Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 6 Epistimologi
Kelompok 6 Epistimologi
syahrukarumbu@gmail.com
2)
3)
ranithaadinda@gmail.com
Epistemologi merupakan pengetahuan yang bukan hanya membahas bagaimana proses yang
memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan berupa ilmu, tetapi juga bagaimana
prosedurnya, hal-hal apa saja yang diperlukan dan diperhatikan agar diperoleh pengetahuan
yang benar, apa kriteria, bagaimana caranya, bagaimana teknik dan sarana apa yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan berupa ilmu.
METODE PENELITIAN
Seperti artikel ilmiah pada umumnya, artikel ini disusun secara sistematis dengan
mengikuti langkah-langkah metode yang ada. Adapun jenis penelitian ini adalah studi
literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian
dengan menggunakan buku, jurnal,artikel dan bahan literatur lainnya sebagai sumber. Studi
kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan
atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan
menentukan dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian.
Dalam studi Filsafat ditemukan istilah Epitemologi. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan. Istilah Epistemologi diserap dari kata
Yunani yang berarti studi atau penelitian tentang pengatahuan. “Logika” juga dapat disebut
sebagai cabang dari Epistemologi. Tugas utama Logika adalah menyelidiki sifat berpikir
secara benar dan menggunakan akal yang sehat termasuk hukum-hukum pemikiran manusia
(Dirdjosisworo, 1985).
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan
dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani
berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan.
Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk
menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang
mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan
kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P.
Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau
mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan
tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang
kodrati (Bahtiar, 2012).
Epistemologi,(dari bahasaYunani episteme (pengetahuan)dan logos (kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang
filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta
hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. keyakinan.
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang
kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan
menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai sejenis
tempat penampungan,yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini
berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada
pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-
atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak
kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah
pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran
dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman.
Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis
dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang
sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon). Bagi Kant para penganut
empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-
meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena
akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu di antara
unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan
adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan
demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di
samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar dengan
mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian
pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa
dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian saja – yang diberikan oleh
analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang
menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.
Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
senyatanya.
e. Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta analisis
sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam
kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya,
apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa
kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan
sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah
pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi
mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan,
bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan
kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang
tertentu.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada
dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis.
Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang
membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam
pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Pengaruh Epistemologi
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan
dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil
pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar
tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan
untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori
yang ada. Penguasaan epistemologi, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan sangat
membantu seseorang dalam melakuakan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang
diajukan orang lain maupun dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan
relatif mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya (Anonim, 2014 d).
Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam
menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum
dalam metode ilmiah. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu
disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
1. Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah
yang akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup
permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa
kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan
berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah;
4. Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan
konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi
hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia
fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.
6. Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah hipotesis yang telah terbukti kebenarannya
dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagain dari ilmu. Atau
dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap sebagai (bagian dari)
suatu teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis megnenai suatu
gejala tertentu. Pengetahuan ini dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya,
yakni sebagai premis dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang
lainnya. Dengan demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi dalam
suatu daur sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapakan teori ilmiah
tersebut (Anonim, 2014 c).
SIMPULAN
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan dapat diperoleh
melalui beberapa hal yaitu:
1. Pengetahuan diperoleh dari akal, yakni pengetahuan yang didapatkan melalui proses
berpikir yang logis sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran
rasionalisme.
3. Pengetahuan diperoleh dari intuisi, yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan
hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro, Ahmadi. 2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada. Jakarta
Saebani, Ahmad dan Hakim 2008. Filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi. Pustaka
Setia, Bandung.
Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan