Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 2
Jurnal 2
Jurnal 2
Tinjauan Ketepatan Kode dengan Pending Klaim Pasien Rawat Inap BPJS Kesehatan
di RSUD dr. Adnaan Wd Payakumbuh Tahun 2021
Oktamianiza¹
Isya Apda Reza2
1,2 D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Dharma Landbouw Padang
Jl. Jhoni Anwar No. 29F Ulak Karang Padang, Sumatera Barat
e-mail : oktamianiza@gmail.com
Abstract
The accuracy of the coding of a diagnosis is influenced by the clarity of writing and the
completeness of the diagnosis. The right diagnosis will produce the right code data as well. If
there is an error in coding, this will have an impact on claims for health care costs. This research
was conducted at the Regional General Hospital dr. Adnaan WD Payakumbuh. This type of
research is descriptive qualitative with in-depth interviews with the head of the medical record
installation, inpatient coder, and case mix officers. The results showed that there were 3 human
resources related to coding with educational qualifications of D3 Medical Record, coding SOPs
and case mix SOPs already existed and had been implemented, the implementation of coding
training was carried out, the implementation of the disease diagnosis code was still constrained
because the resume did not match the status. , insufficient supporting data, and incorrect
placement of primary and secondary diagnoses, it takes several days for the revision of pending
claims to be carried out to the doctor in charge of the patient (DPJP). In addition, the coder still
has difficulty in reading the doctor's diagnosis, thus affecting the quality of the code and having
an impact on pending claims.
Abstrak
Ketepatan pemberian kode dari suatu diagnosa dipengaruhi oleh kejelasan penulisan dan
kelengkapan diagnosa. Diagnosis yang tepat akan menghasilkan data kode yang tepat pula.
Apabila terjadi kesalahan dalam pengodean hal ini akan berdampak terhadap klaim biaya
pelayanan kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adnaan WD
Payakumbuh. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam
dengan kepala instalasi rekam medis, coder rawat inap, dan petugas case mix. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa SDM terkait koding sudah ada sebanyak 3 orang dengan kualifikasi
pendidikan D3 Rekam Medis, SOP pengkodingan dan SOP case mix sudah ada dan sudah
dilaksanakan, pelaksanaan pelatihan pengkodingans ada dilaksanakan, pelaksanaan kode
diagnosa penyakit masih terkendala dikarenakan resume yang tidak sesuai dengan status, data
penunjang anamesa yang kurang, serta penempatan diagnosis utama dan diagnosis sekunder
tidak tepat, pelaksanan revisi klaim pending diperlukan waktu beberapa hari untuk ke dokter
penanggung jawab pasien (DPJP). Disamp;ing itu koder masih kesulitan dalam membaca
diagnosa dokter, sehingga mempengaruhi kualitas kode dan berdampak terhadap pending
klaim.
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 37
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 38
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
merupakan ketidaklengkapan pemeriksaan tentu apa yang ditulis dokter sesuai itu
penunjang, 5 berkas karena salah entry, dan yang di koding, Diagnosa Utama, Diagnosa
3 berkas oleh administrasi. Sekunder, dan penunjangnya. Nantik
setelah sama kami kan nantik di verifikasi
2. Metode sama tim JKNnya ada dokternya, bisalah
anamesanya terus terapi prosedurnya ini
Partisipan pada penelitian ini adalah 1
sesuai gak kodingnya yang dibuat
Kepala Rekam Medis, 2 Coder Rawat Inap,
DPJPnya”. (informan 3)
dan 1 petugas Case Mix. Cara pengumpulan
Berdasarkan wawancara
data dalam penelitian menggunakan
mendalam petugas pernah ikut serta
wawancara mendalam kepada partisipan
dalam pelatihan terkait koding, namun
dengan menggunakan tape recorder untuk
itu dilaksanakan hanya melalui
merekam hasil wawancara dari partisipan
daring(zoom). Menurut coder
serta pedoman wawancara yang digunakan
pengkodean yang tepat yaitu
sebagai panduan bagi peneliti dalam
mengkode sesuai dengan aturan kaidah
mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kode dengan panduan buku ICD-10
tujuan penelitian. Analisa data dalam
dan mengkode sesuai dengan diagnosa
penelitian ini meliputi reduksi data,
utama, sekunder, dan penunjang yang
penyajian data, serta penarikan
telah di isi DPJP.
kesimpulan.(Sugiyono, 2015).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Fadlilah et
3. Hasil Dan pembahasan al., 2020) tentang “Evaluasi Kinerja
Adapun jumlah informan dalam Petugas Koding & Klaim JKN RI di
penelitian ini ada empat orang. Yakni RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung”
kepala unit rekam medis, Coder Rawat inap menjelaskan kinerja petugas koding &
dan petugas Case Mix. Setelah dianalisis klaim JKN RI. Dijelaskannya bahwa
maka ditemukan enam komponen sebagai hasil yang didapatkan yaitu petugas
hasil dari penelitian. koding dan klaim JKN rawat inap tidak
Komponen Input pernah mendapatkan reward dari
a. SDM pimpinan apalagi mendapat pujian dan
Terkait dukungan dari rumah sakit sertifikat penghargaan atas kinerja
terhadap pelaksanaan klaim seperti yang mereka capai sudah sesuai
adanya pelatihan koding. Berdasarkan dengan prosedur yang ada, petugas
kutipan wawancara mendalam dengan koding dan klaim JKN rawat inap
informan yaitu sebagai berikut: “Ada, sudah pernah mengikuti pelatihan dan
karna sekarang pandemi jadi hanya lewat 3 kali seminar tentang rekam medis
daring saja”. (Informan 1). “Dulu ada khusunya tentang Kodifikasi, sudah
sekarang enggak, sekarang karna pandemi adanya SPO mengenai pelaksanaan
tidak di lakukan”. (informan 2). “Pelatihan koding dan klaim JKN rawat inap
ada karena masa pandemi ini kan lewat sehingga dapat memudahkan petugas
zoom aja”. (informan 3) dalam menjalankan tugasnya.
Terkait seperti apa pengkodingan b. SOP
yang tepat. Berdasarkan kutipan Terkait SOP pengkodingan yang
wawancara mendalam dengan ada di rumah sakit. Berdasarkan
informan yaitu sebagai berikut: “Kode kutipan wawancara mendalam dengan
yang tepati tu menurut kak mengkoding informan yaitu sebagai berikut:
diagnosa sesuai dengan yang ditulis dokter “SOPnya ada”.(informan 1). “ada
dan sesuai dengan panduan buku ICD-10, SOPnya”.(informan 2). “ada
sesuai dengang aturan kaidah kodenya”. dek”.(informan 3). “ada dek”. (nforman 4).
(informan 2). “Kan di rumah sakit ini ada Berdasarkan wawancara
tim verifikasinya ya, Kami sebagai koder mendalam kepada informan di RSUD
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 39
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 40
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 41
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 42
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
BPJSnya, dan surat permintaan rawat kepada pihak BPJS Kesehatan yang
inap. Boleh KTP boleh KK, tambahan lagi dilakukan secara kolektif dan
untuk pasien stroke haemorhagic itu harus ditagihkan kepada pihak BPJS
ada lembaran ct-scan, yang berhubungan Kesehatan setiap bulannya. Setelah itu
dengan diagnosa CAP.” (informan 3). BPJS Kesehatan akan melakukan
“KTP, resume, permintaan rawat inap, persetujuan klaim dan melakukan
billing obat, billing tindakan, SEP. Di pembayaran untuk berkas yang layak,
resume tu harus lengkap dibuekan, di namun untuk berkas yang tidak layak
resume pulng pasien yang rawat inap tu klaim atau pending (unclaimed) harus
mulai dari asesmennyo, nyo masuak dari dikembalikan ke rumah sakit untuk
IGD atau dari poli harus lengkap, tekanan diperiksa kembali. (Nabila et al., 2020).
darahnyo bara, ikonyo bara, lah diagiah Berdasarkan hasil wawancara yang
terapi apo partamonyo, diagnosanyo telah peneliti lakukan dampak rumah
lengkap, tindakannyo lengkap, dikode sudah sakit akibat pending klaim yaitu
tu tanda tangan dokter ado, nama dokter
terganggunya arus pendanaan rumah
ado, sudah tu ado disuruah kembali tanggal
sakit yang mana rumah sakit telah
bara untuak kontrol nyo kek gitulah. Tapi
memberikan pelayanan namun akibat
itu tu semua scananannyo soalnyo untuak
pending pelayanan tersebut masih
yg berkasnyo disimpan rumah sakit hasil
terpending dan belum bisa dibayarkan
scan yang dikirim ka BPJS.” (informan4).
oleh pihak BPJS. Pending klaim juga
Berdasarkan kutipan wawancara
berdampak pada jasa medis petugas
mendalam terkait dampak klaim
juga akan berkurang. Pending klaim
pending dengan informan yaitu sebagai
juga menyita waktu petugas untuk
berikut: “Pembayaran terlambat, kalau
dipending sekian hari pula baru di merivisi kembali berkas yang pending
agar dana pending bisa dicairkan.
cairkan.” (informan 2). “Berkuranglah
pencairan, dalam sistem pembagiaan jasa
medis, kalau misalnya jumlah klaimnya 4. Kesimpulan dan Saran
banyak pending otomatiskan pembagian 1. Komponen Input
jasa medis kan berkurang gitu.” (informan a. Sumber Daya Manusia (SDM)
3). “Dampak yang pertama itu tidak di sudah cukup dengan jenjang
bayar jasa rumah sakit, rumah sakit rugi, pendidikan terakhir yaitu D-3
sedangkan kita sudah memberikan rekam medis. Pelatihan koding
pelayanan ke pasien obat habis, semua hanya dilakukan daring pada
sudah habis. Jadi dampaknya tidak saat pandemi.
dibayarkan. Itu jadi pembelajaran juga, b. Standard Operasional Prosedur
kasus kasus itu sudah terbaca, jadi kasus (SOP) koding, dan pengolahan
kayak gini gak bisa dibayarkan.” (informan data case mix sudah ada dan
4) sudah dijalankan namun coder
Maka dapat disimpulkan bahwa masih kesulitan dalam membaca
syarat klaim seperti KTP, SEP, billing, tulisan dokter.
pemeriksaan penunjang, resume 2. Komponen Proses
kemudian syaratnya akan di scan dan a. Pelaksanaan pengkodean masih
dikirim ke BPJS untuk dokumen asli ada kendala dikarenakan resume
akan disimpan di rumah sakit.Terkait yang tidak sesuai dengan status,
dampak pending klaim sangat penulisan diagnosa dokter yang
berpengaruh pada terlambatnya sulit terbaca.
pencairan dana, pembayaran jasa b. Ketepatan koding terkendala
medis akan berkurang. pada kelengkapan koding,
Klaim BPJS Kesehatan adalah penunjang anamesa yang kurang,
pengajuan biaya perawatan pasien dan penempatan diagnosa utama
peserta BPJS oleh pihak rumah sakit dan sekunder.
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 43
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 44
DOI: https://doi.org/10.31983/jrmik.v5i1.8397 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Volume 5 No 1 (Maret 2022)
Copyright ©2022 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan p-ISSN 2615-1863 e-ISSN 2622-7614 45