Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Perendaman Buah Mangga

Setelah Panen Dengan Ekstrak Daun Pepaya


Untuk Menurunkan Kerusakan Buah Akibat
Serangan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)

Di Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang


Musim Panen 2021

Penulis :

Nurhadi, SP
POPT Ahli Madya Kabupaten Rembang Jawa Tengah
Perendaman Buah Mangga Setelah Panen Dengan Ekstrak Daun Pepaya
Untuk Menurunkan Kerusakan Buah Akibat Serangan Lalat Buah
Di Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Musim Panen 2021

ABSTRACT

In an effort to obtain quality mangoes without pesticide residues and


not containing Plant Destruction Organisms (PDO), it is necessary to develop
a pest management system after harvest that is cheap, easy to do and safe for
consumption. Fruit fly (Bactrocera dorsalis) is the main pest that can attack
mangoes after harvest. Damage to mangoes by fruit fly attacks can reduce
the quality and quantity of mangoes in Indonesia. Fresh papaya leaf extract
is known to contain insecticidal compounds. Heating a solution of papaya leaf
extract at 40oC has also been tried, proven to be able to inhibit the
development of fruit flies.
This study shows that soaking mangoes at 40oC has no significant
effect. The amount of damage to mango fruit by B. dorsalis that occurred in
the heating treatment was not significantly different from the damage that
occurred in the treatment without heating. The effect of soaking mangoes for
10 minutes using papaya leaf extract can significantly reduce fruit damage
due to fruit fly attacks. The higher the concentration of papaya leaf extract,
the lower the amount of fruit damage caused by fruit fly attacks.
Concentration of 50% was able to reduce the damage of mango fruit
significantly compared to the control. Soaking mango fruit at 40oC for 10
minutes did not significantly increase the effectiveness of papaya leaf extract
in reducing the amount of fruit damage caused by B. dorsalis fruit fly attack.
Keywords : Fruit flies, papaya leaf extract, heating 40oC, mango fruit, fruit
damage due to fruit fly attack.

ABSTRAK

Dalam upaya untuk mendapatkan kualitas buah mangga tanpa residu


pestisida dan tidak mengandung Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT),
maka perlu diusakan sebuah sistem pengelolaan hama setelah panen yang
murah, mudah dilakukan dan aman untuk dikonsumsi. Lalat buah
(Bactrocera dorsalis) merupakan hama utama yang dapat menyerang buah
mangga setelah panen. Kerusakan buah mangga oleh serangan lalat buah ini

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah mangga di Indonesia.
Ekstrak daun pepaya segar diketahui mengandung senyawa insektisida.
Pemanasan larutan ekstrak daun pepaya pada 40oC juga telah dicoba,
terbukti mampu menghambat perkembangan lalat buah.
Pada Kajian ini menunjukkan bahwa perendaman buah mangga
pada suhu 40oC tidak berpengaruh signifikan. Jumlah kerusakan buah
mangga oleh B. dorsalis yang terjadi pada perlakuan pemanasan tidak
berbeda signifikan dibanding dengan kerusakan yang terjadi pada
perlakuan tanpa pemanasan. Efek perendaman buah mangga selama 10
menit dengan menggunakan ekstrak daun pepaya secara seknifikan dapat
mengurangi kerusakan buah akibat serangan lalat buah. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun pepaya, akan semakin rendah jumlah kerusakan
buah oleh serangan lalat buah. Konsentrasi 50% sudah mampu
menurunkan kerusakan buah mangga secara signifikan dibanding kontrol.
Perendaman buah mangga pada suhu 40oC selama 10 menit tidak dapat
meningkatkan efektivitas ekstrak daun pepaya secara signifikan pada
penurunan jumlah kerusakan buah oleh serangan lalat buah B. dorsalis.
Kata kunci : Lalat Buah, ekstrak daun pepaya, pemanasan 40oC, buah
mangga, kerusakan buah akibat serangan lalat buah.

I. PENDAHULUAN

Indonesia bersama-sama dengan Filipina, Thailand dan Jepang termasuk


produsen buah yang cukup besar di Asia Pasifik. Produksi buah di Indonesia
tercatat mengalami peningkatan. Dari tahun 1976 -1986 laju peningkatannya
mencapai 5%, sedangkan berdasarkan angka sementara Departemen Pertanian,
produksinya meningkat dari 9,4 juta ton pada 2001 menjadi 10,4 juta ton pada
2002 (Singh, 1988 ; Anonim, 2003). Sedangkan pada tahun 2008 produksi buah
Indonesia tercatat naik sekitar 4,18 % bila dibanding tahun 2007 sebesar
17.831.252 ton (Agusfasis, 2011).

Tanaman mangga di Kabupaten Rembang sebanyak 434.338 pohon,


produksi buah manga selama 2 (dua) tahun yaitu tahun 2020 dan 2021 menurun
dibanding tahun 2019. Pada tahun 2019 produksi buah mangga Kabupaten
Rembang mencapai 799.697 ton, tahun 2020 turun menjadi 783.546 ton,

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


kemudian tahun 2021 turun lagi hanya mencapai 763.894 ton. Jumlah tanaman
mngga di Kecamatan Pamotan sebanyak 38.220 pohon atau 8,80% dari total
pohon se Kabupaten Rembang. Produksi buah mangga pada tahun 2019 tercatat
49,654 ton, pada tahun 2020 meningkat menjadi 95,161 ton, kemudian pada tahun
2021 jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu hanya mencapai 43.115 ton.
Penurunan produksi buah mangga di Kabupaten Rembang disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain hama penyakit, iklim/cuaca dan cara
perawatan/budidaya. Meskipun jarang dilaporkan, Lalat buah (Diptera :
Tephritidae) diduga sebagai salah satu hama potensial yang dapat menurunkan
produksi buah mangga, baik secara kuantitas maupun kualitas di Kecamatan
Pamotan Kabupaten Rembang.

Hama lalat buah merupakan hama utama pada buah-buahan di seluruh


dunia (Pena, et al., 1998; Vargas et al., 2005), termasuk di Indonesia (Sodiq,
1993; Soesilohadi, 2002; Siwi dkk., 2006). Serangan hama penyakit tanaman pada
produk hortikultura masih cukup tinggi. Rata-rata dalam setahun serangan hama
terhadap tanaman hortikultura di seluruh Indonesia saat ini mencapai 35 hingga
80% (Anonim, 2003). Kerusakan yang terjadi menyebabkan penurunan kualitas
maupun kuantitas buah. Komoditas buah membutuhkan kualitas tinggi yang
hampir sepenuhnya bebas organisme pengganggu, sehingga bentuk fisik maupun
rasanya akan memuaskan. Untuk mencegah masuknya spesies baru lalat buah
ke Indonesia, pemerintah mengeluarkan Permentan No.37/KPTS/HK.060/2006
yang menetapkan hanya 7 pintu masuk buah segar ke Indonesia, yaitu Batu
Ampar (Batam), Ngurah Rai (Bali), Makassar, Belawan (Medan), Tanjung Priok
(Jakarta),Tanjung Perak (Surabaya), danCengkareng (Jakarta). Intensitas
serangan lalat buah menunjukkan variasi yang cukup besar, dibeberapa daerah di
J a wa T e nga h , Jawa Timur dan Bali berkisar antara 6,4-70%. Intensitas
serangan lalat buahpada mangga berkisar antara 14,8-23%.

Jenis Lalat Buah di Indonesia

Lalat Buah termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae, subfamili


Dacinae, tribe Dacini. Di dunia, kelompok Tephritidae berjumlah kurang lebih
4000 spesies dan dikelompokan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut termasuk

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


yang terbesar di antara jenis lalat Diptera yang secara ekonomi penting (Siwi dan
Hidayat, 2004). Secara orfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu
genus Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White dan Elson-Harris, 1992).
Famili Tephritidae mudah dikenal dari bentuk imago dengan ciri karakteristik
pembuluh sayap yang mempunyai pola berwarna warni indah. Lalat buah tephritid
sering ditemui hinggap pada daun atau bunga pada siang hari. Serangga dewasa
(imago) dapat dikoleksi dengan menggunakan lure trap atau dengan cara
pembiakan dari buah yang terinfeksi (Siwi dkk., 2006).

Hasil pemantauan lalat buah yang dilakukan oleh Pusat Karantina


Pertanian sejak tahun 1979/1980 menunjukkan bahwa lalat buah ditemukan
hampir di semua wilayah di Indonesia. Saat ini terdapat 66 spesies lalat buah,
tetapi baru beberapa spesies yang sudah diketahui tanaman inangnya, yaitu B.
dorsalis Hendel yang menyerang lebih dari 20 jenis buah antara lain belimbing,
mangga, jeruk, jambu, pisang susu, pisang raja sere, cabai merah, B. cucurbitae
Coq. yang menyerang mentimun, melon serta beberapa tanaman dari famili
Cucurbitaceae, B. umbrosus F. yang menyerang nangka dan beberapa tanaman
dari famili Moraceae, dan B. caudatus F. yang menyerang beberapa tanaman dari
famili Cucurbitaceae. Sasaran utama serangan lalat buah ini, antara lain mangga,
belimbing manis, jambu air, jambu biji, nangka, semangka, melon dan cabai
(Deptan, 2002). Tidak semua spesies lalat buah secara ekonomi merugikan, hanya
kira-kira 10% yang merupakan hama. Pengetahuan untuk mengenal spesies yang
mempunyai potensi sebagai hama, baik spesies endemik atau eksotik dari luar
harus dikuasai. Sebagai contoh di daerah Indo-Pasifik dilaporkan terdapat 800
spesies lalat buah tetapi hanya 60 spesies yang merupakan hama penting (White
dan Elson-Harris, 1992).

Lalat buah telah dikenal luas sebagai hama penting pada tanaman buah-
buahan. Hama ini menyebabkan kerusakan yang serius pada berbagai buah yang
tumbuh di Indonesia. Di Indonesia terdapat 4 genera lalat buah dan dari penelitian
yang dilakukan pada tahun 1982 ditemukan 77 spesies dari genus Dacus (Putra,
1997). Salah satu diantaranya adalah Dacus (Bactrocera) dorsalis complex yang
merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


seperti belimbing manis, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka,
mangga, dan jambu air. Selain dapat menyebabkan buah muda yang terserang
jatuh, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi
larva lalat buah yang merupakan vektor bakteri Escherichia coli, penyebab
penyakit pada manusia sehingga dampak lebih jauhnya dapat menghambat
perdagangan (Putra, 1997 ; Anonim, 2011).

Dari beberapa jenis lalat buah, Bactrocera dorsalis Complex adalah yang
paling banyak (Elson-Harris, 1992; Sodiq, 1993; Soesilohadi, 2002; USDA-ARS,
2002; Revis et al., 2004; Robacker et al., 2005). Bahkan akibat serangan lalat
buah ini, beberapa jenis buah-buahan yang diekspor ke Jepang pada tahun 1981
semuanya ditolak karena terinfestasi hama ini (Priyono, 2002). Berdasarkan PP
Nomor 14 Tahun 2002, lalat buah termasuk Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk dicegah
masuknya ke dalam dan tersebarnya di wilayah Negara Republik Indonesia
(Iwantoro, 2005; Suwanda, 2005).

Usaha pengelolaan lalat buah baik di lapangan maupun setelah panen,


telah banyak dilakukan dan berbagai metode terus dikembangkan. Pengendalian
lalat buah yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode tradisional dengan
pembungkusan buah menggunakan berbagai material lokal. Namun,
pembungkusan menjadi kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon
buah tinggi. Metode ini cukup praktis dan efisien jika tersedia tenaga kerja yang
cukup banyak dan murah. Pada budidaya yang lebih terorganisir untuk produksi
komersial, malathion merupakan insektisida utama yang dipergunakan (Isnadi,
1988). Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, metode perlakuan
buah pasca panen didominasi metode kimiawi seperti fumigasi, pencelupan di
larutan kalsium, pembungkusan lilin atau perlakuan uap panas.

Seiring dengan penigkatan taraf hidup masyarakat, permintaan konsumen


buah, apalagi untuk ekspor, selain ditekankan pada kualitas fisik juga diharapkan
kualitas yang menjamin keselamatan konsumen. Dengan demikian produk ini
menghendaki tingkat residu pestisida rendah atau bahkan tanpa residu sama
sekali. Apalagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Pertanian dan Kesehatan No. 881/Menkes/SKB/VIII/1996 dan
No.711/Kpts/TP.270/8/96 tentang Maximum Residue Limit (MRL) atau Batas
Maksimum Residu pada produk-produk pertanian (Martono, 1999). Selain itu
pada tahun 1984 ada pembatalan registrasi pemakaian EDB (etilen dibromida)
oleh EPA (Environtment Protection Agency) sehingga fumigasi perlu
dipertimbangkan lagi (Jang, 1991).

Metode kimiawi dapat menurunkan kualitas karena adanya residu


pestisida, sedangkan metode non kimiawi (metode fisis) dapat merusak kondisi
fisik buah. Penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung senyawa insektisidal
atau senyawa toksik bagi organisme pengganggu tanaman (OPT), dapat dikaji
untuk dimanfaatkan sebagai alternatif metode perlakuan pasca panen karena lebih
aman dalam mengatasi kendala di atas. Telah dicoba perlakuan pasca panen
dengan pencelupan memanfaatkan rhizome kencur untuk melindungi mentimun
terhadap lalat buah Bactrocera cucurbitae Coq. dengan hasil yang dapat
diharapkan (Martono, 1997).

Pepaya sebetulnya merupakan salah satu inang bagi lalat buah. Di Hawaii
beberapa jenis lalat buah menjadi hama penting pada pepaya. Namun tidak pernah
ada infeksi lalat buah pada tingkat kemasakan mengkal sampai buah tua
(Liquido, 1991). Hal ini dimungkinkan karena pada tingkat kemasakan tersebut
pepaya mempunyai banyak getah yang didalamnya terkandung berbagai senyawa
yang dapat bersifat toksik bagi hama lalat buah. Selain kulit buah muda, bagian
lain seperti daun juga mengandung bahan-bahan yang kemungkinan bersifat
insektisidal. Daun pepaya banyak mengandung alkaloid carpain yang berasa pahit
dan banyak digunakan sebagai obat cacing pada anak-anak, disamping itu juga
terkandung vitamin A yang tinggi (Kalie, 1999). Kulit buah pepaya muda banyak
mengandung bensil isoiosianat yang beracun terhadap telur lalat buah (Seo et al.,
1982 cit. Liquido, 1990).

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun pepaya terhadap
lalat buah mangga setelah panen.

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


II. MATERI DAN METODE

Kajian tentang perndaman buah mangga setelah panen dengan ekstrak


daun tanaman pepaya ini dilakukan di rumah petani mangga Desa Pamotan
Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang pada Musim Panen 2021, diawali
dengan pembuatan ekstrak (perasan) daun pepaya. Helaian daun pepaya yang
dipilih tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, masih segar dan bebas kerusakan
fisik maupun kerusakan oleh organisme pengganggu tanaman.

Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 2


(dua) faktor yaitu konsentrasi dan pemanasan. Konsentrasi ekstrak daun pepaya
mempunyai 3 (tiga) aras yaitu konsentrasi 100%, 50% dan 0% (kontrol). Faktor
pemanasan terdiri dari dua aras yaitu pemanasan larutan ekstrak sampai 40oC dan
tanpa pemanasan (Gbr.1). Perendaman buah mangga pada setiap perlkuan
dilakukan selama 10 menit. Rancangan yang dimaksud dapat dilihat di Tabel 1
berikut ini :

Tabel 1. Rancangan Acak Kelompok Lengkap Pada Dua


Faktor dengan Masing-masing Arasnya
Between-Subjects Factors
Faktor Aras Value Label N
o
Pemanasan Pemanasan Pemanasan 40 C 45
Tanpa pemanasab Tanpa Pemanasan 45
Konsentrasi 1 Kontrol (0%) 30
2 Konsentrasi 50% 30
4 Konsentrasi 100% 30

Setelah perendaman, buah mangga diangin-anginkan /ditiriskan sampai


kulit buah mangga tidak mengandung bekas larutan ekstrak daun pepaya (kisat)
dan selanjutnya buah mangga yang sudah mendapat perlakuan disimpan/diperam
sendiri-sendiri sesuai perlakuan selama kurang lebih 5-7 hari atau sampai matang.

Setelah buah mangga matang, dilakukan pengamatan dan mencatat jumlah


buah terserang (rusak) dan tidak terserang (baik) lalat buah dari masing-masing
perlakuan. Untuk mengetahui jumlah buah mangga rusak atau baik akibat serangan
lalat buah dapat dilakukan dengan cara membelah dan dilihat daging buahnya. Jika
ada tanda-tada di sebagian daging buah mulai membusuk dan terlihat ada larva lalat
buah, maka buah mangga tersebut dikatagorikan “rusak”, dan sebaliknya jika buah
mangga matang sempurna dan tidak ditemukan larva didalamnya dikatagorikan

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


“baik”. Data hasil pengamatan kondisi buah mangga matang dari setiap perlakuan
dan ulangan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Buah Mangga


Terserang Lalat Buah (Rusak) dan Buah Baik
Pada setiap Perlakuan.

Pemanasan 40OC Tanpa Pemanasan


U Konst. Konst. Konst. Konst. Konst. Konst.
0% 50% 100% 0% 50% 100%
1 1 1 0 1 0 0
2 0 0 1 0 1 0
3 1 0 0 1 0 1
4 0 1 0 1 1 0
5 1 0 0 0 0 0
6 1 0 0 1 0 0
7 1 0 0 1 0 1
8 1 0 0 1 1 0
9 1 1 0 1 0 1
10 1 1 0 1 1 0
11 1 0 0 1 1 0
12 1 0 1 0 0 0
13 0 0 1 1 0 0
14 1 1 0 1 1 0
15 0 1 0 1 1 1
Σ1 11 6 3 12 7 4
Σ0 4 9 12 3 8 11
Σ1 (%) 73,33 40,00 20,00 80,00 46,67 26,67
Σ0 (%) 26,67 60,00 80,00 20,00 53,33 73,33
Keterangan : Kode 1 = Mangga terserang Lalat Buah (rusak),
Kode 0 = Mangga baik

Data hasil pengamatan dianalisis dengan komputer program Exel dan SPSS.

15 buah 15 buah 15 buah


o
Pemanasan 40 C
Konsentrasi 0% Konsentrasi 50% Konsentrasi 100%

Tanpa Pemanasan 15 buah 15 buah 15 buah

Konsentrasi 0% Konsentrasi 50% Konsentrasi 100%

Gambar 1. Ilustrasi Pelaksanaan Kajian Perendaman Buah Mangga


Dengan Ekstrak Daun Pepaya.

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis efek perendaman buah mangga setelah panen dengan


ekstrak daun pepaya dan perlakuan pemansan seperti disajikan dalam Tabel 3 di
bawah ini.

Tabel 3. Pengaruh Perendaman Buah Mangga Dengan Ekstrak


Daun Pepaya Terhadab Serangan Lalat Buah

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Buah Rusak
Type III Sum of Mean
Source df F Sig.
Squares Square
Corrected Model 4,456a 5 ,891 4,159 ,002
Intercept 20,544 1 20,544 95,874 ,000
Pemanasan ,100 1 ,100 ,467 ,496
Ekstrak daun pepaya 4,356 2 2,178 10,163 ,000
Pemanasan * Konsentrasi ,000 2 ,000 ,000 1,000
Error 18,000 84 ,214
Total 43,000 90
Corrected Total 22,456 89
a. R Squared = ,198 (Adjusted R Squared = ,151)
Keterangan : Nilai Sig. > 0,05 = efek dari perlakuan yang bersangkutan tidak
signifikan.

Berdasarkan (Tabel 3) di atas menunjukkan bahwa pemanasan larutan


daun pepaya tidak berefek signifikan (nilai sig =0,496 > 0,05) terhadap serangan
lalat buah mangga setelah panen, sedangkan konsentrasi ekstrak daun pepaya
efeknya sangat signifikan (nilai sig.= 0,000 < 0,01). Efek dari interaksi antara
pemanasan dengan konsentrasi ekstrak daun pepaya terhadap serangan lalat buah
mangga setelah panen tidak signifikan (nili sig.=1,000 > 0,05), artinya perlakuan
pemanasan ekstrak daun pepaya pada suhu 40oC tidak dapat meningkatkan
kemampuan efektifitas ekstrak daun pepaya dalam mengendalikan perkembangan
lalat buah setelah panen. Hasil analisis efek pemanasan disajikan pada Tabel 4 di
bawah ini :

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Tabel .4 Jumlah Buah Rusak Karena Lalat Buah
pada Perlakuan Pemanasan Ekstrak Daun
Pepaya

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Buah Rusak

Pemanasan Buah Rusak (%) Beda Mean (%) Sig.a

Pemanasan 44,44
6,67 ,496
Tanpa 51,11
Based on estimated marginal means, (a) Adjustment for multiple
comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).

Keterangan : Nilai Sig. > 0,05 = efek dari perlakuan yang


bersangkutan tidak signifikan.

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa buah mangga yang direndam dalam


larutan ekstrak daun pepaya selama 10 menit tanpa pemanasan mengalami
kerusakan sebanyak 51,11%, sedangkan yang direndam dengan pemanasan suhu
40oC, meskipun tidak berbeda siknifikan (Sig = 0,96 > 0,05), namun nampak ada
sedikit penurunan kerusakan 6,67% yaitu dari 51,11% turun menjadi hanya
44,44% (Gbr. 2).

Gambar 2. Kerusakan buah mangga oleh lalat buah pada


pemanasan suhu 40oC

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Perendaman buah mangga dengan ekstrak daun pepaya pada suhu 40oC
memang semula tidak ditujukan untuk secara langsung membunuh lalat buah,
namun dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas perendaman ekstrak daun
pepaya. Perlakuan pemanasan untuk pengendalian lalat buah pernah dilakukan
terhadap buah alpukat, dengan suhu 40oC selama 24 jam, dan hal tersebut dapat
menurunkan populasi lalat buah B.cucurbitae mencapai 99,5 – 100% (Yang 1996
cit. Dhillon et al., 2005). Namun, metode tersebut hanya bisa diaplikasikan pada
buah-buah dengan karakter kulit yang lebih tebal, seperti alpukat.

Meskipun tidak langsung menurunkan populasi, perlakuan pemanasan


dalam kajianan ini diduga dapat memperlambat pertumbuhan larva B. dorsalis
dalam daging buah mangga. Seiring dengan berjalannya waktu, nutrisi dalam
daging buah terus mengalami perubahan, sehingga dengan terlambatnya
pertumbuhan larva menyebabkan nutrisi yang tersedia dalam buah mangga sudah
tidak memenuhi bagi kebutuhan hidupnya (Pantastico, 1986). Akibatnya tinggat
kerusakan buah mangga oleh larva lalat buah menurun.

Proses pematangan buah mangga selalu diikuti oleh perubahan fisik


seperti warna, aroma, kelunakan buah, dan perubahan kandungan senyawa dalam
buah seperti peningkatan jumlah gula sederhana dan minyak atsiri, serta
penurunan asam-asam organik dan senyawa fenolik sehingga mengurangi rasa
masam dan/atau sepet. Perubahan kandungan senyawa dalam buah mangga
dipengaruhi oleh enzim-enzim dalam metabolisme oksidatif buah, seperti
katalase, peroksidase, amilase dan lain-lain. Pada buah yang masih mentah
terdapat zat-zat penghambat kerja enzim yang tak tahan terhadap panas. Oleh
karena itu diduga dengan perendaman pada suhu 40 oCdapat mengganggu zat
penghambat tersebut sehingga kerja enzim lebih cepat dan memicu proses
pematangan buah (Pantastico, 1986).

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Tabel .5 Efek Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya Terhadap
Serangan Lalat Buah
Dependent Variable: Buah Rusak

Estimates Estimates Pairwise Comparisons


Konsentrasi Rusak Perbandingan amtar konsentrasi Beda Sigb.
0% 76,67% Konsentrasi 50% 33,33*% ,007
Kontrol
50% 43,33% Konsentrasi 100% 53,33*% ,000
Konsentrasi
100% 23,33% Konsentrasi 100% 20,00% ,098
50%
Based on estimated marginal means : * The mean difference is significant at the ,05
level. b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to
no adjustments).
Keterangan : Nilai Sig. > 0,05 = efek dari perlakuan yang
bersangkutan tidak signifikan

Tabel 5 di atas menyajiakan data jumlah kerusakan buah mangga dan


perbedaanya antar dua perlakuan. Buah mangga yang diperlakukan perendaman
dengan ekstrak daun pepaya konsentrasi 100% mengalami kerusakan yang paling
rendah (23,33%), kemudian kerusakan tersebut menjadi meningkat pada
konsentrasi 50% yaitu mencapai (43,33%). Perbedaan kerusakan buah mangga
yang terjadi pada dua konsestrasi tersebut (konsentrasi 50% dengan 100%) tidak
signifikan (sig.= 0,89>0,05). Jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol
(konsentrasi 0%), kerusakan buah mangga yang trjadi pada dua konsentrasi
ekstrak daun pepaya tersebut jauh lebih rendah dan berbeda sangat signifikan (α <
01%) dengan kerusakan buah yang terjadi pada perendaman tanpa ekstrak daun
pepaya yaitu mencapai 76,67% (Gbr. 3).

Gambar 3. Kerusakan buah mangga oleh lalat buah pada perlakuan


perendaman 10 menit dengan ekstrak daun pepaya.

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Kehidupan larva lalat buah dalam buah mangga setelah panen dipengaruhi
tingkat konsentrasi ekstrak daun papaya yang digunakan untuk perendaman buah
selama 10 menit, semakin tinggi konsentras semakin rendah jumlah buah yang
rusak. Kandungan senyawa-senyawa dalam ekstrak daun pepaya kemungkinan
bisa menyebabkan kematian tidak langsung dengan menurunkan selera makan
larva. Penurunan aktivitas makan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
larva lalat buah, bahkan menyebabkan kematian larva lalat buah.

Telah diketahui daun pepaya banyak mengandung alkaloid carpain yang


berasa pahit danbanyak digunakan sebagai obat cacing pada anak-anak, disamping
itu juga terkandung vitamin A yang tinggi (Kalie, 1999). Daun dan kulit buah
pepaya muda banyak mengandung bensil isoiosianat yang beracun yang
mempunyai tingkat toksisitas tinggi terhadap telur lalat buah (Seo etal., 1982 cit.
Liquido, 1990).

Tabel 6. Efek Interaksi Antara Pemanasan dengan Konsentrasi Ekstrak


Daun Pepaya Terhadap Serangan Lalat Buah Mangga Setelah
Panen.
Dependent Variable: Buah Rusak
Manga 95% Confidence Interval
Pemanasan
Rusak (%) Lower Bound Upper Bound
Kontrol 73,33 B 49,6 97,1
Pemanasan Konsentrasi 50% 40,00 A 16,2 63,8
Konsentrasi 100% 20,00 A -3,8 43,8
Kontrol 80,00 B 56,2 103,8
Tanpa Konsentrasi 50% 46,67 A 22,9 70,4
Konsentrasi 100% 26,67 A 2,9 50,4
Keterangan : Nilai mangga rusak yang diikuti huruf sama tidak berbeda
signifikan pada pada tingkat kepercayaan 5%.

Telah diterangkan di atas (Tabel 3), bahwa efek dari interaksi antara
pemanasan dengan konsentrasi ekstrak daun pepaya terhadap serangan lalat buah
mangga setelah panen tidak signifikan (nili sig.=1,000 > 0,05). Perlakuan
pemanasan ekstrak daun pepaya pada suhu 40oC tidak mampu meningkatkan
secara signifikan terhadap efektifitas ekstrak daun pepaya dalam mengendalikan
perkembangan lalat buah setelah panen. Namun demikian ada kecenderungan
dengan pemanasan ekstrak daun pepaya pada masing-masing konsentrasi dapat

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


menekan serangan lalat buah dan menurunkan jumlah kerusakan buah mangga
setelah matang (Gbr. 4).

Pemanasan 40oC

Gambar 4. Kerusakan buah mangga oleh lalat buah pada


perlakuan perendaman 10 menit dengan pemanasan
dan tanpa pemanasan larutan ekstrak daun pepaya.

Perbedaan tingkat kerusakan buah mangga menunjukkan bahwa


perendaman selama 10 dalam larutan ektrak daun pepaya konsentrasi 50% dengan
100%, baik dengan pemanasan 40oC maupun tanpa pemanasan tidak berefek
signifikan terhadap kerusakan buah mangga. Jika dibandingkan dengan perlakuan
kontol (konsentrsi 0%), maka perendaman buah mangga ke dalam ektrak daun
pepaya selama 10 menit tanpa atau dengan pemanasan 40oC dapat menekan secara
signifikan jumlah buah mangga yang rusak akibat serangan lalat buah setelah
panen.

IV. KESIMPULAN

o
1. Perendaman buah mangga pada suhu 40 C tidak berpengaruh signifikan.
Jumlah kerusakan buah mangga oleh B. dorsalis yang terjadi pada perlakuan
pemanasan tidak berbeda signifikan dibanding dengan kerusakan yang terjadi
pada perlakuan tanpa pemanasan.

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


2. Efek perendaman buah mangga selama 10 menit dengan menggunakan ekstrak
daun pepaya, secara seknifikan dapat mengurangi kerusakan buah akibat
serangan lalat buah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya, akan
semakin rendah jumlah kerusakan buah oleh serangan lalat buah. Konsentrasi
50% sudah mampu menurunkan kerusakan buah mangga secara signifikan
dibanding kontrol.
o
3. Perendaman buah mangga pada suhu 40 C selama 10 menit tidak dapat
meningkatkan efektivitas ekstrak daun pepaya secara signifikan pada
penurunan jumlah kerusakan buah oleh serangan lalat buah B. dorsalis.

- - -oooOOOOOooo - - -

Rembang, 31 Desember 2021

Penulis
POPT Ahli Madya

Mengetahui :

Nurhadi,, SP.
NIP.19640917 198703 1 005

DAFTAR PUSTAKA
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonim. 2003. Hortikultura, Potensi yang Masih Tak Berdaya. http : // www.
situshijau.co.id
Agusfasis.2011. Minyak Kelapa Sawit /Crude Palm Oil (CPO) http : //www.
agusfasis. blogspot.com.
Sodiq, M. 1993. Aspek Biologi dan Sebaran Populasi Lalat Buah Pada
Tanaman Mangga dalam Kaitan dengan Pengembangan Model
Pengendalian Hama Terpadu. Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga.

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Soesilohadi, RCH, 2002. Dinamika Populasi Lalat Buah, Bactrocera
carambolae Drew and Handcock (Diptera : Tephritidae). Disertasi,
Program Pascasarjana, ITB.
Siwi SS., P. Hidayat, dan Suputa, 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting, Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae) di Indonesia. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik,
Bogor.
Anonim, 2011. Peran Pestisida Nabati dalam Pengendalian Lalat Buah .http: /
www. sinartani.com.
White IM and MM Elson-Harris, 1992. Fruit Flies of Economic Significance :
Their Identification and Bionomics. CABI and ACIAR, UK.
Deptan. 2002. Panduan Lalat Buah. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti
/makalah /lalat_buah.htm. Diakses 13 September 2005.
Revis HC., NW. Miller and RI. Vargas. 2004. Effects of Aging Dilution on
Attraction and Toxicyti og GF-120 Fruit Fly Bait Spray for Melon Fly
Control in Hawaii. J. Econ. Entomol. 97(5) : 1659-1665 (2004).
Robacker D.C. and D. Czokajlo. 2005. Efficacy of Two Synthetic Food-Odor
Lures for Mexican Fruit flies (Diptera : Tephritidae) Is Determined by
Trap Type. 2005. J. Econ. Entomol. 98(5): 1517-1523 (2005).
Priyono, J. 2002. Pengembangan Peramalan Lalat Buah, Bactrocera spp. Di
Tingkat Wilayah. Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan,
Jatisari.
Iwantoro, S. 2005. Peran Karantina Pertanian Dalam Perlindungan
Negara/Daerah dan Mengakselerasi Ekspor. Sosialisasi Karantina,
Cirebon 29 Nop. 2005.
Suwanda, 2005. Karantina Pertanian Negara Kepulauan. Sosialisasi
Karantina, Cirebon 29 Nopember 2005.
Isnadi, S. 1988. The Distribution of Dacus spp. in Indonesia Archipelagos.In
: Fruit Flies in the Tropics. Proceedings of the First International
Symposium, Kuala Lumpur, Malaysia, 14-16 March. Malaysian
Agricultural Research and Development Institute (MARDI) and Malaysian
Plant ProtectionSociety (MAPPS) : 99-107.
Martono, Edhi. 1997. Commodity Treatment for Horticultural Crops :
The Importance of Non- Chemical Approach. Agro- Industry Bulletin
no.6.Agricultural Institute of Yogyakarta, Yogyakarta-Indonesia : 44-49.
Jang, Eric B. 1991. Thermal Death Kinetics and Heat Tolerance in Early and
Late Third Instar of the Oriental Fruit Fly (Diptera : Tephritidae). J.
Econ. Entomol. 84(4) : 1298-1303. (Liquido, 1991)

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Dhillon, M.K., Ram Singh, J.S. Naresh, and H.C. Sharma. 2005. The melon fruit
fly, Bactrocera cucurbitae: A review of its biology and management. J
Insect Sci. 2005 (5) : 40. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC1615247.
Pantastico, E.R.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press.
906 hal.
Kalie, Moehd. Baga. 1999. Bertanam Pepaya. Cetakan XV. Penebar Swadaya,
Jakarta. 120 hal.
Liquido, Nicanor J. 1990. Survival of Oriental Fruit Fly andMelon Fly (Diptera
: Tephritidae) Eggs Oviposited in Morphologically Defective Blossom End
of Papaya Following Two-Stag Hot Water ImmersionTreatment. J. Econ.
Entomol. 83(3) : 2327-2330.

Lampiran: Karya Ilmiah


Judul : Perendaman Buah Setelah Panen Dengan Ekstrak Daun Pepaya
Untuk Menurunkan Kerusakan Buah Mangga Akibat Serangan
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis).
Penulis : Nurhadi, SP, POPT Ahli Madya Kabupaten Rembang Jawa
Tengah.

Univariate Analysis of Variance


FILE='E:\02-BUKTI FISIK NURHADI\Untitled1 Data Lalat buah
mangga.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
UNIANOVA Buah_Rusak BY Pemanasan Konsentrasi
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Pemanasan Konsentrasi Pemanasan*Konsentrasi.

Between-Subjects Factors

Value Label N

Pemanasan Pemanasan Pemanasan 45

Tanpa Tanpa 45
Konsentrasi 0 Kontrol 30

1 Konsentrasi 50% 30

2 Konsentrasi 100% 30

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Descriptive Statistics
Dependent Variable: Buah_Rusak

Pemanasan Konsentrasi Mean Std. Deviation N

Pemanasan Kontrol ,73 ,458 15

Konsentrasi 50% ,40 ,507 15

Konsentrasi 100% ,20 ,414 15

Total ,44 ,503 45


Tanpa Kontrol ,80 ,414 15
Konsentrasi 50% ,47 ,516 15
Konsentrasi 100% ,27 ,458 15
Total ,51 ,506 45
Total Kontrol ,77 ,430 30

Konsentrasi 50% ,43 ,504 30

Konsentrasi 100% ,23 ,430 30

Total ,48 ,502 90


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Buah_Rusak

Type III Sum of Mean


Source Squares df Square F Sig.
a
Corrected Model 4,456 5 ,891 4,159 ,002
Intercept 20,544 1 20,544 95,874 ,000
Pemanasan ,100 1 ,100 ,467 ,496
Konsentrasi 4,356 2 2,178 10,163 ,000
Pemanasan * Konsentrasi ,000 2 ,000 ,000 1,000
Error 18,000 84 ,214
Total 43,000 90
Corrected Total 22,456 89

a. R Squared = ,198 (Adjusted R Squared = ,151)

Estimated Marginal Means

1. Pemanasan
Estimates
Dependent Variable: Buah_Rusak

95% Confidence Interval

Pemanasan Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

Pemanasan ,444 ,069 ,307 ,582


Tanpa ,511 ,069 ,374 ,648

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Buah_Rusak
95% Confidence Interval
a
Mean for Difference
Difference Std. Lower Upper
a
(I) Pemanasan (J) Pemanasan (I-J) Error Sig. Bound Bound

Pemanasan Tanpa -,067 ,098 ,496 -,261 ,127


Tanpa Pemanasan ,067 ,098 ,496 -,127 ,261

Based on estimated marginal means


a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).
Univariate Tests
Dependent Variable: Buah_Rusak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast ,100 1 ,100 ,467 ,496


Error 18,000 84 ,214
The F tests the effect of Pemanasan. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.

2. Konsentrasi
Estimates
Dependent Variable: Buah_Rusak

95% Confidence Interval


Konsentrasi Mean Std. Error
Lower Bound Upper Bound

Kontrol ,767 ,085 ,599 ,935

Konsentrasi 50% ,433 ,085 ,265 ,601

Konsentrasi 100% ,233 ,085 ,065 ,401

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Buah_Rusak
Mean 95% Confidence Interval for
b
Std. b Difference
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi Difference Sig.
Error
(I-J) Lower Bound Upper Bound
*
Konsentrasi 50% ,333 ,120 ,007 ,096 ,571
Kontrol
*
Konsentrasi 100% ,533 ,120 ,000 ,296 ,771
*
Kontrol -,333 ,120 ,007 -,571 -,096
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 100% ,200 ,120 ,098 -,038 ,438
*
Kontrol -,533 ,120 ,000 -,771 -,296
Konsentrasi 100%
Konsentrasi 50% -,200 ,120 ,098 -,438 ,038
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah


Univariate Tests
Dependent Variable: Buah_Rusak

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Contrast 4,356 2 2,178 10,163 ,000


Error 18,000 84 ,214
The F tests the effect of Konsentrasi. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.

3. Pemanasan * Konsentrasi
Dependent Variable: Buah_Rusak

95% Confidence Interval

Pemanasan Konsentrasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

Pemanasan Kontrol ,733 ,120 ,496 ,971

Konsentrasi 50% ,400 ,120 ,162 ,638

Konsentrasi 100% ,200 ,120 -,038 ,438


Tanpa Kontrol ,800 ,120 ,562 1,038

Konsentrasi 50% ,467 ,120 ,229 ,704

Konsentrasi 100% ,267 ,120 ,029 ,504

Rembang, 31 Desember 2021

Penulis
POPT Ahli Madya

Mengetahui :

Nurhadi,, SP.
NIP.19640917 198703 1 005

Bukti Fisik Butir Kegiatan : 13.A.6.a - Karya Tulis Ilmiah

You might also like