1655-Article Text-3964-1-10-20230211

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Journal on Education

Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, pp. 8640-8651


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam


Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami

Andi Fadhilah Natsir1, Ariesthina Laelah2


1,2.
Universitas Muslim Indonesia, Jl. Urip Sumoharjo No.km.5, Panaikang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan
andifadhilahnatsir@umi.ac.id

Abstract
This research explores the use of Islamic religious teaching in an effort to shape the Islamic personality of
Muslim students. The research used is qualitative research. The research methodology uses multidisciplinary
methods from various fields, including management, pedagogy, sociology, and psychology. Islamic Education
instructors are the main data source for this study. The study also used theories on learning methodology, school
profiles, Islamic religious education and Muslim personality development as secondary data sources.
Observation, interview and documentation were used as data collection methods. The stages of data reduction,
data display, and conclusion drawing were used in the data analysis technique. According to the research
findings, two learning strategies - direct learning and indirect learning - are used by Islamic religious education
to help students develop their Muslim personality. The supporting variables of Islamic Religious Education
teachers' strategies in developing students' Muslim personality in terms of Islamic Religious Education learning
include: 1) School policy, 2) Teacher collaboration, and 3) Family and community context. The limiting
elements are: 1) Students' ignorance about behaviors that show Muslim mentality; 2) Family and community
environment. Family and community environment. In order to have a positive impact on students' religious
behavior, discipline, and respect for others, the results of the Application of Islamic Education Teacher
Strategies in Islamic Education Learning still require improvement and special attention in terms of developing
disciplinary behavior.
Keywords: Learning, Muslim Personality; Islamic Education; Students

Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan pengajaran agama Islam dalam upaya membentuk kepribadian Islam
siswa Muslim. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Metodologi penelitian menggunakan
metode multidisipliner dari berbagai bidang, termasuk manajemen, pedagogi, sosiologi, dan psikologi. Penyuluh
Pendidikan Agama Islam adalah sumber data utama untuk penelitian ini. Studi ini juga menggunakan teori-teori
tentang metodologi pembelajaran, profil sekolah, pendidikan agama Islam, serta pengembangan pribadi Muslim
sebagai sumber data sekunder. Observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan sebagai metode
pengumpulan data. Tahapan reduksi data, display data, dan penyusunan kesimpulan digunakan dalam teknik
analisis data. Temuan penelitian menunjukkan dua strategi yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak
langsung digunakan oleh pendidikan agama Islam untuk membantu siswa mengembangkan kepribadian
muslimnya. Adapun variabel pendukung strategi pengajar Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan
kepribadian muslim siswa dalam hal pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi: 1) Kebijakan sekolah, 2)
Kolaborasi guru, dan 3) Konteks keluarga dan masyarakat. Unsur-unsur pembatasnya adalah: 1) Ketidaktahuan
siswa tentang perilaku yang menunjukkan mentalitas muslim; 2) Lingkungan keluarga dan masyarakat. Agar
dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku keagamaan, kedisiplinan, dan penghargaan siswa terhadap
orang lain, maka hasil Penerapan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam masih memerlukan perbaikan serta perhatian khusus dalam hal pengembangan perilaku disiplin.
Kata kunci: Pembelajaran, Kepribadian Muslim; Pendidikan Islam; Peserta didik

Copyright (c) 2023 Andi Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah


🖂 Corresponding author: Andi Fadhilah Natsir
Email Address: andifadhilahnatsir@umi.ac.id (Jl. Urip Sumoharjo No.km.5, Panaikang, Kec. Panakkukang,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan)
Received 03 February 2023, Accepted 10 February 2023, Published 11 February 2023
8641 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membantu peserta didik mencapai potensi dirinya
sebagai manusia Indonesia seutuhnya, yang meliputi pengembangan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan dan keterampilan, akhlak mulia, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap, kecerdasan, kreativitas, kemandirian, serta rasa tanggung jawab
(Undang-undang No. Tahun 2003).
Pendidikan Agama Islam, atau ikhtiyariyah, adalah proses yang menumbuhkan, memelihara,
dan memperkuat prinsip-prinsip agama yang pada akhirnya berfungsi sebagai landasan mental-
spiritual orang-orang yang sikap dan perilakunya ditunjukkan sesuai dengan hukum agama mereka.
Motivator inti di balik tindakan seseorang adalah individu total, yang mengekspresikan dirinya
melalui perilaku lahiriah dan spiritual. Ini adalah nilai-nilai iman seseorang Arifin, (H. M. 2000).
Pendidikan Islam juga mengembangkan kepekaan siswa sehingga mereka memiliki
pemahaman yang kuat tentang cita-cita etika dan spiritual Islam sebagai inti dari sikap dan perilaku
mereka. Selain keingintahuan intelektual dan keuntungan finansial, mereka diajarkan untuk mengejar
informasi untuk memperbaiki diri mereka sendiri sebagai makhluk yang logis dan religius yang akan
memastikan kedamaian fisik, budi pekerti, kesempurnaan keluarga, masyarakat, maupun seluruh umat
manusia. Sudut pandang tersebut dihasilkan dari keyakinan yang kuat kepada sang pencipta
(Mudhafir, F. 2000).
Sudah diduga secara luas bahwa setiap lembaga pendidikan akan memberikan dampak
terhadap perkembangan keagamaan anak dalam upaya pembentukan perilaku keagamaan terhadap
anak didik. Namun demikian, sejauh mana pengaruh yang dimaksud sangat tergantung pada beberapa
unsur yang dapat mendorong anak untuk memahami prinsip-prinsip agama. karena pendidikan agama
secara sederhana mengajarkan nilai-nilai keislaman. Oleh sebab itu, pembelajaran pendidikan agama
lebih berfokus pada pengajaran kepada siswa bagaimana mengembangkan perilaku yang sesuai
dengan ajaran agama (Jalaluddin, 2016).
Karakteristik pembelajaran pendidikan agama islam yang ditawarkan di sekolah-sekolah
memiliki dampak besar terhadap bagaimana jiwa keagamaan dan perilaku keagamaan terbentuk di
lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan formal (sekolah). Hal ini karena disebabkan
dalam pandangan Islam, sekolah berperan sebagai wahana perwujudan pendidikan yang berlandaskan
pemikiran, aqidah, dan syariah dalam upaya mengagungkan Allah dan menegakkan tauhid agar
manusia tidak menyimpang dari fitrahnya Erzah, N. (2022). Dalam hal ini, fokus khusus harus
ditempatkan pada pendidikan melalui sistem pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan
mentalitas Muslim yang saleh. Hal ini disebabkan oleh kurikulum yang teratur dan bertingkat serta
kriteria yang eksplisit dan kaku yang mengatur pengajaran sekolah. Hal ini mendorong
pengembangan program pendidikan Islam yang lebih toleran (Ondeng, S. (2004).
Guru harus menyesuaikan taktik pembelajaran mereka dengan lingkungan dan iklim kelas,
dan mereka pasti harus menggunakan berbagai macam strategi yang lebih luas. Setiap pendekatan
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8642

pembelajaran memiliki manfaat dan kekurangan. Seorang guru harus mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif yang memenuhi tuntutan siswa untuk mencegah kegiatan belajar yang
membosankan bagi siswa.
Berdasarkan fenomena ini, penulis percaya bahwa sangat penting untuk melakukan penelitian
untuk menentukan metode yang digunakan instruktur pendidikan Islam untuk memberikan hasil yang
konsisten, terutama dalam hal mengembangkan siswa yang memiliki prinsip dan pemahaman Islam.
Peneliti juga akan fokus melihat metode pengajaran yang digunakan oleh para pengajar untuk
menanamkan Pendidikan Agama Islam sebagai fondasi utama untuk mengembangkan murid yang
berkepribadian Muslim.

METODE
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati Basrowi & Suwandi. (2008). Strategi interdisipliner diterapkan dalam penelitian ini,
menggabungkan perspektif manajemen, pedagogis, sosiologis, dan psikologis. Data primer dan data
sekunder adalah dua (dua) jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Guru Pendidikan
Agama Islam adalah informan yang memberikan data primer untuk penelitian ini. Sedangkan data
Sekunder merupakan data dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah ada serta hasil penelitian
sebelumnya.

HASIL DAN DISKUSI


Strategi Pembelajaran
Secara umum, strategi adalah rencana yang membimbing pelaksanaan tindakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi dapat dipahami sebagai pola dasar kegiatan antara guru dan
siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika
dikaitkan dengan pembelajaran atau belajar mengajar. Ngalimun., Fauzani, M. & Salabi, A. (2018).
Kemudian J.R. David (Sanjaya., W 2008) Strategi pembelajaran adalah suatu rencana dengan
sejumlah tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendekatan
pembelajaran kemudian dapat dibagi menjadi dua kategori: umum dan khusus. Definisi pembelajaran
secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sedemikian rupa sehingga tingkah
laku peserta didik menjadi lebih baik. Namun demikian, pembelajaran secara khusus adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara tidak sengaja dan tidak disadari. Oleh karena itu, pembelajaran, yang
merupakan proses perubahan perilaku yang umumnya berkelanjutan yang disebabkan oleh
pengalaman atau pengajaran, harus mencakup tujuan pembelajaran. (Mastuhu, 2004).
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
8643 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran adalah bagian unik dari pendidikan dan
merupakan proses yang melaluinya lingkungan seseorang secara sadar dikendalikan untuk
memungkinkannya terlibat dalam tindakan tertentu dalam keadaan tertentu atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu Sagala, S. (2017). Penggunaan kurikulum harus diimplementasikan agar
pembelajaran dapat berlangsung, dan ini berarti bahwa guru harus merancang dan mempromosikan
kegiatan peserta didik yang sesuai dengan kegiatan dan waktu yang direncanakan (Mulyasa, E. 2012).
Menurut definisi-definisi tertentu, pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu proses yang
secara khusus diciptakan untuk menginspirasi perilaku belajar pada manusia. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah sesuatu yang bersifat eksternal dan secara khusus diciptakan untuk mendukung
proses belajar internal individu.
Selanjutnya Kemp (Sanjaya., W. 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
sebuah proses interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan cara proses interaksi belajar mengajar dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan, telah disebutkan bahwa strategi pembelajaran ialah
suatu cara pemnyampaian materi dengan metode prosedur pembelajaran yang dipakai secara
bersamaan agar membangun minat belajar dari guru kepada peserta didik (Dick and Carey (Sanjaya.,
W. 2008).
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan seorang pengajar akan menentukan strategi
pembelajaran yang digunakannya, dan berbagai teknik pembelajaran akan menentukan bagaimana
strategi tersebut dilaksanakan. Pengajar dapat memilih strategi yang menurutnya sesuai dengan
metode yang akan digunakan untuk melaksanakannya, dan seorang guru mempunyai strategi yang
memiliki berbedaan antara satu guru dengan guru lainnya.
Pemilihan Strategi Pembelajaran Sebagai Pertimbangan
Menambah pengetahuan dan keterampilan baru adalah suatu proses belajar mengajar. Ketika
cara mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
tentu perlu juga mempertimbangkan taktik yang dapat digunakan untuk melakukan semua ini secara
efektif dan cepat. Memahami hal ini sangat penting karena guru hampir biasanya menggunakan
banyak teknik pembelajaran untuk memenuhi tujuan yang harus ditetapkan ketika memilih strategi
pembelajaran. Satu strategi digunakan untuk mencapai satu tujuan, dan strategi lain juga digunakan
untuk mencapai tujuan lainnya (Syaiful, B. D., & Aswan, Z. 2006).
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Penggunaan strategi pembelajaran didasarkan pada gagasan bahwa tidak semua strategi
pembelajaran sesuai untuk mencapai semua tujuan dan dalam semua kondisi. Setiap taktik memiliki
kualitas yang berbeda. Killen (Sanjaya, W. 2008). Maka lebih jelas killen menjabarkan prinsip-prinsip
yang perlu dipahami seorang guru dalam menggunakan strategi pembelajaran.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8644

Berorientasi pada Tujuan


Unsur utama dari sistem pembelajaran adalah tujuan. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, semua tindakan guru dan siswa harus dilakukan. Hal ini begitu penting karena pengajaran
adalah suatu proses yang disengaja. Oleh karena itu, keefektifan strategi pembelajaran dapat dinilai
dari seberapa baik siswa mencapai tujuan pembelajaran mereka.
Aktivitas
Belajar bukan hanya menghafal data atau fakta. Belajar adalah berbuat; belajar merupakan
salah satu memperoleh pengalaman spesifik sesuai dengan hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu,
strategi pembelajaran harus mampu merangsang kegiatan peserta didik. Kegiata tersebut antara lain
mencakup aktivitas psikologis seperti aktivitas mental dan tidak hanya mengacu pada aktivitas fisik.
Integritas
Pengajaran seyogyanya dipandang sebagai suatu upaya dalam membantu siswa untuk tumbuh
sebagai manusia seutuhnya. Pengajaran tidak hanya mencakup pengembangan keterampilan kognitif
tetapi juga pengembangan keterampilan afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, pendekatan
pembelajaran harus mampu menggabungkan pengembangan semua sifat kepribadian pada peserta
didik.
Strategi Guru dalam Pembentukan Kepribadian Muslim
Rencana Pendidik untuk Pendidikan Islam Mengembangkan kepribadian siswa Muslim
melalui pendidikan Seorang guru perlu menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang
pendidik. Selain tugasnya sebagai pendidik, pengajar juga bertanggung jawab atas kemajuan
akademik siswanya. M. Warif (2019). Keberhasilan belajar harus memenuhi tiga persyaratan:
kognitif, psikomotorik, dan afektif. A. N. M. Herwanto dan S. Sridadi (2019). Dua metodologi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai upaya membentuk karakter pribadi Muslim siswa
melalui cara pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran Langsung
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara langsung tentu seorang guru
memberi prioritas utama materi pelajaran dengan konsep dan keterampilan motorik, sehingga
membuat kondisi proses menerima pelajaran menjadi terarah. Dalam proses menerima materi ini
biasanya dilaksanakan di dalam ruamg kelas, dengan metode yang tersedia dan materi yang telah
mengacu berdasarkan kurikulum (Ichsan, F. N., & Hadiyanto, H. 2021).
Keberhasilan di dalam strategi pembelajaran ini tentu diperlukan pemilihan metode
pembelajaran yang tepat karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap daya serap pada peserta
didik terhadap materi yang akan diajarkan sehingga dengan adanya pembelajaran tersebut dapat
manjauhkan perilaku yang menyimpang yang menafikkan dari ciri kepribadian seorang muslim
Ramadhani, Y. R., et al. (2022). Metode lain agar materi tersebut tidak hanya sekadar diketahui untuk
diujikan dan dijalankan sesuai dengan tugas dan tuntutan kurikulum. Ada beberapa hal yang dapat
dilaksanakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
8645 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

1. Menggunakan metode persuasive. Yaitu pendekatan yang dilakukan kepada peserta didik dengan
melihat kondisi, motivasi, tingkat kecerdasan, serta latar belakang daripada pesrta didik, sehingga
melalui pendekatan tersebut dapat dijadikan sebagai Langkah pertamabagi seorang guru untuk
menentukan tujuan proses mengajar berikutnya.
2. Kisah yang berisi Targib dan Tarhid yaitu sebuah cara pandang yang memiliki arti secara luas
yang bisa digambarkan kepada pserta didik yang tidak mesti harus focus pada kisah-kisah Nabi
ataupun tokoh islam. Kepribadian ini yang tentunya menjadi alasan mengapa seorang guru harus
mempunyai wawasan yang luas, terutama menguasai wawasan bahan ajar yang akan disampaikan
sesuai kondisi yang terjadi dengan memiliki pribadi disiplin, bertanggungjawab, dan saling
mengahargai antara sesama guru, sehingga lewat sikap tersebut menjadi materi pelajaran yang
kemudian di buat dalam sebuat bentuk cerita. Dengan menggunakan metode kisah dan di
kolaborasikan dengan Targib dan Tarhid pada metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
maka pelajaran yang dapat dipetik berkaitan dapat membentuk kepribadian muslim pada peserta
didik (A. Muh. Saleh, 2022).
3. Cara dalam memperoleh Nasihat. Dalam metode yang digunakan ini kaitannya dapat membentuk
kepribadian muslim peserta didik, guru sehingga materi yang diajarkan dapat diimplementasikan
oleh peserta didik dengan cara sungguh-sungguh dalam aktivitas sehari-hari.
Pembelajaran Tidak Langsung
Tingkat keterlibatan peserta didik yang maksimal ditunjukkan oleh pembelajaran tidak
langsung, ketika guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan siswa lebih memiliki banyak belajar
melalui pengamatan, penyelidikan, visualisasi data, pembuatan hipotesis, dan kesimpulan.
Siswa harus bekerja lebih keras untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari jika mereka menggunakan taktik dengan pendekatan pembelajaran tidak langsung ini,
mempelajari contoh-contoh asli, dan menanggapi situasi yang dipelajari. Karena berdampak pada
perilaku mereka, pengaruh pembelajaran tidak langsung ini terhadap perkembangan kepribadian
muslim siswa antara lain dapat menuntun siswa untuk berpikir:
1. Sanksi
Perilaku siswa yang sering dilakukan di luar waktu sekolah, seperti pemakaian pakaian yang
menampakkan aurat atau perilaku lain seperti merokok, membolos, atau balapan liar, memerlukan
perhatian dalam bentuk respon hukuman yang mendidik dan berdampak jera. Maka sanksi bisa berupa
sanksi fisik yang bersifat mendidik, seperti berdiri di depan semua orang, atau bisa juga berdampak
positif bagi lingkungan, seperti bersih-bersih.
Ada situasi ketika seorang guru memilih untuk mengabaikan apa yang dilakukan siswa di luar
kampus. Namun, kegiatan ekstrakurikuler adalah tempat di mana pendidikan dapat dilihat
keberhasilannya. Akibatnya, guru akan merasa lebih bertanggung jawab atas kesejahteraan dan
prestasi siswanya jika ia mengadopsi peran seperti orang tua.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8646

Faktor Pendukung dan Penghambat strategi guru dalam membentuk Kepribadian Muslim
Faktor Pendukung
Sebelum melakukan aktivitas mental apa pun, entah itu sederhana atau rumit yang
membutuhkan banyak komponen, manusia terlebih dahulu mengatur dan menyiapkan semua kondisi
yang diperlukan. Kondisi-kondisi ini meliputi:
1. Ibadah
Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada Allah.
Pengertian ibadah sangat luas, meliputi segala amal perbuatan yang tolsk ukurnya ialah ikhlas
kepada Allah, tujuannya keridlaan Allah, Sebagai garis amalnya saleh Marno, M. (2010). Berikut
ini adalah contoh-contoh cara-cara praktik ibadah yang membantu umat Islam mengembangkan
kepribadian mereka:
a. Melaksankan Shalat Dzuhur berjamaah di Mushollah
Para guru, khususnya mereka yang mengajar agama, mendorong murid-muridnya untuk
shalat berjamaah. Kepercayaan dan keyakinan siswa kepada Allah SWT akan berkembang
karena mereka terbiasa mengunjungi masjid untuk salat berjamaah. Pada gilirannya, rasa
kepedulian siswa terhadap sesama akan meningkat, yang akan membantu memperkuat ukhuwah
Islamiyah. Hati siswa dapat menjadi tenang dan tentram melalui salat, yang membuat mereka
percaya bahwa hal itu akan menentramkan jiwa mereka. Akibatnya, mereka akan lebih
perhatian dalam melakukan shalat lima waktu sehingga berkembang menjadi Muslim yang
berkepribadian islam.
b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Ibadah
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pendidikan Islam, dalam dalam prose
pengembangan kepribadian muslim, maka kelengkapan sarana prasarana ibadah menjadi hal
yang paling utama, karena dari kelengkapan tersebut diharapkan mampu menggugah peserta
didik untuk menjalankan ibadah, misalnya berupa bangunan mushalah, pengadaan peralatan
shalat, dan Alqur'an.
2. Kerja Sama Antar Guru
Dalam upaya membentuk kepribadian muslim siswa, dedikasi semua guru untuk
menegakkan norma-norma untuk kepentingan membangun generasi bangsa dan agama dengan
IMTAQ dan IPTEK sangat bermanfaat. Mengingat guru-guru tinggal dekat dengan murid dan
tersebar di seluruh wilayah masing-masing, maka pelanggaran hukum yang berkaitan dengan
perilaku yang membahayakan identitas keislaman mereka yang terjadi di luar sekolah dapat
dikurangi karena anak-anak lebih banyak mendapat pengawasan (A. Muh. Saleh, 2022)
Seperti hasil wawancara peneliti dengan dengan1 Fahril Asnur (2022) mengaku bahwa ia
takut meninggalkan rumah di malam hari karena ia akan menghadapi hukuman jika salah satu
8647 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

guru memergokinya. Serupa dengan hal ini, para guru bekerja sama dalam mendisiplinkan murid
yang terlibat dalam perilaku yang sulit diatur, termasuk datang terlambat, membolos, atau tidak
mengenakan seragam lengkap.
3. Lingkungan Keluarga
Tidak dapat disangkal bahwa jam sekolah membatasi jumlah waktu yang dapat
dihabiskan guru dengan siswa. Setelah itu, siswa menghabiskan lebih banyak waktu dengan
kerabat, terutama orang tua mereka. Andi Ismail Saleh menegaskan bahwa berbagai keadaan
keluarga dapat mendukung upaya untuk membantu siswa mengembangkan karakter Muslim
mereka, termasuk:
a. Pendidikan
Siswa dari keluarga yang lebih berpendidikan memiliki gaya belajar yang cukup
berbeda dari siswa yang kurang berpendidikan. Hal ini dapat dilihat dari seberapa perhatian
siswa terhadap berbagai pelajaran. Anak-anak dari rumah tangga yang lebih berpendidikan
rata-rata lebih memperhatikan pelajaran mereka daripada siswa dari rumah tangga yang
kurang berpendidikan. Agar tingkat praktik pembelajaran bervariasi.
b. Prinsip adat
Siswa yang melestarikan budaya mereka. Budaya tersebut masih sangat kaya dan
terpelihara dengan baik di daerah-daerah tertentu atau lingkungan keluarga. Meskipun mereka
hanya sekedar memahami informasi, siswa yang berasal dari rumah tangga yang masih
menganut kepercayaan tradisional mungkin akan mencapai aspek afektif dalam memperoleh
Pendidikan Agama Islam dalam upaya mengembangkan kepribadian muslim.
c. Taat Beragama
Sama halnya dengan aturan umum, siswa dari latar belakang agama dapat
mengembangkan kepribadian Muslim mereka dengan memperoleh Pendidikan Agama Islam
jika mereka dapat memahami materi pelajaran dan cara penggunaannya. Akhlak memiliki
dampak besar pada bagaimana orang berperilaku. Akhlak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya dalam kaitannya dengan masyarakat (budaya). Selain itu, prinsip-prinsip agama
memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya yang berkembang dibiasakan oleh
keluarga (orang tua) sejak kecil (A. Muh. Saleh, 2022).
Faktor Penghambat
Dalam sebuah proses pembentukan karakter peserta didik dalam membentuk pribadi yang
muslim tentu tidak semua bisa berjalan dengan sesuai yang menjadi keinginan para guru, sehingga hal
yang menjadi penghambat adalah:
1. Kurangnya kesadaran Para Peserta Didik
Beberapa siswa kadang-kadang hanya mengikuti instruksi dan mematuhi aturan ketika
mereka diawasi secara ketat oleh guru. Agar pelajar bebas bertindak sesuka hatinya setelah
meninggalkan lingkungan sekolah dan merasa tidak lagi berada di bawah kendali guru.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8648

2. Lingkungan Keluarga dan Masyarakat


Kepribadian siswa berbeda karena latar belakang mereka yang beragam. Karakter yang
berbeda tidak diragukan lagi membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk pengembangan
karakter Muslim pada siswa. Selain mendukung upaya untuk membantu anak-anak muda
mengembangkan karakter Muslim mereka, lingkungan keluarga terkadang dapat menghadirkan
tantangan. Tidak semua siswa berasal dari keluarga yang menghargai pendidikan, mendukung
nilai-nilai tradisional, atau menganut keyakinan agama.
Demikian pula halnya dengan bagaimana lingkungan masyarakat mempengaruhi
pertumbuhan moral siswa. Lingkungan saat ini dan pesatnya perkembangan teknologi informasi
memiliki dampak yang lebih besar terhadap cara berpikir dan berperilaku peserta didik. Media
internet atau teman, yang juga merupakan sumber informasi utama, adalah cara sebagian besar
siswa belajar tentang seksualitas, berbagai jenis mobil, dan tren pakaian. Bertolak belakang
dengan yang seharusnya, informasi seksualitas seharusnya lebih banyak berasal dari orang tua
atau pengajar yang selalu memperhatikan kepentingan terbaik anak-anak mereka.
Strategi guru untuk mengatasi tantangan tersebut di atas adalah dengan pendekatan
persuasif secara personal. Agar ada kerja sama dalam pembinaan, guru melakukan pendekatan
kepada orang tua murid yang khawatir dan memberikan bantuan dan perhatian tambahan kepada
mereka.
Hasil Penerapan Guru dalam Pembentukan Kepribadian
Hasil dari pendidikan agama Islam dipraktikkan. Namun, efek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dari perolehan pendidikan agama Islam harus dipertimbangkan.
Pembelajaran pendidikan agama Islam dianggap berhasil ketika siswa dapat memahami
kurikulum sekaligus mampu mengaplikasikan pemahaman mereka dalam situasi dunia nyata,
meskipun membutuhkan waktu untuk menyelesaikan prosesnya. Seperti hasil wawancara dengan 2
Gusmiati, (2022) mengemukakan bahwa dampak dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak
bisa langsung dilihat setalah pembelajaran selesai dilaksanakan. Ini berarti bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam melibatkan lebih dari sekadar memberikan pengetahuan kepada anak-anak;
itu juga membutuhkan apresiasi terhadap subjek untuk mengubah sikap mereka terhadapnya setelah
mereka memilikinya. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam harus mencakup ranah kognitif,
emosional, dan psikomotorik.
Penjelasan tentang karakter muslim yang dieksplorasi di bawah ini dapat digunakan untuk
memahami lebih mendalam tentang pengaruh metodologi pembelajaran pendidikan agama Islam
terhadap kepribadian muslim siswa
Relegius
8649 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

Kelancaran membaca Alquran siswa setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler IMTAQ


merupakan salah satu efek pertama dari teknik pendidikan agama Islam yang digunakan oleh guru
pendidikan agama Islam. Hal ini terlihat jelas dari hasil ujian yang menunjukkan bahwa anak-anak
menjadi lebih mahir dalam membaca Alquran. Kedua, partisipasi siswa dalam kegiatan doa
mengungkapkan sikap dan perilaku mereka dalam hal mematuhi prinsip-prinsip agama. Beberapa
murid tidak perlu lagi disuruh untuk melaksanakan shalat berjamaah zuhur di Mushallah ketika
melaksanakan shalat berjamaah. Selain itu, ditemukan bahwa murid-murid sering melaksanakan
shalat dhuha di depan kelas tanpa izin guru ketika mereka datang lebih awal. Pemahaman ini hasil
dari bimbingan guru pendidikan Islam3. Hasil wawancara denagan (Wahyudi, 2022).
Disiplin
Menghormati disiplin dalam hal mematuhi kebijakan sekolah tentang pakaian Islami saat
berada di sekolah. Selain itu, sebagian besar siswa perempuan mengenakan jilbab dalam kegiatan
sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam rangka menciptakan kepribadian muslim
melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang dianggap terbaik bagi siswa secara keseluruhan.
Menurut temuan wawancara informan, tugas guru Pendidikan Agama Islam untuk
mengenakan jilbab setiap kali dia meninggalkan rumah menyebabkan siswa menjadi terbiasa
memakainya sampai-sampai, jika dia meninggalkan rumah tanpa jilbab, ada sesuatu yang hilang dari
penampilannya4 Virda Zul Azzahrah, (2022). Begitupun informan Nurfadillah mengatakan bahwa dia
merasa percaya diri mengenakan jilbab dan malu jika tidak mengenakannya karena tuntutan guru
untuk menutup aurat dalam Pendidikan Agama Islam (wawancara, 2022).
Menghargai Antar Sesama
Sekolah harus ikut andil dalam membangun suasana yang mendorong siswa untuk
mengembangkan karakter moralnya melalui kegiatan keagamaan serta keimanan dan ketaqwaannya
melalui pembiasaan dalam rangka membantu membentuk kepribadian muslim siswanya.
Menurut temuan observasi dan wawancara yang dilakukan di sekolah, rutinitas siswa-seperti
berjabat tangan ketika bertemu orang baru atau menyeringai dan menyapa guru-membuat mereka
lebih akrab dengan guru, yang berdampak pada seberapa besar mereka menghargai guru. Kemudian,
bimbingan, kegiatan keagamaan, dan kegiatan lainnya digunakan untuk mempromosikan
perkembangan moral siswa. Inisiatif-inisiatif ini memiliki dampak yang signifikan terhadap
perubahan sikap siswa.

KESIMPULAN
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya,
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8650

direct instruction dan indirect instruction sebagai metodologi pembelajaran untuk membantu siswa
dalam mengembangkan kepribadian muslimnya. 1) Kebijakan sekolah, 2) Kolaborasi guru, dan 3)
Lingkungan keluarga dan masyarakat merupakan aspek pendukung bagi strategi guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengembangkan kepribadian muslim siswa melalui pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Unsur-unsur pembatasnya adalah: 1) Ketidaktahuan siswa tentang perilaku yang
menunjukkan mentalitas muslim; 2) Lingkungan keluarga dan masyarakat. Agar dapat memberikan
dampak positif terhadap perilaku keagamaan, kedisiplinan, dan penghargaan siswa terhadap orang
lain, maka hasil Penerapan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam masih memerlukan perbaikan dan perhatian khusus dalam hal pengembangan perilaku
disiplin.

REFERENSI
Arifin, H. M. (2000). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) cetakan ke IV. Bumi Aksara
Jakarta.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan pembelajaran pendidikan agama islam dalam
membentuk karakter pribadi yang islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v2i1.17.
Erzah, N. (2022). Penerapan Pembelajaran Al-Quran Hadis Dalam Membentuk Karakter Pribadi
Yang Islami. SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(2), 399-406.
Herwanto, A. N. M., & Sridadi, S. (2019). Pertimbangan Guru dalam Memberikan Penilaian Mata
Pelajaran PJOK Berdasarkan Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Bagi Siswa Smp Negeri
Se–Kabupaten Sleman. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, 8(8).
Ichsan, F. N., & Hadiyanto, H. (2021). Implementasi perencanaan pendidikan dalam meningkatkan
karakter bangsa melalui penguatan pelaksanaan kurikulum. Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran, 4(3), 541-551. https://doi.org/10.30605/jsgp.4.3.2021.1203.
Jalaluddin, (2016) Psikologi Agama. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marno, M. (2010). transformasi Nilai-Nilai Spiritual Dalam Budaya Organisasi Pada Sekolah
Berprestasi di Kota Malang. el-Qudwah.
Mastuhu, (2004) the new mind set ofnational education in the 21 century" Yogyakarta. Safirian
Insania Press.
Mudhafir, F. (2000). Krisis dalam Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Mulyasa, E. (2012). Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Ngalimun., Fauzani, M. & Salabi, A. (2018) Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta. Azwaja
Perssindo.
Ondeng, S. (2004). Islam dalam Berbagai Dimensi; Kajian tentang Agama, Sejarah dan
Pendidikan. Makassar: Berkah Utami.
8651 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651

Ramadhani, Y. R., Subakti, H., Masri, S., Brata, D. P. N., Salamun, S., Walukow, D. S., ... & Cecep,
H. (2022). Pengantar Strategi Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.
Sagala, S. (2017). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika
belajar dan mengajar.
Sanjaya, W. (2008) Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Cet. I;
Jakarta: Kencana.
Syaiful, B. D., & Aswan, Z. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Warif, M. (2019). Strategi Guru Kelas dalam Menghadapi Peserta Didik yang Malas
Belajar. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(01), 38-55.
https://doi.org/10.26618/jtw.v4i01.2130.

You might also like