Implementasi Teori Kognitivisme

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

˹

Implementasi Teori Kognitivisme (‫)النظرية المعرفية‬


Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Abstract:
This article aims to explain that Cognitive theories emphasize the existence of an abattoir highest in
the cognitive aspects of learning. This theory states that humans are not robots that just by using the S-R can
only learn well. More than that human beings have a non-physical force that cognition should be used in
order to create the expected learning. In Arabic language learning with the cognitive theory of learning wing
had made an emphasis on the human element in the form of cognitive determinants of response to each
stimulus, the overall emphasis and integration than small parts (unitary theory than the theory branch),
requires insight, an awareness, a pragnaz, there must be a purpose, observations or perceptions and
motivation goals, have stages according to human cognitive development, and that man is able to speak
because the initial structure inborn form fithrah to speak. Many methods and approach to language learning
is inspired by the theory include: cognitive code method, the method of silence, suggestive-accelerative
learning methods, the natural approach, the communicative approach.
‫ملخص البحث‬
‫ هذ ال ظرية‬.‫هذ الدراسة هدف إ وصف أن ال ظريات امعرفية تؤكد وجود مسلخ أعلى ي اجوانب امعرفية للتعلم‬
‫ وأكثر البشر لديهم قوة‬.‫ أي ا يكتسب العلوم بشكل جيد فقط ها‬SR ‫ت ص على أن البشر ليسوا جرد الروبوتات باستخدام‬
‫ وي تعلم اللغة العربية مع ال ظرية امعرفية للتعلم‬.‫غر امادية الي جب استخدامها من أجل اإدراك إنشاء التعلم امتوقعة‬
‫ والتكيز بصورة عامة‬،‫اج اح ابد أن يكون التكيز على الع صر البشري ي شكل احددات امعرفية لاستجابة لكل التحفيز‬
، )pragnanz( ‫ و اجميع الكامل‬،‫ وعيا‬،‫ يتطلب التبصر‬،)‫واختيار التكامل من أجزاء صغرة (نظرية وحدة من نظرية فروع‬
‫ وأن‬،‫ وفقا لديها مراحل تطور امعري لدي اإنسان‬،‫وجب أن يكون ه اك غرض أو ماحظات أو تصورات وأهداف التحفيز‬
‫ وه اك عديد من اأساليب‬.‫اإنسان قادر على الكام أن ي الفطرة اأو لدي اإنسان ب ية ال موذج اخلق ي الكام‬
‫ طريقة التدريس اموحية‬،‫ طريقة الصمت‬،‫ طريقة امعري الرمزي‬: ‫والطرق لتعلم اللغة من خال هذ ال ظرية وه ما تل‬
. ‫ وامدخل التواصل‬، ‫ وامدخل الطبيع‬،‫اموسعة‬

Keyword: Kognitif. Pendekatan, Metode, Teknik, Stimulus, Respon.

Pendahuluan
Usaha keras untuk "membelajarkan" dan mendidik sudah ada sejak masa lampau,
karena belajar dan pembelajaran merupakan hakikat yang tidak bisa tidak dilakukan oleh
manusia. Setiap manusia butuh belajar, setiap manusia sadar akan pentingnya
pembelajaran, bahkan Allah Swt. dalam al-Qur'an tidak pernah mengungkapkan adanya
perintah belajar secara eksplisit kecuali dengan kata-kata ta'qilûn, ta'lamûn, tatafakkarûn,
iqara' dll. Kenapa itu terjadi, ahli bahasa Arab Qur'ani, Prof. Dr. D. Hidayat, MA, pada
suatu kesempatan pernah menyimpulkan bahwa karena mencari ilmu itu sudah dianggap
kebutuhan. Tidak diperintah pun pasti manusia akan berusaha mencarinya.
˺

Banyak pendapat ahli terkait dengan pembelajaran. Pada gilirannya dari sekian ahli
maka terbentuklah berbagai teori yang secara sepintas memang satu dan yang lainnya
bertentangan. Namun dari itu, itulah hakikat dari suatu teori, yang tidak abadi, jika ada
teori baru yang membuktikan kesalahan teori lama maka yang lama serta merta akan
ditinggalkan. Namun dengan segala perbedaan dari teori itu paling tidak ada beberapa hal
yang bisa dipetik; pertama, kelahiran teori baru pasti diilhami oleh keberadaan teori lama,
karena di dunia hakikat sebetulnya tidak ada yang baru. Kedua, bahwa teori baru dan teori
lama memiliki misi yang sama agar kegiatan pembelajaran berhasil atau mampu mencapai
target dengan seefektif dan seefesien mungkin.
Jika teori behaviorisme, yang menekankan pada molekul atau bagian-bagian kecil,
dan adanya "trial and error" serta menekankan adnya S-R. Maka pada makalah sederhana
ini akan dibahas mengenai teori kognitif sebagai perkembangan lanjut pemikiran teori
behaviorisme. Tentunya pembahasan ini akan sangat menarik, karena akan ditemukan
letak perbedaan dengan teori sebelumnya dan tentunya rahasia apa yang menyebabkan
penolakan keras terhadap teori sebelumnya akan dibahas pada kajian ini. Tentunya sangat
diharapkan banyak kritik dan saran yang membangun. Semakin banyak kritik dan saran
yang membangun akan semakin memperluas cakrawala untuk menggali lebih mendalam
khususnya mengenai kajian ini.

Pembahasan
Behaviorisme menganggap bahwa manusia lahir putih bersih bagaikan kertas yang
belum ditulis, yang menulisnya adalah alam; belajar adalah segalanya karena bahan baku
tidak begitu penting karena yang penting adalah proses. Sementara kognitif menganggap
manusia lahir sudah punya potensi, alam tidak begitu berpengaruh; proses tidak begitu
penting, karena modal dasarlah yang menentukan semuanya (Prof. Dr. Moch. Matsna,
MA). Teori-teori kognitif pada awlanya muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap
teori S-R, stimulus respon. Dengan ini maka digabungkanlah teori S-R ini dengan teori
Gestalt dari Tolman dan teman-temannya. Bagi teori ini bahwa yang dipandang utama
pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons1. Intinya, teori
kognitif adalah teori yang mengkaji bagaimana suatu persepsi bisa mempengaruhi perilaku
dan bagaimana pengalaman bisa mempengaruhi persepsi. Jadi hubungannya adalah
pengalaman – persepsi –perilaku. Dimana teori ini mengkaji proses akal dan mental pada
waktu proses. Dalam bukunya, Abdul Khaer menyebutkan lima teori yang tergolong pada
teori kognitif. Kelima teori tersebut yaitu Teori Behaviorisme dari Tolman, Medan Gestal
dari Wertheimer, Medan dari Lewin, Perkembangan Kognitif dari Piaget dan Teori
Genetik Kognitif dari Chomsky. Meskipun dalam bukunya Ibrahim dan Nana Syaodih
mengungkapkan tiga rumpun psikologi kognitas gestal yaitu psikologi gestalt, kognitif dan

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9. Hal. 45
˻

medan2. Dan dalam buku Effendi dan Aziz dan Erta menyebutkan ada dua tokoh
psikolinguistik pengikut aliran kognitif yaitu Noam Chomsky dan James Deez, sementara
pelopor aliran kognitifnya sendiri adalah Auserber dan Carrol3.
Ada beberapa hipotesis teori kognitif, pertama bahwa manusia memiliki
kemampuan bawaan atau disebut dengan alat pemerolehan bahasa. Kedua, pembelajaran
bahasa tidak hanya dilakukan dengan pembiasaan namun juga dengan penuh kesadaran
dan bermakna, sekaligus penting sadar tata bahasa. Ketiga, siswa belajar dengan sumber-
sumber kecakapan dirinya (struktur kognitif, pengalaman, emosi dan pengalaman tentang
dunia)4. Berikut adalah beberapa teori yang dianggap masuk ke dalam golongan teori
kognitifisme:

1. Teori Behaviorisme dari Tolman


Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Tolman, yang mengajarkan bahwa
apabila ada satu stimulus pasti menghasilkan satu respon tertentu maka sudah barang tentu
kita akan melihat rangsangan itu dalam pola yang baru. Misalnya stimulus siswa yang
berhadapan dengan guru dan mahasiswa yang dihadapkan pada guru besar. Respon yang
akan diakibatkan oleh keduanya akan berbeda dan merupakan hal baru.
Teori ini memusatkan perhatian pada rangsangan dan respons-luar dan
memasukkan kognisi ke dalam sistemnya. Setiap perilaku harus dilihat bahwa ia
merupakan bagian dari perilaku yang lebih besar dan memiliki satu tujuan. Oleh karenanya
teori ini pun dikenal dengan nama lambang-gestalt (sign-gestalt) yang berarti keseluruhan.
Untuk memahami perilaku seorang manusia kita harus terlebih dahulu memahami
tujuannya.
Unsur utama teori ini adalah rangsangan , kognisi, peta kognisi, tujuan dan barulah
respons (gerak balas). Teori ini bisa dilambangankan dengan S-O-R. S adalah stimulus, O
adalah Organisme dan R adalah respons. O memerankan peran kognisi. Dimana kognisi
merupakan proses akal atau mental untuk memperoleh, menyimpan, mendapat,
mengungkapkan dan mengubah pengetahuan. Lahirnya teori ini sebetulnya terilhami oleh
teori medan gestalt yang dikenalkan di Jerman oleh Wertheimer, Koffler dan Koffka. Oleh
karena medan gestalt lebih memiliki pengaruh pada teori ini, maka teori ini digolongkan
pada jenis teori kognitif5.

2
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010, cet. Ke.
3. Hal. 20-23.
3
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan
Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011, hal. 32. Dan Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran
Bahasa Asing (‫العربية‬ ‫)طريقة تعليم اللغة‬, Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15.
4
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, … hal. 31.
5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1. hal. 96-98.
˼

Tolman (1932) mengusulkan lima jenis pembelajaran: (1) pendekatan


pembelajaran, (2) belajar melarikan diri, (3) belajar penghindaran, (4) memilih-titik
pembelajaran, dan (5) belajar laten. Semua bentuk pembelajaran tergantung pada kesiapan
sarana-akhir, yaitu, berorientasi tujuan perilaku, dimediasi oleh harapan, persepsi,
representasi, dan variabel internal atau lingkungan lainnya6.
Jadi teori ini dianggap sebagai bagian dari kognitivisme disebabkan oleh karena
disamping ditentukan oleh stimulus, perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh
factor kognisi berupa medan gestalt.

Prinsip-Prinsip Teori Tolman dalam Pembelajaran:


1. Belajar selalu purposif dan diarahkan pada tujuan.
2. Belajar sering melibatkan penggunaan faktor-faktor lingkungan untuk mencapai
tujuan (misalnya, berarti-berakhir-analisis)
3. Organisme akan memilih jalur terpendek atau termudah untuk mencapai tujuan7.

2. Teori Medan Gestal dari Wertheimer


Tokoh teori ini adalah sarjana Jerman yang bernama Max Wertheimer (1880-
1943), Wolfang Kohler (1887), Kurt Koffka (1886-1941) dan Kurt Lewis (1890-1947).
Teori ini dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme pada tahun 1912, tokohnya
adalah William Max Wundt (1832-1920) bapak psikologi eksperimen dan Edward
Bradferd Titchner. Aliran struktural memandang pengalaman manusia dari sudut pandang
pengalaman peribadi sementara gestalt memandang kejiwaan manusia terikat pengamatan
berwujud kepada bentuk menyeluruh8. Pembelajaran berlangsung dari bagian menyeluruh
kepada bagian-bagian kecil9. Jika psikologi behaviorisme bersifat molekular atau
menekankan pada unsur-unsur maka psikologi kognitif sebaliknya menekankan pada yang
bersifat menekankan keseluruhan dan keterpaduan, karena kehidupan dan perilaku
manusia sesungguhnya merupakan suatu keseluruhan atau keterpaduan10. Max Wertheimer
menyesalkan pembelajaran di sekolah dilakukan dengan menggunakan metode menghafal
sebagaimana yang ia amati dan ia pun menegaskan bahwa seharusnya murid belajar
pengertian bukan sebaliknya hanya hafalan akademis semata.
Tokoh lainnya pun mengikuti pendapatnya ini seperti Wolfang Kohler (1887-1959)
yang telah mengembangkan psikologi gestalt. Pandangannya bertentangan dengan tokoh

6
E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman), dari http://www.instructionaldesign.org/theories/sign-
theory.html, 07 Des 2011.
7
E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman)
8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 45
9
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, …. Hal. 96.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46
˽

belajar Thorndike yang hanya menganggap bahwa belajar adalah proses trial and error
atau hanya drill semata tanpa adanya pemahaman atau pengertian11. Kata gestalt sendiri
berasal dari bahasa Jerman dan maknanya adalah "whole configuration" atau bentuk utuh,
pola, kesatuan dan keseluruhan yang maknanya keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian12. Pikiran akan selalu mengamati benda secara keseluruhan terlebih dahulu pada
tahap kemudian barulah melihat bagian-bagian benda tersebut, bukan kebalikannya13.
Jika teori S-R mengkaji unit-unit kecil maka teori ini sebaliknya yaitu keseluruhan
perilaku dan lebih abstrak. Disamping itu, teori ini mempunyai kecenderungan
menggunakan intuisi dalam rangka menerangkan hakikat pembelajaran dan membicarakan
proses-proses tersembunyi pada waktu belajar. Yaitu proses mental yang tidak dapat
diamati. Kognitif membicarakan tentang persepsi, pengertian dalam (dalam otak) dan
proses mental lainnya yang tidak diulang dan diukur serta diobservasi langsung. Jika
psikologi behaviorisme bersifat molekuler (menekankan unsur-unsur) sementara kognitif
bersifat molar (terpadu)14.
Teori gestalt ini muncul atas kritikan terhadap prinsip-prinsip trial and error
Throndike, yang sama sekali menghilangkan prinsif kesadaran dalam teori
pembelajarannya. Ini dianggap sebagai kesalahan dunia –menurutnya- sebagai sesuatu
suatu keseluruhan dan di dalamnya ada struktur dalam. Koffka menambahkan, adanya
kesadaran pada tiap-tiap persepsi dan pembelajaran hanya dapat dijelaskan oleh yang
terlibat belajar bukan guru sebagi pelaku eksperimen. Dan Koffka pun menjelaskan bahwa
otak manusia saat dilahirkan belum lengkap secara fisik dan belum matang untuk
digunakan, dan pada gilirannya pembelajaranlah yang mematangkan otak tersebut.
Bahkan Kohler (1929) pun membuktikan bahwa binatang sekalipun memiliki
insight (pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian dalam suatu situasi permasalahan15) apalagi manusia. Jadi sangat salah jika dalam
diri manusia tidak ada unsur kesadaran. Ia meneliti simpanse yang bernama Sultan dan
ternyata simpanse bisa mengambil pisang yang ada dikeranjang di atasnya, dengan cara
mengambil tali yang mengunci keberadaan keranjang. Hanya dengan mengambil tali
sultan tidak harus memanjat tinggi-tinggi untuk mendapatkan pisang tersebut. Akhirnya
keranjang dan pisang terjatuh dan ia bisa memakan pisang kesukaannya. Apa yang
dilakukan Sultan bukan kebetulan sebagaimana yang dikatakan Thorndike. Begitu juga
penelitian yang membuktikan bahwa simpanse dapat mengambil buah yang tinggi dengan
menggunakan tongkat untuk loncat. Kohler menyatakan bahwa yang terpenting dalam

11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46.
12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 47
13
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 98.
14
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal. 46.
15
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal 47.
˾

insight adalah bisa memindahkan benda dari satu fungsi ke fungsi lainnya. inilah
pentingnya insight dalam pembelajaran. Disamping perlu pengalaman, diperlukan juga
kemampupuan melihat keseluruhan berbagai hal yang dihadapi.
Aliran ilmu jiwa gestalt sebetulnya terbagi menjadi dua yaitu Aliran Berlin dan
Leipzig. Tokoh Berlin Wertheimer, Koffka dan W. Kohler sementara tokoh Leipzig adalah
Kreuger dan H. Vokelt. Asas teori gestalt menurut Wertheimer adalah jumlah, kompleks
(kumpulan beberapa jumlah), struktur, gestalt dan gestalt tersusun. Sementara aliran
Leipzig memiliki pendapat bahwa tiap pribadi sebagai suatu ganzeit hidup (kejiwaan),
pendorong mempersatukan dan merupakan pendorong yang tidak menerima bagian-
bagian, karena segala sesuatu diterima batinnya sebagai suatu kesatuan, kesatuan hidup
jiwa terletak pada perasaan karena dalam perasaan ada seluruh hidup kejiwaan16.
Jasa terbesar teori gestalt ini dalah dalam bidang persepsi dimana ia merupakan
kesadaran bulat yang diperoleh akal (mind) dengan adanya peran latar belakang dan
kemampuan mengorganisir. Disamping itu teori gestalt pun memperkenalkan lima hukum
organisasi, sebagai berikut:
a. Hukum pragnaz, organisasi psikologi cenderung kearah pragnaz; gestalt yang
sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau stabil, dan merupakan
struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak gramatikal dan tidak
lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan tata bahasanya.
Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.
b. Hukum kesamaan, benda yang sama cenderung berkelompok. Maka kata atau suku
kata yang memiliki persamaan akan lebih mudah dipelajari.
c. Hukum proksimiti persepsi selalu menggabungkan benda, peristiwa dan hal-hal yang
berdekatan dalam ruang dan waktu. Kata, frase dan ungkapan yang berdekatan dan
sama akan lebih mudah, lancar dan cepat dipelajari.
d. Hukum penutupan, bidang tertutup (selesai dan terwujud) lebih mudah dan stabil
untuk membentuk gambar dalam persepsi dibanding dengan bidang terbuka. Artinya
persepsi kita selalu cenderung membuat suatu benda yang diamati berwujud dan
bermakna.
e. Hukum kelanjutan baik, adalah salah satu hukum pragnaz dan serupa dengan hukum
penutupan. Hukum ini dikembangkan oleh Wertheimer dimana persepsi-persepsi
selalu melengkapkan bagian-bagian yang hilang.
Dengan adanya pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan
yang benar dan objektif sebelum mencapai pengertian. Karena suatu keseluruhan terdiri
dari unsur-unsur yang memiliki hubungan satu dengan lainnya. Dan oleh karenanya
menurut pandangan Rasyad dikutip oleh Syaiful, rasa kebutuhan harus dimiliki oleh siswa

16
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3, hal. 50-51.
˿

dalam belajar dan pada gilirannya siswa akan memahami hubungan antar bagian sehingga
terjadilah proses sintesis dan analisis17.
Sementara prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Gestalt yaitu belajar berdasarkan
keseluruhan, belajar adalah suatu proses perkembangan, siswa sebagai organisme
keseluruhan, terjadi transfer, belajar adalah reorganisasi pengalaman, belajar dengan
insight, belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
dan belajar berlangsung terus-menerus18.
Demikian juga Ernest Hilgard mengemukakan ada enam ciri belajar pemahaman
sebagaimana dikutif Sagala19, yaitu:
1. Pemahaman sangat ditentukan oleh kamampuan dasar seseorang, dan setiap orang
berbeda kemampuan dasarnya,
2. Pemahaman ditentukan oleh pengalaman belajar sebelumnya yang relevan, karena
pemecahan masalah merupakan penerapan operasi-operasi yang telah dipelajari
sebelumnya,
3. Pemahaman ditentukan oleh adanya situasi, karena insight hanya akan tercapai ketika
segala aspek yang dibutuhkan dapat diamati dengan baik,
4. Pemahaman didahului oleh praktek coba-coba, karena insight hanya akan didapat
hanya ketika usaha telah dilakukan
5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika pada awalnya memiliki kendala dalam
memecahkan satu problem maka pada tahap selanjutnya ketika bertemu masalah yang
sama, akan dengan segera mampu menyelesaikannya
6. Suatu pemahaman bisa dapat dipergunakan memecahkan masalah pada situasi lain.
Diumpamakan dalam mengajarkan membaca. Prinsip yang digunakan adalah
keseluruhan dan keterpaduan baru kemudian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Misal
cerita tentang ibu pergi ke pasar. Dalam bacaan bagian atas bacaan diberikan gambar yang
menjelaskan bahan bacaan. Meski siswa belum bisa membaca namun siswa dengan
melihat gambar bisa memahami makna bacaan secara keseluruhan. Begitu pun dalam
mengajarkan membaca pada tahap lanjut siswa diinstuksikan agar membaca secara
keseluruhan terlebih dahulu. Dengan model ini maka sesungguhnya siswa sudah diajarkan
kaitan-kaitan, bisa menganalisis dan bahkan mensintesis20. Nazdarittat al-Wahdah
barangkali terinspirasi besar oleh aliran psikologi ini dan pada gilirannya siswa akan

17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 49.
18
Widyastuti Akhmadan, Universitas Sriwijaya, Teori Pembelajaran Menurut Aliran Psikologi
Gestalt, diakses dari http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-pembelajaran-menurut-aliran psikolo
gi-gestalt/pdf/14372/, 07 Des 2011.
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 50.
20
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, …. cet. Ke. 3. Hal. 21.
̀

mampu mengaplikasikan suatu teori pada aspek dunia lain dalam kehidupannya yang ril
dan dengannya pembelajaran menjadi penuh makna.

3. Teori Medan dari Lewin


Teori medan (field theory) diperkenalkan oleh Kurt Lewin setelah ia murtad dari
teori gestalt. Ia memiliki perhatian tinggi terhadap motivasi perilaku manusia yang
dianggapnya sebagai tenaga dan erat kaitannya dengan sitem ketegangan psikologi.
Dengan menggunakan konsep ilmu fisika yaitu medan dinamik (dynamic field) bahwa
semua partikel berinterkasi satu dengan lainnya dan setiap partikel dipengaruhi oleh medan
magnetik. Di sini agak kelihatan pengaruh behaviorisme dalam teorinya.
Ia mengembangkan teori ruang penghidupan yang mirip dengan teori gestalt. Yaitu
diri sendiri dan lingkungan perilaku orang itu. Teorinya ini dimasukkan ke dalam golongan
teori kognitif disebabkan oleh peranan diri sendiri (organism) sangat menentukan reaksi
(respons) atas organism individu itu. Menurut Lewin dalam menggapai cita-cita karena
dihadapkan dengan berbagai kekuatan penarik maka sistem ketegangan inilah yang
menjadi dasar perilaku. Akibatnya seseorang akan mencari jalan lain atau mencari tujuan
lain atau bahkan meninggalkan tujuannya baik sementara maupun untuk selamanya.
Konsep penting teori Lewin ini adalah tujuan, pengamatan atau persepsi dan motivasi
untuk mencapai tujuan itu. Dalam teori ruang penghidupan ini pula dimasukan ganjaran
dan hukuman.
Berikut adalah Kutipan dari Kurt Lewin yang berhubungan dengan teori medan
dalam pembelajaran: ―Seorang individu yang sukses biasanya agak menetapkan tujuan
berikutnya tapi tidak terlalu jauh di atas prestasi terakhirnya Dengan cara ini ia terus
menaikkan tingkat aspirasinya.." "Belajar lebih efektif bila aktif bukan proses pasif." "Jika
Anda ingin benar-benar memahami sesuatu, cobalah untuk mengubahnya."21
Guru harus memiliki tujuan jelas ketika mengajar. Dan tentunya guru harus
meilihat dengan jeli apakah siswanya sudah siap secara psikologi dalam mempelajari
sebuah bahasa asing atau bahasa Arab tentunya.

4. Teri Perkembangan Kognitif dari Piaget


Teori perkembangan kognitif atau intelek yang dikembangkan oleh Piaget (1969)
adalah teori pembelajaran yang diungkap olehnya secara implisit. Dan pada kenyataannya
ia belum pernah secara eksplisit memperkenalkan teori pemerolehan (akuisisi/iktisab) dan
pembelajaran bahasa (Sinclair-de-Zwart).
Kecerdasan menurut pandangannya adalah keseimbangan semua fungsi kognitif
bergerak, namun penyeimbangan ini tidak otomatis dan tepat seperti menurut teori gestalt

21
Kurt Lewin, Field Theory, If you want to truly understand something, try to change it, http://wil
derdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.
́

namun merupakan satu "imbuhan" untuk gangguan luar. Suatu operasi tindakan
merupakan satu tindakan yang juga bisa menjadi satu tindakan balik. Jadi menurut piaget,
kajian terhadap peringkat perkembangan kecerdasan pada mulanya merupakan pengkajian
pembentukan struktur operasi-operasi kecerdasan ini. Setiap peringkat merupakan bagian
dari struktur keseluruhan, dapat diintegrasikan pada peringkat lain, dan disiapkan oleh
peringkat sebelumnya. Ada empat peringkat kecerdasan yaitu sebagai beikut:
a. Tahap deria-motor (sensory motor), kecerdasan mempunya struktur didasarkan pada
aksi, gerakan dan pengamatan tanpa bahasa. Misal ada anak usia 12 bulan telah dapat
mengambil benda yang ada ditengah meja dengan menarik taplak meja. Ini merupakan
satu skema, tindakan kecerdasan untuk mencapai satu tujuan22.
b. Tahap praoperasi (2-7 tahun), antara usia 1-2 tahun anak sudah mengalami munculnya
fungsi simbolik, ini merupakan tahapan awal praoperasi. Fungsi simbolik
didefinisikan sebagai kemampuan membedakan antara significant (lambang) dengan
significate (benda yang dilambangkan). Pada tahap deria motor, permainan yang
dilakukan oleh anak-anak baru merupakan latihan gerak saja, sementara pada tahap ini
sudah merupakan permainan simbolik. Ia sudah mampu melakukan 'peniruan yang
ditunda', menata kembali hal-hal yang terjadi di masa lampau, membuat recana, dan
memikirkan benda yang tidak ada pada tempat dan waktu sekarang.
c. Tahapn operasi konkret (7-12) tahun "dalam buku lain 7-11 tahun23", sudah mampu
memahamai kelas dan hubungan yang logis antar benda termasuk nomor-nomor.
Missal anak sudah mampu mengatakan bahwa melati adalah termasuk kelompok
bunga, mengatur benda berdasar sama ukuran dan berat termasuk pengaturan dan
penghitungan nomor-nomor24.

22
Tahapan ini memeiliki enam sub-tahapan, yaitu (1) skema refleks, (0-6 minggu) berhubungan
terutama dengan reflex, (2) reaksi sirkular primer(6 minggu – 4 bulan) berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan, (3) reaksi sirkular sekunder (4-9 bulan) berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan, (4) koordinasi reaksi sirkular sekunder (9-12 bulan), saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek), (5) reaksi sirkular tersier, (12-18 bulan)
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dan (6) awal representasi
simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ perkem
bangan_kognitif, 07 Des 2011.
23
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011, cet. 9
jilid. 1. Hal. 50.
24
Sub tahapan pada tahapan ini adalah; (1) Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, dll, (2) Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.tidak berpandangan animisme (anggapan bahwa
semua benda hidup dan berperasaan), (3) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
̂

d. Tahap operasional formal (>12tahun) "dalam buku lain 11 tahun sampai dewasa25",
sudah mampu berfikir berdasar proposisi atau hipotesis dan tidak lagi benda konkret
yang menajdi objeknya. Ia sudah semakin rumit dalam operasi pemikiran dan
memerlukan peranan bahasa yang lebih besar dalam pembelajaran dan pemahaman.
Misalnya gedung tarbiyah lebih tinggi dari gedung syariah, gedung syariah lebih
tinggi dari gedung saintek. Ia sudah mampu menemukan gedung mana yang paling
tinggi, paling rendah dls.
Keempat tahapan perkembangan kognitif di atas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama.
2.Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif26
Piaget mamaparkan bahawa pemerolehan bahasa tidak terpisahkan dari
perkembangan kognitif secara keseluruhan dan pada intinya merupakan bagian kerangka
fungsi simbolik. Dengan kata lain bahasa bahasa merupakan hasil perkembangan intelek,
secara keseluruhan dan lanjutan perilaku sederhana. Perkembangan kosa kata begitu terjadi
antara 1-2 tahun sebagai hasil peralihan intelek kepada refresentasi akal (mental)27.

suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir
lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. (4) Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya (5) Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila
anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain dan (6)
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka
itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan
kognitif, 07 Des 2011.
25
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik…..hal. 52.
26
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif, 07 Des 2011.
27
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 105-107.
˺˹

Jadi kognitif manusia itu berkembangan dari satu usia ke usia lebih dewasa, dan
semua manusia cenderung memiliki tahap perkembangan berbahasa yang sama dan ini
menjadi bekal bagi guru dalam menentukan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
perkembangan konitif peserta didik.

Implikasi Teori Piaget Terhadap Pendidikan


Teori Piaget sangat berimplikasi besar terhadap pendidikan terutama fokus yang
menekankan pendidikan sesuai dengan tahapan perkembangan (developmentally
appropriate education), baik lingkungan, kurikulum, bahan ajar maupun pengajaran harus
sesuai dengan perkembangan fisik dan kognisi siswa serta kebutuhan sosial dan emosional
mereka. Berikut implikasi utama teori piaget terhadap pengajaran28:
1. Fokus pada pemikiran siswa bukan hanya hasilnya. Bahwa guru harus menilai hasil
namun jangan juga tidak menghiraukan cara mencapai hasil itu, guru juga harus
memberikan penghargaan atas cara siswa dalam menghasilkan suatu hasil
2. Yang terpenting dalam pembelajaran adalah terlibat aktifnya siswa dalam
pembelajaran dengan cara berinteraksi dengan dunia fisik
3. Siswa tidak diajari cara pola berfikir orang dewasa namun ia diajari pola fikir sesuai
dengan pemahaman kognisi siswa secara benar
4. Prinsif menghargai kemajuan yang berbeda antar masing-masing individu, karena
tahap perkembangannya meski sama namun kecepatan masing-masing dalam
mencapainya akan berbeda.
Bagaimanapun guru harus melihat aspek perkembangan kognitif siswa dalam
belajar. Bahwa apa tingkat kebahasaan yang akan dibelajarkan harus sesuai dengan
perkembangan dan usia siswa disamping selalu sadar dan memperhatikan perbedaan
individu siswa dalam perkembangan kognitifnya.

5. Teori Genetik Kognitif dari Chomsky


Chomsky memperkenalkan teori linguistik generative transformasi pada tahun
1957, 1965 dan 1968 dan kini dikenal dengan nama teori genetik kognitif disamping telah
menulis artikel ulasannya mengenai buku Skinner (Verbal Behavior, 1957) dalam
Language (1959). Teorinya ini telah mampu mengubah secara besar-besaran
psikolinguistik yang ada. Teori ini digolongkan sebagai teori kognitif disebabkan karena
telah menekankan pada otak (akal, mental) sebagai landasan pemerolehan dan
pembelajaran bahasa. Secara eksplisit, Chomsky tidak pernah memaparkan teori
pembelajaran dan pemerolehan bahasa namun pandangannya bisa disarikan dari teori yang
diperkenalkannya tersebut. Dalam hal ini nasibnya tidak jauh beda dengan Piaget.

28
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik… hal. 56.
˺˺

Chomsky menentang teori pembiasaan operan dalam pemerolehan bahasa yang


dikemukanan Skinner. Tidak ada manfaat menjelaskan pemerolehan bahasa jika tidak tahu
hakikat bahasa sendiri. Untuk sampai ke situ, harus mengatahui struktur dalam organisme
(manusia), bagaimana cara memperoses masukan informasi dan berbahasa diatur.
Kesemuanya ditentukan oleh struktur awal yang dibawa sejak lahir dan rumit. Proses
perkembangannya diatur berdasar pematangan genetik dan pengalaman.
Teori ini didasarkan atas hipotesis nurani (the innateness hypothesist), bahwa otak
manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Karena telah dilengkapi dengan
struktur bahasa universal (language acquisition device/‫جهاز استيعاب (اكتساب) اللغة‬/LAD).
LAD menerima ucapan, data-data membuat rumus linguistik lalu dinuranikan sebagai
keluaran setelah diolah oleh pusat kemampuan berbahasa (language competence/ ‫كفاءة‬
‫)لغوية‬29. Behaviorisme dianggapnya sebagai tidak memadai dalam menerangkan
pemerolehan bahasa karena masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk
mengembangkan rumus-rumus linguistik.
Teori mengenai struktur bahasa universal (language acquisition device/ ‫جهاز‬
‫استيعاب (اكتساب) اللغة‬/LAD) atau dalam bahasa Fuad sebagai Piranti Pemerolehan Bahasa
digambarkan sebegai berikut, mengutip Dr. Shalah Abd. Majid mengenai pemerolehan
kemampuan berbahasa:

‫مثرات لغوية‬

‫مثرات لغوية‬ ‫مثرات لغوية‬

‫مركز استيعاب اللغة‬

‫الكفاءة اللغوية‬

‫اابتكار واإنتاج اللغوي‬


‫مل وعبارات م يسبق ماعها أوقراءها‬

Dengan LAD tugas anak-anak adalah menentukan masyarakat manakah dari


kalimat yang didengarnya yang akan dimasukan. Dengan semakin banyaknya masukan

29
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing… hal. 15.
˺˻

maka tata bahasa semakin sempurna mengikuti proses pematangan otak. Sehingga antara
usia 3-4 tahun tatabahasa anak akan hampir sama dengan yang dimiliki manusia dewasa.
Dalam rangka memperkuat teorinya, Chomsky mengajukan pertanyaan berikut:
a. Proses pemerolehan bahasa pada anak sama
b. IQ tidak begitu berpengaruh dalam pemerolehan bahasa
c. Motivasi dan emosi anak tidak mempengaruhi pemerolehan bahasa
d. Tata bahasa yang dihasilkan anak-anak bisa dikatakan sama.30
Jadi memang pada dasarnya manusia memiliki alat dari Tuhan yang dkhususkan
baginya agar bisa berbahasa apapun jika diajarkan yang dikenal dengan potensi berbahasa
yang sekaligus membedakan manusia dengan binatang atau hewan atau makhluk lainnya.

Implementasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Kognitivisme dalam pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran materi lainnya
baru menyentuh aspek pendekatan. Artinya kognitif baru menjadi sudut pandang dan
keyakinan pedidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Guru hanya yakin bahwa
keberhasilan pembelajaran akan tercapai manakala siswa faham apa yang dipelajarinya
dan siswa atau peserta didik disadarkan terhadap materi pembelajaran yang sedang
digelutinya. Pembelajaran akan gagal manakala hanya mengandalkan stimulus respon, atau
hanya membeo tanpa memahami makna materi yang dipelajari. Guru harus sadar dan
yakin bahwa yang menjadi awal dalam melakukan pembelajaran bahasa Arab adalah
peserta didik harus merasa bahwa bahasa Arab itu penting sehingga mereka akan sadar
dengan sendirinya mempelajari bahasa Arab dengan giat, ikhlas dan sepenuh hati dalam
rangka mengoptimalkan bakatnya dalam kemampuan berbahasa sebagai struktur awal
manusia dan merupakan anugrah dari Allah Swt.
Dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Arab guru harus memperhatikan
prinsif-prinsif teori kognitif daintaranya pertama, adanya penekanan unsur dalam manusia
berupa kognisi penentu respon dari setiap stimulus; peserta didik harus disadarkan akan
hakikat pembelajaran dan bahasa Arab itu sendiri sehingga ia akan termotivasi untuk giat
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan tanpa paksaan. Kedua, menekankan
keseluruhan dan keterpaduan: dalam membelajarkan bahasa Arab maka harus
menggunakan model pembelajaran nadzriyyah wahdah dimana bahasa Arab merupakan
satu kestuan utuh antara aspek-aspek kebahasaan dan kemahiran kebahasaan, tidak
dipisahkan antara mengajarkan ashwat, mufradat, kaidah, makna, budaya, menyimak,
beribcara, membaca dan menulis akan tetapi semua dipadukan menjadi holistik.
Ketiga, membutuhkan insight, bisa memindahkan benda dari satu fungsi ke fungsi
lainnya, hal itu terjadi manakala peserta didik memahami bukan hanya menghafal dalam
bahasa bloom dikenal dengan aplikasi (C3). Keempat, adanya kesadaran, belajar bukan

30
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 108-109.
˺˼

hanya membeo atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah ―al-babbabghai‖ .
kelima, adanya pragnaz, yang menyatakan bahwa organisasi psikologi cenderung ke arah
pragnaz; gestalt yang sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau
stabil, dan merupakan struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak
gramatikal dan tidak lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan
tata bahasanya. Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.
Pembelajaran bahasa Arab harus menciptakan pemahaman utuh dan global mencakup
berbagai aspek baik intern maupun ekstern bahasa, hal ini membutuhkan guru dengan
wawasan pemikiran kebahasaaraban yang mendalam.
Keenam, harus ada tujuan, pengamatan atau persepsi serta motivasi mencapai
tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan perkembangan kognitif manusia. Artinya
bahwa manusia akan bisa belajar dengan baik manakala ia tahu tujuan belajar yang
dilakukannya, inilah kewajiban guru menjelaskan secara detail dan gamblang mengenai
tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam KTSP ada istilah yang berkembang
―dulu ke kelas membawa buku sekarang guru ke kelas membawa indikator sebagai alat
ukur keberhasilan tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran”. Dan jangan
lupa bahwa yang terpenting harus selalu diingat oleh guru bagian ketujuh, bahwa manusia
mampu berbahasa karena ada struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk
berbahasa. Karena jika tidak ada fithrah berbahasa maka belajar seintensive apapun tidak
akan menuai keberhasilan sebagaimana tatkala kita mengajarkan bahasa kepada hewan
seperi kerbau, anjing, babi dls tidak akan berhasil karena binatang tidak memiliki fitrah
dasar untuk berbicara sebagai anugrah Allah Swt.
Dari pendekatan kognitivisme ini pula guru bisa menentukan strategi, metode,
teknik dan taktik pembelajaran yang memberhasilkan. diantara strategi yang mungkin
dipilih adalah inquiri, berbasis masalah, kontekstual dls. Metode yang mungkin digunakan
adalah diskusi, metode alamiah, metode komunikatif, metode terjemah, metode
sugestopedia dan metode-metode lainnya.

Kesimpulan
Teori kognitif menekankan akan adanya pemerhatian tertinggi dalam pembelajaran
pada aspek kognitif. Teori ini menyatakan bahwa manusia bukan robot yang hanya dengan
menggunakan S-R saja bisa belajar dengan baik. Lebih dari itu manusia mempunyai
kekuatan non-fisik yaitu kognisi yang harus digunakan dalam rangka penciptaan
pembelajaran yang diharapkan.
Tentu banyak yang tidak mendukung teori ini bahkan mungkin ada yang
meragukan kebenarannya, atau bahkan mementahkan teori yang sudah dibangun. Misal
saja Teori Piaget mengenai perkembangan pembelajaran mendapatkan banyak kritik,
terutama setelah ada riset yang mementahkannya. Misalnya Gelman, Nagy, Griffith dll
˺˽

telah menemukan hasil bahwa intinya anak-anak ternyata lebih kompeten daripada yang
dipikirkan piaget, khususnya ketika pengetahuan praktis yang dimilikinya dinilai. Begitu
juga tentang tahap perkembangan, tidak semua anak memiliki perkembangan yang sama.
Meski banyak kekurangan namun tentu ada kelebihan dan bisa jadi menginfirasi
teori-teori tandingannya. Bahkan mungkin teori ini telah mengilhami banyak guru dalam
melakukan pembelajaran. Jika difahami dengan baik dan diterapkan dengan sebenarnya
tentu teori ini akan bermanfaat bagi pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab.
Karakter teori kognitif adalah adanya penekanan unsur dalam manusia berupa
kognisi penentu respon dari setiap stimulus, menekankan keseluruhan dan keterpaduan,
membutuhkan insight, adanya kesadaran, adanya pragnaz, harus ada tujuan, pengamatan
atau persepsi serta motivasi mencapai tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan
perkembangan kognitif manusia, dan bahwa manusia mampu berbahasa karena ada
struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk berbahasa. Banyak metode dan
strategi pembalajaran bahasa yang terilhami oleh teori ini diantaranya: metode kognitif
kode, metode diam, metode pembelajaran akseleratif-sugestif, pendekatan alamiah,
pendekatan komunikatif. Wallâhu A'lam Bi al-Shawâb.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3.

Akhmadan, Widyastuti, Universitas Sriwijaya, Teori Pembelajaran Menurut Aliran


Psikologi Gestalt, diakses dari http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-
pembelajaran-menurut-aliran-psikologi-gestalt/pdf/14372/, 07 Des 2011.

Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1.

Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing (‫العربية‬ ‫)طريقة تعليم اللغة‬,
Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15.

Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional
dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011.

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010,
cet. Ke. 3.

Lewin, Kurt, Field Theory -, If you want to truly understand something, try to change it,
http://wilderdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9.
˺˾

Slavin, Robert E., Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011,
cet. 9 jilid. 1.

Tolman, E, Sign Learning (E. Tolman), dari http://www.instructionaldesign.


org/theories/sign-theory.html, 07 Des 2011.

You might also like