Professional Documents
Culture Documents
1655-Article Text-3964-1-10-20230211
1655-Article Text-3964-1-10-20230211
1655-Article Text-3964-1-10-20230211
Abstract
This research explores the use of Islamic religious teaching in an effort to shape the Islamic personality of
Muslim students. The research used is qualitative research. The research methodology uses multidisciplinary
methods from various fields, including management, pedagogy, sociology, and psychology. Islamic Education
instructors are the main data source for this study. The study also used theories on learning methodology, school
profiles, Islamic religious education and Muslim personality development as secondary data sources.
Observation, interview and documentation were used as data collection methods. The stages of data reduction,
data display, and conclusion drawing were used in the data analysis technique. According to the research
findings, two learning strategies - direct learning and indirect learning - are used by Islamic religious education
to help students develop their Muslim personality. The supporting variables of Islamic Religious Education
teachers' strategies in developing students' Muslim personality in terms of Islamic Religious Education learning
include: 1) School policy, 2) Teacher collaboration, and 3) Family and community context. The limiting
elements are: 1) Students' ignorance about behaviors that show Muslim mentality; 2) Family and community
environment. Family and community environment. In order to have a positive impact on students' religious
behavior, discipline, and respect for others, the results of the Application of Islamic Education Teacher
Strategies in Islamic Education Learning still require improvement and special attention in terms of developing
disciplinary behavior.
Keywords: Learning, Muslim Personality; Islamic Education; Students
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan pengajaran agama Islam dalam upaya membentuk kepribadian Islam
siswa Muslim. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Metodologi penelitian menggunakan
metode multidisipliner dari berbagai bidang, termasuk manajemen, pedagogi, sosiologi, dan psikologi. Penyuluh
Pendidikan Agama Islam adalah sumber data utama untuk penelitian ini. Studi ini juga menggunakan teori-teori
tentang metodologi pembelajaran, profil sekolah, pendidikan agama Islam, serta pengembangan pribadi Muslim
sebagai sumber data sekunder. Observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan sebagai metode
pengumpulan data. Tahapan reduksi data, display data, dan penyusunan kesimpulan digunakan dalam teknik
analisis data. Temuan penelitian menunjukkan dua strategi yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak
langsung digunakan oleh pendidikan agama Islam untuk membantu siswa mengembangkan kepribadian
muslimnya. Adapun variabel pendukung strategi pengajar Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan
kepribadian muslim siswa dalam hal pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi: 1) Kebijakan sekolah, 2)
Kolaborasi guru, dan 3) Konteks keluarga dan masyarakat. Unsur-unsur pembatasnya adalah: 1) Ketidaktahuan
siswa tentang perilaku yang menunjukkan mentalitas muslim; 2) Lingkungan keluarga dan masyarakat. Agar
dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku keagamaan, kedisiplinan, dan penghargaan siswa terhadap
orang lain, maka hasil Penerapan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam masih memerlukan perbaikan serta perhatian khusus dalam hal pengembangan perilaku disiplin.
Kata kunci: Pembelajaran, Kepribadian Muslim; Pendidikan Islam; Peserta didik
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membantu peserta didik mencapai potensi dirinya
sebagai manusia Indonesia seutuhnya, yang meliputi pengembangan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan dan keterampilan, akhlak mulia, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap, kecerdasan, kreativitas, kemandirian, serta rasa tanggung jawab
(Undang-undang No. Tahun 2003).
Pendidikan Agama Islam, atau ikhtiyariyah, adalah proses yang menumbuhkan, memelihara,
dan memperkuat prinsip-prinsip agama yang pada akhirnya berfungsi sebagai landasan mental-
spiritual orang-orang yang sikap dan perilakunya ditunjukkan sesuai dengan hukum agama mereka.
Motivator inti di balik tindakan seseorang adalah individu total, yang mengekspresikan dirinya
melalui perilaku lahiriah dan spiritual. Ini adalah nilai-nilai iman seseorang Arifin, (H. M. 2000).
Pendidikan Islam juga mengembangkan kepekaan siswa sehingga mereka memiliki
pemahaman yang kuat tentang cita-cita etika dan spiritual Islam sebagai inti dari sikap dan perilaku
mereka. Selain keingintahuan intelektual dan keuntungan finansial, mereka diajarkan untuk mengejar
informasi untuk memperbaiki diri mereka sendiri sebagai makhluk yang logis dan religius yang akan
memastikan kedamaian fisik, budi pekerti, kesempurnaan keluarga, masyarakat, maupun seluruh umat
manusia. Sudut pandang tersebut dihasilkan dari keyakinan yang kuat kepada sang pencipta
(Mudhafir, F. 2000).
Sudah diduga secara luas bahwa setiap lembaga pendidikan akan memberikan dampak
terhadap perkembangan keagamaan anak dalam upaya pembentukan perilaku keagamaan terhadap
anak didik. Namun demikian, sejauh mana pengaruh yang dimaksud sangat tergantung pada beberapa
unsur yang dapat mendorong anak untuk memahami prinsip-prinsip agama. karena pendidikan agama
secara sederhana mengajarkan nilai-nilai keislaman. Oleh sebab itu, pembelajaran pendidikan agama
lebih berfokus pada pengajaran kepada siswa bagaimana mengembangkan perilaku yang sesuai
dengan ajaran agama (Jalaluddin, 2016).
Karakteristik pembelajaran pendidikan agama islam yang ditawarkan di sekolah-sekolah
memiliki dampak besar terhadap bagaimana jiwa keagamaan dan perilaku keagamaan terbentuk di
lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan formal (sekolah). Hal ini karena disebabkan
dalam pandangan Islam, sekolah berperan sebagai wahana perwujudan pendidikan yang berlandaskan
pemikiran, aqidah, dan syariah dalam upaya mengagungkan Allah dan menegakkan tauhid agar
manusia tidak menyimpang dari fitrahnya Erzah, N. (2022). Dalam hal ini, fokus khusus harus
ditempatkan pada pendidikan melalui sistem pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan
mentalitas Muslim yang saleh. Hal ini disebabkan oleh kurikulum yang teratur dan bertingkat serta
kriteria yang eksplisit dan kaku yang mengatur pengajaran sekolah. Hal ini mendorong
pengembangan program pendidikan Islam yang lebih toleran (Ondeng, S. (2004).
Guru harus menyesuaikan taktik pembelajaran mereka dengan lingkungan dan iklim kelas,
dan mereka pasti harus menggunakan berbagai macam strategi yang lebih luas. Setiap pendekatan
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8642
pembelajaran memiliki manfaat dan kekurangan. Seorang guru harus mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif yang memenuhi tuntutan siswa untuk mencegah kegiatan belajar yang
membosankan bagi siswa.
Berdasarkan fenomena ini, penulis percaya bahwa sangat penting untuk melakukan penelitian
untuk menentukan metode yang digunakan instruktur pendidikan Islam untuk memberikan hasil yang
konsisten, terutama dalam hal mengembangkan siswa yang memiliki prinsip dan pemahaman Islam.
Peneliti juga akan fokus melihat metode pengajaran yang digunakan oleh para pengajar untuk
menanamkan Pendidikan Agama Islam sebagai fondasi utama untuk mengembangkan murid yang
berkepribadian Muslim.
METODE
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati Basrowi & Suwandi. (2008). Strategi interdisipliner diterapkan dalam penelitian ini,
menggabungkan perspektif manajemen, pedagogis, sosiologis, dan psikologis. Data primer dan data
sekunder adalah dua (dua) jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Guru Pendidikan
Agama Islam adalah informan yang memberikan data primer untuk penelitian ini. Sedangkan data
Sekunder merupakan data dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah ada serta hasil penelitian
sebelumnya.
dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran adalah bagian unik dari pendidikan dan
merupakan proses yang melaluinya lingkungan seseorang secara sadar dikendalikan untuk
memungkinkannya terlibat dalam tindakan tertentu dalam keadaan tertentu atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu Sagala, S. (2017). Penggunaan kurikulum harus diimplementasikan agar
pembelajaran dapat berlangsung, dan ini berarti bahwa guru harus merancang dan mempromosikan
kegiatan peserta didik yang sesuai dengan kegiatan dan waktu yang direncanakan (Mulyasa, E. 2012).
Menurut definisi-definisi tertentu, pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu proses yang
secara khusus diciptakan untuk menginspirasi perilaku belajar pada manusia. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah sesuatu yang bersifat eksternal dan secara khusus diciptakan untuk mendukung
proses belajar internal individu.
Selanjutnya Kemp (Sanjaya., W. 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
sebuah proses interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan cara proses interaksi belajar mengajar dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan, telah disebutkan bahwa strategi pembelajaran ialah
suatu cara pemnyampaian materi dengan metode prosedur pembelajaran yang dipakai secara
bersamaan agar membangun minat belajar dari guru kepada peserta didik (Dick and Carey (Sanjaya.,
W. 2008).
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan seorang pengajar akan menentukan strategi
pembelajaran yang digunakannya, dan berbagai teknik pembelajaran akan menentukan bagaimana
strategi tersebut dilaksanakan. Pengajar dapat memilih strategi yang menurutnya sesuai dengan
metode yang akan digunakan untuk melaksanakannya, dan seorang guru mempunyai strategi yang
memiliki berbedaan antara satu guru dengan guru lainnya.
Pemilihan Strategi Pembelajaran Sebagai Pertimbangan
Menambah pengetahuan dan keterampilan baru adalah suatu proses belajar mengajar. Ketika
cara mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
tentu perlu juga mempertimbangkan taktik yang dapat digunakan untuk melakukan semua ini secara
efektif dan cepat. Memahami hal ini sangat penting karena guru hampir biasanya menggunakan
banyak teknik pembelajaran untuk memenuhi tujuan yang harus ditetapkan ketika memilih strategi
pembelajaran. Satu strategi digunakan untuk mencapai satu tujuan, dan strategi lain juga digunakan
untuk mencapai tujuan lainnya (Syaiful, B. D., & Aswan, Z. 2006).
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Penggunaan strategi pembelajaran didasarkan pada gagasan bahwa tidak semua strategi
pembelajaran sesuai untuk mencapai semua tujuan dan dalam semua kondisi. Setiap taktik memiliki
kualitas yang berbeda. Killen (Sanjaya, W. 2008). Maka lebih jelas killen menjabarkan prinsip-prinsip
yang perlu dipahami seorang guru dalam menggunakan strategi pembelajaran.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8644
1. Menggunakan metode persuasive. Yaitu pendekatan yang dilakukan kepada peserta didik dengan
melihat kondisi, motivasi, tingkat kecerdasan, serta latar belakang daripada pesrta didik, sehingga
melalui pendekatan tersebut dapat dijadikan sebagai Langkah pertamabagi seorang guru untuk
menentukan tujuan proses mengajar berikutnya.
2. Kisah yang berisi Targib dan Tarhid yaitu sebuah cara pandang yang memiliki arti secara luas
yang bisa digambarkan kepada pserta didik yang tidak mesti harus focus pada kisah-kisah Nabi
ataupun tokoh islam. Kepribadian ini yang tentunya menjadi alasan mengapa seorang guru harus
mempunyai wawasan yang luas, terutama menguasai wawasan bahan ajar yang akan disampaikan
sesuai kondisi yang terjadi dengan memiliki pribadi disiplin, bertanggungjawab, dan saling
mengahargai antara sesama guru, sehingga lewat sikap tersebut menjadi materi pelajaran yang
kemudian di buat dalam sebuat bentuk cerita. Dengan menggunakan metode kisah dan di
kolaborasikan dengan Targib dan Tarhid pada metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
maka pelajaran yang dapat dipetik berkaitan dapat membentuk kepribadian muslim pada peserta
didik (A. Muh. Saleh, 2022).
3. Cara dalam memperoleh Nasihat. Dalam metode yang digunakan ini kaitannya dapat membentuk
kepribadian muslim peserta didik, guru sehingga materi yang diajarkan dapat diimplementasikan
oleh peserta didik dengan cara sungguh-sungguh dalam aktivitas sehari-hari.
Pembelajaran Tidak Langsung
Tingkat keterlibatan peserta didik yang maksimal ditunjukkan oleh pembelajaran tidak
langsung, ketika guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan siswa lebih memiliki banyak belajar
melalui pengamatan, penyelidikan, visualisasi data, pembuatan hipotesis, dan kesimpulan.
Siswa harus bekerja lebih keras untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari jika mereka menggunakan taktik dengan pendekatan pembelajaran tidak langsung ini,
mempelajari contoh-contoh asli, dan menanggapi situasi yang dipelajari. Karena berdampak pada
perilaku mereka, pengaruh pembelajaran tidak langsung ini terhadap perkembangan kepribadian
muslim siswa antara lain dapat menuntun siswa untuk berpikir:
1. Sanksi
Perilaku siswa yang sering dilakukan di luar waktu sekolah, seperti pemakaian pakaian yang
menampakkan aurat atau perilaku lain seperti merokok, membolos, atau balapan liar, memerlukan
perhatian dalam bentuk respon hukuman yang mendidik dan berdampak jera. Maka sanksi bisa berupa
sanksi fisik yang bersifat mendidik, seperti berdiri di depan semua orang, atau bisa juga berdampak
positif bagi lingkungan, seperti bersih-bersih.
Ada situasi ketika seorang guru memilih untuk mengabaikan apa yang dilakukan siswa di luar
kampus. Namun, kegiatan ekstrakurikuler adalah tempat di mana pendidikan dapat dilihat
keberhasilannya. Akibatnya, guru akan merasa lebih bertanggung jawab atas kesejahteraan dan
prestasi siswanya jika ia mengadopsi peran seperti orang tua.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8646
Faktor Pendukung dan Penghambat strategi guru dalam membentuk Kepribadian Muslim
Faktor Pendukung
Sebelum melakukan aktivitas mental apa pun, entah itu sederhana atau rumit yang
membutuhkan banyak komponen, manusia terlebih dahulu mengatur dan menyiapkan semua kondisi
yang diperlukan. Kondisi-kondisi ini meliputi:
1. Ibadah
Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada Allah.
Pengertian ibadah sangat luas, meliputi segala amal perbuatan yang tolsk ukurnya ialah ikhlas
kepada Allah, tujuannya keridlaan Allah, Sebagai garis amalnya saleh Marno, M. (2010). Berikut
ini adalah contoh-contoh cara-cara praktik ibadah yang membantu umat Islam mengembangkan
kepribadian mereka:
a. Melaksankan Shalat Dzuhur berjamaah di Mushollah
Para guru, khususnya mereka yang mengajar agama, mendorong murid-muridnya untuk
shalat berjamaah. Kepercayaan dan keyakinan siswa kepada Allah SWT akan berkembang
karena mereka terbiasa mengunjungi masjid untuk salat berjamaah. Pada gilirannya, rasa
kepedulian siswa terhadap sesama akan meningkat, yang akan membantu memperkuat ukhuwah
Islamiyah. Hati siswa dapat menjadi tenang dan tentram melalui salat, yang membuat mereka
percaya bahwa hal itu akan menentramkan jiwa mereka. Akibatnya, mereka akan lebih
perhatian dalam melakukan shalat lima waktu sehingga berkembang menjadi Muslim yang
berkepribadian islam.
b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Ibadah
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pendidikan Islam, dalam dalam prose
pengembangan kepribadian muslim, maka kelengkapan sarana prasarana ibadah menjadi hal
yang paling utama, karena dari kelengkapan tersebut diharapkan mampu menggugah peserta
didik untuk menjalankan ibadah, misalnya berupa bangunan mushalah, pengadaan peralatan
shalat, dan Alqur'an.
2. Kerja Sama Antar Guru
Dalam upaya membentuk kepribadian muslim siswa, dedikasi semua guru untuk
menegakkan norma-norma untuk kepentingan membangun generasi bangsa dan agama dengan
IMTAQ dan IPTEK sangat bermanfaat. Mengingat guru-guru tinggal dekat dengan murid dan
tersebar di seluruh wilayah masing-masing, maka pelanggaran hukum yang berkaitan dengan
perilaku yang membahayakan identitas keislaman mereka yang terjadi di luar sekolah dapat
dikurangi karena anak-anak lebih banyak mendapat pengawasan (A. Muh. Saleh, 2022)
Seperti hasil wawancara peneliti dengan dengan1 Fahril Asnur (2022) mengaku bahwa ia
takut meninggalkan rumah di malam hari karena ia akan menghadapi hukuman jika salah satu
8647 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651
guru memergokinya. Serupa dengan hal ini, para guru bekerja sama dalam mendisiplinkan murid
yang terlibat dalam perilaku yang sulit diatur, termasuk datang terlambat, membolos, atau tidak
mengenakan seragam lengkap.
3. Lingkungan Keluarga
Tidak dapat disangkal bahwa jam sekolah membatasi jumlah waktu yang dapat
dihabiskan guru dengan siswa. Setelah itu, siswa menghabiskan lebih banyak waktu dengan
kerabat, terutama orang tua mereka. Andi Ismail Saleh menegaskan bahwa berbagai keadaan
keluarga dapat mendukung upaya untuk membantu siswa mengembangkan karakter Muslim
mereka, termasuk:
a. Pendidikan
Siswa dari keluarga yang lebih berpendidikan memiliki gaya belajar yang cukup
berbeda dari siswa yang kurang berpendidikan. Hal ini dapat dilihat dari seberapa perhatian
siswa terhadap berbagai pelajaran. Anak-anak dari rumah tangga yang lebih berpendidikan
rata-rata lebih memperhatikan pelajaran mereka daripada siswa dari rumah tangga yang
kurang berpendidikan. Agar tingkat praktik pembelajaran bervariasi.
b. Prinsip adat
Siswa yang melestarikan budaya mereka. Budaya tersebut masih sangat kaya dan
terpelihara dengan baik di daerah-daerah tertentu atau lingkungan keluarga. Meskipun mereka
hanya sekedar memahami informasi, siswa yang berasal dari rumah tangga yang masih
menganut kepercayaan tradisional mungkin akan mencapai aspek afektif dalam memperoleh
Pendidikan Agama Islam dalam upaya mengembangkan kepribadian muslim.
c. Taat Beragama
Sama halnya dengan aturan umum, siswa dari latar belakang agama dapat
mengembangkan kepribadian Muslim mereka dengan memperoleh Pendidikan Agama Islam
jika mereka dapat memahami materi pelajaran dan cara penggunaannya. Akhlak memiliki
dampak besar pada bagaimana orang berperilaku. Akhlak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya dalam kaitannya dengan masyarakat (budaya). Selain itu, prinsip-prinsip agama
memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya yang berkembang dibiasakan oleh
keluarga (orang tua) sejak kecil (A. Muh. Saleh, 2022).
Faktor Penghambat
Dalam sebuah proses pembentukan karakter peserta didik dalam membentuk pribadi yang
muslim tentu tidak semua bisa berjalan dengan sesuai yang menjadi keinginan para guru, sehingga hal
yang menjadi penghambat adalah:
1. Kurangnya kesadaran Para Peserta Didik
Beberapa siswa kadang-kadang hanya mengikuti instruksi dan mematuhi aturan ketika
mereka diawasi secara ketat oleh guru. Agar pelajar bebas bertindak sesuka hatinya setelah
meninggalkan lingkungan sekolah dan merasa tidak lagi berada di bawah kendali guru.
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8648
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya,
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan
Pendidikan Pembelajaran Agama Islam Sebagai Karakter dalam Membentuk Kepribadian Siswa yang Islami, Andi
Fadhilah Natsir, Ariesthina Laelah 8650
direct instruction dan indirect instruction sebagai metodologi pembelajaran untuk membantu siswa
dalam mengembangkan kepribadian muslimnya. 1) Kebijakan sekolah, 2) Kolaborasi guru, dan 3)
Lingkungan keluarga dan masyarakat merupakan aspek pendukung bagi strategi guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengembangkan kepribadian muslim siswa melalui pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Unsur-unsur pembatasnya adalah: 1) Ketidaktahuan siswa tentang perilaku yang
menunjukkan mentalitas muslim; 2) Lingkungan keluarga dan masyarakat. Agar dapat memberikan
dampak positif terhadap perilaku keagamaan, kedisiplinan, dan penghargaan siswa terhadap orang
lain, maka hasil Penerapan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam masih memerlukan perbaikan dan perhatian khusus dalam hal pengembangan perilaku
disiplin.
REFERENSI
Arifin, H. M. (2000). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) cetakan ke IV. Bumi Aksara
Jakarta.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan pembelajaran pendidikan agama islam dalam
membentuk karakter pribadi yang islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v2i1.17.
Erzah, N. (2022). Penerapan Pembelajaran Al-Quran Hadis Dalam Membentuk Karakter Pribadi
Yang Islami. SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(2), 399-406.
Herwanto, A. N. M., & Sridadi, S. (2019). Pertimbangan Guru dalam Memberikan Penilaian Mata
Pelajaran PJOK Berdasarkan Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Bagi Siswa Smp Negeri
Se–Kabupaten Sleman. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, 8(8).
Ichsan, F. N., & Hadiyanto, H. (2021). Implementasi perencanaan pendidikan dalam meningkatkan
karakter bangsa melalui penguatan pelaksanaan kurikulum. Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran, 4(3), 541-551. https://doi.org/10.30605/jsgp.4.3.2021.1203.
Jalaluddin, (2016) Psikologi Agama. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marno, M. (2010). transformasi Nilai-Nilai Spiritual Dalam Budaya Organisasi Pada Sekolah
Berprestasi di Kota Malang. el-Qudwah.
Mastuhu, (2004) the new mind set ofnational education in the 21 century" Yogyakarta. Safirian
Insania Press.
Mudhafir, F. (2000). Krisis dalam Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Mulyasa, E. (2012). Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Ngalimun., Fauzani, M. & Salabi, A. (2018) Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta. Azwaja
Perssindo.
Ondeng, S. (2004). Islam dalam Berbagai Dimensi; Kajian tentang Agama, Sejarah dan
Pendidikan. Makassar: Berkah Utami.
8651 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 8640-8651
Ramadhani, Y. R., Subakti, H., Masri, S., Brata, D. P. N., Salamun, S., Walukow, D. S., ... & Cecep,
H. (2022). Pengantar Strategi Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.
Sagala, S. (2017). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika
belajar dan mengajar.
Sanjaya, W. (2008) Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Cet. I;
Jakarta: Kencana.
Syaiful, B. D., & Aswan, Z. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Warif, M. (2019). Strategi Guru Kelas dalam Menghadapi Peserta Didik yang Malas
Belajar. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(01), 38-55.
https://doi.org/10.26618/jtw.v4i01.2130.