Naskah Publikasi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS PENERAPAN TEKNIK DEEP DIAPHRAGMATIC BREATHING PADA

PASIEN CONGESTVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
PROF. DR.MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

NASKAH PUBLIKASI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :

RIZKY NUR FAUZY, S.Kep


A31701038

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2018
ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF DEEP DIAPHRAGMATIC BREATHING
TECHNIQUES WITH PROBLEMS NURSING INEFECTIVE OF BREATH
PATTERNS OF CONGESTVE HEART FAILURE (CHF) PATIENTS
IN EMERGENCY ROOM PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO GENERAL HOSPITAL

Rizky Nur Fauzy 1) Putra Agina Widyaswara Suwaryo 2) Muji Ageng Triyowati 3)
1) Students Program STIKES Muhammadiyah Gombong
2) The First Consultant Lecture Of STIKES Muhammadiyah Gombong
3) The Second Consultant Clinical Guide of Prof.Dr.Margono Soekardjo Purwokert General Hospital

Background: Background: In Congestive Heart Failure (CHF) patients will cause dyspnoea
and fatigue, especially during cycling, because the cardiac output and peripheral blood flow are
reduced.
Objective : To describe the results of the analysis of the application of Deep Diaphragmatic
Breathing technique in Congestve Heart Failure (CHF) patients with the problem of respiratory
pattern ineffectiveness in the Emergency Installation of Prof. hospital. Dr.Margono Soekardjo
Purwokerto.
Results of nursing care : The results of the study of data analysis obtained nursing problems
ineffectiveness of breathing patterns. Interventions carried out are monitoring vital signs,
observing general conditions, monitoring respiration and O2 status, maintaining a patent airway,
positioning the patient as comfortably as possible, practicing the Deep Diaphragmatic Breathing
technique, administering pharmacological therapy. Investigation results that exercise Deep
Diaphragmatic Breathing has been shown to be effective against increased oxygen saturation
and reduced shortness of breath in nursing problems ineffective breathing patterns.
Recommendation : Deep Diaphragmatic Breathing Exercises These three patients experience
increased oxygen saturation and reduced shortness of breath. Deep Diaphragmatic Breating
exercises increase the efficiency of ventilation to oxygen as indicated by oxygen in the blood.
patients have increased SpO2 and RR. The first patient had increased SpO2 to 98% and RR
22x / minute, Second Patient SpO2 95% and RR 24%, and Third Patient SpO2 96% and RR 28x
/ minute.

Keywords: Inefficiency of breath pattern, Deep Diaphragmatic Breathing, Congestive Heart


Failure

PENDAHULUAN takikardi, Orthopnea, batuk, perut


Congestive Heart Failure (CHF) penuh, nokturia, ansietas, fatigue, gallop
adalah sindrome klinis (sekumpulan s3, cracles didaerah paru, kadang-
tanfda gejala), ditandai sesak napas dan kadang mengi, kardiomegali, efusi
fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas) pleura kanan dan edema ( Dewi, 2014)
yang disebabkan kelainan struktur Prevalensi gagal jantung
fungsi jantung. (Marulam, 2014) berdasarkan hasil terdiagnosis dokter di
Pasien dengan CHF mengalami Indonesia sebesar 0,13 %, dan yang
tanda-tanda dispnea dan kelelahan terdiagnosis dokter sudah terdapat
selama beraktifitas terutamaa saat gejala sebesar 0,3% persen. Prevalensi
olaharaga, dikarenakan kardiak output gagal jantung berdasarkan terdiagnosis
dan aliran darah perifer mengalami dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%),
penurunan (Vasileadis et al, 2013). disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa
Tanda dan gejala CHF adalah distres Tengah (0,18%). Penyakit jantung dan
pernapasan dengan dispnea maupum pembuluh darah berperan atas total
kasus kematian di Provinsi Jawa jumlah udara yang masuk kedalam
Tengah pada tahun 2012 sebesar paru-parupun akan menjadi lebih
66,51%` (806.208 kasus) dari total banyak. Deep diaphragmatic breathing
1.212.167 kasus kematian yang ada juga dapat menurunkan respirasi,
(Rikesdas, 2013). Jumlah pasien CHF di menurunya persepsi terhadap dyspnea,
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo meningkatkan saturasi oksigen dan
purwokerto pada bulan januari sampai meningkatkan kemampuan aktifitas
dengan maret sebanyak 251 pasien. pada pasien gagal jantung, kontrol
respieasi melalui deep daphragmatic
Kegagalan fungsi pulmonal pada breathing akan menngkatkan volume
gagal jantung sering diakibatkan oleh tidal, menurunkan kapasitas residu
adanya edema paru dan berdampak pada fungsional dan meningkatkan ambilan
penurunan saturasi oksigen. Pada oksigen optimal sehingga mampu
kondisi tanpa gagal jantung saat kondisi menigkatkan saturasi oksigen pasien
istirahat dengan sedikit volume tidal gagal jantung. Saturasi oksigen yang
(500ml) mampu menyediakan cukup akan memfasilitasi perfusi
hemoglobin arteri saurasi dengan 96- jaringan yang optimal untuk memenuhi
99%. Pada pasien gagal jantung pada kebutuhan jaringan. Latihan Deep
kondisi istirahat saturasi oksigen Diaphragmatic breathing dapat
berkisar antara 91-95%. Penurunan digunakan untuk manajemen non
oksigen berdampak pada oksigenasi farmakologi pada pasien gagal jantung
jaringan dan produksi energi sehingga untuk menigkatkan saturasi oksigen dan
berkontribusi pada penurunan menururnkan dyspnea serta
kemampuan beraktifitas pasien sehari- maningkatkan kemampuan latihan fisik.
hari. Kondisi ini dapat menurunkan Bahkan dalam penelitian santoso
kualitas hidup pasien gagal jantung. (2014) disebutkan bahwa latihan Deep
Pasien gagal jantung sering Diaphragmatic breathing selama 2-5
mengalami masalah keperawatan berupa menit terjadi peningkatan signifikan
penurunan curah jantung, gangguan terhadap kemampuan fungsi paru saat
pertukaran gas, Ketidakefektifan pola setelah diberikan.
napas, dan intoleransi aktivitas akibat Salah satu tujuan analisis ini
penurunan saturasi oksigen. Perawat adalah Memaparkan hasil analisis
dapat perawat melakukan implementasi pengaruh napas dalam khususnya Deep
ketidakefektifan pola napas melalui diaphragmatic breathing pada pasien
tindakan keperawatan kolaboratif dan Congestive Heart Failure (CHF) di
mandiri. Tindakan keperawatan mandiri Instalasi gawat Darurat RSUD Prof dr.
dapat dilakukan dengan melakukan Margono Soekardjo Purwokerto.
latihan napas dalam kususnya dengan
latihan Deep breathing. Deep breathing
merupakan aktivitas keperawatan yang METODE STUDI KASUS
dapat memfasilitasi rileksasi, teknik Desain karya ilmiah akhir ners ini
bernapas secara perlahan dan dalam, dengan menggunakan metode studi
menggunakan otot bantu napas, kasus deskriptif. Penelitian deskriptif
sehingga memungkinkan abdomen adalah penelitian yang dilakukan
terangkat perlahan dan dada terhadap sekumpulan objek yang
mengembang penuh, dengan demikian biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk Tn S. Usia 45, Keluhan utama
kesehatan) yang terjadi didalam suatu pasien yaitu pasien datang
populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). dengan keluhan utama sesak
Dalam penelitian studi kasus ini peneliti napas sejah habis isya ( 1 jam
meneliti tentang gambaran pengaruh SMRS), mengeluh pusing, nyeri
pemberian terapi Non Farmakologi dada, jantung terasa berdebar-
Deep Diaphragmatic Berathing pada debar, bengkak dikedua kakinya,
pasien dengan penyakit Congestive napsu makan minum berurang,
Heart Failure (CHF). keluar keringat dingin, merasa
Penulis karya akhir ilmiah ners ini lemas, pasien memiliki riwayat
bertujuan untuk menganalisis tindakan hipertensi, pasien pernah dirawat
Deep Diaphragmatic Breathing dengan dengan penyakit yang sama.
masalah keperawatan ketidakefektifan Pasien yang ke dua
pola nafas pada pasien Congestive Pengkajian dilakukan pada
Heart Failure (CHF) di Ruang IGD tanggal 18 Februari 2018 pukul
Prof. Dr. Margono Soekarjo 16.03 WIB. Pasien berinisial Ny.
Purwokerto. Pendekatan yang dilakukan T jenis kelamin perempuan, usia
adalah pendekatan asuhan keperawatan 54 tahun, diagnosa masuk CHF.
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa Keluhan pasien adalah pasien
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan datang mengeluh sesak napas
dan evaluasi. sejak kemarin, memberat jika
Jumlah subjek yang digunakan melakukan aktivitas sedang
dalam studi kasus ini berjumlah tiga. seperti kekamar mandi atau
Subjek tersebut adalah pasien efusi untuk berjalan beberapa meter,
pleura yang bersedia menjadi berkurang jika istirahat, merasa
resnponden dan sedang dirawat di IGD lemas, nyeri dada seperti
Prof. Dr. Margono Soekarjo tertimpa benda berat, dan
Purwokerto. bengkak di kedua kaki. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat
HASIL DAN PEMBAHASAN penyakit jantung. Pasien yang ke
3 Pengkajian dilakukan pada
A. Pembahasan
tanggal 19 Februari pukul 16.03
1. Analisis Karakteristik Pasien
WIB.
Peneliti mengambil tiga
Pasien berinisial Ny. Y
pasien dengan diagnosa
jenis kelamin perempuan, usia
Congestive Heart Failure (CHF)
40 tahun, diagnosa masuk CHF.
untuk dijadikan analisis dalam
Keluhan pasien adalah pasien
Karya Tulis Akhir Profesi Ners
datang mengeluh sesak napas
yang memiliki permasalahan
sejak 1 minggu yang lalu,
pernapasan yang di tandai
memberat jika melakukan
dengan sesak napas dan
aktivitas sedang seperti kekamar
penurunan saturasi oksigen.
mandi atau untuk berjalan
Pasien berjumlah Tiga orang,
beberapa meter, berkurang jika
yaitu pasien pertama Pengkajian
istirahat, merasa lemas, nyeri
dilakukan pada tangga 17
dada seperti tertimpa benda
Februari 2018 pukul pasien
berat, dan bengkak di kedua kaki
sorang laki laki berinisial nama
serta batuk. Pasien mengatakan sesak napas. Hal ini sesuai degan
mempunyai riwayat hipertensi. tinjaun pustaka bahwa pada
Berdasarkan analisis pada pasien CHF tanda dan gejala
ketiga pasien dengan diagnosa yang terlihat seprti batuk, napas
medis Congestive Heart Failure pendek, edema perifer, pusing,
(CHF) mengalami masalah konvulsi, kelelahan, tidak
keperawatan ketidakefektifan toleran terhdap latihan dan
pola napas berhubungan panas, ekstremitas dingin dan
hiperventilasi, dan semua pasien keluaran urin berkurang (oliguri)
berusia lebih dari 40 tahun, yang dispnea, ortopnea,
terjadi akibat menurnya fungsi kegelisahan/kecemasan,
jantung, hal ini sesuai dengan hepatomegali dan nyeri tekan
data dari riskesdas 2013 dan pada kuadran kanan atas.
ketiga pasien juga memiliki Anoreksia dan mual, nocturia,
riwayat penyait dahulu yang kelemahan.
sama dengan saat ini. Serta Berdasarkan tinjauan
ketiga pasien mempunyai pustaka, masalah keperawatan
riwayat penyakit dahulu yang utama yang muncul salah
sama yaitu gangguan pada satunya yaitu ketidakefektifan
sistem kardiovaskuler Hal ini pola napas, selain penurunan
sejalan dengan penelitian Cahyo, curah jantung, intoleransi
dkk (2015) bahwa pasien aktifitas, kelebihan volume
berumur diatas 40 tahun dan cairan. Ketidakefektifan pola
mempunyai riwayat penyakit napas adalah inspirasi dan atau
dahulu pada sistem ekspirasi yang tidak memberi
kardiovaskuler. ventilasi adekuat (Nanda, 2015).
Faktor yang beehubungan
2. Analisis Masalah Keperawatan Ketidakefektifan pola napas
Berdasarkan ringkasan antara lain ansietas,
asuhan keperawatan didapatkan hiperventilasi, keletihan, nyeri,
tiga pasien dengan diagnsa obesitas, posisi tubuh yang
medis Congestive Heart Failure menghadap ekspansi paru,
(CHF) setelah dilakukan syindrom hipoventilsi, keletihan
pengkajian secara menyuluruh otot pernapasan, gangguan
maka didapatkan data sujektif muskuloskeletal, ganggguan
dan data objektif yang kemudian neurlogis. Batasan
dilakukan analisa data dan karakterisitinya antara lain
masalah keperawatan yang bradipnea, dyspnea, takipnea,
muncul untuk menegakan ortopnea, fase ekspirasi
diagnosa keperawatan. memanjang, penggunaan otot
Pada ketiga pasien bantu pernapasn, pengguanaan
tersebut, pada pengkajian posisi tiga titik, peningkatan
didapatkan keluhan sesak napas, diameter anterior-posterior,
terkadang disertai oedema kaki, pnururnan ekanan ekspirasi,
nyeri dada dan mudah lelah penururnan tekanan inspirasi,
dalam aktifitas dan bertambah penurunan kapasitas vital,
pernapasan bibir, pernapasan Kontrol respirasi melalui Deep
cuping hidung, penurunan Diaphragmatic Breathing juga
ventulasi semenit, pola napas akan meningkatkan volume
abnorma, perubahan ekskursi tidal, menurunkan kapasitas
dada. resdu fungsional dan
Adapun diagnosa meningkakan saturasi oksigen
keperawata berdasarkan masalah pada pasien gagal jantung.
keperawatan yang sesuai dengan Saturasi oksigen yang cukup
data pasien serta konsep teori akan memfasilitasi perfusi
adalah ketidakefektifan pola jaringan yang optimal untuk
napas berhubungan dengan memenuhi keburuhan
hiperventilasi. Hal ini karena metabolisme jaringan.
pasien mengalami Deep Diaphragmatic
ketidakadekuatam dalam proses Breathing merupakan aktivitas
inspirasi atau ekspirasi, keperawatan yang dapat
didukung dengan pemeriksaan memfasilitasi
penunjnang rontgen yang rileksasi,meningkatkan aktifitas
menunjukan bahwa pasien sistem saraf parasinpatif dan
kardiomegeli yang berrti pasien sensitivitas baroreseptor. Deep
telah mengalami gangguan pola diaphragmatic juga dapat
napas. menurunkan respirasi,
menurunkan persepsi terhadap
dypsnea, meningkatkan saturasi
3. Analisis Tindakan Keperawatan
oksigen dan meningkatkan
Berdasarkan analisis
kemampuan aktifitas pada psien
keperawatan sesuai dengan
gagal jantung (Bernandi, e.t. al,
Primary Survey di didapatkan
2008).
masalah keperawatan
Deep Diaphragmatic
ketidakefektifan pola napas,
Breathing merupakan aktivitas
Salah satu intervensi
keperawatan yang berfungsi
keperawatan mandiri yang dapat
meningkatkan kemampuan
dilakuakn adalah melatih pasien
Diaphragma untuk
teknik napas dalam deep
meningkatkan compliance paru
diaphragmatic breating. Deep
dalam meningkatkan fungsi
Diaphragmatic Breating adalah
ventilasi dan memperbaiki
merupakan teknik pernafasan
oksigenasi. Oksigenasi yang
dengan menggunakan otot perut
adekuat akan menurunkan
yang dilakukan pada frekuensi 3
dyspnea (Smeltzer, 2008; Price,
- 5 kali selama 15 menit. Secara
2006). Latihan pernafasan juga
fisiologis, pernafasan diafragma
akan meningkatkan relaksasi
dapat menurunkanaktivitas
otot, menghilangkan kecemasan,
kemorefleks dan peningkatan
menyingkirkan pola aktivitas
sensitifitas baroreseptor pada
otot-otot pernafasan yang tidak
nervus vagus, yang
berguna dan tidak terkoordinasi,
mengindikasikan perubahan
melambatkan frekuensi
keseimbangan otonom, sehingga
pernafasan dan mengurangi
terjadi penurunan saraf simpatis.
kerja pernafasan. Pernafasan adalah meningkatkan tekanan
yang lambat, rileks dan berirama parsial oksigen, menurnkan
membantu dalam mengontrol tekananan parsial
klien saat mengalami dyspnea karbondioksidadan
(Westerdahl, 2014; Muttaqin, meningkatkan volume tidal serta
2012). Latihan Deep menurun dyspnea.
Diaphragmatis Breatihing dapat
mengoptimalkan pengembangan 4. Analisa Tindakan Keperawatan
paru dan meminimalkan Sesuai dengan Hasil Penelitian
penggunaan otot bantu Berdasarkan analisis
pernapasan. Dengan melakukan tindakan keperawatan pada
latihan pernapasan secara ketiga pasien dengan diagnosa
teratur, maka fungsi pernafasan keperawatan Ketidakefektifan
akan membaik (Potter, 2005). pola napas berhubungan dengan
Latihan pernapasan hiperventilasi, pasien diberikan
diaphragma bertujuan agar klien terapi sesuai kebutahan
dengar masalah ventilasi oksigenasi setelah dilakukan
optimal, terkontrol, efisien dapat latihan Deep Diaphragmatic
mengurangi kerja pernapasan. Breathing ketiga pasien
Latihan ini meningkatkan mengalami peningkatan saturasi
relaksasi otot, mentingkirkan oksigan dan penurunan derajat
pola aktivitas pola otot-otot dyspnea.
pernaasan yang tidak berguna, Tabel evaluasi penerapan
yang tidak terkordinasi, terapi non farmakologi Deep
melambatkan frekuensi Diaphragmatic Breathing.
pernapasan dan mengurangi Respiration Saturasi
kerja pernapasan, pernapasan Pasi Rate oksigen
yang lambat, rileks dan berirama en Sebel Sesu Sebel Sesu
membantu dalam mengontrol um dah um dah
kecemasan yang timbul ketika 1. 26 x/ 22 x/
95% 98 %
Menit Menit
pasien mengalami sesak napas, 2. 30 x/ 24 x/
dengan pelaksanaan latihan 90% 95 %
Menit Menit
pernapasan diaphragma meampu 3. 28 x/ 21 x/
93% 96 %
mengoptimalisai penggunaa otot Menit Menit
diaphragma dan menguatkan
diaphragma selama pernapasan. Berdasarkan Tabel diatas,
Pernapasan diaphragma dapat dapat diketahui bahwa pasien
menjadi ottmatis dengan latihan mengalami peningkatan SpO2
dan konsentrasi cukup. Dengan dan RR. Pasien pertama
pernapsan diahragma maka akan mengalami peningkatan SpO2
terkadi peningkatkan volume 98% dan RR 22x/menit, Pasien
tidal, penurunan kapasitas residu Kedua SpO2 95% dan RR 24%,
fungsional dan peningkatan da Pasen ke tiga SpO2 96% dan
ambilan oksigen optimel RR 28x/menit.
(Mutaqin, 2010). Efek akut Dari hasil penelitian
latihan pernapasan difragma didapatkan setiap pasien
mengalami peningkatan saturasi udara. Walaupun pada
dan respiration rate yang pernapasan orang dewasa
berbeda hal ini bisa dikarenakan lebih sedikit dari pada anak-
oleh beberapa faktor diantaranya anak dan bayi, akan tetapi
yaitu : kapasitas vital paru orang
Faktor yang mempengaruhi dewasa lebih besar
bacaan saturasi Kozier (2010) dibandingkan dengan anak-
menjelaskan beberapa faktor anak dan bayi, dalam
yang mempengaruhi bacaan keaadaan tertentu dapat
saturasi : berubah misalnya akibat dari
a. Hemoglobin (Hb) suatu penyakit, pernapasan
Jika Hb tersaturasi bisa bertambah cepat atau
penuh dengan O2 walaupun sebalikna (Trisnawati, 2007)
nilai Hb rendah maka akan Umur merupakan
menunjukkan nilai variabel yang penting dalam
normalnya. Misalnya pada terjadinya gangguan fungsi
klien dengan anemia paru. Semakin bertambah
memungkinkan nilai SpO2 umur, terutama yang disertai
dalam batas normal dengan kondisi lingkungan
b. Sirkulasi yang buruk, maka
Oksimetri tidak akan kemungkinan terjadinya
memberikan bacaan yang penurunan fungsi paru dapat
akurat jika area yang di terjadi lebih besar. Seiring
bawah sensor mengalami dengan pertembuhan umur,
gangguan sirkulasi. kapasitas paru juga akan
c. Aktivitas menurun. Kapasitas paru
Menggigil atau orang berumur 30 tahun
pergerakan yang berlebihan keatas rata-rata 3.000 ml
pada area sensor dapat sampai 3.500 ml, dan pada
menggangu pembacaan SpO2 orang yang berusia 50
yang akurat. tahunan kapasitas paru
kurang dari 3.000 ml.
Selain itu kapsitas vital paru Secara fisiologis
setiap orang berbeda-beda dengan bertambahnya umur
sehigga peningkatan saturasi maka kemampuan organ-
berbeda, teradapat beberapa organ tubuh akan mengalami
faktor yang mempengaruhi penurunan secra alamiah
kapasitas vital paru seseorang, tidak terkecuali gangguan
yaitu : fungsi paru dalam hal ini
a. Usia kapasitas vital paru. Kondisi
Dalam keadaan yang seperti ini kana bertambah
normal kedua paru-paru dapat buruk dengan keadaan
menampung sebanyak kurang lingungan yang berdebu atau
lebih 5 liter. Saat ekspirasi faktor-faktor lain seperti
terjadi, didalam paru-paru kebiasaan merokok serta
tertinggal kurang lebih 3 liter
kebiasaan olahraga atau penting karena mempunyai
aktivitas fisik yang rendah. resiko penyakit-penyakit
Rata-rata pada usia 30 – tertentu. (Trisnawati, 2007)
40 tahun seseorang akan d. Kondisi Kesehatan
mengalami penurunan fungsi Kondisi kesehatan
yang dengan semakin dapat mempengaruhi
bertambah umur semakin kapasitas vital paru
bertambah pula gangguam sesorang. Kekuatan otot-
yang terjadi (Guyton & Hall, otot pernapasan dapat
2008) berkurang akibat sakit.
b. Jenis Kelamin Gangguan kesehata yang
Kapasitas vital paru terjadi pada seseorang ang
berpengaruh terhadap jenis akibat karena infeksi pada
kelamin seseorang. Volume saluran pernapasan dapat
dan kasitas paru pada wanita mengakibatkan penurunan
kira-kira 20 sampai 25% fungsi paru (Trisnawati,
lebih kecil dari pada laki- 2007).
laki (Guyton & Hall, 2008). e. Riwayat Penyakit
Menurut Tambayong (2001) Dalam beberapa
disebutkan bahwa kapasitas penelitian diperoleh hasil
paru pada pria lebih besar bahwa sesorang yang
yaitu 4,8 L dibandingkan mempunyai riwayat
pada wanita yaitu 3,1 L. menderita penyakit paru
Frekuensi berhubungan secara
pernapasan pada laki-laki bermakna dengan terjadi
lebih cepat dari pada gangguan fungsi paru. Dari
perempuan karena laki-laki hasil penelitian Soedjono
membutuhkan banyak (2002) dan Nugraheni
energi untuk beraktivitas, (2008) diperoleh hasil
berarrti semakin banyak bahwa pekerja yang
pula oksigen yang diambil mempunyai penyakit
dari udara hal ini terjadi riwayat paru mempunyai
karena lelaki umumnya resiko 2 kali lebih besar
beraktivitas lebih banyak untuk mengalami gangguan
dari pada perempuan. fungsi paru.
c. Status gizi f. Riwayat Pekerjaan
Status gizi seseorang Riwayat pekerjaan
dapat mempengaruhi dapat digunakan untuk
kapasitas vital paru. mendiagnosis penyakit
Sesorang dengan katagori akibat kerja. Hubungan
kurus dan tinggi biasanya antara penyakit dengan
kapasitas vitalnya lebih dari pekerjaan dapat diduga
orang gemuk pendek. dengan adanya riwayat
Masalah kekurangna dan perbaikan keluhan pada
kelebihan gizi pada orang akhir minggu atau hari libur
dewasa merupakan masalah diikuti peningkatan keluhan
untuk kembali bekerja, dan analisa data dapat diangkat
setelah bekerja ditempat masalah keperawatan utama
yang baru atau setelah ketidakefektifan pola napas. Salah
digunakan bahan baru satu intervensi yang dilakukan
ditempat kerja pada pasien yaitu dengan memberi
g. Kebiasan Merokok latihan napas dalam Deep
Menurut Depkes RI Diaphragmatic Breating untuk
(2003) merokok mengurangi sesak napas.
menyebabkan perubahan 2. Intervensi yang dilakukan sesuai
struktur dan fungsi saluran dengan NANDA (2015) dalam
pernapasan dan jaringan masalah keperawatan
paru. Pada saluran napas Ketidakefektifan pola napas, yaitu
besar, sel mukosa membesar diantaranya dengan melatih napas
(hipertrofi) dan kelenjar dalam, salah satu teknik napas
mukus bertambah banyak. dalam yang akan diajarkan adalah
Pada saluran pernapasan teknik Deep Diaphragmatic
kecil, terjadi radang ringan Breathing.
hingga terjadi penyempitan 3. Implementasi keperawtan yang
akibat bertambah sel dan dapat dilakukan secara mandiri oleh
penumpukan lendir. perawat IGD yaitu salah satunya
Pada jaringan paru adalah melatih teknik napas dalam
terjadi peningkatan jumlah Deep Diaphragmatic Breathing.
sel radang dan kerusakan 4. Evaluasi yang didapatkan bahwa
aleoli. Akibat perubahan dengan latihan Deep
anatomi saluran pernapasan, Diaphragmatic Breathing dapat
pada perokok akan timbul mengurangi sesak napas dan
perubahan fungsi paru dan meningkatkan saturasi oksigen pada
segala maca perubahan pasien Congestive Heart Failure
klinisnya. Hal ini menjadi (CHF) dengan masalah
dasar terbentuknya obstruksi keperawatan utama
paru menahun. ketidakefektifan pola napas.
5. Analisis asuhan keperawatan
dilakuakan di Instalasi Gawat
KESIMPULAN Darurat selama maksimal 6 jam
bahwa pemberian terapi non
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan
formakalogi napas dalam Deep
analisis asuhan keperawatan adalah
Diaphragmatic Breathing terdapat
sebagai berikut:
efek pada peningkatan Saturasi
1. Dalam karya tulis ini pengkajian oksigen dan Pernapasan pada
asuhan keperawatan gawat darurat pasien Congestive Heart Failure
didapatkan pasien Congestive heart (CHF). Terapi ini akan lebih efektif
failure (CHF) mengalami sesak bila dilatihkan diruangan atau
napas, terdapat edema pada bangsal karena lebih panjangya
ekstremitas, sesak jika beraktivitas waktu untuk perawatan sehigga
walaupun aktifitas ringan atau hasilnya akan bisa lebih maksimal.
sedang dan batuk. Dari pengkajian
DAFTAR PUSTAKA Price, Sylvia A, et al. 2006.
Aaronson PI ,Ward Jeremy P.T, 2007. Patofisiologi Konsep Klinis
At a Glance edisi ketiga, Sistem Proses - Proses Penyakit.
Kardiovaskular, Anatomi Makro Jakarta: EGC
dan Histologi Jantung.
Dewi, I. N. (2012). Asuhan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Keperawatan Pada Ny. S (2013). Pedoman Pewawancara
Dengan Congestive Heart Petugas Pengumpul Data.
Failure (CHF) di Ruang Jakarta : Badan Litbangkes,
Intensive Coronary Care Unit Depkes RI 2013.
Dirumah Sakit Umum Daerah Rospond, Raylene M. 2009. Prinsip dan
Dr. Soehadiprijonegoro Sragen. Metode Pemeriksaan Fisik
Surakarta. Universitas Dasar. 2009
Muhammadiyah Surakarta.
Smeltzer, S.C., Suzanne. (2013). Buku
Doenges E. Marlynn. 2010. Rencana Ajar Keperawatan Medikal
Asuhan Keperawatan. EGC. Bedah. Edisi 8
Jakarta
Vol. 2. Jakarta : EGC.
Fulde, Gordian. 2009. Emergency
medicine, 5th edition. Australia: Silbernarg, s., & Lang F.(2010). Teks &
Elsevier. atlas berarna patofisiologi.
Jakarta :ECG
Marulam. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alqi, M.,
Penerbitan Sirnadibrata, M.K., & Setiati, S.
(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Moorhead, Sue dkk. 2009. Nursing Dalam. Jakarta : Pusat
Outcomes Classification (NOC) Penerbitan Depertemen Ilmu
Fourth Edition. Mosby Elsevier Penyakit dalam Fakultas
Mutaqqin. A, (2014) Asuhan Kedoktran Universitas Indonesia
Keperawatan Klien Denga Wilkinson, Douglas. A., Skinner,
Gangguan Sistem Marcus. W. (2000). Primary
Kardiovaskuler. Jakarta : trauma care standard edition.
salemba Medika Oxford : Primary Trauma Care
Nanda Internasional, 2015, Diagnosa Foundation. ISBN 0-95-39411-
Keperawatan Definisi dan 0-8.
Klasifikasi 2014-2015, EGC,
Jakarta
Perry & Potter. 2005. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC.

You might also like