Pengaruh Materialisme Dalam Pelayanan Di Gereja Yang Mengakibatkan Diskriminasi-Artikel Filsafat

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

PENGARUH MATERIALISME DALAM GEREJA YANG

MENGAKIBATKAN DISKRIMINASI PELAYANAN ANGGOTA JEMAAT


EKONOMI MENENGAH BAWAH DAN IMPLIKASI KETELADANAN
YESUS DALAM PELAYANANNYA

Selfester Morna

Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja

Selfestermorna7@gamil.com

Abstract

Materialism is a view of life that prioritizes material things or a philosophical view that only
focuses on finding the basis of everything in human life, namely material things. And it can
also be briefly called the spirit of life which prioritizes material and physical needs "Matter is
all that matters (matter is the most important)" The author's purpose in writing this journal
is to explain the problems in the church today, the understanding of money and materialism,
which results in discrimination in the church, especially the lower class economy. With the
implication of the exemplary ministry of Jesus so that it can be beneficial for contemporary
Christian understanding. the method used in this research is literature study which contains
relevant theories related to the problem by collecting data through books and also scientific
works that discuss this material. The Bible actually does not want a materialist lifestyle that
aims to enrich itself and lives only to earn material things. Jesus also said that Christians
should be careful about amassing their treasures. Christians must not lay up treasures in
this earth, but those of Jesus want that is to collect treasures in heaven (Mat. 6:20). Thus
Material wealth is a gift from God to every God's people who believe in Him that is obtained
rightly and has responsibility responsible in managing the wealth to glorify God. Be a
servant of God Christians and churches can be wary of style live materialism and should also
be aware of his calling as salt and light in this world to be a blessing to others and to glorify
Lord.

Keywords: Materialism, Discrimination, Problems, Church

Abstrak

Materialisme adalah pandangan hidup yang mengutamkan hal-hal materi atau


sebuah pandangan filsafat yang hanya fokus untuk mencari dasar segala sesuatu
dalam kehidupan manusia yaitu kebendaan semata-mata. Dan bisa juga secara
singkat disebut dengan semangat hidup yang mengutamakan materi dan kebutuhan
jasmani “Matter is all that matters (materi adalah yang terutama)”.Tujuan penulis
dalam menulis jurnal ini adalah untuk menjelaskan problematika dalam gereja masa
kini, memahamai tentang uang dan materialisme, yang mengakibatkan diskriminasi
dalam gereja terutama ekonomi kelas bawa. Dengan impilakasi keteladanan
pelayanan Yesus agar dapat bermafaat bagi pemahaman iman Kristen masa kini.
Dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ini adalah studi
pustaka yakni berisi teori- teori relevan terkait dengan masalah dengang
mengumpulkan data melalui buku-buku dan juga karya-karya ilmiah yang
membahasa mengenai materi ini. Dalam Alkitab sesungguhnya tidak menghendaki
gaya hidup materialisme yang bertujuan untuk memperkaya dirinya sendiri dan
hidup hanya untuk mencari meteri saja. Yesus juga mengatakan bahwa orang
Kristen harus berhati-hati tentang dimana mengumpulkan hartanya. Orang Kristen
tidak boleh mengumpulkan harta di dalam bumi ini, melainkan yang Yesus
kehendaki yaitu mengumpulkan harta di dalam sorga (Mat. 6:20). Dengan demikian,
kekayaan secara materi adalah pemberian dari Tuhan kepada setiap umat Tuhan
yang percaya kepada-Nya yang diperoleh secara benar dan memiliki tanggung
jawab dalam mengelola kekayaan tersebut untuk memuliakan Tuhan. Hendaknya
hamba Tuhan, orang Kristen dan gereja dapat berhati-hati dalam menghadapi gaya
hidup materialisme dan hendaknya juga menyadari akan panggilannya sebagai
garam dan terang di dunia ini menjadi berkat bagi orang lain dan untuk
memuliakan Tuhan.

Kata kunci: materialisme, diskriminasi, problematika, Gereja

PENDAHULUAN

Dari masa ke masa, tuntutan zaman memang semakin tinggi. Apalagi


kebutuhan dalam bidang ekonomi menuntut setiap orang untuk berjuang keras
mendapatkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan setiap harinya. Selain itu, di
era yang modern dan semakin berkembang ini banyak hal lain yang juga menuntut
kita untuk terus dihadapi termasuk perkembangan teknologi yang semakin canggih
dari hari-ke hari. Perkembangan yang ada tersebut membawa dua dampak yaitu
sisi positif dan sisi negatif.1 Dari segi positif dapat berpengaruh jika perkembangan
zaman dapat kita hadapi dengan penuh tanggung jawab terlebih menghadapinya
dengan hati-hati karena jika kita tidak menghadapinya dengan hati-hati makan akan
berdampak atau berpengaruh negative terhadapt kita yang bias menjerumuskan
kehal yang bersifat negatif.

Orang Kristen yang hidup di tengah kemajuan zaman tersebut juga menghadapi
hal yang sama. Orang Kristen harus memiliki sikap yang bertanggung jawab dalam
menghadapi berbagai tantangan zaman agar iman yang ada padanya tidak

1
Kalfaris Lalo,”Menciptakan Geenerasi Milenial Berkarakter Dengan Penddikan Karakter guna menyongsong Era
Globalisasi,” Jurnal Ilmu Kepolisian, no. 2 (2018): 69.
digoyahkan oleh zaman dan membuatnya jauh dari Tuhan. Sehingga respon yang
seharusnya diberikan adalah mempergunakan setiap perkembangan yang ada
untuk memuliakan Tuhan. Teknologi yang berkembang seperti computer, gadget,
dan lain sebagainya seharusnya dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. 2

Pelayan Tuhan yang hidup dalam era ini juga mengalami hal yang sama
namun tantangan yang berat dihadapi sebab mereka adalah teladan yang
seharusnya memberikan contoh yang baik dalam menghadapi perkembangan
zaman. Berbagai tuntutan kebutuhan yang semakin banyak harus dipenuhi
sehingga menuntut para hamba Tuhan mencari cara untuk memenuhi
kebutuhannya dan tak jarang ada pelayan Tuhan yang kemudian menjadikan
pelayanan yang dikerjakannya sebagai sumber utama dalam mencukupi
kebutuhannya. Artinya bahwa hamba Tuhan tidak lagi menjadikan tujuan
panggilan untuk melayani Kristus melalui umatNya dan prioritas pertama adalah
mengambil keuntungan dari pelayanan tersebut. Padahal, jika dilihat sebenarnya
pelayanan merupakan respon terhadap panggilan dan keselamatan yang diberikan
Yesus Kristus yang dikerjakan dengan penuh kerelaan dan sukacita layaknya
seorang hamba melayani tuannya.3

Tindakan pelayan Tuhan yang tidak menghadapi perkembangan zaman


dengan baik tersebut dengan menjadikan pelayanan sebagai ladang untuk
mencukupi kebutuhan maka dapat saja berujung pada gaya hidup materialisme.
Materialisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pandangan hidup
yang mencari dasar segala sesuatu di alam kebendaan semata dan
mengesampingkan yang lainnya. Materialisme adalah pandangan filsafat yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi
alam indera.4 Materialisme merupakan pandangan hidup mayoritas manusia
modern saat ini yang sangat membahayakan kehidupan iman orang Kristen. Paulus
mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (I Tim.6:10). Disini uang
adalah berhubugan dengan hal-hal materi. Hal ini dikarenakan pandangan dari
ajaran materialisme dapat digolongkan dalam kelompok naturalisme dimana paham
ini menolak akan eksistensi Allah apapun dan tuntutan bahwa dunia dan proses
terjadinya ada dengan sendirinya.dalam kehidupan manusia 5 Dengan melihat hal
ini, maka dapat dikatakan bahwa gaya hidup materialisme pelayan Tuhan adalah
gaya hidup yang mengutamakan materi di dalam pelayanannya dan
mengesampingkan tugas dan tanggung jawab pelayanan yang dikerjakannya

2
Yahya Affandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi-Digital Eklesiology,” Jurnal Fidei, no.2 (2018):
275.
3
Robert P. Borrong, “Signifikansi Kode Etik Pendeta,” Gema Teologi, no. 1 (2015): 74.
4
Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen terj.Lena Suryana dan Sutjipto Subeno (Jakarta: Lembaga Reformed
Injili Indonesia, 1994), 231
5
Chris Marantika, Diktat Kuliah Filsafat dab Apologetika (Yogakarta: STII, tt), 36
sebagai hamba Tuhan bagi jemaat. Di tambah lagi dengan pengaruh falsafah zaman
sekarang yang mengatakan bahwa uang adalah segalanya.6

RUMUSAN MASALAH

Dengan demikian maka penulis merumuskan masalah yang nantinya akan


dibahas pada bagian isi antara lain:

1. Pengertian dan Perkembangan Materialisme


2. Materialism dalam Alkitab
3. Materialisme dan diskriminasi dalam pelayanan ekonomi kelas bawa
4. Implikasi Pelayanan Yesus

METODE PENELITIAN
Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yakni berisi
teori- teori relevan terkait dengan masalah. Jenis penelitian kepustakaan atau library
research adalah penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya
tulis ilmiah dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah dan
penelaahan kritis secara mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
PEMBAHASAN
Pengertian dan Perkembangan Materialisme
Pengertian materialisme adalah ajaran yang menekankan keunggulan factor-
faktor material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, epistemologi atau
penjelasan historis.7 Namun demikian ada beberapa pengertian tentang sifat dari
materialisme ini antara lain: (a) keyakinan bahwa tidak ada sesuatu selain materi
yang sedang bergerak, tetapi pikiran sungguh-sungguh ada karena adanya
perubahan-perubahan material dan tidak bergantung sama sekali pada materi. (b)
materi dan alam semesta tidak mempunyai karakteristik-karakteristik pikiran. (c)
pelaku-pelaku imaterial tidak ada. (d) setiap perubahan mempunyai sebab material.
(e) materi dan aktifitasnya bersifat abadi. (f) tidak ada kehidupan dan tidak ada
pikiran yang kekal, semua gejala berubah.
Prmikiran tertua tentang materialisme muncul dalam pemikiran India bernama
aliran Charvaka yang dikembangkan pada abad 7 sM. Pada abad 5 sM diantara
filsuf Yunani bernama Leukippos dan Demoskritos mengembangkan suatu
materialisme yang menghasilkan teori atom. Dari sini atomisme dianggap sebagai
prototipe bagi semua sistem materialis dan mekanistis yang akan timbul dalam
sejarah filsafah selanjutnya. Pada abad 11 di Cina, Chung Tsai memandang
kekuatan material sebagai kategori penjelasan dasariah. Teori-teori materialisme
pertama muncul bersama dengan timbulnya filsafat karena kemajuan ilmu
6
Agung Gunawan, “Tantangan Pelayanan Penggembalaan Hamba Tuhan dalam Zaman Now,” Jurnal
Theologia Aletheia, no. 14 (2018): 122.
7
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 593
pengetahuan dalam astronomi, matematika dan bidang lainnya. Secara umum
materialisme kuno mengakui adanya materialitas dunia dan eksistensi dunia yang
tak bergantung di luar kesadaran manusia. Materialisme kuno berjalan seiring
dengan bertumbuhnya pengaruh ideologi mitologis.

pada abad 17 Thomas Hobbes menghidupkan materialisme dengan


memperluasnya pada persoalan bahasa dan epistemologi. Hobbes berpikir bahwa
ide dan pikiran adalah kesan panca indera. Selanjutnya ia mengatakan bahwa
seluruh alam semesta adalah kebendaaan dan apa saja yang bukan benda
sesungguhnya tidak ada. Kaum materialis pada zaman ini memerangi skolastisisme
abad Pertengahan dan otoritas Gereja demi kepentingan golongan borjuis progresif.
Mereka memandang pengalaman sebagai gurunya dan alam sebagai obyek
filsafatnya. Pada abad Pertengahan, materialisme muncul dalam bentuk
nominalism, bidaah panteisis awal dan ajaran-ajaran yang mengatakan bahwa alam
dan Allah adalah kekal. Selanjutnya muncul materialisme Renaissance yang
mengambil bentuk panteisme dan hylozoisme yang mirip materialisme kuno.

Meslier membuka abad 18 dengan sistem materialisme mekanistik La Mettrie


memberi dorongan baru dalam materialisme melalui fisiologi dan mencoba
memperlihatkan pemfungsian manusia dalam kerangka prinsip-prinsip mekanis.
Holbach menganjurkan suatu materialisme yang kokoh melalui analis yang
diperluas dalam sistem metafisis. Materialisme pada masa ini berkembang dalam
hubungan dengan mekanika dan matematika sehingga disebut materialisme
mekanistis. Dalam abad ini tampak jelas garis penghubung antara semua jenis
materialisme dengan ateisme. Abad 19 materialisme ditampilkan oleh beberapa
tokoh seperti Jacob Moleschott, Ludwig Bucchner, Friedrich Lange, dan Ernst
Haechal serta Friedrich Engels dengan teori materialisme dialektis. Karl Marx
seorang filsuf dari Jerman dimana pandangannya memunculkan materialisme
historis yang menafsirkan masyarakat adalah dasar sejarah dan ekonomi dipandang
sebagai dasar kehiduapan masyarakat. Pandangan ini sering disebut juga
komunisme yang adalah ateisme secara mutlak.6 Gerakan positivisme logis abad 20
Kaum materialisme abad ini yang terkenal adalah dari Australia yaitu J.J.C Smart
dan D.M Armstrong yang mengatakan bahwa rasa sakit, pemikiran, citraikutan dan
konsep mental merupakan keadaan sistem saraf pusat.

Dari penjabaran sejarah pemikiran materialisme diatas dapatlah dikatakan


bahwa buah pikiran/filsafat tak dapat dilepaskan dari zamannya. Seperti pernyataan
yang dikutip dari Hegel bahwa, “Tiap-tiap filsafat adalah zamannya, yang
disampaikan berupa buah pikiran.” Alam pikiran sampai abad 19 umumnya
mempunyai tekanan pada materialis dialektis dan mekanis, sedang abad 20 yang
baru saja berlangsung bersifat realis dan irasionalis.7

Materialisme dalam Alkitab


Manusia terlahir dengan kapasitas untuk cenderung kepada hal-hal rohani dan
dengan kebutuhan untuk menyembah Allah. Namun, manusia diciptakan dari
elemen-elemen materi dan memiliki kebutuhan materi serta kapasitas untuk
menikmati hal-hal materi. Beberapa orang Kristen memiliki kekayaan materi yang
berlimpah.

Pandangan Alkitab terhadap materialisme. Materalisme bisa dipahami sebagai


bahan, benda, atau sesuatu yang tampak di mata kiata. Materalisme juga bisa
diartikan sebagai pandangan hidup untuk mencari segala sesuatu. Tak terkecuali
pandangan mengenai kehidupan manusia yang ada di alam suatu kebendaan dan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Selain itu juga untuk
mengenal prinsip gereja. materialisme sangat identik dengan ornag-orang yang
diskiriminatif, pelit, atau suka meremehkan orang lain. Parahnya, mereka hanya
mau dekat dengan orang lain karena memandang sisi untung dan rugi dan tak
sesuai dengan hukum kasih dalam Alkitab. Maka dari itu materialisme memiliki
pandangan tersendiri menurut ayat emas Alkitab. 8

Alkitab tidak pernah menyebut secara eksplisit mengenai materialisme, tetapi


ada ayat-ayat yang mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan, uang dan kekayaan. Pada prinsipnya Alkitab tidak pernah menentang
orang-orang Kristen bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Kita dapat melihat hal ini dari contoh hidup Rasul Paulus dalam Kisah
Rasul 18:3, 20:34, I Tesalonika 2:9, II Tesalonika 3:6-12, bahkan kita diminta belajar
pada semut dalam hal bekerja (Amsal 6:6-11). Mengenai kekayaan dapat kita pelajari
dari Matius 19:16-26 dan perikop serupa dalam Markus 10:1-27 serta Lukas 18:18-30
tentang orang muda yang kaya. Sebagai orang-orang tebusan yang kita terima only
by grace (tetapi harganya sangat mahal, yaitu darah Kristus) kita tidak bisa
melepaskan seluruh aspek hidup dalam konteks kekekalan dan Sumber dari segala
sumber kehidupan. Kita tidak bisa membuat dikotomi antara “sekuler” dan
“sakral”, lalu beranggapan bahwa pekerjaan mencari uang adalah sisi lain yang
terpisah dari kehidupan rohani yang tidak berhubungan satu sama lain.

Konsekuensi logis dari dikotomi ini sangat berbahaya jika diterapkan dalam
cara-cara dan tujuan kita mencari uang. Rasul Paulus sebagai tent maker tidak pernah
melepaskan pekerjaannya dari konteks kekekalan dan christian ministry. Selain ayat-
ayat yang telah disebutkan di atas, hal ini dapat dilihat dalam Filipi 1:21-24 dan
Kolose 3:23-24. Dalam kisah orang muda yang kaya, Yesus jelas melihat isi hatinya.
Hati orang kaya yang melekat (cinta berat) pada harta miliknya, lebih memilih
kekayaan daripada hidup kekal. Banyak dari kita mungkin juga akan berpikir seribu
kali jika Yesus mengatakan hal yang sama kepada kita (Lukas 12:22-34).9
Materialisme dan diskriminasi dalam pelayanan ekonomi kelas bawa

8
https://bersamakristus.org/pandangan-alkitab-terhadap-materialisme/
9
https://www.cmdfindonesia.or.id/materialisme-part-2-end/
Diskriminasi merupakan pembedaan untuk mendapatkan hak dan pelayanan
pada masyarakat dengan didasarkan pada warna kulit, golongan, suku, etnis,
agama, bangsa, jenis kelamin, dan lain sebagainya . 10 Prasangka seringkali didasari
pada ketidakpahaman, ketidakpedulian, pada kelompok diluar kelompoknya atau
ketakutan atas perbedaan.

Gaya hidup materislisme dalam kehidupan pelayan Tuhan tentu saja membawa
dampak bagi kehidupan pelayan itu sendiri termasuk terhadap pelayanan yang
dikerjakannya. Dampak nyata dari sebuah gaya hidup materialisme dalam
kehidupan hamba Tuhan adalah menjadikan uang atau materi sebagai motivasi
pelayanan. Sehingga pelayanan yang dikerjakan semata-mata untuk menghasilkan
uang tanpa memikirkan bagaimana pertumbuhan iman jemaat yang dilayaninya
sehingga dalam suatu jemaat biasanya anggota jemaat yang berada dalam ekonmi
kelas bawa sering kali mengalami diskriminasi karena tidak dilayani dengan baik
karena biasanya pelayan akan lebih mengutamakan pelayanan terhadap anggota
jemaat yang masuk dalam ekonomi kelas atas. Asalkan mendapatkan materi, urusan
pertumbuhan iman adalah urusan belakang. Padahal, tugas utama dari sebuah
pelayanan yang dikerjakan oleh pendeta atau hamba Tuhan adalah untuk membuat
umat yang dilayaninya bertumbuh bersama Kristus dan mengutamakan Kristus
dalam kehidupannya. Bahkan pelayanan yang dikerjakan oleh seorang hamba
Tuhan adalah pelayanan yang seharusnya menaklukkan diri sendiri di dalam karya
Allah hingga seluruh kehidupannya menjadi berkat bagi orang lain. 11 Namun,
tidaklah mungkin seorang hamba Tuhan dapat menjadikan dirinya dibentuk oleh
Allah dan mejadikan dirinya berkat bagi orang lain jika hidup dan menurut pada
keinginan duniawi dengan memiliki gaya hidup materialisme.

Seorang hamba Tuhan haruslah mengutamakan kepentingan pelayanan di atas


kepentingan pribadi sebagai seorang hamba yang melayani. Karenanya, seorang
gembala atau pendeta harus memiliki kode etik dalam melayani yang bertujuan
untuk terus mengingatkan para pendeta kepada panggilan yang telah diterimanya
dalam melayani. Kode etik tersebut ialah berdasarkan Firman Tuhan sebab Firman
Tuhan adalah dasar dan sumber pengajaran utama yang semestinya dilakukan dan
diberitakan oleh para hamba Tuhan.12 Melayani berarti bahwa hamba Tuhan
hendaklah melandaskan motivasi pelayanannya atas dasar menjawab panggilan
Allah yang diberikan kepadanya tanpa mengambil keuntungan duniawi dari
dalamnya apalagi menjadikan pelayanan sebagai ladang mencari keuntungan
material dari seorang pendeta. Sebaliknya, seorang pelayan atau hamba Tuhan
harus melayani dengan penuh rasa pengorbanan seperti yang diteladankan Yesus.
Dalam Filipi 2:9-10, dijelaskan tentang Yesus yang rela mengorbankan nyawaNya

10
Fulthoni., Arianingtyas, R., Aminah, S., Sihombing. U.P. 2009. Memahami Diskriminasi. Jakarta: ILRC. Hal.3
11
Stephen Tong, Pelayan Yang Berkorban (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 4.
12
Yotam Teddy Kusnandar, “Kajian Teologia Tentang Kode Etik Pelayanan Gerejawi,” Jurnal Antusias, no.1
(2017): 84.
bagi manusia dan atas semua yang dikerjakanNya tersebut BapaNya berkenan
kepadaNya dan meninggikan Dia.13

Namun, sangat disayangkan di tengah perkembangan zaman yang semakin


pesat ini, kebutuhan setiap manusia juga semakin meningkat. Tidak terkecuali bagi
para hamba Tuhan di mana mereka juga dituntut untuk terus bertahan di tengah
perkembangan zaman. Banyaknya kebutuhan hidup membuat beberapa pelayan
Tuhan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan. Akhirnya pelayanan dijadikan
sebagai tempat memperoleh materi dan akibat lainnya adalah motivasi pelayanan
berputar haluan sehingga diskriminasi ekonomi kelas bawah pun terjadi dalam
gereja dan tidak lagi dikerjakan atas dasar panggilan melayani Tuhan.

Implikasi Yesus dalam Pelayanannya

Dalam era zaman modern sekarang ini, sangat sulit ditemukan keteladanan
seorang gembala yang melayan dengan dasar yang benar-benar tulus dan mau
menderita. Pertumbuhan yang dewasa para pengikut gembala atau umat dapat
dilihat dari keteladanan kepemimpinan seorang gembala. Keteladanan bentuk kata
dasar “teladan” yang artinya sesuatu atau perbuatan yang patut dijadikan cebuah
contoh. . 14

Yesus adalah teladan pelayanan bagi setiap hamba Tuhan. Salah satu teladan
Yesus yang perlu dimiliki oleh seorang pendeta adalah gaya hidup rendah hati.
Banyak sikap yang dilakukan Yesus yang menunjukkan kerendahatianNya. Gaya
hidup rendah hati perlu dimiliki oleh seorang hamba Tuhan sebagai bentuk
refleksinya terhadap teladan yang telah diberikan Yesus kepada manusia. Hamba
Tuhan merefleksikan teladan Yesus tersebut dalam pelayanan yang juga
dikerjakannya di tengah dunia. Penelitian ini bersumber dari kepustakaan yang
membahas mengenai hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan
gaya hidup rendah hati pendeta sebagai bentuk refleksinya terhadap teladan yang
diberikan Yesus.

Gaya hidup seorang pelayan Tuhan atau pendeta memang merupakan suatu
sorotan yang sangat penting dalam kehidupan berjemaat. Hal ini sebab pendeta
adalah teladan bagi jemaat tempat ia melayani. Sebagai seorang pelayan, pendeta
hendaknya merefleksikan setiap Firman Tuhan yang disampaikannya. Seorang
gembala haruslah hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Yesus sendiri pun
mengajarkan agar umat percaya hidup menjauhkan diri dari keinginan atau
kesenangan duniawi dan menjadi teladan bagi orang lain. 15 Gaya hidup berdasarkan

13
Agung Gunawan, “Tantangan Pelayanan Penggembalaan Hamba Tuhan Zaman Now,” Jurnal Theologia
Aletheia, no. 14 (2018): 134.
14
Suharso and Ana Rtnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Widya Karya, 2017).
15
T Haryono and Daniel Fajar Panuntun, “Model Gaya Hidup Nazir Sebagai Refleksi Gaya Hidup Hedon
Pengkhotbah Pada Zaman Milenial,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 2
teladan Yesus Kristus dapat digunakan sebagai acuan bagi para hamba Tuhan
dalam bertindak di tengah tantangan dunia yang semakin berat.

Pelayanan Tuhan Yesus yang diuraikan dalam Kitab-kitab Injil menunjukkan


bahwa Tuhan Yesus itu unik. Dia berbeda kualitas dalam segala hal dengan tokoh-
tokoh lain di bumi ini. Perbedaan kualitas ini bukan hanya disebabkan karena
sesungguhnya Dia adalah Allah sejati, tetapi juga karena kualitas kemanusiaan-Nya
tanpa cacat. Dia adalah teladan bagi kita! Bacaan hari ini menunjukkan beberapa
keunikan dari pelayanan Tuhan Yesus. Pertama, pelayanan Tuhan Yesus tidak
membeda-bedakan orang. Tuhan Yesus mempedulikan orang-orang yang diabaikan
atau diremehkan oleh para pemimpin agama. Kedua, Tuhan Yesus rela
menanggung risiko dalam pelayanan-Nya, bahkan Dia secara sadar menghadapi
penderitaan sampai di kayu salib. Oleh karena itu, Dia sadar bahwa tidak lama lagi
Dia akan mati dan dikuburkan (bandingkan dengan 14:8). Dia sadar betul bahwa
salah seorang murid-Nya (Yudas) akan berkhianat (14:18) dan salah seorang murid
yang lain (Petrus) akan menyangkal Dia (14:30). Sekalipun demikian, Dia
membiarkan pengkhianatan dan penyangkalan itu terjadi karena Dia taat terhadap
kehendak Allah. Ketiga, Tuhan Yesus mengandalkan kekuatan doa. Ketika Dia akan
berhadapan dengan maut di kayu salib, Dia tidak mau melarikan diri melainkan Dia
berdoa di Taman Getsemani. Dia meyakini kuasa doa. Banyak orang mengakui
kuasa doa, tetapi tidak banyak orang bersungguh-sungguh mengandalkan doa saat
menghadapi masalah berat. 16

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah gaya hidup materialisme adalah salah
satu gaya hidup yang seharusnya tidak dilakukan dalam kehidupan seorang hamba
Tuhan sebab hamba Tuhan atau pelayan Tuhan adalah teladan dalam kehidupan
berjemaat. Gaya hidup materialisme dapat memberikan dampak yang besar bagi
kualitas pelayanan sebab pelayanan tidak lagi berdasarkan panggilan Allah
melayani umatNya melainkan menjadi pelayanan yang didasarkan pada tujuan dan
kepentingan pribadi. Tujuan pelayanan pendeta bukanlah berdasarkan kemauan
sendiri melainkan untuk melayani Tuhan melalui pembimbingan para domba-
domba yang titipkan Allah kepadanya untuk dibawa bertumbuh dan berbuah
dalam iman kepada Yesus Kristus. Gaya hidup materislisme dalam kehidupan
pelayan Tuhan membawa dampak bagi kehidupan pelayan itu sendiri termasuk
terhadap pelayanan yang dikerjakannya. Dampak nyata dari sebuah gaya hidup
materialisme dalam kehidupan hamba Tuhan adalah menjadikan uang atau materi
sebagai motivasi pelayanan. Sehingga pelayanan yang dikerjakan semata-mata
untuk menghasilkan uang tanpa memikirkan bagaimana pertumbuhan iman jemaat

(2019): 178.
16
https://www.gky.or.id/gema.jsp?gemaId=181&title=Keunikan%20Pelayanan%20Tuhan%20Yesus
yang dilayaninya sehingga dalam suatu jemaat biasanya anggota jemaat yang
berada dalam ekonomi kelas bawa sering kali mengalami diskriminasi karena tidak
dilayani dengan baik karena biasanya pelayan akan lebih mengutamakan pelayanan
terhadap anggota jemaat yang masuk dalam ekonomi kelas atas. Asalkan
mendapatkan materi, urusan pertumbuhan iman adalah urusan belakang.

Saran dari penulis ini adalah pertama, seharusnya para pendeta atau pelayan
Tuhan menyadari akan panggilan yang sedang dikerjakan sehingga dapat
membawa diri dalam menghadapi perkembangan dunia yang bisa membawanya
pada gaya hidup materialisme. Kedua, meskipun para pendeta atau hamba Tuhan
adalah pelayan di tengah-tengah dunia namun mereka juga seharusnya tetap
membawa diri untuk mau dipimpin oleh Tuhan agar iman tetap teguh di tengah-
tengah tantangan zaman.

REFERENSI
Kalfaris Lalo,(2018)”Menciptakan Geenerasi Milenial Berkarakter Dengan
Penddikan Karakter guna menyongsong Era Globalisasi,” Jurnal Ilmu
Kepolisian,Vol no. 2
Yahya Affandi, (2018) “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi-Digital
Eklesiology,” Jurnal Fidei,Vol. 1 no.2
Robert P. Borrong,(2015) “Signifikansi Kode Etik Pendeta,” Gema Teologi, no. 1
Colin Brown, 1994. Filsafat dan Iman Kristen terj. Lena Suryana dan Sutjipto Subeno
(Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia)
Chris Marantika, Diktat Kuliah Filsafat dab Apologetika (Yogakarta: STII, tt),
Agung Gunawan,(2018) “Tantangan Pelayanan Penggembalaan Hamba Tuhan
dalam Zaman Now,” Jurnal Theologia Aletheia, no. 14
Lorens Bagus, 2002. Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Bertens, 1993. Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

Linnemann, 1991. Teologi Kontemporer, Ilmu atau Praduga? (Malang: Institut Injil
Indonesia)

https://bersamakristus.org/pandangan-alkitab-terhadap-materialisme/

https://www.cmdfindonesia.or.id/materialisme-part-2-end/
Fulthoni., Arianingtyas, R., Aminah, S., Sihombing. U.P. 2009. Memahami
Diskriminasi. Jakarta: ILRC.
Stephen Tong, 2012 Pelayan Yang Berkorban (Surabaya: Momentum)

Yotam Teddy Kusnandar, (2017). “Kajian Teologia Tentang Kode Etik Pelayanan
Gerejawi,” Jurnal Antusias, no.1
Suharso and Ana Rtnoningsih,2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang:
Widya Karya).
T Haryono & Daniel Fajar Panuntun, (2019)“Model Gaya Hidup Nazir Sebagai
Refleksi Gaya Hidup Hedon Pengkhotbah Pada Zaman Milenial,” Evangelikal:
Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 2

https://www.gky.or.id/gema.jsp?gemaId=181&title=Keunikan%20Pelayanan
%20Tuhan%20Yesus

You might also like