Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.7, No.1 Juni 2016, hlm.

18–29 ISSN (Cetak): 2356-4962


E-mail:jurnalcakrawalahukum@unmer.ac.id ISSN (Online): 2598-6538
Website: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch

PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL
DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG HAK CIPTA

Hendra Djaja
Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang
Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Malang
hendra.djaja@unmer.ac.id

ABSTRACT
According to the statistics year 2010 in Indonesia there are more than a thousand nations across nusantara, so
that indonesia is very rich in diversity of the traditional cultural expressions.The traditional cultural expres-
sions is “intangible culture creation” an ancestral estate that must be maintained, maintained, developed and
protected from exploitation and unilateral claim a foreign country or missappropriation. The creator of the
work of cultural expression generally not recognised, so that an obligation to protect the traditional cultural
expressions especially being on the state as copyright holders and to indigenous as caretaker the origin of the
birth of creation culture tersebut.jika ownership of intellectual property in regime trips is individual so that in
protection the traditional cultural expressions ownership of their rights is communal namely to be shared
indigenous caretaker creation traditional culture concerned. As the holder of the power of the traditional
cultural expressions, the government is given the right of the management or a right economic exploitation
(economic rights) an expression of the traditional culture of rights moralnya while (moral rights), remain on
the community. The law enforcement abuse of the traditional cultural expressions existing during this is less
exhilarating. Several factors thought to cause the ineffectiveness of law enforcement abuse by foreign parties
claiming unilaterally cultural expression the traditional. Copyright Act Number 28 Year 2014 expected more
effective in legal protection the traditional cultural expressions.
Keywords: Traditional Culture Expression, Claim Abuse, Communal Right.

ABSTRAK
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2010 di Indonesia terdapat lebih dari seribu suku bangsa yang
tersebar di seluruh nusantara, sehingga Indonesia sangat kaya dengan keberagaman Ekspresi Budaya
Tradisional. Ekspresi Budaya tradisional adalah “kreasi budaya tak benda” warisan leluhur sehingga wajib
dijaga, dipelihara, dikembangkan dan dilindungi dari eksploitasi dan klaim sepihak negara asing
(missappropriation). Pencipta karya Ekspresi Budaya umumnya tidak dikenallagi, sehingga kewajiban untuk
melindungi Ekspresi Budaya Tradisional terutama berada pada negara sebagai pemegang hak cipta dan
kepada masyarakat adat selaku pengemban asal usul lahirnya kreasi budaya tersebut.Jika kepemilikan hak
intelektual dalam rezim TRIPs bersifat individual maka dalam perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional
kepemilikan haknya bersifat komunal yakni milik bersama masyarakat adat pengemban Kreasi Budaya
Tradisional bersangkutan. Sebagai pemegang kuasa Ekspresi Budaya Tradisional, pemerintah diberikan hak
pengelolaan atau eksploitasi hak ekonomi (economic rights) Ekspresi Budaya Tradisional sedangkan hak
moralnya (moral rights), tetap berada pada masyarakat pengembannya. Penegakan hukum`penyalahgunaan
Ekspresi Budaya Tradisional yang ada selama ini, kurang menggembirakan. Beberapa faktor diduga
menyebabkan tidak efektifnya-penegakan hukum penyalahgunaan oleh pihak asing yang mengklaim secara
sepihak Ekspresi Budaya Tradisional tersebut. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
diharapkan lebih efektif dalam perlindungan hukum Ekspresi Budaya Tradisional.
Kata Kunci: Ekspresi Budaya Tradisional, Hak Komunal, Penyalahgunaan Sepihak.

| 18 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Di situ
Hak Cipta telah mengatur perlindungan hukum juga telah diatur bahwa negara merupakan Peme-
atas Ekspresi Budaya Tradisional sebagai salah gang Hak atas folklore dan hasil ekspresi tradisional
satu obyek perlindungan hak cipta. Perlindungan yang menjadi milik bersama (hak komunal) masya-
hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional ini rakat adat pengembannya. Soal inventarisasi dan
telah mengingatkan pada kejadian beberapa tahun kewajiban melakukan pencatatan oleh pemerintah
lalu. Kejadian yang dimaksud adalah klaim se- tersebut, mungkin merupakan salah satu faktor
pihak (missapropprriation) negara jiran Malaysia kelemahan cukup serius. Pada konteks ini negara
terhadap beberapa warisan budaya tradisisional jiran Malaysia termasuk dalam banyak hal, selalu
yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. lebih maju melangkah.
Sementara pemerintah Malaysia sendiri telah Adanya Undang Undang Nomor 28 Tahun
mengesahkan Undang Undang Tahun 2005 - AKTA 2014 tentang Hak Cipta, sekarang dipertanyakan
645 tentang Warisan Kebangsaan, khususnya pasal bagaimanakah “nasib” dari Rancangan Undang
69 dan pasal 70 dengan tujuan melindungi warisan Undang tentang Perlindungan dan Pemanfaatan
budaya kebangsaannya. Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradional dan
Klaim sepihak terhadap Ekspresi Budaya Ekspresi Budaya Tradional (RUU PTEBT) yang
Tradisional dari Indonesia itu mempunyai dua sudah dalam proses legislasi? Kedudukan Undang
makna penting yaitu pertama, warga negara Ma- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
laysia hanya melakukan “representasi” karya seni merupakan sistem sui generis dari perundangan
tradisional dari leluhurnya yang kebetulan, berasal yang mengatur tentang Perlindungan dan Peman-
dari Indonesia atau pengertian kedua,pemerintah faatan Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan
Malaysia telah mengakui Ekspresi Budaya Tra- Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional,
disional itu kedalam perundang-undangan seba- sebagaimana RUU PTEBT.
gai kekayaan intelektual warisan budaya asli Konsep perlindungan hukum atas peman-
mereka sendiri. faatan hasil Ekspresi Budaya Tradisional adalah
Hal ini jika klaim itu sesuai dengan penger- perlindungan atas karya dalam wujud berbagai
karya baik “verbal”, “tulisan” atau bentuk kombi-
tian pertama, maka kita harus berterimakasih,
nasinya, sebagaimana sekarang telah diatur dalam
karena mereka telah ikut “melestarikan” Ekspresi
Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Budaya Tradisional yang berasal dari Indonesia.
Hak Cipta. Sedangkan dalam konsep perlindungan
Tetapi jika klaim itu telah dilakukan secara formal
kekayaan intelektual dan pemanfaatan atas
melalui perundangan kekayaan intelektualnya,
`Pengertahuan Tradisional khususnya keberagam-
permasalahanya tidak lagi sederhana. Bagi se-
an sumberdaya hayati (biological diversity), meng-
bagian masyarakat kita jika klaim sepihak itu
ikuti konsep perlindungan hak kekayaan intelek-
benar, ini bisa dianggap sebagai sikap “meren-
tual di dalam rezim TRIPs seperti paten, merek
dahkan” bangsa Indonesia, apalagi jika Ekspresi
atau indikasi geografis. Perbedaan lainnya adalah
Budaya Tradisional yang diklaim, tidak berlaku
konsep perlindungan hak kekayaan intelektual di
Masyarakat Adat Pengembannya secara turun te-
dalam TRIPs sifatnya eksklusif melindungi kepen-
murun ada di teritorial Indonesia.
tingan hak milik individual, sedangkan konsep pe-
Jika dikatakan kita lalai dalam perlindungan lindungan hukum atas pemanfaatan hasil ekspresi
kekayaan intelektual atas Ekspresi Budaya Tra- budaya tradisional lebih bersifat perlindungan hak
dional, sebenarnya kurang tepat mengingat sebe- milik bersama masyarakat sehingga sifatnya
lumnya kita sudah memiiki Undang Undang komunal.

| 19 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.7, No.1 Juli 2016: 18–29

Apa pentingnya perlindungan hukum ter- dan sikap masyarakat pengembannya sendiri justru
hadap Ekspresi Budaya Tradisional? Menurut data “tidak peduli” karena perlindungan tersebut tidak
dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, telah men- memiliki keuntungan secara ekonomi.
catat jumlah suku yang ada di Indonesia adalah Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
1.128 suku bangsa. Setiap suku bangsa tersebut me- lemahnya penegakan hukum tersebut adalah
miliki keberagaman etnik serta budayanya sendiri. pengaturan perlindungan Ekspresi Budaya Tradi-
Semuanya merupakan potensi sebagai warisan sional yang selama ini diatur dalam Undang
budaya bangsa yang tidak ternilai, sehingga patut Undang Nomor 12 Tahun 2012 masih kurang
dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan sebagai efektif, akibat dari belum ada peraturan pelak-
aset bangsa yang juga bernilai ekonomi (Jawa Pos, sanannya atau karena terhambatnya RUU Perlin-
2016). dungan dan Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional
Upaya pemerintah untuk mencegah atau dan Ekspresi Budaya Tradisional atau dalam pro-
melindungi penyelahgunaan hasil kreasi Penge- ses pencatatan resmi, syarat originalitas (keaslian)
tahuan Tradisional dan hasil kreasi Ekspresi tidak terpenuhi.
Budaya Tradisional di tingkat internasional, sebe- Paparan di atas, permasalahannya adalah
narnya sudah cukup. Beberapa konvensi inter- bagaimanakah konsep perlindungan Ekspresi
nasional telah diratifikasi oleh pemerintan misal- Budaya Tradisional dalam Undang Undang Nomor
nya Convention for on Safeguarding of the Intangible 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan faktor apa
Cultural Heritage 2003 dan Convention on The Pro- saja yang selama ini berpengaruh terhadap lemah-
tection of The Diversity of Cultural Expression 2005 nya penegakan hukum penyalahgunaan tanpa ijin
hasil dari Forum UNESCO. karya Ekspresi Budaya Tradisional tersebut?
Sekarang persoalannya adalah bagaimanakah
mencegah adanya klaim pihak asing seperti pada Analisis dan Pembahasan
kasus iklan promosi pariwisata Malaysia di TV Sejak tahun 2008 pemerintah Indonesia
kabel Discovery Channel dalam Enigmatie Malaysia, cukup serius untuk mulai menyusun Rancangan
yang kontennya seolah mengakui tarian Pendet Undang Undang sui generis untuk melindungi eks-
atau lagu Rasasayange merupakan warisan ke- ploitasi hak kekayaan intelektual atas karya Penge-
bangsaan malaysia atau pada kasus klaim sepihak tahuan Tradisional maupun karya hasil Ekspresi
atas motif bunga (fleur) milik indigeous masyakat Budaya Tradisional. Tujuan pembentukan Ran-
Bali yang di klaim oleh PT. Karya Tangan Indah cangan Undang Undang tesebut agar Pengetahuan
yang telah mengalihkan hak-haknya (eksklusif) Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional
kepada John Hardy Limited. Kasus lain misalnya terhindar dari penyalahgunaan tanpa ijin terutama
ukiran jepara yang di klaim milik PT. Harrison & oleh pihak asing. Saat ini perlindungan hukum atas
Gil Java. hak kekayaan intelektual Ekspresi Budaya Tra-
Selanjutnya dari pengamatan selama ini, be- dional secara khusus diatur dalam Undang Undang
berapa faktor yang berpengaruh terhadap lemah- Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta yang
nya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan menggantikan Undang Undang Nomor 19 Tahun
tanpa ijin atas berbagai karya Ekspresi Budaya di 2002.
Indonesia antara lain karena rezim hak kekayaan Indonesia ditingkat internasional juga cukup
intelektual yang individual belum sepenuhnya aktif berpartisipasi pada berbagai forum, untuk
mampu melindungi Ekspresi Budaya Tradisional mencari solusi dan format perlindungan hukum

| 20 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

terhadap Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi beneficiaries to be direct descendants of the tradi-
Budaya Tradisional, diantaranya United Nations tional guardiants of the knowledge (yang paling
International Year the Worlds Indigenous yang bertu- berhak adalah keturunan dari pemelihara
juan melindungi dan mengembangkan perwujudan pengetahuan tradisional).
dari masa lalu, sekarang dan masa depan atas
kreasi budaya, seperti pusaka, desain, upaca, Kemajuan yang penting baru dirasakan sete-
teknologi, seni visual, pertunjukan, sastra serta hak lah disepakatinya Convention for The Safeguarding
menggugat gantirugi atas harta budaya dan sete- of The Intangible Cultural Heritage 2003 dan Conven-
rusnya. tion on The Protection and Promotion of The Diversity
Konvensi internasional pertama tentang Hak of Cultural Expression 2005 dalam forum UNESCO.
Budaya dan Intelektual Penduduk Asli, diadakan Konvensi ini telah diratifikasi pemerintah Indo-
di Selandia Baru pada tahun 1993 yang berhasil nesia dalam Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun
mencetuskan Deklarasi Mataatun yang pada dasar- 2007 tentang Pengesahan Konvensi untuk Perlin-
nya menyatakan: dungan Warisan Budaya Tak Benda. Sedangkan
1. Hak untuk melindungi pengetahuan tradi- Convention The Protection and Promotion of the Di-
sional adalah sebagian dari hak menentukan versity of Cultural Expression 2005, diratifikasi
nasib sendiri; melalui Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun
2. Masyarakat asli seharusnya menentukan untuk 2011 tentang Pengesahan Konvensi Proteksi dan
dirinya sendiri apa yang merupakan kekayaan Promosi Kenekaragaman Ekspresi Budaya.
intelektual dari budaya mereka; Konvensi tersebut telah dinyatakan pen-
3. Alat perlindungan hukum yang ada kurang tingnya perlindungan Pengetahuan Tradisional
memadai; serta Ekspresi Budaya Tradisional. Konvensi ter-
4. Kode etik harus dikembangkan untuk ditaati sebut merupakan jalan bagi negara berkembang
pengguna luar ketika mencatat pengetahuan untuk melindungi kekayaan Pengetahuan Tradi-
tradisional dan adat; sional dan Ekspresi Budaya Tradisionalnya. Hal
5. Sebuah lembaga harus dibentuk untuk meles- ini sekaligus bertujuan sebagai pedoman dalam
tarikan dan memantau komersialisasi karya- pembentukan undang undang nasional terkait per-
karya dan pengetahuan tradisional ini, untuk lindungan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
memberi usulan kepada penduduk asli Budaya Tradisionalnya yang bersifat sui generis.
mengenai bagaimana mereka dapat melindungi Sudut pandang konsep hak kekayaan inte-
sejarah budayanya dan untuk berunding lektual, kedua konvensi telah menegaskan kembali
dengan pemerintah tentang undang undang pentingnya perlindungan terhadap “Hak Moral
yang berdampak pada hak tradisional; Komunal”sebagai bagian “Hak moral suatu bangsa”
6. Sebuah sistem tambahan mengenai hak budaya pemilik warisan kekayaan Pengetahuan Tradi-
dan kekayaan intelektual harus dibentuk yang sional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Oleh kare-
mengakui: (1) collective ownership dan berlaku nanya penegakan hukum untuk menjaga baik hak
surut, (2) protection against debasement of cultur- ekonomi (economic rights) maupun hak moral (moral
ally significant items (pelecehan benda budaya rights) atas eksploitasi setiap karya warisan bangsa
penting), (3) co-operative rather than competitive tersebut diserahkan pada pemerintah sebagai
framework (kerangka yang mementingkan pemegang hak sehingga dapat dikelola dengan
kerjasama dibandingkan jika bersaing, (4) first baik.

| 21 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.7, No.1 Juli 2016: 18–29

Terminologi dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan


yang dapat berupa karya sastra maupun narasi
Sebelum pembahasan tentang Ekspresi
informatif;
Budaya tradisional perlu juga diuraikan keter-
b) Musik, mencakup antara lain vokal, instru-
kaitan substansinya dengan pengetahuan tra-
mental atau kombinasinya;
disional, karena memiliki substansi dasar yang
c) Gerak mencakup antara tarian, beladiri dan
sama yakni kreasi dan inovasi masyarakat tradi-
permainan;
sional. Pengetahuan tradisional adalah karya inte-
d) Teater mencakup antara lain pertunjukan
lektual di bidang pengetahuan dan teknologi tra-
wayang dan sandiwara rakyat;
disional mengandung unsur karakteristik warisan
e) Seni rupa baik dalam bentuk dua dimensi
tradisional yang dihasilkan, dikembangkan dan di-
maupun tiga dimensi yang terbuat dari
pelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu.
berbagai macam bahan, seperti kulit, kayu,
Sedangkan ekspresi budaya tradisional adalah
bambu, logam, batu, keramik, kertas, tekstil
karya intelektual dalam bidang seni, termasuk eks-
dan macam bahan lain atau komboinasinya,
presi sastra yang mengandung unsur karakteristik
dan
warisan tradisional yang dihasilkan, dikembang-
f) Upacara adat yang juga mencakup pembuatan
kan dan dipelihara oleh kominitas dan masyarakat
alat dan bahan serta penyajiannya.
tertentu.
Dengan demikian maka Kustodian atau pe-
Pasal 38 ayat (3) Undang Undang Nomor 28
milik hak dari Pengetahuan Tradisional dan Eks-
Tahun 2014 tentang Hak Cipta dikatakan bahwa:
presi Budaya Tradisional adalah masyarakat atau
“Penggunaan ekspresi budaya tradisional tersebut, harus
komunitas tradisional yang memelihara dan
memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
mengembangkan pengetahuan tradisional atau
pengembannya”. Adapun dalam penjelasan pasal
Ekspresi budaya tradisional tersebut secara tradi-
tersebut yang dimaksud dengan nilai-nilai yang
sional dan komunal.
hidup dalam masyarakat pengembannya adalah
Sedangkan substansi Pengetahuan Tradi- adat istiadat, norma hukum adat, norma kebiasaan,
sional yang dilindungi mencakup kecakapan teknik norma sosial dan norma yang luhur lain yang dijun-
(know how), ketrampilan, inovasi, konsep, pem- jung tinggi oleh masyarakat tempat asal, yang me-
belajaran dan praktik kebiasaan lainnya yang mem- melihara, mengembangkan dan melestarikan eks-
bentuk gaya hidup masyarakat tradisional ter- presi budaya tradisional.
masuk di antaranya pengetahuan pertanian, penge-
Pembahasan tentang perlindungan hukum
tahuan teknis, pengetahuan ekologis, pengetahuan
Ekspresi Budaya Tradisional sangat terkait dengan
pengobatan dan tatacara penyembuhan serta
tiga unsur penting yaitu:
pengetahuan yang terkait dengan sumber daya
1) Adanya penyalahgunaan Ekspresi Budaya
genetik.
Tradisional oleh pihak asing yang diantaranya
Selanjutnya sebagaimana ketentuan pasal 38 menggunakan sistem hak kekayaan intelek-
Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang tual;
Hak Cipta, bahwa Ekspresi Budaya Tradisional 2) Terikatnya negara untuk menerapkan sistem
yang dilindungi mencakup salah satu atau kombi- perlindungan Hak Kekayaan Intelektual;
nasi bentuk ekspresi berikut ini: 3) Buruknya sistem perlindungan Ekspresi
a) Verbal tekstual, baik dalam bentuk lisan mau- Budaya Tradisional.
pun tulisan yang berbentuk prosa maupun puisi,

| 22 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

Diperkirakan bahwa penyalahgunaan pe- Pesuruhjaya untuk membeli Warisan Kebang-


manfaatan ekspresi budaya khususnya oleh negara saan itu pada nilai yang dipersetujui atau atas
asing semakin meningkat diwaktu akan datang. arahan Pesuruhjaya untuk diuruskan mengikut
Kasus klaim negara asing beberapa waktu yang apa-apa cara yang difikirkan patut oleh Pesu-
lalu bisa dijadikan patokan bahwa tidak menutup ruhjaya;
kemungkinan kasus serupa terulang kembali. Ke- 3. Jika terdapat apa-apa pertikaian antara Pesu-
banyakan kasus, klaim sepihak terhadap ekspresi ruhjaya dengan pemunya mengenai pampasan
budaya tradisional oleh pihak asing tersebut, tentu yang munasabah bagi Warisan Kebangsaan itu,
tidak pada klaim kepemilikan semata tetapi juga pertikaian itu hendaklah dirujukkan kepada
pada klaim Hak Kekayaan Intelektual untuk hak Menteri yang keputusannya adalah muktamad;
ekslusifnya. 4. Jika suatu penjualan telah dilakukan menurut
Sebagai contoh pada persoalan “klaim se- perenggan (1) (b), pemunya, penjaga atau
pihak” melalui iklan pariwisata yang berasal dari pemegang amanah dan pembeli hendaklah mem-
Malaysia beberapa tahun yang lalu, dapat dijadikan beritahu secara tertulis kepada Pesuruhjaya da-
sebagai titik tolak bagi Indonesia lebih serius lam masa tiga puluh hari selepas pertukaran
melindungi aset nasional melalui perlindungan pemunyaan dan Pesuruhjaya hendaklah menye-
Ekspresi Budaya Tradisionalnya. Pertanyaan ada- babkan dibuat pindaan yang perlu dalam
lah apakah pemerintah Malaysia secara formal te- Daftar”.
lah mengakui berbagai Ekspresi Budaya Tradi-
sional yang turun temurun faktanya memang ber- Dari substansi pasal 69 tersebut dapat dikata-
asal dari Indonesia? kan bahwa pemerintah malaysia tetap menye-
Menjawab persoalan itu maka harus melihat rahkan kreasi dan karya warisan kebangsaan tetap
Undang Undang Tahun 2005 – AKTA 645 tentang berada pada masyarakat pemilik warisan kebang-
Warisan Kebangsaan dari negara Malaysia. saan bersangkuitan untuk dijaga dan dipelihara
- Pasal 69 menyebutkan: dengan baik. Apabila dikaitkan misalnya dengan
“ Mana-mana Warisan Kebangsaan yang dipunyai kasus ”klaim” kesenian Reog maka pemerintah tetap
atau yang dimiliki oleh mana mana orang selain mengakui bahwa kesenian Reog tersebut tetap di-
Kerajaan Persekutuan atau Kerajaan Negeri boleh akui sebagai kesenian yang hidup dan berkembang
terus berada dalam milikan pemunya, penjaga atau di kalangan warganegaranya keturunan yang ber-
pemegang amanahnya”. asal dari Ponorogo. Jadi di sini sebenarnya tidak
ada klaim sepihak secara langsung oleh kerajaan
- Selanjutnya pada pasal 70 disebutkan: (pemerintah).
1. ”Maka tidak boleh ada pertukaran berkenaan Namun demikian pada pasal berikutnya, de-
dengan pemunyaan mana-mana ngan jelas dikatakan bahwa kreasi warisan kebang-
Warisan Kebangsaan kecuali melalui: saan tersebut tidak boleh dialihkan dengan tujuan
(a) pewarisan; atau agar tetap berada pada masyarakat pemiliknya
(b) penjualan, dengan kelulusan Pesu- untuk dijaga dan dilestarikan. Pemindahan ke-
ruhjaya terlebih dahulu; pemilikan atas warisan kebangsaan tersebut, hanya
2. Jika pemunya, penjaga atau pemegang amanah boleh dilakukan melalui sistem hukum waris. Akan
berniat untuk menjual suatu Warisan Kebang- tetapi jika oleh masyarakat pemiliknya akan di-
saan, pemunya, penjaga atau pemegang ama- eksploitasi hak ekonominya (bukan hak moral), maka
nah itu hendaklah memberi keutamaan kepada harus dengan seijin instansi resmi (pesuruhjaya)

| 23 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.7, No.1 Juli 2016: 18–29

pemerintah yang berwenang atas pengelolaan Dengan pengorbanan demikian dipandang perlu
warisan kebangsaan, disertai alasannya secara ter- untuk menghormatinya yang diberikan dalam
tulis untuk kemudian dicacat (didaftar). Dalam hal bentuk hak eksklusif.
ini maka pihak pemerintah menjadi pihak pertama Secara kategoris hasil kreasi intelektual pada
yang memperoleh prioritas membelinya dengan rezim HKI biasanya dapat dibedakan ke dalam
nilai yang disepakati bersama. Hal ini pemerintah “Hak Cipta” dan “Hak Milik Industri”. Jika hak cipta
berkedudukan sebagai pemegang hak ekonominya mencakup karya bidang ilmu penegtahuan, seni
sedangkan hak moral tetap berada pada mayarakat dan sastra maka hak milik industri meliputi obyek
adatnya. hak seperti paten, merek, desain industri, rahasia
Dengan pengaturan warisan kebangsaan da- dagang, desain tata letak sirkuit terpadu dan per-
lam ke dua pasal tersebut, maka seluruh Ekspresi lindungan varietas tanaman. Hak intelektual
Budaya Tradisional yang dimiliki oleh orang ketu- seperti ini bersifat melindungi kepentingan indi-
runan Indonesia sebagai pengembannya saat ini vidual.
telah menjadi warga negara Malaysia, kedudukan Secara kategoris rezim Hak Kekayaan Inte-
pihak pemerintah (kerajaan) hanya menjadi penge- lektual juga mengakui adanya kepemilikan hak
lola hak eksklusif sedangkan hak moralnya tetap intelektuial yang bersifat melindungi kepentingan
menjadi milik masyarakat. Oleh karenanya secara komunal. Hak komunal tersebut ada pada obyek
tidak langsung, dapat disimpulkan Ekspresi Budaya perlindungan seperti Pengetahuan Tradisional,
Tadisional yang asalnya dari Indonesia, sekarang Ekspresi Budaya Tradisional, Indikasi geografis
menjadi milik Malaysia. serta indikasi asal.
Konsep perlindungan karya dan Kreasi
Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tra-
Faktor faktor yang mempengaruhi kurang
disional dari sudut hak kekayaan intelektual dapat
maksimalnya perlindungan Ekspresi Budaya dikemukakan sebagai berikut:
Tradisional 1) Status hukum setiap karya pengetahuan tra-
Berdasarkan pengamatan pada satu dekade disional dan ekspresi budaya tradisional meru-
berlakunya Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 pakan warisan antar generasi atau turun temu-
tentang Hak Cipta, dapatlah dikemukan beberapa run sedangkan setiap karya intelektual meru-
pakan hasil kreasi individu atau badan hukum;
faktor yang secara substansial berpengaruh ter-
2) Pencipta karya pengetahuan tradisional atau
hadap kurang efektifnya perlindungan Ekspresi
ekspresi budaya tradisional umumnya tidak
Budaya Tradisional diataranya:
dikenal lagi sedangkan pada hak intelektual
masih diketahui;
1. Perlindungan Rezim Hak Kekayaan 3) Pemanfaatan hasil pengetahuan tradisional
Intelektual Tidak Maksimal. atau ekspresi budaya tradisional, utamanya di-
Secara teoritis diberikannya hak eksklusif tujukan untuk prosesi, upacara adat atau keya-
kepada pencipta atau penemu suatu karya di- kinan sedangkan pada kekayaan intelektual
maksudkan sebagai bentuk penghargaan (rewad) terkait dengan kepentingan komersial;
atas pengorbanan pencipta dalam menghasilkan 4) Kepemilikan pada pengetahuan tradisional
maupun ekspresi budaya tradisional bersifat
tersebut. Di sini lahirnya suatu karya telah dikon-
komunal sedangkan kepemilikan kekayaan
sepsikan sebagai pengorbanan dari pencipta, baik
intelektual adalah individual dan eksklusif;
terkait soal pemikiran, tenaga, waktu atau materi.

| 24 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

5) Waktu proteksi atau jangka waktu perlindung- c) Untuk memperoleh hak milik Ekspresi Budaya
an untuk karya pengetahuan tradisional dan Tradisional perlu langkah invensi tertentu;
ekspresi budaya tradisional, tanpa batas waktu d) Ekspresi Budaya Tradisional dijadikan obyek
sedangkan pada kekayaan intelektual ber- komersialisasi;
variasi tergantung jenis obyek perlindungan- e) Nilai moral yang luhur yang seharusnya
nya. dijunjung tinggi menjadi nilai pasar.

Mengingat bahwa karya Ekspresi Budaya Banyak faktor yang memperlihatkan bahwa
Tradisional merupakan warisan antar generasi atau penerapan konsep barat melalui perlindungan hak
secara turun temurun, maka pasal 38 ayat (1) kekayaan intelektual terhadap Ekspresi Budaya
Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tradisional di dalam Undang Undang Hak Cipta,
Hak Cipta mengatur bahwa hak cipta atas ekspresi tidak selalu sejalan dengan konsepsi kepemilikan
budaya tradisisional tersebut dipegang oleh negara hak komunal yang berlaku pada masyarakat adat
dan pasal 38 ayat (2) menyatakan bahwa negara (pengemban) Ekspresi Budaya Ttradisional.
wajib menginventarisasi, menjaga dan memeli-
haranya. Tidak ada peraturan pelaksanaan
Apakah rezim Hak Kekayaan Intelektual Sebelum diberlakukannya Undang Undang
tetap efektif melindungi Ekspresi Budaya Tra- Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, melalui
disional? Penerapan perlindungan Ekspresi
Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Budaya Tradisional tentu berangkat dari pikiran
Hak Cipta, selama ini pemerintah telah mengarah-
bahwa hal itu bertujuan melindung bukan saja aset
kan kebijakan perlindungan atas karya intelektual
masyarakat pengembannya, tetapi sebagai aset
sesuai rezim Hak Kekayaan Intelektual terhadap
warisan budaya suatu bangsa. Oleh karenanya
karya kreasi seni Ekspresi Budaya Tradisional.
untuk melindungi, melestarikan dan memanfaat-
Pemerintah mengakomodasi keduanya, walaupun
kannya dapat dilakukan dengan berbagai metode,
titel perundangan yang mengaturnya berpegang
diantaranya adalah pendekatan hukum hak keka-
pada konsepsi Hak Kekayaan IntelektuaI, tetapi
yaan intelektual yang telah disepakati secara inter-
substansi norma perlindungan hukumnya melin-
nasional. Perlu kembali diingat bahwa rezim Hak
dungi Ekspresi Budaya Tradisional.
Kekayaan Intelektual adalah rezim yang sama
sekali berbeda dengan karakteristik Ekspresi Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002
Budaya Tradisional. Hak Kekayaan Intelektual tentang Hak Cipta, pada rumusan pasal 10 ayat
adalah rezim individualistik untuk memonopoli (1) disebutkan bahwa suatu ciptaan tidak saja ter-
terutama invensi teknologi yang melindungi diri dari karya orisinal di bidang ilmu pengeta-
kepentingan pemilik industri. huan, seni dan sastra tetapi juga karya peninggalan
prasejarah, sejarah dan budaya nasional; serta folk-
Konsekuensi penerapan konsep barat melalui
lore dan hasil kebudayaan rakyat menjadi milik ber-
perlindungan Hak Kekayaan Intelektual pada
sama seperti, cerita rakyat, dongeng, legenda,
Ekspresi Budaya Tradisional akan membawa dam-
pak sebagai berikut: babat, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian,
a) Ekspresi BudayaTradisional dianggap hanya kaligrafi dan karya seni lainnya (pasal 10 ayat 2).
sebagai benda; Terhadap berbagai karya Ekspresi Budaya Tradi-
b) Ekspresi Budaya Tradisional diturunkan dera- sional itu, pemerintah bertindak sebagai pemegang
jatnya hanya sebuah obyek hak milik individu; hak ciptanya, termasuk di sini memberikan izin

| 25 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.7, No.1 Juli 2016: 18–29

ketika orang yang bukan warga negara Indonesia (2) Mereka sama sekali tidak memahami konsep
bermaksud mengumumkan atau memperbanyak Hak Kekayaan Intelektual, apalagi meman-
(pasal 10 ayat 3). faatkannya untuk kepentingan pribadi.
Tetapi dalam pelaksanaannya, tidak diatur
lebih lanjut misalnya tentang mekanisme royalty pe- Sikap tersebut mencerminkan tentang keti-
manfaatan ekonomi karya Ekspresi Budaya Tra- dakpedulian melindungi Ekspesi Budaya Tra-
disional yang diijinkan oleh pemerintah untuk di- disional dari tindakan kalim sepihak pihak asing.
manfaatkan oleh pihak lain (asing), kepada siapa- Akibatnya tidak ada kecurigaan atau keberatan
kah akan diberikan royalty tersebut selaku kuasa sedikitpun bahwa klaim sepihak tersebut sebagai
wakil masyarakat adat (pengemban) Ekspresi pelanggaran atas hak eksklusif warisan budaya
Budaya Tradisional serta berapa prosentase besar- leluhurnya.
nya royalty tersebut belum diatur melalui peraturan
Jika pandangan sebagian masyarakat tidak
pemerintah. Sampai Undang Undang Hak Cipta
memerlukan perlindungan secara eksklusif untuk
tersebut dicabut, peraturan pemerintah yang di-
memperoleh keuntungan ekonomi, lalu apa se-
harapkan tidak pernah dikeluarkan.
sungguhnya yang diperlukannya untuk melin-
dungi Ekspresi Budaya Tradisional tersebut?
Sikap Apatis Masyarakat Hal ini bisa jadi manyarakat pengemban
Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 menganggap Ekspresi Budaya Tradisional sebagai
tentang Hak Cipta tidak secara eksplisit disebut- sesuatu yang lebih bersifat spititual atau sakral.
kan siapa yang dimaksud “masyarakat” pemilik Jadi sudut pandang tersebut bertolak belakang
kesenian atau folklore sebagai aset warisan budaya dengan konsep perlindungan dalam rezim Hak
nasional. Sedangkan Berdasar ketentuan pasal 38 Kekayaan Intelektual berasal dari masyarakat barat
ayat (3) Undang Undang Nonor 28 Tahun 2014 yang bersifat individualistik, sehingga obyek Eks-
tentang Hak Cipta, masyarakat pengemban presi Budaya Tradisional, dapat dikomersialkan
Ekspresi Budaya Tradisional adalah masyarakat sebagai hak kebendaan atas benda tidak berwujud.
asal tempat Ekspresi Budaya Tradisional yang me-
melihara, mengembangkan serta melestarikannya.
Sistem Teknologi informasi Ekspresi Budaya
Setiap pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional
wajib memperhatikan adat istiadat, norma hukum Tradisional
adat maupun norma sosial yang ada pada masya- Berdasarkan pasal 64 ayat (1) Undang
rakat pemilik (kustodian) Ekspresi Budaya Tra- Undang Nomor 28 Tahun 2014, Pemerintah se-
disional. bagai pemegang hak cipta Ekspresi Budaya Tra-
Ada dugaan bahwa selama ini, sikap masya- disional berkewajban untuk melaksanakan admi-
rakat pengemban Ekspresi Budaya Tradisional nistrasi “pencatatan” dan “penghapusan” obyek hak
tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap terjadi- cipta antara lain melalui sistem teknologi infomasi.
nya penyalahgunaan Ekspresi Budaya Ttradisional Pencatatan ini bukan merupakan kewajiban bagi
leluhurnya. Sikap acuh tak acuh demiian ini bisa pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: terkait karena Undang Uindang Nomor 28 ten-
(1) Disebabkan kurangnya pengetahuan atau tang Hak Cipta menganut sistem perlindungan
informasi atas status hukum Ekspresi Budaya negatif (negative system) yang berarti perlindungan
Tradisional atau, suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau

| 26 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

terwujud dan bukan karena pencatatan atau pen- taran tersebut, tetapi yang menjadi kendala utama
daftaran. biasanya ada kesulitan untuk membuktiklan bahwa
Dengan demikian tujuan pencatatan Ekspresi karya Ekspresi Budaya Tradisional tersebut asli
Budaya Tradional tersebut mepunyai tujuan antara (original) berasal dari masyarakat pengembannya
lain: Ditingkat pemerintah pusat, telah dilakukan
1) Sebagai pangkalan data (database system) atau upaya perlindungan defensif Ekspresi Budaya Tra-
dokumentasi “akurat” bagian dari inventari- disional secara melalui kerja sama dan komunikasi
sasi Ekspresi Budaya Tradisional oleh peme- antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
rintah sesuai ketentuan pasal 6 Undang Undang dengan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manu-
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang sia yang bertujuan meningkatkan efektifitas untuk
dapat dijadikan sebagai pendukung klaim oleh menginventarisasi, memelihara dan menjaga
pemerintah kepada pihak asing, bahwa waris- Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tra-
an budaya tersebut secara turun temurun ber- disional, dengan ruang lingkup sebagai berikut:
asal dari Indonesia; a. Penyediaan data base pengetahuan tradisional
2) Melindungi hak moral Ekspresi Budaya Tra- dan ekspresi budaya tradisional;
disional yang melekat secara abadi; b. Pengelolaan informasi data pengetahuan tra-
3) Sarana publikasi Ekspresi Budaya Tradisional. disional dan ekspresi budaya tradisional;
c. Penyediaan materi, fasilitator dan narasumber
Permohonan pencatatan tersebut diajukan untuk advokasi, sosialisasi, komunikasi, infor-
oleh pencipta atau pemegang hak cipta atau kuasa- masi dan edukasi pengetahuan tradisional dan
nya kepada pemerintah, dalam hal ini Direktorat ekspresi budaya tradisional;
jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan: d. Pelaksanaan koordinasi dan konsolidasi dalam
a. Menyertakan contoh ciptaan dan kompilasi rangka pentingnya inventarisasi, memelihara
ciptaan yang aseli (original); dan menjaga pengetahuan tradisional dan
b. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ekspresi budaya tradisional dengan SKPD Pro-
ciptaan; pinsi, Kabupaten/Kota dan masyarakat pengem-
c. Membayar biaya. ban pengetahuan tradisional dan ekspresi
budaya tradisional;
e. Peningkatan kemampuan bagi pemangku
Selama ini pihak pemerintah melalui Dirjen
kepentingan untuk melakukan inventarisasi,
Hak Kekayaan Intelektual, telah menciptakan sis-
memeilihara dan menjaga pengetahuan tradi-
tem informasi elektronik dalam mencatat dan meng-
sional dan ekspresi budaya tradisional
inventarisir berbagai bentuk karya Ekspresi Budaya
(www.kebuidayaan. kemendikbud.go.id,
Tradisional yang ada di tanah air, walaupun harus
2015).
diakui belum berjalan secara maksimal. Oleh ka-
renanya Pemerintah Daerah selaku kustodian,
lebih aktif melakukan inventarisasi karya Ekspresi Pengawasan Masyarakat
Budaya Tradisional di daerahnya masing-masing Di samping pihak pemerintah selaku peme-
dan melakukan pencatatan melalui sistem informasi gang hak cipta atas Ekspresi udaya Tradisional
elektronik yang tersedia. maka peran masyarakat pengemban karya Eks-
Memang terdapat beberapa permasalahan presi Budaya Tradisional tersebut juga sangat pen-
teknis dalam mengajukan permohonan pendaf- ting untuk memelihara, menjaga dan melestari-

| 27 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.7, No.1 Juli 2016: 18–29

kannya. Pengawasan ini penting untuk mengawal Baik penduduk asli atau asing yang tertarik dapat
segala aktivitas pemanfaatan kreasi Ekspresi Budaya menggunakan atau mempelajari agar tetap lestari.
Tradisional baik dalam kegiatan bersifat non ko- Sedangkan dari konteks perlindungan hukum,
mersial, terlebih lagi untuk kegiatan eksploitasi maka hanya orang yang berhak atau yang memper-
yang tujuannya komerial. oleh ijin yang berhak menggunakan dan meman-
Hal ini menjadi penting jika dihubungkan de- faatkannya. Hal ini ada pihak-pihak yang dilarang
ngan perlindungan hak terkait, misalnya pada untuk memanfaatkannya khususnya orang asing
acara siaran oleh lembaga penyiaran, produser terutama jika menggunakan Ekspresi Budaya
fonogram maupun oleh pelaku pertunjukan. Peng- Tradisional itu untuk tujuan komersil. (Febe
awasan ini secara tidak langsung akan meng- Bachtiar, 2016).
untungkan, misalnya dari aspek publikasi pari- Sehubungan dengan penggunaan Ekspresi
wisata dan untuk menjaga hak moral Ekspresi Budaya Tradisional oleh pihak asing, pasal 2 huruf
Budaya Tradisional. (c) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pengawasan terrsebut tentunya tidak dapat Hak Cipta, telah mengatur bahwa semua ciptaan
sepenuhnya diserahkan kepada pemegang hak dan atau produk hak terkait dan pengguna ciptaan
ciptanya yakni pemerintah. Oleh karenanya diper- dan produk hak terkait bukan warga negara In-
lukan kepedulian yang tinggi dari seluruh lapisan donesia, bukan penduduk Indonesia dan bukan
masyarakat pengemban Ekkspresi Budaya Tra- badan hukum Indonesia dengan ketentuan:
disional bersangkutan. Tujuan lain dari pengawas- a. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral
an oleh masyarakat pengemban adalah menjaga dengan Republik Indonesia mengenai perlin-
penyalahgunaan secara komersial Ekspresi Budaya dungan hak cipta dan hak terkait; atau
Tradisional dan sekaligus menjaga eksistensi hak b. Negaranya dan negara Republik Indonesia
moralnya. merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian
multilateral yang sama mengenai perlindung-
an hak cipta dan hak terkait.
RUU PTEBT
Bersamaan dengan diundangkannya RUU
Penutup
UUHC menjadi undang undang, sebenarnya pada
waktu yang sama pemerintah juga telah meng- 1. Untuk menerapkan sistem sui generis dalam
ajukan RUU Perlindungan dan Pemanfaatan Hak upaya meningkatkan perlindungan terhadap
Kekayaan Intelektual Pengetahuian Tradisional dan kreasi Ekspresi Buydaya Tradisional, sebaik-
Ekspresi Budaya Tradisional (RUU PTEBT) dalam nya segera mengundangkan RUU PTEBT men-
prolegnas 2014, sebagai bagian sistem perundang- jadi undang undang, selain Undang Undang
an sui generis dalam perlindungan Ekspresi Budaya Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Tradisional. Belum diundangkannya RUU PTEBT 2. Agar pelaksanaan penegakan hukum sebagai-
bisa jadi karena mempertimbangkan secara matang mana telah diatur dalam Undang Undang
terkait dengan dua prinsip dasar yang harus di- Nomor 28 Tahun 2014 berjalan dengan baik,
terapkan yaitu apakah mengacu pada “Pelestarian Pemerintah segera mengeluarkan Peraturan
budaya” atau “Perlindungan hukumnya”. Pemerintah sebagaimana ditentukan undang
undang tersebut.
Dalam konteks pelestarian budaya, siapa saja
boleh melestarikan produk budaya tradisional.

| 28 |
Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dalam Perspektif Undang Undang Hak Cipta
Hendra Djaja

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-Undangan

Buku Undang Undang Malaysia Tahun 2005 AKTA 645


tentang Warisan Kebangsaan.
Ismaniyati, Neni Sri, 2010. Perlindungan HKI Sebagai
Upaya Pemenuhan Hak Atas IPTEK, Budaya dan Seni,
Jurnal Media Hukum.
Internet
James, TC, 2011. An Overview of Intellesctual Property
Rights, National Intellectual Property Organisation. Nota Kesepahaman Kemdikbud dengan Kemenkumham
Nomor 124/F.F1/HK/2014 dan Nomor:HKI.
Rancangan Undang Undang tentang PT dan EBT. HM.05.02.03, www.kebudayaan.kemendikbud.go.id,
diakses tanggal 10 Nopember 2016.
UNESCO,The Convention for The Safeguarding of The In-
tangible Cultural Heritage. Adimihardja, Kusnaka, HKI Mengatasi BIO-Piracy Global
dalam http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses
WIPO-IGC, Draft Provisions for The Protection of Traditional tanggal 12 Desember 2016.
Cultural Expressions of Folkore.
Febe Bachtiar, Perlindungan Hukum Ekspresi Budaya
WIPO-IGC, Draft Provisions for The Protection of Traditional Tradisional Dalam Rangka Pemanfaatan Potensi
Knowledge. Ekonomi Masyarakat Adat Jepara, www.ui.ac.id.
Diakses tanggal 7 Desember 2016.
UN, The Convention on Biological Diversity 1992.
Sukandar, Dadang, Melindungi Pengetahuan Tradisional
Sistem HKI Vs Sistem Sui Generis dalam http://
www.sinarharapan.co.id. Diakses tanggal 12
Desember 2016.

| 29 |

You might also like