berarti
kepemilikan asuransi berhubungan dengan tidak ada hubungan antara waktu tempuh
pemanfaatan pelayanan di Puskesmas Tegal dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Gundil Kabupaten Bogor (p-value=0,000).19 Hasil penelitian ini sejalan dengan
Sejalan juga dengan penelitian Livinia dkk penelitian Hidana (2018) yang menunjukan
(2020) bahwa kepemilikan asuransi tidak ada hubungan antara akses geografis
kesehatan berhubungan dengan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di oleh pasien luar wilayah di Puskesmas
Puskesmas Martoba (p-value=0,000) Tanah Sareal Kota Bogor (p-value=0,249).22
dimana asuransi kesehatan yang dimiliki Pemanfaatan puskesmas oleh
oleh masyarakat membuat mereka tidak lagi masyarakat Kecamatan Entikong yang
perlu membayar biaya pelayanan di memiliki jarak tempuh dekat maupun waktu
Puskesmas.20 tempuh lama dikarenakan puskesmas
merupakan satu-satunya sarana pelayanan

71
kesehatan yang memiliki fasilitas lebih Hasil penelitian menunjukan bahwa
lengkap, berbiaya murah bahkan gratis bagi sebagian besar keluarga yang percaya
pasien yang memiliki BPJS kesehatan. dengan budaya pengobatan tradisional
Sehingga meskipun terkendala oleh kondisi cenderung memanfaatkan pelayanan
geografis yang sulit serta minimnya kesehatan sebanyak 53,2% lebih besar
infrastrukutur terutama akses jalan, dibandingkan dengan keluarga yang percaya
masyarakat tetap datang ke puskesmas jika dengan budaya pengobatan tradisional dan
merasa sudah sangat membutuhkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di
pelayanan di puskesmas. Selain itu puskesmas yaitu sebanyak 29,0%. Hasil uji
masyarakat di Kecamatan Entikong sudah statistik diperoleh nilai p-value = 0,000
merasa terbiasa dengan kondisi geografis maka dapat disimpulkan bahwa p<0,05 yang
yang sulit dan infrastruktur jalan yang berarti ada hubungan antara budaya dengan
minim dan jelek. Sehingga mendekatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
akses pelayanan kesehatan kepada Kepercayaan terhadap pengobatan
masyarakat merupakan salah satu strategi tradisional dapat tumbuh karena adanya
yang dapat dilakukan Puskesmas Entikong tujuan untuk memperoleh pengobatan yang
dalam meningkatkan pemanfaatan lebih murah dan efisien. Pengobatan
pelayanan puskesmas oleh masyarakat. tradisional juga banyak digunakan karena
Sosial budaya juga dapat dianggap sebagai warisan turun temurun
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan dari nenek keluarga ataupun warisan nenek
kesehatan diantaranya kepercayaan moyang. Disamping itu adanya orang yang
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dianggap sebagai ahli yang mempunyai
serta adanya budaya dan tradisi berobat ke kemampuan supranatural ditempat
dukun. Faktor budaya juga berhubungan pengobatan juga menjadi salah satu alasan
terhadap keputusan memilih jasa pelayanan mengapa mereka menggunakan pengobatan
kesehatan dimana kondisi lingkungan tradisional tersebut.24
eksternal dapat mempengaruhi nilai, Hasil penelitian ini sejalan dengan
persepsi, preferensi dan perilaku penelitian Abas, dkk (2020) yang
23,24
seseorang. Aspek sosial budaya tidak menyebutkan bahwa faktor sosial budaya
hanya turut mempengaruhi keputusan dan mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan
tindakan individu ketika menderita pelayanan kesehatan dimana kepercayaan
penyakit, tapi juga memunculkan berbagai terhadap budaya dan tradisi pengobatan
macam perilaku dan usaha dari individu tradisional yang masih ada di masyarakat
tersebut untuk mencari pengobatan.25 dapat menurunkan minat masyarakat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.23

72
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian pelayanan kesehatan yang dipercaya mampu
Roadah, dkk (2015) yang mejelaskan faktor mengatasi masalah kesehatan yang mereka
kebudayaan mempengaruhi kunjungan alami.
ulang neonatus di Puskesmas Balangnipa Penelitian ini sejalan dengan
dimana kepercayaan terhadap mitos yang penelitian Hidana, dkk (2018) dimana
ada di masyarakat membuat seseorang konsep sehat sakit sangat erat kaitanya
dapat menahan diri untuk mengunjungi dengan perilaku pencarian pengobatan22.
pelayanan kesehatan.26 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Terdapatnya perbedaan konsep dan Napirah (2016) yang menyatakan bahwa
persepsi sehat sakit pada masyarakat, persepsi masyarakat yang benar tentang
dimana seseorang yang secara objektif konsep sehat-sakit akan cenderung
memiliki gangguan pada salah satu fungsi mendorong perilaku untuk segera
organ tubuhnya namun tidak memiliki memanfaatkan pelayanan kesehatan guna
gejala sehingga yang bersangkutan tidak mengurangi resiko kegawatan dari penyakit
menganggap bahwa diri nya orang yang tersebut.28
sedang sakit 27. Hasil penelitian ini juga Standar mutu pelayanan mengacu
menunjukan bahwa sebanyak 49,2% pada lima dimensi mutu meliputi
keluarga yang memiliki persepsi sakit kemampuan memberikan pelayanan sesuai
positif dan memanfaatkan pelayanan yang dijanjikan, kesigapan petugas
kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh nilai kesehatan dalam memberikan pelayanan,
p-value = 0,018 maka dapat disimpulkan pengetahuan, keramah tamahan, perhatian
bahwa p<0,05 yang berarti ada hubungan dan kesopanan petugas kesehatan,
antara persepsi sakit dengan pemanfaatan komunikasi yang baik serta penilaian pasien
pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan tentang sarana dan prasarana.29 Hasil
bahwa masyarakat dengan persepsi sehat- analisis hubungan persepsi pelayanan
sakit yang sebenarnya dapat merasakan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan
risiko pribadi atau kerentanan yang kesehatan menunjukan bahwa sebagian
merupakan salah satu persepsi yang lebih besar keluarga yang memiliki persepsi
kuat dalam mendorong orang untuk positif terhadap pelayanan puskesmas
mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar memanfaatkan pelayanan kesehatan
risiko yang dirasakan, semakin besar (45,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk value = 0,309 maka dapat disimpulkan
mengurangi risiko. Untuk mengurangi risiko bahwa p<0,05 yang berarti tidak ada
tersebut masyarakat memanfaatkan hubungan antara persepsi pelayanan
pelayanan Puskesmas sebagai pemberi

73
kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan Variabel koef B p-value
kesehatan. Kebutuhan 3,445 0,000
Persepsi pasien yang baik terhadap (perceived need)
pelayanan akan mempengaruhi perilaku Asuransi 2,053 0,013
pasien dalam memanfaatkan puskesmas. Kesehatan
Pasien yang merasa puas terhadap Budaya 1,977 0,020
pelayanan yang di dapatkan di puskesmas Persepsi Sakit 0,677 0,180
akan membuat pasien tersebut
menggunakan kembali pelayanan Berdasarkan hasil uji regresi logistik
kesehatan, begitu juga sebaliknya. Oleh pada tabel 4 diketahui bahwa terdapat tiga
karena itu puskesmas harus mampu menjaga variabel bebas yang secara bersama-sama
dan meningkatkan kualitas pelayanannya berhubungan dengan pemanfaatan
untuk meningkatkan minat kunjungan dari pelayanan di Puskesmas Entikong yaitu
masyarakat. Hasil penelitian ini tidak kebutuhan (perceived need), asuransi
sejalan dengan penelitian Armada (2020) kesehatan dan budaya.
yang menunjukan bahwa ada hubungan Respon individu maupun keluarga
antara persepsi pasien tentang kualitas terhadap kebutuhan yang dirasakan pada
pelayanan dengan minat kunjungan ulang saat sakit tidak terlepas konsep sehat-sakit.
pasien ke Puskesmas Air Laut Hitam Konsep sehat-sakit yang tepat akan
(p=0,004) dimana semakin baik kualitas membuat individu segera memanfaatkan
pelayanan yang diberikan oleh puskesmas pelayanan kesehatan dan tidak menunggu
maka masyarakat semakin berminat sakitnya menjadi parah. Hasil penelitian
melakukan kunjungan ulang ke juga menyebutkan bahwa tingkat keseriusan
30
puskesmas. suatu penyakit mempengaruhi perilaku
Keluhan pasien terhadap kualitas pencarian penyembuhannya, dimana
pelayanan yang ada di Puskesmas Entikong individu yang menyadari seberapa besar
terdapat pada aspek waktu tunggu pelayanan keseriusan penyakit yang dideritanya maka
dan ketersediaan obat-obatan di puskesmas. akan segera mencari pelayanan kesehatan
Untuk itu Puskesmas Entikong perlu untuk menangani penyakitnya.31 Asuransi
memperhatikan kedua aspek tersebut untuk kesehatan yang dimiliki masyarakat juga
dipeningkatan kualitas mutu pelayanannya. dapat memberikan kemudahan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan karena
Tabel 3. Faktor Yang Paling biaya yang dikeluarkan tidak mahal dan
Berhubungan Terhadap Pemanfaatan sudah terbantu dengan asuransi kesehatan
Pelayanan di Puskesmas Entikong yang dimilikinya. Masyarakat yang

74
memiliki asuransi kesehatan dapat kesehatan dalam meningkatkan cakupan
memanfaatkan puskesmas sebagai mitra asuransi kesehatan di Kecamatan Entikong.
BPJS kesehatan ketika mengalami kondisi
sakit.32 Kepercayaan masyarakat terhadap UCAPAN TERIMAKASIH
dukun yang dianggap sebagai orang pilihan Terima kasih kepada seluruh
dan memiliki kesaktian juga sangat responden yang telah berpartisipasi dalam
berpengaruh terhadap kesembuhan. Upacara penelitian ini, Dinas Kesehatan Kabupaten
pengobatan yang dianggap sebagai warisan Sanggau, Camat Entikong, Puskesmas
dari para leluhur juga menambah keyakinan Entikong, serta pihak-pihak yang telah
masyarakat terhadap upaya pengobatan membantu pelaksanaan penelitian.
tradisional.33
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. Kementerian Kesehatan Republik
Faktor kebutuhan (perceived need), Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
asuransi kesehatan, budaya dan persepsi 2020. IT - Information Technology vol.
sakit memiliki hubungan yang signifikan 48 (2020).
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di 2. Prety, P., Hendrartini, Y. & Wahyuni,
Puskesmas Entikong sedangkan faktor jarak H. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
tempuh, waktu tempuh dan persepsi Berdasarkan Status Wilayah dan
pelayanan kesehatan tidak memiliki Kepemilikan Jaminan Kesehatan
hubungan yang signifikan dengan Nasional (Kajian Susenas Tahun 2015).
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Tunas-Tunas Ris. Kesehat. 9, 23–31
Puskesmas Entikong. (2019).
Puskesmas perlu melakukan kegiatan 3. Raharjo, S. N. I. Indonesia Policy On
puskesmas keliling dan pemeriksaan The Land Border Area Management
kesehatan secara berkala untuk With Malaysia (An Evaluative Study In
mendekatkan akses pelayanan kesehatan The Entikong District). Widyariset 16,
kepada masyarakat. Peningkatan kualitas 71–79 (2013).
pelayanan di puskesmas serta 4. Suharmiati, Dwi Laksono, A. & Wahyu
penyebarluasan informasi terkait jenis Dwi Astuti. Review Kebijakan Tentang
pelayanan yang tersedia di puskesmas juga Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di
diperlukan untuk menarik minat masyarakat Daerah Terpencil Perbatasan (Policy
mengunjungi puskesmas. Perlu dukungan Review on Health Services in Primary
Dinas Kesehatan, Kecamatan dan BPJS Health Center in the Border and Remote
Area). Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 16,

75
109–116 (2013). Nasional Di Wilayah Kerja Puskesmas
5. Sudiar, S. Pembangunan Wilayah Payakabung, Kabupaten Ogan Ilir. J.
Perbatasan Negara: Gambaran Tentang Ilmu Kesehat. Masy. 9, 189–197 (2018).
Strategi Pengelolaan Kawasan https://doi.org/10.26553/jikm.v9i3.311
Perbatasan Darat di Provinsi 12. Rani Kusuma, Lisdrianto Hanindriyo,
Kalimantan Utara. J. Adm. Reform 3, T. K. Pengaruh Faktor Predisposing,
489–500 (2015). Enabeling dan Need Terhadap
6. Lestari, T. R. P. Pelayanan Kesehatan di Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Rawat Jalan Pada Puskesmas di
Kepulauan. Info Singk. Kesejaht. Sos. Kabupaten Tojo Una Una. 2–3 (2016).
V, 9–12 (2013). 13. Kristina, Y. Faktor-faktor yang
7. Wiyanti, Sri;Kusnanto, Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Hari;Hasanbasri, M. Pola Pemanfaatan Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota
Pelayanan Kesehatan Daerah Jayapura. J. Biol. Papua 9, 63–73
Tertinggal, Perbatasan, Kepualauan (2018).
Dan Terpencil (DTPK-T) Di https://doi.org/10.31957/jbp.115
Indonesia(Analisis Data RISKESDAS 14. Nonasri, fitra galih. Karakteristik Dan
2013). (2016). Perilaku Mencari Pengobatan ( Health
8. Sorkin, A. L. Health Economic, an Seeking Behavior ) Pada Penderita
Introduction. (1984). Hipertensi. J. Med. Hutama 02, 402–
9. Trisnantoro, L. Memahami 406 (2020).
Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam 15. Fatimah, S. & Indrawati, F. Faktor
Manajemen Rumah Sakit. (Gajahmada Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
University Press, 2004). Puskesmas. Higeia J. Public Heal. Res.
10. Sarumpaet, S. M., Tobing, B. L. & Dev. 1, 84–94 (2019).
Siagian, A. Perbedaan Pelayanan 16. Ulfa, Z. D., Kuswardinah, A. &
Kesehatan Ibu dan Anak di Perkotaan Mukarromah, S. B. Faktor-Faktor Yang
dan Daerah Terpencil. Kesmas Natl. Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Public Heal. J. 6, 147 (2012). Kesehatan Maternal Secara
https://doi.org/10.21109/kesmas.v6i4.9 Berkelanjutan. Public Heal. Perspect.
1 J. 2, 184–190 (2017).
11. Irawan, B. & Ainy, A. Analisis Faktor- 17. Pratiwi, A. & Raharjo, B. B.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pusat Layanan Kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (Puslakes) Universitas Negeri
Pada Peserta Jaminan Kesehatan Semarang. Higeia J. Public Heal. Res.

76
Dev. 1, 49–60 (2017). Puskesmas Tanah Sareal Kota Bogor
18. Sjukur, I. Analisis Need dan Demand Tahun 2018. Promot. J. Kesehat. Masy.
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 1, 105–115 (2018).
Arosbaya Kabupaten Bangkalan. 23. Abas, R., Marwati, E. & Kurniawan, D.
(Universitas Airlangga Surabaya, Analisis Pemanfaatan Pelayanan
2014). Kesehatan Masyarakat Kelurahan Rum
19. Zaini, R., Khodijah Parinduri, S. & di Wilayah Kerja Puskesmas Rum
Dwimawati, E. Faktor-Faktor yang Balibunga Kota Tidore Kepulauan. J.
Berhubungan dengan Pemanfaatan Biosainstek 2, 23–32 (2019).
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas https://doi.org/10.52046/biosainstek.v2
Tegal Gundil Kota Bogor Tahun 2020. i01.313
Promotor 5, 484 (2022). 24. Sukmana, M. I. Hubungan Sosial
https://doi.org/10.32832/pro.v5i6.8752 Budaya Terhadap Pengambilan
20. Purba, H. L. K., Jati, S. P. & Keputusan Masyarakat Dalam Memilih
Kusumastuti, W. Hubungan Faktor Pelayanan Kesehatan (Studi Di Dusun
Pemungkin, Pendukung, dan Wonosari Kecamatan Wonosari
Kebutuhan Dalam Pemanfaatan Kabupaten Malang). (Universitas
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Muhammadiyah Malang, 2015).
Martoba Selama Pandemi Covid-19. 25. Bukan, M., Limbu, R. & Ndoen, E.
Media Kesehat. Masy. Indones. 21, Media Kesehatan Masyarakat
217–223 (2022). GAMBARAN PERILAKU
https://doi.org/10.14710/mkmi.21.4.21 PENCARIAN PENGOBATAN
7-223 PENYAKIT TUBERKULOSIS ( TB )
21. Ambo, K. & Syawal, S. Faktor-Faktor PADA MASYARAKAT DI
Yang Berhubungan Dengan WILAYAH KERJA Media Kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 2, 8–16 (2020).
Bagi Masyarakat Pesisir Di Desa https://doi.org/10.35508/mkm.v2i3.281
Bungin Permai Kecamatan Tinanggea 6
kabupaten Konawe Selatan Tahun 26. Raodhah, S., Surahmawati & Darwis,
2016. Fac. Public Heal. Univ. Halu M. Gambaran Pemanfaatan Pelayanan
Oleo 1, 1–9 (2016). Kunjungan Neonatus di Wilayah Kerja
22. Hidana, R., Shaputra, R. & Maryati, H. Puskesmas Balangnipa Tahun 2018. Al-
Faktor-Faktor yang Berhubungan Shihah Public Heal. Sci. J. 7, 183–192
dengan Pemanfaatan Pelayanan (2018).
Kesehatan Oleh Pasien Luar Wilayah di 27. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan

77
Dan Ilmu Prilaku. (PT Rineka Cipta, Poncol, Kecamatan Pekalongan Timur,
2007). Kota Pekalongan. 5, 1–23 (2017).
28. Napirah, M. R., Rahman, A. & Tony, A. 33. Putri, N. A. Kepercayaan (Trust)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Masyarakat Suku Dayak Benuaq Pada
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Pengobatan Tradisional Belian.
Kesehatan Di Wilayah Kerja Psikoborneo J. Ilm. Psikol. 5, 419–424
Puskesmas Tambarana Kecamatan (2017).
Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso. J. https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v
Pengemb. Kota 4, 29 (2016). 5i3.4429
https://doi.org/10.14710/jpk.4.1.29-39
29. Syifa, M., Husna, A., Marniati,
Reynaldi, F. & SA, S. Hubungan
Persepsi Pasien dengan Mutu
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
J. Jurmakemas 1, 39–55 (2021).
30. Armada, Reny Listiawaty, N. B.
Hubungan Persepsi Pasien Tentang
Kualitas Pelayanan Dengan MInat
Kunjungan Ulang Pasien Ke Puskesmas
Air Laut Hitam. J. Kesehat. Masy.
Mulawarman 5, 248–253 (2020).
https://doi.org/10.30872/jkmm.v2i2.46
95
31. Fauziyah, Santoso, T. H. & Dewi, S. R.
Faktor yang Berpengaruh terhadap
Health Seeking Behavior Keluarga di
Desa Tutul Kecamatan Balung
Kabupaten Jember. Indones. J. Heal.
Sci. 8, 171–182 (2017).
32. Febia, Viona Pangestika, Sutopo Patria
Jati, A. S. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepesertaan
Sektor Informal Dalam BPJS
Kesehatan Mandiri Di Kelurahan

78

You might also like