Dokumen Amdal Pt. Tiga Cahaya Sejahtera

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 419

PT.

TIGACAHAYASEJAHTERA
Jl. Mayjen Panjaitan No. 16 RT 10, Loaipuh, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur

ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN
(ANDAL)

Tahun

2012
Surat Keputusan (SK) Bupati Konawe
Nomor 555 Tahun 2009
Luas 3.080 Ha

Kecamatan Routa
Kabupaten Konawe
Propinsi Sulawesi Tenggara
KATA PENGANTAR

Paradigma baru pembangunan di Indonesia adalah setiap kegiatan


pembangunan harus mengintegrasikan aspek lingkungan hidup dalam proses
perencanaannya. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan implementasinya
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan

Penyusunan dokumen AMDAL kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya


Sejahtera yang terletak di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kab. Konawe
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Konawe No. 555 Tahun 2009 Tanggal 29
Desember 2009 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada PT.
Tiga Cahaya Sejahtera Seluas 3.080 Ha, dimaksudkan untuk menyajikan kajian tentang
dampak lingkungan yang mungkin terjadi sehingga dapat digunakan sebagai landasan
dalam program pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang diprakirakan terjadi.

Dokumen AMDAL yang dibuat terdiri dari Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak

Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Format penyusunan dokumen ANDAL mengacu pada

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012

Lampiran II tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Hidup.

Dokumen Andal ini merupakan salah satu syarat peningkatan Izin dari Izin
Pertambangan (IUP) Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi.
Dokumen Andal disusun dengan harapan dapat memberikan arahan dan panduan
pelaksanaan survey lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan Studi ANDAL.

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Konawe

I-I
Provinsi Sulawesi Tenggara, Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan dokumen Andal ini.

Demikian dokumen AMDAL ini dibuat, masukan dari Komisi AMDAL Kabupaten
Konawe sangat diharapkan sehingga lebih menambah kedalaman analisis terhadap dampak
penting yang akan terjadi sekaligus dapat memberikan arah bagi pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan bagi pemrakarsa.

Kalimantan, Desember 2012


PT. TIGA CAHAYA SEJAHTERA

NANANG HARYANTO
Direktur Utama

I-II
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : NANANG HARYANTO
Jabatan : Direktur Utama PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dari kegiatan


usaha:
Nama Kegiatan Usaha : Kegiatan Penambangan Nikel di Kec. Routa
Kabupaten Konawe Prov. Sulawesi Tenggara
Alamat Kantor : Jl. Mayjen Panjaitan No. 16 RT 10, Loaipuh,
Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur
Lokasi Kegiatan : Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa
Kabupaten Konawe
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Dokumen ANDAL dan Dokumen RKL dari kegiatan tersebut di atas telah
disusun dengan benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
2. Kami berjanji dan bersedia melakukan pemantauan lingkungan sesuai dengan
yang tercantum dalam ANDAL dan Dokumen RKL, serta bersedia dipantau
dampaknya oleh instansi/pihak yang berwenang, selama kegiatan berlangsung
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Bila kegiatan usaha kami tidak melaksanakan ANDAL dan Dokumen RKL
sebagaimana dimaksud di atas, kami bersedia menghentikan kegiatan
proyek dan bersedia menanggung semua kerugian dan segala resiko yang
ditimbulkan oleh proyek.
4. Demikian surat pernyataan ini, kami buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kalimantan, Desember 2012

PT. TIGA CAHAYA SEJAHTERA


Materai
6000

NANANG HARYANTO
Direktur Utama

I-III
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : NANANG
HARYANTO
Jabatan : Direktur Utama PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan Pemantauan Lingkungan dari kegiatan


usaha:
Nama Kegiatan Usaha : Kegiatan Penambangan Nikel di Kec. Routa
Kabupaten Konawe Prov. Sulawesi Tenggara
Alamat Kantor : Jl. Mayjen Panjaitan No. 16 RT 10, Loaipuh,
Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur
Lokasi Kegiatan : Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa
Kabupaten Konawe Prov. Sulawesi Tenggara
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Dokumen ANDAL dan Dokumen RPL dari kegiatan tersebut di atas telah
disusun dengan benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

2. Kami berjanji dan bersedia melakukan pemantauan lingkungan sesuai dengan yang
tercantum dalam Dokumen ANDAL dan Dokumen RPL serta bersedia dipantau
dampaknya oleh instansi/pihak yang berwenang, selama kegiatan berlangsung
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Bila kegiatan usaha kami tidak melaksanakan Dokumen ANDAL dan


Dokumen RPL sebagaimana dimaksud di atas, kami bersedia menghentikan
kegiatan proyek dan bersedia menanggung semua kerugian dan segala
resiko yang ditimbulkan oleh proyek.
4. Demikian surat pernyataan ini, kami buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kalimantan, Desember 2012

PT. TIGA CAHAYA SEJAHTERA

Materai
6000

NANANG HARYANTO
Direktur Utama

I-IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN................................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN................................................................................................... iv
DAFTAR
ISI ...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... x
DAFTAR FOTO................................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU
1.1. KEGIATAN
................................................................................................................................
I-1
1.1.1 Diskripsi Umum ........................................................................................ I-1
1.1.2. Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak ............................... I-11
1.1.3. Rencana Tahapan Kegiatan.................................................................. I-15
1.1.4. Alternatif-Alternatif Yang Akan Dikaji Dalam Andal .................... I-31
1.2. RINGKASAN DAMPAK PENTING HIPOTIK YANG
DITELAAH/DIKAJI .............................................................................................. I-31
1.3. RUANG LINGKUP WILAYAH STUDY DAN BATAS WAKTU KAJIAN
.. I-36
1.3.1. Batas Wilayah Studi ................................................................................ I-36
1.3.2. Pelingkupan Waktu Kajian .................................................................... I-38
BAB II RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP............................................................. II-1
2.1. KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK
PENTING................ II-1
2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia ................................................................. II-1
2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi Dan Budaya ........................................ II-51
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat .................................................... II-66
2.2. KEGIATAN LAIN DISEKITAR LOKASI
PERTAMBANGAN ....................... II-69
BAB III. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING.................................................................. III-1
3.1. PRAKIRAAN BESAR DAMPAK........................................................................ III-5
3.2. BESAR DAMPAK DAN SIFAT PENTING DAMPAK................................... III-6
3.2.1 Prakiraan Besar Dampak ....................................................................... III-6

I-V
BAB IV. EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK
LINGKUNGAN... IV-1
4.1 BENTUK HUBUNGAN DAN KETERKAITAN DAMPAK PENTING......... IV-1
4.2 KOMPONEN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
PALING BANYAK MENIMBULKAN DAMPAK PENTING........................ IV-3
4.3 AREA-AREA YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN
PENTING ......... IV-4
4.3.1. Area yang Mendapat Paparan dari Beberapa Dampak
Sekaligus ....................................................................................................................... IV-4
4.3.2. Area yang Rentan/Rawan Bencana ................................................... IV-4
4.3.3. Luas Daerah Akan Terkena Dampak ................................................. IV-5
4.4. ARAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ................................... IV-5
4.4.1 Dampak Penting yang Harus Dikelola dan Dipantau .................. IV-5
4.4.2 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup ................................. IV-11
4.5 PERNYATAAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP................................ IV-21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... IV-24

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. MATRIK Pengelolaan Lingkungan Hidup


Lampiran 2. MATRIK Pemantauan Lingkungan Hidup
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 4. Curiculum Vitae Penyusun Amdal
Lampiran 5. Peta-peta
Lampiran 6. SK IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

I-VI
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Titik Koordinat WIUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya


Sejahtera ........................................................................................................ I-2

Tabel 2. Perhitungan Ni (Nikel) PT. Tiga Cahaya Sejahtera ........................... I-9

Tabel 3. Estimasi / Perkiraan Cadangan Ni (Nikel) PT. Tiga Cahaya


Sejahtera ........................................................................................................ I-9

Tabel 4. Produksi dan Penjualan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera .............. I-10

Tabel 5. Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima ............. I-20

Tabel 6. Skema Sistem Pergantian Kerja (Shift Work) ...................................... I-22

Tabel 7. Jenis dan Jumlah Alat Yang Digunakan ............................................... I-23

Tabel 8. Matrik Dampak Penting Hipotik ............................................................. I-33

Tabel 9. Bagan Alir Dampak Hipotek .................................................................... I-34

Tabel 10. Batas Waktu Kajian ..................................................................................... I-38

Tabel 11. Jadwal Waktu Studi AMDAL Penambangan Nikel PT. Tiga
Cahaya Sejahtera ......................................................................................... I-40

Tabel 11. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Proyek ................... II-2

Tabel 12. Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Di Wilayah Studi...................... II-8

Tabel 13. Hasil Analisis Kualitas Laut di Wilayah Studi ....................................... II-13

Tabel 14. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT.
Tiga Cahaya Sejahtera ............................................................................... II-24

Tabel 15. Indeks Nilai Penting Vegetasi Hutan Untuk Strata Pohon,
Tihang, Sapihan dan Semai Di Titik Pada Kawasan tambang PT.
Tiga Cahaya Sejahtera ............................................................................... II-44

Tabel 16. Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat


disekitar .......................................................................................................... II-46

Tabel 17. Jenis-Jenis Aves Yang Terdapat Disekitar Lokasi Studi ................... II-48

Tabel 18. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah


Studi ................................................................................................................. II-52

Tabel 19. Sarana Pendidikan dan Tenaga Pendidik yang ada di Wilayah
Studi Tahun 2012 ......................................................................................... II-53

Tabel 20. Distribusi Pendapatan Responden Setiap Bulan ............................... II-56

I-VII
Tabel 21. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Konawe
atas ................................................................................................................... II-58

Tabel 22. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Konawe


atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha (Juta Rupiah) 2005-2010 .............................................................. II-59

Tabel 23. Sumber Informasi Tentang Rencana Penambangan Bijih Nikel


oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera .............................................................. II-63

Tabel 24. Persepsi Masyarakat Tentang Rencana Penambangan Bijih


Nikel oleh ....................................................................................................... II-64

Tabel 25. Distribusi 10 penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas


Tanggola dan Puuwiwirano Tahun 2012.............................................. II-68

Tabel 26. Kriteria Penentuan Penting (P) atau Tidak Penting (TP) ................. III-3

Tabel 27. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Perizinan ..................................... III-8

Tabel 28. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Sosialisasi .................................... III-8

Tabel 29. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan eksplorasi dan Survey ............. III-9

Tabel 30. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pembebasan Lahan ................. III-10

Tabel 31. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pembersihan


Lahan ............................................................................................................... III-12

Tabel 32. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pembangunan


Sarana Penunjang ....................................................................................... III-13

Tabel 33. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Mobilisasi


Peralatan ........................................................................................................ III-14

Tabel 34. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja ..... III-15

Tabel 35. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pengupasan


Tanah Pucuk .................................................................................................. III-17

Tabel 36. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penggalian,


Pemindahandan Penimbunan Tanah Penutup .................................. III-19

Tabel 37. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penambangan


Nikel ................................................................................................................. III-20

Tabel 38. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan pengangkutan .. III-21

Tabel 39. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penimbunan


Tanah Penutup ............................................................................................. III-22

Tabel 40. Prakiraan Besar dan Dampak Kegiatan Reklamasi Pada Setiap
Blok .................................................................................................................. III-23

I - VIII
Tabel 41. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penutupan Tambang .............. III-24

Tabel 42. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Reklamasi/Rehabilitasi


Lahan Bekas Tambang ............................................................................... III-25

Tabel 43. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pemutusan


Hubungan Kerja ........................................................................................... III-26

Tabel 44. Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan................................ III-27

Tabel 45. Ringkasan Hasil Prakiraan Besar Dampak Kegiatan


Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kab. Konawe
........................................................................................................................... III-28

Tabel 46. Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting .................................... III-30

Tabel 47. Skala Kepentingan Masing-masing Kriteria Lingkungan ................ III-33

Tabel 48. Ringkasan Hasil Prakiraan Dampak Penting Penambangan


Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe ................. III-67

Tabel 49. Matriks Leopold Modifikasi Penambangan Nikel PT. Tiga


Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe............................................. IV-7

Tabel 50. Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera ............................... IV-16

I-IX
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Layout Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera ............. I-4

Gambar 2. Kesampaian Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera .. I-4
Gambar 3. Peta Kawasan Hutan Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya

Sejahtera ..................................................................................................... I-6


Gambar 4. Peta Penutupan Lahan Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya

Sejahtera ..................................................................................................... I-6


Gambar 5. Peta Citra Satelit Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya

Sejahtera ..................................................................................................... I-7


Gambar 7. Blok Penambangan PT. Tiga Cahaya Sejahtera .............................. I-11

Gambar 8. Skema Proses Penambangan Nikel .................................................... I-28


Gambar 9. Sketsa dan Bentuk Kolam Pengendapan.......................................... I-30

Gambar 10. Batas Kajian Study AMDAL PT. Tiga Cahaya Sejahtera ................ I-41
Gambar 11. Grafik Curah Hujan Kabupaten Konawe Tahun 2012 ................... II-2

Gambar 12. Sampling Udara Ambien Dan Kebisingan Di Wilayah Studi ...... II-6
Gambar 13. Morfologi Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR ................................... II-27

Gambar 14. Singkapan tanah laterit sebagai hasil alterasi dan pelapukan
residual batuan ultrabasa. Lokasi di bagian timur laut blok izin
IUP. Batuan ini sebagian besar telah menunjukkan gejala
pelapukan dan alterasi ........................................................................... II-35
Gambar 15. Singkapan Batuan Ultrabasa di Lokasi Studi ................................... II-35
Gambar 16. Peta Geologi Wilayah Study ................................................................. II-36

Gambar 17. Profil Lateritisasi ........................................................................................ II-42


Gambar 18. Kondisi Hutan Pada Lokasi Penambangan Biji Nikel .................... II-43

Gambar 19. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kec.


Routa ............................................................................................................ II-53

Gambar 20. ........... Grafik Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Sekitar Wilayah


Studi .............................................................................................................. II-69

I-X
Gambar 21. Kegiatan Lain di Sekitar Wilayah Study ............................................. II-70

Gambar 22 Bagan Alir Penting Hipotek PT. Tiga Cahaya Sejahtera di


Kabupaten Konawe .................................................................................. III-10
Gambar 23 Rancangan Sedimen Pond .................................................................... III-12
Gambar 24 Pengendali Sedimen Pond .................................................................... III-14

I-XI
DAFTAR FOTO

Foto 1. Gambaran Tanah Penutup......................................................................................... IV-12


Foto 2. Tanaman Pagar Penguat Tanah Penutup ............................................................ IV-13
Foto 3. Bangunan Pengendali Banjir .................................................................................... IV-13

I-XII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

1.1.1 Diskripsi Umum

a. Lokasi Rencana Kegiatan

Kecamatan Routa adalah kecamatan yang sangat sulit dicapai karena kondisi

jalan tanah yang susah dilalui oleh kendaraan bila datang musim hujan dan belum

ada jalan pengerasan.

Kecamatan Routa memiliki luas sebesar 2.188,58 Ha dan terdiri atas 7

Desa/Kelurahan. Kelurahan Routa adalah Desa/Kelurahan dengan luas wilayah

terbesar yaitu 544,64 Ha atau 24,89 % dari luas Kecamatan Routa. Sedangkan Desa

lalomerui merupakan desa dengan wilayah terkecil yaitu hanya 37,14 Ha atau 1,7 %

dari total luas Kecamatan Routa.

Kelurahan Routa merupakan satu-satunya kelurahan yang terdapat di

Kecamatan Routa sekaligus sebagai pusat pemerintahan yang ada di Kecamatan

Routa. Kelurahan rRouta memiliki jarak kurang lebih 300 Km ke ibukota

Kabupaten Konawe.

Kecamatan Routa merupakan pemekaran dari Kecamatan Wiwirano. Wilayah

administratif pemerintahan Kecamatan Routa terdiri dari 7 Desa dengan status hukum desa

definitif yaitu Desa Walandawe, Routa, Tirawonua, Tanggola dan

I-1
Puuwiwirano, Tanggola, Puuwiwirano dan Lalomerui. Dilihat dari jumlah aparat

kecamatan, secara keseluruhan terdapat 10 orang pegawai yang terdapat di

Kecamatan Routa yang terdiri atas, 7 orang golongan II dan 3 orang golongan III.

Dalam setiap desa/kelurahan yang ada di kecamatan Routa telah terbentuk

3 sampai 4 dusun / lingkungan, dimana setiap dusun membawahi antara 3 RT sampai

dengan 8 RT dalam setiap desa. Kelurahan Routa tercatat sebagai pemukiman

dengan dusun terbanyak di kecamatan Routa yaitu mencapai 4 dusun.

Wilayah IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera Secara administratif termasuk
ke dalam wilayah Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara, berdasarkan dengan SK Bupati Konawe Nomor 555 Tahun 2009
Tanggal 29 Desember 2009 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
Kepada PT. Tiga Cahaya Sejahtera Seluas 3.080 Ha.

Pada saat ini (Tahun 2012), PT. Tiga Cahaya Sejahtera tengah menyusun
Dokumen AMDAL, yang terdiri dari 4 (empat) Dokumen, yaitu: 1) Kerangka
Acuan Kerja Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), 2) Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL), 3) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan 4)
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Penyusunan Dokumen AMDAL Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera


didasarkan pada data-data: laporan eksplorasi dan studi kelayakan serta kondisi faktual di
lapangan. Penyusunan dokumen lingkungan amdal dilakukan untuk mengetahui kelayakan
lingkungan rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera
berdasarkan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

Tabel 1 Daftar Titik Koordinat WIUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

GARIS BUJUR (BT) GARIS LINTANG (LS)


PATOK
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 2 3 4 5 6 7
1 121 38 41.09 3 0 15.48

I-2
GARIS BUJUR (BT) GARIS LINTANG (LS)
PATOK
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 2 3 4 5 6 7
2 121 38 41.09 2 58 1.20
3 121 40 50.59 2 58 1.20
4 121 40 50.59 3 1 17.44
5 121 38 40.47 3 1 17.44
6 121 38 40.47 3 1 33.35
7 121 38 31.48 3 1 33.35
8 121 38 31.48 3 1 45.94
9 121 38 22.80 3 1 45.94
10 121 38 22.80 3 1 58.72
11 121 37 29.11 3 1 58.72
12 121 37 29.11 3 0 15.48

b. Kesampaian Daerah

Untuk mencapais lokasi daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan

pesawat udara dan selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat dengan rute

sebagai berikut:

 Jakarta – Makassar – Kendari menggunakan pesawat Udara selama 3 jam.

 Selanjutnya untuk rute Kendari – Desa Tanggola dan Puuwiwirano

Kecamatan Routa menggunakan moda transportasi darat berupa

kendaraan roda 4 selama 5 – 6 jam.

I-3
Gambar 1 Layout Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Gambar 2. Kesampaian Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

c. Tata Guna dan Kesesuaian Lokasi Kegiatan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Konawe 2012-2032, Kawasan Kec. Routa


merupakan kawasan Industri Pertambangan, Pertambangan dan perkebunan.

I-4
Sampai dengan tahun 2012 ini telah banyak perusahaan yang melakukan kegiatan
baik di bidang pertambangan maupun di sektor perkebunan. Kegiatan
pertambangan di wilayah ini seperti pertambangan Nikel.

Berdasarkan Interpelasi Peta tata Guna Hutan dan Perairan Prov. Sulawesi Tenggara,
maka dari luasan IUP PT. Tiga Cahaya Sejahtera seluas 3.080 ha terdiri atas Kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) seluas 2.976,81 Ha atau 96,65% dari lokasi IUP dan Area Penggunaan
Lain (APL) seluas 103,19 Ha atau 3,35% dari lokasi IUP.

Dari informasi itulah Lokasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera melakukan Inventarisasi
kepemilikan lahan Masyarakat dengan mengikutsertakan Badan Pertanahan Nasional Kab.
Konawe, Pemerintah Kecamatan setempat, Pemerintah Desa setempat dan Tokoh
Masyarakat yang mengetahui persis tentang Kepemilikan lahan tersebut. Sedangkan untuk
Kawasan Hutan PT. Tiga Cahaya Sejahtera akan melakukan koordinasi dengan Dinas
Kehutanan Kab. Konawe dan Dinas Kehutanan Prov. Sulawesi Tenggara, untuk melakukam
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

Berdasarakan Pola Penutupan Lahan, Wilayah Eksplorasi PT. Tiga Cahaya


Sejahtera terdiri dari Hutan Lahan Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder,
Belukar, Pertanian Lahan Kering Campur dan Tanah Terbuka.

I-5
Gambar 3. Peta Kawasan Hutan Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Gambar 4. Peta Penutupan Lahan Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

I-6
Gambar 5. Peta Citra Satelit Lokasi IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera

d. Keadaan Endapan

Berdasarkan hasil eksplorasi oleh pihak PT. Tiga Cahaya Sejahtera diketahui
bahwa dari blok IUP Eksplorasi yang dimohon dengan total luas ± 3.080 ha, tim eksplorasi
berhasil memetakan Area Potensi yang tersebar di dalam Lokasi IUP. Dari Penyelidikan
yang dilakukan, penyebaran Laterisasi tersebar di lokasi IUP sebesar ± 2.784,04 Ha dan di
dapati area potensi sebesar 594,19 Ha, dengan Elevasi antara 356-1.017 mdpl. Dari lokasi
tersebut diperoleh adanya potensi bahan galian nikel (Ni) dan besi (Fe) pada areal Izin
Usaha Pertambangan (IUP) mengandung cadangan bijih nikel dan besi kadar rendah dan
kadar tinggi terindikasi (Ni = 1% - 1,8%)

Data hasil pengujian/perkiraan secara umum pada lapisan bijih nikel di Blok

Tambang PT. Tiga Cahaya Sejahtera terdiri atas:

a. Tanah Pucuk (Top Soil), tebal rata-rata 1,48 m

b. Tanah Penutup (overburden = OB), tebal rata-rata 2,53 m

c. Tebal Lapisan rata-rata, masing-masing

- Limonit, kadar Ni ≥ 1,4%; Fe ≥ 25%, tebal rata-rata 0,3 m dan Lapisan

I-7
pengotor (waste) karena mengotori lapisan bijih nikel kadar tinggi

(saprolit) yang berada di bawahnya, tebal 1 m, biasa disebut dengan

medium grade, penyimpanannya disatukan bersama limonit, sehingga

akan menambah cadangan limonit. Sehingga Tebal rata-rata limonite

adalah 1,30 m

d. Saprolit, kadar Ni ≥ 1,80% ; Fe ≥ 12%, tebal 1,28 m.

e. Area Potensi seluas 594,19 Ha.

Disini Stripping Ratio adalah 1: 1, Mining Recovery sebesar 80% dan Berat Jenis Nikel

adalah 1,63. Stripping ratio adalah perbandingan antara tebal overburden

(OB) dengan tebal lapisan cadangan bijih nikel yang terdiri dari lapisan limonit, waste (medium

grade) dan saprolit. Dari data Hasil Eksplorasi di peroleh akan dilakukan

pembagian menjadi 4 Blok Penambangan. yang di peroleh maka Potensi Cadangan yang ada

PT. Tiga Cahaya Sejahtera pada area potensi di hitung sebagai berikut:

I-8
Tabel 2. Perhitungan Ni (Nikel) PT. Tiga Cahaya Sejahtera
V = A X H
Q = SG X MR

KET: V = KUBIKASI Q = METRIK TON


A = LUAS SG = BERAT JENIS (1,63)
H = TEBAL MR = MINING RECORVERY (80%)

BLOK I = 178.18 Ha TEBAL = 2.60 m


II = 131.72 Ha = 2.50 m
III = 146.66 Ha = 2.60 m
IV = 137.63 Ha = 2.60 m
PERHITUNGAN :
BLOK I BLOK II
V = A = 1,781,800.00 m² V = A = 1,317,200.00 m²
H = 2.60 m H = 2.50 m
4,632,680.00 m³ 3,293,000.00 m³
QV = 4,632,680.00 = VQ 3,293,000.00
SG 1.63 SG 1.63
MR 0.80 MR 0.80
CADANGAN BLOK I = 6,041,014.72 MT CADANGAN BLOK II = 4,294,072.00 MT

BLOK III BLOK IV


V = A = 1,466,600.00 m² V = A = 1,376,300.00 m²
H = 2.60 m H = 2.60 m
3,813,160.00 m³ 3,578,380.00 m³
QV = 3,813,160.00 = VQ 3,578,380.00
SG 1.63 SG 1.63
MR 0.80 MR 0.80
CADANGAN BLOK III = 4,972,360.64 MT CADANGAN BLOK IV = 4,666,207.52 MT

TOTAL CADANGAN ADALAH 19,973,654.88 Wmt

Dari Perhitungan di atas, maka di simpulkan bahwa estimasi Cadangan Ni


pada Lokasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kecamatan Routa adalah sebesar
19.973.654,88,- Wmt dengan kadar Ni ≥ 1,4% - ≥ 1,80% ; Fe≥ 12% - ≥ 25% pada
luasan 594,19 Ha.

Tabel 3. Estimasi / Perkiraan Cadangan Ni (Nikel) PT. Tiga Cahaya Sejahtera


Top Soil Over Burden (OB) Limonite Saprolite
No Nama Lokasi Blok Kedalaman Kedalaman Kedalaman Total Cadangan (Ton) Luas Area
Penambangan Volume (BCM) Volume (BCM) Kedalaman (m) Volume (Ton) Volume (Ton) (ha)
(m) (m) (m)
1 Blok 01 1.5 2,672,700 2.5 4,454,500.00 1.3 3,020,507.36 1.3 3,020,507.36 6,041,014.72 178.18
2 Blok 02 1.4 1,844,080 2.8 3,688,160.00 1.3 2,232,917.44 1.2 2,061,154.56 4,294,072.00 131.72
3 Blok 03 1.5 2,199,900 2.4 3,519,840.00 1.3 2,486,180.32 1.3 2,486,180.32 4,972,360.64 146.66
3 Blok 04 1.5 2,064,450 2.4 3,303,120.00 1.3 2,333,103.76 1.3 2,333,103.76 4,666,207.52 137.63
5.9 8,781,130 10.1 14,965,620.00 5.2 10,072,708.88 5.1 9,900,946.00 19,973,654.88 594.19
Rata-rata 1.48 2,195,282.50 2.53 3,741,405.00 1.30 2,518,177.22 1.28 2,475,236.50 4,993,413.72 148.55

I-9
Potensi yang dapat ditambang dengan perkiraan potensi yang hilang (losses) sebesar
20% (Mining Recovery 80 %) dan masih akan bertambah lagi sejalan dengan
perkembangan pekerjaan eksplorasi yang masih terus berlanjut.

Untuk target penjualan bijih nikel pada tahun pertama akan dilakukan penjualan
sebulan rata -rata ± 120.000 Wmt, atau sebesar ± 1.440.000 Wmt per tahun. Dan pada tahun
ke 14 merupakan akhir masa penambangan, penjualan bijih nikel akan turun menjadi ±
1.253.655 Wmt per tahun. Dari Perhitungan tersebut, maka diperoleh umur tambang selama
PT. Tiga Cahaya Sejahtera selama ± 13 (tiga belas) tahun 10 (sepuluh) Bulan diluar dari
kegiatan Perisiapan dan Pascatambang.

Tabel 4. Produksi dan Penjualan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Tahun Jumlah Produksi Jumlah Produksi Sisa Cadangan Akhir


Tahap
Produksi Bulanan (WMT) Tahunan (WMT) Tahun Ke- (WMT)
Persiapan 24,706,171 Konstruksi/Eksplorasi Detail
1 150,000 1,800,000 22,906,171 Konstruksi/Eksplorasi Detail/Penambangan
2 150,000 1,800,000 21,106,171 Penambangan/Reklamasi
3 150,000 1,800,000 19,306,171 Penambangan/Reklamasi
4 150,000 1,800,000 17,506,171 Penambangan/Reklamasi
5 150,000 1,800,000 15,706,171 Penambangan/Reklamasi
6 150,000 1,800,000 13,906,171 Penambangan/Reklamasi
7 150,000 1,800,000 12,106,171 Penambangan/Reklamasi
8 150,000 1,800,000 10,306,171 Penambangan/Reklamasi
9 150,000 1,800,000 8,506,171 Penambangan/Reklamasi
10 150,000 1,800,000 6,706,171 Penambangan/Reklamasi
11 150,000 1,800,000 4,906,171 Penambangan/Reklamasi/Pasca Tambang
12 150,000 1,800,000 3,106,171 Penambangan/Reklamasi/Pasca Tambang
13 150,000 1,800,000 1,306,171 Penambangan/Reklamasi/Pasca Tambang
14 150,000 1,306,171 - Penambangan/Reklamasi/Pasca Tambang
Mining Close (Mining Out) Pascatambang

I-10
Gambar 6. Blok Penambangan PT. Tiga Cahaya Sejahtera

1.1.2. Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak

a. Uraian Teknis Kegiatan


1. Berdasarkan IUP PT. Tiga Cahaya Sejahtera sesuai, luasan area Eksplorasi yang dikaji
nilai kelayakannya adalah seluas 3.080 Ha, dengan wilayah Prospek yaitu 594,19 ha atau
sebesar 19,29 % dari total Luas Wilayah IUP PT. Tiga Cahaya Sejahtera yang
didasarkan pada Elevasi dan Kemiringan Leleng di Lokasi IUP.

2. Rencana penjualan bijih nikel pada tahun pertama akan dilakukan penjualan
sebulan rata -rata ± 120.000 Wmt, atau sebesar ± 1.440.000 Wmt per tahun. Dan
pada tahun ke 14 merupakan akhir masa penambangan, penjualan bijih nikel akan
turun menjadi ± 1.253.655 Wmt per tahun. Dari Perhitungan tersebut, maka
diperoleh umur tambang selama PT. Tiga Cahaya Sejahtera selama ± 13 (tiga belas)
tahun 10 (sepuluh) Bulan diluar dari kegiatan Perisiapan dan Pascatambang.

3. Berdasarkan pertimbangan teknis, bentuk dan karakteristik endapan nikel laterit


serta lapisan penutup dan keselamatan kerja, maka metode penambangan yang
sesuai untuk diterapkan yaitu metode tambang terbuka

I-11
dengan sistem penambangan “open cut” dimana lapisan penutup dan bijih Nikel
laterit akan digali dengan excavator dan kemudian dipindahkan ke lokasi
penimbunan menggunakan dump truck. Penambangan dilakukan secara berjenjang
dengan mempertimbangkan akses jalan, target produksi yang diinginkan
perusahaan serta penyebaran kadar bijih Nikel. Operasi penambangan setiap
tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan (land clearning) kemudian diikuti
stripping overburden (lapisan penutup), dan dilanjutkan dengan penggalian,
pemuatan, pengangkutan dan penumpukan baik di ROM Stockpile (untuk bijih)
maupun di dumping area untuk lapisan penutup dan waste (bagian dari kadar bijih
yang kadarnya dibawah COG). Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara
paralel. Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan berlangsung dan setelah
luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat tambang,
maka akan segera diikuti dengan kegiatan stripping overburden, penggalian,
pengangkutan dan penumpukan.

b. Sumber Energi Utama Untuk Mendukung Kegiatan Pertambangan Bijih


Nikel Adalah:
1. Prasarana Energi Listrik

Untuk kebutuhan Listrik akan mengoperasian genset dengan kapasitas


pasang 200 KVA.
2. Sumber Air
Sumber daya air bersih untuk keperluan operasional penambangan termasuk rumah
tangga base berupa sungai-sungai yang berada di wilayah IUP Operasi Produksi yang
dimohon. Antara lain berasal dari Sungai Padobaho yang memiliki debit memadai. Satu
stasiun pompa air sirkulasi akan dibangun di area sarana dan prasarana penambangan
bijih Nikel. Jarak antara tersedianya sumberdaya air dengan lokasi rencana kegiatan
meliputi jalan tambang, jalan angkut, emplasemen berkisar antara 100 hingga 300
meter.

3. Sumber daya mineral berupa bahan galian golongan C berupa pasir, batu, sirtu dan
tanah urug yang berada di wilayah IUP Operasi Produksi yang

I-12
dimohon dan wilayah sekitarnya. Jarak antara tersedianya sumberdaya bahan
galian golongan C yang berjarak hanya beberapa ratus meter sampai beberapa
kilometer dari lokasi rencana kegiatan, dapat dimanfaatkan sebagai material
bahan bangunan untuk pembangunan jalan angkut bijih, jalan kerja,
emplasemen dan fasilitas lainnya.

4. Sumberdaya kayu yang berada di tapak proyek dan sekitarnya yang


dieksploitasi oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan untuk pembangunan fasilitas penambangan. Jarak antara
tersedianya Sumberdaya kayu dengan lokasi rencana kegiatan berkisar
antara 0 sampai 1,0 km.

5. Sumberdaya manusia yang berada di wilayah desa –desa sekitar meliputi Desa Tanggola
dan Puuwiwirano Kec. Routa. Sumberdaya manusia yang berada di desa-desa tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja tahap konstruksi maupun tahap operasi.
Jarak antara tersedianya sumberdaya manusia dengan lokasi rencana kegiatan berkisar
antara 1 - 2 km.

6. Sumberdaya ikan hasil tangkapan nelayan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi


kebutuhan akan bahan makanan bagi karyawan yang bekerja pada kegiatan
pertambangan bijih nikel. Jarak antara tersedianya sumberdaya ikan dengan lokasi
rencana kegiatan berkisar antara 600-800 meter.

c. Sarana Prasarana lainnya

Akan membangun Kantor, Bengkel, Gudang, Mess Karyawan dan prasarana


lainnya.

d. Syarat Teknis Penambangan


1. Bebatuan di Sekeliling Bijih

Bijih nikel pada umumnya terbentuk dari bebatuan yang mengandung kadar nikel
diatas 1,0 % dibagian atas batu peridotit pada bijih laterit yang telah mengalami proses
weathering. Sebagian besar bagian bijih ini menyembul ke atas permukaan tanpa lapisan
penutup. Sebagian besar bagian atas bijih nikel ini terdiri atas tanah berwarna coklat kemerahan
dan sebagian kecil lagi merupakan bongkahan

I-13
pelapukan batuan peridotit berupa tanah berwarna kuning kehijauan yang
mengandung kadar nikel dibawah 1,0 %. Sedangkan sebagian besar bagian bawah
bijih nikel ini berupa batu peridotit yang telah mengalami proses weathering dan
mengandung kadar nikel diatas 1,0 %, dimana sebagian kecilnya berupa serpentine
olivine.

2. Berat Massa dan Jenis Mineral

Unsur yang terkandung dalam mineral antara lain Nikel (Ni), Cobalt (Co), Besi (Fe) dan
Magnesium (Mg), dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu bijih nikel berkadar rendah
(kandungan nikel berkisar antara 1.0 – 1.63%) dan bijih nikel berkadar tinggi (kandungan nikel
di atas 1.63%) Kandungan MgO pada umumnya berkisar antara 1.83 – 28.16%. Mineral
berdasarkan kandungan MgO dapat dibedakan menjadi ferro-mineral (kandungan MgO
dibawah 10%), ferromagnesian mineral (kandungan MgO diantara 10 -20%) dan magnesian
mineral (kandungan MgO diatas 20%). Pada umumnya dalam industri yang diutamakan adalah
ferromagnesian mineral, dan kmudian diikuti oleh magnesian mineral dan ferro mineral.

3. Kondisi Hidrologi Kawasan Penambangan

Bijih nikel di kawasan penambangan terletak di daerah perbukitan yang memiliki


kondisi geografis yang menguntungkan, dimana air permukaan dengan mudah mengalir
dan tidak menyebabkan pengaruh besar terhadap eksploitasi deposit mineral. Air bawah
tanah teruatama berasal dari retakan pelapukan, dimana lapisan mineral terutama terletak
didaerah letak air celah retakan tersebut. Lapisan mineral adalah lapisan yang dapat
menembus air (permeable), pada musim hujan lapisan mineral tersebut mengandung
air,akan tetapi karena lapisan atas bijih berupa tanah berwarna merah dan coklat
kekuningan yang menjadi pembatas,dan di tambah lagi tigkat keterjalan yang tinggi
menyebabkan tidak banyak jumlah air yang bertambah.Karena eksploitasi mineral
menggunakan cara penambangan terbuka,dan air yang bertambah di musim hujan juga
dapat mengalir karena bentuk perbukitan sehingga tidak akan mengganggu proses
penambangan.

I-14
4. Karakteristik Batuan Pada Lokasi Tambang

Bijih nikel terbentuk di dalam laterit yang telah mengalami proses weathering di
bagian atas batuan peridotit, dan terutama tersebar mengitari punggung bukit dan
lereng yang landai, dimana karena pengaruh kondisi topografi setempat menyebabkan
bentuk mineral menjadi kompleks. Bagian atas biji pada umumnya terbentuk dari
lapisan tipis tanah yang telah mengalami proses weathering dan memiliki ketebalan 0 –
6 m. Komposisinya agak renggang dan karakteristik geologi kurang memadai yaitu
kurag stabil dan mudah tergosok. Bagian bawah biji pada umumnya terbentuk dari
batuan peridotit yang tidak atau sedikit mengalami proses weathering dengan komposisi
yang lebih baik,lebih tahan terhadap gosokan dan pemotongan. Karakeristik geologinya
juga lebih baik dan memiliki sifat yang lebih stabil.

1.1.3. Rencana Tahapan Kegiatan

Rencana kegiatan penambangan bijih Nikel terbagi menjadi 4 (empat) tahap,

yaitu: tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi produksi dan tahap pasca

operasi. Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam setiap tahap diuraikan sebagai

berikut:

A. Tahap pra-konstruksi/persiapan

1) Perizinan

Guna melakukan kegiatan pertambangan di Desa Tanggola dan Puuwiwirano


Kec. Routa pemrakarsa telah mengantongi beberapa perijinan dari pemerintah. Pada
saat penyusunan dokumen AMDAL perizinan yang telah diperoleh pihak pemrakarsa
diantaranya: Keputusan Bupati Konawe Nomor 555 Tahun 2009 Tanggal 29 Desember
2009 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada PT. Tiga Cahaya
Sejahtera Seluas 3.080 Ha.

Areal IUP Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera berada dalam Kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) seluas 2.976,81 Ha atau 96,65% dari lokasi IUP dan Area Penggunaan
Lain (APL) seluas 103,19 Ha atau 3,35% dari lokasi IUP. Untuk itu, sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, maka sebelum melakukan

I-15
aktivitas penambangan di Lokasi, kewajiban perusahaan untuk mengurus Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari kementrian Kehutanan RI.

Sesuai dengan Perutukan Lahan, PT. Tiga Cahaya Sejahtera, merupakan


Kawasan Hutan dan Non Budidaya. Berdasrakan Interpelasi Peta tata Guna Hutan
dan Perairan Prov. Sulawesi Tenggara, maka dari luasan IUP PT. Tiga Cahaya
Sejahtera seluas 3.080 ha terdiri atas Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
seluas 2.976,81 Ha atau 96,65% dari lokasi IUP dan Area Penggunaan Lain (APL)
seluas 103,19 Ha atau 3,35% dari lokasi IUP.
Dari informasi itulah Lokasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera melakukan Inventasrisasi
kepemilikan lahan Masyarakat dengan mengikutsertakan Badan Pertanahan Nasional Kab.
Konawe, Pemerintah Kecamatan setempat, Pemerintah Desa setempat dan Tokoh
Masyarakat yang mengetahui persis tentang Kepemilikan lahan tersebut. Sedangkan untuk
Kaawasan Hutan PT. Tiga Cahaya Sejahtera akan melakukan koordinasi dengan Dinas
Kehutanan Kab. Konawe dan Dinas Kehutanan Prov. Sulawesi Tenggara, untuk melakukam
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

2) Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan untuk mensosialisasikan rencana kegiatan


penambangan nikel yang akan dilakukan oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera. Sosialisasi akan
dilaksanakan secara terpadu, dengan melakukan koordinasi dengan instansi terkait, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh budaya dan organisasi kemasyarakatan. Sosialisasi ini
dilakukan untuk penyampaian informasi kepada masyarakat luas melalui pertemuan
dengan masyarakat yang akan terkena dampak. Sosialisasi AMDAL juga telah dilaksanakan
yang dihadiri oleh instansi terkait, pemerintah Desa terkena dampak secara langsung
maupun tidak langsung.

Setelah memperoleh rekomendasi kelayakan Kerangka Acuan, PT. Tiga Cahaya


Sejahtera juga telah melalukan inventarisasi atas berbagai kegiatan dan harapan
masyarakat terhadap PT. Tiga Cahaya Sejahtera. Sejauh ini pihak perusahan telah
melakukan kordinasi dengan institusi terkait setempat sehubungan dengan rencana
penyusunan ANDAL, RKL-RPL dan rangkaian kegiatan penambangan dan

I-16
pengolahan Bijih Nikel. Sebagai bagian dari proses untuk mendapatkan izin Usaha
produksi pihak perusahaan juga telah berkonsultasi tentang semua kegiatan yang
terkait penambangan bijih nikel di Kec. Routa kepada pihak Pemerintah Daerah
Kabupaten Konawe

Hal itu dimaksudkan untuk mencegah adanya resistensi dari masyarakat pada saat
kegiatan mulai dilakukan. Sosialisasi rencana kegiatan kepada Masyarakat dalam Konteks
Andal, RKL-RPL tersebut harus dilakukan mengingat berbagai pengalaman diberbagai
tempat bahwa pemahaman masyarakat lingkar tambang terhadap kegiatan yang akan
dilakukan perusahaan sangat dirasakan kurang dan tidak memberikan informasi yang
sebenarnya kepada masyarakat, sehingga kerapkali menimbulkan keresahan dan bahkan
konflik antar masyarakat lingkar tambang dengan miinimnya dukungan dari masyarakat.

Bagi pihak perusahaan, hal tersebut akan bermuara pada terhambatnya operasional
perusahaan. Oleh karena itu maka, sosialisasi kepada masyarakat pada tahap ini harus
diinformasikan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak seperti
potensi dampak, sumber air, penanganan alur sungai, pengangkutan hasil tambang,
penerimaan tenaga kerja, kesempatan berusaha bagi usahawan lokal, partisipasi
masyarakat, komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat lingkar tambang
serta komitmen pemrakarsa dalam mengelola dampak-dampak yang ditimbulkan.

Sosialisasi kegiatan tersebut juga dilakukan dalam rangka keterbukaan


informasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL, Dengan demikian
diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi di dalam pelaksanaan kegiatan
penambangan dan pengolahan bijih nikel dan mendapatkan manfaatnya dari
kegiatan tersebut untuk kesejahteraanya.

3) Eksplorasi dan Survey Lapangan

PT. Tiga Cahaya Sejahtera selaku pemrakarsa kegiatan telah melakukan berbagai
kegiatan baik survey maupun kajian teknis dan praktis tentang rencana kegiatan
pertambangan di kawasan ini bekerja sama dengan masyarakat sekitar

I-17
lokasi rencana kegiatan. Pertemuan-pertemuan dengan masyarakat sudah acap kali
dilakukan. Pertemuan tersebut biasanya terfokus pada pembicaraan terkait rencana
usaha/kegiatan lanjutan penambangan Nikel di wilayah tersebut.

Eksplorasi dan survey lapangan (selanjutnya disebut survey) lokasi kegiatan


penambangan akan dilakukan Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kab.
Konawe. Survei ini ditunjukan untuk:

- Mendapatkan gambaran rinci tentang rencana penambangan, kadar nikel


yang akan ditambang

- Penyelidikan dan investigasi kondisi lapangan seperti survey


topografi/tersiterial, investigasi geoteknik untuk rencana proyek.

- Mendapatkan gambaran rinci tentang Dampak yang terjadi terhadap


kegiatan penambangan di lapangan.

4) Rencana Pengadaan dan Penggunaan Tenaga Kerja

Penerimaan tenaga kerja penambangan disesuaikan dengan kebutuhan dan


tahapan pekerjaan serta kualifikasi keahlian tenaga kerja. Pemakaian tenaga kerja
penambangan akan memprioritaskan masyarakat setempat atau tenaga kerja lokal
dengan porsi sampai sebesar 60 % dari total kebutuhan tenaga kerja penambangan,
sisanya sampai sebesar 40 % disediakan bagi tenaga kerja dalam lingkup Kabupaten
Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Sementara itu tenaga kerja untuk tenaga terampil
khusus seperti ahli tambang dan ahli geologi, serta tingkatan manajemen disediakan
dari lingkup wilayah Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dan lintas
Provinsi di Indonesia.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi disesuaikan dengan
rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan
dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan, sedangkan
untuk tenaga yang terlibat langsung dalam operasi penambangan, terutama untuk operator alat
berat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah
shiff dan target produksi.

I-18
Sedangkan kegiatan bongkar muat di pelabuhan PT. Tiga Cahaya Sejahtera dan
pengangkutan material ke screning station poftable akan disupervisi oleh departemen SCM
(supply chain management) PT. Tiga Cahaya Sejahtera yang tugas utamanya juga menangani
pengangkutan material kebutuhan-kebutuhan pabrik dan lainnya dari pelabuhan. Pada kegiatan
proses pencampuran material, penyaringan di screening station portable dan pengangkutan
material SSP (screening station product-nya akan dilakukan supervisinya oleh crew mine civil
dan screening station).

Kualifikasi syarat tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya (Job


requiremenf). Mereka yang akan direkrut adalah mereka yang mempunyai latar
belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai. Analisis jabatan (job analysis)
selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang cocok dengan kebutuhan
kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.

Penerimaan tenaga kerja yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan


bijih nikel yang meliputi penggalian, pengangkutan bijih nikel, sejak tahap
konstruksi sampai operasi pertambangan terdiri atas:

1. Staf Manajerial dan Teknisi. Tenaga manajerial senior dan staf teknisi akan
diatasi oleh tenaga kerja dengan pengalaman lebih dari 5 (lima) tahun
dalam proyek penambangan bijih nikel di Indonesia.

2. Operator peralatan bergerak dan tidak bergerak serta teknisi yang terampil.

3. Tenaga kerja kasar/tak terampil.

Prioritas tenaga kerja yang akan diterima diutamakan angkatan kerja yang berasal dari
wilayah setempat, meliputi wilayah Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kabupaten
Konawe, sepanjang persyaratan yang telah tetap kandapat dipenuhi. Terhadap tenaga kerja
yang telah diterima namun belum memiliki ketrampilan atau keahlian sesuai yang dibutuhkan,
maka akan dilakukan pendidikan dan pelatihan. Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan
dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan, sedangkan
untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam operasi penambangan, terutama untuk operator
alat berat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus dioperasikan dengan

I-19
memperhatikan jumlah shift dan target produksi. Pada alternatif kedua jumlah
tenaga kerja langsung lebih sedikit karena sistem pengerjaannya dikontrakkan.
Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan selama umur proyek
penambangan adalah 156 orang.

Tabel 5. Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima

Numbers
POSITION remarks Salary
Existing Hired Tot.

● GENERAL MANAGER 1 1 35,000,000

A PRODUKSI & PERENCANAAN


1 Site Manager 1 1 STAFF 25,000,000
2 Superintendent Produksi 1 1 STAFF 15,000,000
3 K3 & LH Head 1 1 STAFF 12,000,000
4 Mine Plan Supervisor 1 2 STAFF 10,000,000
5 Superintendent Mine Plan 1 1 STAFF 10,000,000
6 Geology Engineer 1 1 STAFF 10,000,000
7 Supervisor Mechanical 1 1 STAFF 10,000,000
8 K3 / Safety Officer 1 1 STAFF 7,500,000
9 LH Officer 1 1 STAFF 7,500,000
10 Hauling Supervisor 1 1 STAFF 7,500,000
11 Mine Foreman 1 1 STAFF 6,500,000
12 Supervisor Surveyor 2 2 STAFF 12,000,000
13 Surveyor 2 2 STAFF 7,500,000
14 Superintend Geologist 2 2 STAFF 15,000,000
15 Lab Analysis 3 3 STAFF 6,000,000
16 Foreman Hauling 2 2 STAFF 6,500,000
17 Security Head 1 1 STAFF 7,500,000
NON
18 Operator Heavy Equipment 22 22 3,500,000
STAFF
NON
19 Driver Dump Truck 30 30 2,500,000
STAFF
NON
20 Dump man 3 3 2,500,000
STAFF
NON
21 Checker 3 3 2,500,000
STAFF
NON
22 Mine Admin. 3 3 2,500,000
STAFF
23 Mekanik - welder 3 3 STAFF 3,000,000
NON
24 Electrikal 3 3 2,500,000
STAFF
NON
25 Tyre man 3 3 2,500,000
STAFF
NON
26 Survey crew 3 3 1,500,000
STAFF

I-20
Numbers
POSITION remarks Salary
Existing Hired Tot.
NON
27 Preparasi Lab Crew 3 3 1,500,000
STAFF
NON
28 Road maintenance crew 3 3 1,500,000
STAFF
NON
29 Mechanics crew 2 2 1,500,000
STAFF
NON
30 Timbangan Crew 2 2 2,000,000
STAFF
31

Sub Total 1 105 107

B PELABUHAN & PEMASARAN


1 Superntend Pelabuhan /QC 1 1 STAFF 15,000,000
2 Supervisor Pelabuhan 1 1 STAFF 10,000,000
3 Quality Control Supervisor 3 3 STAFF 7,500,000
4 Master Loading 3 3 STAFF 3,000,000
5 Foreman QC 3 3 STAFF 6,500,000
6 Admin. & Marketing Officer 3 3 STAFF 2,500,000
NON
7 Crew QC 3 3 1,500,000
STAFF
NON
8 Crew Mekanik & Elektrik 3 3 1,500,000
STAFF
9

Sub Total 0 20 20

C UMUM & KEUANGAN


1 Fiinance/Accounting Head 1 1 STAFF 15,000,000
2 Admin. & HRD Head 2 2 STAFF 12,000,000
3 Logistic Head 2 2 STAFF 10,000,000
4 Community Development Head 4 4 STAFF 10,000,000
5 Account & Payroll officer 3 3 STAFF 3,500,000
6 General Admin. 3 3 STAFF 3,500,000
NON
7 Logistic & Com.Dev. crew 3 3 1,800,000
STAFF
NON
8 Driver 4 4 1,800,000
STAFF
NON
9 Security (pit; bor; mess; pelabuhan) 6 6 1,500,000
STAFF
Sub Total 0 28 28

TOTAL MANPOWER PLAN 2 153 156


Staff 57
Non Staff 99

I-21
Sebagai upaya untuk mendukung berbagai berbagai tahapan kegiatan pengupasan
tanah penutup, penggalian dan pemuatan material ore, pengolahan dan pengangkutan
material ore serta admininstrasi dari PT. Tiga Cahaya Sejahtera, maka langkah strategi
yang akan dilaksanakan guna mengisi formasi pekerjaan tersebut adalah dengan menyusun
berdasarkan kriteria dari status tenaga kerja yang akan diangkat, yaitu Tenga Kerja Tetap
dan Tenaga Kerja Tidak Tetap (Buruh).

Waktu kerja operasi penambangan yang mencakup kegiatan penggalian,


pemuatan, pengangkutan dan penimbunan akan dilakukan dalam 3 shift/hari, 8
jam/shift. Dalam shift system yang demikian, diperlukan 4 grup kerja per hari
sebagai berikut:

 Shift Pagi : Mulai dari jam 06.00 sampai 14.00

 Shift Sore : Mulai dari jam 14.00 sampai 22.00

 Shift Malam : Mulai dari jam 22.00 sampai 06.00

Tenaga kerja (operator) akan dibagi dalam 4 grup kerja dengan skema
seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Skema Sistem Pergantian Kerja (Shift Work)

Group Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin

A Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Off Off

B Sore Sore Malam Malam Off Off Pagi Pagi

C Malam Malam Off Off Pagi Pagi Sore Sore

D Off Off Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam

B. Tahap Konstruksi

1) Mobilisasi tenaga kerja

Mobilisasi tenaga kerja dilakukan bersamaan dengan mobilisasi peralatan berat yang
akan dilaksanakan oleh kontraktor dan subkontraktor yang ditunjuk oleh. Dalam memenuhi
kebutuhan produksi bijih nikel pertahun, maka dibutuhkan cukup banyak tenaga kerja yaitu
tenaga kerja non skill dan tenaga kerja skill tambang.

I-22
2) Mobilisasi Alat Berat dan Material

Kegiatan mobilisasi peralatan alat berat dan material akan dilakukan secara
bertahap sesuai kebutuhan operasional. Untuk tahap awal, peralatan alat berat yang
dimobilisasi seperti Excavator, Buldozer, Dump Truck, dll. Sedangkan mobilisasi
material meliputi pasir, batu kali, semen, besi, kayu dan bahan bangunan lainnya akan
dimobilisasi pada saat kegiatan pembangunan Mess karyawan, kantor, gudang spare
part, bengkel dan fasilitas pendukung lainnya.

Peralatan Tambang terbagi atas peralatan Utama dan peralatan pendukung,


dimana peralatan utama yaitu peralatan mekanis yang disiapkan untuk aktivitas
penambangan baik untuk Overburden Removal atau Ore getting. Sedangkan peralatan
pendukung merupakan peralatan yang dibutuhkan secara langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan penambangan sampai ke lokasi tambang. Untuk mobilisasi
bahan dan peralatan PT. Tiga Cahaya Sejahtera akan mematuhi peraturan sebagai
berikut:

- mematuhi kebijakan dan peraturan keselamatan

- mamatuhi batas kecepatan

- menghindari penggunaan klakson secara berlebihan, khususnya diareal


pemukiman

- selalu berkomunikasi dengan instansi terkait yang bertanggungjawab atas


lalulintas

- mempertahankan jarak aman dengan kendaraan lain

- mematuhi batas berat muatan jalan dan jembatan

Jenis peralatan yang digunakan oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera dapat dilihat
pada Tabel berikut:

Tabel 7. Jenis dan Jumlah Alat Yang Digunakan

No. Jenis Alat Jumlah Fungsi


Excavator  Alat gali dan muat
14 untuk debris
1 Type Komatsu PC 200 & Memuat ore dan debris
6 untuk ore getting
PC 300 di front penambangan

I-23
No. Jenis Alat Jumlah Fungsi
 Alat gali dan dorong
Bulldozer  1 untuk ore getting Mengatur ore dan debris
2
Type Komatsu D. 85 E  2 untuk debris di front penambangan
dan penumpukan OB
 Alat Muat
 2 untuk loading Memuat ore ke hopper
Wheel Loader
3 conveyor feeder conveyor dan
Type Komatsu WL 350
 2 untuk stockpile mengatur tumpukan ore
di stockpile
Dump Truck  Alat Angkut
4 Hino, Kapasitas 8 T dan 15  30 untuk debris Angkutan ore dan debris
T  13 untuk ore getting (OB)
 Alat Angkut
Tongkang 6 untuk
5 Angkutan ore ke mother
Kapasitas 300 ft Transhipment
vessel
Alat pembuat bandar
Grader
6 1 dan perataan jalan
Type Komatsu GR 85
angkut
 Alat Pemasok HSD
Fuel Truck
7 1 Untuk pasok HSD ke alat
Hino, 5.000 Ltr
berat di lapangan
 Alat Penyiram Jalan
Water Sprayer
8 1 Untuk menyiram jalan
Hino, 5000 Ltr
agar tidak berdebu
Vibro Compactor
9 1 Alat pemadatan jalan
Type BOMA, 20 Ton

3) Pembersihan Lahan

Pembersihan lahan dilakukan pada lokasi penambangan. Pembersihan lahan


dimaksudkan untuk menyiapkan lokasi penambangan agar mudah dilakukan kegiatan
selanjutnya dalam lokasi tersebut. Pembersihan lahan akan dilakukan dengan cara
membersihkan pepohonan dan semak yang tumbuh di lokasi penambangan dengan sistem
Clearing. Pembersihan lahan akan dilakukan dengan menggunakan peralatan berat yang
akan bekerja sepanjang hari.

4) Pembangunan sarana dan prasarana, meliputi:

a) Pembuatan stock file ETO (Exportable Transit Ore)

Stock file ETO akan dibangun untuk menampung nikel sebanyak 200.000
WMT. Untuk menghindari adanya pencematan lingkungan disekitar lokasi

I-24
penambangan khususnya pada musim hujan maka akan dilengkapi dengan
drainase. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air yang
dapat menurunkan produktivitas tambang dan dapat mengendalikan laju limpasan
air permukaan. Selain itu ditepi batas stock file ETO dibuat kolam pengendap
(sedimen pond).

b) Pembuatan stockyard EFO (Exportable Fine Ore)

c) Penyiapan permukaan kerja tambang

Penyiapan permukaan kerja tambang dilakukan bersamaan dengan


pembersihan lahan dan pembuatan jalan tambang.

d) Pembangunan kantor

Kantor saat ini telah dibangun di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa dan
kedepan akan ditingkatkan, fasilitas yang akan dan telah dibangun adalah:

1. Mess untuk staf (rumah karyawan) dan barak


2. Kantor
3. Bengkel
4. Gudang
5. Preprasi conto dan laboratorium
6. Pos keamanan
7. Penamnpungan air dan pompa
8. Power house dan mesin generator

C. Tahap Operasi penambangan

1. Pengupasan tanah pucuk

Sebelum Penambangan nikel dilakukan, maka dilakukan pengupasan tanah pucuk.


Pada kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka (open cut mining) dengan
mengupayakan cara penambangan back filling. Sistem penambangan tersebut, faktor utama
yang secara teknis maupun ekonomis sangat berpengaruh adalah pengupasan tanah pucuk
(stripping top soil). Pekerjaan ini terutama dilakukan pada lokasi penambangan yang berada
di bawah permukaan.

I-25
Lapisan tanah pucuk (top soil) adalah lapisan tanah atas yang umumnya memiliki
karakteristik fisik, kimia dan biologi yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Pengupasan tanah pucuk merupakan lapisan tanah paling atas


dimaksudkan untuk membuka lahan dan mengambil top soil-nya yang nantinya
akan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca tambang.

2. Penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup

Tanah penutup adalah lapisan tanah antara tanah pucuk dengan lapisan
batuan yang mengandung mineral yang akan ditambang.

Setelah lapisan tanah penutup digali kemudian (1) akan diangkut ke tempat
penimbunan, atau (2) langsung dipakai untuk reklamasi/menutup kembali di
daerah bekas tambang. Dampak yang terjadi pada kegiatan pertama terhadap erosi
tanah tidak penting bila lapisan tanah pucuk dilindungi (misal: ditutup dengan
tanaman penutup), sehingga tidak terbawa oleh air hujan. Kegiatan kedua akan
menimbulkan peningkatan terhadap erosi tanah, walaupun dapat dikendalikan oleh
vegetasi atau tanaman penutup.

Tanah penutup yang telah dikupas dikumpulkan pada stockpiles yang telah
disiapkan. Tanah pucuk dan tanah penutup tersebut akan digunakan sebagai
lapisan paling atas pada areal bekas pertambangan setelah kegiatan reklamasi,
sehingga areal tersebut dapat kembali menjadi media tumbuh yang baik bagi
tanaman/vegetasi.

3. Penambangan nikel

Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera adalah sistem
tambang terbuka (Surface Mining) dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi
penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan. Metode penggalian dilakukan
dengan cara membuat jenjang serta membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan
cara back filling dan dengan sifat selective mining yang diterapkan per blok penambangan serta
menyesuaikan kondisi penyebaran laterit nikel. Bijih yang akan ditambang ditetapkan
berdasarkan cut of

I-26
grade 1- 1,4% nikel. Kegiatan penambangan yang dilakukan di perusahaan ini terdiri
dari: pembabatan (Clearing), pengupasan Overburden (Top Soil dan Limonit),
penggalian dan pengangkutan (Saprolit) dan pembuatan jenjang
(bench).Penggalian/pemuatan menggunakan alat gali-muat excavator (backhoe) dan alat
angkut dump truck. Pengangkutan berawal dari front tambang dan lansung
ditumpahkan ke stock yard. Jalan utama tambang (main hailage) yang menghubungkan
jalan tambang dengan stock yard mempunyai jarak yang bervariasi tergantung pada
lokasi yang ditambang. Kemiringan jalan disesuaikan dengan kemampuan dump truck,
yaitu maksimum 10 %. Lebar jalan yang direncanakan adalah 13 meter dengan sudut

elevasi jalan selebar 1,5o dan pada kedua sisi jalan dibuat parit yang setiap jarak 200-
300 meter dibuat sumur untuk menampung lumpur.

Alat yang diperlukan untuk di front tambang adalah alat gali-muat, yaitu:

excavator dengan kapasitas bucket 0,8 m3 dengan kemampuan alat per jam sebesar 60 ton,
sedangkan alat angkut laterit dari front tambang menggunakan dump truck dengan daya
angkut sebesar 20 ton. Kegiatan pendorongan, membuat tumpukan laterit dengan
ketinggian maximum 5 meter di stock yard menggunakan bulldozer.

Berdasarkan Data Eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera,
estimasi Cadangan sebesar ± 19.973.654,88 Wmt dengan kadar nikel rata-rata Ni 1 – 1,8
% Ni. Proses penambangan disajikan pada gambar berikut:

I-27
Gambar 7. Skema Proses Penambangan Nikel

4. Pemuatan dan Pengangkutan

Pemuatan ke tongkang dimulai dari pengangkutan laterit dari stock yard ke


dermaga tongkang dengan target produksi dan penjualan setiap bulan dan tahun

5. Penimbunan Kembali Tanah Penutup Pada Front Kerja Yang Sudah Selesai

Setelah dilakukan penambangan dan sebelum dilakukan revegetasi maka akan


dilakukan penimbunan kembali tanah penutup yang sangat berguna dan penting dalam
menunjang keberhasilan proses rehabilitasi lahan. Penaburan tanah penutup dilakukan
setelah pekerjaan penataan lahan selesai dan bentuk akhir lahan telah sesuai rencana,
serta lahan telah siap untuk ditanam. Tanah pucuk ditebarkan diseluruh permukaan
lahan secara merata.

I-28
6. Reklamasi dan Revegatasi Pada Setiap Blok Penambangan

Reklamasi lahan bekas tambang dan revegetasi dilakukan mulai pada setiap
blok yang sudah dilakukan penambangan. Tanaman yang akan digunakan untuk
rehabilitasi lahan bekas tambang diutamakan tanaman jenis lokal karena sudah
mempunyai adaptasi yang tinggi, akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan
dikembangkan tanaman produktif lainnya.

D. Tahap Pasca Operasi Penambangan

1. Penutupan Tambang

PT. Tiga Cahaya Sejahtera akan mengikuti peraturan terkait dengan proses
penutupan tambang. Pada awal operasi sebuah konsep penutupan tambang
diwajibkan untuk semua lokasi tambang di Indonesia. Saat rencana penutupan
tambang semakin dekat, suatu rencana yang lebih rinci perlu dipersiapkan. Hal ini
untuk memastikan seluruh stakeholder diperhitungkan dan dilibatkan dalam
rencana penutupan tambang tersebut.

2. Reklamasi/Rehabilitasi Tambang dan Revegetasi

Lokasi purna tambang dan lahan-lahan terganggu lainnya yang telah stabil
direklamasi, segera ditanami dengan tanaman penutup tanah (cover crops) dan
selanjutnya dengan bibit tanaman lokal jenis tanaman pioner maupun tanaman
cepat tumbuh. Kegiatan reklamasi meliputi:

- Pengaturan/Pembentukan Lahan Untuk Rehabilitasi

Pengaturan/pembentukan lahan untuk rehabilitasi ditujukan untuk


memperoleh permukaan akhir yang stabil dan mempunyai bentuk alami sehingga
mendekati bentuk bentang alam asli, mendukung keberhasilan pertumbuhan
tanaman, memudahkan akses pekerjaan selanjutnya dan meningkatkan nilai
estetika lahan.

I-29
- Pengendalian Erosi

Untuk menyediakan areal resapan dan juga cadangan air pada saat
kemarau pada areal yang telah ditata dibuat struktur-struktur kolam. Kolam ini
juga berfungsi sebagai kolam pengendapan, kolam ini biasanya dibuat pada tempat-
tempat landai (kecepatan aliran air minimum) sehingga dapat mengendapkan
sedimen dengan baik.

Gambar 8. Sketsa dan Bentuk Kolam Pengendapan

- Pengelolaan Tanah Pucuk

Penyelamatan tanah pucuk (top soil) pada areal yang akan ditambang
sangat penting, karena tanah pucuk sangat berguna dan penting dalam menunjang
keberhasilan proses rehabilitasi lahan.

Penaburan tanah pucuk dilakukan setelah pekerjaan penataan lahan selesai dan bentuk
akhir lahan telah sesuai rencana, serta lahan telah siap untuk ditanam. Tanah pucuk ditebarkan
diseluruh permukaan lahan secara merata dengan ketebalan

± 30 cm dan dibuat tanggul (berm) di puncak bukit untuk mencegah limpasan air
dari bagian atas.

- Penghijaun/Penanaman Pohon

Tanaman yang pertama ditanam dilahan reklamasi adalah jenis tanaman


penutup tanah (cover crop) yang bertujuan untuk mengurangi laju erosi tanah,
menstabilkan permukaan tanah dan energy kinetis air hujan, membantu
memperbaiki sifat fisik, kimia tanah, mengurangi laju erosi.

I-30
Sedangkan tanaman lain yang ditanam pada lahan yang telah siap
direklamasi adalah tanaman pioneer yang terdiri dari beberapa jenis. Hal ini sangat
penting untuk meningkatkan ketahanan tegakan terhadap serangan hama dan
penyakit. Jenis-jenis tanaman pioneer yang ditanam adalah jenis-jenis cepat
tumbuh (fast growing plant species) yang mampu mempercepat suksesi jenis-jenis
lokal lainnya dan tidak memerlukan perawatan intensif.

- Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman setelah tanam dilakukan hingga tanaman dapat


tumbuh dengan sendirinya secara berkelanjutan. Pada umumnya pemeliharaan
dilakukan sampai tanaman berumur satu setengah tahun.

3. Pemutusan Hubungan Kerja

Seluruh tenaga kerja tahap operasi akan berkurang. dan pelepasan tenaga kerja
akan mengikuti segala ketentuan yang berlaku.

4. Pemindahan/Pembongkaran dan Penyerahan Asset Sarana Tambang

Fasilitas yang akan dibongkar atau dibiarkan berada di lokasi sesuai dengan
rincian yang ada di rencana penutupan tambang. Pada tahap sekarang belum
memungkinkan untuk menyebutkan secara rinci bagaimana proses ini akan
dilaksanakan karena akan bergantung pada keputusan stakeholder pada saat
terjadinya penutupan.

1.1.4. Alternatif-Alternatif Yang Akan Dikaji Dalam Andal

Setelah melalui kajian secara tehnis dan ekonomis, pihak pemrakarsa tidak
memiliki pilihan alternatif yang akan dikaji dalam Amdal ini.

1.2. Ringkasan Dampak Penting Hipotik Yang Ditelaah/Dikaji

Pada dasarnya dampak penting yang ditelaah dalam dokumen AMDAL ini adalah
sama dengan dampak-dampak hasil pelingkungan dampak hipotetis pada dokumen
Kerangka Acuan. Dampak-dampak penting yang akan ditelaah dalam

I-31
kajian AMDAL ini adalah dampak-dampak penting hipotetis dengan kronologis
proses pelingkupan hasil diskusi dan survei lapangan tahap Ke II serta dengan
menggunakan proffessional udgement.

Berdasarkan hasil studi tim AMDAL pada tahap ke II, terdapat data
pendukung yang sangat signifikan untuk menambah kedalaman kajian sebagai berikut:
1). Terkait dengan lingkup wilayah studi (batas sosial ); 2). Berdasarkan karakteristik
jenis pekerjaan masyarakat, maka terjadi perubahan jumlah responden dari jumlah
sebelumnya masing-masing 15 responden, berubah menjadi 20 responden. Ringkasan
Dampak penting hipotetik rencana kegiatan PT. Tiga Cahaya Sejahtera adalah sebagai
berikut:

I-32
Tabel 8. Matrik Dampak Penting Hipotik

I-33
Tabel 9. Bagan Alir Dampak Hipotek

I-34
Berdasarhan uraian tersebut diatas, maka dampak-dampak penting
hipotetik (DPH) yang di hasilkan dari Rencana Kegiatan Usaha Penambangan Bijih
Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera disimpulkan sebagai berikut: maka dapat
diketahui Dampak Penting hipotetik sebagai berikut:

a) Tahap Pra-Konstruksi:

Sosial Budaya: Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses social

b) Tahap Tahap Konstruksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara, Kebisingan,


Hidrologi (run off), Erosi Tanah;
2) Transportasi: Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan;
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar;

4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan proses-


proses social;
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan.

c) Tahap Operasi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off), Erosi


Tanah, Kualitas Udara, Kebisingan;
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan;
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar;

4) Sosekbud: Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan


Berusaha, dan Proses-proses social;
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3.

d) Tahap Pasca Produksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi Tanah,


dan Perbaikan Kualitas Air;
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas;
3) Biologi: Vegetasi dan Biota Perairan;
4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat.

I-35
1.3. Ruang Lingkup Wilayah Study Dan Batas Waktu Kajian
1.3.1. Batas Wilayah Studi

Rencana Penambangan Bijih Nikel akan dilaksanakan di wilayah Desa


Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa, Kabupaten Konawe dengan batas wilayah
studi sebagai berikut:

a. Batas Tapak proyek

Penetapan batas proyek adalah ruang untuk melakukan rencana usaha


dan/atau kegiatan pada setiap tahapan kegiatan, yaitu tahap Prakonstruksi, tahap
Konstruksi, tahap Operasi dan Pasca Operasi. yang merupakan sumber dampak
terhadap lingkungan hidup di sekitar. Dalam hal ini batas proyek adalah batas wilayah
lahan untuk Pertambangan bijih nikel seluas 3.080 ha.

b. Batas Ekologis

Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan melalui media
transportasi limbah (udara dan air), proses alami yang berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, termasuk dalam ruang ini
adalah ruang di sekitar kegiatan yang secara ekologis memberikan dampak terhadap
kegiatan tersebut. Yang dimaksud di sini adalah ruang di sekitar rencana kegiatan
Pertambangan bijih nikel yang akan terkena dampak akibat kegiatan tersebut.

Daerah-daerah tersebut terdiri dari area hutan, dan aliran air tawar, perairan laut,
serta permukiman penduduk. Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-
kanan pada area tapak proyek pada saat kegiatan tahap konstruksi, Operasi, dan pasca
Operasi. Kebisingan dan pencemaran udara tersebar melalui angin yang arah dominannya
adalah ke barat laut ke tenggara dan sebaliknya. Selanjutnya kegiatan pertambangan bijih
nikel menyebabkan kebisingan yang diperkirakan mencapai sejauh 200 m dari pusat
kegiatan dan perubahan kualitas udara akibat emisi gas (tergantung dari kecepatan dan
arah angin yang signifikan

I-36
sehingga melebihi baku mutu diperkirakan tidak akan melebihi 1 km dari pusat kegiatan.
Namun penyebaran kebisingan dan emisi gas dari peralatan/mesin-mesin yang digunakan
akan menyebar lebih dari 500 m. Sementara sebaran dampak melalui aliran air akan sangat
tergantung dari debit badan air penerima, diperkirakan akan mencapai 2 km ke arah hilir
untuk aliran yang kecil dan tidak akan lebih dari 2 km dari aliran air sungai besar;
sedangkan penyebaran dampak tidak menimbulkan penurunan kualitas air yang signifikan
di perairan laut

c. Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat rencana pertambangan bijih Nikel. Interaksi sosial dibatasi
berupa wilayah dusun /kampung atau permukiman terdekat dari lokasi kegiatan. Juga
merupakan batas social menurut lingkup kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya
masyarakat. yang merupakan daerah pemukiman penduduk dan berhubungan erat
dengan kegiatan ekonomi atau mata pencaharian masyarakat seperti petani, pedagang
dan jasa yang terdapat di sekitar wilayah kegiatan PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Batas sosial kegiatan pertambangan adalah pemukiman penduduk


pemukiman penduduk Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa yang yang
terkena dampak akibat penggunaan jalan hauling untuk pengangkutan Hasil
Tambang.

d. Batas Administratif

Batas administratif adalah batas wilayah menurut lingkup kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budaya masyarakat disekitar daerah kegiatan. Daerah tersebut khususnya
meliputi Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara yang merupakan daerah pemukiman penduduk dan berhubungan erat dengan
kegiatan ekonomi atau mata pencaharian masyarakat

I-37
seperti petani, pedagang dan jasa yang terdapat di sekitar wilayah kegiatan PT.
Tiga Cahaya Sejahtera

e. Batas Ruang Lingkup Wilayah Studi ANDAL

Wilayah studi merupakan gabungan dari batas daerah kegiatan, batas


ekologis, batas sosial, dan administratif dengan memperhatikan batas teknis yang
merupakan batas kemampuan teknis dalam melakukan kegiatan pengamatan dan
pengambilan contoh yang tergantung antara lain pada keadaan medan, cuaca,
komunikasi, transportasi, keterbatasan dana, waktu, tenaga dan metoda penelitian
yang dapat diterapkan.

1.3.2. Pelingkupan Waktu Kajian

Batas waktu kajian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)


ditetapkan berdasarkan pertimbangan batasan waktu pelaksanaan rencana
kegiatan pertambangan bijih Nikel, dalam hal ini meliputi tahap pra konstruksi dan
tahap konstruksi (persiapan) selama 1 tahun, tahap Operasi selama Umur Tambang
yaitu 12 tahun 11 Bulan.

Prakiraan dampak membandingkan kondisi komponen lingkungan dengan


kegiatan (with project) dengan kondisi tanpa kegiatan (without project) pada tahun
prakiraan tersebut.

Tabel 10. Batas Waktu Kajian

Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
1. Tahap Pra Konstruksi
Jumlah masyarakat yang berpersepsi positif
a. Perubahan persepsi
dan negatif terhadap rencana kegiatan 6 bln
masyarakat
sebelum dimulainya kegiatan Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
a. Perubahan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut
24 bln
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH
b. Gangguan kehidupan
Populasi dan keragaman jenis biota air 24 bln
biota perairan

I-38
Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
c. Gangguan lalu lintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 24 bln
d. Terbukanya Jumlah masyarakat yang memperoleh
kesempatan kesempatan kerja, upah tenaga kerja, jumlah 24 bln
kerja dan kesempatan usaha informal
e. Peningkatan Besarnya peningkatan pendapatan
24 bln
pendapatan masyarakat
Jumlah atau kejadian konflik sosial di dalam
f. Gangguan Proses
masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan 24 bln
Sosial
perusahaan pada tahap konstruksi
Jumlah masyarakat yang berpersepsi
g. Perubahan persepsi negatif/positif, jumlah masyarakat yang
24 bln
masyarakat resah,
konflik sosial
h. Penurunan kesehatan Jenis penyakit, sumber penyakit, jumlah
24 bln
masyarakat masyarakat yang menderita sakit
1) Jenis penyakit, sumber penyakit, dan
jumlah
masyarakat yang menderita sakit akibat
buruknya sanitasi lingkungan,
i. Sanitasi lingkungan 24 bln
2) Ketersediaan tempat sampah dan MCK di
area bsecamp yang memadai
3) Pengelolaan sampah dan limbah dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku
j. Keselamatan Dan Meminimalisir tingkat kecelakaan kerja yang
24 bln
Kesehatan Kerja (K3) terjadi sekecil mungkin

3. Tahap Operasi Produksi


a. Perubahan kualitas Partikel debu, Gas NOx, SOx, CO dan CO2
13 thn
udara dan Pb
b. Kebisingan Tingkat kebisingan 13 thn

c. Perubahan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut


13 thn
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH

d. Gangguan lalulintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 13 thn


e. Kerusakan jalan Tingkat kerusakan jalan rendah 13 thn
f. Terbukanya
Jumlah masyarakat yang memperoleh
kesempatan kerja
kesempatan kerja, upah tenaga kerja, jumlah 13 thn
dan kesempatan
usaha informal.
berusaha
g. Peningkatan Besarnya peningkatan pendapatan
13 thn
pendapatan masyarakat

I-39
Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
Besarnya peningkatan pendapatan
h. Pendapatan Daerah daerah/tingkat 13 thn
perkembangan ekonomi lokal
Jumlah atau kejadian konflik sosial di dalam
i. Gangguan Proses
masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan 13 thn
Sosial
perusahaan pada tahap konstruksi

j. Perubahan persepsi Jumlah masyarakat yang berpersepsi


13 thn
masyarakat negatif/positif, jumlah masyarakat yang resah

Waktu pelaksanaan kajian Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera adalah selama 90 hari kalender atau 3 (tiga)
bulan terhitung sejak saat penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama.

Tabel 11. Jadwal Waktu Studi AMDAL Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Bulan / Minggu
No. Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Orientasi Lapangan
1. - Perijinan
- Survei Pendahuluan
2. Penyusunan KA-ANDAL
Presentase KA-ANDAL
3.
dan Pengesahan
Pengumpulan dan Analisis Data
a. Pengumpulan Data Lapangan
- Abiotik (Fisik & Kimia)
- Biotik (Flora, Fauna,
4. & Biota Perairan)
- Sosial Ekonomi
- Sosial Budaya

b. Analisis Laboratorium
- Kualitas Udara
- Fisik Tanah dan Lahan
- Kualitas Air
Flora, Fauna dan Biota
Perairan
c. Analisis Data (Primer
dan Sekunder)

I-40
Bulan / Minggu
No. Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan ANDAL,
5.
RKL, RPL.
Presentase ANDAL,
6.
RKL, RPL.
Perbaikan ANDAL, RKL,
7.
RPL.
Perbanyakan ANDAL,
8.
RKL, RPL & Pengesahan

Gambar 9. Batas Kajian Study AMDAL PT. Tiga Cahaya Sejahtera

I-41
BAB II
RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP

Data dan informasi yang ditelaah meliputi data dan informasi komponen
lingkungan geofisik-kimia (kondisi iklim, kualitas udara, tanah, fisiografi dan geologi,

hidrologi dan kualitas air permukaan), komponen biologi (flora dan fauna, biota
perairan) komponen sosial (demografi, ekonomi, dan budaya) dan komponen
kesehatan masyarakat. Data dan informasi tersebut dikumpulkan sebagai data
primer dan data sekunder.
Data dan informasi primer diperoleh melalui pengukuran atau pengambilan
sampel secara in situ, analisis laboratorium, wawancara, atau pengamatan langsung.
Data dan infromasi sekunder diperoleh dari berbagai hasil penelitian terdahulu,
yang ada kaitannya dengan kegiatan penambangan nikel. Data dan informasi
sekunder diperoleh dari instansi-instansi pemerintah dan berasal dari sumber-
sumber lain yang relevan

2.1. Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting

2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia

2.1.1.1. Iklim

Areal lokasi studi memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.
Berdasarkan data iklim yang diperoleh di Kec. Routa Kabupaten Konawe, Jumlah curah hujan
2818.48 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan/bulan. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Juli dengan rata-rata curah hujan 484,08 mm/bulan dengan rata-
rata 16 hari hujan, curah hujan terendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah
hujan 20,42 mm/bulan dengan 1 hari hujan. temperatur minimumnya berkisar antara 22.30 °C -
23.10 °C. Sedangkan temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 28.30 °C - 29.40°C.
Kelembaban udara (RH) rataan bulanan di kawasan ini berkisar antara 78 - 85 %, dengan angka
kelembaban tahunannya sebesar 80 %. Berdasarkan data hujan selama periode

II-1
pengamatan 4 tahun terakhir, areal studi dan kawasan sekitarnya termasuk ke
dalam tipe iklim C menurut Schmidt & Ferguson.

Gambar 10. Grafik Curah Hujan Kabupaten Konawe Tahun 2012

2.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan


a) Kualitas Udara

Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara.


Walau demikian, masukan polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan pencemaran
udara. Pencemaran udara terjadi jika masukan polutan menyebabkan mutu udara turun
sampai ke tingkatan yang menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sampai ke
tingkatan di mana kesehatan manusia terganggu, atau lingkungan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.

Data hasil pengujian kualitas udara ambien di lokasi proyek yang


kemungkinan sebagai sumber dampak perubahan kualitas udara dan daerah
pemukiman yang kemungkinan menjadi objek penerima dampak, menunjukkan
bahwa udara ambien masih baik yang ditunjukkan oleh nilai parameter uji masih
di bawah baku mutu yang ditetapkan

Tabel 12. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Proyek

Hasil
No Parameter Satuan Lokasi Lokasi Lokasi Baku
Proyek Pemukiman Pemukiman Mutu

1 Sulfur Dioksida, SO2 μg/Nm3 49,7 37,9 46,7 900*)

3
2 Karbon Monoksida, CO μg/Nm <1.145,2 <1.145,2 <1.145,2 30.000*)

II-2
Hasil
No Parameter Satuan Lokasi Lokasi Lokasi Baku
Proyek Pemukiman Pemukiman Mutu

3
3 Nitrogen Dioksida, NO2 μg/Nm 25,28 31,2 25,82 400*)

4 Oksidan, O3 μg/Nm3 59,4 41,6 48,2 235*)

5 Timbal, Pb μg/Nm3 <0,005 <0,005 <0,005 2*)

6 Partikulat Debu, TSP μg/Nm3 59 52 39,5 230*)


Baku mutu *) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
(Lampiran - Baku Mutu Udara Ambien Nasional)

Untuk penentuan tingkat kedalaman yang dibutuhkan yang dapat


mempengaruhi tingkat prioritas dari dampak penting hipotetik, maka hasil analisis
kualitas udara ambien di wilayah studi dijadikan sebagai rona dasar kualitas udara
(background concentration). Uraian secara detail kondisi parameter kualitas udara tersebut
sebagai berikut: Polutan gas sulfur dioksida (SO₂) kadarnya yakni 49,7 μg/Nm³ di lokasi
rencana proyek, di lokasi pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano, 37,9 μg/Nm³
dan di lokasi pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano 46,7 μg/Nm³. Baku mutu gas
SO₂ di udara ambien adalah 900 μg/Nm³. Hal ini berarti kadar polutan yang ada di udara
ambien belum sampai pada tingkat yang dapat berdampak terhadap lingkungan seperti
gangguan saluran pernafasan, kerusakan vegetasi dan perubahan keasaman air hujan.
Sumber utama gas tersebut diperkirakan dari asap kendaraan bermotor. Gas SO₂
adalah gas yang tidak berwarna dan berbau tajam. Sifat pengaruh dampak pencemaran
SO₂ bersifat negatif. Sulfur dioksida di udara stabil dalam beberapa hari pada kondisi
udara kering, sedangkan pada kondisi kelembaban tinggi SO₂ terikat pada uap-uap air.
Gas SO₂ yang bersifat reaktif akan membentuk amonium sulfat dan dalam beberapa
waktu akan membentuk aerosol H₂S0₄dan akhirnya dapat menjadi hujan asam.

Hasil analisis gas karbon monoksida (CO) menunjukkan kadarnya relatif

kecil di seluruh lokasi pengambilan sampel karena lebih kecil dari batas pelaporan

alat/metode uji yang digunakan (<1.145,2 μg/Nm³). Baku mutu CO yakni 30.000

II-3
μg/Nm³. Sumber utama gas CO di wilayah studi diperkirakan dari kegiatan

transportasi. Sifat pengaruh dampak pencemaran CO bersifat negatif. Senyawa

gas CO tidak berbau, tidak berasa dan pada temperatur udara normal

berbentuk gas tidak berwarna. Konsentrasi rendah dapat menyebabkan

pusing-pusing dan keletihan, konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.

Senyawa itu dapat mengikat Hb darah menjadi Hb-CO, sehingga kandungan Hb

darah pembawa oksigen yang diperlukan tubuh manusia menjadi berkurang.

Hasil pengukuran gas NO₂ menunjukkan kadar 25,28 μg/Nm³ di lokasi rencana proyek, 31,2
μg/Nm³ di lokasi pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano dan 25,82 μg/Nm³ di lokasi pemukiman
Desa Tanggola dan Puuwiwirano. Baku mutu gas NO₂ di udara ambien tidak melebihi 400 μg/Nm³. Sifat
pengaruh dampak pencemaran NO₂ bersifat negatif. Gas ini berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Terutama berasal dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas
alam. NO₂ bisa berasal dari oksidasi dengan kandungan N dalam bahan bakar dan juga oksidasi dengan
N udara karena panas. NO₂ bersifat racun terutama terhadap paru. Paru-paru yang terkontaminasi
dengan gas NO₂ akan mengalami pembengkakan. Pada konsentrasi NO₂ >100 ppm kebanyakan hewan
akan mati.

Hasil pengukuran gas oksidan (ozon) kadarnya yakni 59,4 μg/Nm³ di

lokasi rencana proyek, di lokasi pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano

48,2 μg/Nm³. Baku mutu oksidan O3 adalah 235 μg/Nm³. Hal ini berarti kadar

polutan yang ada di udara ambien belum sampai pada tingkat yang dapat

berdampak terhadap lingkungan seperti gangguan pada sistem pernafasan,

serangan jantung dan kematian. Di lapisan stratosfer, keberadaan ozon sangat

dibutuhkan untuk ‗menyelimuti‘ permukaan bumi dari radiasi sinar ultraviolet.

Hasil pengukuran kadar partikulat debu (TSP) menunjukkan kadar 59 μg/Nm³ di

lokasi rencana proyek, 52 μg/Nm³ di lokasi pemukiman Desa Tanggola dan

Puuwiwirano. Baku mutu partikulat debu (TSP) adalah 230 μg/Nm³. Sifat pengaruh

dampak pencemaran partikulat bersifat negatif. Partikulat adalah bahan padat atau cair

yang melayang-layang di udara dengan ukuran butir antara 0,002 mikron sampai

II-4
500 mikron. Partikulat ini dapat berada di udara dari beberapa detik sampai

beberapa bulan lamanya, tergantung dari besar butir dan kecepatan angin.

Partikulat dengan ukuran kurang dan 100 mikron dapat tetap tersuspensi untuk

jangka waktu yang cukup lama dan bergerak dengan mobilitas atmosferik

untuk jarak yang jauh, tetapi dapat juga dapat terkoagulasi, membentuk ukuran

yang lebih besar sehingga cenderung mengendap. Partikulat mengganggu

saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

Hasil pengukuran kadar Timbal (Pb) menunjukkan kadar relatif kecil di

seluruh lokasi pengambilan sampel karena lebih kecil dari batas pelaporan

alat/metode uji yang digunakan (<0,005 μg/Nm³). Baku mutu Pb di udara

ambien yang diperkenankan maksimum 2 μg/Nm³. Logam Pb merupakan salah

satu bahan aditif untuk meningkatkan mutu bensin kendaraan bermotor. Sifat

pengaruh dampak pencemaran Pb bersifat negatif. Ferguson (1991),

menyebutkan bahwa partikel Pb yang dikeluarkan asap kendaraan bermotor

berukuran 0,08 – 1,00 μm dengan masa tinggal (resident time) di udara selama 4

– 40 hari dan dapat disebarluaskan oleh angin sejauh 100 - 1000 km dari

sumbernya. Namun hal ini juga sangat dipengaruhi oleh cuaca. Akumulasi

timbal pada tubuh manusia akan menimbulkan efek keracunan yang hebat.

b) Kebisingan
Hasil pengukuran kebisingan (noise) di lokasi rencana proyek 47 dBA, pada

lokasi pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano 49 dBA dan pada lokasi
pemukiman Desa Tanggola dan Puuwiwirano 48 dBA. Hasil pengukuran
tersebut menunjukkan bahwa kebisingan di lokasi pengukuran masih di
bawah baku tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang baku tingkat
kebisingan. Baku tingkat kebisingan untuk kawasan industri yaitu 70 dBA.

II-5
Gambar 11. Sampling Udara Ambien Dan Kebisingan Di Wilayah Studi

2.1.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air

1) Hidrologi

Keadaan hidrologis di Kecamatan Routa Kabupaten Konawe terdiri atas


sumber-sumber air yang berasal dari air tanah, air permukaan, dan curah hujan.
Sebagai daerah yang mempunyai permukaan bergunung-gunung, air tanah pada
umumnya diperoleh dari mata air di pegunungan, yang memiliki berbagai jenis flora
dan pepohonan yang kondisinya masih cukup rapat.

Secara umum kuantitas air, terutama air permukaan di wilayah studi cukup
baik. Hal ini didukung oleh berbagai jenis flora dan pepohonan yang kondisnya
masih cukup rapat, serta beberapa sungai-sungai utama kondisi pengaliran airnya
sepanjang tahun. Selain itu, terdapat pula beberapa anak sungai yang kondisi
pergalirannya dipengaruhi oleh musim. Pola aliran air sungai di wilayah studi, yaitu
mengikuti aliran dendritik.

Berdasarkan hasil interpretasi peta rupa bumi dan hasil survei di lapangan
menunjukkan lokasi studi masuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Alaa Solo.
Sungai tersebut memiliki pola drainase (jaringan aliran sungai) menyerupai
percabangan pohon (dendritic). Pola drainase mempunyai peranan yang sangat
menentukan terhadap besarnya debit puncak dan lama waktu berlangsungnya debit
puncak suatu DAS.

Berdasarkan asal pembentukannya, Alaa Solo yang ada di wilayah studi


diklasifikasikan sebagai sistem aliran influent. Sistem aliran sungai influent adalah

II-6
sistem aliran yang memasok (memberi masukan) air tanah. Hal ini menjadi perhatian
khusus bagi pihak yang ingin melakukan kegiatan karna apabila ada senyawa pencemar
yang dibuang ke sungai tanpa melalui treatment terlebih dahulu atau teatment kurang
baik, maka kemungkinan senyawa pencemar tersebut dapat mencemari air tanah di
sekitar sungai tempat pembuangan limbah. Sehingga kegiatan tersebut dapat
mencemari sumur-sumur penduduk. Hasil perhitungan run-off dengan kondisi rona
awal Kondisi rona awal adalah sebagai berikut: Catchment area (daerah tangkap hujan)
untuk areal prospek penambangan dari total seluruh wilayah eksplorasi: 3.080 hektar:

 Koefisien run off lahan sebelum adanya rencana kegiatan = 0,21 Koefisien run
off pada saat pelaksanaan konstruksi = 1,0

 Debit run off dari tapak proyek sebelum adanya rencana kegiatan =Besarnya
debit air permukaan Q = 0,00278 C.I.A Q = 0,00278 x 0,21 x 3,262 x 638 = 1,22
m³/detik

 Debit run off dari tapak proyek pada saat konstruksi = Q = 0,00278 x 1,0 x
3,262 x 638 = 5,79 m³/detik

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, kegiatan pembukaan lahan pada tahap


konstruksi diperkirakan akan meningkatkan debit air larian dari 1,22 m³/detik menjadi 5,79
m³/detik. Debit ini juga akan terus meningkat seiring bertambahnya tutupan kedap air selama
pengerjaan konstruksi sampai seluruh areal lokasi penambangan direklamasi. Oleh karena itu
besaran dampak diperkirakan bersifat negatif dan besar.

2) Kualitas Air
a) Kualitas Air Sungai

Studi AMDAL didahului dengan perihal bagaimana mendapatkan informasi


pelengkap mengenai wilayah yang dipelajari termasuk diantaranya rona awal kualitas air
sungai yang ada di wilayah studi maupun kegiatan/aktivitas disekitarnya yang perlu
dicermati. Dengan informasi yang di dapat dan dilengkapi dengan informasi ketersediaan
dan pemanfaatan air sungai oleh penduduk maka air sungai sebagai obyek yang berpotensi
menerima dampak dapat dipelajari.

II-7
Tabel 13. Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Di Wilayah Studi

Hasil Analisis Baku Mutu


Sungai Sungai
No Parameter Satuan Alaa Solo Alaa Solo
(Hulu) (Hilir) Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Fisika
1 Temperatur C 27,0 27,9 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
Padatan terlarut total, TDS mg/L 178 220 1000 1000 1000 1500
3 Padatan tersuspensi total, TSS mg/L 35 25 50 50 400 400
Kimia Anorganik
1 pH - 7,38 7,56 6-9 6-9 6-9 5- 9
2 Kebutuhan Oksigen mg/L 5,30 11,42 2 3 6 12
3 Kebutuhan Oksigen mg/L 18,5 23,5 10 25 50 100
4 Oksigen Terlarut, DO mg/L 6,3 5,8 ≥6 ≥4 ≥3 0
5 Total Fosfat (P) mg/L 0,08 0,08 0,2 0,2 1 5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,92 <0,08 10 10 20 20
7 Amonia, NH3-N mg/L <0,1 <0,1 0,5 (-) (-) (-)
8 Arsen, As mg/L <0,002 <0,002 0,05 1 1 1
9 Kobal, Co mg/L <0,04 <0,04 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Barium, Ba mg/L 2,26 2,365 1 (-) (-) (-)
11 Boron, B mg/L 0,35 0,327 1 1 1 1
12 Selenium, Se mg/L 0,0032 0,003 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kadmium, Cd mg/L <0,002 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01
14 Kromium heksavalensi, Cr(VI) mg/L <0,01 0,023 0,05 0,05 0,05 0,01
15 Tembaga, Cu mg/L <0,002 <0,007 0,02 0,02 0,02 0,2
16 Besi, Fe mg/L 0,03 <0,03 0,3 (-) (-) (-)

II-8
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai Sungai
No Parameter Satuan Alaa Solo Alaa Solo
(Hulu) (Hilir) Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

17 Timbal, Pb mg/L <0,02 <0,02 0,03 0,03 0,03 1


18 Mangan, Mn mg/L 0,127 0,132 0,1 (-) (-) (-)
19 Raksa, Hg mg/L <0,0002 <0,0002 0,001 0,002 0,002 0,005
20 Seng, Zn mg/L <0,008 <0,008 0,05 0,05 0,05 2
21 Klorida, Cl mg/L 8,17 22,46 600 (-) (-) (-)
22 Sianida, CN mg/L <0,01 <0,01 0,02 0,02 0,02 (-)
23 Fluorida, F mg/L 0,06 0,088 0,5 1,5 1,5 (-)
24 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,06 0,06 (-)
25 Sulfat, SO42- mg/L 5,75 22,47 400 (-) (-) (-)
26 Klorin bebas, Cl2 mg/L 0,02 <0,02 0,03 0,03 0,03 (-)
Hidrogen Sulfida,
Mikrobiologi
Jml/100 mL
Jml/100 mL
Kimia Organik
1 Minyak dan Lemak μg/L <1 <1 1.000 1.000 1.000
Detergen, sebagai
3 Fenol μg/L 1 1 1 1 1 1
Baku Mutu: PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

II-9
Hasil analisis kualitas air sungai di wilayah studi secara umum menunjukkan
kondisi yang baik berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika, kimia anorganik, kimia
organik, dan mikrobiologi. Penajaman sifat penting polutan air sungai berupa nilai-nilai
hasil pengujian parameter kualitas air sungai diuraikan sebagai berikut:

Temperatur air sesaat Alaa Solo 27,0 -27,9°C sehingga parameter temperatur berada
pada rentang deviasi suhu yang diperkenankan.Tingkat kejernihan air sungai diindikasikan
dengan nilai TDS dan TSS. Nilai TDS Alaa Solo 178 - 220 mg/L, Nilai-nilai ini lebih rendah
dari baku mutu Kelas II-IV. Nilai TSS Alaa Solo 25 – 35 mg/L, lebih rendah dari baku mutu
Kelas I-IV. Peningkatan padatan tersuspensi dapat meningkatkan kekeruhan dan
mengurangi kecerahan yang dapat mempengaruhi proses fotosintesa bagi biota di sungai.
Dengan memperhatikan indikasi-indikasi tersebut, maka pada dasarnya perairan di sekitar
tapak proyek menunjukkan kondisi yang baik bagi aktifitas biota perairan sungai.

Derajat keasaman (pH) perairan sungai umumnya sedikit bersifat basa dengan pH7. Hal
ini terkait dengan kondisi lingkungan perairan berbatu yang dapat menyumbang sifat alkali
pada perairan sungai. Penurunan pH secara alami dapat terjadi karena pengaruh respirasi,
sebaliknya peningkatan dapat terjadi karena proses fotosintesa. Hal ini mengimplikasikan bahwa
peran proses respirasi bahan organik yang mampu menurunkan pH perairan masih sedikit.
Beban bahan organik umumnya tinggi pada wilayah-wilayah dengan padat pemukiman dan
aktifitas manusia lainnya.

Kandungan oksigen terlarut dalam air sungai dapat berasal dari proses fisika (difusi
dan turbulensi) dan proses biologi (fotosintesa). Oksigen terlarut sangat penting di perairan
sungai karena sangat menentukan proses biokimia air yang akan mempertahankan tingkat
kualitas air. Nilai oksigen terlarut masih baik karena masih berada di atas nilai baku mutu
air Kelas II-IV (PP RI No. 82/2001).

Kandungan bahan organik dalam air sungai ditunjukkan dengan nilai COD dan BOD
yang mencerminkan jumlah oksigen yang terpakai untuk mereduksi bahan organik. Dengan kata
lain, semakin tinggi nilai bahan organik, semakin tinggi nilai COD dan BOD. Keberadaan bahan
organik di perairan dapat berasal dari bahan alami

II-10
seperti sisa tanaman, tetapi juga dapat berasal dari bahan antropogenis
seperti limbah rumah tangga atau kegiatan manusia yang langsung
memanfaatkan sungai melalui aktifitas diantaranya mandi dan cuci. Nilai
COD masih cukup baik dan masih dibawah baku mutu air (Kelas II – IV).
Nilai BOD juga rata-rata memenuhi nilai baku mutu kelas IV.

Hasil pengukuran total fosfat menunjukkan nilai besaran yang relatif baik

(0,05-0,25 mg/L) dan memenuhi baku mutu. Fosfor merupakan unsur hara esensial

yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan akuatik. Fosfor yang terkandung

dalam air baik yang terlarut maupun yang tersuspensi berada dalam bentuk

anorganik dan organik. Fosfor tersebut umumnya bersal dari hasil dekomposisi

organisme yang sudah mati. Fosfat merupakan salah satu senyawa nutrien yang

sangat penting. Fosfat tersebut diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk

ke dalam rantai makanan. Dalam air, kadar rata- rata fosfat adalah sekitar 2 μg.

Kadar ini semakin meningkat dengan masuknya limbah domestik yang banyak

mengandung fosfat. Perilaku P-anorganik dalam air sangat tergantung pada proses

biologis dan reaksi-reaksi kimiawi. Kondisi perairan hasil pengujian parameter

nitrat dan amonia umumnya masih baik karena masih berada dibawah batas baku

mutu air sungai (PP RI No. 82/2001).

Kandungan nitrat adalah 0,11 mg/L dan amonia 0,097 mg/L. Kandungan

nitrogen anorganik yang paling umum dalam penilaian kualitas air adalah nitrat

dan amonia. Senyawa nitrat merupakan senyawa terbentuk melalui proses

nitrifikasi amonia, sebaliknya amonia dapat berasal dari proses denitrifikasi

dimana terjadi reduksi nitrat menjadi amonia. Disamping itu, amonia dalam air

dapat berasal dari proses metabolisme organisme air dan juga proses

dekomposisi bahan organik terutama kelompok nitrogen organik. Senyawa ini

memiliki sifat racun apabila dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Namun

demikian, dalam perairan amonia membentuk kesetimbangan dengan ion

amonium yang sangat berfungsi sebagai nutrien efektif selain nitrat.

Hasil analisis kandungan sulfat dalam air sungai terukur dengan konsentrasi

0,45 mg/L. Ini menunjukkan kandungan sulfat air sungai cukup rendah dan masih

II-11
berada dibawah ambang baku mutu. Secara ekologi sulfat sangat diperlukan

oleh organisme nabati dalam metabolisme protein dan bagi pertumbuhannya.

Kekurangan sulfat dalam perairan akan menekan perkembangbiakan plankton.

Baku mutu sulfat adalah 400 mg/L untuk air kelas I.

Kandungan sulfida pada air sungai yang diuji menunjukkan nilai yang sangat

rendah yaitu <0,001 mg/L. Hal ini dapat dipahami karena kondisi oksigen terlarut

sangat memadai pada seluruh kolom air untuk kepentingan aktifitas metabolisme

biologi perairan. Berdasarkan konsentrasi sulfida tersebut, memperkuat

keterangan bahwa keberadaan dan BOD tinggi masih mendukung kualitas air

sungai yang baik. Kandungan sulfida dalam air dapat berasal dari aktifitas bakteri

pereduksi sulfat dalam air. Bakteri ini biasanya mereduksi sulfat untuk proses

dekomposisi dalam kondisi perairan tanpa oksigen (anaerob/anoxic). Oleh karena

itu, kandungan sulfida dapat dijadikan sebagai indikator penurunan kualitas air.

Hasil pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak menunjukkan

nilai yang rendah dari baku mutu kualitas air sungai (PP RI No.82/2001).

Kandungan minyak dan lemak hasil pengukuran <1 μg/L. Minyak dan lemak

dapat berasal dari input daratan (run off dan muara sungai) terutama pada

wilayah dengan aktifitas domestik yang tinggi. Detergen dan fenol juga

terdeteksi namun kadarnya masih di bawah baku mutu.

Secara alamiah logam berat juga merupakan komponen alami unsur yang ada di

air, namun umumnya dengan konsentrasi sangat rendah yakni <5 ppm, sehingga unsur

ini termasuk ke dalam unsur kelumit (trace). Hasil pengamatan logam berat cukup

bervariasi bergantung jenis logam berat. Logam terarut besi terukur 0,03 mg/L di hulu

Alaa Solo namun tidak terdeteksi pada sungai-sungai lainnya.

Peningkatan logam berat di perairan sungai pada dasarnya jelas


menunjukkan adanya anomali kondisi yang disebabkan karena proses
pelapukan batuan secara alami. Pada wilayah tapak proyek, kandungan
logam berat diperkirakan berasal dari pelapukan batuan.

Hasil pengujian bakteriologi koliform total dan fecal coliform dihasilkan kadar

II-12
masih di bawah baku mutu air Kelas II-IV. Bakteri koliform merupakan golongan
mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator pencemaran, di mana bakteri ini
dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen
atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang
dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-
macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya
berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.

b) Kualitas Air Laut

Kajian rona lingkungan hidup awal kualitas air laut di lakukan pada lokasi
outlet. Hasil analisis kualitas air laut secara umum menunjukkan kondisi yang baik
menurut pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi. Secara ringkas hasil
pengamatan ketiga disajikan pada tabel berikut.

Tabel 14 Hasil Analisis Kualitas Laut di Wilayah Studi

No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu

Fisika:

1 Kecerahan m 1,0 Coral: >5; Mangrove: -


Lamun: >3
2 Bau - alami Alami

3 Kekeruhan NTU 0,80 <5

4 Padatan Tersuspensi Total, TSS mg/L 13 Coral: 20, Mangrove: 80


Lamun: 20, Coral: 20
5 Sampah - nihil nihil
6 Suhu C Coral: 28-30
39,5 Mangrove: 28-32

7 Lapisan Minyak - nihil nihil

Kimia:

1 pH - 8,2 7-8.5

2 Salinitas ‰ 30,5 Alami


Coral: 33-34
3 Oksigen Terlarut, DO mg/L 5,7 >5

II-13
No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu

4 Kebutuhan Oksigen Biokimia, BOD5 mg/L 16,26 20

5 Total Amoniak, NH3-N mg/L <0,08 0,3

6 Fosfat, PO4-P mg/L 0,005 0,015

7 Nitrat, NO3-N mg/L <0,006 0,008

8 Sianida, CN mg/L <0,02 0,5

9 Sulfida, H2S mg/L 0,008 0,01

10 Total Fenol mg/L <0,001 0,002

11 Surfaktan, MBAS mg/L <0,1 1

12 Minyak dan Lemak mg/L <1 1

Logam Terlarut:

1 Raksa, Hg mg/L <0,0002 0,001

2 Kromium Heksavalen, Cr6+ mg/L <0,001 0,005

3 Arsen, As mg/L <0,002 0,012

4 Kadmium, Cd mg/L 0,0008 0,001

5 Tembaga, Cu mg/L 0,015 0,008

6 Timbal, Pb mg/L <0,002 0,008

7 Seng, Zn mg/L <0,007 0,05

8 Nikel, Ni mg/L 0,022 0,05

Biologi:

1 Koliform Total mg/L <2 1000


Baku Mutu: Kep MENLH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut (Lampiran III)

Kondisi perairan laut umumnya baik berdasarkan parameter kecerahan, sampah, bau
dan total padatan tersuspensi. Tidak terdapat lapisan minyak. Suhu perairan laut 39,5°C,.
Demikian pula nilai kandungan padatan tersuspensi berkisar 13 mg/L, dan kekeruhan mencapai
kisaran antara 0,8 NTU. Kedua parameter ini masih berada di bawah baku mutu kualitas air
laut untuk kehidupan biota laut (Kep MENLH No. 51/2004 Lampiran III). Kekeruhan pada
perairan laut umumnya berasal dari material bawaan sungai (riverine material) disamping juga
dari bahan organik yang

II-14
berasal dari organisme plankton maupun hasil aktivitas kegiatan proyek di sekitar
perairan laut. Sebagian material ini akan memberikan sumbangan pada komponen
material tersuspensi dalam air yang mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya
matahari.

Salinitas menunjukkan kandungan garam terlarut yang terdapat dalam air laut,
dan nilainya dapat bervariasi akibat adanya masukan air tawar seperti sungai maupun
karena proses hujan. Nilai salinitas air hasil pengamatan 30,5‰ dapat dikatakan relatif baik
bagi pertumbuhan coral dan mangrove. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan
pantai lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lautan dibandingkan dengan pengaruh air
tawar. Hal ini terkait dengan kondisi geografis pantai. Derajat keasaman (pH) perairan laut
8,2 menunjukkan kondisi yang normal untuk air laut yang bersifat basa akibat banyaknya
garam terlarut. Penurunan pH dapat terjadi karena pengaruh respirasi, sebaliknya terjadi
peningkatan karena proses fotosintesa. Namun demikian perubahan pH di laut biasanya
sangat kecil mengingat air laut memiliki sifat kapasitas penyangga (buffer) yang baik.

Kandungan oksigen terlarut hasil pengamatan 5,7 mg/L. Oksigen terlarut


sangat penting di laut karena sangat menentukan proses biokimia air yang akan
mempertahankan tingkat kualitas air. Pada perairan laut peran proses fisika (difusi dan
turbulensi) akibat proses sirkulasi masa air dan gelombang menjadi penyumbang
penting dsisamping proses biologi (fotosintesa). Dengan memperhatikan kisaran oksigen
yang terukur pada semua lokasi pengamatan memberikan indikasi bahwa kualitas
perairan relatif baik jika dikaitkan dengan baku mutu air laut untuk biota air laut
(KepMENLH No.51/2004).

Nilai BOD menunjukkan kondisi kualitas air laut yang masih baik yaitu 16,26 mg/L
berada dibawah baku mutu air laut untuk biota air (Kep. MENLH No. 51/2004). Nilai BOD
tinggi pada perairan di sekitar pantai terkait dengan masukan bahan organik dari aktivitas
proyek di sekitar lokasi kegiatan.Kandungan nitrat di air laut tidak terdeteksi dengan
alat/metode ukur yang digunakan (<0,006 mg/L). Demikian juga halnya dengan kadar ammonia
tidak terdeteksi (<0,05 mg/L). Dengan demikian kondisi perairan laut umumnya masih baik
karena kadar nitrat dan amonia masih

II-15
berada di bawah batas baku mutu air laut untuk biota laut (Kep MENLH No. 51/2004).
Nitrat dan ammonia merupakan senyawa paling umum di perairan. Senyawa nitrat senyawa
terbentuk melalui proses nitrifikasi amonia, sebaliknya amonia dapat berasal dari proses
denitrifikasi dimana terjadi reduksi nitrat menjadi amonia. Disamping itu, amonia dalam
air dapat berasal dari proses metabolisme organisme air dan proses dekomposisi bahan
organik terutama kelompok nitrogen organik. Senyawa ini memiliki sifat racun apabila
dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Namun demikian, dalam perairan amonia membentuk
kesetimbangan dengan ion amonium yang sangat berfungsi sebagai nutrien efektif selain
nitrat. Pada pH alami hampir 91% amonia dalam bentuk ion amonium. Kualitas yang baik
ini juga ditunjang dari kandungan sulfida yang masih rendah yaitu 0,008 mg/L. Hal ini
mengindikasikan proses dominasi proses biologi perairan secara aerobik. Hal ini mengingat
kandungan sulfida dalam air laut umumnya muncul akibat dekomposisi tanpa oksigen
(anaerobik) yang biasa terjadi pada perairan dengan beban bahan organik yang tinggi.
Dalam kondisi tersebut aktifitas bakteri pereduksi sulfat dalam air laut memanfaatkan
sulfat sebagai oksidator pengganti. Oleh karena itu, rendahnya kandungan sulfida dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas air di wilayah pengamatan yang baik. Komponen total
fenol di perairan laut yang diamati menunjukkan konsentrasi yang relatif kecil yaitu
<0,001mg/L. Fenol merupakan senyawa kimia dalam air laut yang bersifat racun bagi
kehidupan organisme. Walaupun senyawa fenol umumnya dapat dikaitkan dengan indikasi
dari komponen minyak, namun senyawa fenol juga terdapat terbentuk secara alamiah yaitu
berasal dari degradasi komponen lignin yang merupakan bagian dari tanaman. Dengan
demikian senyawa fenol akan terdeteksi pada wilayah- wilayah pantai yang terpengaruh
oleh kawasan hutan. Material yang berada di kawasan hutan dan vegetasi yang berada di
sekitar pantai diperkirakan bagian dari komponen bahan organik daratan termasuk humus
yang terbawa oleh aliran permukaan ke laut.

Hasil pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak menunjukkan nilai-nilai yang
masih rendah (< 1 mg/L) dari baku mutu kualitas air untuk keperluan hidup biota air laut (Kep.
MENLH No.51/2004). Di laut, minyak dan lemak dapat berasal dari

II-16
input daratan (run off dan muara sungai) terutama pada wilayah dengan aktifitas
domestik yang tinggi dan transportasi nelayan terutama di wilayah pantai. Namun,
diperkirakan bahwa pengaruh berbagai kegiatan tersebut di sekitar pantai tapak
proyek masih sangat kecil.

Logam terlarut kadmium (Cd) terukur 0,0008 mg/L namun masih di bawah baku
mutu. Logam tembaga (Cu) terukur 0,015 mg/L artinya melebihi baku mutu yang
diperkenankan 0,008 mg/L. Kandungan logam terlarut raksa (Hg), Cr(IV), Arsen (As),
Timbal (Pb) tidak terdeteksi dengan alat/metode ukur yang digunakan artinya konsentrasi
sangat kecil di bawah batas baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut (Kep. MENLH
No.51/2004). Secara alamiah logam berat juga merupakan komponen alami unsur yang ada
di air laut, namun biasanya berkonsentrasi sangat rendah yaitu < 5 ppm, sehingga unsur ini
termasuk ke dalam unsur ―trace‖.
Kecenderungan logam berat dalam air laut akan selalu rendah adalah didasari pada fenomena
alami laut, dimana logam-logam terlarut teradsorpsi ke dalam material tersuspensi di kolom air
(adsopsion processes) dan diikuti dengan proses sedimentasi material tersuspensi. Peningkatan
logam berat dalam air laut diperkirakan berasal dari masukan air sungai yang telah membawa
sebagian hasil proses pelapukan batuan di bagian hulu. Hasil uji bakteriologi koliform total
diperoleh hasil di bawah dari baku mutu Kep. MENLH No.51/2004 tentang baku mutu air laut.

2.1.1.4. Bentuk Lahan, Kondisis Lahan, Penggunaan Lahan dan Tanah

1) Bentuk Lahan

Dalam geomorfologi dikenal istilah bentuk lahan (landform) dan bentang lahan
(landscape). Keduanya memang mirip dan memiliki keterkaitan tapi memiliki arti yang berbeda.
Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan/fisik yang terbentuk oleh proses alami,
memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisik dan visual yang unik dan berbeda satu sama
lain. Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang
mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan visual di mana bentuk lahan itu
terbentuk. Bentuklahan berdasarkan genesisnya (proses terjadinya) menjadi 10 (sepuluh) macam
bentuk

II-17
lahan, yaitu:

1. Bentuk lahan asal proses volkanik (V): bentuk lahan yang berasal dari aktivitas
vulkanisme.

2. Bentuk lahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari proses
geologi.

3. Bentuk lahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai.

4. Bentuk lahan asal solusional: bentuk lahan akibat proses pelarutan pada
batuan yang mudah larut.

5. Bentuk lahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan degradasi.

6. Bentuk lahan asal aeolin: bentuk lahan akibat proses erosi angin.

7. Bentuk lahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut.

8. Bentuk lahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es.

9. Bentuk lahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas organisme.

10. Bentuk lahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia. Beberapa faktor
geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan.

Lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih
lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses
geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang
merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman
batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk
lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan
lahan suatu daerah tertentu.

Bentuk lahan yang terdapat di lokasi studi adalah bentuk lahan asal proses
struktural dan asal proses fluvial yang pada saat terjadi penambangan akan berubah
menjadi bentuk lahan antropogenik. Antropogenik merupakan proses atau akibat yang
berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas

II-18
manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan
direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah
ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah
bentuk lahan yang telah ada.

Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.
Perubahan bentuk lahan menjadi antropogenik pada areal penambangan nickel dapat merusak
vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan
lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan
secara permanen. Aktivitas pertambangan juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi
tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai. Kejadian erosi merupakan
dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan melainkan dampak dari pembersihan lahan
untuk bukaan tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan
sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan, Dampak
penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan nikel terjadi pada kegiatan
pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil / overburden). Pengupasan tanah
pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana
susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas kelapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.

2) Kondisi Lahan

Berdasarkan rencana pola ruang wilayah, Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Kabupaten Konawe Tahun 2012-2032, Wilayah Kec. Routa termasuk dalam Wilayah
kawasan lindung dan wilayah kawasan budidaya. Kawasan budidaya sebagaimana
disebutkan diatas termasuk antara lain kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan
peruntukan pertanian untuk komoditi tanaman pangan, kawasan peruntukan industri,
dan kawasan peruntukan pertambangan.

Hal tersebut didukung berdasarkan Surat Keputusan Bupati Konawe Nomor

II-19
555 Tahun 2009 Tanggal 29 Desember 2009 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Kepada PT. Tiga Cahaya Sejahtera Seluas 3.080 Ha di
Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa

3) Penggunaan Lahan

Pemanfaatan lahan yang sudah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara
lain adalah kegiatan pertanian, perkebunan rakyat, Sepanjang jalan terdapat
konsentrasi pemukiman penduduk, IUP Pertambangan nikel, serta kegiatan
kegiatan lainnya.

a) Permukiman

Permukiman penduduk terdekat yang terkait langsung dengan rencana


kegiatan Pertambangan nikel yaitu pemukiman penduduk di Desa Tanggola dan
Puuwiwirano Kec. Routa Serta yang direncanakan untuk stockpile hasil tambang
berada di wilayah pantai.

b) Pertanian

Kegiatan pertanian serta perkebunan rakyat yang diusahakan masyarakat sekitar


rencana kegiatan berupa tanaman semusim seperti padi sawah dan palawija, tanaman buah-
buahan di pekarangan seperti pisang, mangga, jambu, nangka, rambutan dan tanaman
kakao. Tanaman-tanaman tersebut biasanya ditanam disekitar areal pemukiman penduduk,
sedangkan tanaman-tanaman keras dengan masa panen jangka panjang umumnya ditanam
dikebun milik penduduk yang lokasinya ada yang dekat dan ada pula yang jauh dari
pemukiman.

4) Tanah

Dinamika perubahan kondisi geologi didataran menjadikan terbentuknya tanah


dari hasil akhir pelapukan batuan atau benda padat lainnya (tumbuhan). Pengamatan
mengenai tanah dilakukan dengan observasi lapangan dan analisis laboratorium. Sampling
tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati adanya perbedaan morfologi tanah antara
lain terjadinya perbedaan warna tanah.

II-20
Berdasarkan hal tersebut tanah atau soil yang dijumpai di lapangan terdiri dari 2
warna yang berbeda nyata yaitu pada bagian bawah lereng/bukit hingga bagian
tengah bukit, dimana warna soil abu-abu kecoklatan, dan pada bagian atas
berwarna kuning kecoklatan.

Tanah dan landscape terus mengalami perubahan, baik secara fisik, kimiawi
maupun biologis. Disamping itu tanah dapat berfungsi sebagai penerima, pengubah dan
pancaran energi. Dalam proses pembentukannya tanah disuatu daerah dipengaruhi oleh
cara pengolahan dan pemanfaatannya. Secara eksplisit, analisis ini diarahkan untuk
menghasilkan gambaran tentang wilayah/kawasan potensial sumberdaya lahan dan
permasalahannya yang telah dieksploitasi dan dampak lingkungan sebagai akibat
pengusahaan sumber daya lahan tersebut. Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Survey Staff
tahun 1998 dan diinterpolasi dengan kunci Soil Taxonomi tahun 2010, hasil interpretasi peta
sumberdaya tanah tingkat eksplorasi yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat tahun 2000 menunjukkan bahwa ada 2 (empat) asosiasi jenis tanah yang
dijumpai pada lokasi studi. Asosiasi tanah tersebut terdiri atas empat ordo dan enam grup.
Asosiasi jenis tanah yang ditemukan adalah Dystrudepts (Inceptisol) dan Endoaquepts
(Inceptisol), Hapludox(Oxisol) dan Dystrudepts (Inceptisol).

A) Sifat Fisik Tanah


Sifat fisik tanah yang dikaji dalam studi ini adalah tekstur, permeabilitas,

porositas dan bobot isi. Hasil analisis Sifat fisik tanah di lokasi kegiatan. Tekstur tanah
mencerminkan ukuran dan proporsi kelompok butiran-butiran primer mineral tanah yang
ditentukan oleh perbandingan relatif jumlah fraksi liat, debu, dan pasir. Perbandingan relatif
dari fraksi-fraksi tersebut dapat berubah akibat pelapukan tanah dan sedimentasi liat dari aliran
air. Tekstur suatu horison tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah. Umumnya tanah
di lokasi studi bertekstur lempung berdebu-lempung dengan angka permeabilitas sangat cepat
(48,77-73,60 cm/jam).

Bobot isi dan porositas tanah mempunyai hubungan erat, karena masing-masing
ditentukan oleh volume padatan dan volume udara (ruang kosong) dalam

II-21
tanah. Bobot isi (bulk density) merupakan berat tanah per satuan volume. Porositas merupakan
persentase jumlah dari ruang kosong (pori makro dan mikro) dalam satuan volume tertentu.
Bobot isi tanah di sekitar lokasi studi adalah 1,20-1,35 g/cm³. Sedangkan angka porositasnya
adalah 49,06-54,72 % tergolong sangat tinggi.

b) Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dikaji adalah: reaksi tanah (pH), C-organik, N-total, P-
tersedia, P-total, K-total, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), kejenuhan basa, dan
kapasitas tukar kation (KTK). Reaksi tanah (kemasaman tanah) menunjukkan reaksi tanah
dan itu akan mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman yang
dibudidayakan. Reaksi tanah di lokasi studi tergolong agak masam dengan nilai pH berkisar
antara 5,61-5,65. Bahan organik lebih berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
Adanya kandungan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat
air dan menyediakan unsur hara, serta meningkatkan respons tanah terhadap pemupukan.
Kandungan bahan organik dicirikan oleh kandungan C-organik tanah. Hasil analisis contoh
tanah yang diambil di lokasi kegiatan menunjukkan bahwa kandungan C- organik tanah di
areal studi tergolong rendah (1,20-1,71 %).

Nitrogen (N), Kalium (K) dan Fosfor (P) adalah unsur-unsur yang sangat
dibutuhkan oleh semua tanaman. N, P, dan K merupakan unsur hara esensial yang
tergolong dalam unsur hara makro. Ketiga unsur itu tersedia dalam tanah secara alami dan
dapat diberikan pada tanaman dengan cara pemupukan N,P,K sebagai unsur hara makro
sangatlah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Di dalam tanah dan tanaman,
Nitrogen (N), sangatlah mobil, kalium (K) agak mobil sedangkan fosfor tersedia cenderung
relatif lebih stabil. Ketiga unsur tersebut mempunyai peranan masing-masing mulai dari
pertumbuhan vegetatif, perkembangan perakaran dan pembuahan. Secara umum unsur N–
total, P-tersedia dan K- total di lokasi kegiatan adalah beragam. Kandungan Nitrogen total
tergolong sedang (0,15-0,20%), fosfor tersedia tergolong sangat rendah (6,06-6,41 ppm
P2O5), dan kalium total tergolong rendah (10,81-15,68 me/100g).

II-22
Basa-Basa Tertukar Dan Kejenuhan Basa

Kandungan Ca tergolong rendah sampai dengan sedang (4,13-5,84 me/100g), Mg


tergolong rendah (0,41-0,43 me/100g), K tertukar tergolong rendah (0,20-0,29 me/100 g), dan
Na tertukar tergolong rendah (0,20-0,34 me/100g). Keberadaan kation basa dalam tanah
sangat penting karena dapat memberikan respon positif terhadap penyediaan hara oleh
tanah terhadap tanaman.

Nilai kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk melakukan


pertukaran terhadap kation-kation tanah. Semakin tinggi KTK tanah maka tanah dikategorikan
baik. Nilai KTK tergolong rendah-sedang (15,30-17,15 me/100g). Dari hasil analisis tersebut di
atas, secara umum kesuburan tanah di wilayah studi tergolong rendah. Dengan demikian, pada
keempat lokasi sampel berdasarkan hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah menunjukkan Skala
Kualitas Lingkungan (SKL) = 3.

c. Erosi Tanah

Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah serta bagian-bagian


tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi merupakan hasil interaksi
beberapa faktor antara lain curah hujan (faktor dominan), kemiringan dan panjang lereng,
vegetasi penutup tanah dan kepekaan erosi dari tanah tertentu. Penelaahan mengenai erosi
tanah meliputi pendugaan laju erosi (potensial dan aktual), penilaian tingkat bahaya erosi
aktual, penetapan nilai T (erosi yang dapat ditoleransi), serta penetapan kawasan rawan
erosi. Dampak erosi tanah secara langsung adalah hilangnya tanah subur lapisan atas,
hilangnya unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan merosotnya struktur tanah. Dampak
tidak langsung erosi adalah berkurangnya alternatif penggunaan lahan, timbulnya
dorongan untuk membuka lahan baru, dan penurunan kualitas air di badan perairan.

Erosi tanah merupakan salah satu penyebab penurunan kesuburan tanah, sehingga
produktivitas tanah menurun. Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan menjadi kritis.
Tingkat erosi dipengaruhi oleh tekstur, struktur tanah, kemiringan lahan serta vegetasi penutup.
Jenis tanah tersebut di atas sangat rentan terhadap erosi jika dalam kondisi terbuka tanpa
vegetasi penutup. Dalam pendugaan erosi,

II-23
Erosi yang diduga meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi.

Hasil perhitungan pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE (1978).

Tabel 15. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Tiga
Cahaya Sejahtera

Lokasi Kelas Erosi Erosi


R K LS CP IBE
rencana Lereng Pot ton/ha Akt ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber: Data hasil analisis tim studi amdal tahun 2012

Berdasarkan hasil pendugaan tersebut, dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi.


Penilaian ini mengacu pada buku petunjuk rencana tehnik lapangan (RTL) yang diterbitkan
oleh Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), Ditjen RRL, Dephut
(1986).Hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi studi untuk saat ini tergolong memiliki
indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas 4), dengan tingkat kerusakan tergolong rendah
sampai sedang pada kemiringan 15-25%. Batas maksimal erosi yang dapat ditoleransi
(TSL= Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada nilai T untuk tanah-
tanah di Indonesia (Arsyad, 2006). Dengan pertimbangan kondisi tanah di areal studi (solum
sedang). Rata-rata Nilai T (erosi wajar) untuk tanah di lokasi kegiatan adalah sebesar 42,88
ton/ha/tahun.

Hasil prediksi erosi pada titik pengamatan pada Tabel 15 yang dianggap dapat
mewakili di wilayah studi lokasi kegiatan menunjukkan bahwa erosi aktual umumnya lebih
kecil dari erosi wajar atau erosi yang dapat ditolerir dengan kondisi saat ini. Hasil prediksi
erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi rencana Penambangan
bijih nikel sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut masih berada
dibawah erosi yang diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial sebesar 193,6
ton/ha/tahun sampai dengan 1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan
dalam kondisi aktual tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif, maka akan terjadi
kumulatif dampak yang mengarah pada kehilangan tanah karena erosi dalam skala besar.
Dengan demikian, pada lokasi tersebut perhitungan erosi mempunyai Skala Kualitas
Lingkungan

II-24
(SKL)=4

2.1.1.5. Transportasi

Di sepanjang jalan hauling, terdapat satu permukiman/perkampungan


masyarakat yaitu masyarakat Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa dengan
jumlah penduduk tidak terlalu banyak. Dalam melakukan aktivitasnya, masyarakat
Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa sering melintasi dan melewati jalan
hauling perusahaan. Selain rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. Tiga
Cahaya Sejahtera,

Volume lalu lintas kendaraan masih sangat rendah, hanya kendaraan-


kendaraan operasional perusahaan yang lewat berupa truk dan alat berat yang akan
dioperasikan di area penambangan serta kendaraan ringan. Pada operasional produksi
perusahaan, maka intensitas lalu lintas truk – truk tersebut yang akan bertambah. Lalu
lintas truk yang akan mengangkut hasil tambang dari lokasi penambangan ke
penimbunan yang terdapat dalam Lokasi IUP.

Karena hanya kendaraan operasional perusahaan (truk-truk) yang lewat, maka


gangguan lalu lintas akibat adanya kegiatan penambangan bijih nikel dianggap tidak ada dan
termasuk kategori dampak tidak penting yang harus dikelola karena terdapat aktivitas
penduduk Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa yang biasa melintasi jalan hauling
perusahaan. Dengan kondisi jalan tanah, maka pada saat kondisi jalan kering kemudian dilewati
oleh truk-truk yang memuat hasil tambang, akan menimbulkan gangguan berupa partikel debu
yang dapat menjangkau permukiman masyarakat Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa.
Oleh karena itu dengan adanya lalu lintas truk di sepanjang jalan haulling perusahaaan dapat
menimbulkan keresahan bagi masyarakat Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa.

2.1.1.6. Geologi
1) Geologi Regional
a) Fisiografi dan Morfologi Regional

Fisiografi regional wilayah studi tidak bisa dipisahkan dari proses-proses

II - 25
geologi, baik dalam hal jenis batuan, tektonika maupun proses-proses geomorfologi
yang merupakan hasil interaksi faktor-faktor pengontrol bentuk permukaan bumi.
Secara regional, areal studi merupakan wilayah pinggiran dari kerangka regional yang
terdiri dari dataran (rawa), perbukitan termasuk karst (karbonat) pada jalur
pegunungan (terutama Peg.Verbeek). Areal regional tersebut tersebut merupakan
daerah kompleks pegunungan dan perbukitan yang terbentuk dari proses pelipatan,
pengangkatan dan patahan, dengan pola patahan yang relatif sejajar baik patahan
vertikal maupun patahan naik.

Dengan struktur batuan yang sebagian tahan lapuk, hal ini membentuk bentang
alam sangat bergunung dan berbukit serta daerah dataran pantai dan deposisi. Struktur
geologi regional yang sangat berpengaruh adalah zone patahan di bagian selatan, yaitu zona
patahan Matano dan sesar-sesar sungkup yang kemudian terpotong juga oleh patahan-
patahan vertikal. Sesar-sesar sungkup yang berarah relatif utara-selatan dipotong oleh
sesar-sesar vertikal berarah tenggara-baratlaut. Peerpotongan struktur- struktur ini, dan
juga perbedaan dalam tingkat kekuatan dan kekompakan batuan sangat berpengaruh pada
bentukan morfologi regional, termasuk pola aliran sungai regional dan lokal yang sebagiaan
berpola rektagular. Struktur kekar banyak dijumpai pada zona patahan dan berhubungan
dengan proses terjadinya patahan itu sendiri. Kekar-kekar ini umumnya terjadi pada
batuan sedimen batugamping (batuan karbonat). Secara regional, wilayah Kabupaten
Konawe dapat dibagi menjadi lima satuan morfologi, yaitu dataran, bergelombang,
perbukitan, pegunungan dan daerah kars.

II-26
Gambar 12. Morfologi Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR

Daerah penelitian secara regional termasuk ke dalam Lembar Geologi Bersistem


Kendari-Lasusua yang terletak di bagian tengah provinsi Sulawesi Tenggara dan membentang
dari barat sampai timur. Morfologi dari Lembar ini dapat dibedakan menjadi empat satuan
yaitu pegunungan, perbukitan, kras (karst) dan dataran rendah. Pegunungan menempati bagian
tengah dan barat Lembar, arah punggungnya memanjang baratlaut – tenggara, seperti Peg.
Mekongga, Peg. Tangkelemboke dan peg. Matarombeo. Daerah pegunungan yang batuan
penyusunnya terdiri dari batuan malihan dan batugamping umumnya bertonjolan kasar dan
tajam, berlereng curam dan sempit, sedangkan daerah pegunungan yang batuan penyusunnya
berupa ultramafik umumnya bertonjolan halus dan berlereng tidak begitu curam. Ketinggian
puncaknya berkisar dari 750 m sampai 3000 m di atas permukaan laut, antara lain G.
Tangkelemboke (1972 m), G. Watuwila (2500 m), G. Mekongga (1790 m), G. Tinondo (1800 m),
G. Ranawuwu (851 m), G. Hialu (896 m), G. Mantakasi (945 m), G. Andoluto (1100 m) dan G.
Tangkesawua (1500 m). Pola alirannya secara umum meranting dan setempat sejajar.
Perbukitan terdapat di bagian barat

II-27
dan timur Lembar sekitar kaki pegunungan dan di P. Manui serta P. Labengke. Satuan ini
juga terdapat di antara pegunungan berupa perbukitan landai, umumnya tersusun oleh
konglomerat dari Molasa Sulawesi. Ketinggian satuan ini berkisar dari 75 sampai 750 m di
atas permukaan laut. Satuan ini biasanya membentuk perbukitan bergelombang yang
ditumbuhi semak dan alang-alang. Puncak-puncaknya yang terdapat di satuan morfologi ini
diantaranya G. Nipanipa (490 m), G. Meluhu (517 m) dan G. Tampakura (736 m), dan
beberapa puncak lainnya yang tidak bernama. Sungai di daerah ini berpola aliran
meranting. Morfologi Kras (karst) terdapat di Pegunungan Matarombeo dan di bagian hulu
S. Iwoimenda serta P. Labengke. Satuan ini dicirikan oleh sungai bawah tanah dan gua
batugamping. Dataran rendah terdapat di daerah pantai dan sepanjang aliran sungai besar
dan muaranya, seperti S. Konaweeha, S. Lahumbuti, S. Sampara dan S. Tolala.
Ketinggiannya berkisar dari beberapa meter sampai 75 m di atas permukaan laut.

b) Stratigrafi Regional

Berdasarkan tatanan batuan daerah dalam Lembar Kendari-Lasusua disusun

dalam umur (zaman) tua ke muda, dimulai Zaman Karbon hingga Quarter, kelompok

sistim batuan yang terendapkan pada lembar Lasusua – Kendari, menjadi susunan

unit litostratigrafi (formasi), bagian bawah atau tertua, Kelompok Malihan (Pzm);

dicirikan dengan batuan Metamorf: sekis, gneis, filit, kuarsit, batusabak dan sedikit

pualam, interfingering Kelompok Pualam Batu Gamping (Pzmm) berumur Karbon,

dicirikan dengan Pualam dan Batu Gamping. Batuan Terobosan (PTR (g)) berumur

Perm – Trias, dicirikan dengan batuan Aplit Kuarsa, Andesit dan Latit Kuarsa. Formasi

Meluhu (TRjm) membaji dengan Formasi Tokala (TRjt) berumur Trias, dicirikan

dengan batuan karbonatan. Kelompok Ultrabasa (Ofiolit) (Ku) berumur Jura –

Kapur, dicirikan dengan batuan Peridotit, Harzburgit, Dunit, Gabro dan Serpentinit,

Formasi Matano (Km) berumur Kapur, Formasi Salodik (Temms) berumur Oligosen,

II-28
Formasi Pandua (Tmpp) berumur Pliosen, Alluvium (Qa, Ql, Qpa) berumur Resen,

formasi-formasi Pandua, Matano dan formasi Salodik dirikan dengan batuan

sediment karbonatan dan sedimen klastika.

Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar Lasusua-

Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu. Secara

garis besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo. Batuan yang terdapat di

Lajur Tinodo adalah batuan malihan Paleozoikum (Pzm) dan diduga berumur Karbon.

Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku). Batuan ofiolit ini

tertindih tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur Akhir, dan

terdiri dari batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian bawahnya. Formasi

batuan penyusun daerah Kabupaten Konawe Utara dapat diuraikan dari termuda

sebagai berikut :

a. Alluvium (Qa)

Terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini berupa

endapan rawa, sungai dan pantai. Sebarannya meliputi daerah dataran,

terutama dekat pantai dan tepi sungai. Umurnya diperkirakan Holosen.

b. Formasi Pandua (Tmpp)

Terdiri atas konglomerat, batupasir dan batulempung dengan sisipan lanau.

Umur dari formasi ini adalah Miosen Akhir sampai Pliosen.

c. Formasi Matano (Km)

Terdiri atas batugamping hablur, rijang dan batusabak. Berdasarkan kandungan fosil

batugamping, yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp, serta Radiolaria dalam, Formasi

Matano diduga berumur Kapur atas dengan lingkungan

II - 29
pengendapan pada laut dalam. Berdasarkan persamaan litologi, satuan batuan

ini dapat di sebandingkan dengan Formasi Matano di lembar Bungku, maka

satuan ini diduga berumur Kapur Akhir.

d. Batuan Ofiolit (Ku)

Terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabbro, basalt, dolerite,

diorite, mafik meta, amfibolit, magnesit dan setempat rodingit. Satuan ini

diperkirakan berumur Kapur. Batuan ultramafik ini diperkirakan merupakan

batuan tertua dan alas di mendala Sulawesi Timur, diduga berumur Kapur

Awal.

e. Formasi Meluhu (TRJm)

Terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan batulumpur dibagian bawah

dan perselingan serpih hitam, batupasir, dan batugamping dibagian atas. Formasi ini

mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan

o
batuan hingga 80 dan adanya puncak antiklin yang memanjang Utara
Baratdaya – Tenggara. Umur dari Formasi ini diperkirakan Trias.

f. Formasi Tokala (TRJt)

Terdiri atas batugamping malih, pualam dan kuarsit. Batugamping malih dan pualam

merupakan penyusun utama formasi ini, sedangkan filit berupa sisipan

pada bagian bawah

g. Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm)

Terdiri atas sekis, gneiss, dan kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan;
bertekstur heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus
sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit.
Bersifat kurang padat sampai padat . Batuan ini

II-30
diperkirakan berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Perm-Karbon.
Hubungannya dengan batuan ultramafik dan mafik bersifat tektonik. Tebalnya
diperkirakan ribuan meter.

2) Geologi Lokal
a) Topografi Lokal

Secara umum morfologi daerah ini merupakan perbukitan bergelombang


kuat sampai sedang, dengan lembah berbentuk V dan lereng agak terjal. Hasil
pengamatan dan pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa lokasi WIUP
Eksplorasi penambangan bijih nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera merupakan
kenampakan permukaan sebagai daerah dengan sederet perbukitan yang
membentuk jalur relief.
Secara lokal areal daratan wilayah sekitar/di sekeliling rencana kawasan
penambangan terletak pada permukaan (topografi) dengan elevasi 356-1.017 mdpl yang
tidak terorientasi khusus, cenderung tidak beraturan, yang dipengaruhi oleh perbedaan
dalam tingkat kekerasan dan tingkat pelapukan batuan. Kawasan penambangan memiliki
topografi yang pedataran landai (kemiringan 2-5%), bergelombang sedang (5-10%) dan
bergelombang kuat (10-20%).

Pola aliran sungai yang terbentuk disamping pola paralel juga pola dendritik. Pola
yang terbentuk ini terkait dengan pola erosi yang tidak beraturan pada tubuh batuan
sedimen yang kurang padu, yaitu Formasi Masiku berupa perselingan perlapisan batupasir,
batulanau dan, konglomerat. Retakan dan patahan lokal yang terbentuk pada tubuh formasi
ini merupakan jalur untuk terjadinya erosi yang dalam jangka panjang akan membentuk
torehan (gully), alur dan lembah. Mengingar tingkat kekompakan batuan yang relatif
rendah pada formasi ini menyebabkan erosi mudah terjadi pada bagian yang lapuk.

b) Morfologi dan Lithologi Lokal

Secara regional, wilayah studi di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa dan
sekitarnya relatif terdapat di bagian tengah Pulau Sulawesi yang merupakan bagian dari
Mendala Geologi Sulawesi Timur. Di Pulau Sulawesi itu sendiri terdapat

II-31
tiga Mendala Geologi, yang merepresentasikan interaksi tiga lempeng utama, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Ketiga Mendala
Geologi tersebut adalah:

1. Mendala Geologi Sulawesi Barat

2. Mendala Geologi Sulawesi Timur

3. Mendala Geologi Banggai-Sula

Mendala Geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh Batuan Plutonik dan Vulkanik
berumur Tersier yang sebagian masih aktif di bagian utara mendala ini. Selain itu mendala
ini juga mencakup Sedimen Flysch tebal yang berumur Kapur-Eosen, serta Batuan Alas
Metamorfik dan Plutonik yang merupakan bagian dari Paparan Sunda. Batuan yang
terbentuk di bagian tengah mendala ini adalah Formasi Latimojong, Batuan Vulkanik
Tineba, Tufa Rampi dan intrusi granit Kambuno. Letak mendala ini membentang dari
wilayah utara Sulawesi sampai di bagian selatan Sulawesi Selatan.

Mendala Geologi Ofiolit Sulawesi Timur, relatif terdapat di bagian tengah


Pulau Sulawesi, dicirikan oleh sebaran batuan ultrabasa, batuan metamorf dan batuan
sedimen karbonatan. Batuan ultrabasa sebagian besar harzburgite, dunite, wherlite,
pyroxenite, gabbro, dolerite, trondjhemite, anorthosite, norite, troctolite. Sekuen
ophiolite berkembang sangat baik di bagian utara lengan timur Sulawesi. Kompleks
Pompangeo disusun oleh sekis, grafit, batusabak, genes, serpentinit, kuarsit,
batugamping malih dan setempat breksi. Batugamping malih terdiri marmer dan
batugamping terfoliasi. Batuan sedimen karbonatan dari Formasi Matano disusun oleh
batugamping hablur, kalsilutit, argilit dan serpih serta sisipan rijang dan batusabak.

Regional platform Banggai-Sula direpresentasikan oleh sekuens formasi


sedimen yang terdiri dari Formasi Tokala yang berumur Trias, Formasi Nanaka dan
Formasi Masiku yang berumur Jura Akhir, Formasi Lere (Paleosen – Eosen Awal) dan
Formasi Salodik yang diendapkan pada Eosen – Oligosen.

Diatas ketiga mendala diatas, pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi
pengendapan sedimen yang membentuk batuan molase, masing-masing

II-32
membentuk batuan Formasi Bongka dan Formasi Tomata di bagian timur dan Molase Sulawesi
di bagian barat. Juga, terjadi intrusi granit di Mendala Sulawesi Barat.

1. Morfologi Lokal

Berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi Indonesia terbitan Badan Koordinasi Survey
dan Pemetaan Nasional edisi I tahun 1992 serta hasil pengamatan dan pengukuran di
lapangan, lokasi IUP Berada pada ketinggian 356-1.017 mdpl dengan satuan morfologi
daerah penelitian terdiri atas 3 (tiga) satuan morfologi yaitu:
a. Pedataran Landai Bergelombang Sedang

Representasi pedataran ini terbentuk pada bagian punggungan dengan slope rata-rata
5 - 10°. Satuan morfologi ini menempati luasan 477,47 Ha atau 15,5 % dari luas daerah
penelitian, dijumpai di bagian tengah dari lokasi IUP. Litologi penyusun satuan ini
adalah batuan Ultramafik dan Formasi Pandua, sedangkan vegetasi yang ada pada
umumya berupa Hutan Lahan Kering Primer, Pertanian Lahan Kering Campur,
Belukar dan Tanah Terbuka.

b. Perbukitan bergelombang Kuat

Representasi perbukitan ini terbentuk pada bagian punggungan dengan slope rata-rata 10 -
20°. Satuan morfologi ini menempati luasan 2.401,10 Ha atau 77,96

% dari luas daerah penelitian, dijumpai hampir di seluruh lokasi IUP. Litologi
penyusun satuan ini adalah batuan Ultramafik, Formasi Pandua dan Formasi
Matano, sedangkan vegetasi yang ada pada umumya berupa Hutan Lahan
Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder, Belukar, Pertanian Lahan
Kering Campur dan Tanah Terbuka.

c. Perbukitan bergelombang Sangat Kuat (Pegunungan)

Representasi perbukitan ini terbentuk pada bagian punggungan dengan slope rata-rata
> 20°. Satuan morfologi ini menempati luasan 201,43 Ha atau 6,54 % dari luas daerah
penelitian, dijumpai di bagian Utara dari lokasi IUP. Litologi penyusun satuan ini
adalah batuan Ultramafik, sedangkan vegetasi yang ada pada umumya berupa Hutan
Lahan Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder, Belukar, Pertanian Lahan
Kering Campur dan Tanah Terbuka.

II-33
1. Lithologi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah IUP PT. Tiga Cahaya Sejahtera
tersusun oleh Satuan batuan Beku Ultra basa/Ultramafik, Satuan batuan
gamping/Formasi Pandua dan batuan Matano.
• Satuan batuan Beku Ultrabasa/Ultramafik

Jenis litologi ini tersebar hampir di seluruh area Blok PT. Tiga Cahaya
Sejahtera. Komposisi mineral batuan ultrabasa: livin dan piroksin, warna
dasar batuan ultrabasa: abu-abu sampai ehitaman dan masif, dengan
kondisi fresh sampai lapuk sedang - sampai lapuk kuat. Umur batuan ini
diduga tidak lebih tua dari Kapur Awal. Batuan Ultramafik ini menempati
2.784,04 Ha dari wilayah IUP.
• Satuan batuan Formasi Pandua

Jenis litologi ini tersebar sebelah tenggara area Blok PT. Tiga Cahaya
Sejahtera. Komposisi mineral terdiri atas konglomerat, batupasir dan
batulempung dengan sisipan lanau. Umur dari formasi ini adalah Miosen Akhir
sampai Pliosen. Batuan ini menempati 266,57 Ha dari wilayah IUP
• Satuan batuan Formasi Matano

Jenis litologi ini tersebar sebelah Selatan area Blok PT. Tiga Cahaya
Sejahtera. Komposisi mineral terdiri atas batugamping hablur, rijang dan
batusabak. Berdasarkan kandungan fosil batugamping, yaitu
Globotruncana sp dan Heterohelix sp, serta Radiolaria dalam. Batuan ini
menempati 29,39 Ha dari wilayah IUP

2. Struktur

Berdasarkan struktur geologi regional di daerah telitian dikontrol oleh


struktur geologi berupa sesar geser, sehingga bebeapa indikasi dari struktu regional
dapat dijumpai anara lan ditemukan di aliran Alaa Solo.

II-34
Gambar 13. Singkapan tanah laterit sebagai hasil alterasi dan pelapukan residual
batuan ultrabasa. Lokasi di bagian timur laut blok izin IUP. Batuan ini sebagian
besar telah menunjukkan gejala pelapukan dan alterasi

Gambar 14. Singkapan Batuan Ultrabasa di Lokasi Studi

II-35
Gambar 15. Peta Geologi Wilayah Study

3) Kondisi Geoteknik

a. Sifat Fisik Tanah

Pengamatan lapangan pada profil tanah untuk wilayah yang disurvei


memperlihatkan tebal tanah penutup yang bervariasi sampai lebih dari 7 meter. Pada
umumnya memperlihatkan pelapukan residual dari batuan ultrabasa, batuan sedimen
berlapis berupa batupasir, batulanau dan batulempung. Sebagian masih menyisakan
massa batuan asli sedangkan sebagian sudah dalam bentuk tanah residual, dengan
warnapelapukan ultrabasa relatif kemerahan.

Lapisan penutup berwarna abu-abu gelap sampai dengan tanah


kemerahan,komposisi ukuran butir dominan lanau dan lempung dengan fragmen
berupa kerikil dan kerakal batugamping dan ultrabasa.Ukuran lanau lebih
dominan daripada lempung. Plastisitas tanah relatif rendah menunjukkan sifat
hasil pelapukan tanah kelanauan.

II-36
b. Sifat Teknis Tanah

Dari survey lapangan terkait struktur dan ukuran butir tanah pada lokasi
wilayah studi, dapat dijelaskan bahwa jenis tanah berdasarkan klasifikasi The Unified
Soil Classification System; tanah diwilayah studi didominasi oleh tanah jenis SM
(lanaukepasiran) dengan tingkat plastisitas yang rendah.

Berdasarkan hasil identifkasi tersebut maka dapat dibuatkan suatu analisis


pendekatan terhadap fisik dan mekanis tanah sebagai berikut:

Daya Dukung Tanah Dasar

Daya dukung adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau


beban bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser
dan penurunan berlebihan. Dalam bagian ini daya dukung tanah yang ditinjau
dibedakan atas daya dukung tanah dasar untuk pondasi bangunan dan tanah untuk
konstruksi perkerasan jalan.

 Daya dukung tanah dasar pondasi bangunan dan jalan

Pondasi adalah bangunan bawah permukaan yang dapat dikelompokkan


sebagaipondasi dangkal, pondasi dalam, dan bangunan penahan yang
menyalurkan beban dari bangunan ke lapisan tanah di bawahnya.

Untuk analisis daya dukung dapat dibedakan antara tanah kohesif dan tanah
nonkohesif sebagai berikut:

a) Tanah kohesif (umumnya tanah berbutir halus): Kuat geser tanah


berkisarbdari rendah sampai tinggi dalam kondisi tidak terkekang, dan
jika kondisi udara kering bergantung pada karakteristik khusus. Tanah
berbutir halus relatif lebih kedap dibandingkan dengan tanah nonkohesif
(berbutir kasar).

b) Tanah nonkohesif (umumnya tanah berbutir kasar) terbentuk dari material butiran
atau berbutir kasar dengan ukuran butiran terlihat secara visual dan mempunyai
kohesi atau adhesi antar butiran. Tanah ini mempunyai kuat geser kecil atau tidak ada
sama sekali jika keadaan kering dan tanah tidak

II - 37
terkekang, dan kohesinya kecil atau tidak ada sama sekali jika keadaan
terendam.

 Daya dukung tanah dasar jalan

Lapisan tanah dasar jalan adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan
yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
kepadatan dan daya dukungnya (CBR).

Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa batuan/tanah di lokasi studi


dimana konstruksi bangunan dan prasarana jalan diletakkan merupakan tanah dan
batuan dari Endapan Alluvial dan pelapukan batuan ultrabasa. Secara fisik jenis-jenis
tanah ini relatif stabil dan bukan tanah ekspansif. Potensi penurunan relatif rendah
untuk jenis struktur batuan dan tanah di lokasi studi. Hal penting yang harus dicermati
adalah adanya potensi longsoran tebing pada pemotongan tebing pada batuan/tanah
granular, terutama akibat mudah terurainya material jika dalam kondisi basah.
Sebagai material tanah dasar, berdasarkan klasifikasi dari sifat fisik dan mekanis tanah
dan merujuk pada ―Guide for Estimating Subgrade Strengths,AASHTO, 1993 Spectra
Soil Strength Design,1998‖ dapat diestimasi nilai CBR tanah dasar yang ada 6- 10%.

Rekomendasi geometri lereng tambang berupa ketinggian dan kemiringan lereng


diperoleh dari kajian kemantapan lereng. Dalam menyusun desain tambang, geometri lereng ini
merupakan salah satu parameter yang sangat penting sehingga dapat berakibat fatal apabila
desain tambang mengabaikan rekomendasi geometri lereng ini. Overall slope telah dibuat
bervariasi sesuai dengan karakteristik sifat keteknikan tanah dan batuan pada masing-masing
blok yang bervariasi, untuk lokasi study berkisar antara 5°-20°, perhitungan tersebut telah
memperhitungkan beban dari material timbunan (bila sisi bukaan tambang memotong lokasi
metrial timbunan). Selain berdasarkan sudut lereng yang direkomendasikan studi Geoteknik,
juga berdasarkan konvensi jarak aman lokasi waste dump area (WDA) dengan lokasi

II-38
tambang (Pit) adalah minimal sama dengan tinggi/kedalaman tambang (Pit). Untuk
itu, jarak WDA di sekitar tambang didesain antara 1 – 2,6 Km.

Selain diperlukannya analisis kemantapan lereng pada lokasi bukaan


tambang juga dilakukan usaha pemantuan kemungkinan terjadinya longsoran.
Pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui gejala-gejala awal sebelum
terjadinya longsorang sehingga dapat dilakukan tindakan- tindakan pencegahan
atau penanggulangan longsoran yang akan terjadi agar tidak menimbulkan korban
jiwa serta kerugian yang lebih besar.

Beberapa usaha pemantauan kemantapan lereng yang telah dilakukan serta


akan ditingkatkan adalah:

a. Identifikasi struktur geologi seperti lahan, kekar, pemunculan rembesan-


rembesan air tanah. Identifikasi ini dilakukan langsung setelah dilakukan
pemotongan lereng pada saat operasional tambang, sehingga pada saat
dilakukan pembukaan/ pemotongan lereng ditemukan gejala – gejala
tersebut maka perlu dilakukan pemantauan secara intensif dengan
memasang patok-patok geser.

b. Identifikasi gejala-gejala longsoran selama berjalannya penambangan seperti


timbulnya rekahan-rekahan pada lereng bukaan tambang, bila dijumpai gejala-
gejala tersebut di atas maka perlu dilakukan pemantauan secara intensif
dengan memasang patok-patok geser.

c. Membuat prosedur/ petunjuk operasional untuk pemantauan longsoran

Pemantauan harian dan mingguan dengan mempergunakan total station akan


dilakukan secara rutin, dan pemantauan akan diintensifkan apabila teridentifikasi adanya
gejala struktur geologi ataupun rekahan-rekahan baru dengan memantau patok-patok geser
yang telah dipasang pada daerah yang telah teridentifikasi tersebut di atas. Bila ternyata
dalam waktu yang sama akan dilakukan pelandaian lereng totalnya. Dari hasil uji geoteknik
tersebut di atas maka dapat dihitung Faktor Keamanan (FK) dari setiap jenjang yang
direncanakan pada pit/sektor penambangan untuk setiap sudut kemiringan lereng.

II-39
2.1.1.7. Keadaan Endapan, Sumberdaya dan Cadangan Daerah Study
2.1.1.7.1. Keadaan Endapan Laterit

Keadaan endapan terkait dengan kondisi morfologi yang ada. Pengamatan dan
analisis morfologi secara kuantitatif adalah salah satu cara pendekatan analisis bentang
alam terhadap proses lateritisasi baik yang telah dan yang sedang berlangsung. Pada
wilayah yang memiliki tingkat lateritisasi kuat umumnya adalah wilayah yang telah
mengalami keseimbangan dengan derajat kelerengan relatif landai atau bergelombang
lemah. Sedangkan intensitas pelapukannya sendiri dibangun dari pelapukan secara mekanis
dan kimia.

Pengertian pelapukan adalah suatu proses perubahan mineral mineral batuan yang
berada di dekat dalam permukaan bumi menjadi mineral baru sebagai akibat proses mekanis
dan kimiawi yang dipengaruhi oleh faktor air, temperatur dan aktifitas biologi. Sedangkan
pelapukan mekanis adalah pelapukan yang dominan dipengaruhi oleh faktor temperatur
ekstrogen dimana flukuasi yang terjadi antara temperatur panas dan dingin akan memecahkan
'batuan, sehingga menghasilkan rekahan pada batuan tersebut. Selanjutnya material batuan
tersebut akan terpisah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, contoh: pelapukan mengulit
bawang dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempercepat proses pelapukan kimia adalah:

a. Derajat kelerengan, merupakan faktor penyebab besar kecilnya air yang


dapat bertahan/meresap ke dalam batuan,

b. Frekuensi rekah batuan sebagai produk dari struKur atau bawaan batuan itu
sendiri. Rekah- rekah tersebut merupakan perangkap air dan sekaligus

sebagai media leaching process yang baik,

c. Faktor iklim, yaitu banyak sedikitnya hujan yang mampu sebagai factor reagen

d. Faktor lain adalah pengaruh dari komposisi mineral dalam batuan, contohnya adalah
batuan yang kaya akan silika (Si02). Mineral silica umumnya relatif lebih beriahan
terhadap faKor ekstrogen (fisik dan kimiawi) dibandingkan dengan batuan yang
mengandung komposisi mineral dominan fenomagnesium.

II - 40
Daerah penyelidikan secara umum terbentuk dari batuan beku peridotit, dunit
dan dibeberapa tempat terdapat serpentinit. Batuan ini merupakan batuan dasar
pembentuk daerah penyelidikan. Dari pelapukan Peridotit, Dunit serta serpentinit pada
daerah penyelidikan akan menghasilkan tanah laterit yang merupakan sumber dari
pembentukan endapan bijih nikel. Proses pembentukan endapan nikel ini adalah
melalui proses mekanis yaitu adanya sumber batuan yang kaya akan mineral Nikel (Ni)
seperti peridotit, dunit. Batuan ini mengalami pelapukan secara mekanis.

2.1.1.7.2. Sifat dan Kualitas Endapan Laterit

Eksplorasi di daerah penyelidikan sudah sangat intensif dilakukan pada IUP Eksplorasi
milik PT. Tiga Cahaya Sejahtera. Eksplorasi sudah sampai pada tahap detail mapping dan
pemboran dengan grid spasi 100 m. Metoda yang dilakukan untuk eksplorasi daerah ini adalah:
Pengamatan Geo-radar, pemetaan regional, pemetaan geologi semi detail, pemetaan geologi
detail dan pengeboran dan pemetaan ground surface (topografi). Dari hasil penyelidikan dengan
metoda diatas didapatkan gambaran geologi daerah penelitian serta gambaran distribusi
endapan laterit nikel.

Indikasi endapan laterit sepanjang lintasan pengamatan tersebar mulai dari batas
bagian Selatan daerah penyelidikan hingga pada bagian tengah, dijumpai singkapan
batuan Serpentin sebagai lokasi type zona mineralisasi dengan asosiasi mineral indeks
Garnierite sebagai ciri kaya bijih Nikel diprediksikan bahwa daerah penyelidikan
berpotensi terbentuk endapan laterite nikel.

II-41
Gambar 16. Profil Lateritisasi

2.1.2. Komponen Biologi

Rencana kegiatan penambangan biji nickel di Desa Tanggola dan


Puuwiwirano Kec. Routa Kab. Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara oleh PT. Tiga
Cahaya Sejahtera secara umum menyebabkan kondisi ekosistem terganggu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan studi lingkungan untuk
mengkaji seberapa besar dampak dari kegiatan tersebut terhadap ekosistem alami
yang ada disekitar lokasi kegiatan. Hal itu penting agar setiap dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat diminimalisir sehingga tidak
menimbulkan masalah lingkungan yang melebihi ambang batas toleransi ekosistem
di sekitar lokasi kegiatan.

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponem biotik (flora, fauna,
manusia) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dan sebagainya). Hubungan
tersebut membentuk suatu sistem alami, baik dalam hal struktur maupun fungsi komponen-
komponen tersebut merupakan suatu kesatuan. Konsekuensinya jika salah satu
komponennya terganggu, maka komponen lainnya cepat atau lambat akan terpengaruh.
Sistem alam seperti itu disebutnya dengan

II-42
sistem ekologi yang disingkat menjadi ekosistem. Secara umum, ekosistem dibedakan atas
ekosistem daratan (terrestrial ecosystem) dan ekosistem perairan (aquatic ecosystem).
Ekosistem daratan yang menjadi lokasi kegiatan adalah kawasan hutan hujan tropik yang
dipengaruhi faktor klimatik yaitu merupakan zona hutan dataran rendah < 600 m dpl
(pamah). Ekosistem perairan (aquatic ecosystem) yang berada dalam lokasi kegiatan adalah
perairan sungai (lotic). Berdasarkan tipologi vegetasi dan perairan, maka sebaran flora-
fauna ekosistem hutan pamah dan perairan sungai umumnya menampilkan jenis dan
keragaman yang berbeda-beda dari ekosistem tipe hutan dan perairan lainnya sebagai
bentuk dari proses adaptasi terhadap lingkungannya. Komponen biologi dari ekosistem
yang dianalisis pada kegiatan ini (kondisi eksisting) meliputi kondisi flora-fauna alami.

Kondisi lahan pada lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel oleh PT. Tiga
Cahaya Sejahtera berada dalam wilayah Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa
Kabupaten Konawe. Lokasi tersebut merupakan ekosistem hutan dataran rendah yang
kondisi vegetasinya relatif masih alami dengan tegakan pepohonan yang relatif masih
rapat, seperti ditunjukan pada Gambar 18

Gambar 17. Kondisi Hutan Pada Lokasi Penambangan Biji Nikel

2.1.2.1. Flora Darat (Terrestrial)

Kondisi flora terrestrial (vegetasi) dalam ekosistem hutan di lokasi tapak kegiatan
penambangan biji nickel di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa relatif berkembang
sesuai dengan kondisi curah hujan dan iklim di Kabupaten Konawe yaitu termasuk tipe A
sesuai klasifikasi Schmidt dan Ferguson (daerah basah

II-43
dengan nilai Q antara 0-14,3 %) dengan curah hujan 2.500 mm per tahun. Vegetasi
hutan disekitar lokasi kegiatan tersebut termasuk tipe hutan aluvial dataran rendah
(< 600 m dpl) atau ekosistem hujan dataran rendah yang umumnya tergolong
kering. Secara umum kondisi vegetasi disekitar lokasi kegiatan tersebut disusun
oleh beberapa jenis.

Studi terhadap vegetasi yang berada di lokasi tapak kegiatan penambangan biji
nickel dilakukan secara langsung di lapangan dengan metode survey dan Teknik sampling
menggunakan metode jalur (belt transect). Penempatan jalur pengamatan ditetapkan secara
purposive pada kawasan yang memiliki keragaman flora yang relatif tinggi. Selanjutnya,
jenis-jenis dan kelimpahan flora disetiap jalur pengamatan dicatat. Selain kegiatan survey,
dilakukan pula wawancara dengan beberapa anggota masyarakat (informan kunci) guna
melengkapi data hasil survey kondisi vegetasi yang ada.Hal tersebut dilakukan untuk
melengkapi data flora yang kemungkinannya tidak sempat tercatat oleh tim survey.
Komponen vegetasi yang dianalisis dalam studi ANDAL adalah fokus pada jenis flora alami.

Bedasarkan data hasil analisis vegetasi alami yang menyusun hutan dataran rendah di lokasi
tapak kegiatan, dilakukan evaluasi kualitas ekosistem flora terestrial menggunakan skala
kualitas lingkungan meliputi parameter nilai penting, kerapatan, jumlah spesies, spesies
bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis. Evaluasi kualitas ekosistem tersebut
sesuai Tabel 16. sebagai berikut.

Tabel 16 Indeks Nilai Penting Vegetasi Hutan Untuk Strata Pohon, Tihang,
Sapihan dan Semai Di Titik Pada Kawasan tambang PT. Tiga Cahaya
Sejahtera

Titik
No Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
Pohon Tihang Sapihan Semai
1 2 3 4 5 6 7
1. Komiali Manilkara merriliana H.J.L 21,5415 13,2203 26,2668 28,8012
2. Kayu Besi 12,6426 20,2620 16,6432 19,4326
3. Dara-dara Myristica guatteriaefolia - 17,8196 11,7180 11,9627
4. Lampari Artocaprus teysmani 13,4196 14,0280 12,2844 15,6977
5. Kayu cina Podocarpus neriifolius - 7,4906 - -
6. Kolaka Parinarium corimbosum Merr. 21,1330 22,4745 37,7961 28,1372
7. Apu Gironniera subagualis Planch 16,0638 15,8867 19,7818 30,7624

II-44
Titik
No Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
Pohon Tihang Sapihan Semai
1 2 3 4 5 6 7
8. Kandole Planchonella Obovata H.J.L 41,9215 30,6173 14,4049 14,4006
9. Eha Castonopsis buruana Miq. 21,7922 17,0853 11,6141 11,9315
10. Bintangor Calophyllum inophyllum Merr 14,2745 22,1286 11,6709 20,6984
11. Dambu-Dambu Syzigium sp 21,2715 14,2221 9,1648 26,3008
12. Pondo Litsea SP. 23,5192 19,4896 13,8992 30,0670
13. Kuma Carallia brachiata Merr. 12,0784 7,7891 10,6931 8,7982
14. Silae Petunga sp 23,9806 13,7634 - 6,8995
15. Manjarita Lagerstroemia speciosa 12,5605 7,9855 6,4738 5,6649
16. Ulumea . 17,5482 14,3746 26,6441 -
17. Longori Haplolobus celebicus H.J.L 14,7835 10,2218 5,2834 -

18. Bolo-bolo - 8,3963 29,0202 11,9627


19. Pololi - 5,3290 7,5155 -
20. Huko Gnetum gnemon L. - 17,4448 29,1260 -
21. Selato Altonia ranfolfia 11,3293 - - -

Berdasarkan Tabel diatas, nilai penting tertinggi tumbuhan strata pohon


(NP=41,9215%), sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh jenis Kuma (Carallia
brachiata Merr.) (NP = 12,0784%). Untuk tingkat tihang spesies yang memiliki nilai
penting tertinggi yaitu jenis Kandole (Planchonella obavata H.j.L.) (NP = 30,6173%),
sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh pololi (NP = 5,3290%). Untuk tingkat
sapihan spesies yang memiliki NP tertinggi yaitu Huko (Gnetum gnemon L). (NP =
16,6432%) sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh jenis Longori (Haplolobus
celebicus H.J.L.) (NP = 5,2834%). Selanjutnya untuk tingkat semai spesies yang
memiliki NP tertinggi yaitu Apu (Gironniera subagualis Planch.) (NP = 30,7624%)
sedangkan nilai penting terendah ditempati oleh Manjarita (Lagerstroemia speciosa) (NP
= 5,6649%).

2.1.2.2 Fauna

Fauna merupakan keseluruhan jenis satwa yang terdapat pada suatu daerah dan
memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem hutan.Fauna memberikan manfaat
baik secara langsung maupun tak langsung kepada

II-45
manusia.Oleh karena itu kondisi habitat yang kondusif mutlak diperlukan dalam upaya
mempertahankan populasi dan keragamannya serta kelestariannya khususnya bagi fauna
yang tergolong endemik dan atau dilindungi. Keberadaan fauna dalam ekosistem hutan
rentan terhadap gangguan dari berbagai aktifitas manusia yang berlebihan di dalam
maupun disekitar hutan yang menjadi habitatnya. Data diperoleh dengan menerapkan
metode langsung yakni perjumpaan langsung dimana satwa tersebut ditemukan disekitar
lokasi pembagunan penambangan dengan caramelakukan pengamatan pada area tertentu
atau memotret, khususnya terhadap jenis-jenis endemik. Disamping itu,mengamati populasi
fauna melalui pencarian antara lain bekas jejak, sarang, suara, dan serta berdasarkan
informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar proyek.

Keberadaan fauna di wilayah studi sangat ditentukan oleh kondisi tipe


ekosistem yang ada karena berkaitan erat dengan habitat sebagai tempat tinggal,
tempat berkembang biak, tempat migrasi dan tempat mencari makan. Secara umum,
jenis- jenis fauna satwa yang dikaji dalam AMDAL di wilayah studi adalah Jenis
dikhususkan terhadap jenis-jenis fauna utama yaitu dari kelompok Aves, Mamalia,
Reptil, Amphibia, dan Hewan Domestik.

Di lokasi studi tidak banyak jenis mamalia yang dijumpai/ditemukan baik secara
langsung maupun hasil wawancara/informasi dari masyarakat di lokasi studi. Babi
hutan dan beberapa hewan endemik lainnya merupakan jenis mamalia yang masih
dapat dijumpai, baik secara langsung maupun melalui jejak kakinya.Jenis-jenis
reptilia dan amphibia yang teridentifikasi di wilayah studi seperti biawak (Varanus
sp.), kadal (Mabouya multifasciata) dan beberapa jenis ular, serta katak pohon
(Phacenhorus montegola). Secara lengkap jenis-jenis tersebut disajikan dalam Tabel
17. sebagai berikut:

Tabel 17 Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat disekitar


lokasi kegiatan penambangan biji nikel
Status
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Konservasi
A Mamalia

II-46
Status
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Konservasi
Anoa dataran Bubbalus depresicornis Hamilton-Smith,
1. Dilindungi (A, B)
rendah 1827
2. Monyet Macaca tonkeana Mayer, 1899 Dilindungi (B, D)

3. Rusa Cervus timorensis de Blainville, 1822 Dilindungi (A, B)

4. Kuskus Ailurops ursinus Temminck, 1824 Dilindungi (B, C)


Musang coklat Macrogaliidia muschenbroekiiSchlegel,
5. sulawesi 1877 Dilindungi (B, D)
6. Tangkasi Tarsius spectrum Erxleben, 1777 Dilindungi (B, D)

7. Babi hutan Sus celebensis Muller & Schlegel, 1843

8. Kelelawar Pteropus alectoTemminck, 1837

B Reptilia

1. Ular sawah Phyton reticulatus Schneider, 1801

2. Biawak Varanus salvator Merrem, 1820

3. Kadal Mabouya multifasciataKuhl, 1820


Rattus argentiventer Robinson & Kloss,
4. Tikus sawah
1916
C Amphibia

1. Katak hijau Rana cancrivora Gravenhorst, 1829

2. Katak kesat Bufo melanoptictus Schneider, 1799

Berdasarkan data pada Tabel 17 diatas, bahwa ke 6 fauna liar dari kelas
mamalia tergolong jenis yang dilindungi. Adapun jenis reptilia dan amphibia memiliki
status konservasi yang tergolong resiko rendah karena keberadaannya di alam relatif
masih banyak. Namun demikian keseluruhan jenis tersebut memiliki nilai penting
secara ekologis di ekosistem hutan daran rendah maka keberadaannya perlu dilindungi.
Berdasarkan jumlah jenisnya serta nilai penting jenis secara ekologi dan ekonomi,
maka keberadaan fauna liar disekitar lokasi kegiatan pembangunan kawasan industri
termasuk kualitas lingkungan 4 (baik).

Di lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel, jenis satwa yang paling banyak dijumpai
adalah aves. Jenis-jenis burung yang tercatat pada umumnya merupakan

II-47
burung yang menempati habitat pada tajuk pohon atau burung arboreal. Jenis-jenis
tersebut seperti Elang bondol, Perkici dora, Burung Madu sri ganti, Tekukur, Sri
gunting jambul rambut dan Cekakan sungai. Beberapa jenis burung tersebut tergolong
burung migran atau burung endemik di Sulawesi dan atau di Indonesia, seperti
disajikan dalam Tabel 18. sebagai berikut.

Tabel 18 Jenis-Jenis Aves Yang Terdapat Disekitar Lokasi Studi

No Nama Lokal Nama Ilmiah STS Ket*

1 Elang bondol Haliastur indus Boddaert, 1783 Dilindungi (2,5)

2 Perkici dora Trichoglossus ornatus Linnaeus, 1758 e Dilindungi (2,4)

3 Burung madu sriganti Nectarinia jugularis Linnaeus, 1766


Dilindungi (1,2)
4 Tekukur Streptopelia chinensis Scopoli, 1768

5 Srigunting jambus Dicrurus hottentottus Linnaeus, 1766

6 Cekakak sungai Halcyon chloris Boddaert, 1783 E Dilindungi (1,2)

Elang dada putih Heliastur indus Boddaert, 1783 e Dilindungi (1,2)

7 Kaca mata laut Zosterops chloris Bonaparte, 1850 e Dilindungi (1,2)

8 Bondol rawa Lonchura malacca Linnaeus, 1766

9 Raja udang meninting Alcedo meninting Horsfield, 1821 Dilindungi (1,2)


10 Gagak hutan Corvus enca Horsfield, 1822
Kepudang sungu
11 tunggir putih Coracina leucopygia Bonaparte, 1850 E
Amaurornis phoenicurus Pennant,
13 Kareo padi
1769
14 Trinil pantai Actitis hypoleucos Linnaeus, 1758 M

15 Ayam hutan merah Gallus gallus Linnaeus, 1758 Dilindungi (2,4)

Betet kelapa
16 punggung biru Tanygnathus sumatranus Wagler,
1832

17 Srindit paruh merah


Loriculus exilis Schlegel, 1866 E
18 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Gmelin, 1788 E

Berdasarkan data pada Tabel 18. diatas, bahwa terdapat 4 jenis endemik

II-48
sulawesi (Halcyon chloris, Coracina leucopygia, Loriculus exilis dan Centropus

bengalensis) dan 3 endemik Indonesia (Trichoglossus ornatus, Heliastur indus dan Zosterops
chloris).Jenis-jenis endemik tersebut termasuk dalam 11 jenis yang tergolong beresiko
hingga terancam punah sehingga memiliki status konservasi dilindungi. Disamping itu,
dijumpai 1 jenis burung migran (Actitis hypoleucos) dan 6 jenis burung lainnya meskipun
populasinya tergolong resiko rendah karena masih banyak di alam, namun perlu dilindungi
pula karena memiliki nilai penting secara ekologis maupun secara ekonomi dilingkungan
hutan dataran rendah. Berdasarkan status konservasi dari 11 jenis burung endemik dan
atau dilindungi di ekosistem hutan, serta memiliki nilai penting secara ekologis dan atau
secara ekonomi, maka keberadaannya di sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji
nickel termasuk fauna tergolong penting dengan kualitas lingkungan 4 (baik).

2.1.2.1. Biota Perairan

Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi


kehidupan.Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan
sosial budaya.Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup maupun
temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari berlangsungnya siklus materi serta
aliran energi.Sebagai bagian dari biosfer, ekosistem perairan memiliki kontribusi dan
keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam semesta.Banyaknya
peran air dan perairan bagi kehidupan, meyebabkan bahasan materi ini dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan. Ekosistem perairan merupakan bagian integral dari lingkungan hidup
manusia yang relatif banyak dipengaruhi berbagai macam kegiatan manusia serta dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk kerusakan lingkungan. Adapun ekosistem perairan yang
berada di lokasi tapak kegaiatan penambangan biji nickel dan berpotensi menerima dampak
kegiatan adalah Alaa Solo. Selanjutnya akan disajikan biota perairan sungai menurut sub
komponen plankton, benthos dan nekton.

1. Jenis-Jenis Nekton

Nekton merupakan biota perairan yang memiliki nilai ekonomis dan sumber pangan

II-49
(protein hewani) yang cukup tinggi, sehingga nekton sering diusahakan (ditangkap
dan dibudidayakan) untuk mencukupi kebutuhan protein sekaligus dijual sebagai
sumber pendapatan mayarakat. Kelimpahan nekton sangat dipengaruhi oleh
kondisi kualitas perairan yang bersangkutan. Pencemaran sungai karena limbah
dan sedimentasi dapat menurunkan kualitas perairan setempat dan bila terjadi
pencemaran akan menyebabkan berkurangnya potensi kelimpahan jenis ikan di
perairan tersebut.

Parameter yang digunakan untuk mengkaji nekton/ikan adalah keberadaan jenis tertentu
akibat tekanan atau stress lingkungan. Kondisi atau keberadaan biota air sangat ditentukan
oleh kualitas habitatnya. Pengambilan sampel jenis nekton atau ikan dilakukan wawancara
dengan penduduk di sekitar tapak proyek maupun pengamatan lapangan.Jenis nekton yang
umum dijumpai diketiga sungai sekitar lokasitapak kegiatan penambangan biji nickel
adalah udang mantis dan udang sungai, secara lengkap jenis-jenis nekton dapat disajikan
pada

2. Plankton

Plankton adalah organisme yang pada umumnya renik, melayang dalam air, daya geraknya
yang lemah sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh pergerakan air (Odum, 1993).
Berdasarkan ukurannya, Nybakken (1992) membedakan plankton menjadi lima golongan,
yaitu mega plankton, makro plankton, mikroplankton, nano plankton, dan ultra plankton.
Ketiga golongan pertama masih dapat ditangkap dengan jaring plankton, sedangkan dua
golongan yang terakhir dapat lolos.Plankton merupakan organisme perairan yang
keberadaannya dapat dilihat dari indikator perubahan kualitas biologi perairan. Plankton
mempunyai kepekaan dan toleransi berbeda-beda terhadap bahan pencemar, sehingga
dapat dijadikan indikator perubahan kulitas lingkungan perairan. Sehingga organisme
plankton yang toleran terhadap bahan pencemar tersebut yang dapat bertahan bisa
bertahan pada kondisi tekanan lingkungan yang tinggi. Plankton terdiri atas dua golongan,
yaitu plankton nabati atau fitoplankton dan plankton hewani atau zooplankton.

3. Benthos

II-50
Benthos adalah organisme yang hidup di permukaan dan atau dalam substrat dasar
perairan. Karena sifat hidupnya yang relatif menetap (sesil), dan juga sebagai detritus
feederdan scavenger, maka benthos sering digunakan sebagai indikator perubahan
kualitas perairan. Selanjutnya, secara lengkap jenis benthos dapat disajikan pada Hasil
analisis benthos menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman berkisar 1,53-1,58.Dengan
indeks kesamaan antara 0,95-0,98. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
kondisi perairan dilihat dari struktur komunitas benthos bervariasi dari peka (rentan) -
resisten (kuat) terhadap gangguan yang dapat menunjukkan kestabilan komunitas.

Berdasarkan kriteria klasifikasi nilai indeks Shannon-Wiener hasil analisis benthos


benthos di perairan sungai sekitar lokasi tapak kegiatan tergolong sedang. Hal ini jika
dibandingkan dengan skala kualitas lingkungan maka keanekaragaman benthos
mempunyai skala kualitas lingkungan yang rendah

2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi Dan Budaya

Sebagai bahan dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
ini beberapa data sekunder yang disadur dari data Data dari bapada Pusat Statistik kab. Konawe
tahun 2011 dan 2012 dan Studi Kelayakan Proyek Tambang Nikel serta hasil wawancara
langsung di lapangan, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kependudukan

Rencana kegiatan Penambangan Bijih Nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera, secara
administratif berada dalam wilayah Kec. Routa. Adapun desa-desa yang
diperkirakan terkena dampak dari kegiatan proyek tersebut adalah Desa Tanggola
dan Puuwiwirano Kec. Routa.

a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Rencana kegiatan Penambangan Bijih Nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera, secara
administratif berada dalam wilayah Kecamatan Routa. Adapun desa-desa yang diperkirakan
terkena dampak dari kegiatan proyek tersebut adalah Desa Tanggola dan Puuwiwirano
Kecamatan Routa. Berdasarkan data kependudukan tahun 2011,

II-51
Kecamatan Routa memiliki luas wilayah 2.188,58 Km² dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.930 Jiwa dengan rata-rata penduduk per Km² adalah 0,88 Jiwa. Secara rinci
terhadap desa yang terdampak akibat aktifitas penambangan PT. Tiga Cahaya
Sejahtera yaitu Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kecamatan Routa.

Secara rinci terhadap desa yang terdampak akibat aktifitas penambangan PT. Tiga
Cahaya Sejahtera yaitu Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa tersaji pada
Tabel 19.

Tabel 19 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi

Penduduk Rumah Sex


Luas Kepadatan
Desa/Kelurahan Jumlah Tangga Ratio
Km² Lk Pr (Km²)
Jiwa (RT) (%)
Kec. Routa 2.188,58 4442 3739 1.93 0,88 425 121
1 Tanggola 245,35 32 19 51 2,20 16 168,4
1 Puuwiwirano 361,41 44 29 73 2,20 19 151,7
Sumber: Diolah dari BPS Kab. Konawe dalam Dalam Angka 2012

b. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Seperti halnya penduduk Indonesia secara umum, sebagian besar penduduk Kec. Routa
bekerja di sektor Perikanan Laut (Nelayan) dan pertanian, terutama bidang pertanian
tanaman tahunan/perkebunan dan buruh di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Selain
itu, penduduk banyak bekerja di sector Industri Pertambangan dan pertambangan bahan
galian, utamanya sebagai buruh pertambangan, karena di Kec. Routa banyak terdapat
perusahaan pertambangan biji nikel (ore).

II-52
Gambar 18. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kec. Routa

> 64 Tahun
2%
0-14 Tahun
40%
0-14 Tahun
15-64 Tahun
58% 15-64 Tahun
> 64 Tahun

c. Sarana Pendidikan Penduduk

Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kec. Routa mengalami peningkatan dari


tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan
pembangunan pendidikan di Kec. Routa seperti bertambahnya gedung atau ruang

kelas sekolah dan bertambahnya guru, jumlah murid, dan perkembangan berbagai

rasio dan sebagainya. Pada Tabel 20 digambarkan jumlah fasilitas pendidikan dan
tenaga pendidik di wilayah studi.

Tabel 20 Sarana Pendidikan dan Tenaga Pendidik yang ada di


Wilayah Studi Tahun 2012

Kecamatan Routa

Uraian
Desa/Kelurahan

Tanggola Puuwiwirano
Sekolah
Negeri - -
TK
Swasta - -
Negeri - -
SD
Swasta - -
Negeri - -
SMP
Swasta - -

II-53
Kecamatan Routa

Uraian
Desa/Kelurahan

Tanggola Puuwiwirano
Negeri - -
MTS
Swasta - -
Guru
Negeri - -
TK
Swasta - -
Negeri - -
SD
Swasta - -
Negeri - -
SMP
Swasta - -
Negeri - -
MTS
Swasta - -
Sumber: Diolah dari Data BPS Kab. Konawe Dalam Angka Tahun 2012

Untuk sarana Pendidikan di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kecamatan Routa sangat
minim tidak terdapat Sekolah di desa Tanggola dan Puuwiwirano. Umumnya masyarakat
Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kecamatan Routa melanjutkan Pendidikan SMP dan SMA
di Kelurahan Routa dan Kecamatan Asera.

d. Agama

Agama yang dianut oleh masyarakat di wilayah studi Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec.
Routa pada umumnya beragama Islam, disamping agama Kristen, Hindu dan Budha. Adapun
penduduk yang memeluk agama Islam sebagian besar adalah warga pendatang etnis Bugis,
warga asli etnis Tolaki, dan warga Transmigrasi, sedangkan penduduk yang memeluk Agama
Hindu/Budha dan sebagian yang beragama Kristen pada umumnya adalah warga transmigran
yang berasal dari etnis Bali dan penduduk lokal etnis Tolaki yang bermukim di wilayah tersebut.

Ketersediaan sarana peribadatan adalah suatu hal yang mutlak, untuk


memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah dan juga sebagai sarana
komunikasi bagi pemeluk agama yang sama.

II-54
Kehidupan beragama di wilayah studi cukup harmonis, ini ditandai dengan tidak
dijumpainya konflik bernuansa sara’/agama, namun sebaliknya kerjasama ataupun
gotong royong dalam kehidupan beragama cukup menonjol dalam kehidupan
mereka.

3. Sosial Ekonomi
a. Ekonomi Rumah Tangga

 Mata Pencaharian Penduduk

Perekonomain penduduk yang bermukim disekitar wilayah studi pada umumnya sangat
tergantung pada sektor-sektor primer seperti pertanian dan berkebunan (Petani Lada
dan Petani Plasma dari Perkebunan Kelapa Sawit) disamping pekerjaan jasa (tukang
ojek, dan pertukangan). Kec. Routa adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Konawe
yang mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar, disamping kesuburan
tanahnya yang memungkinkan untuk mengembang-kan lahan pertanian dan
perkebunan, wilayah ini juga kaya sumber kelautan dan bahan tamban (nikel). Oleh
sebab itu penduduk di wilayah tersebut mempunyai peluang-peluang ekonomi untuk
mengembangkan usaha baik dibidang pertanian dan perkebunan, diketahui bahwa
mata pencaharian pokok penduduk pada umumya adalah sebagai petani/berkebun,
disamping pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti berdagang, PNS dan pekerjaan dibidang
jasa seperti pertukangan.

 Pendapatan Masyarakat

Sumber pendapatan utama masyarakat di wilayah studi berasal dari hasil pertanian
berupa lada, kelapa, kakao, jambu mente, cengkeh dan lainnya. Sedangkan masyarakat
yang bermukim di pesisir pantai sumber pendapatan utamanya adalah dari tangkapan
ikan di laut. Disamping itu, masyarakat juga memiliki sumber pendapatan sampingan
seperti upah dari pekerjaan sebagai buruh dan tukang ojek. Dari hasil penelitian
lapangan, dengan pekerjaan yang ditekuni menunjukkan tingkat pendapatan
masyarakat yang tertinggi adalah Rp 2.500.000,- perbulan dan terendah adalah Rp
400.000,- s/d Rp. 500.000,-

II - 55
perbulan.

Tabel 21 Distribusi Pendapatan Responden Setiap Bulan

No Kisaran Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase


1 Sampai dengan 500.000 17 21.25
2 500.000 – 1.000.000 26 32.50
3 1.000.000 – 1.500,000 21 26.25
4 1.500.000 – 2.000.000 7 8.75
5 2.000.000 – 2.500.000 6 7.50
6 Lebih dari 2.500.000 3 3.75
Jumlah 80 100,00
Sumber: Olahan Data Primer, 2012

Tabel 21 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang berpendapatan Rp


500.000-Rp 1.000.000 adalah yang terbanyak yaitu 32,50%, kemudian disusul oleh
penduduk yang berpendapatan Rp 1.000.000-Rp 1.500.000 yaitu 26,25%, dan yang
berpendapat-an ≤ Rp. 500.000 sebesar 21,25%, sedangkan penduduk dengan
pendapatan Rp 2.500.000 ke atas hanya sebesar 3,75%.

Adapun pola penggunaan pendapatan, pada umumnya dialokasikan untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari, disamping untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan
sebahagian kecil penduduk menyisihkan untuk ditabung. Dengan besaran pendapatan
seperti yang dijelaskan di atas, memberikan gambaran bahwa tingkat pendapatan
penduduk masih relatif kurang memadai. Hal ini disebabkan masih terbatasnya sarana-
sarana ekonomi yang bisa memberikan peluang berusaha kepada penduduk, disamping
masih adanya kondisi jalan yang rusak dan mengakibatkan tingginya biaya transfortasi
untuk memasarkan hasil pertanian dan perkebunan masyarakat. Penduduk yang
berpendapatan di atas Rp 2.500.000 perbulan pada umumnya mereka mempunyai
pekerjaan sampingan seperti halnya penduduk yang bekerja sebagai PNS juga bertani,
berkebun atau sebagai nelayan.

b. Pola Pemilikan dan Penggunaan Lahan

Pola pemilikan lahan di wilayah studi cukup variatif, namun pada umumnya hanya
sebatas pembuktian dari surat keterangan Kepala Desa yang disamping juga bukti-bukti
pembayaran SPPT, PBB dan sertifikat. Struktur masyarakat di desa wilayah

II-56
studi sangat terbuka, artinya tidak nampak dengan jelas stratifikasi baik secara sosial,
maupun secara ekonomi sebagai wujud dari pandangan, tanggapan dari anggota
masyarakat kepada masyarakat lainnya. Warga masyarakat yang mampu secara individu
dan mempunyai uang cenderung akan memiliki banyak lahan. Luasnya lahan-lahan kosong
di Kec. Routa, membuka peluang bagi investor untuk menanamkan investasinya terutama di
sektor perkebunan dan pertambangan.

c. Aksesibilitas

Akses jalan ke wilayah studi cukup lancar, meskipun beberapa ruas jalan
dalam kondisi rusak, namun tidak mempengaruhi mobilitas penduduk untuk
bepergian baik ke luar wilayah studi maupun dari desa-desa studi. Begitupun jalan-
jalan desa di wilayah studi cukup lancar baik yang sudah teraspal, berupa jalan
dengan pengerasan sirtu dan jalan tanah. Akses jalan ini cukup berpengaruh
terhadap ekonomi penduduk, terutama dalam memasarkan hasil panen mereka dan
untuk urusan bisnis.

Letak geografis wilayah studi yang dialiri oleh beberapa anak sungai,
sehingga ada beberapa jembatan yang membentang di wilayah tersebut dan
menghubungkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya baik jembatan
permanent, non permanent maupun yang masih dalam kondisi darurat. Sebagai
alat angkut yang dipakai oleh masyarakat di wilayah studi dalam melakukan
mobilitas adalah mobil, motor, perahu dan sepeda.

d. Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB merupakan suatu dasar pengukuran atau nilai tambah yang mampu
diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah dalam
mengelolah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.

Laju pertumbuhan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi dan pendapatan


perkapita Kabupaten Konawe, dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDRB). Secara
keseluruhan PDRB Kabupaten Konawe atas dasar harga berlaku tahun 2008 mencapai 2.691.128
juta rupiah meningkat menjadi 3.203.897 juta rupiah pada

II-57
tahun 2009. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai
1.661.102 juta rupiah tahun 2009. Gambaran PDRB Kabupaten Konawe atas dasar
harga berlaku tersaji pada Tabel 22.

Tabel 22 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Konawe


atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2005-2009

Harga berlaku
Lapangan Rata-rata
No
Usaha pertahun
2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 786.093 878.852 994.280 1.205.769 1.353.284 1,043,655.60


Pertambangan
2 70.632 250.266 473.063 673.411 907.970 475,068.40
& penggalian
Industri
3 53.418 60.628 69.146 79.729 94.880 71,560.20
pengolahan
Listrik dan Air
4 7.142 8.130 8.947 10.366 12.624 9,441.80
bersih
5 Bangunan 42.885 47.303 53.508 64.526 74.910 56,626.40
Perdagangan
6 203.199 235.281 265.514 320.947 371.143 279,216.80
restoran & hotel
Angkutan &
7 12.443 13.490 15.626 18.909 21.976 16,488.80
komunikasi
Keuangan
8 persewaan & 62.593 69.420 78.770 94.862 110.721 83,273.20
jasa perusahaan
9 Jasa-jasa 144.207 167.951 187.956 222.609 256.389 195,822.40
PDRB 1,382,612 1,731,321 2,146,810 2,691,128 3,203,897 2,231,153.60
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Konawe 2012

Berdasarkan Tabel 22, menunjukkan bahwa sektor pertanian paling besar


kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Konawe atas dasar harga berlaku, yaitu
rerata sebesar Rp. 1,043,655.60 juta pertahun (atau 46,78%) selama priode 2006– 2010.
Walaupun demikian kontribusi sektor ini ternyata terus menurun dari tahun ke tahun,
pada tahun 2006 turun dari 56,86% menjadi 50,76% tahun 2006, seterusnya hingga
pada tahun 2010 hanya berkontribusi sebesar 42,24% dari 9 (sembilan) lapangan usaha
yang ada.

II-58
Tabel 23 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Konawe atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2005-2010

Harga konstan tahun 2000


No Lapangan Usaha Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010 pertahun

1 Pertanian 610.502 652.979 700.062 750.519 806.984 704,209.20


Pertambangan &
2 46.601 120.668 222.635 286.438 308.163 196,901.00
penggalian
Industri
3 41.603 44.871 48.448 52.401 56.616 48,787.80
pengolahan
4 Listrik & Air bersih 4.768 5.164 5.554 6.016 6.559 5,612.20

5 Bangunan 34.362 36.711 40.415 44.686 48.215 40,877.80


Perdagangan hotel
6 152.617 166.825 181.953 198.962 217.857 183,642.80
& restoran
Angkutan dan
7 10.078 10.764 11.587 12.505 13.688 11,724.40
komunikasi
Keuangan
8 persewaan & jasa 43.279 46.348 50.580 55.635 59.833 51,135.00
perusahaan
9 Jasa-jasa 114.603 120.602 127.369 135.120 143.187 128,176.20

PDRB 1,058,413 1,204,932 1,388,603 1,542,282 1,661,102 1,371,066.40


Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Konawe 2012

Begitupun besaran PDRB kabupaten Konawe atas dasar harga konstan tahun
2000 (Tabel 23) untuk sektor pertanian rata-rata sebesar Rp. 704,209.20 juta pertahun
(atau sebesar 51,36%) selama priode tahun 2006-2010, dan peranan sektor ini juga terus
menurun dari tahun ke tahun, pada 2006 turun dari 57,68% menjadi 54,19% tahun
2007, seterusnya hingga pada tahun 2010 hanya berkontribusi sebesar 48,58% dari 9
(sembilan) lapangan usaha yang ada.

Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan yang cukup


siginifikan dari 4,40% pertahun 2006 naik menjadi 18,55% pertahun 2010 dilihat atas dasar
harga konstan tahun 2000 sejak tahun 2006-2010, sedangkan sektor industri pengolahan ternyata
terus mengalami peningkatan secara kumulatif tapi secara proporsional cenderung stagnan dari
3,93% pertahun 2006 turun menjadi 3,41% pertahun 2010. Sektor lapangan usaha pertanian
meliputi sub sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan, mempunyai peluang untuk dikembangkan mengingat potensi-potensi seperti

II-59
perikanan, kehutanan dan perkebunan cukup potensi di beberapa wilayah
Kabupaten Konawe dan subsektor ini merupakan andalan utama dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Konawe.

Subsektor Listrik dan air bersih merupakan subsektor yang paling kecil
kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Konawe, yaitu rata-rata Rp. 9,441.80
juta pertahun selama tahun 2006-2010, yang terus mengalami kenaikan dari tahun
2006 sebesar 7.142 juta pertahun menjadi 12.624 juta pada tahun 2010 atau
berkontribusi sebesar 0,42% pertahun dari rata-rata PDRB Kabupaten Konawe
atas dasar harga berlaku, jika menggunakan harga konstan tahun 2000 maka
kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Konawe rata-rata Rp 5,612.20
juta pertahun atau sebesar 0,41%.

Pada Tabel 23, nampak dari subsektor pertambangan, penggalian dan industri
pengolahan (pabrik pengolahan, dan lain-lain) memperlihatkan pertumbuhan yang cukup
signifikan dalam dua tahun terakhir. Jika Penambangan Bijih Nikel dari PT. Tiga Cahaya
Sejahtera sudah beroperasi, maka kontribusi sektor pertambangan, penggalian dan industri
pengolahan akan meningkat lagi, dan hal ini akan berpengaruhi positif terhadap PDRB
Kabupaten Konawe secara keseluruhan.

4. Sosial Budaya

a. Adat Istiadat dan Kebiasaan Yang Berlaku serta Proses Sosial Dalam
Masyarakat

Etnis yang mendiami wilayah studi tergolong sangat majemuk, disamping suku
Tolaki sebagai penduduk asli, wilayah studi juga didiami oleh beberapa suku pendatang
seperti Suku/Etnis Bugis, Jawa, Bali dan beberapa suku lainnya yang sudah bermukim sejak
puluhan tahun yang lalu. Walaupun Etnis Tolaki sebagai etnis asli dan Suku Bugis dan Jawa
sebagai etnis/suku mayoritas yang mendiami wilayah studi, namun dalam kehidupan sehari-
hari terlihat bahwa setiap etnis masih erat memegang teguh adat istiadat mereka. Pengaruh
agama masih terlihat dominan dalam kehidupan budaya setiap suku, hal ini terlihat dalam
upacara perkawinan, kedukaan, upacara syukuran panen, hajatan keluarga dan sebagainya.

II-60
Kuatnya masing-masing etnis memegang teguh adat istiadat yang dibawah dari
daerah asalnya masing-masing, sehingga dengan mudah diidentifikasi dengan hanya melihat
kebiasaan-kebiasaan mereka sehari-hari. Etnis Bali misalnya, walaupun secara kuantitas
mereka minoritas dari beberapa etnis pendatang lainnya di wilayah studi, namun mereka
sangat mudah diidentifikasi hanya dengan melihat bentuk-bentuk tempat tinggal dan cara-
cara pelaksanaan ritual mereka yang sangat menonjol. Namun demikian kelompok ini
sangat mudah berbaur dengan etnik lainnya, dalam artian komunitas Bali tidak menjadi
satu komunitas yang memisahkan diri dengan kelompok etnik lainnya.

Majemuknya penduduk yang mendiami wilayah studi akan berkonsekwensi pada


proses sosial yang terjadi. Proses-proses sosial ini dapat saja terjadi secara assosiatif
maupun dissosiatif. Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat
dari berbagai etnik dan agama, ternyata mereka mengakui bahwa kehidupan antara
etnik maupun antar pemeluk agama di sekitar wilayah studi terjalin cukup harmonis,
ini ditandai dengan tidak dijumpainya konflik horisontal ataupun hubungan yang
dissosiatif diantara penduduk. Salah seorang responden yang beragama non muslim
mengatakan:

”Syukurlah kami disini aman-aman saja, walaupun dari segi jumlah kami sangat kecil, tapi
saudara-saudara kami terutama ummat muslim sangat menghargai dan menghormati kami,
terutama dalam menjalankan aktivitas ritual keagamaan kami”.

Adaptasi sosial sebagai imbas dari kontak sosial antara warga masyarakat yang berbeda
budaya, berjalan dengan baik melalui interaksi sosial yang intens dan juga perkawinan antar
suku. Begitupun proses-proses sosial assosiatif dengan wujud kerja sama, kerap terlihat terutama
pada perayaan-perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, seperti pada perayaan Hari
Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Begitupun pada perayaan hari-hari besar keagamaan
juga kerap terlihat adanya sikap saling membantu diantara anggota masyarakat yang berlainan
etnik. Seperti yang diungkapkan bapak MA di Desa Tanggola dan Puuwiwirano,
mengungkapkan bahwa:

II-61
“Adanya suku-suku pendatang, justru mewarnai kehidupan sosial masyarakat. Walaupun
berbeda budaya, tapi kerjasama terjalin cukup baik dan hal ini nampak pada perayaan
hari-hari besar nasional, seperti peringatan hari kemerdekaan RI, ataupun kerjasama
dalam membangun fasilitas umum.”

Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari,


begitu pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum
responden menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal
mereka yaitu hanya sekitar 12,85%. Sekitar 87,15% responden lainnya menyatakan
bahwa di daerah mereka tidak atau belum pernah terjadi konflik. Menurut pendapat
responden, apabila terjadi konflik umumnya terkait dengan masalah pemuda, ataupun
masalah pemilikan tanah. Namun berbagai konflik yang ada tersebut pada umumnya
dapat diselesaikan dengan baik.

Sifat masyarakat di wilayah studi juga cenderung terbuka ditandai dengan


bentuk penerimaan masyarakat yang ramah terhadap pendatang baru. Hal ini
terkait dengan berbagai aktivitas di sekitar lokasi kegiatan yang berimplikasi
dengan adanya sejumlah pendatang dari luar daerah, baik secara spontan maupun
program transmigrasi lokal.

Pendatang yang berasal dari berbagai suku, membawa dampak kepada tingginya
frekwensi interaksi sosial antara etnik, adaptasi sosialpun tidak bisa dihindari yang
bermuara kepada terjadinya akulturasi budaya dan bahkan asimilasi antara berbagai
suku bangsa. Kemauan untuk saling menerima sebagai kerabat keluarga melalui proses
perkawinan (amalgamasi) semakin memperlancar proses terjadinya asimiliasi di
wilayah studi.

b. Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan Penambangan Nikel oleh


PT. Tiga Cahaya Sejahtera

Sifat manusia pada umumnya cenderung untuk melihat sesuatu yang ada di sekitarnya
pada sisi/nilai kepentingan dirinya. Pandangan yang memandang sesuatu dari sudut kepentingan
tersebut dalam studi AMDAL ini disebut dengan Persepsi. Persepsi masyarakat yang berada di
sekitar Lokasi rencana kegiatan Penambangan

II-62
Bijih Nikel cenderung bersifat subyektif artinya selama kegiatan tersebut tidak
mengganggu kepentingan mereka atau mungkin mendatangkan keuntungan, maka
persepsi mereka akan positif, demikian pula sebaliknya persepsi negatif akan
muncul apabila merugikan kepentingan mereka.

Persepsi masyarakat adalah aspek lingkungan yang sensitif pada setiap


tahap kegiatan karena akan bermuara diterima atau tidaknya proyek di lokasi
tersebut. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan Penambangan Bijih Nikel juga
sangat penting artinya bagi kelangsungan pembangunan proyek tersebut, karena
ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat akan sangat berpengaruh kepada
aktivitas proyek hingga tahap operasional.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 80 responden yang diwawancarai


dengan bantuan kuisioner, sebahagian besar atau 54 responden (67,5%) sudah pernah
mendengar adanya rencana kegiatan tersebut. Sedangkan sisanya yakni 26 responden
(32,5%) sama sekali belum pernah mendengar rencana kegiatan ini. Adapun Sumber
informasi mengenai rencana Penambangan Bijih Nikel tersebut, 33 orang responden
(41,25%) memberikan jawaban, bahwa mengetahui rencana kegiatan tersebut dari aparat
desa, sedangkan 12 responden (22,22%) yang menyatakan sumber informasi rencana
kegiatan tersebut dari pihak perusahaan ketika diadakan survey awal, dan 9 responden
(16,67%) dari penduduk setempat.

Tabel 24 Sumber Informasi Tentang Rencana Penambangan Bijih


Nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera

No Tanggapan Frekwensi %
Pengetahuan responden terhadap rencana

penambangan bijih Nikel:


1
Telah mengetahui 54 67,5
Tdk mengetahui 26 32,5

Jumlah 80 100,00

Sumber Informasi Tentang Rencana penambangan

2 bijih Nikel: 33 41,25

. Aparat Desa - -

II-63
No Tanggapan Frekwensi %

. Aparat Kecamatam dan Kabupaten 12 22,22

. Pihak Perusahaan 9 16,67


. Warga Setempat - -
. LSM

Jumlah 54 100,00
Sumber: Olahan Data Primer 2012.

Mengenai sikap masyarakat tentang rencana kegiatan tersebut cukup beragam, dari 80
responden yang di wawancarai secara umum menyatakan setuju (75,00%) dengan rencana
kegiatan tersebut, dan sebagian lagi (25,00%) memberikan kewenangan kepada Pemda untuk
mengaturnya dengan sejumlah harapan dan saran, seperti yang disampaikan oleh salah seorang
Responden yang menyatakan bahwa:

“Sepanjang memberikan keuntungan terutama lapangan kerja bagi penduduk,


dan keuntungan lainnya bagi peningkatan usaha masyarakat desa, maka masyarakat
tidak akan mempermasalahkannya, bahkan kami sangat bersyukur kalau perusahaan
ini dapat beroperasi”.

Tabel 25 Persepsi Masyarakat Tentang Rencana Penambangan


Bijih Nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera

No Tanggapan Frekwensi %
1 Persepsi Masyarakat:

Setuju 60 75,00

. Tidak setuju - -

Terserah pemerintah 20 25,00

Jumlah 80 100,00

2 Alasan setuju:

Adanya kesempatan kerja 40 66,67

Lahan tidur dapat dioptimalkan 10 16,67

Daerah menjadi maju atau berkembang 7 11,67

II-64
No Tanggapan Frekwensi %

Adanya pemberdayaan masyarakat dari proyek 3 5,00

Jumlah 60 100,00

Sumber: Olahan Data Primer 2012.

Persepsi positif dari masyarakat tersebut terhadap rencana kegiatan penambangan bijih
Nikel tersebut sangat terkait dengan adanya beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat
ditimbulkan dari adanya kegiatan ini. Dari 60 responden yang berpresepsi positif yang
setuju terhadap kegiatan tersebut, 66,67% yang menyatakan bahwa kegiatan Penambangan
Nikel ini akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, khususnya bagi tenaga kerja
lokal atau yang berada di sekitar proyek. Mengenai hal tersebut, seorang responden yang
juga seorang tokoh masyarakat di Desa Tanggola “Musa” (37 tahun, suku Tolaki)
menyatakan bahwa:

“Masuknya perusahaan nikel ini ke wilayah kami, adalah satu rahmat bagi masyarakat di
sekitarnya. Karena dengan demikian diharapkan masyarakat yang ada disekitar proyek
tersebut dapat terserap menjadi tenaga kerja yang tentunya penempatannya nanti akan
disesuaikan dengan kemampuan mereka”.

Sedangkan 16,67% responden yang menyatakan agar supaya lahan tidur dapat
dioptimalkan, 11,67% yang menyatakan meningkatkan pendapatan daerah atau daerah
akan berkembang, dan 5,00% menyatakan akan adanya pemberdayaan masyarakat,
Persepsi masyarakat terhadap lingkungan difokuskan pada penilaian masyarakat terhadap
keberadaan sumber mata air yang berada di kawasan rencana penambangan dan juga
pembuangan limbah. Sumber mata air ini adalah sumber air bersih penduduk yang
dimanfaatkan untuk air minum, mandi dan cuci. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 25
orang responden atau 83,33% menyatakan bahwa pihak proyek harus memperhatikan
keberadaan sumber air tersebut, karena sumber air ini adalah kebutuhan primer penduduk
yang bermukim di sekitar rencana kawasan penambangan. Sedangkan 5 responden atau
16,67% menyarankan agar sistem pengelolaan limbah buangan harus diperhatikan secara
serius, agar tidak berdampak kepada lingkungan tempat tinggal mereka.

II-65
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah salah satu komponen yang penting dalam kajian
AMDAL rencana proyek pertambangan bijih nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera tersebut,
karena beberapa aktivitas proyek ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
masyarakat yang bermukim di sekitar areal tapak proyek, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kegiatan yang dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan antara lain diakibatkan menurunnya tingkat kualitas sanitasi lingkungan,
kualitas udara dan kebisingan, masalah ketersediaan air bersih, dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai jenis penyakit sehingga menganggu kesehatan manusia. Adapun
fokus kajian kesehatan masyarakat adalah meliputi aspek sanitasi lingkungan, insidensi
dan prevalensi penyakit, serta ketersediaan tenaga paramedis di wilayah studi.

a. Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih

Dalam hal kebersihan lingkungan, hasil pengamatan di wilayah studi, menunjukkan


bahwa pada umumnya penduduk membuang sampah di halaman belakang rumah lalu
dibakar, sedangkan Saluran Pembuangan Air Limbah umumnya (41,27%) penduduk di
wilayah studi mempunyai Saluran pembuangan limbah terbuka dan 4,29% dengan
saluran pembuangan limbah tertutup, sedangkan selebihnya (54,44%) belum
mempunyai Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga (limbah domestic).
Pembuangan limbah terbuka adalah pembuangan limbah rumah tangga yang dibiarkan
saja mengalir di belakang rumah. Hal ini tentu saja tidak sehat, karena genangan air,
disamping mengeluarkan bau yang tidak sedap juga menjadi sarang nyamuk.

Sumber air bersih penduduk di wilayah studi berasal dari beberapa mata air di pegunungan
di sekitar lokasi penambangan dan ada juga air sumur gali yang ada di rumah-rumah
penduduk dan dialirkan melalui perpipaan ke rumah-rumah penduduk. Mata air ini,
bersumber dari kawasan hutan di sekitar permukiman penduduk. Penggunaan air bersih
tersebut, selain untuk air minum, juga digunakan untuk mandi cuci dan kakus (MCK).
Sebagian kecil penduduk di wilayah studi masih

II-66
memanfaatkan sungai baik mandi, cuci dan untuk membuang hajat (air besar),
namun pada umumnya penduduk sudah memiliki jamban keluarga, yang dibuat
secara pribadi.

Air bersih yang dikonsumsi oleh penduduk cukup jernih, tidak berbau dan tidak berubah
warna kendati hujan. Oleh sebab itu, Hasil wawancara dari tenaga medis diketahui bahwa
penduduk belum pernah menderita suatu penyakit apapun dikarenakan oleh sumber air
mereka. Untuk pemilikan jamban keluarga, dari 34-50% Rumah Tangga sudah memiliki
jamban keluarga, walaupun belum sesuai standar kesehatan. Sedangkan sisanya
memanfaatkan sungai ataupun semak belukar di sekitar permukiman mereka untuk
membuang hajat (air besar).

b. Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Paramedis.

Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah sekitar studi masih sangat terbatas, untuk
kecamatan Routa khususnya di lokasi studi tidak terdapat puskesmas di Desa
Tanggola dan Puuwiwirano, untuk mendapatkan layanan kesehatan (puskesmas),
masyarakat kedua desa tersebut harus ke desa Parudongka.

c. Insidensi dan Prevalensi Penyakit.

Keadaan kesehatan penduduk dapat digunakan dalam memberikan gambaran


tentang status kesehatan penduduk pada umumnya. Dalam kaitannya dengan
upaya peningkatan kesejahteraan, maka status kesehatan memberikan pengaruh
pada tingkat produktivitas penduduk.

Berdasarkan data dari Puskesmas terdekat dari wilayah studi yaitu Puskesmas Tanggola
dan Puuwiwirano di ibukota Kec. Routa tahun 2012, diperoleh informasi bahwa prevalensi
penyakit yang diderita oleh penduduk di sekitar wilayah studi umumnya adalah penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Bagian Atas (ISPA), Gastritis, Hipertensi, Penyakit kulit infeksi dan kulit
alergi, Rheumatik, Gangguan Gigi, Ruda Paksa, Diare, Anemia dan Asma. Pengamatan terhadap
jenis penyakit yang dominan diderita oleh masyarakat di wilayah studi memiliki pola yang relatif
sama, yakni penyakit ISPA, Hipertensi, dan Gastritis adalah penyakit yang menempati posisi tiga

II-67
besar. Berikut akan disajikan distribusi 10 penyakit terbesar yang diderita oleh
masyarakat di sekitar wilayah studi.

Tabel 26 Distribusi 10 penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas


Parudongka Tahun 2012
Bulan
No Nama Penyakit Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 ISPA 283 251 236 207 202 200 194 170 190 208 265 175 2581 35,15%

2 Gastritis 103 76 91 89 105 118 77 92 92 96 79 17 1035 14,10%

3 Hypertensi 100 84 80 63 78 73 55 61 61 64 73 38 830 11,30%

4 Peny.Kulit/Alergi 73 100 76 46 73 56 63 50 82 64 47 15 745 10,15%

5 Rheumatik 55 69 37 50 59 59 45 43 67 53 48 6 591 8,05%

6 Gangguan Gigi 61 53 48 53 47 64 38 37 25 34 19 7 486 6,62%

7 Ruda Paksa 27 32 42 40 35 30 26 27 34 30 15 5 343 4,67%

8 Diare 31 32 17 28 17 16 15 20 18 17 24 22 257 3,50%

9 Anemia 24 33 21 25 29 20 19 17 20 19 11 10 248 3,38%

10 Asma 28 28 21 10 8 15 14 11 23 32 25 12 227 3,09%

Total 785 758 670 611 653 651 546 528 612 617 606 307 7343 100%

Sumber: Puskesmas Parudongka, Tahun 2012

Dari penyajian Tabel 26 di atas, menunjukkan bahwa jenis penyakit yang


paling banyak diderita oleh penduduk adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Bagian Atas (ISPA) dengan jumlah kasus 2.581 atau 35,15%, kemudian penyakit
Gastritis 1.035 kasus atau 14,10%, dan posisi ketiga adalah Hipertensi sebanyak 830
kasus atau 11,30%. Sedangkan penyakit kulit infeksi dan kulit alergi, Rheumatik,
Gangguan Gigi, Ruda Paksa, Diare, Anemia dan penyakit Asma masing-masing 745
(10,15%), 591 (8,05%), 486 (6,62%), 343 (4,67%), 257 (3,50%), 248 (3,38%), dan
227 (3,09%) kasus.

II-68
Gambar 19. Grafik Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Sekitar Wilayah Studi

40
35.15
35
30
25
20
14.1
15 11.3 10.15
10 8.05 6.62
4.67
5 3.5 3.3 3

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Puskesmas setempat, diperoleh


informasi bahwa terjangkitnya beberapa penyakit tersebut di atas diantaranya
disebabkan oleh kebiasaan hidup sehat masyarakat masih minim serta tingkat
pengetahuan masyarakat tentang penyakit juga masih kurang. Untuk
mengantisipasi meningkatnya penyakit tersebut, Puskesmas Parudongka di Kec.
Routa telah menyediakan obat-obatan yang cukup. Beberapa penyakit berjangkit
pada musim-musim tertentu, seperti halnya penyakit kulit infeksi/kulit alergi dan
diare yang berjangkit pada musim penghujan dan penyakit ISPA berjangkit pada
musim kemarau.

2.2. Kegiatan Lain Disekitar Lokasi Pertambangan

Beberapa kegiatan yang telah ada disekitar lokasi kagiatan yang mempunyai
keterkaitan langsung dengan lokasi penambangan. Kegiatan penambangan diprakirakan
akan menimbulkan dampak terhadap kegiatan tersebut diatas.

1. Penurunan produksi pertanian, hal ini disebabkan karena daerah lokasi


penambangan yang merupak salah satu daerah peyangga untuk
ketersediaan air bagi kegiatan perkebunan, sehingga dengan kegiatan
penambangan diprakirakan akan menurunkan debit air.

II - 69
2. Penurunan luasan kawasan hutan sebagai kawasan penyangga dan sumber
air untuk beberapa didaerah sekitarnya

3. Penurunan derajat kesehatan masyarakat khususnya pemukiman yang


dekat dengan lokasi penambangan. Hal ini disebabkan meningkatnya
partikel debu dan kebisingan dari akibat aktivitas kendaraan alat berat saat
melakukan penambangan dan kegiatan lainya seperti pemuatan dan
pengangkutan bahan tambang.

Sedangkan Lokasi Rencana Penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera


berdekatan dengan beberapa Perizinan Tambang lainya disekitarnya.

Gambar 20. Kegiatan Lain di Sekitar Wilayah Study

II-70
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Prakiraan dampak penting pada dasarnya adalah untuk memprakirakan besaran


dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan dampak (important). Besar dampak akan
dihitung secara kuantitatif dengan menggunakan metode matriks sederhana, yang dapat
memberikan gambaran besaran dampak dalam nilai skala kualitas lingkungan, yang
merupakan selisih antara Skala Kualitas Lingkungan Saat Kegiatan Berlangsung (SKLP)
dengan Skala Kualitas Rona Lingkungan Hidup Awal (SKLRLA). Secara matematis
sederhana dirumuskan sebagai berikut:

Prakiraan besaran dampak = SKLp – SKLRLA

dengan SKLp= skala kualitas lingkungan hidup saat kegiatan berlangsung dan
SKLRLA= skala kualitas lingkungan hidup saat rona lingkungan hidup awal.

Perhitungan prakiraan besaran dampak setiap rencana kegiatan terhadap setiap


komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak merupakan selisih antara
kualitas lingkungan hidup saat kegiatan berlangsung dengan kualitas lingkungan hidup awal.
Skala kualitas lingkungan dari setiap dampak penting hipotetis pada komponen Fisik- Kimia
diperoleh melalui hasil analisis untuk kemudian ditetapkan atau dikonversikan kedalam
besaran skala kualitas lingkungan dengan mengacu pada peraturan atau pedoman formal
yang berlaku.

Penetapan skala kualitas lingkungan pada komponen Biologi dilakukan melalui


hasil analisis dan professional judgement yang diantaranya mengacu pada metode
Shannon-Wiener.mPenetapan skala kualitas lingkungan pada komponen sosial dan
kesehatan masyarakat dilakukan menggunakan professional judgement dan mengadopsi
atau menganalogikan dengan pedoman formal yang telah disesuaikan dengan kondisi
lingkungan setempat. Skala Kualitas Lingkungan (SKL) dibedakan atas 5 (lima) skala,
yaitu:

1. Skala 1 = sangat buruk;

III-1
2. Skala 2 = buruk;

3. Skala 3 = sedang;

4. Skala 4 = baik; dan

5. Skala 5 = sangat baik.

Angka prakiraan besaran dampak yang diperoleh berkisar antara angka 1 (satu)
sampai dengan 4 (empat), dengan kriteria besaran dampak sebagai berikut:

1.Selisih kualitas lingkungan (+/-) 1 = Dampak positif/negatif kecil.

2. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 2 = Dampak positif/negatif sedang.

3. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 3 = Dampak positif/negatif besar.

4. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 4 = Dampak positif/negatif sangat besar.

Penetapan sifat penting dampak, didasarkan pada Pasal 22 Ayat 2 Undang-Undang


No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penetapan sifat penting dampak dikelompokkan ke dalam dampak penting (P) dan
tidak penting (TP) pada masing-masing kriteria penting dampak. Adapun kriteria
penting (P) dan tidak penting (TP) pada ke tujuh kriteria dampak penting tersebut
adalah sebagai berikut:

1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak

2) Luas wilayah persebaran dampak

3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak

5) Sifat kumulatif dampak

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Hasil analisis prakiraan dampak menunjukkan bahwa pada tahap penambangan nikel pada
tahap persiapan terdapat 8 (delapan) jenis kegiatan yang diprakirakan menimbulkan
dampak pada lingkungan hidup yaitu perizinan lokasi sosialisasi,

III-2
eksplorasi dan survey lahan, pembebasan lahan, pembersihan lahan, pembangunan sarana
prasarana, mobilisasi peralatan, dan penerimaan tenaga kerja. Pada tahap operasi
penambangan terdapat 6 (enam) jenis kegiatan yang potensial menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup yaitu pengupasan tanah pucuk, penggalian, pemindahan dan
penimbunan tanah penutup, penambangan, pengangkutan, penimbunan kemlai tanah
penutup dan reklamasi dan revegtasi setiap blok. Tahap pasca operasi penambangan
terdapat 5 (lima) jenis kegiatan yaitu penutupan tambanag, reklamasi/rehabilitasi tambang,
pemutusan hubungan kerja dan pemindahan dan pembongkaran sarana tambang dan
penyerahan aset.

Tabel 27 Kriteria Penentuan Penting (P) atau Tidak Penting (TP)

Semua parameter penentu tingkat kepentingan dampak pada dasarnya mempunyai

kedudukan sama dalam menentukan tingkat kepentingan dampak. Dengan

III-3
demikian, masing - masing parameter tersebut diberi bobot yang sama masing-masing
=1. Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika:

1. Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan

2. Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan


lingkungan tetapi:

a. Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum.

b. Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum

3. Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran

Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis
dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang
ditetapkan berdasarkan kriteria sederhana berikut:

1. Apabila P = 1 dan P tersebut adalah kriteria No. 1 (jumlah manusia terkena


dampak), untuk semua besaran baik positif (+) maupun negatif (-), maka
termasuk dampak penting (DP).

2. Apabila P > 3 dan besaran dampak >2, maka termasuk dampak penting (DP)

3. Apabila Besaran Dampak melebihi BML, maka termasuk dampak penting (DP)

4. Diluar ketiga kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak
penting dantidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan
dampak penting yang dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan
dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan lingkungan.

Selain itu, dalam melakukan telaahan tersebut di atas akan diperhatikan pula dampak
yang bersifat langsung dan atau tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan secara langsung oleh adanya rencana kegiatan. Sedang dampak tidak langsung
adalah dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya suatu komponen lingkungan hidup
adalah dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya suatu komponen lingkungan hidu
dan/atau kegiatan primer oleh adanya rencana

III-4
kegiatan. Dalam kaitan ini maka akan diperhatikan mekanisme aliran dampak
pada berbagai komponen lingkungan hidup sebagai berikut:

1. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada


komponen sosial;

2. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada


komponen fisika kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak
lanjutan berturut-turut terhadap komponen biologi dan sosial;

3. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada


komponen biologi, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan
pada komponen sosial;

4. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada aspek fisik-
kimia dan selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen sosial;

5. Dampak penting berlangsung saling berantai diantara komponen sosial itu


sendiri;

6. Dampak penting pada butir 1,2,3 dan 4 yang telah diutarakan selanjutnya
menimbulkan dampak balik pada rencana kegiatan.

3.1. PRAKIRAAN BESAR DAMPAK

Berdasarhan uraian di bab-bab sebelumnya, maka dampak-dampak


penting hipotetik (DPH) yang di hasilkan dari Rencana Kegiatan Usaha
Penambangan Bijih Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera disimpulkan sebagai berikut:
maka dapat diketahui Dampak Penting hipotetik sebagai berikut:

a) Tahap Pra-Konstruksi:

Sosial Budaya: Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses social

b) Tahap Tahap Konstruksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara,


Kebisingan, Hidrologi (run off), Erosi Tanah
2) Transportasi: Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan

III-5
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.

4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan


proses- proses social
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan

c) Tahap Operasi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off),


Erosi Tanah, Kualitas Udara, Kebisingan.
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar

4) Sosekbud: Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat,


Kesempatan Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3

d) Tahap Pasca Produksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi


Tanah, dan Perbaikan Kualitas Air
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi: Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat

3.2. BESAR DAMPAK DAN SIFAT PENTING DAMPAK

3.2.1 Prakiraan Besar Dampak

Prakiraan besaran dampak ini hanya untuk kegiatan yang menimbulkan dampak
penting hipotetik saja. Dalam menentukan prakiraan besaran dampak, telah dibuat
penilaian terhadap kondisi lingkungan sekarang (pada saat studi), kondisi lingkungan yang
akan datang tanpa proyek dan kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek.
Kemudian dibuat juga batasan-batasan angka/skala dari besaran dampak untuk selanjutnya
ditentukan tingkat besarnya dampak baik kondisi lingkungan maupun tingkat besarnya
dampak. Skala penilaian terhadap kondisi lingkungan dan prakiraan besaran dampak telah
ditetapkan sebagai berikut.

III-6
Kondisi Lingkungan Prakiraan Dampak Penting

Skala Nilai Skala Nilai


1 Sangat Jelek 1 Sangat kecil
2 Jelek 2 Kecil
3 Sedang 3 Sedang
4 Baik 4 Besar
5 Sangat baik 5 Sangat besar

Batasan kriteria penilaian dampak penting hipotetik untuk masing- masing


komponen kegiatan telah dijelaskan dan diuraikan pada dokumen Kerangka Acuan
AMDAL. Suatu kegiatan dinyatakan mempunyai dampak penting apabila selisih
antara kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek dikurangi dengan
kondisi lingkungan yang akan datang tanpa proyek memiliki skala nilai minimal 3
(kualitas lingkungan sedang).

Berdasarkan rencana kegiatan penambangan nikel di Kec. Routa Kabupaten Konawe,


serta kondisi rona lingkungan hidup awal, maka kegiatan penambangan, baik pada tahap
persiapan, operasi, dan pasca operasi, diprakirakan akan menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan, baik dampak yang sifatnya positif (bermanfaat) maupun negatif
(merugikan). Prakiraan besaran dampak untuk setiap komponen kegiatan akan diuraikan
sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan

1. Prakiraan besar dampak kegiatan Perizinan

Kegiatan perizinan diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap sub


komponen lingkungan sosial ekonomi yaitu peningkatan PAD Kabupaten Konawe.
PAD tersebut berasal dari retribusi dengan diterbitkanya izin eksplorasi
penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera.

Sebagian besar lokasi penambangan merupakan hutan produksi sehingga untuk


pemanfaatanya harus mendapatkan izin pinjam pakai kawasan dari Menteri Kehutanan
Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku dan untuk lokasi

III-7
yang berada di dalam hutan lindung akan tetap dipertahankan. Besar dampak
pembebasan lahan dan pengurusan izin ini disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Perizinan

Tingkat
Skala kualitas tanpa Kondisi Besar dampak besaran
kegiatan y.a.d
No Parameter dampak
dengan
Kondisi Kondisi kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
B. Komponen Sosial Ekonomi
1. PAD 3 3 4 1 (+) 2
2. Kepemilikan 2 3 1 2
(-) 3
lahan

2. Prakiraan besar dampak kegiatan sosialisasi

Rencana kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera dapat menimbulkan
presepsi negatif dan positif masyarakat. tetapi berdasarkan hasil sosialisasi pihak PT. Tiga
Cahaya Sejahtera pada masyarakat Kec. Routa Kabupaten Konawe, umumnya masyarakat
memberikan dukungan hal ini ditunjukkan dengan dukungan yang diberikan kepada PT. Tiga
Cahaya Sejahtera untuk melakukan kegiatanya, namun demikian apabila sosialisasi tidak
dilakukan secara terus menerus dengan memperhatikan saran dan tanggapan masyarakat, dapat
memicu keresahan dan ketidak senangan masyarakat terhadap kegiatan PT. Tiga Cahaya
Sejahtera di desa mereka. Besar dampak kegiatan sosialisasi ini disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Sosialisasi

Skala kualitas tanpa Kondisi Besar


Tingkat
kegiatan y.a.d dampak
No Parameter besaran
Kondisi Kondisi dengan
+ - dampak
sekarang y.a.d kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Budaya
1. Persepsi thd
4 5 5 1 (+) 2
proyek

III-8
Skala kualitas tanpa Kondisi Besar
Tingkat
kegiatan y.a.d dampak
No Parameter besaran
Kondisi Kondisi dengan
+ - dampak
sekarang y.a.d kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
2. Keresahan
4 5 4 1 (-) 2
masyarakat
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang.

3. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Eksplorasi dan Survey

Kegiatan eksplorasi dan survey akan menimbulkan dampak positif terhadap


komponen lingkungan sosial ekonomi yaitu terbukanya peluang kerja masyarakat,
dimana perusahaan telah berkomitmen untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal
dalam kegiatanya berdasarkan persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
melakukan penyelidikan dan investigasi kondisi lapangan seperti survey
topografi/teresiterial, investigasi geoteknik untuk rencana proyek yang membutuhkan
beberapa orang tenaga kerja.

Namun demikian apabila tenaga kerja yang direkrut bukan dari sekitar
masyarakat maka akan menimbulkan kecemburuan sehingga akan menimbulkan tindakan
kriminal dan sejenisnya yang dapat menghambat kegiatan PT. Tiga Cahaya Sejahtera.
Besar dampak kegiatan penerimaan ini disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan eksplorasi dan Survey

Tingkat
Skala kualitas tanpa Kondisi
Besar dampak besaran
kegiatan y.a.d
No Parameter dampak
dengan
Kondisi Kondisi
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Ekonomi
1. Kesempatan 3 4 5 1 (+) 2
kerja
2. Pendapatan 3 4 5 1 (+) 2
masyarakat
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

III-9
4. Prakiraan besar dampak pembebasan lahan

Kegiatan pembebasan lahan diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap


sub komponen lingkungan sosial budaya yaitu persepsi masyarakat dan kriminal dan
juga menimbulkan dampak terhadap sub komponen lingkungan ekonomi yaitu
pendapatan masyarakat. Pengurusan pembebasan lahan yang lambat dapat
menimbulkan presepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan penambangan
oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera, dengan makin lambatnya pengurusan perizinan maka
kepercayaan masyarakat akan pelaksanaan kegiatan penambangan akan semakin
menurun.

Untuk kegiatan pembebasan lahan diprakirakan akan menimbulkan dampak


terhadap komponen lingkungan sosial budaya yaitu persepsi masyarakat, kriminal
dan sub komponen ekonomi yaitu peningkatan pendapatan masyarakat melalui
ganti rugi lahan oleh pihak pemrakarsa.

Hal ini dimungkinkan terjadi apabila lahan yang diproyeksikan sebagai lokasi
proyek dianggap sebagai lahan milik. Apabila sistem ganti rugi tidak dilakukan secara
baik oleh pemrakarsa dapat menyebabkan tindak kriminal oleh masyarakat. Besar
dampak pembebasan lahan disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pembebasan Lahan

Skala kualitas tanpa Kondisi


Besar dampak Tingkat
kegiatan y.a.d
No Parameter besaran
Kondisi Kondisi dengan
+ - dampak
sekarang y.a.d kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Budaya
1. Persepsi thd 4 3 2 2 (-) 3
proyek
2. Keresahan 5 4 3 2 (-) 2
masyarakat
B. Komponen Sosial Ekonomi
3. Penghasilan 3 3 4 1 (+) 2
keluarga
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

III - 10
5. Prakiraan besar dampak kegiatan pembersihan lahan

Kegiatan pembersihan lahan dapat menyebabakan hilangnya vegetasi/flora


yang merupakan habitat beberapa jenis fauna. Dampak turunan dari hilngnya flora
ini adalah terhadap kehadiran fauna. Dampak sekunder lainnya berupa
peningkatan temperatur dan penurunan kelembaban. Selain itu kegiatan
pembersihan lahan menggunakan lat-alat berat seperti buldozer yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara yaitu peningkatan kebisingan
dan peningkatan partikel debu.

Daerah penambangan yang dijadikan sebagai tempat pembangunan sarana


prasarana penunjang terdiri atas penggunaan lahan semak belukar. Kegiatan
pembersihan lahan untuk kegiatan tersebut menambah luas lahan yang tidak
bervegetasi (lahan terbuka) menyebabkan perubahan penutupan permukaan tanah dari
bervegetasi menjadi tak bervegetasi. Akibatnya jumlah air hujan yang terserap ke
dalam tanah jauh lebih sedikit dibanding air yang mengalir di permukaan tanah dan
menyebabkan terjadinya aliran permukaan dan erosi yakni menaikkan jumlah tanah
yang terangkut bersama air.

Jumlah tanah yang tererosi dapat diprediksi dengan menggunakan metode


USLE menurut persamaan: A = R. K. L. S.C.P (Arsyad, 1989, Asdak, 2002), hasil
prediksi erosi rona awal sebesar 564,1 ton/ha/tahun.

Kegiatan pembersihan lahan diprakirakan akan menimbulkan dampak


terhadap:

1. Komponen Biologi yaitu makin menurunnya keragaman vegetasi alami,


tanaman budidaya masyarakat dan fauna liar.

2. Komponen iklim mikro yaitu peningkatan temperatur dan penurunan


kelembaban,

3. Komponen Lingkungan kualitas udara yaitu peningkatan kebisingan dan


partikel debu.

4. Komponen Tanah yaitu peningkatan aliran permukaan dan erosi

III - 11
5. Komponen Kualitas Air yaitu kualitas air Permukaan

6. Komponen Kesehatan Masyarakat yaitu derajat kesehatan masyarakat akibat


penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dan peningkatan
kecelakaan akibat kerja

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan pembersihan


lahan disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pembersihan Lahan

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Biologi
1. Vegetasi
4 4 1 3 (-)4
Alami
2. Vegetasi
3 1 1 2 (-)3
budidaya
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Fauna Liar 4 4 1 3 (-)4
B. Komponen Kualitas Udara
4. Kebisingan 5 4 2 3 (-)4
5. Partikel debu 5 4 2 3 (-)4
C. Komponen Tanah
6. Erosi 4 3 1 3 (-)4
D. Komponen Kualitas Air
7. Kualitas Air
sungai
Pantagoa,
Sungai
Episodik di 5 3 2 3 (-)4
dalam Lokasi
Penambanga
n dan Muara
Teluk Asera
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
8. Derajat
kesehatan 3 2 2 1 (-)2
masyarakat
9. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

III - 12
6. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana

Kegiatan pembangunan sarana penunjang dapat menyebabkan hilangnya


vegetasi/flora yang merupakan habitat beberapa jenis fauna. Dampak turunan dari
hilangnya flora ini adalah terhadap kehadiran fauna. Dampak sekunder lainnya
berupa peningkatan temperatur dan penurunan kelembaban. Daerah penambangan
yang dijadikan sebagai tempat pembangunan sarana prasarana penunjang akan
menambah luas lahan yang tidak bervegetasi (lahan terbuka) sehingga dapat
meningkatkan erosi.

Kegiatan pembangunan sarana penunjang diprakirakan akan menimbulkan


dampak terhadap:

1. Komponen biologi yaitu makin menurunya keragaman vegetasi alami, dan


fauna darat.

2. Komponen tanah yaitu peningkatan aliran permukaan dan erosi

3. Komponen kesehatan masyarakat yaitu derajat kesehatan masyarakat dan K3

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan


pembangunan sarana penunjang disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan


Pembangunan Sarana Penunjang

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Biologi
1. Vegetasi
4 4 1 3 (-) 4
Alami
2. Fauna Liar 4 4 1 3 (-) 4
B. Komponen Tanah
3. Erosi 4 3 1 3 (-) 4
D. Kesehatan masyarakat
4. Derajat
kesehatan
masyarakat
5. K3 5 5 3 2 (-)3

III - 13
7. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Mobilisasi Peralatan

Kegiatan ini akan berdampak primer terhadap kerusakan jalan. Jalan yang akan
dilalui kendaraan ini merupakan jalan kabupaten yang kondisi saat ini cukup baik.
Aktivitas pengangkutan peralatan yang dibutuhkan selama proses penambangan oleh PT.
Tiga Cahaya Sejahtera akan menggunakan jalan tersebut.

Kegiatan mobilisasi peralatan diprakirakan akan menimbulkan dampak


terhadap:

1. Komponen lingkungan kualitas udara yaitu peningkatan tingkat kebisingan dan


peningkatan partikel debu.

2. Komponen Kesehatan masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya kebisingan


dan meningkatnya partikel debu di udara dan peningkatan kecelakaan akibat
kerja.

Besar dampak komponen lingkungan akibat kegiatan mobilisasi alat dan


material disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Mobilisasi Peralatan

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Kualitas Udara
1. Tingkat
5 5 3 2 (-)3
Kebisingan
2 Peningkatan
5 4 3 2 (-)3
partikel debu
B. Kesehatan masyarakat
3. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
4. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

III - 14
8. Prakiraan besar dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja

Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan menimbulkan dampak positif


terhadap komponen lingkungan sosial budaya yaitu persepsi masyarakat terhadap
proyek, dan mobilisasi penduduk ke daerah tapak proyek akan menimbulkan
dampak positif terhadap komponen lingkungan ekonomi yaitu terbukanya peluang
usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Kegiatan penerimaan kerja akan menimbulkan peningkatan kesempatan kerja bagi


masyarakat sekitar rencana lokasi penambangan, tetapi apabila tenaga kerja yang direkrut
bukan dari sekitar masyarakat maka akan menimbulkan kecemburuan sehingga akan
menimbulkan tindakan kriminal dan sejenisnya yang dapat menghambat kegiatan
penambangan oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera. Besar dampak kegiatan penerimaan tenaga
kerja ini disajikan pada Tabel 35.

Tabel 35 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja

Skala kualitas tanpa Kondisi


Besar dampak Tingkat
kegiatan y.a.d
No Parameter besaran
Kondisi Kondisi dengan
+ - dampak
sekarang y.a.d kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Budaya
1. Persepsi thd 4 4 3 1 (+) 2
proyek
2. Keresahan 5 5 4 1 (-) 2
masyarakat
B. Komponen Sosial Ekonomi
3. Kesempatan 3 4 5 1 (+) 2
kerja/Sumber
mata
pencaharian
4. Penghasilan 3 3 5 2 (+) 3
keluarga
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

B. Tahap Operasi penambangan

1. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk

Kegiatan pengupasan tanah pucuk menggunakan alat-alat berat. Kegiatan ini akan
berdampak primer terhadap komponen lingkungan kualitas udara yaitu

III - 15
peningkatan debu dan kebisingan, selain itu akan berpengaruh terhadap pada komponen
fisiografi yaitu yaitu perubahan bentuk wilayah dan kelerengan, komponen lingkungan
tanah yaitu meningkatnya aliran pemukaan dan erosi tanah dan perubahan kualitas air
pada badan air terutama kualitas air sungai Pantagoa dan Anak Sungai yang bermuara
Teluk Sampabatuo yaitu meningkatnya kekeruhan dan TDS, TSS, dan komponen biologi
yaitu biologi perairan yaitu menurunnya biota perairan baik plankton, bentos maupun
nekton.

Hilangnya lapisan tanah permukaan dan dampak primer dari pengupasan


adalah hilangnya lapisan tanah pucuk. Pada saat hujan turun terjadi pengangkutan
tanah timbunan bersama aliran air menuju ke perairan terdekat akibatnya sedimen
meningkat dan terjadi penurunan kualitas air dan pada gilirannya berdampak pada
biota perairan.

Dampak sekunder dari peningkatan debu dan kebisingan terhadap


perubahan pola penyakit.

Kegiatan pengupasan tanah pucuk diprakirakan akan menimbulkan


dampak terhadap:

1. Komponen kualitas udara yaitu meningkatnya kebisingan, partikel debu di


udara akibat penggunaan alat-alat berat.

2. Komponen fisografi yaitu berubahnya bentuk wilayah dan kelerengan

3. Komponen tanah yaitu akibat pengupasan tanah pucuk menyebabakan


ketebalan lapisan top soil makin berkurang aatau bahkan hilang, berimplikasi
pada kehilangan bahan organik tanah, dan meningkatnya laju aliran
permukaan dan meningkatnya erosi.

4. Komponen kualitas air yaitu menurunya kualitas air permukaan.

5. Komponen biologi yaitu plankton dan benthos

6. Komponen Kesehatan Masyarakat yaitu derajat kesehatan masyarakat dan K3.

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan pengupasan


tanah pucuk disajikan pada Tabel 36.

III - 16
Tabel 36 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Kualitas Udara
1. Kebisingan 5 4 3 2 (-)3
Peningkatan
2. 5 4 3 2 (-)3
debu
B. Komponen Fisiografi
3. Bentuk
Wilayah dan 4 4 1 3 (-)4
kelerengan
C. Komponen Tanah
4. Erosi 4 3 1 3 (-)4
D. Komponen Kualitas Air
5. Kualitas
5 4 2 3 (-)4
badan air
E. Komponen Biologi
6. Plankton 4 4 3 1 (-)2
7. Benthos 4 4 3 1 (-)2
F. Komponen Kesehatan Masyarakat
8. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
9. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

2. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penggalian, Pemindahan Dan Penimbunan


Tanah Penutup

Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup menggunakan


alat-alat berat. Kegiatan ini akan berdampak primer terhadap komponen lingkungan
kualitas udara yaitu peningkatan debu dan kebisingan, selain itu akan berpengaruh
terhadap pada komponen fisiografi yaitu yaitu perubahan bentuk wilayah dan kelerengan,
komponen lingkungan tanah yaitu ketebalan lapisan solum tanah, bahan organik,
meningkatnya aliran pemukaan dan erosi tanah dan perubahan kualitas air pada badan air
terutama pada kualitas air Alaa Solo dan sungai-sungai disekitarnya yaitu meningkatnya
kekeruhan dan TDS, TSS, dan

III - 17
komponen biologi yaitu biologi perairan yaitu menurunnya biota perairan baik
plankton, bentos maupun nekton.

Hilangnya lapisan tanah permukaan dan dampak primer dari pengupasan dan
penimbunaan adalah hilangnya lapisan tanah yang subur. Pada saat hujan turun terjadi
pengangkutan tanah timbunan bersama aliran air menuju ke Muara Teluk Sampabatuo
akibatnya sedimen meningkat dan terjadi penurunan kualitas air permukaan dan pada
gilirannya berdampak pada biota perairan.

Dampak sekunder dari peningkatan debu dan kebisingan terhadap


perubahan pola penyakit.

Kegiatan pengupasan tanah pucuk diprakirakan akan menimbulkan


dampak terhadap:

1. Komponen kualitas udara yaitu meningkatnya kebisingan, partikel debu di


udara akibat penggunaan alat-alat berat.

2. Komponen fisografi yaitu berubahnya bentuk wilayah dan kelerengan

3. Komponen tanah yaitu akibat pengupasan tanah pucuk menyebabakan


ketebalan lapisan top soil makin berkurang aatau bahkan hilang, berimplikasi
pada kehilangan bahan organik tanah, dan meningkatnya laju aliran
permukaan dan meningkatnya erosi.

4. Komponen kualitas air yaitu menurunya kualitas air sungai Permukaan

5. Komponen biologi yaitu plankton, benthos dan nekton

6. Komponen kesehatan masyarakat yaitu derajat kesehatan masyarakat dan K3.

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan pengupasan


tanah pucuk disajikan pada Tabel 37.

III - 18
Tabel 37 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penggalian, Pemindahan
dan Penimbunan Tanah Penutup
Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Kualitas Udara
1. Kebisingan 5 4 3 2 (-)3
Peningkatan
2. 5 4 3 2 (-)3
debu
B. Komponen Fisiografi
3. Bentuk
Wilayah dan 4 4 1 3 (-)4
kelerengan
C. Komponen Tanah
4. Erosi 4 3 1 2 (-)3
D. Komponen Kualitas Air
5. Kualitas air
5 4 3 2 (-)3
permukaan
E. Komponen Biologi
6. Plankton 4 4 3 1 (-)2
7. Benthos 4 4 3 1 (-)2
F. Komponen Kesehatan Masyarakat
8. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
9. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang’

3. Prakiraan besar dampak kegiatan penambangan

Kegiatan penambangan nikel dalam prosesnya menggunakan alat-alat berat.


Kegiatan ini akan berdampak primer terhadap komponen lingkungan kualitas udara yaitu
peningkatan kebisingan dan debu, selain itu akan berpengaruh terhadap pada komponen
fisiografi yaitu yaitu perubahan bentuk wilayah dan kelerengan, komponen lingkungan
tanah yaitu ketebalan lapisan, bahan organik dan erosi, meningkatnya erosi tanah akan
menyebabkan perubahan pada badan air Alaa Solo yaitu peningkatan kekeruhan, TDS, TSS
dan komponen biologi yaitu biologi perairan yaitu menurunya kelimpahan plankton dan
benthos.

III - 19
Hilangnya lapisan tanah permukaan dan dampak primer dari pengupasan dan
penimbunaan adalah hilangnya lapisan tanah yang subur. Pada saat hujan turun terjadi
pengangkutan tanah timbunan bersama aliran air menuju ke sungai terdekat akibatnya
sedimen meningkat dan terjadi penurunan kualitas air Alaa Solo di Muara Teluk
Sampabatuo pada gilirannya berdampak pada biota perairan. Selain itu kegiatan
penambangan dengan menggunakan tenaga lokal maka akan meningkatakan penghasilan
keluarga yang bekerja pada front penambangan.

Dampak sekunder dari peningkatan kebisingan dan debu terhadap


perubahan pola penyakit. Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat
kegiatan penambangan disajikan pada Tabel 38.

Tabel 38 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penambangan Nikel

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Kualitas Udara
1. Kebisingan 5 5 3 2 (-)3
Peningkatan (-)3
2. 5 5 3 2
debu
B. Komponen Fisiografi
3. Bentuk
Wilayah dan 4 3 1 3 (-)4
kelerengan
C. Komponen Tanah
4. Erosi 4 3 1 3 (-)4
D. Komponen Kualitas Air
5. Kualitas Air
Alaa Solo dan
Kali Episodik
di dalam
Lokasi 5 3 1 4 (-)5
Penambanga
n dan Muara
Teluk
Sampabatuo
E. Komponen Biologi
6. Plankton 4 3 1 3 (-)4
7. Benthos 4 3 1 3 (-)4
F. Komponen Kesehatan Masyarakat

III - 20
Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
8. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
9. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

4. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pengangkutan

Penggunaan dump truck yang beropersi 8 jam sehari akan berdampak pada
peningkatan tingkat kebisingan dan peningkatan partikel debu dan komponen
Kesehatan masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya kebisingan dan meningkatnya
partikel debu di udara. Besar dampak komponen lingkungan akibat kegiatan
pengkutan disajikan pada Tabel 39.

Tabel 39 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan pengangkutan

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Kualitas Udara
1. Tingkat
5 5 3 2 (-)3
Kebisingan
2 Peningkatan
5 5 3 2 (-)3
partikel debu
B. Komponen Kesehatan Masyarakat
3. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
4. K3 5 5 2 (-)3

5. Prakiraan besar dampak penimbunan kembali tanah penutup

Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup setelah kegiatan penambangan nikel


dalam prosesnya menggunakan alat-alat berat. Kegiatan ini akan

III - 21
berdampak primer terhadap komponen lingkungan kualitas udara yaitu
peningkatan kebisingan dan debu, selain itu akan berpengaruh terhadap pada
komponen fisiografi yaitu yaitu perubahan bentuk wilayah dan kelerengan,
komponen lingkungan tanah yaitu, meningkatnya erosi tanah akan menyebabkan
perubahan pada badan air berupa kualitas air permukaan yaitu meningkatnya
kekeruhan, TDS, TSS dan komponen biologi yaitu biologi perairan yaitu
kelimpahan plankton dan bethos.

Dampak sekunder dari peningkatan kebisingan dan debu yang disebabkan


oleh aktivitas kendaraan alat berat saat kegiatan penimbunan tanah penutup akan
berdampak lanjut pada perubahan pola penyakit.

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan penimbunan


tanah penutup disajikan pada Tabel 40.

Tabel 40 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Penimbunan Tanah


Penutup

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Kualitas Udara
1. Kebisingan 5 5 3 2 (-)3
Peningkatan
2. 5 5 3 2 (-)3
debu
B. Komponen Fisiografi
3. Bentuk
Wilayah dan 4 3 4
kelerengan
C. Komponen Tanah
4. Erosi 4 3 3 3
D. Komponen kualitas air
5. Kualitas Air
sungai
Pamntangoa,
kali Episodik
5 3 1 4 (-)5
di dalam
Lokasi
Penambanga
n dan Muara

III - 22
Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
Teluk
Sampabatuo
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
6. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
7. K3 5 5 3 2 (-)3

6. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Reklamasi Dan Revegetasi Setiap Blok


Penambangan

Kegiatan reklamasi yang dilakukan setiap selesai dilakukan penambangan dengan


luasan tertentu pada setiap blok penambanga, sesuai dengan luasan penambangan
dilakukan yakni minimal 5 ha per tahun, diprakirakan akan menimbulkan dampak positif
terhadap komponen ruang dan lahan yaitu perbaikan bentuk wilayah dan lereng dan juga
akan berpengaruh terhadap komponen tanah yaitu menurunya laju aliran permukaan dan
juga menurunkan tingkat bahaya erosi.

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan reklamasi


disajikan pada Tabel 41.

Tabel 41. Prakiraan Besar dan Dampak Kegiatan Reklamasi Pada Setiap Blok

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen fisiografi
Bentuk
1. Wilayah dan 4 3 4
Kelerengan
B. Komponen Tanah
2. Erosi 4 4 5 1 (+)2

III - 23
C. Tahap Pasca Operasi Penambangan

1. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penutapan Tambang

Kegiatan penutupan tambang akan menimbulkan dampak negatif terhadap


komponen lingkungan sosial budaya yaitu keresahan masyarakat karena pekerja
yang selama ini sudah bekerja pada proyek penambangan akan kehilangan sumber
mata pencaharian.

Sehingga kegiatan ini perlu dilakukan dengan baik dengan memberika


keterangan yang jelas pada pekerja dan masyarakat dan pemerintah setempat sehingga
masyarakat dapat mempersiapkan diri sedini mungkin dan mengambil langkah-
langkah saat kegaiatan pemutusan hunungan kerja dilakukan terkait dengan tidak
beropersianya kegiatan tambang. Besar dampak kegiatan penutupan tambang disajikan
pada Tabel 42.

Tabel 42 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penutupan Tambang

Skala kualitas tanpa Kondisi


Besar dampak Tingkat
kegiatan y.a.d
No Parameter besaran
Kondisi Kondisi dengan
+ - dampak
sekarang y.a.d kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Budaya
1. Keresahan 5 5 4 1 (-) 2
masyarakat
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

2. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Rehabilitasi/Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Kegiatan reklamasi/rehabilitasi yang dilakukan segera selesai dilakukan penambangan,


diprakirakan akan menimbulkan dampak positif terhadap komponen ruang dan lahan yaitu
perbaikan bentuk wilayah dan lereng dan juga akan berpengaruh terhadap komponen tanah
yaitu menurunnya tingkat bahaya erosi.

Selain itu dengan kegiatan rehabilitasi juga dilakukan revegtasi yaitu


introduksi tanaman pada areal bekas penambangan sehingga dapat berdampak
positif terhadap komponen biologi yaitu kehadiran vegetasi budidaya yang sengaja
ditanam oleh pemrakrasa.

III - 24
Kegiatan rehabilitasi yang dalam kegiatanya juga melakukan revegetasi, dimana
kegiatan penanaman tanaman areal bekas penambangan akan berpengaruh positif terhadap
komponen lingkungan sosial ekonomi yakni perekrutan tenaga kerja untuk kegiatan
penanaman kegiatan revegetasi sehingga dapat menambah sumber mata pencaharian dan
peningkatan penghasilan keluarga.

Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan


reklamasi/rehabilitasi lahan bekas tambang disajikan pada Tabel 43.

Tabel 43 Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Bekas


Tambang

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Tanah
1. Erosi 4 4 5 1 (+)2
B. Komponen Biologi
Vegetasi (+)3
2. 3 3 5 2
budidaya
C. Komponen Sosial Ekonomi
Kesempatan (+)2
kerja/Sumber
3. 4 4 5 1
mata
pencaharian
Pendapatan
4. 3 3 4 1 (+)2
masyarakat
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

3. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja

Kegiatan pemutusan hubungan kerja pasca penambangan diprakirakan akan


menimbulkan dampak terhadap komponen sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Apabila
pemutusan hubungan kerja dilakukan secara sepihak dan tidak dilakukan dengan baik
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku akan menimbulkan dampak terhadap
presespsi masyarakat dan kriminal. Dengan kegiatan pemutusan hubungan kerja maka kan
menghilangkan sumber pendapat masyarakat.

III - 25
Besar dan sifat dampak komponen lingkungan akibat kegiatan pemutusan
hubungan kerja disajikan pada Tabel 44.

Tabel 44 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan Pemutusan Hubungan


Kerja

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Komponen Sosial Budaya
Presepsi
1. 4 4 1 3 (-)4
masyarakat
Keresahan
2. 5 4 2 3 (-)4
masyarakat
B. Komponen Sosial Ekonomi
Kesempatan
kerja/Sumber
3. 4 4 1 3 (-)4
mata
pencaharian
Pendapatan
4. 3 3 1 2 (-)3
masyarakat
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

4. Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Pemindahan Dan Pembongkaran Sarana


Tambang

Kegiatan ini akan berdampak primer terhadap kerusakan jalan. Jalan yang akan
dilalui kendaraan ini merupakan jalan yang dibuat khusus untuk jalur pengangkutan.
Aktivitas pengangkutan peralatan yang dibutuhkan selama proses penambangan oleh PT.
Tiga Cahaya Sejahtera akan menggunakan jalan tersebut.

Kegiatan mobilisasi peralatan diprakirakan akan menimbulkan dampak


terhadap:

1. Komponen lingkungan kualitas udara yaitu peningkatan tingkat kebisingan dan


peningkatan partikel debu.

2. Komponen Kesehatan masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya kebisingan


dan meningkatnya partikel debu di udara.

III - 26
Besar dampak komponen lingkungan akibat kegiatan mobilisasi alat dan
material disajikan pada Tabel 45.

Tabel 45 Prakiraan Besar dan Dampak Penting Kegiatan


Pemindahan dan Pembongkaran Sarana Tambang

Skala kualitas
Kondisi Besar
lingkungan tanpa Tingkat
y.a.d Dampak
No Parameter kegiatan Besaran
dengan
Keadaan Kondisi Dampak
kegiatan + -
sekarang y.a.d
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Kualitas Udara
1. Tingkat
5 5 3 2 (-)3
Kebisingan
2 Peningkatan
5 5 3 2 (-)3
partikel debu
B. Kesehatan masyarakat
3. Derajat
kesehatan 3 3 2 1 (-)2
masyarakat
4. K3 5 5 3 2 (-)3
Keterangan: y.a.d menyatakan yang akan datang

Ringkasan hasil prakiraan besar dampak kegiatan penambangan nikel PT.


Tiga Cahaya Sejahtera di Kec. Routa Kabupaten Konawe secara keseluruhan
ditunjukkan pada Tabel 46

III - 27
Tabel 46 Ringkasan Hasil Prakiraan Besar Dampak Kegiatan Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kab. Konawe

Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Komponen Lingkungan
Parameter
debu -4 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
Kualitas
Sox
udara dan
NOx
kebisingan
CO2
fisik

Kebisingan -4 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
Bentuk wilayah
Kompo

Fisiografi -4 -4
dan kelerengan
en

Tanah Tingkat erosi -4 -4 -4 -3 -4 -2 +2 +2


TSS -4 -4 -4 -3 -5 -5
Kualitas air TDS -4 -4 -4 -3 -5 -5
permukaa pH -4 -4 -4 -3 -5 -5
n Kekeruhan -4 -4 -4 -3 -5 -5
Logam terlarut -4 -4 -4 -3 -5 -5
Struktur dan
komposisi jenis -4 -4
vegetasi alami
Flora darat
Struktur dan
Biolo

komposisi jenis -3 +3
gi

vegetasi budidaya
Kom

Fauna
p.

-4 -4
darat Habitat satwa liar
Kelimpahan
Biota air plankton dan -2 -2 -4
benthos

III - 28
Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Komponen Lingkungan
Kesempatan
+2 +2 -4
kesehat

kerja/sumbermata +2
an

pencaharian +2
Kesempatan
Sosial berusaha
dan

ekonomi Pendapatan
+2 +2 +3 +2 -3
ekonomi,buda

masyarakat
masyara

Kepemilikan lahan -3
ya

kat

Keresahan
PAD +2
Sikap dan presepsi +2 -3 +2 -4
Sosial
budaya -2 -2 -2 -2 -4
masyarakat
sosial,

Sanitasi
Kom
pone

lingkungan
n

Kesehatan
Derajat kesehatan
masyaraka -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2
masyarakat
t
Keselamatan &
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
kes. Kerja
Keterangan:

1. Perizinan 6. Pembangunan sarana prasarana 11. Penambangan 16. Reklamasi/rehabilitasi tambang


2. Sosialisasi 7. Mobilisasi Peralatan 12. Pengangkutan 17. Pemutusan hubungan kerja

3. Eksplorasi dan survey lapangan 8. Penerimaan tenaga kerja 13. Penimbunan kembali tanah penutup 18. Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang
4. Pembebasan Lahan 9. Pengupasan tanah pucuk 14. Rekalamasi & Revegtasi setiap blok
5. Pembersihan lahan 10. Penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah 15. Penutupan tambang
penutup

III - 29
3.2.2 Penentuan Sifat Pentingnya Dampak

Penentuan sifat dampak penting tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria


yang diberikan pada Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
dan Keputusan Kepala Bapedal No. 56 tahun 1994 tentang penentuan sifat pentingnya
dampak, dilakukan dengan menggunakan 6 kriteria lingkungan. Batasan kriteria penentuan
dampak penting dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 47. Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting

Kriteria Dampak Penting


No Faktor Penentu
Dampak Penting Tidak Penting Penting
Perbandingan antara Perbandingan antara
penduduk yang terkena penduduk yang terkena
Jumlah manusia dampak negatif dengan dampak negatif dengan
1 penduduk yang penduduk yang
yang terkena
menikmati menikmati
dampak
manfaat: kurang dari manfaat: lebih besar atau
100% sama dengan 100%

Tidak ada wilayah yang Ada wilayah yang


mengalami perubahan mengalami perubahan
Luas wilayah mendasar dari segi mendasar dari segi
2 persebaran intensitas dampak atau intensitas dampak atau
dampak tidak
tidak berbaliknya
dampak, atau segi berbaliknya dampak, atau
komulatif dampak segi komulatif dampak

Dampak yang terjadi Dampak yang terjadi


hanya berlangsung pada satu
atau lebih tahapan
berlangsung pada kurang kegiatan intensitas
Lama dari satu tahapan dampak:
kegiatan intensitas
berlangsungnya dampak:  Ada perubahan pada
3 sifat fisik atau hayati
dampak dan  Tidak ada perubahan lingkungan yang
intensitas dampak pada sifat fisik atau melampaui baku mutu
hayati lingkungan yang lingkungan yang telah
melampaui baku mutu ditetapkan
lingkungan yang telah
ditetapkan  Ada perubahan
mendasar pada

III - 30
Kriteria Dampak Penting
No Faktor Penentu
Dampak Penting Tidak Penting Penting
 Tidak ada perubahan Komponen lingkungan
mendasar pada yang melampaui
komponen lingkungan kriteria mendasar
yang melampaui pertimbangan ilmiah
criteria mendasar
 Ada species langka,
pertimbangan ilmiah
endemik, yang
 Tidak ada species dilindungi menurut
langka, endemik, yang peraturan perundang-
dilindungi menurut undangan yang
peraturan berlaku, terancam
perundangundangan punah atau habitat
yang berlaku, terancam alaminya mengalami
punah atau habitat kerusakan
alaminya mengalami
 Ada kerusakan atau
kerusakan
gangguan pada
 Tidak ada kerusakan kawasan lindung
atau gangguan pada
 Ada kerusakan atau
kawasan lindung
pemusnahan benda-
 Tidak ada kerusakan benda bersejarah
atau pemusnahan
 Mengakibatkan konflik
benda-benda
di kalangan
bersejarah
masyarakat, Pemda,
 Tidak mengakibatkan maupun pemerintah
konflik di kalangan pusat
masyarakat, Pemda,
 Mengubah atau
maupun pemerintah
memodifikasi area
pusat
yang mempunyai
 Tidak mengubah atau keindahan alami yang
memodifikasi area yang tinggi
mempunyai keindahan
alami yang tinggi
Menimbulkan dampak
Tidak menimbulkan sekunder dan dampak
dampak sekunder dan lanjutan lainnya yang
Komponen yang dampak lanjutan lainnya jumlah komponennya
4 yang jumlah
terkena dampak lebih atau sama dengan
komponennya komponen lingkungan
lebih atau sama dengan yang terkena dampak
primer

III - 31
Kriteria Dampak Penting
No Faktor Penentu
Dampak Penting Tidak Penting Penting
komponen lingkungan
yang
terkena dampak primer
Bersifat komulatif, tidak
Sifat komulatif dapat di asimiliasi oleh
5 Tidak komulatif
dampak lingkungan dan bersifat
sinergetik
Berbalik atau tidak
6 berbaliknya Dapat dipulihkan Tidak dapat dipulihkan
dampak

a. Telaahan besar dan sifat pentingnya dampak

Telaahan terhadap dampak penting akan dilakukan secara holistik,


maksudnya dengan telaahan yang bersifat holistik di sini, adalah telaahan secara
totalitas terhadap beragam dampak penting dengan kegiatan yang merupakan
penyebab/sumber dampak. Semua komponen lingkungan yang terkena dampak
penting tersebut (baik positif maupun negatif),

Telaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi,
sehingga dapat diketahui sejauh mana pertimbangan dampak penting yang bersifat positif,
dengan yang bersifat negatif. Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan
yang diprakirakan akan terkena dampak penting diberikan dalam pedoman mengenai
ukuran dampak penting. Dampak penting hasil evaluasi ini merupakan dampak penting
yang akan dikelola. Dari hasil evaluasi dampak lingkungan ini pula akan diusulkan
beberapa cara penanggulangan dampak untuk menghindari, mengurangi, memperbaiki
atau kompensasi terhadap setiap dampak yang merugikan dan dianggap penting. Dalam
penanggulangan dampak, masalah sosial ekonomi dan sosial budaya akan mendapat
perhatian utama.

Dampak yang terjadi akibat adanya kegiatan, dikatagorikan sebagai dampak


penting, apabila sedikitnya 3 (tiga) kriteria dari 6 (enam) kriteria lingkungan

III - 32
mempunyai skala sekurang-kurangnya 3. Skala kepentingan masing-masing
kriteria dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 48 Skala Kepentingan Masing-masing Kriteria Lingkungan

Skala
No Kriteria 1 2 3 4 5
Tidak Penting Penting
Jumlah
manusia <10% > 50%
11–20% 21–30% 31–50%
1 yang Sangat Sangat
Sedikit Sedang Banyak
terkena sedikit Banyak
dampak
Luas wilayah
Sangat Sangat
2 sebaran Sempit Sedang Luas
sempit Luas
dampak
Intensitas
dan
Sangat Sangat
3 lamanya Kecil Sedang Besar
kecil besar
dampak
berlangsung
Banyaknya
komponen Sangat
Tidak ada Sedikit Sedang Banyak
lain banyak
4 (0 (1 (2 (3
yang (>3
komponen) komponen) Komponen) Komponen)
terkena komponen
dampak
Sifat Komulatif
Tidak Komulatif Komulatif Komulatif
5 komulatif sangat
komulatif lama Sedang singkat
dampak singkat
Berbalik dan Berbalik
Berbalik Berbalik Berbalik Tidak
6 tidaknya Sangat
cepat Sedang lama berbalik
dampak cepat

A. Tahap Persiapan

1. Kegiatan Perizinan

Kegiatan pengurusan izin dan perlu dilakukan sebaik-baiknya, sehingga


dampak terhadap negatif kegiatan tersebut dapat diminimalkan ataupun
meningkatkan dampak terhadap positif.

III - 33
A. Komponen Sosial ekonomi
A.1. PAD

Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting


(P). A.2. Kepemilikan lahan

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

2. Kegiatan sosialisasi

A. Komponen Sosial budaya

A1. Presepsi terhadap proyek

Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

III - 34
1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A1. Presepsi terhadap proyek

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

3. Kegiatan eksplorasi dan

survey A. Komponen sosial

ekonomi A1. Kesempatan kerja

Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

III - 35
4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Pendapatan masyarakat

Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

4. Kegiatan pembebasan lahan

A. Komponen sosial budaya A1.

Presepsi terhadap proyek

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

III - 36
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Keresahan masyarakat

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen sosial ekonomi

B1. Penghasilan keluarga

Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

5. Kegiatan pembersihan
lahan A. Komponen biologi

A1. Vegetasi alami

III - 37
Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

A2. Vegetasi budidaya

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

A3. Fauna liar

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

III - 38
2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

B. Komponen kualitas udara

B1. Kebisingan

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B2. Debu

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

III - 39
5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

C. Komponen tanah

C1. Potensi erosi

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

D. Komponen kualitas air permukaan

D1. Kualitas air Permukaan

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

III - 40
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

E. Komponen kesehatan masyarakat

E1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

6. Kegiatan Pembangunan sarana


prasarana A. Komponen biologi

A1. Vegetasi alami

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

III - 41
A2. Fauna liar

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

B. Komponen tanah

B1. Potensi erosi

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

III - 42
C. Komponen kualitas air

C1. Kualitas air Muara Permukaan

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

7. Kegiatan mobilisasi peralatan

A. Komponen kualitas udara A1.

Tingkat kebisingan

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting


(P). A2. Peningkatan debu

III - 43
Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Kesehatan masyarakat

B1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedikit (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

8. Kegiatan penerimaan tenaga


kerja A. Komponen Sosial Budaya

A.1. Sikap dan persepsi masyarakat

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan penerimaan tenaga kerja umumnya


masyarakat belum mengetahui secara pasti tenaga kerja yang akan direkrut oleh

III - 44
pihak pemrakarsa. Dampak ini termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6
kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sempit (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A.2. Keresahan masyarakat

Kerasahan ini timbul diakibatkan belum jelasnya apakah tenaga kerja lokal akan
direkrut sebagai tanaga kerja pada kegiatan penambangan PT. Tiga Cahaya Sejahtera,
sehingga dapat menimbulkan keresahan pada masyarakat. Dampak ini termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sempit (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen Sosial Ekonomi

B1. Sumber Mata Pencaharian

III - 45
Dengan bertambahnya jumlah penduduk akibat penerimaan tenaga kerja secara tidak
langsung terbuka kesempatan untuk berusaha, kondisi ini akan berdampak dampak
positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, kecil (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B2. Peningkatan penghasilan

Dampak Kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap parameter ini termasuk


dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Tahap Operasi Penambangan

1. Kegiatan pengupasan tanah pucuk

A. Komponen kualitas udara

A1. Kebisingan

III - 46
Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, parameter ini termasuk dampak negatif.

Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Peningkatan debu

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, untuk parameter ini termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen fisiografi

B1. Bentuk wilayah dan kelerengan

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, untuk parameter ini termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (1)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

III - 47
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (2)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (2)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

C. Komponen tanah

C1. Potensi erosi

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, untuk parameter ini termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

D. Komponen kualitas air

D1. Kualitas Permukaan

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini, parameter ini termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

III - 48
5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikategorikan sebagai dampak Penting (P).

E. Komponen biologi

E1. Biota perairan

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, parameter ini termasuk dampak negatif.

Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

F. Komponen kesehatan masyarakat

F1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak Kegiatan pengupasan tanah pucuk, parameter ini termasuk dampak negatif.

Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

III - 49
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

2. Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup


A. Komponen kualitas udara

A1. Kebisingan

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Peningkatan debu

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

III - 50
B. Komponen fisiografi

B1. Bentuk wilayah dan kelerengan

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (2)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (2)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (2)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

C. Komponen tanah

C1. Potensi erosi

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

III - 51
D. Komponen kualitas air

D1. Kualitas air Permukaan

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

E. Komponen biologi

E1. Biota perairan

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

F. Komponen kesehatan masyarakat

III - 52
F1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak Kegiatan penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah penutup,


parameter ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

3. Kegiatan penambangan A.

Komponen kualitas udara

A1. Kebisingan

Dampak Kegiatan penambangan, untuk parameter tersebut termasuk dampak


negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Peningkatan debu

III - 53
Dampak Kegiatan penambangan, untuk parameter tersebut termasuk dampak
negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen fisiografi

B1. Bentuk wilayah dan kelerengan

Dampak Kegiatan penambangan, untuk parameter tersebut termasuk dampak


negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (2)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (2)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

C. Komponen tanah

C1. Potensi erosi

Dampak Kegiatan penambangan, untuk parameter tersebut termasuk dampak


negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

III - 54
1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

D. Komponen kualitas air

D1. Kualitas air Permukaan

Dampak Kegiatan penambangan, untuk parameter tersebut termasuk dampak


negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

E. Komponen biologi

E1. Biota perairan

Dampak Kegiatan penambangan terhadap parameter biota perairan (benthos,


plankton, terumbu karang) ini termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6
kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

III - 55
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, ada sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

F. Komponen kesehatan masyarakat

F1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak Kegiatan penambangan parameter derajat kesehatan masyarakat ini termasuk


dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

4. Kegiatan pengangkutan A.

Komponen kualitas udara A1.

Peningkatan kebisingan

Dampak Kegiatan pengangkutan terhadap komponen peningkatan kebisingan


termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

III - 56
4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Peningkatan debu

Dampak Kegiatan pengangkutan terhadap parameter peningkatan debu termasuk


dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen biologi

B1. Biota perairan

Dampak Kegiatan pengangkutan terhadap parameter biota perairan termasuk


dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

III - 57
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

C. Komponen kesehatan masyarakat

C1. Derajat kesehatan masyarakat

Dampak Kegiatan pengangkutan terhadap parameter derajat kesehatan masyarakat


termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

5. Kegiatan penimbunan kembali tanah


penutup A. Komponen kualitas udara

A1. Kebisingan

Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter kebisingan termasuk
dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

III - 58
A2. Peningkatan debu

Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter


peningkatan debu termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen fisiografi

B1. Bentuk wilayah dan kelerengan

Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter bentuk


wilayah dan kelerengan termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (2)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (1)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (2)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Tidak Penting


(TP).

C. Komponen tanah

III - 59
C1. Potensi erosi

Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter potensi erosi
termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

D. Komponen kualitas air

D1. Kualitas air Permukaan

Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter kualitas air
termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

E. Komponen kesehatan masyarakat

E1. Derajat kesehatan masyarakat

III - 60
Dampak Kegiatan penimbunan kembali tanah penutup terhadap parameter derajat
kesehatan masyarakat termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

5. Kegiatan reklamasi dan revegetasi setiap blok penambangan


A. Komponen fisiografi

A1. Bentuk wilayah dan kelerengan

Dampak Kegiatan reklamasi dan revegatasi setiap blok penambangan terhadap


parameter bentuk wilayah dan kelerengan termasuk dampak positif. Apabila
ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (2)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (2)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (2)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, sedang (3)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (TP).

B. Komponen tanah

B1. Potensi erosi

III - 61
Dampak Kegiatan reklamasi dan revegetasi setiap blok penambangan terhadap
parameter potensi erosi termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

C. Tahap pasca operasi penambangan

1. Kegiatan penutupan tambang A.

Komponen sosial budaya A1.

Keresahan masyarakat

Dampak Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang terhadap parameter


keresahan masyarakat termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

2. Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang

III - 62
A. Komponen tanah

A1. Potensi erosi

Dampak Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang terhadap parameter


potensi erosi termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen biologi

B1. Vegetasi budidaya

Dampak Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang terhadap parameter vegetasi


termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

C. Komponen sosial ekonomi

C1. Sumber mata pencaharian

III - 63
Dampak Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang terhadap parameter
sumbermata pencaharian termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

C2. Penghasilan keluarga

Dampak Kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang terhadap parameter


penghasilan keluarga termasuk dampak positif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

3. Pemutusan hubungan kerja A.

Komponen sosial budaya A1.

Presepsi masyarakat

III - 64
Dampak Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap parameter presepsi
masyarakat termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

A2. Keresahan masyarakat

Dampak Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap parameter keresahan


masyarakat termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan,
yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B. Komponen sosial ekonomi

B1. Sumber mata pencaharian

III - 65
Dampak Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap parameter sumbermata
pencaharaian termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria
lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, sedang (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

B2. Penghasilan keluarga

Dampak Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap parameter penghasilan keluarga


termasuk dampak negatif. Apabila ditinjau dari 6 kriteria lingkungan, yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, sedang (3)

2. Luas wilayah penyebaran dampak, sedang (3)

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, sedang (3)

4. Komponen lain yang terkena dampak, tidak ada (3)

5. Sifat kumulatif dampak, kecil (2)

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, berbalik sedang (3)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dikatagorikan sebagai dampak Penting (P).

Ringkasan hasil prakiraan penting dampak penambangan nikel PT. Tiga Cahaya
Sejahtera secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 3-23.

III - 66
Tabel 49 Ringkasan Hasil Prakiraan Dampak Penting Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe

Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan


Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Parameter
Debu P P P P P P P P
Kualitas udara dan Sox
kebisingan NOx
CO2
fis
ik

Kebisingan P P P P P P P P
Kompoe

Bentuk wilayah dan


Fisiografi TP TP TP
kelerengan
n

Tanah Tingkat erosi P P P P P P P P


TSS P P P P P P
TDS P P P P P P
Kualitas air
pH P P P P P P
permukaan
Kekeruhan P P P P P P
Logam terlarut P P P P P P

Struktur dan komposisi


TP TP
jenis vegetasi alami
Biolog

Flora darat
Struktur dan komposisi
TP P
i

jenis vegetasi budidaya


Kom

Fauna darat Habitat satwa liar TP TP


p.

Kelimpahan plankton
Biota air P P P
dan benthos

III - 67
Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan
Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kesempatan
kerja/sumbermata P P P P
dan

pencaharian
m
K

n
o

o
e

Sosial ekonomi Kesempatan berusaha P


masyarakat Pendapatan masyarakat P P P P P
Kepemilikan lahan P
PAD P
Sikap dan presepsi P P P P
Sosial budaya
Keresahan masyarakat P P P P P
Sanitasi lingkungan
Derajat kesehatan
Kesehatan P P P P P P P
masyarakat
Keselamatan & kes.
P P P P P P P P P
Kerja

Keterangan:

1. Perizinan 6. Pembangunan sarana prasarana 11. Penambangan 16. Reklamasi/rehabilitasi tambang


3. Sosialisasi 7. Mobilisasi Peralatan 12. Pengangkutan 17. Pemutusan hubungan kerja

3. Eksplorasi dan survey lapangan 8. Penerimaan tenaga kerja 13. Penimbunan kembali tanah penutup 18. Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang
4. Pembebasan Lahan 9. Pengupasan tanah pucuk 14. Rekalamasi & Revegtasi setiap blok
5. Pembersihan lahan 10. Penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah 15. Penutupan tambang
penutup

III - 68
BAB IV.
EVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK
LINGKUNGAN

4.1 Bentuk Hubungan Dan Keterkaitan Dampak Penting

Dengan menggunakan bagan alir dampak secara holistik, kajian mengenai bentuk
hubungan dan keterkaitan dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut:

A. Komponen Geofisika-Kimia

Peningkatan run off (hidrologi) dan erosi akan terjadi pada tahap
konstruksi, merupakan akibat langsung dari pembersihan lahan, pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (Houling). Penurunan kesuburan tanah merupakan
dampak turunan dari peningkatan run off, dan erosi tanah. Dampak terjadi selama
tahap konstruksi yaitu sekitar 1 tahun.

Penurunan kualitas air permukaan (air sungai) akan terjadi pada tahap konstruksi
terjadi sebagai akibat langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoprasian basecamp
beserta sarana prasarana penunjang, pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan
angkut (Houling). Selain itu peningkatan kadar TSS akibat dari pekerjaan pembersihan
lahan serta pembangunan sarana prasarana seperti jalan dan drainase berpotensi
menimbulkan peningkatan kadar TSS. Sementara pengoperasian basecamp khususnya
perawatan mesin- mesin alat berat, genset dan kendaraan menimbulkan oli bekas jika
dibuang pada sembarangan tempat akan mencemari air permukaan. Penurunan kualitas air
permukaan berdampak turunan gangguan kehidupan biota perairan yang berupa plankton,
benthos dan nekton. Pada tahap produksi, penurunan kualitas air permukaan terjadi
sebagai akibat langsung dari kegiatan pegupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup
dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel. Di sisi lain penurunan
kualitas air permukaan sebagai akibat dari pengoperasian sarana penunjang berupa kantor,
penginapan, gudang dan bengkel. Penurunan kualitas air

IV-1
permukaan berdampak turunan gangguan kehidupan biota perairan serta
peningkatan angka penyakit berupa penyakit diare dan penyakit kulit.

Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang akan terjadi pada
tahap produksi sebagai akibat dari kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel.
Penurunan kualitas udara berdampak peningkatan angka penyakit khususnya untuk
penyakit yang berhubungan dengan pernafasan (ISPA) dan iritasi mata. Dampak terjadi
selama tahap produksi/produksi berlangsung.

Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan yang sama berdampak


terhadap kenyamanan masyarakat dan dampak yang terjadi akan berlangsung
lama yaitu selama tahap produksi.

B. Komponen Biologi

Penurunan keanekaragaman/populasi vegetasi akan terjadi pada tahap konstruksi


sebagai akibat dari kegiatan pembersihan lahan untuk pertambangan. pada tahap
konstruksi pembersihan lahan yang berdampak langsung terhadap penurunan
keanekaragaman/populasi fauna darat serta peningkatan suhu dan kelembaban udara.
Dampak terjadi selama tahap konstruksi yaitu sekitar 1 tahun. Namun pada tahap pasca
produksi akan terjadi peningkatan populasi flora darat akibat kegiatan rehabilitasi lahan
penambangan bijih nikel, yang berdampak turunan terhadap peningkatan populasi satwa
liar. Namun dengan hadirnya satwa liar tersebut akan menjadi hama bagi lahan-lahan
pertanian yang dibudidayakan.

Gangguan kehidupan biota perairan (plankton, zooplankton, benthos dan nekton)


merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan. Pada tahap
konstruksi merupakan dampak tidak langsung dari kegiatan pembersihan lahan untuk
pertambangan serta pembuatan sarana dan prasarana pertambangan.

C. Komponen Sosial Budaya dan Ekonomi

Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap sikap dan dan
persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah kegiatan sosialisasi dan konsultasi
publik, kegiatan pengadaan lahan. Kegiatan ini diprakirakan akan

IV-2
menimbulkan dampak terhadap timbulnya keresahan masyarakat akibat terjadinya
perubahan pola penguasaan lahan karena adanya lahan garapan usaha tani
masyarakat dan pemukiman masyarakat di dalam areal tapak proyek. Sebaliknya
dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat
menimbulkan persepsi masyarakat yang positif terhadap rencana keberadaan
perusahaan.

Peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan peluang berusaha dengan dampak


turunannya berupa peningkatan pendapatan masyarakat dan timbulnya persepsi
masyarakat terhadap keberadaan proyek. Pada tahap konstruksi sebagai akibat dari
penerimaan tenaga kerja konstruksi. Peningkatan pendapatan masyarakat dengan dampak
turunannya timbulnya persepsi positif masyarakat, akan terjadi pada tahap produksi
sebagai akibat dari oprasional pertambangan.

D. Komponen Kesehatan Masyarakat

Peningkatan angka kesakitan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas


udara (debu dan gas pencemar), peningkatan kebisingan serta penurunan kualitas air
permukaan. Pada tahap produksi akan terjadi sebagai akibat tak langsung dari kegiatan
pembangunan dan opersional sarana dan prasarana pertambangan. Sedangkan pada tahap
produksi terjadi sebagai akibat tak langsung dari kegiatan pengupasan, penempatan tanah
pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel.

4.2 Komponen Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Paling Banyak


Menimbulkan Dampak Penting

Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak


menimbulkan dampak lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Pembangunan dan opersional sarana dan prasarana


pertambangan pada tahap konstruksi juga menimbulkan 6 (enam) dampak
penting terhadap komponen lingkungan hidup, yaitu (1) Kualitas air, (2)
biota perairan, (3) kesempatan bekerja, (4) sanitasi lingkungan, dan (5)
kesehatan masyarakat.

IV-3
b. Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) pada tahap konstruksi merupakan
kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan tersebut menimbulkan 8 (delapan) dampak penting terhadap komponen
lingkungan hidup, yaitu (1) Hidrologi (run off),

(2)Tanah dan erosi, (3) Kualitas air, (4) kesehatan masyarakat, (5) vegetasi,
(6) satwa liar, (7) biota perairan,

c. Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih,


pada tahap produksi merupakan salah satu komponen kegiatan yang banyak
menimbulkan dampak lingkungan, total dampak yang ditimbulkan sebanyak 8
(delapan) dampak penting, yaitu (1) bentang alam,

(2) Hidrologi (3) erosi tanah, (4) kualitas air, (5) biota perairan, (6) kesempatan kerja
dan usaha dan (7) sanitasi lingkungan dan (8) Kesehatan masyarakat.

4.3 Area-Area Yang Perlu Mendapat Perhatian Penting

4.3.1. Area yang Mendapat Paparan dari Beberapa Dampak Sekaligus

Area yang mendapat pemaparan dampak negatif sekaligus dan mendapat perhatian
penting akibat usaha dan/atau kegiatan pertambangan adalah area pemukiman yang berada
di sekitar tapak proyek terutama di Kec. Routa yang diduga terdapat berbagai sumber
dampak terhadap terganggunya kesehatan masyarakat, gangguan pernapasan, iritasi mata,
penyakit kulit seperti kegiatan pertambangan, industri pengolahan bijih nikel, kegiatan
pertambangan dan sumber- sumber pencemaran lainnya yang berakibat terganggunya
kesehatan masyarakat. Disisi lain kelompok masyarakat yang akan menikmati secara
langsung dampak positif akibat kegiatan pertambangan tersebut yaitu
penduduk/masyarakat terutama yang ada di kecamatan dan desa sesuai dengan rencana
pertambangan PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe

4.3.2. Area yang Rentan/Rawan Bencana

Areal rencana pembangunan pertambangan bijih nikel rentan/rawan bencana


gempa karena berada di antara jalur Sesar Keterusan. Dalam lokasi study

IV-4
terdapat Jalur sesar keturusan yang melintas dari arah barat laut ke tenggara wilayah sudy.
Struktur Geologi Kelurusan dalam lokasi study adalah sebagai elemen linear geomorfologi
yang merepresentasikan struktur geologi atau kontak litologi.

Kenampakan kelurusan di permukaan bumi dicerminkan dengan adanya kelurusan


morfologi yang disebabkan oleh relief, seperti kelurusan lembah, punggungan yang ada dalam
lokasi Study. Sesar ini bersatu dengan sistem sesar Palu

– Koro yang merupakan sesar utama berarah Barat laut–Tenggara dan menunjukkan
gerakan mendatar mengiri. Diduga sesar ini masih hidup hingga sekarang (Tjia 1973;
Ahmad, 1975) serta dengan sesar Matano di Lembar Poso (Simandjuntak, 1982), diduga
sejak Oligosen, serta bersambung pula dengan sesar Sorong di Irian jaya sehingga
merupakan satu system sesar pergantian (transcurrent).

4.3.3. Luas Daerah Akan Terkena Dampak

Dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha pertambangan bijih nikel dari aspek
geofisik-kimia, biologi maupun sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat bersifat
lokal hanya meliputi tapak proyek dan area sekitarnya. Secara administrasi tapak proyek yang
diperkirakan akan banyak terkena dampak yakni area pertambangan pada Kec. Routa.
Mengingat di wilayah tersebut terdapat sumber dampak yang bersifat kumulatif, dengan
intensitas sedang dan berlangsung lama dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain pada area
pertambangan.

4.4. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4.4.1 Dampak Penting yang Harus Dikelola dan Dipantau

Dengan memperhatikan bahwa dampak penting serta komponen kegiatan sebagai


sumber dampak penting sebagaimana disajikan pada bab-bab sebelumnya merupakan
dampak penting yang harus dikelola dan dipantau. Sehingga dampak penting yang harus
dikelola dan dipantau akibat dari usaha dan/atau kegiatan rencana Usaha Pertambangan
Bijih nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera, maka dapat diketahui Dampak Penting
hipotetik sebagai berikut:

IV-5
A) Tahap Pra-Konstruksi:

Sosial Budaya: Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses social

B) Tahap Tahap Konstruksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas air, Kualitas


Udara, Kebisingan, Hidrologi (run off), Erosi Tanah
2) Transportasi: Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.

4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan


proses- proses sosial
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan
C) Tahap Operasi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run


off), ErosiTanah, Kualitas Udara, Kebisingan.
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi: Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar

4) Sosekbud: Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat,


Kesempatan Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas: Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3
D) Tahap Pasca Produksi:

1) Geo-Fisik-Kimia: Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan


Erosi Tanah, dan Perbaikan Kualitas Air
2) Transportasi: Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi: Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud: Sikap dan Persepsi Masyarakat

IV-6
Tabel 50 Matriks Leopold Modifikasi Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe

Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan


Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Parameter
Debu -4/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P

Kualitas Sox
udara dan NOx
kebisingan
CO2

Kebisingan -4/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P


Kompoen fisik

Bentuk wilayah
Fisiografi -4/TP -4/TP
dan kelerengan

Tanah Tingkat erosi -4/P -4/P -4/P -3/P -4/P -2/P +2/P +2/P

TSS -4/P -4/P -4/P -3/P -5/P -5/P

TDS -4/P -4/P -4/P -3/P -5/P -5/P

Kualitas air pH -4/P -4/P -4/P -3/P -5/P -5/P

permukaan Kekeruhan -4/P -4/P -4/P -3/P -5/P -5/P

Logam terlarut -4/P -4/P -4/P -3/P -5/P -5/P


Komp. Biologi

Struktur dan
Flora darat komposisi jenis -4/P -4/P +2/P
vegetasi alami

IV-7
Komponen Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan
Kegiatan Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Struktur dan
komposisi jenis -3/TP +3/P
vegetasi budidaya
Fauna
Habitat satwa liar -4/TP -4/TP
darat

Kelimpahan
Biota air plankton dan -2/P -2/P -4/P
benthos
kesehatan

pencaharian
Kesempatan
kerja/sumbermata +2/P +2/P +2/P -4/P
danekonomi,budaya
masyarakat

Kesempatan
Sosial +2/P
berusaha
ekonomi

Pendapatan
+2/P +2P +3/P +2/P -3/P
masyarakat
sosial,
Kom
pone

Kepemilikan lahan -3/P


n

PAD +2/P

Sosial Sikap dan +2/P -3/P +2/P -4/P


budaya presepsi

IV-8
Komponen Kegiatan Persiapan Operasi Penambangan Pasca Penambangan
Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Keresahan
-2/P -2/P -2/P -2/P -4/P
masyarakat

Sanitasi
lingkungan

Kesehatan Derajat kesehatan


-2/P -2/P -2/P -2/P -2/P -2/P -2/P
masyarakat masyarakat

Keselamatan &
-3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P -3/P
kes. Kerja

Keterangan:

1. Perizinan 6. Pembangunan sarana prasarana 11. Penambangan 16. Reklamasi/rehabilitasi tambang


4. Sosialisasi 7. Mobilisasi Peralatan 12. Pengangkutan 17. Pemutusan hubungan kerja

3. Eksplorasi dan survey lapangan 8. Penerimaan tenaga kerja 13. Penimbunan kembali tanah 18. Pemindahan dan pembongkaran
penutup sarana tambang
4. Pembebasan Lahan 9. Pengupasan tanah pucuk 14. Rekalamasi & Revegtasi setiap blok
5. Pembersihan lahan 10. Penggalian, pemindahan dan penimbunan 15. Penutupan tambang
tanah penutup

IV-9
Gambar 21 Bagan Alir Penting Hipotek PT. Tiga Cahaya Sejahtera di Kabupaten Konawe

IV-10
4.4.2 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting yang timbul akibat
rencana kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera, perlu dikelola dengan
menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup seperti; pendekatan
teknologi, pendekatan sosial ekonomi-budaya maupun pendekatan institusional. Pendekatan
yang dimaksudkan diuraikan sebagai berikut;

4.4.2.1 Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologi adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk


mengelola dampak penting terhadap lingkungan hidup, dimana pendekatan ini merupakan
salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip pemanfaatan teknologi yang
digunakan dalam mengelola dampak penting harus memenuhi syarat antara lain adalah
teknologi tersebut tersedia (sehingga tidak mengganggu jadwal pelaksanaan kegiatan
pembangunan), mudah diterapkan (applicable), murah (terjangkau dari segi biaya), dan
ramah lingkungan.

Secara spesifik mengenai teknologi yang diterapkan dalam mengelola dampak


penting baik berupa dampak negatif maupun positif, tidak diuraikan dalam dokumen ini
melainkan yang dibahas adalah model/teknik pendekatan teknologi untuk dapat
memperkecil dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang timbul akibat dari
kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera. Model atau teknik pendekatan
teknologi yang terkait dalam pengelolaan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut antara
lain; mencegah (preventif), membatasi, meminimalkan dengan mengurangi (reduce),
menggunakan kembali (re-use), atau mendaur ulang (re-cycle), memulihkan (re- covery),
mengembalikan (re-charge) dan memaksimalkan/ mengoptimalkan atau meningkatkan.
Beberapa contoh pendekatan teknologi yang akan dilakukan antara lain:

a) Pencegahan Erosi dan laju aliran permukaan

Intensitas erosi permukaan dapat meningkat akibat curah hujan yang tinggi dan
hilangnya vegetasi penutup lahan selama kegiatan pembukan lahan (land clearing).
Secara teknis, pengendalian erosi dapat dilakukan dengan cara

IV-11
mekanis dan vegetatif. Metode mekanis yang berbiaya mahal diaplikasikan
apabila cara vegetatif sudah tidak efektif lagi digunakan untuk melindungi tanah

dari erosi, terutama kemiringan lereng lebih besar dari 15 0. Fungsi vegetasi
terhadap pengendalian erosi yaitu melindungi permukaan tanah dari tumbukan
hujan, mengurangi kecepatan aliran permukaan, menahan partikel tanah tetap di
tempat dan memelihara kapasitas tanah dalam menyerap air. Pada lokasi studi,
cara vegetatif untuk pengendalian erosi permukaan, dan longsor serta sedimen
dapat dilakukan dengan cara:

1. Pembangunan Kolam Pengendapan Sedimen Gambar

22 Rancangan Sedimen Pond

2. Penanaman tumbuhan penutup tanah

Tanaman penutup tanah yang diguankan adalah tanaman penutup tanah


yang cepat tumbuh dan cepat merambat menutup tanah seperti dari jenis
tanaman leguminosae seperti Mucuna mucunoides (kacang koro),
Calopogonium Sp. Tanaman tersebut dapat ditanam sebagai tanaman untuk
mereklamasi tanah bekas tambang.

Foto 1. Gambaran Tanah Penutup

IV-12
3. Penanaman tumbuhan mengikuti garis kontur

Penanaman tersebut dilakukan secara rapat sehingga berbentuk seperti


tanaman pagar dan dapat menahan aliran permukaan dan erosi. Jenis
tanaman yang baik untuk digunakan adalah tanaman Flamengia
congesta atau tanaman jarak.

Foto 2. Tanaman Pagar Penguat Tanah Penutup

4. Pembuatan bangunan pengendali longsor

Pembuatan bangunan pengendali longsor baik dengan teknologi tinggi


yakni terbuat dari beton ataupun dari cara sederhana dengan bronjong
dari batu yang dibungkus dengan bambu. Disamping itu antisipasi
terhadap titik-titik yang rawan longsor dengan upaya menanam
pepohonan yang berakar dalam dan tidak membangun atau
menambang pada titik tersebut

Foto 3. Bangunan Pengendali Banjir

5. Pembuatan bangunan pengendali sedimen berupa sedimen pond

IV-13
Pembuatan bangunan pengendali sedimen berupa sedimen pond yang
dilengkapi dengan beberapa cekdam yang tersusun dari batu dan diatasnya
terdapat sabut kelapa atau ijuk sebagai penyaring sedimen sehingga air
yang keluar ke badan air sudah jernih.

Gambar 23 Pengendali Sedimen Pond

b) Penutupan bak kendaraan saat pengangkutan material dan bahan tambang.

c) Pengaturan frekuensi kendaraan dan membatasi kecepatannya.

d) Aktivitas yang menimbulkan kebisingan dilakukan dari pukul 08.00 sampai


dengan 16.0 WIB.

e) Pembatasan kecepatan kendaraan maksimal 40 km/jam pada ruas jalan yang


banyak kegitan dan daerah simpang/pertemuan jalan.

f) Pemasangan rambu-rambu petunjuk dan peringatan pada daerah yang


diprakirakan rawan terhadap kecelakaan.

g) Melakukan penghijauan dengan tanaman lokal setempat pada daerah-daerah


yang sudah ditambang untuk reklamasi dan rehabilitasi lahan.

4.4.2.2 Pendekatan Sosial Ekonomi - Budaya

Pendekatan sosial ekonomi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan


hidup merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan instrumen sosial ekonomi, berupa
interaksi sosial dan bantuan peran pemerintah. Pendekatan sosial yang diterapkan dalam
pengelolaan lingkungan hidup akibat kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya
Sejahtera, antara lain adalah; pihak pemrakarsa

IV-14
selaku penanggungjawab kegiatan melakukan pendekatan secara partisipatif untuk
melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dari perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring evaluasi pada tahap persiapan penambangan, tahap operasi
penambangan sampai pada tahap pasca operasi penambangan. Pendekatan pengelolaan
lingkungan sosial dengan prinsip “saling menguntungkan” (win-win solution) sehingga
dapat menghasilkan alternatif pengelolaan lingkungan sosial yang dapat memberikan
manfaat baik kepada pemrakarsa maupun masyarakat di sekitar lokasi rencana
kegiatan.

4.4.2.3 Pendekatan Institusional

Pendekatan ini dimaksudkan untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan


yang timbul dari akibat rencana kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya
Sejahtera dan melalui sebuah mekanisme kelembagaan yang ditempuh oleh pemrakarsa
dalam menanggulangi dampak penting. Pendekatan institusional yang akan diterapkan
dalam mengelola dampak penting lingkungan hidup antara lain adalah; pihak
pemrakarsa melakukan kegiatan kerjasama dengan instansi-instansi yang
berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan selanjutnya
instansi-instansi tersebut dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja pengelolaan
lingkungan hidup serta pemrakarsa menyerahkan pelaporan hasil-hasil pengelolaan
lingkungan hidup secara berkala kepada instansi/pihak yang berkepentingan.

4.4.2.2 Arah Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan hidup dimaksudkan agar hasil pengelolaan


dampak mencapai sasarannya, yaitu meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif. Guna mendapatkan hasil pemantauan yang
berhasil guna dan obyektif, diperlukan pemantauan lingkungan yang dilakukan
secara kontinyu, dan dilaksanakan oleh pihak ketiga.

Pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan secara kontinyu dimaksudkan untuk


mendapatkan data selengkap mungkin dan bagaimana kecenderungan data

IV-15
tersebut. Bilamana mengarah ke deteriosasi lingkungan yang lebih besar, maka upaya
pengelolaan lingkungan perlu diperbaiki. Dengan melaksanakan pemantauan yang
baik, diharapkan dapat diperoleh kegiatan penambangan nikel PT. Tiga Cahaya
Sejahtera, yang berwawasan lingkungan.

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) rencana kegiatan


Penambangan nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera, adalah bagian dari dokumen AMDAL yang
menguraikan upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanakan. Penyusunan
dokumen RPL dan RKL mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16
Tahun 2012tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup.

Tabel 51 Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Penambangan Nikel PT.


Tiga Cahaya Sejahtera

Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
I. TAHAP PERSIAPAN
1. Komponen Fisik Kimia
1.1. Debu
Peningkatan kadar  Mobilisasi  PP No.41 Tahun  Semua truk pengangkut
debu udara peralatan dan 1999 Tentang material harus dilengkapi
material Pengendalian dengan bag cover
Pencemaran  Menyiram air pada jalan
Udara tanah yang berpotensi
menimbulkan debu pada
saat kegiatan ini
 Mengoperasikan
kendaraan yang layak
jalan
1.2. Kualitas Udara
Penurunan kualitas  Mobilisasi  PP No.41 Tahun  Mengoperasikan
udara peralatan dan 1999 Tentang kendaraan yang layak
material Pengendalian jalan
Pencemaran
Udara
1.3. Kebisingan
Peningkatan  Kendaraan  Kep –  Mengoperasikan
kebisingan pengangkut 48/MENLH/11/96 kendaraan yang laik jalan
material & (diluar lingkungan  Penanaman pohon
peralatan kerja) sebagai sebagai sound
 Kep. 51/ barrier
Menaker/1999  Mengatur frekuensi lalu
lintas kendaraan

IV-16
Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
 Pengaturan jadwal
bongkar muat
2. Komponen Sosial ekonomi
2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Peningkatan  Izin eksplorasi  Peningkatan Pajak  Melaporkan hasil pajak
pendapatan Daerah  Izin-izin retribusi dan bukti pembayaran
lainnya pemberian izin pajak retribusi
2.2. Kesempatan kerja
Adanya peluang  Penerimaan  Jumlah tenaga  Bekerja sama dengan
kesempatan kerja tenaga kerja kerja lokal yang Disnaker Kab Konawe
dan berusaha diterima memberikan pelatihan,
keterampilan sesuai
kebutuhan proyek
kepada warga sekitar
 Mengutamakan
penerimaan tenaga kerja
pada warga sekitar sesuai
dengan keahlian dan
keterampilannya serta
kebutuhan proyek
2.3. Pendapatan Masyarakat
Meningkatkan  Eksplorasi  Jumlah tenaga  Mengutamakan
pendapatan dan survey kerja lokal yang penerimaan tenaga kerja
masyarakat terutama lapangan diterima pada warga sekitar sesuai
yang direkrut sebagai dengan keahlian dan
tenaga kerja keterampilannya serta
kebutuhan proyek
3. Komponen sosial budaya
3.1. Keresahan masyarakat
Keresahan  Eksplorasi  Timbulnya  Membuka forum
masyarakat terutama dan survey keluhan komunikasi untuk
mereka yang lapangan masyarakat menyelesaikan setiap
memiliki lahan permasalahan yang
disekitar ataupun timbul yang difasilitasi
dilokasi kuasa oleh pemerintah daerah
penambangan
I. TAHAP OPERASI PENAMBANGAN
1. Komponen fisik
kimia
1.1. Peningkatan debu
Peningkatan kadar  Pembukaan  PP No.41 Tahun  Semua truk pengangkut
debu udara lahan 1999 Tentang material harus dilengkapi
 Pembangunan Pengendalian dengan bag cover
sarana Pencemaran  Pemakaian masker bagi
prasarana Udara pekerja di penambangan
tambang  Penyiraman jalan sesuai
 Penggalian, kebutuhan
pemindahan  Pengaturan kecepatan
dan dump truck
penimbunan
tanah penutup

IV-17
Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
 Penambangan
dan
pengolahan
1.2. Bentang alam
Perubahan bentang  Pengupasan  Persentase  Melakukan system
alam tanah pucuk perubahan penambangan sub blok
bentang alam (± 5 ha/subblok)
1.3. Laju limpasan air permukaan
Peningkatan laju  Pembukaan  Koefisien run off  Penambangan dilakukan
limpasan air lahan C=30 secara bertahap
permukaan  Pembangunan  Perencanaan saluran
sarana drainase
prasarana  Pembuatan/pemeliharaan
tambang waduk sedimen dan
 Penggalian, sumur penjernihan
pemindahan
dan
penimbunan
tanah penutup
 Penambangan
dan
pengolahan
1.4. Potensi erosi
Peningkatan potensi  Pembukaan  Besarnya erosi  Penambangan dilakukan
terjadinya erosi lahan melebihi 79,97 secara bertahap
 Pembangunan ton/ha/thn  Perencanaan saluran
sarana drainase
prasarana  Pembuatan/pemeliharaan
tambang settling pond atau waduk
 Penggalian, sedimentasi
pemindahan
dan
penimbunan
tanah penutup
 Penambangan
dan
pengolahan
1.5. Kualitas air
 Pembukaan  Penambangan dilakukan
lahan secara bertahap dengan
 Pembangunan system sub blok (tiap sub
sarana blok 12 ha)
 Membandingkan
prasarana  Perencanaan saluran
hasil pengukuran
tambang drainase
dengan baku
Penurunan kualitas  Penggalian,  Pembuatan/pemeliharaan
mutu air
air Permukaan pemindahan settling pond
berdasarkan PP
dan  Pemb. waduk sedimentasi
No 82 Tahun
penimbunan
2001
tanah penutup
 Penambangan
dan
pengolahan

IV-18
Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
2. Komponen Biologi
2.1. Struktur dan komposisi jenis flora
 Melakukan revegetasi dan
 Perubahan
pemeliharaan pada lahan
Penurunan komposisi  Pembukaan keanekaragaman bekas penambangan
jenis flora lahan jenis dan dengan jenis flora lokal
kerapatan flora
(yang ada di rona
darat
lingkungan awal)
3. Komponen sosial ekonomi
3.1. Kesempatan kerja
 Pembangunan  Banyaknya  Memberikan kesempatan
sarana masyarakat yang dan prioritas dalam
Peluang kesempatan prasarana terlibat dalam kesempatan kerja dan
kerja dan berusaha tambang kegiatan berusaha bagi masyarakat
 Penambangan operasioanal sekitar lokasi
penambangan penambangan
3.2. Kesempatan berusaha
 Banyaknya  Memberikan kesempatan
masyarakat yang dan prioritas dalam
Peluang berusaha
melakukan usaha kesempatan kerja dan
bagi masyarakat
 Penambangan sebagai dampak berusaha bagi masyarakat
sekitar maupun dari
multi efek player
luar
dari kegiatan
penambangan
3.3. Pendapatan masyarakat
 Mengutamakan
 Jumlah tenaga
Peningkatan masyarakat lokal sebagai
kerja lokal yang
pendapatan  Penambangan tenaga kerja sesuai
bekerja pada
masyarakat dengan keahlian dan
perusahaan
keterampilannya
4. Komponen Sosial Budaya
4.1. Keresahan masyarakat
Adanya keresahan  Penambangan  Timbulnya  Membuka forum
masyarakat terutama dan keluhan komunikasi untuk
dengan hadirnya pengolahan masyarakat menyelesaikan setiap
pendatang baru  jumlah tenaga permasalahan yang
ataupun ketidak kerja lokal yang timbul yang difasilitasi
pastian perekrutan terlibat dalam oleh pemerintah daerah
tenaga kerja lokal kesempatan kerja
untuk kerja di dan
perusahaan mengembangkan
jenis usaha
5. Komponen kesehatan masayarakat
5.1. Derajat kesehatan masyarakat
 Pembukaan  Jenis penyakit  Membantu upaya
lahan yang muncul dan peningkatan pelayanan
 Pembangunan berkembang kesehatan masyarakat
Peningkatan angka
sarana selama melalui kerja sama
kesakitan masyarakat
prasarana pelaksanaan dengan Puskesmas dan
tambang kegiatan operasi Polindes
penambangan.

IV-19
Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
 Penggalian,  Tingkat  Pemberdayaan
pemindahan gangguan masyarakat melalui pola
dan kesehatan yang hidup sehat
penimbunan dialami
tanah penutup masyarakat.
 Penambangan
II. TAHAP PASCA PENAMBANGAN
1. Komponen fisik kimia
1.1. Bentuk wilayah dan kelerengan
 reklamasi,  Persentase  Melakukan system
Perbaikan bentang revegetasi perubahan reklamasi setiap selesai
alam dan bentang alam penambangan pada sub
rehabilitasi blok (± 12 ha/subblok)
1.2. Kualitas air
 reklamasi,  Reklamasi dilakukan
revegetasi  Membandingkan segera setelah dilakukan
dan hasil pengukuran penambangan pada tiap
rehabilitasi dengan baku sub blok
Kenaikan kuantitas
mutu air  Perencanaan saluran
dan kualitas air
berdasarkan PP drainase
No 82 Tahun  Pembuatan/pemeliharaan
2001 settling pond
 Pemb. waduk sedimentasi
2. Komponen sosial ekonomi
2.1. Kepemilikan lahan
 reklamasi,  Perbaikan  Penanaman lahan bekas
revegetasi bentang tambang dengan jenis
dan alam/lahan tanaman yang
Lahan masyarakat rehabilitasi menjadi lebih bermanfaat dan
dilakukan reklamasi baik konservatif
sehingga dapat  Bekerjasama dengan
dimanfaatkan Pemda untuk pengelolaan
kembali lahan atau diberikan
kepada masyarakat yang
memiliki lahan diluar
kawasan hutan
2.2. Kesempatan kerja
 Timbulnya  Membuka forum
keluhan komunikasi untuk
Hilangnya sumber  Pelepasan masyarakat menyeleasikan setiap
mata pencaharian tenaga kerja  jumlah tenaga permasalahan yang
kerja lokal yang timbul yang difasilitasi
di PHK oleh pemerintah daerah
2.3. Kesempatan berusaha
 Adanya keluhan  Membuka forum
dari masyarakat komunikasi
 Hilangnya  Bekerjasama dengan
Hilangnya  Pelepasan
kesempatan Pemda Konawe
kesempatan berusaha tenaga kerja
berusaha memberikan pelatihan
dan keterampilan usaha
sebelum dilakukan PHK
2.4. Pendapatan masyarakat

IV-20
Rencana Pengelolaan
Jenis Dampak Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak
Lingkungan Hidup
1 2 3 4
 Membuka forum
komunikasi
 Menurunya
Menurunya  Bekerjasama dengan
 Pelepasan tingkat
pendapatan Pemda Konawe
tenaga kerja pendapatan
masyarakat memberikan pelatihan
masyarakat
dan keterampilan usaha
sebelum dilakukan PHK
3. Komponen sosial budaya
3.1. Keresahan masyarakat
keresahan masyarakat  Pelepasan  Timbulnya  Membuka forum
terutama mereka tenaga kerja keluhan komunikasi
yang bekerja sebagai masyarakat  Bekerjasama dengan
karyawan perusahaan  jumlah tenaga Pemda Konawe
maupun yang terkait kerja lokal yang memberikan pelatihan
dengan aktivitas di PHK dan keterampilan usaha
penambangan sebelum dilakukan PHK

4.5 Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup

Hasil evaluasi dampak yang telah dilakukan pada bagian telaahan terhadap
Dampak Penting menunjukkan bahwa kegiatan ini, memberikan dampak negatif dan positif
terhadap lingkungan. Pada bagian telaahan sebagai dasar pengelolaan dampak-dampak
tersebut diarahkan untuk dikelola dengan baik, sehingga dampak negatif dapat
diminimumkan dan dampak positif dapat dimaksimumkan. Berdasarkan argumen tersebut,
maka kegiatan usaha pertambangan bijih nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera dinilai layak dari
sudut lingkungan hidup.

Rekomendasi ini didasarkan atas analisis secara komprehensif dan holistik


dan kriteria kelayakan lingkungan sebagai berikut:

1. Lokasi rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera yang
terletak di Kec. Routa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara secara
keruangan sesuai alokasi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Konawe. Hal tersebut
dikuatkan dengan Rekomendasi Kesesuaian Ruang oleh Kepala Dinas Perumahan dan
Penataan Ruang Daerah Kabupaten Konawe kepada PT. Tiga Cahaya Sejahtera untuk
pemanfaatan lokasi Usaha Pertambangan Bijih nikel, telah mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan muatan yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Konawe
Tahun 2012- 2032.

IV-21
2. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan peningkatan bising
akan dikelola dengan pendekatan teknologi agar kualitas lingkungan sekitar tidak
melebihi baku mutu. Pengelolaan dampak akan dilakukan secara terintegrasi, seperti
semua air limbah akan diproses sebelum masuk dalam badan air/dibuang, semua
limbah B3 akan ditampung pada TPS khusus limbah B3 dengan SOP yang ketat, semua
limbah domestik akan ditampung sementara di TPS dan secara reguler diangkut ke
TPA.

3. Aktivitas Usaha Pertambangan Bijih nikel oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera yang
terletak di Kec. Routa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara tidak akan
mengganggu kepentingan pertahanan dan keamanan, karena tidak terdapat instalasi
militer atau aktivitas latihan militer di sekitar lokasi kegiatan.

4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, produksi, dan pasca produksi telah
dilakukan kajian pada Bab III dalam dokumen ini.

5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negative
seperti yang tersaji pada Bab IV dalam dokumen ini.

6. Dampak yang bersifat penting dapat dikelola, demikian juga dampak yang tidak penting
pengelolaannya dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi, sosial ekonomi dan
pendekatan institusi. Disamping itu PT. Tiga Cahaya Sejahtera menyiapkan SOP untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan, disamping itu PT. Tiga Cahaya
Sejahtera juga mempunyai sistem manajemen lingkungan sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab yaitu memperhatikan kepedulian terhadap masyarakat sekitar dan
melindungi lingkungan sekitar sebagai bentuk kontribusi terhadap lingkungan.
Penanggulangan dampak yang diprakirakan akan terjadi tertuang dalam Matriks RKL
dan RPL, sementara komitmen perusahaan

IV-22
terhadap lingkungan tertuang dalam Kebijakan Lingkungan PT. Tiga Cahaya
Sejahtera. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan,maka dampak yang
ditimbulkan tidak akan menjadi beban yang besar terhadap lingkungan dan
diharapkan dapat diasimilasi oleh lingkungan. Hal ini akan tertuang didalam
pelaksanaan pemantauan lingkungan.

7. Kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak mengganggu nilai-nilai sosial


atau pandangan masyarakat ( emic view ) masyarakat Kec. Routa 8.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan:

a) entitas dan/atau spesies kunci (key species);

b) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);

c) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau

d) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).

9 Rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel di Kecamatan Routa oleh PT. Tiga
Cahaya Sejahtera tidak akan mengganggu kegiatan yang telah ada di
sekitarnya.

10. Dampak yang timbul akibat adanya Usaha Pertambangan Bijih nikel di Kec.
Routa oleh PT. Tiga Cahaya Sejahtera belum dapat di tetapkan bahwa tidak
akan menyebabkan terlampuainya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup disebabkan kajian lingkungan terhadap kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup belum perna dikaji sebelumnya
akan tetapi dengan evaluasi secara holistik ini diharapkan dapat menjadi
arahan tepat dalam mengontrol operasional kegiatan agar selalu berada dalam
kaidah lingkungan yang lestari.

Setelah dilakukan evaluasi secara holistik, maka rencana usaha Pertambangan Bijih
nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera dinyatakan layak dari segi lingkungan hidup dengan
mempertimbangkan 10 kriteria sebagaimana diatur dalam Permen LH. RI. No. 08
Tahun 2006 (Lampiran II).

IV-23
DAFTAR PUSTAKA

2012 PT. Tiga Cahaya Sejahtera; Laporan Studi Kelayakan/Feasibility Study PT. Tiga
Cahaya Sejahtera, Desember 2012; Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

2012 PT. Tiga Cahaya Sejahtera; Laporan Eksplorasi PT. Tiga Cahaya Sejahtera,
Desember 2012; Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

2012 Kabupaten Konawe Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.

2012 Kecamatan Routa Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.


Katalog BPS: 11102001.7403193.

2011 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Konawe Menurut


Lapangan Usaha Tahun 2010. Katalog BPS: 930203.7203

2010 KLH RI.; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009


Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Pusat, Jakarta.

2010 KESDM RI.; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2009


Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kantor Kementerian Negara
Energi Sumberdaya Mineral (KESDM) Pusat, Jakarta.

2007 Arif, I. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian


Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan, UNSRAT, Manado

2007 Pribadi, P. Peranan Asosiasi Dalam Peningkatan Kualitas Program CSR


Perusahaan Tambang, Indonesian Mining Association, Balikpapan

2007 The Nature Conservancy (TNC); Keanekaragaman Hayati (Vegetasi, Avifauna dan
Mamalia) Di Cagar Alam Konawe, Sulawesi Tenggara. Yayasan Ngata Anata
(YANGATA)- The Nature Conservancy (TNC), Palu Sulteng.

2006 KPP Konservasi; Ensiklopedi Bahan Galian Indonesia, Seri Batugamping,


Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

2002 Rahmawaty,. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah


Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

2001 Karliansyah, M.R. Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang


Pertambangan. Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL. Jakarta
1997 Suryowinoto, S.M. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.

1994 Mursoedi, DS. Widagdo, Junus, D, Nata Suharta, Darul SWP., Sarwono, H
dan Hof, J. Pedoman Klasifikasi Landform, Pusat Penelitian Lingkungan
Tanah dan Agroklimatology, Bogor.

1993 Hardjasoemantri, K. Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

1993 Harto, S. Analisis Hidrologi. Cetakan Petama. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

1992 Alaerts, G. Penuntun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


di Indonesia, Jakarta: Bapedal-EMDI.

1992 Fandeli, C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan


Pemahamannya dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.

1992 Fardiaz, Srikando. Polusi Air dan Udara. Edisi I, Cetakan I.


Yayasan Kanisius, Yogyakarta

1991 Gunawan. S. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah


Mada University Press, Yoyakarta

1990 Alikodra, H.S. Pengelolaan Satwa Liar. Pusat Antar Universitas (PAU)
Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

1990 Aneka Tambang, P.T., “Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Unit


Pertambangan Nikel, Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara”.

1989 Arsyad, S,. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor

1989 Sjafei, D.S., R. Affandi, R., M.F. Rahardjo dan M. Brodjo. Sistimatika Ikan
Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Dikti, PAU - Ilmu Hayat. IPB, Bogor

1987 Alaerts, G., dan S. Sri Sumestri. Metode Penelitian Air. Cetakan Pertama,
Surabaya.

1986 Hutabarat, S. dan S.M. Evans. Kunci Identifikasi Zooplankton.


Universitas Indonesia Press, Jakarta.

1986 MacKinnon, K. Alam Asli Indonesia flora, Fauna dan Keserasian. PT.
Gramedia, Jakarta

1984 Suparni, Nniek. Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum


Lingkungan Edisi I Cetakan ke-2. Sinar Grafika, Jakarta

1982 Sachlan, M. Planktonology. Fakultas Peternakan Univ ersitas Diponegoro,


Semarang. Universitas Gaja Mada Press, Yoyakarta, 295 hal.

1981 Schwab. G.O., R.K. Prevert, T.W. Edminester, and K.K. Barnes. Soil and
Water Conservation Engineering. John Wiley & Sons, Inc. New York

1976 Surianegara, I. dan Indrawan, A; Ekologi Hutan Indonesia.


Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

1974 Stermole Franklin J., “Economic Evaluation and Investment


Decision Methode”, Colorado School of Mine.

1971 Odum. E.P. Fundamental of Ecology. Third edition, W.B. Sounders Co.
Philaddelphia and London, 546 pp
LAMPIRAN-LAMPIRAN
MATRIKS RKL
Lampiran I: Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera
Di Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kabupaten Konawe

Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
I. TAHAP PERSIAPAN
1.1. Kegiatan Pengurusan Perizinan
Berubahnya pola Diberikannya izin Beralihnya Memastikan bahwa Pengurusan Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
kepemilikan kuasa pengelolaan seluruh komponen perizinan melalui Tanggola dan pengurusan Cahaya Lingkungan
lahan dari pertambangan lahan seluas pemerintah mekanisme yang Puuwiwirano perizinan Sejahtera Hidup
masyarakat dan oleh pemerintah 3.080 Ha dari (terutama sesuai dengan Kecamatan Kabupaten
pemerintah kepada pemerintah dan kecamatan / desa) aturan dan Routa Konawe dan
menjadi milik pemrakarsa masyarakat dan masyarakat perundangan yang Kabupaten instansi
perusahaan/pem kepada pihak semua menyetujui berlaku pada Konawe terkait
kegiatan
rakarsa kegiatan pemrakarsa pengalihan tersebut Pemerintah
kegiatan setempat
(kecamatan dan
desa) serta telah
dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat
PAD Retribusi izin Bertambahnya Agar retribusi izin Pemrakarsa Dinas Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati Konawe
kuasa PAD dari sektor kuasa membayar seluruh Pendapatan selama proses Cahaya Lingkungan
pertambangan perizinan dan pertambangan dan biaya perizinan Kabupaten pengurusan Sejahtera Hidup
dan izin-izin jasa izin-izin lainnya sesuai dengan Konawe perijinan Kabupaten
lainnya masuk ke Kas besaran dan waktu Konawe dan
pemerintah daerah yang telah instansi
ditetapkan terkait
Kabupaten Konawe

1.2. Kegaiatan Sosialisasi

RKL-1
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Munculnya Bila sosialisasi Adanya sikap Meminimalisasi Melakukan sosialisasi Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
persepsi negatif tidak dilakukan dan persepsi munculnya sikap dan dengan memberikan Tanggola dan Sosialisasi Cahaya Lingkungan
dari masyarakat dengan baik negatif dari persepsi negatif dari penjelasan tentang Puuwiwirano Sejahtera Hidup
setempat masyarakat masyarakat manfaat Kecamatan Kabupaten
setempat setempat terhadap pelaksanaan proyek Routa Konawe dan
terhadap proyek pelaksanaan penambangan nikel Kabupaten instansi
kegiatan di lokasi tersebut Konawe terkait
penambangan
Keresahan Bila sosialisasi Adanya Meminimalisasi Melakukan sosialisasi Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
masyarakat tidak dilakukan masyarakat yang jumlah masyarakat dengan memberikan Tanggola dan Sosialisasi Cahaya Lingkungan
dengan baik resah akibat yang resah terhadap penjelasan tentang Puuwiwirano Sejahtera Hidup
rencana kegiatan pelaksanaan manfaat Kecamatan Kabupaten
kegiatan pelaksanaan proyek Routa Konawe dan
penambangan penambangan nikel Kabupaten instansi
di lokasi tersebut Konawe terkait
1.3. Kegiatan Eksplorasi dan Survei Lapangan
Kesempatan Kebutuhan Jumlah tenaga Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
kerja tenaga kerja kerja yang lapangan/kesempata informasi yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Penanaman
untuk kegiatan diserap n kerja terutama jelas tentang Puuwiwirano survey Sejahtera Modal
eksplorasi dan perusahaan pada bagi masyarakat jumlah tenaga Kecamatan lapangan Konawe dan
survey lapangan kegiatan sekitar lokasi kerja dan Routa Camat Routa,
spesifikasi yang
untuk meneliti eksplorasi dan rencana kegiatan Kabupaten Camat Routa,
dibutuhkan serta
potensi survey lapangan Konawe dan instansi
besaran gaji
cadangan nikel terkait
 Mengutamakan
dilokasi rencana pelamar yang lainnya
kegiatan berasal dari
masyarakat
sekitar lokasi
rencana kegiatan

RKL-2
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
sesuai dengan
spesifikasi
pekerjaan yang
tersedia

Kesempatan Kegiatan Meningkatkan Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati Konawe
berusaha eksplorasi dan kebutuhan kesempatan informasi yang Tanggola dan selama Cahaya Lingkungan
survey lapangan tenaga kerja dan berusaha bagi jelas tentang Puuwiwirano kegaiatan Sejahtera Hidup
perusahaan bahan dan Kecamatan eksplorasi dan Kabupaten
masyarakat untuk
untuk kelancaran barang yang Routa survei Konawe dan
mengadakan
dibutuhkan para
kegiatan kebutuhan pekerja Kabupaten lapangan instansi
pekerja dan
eksplorasi dan Konawe terkait
dan perusahaan perusahaan
survey lapangan
 Membeli
kebutuhan
pekerja dan
perusahaan pada
badan usaha /
toko / kios /
warung yang ada
disekitar lokasi
rencana kegiatan
Adanya Pemenuhan Meningkatkan Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
kesempatan kebutuhan kebutuhan kesempatan informasi yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Lingkungan
berusaha bagi sehari-hari tenaga kerja dan berusaha bagi jelas tentang Puuwiwirano survey Sejahtera Hidup
masyarakat bahan dan Kecamatan Kabupaten
tenaga kerja perusahaan masyarakat untuk lapangan
setempat barang yang Routa Konawe dan
kegiatan untuk kelancaran mengadakan
dibutuhkan para
eksplorasi dan kegiatan kebutuhan pekerja Kabupaten instansi
pekerja dan
Konawe terkait
survey lapangan eksplorasi dan dan perusahaan perusahaan
survey lapangan  Membeli
kebutuhan

RKL-3
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
pekerja dan
perusahaan pada
badan usaha /
toko / kios /
warung yang ada
disekitar lokasi
rencana kegiatan

Terjadinya Pendapatan Meningkatnya Meningkatkan  Memberikan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
peningkatan masyarakat pendapatan pendapatan upak kerja yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Lingkungan
pendapatan berasal dari upak masyarakat saat masyarakat layak, wajar Puuwiwirano survey Sejahtera Hidup
masyarakat kerja tenaga minimal setara Kecamatan Kabupaten
kegiatan lapangan
setempat kerja kegiatan dengan UMR Routa Konawe dan
eksplorasi dan
Kabupaten
eksplorasi dan survey lapangan Kabupaten instansi
Konawe
survey lapangan Konawe terkait
 Membeli
kebutuhan
pekerja dan
perusahaan
pada badan
usaha / toko /
kios / warung
yang ada
disekitar lokasi
rencana
kegiatan

1.4. Kegiatan Pembebasan Lahan


Munculnya Pembebasan Sikap negatif Meminimalisasi  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
persepsi negatif lahan untuk masyarakat munculnya sikap dan informasi yang Tanggola dan pembebasan Cahaya Lingkungan
terhadap proyek penambangan terhadap persepsi negatif dari jelas terhadap Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup

RKL-4
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
dari masyarakat yang masuk rencana masyarakat rencana Kecamatan Kabupaten
setempat apabila dalam areal Izin pembebasan setempat terhadap pembebasan Routa Konawe dan
terjadi Pertambangan lahan masyarakat pelaksanaan lahan sehingga Kabupaten instansi
perbedaan nilai/ yang diberikan kegiatan masyarakat dapat Konawe terkait
harga besaran oleh Pemerintah pembebasan lahan menyiapkan diri
sedini mungkin.
“ganti layak” Daerah setempat
 Mengembangkan
terhadap lahan
mekanisme
mereka
komunikasi yang
terbuka tentang
masalah lahan
dengan
melakukan
pendekatan
sehingga tercapai
kesepakatan
antara masyarakat
pemilik lahan
dengan pihak
perusahaan.
 Melakukan
relokasi lahan
masyarakat ke
tempat lain yang
diatur melalui
Pemerintah
Daerah setempat
Adanya Pembebasan Jumlah Meminimalisasi  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
masyarakat yang lahan untuk masyarakat yang jumlah anggota informasi yang Tanggola dan pembebasan Cahaya Lingkungan
resah apabila penambangan resah terhadap masyarakat jelas terhadap Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
terjadi yang masuk rencana setempat yang resah rencana Kecamatan Kabupaten
pembebasan

RKL-5
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
perbedaan nilai/ dalam areal Izin pembebasan terhadap lahan sehingga Routa Konawe dan
harga besaran Pertambangan lahan masyarakat pelaksanaan masyarakat dapat Kabupaten instansi
“ganti layak” yang diberikan kegiatan menyiapkan diri Konawe terkait
terhadap lahan oleh Pemerintah pembebasan lahan sedini mungkin.
masyarakat Daerah setempat  Mengembangkan
mekanisme
komunikasi yang
terbuka tentang
masalah lahan
dengan
melakukan
pendekatan
sehingga tercapai
kesepakatan
antara masyarakat
pemilik lahan
dengan pihak
perusahaan.
 Melakukan
relokasi lahan
masyarakat ke
tempat lain yang
diatur melalui
Pemerintah
Daerah setempat
Adanya Pembebasan Tambahan Meningkatkan  Pemberian ganti Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
peningkatan lahan untuk jumlah pendapatan layak yang pantas Tanggola dan pembebasan Cahaya Pemberdayaa
pendapatan penambangan pendapatan masyarakat pemilik dan wajar minimal Puuwiwirano lahan Sejahtera n Masyarakat
masyarakat yang yang masuk lahan yang masuk sesuai dengan Kecamatan Desa (BPMD)
masyarakat
diperoleh “ganti dalam areal Izin dalam areal Kuasa NJOP tanah di Routa dan Camat
daerah tersebut.
Pertamabangan Pertambangan Routa, Camat

RKL-6
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
layak” terhadap yang diberikan  Melibatkan tim dari Kabupaten Routa,
lahan mereka oleh Pemerintah unsur pemerintah Konawe instansi
Daerah setempat dan perwakilan terkait
masyarakat dalam lainnya
membahas
mekanisme ganti
layak agar
masyarakat pemilik
lahan memperoleh
hak-hak mereka
secara adil
1.5. Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengurangi adanya  Pekerja dianjurkan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dalam pembersihan debu di udara keluhan dari pekerja menggunakan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan
3
pembersihan lahan dalam mg/m masyarakat helm pengaman di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
lahan sesuai PP No. setempat terhadap dan masker. Tanggola dan Kabupaten
menimbulkan 41 Tahun 1999 perubahan kualitas  Melakukan Puuwiwirano Konawe dan
 Adanya aktivitas
peningkatan udara khususnya Kecamatan instansi
keluhan dari kendaraan saat
partikel debu debu saat Routa terkait
pekerja atau pembersihan
pembersihan lahan Kabupaten lainnya
masyarakat lahan pada siang
sekitar tentang hari mulai jam Konawe
peningkatan 8.00 sampai
partikel debu dengan 18.00.
di udara
Adanya Kegiatan  Keputusan Mengurangi adanya  Pekerja dianjurkan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
peningkatan pembersihan Menteri keluhan dari pekerja menggunakan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan
kebisingan lahan Lingkungan masyarakat helm pengaman di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
akibat aktivitas Hidup Nomor setempat terhadap dan ear plug. Tanggola dan Kabupaten
kendaraan dalam 48/MENLH/11/ kebisingan saat  Melakukan Puuwiwirano Konawe dan
1996 tentang aktivitas
kegiatan pembersihan lahan instansi
baku mutu kendaraan disiang

RKL-7
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
pembersihan tingkat hari mulai jam Kecamatan terkait
lahan (land kebisingan 8.00 sampai Routa lainnya
clearing)  Adanya dengan 18.00.
keluhan dari
pekerja atau
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan.

Pembersihan Pembersihan Terjadinya Mengurangi  Melakukan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
lahan akan lahan peningkatan terjadinya pembersihan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan
terjadi erosi tanah peningkatan aliran lahan memotong di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
pemadatan permukaan dan arah kontur lereng Tanggola dan Kabupaten
tanah sehingga erosi  Tidak melakukan Puuwiwirano Konawe dan
pembersihan
menyebabkan Kecamatan instansi
lahan sekaligus
tingkat erosi Routa terkait
tetapi setempat-
tanah meningkat lainnya
setempat.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga secara
berselang-seling.
Tidak melakukan
pembersihan
lahan pada radius
200 meter dari
sungai (sempadan
sungai)

RKL-8
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Pembersihan Pembersihan Terjadinya Menekan terjadinya  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
lahan lahan penurunan penurunan kualitas beberapa Tanggola dan pembersihan Cahaya Lingkungan
berdampak kualitas air atau kekeruhan air cekdam-cekdam Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
terhadap TSS, permukaan atau sungai pada setiap Kecamatan Kabupaten
pH, TDS, kekeruhan daerah pengaliran Routa Konawe dan
/sungai yang
kekeruhan, serta instansi
dilengkapi dengan
masuknya terkait
filter/penyaring
logam-logam lainnya
sedimen dari
terlarut (Cd, Hg, sabut kelapa atau
Cu, Pb, Zn) ke ijuk.
perairan  Membuat
sehingga akan sedimen pond
terjadi atau kolam
penurunan penampung
kulitas air sungai sedimen yang
dilengkapi dengan
weir dan
filter/penyaring
sebelum mengalir
ke sungai.
 Tidak melakukan
pembersihan
lahan pada radius
200 meter dari
sungai (sempadan
sungai)

Menurunnya Pembersihan Pembersihan Untuk mengatur  Menyisakan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati Konawe
keanekaragaman lahan lahan akan seminimal mungkin pohon atau Tanggola dan pembersihan Cahaya Lingkungan
vegetasi alami menyebabkan penebangan pohon vegetasi Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
penyangga air

RKL-9
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
dan tanaman berkurangnya dan vegetasi larian dan erosi Kecamatan Kabupaten
budidaya beberapa spesies budidaya dengan dan habitat bagi Routa Konawe dan
masyarakat serta vegetasi alami menyisakan fauna darat Kabupaten instansi
terganggunya dan tanaman beberapa pohon  Memperhatikan Konawe terkait
habitat dan budidaya sebagai penyangga spesies-spesies lainnya
pohon endemik
migrasinya fauna masyarakat dan habitat bagi
untuk dikoleksi
darat terganggunya fauna
dan dibibitkan
fauna darat
sebagai tanaman
reklamasi dan
rehabilitasi tanah
tambang.
 Bagi vegetasi
budidaya milik
masyarakat perlu
dilakukan ganti
rugi tanaman.
 Membuat habitat
baru di luar areal
penambangan
bagi satwa liar
yang endemik

Adanya Pembersihan Pembersihan Untuk  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Dinas Bupati Konawe
penurunan lahan lahan akan meminimalkan menyiapkan obat- Tanggola dan pembersihan Cahaya Kesehatan
derajat menyebabkan dampak penurunan obatan jika ada Puuwiwirano lahan Sejahtera Konawe dan
kesehatan yang adanya derajat kesehatan masyarakat yang Kecamatan Badan
dialami gangguan pada masyarakat akibat sakit. Routa Lingkungan
 Menyediakan pos
masyarakat kesehatan terbukanya lahan Kabupaten Hidup
pelayanan
sekitar masyarakat Konawe Kabupaten
kesehatan.
akibat Konawe dan

RKL - 10
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
terganggunya  Menyiapkan instansi
habitat bagi tenaga medis bagi terkait
biota penyebab perusahaan lainnya
penyakit seperti
malaria, demam
berdarah, diare
dan sebagainya
Rendahnya Pembersihan Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Dinas Bupati Konawe
keselamatan dan lahan yang mengalami keselamatan dan menyiapkan Tanggola dan pembersihan Cahaya Kesehatan
kesehatan kerja sakit dan kesehatan para prosedur Puuwiwirano lahan Sejahtera Konawe dan
yang dialami kecelakaan saat pekerja saat operasional Kecamatan Badan
oleh tenaga kerja kegiatan kegiatan standar Routa Lingkungan
keselamatan
pembersihan pembersihan lahan Kabupaten Hidup
setiap item
lahan Konawe Kabupaten
pekerjaan
Konawe dan
 Menyediakan alat-
instansi
alat dan pakaian
keselamatan kerja terkait
 Menyiapkan lainnya
rambu-rambu
keselamatan bagi
pekerja
1.6. Kegiatan Pembangunan Saran dan Prasarana
Kegiatan Kegiatan Terjadinya Mengurangi  Membuat desain Blok Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
pembangunan Pembangunan peningkatan terjadinya bangunan sesuai penambangan pembangunan Cahaya Lingkungan
sarana Sarana Prasarana aliran pemukaan peningkatan aliran dengan bentuk di Daerah Desa sarana Sejahtera Hidup
penunjang penunjang dan erosi tanah permukaan dan topografi seperti Tanggola dan prasarana Kabupaten
penambangan kegiatan erosi tanah berdasarkan kontur Puuwiwirano penunjang Konawe dan
lereng
nikel akan Penambangan Kecamatan penambangan instansi
 Disekitar bangunan
menyebabkan Nikel Routa nikel
yang dibangun

RKL - 11
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
naiknya tingkat disisakan tidak Kabupaten terkait
bahaya erosi ditebang pohon- Konawe lainnya
pohon atau semak
yang ada di samping
kiri-kanan
bangunan.
 Kalau daerah
terbuka perlu di
hijaukan dan disertai
dengan saluran
drainase.
 Bagi tanah-tanah
yang rawan longsor
digunakan dinding
bronjong dan
vegetasi untuk
stabilitas lereng
Kegiatan Kegiatan Adanya Mempertahankan  Membuat Lokasi Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
pembangunan Pembangunan perubahan kualitas air sungai, beberapa bangunan pembangunan Cahaya Lingkungan
sarana prasarana Sarana prasarana parameter meskipun ada cekdam-cekdam sarana sarana Sejahtera Hidup
penunjang penunjang dan penentu kualitas kegiatan pada setiap prasarana prasarana Kabupaten
penambangan Penambangan air sungai seperti pembangunan daerah pengaliran penunjang penunjang Konawe dan
yang dilengkapi
nikel akan nikel TSS, TDS, pH, sarana prasarana penambangan penambangan instansi
dengan
menyebabkan kekeruhan penunjang nikel pada nikel terkait
filter/penyaring
penurunan penambangan nikel tapak proyek lainnya
sedimen dari
kualitas air sabut kelapa atau
sungai ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung

RKL - 12
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
sedimen yang
dilengkapi dengan
weir dan
filter/penyaring
sebelum air masuk
ke sungai.
 Membangun
saran prasarana
minimal 200 m
dari garis
sempadan sungai

Rendahnya Pembangunan Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak Lokasi tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
keselamatan dan sarana prasarana yang mengalami keselamatan dan perusahaan proyek di pembangunan Cahaya Lingkungan
kesehatan kerja penunjang sakit dan kesehatan para menyiapkan Daerah Desa sarana Sejahtera Hidup
yang dialami penambangan kecelakaan saat pekerja saat prosedur Tanggola dan prasarana Kabupaten
oleh tenaga kerja nikel kegiatan kegiatan operasional Puuwiwirano penunjang Konawe dan
standar
pembangunan pembangunan Kecamatan instansi
keselamatan
sarana prasarana sarana prasarana Routa terkait
setiap item
tambang tambang Kabupaten lainnya
pekerjaan
 Menyediakan Konawe
alat-alat dan
pakaian
keselamatan
kerja
 Menyiapkan
rambu-rambu
keselamatan bagi
pekerja
1.7. Kegiatan Mobilisasi Peralatan

RKL - 13
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Penurunan Dampak Total partikel Mengendalikan  Semua truk Blok Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kualitas udara bersumber dari debu di udara peningkatan partikel pengangkut penambangan mobilisasi Cahaya Lingkungan
3
akibat adanya lalulintas dalam mg/m debu material harus di Daerah Desa peralatan pada Sejahtera Hidup
peningkatan kendaraan sesuai PP No. 41 dilengkapi Tanggola dan tahap Kabupaten
kadar debu di pengangkut Tahun 1999 dengan bag Puuwiwirano persiapan Konawe dan
cover
udara material untuk Kecamatan instansi
 Penyiraman pada
keperluan Routa terkait
badan jalan yang
penambangan lainnya
berpotensi
nikel dan menimbulkan
pembangunan debu terutama
sarana dan pada waktu
prasarana kering
 Mengoperasikan
kendaraan yang
layak pakai.

Peningkatan Dampak Keputusan Mengurangi tingkat  Mengoperasikan Blok Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kebisingan bersumber dari Menteri gangguan akibat kendaraan yang penambangan mobilisasi Cahaya Lingkungan
adanya lalulintas Lingkungan kebisingan layak pakai, di Daerah Desa peralatan pada Sejahtera Hidup
kendaraan Hidup Nomor  Mengatur Tanggola dan tahap Kabupaten
pengangkut 48/MENLH/11/19 frekuensi Puuwiwirano persiapan Konawe dan
lalulintas
peralatan untuk 96 tentang baku Kecamatan instansi
kendaraan
keperluan mutu tingkat Routa terkait
 Pengaturan
penambangan kebisingan lainnya
jadwal
nikel dan pengoperasian
pembangunan kendaraan
sarana prasarana pengangkut
peralatan berat
lainnya.

RKL - 14
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Rendahnya Mobilisasi Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
keselamatan dan peralatan yang mengalami keselamatan dan menyiapkan Tanggola dan mobilisasi Cahaya Lingkungan
kesehatan kerja penambangan sakit dan kesehatan para prosedur Puuwiwirano peralatan Sejahtera Hidup
yang dialami nikel kecelakaan saat pekerja saat operasional Kecamatan Kabupaten
oleh tenaga kerja kegiatan kegiatan mobilisasi standar Routa Konawe dan
keselamatan
mobilisasi peralatan instansi
setiap item
peralatan terkait
pekerjaan
lainnya
 Menyediakan alat-
alat dan pakaian
keselamatan kerja
 Menyiapkan
rambu-rambu
keselamatan bagi
pekerja

1.8. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja

Munculnya Penerimaan Sikap negatif dan Mengurangi adanya  Memprioritaskan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
persepsi negatif tenaga kerja keresahan sikap dan persepsi tenaga kerja lokal Tanggola dan penerimaan Cahaya Lingkungan
terhadap proyek lokal. masyarakat negatif serta kriminal sesuai dengan Puuwiwirano tenaga kerja Sejahtera Hidup
bahkan kriminal bahkan kriminal dari masyarakat keahlian dan Kecamatan saat tahap Kabupaten
dari masyarakat terhadap proses setempat terhadap kompetensi yang Routa dan persiapan Konawe dan
dimilikinya.
setempat bila penerimaan proses penerimaan instansi
 Pemberian
proses tenaga kerja tenaga kerja terkait
informasi yang
penerimaan lainnya
jelas terhadap
tenaga kerja prosedur
tidak melibatkan rencana
masyarakat lokal penerimaan
sekitar daerah tenaga kerja lokal
penambangan

RKL - 15
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Timbulnya Penerimaan Adanyan Menghindari  Memprioritaskan Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
keresahan tenaga kerja masyarakat yang munculnya tenaga kerja lokal Tanggola dan penerimaan Cahaya Lingkungan
masyarakat lokal resah terhadap keresahan sesuai dengan Puuwiwirano tenaga kerja Sejahtera Hidup
terhadap proyek proses dikalangan keahlian dan Kecamatan Kabupaten
bahkan bila penerimaan masyarakat kompetensi yang Routa Konawe dan
dimilikinya.
proses tenaga kerja. setempat terhadap instansi
 Pemberian
penerimaan proses penerimaan terkait
informasi yang jelas
tenaga kerja tenaga kerja lainnya
terhadap prosedur
tidak melibatkan rencana
masyarakat lokal penerimaan tenaga
sekitar daerah kerja lokal
penambangan

Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memaksimalkan  Memberikan upah Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
sumber mata tenaga kerja peluang penggunaan tenaga sesuai dengan Tanggola dan penambangan Cahaya Lingkungan
pencaharian dan dalam kegiatan kerja dan kerja lokal dalam standar yang Puuwiwirano nikel Sejahtera Hidup
pendapatan penambangan berusaha penambangan nikel ditentukan oleh Kecamatan Kabupaten
keluarga nikel bagi sehingga menjadi pemerintah. Routa Konawe dan
masyarakat  Memberikan
sumber mata instansi
lokal. tunjangan seperti
pencaharian dan terkait
 Adanya Tunjangan Hari
pendapatan lainnya
peningkatan Raya (THR), cuti,
pendapatan meningkat dan bantuan
masyarakat pengobatan
setempat.
 Daya beli
masyarakat
meningkat
II. TAHAP OPERASI
2.1. Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk

RKL - 16
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja dianjurkan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dalam pengupasan debu di udara keluhan dari pekerja menggunakan Tanggola dan pengupasan Cahaya Lingkungan
3
pengupasan tanah pucuk. dalam mg/m masyarakat helm pengaman Puuwiwirano tanah pucuk Sejahtera Hidup
tanah pucuk sesuai PP No. setempat terhadap dan masker. Kecamatan Kabupaten
menimbulkan 41 Tahun perubahan kualitas  Melakukan Routa Konawe dan
1999 aktivitas
udara khususnya instansi
 Adanya kendaraan saat
peningkatan debu terkait
keluhan dari pengupasan
saat pengupasan lainnya
pekerja atau tanah pucuk
masyarakat tanah pucuk pada siang hari
sekitar mulai jam 8.00
tentang sampai dengan
peningkatan 18.00.
partikel debu  Tidak melakukan
di udara. pengupasan
tanah pucuk
pada garis
sempadan sungai
yaitu pada jarak
200 m

Kebisingan Pengupasan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
akibat aktivitas tanah pucuk Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan pengupasan Cahaya Lingkungan
kendaraan dalam Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah tanah pucuk Sejahtera Hidup
kegiatan Hidup Nomor masyarakat helm pengaman Desa Tanggola Kabupaten
pengupasan 48/MENLH/11 setempat saat dan earl plug. dan Konawe dan
/1996 tentang  Melakukan
tanah pucuk pengupasan tanah Puuwiwirano instansi
baku mutu aktivitas
pucuk Kecamatan terkait
tingkat kendaraan
Routa lainnya
kebisingan. disiang hari
 Adanya mulai jam 8.00 Kabupaten
keluhan dari Konawe

RKL - 17
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
pekerja atau sampai dengan
masyarakat 18.00 WITA
sekitar
tentang
kebisingan
Pengupasan Pengupasan Terjadinya Mengurangi  Melakukan Blok Selama PT Tiga Badan Bupati Konawe
tanah pucuk tanah pucuk peningkatan terjadinya pengupasan penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
menyebabkan aliran pemukaan peningkatan aliran tanah pucuk di Daerah Desa pengupasan Sejahtera Hidup
lahan menjadi dan erosi tanah permukaan dan dengan Tanggola dan tanah pucuk Kabupaten
terbuka sehingga erosi tanah memotong Puuwiwirano Konawe dan
kontur lereng
aliran Kecamatan instansi
 Tidak melakukan
permukaan dan Routa terkait
pembersihan
erosi tanah akan lainnya
lahan sekaligus
meningkat tetapi setempat-
setempat.
 Pada daerah
rawan erosi dan
longsor
dibuatkan
bronjong
penahan longsor
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi
di lereng bagian
bawah sebagai
penyangga

RKL - 18
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
secara
berselang-seling.
 Tidak melakukan
kegiatan pada
garis sempadan
sungai yaitu
pada radisu 200
m

Pengupasan Pengupasan Terjadinya Mengurangi  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
tanah pucuk tanah pucuk penurunan terjadinya beberapa Tanggola dan pengupasan Cahaya Lingkungan
berdampak kualitas air penurunan kualitas cekdam-cekdam Puuwiwirano tanah pucuk Sejahtera Hidup
terhadap aliran permukaan atau kekeruhan air pada setiap Kecamatan Kabupaten
permukaan meliputi TSS, pH, sungai daerah Routa Konawe dan
pengaliran
beserta sedimen TDS, kekeruhan, instansi
/sungai yang
yang akan masuk logam berat (Cd, terkait
dilengkapi
ke air sungai Hg, Cu, Pb, Zn) lainnya
dengan
sehingga filter/penyaring
mengakibatkan sedimen dari
tingginya sabut kelapa
sedimen, dan atau ijuk.
logam berat  Membuat
terangkut ke sedimen ponds
dalam air sungai atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air

RKL - 19
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
sungai masuk ke
permukaan.
 Tidak
membangun
pada garis
sempadan sungai
yaitu pada radius
200 m

Dampak lanjutan Pengupasan Pengupasan Untuk mengatur  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kekeruhan tanah pucuk tanah pucuk seminimal dampak beberapa Tanggola dan pengupasan Cahaya Lingkungan
perairan akan penurunan kualitas cekdam-cekdam Puuwiwirano tanah pucuk Sejahtera Hidup
permukaan menyebabkan air yang akan pada setiap Kecamatan Kabupaten
adalah berkurangnya berpengaruh daerah Routa Konawe dan
pengaliran
menurunnya beberapa spesies terhadap biota air. instansi
/sungai yang
keanekaragaman biota a terkait
dilengkapi
biota perairan lainnya
dengan
filter/penyaring
sedimen dari
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir

RKL - 20
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
masuk ke
permukaan
Adanya Pengupasan Angka prevalensi Menurunkan angka o Penggunaan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penurunan tanah pucuk. prevalensi masker bagi Tanggola dan pengupasan Cahaya Lingkungan
derajat pekerja Puuwiwirano tanah pucuk Sejahtera Hidup
kesehatan o Penyuluhan Kecamatan pada tahap Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Routa operasi Konawe dan
bersih dan sehat
sekitar. Kabupaten instansi
(PHBS)
Konawe terkait
 Membantu
lainnya
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan

Rendahnya Pengoperasian Angka Meminimalkan o Penggunaan alat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
tingkat alat-alat berat kecelakaan kerja kecelakaan kerja dan pelindung diri Tanggola dan pengupasan Cahaya Lingkungan
keselamatan dan untuk dan kesakitan kesakitan akibat o Penyuluhan dan Puuwiwirano tanah pucuk Sejahtera Hidup
kesehatan kerja pengupasan akibat kerja kerja pembinaan Kecamatan pada tahap Kabupaten
tanah pucuk keselamatan dan Routa operasi Konawe dan
kesehatan kerja
Kabupaten instansi
sesuai dengan
Konawe terkait
SOP yang
lainnya
ditetapkan
perusahaan
 Membantu
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan yang
ada di wilayah

RKL - 21
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
kerja
penambangan
2.2. Kegiatan Penggalian, Pemindahan, dan Penimbunan Tanah Penutup

Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dan penggalian, debu di keluhan dari pekerja dianjurkan Tanggola dan penggalian, Cahaya Lingkungan
alat berat pada pemindahan, udara dalam masyarakat menggunakan Puuwiwirano pemindahan, Sejahtera Hidup
3
kegiatan dan penimbunan mg/m setempat terhadap helm pengaman Kecamatan dan Kabupaten
penggalian, tanah penutup sesuai PP perubahan kualitas dan masker. Routa penimbunan Konawe dan
No. 41  Melakukan
pemindahan, udara khususnya Kabupaten tanah penutup instansi
Tahun 1999 aktivitas
dan penimbunan debu saat Konawe terkait
 Adanya kendaraan saat
tanah penutup penggalian, lainnya
keluhan dari pembersihan
menimbulkan pekerja atau pemindahan, dan lahan pada siang
peningkatan masyarakat penimbunan tanah hari mulai jam
partikel debu sekitar penutup 8.00 sampai
tentang dengan 18.00.
peningkatan
partikel
debu di
udara
Kebisingan Pengoperasian  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Blok Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
akibat aktivitas alat-alat berat Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan penggalian, Cahaya Lingkungan
kendaraan dalam saat kegiatan Lingkungan pada pekerja dan menggunakan pemindahan, Sejahtera Hidup
kegiatan penggalian, Hidup masyarakat helm pengaman dan Kabupaten
penggalian, pemindahan, Nomor setempat saat dan earl plug. penimbunan Konawe dan
48/MENLH/1  Melakukan
pemindahan, dan penimbunan penggalian, tanah penutup instansi
1/1996 aktivitas
dan penimbunan tanah penutup pemindahan, dan terkait
tentang kendaraan
tanah penutup penimbunan tanah lainnya
baku mutu disiang hari
tingkat penutup mulai jam 8.00
kebisingan.

RKL - 22
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
 Adanya sampai dengan
keluhan dari 18.00 WITA
pekerja atau
masyarakat
sekitar
tentang
kebisingan
Perubahan Hilangnya Terjadinya Mengelola dampak  Penggalian Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan terhadap perubahan tanah penutup penambangan penggalian, Cahaya Lingkungan
dan kelerengan penutup dengan bentuk wilayah bentuk wilayah dan dilakukan nikel di Daerah pemindahan, Sejahtera Hidup
akibat aktivitas ketebalan dan kelerengan kelerengan saat secara bertahap Desa Tanggola dan Kabupaten
kendaraan dalam tertentu saat penggalian, secara blok/sub dan penimbunan Konawe dan
blok dan
kegiatan kegiatan pemindahan, dan Puuwiwirano tanah penutup instansi
mengikuti
penggalian, penggalian, penimbunan tanah Kecamatan terkait
kemajuan front
pemindahan, pemindahan, penutup Routa lainnya
penambangan.
dan penimbunan dan penimbunan  Penimbunan Kabupaten
tanah penutup tanah penutup tanah penutup Konawe
ditempatkan
pada lokasi
yang
topografinya
lebih rendah
dan
memperhatikan
kelerengan
daerah sekitar

Penggalian, Penggalian, Terjadinya Mengurangi  Melakukan Tapak Proyek Selama PT Tiga Badan Bupati Konawe
pemindahan, pemindahan, peningkatan terjadinya penggalian, penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
dan penimbunan peningkatan aliran pemindahan, dan nikel di Daerah penggalian, Sejahtera Hidup
penimbunan

RKL - 23
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
tanah penutup dan penimbunan aliran pemukaan permukaan dan tanah penutup Desa Tanggola pemindahan, Kabupaten
menyebabkan tanah penutup dan erosi tanah erosi tanah dengan dan dan Konawe dan
lahan menjadi memotong Puuwiwirano penimbunan instansi
terbuka sehingga kontur lereng Kecamatan tanah penutup terkait
aliran  Tidak melakukan Routa lainnya
pembersihan
permukaan dan Kabupaten
lahan sekaligus
erosi tanah akan Konawe
tetapi setempat-
meningkat
setempat.
 Pada daerah
rawan erosi dan
longsor
dibuatkan
bronjong
penahan longsor
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi
di lereng bagian
bawah sebagai
penyangga
secara
berselang-seling.
Penggalian, Masuknya Terjadinya Mengurangi  Membuat Di Daerah Desa Selama PT Tiga Badan Bupati Konawe
pemindahan, sedimen, logam penurunan terjadinya beberapa Tanggola dan penggalian, Cahaya Lingkungan
dan penimbunan berat, dan kualitas air penurunan kualitas cekdam-cekdam Puuwiwirano pemindahan, Sejahtera Hidup
tanah penutup limbah minyak permukaan pada setiap Kecamatan dan Kabupaten
daerah pengaliran

RKL - 24
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
berdampak ke permukaan meliputi TSS, pH, atau kekeruhan air /sungai yang Routa penimbunan Konawe dan
terhadap aliran akibat TDS, kekeruhan, sungai dilengkapi dengan Kabupaten tanah penutup instansi
permukaan Penggalian, logam terlarut filter/penyaring Konawe tahap operasi terkait
beserta sedimen pemindahan, (Cd, Hg, Cu, Pb, sedimen dari lainnya
yang akan masuk dan penimbunan Zn). sabut kelapa atau
ijuk.
ke permukaan tanah penutup
 Membuat
sehingga
sedimen ponds
mengakibatkan
atau kolam
tingginya penampung
sedimen, minyak sedimen yang
dan logam berat dilengkapi dengan
terangkut ke weir dan
permukaan filter/penyaring
sebelum air sungai
masuk ke
permukaan.
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan sungai
yaitu pada radius
200 m
 Menyediakan
tempat
penampungan oli
bekas
Dampak lanjutan Penggalian, Penggalian, Untuk mengatur  Membuat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kekeruhan pemindahan, pemindahan, seminimal dampak beberapa proyek penggalian, Cahaya Lingkungan
perairan dan penimbunan penurunan kualitas cekdam-cekdam penambangan pemindahan, Sejahtera Hidup
pada setiap

RKL - 25
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
permukaan dan penimbunan tanah penutup air sungai yang daerah nikel di Daerah dan Kabupaten
adalah tanah penutup akan dapat berdampak pengaliran Desa Tanggola penimbunan Konawe dan
menurunnya menyebabkan terhadap biota air /sungai yang dan tanah penutup instansi
keanekaragaman berkurangnya dilengkapi Puuwiwirano terkait
biota perairan beberapa spesies dengan Kecamatan lainnya
filter/penyaring
biota air Routa
sedimen dari
Kabupaten
sabut kelapa
Konawe
atau ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk ke
permukaan.
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan sungai
yaitu pada radius
200 m

RKL - 26
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Adanya Pengupasan Angka privalensi Menurunkan angka o Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penurunan penggalian, privalensi masker bagi proyek tahap operasi Cahaya Lingkungan
derajat pemindahan, pekerja penambangan Sejahtera Hidup
kesehatan dan penimbunan o Penyuluhan nikel di Daerah Kabupaten
masyarakat tanah penutup perilaku hidup Desa Tanggola Konawe dan
bersih dan sehat
sekitar dan instansi
(PHBS)
Puuwiwirano terkait
 Membantu
Kecamatan lainnya
meningkatkan
kualitas sarana Routa
kesehatan. Kabupaten
Konawe
Rendahnya Pengoperasian Angka Meminimalkan  Penggunaan alat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
tingkat alat-alat berat kecelakaan kerja kecelakaan kerja dan pelindung diri proyek penggalian Cahaya Lingkungan
keselamatan dan untuk dan kesakitan kesakitan akibat  Penyuluhan dan penambangan nikel Sejahtera Hidup
kesehatan kerja penggalian, akibat kerja kerja pembinaan nikel di Daerah Kabupaten
pemindahan, keselamatan dan Desa Tanggola Konawe dan
kesehatan kerja
dan penimbunan dan instansi
sesuai dengan
tanah penutup Puuwiwirano terkait
SOP yang
Kecamatan lainnya
ditetapkan
perusahaan Routa
 Membantu Kabupaten
meningkatkan Konawe
kualitas sarana
kesehatan
 Pemeriksaan
kesehatan
berkala bagi
tenaga kerja
 Memberikan
asuransi tenaga

RKL - 27
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
kerja
(JAMSOSTEK)

2.3. Kegiatan Penambangan / Penggalian Nikel

Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dalam penggalian nikel debu di keluhan dari pekerja dianjurkan proyek penggalian Cahaya Lingkungan
penggalian nikel udara dalam masyarakat menggunakan penambangan nikel Sejahtera Hidup
3
menimbulkan mg/m setempat terhadap helm pengaman nikel di Daerah Kabupaten
peningkatan sesuai PP perubahan kualitas dan masker. Desa Tanggola Konawe dan
No. 41  Melakukan
partikel debu udara khususnya dan instansi
Tahun 1999 aktivitas
debu saat Puuwiwirano terkait
 Adanya kendaraan saat
penggalian nikel Kecamatan lainnya
keluhan dari penambangan
pekerja atau nikel pada siang Routa
masyarakat hari mulai jam Kabupaten
sekitar 8.00 sampai Konawe
tentang dengan 18.00.
peningkatan
partikel
debu di
udara.

Kebisingan Penambangan/P  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
akibat aktivitas enggalian nikel Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan penggalian Cahaya Lingkungan
kendaraan dalam Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah nikel Sejahtera Hidup
kegiatan Hidup Nomor masyarakat helm pengaman Desa Tanggola Kabupaten
penggalian nikel. 48/MENLH/11/ setempat saat dan earl plug. dan Konawe dan
1996 tentang  Melakukan
penggalian nikel Puuwiwirano instansi
baku mutu aktivitas
Kecamatan terkait
tingkat kendaraan
Routa lainnya
kebisingan disiang hari

RKL - 28
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
 Adanya mulai jam 8.00 Kabupaten
keluhan dari sampai dengan Konawe
pekerja atau 18.00.
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan.

Perubahan Hilangnya Terjadinya Mengelola dampak  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan terhadap perubahan metode penambangan penambangan/ Cahaya Lingkungan
dan kelerengan penutup dengan bentuk wilayah bentuk wilayah dan penggalian nikel nikel di Daerah penggalian Sejahtera Hidup
akibat aktivitas ketebalan dan kelerengan kelerengan saat dengan mengikuti Desa Tanggola nikel Kabupaten
kendaraan dalam tertentu saat penambangan/peng kontur lereng. dan Konawe dan
 Melakukan
kegiatan kegiatan galian nikel Puuwiwirano instansi
penggalian nikel
penambangan/p penambangan/p Kecamatan terkait
secara teratur
enggalian nikel. enggalian nikel. Routa lainnya
dengan ketebalan
yang sama. Kabupaten
 Melakukan Konawe
penggalian nikel
secara spot-spot
atau setempat-
setempat.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga aliran
air secara
berselang-seling.

RKL - 29
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Kegiatan Penggalian/pena Terjadinya Mengurangi  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penggalian nikel mbangan nikel peningkatan terjadinya penggalian penambangan tahap operasi Cahaya Lingkungan
menyebabkan aliran pemukaan, peningkatan aliran dengan nikel di Daerah Sejahtera Hidup
aliran erosi alur dan permukaan, erosi memotong kontur Desa Tanggola Kabupaten
permukaan, erosi bahkan tanah dan longsor lereng dan Konawe dan
 Tidak melakukan
tanah bahkan menjadi longsor Puuwiwirano instansi
penambangan
potensi longsor Kecamatan terkait
sekaligus tetapi
akan meningkat Routa lainnya
setempat-
setempat. Kabupaten
 Pada daerah Konawe
rawan erosi dan
longsor dibuatkan
bronjong penahan
longsor.
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga secara
berselang-seling.
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan sungai

RKL - 30
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
yaitu pada radius
200 m

Penambangan Penggalian nikel Terjadinya Mengurangi  Membuat Tapak proyek Selama tahap PT Tiga Badan Bupati Konawe
nikel berdampak penurunan terjadinya beberapa penambangan operasi. Cahaya Lingkungan
terhadap kualitas air penurunan kualitas cekdam-cekdam nikel di Daerah Sejahtera Hidup
kekeruhan air permukaan atau atau kekeruhan air pada setiap Desa Tanggola Kabupaten
sungai akibat kekeruhan permukaan daerah dan Konawe dan
pengaliran
sedimen dan Puuwiwirano instansi
/sungai yang
akan langsung Kecamatan terkait
dilengkapi
ke permukaan Routa lainnya
dengan
sehingga filter/penyaring Kabupaten
mengakibatkan sedimen dari Konawe
tingginya sabut kelapa
sedimen atau ijuk.
terangkut ke  Membuat
permukaan sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk ke
permukaan
Dampak lanjutan Penggalian nikel Penggalian nikel Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kekeruhan akan seminimal dampak beberapa penambangan penambangan Cahaya Lingkungan
perairan menyebabkan kekeruhan air sungai cekdam-cekdam nikel di Daerah nikel Sejahtera Hidup
permukaan berkurangnya pada setiap Desa Tanggola Kabupaten
daerah

RKL - 31
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
adalah beberapa spesies dan pengaruhnya pengaliran/sunga dan Konawe dan
menurunnya biota air terhadap biota air i yang dilengkapi Puuwiwirano instansi
keanekaragaman dengan Kecamatan terkait
biota perairan filter/penyaring Routa lainnya
sedimen dari Kabupaten
sabut kelapa
Konawe
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk kesungai
Adanya Penggalian nikel Angka prevalensi Menurunkan angka  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penurunan privalensi masker bagi proyek penambangan Cahaya Lingkungan
derajat pekerja penambangan nikel Sejahtera Hidup
kesehatan  Penyuluhan nikel di Daerah Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Desa Tanggola Konawe dan
bersih dan sehat
sekitar dan instansi
(PHBS)
Puuwiwirano terkait
 Membantu
Kecamatan lainnya
meningkatkan
Routa
kualitas sarana
kesehatan Kabupaten
Konawe

RKL - 32
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Rendahnya Pengoperasian Angka Meminimalkan  Penggunaan alat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
tingkat alat-alat berat kecelakaan kerja kecelakaan kerja dan pelindung diri proyek penambangan Cahaya Lingkungan
keselamatan dan untuk dan kesakitan kesakitan akibat  Penyuluhan dan penambangan nikel Sejahtera Hidup
kesehatan kerja penambangan/p akibat kerja kerja pembinaan nikel di Daerah Kabupaten
enggalian nikel. keselamatan dan Desa Tanggola Konawe dan
kesehatan kerja
dan instansi
sesuai dengan
Puuwiwirano terkait
SOP yang
Kecamatan lainnya
ditetapkan
perusahaan Routa
 Membantu Kabupaten
meningkatkan Konawe
kualitas sarana
kesehatan
 Pemeriksaan
kesehatan
berkala bagi
tenaga kerja
Memberikan
asuransi tenaga
kerja
(JAMSOSTEK)
2.4. Kegiatan Pemuatan, Pengangkutan dan Penimbunan Nikel
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dalam pengangkutan debu di udara keluhan dari pekerja dianjurkan proyek kegiatan Cahaya Lingkungan
3
kegiatan dan penimbunan dalam mg/m masyarakat menggunakan penambangan penggalian Sejahtera Hidup
pengangkutan nikel sesuai PP No. setempat terhadap helm pengaman nikel di Daerah nikel Kabupaten
dan penimbunan 41 Tahun perubahan kualitas dan masker. Desa Tanggola Konawe dan
1999  Melakukan
nikel udara khususnya dan instansi
aktivitas
menimbulkan debu saat kegiatan Puuwiwirano
kendaraan saat

RKL - 33
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
peningkatan CO Adanya keluhan pengangkutan dan pengangkutan Kecamatan terkait
dan partikel dari pekerja penimbunan nikel dan penimbunan Routa lainnya
debu atau nikel pada siang Kabupaten
masyarakat hari mulai jam Konawe
sekitar 8.00 sampai
dengan 18.00.
tentang
peningkatan
partikel debu
di udara
Kebisingan Kegiatan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
akibat aktivitas pengangkutan Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
kendaraan dalam dan penimbunan Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah penggalian Sejahtera Hidup
kegiatan nikel Hidup masyarakat helm pengaman Desa Tanggola nikel Kabupaten
pengangkutan Nomor setempat saat dan earl plug. dan Konawe dan
48/MENLH/1  Melakukan
dan penimbunan kegiatan Puuwiwirano instansi
1/1996 aktivitas
nikel pengangkutan dan Kecamatan terkait
tentang kendaraan
penimbunan nikel Routa lainnya
baku mutu disiang hari
tingkat mulai jam 8.00 Kabupaten
kebisingan sampai dengan Konawe
 Adanya 18.00
keluhan dari
pekerja atau
masyarakat
sekitar
tentang
kebisingan.

Pengangkutan Pengangkutan Terjadinya Mengurangi  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
dan penimbunan dan penimbunan penurunan terjadinya beberapa penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
nikel berdampak kualitas air penurunan kualitas cekdam- nikel di Daerah Sejahtera Hidup

RKL - 34
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
terhadap aliran sungai terutama atau kekeruhan air cekdam pada Desa Tanggola penggalian Kabupaten
sedimen yang paramater TSS, sungai setiap daerah dan nikel Konawe dan
masuk ke sungai pH, TDS, pengaliran Puuwiwirano instansi
sehingga kekeruhan dan /sungai yang Kecamatan terkait
mengakibatkan logam terlarut dilengkapi Routa lainnya
dengan
tingginya (Cd, Hg, Cu, Pb, Kabupaten
filter/penyaring
sedimen Zn) Konawe
sedimen dari
terangkut ke
sabut kelapa
sungai sehingga atau ijuk.
menurunkan Membuat
kualitas air sedimen ponds
sungai atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir
dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk
ke permukaan.
Dampak lanjutan Pengangkutan Pengangkutan Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kekeruhan dan penimbunan dan penimbunan seminimal dampak beberapa penambangan pengangkutan Cahaya Lingkungan
perairan sungai nikel nikel akan kekeruhan air sungai cekdam-cekdam nikel di Daerah dan Sejahtera Hidup
adalah akan menyebabkan dan penurunan pada setiap Kabupaten
Desa Tanggola penimbunan
berpengaruh berkurangnya keragaman terhadap daerah Konawe dan
pengaliran yang dan nikel.
pada beberapa spesies biota air Puuwiwirano instansi
dilengkapi
menurunnya biota air terkait
dengan Kecamatan
lainnya
filter/penyaring Routa

RKL - 35
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
keanekaragaman sedimen dari Kabupaten
biota air sabut kelapa Konawe
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk keair
sungai.
 Menutup
stockpile dengan
terpal agar tidak
terbawa air saat
hujan

Adanya Kegiatan Angka privalensi Untuk mengurangi  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penurunan pengangkutan angka privalensi masker bagi proyek pengangkutan Cahaya Lingkungan
derajat dan penimbunan pekerja penambangan dan Sejahtera Hidup
kesehatan nikel  Penyuluhan nikel di Daerah penimbunan Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Desa Tanggola nikel pada Konawe dan
bersih dan sehat
sekitar dan tahap operasi instansi
(PHBS)
Puuwiwirano terkait
 Membantu
Kecamatan lainnya
meningkatkan
kualitas sarana Routa
kesehatan

RKL - 36
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Kabupaten
Konawe

2.5. Kegiatan Penimbunan Kembali Tanah Penutup

Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kendaraan dalam penimbunan debu di keluhan dari pekerja dianjurkan penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
kegiatan kembali tanah udara dalam masyarakat menggunakan nikel di Daerah penimbunan Sejahtera Hidup
3
penimbunan penutup mg/m setempat terhadap helm pengaman Desa Tanggola kembali tanah Kabupaten
kembali tanah sesuai PP perubahan kualitas dan masker. dan penutup Konawe dan
No. 41  Melakukan
penutup udara khususnya Puuwiwirano instansi
Tahun 1999 aktivitas
menimbulkan debu saat kegiatan Kecamatan terkait
 Adanya kendaraan saat
peningkatan CO penimbunan Routa lainnya
keluhan dari penimbunan
dan partikel pekerja atau kembali tanah kembali tanah Kabupaten
debu masyarakat penutup penutup pada Konawe
sekitar siang hari mulai
tentang jam 8.00 sampai
peningkatan dengan 18.00.
partikel
debu di
udara
Kebisingan Kegiatan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
akibat aktivitas penimbunan Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan kegiatan Cahaya Lingkungan
kendaraan dalam kembali tanah Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah penimbunan Sejahtera Hidup
kegiatan penutup Hidup Nomor helm pengaman Desa Tanggola kembali tanah Kabupaten
masyarakat
penimbunan 48/MENLH/11 dan earl plug. dan penutup Konawe dan
setempat saat
/1996 tentang  Melakukan
kembali tanah kegiatan Puuwiwirano instansi
baku mutu aktivitas
penutup Kecamatan terkait
tingkat penimbunan kendaraan
Routa lainnya
kebisingan kembali tanah disiang hari
penutup. mulai jam 8.00

RKL - 37
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
 Adanya sampai dengan Kabupaten
keluhan dari 18.00. Konawe
pekerja atau
masyarakat
sekitar
tentang
kebisingan.

Penimbunan Penimbunan Terjadinya Mengurangi  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kembali tanah kembali tanah penurunan terjadinya beberapa penambangan penimbunan Cahaya Lingkungan
penutup penutup kualitas air penurunan kualitas cekdam- nikel di Daerah kembali tanah Sejahtera Hidup
berdampak permukaan air sungai cekdam pada Desa Tanggola penutup pada Kabupaten
terhadap aliran terutama setiap daerah dan tahap operasi. Konawe dan
pengaliran yang
sedimen yang paramater TSS, Puuwiwirano instansi
dilengkapi
masuk ke sungai pH, TDS, Kecamatan terkait
dengan
sehingga Kekeruhan, Routa lainnya
filter/penyaring
mengakibatkan logam berat (Cd, sedimen dari Kabupaten
tingginya Hg, Cu, Pb, Zn). sabut kelapa Konawe
sedimen atau ijuk.
terangkut ke  Membuat
permukaan sedimen ponds
sehingga atau kolam
menurunkan penampung
kualitas air sedimen yang
sungai dilengkapi
dengan weir
dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk
ke sungai.

RKL - 38
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup

Dampak lanjutan Penimbunan Penimbunan Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
kekeruhan air kembali tanah kembali tanah seminimal dampak beberapa penambangan penimbunan Cahaya Lingkungan
sungai adalah penutup penutup akan kekeruhan air cekdam-cekdam nikel di Daerah kembali tanah Sejahtera Hidup
menurunnya menyebabkan permukaan terhadap pada setiap Desa Tanggola penutup Kabupaten
keanekaragaman berkurangnya biota air daerah dan Konawe dan
pengaliran
biota air beberapa spesies Puuwiwirano instansi
/sungai yang
biota air Kecamatan terkait
dilengkapi
Routa lainnya
dengan
filter/penyaring Kabupaten
sedimen dari Konawe
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk ke
permukaan.
 Menutup dengan
terpal tumpukan
tahah penutup
agar tidak
terbawa air saat
hujan

RKL - 39
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup

Adanya Kegiatan Angka privalensi Untuk mengurangi  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
penurunan penimbunan angka privalensi masker bagi proyek penimbunan Cahaya Lingkungan
derajat kembali tanah pekerja penambangan kembali tanah Sejahtera Hidup
kesehatan penutup  Penyuluhan nikel di Daerah penutup pada Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Desa Tanggola tahap operasi Konawe dan
bersih dan sehat
sekitar dan instansi
(PHBS)
Puuwiwirano terkait
 Membantu
Kecamatan lainnya
meningkatkan
kualitas sarana Routa
kesehatan. Kabupaten
Konawe

2.6. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi setiap Blok Penambangan

Kegiatan Reklamasi dan Terjadinya Mengurangi  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
reklamasi dan revegetasi penurunan terjadinya reklamasi setiap penambangan penimbuan Cahaya Lingkungan
revegetasi setiap tingkat aliran peningkatan aliran blok yang telah nikel di Daerah kembali tanah Sejahtera Hidup
blok yang telah pemukaan, erosi permukaan dan eros ditambang Desa Tanggola penutup pada Kabupaten
ditambang tanah  Menanami pada dan tahap operasi Konawe dan
setiap blok yang
menyebabkan Puuwiwirano instansi
telah
menurunnya Kecamatan terkait
direklamasi
aliran Routa lainnya
dengan
permukaan, erosi Kabupaten
tanaman yang
tanah bahkan mudah tumbuh. Konawe
potensi longsor
Kegiatan Kegiatan Adanya vegetasi Mengembalikan  Perusahaan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
reklamasi dan Reklamasi dan penutup yang fungsi ekosisitem melakukan upaya penambangan reklamasi dan Cahaya Lingkungan
rehabilitasi lahan Rehabilitasi hidup dan hutan dan habitat reboisasi/penghija nikel di Daerah revegatasi Sejahtera Hidup
bekas tambang sebabai habitat uan kembali pada Desa Tanggola Kabupaten

RKL - 40
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
akan Lahan bekas bagi fauna darat bagi fauna kembali lahan bekas dan Konawe dan
menyebabkan tambang sehingga seperti semula tambang dengan Puuwiwirano instansi
bertambahnya fungsinya spesies-spesies Kecamatan terkait
keaneka menjadi kawasan lokal atau Routa lainnya
ragaman dan hutan kembali introduksi yang Kabupaten
adaptif dan
vegetasi dan Konawe.
bernilai ekonomi
fauna darat
seperti, kayu besi,
kayu kuku, sengon
dan jati.
 Menanam
vegetasi tanaman
penutup tanah
rendah jenis
legum seperti
Mucuna
muconoides,
Calopogonium
conjugatum,
Centrosema
pubesscens dan
bentuk perdu
seperti lamtoro,
gamal, turi dan
lain-lain.
Fungsi dan
peruntukan lahan
sedapat mungkin
dikembalikan
seperti semula
3. TAHAP PASCA OPERASI

RKL - 41
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
3.1. Kegiatan Penutupan Tambang dan penyerahan aset

Munculnya Bila penutupan Sikap dan Meminimalisasi  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
persepsi negatif tambang tidak persepsi negatif terbentuknya sikap penutupan penambangan penutupan Cahaya Lingkungan
dan masyarakat dilakukan sesuai masyarakat dan persepsi negatif tambang sesuai nikel di Daerah tambang pada Sejahtera Hidup
setempat dan dengan setempat pemerintah dan dengan prosedur Desa Tanggola tahap pasca Kabupaten
bahkan muncul peraturan yang terhadap proyek masyarakat dan peraturan dan operasi Konawe dan
yang ada dan
kriminal akibat ada serta tanpa serta munculnya setempat serta Puuwiwirano instansi
dikomunikasi
adanya diawali dengan kriminal timbulnya kriminal Kecamatan terkait
kepada pihak
penutupan sosialisasi dan terhadap Routa lainnya
karyawan.
tambang dan diskusi bersama pelaksanaan  Memebentuk tim Kabupaten
penyerahan pihak tenaga penutupan tambang pentupan Konawe
asset kerja tambang yang
melibatkan pihak
pemerintah,
perusahaan,
serikat pekerja,
dan LSM.

3.2. Reklamasi / Rehabilitasi Tambang

Kegiatan Reklamasi / Terjadinya Mengurangi  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
reklamasi dan rehabilitasi penurunan terjadinya reklamasi dan penambangan reklamasi/reha Cahaya Lingkungan
revegetasi setiap tambang. tingkat aliran peningkatan aliran rehabilitasi nikel di Daerah bilitasi Sejahtera Hidupkabupa
blok yang telah pemukaan, erosi permukaan dan tambang Desa Tanggola tambang ten Konawe
ditambang tanah erosi  Menanami lokasi dan dan instansi
tambang dengan
menyebabkan Puuwiwirano terkait
tanaman yang
menurunnya Kecamatan lainnya
mudah tumbuh
aliran Routa
permukaan, erosi Kabupaten
Konawe

RKL - 42
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
tanah bahkan
potensi longsor
Kegiatan Kegiatan Adanya vegetasi Mengembalikan  Perusahaan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Badan Bupati Konawe
reklamasi dan Reklamasi dan penutup yang fungsi ekosisitem melakukan penambangan Cahaya Lingkungan
reklamasi dan
rehabilitasi lahan Rehabilitasi hidup dan hutan dan habitat upaya nikel di Daerah Sejahtera Hidupkabupa
bekas tambang Lahan bekas sebagai habitat bagi fauna kembali reboisasi/pengh Desa Tanggola rehabilitasi ten Konawe
akan tambang bagi fauna darat seperti semula ijauan kembali dan dan instansi
pada lahan
menyebabkan sehingga Puuwiwirano terkait
bekas tambang
bertambahnya fungsinya Kecamatan lainnya
dengan spesies-
keaneka menjadi kawasan Routa
spesies lokal
ragaman dan hutan kembali atau introduksi Kabupaten
vegetasi dan yang adaptif Konawe.
fauna darat dan bernilai
ekonomi
seperti, kayu
kuku, jati dan
sengon.
 Menanam
vegetasi
tanaman
penutup tanah
rendah jenis
legum seperti
Mucuna
muconoides,
Calopogonium
conjugatum,
Centrosema
pubesscens dan
bentuk perdu
seperti lamtoro

RKL - 43
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
gung, gamal,
turi dan lain-
lain.
 Fungsi dan
peruntukan
lahan sedapat
mungkin
dikembalikan
seperti semula
Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memaksimalkan  Mengutamakan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Camat Routa, Bupati Konawe
sumber mata tenaga kerja peluang penggunaan tenaga masyarakat proyek reklamasi dan Cahaya Camat Routa,
pencaharian dan dalam kegiatan kerja bagi kerja lokal dalam setempat penambangan rehabilitasi Sejahtera dan instansi
pendapatan reklamasi dan masyarakat kegiatan reklamasi sebagai tenaga nikel di Daerah terkait
keluarga rehabilitasi. setempat. dan rehabilitasi kerja pada Desa Tanggola lainnya
 Adanya kegiatan
tambang sehingga dan
peningkatan reklamasi dan
menjadi sumber Puuwiwirano
pendapatan rehabilitasi
mata pencaharian Kecamatan
masyarakat  Memberikan
setempat. dan pendapatan upah yang Routa
meningkat sesuai dan wajar Kabupaten
Konawe

3.3. Kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja

Munculnya Bila pemutusan Sikap dan Meminimalisasi  Melakukan PHK Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Camat Routa, Bupati Konawe
persepsi negatif hubungan kerja persepsi negatif terbentuknya sikap sesuai dengan penambangan PHK pada Cahaya Camat Routa,
dan masyarakat tidak dilakukan pemerintah dan dan persepsi negatif prosedur dan nikel di Daerah tahap pasca Sejahtera dan instansi
setempat dan sesuai dengan masyarakat pemerintah dan aturan Desa Tanggola operasi terkait
bahkan muncul prosedur atau setempat masyarakat perusahaan yang dan lainnya
disepakati
kriminal akibat menyimpang terhadap proyek setempat serta Puuwiwirano
bersama
adanya dari kesepakatan serta munculnya timbulnya kriminal Kecamatan
karyawan.
awal kriminal. Routa

RKL - 44
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
pemutusan terhadap  Memeberikan Kabupaten
hubungan kerja pelaksanaan PHK hak pensiun bagi Konawe
pekerja/karyawaa
n sesuai dengan
aturan
perusahaan yang
disepakati
dengan pekerja.
 Melakukan
pemberdayaaan
mantan pekerja
dengan
memberikan
modal usaha.

Hilangnya Pemutusan Menurunnya Mengupayakan atau  Memberikan Tapak Proyek Selama PT Tiga Camat Routa, Bupati Konawe
sumber mata hubungan kerja penghasilan memberdayakan pelatihan penambangan nikel tahap Cahaya Camat Routa,
pencaharian keluarga dan mantan pekerja agar kewirausahaan di Daerah Desa pemutusa Sejahtera dan instansi
danpenghasilan daya beli memiliki mata dan membuka Tanggola dan n terkait
keluarga masyarakat pencaharian peluang kerja atau Puuwiwirano hubunga lainnya
usaha lain.
alternatif sehingga Kecamatan Routa n kerja
 Melakukan
penghasilan Kabupaten Konawe pasca
pemberdayaaan
keluarga meningkat operasi
mantan pekerja
dengan
memberikan
modal usaha.

3.4. Penanganan asset pasca operasi penambangan

RKL - 45
Tujuan Periode
Lokasi Institusi
Jenis Sumber Dampak Tolok Ukur Rencana Upaya Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan
Dampak Penting Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan
Lingkungan Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan
Lingkungan Hidup
Munculnya Bila penanganan Sikap dan Meminimalisasi  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Camat Routa, Bupati Konawe
persepsi negatif asset perusahaan persepsi negatif terbentuknya sikap penanganan penambangan penanganan Cahaya Camat Routa,
dan masyarakat saat pasca pemerintah dan dan persepsi negatif asset perusahaan nikel di Daerah asset Sejahtera dan instansi
setempat dan operasi masyarakat pemerintah dan saat pasca Desa Tanggola perusahaan terkait
bahkan muncul penambangan setempat masyarakat operasi dan saat pasca lainnya
penambangan
kriminal akibat tidak dilakukan terhadap proyek setempat serta Puuwiwirano operasi
sesuai dengan
adanya sesuai dengan serta munculnya timbulnya kriminal Kecamatan penambangan
prosedur dan
penanganan prosedur atau kriminal. terhadap Routa
aturan
asset perusahaan menyimpang pelaksanaan perusahaan yang Kabupaten
saat pasca dari kesepakatan penanganan asset disepakati Konawe
operasi awal perusahaan saat bersama
penambangan pasca operasi pemerintah.
yang tidak penambangan  Memberikan
berjalan dengan penanganan
baik asset perusahaan
saat pasca
operasi
penambangan
kepada yang
berwenang untuk
itu.

RKL - 46
MATRIKS RPL
Lampiran II: Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Kegiatan Penambangan Nikel PT. Tiga Cahaya Sejahtera
DI Desa Tanggola dan Puuwiwirano Kec. Routa Kab. Konawe

Aspek Alat/ Waktu/ Institusi


lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
III. TAHAP PERSIAPAN
3.1. Kegiatan Pengurusan Perizinan
Pola kepemilikan Pengurusan Peralihan Memantau proses wawancara, RRA Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
lahan perizinan pemilikan lahan peralihan lahan dari dan kuesioner. Tanggola dan selama proses Cahaya Pertanahan Konawe
pemerintah dan Sampel dipilih Puuwiwirano pengurusan Sejahtera Nasioanl
masyarakat kepada secara acak Kecamatan perijinan Konawe
pemrakarsa proyek berdasarkan Routa Kab. dan Camat
keterwakilan Konawe Routa dan
masyarakat di lokasi instansi
rencana kegiatan terkait
lainnya
PAD Pengurusan Bertambahnya Memantau upaya pengumpulan data Dinas Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
perizinan PAD dari sektor pengelolaan terhadap primer dan sekunder Pendapatan selama proses Cahaya Pertanahan Konawe
perizinan dan jasa pendapatan daerah yang bersumber Kabupaten pengurusan Sejahtera Nasioanl
proses perijinan dan jasa dari instansi Konawe perijinan Konawe
pemerintah dan Camat
Routa dan
instansi
terkait
lainnya
3.2. Kegiatan Sosialisasi
Persepsi negatif Kegiatan Jumlah manusia Memantau proses Pengumpulan data Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Camat Bupati
masyarakat sosialisasi yang resah atau sosialisasi yang adalah wawancara, Tanggola dan selama Cahaya Routa dan Konawe
terhadap protes terhadap dilakukan oleh RRA dan kuesioner. Puuwiwirano kegiatan Sejahtera instansi
rencana kegiatan kegiatan pemrakarsa dalam Sampel dipilih Kecamatan proses terkait
penambangan rangka meminimalkan secara acak Routa Kab. sosialisasi lainnya
protes masyarakat berdasarkan Konawe
keterwakilan

RPL-1
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
terkait dengan rencana masyarakat di lokasi
penambangan rencana kegiatan
Keresahan Kegiatan Jumlah manusia Memantau proses Pengumpulan data Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Camat Bupati
masyarakat sosialisasi yang resah atau sosialisasi yang adalah wawancara, Tanggola dan selama Cahaya Routa dan Konawe
protes terhadap dilakukan oleh RRA dan kuesioner. Puuwiwirano kegiatan Sejahtera instansi
kegiatan pemrakarsa dalam Sampel dipilih Kecamatan proses terkait
rangka meminimalkan secara acak Routa Kab. sosialisasi lainnya
protes masyarakat berdasarkan Konawe
terkait dengan rencana keterwakilan
penambangan masyarakat di lokasi
rencana kegiatan
3.3. Kegiatan Eksplorasi dan Survei Lapangan
Kesempatan Kegiatan Jumlah tenaga Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
kerja eksplorasi dan kerja yang diserap penyerapan tenaga kerja dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Penanaman Konawe
survey perusahaan pada dari kegiatan eksplorasi Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera Modal
lapangan kegiatan eksplorasi dan survey lapangan secara acak Kecamatan eksplorasi dan Konawe
dan survey berdasarkan Routa Kab. survei dan Camat
lapangan keterwakilan Konawe lapangan Routa, dan
masyarakat di lokasi instansi
rencana kegiatan terkait
lainnya
Kesempatan Kegiatan Meningkatkan Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
berusaha eksplorasi dan kebutuhan tenaga pengelolaan lingkungan dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Penanaman Konawe
survey kerja dan dalam menciptakan Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera Modal
lapangan perusahaan untuk kesempatan berusaha secara acak Kecamatan eksplorasi dan Konawe
kelancaran bagi tenaga kerja berdasarkan Routa Kab. survei dan Camat
kegiatan eksplorasi keterwakilan Konawe lapangan Routa, dan
dan survey masyarakat di lokasi instansi
lapangan rencana kegiatan terkait
lainnya

RPL-2
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Pendapatan Kegiatan Meningkatnya Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
masyarakat eksplorasi dan pendapatan pengelolaan lingkungan dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Penanaman Konawe
survey masyarakat saat dalam meningkatkan Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera Modal
lapangan kegiatan eksplorasi pendapatan masyarakat secara acak Kecamatan eksplorasi dan Konawe
dan survei berdasarkan Routa Kab. survei dan Camat
lapangan keterwakilan Konawe lapangan Routa, dan
masyarakat di lokasi instansi
rencana kegiatan terkait
lainnya
3.4. Kegiatan Pembebasan Lahan
Munculnya Pembebasan Sikap negatif Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
persepsi negatif lahan untuk masyarakat pengelolaan terkait dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Penanaman Konawe
terhadap proyek penambangan terhadap rencana dengan pembebasan Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera Modal
dari masyarakat yang masuk pembebasan lahan lahan secara acak Kecamatan eksplorasi dan Konawe
setempat apabila dalam areal masyarakat berdasarkan Routa Kab. survei dan Camat
terjadi Izin Usaha keterwakilan Konawe lapangan Routa, dan
perbedaan nilai/ Pertambangan masyarakat di lokasi instansi
harga besaran (IUP) Eksplorasi rencana kegiatan terkait
“ganti layak” yang diberikan lainnya
terhadap lahan oleh
mereka Pemerintah
Daerah
setempat

Keresahan Pembebasan Jumlah masyarakat Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Camat Bupati
masyarakat lahan untuk yang resah pengelolaan terkait dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Routa, dan Konawe
penambangan terhadap rencana dengan dampak Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera instansi
yang masuk pembebasan lahan keresahan masyarakat secara acak Kecamatan eksplorasi dan terkait
dalam areal masyarakat berdasarkan Routa Kab. survei lainnya
Izin Usaha keterwakilan Konawe lapangan
Pertambangan masyarakat di lokasi
(IUP) yang rencana kegiatan

RPL-3
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
diberikan oleh
Pemerintah
Daerah
setempat

Adanya Pembebasan Selisih jumlah Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
peningkatan lahan untuk pendapat sebelum pengelolaan lingkungan dan kuesioner. Tanggola dan selama Cahaya Pemberday Konawe
pendapatan penambangan meperoleh ganti dalam meningkatkan Sampel dipilih Puuwiwirano kegiatan Sejahtera aan
masyarakat yang yang masuk layak lahan dan pendapatan masyarakat secara acak Kecamatan eksplorasi dan Masyarakat
diperoleh “ganti dalam areal setelah berdasarkan Routa Kab. survei Desa
layak” terhadap Izin Usaha memperoleh ganti keterwakilan Konawe lapangan (BPMD)
lahan mereka Pertambangan layak lahan mereka masyarakat di lokasi dan Camat
(IUP) yang rencana kegiatan Routa dan
diberikan oleh instansi
Pemerintah terkait
Daerah lainnya
setempat

3.5. Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Aktivitas Kegiatan Adanya keluhan Memantau upaya Pengukuran partikel Blok Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
3
kendaraan pembersihan dari pekerja dan pengelolaan debu debu (g/m ) diukur penambangan selama Cahaya Lingkungan Konawe
dalam lahan (land masyarakat sekitar dengan metode di Daerah Desa kegiatan Sejahtera Hidup
pembersihan clearing) akibat peningkatan Gravimetri. Debu di Tanggola dan pembersihan Kabupaten
lahan debu di udara. udara diisap dengan Puuwiwirano lahan Konawe
menimbulkan Baku Mutu Udara pengisap debu lalu Kecamatan dan instansi
peningkatan berdasarkan PP dilakukan Routa Kab. terkait
partikel debu Nomor 41 Tahun penimbangan Konawe lainnya
1999 dengan timbangan
analitik atau dapat
pula menggunakan
alat Dust Meter

RPL-4
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Adanya Kegiatan Adanya keluhan Memantau upaya Pengukuran tingkat Blok Pemantauan PT. Tiga Badan Bupati
kebisingan pembersihan dari pekerja atau pengelolaan kebisingan kebisingan dengan penambangan dilakukan Cahaya Lingkungan Konawe
akibat aktivitas lahan masyarakat sekitar pengukuran di Daerah Desa setiap tiga Sejahtera Hidup
kendaraan tentang kebisingan sederhana Tanggola dan bulan sekali Kabupaten
dalam kegiatan Terganggunya dan menggunakan alat Puuwiwirano Konawe
pembersihan migrasinya satwa berupa Sound Level Kecamatan dan instansi
lahan (land liar Meter Routa Kab. terkait
clearing) Konawe lainnya

Pembersihan Kegiatan Terjadinya Memantau upaya Besarnya erosi Daerah Desa Pemantauan PT. Tiga Badan Bupati
lahan akan pembersihan peningkatan erosi pengelolaan erosi tanah diprediksi Tanggola dan dilakukan Cahaya Lingkungan Konawe
terjadi lahan tanah berdasarkan formula Puuwiwirano setiap enam Sejahtera Hidup
pemadatan ULSE (Universal Soil Kecamatan bulan sekali Kabupaten
tanah sehingga Loss Equation) di Routa Kab. selama Konawe
menyebabkan sekitar lokasi Konawe kegiatan dan instansi
tingkat erosi tambang pemberihan terkait
tanah meningkat lahan lainnya

Kualitas air Pembersihan Terjadinya Memantau upaya Beberapa parameter Sungai dan Pemantauan PT. Tiga Badan Bupati
permukaan lahan penurunan kualitas pengelolaan terhadap fisik kimia sungai-sungai dapat Cahaya Lingkungan Konawe
air permukaan kualitas air permukaan lingkungan seperti kecil sekitar dilakukan 3 kali Sejahtera Hidup
atau kekeruhan. suhu, salinitas, pH, lokasi kegiatan dalam satu Kabupaten
Tolok ukur O2 terlarut, BOD, tahun yaitu Konawe
dampak terhadap bahan organik, pada awal dan instansi
perubahan kualitas kandungan N dan P, musim terkait
parameter air serta keberadaan penghujan lainnya
berdasarkan logam berat. Alat (bulan
Peraturan yang digunakan Oktober),
Pemerintah No. 82 tergantung dari pertengahan
tahun 2002 metode parameter musim
yang diukur penghujan
(Pebruari) dan

RPL-5
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
akhir musim
penghujan
(April/Mei)
Menurunnya Kegiatan Keragaman jenis, Memantau upaya Metode plot transek, Dinas Pemantauan PT. Tiga Badan Bupati
keanekaragaman pembersihan kerapatan, INP pengelolaan vegetasi tanaman budidaya Kehutanan, dapat Cahaya Lingkungan Konawe
vegetasi alami lahan alami dan budidaya serta dengan pendataan Dinas dilakukan Sejahtera Hidup
dan tanaman fauna darat produksi serta fauna Perkebunan sekali dalam Kabupaten
budidaya darat dengan Kabupaten satu tahun Konawe
masyarakat serta metode pendugaan Konawe serta dan instansi
terganggunya populasi dan jenis Camat Routa terkait
habitat dan lainnya
migrasinya fauna
darat

Adanya Kegiatan Pembersihan lahan Memantau upaya Pengumpulan data Di Daerah Desa Pemantauan PT. Tiga Dinas Bupati
penurunan pembersihan akan pengelolaan kesehatan adalah observasi Tanggola dan dapat Cahaya Kesehatan Konawe
derajat lahan menyebabkan masyarakat dan wawancara. Puuwiwirano dilakukan Sejahtera Konawe
kesehatan yang adanya gangguan Wawancara Kecamatan setiap tiga dan Badan
dialami pada kesehatan dilakukan pada Routa Kab. bulan sekali Lingkungan
masyarakat masyarakat akibat pekerja dan Konawe Hidup
sekitar terganggunya masyarakat yang Kabupaten
habitat bagi biota menerima dampak Konawe
penyebab penyakit dan instansi
seperti malaria, terkait
demam berdarah lainnya
dan sebagainya

Tingkat Kegiatan Adanya pekerja Memantau upaya Observasi dan Di Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
keselamatan dan pembersihan yang mengalami pengelolaan kesehatan wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
kesehatan kerja lahan sakit akibat kerja masyarakat Wawancara Puuwiwirano dilakukan Konawe
bagi tenaga dan kecelakaan dilakukan pada Kecamatan setiap tiga dan instansi
kerja pekerja dan bulan sekali

RPL-6
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
saat kegiatan masyarakat yang Routa Kab. terkait
pembersihan lahan menerima dampak Konawe lainnya

3.6. Kegiatan Pembangunan Saran dan Prasarana


Kegiatan Kegiatan Terjadinya Memantau upaya Besarnya erosi Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pembangunan pembangunan peningkatan erosi pengelolaan erosi tanah diprediksi penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
sarana sarana dan tanah berdasarkan formula di Daerah Desa setiap enam Hidup
penunjang prasarana ULSE (Universal Soil Tanggola dan bulan sekali Kabupaten
penambangan Loss Equation) di Puuwiwirano selama Konawe
nikel akan sekitar lokasi Kecamatan kegiatan dan instansi
menyebabkan tambang Routa Kab. pembangunan terkait
meningkatnya Konawe sarana dan lainnya
erosi prasarana

Kegiatan Pembangunan Terjadinya Memantau upaya Pengukuran Perairan sungai Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pembangunan sarana penurunan kualitas pengelolaan kualitas air beberapa parameter sekitar blok dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
sarana prasarana prasarana air permukaan permukaan fisik kimia penambangan dilakukan 3 kali Hidup
penunjang penunjang atau kekeruhan. lingkungan seperti di Daerah Desa dalam satu Kabupaten
penambangan Tolok ukur suhu, pH, DO, BOD, Tanggola dan tahun yaitu Konawe
nikel akan dampak terhadap bahan organik, Puuwiwirano pada awal dan instansi
menyebabkan perubahan kualitas kandungan N dan P, Kecamatan musim terkait
penurunan parameter air serta keberadaan Routa Kab. penghujan lainnya
kualitas air logam berat. Alat Konawe (bulan
permukaan yang digunakan Oktober),
tergantung dari pertengahan
metode parameter musim
yang diukur penghujan
(Pebruari) dan
akhir musim
penghujan
(April/Mei)

RPL-7
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Menurunnya Kegiatan Berkurangnya Memantau upaya Pengukuran Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
keanekaragaman pembangunan beberapa spesies pengelolaan vegetasi vegetasi alami Tanggola dan dapat Sejahtera Kehutanan, Konawe
vegetasi alami sarana vegetasi alami dan alami dan budidaya serta adalah dengan Puuwiwirano dilakukan Dinas
dan tanaman prasarana tanaman budidaya fauna darat metode plot transek, Kecamatan setiap enam Perkebuna
budidaya serta tanaman budidaya Routa Kab. bulan sekali n
masyarakat serta terganggunya dengan pendataan Konawe Kabupaten
terganggunya habitat serta produksi serta fauna Konawe
habitat dan migrasinya fauna darat dengan serta
migrasinya fauna darat metode pendugaan Camat
darat populasi dan jenis Routa

Tingkat Pembangunan Adanya pekerja Memantau upaya Observasi dan Di Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
keselamatan dan sarana yang mengalami pengelolaan kesehatan wawancara. penambangan dapat Sejahtera Tenaga Konawe
kesehatan kerja prasarana sakit dan masyarakat Wawancara dilakukan kerja
bagi tenaga penunjang kecelakaan saat dilakukan pada setiap tiga Konawe
kerja penambangan kegiatan pekerja dan bulan sekali dan instansi
nikel pembangunan masyarakat yang terkait
sarana prasarana menerima dampak lainnya
tambang

1.7. Kegiatan Mobilisasi Peralatan


Penurunan Dampak Tolok ukur Memantau upaya Pengukuran partikel Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kualitas udara bersumber dari dampak adalah pengelolaan debu debu (g/m ) diukur Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
akibat lalulintas adanya keluhan dengan metode Puuwiwirano minimal sekali Hidup
peningkatan kendaraan dari pekerja dan Gravimetri. Debu di Kecamatan selama Kabupaten
kadar debu di pengangkut masyarakat sekitar udara diisap dengan Routa Kab. kegiatan Konawe
udara peralatan akibat peningkatan pengisap debu lalu Konawe mobilisasi dan instansi
debu di udara. dilakukan peralatan terkait
Baku Mutu Udara penimbangan lainnya
berdasarkan PP dengan timbangan
Nomor 41 Tahun analitik atau dapat
1999 tentang

RPL-8
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Pengendalian pula menggunakan
pencemaran udara alat Dust Meter
Meningkatnya Kegiatan Adanya keluhan Memantau upaya Pengukuran tingkat Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kebisingan mobilisasi dari pekerja dan pengelolaan kebisingan kebisingan dengan Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
akibat aktivitas peralatan masyarakat sekitar pengukuran Puuwiwirano minimal sekali Hidup
kendaraan saat tentang kebisingan sederhana Kecamatan selama Kabupaten
mobilisasi di sekitar lokasi menggunakan alat Routa Kab. kegiatan Konawe
peralatan tambang. Sesuai berupa Sound Level Konawe mobilisasi dan instansi
dengan Kepmen Meter. Dengan alat peralatan terkait
LH No. 48 Tahun tersebut diukur lainnya
1996, baku mutu tingkat tekanan
kebisingan bunyi db (A) selama
berdasarkan 10 (sepuluh) menit
peruntukan tiap pengukuran
kawasan adalah 70 dan pengecekan
db (A) setiap 5 (lima) detik
Tingkat Kegiatan Adanya pekerja Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
keselamatan dan mbilisasi yang mengalami pengelolaan kesehatan wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
kesehatan kerja peralatan sakit dan masyarakat Wawancara Puuwiwirano dilakukan Konawe
bagi tenaga kecelakaan saat dilakukan pada Kecamatan setiap tiga dan instansi
kerja kegiatan mobilisasi pekerja dan Routa Kab. bulan sekali terkait
peralatan masyarakat yang Konawe lainnya
menerima dampak
1.8. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
Munculnya Penerimaan Sikap negatif dan Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif tenaga kerja keresahan pengelolaan dalam dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
terhadap proyek masyarakat penerimaan tenaga kerja Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
bahkan kriminal bahkan kriminal secara acak Kecamatan selama terkait
dari masyarakat terhadap proses berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
setempat bila penerimaan keterwakilan Konawe proses
proses tenaga kerja masyarakat di lokasi penerimaan
penerimaan rencana kegiatan tenaga kerja

RPL-9
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
tenaga kerja
tidak melibatkan
masyarakat lokal
sekitar daerah
penambangan
Timbulnya Penerimaan Adanya Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
keresahan tenaga kerja masyarakat yang pengelolaan masyarakat dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
masyarakat protes terhadap dalam penerimaan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
terhadap proyek proses penerimaan tenaga kerja secara acak Kecamatan selama terkait
bahkan bila tenaga kerja berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
proses keterwakilan Konawe proses
penerimaan masyarakat di lokasi penerimaan
tenaga kerja rencana kegiatan tenaga kerja
tidak melibatkan
masyarakat lokal
sekitar daerah
penambangan

Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
sumber mata tenaga kerja peluang kerja pengelolaan terkait dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
pencaharian dan dalam kegiatan dan berusaha dengan peningkatan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
pendapatan penambangan bagi ekonomi masyarakat di secara acak Kecamatan selama terkait
keluarga nikel masyarakat wilayah rencana berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
lokal penambangan keterwakilan Konawe proses
 Adanya masyarakat di lokasi penerimaan
peningkatan rencana kegiatan tenaga kerja
pendapatan
masyarakat
setempat
 Daya beli
masyarakat
meningkat

RPL - 10
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n

IV. TAHAP OPERASI


2.1. Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk
Aktivitas Kegiatan Kandungan debu Memantau upaya Pengukuran partikel Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kendaraan pengupasan di udara sesuai pengelolaan debu debu (g/m ) diukur Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dalam tanah pucuk dengan standar dengan metode Puuwiwirano minimal sekali Hidup
pengupasan yang Gravimetri. Debu di Kecamatan selama Kabupaten
tanah pucuk dipersyaratkan. udara diisap dengan Routa Kab. kegiatan Konawe
menimbulkan Baku Mutu Udara pengisap debu lalu Konawe eksplorasi dan dan instansi
peningkatan berdasarkan PP dilakukan survei terkait
partikel debu Nomor 41 Tahun penimbangan lapangan lainnya
1999 tentang dengan timbangan
Pengendalian analitik atau dapat
pencemaran udara pula menggunakan
alat Dust Meter
Kebisingan Kegiatan Tolok ukur Memantau upaya Pengukuran tingkat Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas pengupasan dampak adalah pengelolaan kebisingan kebisingan dengan Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan tanah pucuk adanya keluhan pengukuran Puuwiwirano minimal sekali Hidup
dalam kegiatan dari pekerja dan sederhana Kecamatan selama Kabupaten
pengupasan masyarakat sekitar menggunakan alat Routa Kab. kegiatan Konawe
tanah pucuk tentang kebisingan berupa Sound Level Konawe pengupasan dan instansi
di sekitar lokasi Meter. Dengan alat tanah pucuk terkait
tambang. Sesuai tersebut diukur lainnya
dengan Kepmen tingkat tekanan
LH No. 48 Tahun bunyi db (A) selama
1996, baku mutu 10 (sepuluh) menit
kebisingan tiap pengukuran
berdasarkan dan pengecekan
peruntukan setiap 5 (lima) detik
kawasan adalah 70
db (A)

RPL - 11
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Pengupasan Pengupasan Terjadinya Memantau penanganan Besarnya erosi Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tanah pucuk tanah pucuk peningkatan aliran peningkatan aliran diprediksi Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
menyebabkan pemukaan dan permukaan, peningkatan berdasarkan formula Puuwiwirano minimal sekali Hidup
lahan menjadi erosi tanah erosi dan adanya tanah ULSE (Universal Soil Kecamatan selama Kabupaten
terbuka longsor di sekitar lokasi Loss Equation) di Routa Kab. kegiatan Konawe
sehingga aliran tambang sekitar lokasi Konawe pengupasan dan instansi
permukaan dan tambang tanah pucuk terkait
erosi tanah akan lainnya
meningkat

Pengupasan Pengupasan Terjadinya Memantau penanganan Dalam pengukuran Perairan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tanah pucuk tanah pucuk penurunan kualitas penurunan kualitas air beberapa parameter sungai, dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
berdampak air sungai meliputi sungai selama proses fisik kimia sungai-sungai dilakukan 3 kali Hidup
terhadap aliran TSS, pH, BOD, DO pengupasan tanah lingkungan seperti lain disekitar dalam satu Kabupaten
permukaan pucuk suhu, salinitas, pH, lokasi tahun yaitu Konawe
beserta sedimen DO, BOD, bahan penambangan pada awal dan instansi
yang akan organik, kandungan musim terkait
masuk ke sungai N dan P, serta penghujan lainnya
sehingga keberadaan logam (bulan
mengakibatkan berat. Alat yang Oktober),
tingginya digunakan pertengahan
sedimen tergantung dari musim
terangkut ke metode parameter penghujan
sungai yang diukur (Pebruari) dan
akhir musim
penghujan
(April/Mei).

Adanya Pengupasan Pengupasan tanah Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan tanah pucuk pucuk akan pengelolaan aspek wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera kesehatan Konawe
derajat menyebabkan kesehatan oleh Wawancara Puuwiwirano dilakukan Kabupaten
kesehatan partikel debu pemrakarsa dilakukan pada Kecamatan Konawe

RPL - 12
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
masyarakat meningkat pekerja dan Routa Kab. setiap tiga dan instansi
sekitar lokasi sehingga masyarakat yang Konawe bulan sekali terkait
penambangan berdampak menerima dampak lainnya
terhadap muncul
berbagai penyakit
seperti ISPA

Adanya Pengupasan Adanya kecelakaan Memantau upaya Observasi dan Pada lokasi Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan tanah pucuk kerja dan keluhan pengelolaan terhadap wawancara. penambangan dapat Sejahtera kesehatan Konawe
derajat pekerja aspek keselamatan dan Wawancara dilakukan Kabupaten
kesehatan dan kesehatan kerja dilakukan pada setiap tiga Konawe
peningakatan pekerja dan bulan sekali dan instansi
kecelakaan masyarakat yang terkait
akibat kerja menerima dampak lainnya

2.2. Kegiatan Penggalian, Pemindahan, dan Penimbunan Tanah Penutup


Aktivitas Penggalian, Kandungan debu Memantau upaya Pengukuran partikel Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kendaraan pemindahan di udara sesuai pengelolaan debu debu (g/m ) diukur penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
selama dan dengan standar dengan metode minimal sekali Hidup
operasional penggalian yang Gravimetri. Debu di selama Kabupaten
penggalian, tanah penutup dipersyaratkan. udara diisap dengan kegiatan Konawe
pemindahan dan Baku Mutu Udara pengisap debu lalu penggalian, dan instansi
penggalian berdasarkan PP dilakukan pemindahan terkait
tanah penutup Nomor 41 Tahun penimbangan dan lainnya
menimbulkan 1999 tentang dengan timbangan penggalian
peningkatan Pengendalian analitik atau dapat tanah penutup
partikel debu pencemaran udara pula menggunakan
alat Dust Meter
Kebisingan Pengoperasian Adanya keluhan Memantau upaya Pengukuran tingkat Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas alat-alat berat dari pekerja dan pengelolaan kebisingan kebisingan dengan penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan saat kegiatan masyarakat sekitar pengukuran minimal sekali Hidup
dalam kegiatan penggalian, tentang kebisingan sederhana selama Kabupaten

RPL - 13
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
penggalian, pemindahan, di sekitar lokasi menggunakan alat kegiatan Konawe
pemindahan, dan tambang. baku berupa Sound Level penggalian, dan instansi
dan penimbunan penimbunan mutu kebisingan Meter. pemindahan, terkait
tanah penutup tanah penutup berdasarkan dan lainnya
peruntukan penimbunan
kawasan adalah 70 tanah penutup
db (A)
Perubahan Hilangnya Terjadinya Memantau upaya Metode yang Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan bentuk pengelolan lingkungan digunakan dalam penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dan kelerengan penutup wilayah dan terkait dengan penentuan minimal enam Hidup
akibat aktivitas dengan kelerengan perubahan bentuk kelerengan adalah bulan sekali Kabupaten
kendaraan ketebalan wilayah/kelerengan klinometer Konawe
dalam kegiatan tertentu saat dan instansi
penggalian, kegiatan terkait
pemindahan, penggalian, lainnya
dan penimbunan pemindahan,
tanah penutup dan
penimbunan
tanah penutup

Penggalian, Penggalian, Terjadinya Memantau penanganan Besarnya erosi Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pemindahan, pemindahan, peningkatan aliran peningkatan aliran diprediksi penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dan penimbunan dan pemukaan dan permukaan, peningkatan berdasarkan formula minimal sekali Hidup
tanah penutup penimbunan erosi tanah erosi dan adanya tanah ULSE (Universal Soil selama Kabupaten
menyebabkan tanah penutup longsor di sekitar lokasi Loss Equation) di kegiatan Konawe
lahan menjadi tambang sekitar lokasi Penggalian, dan instansi
terbuka tambang pemindahan, terkait
sehingga aliran dan lainnya
permukaan dan penimbunan
erosi tanah akan tanah penutup
meningkat

RPL - 14
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Dampak lanjutan Penggalian, Jenis, populasi dan Memantau penanganan Metode yang Sungai dan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan pada pemindahan, keanekaragaman kualitas air sungai digunakan dalam sungai-sungai dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
sungai adalah dan plankton dan selama proses pengukuran kecil sekitar dilakukan Hidup
menurunnya penimbunan bentos Penggalian, plankton melalui lokasi kegiatan minimal enam Kabupaten
keanekaragaman tanah penutup pemindahan, dan penyaringan denga bulan sekali Konawe
biota perairan penimbunan tanah jala plankton, dan instansi
penutup yang memiliki pengambilan terkait
dampak lanjutan sampel substrat lainnya
terhadap kondisi biota dengan Ekman Grab
perairan untuk bentos

Adanya Pengupasan Pengupasan tanah Memantau upaya Observasi dan Di Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan penggalian, pucuk akan pengelolaan aspek wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
derajat pemindahan, menyebabkan kesehatan oleh Wawancara Puuwiwirano dilakukan Kabupaten
kesehatan dan partikel debu pemrakarsa dilakukan pada Kecamatan setiap tiga Konawe
masyarakat penimbunan meningkat pekerja dan Routa Kab. bulan sekali dan instansi
sekitar lokasi tanah penutup sehingga masyarakat yang Konawe terkait
penambangan berdampak menerima dampak lainnya
terhadap muncul
berbagai penyakit
seperti ISPA
Adanya Pengoperasian Adanya kecelakaan Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan alat-alat berat kerja dan keluhan pengelolaan terhadap wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
derajat untuk pekerja aspek keselamatan dan Wawancara Puuwiwirano dilakukan Kabupaten
keselamatan dan penggalian, kesehatan kerja dilakukan pada Kecamatan setiap tiga Konawe
kesehatan kerja pemindahan, pekerja dan Routa Kab. bulan sekali dan instansi
dan masyarakat Konawe terkait
penimbunan lainnya
tanah penutup

2.3. Kegiatan Penambangan / Penggalian Nikel

RPL - 15
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Aktivitas Kegiatan Kandungan debu Memantau upaya Pengukuran partikel Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kendaraan penambangan/ di udara sesuai pengelolaan debu debu (g/m ) diukur penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dalam penggalian dengan standar dengan metode minimal sekali Hidup
penambangan/p nikel yang Gravimetri selama Kabupaten
enggalian nikel dipersyaratkan. kegiatan Konawe
menimbulkan Baku Mutu Udara penambangan/ dan instansi
peningkatan berdasarkan PP penggalian terkait
partikel debu Nomor 41 Tahun nikel lainnya
1999 tentang
Pengendalian
pencemaran udara
Kebisingan Penambangan/ Adanya keluhan Memantau upaya Pengukuran tingkat Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas penggalian dari pekerja dan pengelolaan kebisingan kebisingan dengan penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan nikel masyarakat sekitar pengukuran minimal sekali Hidup
dalam kegiatan tentang kebisingan sederhana selama Kabupaten
penambangan/p di sekitar lokasi menggunakan alat penambangan/ Konawe
enggalian nikel tambang. Sesuai berupa Sound Level penggalian dan instansi
dengan Kepmen Meter nikel terkait
LH No. 48 Tahun lainnya
1996, baku mutu
kebisingan
berdasarkan
peruntukan
kawasan adalah 70
db (A)

Perubahan Hilangnya Terjadinya Memantau upaya Penentuan Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan bentuk pengelolan lingkungan kelerengan adalah penambangan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dan kelerengan penutup wilayah dan terkait dengan klinometer minimal enam Hidup
akibat kegiatan dengan kelerengan perubahan bentuk bulan sekali Kabupaten
penambangan/p ketebalan wilayah/kelerengan Konawe
enggalian nikel tertentu saat dan instansi

RPL - 16
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
kegiatan terkait
penambangan/ lainnya
penggalian
nikel

Kegiatan Penambangan/ Terjadinya Memantau penanganan Besarnya erosi Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penambangan/p penggalian peningkatan aliran peningkatan aliran diprediksi penambangan dilakukan 3 Sejahtera Lingkungan Konawe
enggalian nikel nikel pemukaan dan permukaan, peningkatan berdasarkan formula bulan sekali Hidup
menyebabkan erosi tanah erosi dan adanya tanah ULSE (Universal Soil selama Kabupaten
aliran longsor di sekitar lokasi Loss Equation) di kegiatan Konawe
permukaan, erosi tambang sekitar lokasi penambangan dan instansi
tanah bahkan tambang nikel terkait
potensi longsor lainnya
akan meningkat

Penambangan Penambangan/ Terjadinya Memantau penanganan Metode yang Perairan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
nikel berdampak penggalian penurunan kualitas penurunan kualitas air digunakan dalam Sungai dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
terhadap nikel air sungai meliputi sungai selama proses pengukuran sungai-sungai dilakukan 3 kali Hidup
kekeruhan air TSS, pH, dan penambangan beberapa parameter kecil sekitar dalam satu Kabupaten
sungai akibat peningkatan fisik kimia lokasi kegiatan tahun yaitu Konawe
sedimentasi kekeruhan lingkungan seperti pada awal dan instansi
suhu, salinitas, pH, musim terkait
DO, BOD, bahan penghujan lainnya
organik, kandungan (bulan
N dan P, serta Oktober),
keberadaan logam pertengahan
berat musim
penghujan
(Pebruari) dan
akhir musim
penghujan
(April/Mei)

RPL - 17
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Dampak lanjutan Penambangan/ Jenis, populasi dan Memantau penanganan Pengukuran Perairan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan air penggalian keanekaragaman kualitas air sungai plankton melalui Sungai dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
sungai adalah nikel plankton dan selama proses penyaringan denga sungai-sungai dilakukan Hidup
menurunnya bentos penambangan yang jala plankton, kecil sekitar minimal enam Kabupaten
keanekaragaman memiliki dampak pengambilan lokasi kegiatan bulan sekali Konawe
biota perairan lanjutan terhadap sampel substrat dan instansi
kondisi biota perairan dengan Ekman Grab terkait
untuk bentos lainnya
Adanya Penambangan/ Penambangan Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan penggalian nikel akan pengelolaan aspek wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat nikel menyebabkan kesehatan oleh Wawancara Puuwiwirano dilakukan Hidup
kesehatan partikel debu pemrakarsa dilakukan pada Kecamatan setiap tiga Kabupaten
masyarakat meningkat pekerja dan Routa Kab. bulan sekali Konawe
sekitar lokasi sehingga masyarakat yang Konawe dan instansi
penambangan berdampak menerima dampak terkait
terhadap lainnya
penurunan derajat
kesehatan
masyarakat seperti
penyakit ISPA

Adanya Pengoperasian Adanya kecelakaan Memantau upaya Observasi dan Di blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan alat-alat berat kerja dan keluhan pengelolaan terhadap wawancara. penambangan dapat Sejahtera kesehatan Konawe
derajat untuk sakit oleh pekerja aspek keselamatan dan Wawancara dilakukan Kabupaten
kesehatan dan penambangan/ kesehatan kerja dilakukan pada setiap tiga Konawe
adanya penggalian pekerja dan bulan sekali dan instansi
kecelakaan nikel masyarakat yang terkait
akibat kerja menerima dampak lainnya

2.4. Kegiatan Pemuatan, Pengangkutan dan Penimbunan Nikel


Aktivitas Kegiatan Kandungan debu Memantau upaya Pengukuran partikel Blok Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kendaraan pengangkutan di udara sesuai pengelolaan debu debu (g/m ) diukur penambangan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe

RPL - 18
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
dalam kegiatan dan dengan standar dengan metode dilakukan Hidup
pengangkutan penimbunan yang Gravimetri setiap tiga Kabupaten
dan penimbunan nikel dipersyaratkan. bulan sekali Konawe
nikel Baku Mutu Udara dan instansi
menimbulkan berdasarkan PP terkait
peningkatan CO Nomor 41 Tahun lainnya
dan partikel 1999 tentang
debu Pengendalian
pencemaran udara
Kebisingan Kegiatan Adanya keluhan Memantau upaya Metode yang Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas pengangkutan dari pekerja dan pengelolaan kebisingan digunakan dalam Tanggola dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan dan masyarakat sekitar pengukuran tingkat Puuwiwirano dilakukan Hidup
dalam kegiatan penimbunan tentang kebisingan kebisingan dengan Kecamatan setiap tiga Kabupaten
pengangkutan nikel di sekitar lokasi pengukuran Routa Kab. bulan sekali Konawe
dan penimbunan tambang. Sesuai sederhana Konawe dan instansi
nikel dengan Kepmen menggunakan alat terkait
LH No. 48 Tahun berupa Sound Level lainnya
1996, baku mutu Meter
kebisingan
berdasarkan
peruntukan
kawasan adalah 70
db (A)
Pengangkutan Pengangkutan Terjadinya Memantau penanganan Metode yang Perairan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
dan penimbunan dan penurunan kualitas penurunan kualitas air digunakan dalam Sungai dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
nikel berdampak penimbunan air sungai meliputi sungai selama proses pengukuran sungai-sungai dilakukan 3 kali Hidup
terhadap aliran TSS, pH, dan Pengangkutan dan beberapa parameter kecil sekitar dalam satu Kabupaten
sedimen yang adanya logam- penimbunan fisik kimia lokasi kegiatan tahun yaitu Konawe
masuk ke sungai logam berat lingkungan seperti pada awal dan instansi
sehingga suhu, pH, DO, BOD, musim terkait
mengakibatkan bahan organik, penghujan lainnya
tingginya kandungan N dan P, (bulan

RPL - 19
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sedimen serta keberadaan Oktober),
terangkut ke logam berat. Alat pertengahan
sungai yang digunakan musim
tergantung dari penghujan
metode parameter (Pebruari) dan
yang diukur akhir musim
penghujan
(April/Mei)
Dampak lanjutan Pengangkutan Jenis, populasi dan Memantau penanganan Metode yang Perairan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan air dan keanekaragaman kualitas air sungai digunakan dalam Sungai dan dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
sungai adalah penimbunan plankton dan selama kegiatan pengukuran sungai-sungai dilakukan Hidup
menurunnya nikel bentos Pengangkutan dan plankton melalui kecil sekitar minimal tiga Kabupaten
keanekaragaman penimbunan nikel yang penyaringan denga lokasi kegiatan bulan sekali Konawe
biota perairan memiliki dampak jala plankton, dan instansi
lanjutan terhadap pengambilan terkait
kondisi biota perairan sampel substrat lainnya
dengan Ekman Grab
untuk bentos

Adanya Kegiatan Kegiatan Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan pengangkutan pengangkutan dan pengelolaan aspek wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
derajat dan penimbunan nikel kesehatan oleh Wawancara Puuwiwirano dilakukan Kabupaten
kesehatan penimbunan akan pemrakarsa dilakukan pada Kecamatan setiap tiga Konawe
masyarakat nikel menyebabkan pekerja dan Routa Kab. bulan sekali dan instansi
sekitar lokasi partikel debu masyarakat yang Konawe terkait
penambangan meningkat menerima dampak lainnya
sehingga
berdampak
terhadap
penurunan derajat
kesehatan

RPL - 20
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
masyarakat seperti
penyakit ISPA

2.5. Kegiatan Penimbunan Kembali Tanah Penutup


Aktivitas Kegiatan Kandungan debu Memantau upaya Pengukuran partikel Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
3
kendaraan penimbunan di udara sesuai pengelolaan debu dan debu (g/m ) diukur Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
dalam kegiatan kembali tanah dengan standar kualitas udara dengan metode Puuwiwirano minimal tiga Hidup
penimbunan penutup yang Gravimetri Kecamatan bulan sekali Kabupaten
kembali tanah dipersyaratkan. Routa Kab. Konawe
penutup Baku Mutu Udara Konawe dan instansi
menimbulkan berdasarkan PP terkait
peningkatan CO Nomor 41 Tahun lainnya
dan partikel 1999 tentang
debu Pengendalian
pencemaran udara
Kebisingan Kegiatan Tolok ukur Memantau upaya Pengukuran tingkat Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas penimbunan dampak adalah pengelolaan kebisingan kebisingan dengan Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan kembali tanah adanya keluhan pengukuran Puuwiwirano minimal tiga Hidup
dalam kegiatan penutup dari pekerja dan sederhana Kecamatan sekali Kabupaten
penimbunan masyarakat sekitar menggunakan alat Routa Kab. Konawe
kembali tanah tentang kebisingan berupa Sound Level Konawe dan instansi
penutup di sekitar lokasi Meter terkait
tambang. Sesuai lainnya
dengan Kepmen
LH No. 48 Tahun
1996
Penimbunan Penimbunan Terjadinya Memantau penanganan Metode yang Sungai dan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kembali tanah kembali tanah penurunan kualitas penurunan kualitas air digunakan dalam sungai-sungai dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
penutup penutup air sungai meliputi sungai selama kegiatan pengukuran kecil sekitar dilakukan 3 kali Hidup
berdampak TSS, pH, dan Penimbunan kembali beberapa parameter lokasi kegiatan dalam satu Kabupaten
terhadap aliran peningkatan tanah penutup fisik kimia tahun yaitu Konawe
sedimen yang kekeruhan lingkungan seperti pada awal dan instansi

RPL - 21
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
masuk ke sungai suhu, pH, DO, BOD, musim terkait
sehingga bahan organik, penghujan lainnya
mengakibatkan kandungan N dan P, (bulan
tingginya serta keberadaan Oktober),
sedimen yang logam berat. Alat pertengahan
berdampak pada yang digunakan musim
menurunnya tergantung dari penghujan
kualitas air metode parameter (Pebruari) dan
sungai yang diukur akhir musim
penghujan
(April/Mei)
Dampak lanjutan Penimbunan Jenis, populasi dan Memantau penanganan Metode yang Sungai dan Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan kembali tanah keanekaragaman kualitas air sungai digunakan dalam sungai-sungai dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
perairan sungai penutup plankton dan selama kegiatan pengukuran kecil sekitar dilakukan Hidup
adalah benthos penimbunan kembali plankton melalui lokasi kegiatan minimal enam Kabupaten
menurunnya tanah penutup yang penyaringan dengan bulan sekali Konawe
keanekaragaman memiliki dampak jala plankton, dan instansi
biota perairan lanjutan terhadap pengambilan terkait
kondisi biota perairan sampel substrat lainnya
dengan Ekman Grab
untuk bentos

Adanya Kegiatan Kegiatan Memantau upaya Observasi dan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Dinas Bupati
penurunan penimbunan penimbunan pengelolaan aspek wawancara. Tanggola dan dapat Sejahtera Kesehatan Konawe
derajat kembali tanah kembali tanah kesehatan oleh Wawancara Puuwiwirano dilakukan Kabupaten
kesehatan penutup penutup akan pemrakarsa dilakukan pada Kecamatan setiap tiga Konawe
masyarakat menyebabkan pekerja dan Routa Kab. bulan sekali dan instansi
sekitar lokasi partikel debu masyarakat yang Konawe terkait
penambangan meningkat menerima dampak lainnya
sehingga
berdampak
terhadap

RPL - 22
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
penurunan
derrajat kesehatan
masyarakat akibat
munculnya
berbagai jenis
penyakit misalnya
ISPA
2.6. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi setiap Blok Penambangan
Kegiatan Reklamasi dan Terjadinya Memantau penanganan Besarnya erosi Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan revegetasi penurunan aliran peningkatan aliran diprediksi Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
revegetasi setiap pemukaan dan permukaan, peningkatan berdasarkan formula Puuwiwirano minimal tiga Hidup
blok yang telah erosi tanah erosi dan adanya tanah ULSE (Universal Soil Kecamatan bulan sekali Kabupaten
ditambang longsor di sekitar lokasi Loss Equation) di Routa Kab. Konawe
menyebabkan tambang. sekitar lokasi Konawe dan instansi
menurunnya tambang terkait
aliran lainnya
permukaan, erosi
tanah bahkan
potensi longsor

Dampak lanjutan Kegiatan Jenis, populasi dan Memantau dampak Pendugaan populasi Areal reklamasi Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi/revegt reklamasi dan keanekaragaman reklamasi terhadap dan dalam Blok dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
asi adalah rehabilitasi flora dan fauna pemulihan jenis flora keanekaragaman penambangan dilakukan Hidup
meningkatnya lahan bekas pasca reklamasi dan fauna fauna menggunakan minimal enam Kabupaten
flora dan fauna tambang akan dan rehabilitasi metode point count bulan sekali Konawe
sekitar lokasi menyebabkan setelah dan metode transek dan instansi
penambangan bertambahnya penambangan terkait
keaneka lainnya
ragaman dan
vegetasi dan
fauna darat

RPL - 23
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
3. TAHAP PASCA OPERASI
3.1. Kegiatan Penutupan Tambang
Munculnya Bila penutupan Sikap dan persepsi Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif tambang tidak negatif masyarakat pengelolaan masyarakat dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
dan masyarakat dilakukan setempat terhadap saat penutupan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
setempat dan sesuai dengan proyek serta tambang secara acak Kecamatan selama terkait
bahkan muncul peraturan yang munculnya berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
kriminal akibat ada serta kriminal keterwakilan Konawe proses
adanya tanpa diawali masyarakat di lokasi penutupan
penutupan dengan rencana kegiatan tambang
tambang sosialisasi dan
diskusi
bersama pihak
tenaga kerja
3.2. Reklamasi / Rehabilitasi Tambang
Kegiatan Reklamasi / Terjadinya Memantau penanganan Besarnya erosi Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan rehabilitasi penurunan aliran peningkatan aliran diprediksi Tanggola dan dilakukan Sejahtera Lingkungan Konawe
revegetasi setiap tambang pemukaan dan permukaan, peningkatan berdasarkan formula Puuwiwirano minimal sekali Hidupkabu
blok yang telah erosi tanah erosi dan adanya tanah ULSE (Universal Soil Kecamatan selama paten
ditambang longsor di sekitar lokasi Loss Equation) di Routa Kab. kegiatan Konawe
menyebabkan tambang. sekitar lokasi Konawe reklamasi dan dan instansi
membaiknya tambang revegatasi terkait
aliran lainnya
permukaan, erosi
tanah bahkan
potensi longsor

Dampak lanjutan Kegiatan Jenis, populasi dan Memantau dampak Metode untuk Areal reklamasi Pemantauan PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kegiatan reklamasi dan keanekaragaman reklamasi terhadap pendugaan populasi dalam Daerah dapat Sejahtera Lingkungan Konawe
revegetasi rehabilitasi plankton dan pemulihan jenis flora dan Desa Tanggola dilakukan Hidupkabu
adalah lahan bekas bentos dan fauna keanekaragaman dan minimal enam paten
meningkatnya tambang akan fauna menggunakan Puuwiwirano bulan sekali Konawe

RPL - 24
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
keanekaragaman menyebabkan metode point count Kecamatan dan instansi
flora dan fauna bertambahnya dan metode transek Routa Kab. terkait
keaneka Konawe lainnya
ragaman dan
vegetasi dan
fauna darat

Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
sumber mata tenaga kerja peluang kerja pengelolaan terkait dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
pencaharian dan dalam kegiatan dan berusaha dengan peningkatan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
pendapatan reklamasi dan bagi ekonomi masyarakat di secara acak Kecamatan selama terkait
keluarga rehabilitasi masyarakat wilayah rencana berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
lokal penambangan. keterwakilan Konawe berlangsung
 Adanya masyarakat di lokasi
peningkatan rencana kegiatan
pendapatan
masyarakat
setempat

3.3. Kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja


Munculnya Bila pemutusan Sikap dan persepsi Memantau upaya Wawancara, RRA Di Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif hubungan negatif pemerintah pengelolaan masyarakat dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
dan masyarakat kerja tidak dan masyarakat pemutusan hubungan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
setempat dan dilakukan setempat terhadap kerja pasca penutupan secara acak Kecamatan selama terkait
bahkan muncul sesuai dengan proyek serta tambang berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
kriminal akibat prosedur atau munculnya keterwakilan Konawe
adanya menyimpang kriminal masyarakat di lokasi
penutupan dari rencana kegiatan
tambang kesepakatan
awal

RPL - 25
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Hilangnya Pemutusan Menurunnya Memantau upaya Wawancara, RRA Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
sumber mata hubungan penghasilan pengelolaan terkait dan kuesioner. Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
pencaharian kerja keluarga dan daya dengan peningkatan Sampel dipilih Puuwiwirano minimal sekali instansi
danpenghasilan beli masyarakat ekonomi masyarakat secara acak Kecamatan selama terkait
keluarga setelah pemutusan berdasarkan Routa Kab. kegiatan lainnya
hubungan kerja keterwakilan Konawe
masyarakat di lokasi
rencana kegiatan
3.4. Penanganan asset pasca operasi penambangan
Munculnya Penanganan Sikap dan persepsi Memantau sikap dan Melakukan Daerah Desa Pemantauan PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif asset negatif pemerintah persepsi negatif pendataan langsung Tanggola dan dilakukan Sejahtera Routa dan Konawe
dan masyarakat perusahaan dan masyarakat pemerintah dan dan serah terima Puuwiwirano minimal sekali instansi
setempat dan saat pasca setempat terhadap masyarakat setempat secara terbuka Kecamatan selama terkait
bahkan muncul operasi proyek serta serta timbulnya kriminal terhadap asset yang Routa Kab. kegiatan lainnya
kriminal akibat munculnya terhadap pelaksanaan dapat dimanfaatkan Konawe
adanya kriminal penanganan asset oleh pemerintah
penanganan perusahaan saat pasca atau masyarakat
asset operasi penambangan
perusahaan saat
pasca operasi
penambangan
yang tidak
berjalan dengan
baik
4.1. Kegiatan Sosialisasi
Munculnya Bila sosialisasi Adanya sikap dan Meminimalisasi Melakukan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
persepsi negatif tidak dilakukan persepsi negatif munculnya sikap dan sosialisasi dengan Tanggola dan Sosialisasi Cahaya Lingkungan Konawe
dari masyarakat dengan baik dari masyarakat persepsi negatif dari memberikan Puuwiwirano Sejahtera Hidup
setempat setempat terhadap masyarakat setempat penjelasan tentang Kecamatan Kabupaten
proyek terhadap pelaksanaan manfaat Routa Konawe
kegiatan penambangan pelaksanaan proyek Kabupaten dan instansi
Konawe terkait

RPL - 26
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
penambangan nikel
di lokasi tersebut
Keresahan Bila sosialisasi Adanya Meminimalisasi jumlah Melakukan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
masyarakat tidak dilakukan masyarakat yang masyarakat yang resah sosialisasi dengan Tanggola dan Sosialisasi Cahaya Lingkungan Konawe
dengan baik resah akibat terhadap pelaksanaan memberikan Puuwiwirano Sejahtera Hidup
rencana kegiatan kegiatan penambangan penjelasan tentang Kecamatan Kabupaten
manfaat Routa Konawe
pelaksanaan proyek Kabupaten dan instansi
penambangan nikel Konawe terkait
di lokasi tersebut
4.2. Kegiatan Eksplorasi dan Survei Lapangan
Kesempatan Kebutuhan Jumlah tenaga Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
kerja tenaga kerja kerja yang diserap lapangan/kesempatan informasi yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Penanaman Konawe
untuk kegiatan perusahaan pada kerja terutama bagi jelas tentang Puuwiwirano survey Sejahtera Modal
eksplorasi dan kegiatan eksplorasi masyarakat sekitar lokasi jumlah tenaga Kecamatan lapangan Konawe
survey dan survey rencana kegiatan kerja dan Routa dan Camat
lapangan lapangan spesifikasi yang Kabupaten Routa,
untuk meneliti dibutuhkan serta Konawe Camat
potensi besaran gaji Routa, dan
cadangan nikel  Mengutamakan instansi
dilokasi pelamar yang terkait
rencana berasal dari lainnya
kegiatan masyarakat
sekitar lokasi
rencana kegiatan
sesuai dengan
spesifikasi
pekerjaan yang
tersedia

RPL - 27
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Kesempatan Kegiatan Meningkatkan Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Minimal sekali PT. Tiga Badan Bupati
berusaha eksplorasi dan kebutuhan tenaga kesempatan berusaha informasi yang Tanggola dan selama Cahaya Lingkungan Konawe
survey kerja dan bagi masyarakat untuk jelas tentang Puuwiwirano kegiatan Sejahtera Hidup
lapangan perusahaan untuk mengadakan kebutuhan bahan dan Kecamatan eksplorasi dan Kabupaten
kelancaran pekerja dan perusahaan barang yang Routa survei Konawe
kegiatan eksplorasi dibutuhkan para Kabupaten lapangan dan instansi
dan survey pekerja dan Konawe terkait
lapangan perusahaan
 Membeli
kebutuhan
pekerja dan
perusahaan pada
badan usaha /
toko / kios /
warung yang ada
disekitar lokasi
rencana kegiatan
Adanya Pemenuhan Meningkatkan Menyediakan  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
kesempatan kebutuhan kebutuhan tenaga kesempatan berusaha informasi yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Lingkungan Konawe
berusaha bagi sehari-hari kerja dan bagi masyarakat untuk jelas tentang Puuwiwirano survey Sejahtera Hidup
masyarakat tenaga kerja perusahaan untuk mengadakan kebutuhan bahan dan Kecamatan lapangan Kabupaten
setempat kegiatan kelancaran pekerja dan perusahaan barang yang Routa Konawe
eksplorasi dan kegiatan eksplorasi dibutuhkan para Kabupaten dan instansi
survey dan survey pekerja dan Konawe terkait
lapangan lapangan perusahaan
 Membeli
kebutuhan
pekerja dan
perusahaan pada
badan usaha /
toko / kios /
warung yang ada

RPL - 28
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
disekitar lokasi
rencana kegiatan

Terjadinya Pendapatan Meningkatnya Meningkatkan  Memberikan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
peningkatan masyarakat pendapatan pendapatan masyarakat upak kerja yang Tanggola dan eksplorasi dan Cahaya Lingkungan Konawe
pendapatan berasal dari masyarakat saat layak, wajar Puuwiwirano survey Sejahtera Hidup
masyarakat upak kerja kegiatan eksplorasi minimal setara Kecamatan lapangan Kabupaten
setempat tenaga kerja dan survey dengan UMR Routa Konawe
kegiatan lapangan Kabupaten Kabupaten dan instansi
eksplorasi dan Konawe Konawe terkait
survey  Membeli
lapangan kebutuhan
pekerja dan
perusahaan
pada badan
usaha / toko /
kios / warung
yang ada
disekitar lokasi
rencana
kegiatan

4.3. Kegiatan Pembebasan Lahan


Munculnya Pembebasan Sikap negatif Meminimalisasi  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
persepsi negatif lahan untuk masyarakat munculnya sikap dan informasi yang Tanggola dan pembebasan Cahaya Lingkungan Konawe
terhadap proyek penambangan terhadap rencana persepsi negatif dari jelas terhadap Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
dari masyarakat yang masuk pembebasan lahan masyarakat setempat rencana Kecamatan Kabupaten
setempat apabila dalam areal masyarakat terhadap pelaksanaan pembebasan Routa Konawe
terjadi Izin kegiatan pembebasan lahan sehingga Kabupaten dan instansi
perbedaan nilai/ Pertambangan lahan masyarakat dapat Konawe terkait
harga besaran yang diberikan menyiapkan diri
“ganti layak” oleh sedini mungkin.

RPL - 29
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
terhadap lahan Pemerintah  Mengembangkan
mereka Daerah mekanisme
setempat komunikasi yang
terbuka tentang
masalah lahan
dengan
melakukan
pendekatan
sehingga tercapai
kesepakatan
antara masyarakat
pemilik lahan
dengan pihak
perusahaan.
 Melakukan
relokasi lahan
masyarakat ke
tempat lain yang
diatur melalui
Pemerintah
Daerah setempat
Adanya Pembebasan Jumlah masyarakat Meminimalisasi jumlah  Pemberian Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
masyarakat yang lahan untuk yang resah anggota masyarakat informasi yang Tanggola dan pembebasan Cahaya Lingkungan Konawe
resah apabila penambangan terhadap rencana setempat yang resah jelas terhadap Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
terjadi yang masuk pembebasan lahan terhadap pelaksanaan rencana Kecamatan Kabupaten
perbedaan nilai/ dalam areal masyarakat kegiatan pembebasan pembebasan Routa Konawe
harga besaran Izin lahan lahan sehingga Kabupaten dan instansi
“ganti layak” Pertambangan masyarakat dapat Konawe terkait
terhadap lahan yang diberikan menyiapkan diri
masyarakat oleh sedini mungkin.
Pemerintah  Mengembangkan
mekanisme

RPL - 30
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Daerah komunikasi yang
setempat terbuka tentang
masalah lahan
dengan
melakukan
pendekatan
sehingga tercapai
kesepakatan
antara masyarakat
pemilik lahan
dengan pihak
perusahaan.
 Melakukan
relokasi lahan
masyarakat ke
tempat lain yang
diatur melalui
Pemerintah
Daerah setempat
Adanya Pembebasan Tambahan jumlah Meningkatkan  Pemberian ganti Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
peningkatan lahan untuk pendapatan pendapatan masyarakat layak yang pantas Tanggola dan pembebasan Cahaya Pemberday Konawe
pendapatan penambangan masyarakat pemilik lahan yang dan wajar minimal Puuwiwirano lahan Sejahtera aan
masyarakat yang yang masuk masuk dalam areal sesuai dengan Kecamatan Masyarakat
diperoleh “ganti dalam areal Kuasa Pertambangan NJOP tanah di Routa Desa
layak” terhadap Izin daerah tersebut. Kabupaten (BPMD)
lahan mereka Pertamabanga  Melibatkan tim dari Konawe dan Camat
n yang unsur pemerintah Routa,
diberikan oleh dan perwakilan Camat
Pemerintah masyarakat dalam Routa,
Daerah membahas instansi
setempat mekanisme ganti terkait
layak agar lainnya

RPL - 31
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
masyarakat pemilik
lahan memperoleh
hak-hak mereka
secara adil
4.4. Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengurangi adanya  Pekerja dianjurkan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
kendaraan pembersihan debu di udara keluhan dari pekerja menggunakan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan Konawe
3
dalam lahan dalam mg/m masyarakat setempat helm pengaman di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
pembersihan sesuai PP No. 41 terhadap perubahan dan masker. Tanggola dan Kabupaten
lahan Tahun 1999 kualitas udara khususnya  Melakukan Puuwiwirano Konawe
menimbulkan  Adanya keluhan debu saat pembersihan aktivitas Kecamatan dan instansi
peningkatan dari pekerja atau lahan kendaraan saat Routa terkait
partikel debu masyarakat pembersihan Kabupaten lainnya
sekitar tentang lahan pada siang Konawe
peningkatan hari mulai jam
partikel debu di 8.00 sampai
udara dengan 18.00.

Adanya Kegiatan  Keputusan Mengurangi adanya  Pekerja dianjurkan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
peningkatan pembersihan Menteri keluhan dari pekerja menggunakan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan Konawe
kebisingan lahan Lingkungan masyarakat setempat helm pengaman di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
akibat aktivitas Hidup Nomor terhadap kebisingan saat dan ear plug. Tanggola dan Kabupaten
kendaraan 48/MENLH/11/19 pembersihan lahan  Melakukan Puuwiwirano Konawe
dalam kegiatan 96 tentang baku aktivitas Kecamatan dan instansi
pembersihan mutu tingkat kendaraan disiang Routa terkait
lahan (land kebisingan hari mulai jam lainnya
clearing)  Adanya keluhan 8.00 sampai
dari pekerja atau dengan 18.00.
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan.

RPL - 32
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Pembersihan Pembersihan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Blok Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
lahan akan lahan peningkatan erosi peningkatan aliran pembersihan penambangan pembersihan Cahaya Lingkungan Konawe
terjadi tanah permukaan dan erosi lahan memotong di Daerah Desa lahan Sejahtera Hidup
pemadatan arah kontur Tanggola dan Kabupaten
tanah sehingga lereng Puuwiwirano Konawe
menyebabkan  Tidak melakukan Kecamatan dan instansi
tingkat erosi pembersihan Routa terkait
tanah meningkat lahan sekaligus lainnya
tetapi setempat-
setempat.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga secara
berselang-seling.
Tidak melakukan
pembersihan
lahan pada radius
200 meter dari
sungai (sempadan
sungai)
Pembersihan Pembersihan Terjadinya Menekan terjadinya  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
lahan lahan penurunan kualitas penurunan kualitas atau beberapa Tanggola dan pembersihan Cahaya Lingkungan Konawe
berdampak air permukaan kekeruhan air sungai cekdam-cekdam Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
terhadap TSS, atau kekeruhan pada setiap Kecamatan Kabupaten
pH, TDS, daerah pengaliran Routa Konawe
kekeruhan, serta /sungai yang dan instansi
masuknya dilengkapi terkait
logam-logam dengan lainnya
terlarut (Cd, Hg, filter/penyaring

RPL - 33
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Cu, Pb, Zn) ke sedimen dari
perairan sabut kelapa atau
sehingga akan ijuk.
terjadi  Membuat
penurunan sedimen pond
kulitas air sungai atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum mengalir
ke sungai.
 Tidak melakukan
pembersihan
lahan pada radius
200 meter dari
sungai (sempadan
sungai)

Menurunnya Pembersihan Pembersihan lahan Untuk mengatur  Menyisakan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Badan Bupati
keanekaragaman lahan akan seminimal mungkin pohon atau Tanggola dan pembersihan Cahaya Lingkungan Konawe
vegetasi alami menyebabkan penebangan pohon dan vegetasi Puuwiwirano lahan Sejahtera Hidup
dan tanaman berkurangnya vegetasi budidaya penyangga air Kecamatan Kabupaten
budidaya beberapa spesies dengan menyisakan larian dan erosi Routa Konawe
masyarakat serta vegetasi alami dan beberapa pohon sebagai dan habitat bagi Kabupaten dan instansi
terganggunya tanaman budidaya penyangga dan habitat fauna darat Konawe terkait
habitat dan masyarakat bagi fauna  Memperhatikan lainnya
migrasinya fauna terganggunya spesies-spesies
darat fauna darat pohon endemik
untuk dikoleksi
dan dibibitkan

RPL - 34
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sebagai tanaman
reklamasi dan
rehabilitasi tanah
tambang.
 Bagi vegetasi
budidaya milik
masyarakat perlu
dilakukan ganti
rugi tanaman.
 Membuat habitat
baru di luar areal
penambangan
bagi satwa liar
yang endemik

Adanya Pembersihan Pembersihan lahan Untuk meminimalkan  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Dinas Bupati
penurunan lahan akan dampak penurunan menyiapkan obat- Tanggola dan pembersihan Cahaya Kesehatan Konawe
derajat menyebabkan derajat kesehatan obatan jika ada Puuwiwirano lahan Sejahtera Konawe
kesehatan yang adanya gangguan masyarakat akibat masyarakat yang Kecamatan dan Badan
dialami pada kesehatan terbukanya lahan sakit. Routa Lingkungan
masyarakat masyarakat akibat  Menyediakan pos Kabupaten Hidup
sekitar terganggunya pelayanan Konawe Kabupaten
habitat bagi biota kesehatan. Konawe
penyebab penyakit  Menyiapkan dan instansi
seperti malaria, tenaga medis terkait
demam berdarah, bagi perusahaan lainnya
diare dan
sebagainya
Rendahnya Pembersihan Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT. Tiga Dinas Bupati
keselamatan dan lahan yang mengalami keselamatan dan menyiapkan Tanggola dan pembersihan Cahaya Kesehatan Konawe
kesehatan kerja sakit dan kesehatan para pekerja prosedur Puuwiwirano lahan Sejahtera Konawe
yang dialami kecelakaan saat operasional Kecamatan dan Badan

RPL - 35
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
oleh tenaga kegiatan saat kegiatan standar Routa Lingkungan
kerja pembersihan lahan pembersihan lahan keselamatan Kabupaten Hidup
setiap item Konawe Kabupaten
pekerjaan Konawe
 Menyediakan dan instansi
alat-alat dan terkait
pakaian lainnya
keselamatan kerja
 Menyiapkan
rambu-rambu
keselamatan bagi
pekerja
4.5. Kegiatan Pembangunan Saran dan Prasarana
Kegiatan Kegiatan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat desain Blok Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pembangunan Pembangunan peningkatan aliran peningkatan aliran bangunan sesuai penambangan pembangunan Sejahtera Lingkungan Konawe
sarana Sarana pemukaan dan permukaan dan erosi dengan bentuk di Daerah Desa sarana Hidup
penunjang Prasarana erosi tanah tanah topografi seperti Tanggola dan prasarana Kabupaten
penambangan penunjang berdasarkan kontur Puuwiwirano penunjang Konawe
nikel akan kegiatan lereng Kecamatan penambangan dan instansi
menyebabkan Penambangan  Disekitar bangunan Routa nikel terkait
naiknya tingkat Nikel yang dibangun Kabupaten lainnya
bahaya erosi disisakan tidak Konawe
ditebang pohon-
pohon atau semak
yang ada di
samping kiri-kanan
bangunan.
 Kalau daerah
terbuka perlu di
hijaukan dan disertai
dengan saluran
drainase.

RPL - 36
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Bagi tanah-tanah
yang rawan longsor
digunakan dinding
bronjong dan
vegetasi untuk
stabilitas lereng
Kegiatan Kegiatan Adanya perubahan Mempertahankan  Membuat Lokasi Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pembangunan Pembangunan parameter kualitas air sungai, beberapa bangunan pembangunan Sejahtera Lingkungan Konawe
sarana prasarana Sarana penentu kualitas meskipun ada kegiatan cekdam-cekdam sarana sarana Hidup
penunjang prasarana air sungai seperti pembangunan sarana pada setiap prasarana prasarana Kabupaten
penambangan penunjang dan TSS, TDS, pH, prasarana penunjang daerah pengaliran penunjang penunjang Konawe
nikel akan Penambangan kekeruhan penambangan nikel yang dilengkapi penambangan penambangan dan instansi
menyebabkan nikel dengan nikel pada nikel terkait
penurunan filter/penyaring tapak proyek lainnya
kualitas air sedimen dari
sungai sabut kelapa atau
ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
masuk ke sungai.
 Membangun
saran prasarana
minimal 200 m
dari garis
sempadan sungai

RPL - 37
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n

Rendahnya Pembangunan Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak Lokasi tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
keselamatan dan sarana yang mengalami keselamatan dan perusahaan proyek di pembangunan Sejahtera Lingkungan Konawe
kesehatan kerja prasarana sakit dan kesehatan para pekerja menyiapkan Daerah Desa sarana Hidup
yang dialami penunjang kecelakaan saat saat kegiatan prosedur Tanggola dan prasarana Kabupaten
oleh tenaga penambangan kegiatan pembangunan sarana operasional Puuwiwirano penunjang Konawe
kerja nikel pembangunan prasarana tambang standar Kecamatan dan instansi
sarana prasarana keselamatan Routa terkait
tambang setiap item Kabupaten lainnya
pekerjaan Konawe
 Menyediakan
alat-alat dan
pakaian
keselamatan
kerja
 Menyiapkan
rambu-rambu
keselamatan
bagi pekerja
1.7. Kegiatan Mobilisasi Peralatan
Penurunan Dampak Total partikel debu Mengendalikan  Semua truk Blok Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kualitas udara bersumber dari di udara dalam peningkatan partikel pengangkut penambangan mobilisasi Sejahtera Lingkungan Konawe
3
akibat adanya mg/m sesuai PP debu material harus di Daerah Desa peralatan pada Hidup
peningkatan lalulintas No. 41 Tahun 1999 dilengkapi Tanggola dan tahap Kabupaten
kadar debu di kendaraan dengan bag Puuwiwirano persiapan Konawe
udara pengangkut cover Kecamatan dan instansi
material untuk  Penyiraman Routa terkait
keperluan pada badan jalan lainnya
penambangan yang berpotensi
nikel dan menimbulkan
pembangunan debu terutama

RPL - 38
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sarana dan pada waktu
prasarana kering
 Mengoperasikan
kendaraan yang
layak pakai.

Peningkatan Dampak Keputusan Menteri Mengurangi tingkat  Mengoperasikan Blok Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kebisingan bersumber dari Lingkungan Hidup gangguan akibat kendaraan yang penambangan mobilisasi Sejahtera Lingkungan Konawe
adanya Nomor kebisingan layak pakai, di Daerah Desa peralatan pada Hidup
lalulintas 48/MENLH/11/1996  Mengatur Tanggola dan tahap Kabupaten
kendaraan tentang baku mutu frekuensi Puuwiwirano persiapan Konawe
pengangkut tingkat kebisingan lalulintas Kecamatan dan instansi
peralatan kendaraan Routa terkait
untuk  Pengaturan lainnya
keperluan jadwal
penambangan pengoperasian
nikel dan kendaraan
pembangunan pengangkut
sarana peralatan berat
prasarana lainnya.

Rendahnya Mobilisasi Adanya pekerja Untuk melindungi  Pihak perusahaan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
keselamatan dan peralatan yang mengalami keselamatan dan menyiapkan Tanggola dan mobilisasi Sejahtera Lingkungan Konawe
kesehatan kerja penambangan sakit dan kesehatan para pekerja prosedur Puuwiwirano peralatan Hidup
yang dialami nikel kecelakaan saat saat kegiatan mobilisasi operasional Kecamatan Kabupaten
oleh tenaga kegiatan mobilisasi peralatan standar Routa Konawe
kerja peralatan keselamatan dan instansi
setiap item terkait
pekerjaan lainnya
 Menyediakan
alat-alat dan

RPL - 39
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
pakaian
keselamatan kerja
 Menyiapkan
rambu-rambu
keselamatan bagi
pekerja

1.8. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja


Munculnya Penerimaan Sikap negatif dan Mengurangi adanya Memprioritaskan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
persepsi negatif tenaga kerja keresahan sikap dan persepsi tenaga kerja Tanggola dan penerimaan Sejahtera Lingkungan Konawe
terhadap proyek lokal. masyarakat negatif serta kriminal lokal sesuai Puuwiwirano tenaga kerja Hidup
bahkan kriminal bahkan kriminal dari masyarakat dengan keahlian Kecamatan saat tahap Kabupaten
dari masyarakat terhadap proses setempat terhadap dan kompetensi Routa dan persiapan Konawe
setempat bila penerimaan proses penerimaan yang dimilikinya. dan instansi
proses tenaga kerja tenaga kerja  Pemberian terkait
penerimaan informasi yang lainnya
tenaga kerja jelas terhadap
tidak melibatkan prosedur
masyarakat lokal rencana
sekitar daerah penerimaan
penambangan tenaga kerja
lokal
Timbulnya Penerimaan Adanyan Menghindari munculnya  Memprioritaskan Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
keresahan tenaga kerja masyarakat yang keresahan dikalangan tenaga kerja lokal Tanggola dan penerimaan Sejahtera Lingkungan Konawe
masyarakat lokal resah terhadap masyarakat setempat sesuai dengan Puuwiwirano tenaga kerja Hidup
terhadap proyek proses penerimaan terhadap proses keahlian dan Kecamatan Kabupaten
bahkan bila tenaga kerja. penerimaan tenaga kerja kompetensi yang Routa Konawe
proses dimilikinya. dan instansi
penerimaan  Pemberian terkait
tenaga kerja informasi yang lainnya
tidak melibatkan jelas terhadap
masyarakat lokal prosedur rencana

RPL - 40
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sekitar daerah penerimaan tenaga
penambangan kerja lokal

Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memaksimalkan  Memberikan upah Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
sumber mata tenaga kerja peluang kerja penggunaan tenaga sesuai dengan Tanggola dan penambangan Sejahtera Lingkungan Konawe
pencaharian dan dalam kegiatan dan berusaha kerja lokal dalam standar yang Puuwiwirano nikel Hidup
pendapatan penambangan bagi penambangan nikel ditentukan oleh Kecamatan Kabupaten
keluarga nikel masyarakat sehingga menjadi pemerintah. Routa Konawe
lokal. sumber mata  Memberikan dan instansi
 Adanya pencaharian dan tunjangan seperti terkait
peningkatan pendapatan meningkat Tunjangan Hari lainnya
pendapatan Raya (THR), cuti,
masyarakat dan bantuan
setempat. pengobatan
 Daya beli
masyarakat
meningkat
V. TAHAP OPERASI
2.1. Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja dianjurkan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kendaraan pengupasan debu di udara keluhan dari pekerja menggunakan Tanggola dan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
3
dalam tanah pucuk. dalam mg/m masyarakat setempat helm pengaman Puuwiwirano tanah pucuk Hidup
pengupasan sesuai PP No. terhadap perubahan dan masker. Kecamatan Kabupaten
tanah pucuk 41 Tahun 1999 kualitas udara khususnya  Melakukan Routa Konawe
menimbulkan  Adanya keluhan peningkatan debu saat aktivitas dan instansi
dari pekerja pengupasan tanah kendaraan saat terkait
atau pucuk pengupasan lainnya
masyarakat tanah pucuk
sekitar tentang pada siang hari
peningkatan mulai jam 8.00
partikel debu di sampai dengan
udara. 18.00.

RPL - 41
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Tidak melakukan
pengupasan
tanah pucuk
pada garis
sempadan
sungai yaitu
pada jarak 200 m

Kebisingan Pengupasan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas tanah pucuk Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah tanah pucuk Hidup
dalam kegiatan Hidup Nomor masyarakat setempat helm pengaman Desa Tanggola Kabupaten
pengupasan 48/MENLH/11/1 saat pengupasan tanah dan earl plug. dan Konawe
tanah pucuk 996 tentang pucuk  Melakukan Puuwiwirano dan instansi
baku mutu aktivitas Kecamatan terkait
tingkat kendaraan Routa lainnya
kebisingan. disiang hari Kabupaten
 Adanya keluhan mulai jam 8.00 Konawe
dari pekerja sampai dengan
atau 18.00 WITA
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan
Pengupasan Pengupasan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Blok Selama PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tanah pucuk tanah pucuk peningkatan aliran peningkatan aliran pengupasan penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
menyebabkan pemukaan dan permukaan dan erosi tanah pucuk di Daerah Desa pengupasan Hidup
lahan menjadi erosi tanah tanah dengan Tanggola dan tanah pucuk Kabupaten
terbuka memotong Puuwiwirano Konawe
sehingga aliran kontur lereng Kecamatan dan instansi
permukaan dan  Tidak melakukan Routa terkait
erosi tanah akan pembersihan lainnya
meningkat lahan sekaligus

RPL - 42
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
tetapi setempat-
setempat.
 Pada daerah
rawan erosi dan
longsor
dibuatkan
bronjong
penahan longsor
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi
di lereng bagian
bawah sebagai
penyangga
secara
berselang-seling.
 Tidak melakukan
kegiatan pada
garis sempadan
sungai yaitu
pada radisu 200
m

Pengupasan Pengupasan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tanah pucuk tanah pucuk penurunan kualitas penurunan kualitas atau beberapa Tanggola dan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
berdampak air permukaan kekeruhan air sungai cekdam-cekdam Puuwiwirano tanah pucuk Hidup
terhadap aliran meliputi TSS, pH, pada setiap Kecamatan Kabupaten
permukaan TDS, kekeruhan, daerah Routa Konawe

RPL - 43
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
beserta sedimen logam berat (Cd, pengaliran dan instansi
yang akan Hg, Cu, Pb, Zn) /sungai yang terkait
masuk ke air dilengkapi lainnya
sungai sehingga dengan
mengakibatkan filter/penyaring
tingginya sedimen dari
sedimen, dan sabut kelapa
logam berat atau ijuk.
terangkut ke  Membuat
dalam air sungai sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk ke
permukaan.
 Tidak
membangun
pada garis
sempadan
sungai yaitu
pada radius 200
m

Dampak lanjutan Pengupasan Pengupasan tanah Untuk mengatur  Membuat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan tanah pucuk pucuk akan seminimal dampak beberapa Tanggola dan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
perairan menyebabkan penurunan kualitas air cekdam-cekdam Puuwiwirano tanah pucuk Hidup
permukaan berkurangnya yang akan berpengaruh pada setiap Kecamatan Kabupaten
adalah terhadap biota air. daerah Routa Konawe

RPL - 44
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
menurunnya beberapa spesies pengaliran dan instansi
keanekaragaman biota a /sungai yang terkait
biota perairan dilengkapi lainnya
dengan
filter/penyaring
sedimen dari
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk ke
permukaan
Adanya Pengupasan Angka prevalensi Menurunkan angka o Penggunaan Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan tanah pucuk. prevalensi masker bagi Tanggola dan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat pekerja Puuwiwirano tanah pucuk Hidup
kesehatan o Penyuluhan Kecamatan pada tahap Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Routa operasi Konawe
sekitar. bersih dan sehat Kabupaten dan instansi
(PHBS) Konawe terkait
 Membantu lainnya
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan

RPL - 45
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n

Rendahnya Pengoperasian Angka kecelakaan Meminimalkan o Penggunaan alat Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tingkat alat-alat berat kerja dan kesakitan kecelakaan kerja dan pelindung diri Tanggola dan pengupasan Sejahtera Lingkungan Konawe
keselamatan dan untuk akibat kerja kesakitan akibat kerja o Penyuluhan dan Puuwiwirano tanah pucuk Hidup
kesehatan kerja pengupasan pembinaan Kecamatan pada tahap Kabupaten
tanah pucuk keselamatan dan Routa operasi Konawe
kesehatan kerja Kabupaten dan instansi
sesuai dengan Konawe terkait
SOP yang lainnya
ditetapkan
perusahaan
 Membantu
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan yang
ada di wilayah
kerja
penambangan
2.2. Kegiatan Penggalian, Pemindahan, dan Penimbunan Tanah Penutup
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Di Daerah Desa Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kendaraan dan penggalian, debu di udara keluhan dari pekerja dianjurkan Tanggola dan penggalian, Sejahtera Lingkungan Konawe
3
alat berat pada pemindahan, dalam mg/m masyarakat setempat menggunakan Puuwiwirano pemindahan, Hidup
kegiatan dan sesuai PP No. terhadap perubahan helm pengaman Kecamatan dan Kabupaten
penggalian, penimbunan 41 Tahun 1999 kualitas udara khususnya dan masker. Routa penimbunan Konawe
pemindahan, tanah penutup  Adanya debu saat penggalian,  Melakukan Kabupaten tanah penutup dan instansi
dan penimbunan keluhan dari pemindahan, dan aktivitas Konawe terkait
tanah penutup pekerja atau penimbunan tanah kendaraan saat lainnya
menimbulkan masyarakat penutup pembersihan
peningkatan sekitar tentang lahan pada siang
partikel debu peningkatan hari mulai jam
partikel debu 8.00 sampai
di udara dengan 18.00.

RPL - 46
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n

Kebisingan Pengoperasian  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Blok Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas alat-alat berat Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan penggalian, Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan saat kegiatan Lingkungan pada pekerja dan menggunakan pemindahan, Hidup
dalam kegiatan penggalian, Hidup Nomor masyarakat setempat helm pengaman dan Kabupaten
penggalian, pemindahan, 48/MENLH/11/ saat penggalian, dan earl plug. penimbunan Konawe
pemindahan, dan 1996 tentang pemindahan, dan  Melakukan tanah penutup dan instansi
dan penimbunan penimbunan baku mutu penimbunan tanah aktivitas terkait
tanah penutup tanah penutup tingkat penutup kendaraan lainnya
kebisingan. disiang hari
 Adanya mulai jam 8.00
keluhan dari sampai dengan
pekerja atau 18.00 WITA
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan
Perubahan Hilangnya Terjadinya Mengelola dampak  Penggalian Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan bentuk terhadap perubahan tanah penutup penambangan penggalian, Sejahtera Lingkungan Konawe
dan kelerengan penutup wilayah dan bentuk wilayah dan dilakukan nikel di Daerah pemindahan, Hidup
akibat aktivitas dengan kelerengan kelerengan saat secara bertahap Desa Tanggola dan Kabupaten
kendaraan ketebalan penggalian, secara blok/sub dan penimbunan Konawe
dalam kegiatan tertentu saat pemindahan, dan blok dan Puuwiwirano tanah penutup dan instansi
penggalian, kegiatan penimbunan tanah mengikuti Kecamatan terkait
pemindahan, penggalian, penutup kemajuan front Routa lainnya
dan penimbunan pemindahan, penambangan. Kabupaten
tanah penutup dan  Penimbunan Konawe
penimbunan tanah penutup
tanah penutup ditempatkan
pada lokasi
yang
topografinya
lebih rendah

RPL - 47
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
dan
memperhatikan
kelerengan
daerah sekitar

Penggalian, Penggalian, Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Tapak Proyek Selama PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pemindahan, pemindahan, peningkatan aliran peningkatan aliran penggalian, penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
dan penimbunan dan pemukaan dan permukaan dan erosi pemindahan, nikel di Daerah penggalian, Hidup
tanah penutup penimbunan erosi tanah tanah dan penimbunan Desa Tanggola pemindahan, Kabupaten
menyebabkan tanah penutup tanah penutup dan dan Konawe
lahan menjadi dengan Puuwiwirano penimbunan dan instansi
terbuka memotong Kecamatan tanah penutup terkait
sehingga aliran kontur lereng Routa lainnya
permukaan dan  Tidak melakukan Kabupaten
erosi tanah akan pembersihan Konawe
meningkat lahan sekaligus
tetapi setempat-
setempat.
 Pada daerah
rawan erosi dan
longsor
dibuatkan
bronjong
penahan longsor
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi
di lereng bagian

RPL - 48
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
bawah sebagai
penyangga
secara
berselang-seling.
Penggalian, Masuknya Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat Di Daerah Desa Selama PT Tiga Cahaya Badan Bupati
pemindahan, sedimen, penurunan kualitas penurunan kualitas atau beberapa Tanggola dan penggalian, Sejahtera Lingkungan Konawe
dan penimbunan logam berat, air permukaan kekeruhan air sungai cekdam-cekdam Puuwiwirano pemindahan, Hidup
tanah penutup dan limbah meliputi TSS, pH, pada setiap Kecamatan dan Kabupaten
berdampak minyak ke TDS, kekeruhan, daerah pengaliran Routa penimbunan Konawe
terhadap aliran permukaan logam terlarut (Cd, /sungai yang Kabupaten tanah penutup dan instansi
permukaan akibat Hg, Cu, Pb, Zn). dilengkapi Konawe tahap operasi terkait
beserta sedimen Penggalian, dengan lainnya
yang akan pemindahan, filter/penyaring
masuk ke dan sedimen dari
permukaan penimbunan sabut kelapa atau
sehingga tanah penutup ijuk.
mengakibatkan  Membuat
tingginya sedimen ponds
sedimen, minyak atau kolam
dan logam berat penampung
terangkut ke sedimen yang
permukaan dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk ke
permukaan.
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan sungai

RPL - 49
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
yaitu pada radius
200 m
 Menyediakan
tempat
penampungan oli
bekas
Dampak lanjutan Penggalian, Penggalian, Untuk mengatur  Membuat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan pemindahan, pemindahan, dan seminimal dampak beberapa proyek penggalian, Sejahtera Lingkungan Konawe
perairan dan penimbunan tanah penurunan kualitas air cekdam-cekdam penambangan pemindahan, Hidup
permukaan penimbunan penutup akan sungai yang dapat pada setiap nikel di Daerah dan Kabupaten
adalah tanah penutup menyebabkan berdampak terhadap daerah Desa Tanggola penimbunan Konawe
menurunnya berkurangnya biota air pengaliran dan tanah penutup dan instansi
keanekaragaman beberapa spesies /sungai yang Puuwiwirano terkait
biota perairan biota air dilengkapi Kecamatan lainnya
dengan Routa
filter/penyaring Kabupaten
sedimen dari Konawe
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen pond
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk ke
permukaan.

RPL - 50
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan
sungai yaitu
pada radius 200
m

Adanya Pengupasan Angka privalensi Menurunkan angka o Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan penggalian, privalensi masker bagi proyek tahap operasi Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat pemindahan, pekerja penambangan Hidup
kesehatan dan o Penyuluhan nikel di Daerah Kabupaten
masyarakat penimbunan perilaku hidup Desa Tanggola Konawe
sekitar tanah penutup bersih dan sehat dan dan instansi
(PHBS) Puuwiwirano terkait
 Membantu Kecamatan lainnya
meningkatkan Routa
kualitas sarana Kabupaten
kesehatan. Konawe

Rendahnya Pengoperasian Angka kecelakaan Meminimalkan  Penggunaan alat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tingkat alat-alat berat kerja dan kesakitan kecelakaan kerja dan pelindung diri proyek penggalian Sejahtera Lingkungan Konawe
keselamatan dan untuk akibat kerja kesakitan akibat kerja  Penyuluhan dan penambangan nikel Hidup
kesehatan kerja penggalian, pembinaan nikel di Daerah Kabupaten
pemindahan, keselamatan dan Desa Tanggola Konawe
dan kesehatan kerja dan dan instansi
penimbunan sesuai dengan Puuwiwirano terkait
tanah penutup SOP yang Kecamatan lainnya
ditetapkan Routa
perusahaan Kabupaten
Konawe

RPL - 51
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Membantu
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan
 Pemeriksaan
kesehatan
berkala bagi
tenaga kerja
 Memberikan
asuransi tenaga
kerja
(JAMSOSTEK)

2.3. Kegiatan Penambangan / Penggalian Nikel


Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kendaraan penggalian debu di udara keluhan dari pekerja dianjurkan proyek penggalian Sejahtera Lingkungan Konawe
3
dalam nikel dalam mg/m masyarakat setempat menggunakan penambangan nikel Hidup
penggalian nikel sesuai PP No. terhadap perubahan helm nikel di Daerah Kabupaten
menimbulkan 41 Tahun 1999 kualitas udara khususnya pengaman dan Desa Tanggola Konawe
peningkatan  Adanya debu saat penggalian masker. dan dan instansi
partikel debu keluhan dari nikel  Melakukan Puuwiwirano terkait
pekerja atau aktivitas Kecamatan lainnya
masyarakat kendaraan saat Routa
sekitar tentang penambangan Kabupaten
peningkatan nikel pada Konawe
partikel debu siang hari mulai
di udara. jam 8.00
sampai dengan
18.00.

RPL - 52
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Kebisingan Penambangan/  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas Penggalian Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan penggalian Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan nikel Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah nikel Hidup
dalam kegiatan Hidup Nomor masyarakat setempat helm Desa Tanggola Kabupaten
penggalian nikel. 48/MENLH/11/19 saat penggalian nikel pengaman dan dan Konawe
96 tentang baku earl plug. Puuwiwirano dan instansi
mutu tingkat  Melakukan Kecamatan terkait
kebisingan aktivitas Routa lainnya
 Adanya keluhan kendaraan Kabupaten
dari pekerja atau disiang hari Konawe
masyarakat mulai jam 8.00
sekitar tentang sampai dengan
kebisingan. 18.00.

Perubahan Hilangnya Terjadinya Mengelola dampak  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
bentuk wilayah lapisan tanah perubahan bentuk terhadap perubahan metode penambangan penambangan/ Sejahtera Lingkungan Konawe
dan kelerengan penutup wilayah dan bentuk wilayah dan penggalian nikel nikel di Daerah penggalian Hidup
akibat aktivitas dengan kelerengan kelerengan saat dengan mengikuti Desa Tanggola nikel Kabupaten
kendaraan ketebalan penambangan/penggali kontur lereng. dan Konawe
dalam kegiatan tertentu saat an nikel  Melakukan Puuwiwirano dan instansi
penambangan/p kegiatan penggalian nikel Kecamatan terkait
enggalian nikel. penambangan/ secara teratur Routa lainnya
penggalian dengan ketebalan Kabupaten
nikel. yang sama. Konawe
 Melakukan
penggalian nikel
secara spot-spot
atau setempat-
setempat.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di

RPL - 53
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga aliran
air secara
berselang-seling.

Kegiatan Penggalian/pe Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penggalian nikel nambangan peningkatan aliran peningkatan aliran penggalian penambangan tahap operasi Sejahtera Lingkungan Konawe
menyebabkan nikel pemukaan, erosi permukaan, erosi dan dengan nikel di Daerah Hidup
aliran alur dan bahkan longsor memotong kontur Desa Tanggola Kabupaten
permukaan, erosi tanah menjadi lereng dan Konawe
tanah bahkan longsor  Tidak melakukan Puuwiwirano dan instansi
potensi longsor penambangan Kecamatan terkait
akan meningkat sekaligus tetapi Routa lainnya
setempat- Kabupaten
setempat. Konawe
 Pada daerah
rawan erosi dan
longsor dibuatkan
bronjong
penahan longsor.
 Dibuat cekdam-
cekdam
pengendali erosi
atau longsor.
 Menyisakan
beberapa
pohon/vegetasi di
lereng bagian
bawah sebagai
penyangga secara
berselang-seling.

RPL - 54
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Tidak melakukan
kegiatan
penggalian nikel
pada garis
sempadan sungai
yaitu pada radius
200 m

Penambangan Penggalian Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat Tapak proyek Selama tahap PT Tiga Cahaya Badan Bupati
nikel berdampak nikel penurunan kualitas penurunan kualitas atau beberapa penambangan operasi. Sejahtera Lingkungan Konawe
terhadap air permukaan kekeruhan air cekdam-cekdam nikel di Daerah Hidup
kekeruhan air atau kekeruhan permukaan pada setiap Desa Tanggola Kabupaten
sungai akibat daerah dan Konawe
sedimen dan pengaliran Puuwiwirano dan instansi
akan langsung /sungai yang Kecamatan terkait
ke permukaan dilengkapi Routa lainnya
sehingga dengan Kabupaten
mengakibatkan filter/penyaring Konawe
tingginya sedimen dari
sedimen sabut kelapa
terangkut ke atau ijuk.
permukaan  Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk ke
permukaan

RPL - 55
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Dampak lanjutan Penggalian Penggalian nikel Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan nikel akan seminimal dampak beberapa penambangan penambangan Sejahtera Lingkungan Konawe
perairan menyebabkan kekeruhan air sungai dan cekdam-cekdam nikel di Daerah nikel Hidup
permukaan berkurangnya pengaruhnya terhadap pada setiap Desa Tanggola Kabupaten
adalah beberapa spesies biota air daerah dan Konawe
menurunnya biota air pengaliran/sung Puuwiwirano dan instansi
keanekaragaman ai yang Kecamatan terkait
biota perairan dilengkapi Routa lainnya
dengan Kabupaten
filter/penyaring Konawe
sedimen dari
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk kesungai
Adanya Penggalian Angka prevalensi Menurunkan angka  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan nikel privalensi masker bagi proyek penambangan Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat pekerja penambangan nikel Hidup
kesehatan  Penyuluhan nikel di Daerah Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Desa Tanggola Konawe
sekitar bersih dan sehat dan dan instansi
(PHBS) Puuwiwirano terkait
Kecamatan lainnya

RPL - 56
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Membantu Routa
meningkatkan Kabupaten
kualitas sarana Konawe
kesehatan

Rendahnya Pengoperasian Angka kecelakaan Meminimalkan  Penggunaan alat Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
tingkat alat-alat berat kerja dan kesakitan kecelakaan kerja dan pelindung diri proyek penambangan Sejahtera Lingkungan Konawe
keselamatan dan untuk akibat kerja kesakitan akibat kerja  Penyuluhan dan penambangan nikel Hidup
kesehatan kerja penambangan/ pembinaan nikel di Daerah Kabupaten
penggalian keselamatan dan Desa Tanggola Konawe
nikel. kesehatan kerja dan dan instansi
sesuai dengan Puuwiwirano terkait
SOP yang Kecamatan lainnya
ditetapkan Routa
perusahaan Kabupaten
 Membantu Konawe
meningkatkan
kualitas sarana
kesehatan
 Pemeriksaan
kesehatan
berkala bagi
tenaga kerja
Memberikan
asuransi tenaga
kerja
(JAMSOSTEK)
2.4. Kegiatan Pemuatan, Pengangkutan dan Penimbunan Nikel
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kendaraan pengangkutan debu di udara keluhan dari pekerja dianjurkan proyek kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
3
dalam kegiatan dan dalam mg/m masyarakat setempat menggunakan penambangan penggalian Hidup
pengangkutan terhadap perubahan nikel di Daerah nikel Kabupaten

RPL - 57
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
dan penimbunan penimbunan sesuai PP No. kualitas udara khususnya helm pengaman Desa Tanggola Konawe
nikel nikel 41 Tahun 1999 debu saat kegiatan dan masker. dan dan instansi
menimbulkan Adanya keluhan pengangkutan dan  Melakukan Puuwiwirano terkait
peningkatan CO dari pekerja penimbunan nikel aktivitas Kecamatan lainnya
dan partikel atau kendaraan saat Routa
debu masyarakat pengangkutan Kabupaten
sekitar tentang dan penimbunan Konawe
peningkatan nikel pada siang
partikel debu di hari mulai jam
udara 8.00 sampai
dengan 18.00.

Kebisingan Kegiatan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas pengangkutan Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan dan Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah penggalian Hidup
dalam kegiatan penimbunan Hidup Nomor masyarakat setempat helm Desa Tanggola nikel Kabupaten
pengangkutan nikel 48/MENLH/11/ saat kegiatan pengaman dan dan Konawe
dan penimbunan 1996 tentang pengangkutan dan earl plug. Puuwiwirano dan instansi
nikel baku mutu penimbunan nikel  Melakukan Kecamatan terkait
tingkat aktivitas Routa lainnya
kebisingan kendaraan Kabupaten
 Adanya disiang hari Konawe
keluhan dari mulai jam 8.00
pekerja atau sampai dengan
masyarakat 18.00
sekitar tentang
kebisingan.

Pengangkutan Pengangkutan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
dan penimbunan dan penurunan kualitas penurunan kualitas atau beberapa penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
nikel berdampak penimbunan air sungai kekeruhan air sungai cekdam- nikel di Daerah penggalian Hidup
terhadap aliran terutama cekdam pada Desa Tanggola nikel Kabupaten

RPL - 58
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sedimen yang paramater TSS, pH, setiap daerah dan Konawe
masuk ke sungai TDS, kekeruhan pengaliran Puuwiwirano dan instansi
sehingga dan logam terlarut /sungai yang Kecamatan terkait
mengakibatkan (Cd, Hg, Cu, Pb, dilengkapi Routa lainnya
tingginya Zn) dengan Kabupaten
sedimen filter/penyaring Konawe
terangkut ke sedimen dari
sungai sehingga sabut kelapa
menurunkan atau ijuk.
kualitas air Membuat
sungai sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir
dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk
ke permukaan.
Dampak lanjutan Pengangkutan Pengangkutan dan Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan dan penimbunan nikel seminimal dampak beberapa penambangan pengangkutan Sejahtera Lingkungan Konawe
perairan sungai penimbunan akan kekeruhan air sungai dan cekdam-cekdam nikel di Daerah dan Hidup
adalah akan nikel menyebabkan penurunan keragaman pada setiap Desa Tanggola penimbunan Kabupaten
berpengaruh berkurangnya terhadap biota air daerah dan nikel. Konawe
pada beberapa spesies pengaliran yang Puuwiwirano dan instansi
menurunnya biota air dilengkapi Kecamatan terkait
keanekaragaman dengan Routa lainnya
biota air filter/penyaring Kabupaten
sedimen dari Konawe

RPL - 59
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk keair
sungai.
 Menutup
stockpile dengan
terpal agar tidak
terbawa air saat
hujan

Adanya Kegiatan Angka privalensi Untuk mengurangi  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan pengangkutan angka privalensi masker bagi proyek pengangkutan Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat dan pekerja penambangan dan Hidup
kesehatan penimbunan  Penyuluhan nikel di Daerah penimbunan Kabupaten
masyarakat nikel perilaku hidup Desa Tanggola nikel pada Konawe
sekitar bersih dan sehat dan tahap operasi dan instansi
(PHBS) Puuwiwirano terkait
 Membantu Kecamatan lainnya
meningkatkan Routa
kualitas sarana Kabupaten
kesehatan Konawe

RPL - 60
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
2.5. Kegiatan Penimbunan Kembali Tanah Penutup
Aktivitas Kegiatan  Total partikel Mengelola adanya  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kendaraan penimbunan debu di udara keluhan dari pekerja dianjurkan penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
3
dalam kegiatan kembali tanah dalam mg/m masyarakat setempat menggunakan nikel di Daerah penimbunan Hidup
penimbunan penutup sesuai PP No. terhadap perubahan helm pengaman Desa Tanggola kembali tanah Kabupaten
kembali tanah 41 Tahun 1999 kualitas udara khususnya dan masker. dan penutup Konawe
penutup  Adanya debu saat kegiatan  Melakukan Puuwiwirano dan instansi
menimbulkan keluhan dari penimbunan kembali aktivitas Kecamatan terkait
peningkatan CO pekerja atau tanah penutup kendaraan saat Routa lainnya
dan partikel masyarakat penimbunan Kabupaten
debu sekitar tentang kembali tanah Konawe
peningkatan penutup pada
partikel debu siang hari mulai
di udara jam 8.00 sampai
dengan 18.00.

Kebisingan Kegiatan  Keputusan Mengelola dampak  Pekerja Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
akibat aktivitas penimbunan Menteri terhadap kebisingan dianjurkan penambangan kegiatan Sejahtera Lingkungan Konawe
kendaraan kembali tanah Lingkungan pada pekerja dan menggunakan nikel di Daerah penimbunan Hidup
dalam kegiatan penutup Hidup Nomor masyarakat setempat helm pengaman Desa Tanggola kembali tanah Kabupaten
penimbunan 48/MENLH/11/1 saat kegiatan dan earl plug. dan penutup Konawe
kembali tanah 996 tentang penimbunan kembali  Melakukan Puuwiwirano dan instansi
penutup baku mutu tanah penutup. aktivitas Kecamatan terkait
tingkat kendaraan Routa lainnya
kebisingan disiang hari Kabupaten
 Adanya keluhan mulai jam 8.00 Konawe
dari pekerja sampai dengan
atau 18.00.
masyarakat
sekitar tentang
kebisingan.

RPL - 61
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
Penimbunan Penimbunan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kembali tanah kembali tanah penurunan kualitas penurunan kualitas air beberapa penambangan penimbunan Sejahtera Lingkungan Konawe
penutup penutup air permukaan sungai cekdam- nikel di Daerah kembali tanah Hidup
berdampak terutama cekdam pada Desa Tanggola penutup pada Kabupaten
terhadap aliran paramater TSS, pH, setiap daerah dan tahap operasi. Konawe
sedimen yang TDS, Kekeruhan, pengaliran yang Puuwiwirano dan instansi
masuk ke sungai logam berat (Cd, dilengkapi Kecamatan terkait
sehingga Hg, Cu, Pb, Zn). dengan Routa lainnya
mengakibatkan filter/penyaring Kabupaten
tingginya sedimen dari Konawe
sedimen sabut kelapa
terangkut ke atau ijuk.
permukaan  Membuat
sehingga sedimen ponds
menurunkan atau kolam
kualitas air penampung
sungai sedimen yang
dilengkapi
dengan weir
dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai masuk
ke sungai.

Dampak lanjutan Penimbunan Penimbunan Untuk mengatur  Membuat Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
kekeruhan air kembali tanah kembali tanah seminimal dampak beberapa penambangan penimbunan Sejahtera Lingkungan Konawe
sungai adalah penutup penutup akan kekeruhan air cekdam-cekdam nikel di Daerah kembali tanah Hidup
menurunnya menyebabkan permukaan terhadap pada setiap Desa Tanggola penutup Kabupaten
keanekaragaman berkurangnya biota air daerah dan Konawe
biota air beberapa spesies pengaliran Puuwiwirano dan instansi
biota air /sungai yang Kecamatan

RPL - 62
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
dilengkapi Routa terkait
dengan Kabupaten lainnya
filter/penyaring Konawe
sedimen dari
sabut kelapa
atau ijuk.
 Membuat
sedimen ponds
atau kolam
penampung
sedimen yang
dilengkapi
dengan weir dan
filter/penyaring
sebelum air
sungai mengalir
masuk ke
permukaan.
 Menutup
dengan terpal
tumpukan tahah
penutup agar
tidak terbawa air
saat hujan

Adanya Kegiatan Angka privalensi Untuk mengurangi  Penggunaan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
penurunan penimbunan angka privalensi masker bagi proyek penimbunan Sejahtera Lingkungan Konawe
derajat kembali tanah pekerja penambangan kembali tanah Hidup
kesehatan penutup  Penyuluhan nikel di Daerah penutup pada Kabupaten
masyarakat perilaku hidup Desa Tanggola tahap operasi Konawe
sekitar bersih dan sehat dan dan instansi
(PHBS) Puuwiwirano

RPL - 63
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Membantu Kecamatan terkait
meningkatkan Routa lainnya
kualitas sarana Kabupaten
kesehatan. Konawe

2.6. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi setiap Blok Penambangan


Kegiatan Reklamasi dan Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan revegetasi penurunan tingkat peningkatan aliran reklamasi setiap penambangan penimbuan Sejahtera Lingkungan Konawe
revegetasi setiap aliran pemukaan, permukaan dan eros blok yang telah nikel di Daerah kembali tanah Hidup
blok yang telah erosi tanah ditambang Desa Tanggola penutup pada Kabupaten
ditambang  Menanami pada dan tahap operasi Konawe
menyebabkan setiap blok Puuwiwirano dan instansi
menurunnya yang telah Kecamatan terkait
aliran direklamasi Routa lainnya
permukaan, erosi dengan Kabupaten
tanah bahkan tanaman yang Konawe
potensi longsor mudah tumbuh.

Kegiatan Kegiatan Adanya vegetasi Mengembalikan fungsi  Perusahaan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan Reklamasi dan penutup yang ekosisitem hutan dan melakukan upaya penambangan reklamasi dan Sejahtera Lingkungan Konawe
rehabilitasi lahan Rehabilitasi hidup dan sebabai habitat bagi fauna reboisasi/penghija nikel di Daerah revegatasi Hidup
bekas tambang Lahan bekas habitat bagi fauna kembali seperti semula uan kembali pada Desa Tanggola Kabupaten
akan tambang darat sehingga lahan bekas dan Konawe
menyebabkan fungsinya menjadi tambang dengan Puuwiwirano dan instansi
bertambahnya kawasan hutan spesies-spesies Kecamatan terkait
keaneka kembali lokal atau Routa lainnya
ragaman dan introduksi yang Kabupaten
vegetasi dan adaptif dan Konawe.
fauna darat bernilai ekonomi
seperti, kayu besi,
kayu kuku,
sengon dan jati.

RPL - 64
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
 Menanam
vegetasi tanaman
penutup tanah
rendah jenis
legum seperti
Mucuna
muconoides,
Calopogonium
conjugatum,
Centrosema
pubesscens dan
bentuk perdu
seperti lamtoro,
gamal, turi dan
lain-lain.
Fungsi dan
peruntukan lahan
sedapat mungkin
dikembalikan
seperti semula
3. TAHAP PASCA OPERASI
3.1. Kegiatan Penutupan Tambang dan penyerahan aset
Munculnya Bila penutupan Sikap dan persepsi Meminimalisasi  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
persepsi negatif tambang tidak negatif masyarakat terbentuknya sikap dan penutupan penambangan penutupan Sejahtera Lingkungan Konawe
dan masyarakat dilakukan setempat terhadap persepsi negatif tambang sesuai nikel di Daerah tambang pada Hidup
setempat dan sesuai dengan proyek serta pemerintah dan dengan prosedur Desa Tanggola tahap pasca Kabupaten
bahkan muncul peraturan yang munculnya masyarakat setempat dan peraturan dan operasi Konawe
kriminal akibat ada serta kriminal serta timbulnya kriminal yang ada dan Puuwiwirano dan instansi
adanya tanpa diawali terhadap pelaksanaan dikomunikasi Kecamatan terkait
penutupan dengan penutupan tambang kepada pihak Routa lainnya
tambang dan sosialisasi dan karyawan. Kabupaten
diskusi Konawe

RPL - 65
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
penyerahan bersama pihak  Memebentuk tim
asset tenaga kerja pentupan
tambang yang
melibatkan pihak
pemerintah,
perusahaan,
serikat pekerja,
dan LSM.

3.2. Reklamasi / Rehabilitasi Tambang


Kegiatan Reklamasi / Terjadinya Mengurangi terjadinya  Melakukan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan rehabilitasi penurunan tingkat peningkatan aliran reklamasi dan penambangan reklamasi/reha Sejahtera Lingkungan Konawe
revegetasi setiap tambang. aliran pemukaan, permukaan dan erosi rehabilitasi nikel di Daerah bilitasi Hidupkabu
blok yang telah erosi tanah tambang Desa Tanggola tambang paten
ditambang  Menanami lokasi dan Konawe
menyebabkan tambang dengan Puuwiwirano dan instansi
menurunnya tanaman yang Kecamatan terkait
aliran mudah tumbuh Routa lainnya
permukaan, erosi Kabupaten
tanah bahkan Konawe
potensi longsor
Kegiatan Kegiatan Adanya vegetasi Mengembalikan fungsi  Perusahaan Tapak proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Badan Bupati
reklamasi dan Reklamasi dan penutup yang ekosisitem hutan dan melakukan penambangan reklamasi dan Sejahtera Lingkungan Konawe
rehabilitasi lahan Rehabilitasi hidup dan sebagai habitat bagi fauna upaya nikel di Daerah rehabilitasi Hidupkabu
bekas tambang Lahan bekas habitat bagi fauna kembali seperti semula reboisasi/pengh Desa Tanggola paten
akan tambang darat sehingga ijauan kembali dan Konawe
menyebabkan fungsinya menjadi pada lahan Puuwiwirano dan instansi
bertambahnya kawasan hutan bekas tambang Kecamatan terkait
keaneka kembali dengan Routa lainnya
ragaman dan spesies-spesies Kabupaten
vegetasi dan lokal atau Konawe.
fauna darat introduksi yang

RPL - 66
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
adaptif dan
bernilai
ekonomi
seperti, kayu
kuku, jati dan
sengon.
 Menanam
vegetasi
tanaman
penutup tanah
rendah jenis
legum seperti
Mucuna
muconoides,
Calopogonium
conjugatum,
Centrosema
pubesscens dan
bentuk perdu
seperti lamtoro
gung, gamal,
turi dan lain-
lain.
 Fungsi dan
peruntukan
lahan sedapat
mungkin
dikembalikan
seperti semula
Peningkatan Kebutuhan  Terbukanya Memaksimalkan  Mengutamakan Sekitar tapak Selama proses PT Tiga Cahaya Camat Bupati
sumber mata tenaga kerja peluang kerja penggunaan tenaga masyarakat proyek reklamasi dan Sejahtera Routa, Konawe
pencaharian dan dalam kegiatan bagi kerja lokal dalam setempat penambangan rehabilitasi Camat

RPL - 67
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
pendapatan reklamasi dan masyarakat kegiatan reklamasi dan sebagai tenaga nikel di Daerah Routa, dan
keluarga rehabilitasi. setempat. rehabilitasi tambang kerja pada Desa Tanggola instansi
 Adanya sehingga menjadi kegiatan dan terkait
peningkatan sumber mata reklamasi dan Puuwiwirano lainnya
pendapatan pencaharian dan rehabilitasi Kecamatan
masyarakat pendapatan meningkat  Memberikan Routa
setempat. upah yang Kabupaten
sesuai dan Konawe
wajar

3.3. Kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja


Munculnya Bila pemutusan Sikap dan persepsi Meminimalisasi  Melakukan PHK Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif hubungan negatif pemerintah terbentuknya sikap dan sesuai dengan penambangan PHK pada Sejahtera Routa, Konawe
dan masyarakat kerja tidak dan masyarakat persepsi negatif prosedur dan nikel di Daerah tahap pasca Camat
setempat dan dilakukan setempat terhadap pemerintah dan aturan Desa Tanggola operasi Routa, dan
bahkan muncul sesuai dengan proyek serta masyarakat setempat perusahaan yang dan instansi
kriminal akibat prosedur atau munculnya serta timbulnya kriminal disepakati Puuwiwirano terkait
adanya menyimpang kriminal. terhadap pelaksanaan bersama Kecamatan lainnya
pemutusan dari PHK karyawan. Routa
hubungan kerja kesepakatan  Memeberikan Kabupaten
awal hak pensiun bagi Konawe
pekerja/karyawa
an sesuai
dengan aturan
perusahaan yang
disepakati
dengan pekerja.
 Melakukan
pemberdayaaan
mantan pekerja
dengan

RPL - 68
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
memberikan
modal usaha.
Hilangnya Pemutusan Menurunnya Mengupayakan atau  Memberikan Tapak Proyek Selama tahap PT Tiga Cahaya Camat Bupati
sumber mata hubungan penghasilan memberdayakan mantan pelatihan penambangan pemutusan Sejahtera Routa, Konawe
pencaharian kerja keluarga dan daya pekerja agar memiliki kewirausahaan nikel di Daerah hubungan Camat
danpenghasilan beli masyarakat mata pencaharian dan membuka Desa Tanggola kerja pasca Routa, dan
keluarga alternatif sehingga peluang kerja dan operasi instansi
penghasilan keluarga atau usaha lain. Puuwiwirano terkait
meningkat  Melakukan Kecamatan lainnya
pemberdayaaan Routa
mantan pekerja Kabupaten
dengan Konawe
memberikan
modal usaha.

3.4. Penanganan asset pasca operasi penambangan


Munculnya Bila Sikap dan persepsi Meminimalisasi  Melakukan Tapak Proyek Selama proses PT Tiga Cahaya Camat Bupati
persepsi negatif penanganan negatif pemerintah terbentuknya sikap dan penanganan penambangan penanganan Sejahtera Routa, Konawe
dan masyarakat asset dan masyarakat persepsi negatif asset perusahaan nikel di Daerah asset Camat
setempat dan perusahaan setempat terhadap pemerintah dan saat pasca Desa Tanggola perusahaan Routa, dan
bahkan muncul saat pasca proyek serta masyarakat setempat operasi dan saat pasca instansi
kriminal akibat operasi munculnya serta timbulnya kriminal penambangan Puuwiwirano operasi terkait
adanya penambangan kriminal. terhadap pelaksanaan sesuai dengan Kecamatan penambangan lainnya
penanganan tidak dilakukan penanganan asset prosedur dan Routa
asset sesuai dengan perusahaan saat pasca aturan Kabupaten
perusahaan saat prosedur atau operasi penambangan perusahaan yang Konawe
pasca operasi menyimpang disepakati
penambangan dari bersama
yang tidak kesepakatan pemerintah.
berjalan dengan awal  Memberikan
baik penanganan
asset perusahaan

RPL - 69
Aspek Alat/ Waktu/ Institusi
lingkungan yang Sumber Tolok ukur Tujuan pemantauan Metoda Lokasi Periode
dampak dampak Pemantauan
terkena dampak Pemantauan Pemantauan Pengawasa
Pelaksanaan Pelaporan
n
saat pasca
operasi
penambangan
kepada yang
berwenang
untuk itu.

RPL - 70
DOKUMENTASI KEGIATAN

Foto 1 Foto 2

Foto 3 Foto 4

Foto 5 Foto 6

DOKUMENTASI
CURICULUM
VITAE PENYUSUN
AMDAL
PETA – PETA
SK IUP EKSPLORASI
PT.TIGA CAHAYA SEJAHTERA
Jl. Mayjen Panjaitan No. 16 RT 10, Loaipuh, Tenggarong, Kutai Kertanegara,
Kalimantan Timur

You might also like