Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Teori Kognitivisme
Implementasi Teori Kognitivisme
Implementasi Teori Kognitivisme
Abstract:
This article aims to explain that Cognitive theories emphasize the existence of an abattoir highest in
the cognitive aspects of learning. This theory states that humans are not robots that just by using the S-R can
only learn well. More than that human beings have a non-physical force that cognition should be used in
order to create the expected learning. In Arabic language learning with the cognitive theory of learning wing
had made an emphasis on the human element in the form of cognitive determinants of response to each
stimulus, the overall emphasis and integration than small parts (unitary theory than the theory branch),
requires insight, an awareness, a pragnaz, there must be a purpose, observations or perceptions and
motivation goals, have stages according to human cognitive development, and that man is able to speak
because the initial structure inborn form fithrah to speak. Many methods and approach to language learning
is inspired by the theory include: cognitive code method, the method of silence, suggestive-accelerative
learning methods, the natural approach, the communicative approach.
ملخص البحث
هذ ال ظرية.هذ الدراسة هدف إ وصف أن ال ظريات امعرفية تؤكد وجود مسلخ أعلى ي اجوانب امعرفية للتعلم
وأكثر البشر لديهم قوة. أي ا يكتسب العلوم بشكل جيد فقط هاSR ت ص على أن البشر ليسوا جرد الروبوتات باستخدام
وي تعلم اللغة العربية مع ال ظرية امعرفية للتعلم.غر امادية الي جب استخدامها من أجل اإدراك إنشاء التعلم امتوقعة
والتكيز بصورة عامة،اج اح ابد أن يكون التكيز على الع صر البشري ي شكل احددات امعرفية لاستجابة لكل التحفيز
، )pragnanz( و اجميع الكامل، وعيا، يتطلب التبصر،)واختيار التكامل من أجزاء صغرة (نظرية وحدة من نظرية فروع
وأن، وفقا لديها مراحل تطور امعري لدي اإنسان،وجب أن يكون ه اك غرض أو ماحظات أو تصورات وأهداف التحفيز
وه اك عديد من اأساليب.اإنسان قادر على الكام أن ي الفطرة اأو لدي اإنسان ب ية ال موذج اخلق ي الكام
طريقة التدريس اموحية، طريقة الصمت، طريقة امعري الرمزي: والطرق لتعلم اللغة من خال هذ ال ظرية وه ما تل
. وامدخل التواصل، وامدخل الطبيع،اموسعة
Pendahuluan
Usaha keras untuk "membelajarkan" dan mendidik sudah ada sejak masa lampau,
karena belajar dan pembelajaran merupakan hakikat yang tidak bisa tidak dilakukan oleh
manusia. Setiap manusia butuh belajar, setiap manusia sadar akan pentingnya
pembelajaran, bahkan Allah Swt. dalam al-Qur'an tidak pernah mengungkapkan adanya
perintah belajar secara eksplisit kecuali dengan kata-kata ta'qilûn, ta'lamûn, tatafakkarûn,
iqara' dll. Kenapa itu terjadi, ahli bahasa Arab Qur'ani, Prof. Dr. D. Hidayat, MA, pada
suatu kesempatan pernah menyimpulkan bahwa karena mencari ilmu itu sudah dianggap
kebutuhan. Tidak diperintah pun pasti manusia akan berusaha mencarinya.
˺
Banyak pendapat ahli terkait dengan pembelajaran. Pada gilirannya dari sekian ahli
maka terbentuklah berbagai teori yang secara sepintas memang satu dan yang lainnya
bertentangan. Namun dari itu, itulah hakikat dari suatu teori, yang tidak abadi, jika ada
teori baru yang membuktikan kesalahan teori lama maka yang lama serta merta akan
ditinggalkan. Namun dengan segala perbedaan dari teori itu paling tidak ada beberapa hal
yang bisa dipetik; pertama, kelahiran teori baru pasti diilhami oleh keberadaan teori lama,
karena di dunia hakikat sebetulnya tidak ada yang baru. Kedua, bahwa teori baru dan teori
lama memiliki misi yang sama agar kegiatan pembelajaran berhasil atau mampu mencapai
target dengan seefektif dan seefesien mungkin.
Jika teori behaviorisme, yang menekankan pada molekul atau bagian-bagian kecil,
dan adanya "trial and error" serta menekankan adnya S-R. Maka pada makalah sederhana
ini akan dibahas mengenai teori kognitif sebagai perkembangan lanjut pemikiran teori
behaviorisme. Tentunya pembahasan ini akan sangat menarik, karena akan ditemukan
letak perbedaan dengan teori sebelumnya dan tentunya rahasia apa yang menyebabkan
penolakan keras terhadap teori sebelumnya akan dibahas pada kajian ini. Tentunya sangat
diharapkan banyak kritik dan saran yang membangun. Semakin banyak kritik dan saran
yang membangun akan semakin memperluas cakrawala untuk menggali lebih mendalam
khususnya mengenai kajian ini.
Pembahasan
Behaviorisme menganggap bahwa manusia lahir putih bersih bagaikan kertas yang
belum ditulis, yang menulisnya adalah alam; belajar adalah segalanya karena bahan baku
tidak begitu penting karena yang penting adalah proses. Sementara kognitif menganggap
manusia lahir sudah punya potensi, alam tidak begitu berpengaruh; proses tidak begitu
penting, karena modal dasarlah yang menentukan semuanya (Prof. Dr. Moch. Matsna,
MA). Teori-teori kognitif pada awlanya muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap
teori S-R, stimulus respon. Dengan ini maka digabungkanlah teori S-R ini dengan teori
Gestalt dari Tolman dan teman-temannya. Bagi teori ini bahwa yang dipandang utama
pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons1. Intinya, teori
kognitif adalah teori yang mengkaji bagaimana suatu persepsi bisa mempengaruhi perilaku
dan bagaimana pengalaman bisa mempengaruhi persepsi. Jadi hubungannya adalah
pengalaman – persepsi –perilaku. Dimana teori ini mengkaji proses akal dan mental pada
waktu proses. Dalam bukunya, Abdul Khaer menyebutkan lima teori yang tergolong pada
teori kognitif. Kelima teori tersebut yaitu Teori Behaviorisme dari Tolman, Medan Gestal
dari Wertheimer, Medan dari Lewin, Perkembangan Kognitif dari Piaget dan Teori
Genetik Kognitif dari Chomsky. Meskipun dalam bukunya Ibrahim dan Nana Syaodih
mengungkapkan tiga rumpun psikologi kognitas gestal yaitu psikologi gestalt, kognitif dan
1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9. Hal. 45
˻
medan2. Dan dalam buku Effendi dan Aziz dan Erta menyebutkan ada dua tokoh
psikolinguistik pengikut aliran kognitif yaitu Noam Chomsky dan James Deez, sementara
pelopor aliran kognitifnya sendiri adalah Auserber dan Carrol3.
Ada beberapa hipotesis teori kognitif, pertama bahwa manusia memiliki
kemampuan bawaan atau disebut dengan alat pemerolehan bahasa. Kedua, pembelajaran
bahasa tidak hanya dilakukan dengan pembiasaan namun juga dengan penuh kesadaran
dan bermakna, sekaligus penting sadar tata bahasa. Ketiga, siswa belajar dengan sumber-
sumber kecakapan dirinya (struktur kognitif, pengalaman, emosi dan pengalaman tentang
dunia)4. Berikut adalah beberapa teori yang dianggap masuk ke dalam golongan teori
kognitifisme:
2
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010, cet. Ke.
3. Hal. 20-23.
3
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan
Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011, hal. 32. Dan Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran
Bahasa Asing (العربية )طريقة تعليم اللغة, Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15.
4
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, … hal. 31.
5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1. hal. 96-98.
˼
6
E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman), dari http://www.instructionaldesign.org/theories/sign-
theory.html, 07 Des 2011.
7
E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman)
8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 45
9
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, …. Hal. 96.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46
˽
belajar Thorndike yang hanya menganggap bahwa belajar adalah proses trial and error
atau hanya drill semata tanpa adanya pemahaman atau pengertian11. Kata gestalt sendiri
berasal dari bahasa Jerman dan maknanya adalah "whole configuration" atau bentuk utuh,
pola, kesatuan dan keseluruhan yang maknanya keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian12. Pikiran akan selalu mengamati benda secara keseluruhan terlebih dahulu pada
tahap kemudian barulah melihat bagian-bagian benda tersebut, bukan kebalikannya13.
Jika teori S-R mengkaji unit-unit kecil maka teori ini sebaliknya yaitu keseluruhan
perilaku dan lebih abstrak. Disamping itu, teori ini mempunyai kecenderungan
menggunakan intuisi dalam rangka menerangkan hakikat pembelajaran dan membicarakan
proses-proses tersembunyi pada waktu belajar. Yaitu proses mental yang tidak dapat
diamati. Kognitif membicarakan tentang persepsi, pengertian dalam (dalam otak) dan
proses mental lainnya yang tidak diulang dan diukur serta diobservasi langsung. Jika
psikologi behaviorisme bersifat molekuler (menekankan unsur-unsur) sementara kognitif
bersifat molar (terpadu)14.
Teori gestalt ini muncul atas kritikan terhadap prinsip-prinsip trial and error
Throndike, yang sama sekali menghilangkan prinsif kesadaran dalam teori
pembelajarannya. Ini dianggap sebagai kesalahan dunia –menurutnya- sebagai sesuatu
suatu keseluruhan dan di dalamnya ada struktur dalam. Koffka menambahkan, adanya
kesadaran pada tiap-tiap persepsi dan pembelajaran hanya dapat dijelaskan oleh yang
terlibat belajar bukan guru sebagi pelaku eksperimen. Dan Koffka pun menjelaskan bahwa
otak manusia saat dilahirkan belum lengkap secara fisik dan belum matang untuk
digunakan, dan pada gilirannya pembelajaranlah yang mematangkan otak tersebut.
Bahkan Kohler (1929) pun membuktikan bahwa binatang sekalipun memiliki
insight (pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian dalam suatu situasi permasalahan15) apalagi manusia. Jadi sangat salah jika dalam
diri manusia tidak ada unsur kesadaran. Ia meneliti simpanse yang bernama Sultan dan
ternyata simpanse bisa mengambil pisang yang ada dikeranjang di atasnya, dengan cara
mengambil tali yang mengunci keberadaan keranjang. Hanya dengan mengambil tali
sultan tidak harus memanjat tinggi-tinggi untuk mendapatkan pisang tersebut. Akhirnya
keranjang dan pisang terjatuh dan ia bisa memakan pisang kesukaannya. Apa yang
dilakukan Sultan bukan kebetulan sebagaimana yang dikatakan Thorndike. Begitu juga
penelitian yang membuktikan bahwa simpanse dapat mengambil buah yang tinggi dengan
menggunakan tongkat untuk loncat. Kohler menyatakan bahwa yang terpenting dalam
11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46.
12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 47
13
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 98.
14
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal. 46.
15
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal 47.
˾
insight adalah bisa memindahkan benda dari satu fungsi ke fungsi lainnya. inilah
pentingnya insight dalam pembelajaran. Disamping perlu pengalaman, diperlukan juga
kemampupuan melihat keseluruhan berbagai hal yang dihadapi.
Aliran ilmu jiwa gestalt sebetulnya terbagi menjadi dua yaitu Aliran Berlin dan
Leipzig. Tokoh Berlin Wertheimer, Koffka dan W. Kohler sementara tokoh Leipzig adalah
Kreuger dan H. Vokelt. Asas teori gestalt menurut Wertheimer adalah jumlah, kompleks
(kumpulan beberapa jumlah), struktur, gestalt dan gestalt tersusun. Sementara aliran
Leipzig memiliki pendapat bahwa tiap pribadi sebagai suatu ganzeit hidup (kejiwaan),
pendorong mempersatukan dan merupakan pendorong yang tidak menerima bagian-
bagian, karena segala sesuatu diterima batinnya sebagai suatu kesatuan, kesatuan hidup
jiwa terletak pada perasaan karena dalam perasaan ada seluruh hidup kejiwaan16.
Jasa terbesar teori gestalt ini dalah dalam bidang persepsi dimana ia merupakan
kesadaran bulat yang diperoleh akal (mind) dengan adanya peran latar belakang dan
kemampuan mengorganisir. Disamping itu teori gestalt pun memperkenalkan lima hukum
organisasi, sebagai berikut:
a. Hukum pragnaz, organisasi psikologi cenderung kearah pragnaz; gestalt yang
sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau stabil, dan merupakan
struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak gramatikal dan tidak
lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan tata bahasanya.
Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.
b. Hukum kesamaan, benda yang sama cenderung berkelompok. Maka kata atau suku
kata yang memiliki persamaan akan lebih mudah dipelajari.
c. Hukum proksimiti persepsi selalu menggabungkan benda, peristiwa dan hal-hal yang
berdekatan dalam ruang dan waktu. Kata, frase dan ungkapan yang berdekatan dan
sama akan lebih mudah, lancar dan cepat dipelajari.
d. Hukum penutupan, bidang tertutup (selesai dan terwujud) lebih mudah dan stabil
untuk membentuk gambar dalam persepsi dibanding dengan bidang terbuka. Artinya
persepsi kita selalu cenderung membuat suatu benda yang diamati berwujud dan
bermakna.
e. Hukum kelanjutan baik, adalah salah satu hukum pragnaz dan serupa dengan hukum
penutupan. Hukum ini dikembangkan oleh Wertheimer dimana persepsi-persepsi
selalu melengkapkan bagian-bagian yang hilang.
Dengan adanya pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan
yang benar dan objektif sebelum mencapai pengertian. Karena suatu keseluruhan terdiri
dari unsur-unsur yang memiliki hubungan satu dengan lainnya. Dan oleh karenanya
menurut pandangan Rasyad dikutip oleh Syaiful, rasa kebutuhan harus dimiliki oleh siswa
16
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3, hal. 50-51.
˿
dalam belajar dan pada gilirannya siswa akan memahami hubungan antar bagian sehingga
terjadilah proses sintesis dan analisis17.
Sementara prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Gestalt yaitu belajar berdasarkan
keseluruhan, belajar adalah suatu proses perkembangan, siswa sebagai organisme
keseluruhan, terjadi transfer, belajar adalah reorganisasi pengalaman, belajar dengan
insight, belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
dan belajar berlangsung terus-menerus18.
Demikian juga Ernest Hilgard mengemukakan ada enam ciri belajar pemahaman
sebagaimana dikutif Sagala19, yaitu:
1. Pemahaman sangat ditentukan oleh kamampuan dasar seseorang, dan setiap orang
berbeda kemampuan dasarnya,
2. Pemahaman ditentukan oleh pengalaman belajar sebelumnya yang relevan, karena
pemecahan masalah merupakan penerapan operasi-operasi yang telah dipelajari
sebelumnya,
3. Pemahaman ditentukan oleh adanya situasi, karena insight hanya akan tercapai ketika
segala aspek yang dibutuhkan dapat diamati dengan baik,
4. Pemahaman didahului oleh praktek coba-coba, karena insight hanya akan didapat
hanya ketika usaha telah dilakukan
5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika pada awalnya memiliki kendala dalam
memecahkan satu problem maka pada tahap selanjutnya ketika bertemu masalah yang
sama, akan dengan segera mampu menyelesaikannya
6. Suatu pemahaman bisa dapat dipergunakan memecahkan masalah pada situasi lain.
Diumpamakan dalam mengajarkan membaca. Prinsip yang digunakan adalah
keseluruhan dan keterpaduan baru kemudian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Misal
cerita tentang ibu pergi ke pasar. Dalam bacaan bagian atas bacaan diberikan gambar yang
menjelaskan bahan bacaan. Meski siswa belum bisa membaca namun siswa dengan
melihat gambar bisa memahami makna bacaan secara keseluruhan. Begitu pun dalam
mengajarkan membaca pada tahap lanjut siswa diinstuksikan agar membaca secara
keseluruhan terlebih dahulu. Dengan model ini maka sesungguhnya siswa sudah diajarkan
kaitan-kaitan, bisa menganalisis dan bahkan mensintesis20. Nazdarittat al-Wahdah
barangkali terinspirasi besar oleh aliran psikologi ini dan pada gilirannya siswa akan
17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 49.
18
Widyastuti Akhmadan, Universitas Sriwijaya, Teori Pembelajaran Menurut Aliran Psikologi
Gestalt, diakses dari http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-pembelajaran-menurut-aliran psikolo
gi-gestalt/pdf/14372/, 07 Des 2011.
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 50.
20
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, …. cet. Ke. 3. Hal. 21.
̀
mampu mengaplikasikan suatu teori pada aspek dunia lain dalam kehidupannya yang ril
dan dengannya pembelajaran menjadi penuh makna.
21
Kurt Lewin, Field Theory, If you want to truly understand something, try to change it, http://wil
derdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.
́
namun merupakan satu "imbuhan" untuk gangguan luar. Suatu operasi tindakan
merupakan satu tindakan yang juga bisa menjadi satu tindakan balik. Jadi menurut piaget,
kajian terhadap peringkat perkembangan kecerdasan pada mulanya merupakan pengkajian
pembentukan struktur operasi-operasi kecerdasan ini. Setiap peringkat merupakan bagian
dari struktur keseluruhan, dapat diintegrasikan pada peringkat lain, dan disiapkan oleh
peringkat sebelumnya. Ada empat peringkat kecerdasan yaitu sebagai beikut:
a. Tahap deria-motor (sensory motor), kecerdasan mempunya struktur didasarkan pada
aksi, gerakan dan pengamatan tanpa bahasa. Misal ada anak usia 12 bulan telah dapat
mengambil benda yang ada ditengah meja dengan menarik taplak meja. Ini merupakan
satu skema, tindakan kecerdasan untuk mencapai satu tujuan22.
b. Tahap praoperasi (2-7 tahun), antara usia 1-2 tahun anak sudah mengalami munculnya
fungsi simbolik, ini merupakan tahapan awal praoperasi. Fungsi simbolik
didefinisikan sebagai kemampuan membedakan antara significant (lambang) dengan
significate (benda yang dilambangkan). Pada tahap deria motor, permainan yang
dilakukan oleh anak-anak baru merupakan latihan gerak saja, sementara pada tahap ini
sudah merupakan permainan simbolik. Ia sudah mampu melakukan 'peniruan yang
ditunda', menata kembali hal-hal yang terjadi di masa lampau, membuat recana, dan
memikirkan benda yang tidak ada pada tempat dan waktu sekarang.
c. Tahapn operasi konkret (7-12) tahun "dalam buku lain 7-11 tahun23", sudah mampu
memahamai kelas dan hubungan yang logis antar benda termasuk nomor-nomor.
Missal anak sudah mampu mengatakan bahwa melati adalah termasuk kelompok
bunga, mengatur benda berdasar sama ukuran dan berat termasuk pengaturan dan
penghitungan nomor-nomor24.
22
Tahapan ini memeiliki enam sub-tahapan, yaitu (1) skema refleks, (0-6 minggu) berhubungan
terutama dengan reflex, (2) reaksi sirkular primer(6 minggu – 4 bulan) berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan, (3) reaksi sirkular sekunder (4-9 bulan) berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan, (4) koordinasi reaksi sirkular sekunder (9-12 bulan), saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek), (5) reaksi sirkular tersier, (12-18 bulan)
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dan (6) awal representasi
simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ perkem
bangan_kognitif, 07 Des 2011.
23
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011, cet. 9
jilid. 1. Hal. 50.
24
Sub tahapan pada tahapan ini adalah; (1) Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, dll, (2) Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.tidak berpandangan animisme (anggapan bahwa
semua benda hidup dan berperasaan), (3) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
̂
d. Tahap operasional formal (>12tahun) "dalam buku lain 11 tahun sampai dewasa25",
sudah mampu berfikir berdasar proposisi atau hipotesis dan tidak lagi benda konkret
yang menajdi objeknya. Ia sudah semakin rumit dalam operasi pemikiran dan
memerlukan peranan bahasa yang lebih besar dalam pembelajaran dan pemahaman.
Misalnya gedung tarbiyah lebih tinggi dari gedung syariah, gedung syariah lebih
tinggi dari gedung saintek. Ia sudah mampu menemukan gedung mana yang paling
tinggi, paling rendah dls.
Keempat tahapan perkembangan kognitif di atas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama.
2.Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif26
Piaget mamaparkan bahawa pemerolehan bahasa tidak terpisahkan dari
perkembangan kognitif secara keseluruhan dan pada intinya merupakan bagian kerangka
fungsi simbolik. Dengan kata lain bahasa bahasa merupakan hasil perkembangan intelek,
secara keseluruhan dan lanjutan perilaku sederhana. Perkembangan kosa kata begitu terjadi
antara 1-2 tahun sebagai hasil peralihan intelek kepada refresentasi akal (mental)27.
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir
lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. (4) Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya (5) Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila
anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain dan (6)
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka
itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan
kognitif, 07 Des 2011.
25
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik…..hal. 52.
26
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif, 07 Des 2011.
27
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 105-107.
˺˹
Jadi kognitif manusia itu berkembangan dari satu usia ke usia lebih dewasa, dan
semua manusia cenderung memiliki tahap perkembangan berbahasa yang sama dan ini
menjadi bekal bagi guru dalam menentukan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
perkembangan konitif peserta didik.
28
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik… hal. 56.
˺˺
مثرات لغوية
الكفاءة اللغوية
29
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing… hal. 15.
˺˻
maka tata bahasa semakin sempurna mengikuti proses pematangan otak. Sehingga antara
usia 3-4 tahun tatabahasa anak akan hampir sama dengan yang dimiliki manusia dewasa.
Dalam rangka memperkuat teorinya, Chomsky mengajukan pertanyaan berikut:
a. Proses pemerolehan bahasa pada anak sama
b. IQ tidak begitu berpengaruh dalam pemerolehan bahasa
c. Motivasi dan emosi anak tidak mempengaruhi pemerolehan bahasa
d. Tata bahasa yang dihasilkan anak-anak bisa dikatakan sama.30
Jadi memang pada dasarnya manusia memiliki alat dari Tuhan yang dkhususkan
baginya agar bisa berbahasa apapun jika diajarkan yang dikenal dengan potensi berbahasa
yang sekaligus membedakan manusia dengan binatang atau hewan atau makhluk lainnya.
30
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 108-109.
˺˼
hanya membeo atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah ―al-babbabghai‖ .
kelima, adanya pragnaz, yang menyatakan bahwa organisasi psikologi cenderung ke arah
pragnaz; gestalt yang sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau
stabil, dan merupakan struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak
gramatikal dan tidak lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan
tata bahasanya. Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.
Pembelajaran bahasa Arab harus menciptakan pemahaman utuh dan global mencakup
berbagai aspek baik intern maupun ekstern bahasa, hal ini membutuhkan guru dengan
wawasan pemikiran kebahasaaraban yang mendalam.
Keenam, harus ada tujuan, pengamatan atau persepsi serta motivasi mencapai
tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan perkembangan kognitif manusia. Artinya
bahwa manusia akan bisa belajar dengan baik manakala ia tahu tujuan belajar yang
dilakukannya, inilah kewajiban guru menjelaskan secara detail dan gamblang mengenai
tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam KTSP ada istilah yang berkembang
―dulu ke kelas membawa buku sekarang guru ke kelas membawa indikator sebagai alat
ukur keberhasilan tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran”. Dan jangan
lupa bahwa yang terpenting harus selalu diingat oleh guru bagian ketujuh, bahwa manusia
mampu berbahasa karena ada struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk
berbahasa. Karena jika tidak ada fithrah berbahasa maka belajar seintensive apapun tidak
akan menuai keberhasilan sebagaimana tatkala kita mengajarkan bahasa kepada hewan
seperi kerbau, anjing, babi dls tidak akan berhasil karena binatang tidak memiliki fitrah
dasar untuk berbicara sebagai anugrah Allah Swt.
Dari pendekatan kognitivisme ini pula guru bisa menentukan strategi, metode,
teknik dan taktik pembelajaran yang memberhasilkan. diantara strategi yang mungkin
dipilih adalah inquiri, berbasis masalah, kontekstual dls. Metode yang mungkin digunakan
adalah diskusi, metode alamiah, metode komunikatif, metode terjemah, metode
sugestopedia dan metode-metode lainnya.
Kesimpulan
Teori kognitif menekankan akan adanya pemerhatian tertinggi dalam pembelajaran
pada aspek kognitif. Teori ini menyatakan bahwa manusia bukan robot yang hanya dengan
menggunakan S-R saja bisa belajar dengan baik. Lebih dari itu manusia mempunyai
kekuatan non-fisik yaitu kognisi yang harus digunakan dalam rangka penciptaan
pembelajaran yang diharapkan.
Tentu banyak yang tidak mendukung teori ini bahkan mungkin ada yang
meragukan kebenarannya, atau bahkan mementahkan teori yang sudah dibangun. Misal
saja Teori Piaget mengenai perkembangan pembelajaran mendapatkan banyak kritik,
terutama setelah ada riset yang mementahkannya. Misalnya Gelman, Nagy, Griffith dll
˺˽
telah menemukan hasil bahwa intinya anak-anak ternyata lebih kompeten daripada yang
dipikirkan piaget, khususnya ketika pengetahuan praktis yang dimilikinya dinilai. Begitu
juga tentang tahap perkembangan, tidak semua anak memiliki perkembangan yang sama.
Meski banyak kekurangan namun tentu ada kelebihan dan bisa jadi menginfirasi
teori-teori tandingannya. Bahkan mungkin teori ini telah mengilhami banyak guru dalam
melakukan pembelajaran. Jika difahami dengan baik dan diterapkan dengan sebenarnya
tentu teori ini akan bermanfaat bagi pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab.
Karakter teori kognitif adalah adanya penekanan unsur dalam manusia berupa
kognisi penentu respon dari setiap stimulus, menekankan keseluruhan dan keterpaduan,
membutuhkan insight, adanya kesadaran, adanya pragnaz, harus ada tujuan, pengamatan
atau persepsi serta motivasi mencapai tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan
perkembangan kognitif manusia, dan bahwa manusia mampu berbahasa karena ada
struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk berbahasa. Banyak metode dan
strategi pembalajaran bahasa yang terilhami oleh teori ini diantaranya: metode kognitif
kode, metode diam, metode pembelajaran akseleratif-sugestif, pendekatan alamiah,
pendekatan komunikatif. Wallâhu A'lam Bi al-Shawâb.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3.
Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1.
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing (العربية )طريقة تعليم اللغة,
Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional
dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011.
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010,
cet. Ke. 3.
Lewin, Kurt, Field Theory -, If you want to truly understand something, try to change it,
http://wilderdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9.
˺˾
Slavin, Robert E., Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011,
cet. 9 jilid. 1.