Editoragrfeat,+4.+Nomor+1+Maret+2016+ 3+Lilies+OK

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Supriati, L., dkk Pengendalian Penyakit Antraknosa pada….

PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI MERAH


MENGGUNAKAN AGEN HAYATI Trichodermaharzianum DAN Actinomycetes
(The Control Anthracnose Disease on Red Pepper with Involve Agents Trichoderma harzianum
and Actinomycetes)

Supriati, L.1) dan Djaya, A. A1)


Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya
Telpon : 082353014868 email: lilies_supriati@yahoo.com

Diterima : 19 Pebruari 2016 Disetujui : 15 Maret 2016

ABSTRACT
The research to study longevity and effectiveness involve agents Trichoderma harzianum and
Actinomycetes to control anthracnose disease on red pepper. The research using Divice Complete
Random consist 2 phase, phase 1) Examination of materials ajuvan at liquid potato dextrose (LPD)
media to longevity involve agents T. harzianum and Actinomycetes with 6 treatment is 1)
Actinomycetes culture in 250 mL LPD, 2) Actinomycetes culture in 250 mL LPD+1% corn flour (b/v),
3) Actinomycetes culture in 250 mL LPD+mollases 2% (v/v), 4) T. harzianum culture in 250 mL
LPD, 5)T. harzianum culture in 250 mL LPD+1% corn flour (b/v), 6) T. harzianum culture in 250 mL
LPD+mollases 2%, do at laboratory. Research of phase 2 to study involve agents T. harzianum and
Actinomycetes to control anthracnose disease on red pepper, treatment involve agents culture in LPD
250 mL+1% corn flour media, consist 3 treatment that is: 1) no filtrat involve agents, 2) filtrat
Actinomycetes 250 mL.L-1, 3) filtrat T. harzianum 250 mL.L-1, do at plastic house. Result of research
show that addition of corn flour or mollases at LPD media improving population of T. harzianum until
2 w.a.i (week after inoculation) but decline at 3-4 w.a.i, while addition of corn flour improving
population of Actinomycetes compared to mollasses, improving till 3 w.a.i but decline at 4 w.a.i. The
control use filtrat T. harzianum and Actinomycetes to anthracnose disease show is same effectiveness
with value effectiveness>69%.

Keywords: Actinomycetes, Antracnose, T.harzianum.

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui longivitas agen hayati dan efektivitas pengendalian penyakit
antraknosa pada tanaman cabai merah menggunakan T. harzianum dan Actinomycetes. Penelitian
terdiri dari 2 tahap menggunakan Rancangan Acak Lengkap,tahap 1) Pengujian longivitas T.
harzianum dan Actinomycetes secara in vitro pada media dektrosa kentang cair (DKC) dengan
penambah bahan ajuvan, terdiri 6 perlakuan yaitu: 1) Actinomycetes dalam DKC 250 mL, 2)
Actinomycetes dalam DKC 250 mL + 1% (b/v) tepung jagung, 3) Actinomycetes dalam DKC 250 mL
+ molase (2% v/v), 4) T. harzianum dalam DKC 250 mL, 5) T. harzianum dalam DKC 250 mL + 1%
tepung jagung, 6) T. harzianum dalam DKC 250 mL + molase (2% v/v). Tahap 2) Efektivitas
pengendalian penyakit antraknosa menggunakan filtrat T. harzianum dan Actinomycetes dikulturkan
dalam media DKC 250 mL+1% tepung jagung, terdiri 3 perlakuan: 1) tanpa filtrat agen hayati, 2)
filtrat Actinomycetes250 mL.L-1, 3) filtrat T. harzianum250 mL.L-1 dilakukan di rumah plastik. Hasil
penelitian menunjukkan penambahan tepung jagung dan molase menyebabkan longivitas T.
harzianum hingga 2 minggu setelah inokulasi (msi) diiringi dengan meningkatnya populasi dan
menurun pada 3-4 msi, sedangkan penambahan tepung jangung pada media DKC menyebabkan
longivitas Actinomycetes hingga 3 msi dibanding penambahan molase diiringi dengan meningkatnya
populasi, dan menurun pada 4 msi. Pengendalian penyakit antraknosa pada cabai merah
menggunakan T. harzianum dan Actinomycetes menunjukkan keefektifan yang sama dengan nilai Ei
>69% (sangat baik).

Key words:Actinomycetes, Antraknosa, T. harzianum.

20
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 16 No. 1 , Maret 2015 :20 – 26 ISSN :1411 - 6782

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Selama ini permasalahan penyakit Penelitian dilaksanakan bulan Juli-Oktober


antraknosa(Colletotrichum capsici) selalu 2013 di laboratorium dan di kebun percobaan
dialami oleh petani cabai khususnya di kota Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Palangka Raya. Serangan penyakit antraknosa Universitas Palangka Raya. Penelitian terdiri
menurunkan produksi cabai secara kuantitas dari 2 tahap yaitu: 1) Pengujian bahan ajuvan
maupun kualitas.Nurbailis (2003) menyatakan terhadap longivitas T. harzianum dan
serangan penyakit antraknosa pada cabai merah Actinomycetes, 2) Efektivitas pengendalian T.
di musim kering menurunkan produksi antara harzianum dan Actinomycetes terhadap
20%-30%, sedangkan di musim hujan penyakit antraknosa pada cabai merah di rumah
penurunan mencapai 60%. Penyakit antraknosa plastik.
relatif sulit dikendalikan, sebab patogen dapat
bertahan di bawah kulit buah cabai merah yang 1) Pengujian bahan ajuvan terhadap
masih hijau. Infeksi terjadi setelah kondisi longivitas T. harzianum dan
lingkungan sesuai untuk perkembangannya Actinomycetes
ketika buah cabai merah mulai masak, jamur Tujuan pengujian untuk mempelajari
berkembang dan menunjukkan gejala busuk berapa lama waktu bertahannya (longivitas) T.
buah (Semangun, 2000). harzianum dan Actinomycetes yang dikulturkan
Pengendalian penyakit antraknosa pada media dektrosa kentang cair (DKC)
secara umum menggunakan fungisida sintetis, (filtrat) dengan penambahan bahan ajuvan. T.
namun bila penerapannya dilakukan secara harzianum dan Actinomycetes yang bertahan
kontinyu dapat merugikan kehidupan mikroba lama pada filtrat terbaik, maka filtrat tersebut
bukan sasaran dan pencemaran lingkungan, digunakan untuk aplikasi T. harzianum dan
sehingga perlu dipertimbangkan alternatif Actinomycetes pada tanaman cabai merah di
pengendalian lain dengan menggunakan agen rumah plastik. Percobaan menggunakan
hayati. Soesanto (2008) menyatakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
pemanfaatan agen hayati untuk mengendalikan ulangan. Percobaan terdiri atas 6 perlakuan
patogen tular tanah (rhizosfir) banyak dilakukan yaitu: 1) Actinomycetes dikulturkan dalam DKC
dengan efektivitas cukup baik hingga sangat 250 mL, 2) Actinomycetes dikulturkan dalam
baik, tetapi untuk mengendalikan patogen yang DKC 250 mL + 1% tepung jagung, 3)
menyerang daerah filosfer masih kurang Actinomycetes dikulturkan dalam DKC 250 mL
penerapannya terutama di Indonesia. Jamur + molase (2% v/v), 4) T. harzianum dikulturkan
Trichodermasp. telah digunakan di dalam dalam DKC 250 mL, 5) T. harzianum
pengendalian hayati patogen pada rhizosfer dikulturkan dalam DKC 250 mL + 1% tepung
maupun filosfer, karena memiliki kisaran inang jagung, 6) T. harzianum dikulturkan dalam
patogen yang luas. Selain jamur T. harzianum, DKC 250 mL + molase (2% v/v). Bahan
pemanfaatan Actinomycetes sebagai agen hayati ajuvan yang digunakan adalah tepung jagung
terhadap patogen pada filosfer tanaman telah sejumlah1% L-1 (b/v) (Sulistiawaty, 1997) dan
diterapkan khususnya di luar negeri. molase 2,0% L-1 (Sunarto dkk., 2002). Kedua
Penggunaan Actinomycetes strain ATCC 55984 ajuvan ini masing-masing ditambahkan dalam
mampu mengendalikan berbagai patogen tular media DKC kemudian disterilkan. Biakan
tanah dan patogen tular udara pada berbagai murni T. harzianum dan Actinomycetes pada
tanaman di Rusia dan Amerika Serikat media PDA dalam petridis masing-masing
(Anonym, 2007), sedangkan pemanfaatannya di diambil 5 potong menggunakan cork borrer Ø 5
Indonesia belum banyak dilaporkan. Tujuan mm kemudian dikulturkan dalam media DKC
penelitian: 1) untuk mengetahui longivitas agen yang telah diberikan ajuvan, dishaker selama 48
hayati T. harzianum dan actinomycetes, 2) jam kemudian dikulturkan hingga 1-4 msi pada
mengetahui efektivitas pengendalian penyakit suhu ruang.
antraknosa pada tanaman cabai merah
menggunakan T. harzianum dan Actinomycetes.

21
Supriati, L., dkk Pengendalian Penyakit Antraknosa pada….

2) Efektivitas pengendalian T. harzianum Pengamatan


dan Actinomycetesterhadap penyakit 1. Pengamatan longivitas agen hayati pada
antraknosa pada tanaman cabai media DKC dilakukan 4 kali dengan interval
Penelitian tahap 2 dilakukan di rumah satu minggu sekali mulai 1 msi - 4 msi,
plastik, menggunakan Rancangan Acak diamati masing-masing jumlah cfu dengan
Lengkap terdiri atas 3 perlakuan yaitu: A0= metode dillution plate (Sastrahidayat, 2007)
tanpa filtrat agen hayati, A1= menggunakan pada tingkat pengenceran 10-6. Suspensi
filtrat Actinomycetes 250 mL.L-1 DKC + tepung pengenceran terakhir 1 mL dikulturkan pada
jagung 1% (b/v) , A2 = menggunakanfiltrat T. media PDA dalam petridis, kemudian
harzianum 250 mL.L-1 DKC + tepung jagung diinkubasikan 3-7 hari pada suhu ruang.
1% (b/v), setiap satuan percobaan dengan 6 Pengamatan terhadap koloni yang tumbuh
ulangan. Media tanam berupa tanah gambut (cfu) dihitung menggunakan coloni counter.
yang telah dicampur pupuk kandang (pukan) 2. Intensitas serangan penyakit (%) dilakukan
sapi dosis 20 ton ha-1dalam polybag berukuran setelah buah cabai merah menunjukkan
tinggi 40 cm dengan Ø 30 cm diisi 5 kg tanah gejala serangan antraknosa. Pengamatan
gambut (asal Kelurahan Kalampangan), dilakukan 4 kali dengan selang waktu 1
diinkubasikan selama satu minggu. Bibit cabai minggu sekali mulai umur 13-16 mst.
berumur satu bulan sejak semai berdaun 3-4 Intensitas serangan penyakit dihitung
helai ditanam pada media tanam. Pupuk NPK dengan formula:IS = (a / a + b) x 100%
(16:16:16) dosis 300 kg ha-1 diberikan 3 kali (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura,
masing-masing 1/3 bagian pada umur 3 hari 2000). Keterangan: IS = Intensitas
setelah tanam (hst), susulan pada umur 2 dan 4 serangan penyakit (%), a = buah yang
mst (minggu setelah tanam) dan dilakukan terserang antraknosa, b = buah yang tidak
pemeliharaan tanaman. Jamur patogen C. terserang antraknosa (buah sehat).
capsici dikulturkan pada media PDA dalam 3. Efektivitas pengendalian (%) dihitung
cawan petri hingga umur 1 msi, demikian pula berdasarkan formula Sukamto (2003): E =(I
dengan agen hayati T. harzianum dan kontrol – I perlakuan / I kontrol) x 100%, E
Actinomycetes. Untuk persiapan aplikasi agen = efektivitas pengendalian, I = intensitas
hayati pada tanaman cabai merah, dilakukan serangan penyakit . Kategori nilai
perbanyakan T. harzianum dan Actinomycetes efektivitas: E > 69% (sangat baik), E =
dalam media DKC 250 mL yang ditambahkan 50%-69% (baik), E = 30%-49% (kurang
tepung jagung 1% (b/v) dan diinkubasikan 2 baik), E < 30% (tidak baik).
minggu. Kultur murni C. capsici dalam 10
petridis masing-masing ditambahkan 25 mL Analisa data
aquades steril, disaring kemudian ditambahkan Analisa data menggunakan uji F taraf
750 mL aquades steril dalam hand sprayer 1% dan 5% apabila terdapat pengaruh
volume 1000 mL untuk inokulasi pada tanaman perlakuan dilanjutkan denganUji Jarak
cabai merah. Inokulasi C. capsici dengan Berganda Duncan taraf 5%.
kerapatan inokulum 106 cfu mL-1dilakukan
setelah tanaman cabai menghasilkan buah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi agen hayati pada filosfer tanaman
menggunakan bakteri antagonis Longivitas T. harzianumdan Actinomycetes
(Actinomycetes) dengan kerapatan inokulum pada media DKC
1010 (Hermanto dkk, 2004). Aplikasi agen hayati Penambahan bahan ajuvan tepung
pada buah cabai dilakukan 1 hari lebih awal jagung dan molase pada media DKC dapat
sebelum inokulasi C. capsici, dilakukan dengan meningkatkan populasi T. harzianum lebih
cara melarutkan 250 mL filtrat agen hayati banyak dibandingkan kontrol hingga 2 msi dan
kedalam 750 mL aquades steril dalam hand menurun mulai 3-4 msi, hal ini menunjukkan
sprayer, aplikasi diberikan seminggu sekali dan bahwa T. harzianum hanya mampu bertahan
dihentikan 1 minggu menjelang pengamatan hingga 2 msi pada filtrat cair, sedangkan
terakhir. penambahan tepung jagung pada media DKC

22
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 16 No. 1 , Maret 2015 :20 – 26 ISSN :1411 - 6782

menyebabkan Actinomycetes mampu bertahan 1 molase. Tepung jagung mengandung protein,


minggu lebih lama dibanding T. harzianum dan gula, lemak, Ca, K, P, S, Fe dan vitamin A, B1,
terjadi peningkatan populasi Actinomycetes B6, dan C (Kurnia, 2004 dalam Supriati dkk.,
lebih banyak dibanding kontrol hingga 3 msi 2005). Perkembangbiakan mikroba pada
namun mulai menurun pada 4 msi umumnya memerlukan bahan-bahan nutrisi
dibandingkan dengan penambahan molase seperti yang terkandung pada tepung jagung.
(Tabel 1). Jamur Trichoderma sp. membutuhkan karbon
Medium DKC yang ditambahkan juga N, karbon (C) sebagai sumber energi bisa
tepung jagung 1% merupakan medium yang diperoleh dari gula dalam bentuk monosakarida,
sesuai bagi Actinomycetes, tampak populasi disakarida, polysakarida, dan nutrisi lainnya
Actinomycetes meningkat pertumbuhannya dari untuk perkembangbiakannya(Papavizas, 1985
minggu ke 1-3 dan menurun pada minggu ke 4, dalam Supriati dkk., 2005). Bakteri termasuk
sedangkan penambahan ajuvan molase maupun Actinomycetes untuk perkembangbiakannya
tepung jagung pada medium DKC memerlukan karbon, protein, gula, unsur-unsur
meningkatkan pertumbuhan T. harzianum logam tertentu dan juga vitamin (Buchanan et.
hingga minggu ke 2 dan terjadi penurunan pada al., 1974). Bahan alami seperti rolled oats,
minggu ke 3-4. Domsch et al., (1980) millet, gandum, jagung, kedelai merupakan
menyatakan T. harzianum mampu substrat yang terbaik untuk pertumbuhan
mendegradasi pati, selulosa untuk kehidupan, Streptomyces sp.(genus Actinomycetes).
dan pertumbuhannya lebih cepat pada medium Medium Oat Meal Sand digunakan untuk
cair dibanding pada tanah. Dalam hal ini baik perbanyakan dan aplikasi Actinomycetes dengan
tepung jagung maupun molase diperlukan oleh cara penyelimutan benih pada kedelai
T. harzianum sebagai sumber nutrisi untuk (Gusmawaty, 2011), dan medium yang
pertumbuhannya sehingga tidak menunjukkan mengandung pati (Starch Casein Agar) dapat
perbedaan populasi. Hal ini sesuai dengan hasil meningkatkan metabolisme sekunder dari
penelitian Supriati dkk. (2005) dimana populasi Actinomycetes (https://www.researchgate.net/
T. harzianum yang dikulturkan pada media …/what_ is_the_best_media_f…, 2016).
Corn Meal Sand meningkat hingga minggu ke 2
dari 8.5 x 105 menjadi 15.0 x 107 dan terjadi
penurunan populasi pada pengamatan Intensitas serangan penyakit (%)
selanjutnya, sedangkan terhadap Actinomycetes Aplikasi filtrat T. harzianum dan
isolat 7 terjadi peningkatan populasi dari 14.05 Actinomycetes menunjukkan kemampuan yang
x 107 menjadi 19.30 x 108. Peningkatan sama menurunkan intensitas serangan penyakit
populasi Actinomycetes pada medium DKC antraknosa pada tanaman cabai merah
yang diberi tepung jagung lebih tinggi hingga dibanding kontrol (Tabel 2).
minggu ke 3 dibanding dengan penambahan

Tabel 1. Rata-rata populasi T. harzianumdan Actinomycetes (cfu/mL-1) pada perlakuan penambahan


ajuvan dalam media Dektrosa kentang Cair
Populasi agen hayati cfu/mL-1(x 106) msi
Perlakuan
1 2 3 4
DKC + Actinomycetes 3.14a 7.53a 5.67a 3.41 a
DKC + molasses + Actinomycetes 36.17c 42.09c 31.50b 32.30b
b b c
DKC + tepung jagung + Actinomycetes 11.06 23.40 54.15 37.50c
a a a
DKC + T. harzianum 2.80 3.73 1.32 0.23 a
a a a
DKC + molasses + T. harzianum 2.04 4.05 2.65 0.26 a
a a a
DKC + tepung jagung + T. harzianum 3.43 4.29 2.10 0.25a
Keterangan: - DKC = Media Dektros Kentang Cair
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan α 5%.

23
Supriati, L., dkk Pengendalian Penyakit Antraknosa pada….

Tabel 2.Rata-rata intensitas serangan (%) penyakit antraknosa pada cabai merah
dengan perlakuanT. harzianum danActinomycetes
Intensitas serangan penyakit (%) umur (msi)
Perlakuan
1 2 3 4
Tanpa filtrat agens hayati (A0) 58.37b 64.64b 54.16b 49.97b
Filtrat Actinomycetes (A1) 14.58a 12.18a 7.39a 7.39a
a a a
Filtrat T. harzianum(A2) 0.00 1.92 5.77 5.77a
Keterangan: - Data diolah menggunakan transformasi Arc Sin √%
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Jarak Beranda Duncan taraf α 5%

Tabel 3. Rata-rata efektivitas pengendalian (%) T. harzianum dan Actinomycetes pada


cabai merah
Efektivitas pengendalian (%)/umur (msi)
Perlakuan Kategori
1 2 3 4 Rerata
Actinomycetes 75.02 81.16 86.35 85.21 81.95 Sangat Baik
T. harzianum 100.00 97.70 89.93 88.45 94.02 Sangat Baik

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Efektivitas pengendalian


Martoredjo dkk. (2001) bahwa perlakuan Efektivitas pengendalian T. harzianum
inokulasi suspensi spora Trichoderma sp. satu dan Actinomycetes terhadap penyakit
hari sebelum inokulasi P. digitatum (penyebab antraknosa pada cabai merah menunjukkan
penyakit kapang hijau) pada buah jeruk keefektivan yang sama (Tabel 3).
menurunkan intensitas patogen secara nyata Rata-rata nilai efektivitas dari agen
18.33% dibanding inokulasi P. digitatum satu hayati T. harzianum dan Actinomycetes >69%
hari lebih awal dari pada Trichoderma sp. menunjukkan kategori sangat baik (Sukamto,
dengan intensitas serangan 46.67%, dan 2003). Dengan demikian dapatlah dinyatakan
Sukamto (2003) menyatakan penggunaan T. bahwa penambahan tepung jagung dalam media
harzianum 200 g.L-1 dan 300 g.L-1 efektif DKC meningkatkan populasi Actinomycetes
menekan intensitas serangan penyakit busuk dan T. harzianum, banyaknya populasi agen
buah kakao sebesar 19.02% dan 17.7%. Jamur hayati yang diaplikasikan pada tanaman
Trichoderma sp. sering digunakan didalam sehingga dapat menghambat perkembangan
pengendalian hayati patogen tular tanah penyakit dan berpengaruh terhadap
maupun filosfer karena mempunyai kisaran keberhasilan pengendalian penyakit antraknosa
inang patogen yang luas dengan sifat antagonis pada cabai.
membelit hifa inang, sebagai mikoparasit dan
antibiosis (Soesanto,2008). KESIMPULAN
Kemampuan sebagai agen hayati
terhadap patogen tular tanah maupun filosfer Hasil penelitian pengendalian penyakit
karena kemampuan antagonismenya antraknosa pada tanaman cabai merah
menghasilkan antibiotik yang dapat menggunakan T. harzianum dan Actinomycetes
menghambat bahkan mematikan patogen inang. dapat disimpulkan sebagai berikut:
Wan et al. (2007) menyatakan aplikasi 1. Penambahan tepung jagung 1% dan molase
substansi antifungal Sterptomyces sp. sebanyak 2% pada media DKC menunjukkan
30 µL mampu menekan perkembangan gejala longivitas yang sama seiring dengan
hawar daun padi oleh R. solani dengan skala peningkatan populasi T. harzianum hingga 2
kerusakan 1. Berdasarkan hasil penelitian ini msi dan menurun pada 3-4 msi, sedangkan
diketahui Actinomycetes kemamapuannya sama penambahan tepung jagung 1%pada media
dengan T. harzianum potensial mengendalikan DKC menunjukkan longivitas Actinomycetes
serangan penyakit antraknosa pada cabai merah. lebih lama hingga 3 msi diiringi dengan

24
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 16 No. 1 , Maret 2015 :20 – 26 ISSN :1411 - 6782

peningkatan populasinya namun menurun Antraknosa (G. piperatum Syd.) pada


pada 4 msi dari pada penambahan molase. Cabai Besar. Dalam Prosiding Seminar
2. Aplikasi T. harzianum dan Actinomycetes Nasional Perhimpunan Fitopatologi
250 mL.L-1 mempunyai keefektivan yang Indonesia, Dengan Bioteknologi Kita
sama menekan serangan penyakit antraknosa Tingkatkan Peran Fitopatologi dalam
pada cabai merah dengan nilai efektivitas Membangun Pertanian Indonesia yang
>69% (sangat baik). Ramah Lingkungan (Ed. Astono, T.H.,
Syamsidi, S.R.C., Djauhari, S.),
UCAPAN TERIMAKASIH Tanggal 21 Februari, PFI Komda Jawa
Pada kesempatan ini penulis Timur Bagian Barat dan Universitas
menyampaikan terimakasih kepada DP2M Brawijaya. Malang. Hal:209-227.
Dirjen Dikti melalui program Hibah Bersaing https://www.researchgate/net/.../what_is_the_be
Tahun 2013 yang telah menyediakan st_media_f [11 Maret 2016].
danapenelitian, ucapan yang sama penulis Nurbailis, 2003. Studi Pengujian Efek Anti
sampaikan kepada mahasiswa (Imam N, Jamur dari Ekstrak Daun Jambu Biji
Aliansyah, Sikin N) dan teknisi Laboratorium terhadap Colletotrichum capsici
Jurusan Budidaya Pertanian yang telah Penyebab Penyakit Antraknosa pada
membantu pelaksanaan penelitian. Cabai.Dalam Prosiding Kongres XVII
dan Seminar Ilmiah Nasional, 6-8
DAFTAR PUSTAKA Agustus 2003. Universitas Padjadjaran.
Anonym. 2007. Actinomycete Strain of ATCC Bandung. Hal:260-262.
55984 ang Uses There of for Growth Martoredjo, T., Sumardiyono, C., dan Astuty,
Enhancement and Control of Pathogen E.H.2003.Kajian Pengendalian Hayati
Infection In Plants. Penyakit Kapang Hijau pada Buah
http://www.freepatentsonline.com/6110726.htm Jeruk dengan Trichoderma sp.Dalam
l.[13 Agustus 2007]. Prosiding Kongres Nasional XVI dan
Buchanan, RE dan Gibbons,NE. 1974. Seminar Ilmiah Perhimpunan
Bergey΄s Mannual of Determinative Fitopatologi Indonesia, Tanggal 22-24
Bacteriology (8th edition). The Agustus 2003. Bogor. Hal:354-356.
Williams and Wilkins Co. Baltimore. Sastrahidayat, IR. 2007. Teknik Penelitian
Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura.2000. Penyakit Tumbuhan. Lembaga
Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Penerbitan, Fakultas Pertanian
Perlindungan Tanaman Pangan dan Universitas Brawijaya. Malang.
Hortikultura. Direktorat Bina Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit
Perlindungan Tanaman Proyek Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Pengendalian Hama terpadu. Jakarta. Gadjah Mada University
Domsch, K.H., Gams, W., dan Anderson,T.H. Press.Yogyakarta.
1980. Compendium of Soil Fungi Vol. Soesanto,L. 2008. Pengantar Pengendalian
1. Academic Press. London. Penyakit Tanaman. Rajawali Press.
Gusmawaty, H.S. 2011. Efektivitas Inokulasi Jakarta.
Actinomycetes danVAM dalam Sukamto, S.2003. Pengendalian Secara Hayati
Mengendalikan Penyakit Rebah Semai Penyakit Busuk Buah Kakao dengan
pada Tiga Varietas Kedelai (Musim Jamur Antagonis Trichoderma
Hujan). Jurnal Agriplus 21(1):36- harzianum.Dalam Prosiding Kongres
46,ISSN 0854-0128 faperta.uho.ac.id/ XVII dan Seminar Ilmiah Nasional,
agriplus/Fulltex/2011/AGP2101006.pdf Tanggal 6-8 Agustus 2003. Universitas
[11 Maret 2016]. Padjadjaran. Bandung. Hal:134-13.
Hermanto, D.D., Abadi, A.L., dan Aini, L.Q. Sulistyowati, L., Estejarini, M., dan Cholil,
2004. Pengujian Beberapa Isolat A.1997. Teknik Aplikasi Isolat
Bacillus megaterium dan B. subtillis Trichoderma spp. Sebagai Agen
sebagai Agens Hayati Penyakit Pengendalian Hayati S. rolfsii Sacc.

25
Supriati, L., dkk Pengendalian Penyakit Antraknosa pada….

Pada Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Supriati, L., Sastrahidayat, I.R.,dan Abadi, A.L.
Penelitian Ilmu-ilmu Teknik 2005. Potensi Antagonis Indigenus
(Enginering) 9(2):2-9. Universitas Lahan Gambut Dalam Mengendalikan
Brawijaya. Malang. Penyakit Rebah Semai (Sclerotium
Sunarto, DA., Subiyakto, dan Winarno,D. rolfsii Sacc.) pada Tanaman Kedelai.
2002. Pengaruh Penambahan Ajuvan Jurnal Habitat (Terakreditasi) XVI(4):
pada Insektisida Nabati Serbuk Biji 292 – 307. Fakultas Pertanian,
Mimba (Azadirachta indica A. Jussieu) Universitas Brawijaya. Malang.
terhadap Efektifitasnya dalam Wan, M.G., Li,G.Q., Hu, B.,dan Jiang,D.H.
Pengendalian Hama pada Tanaman 2007. Efficasy of the Antifungal
Kapas. Dalam Prosiding Lokakarya Substance Prodeced by Streptomyces
Nasional Pertanian Organik, sp. F-1 in Suppression of Rice Sheath
Memasyarakatkan Pertanian Organik Blight (Rhizoctonia solani). InThe
sebagai Jembatan Menuju Role of Plant Pathology in Rapidly
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Globalizing Economies of Asia.
(Ed. Agustina, L., Syefani, Sunarto, Proceedings The Third-Asian
D.A., Setyobudi, U., Tarno, H., dan Conference on Plant Pathology, August
Muhtar, M.), Tanggal, 7-9 Oktober 20-24, 2007.
2002. Universitas Brawijaya. Malang. Yogyakarta, Indonesia.
Hal:106-111.

26

You might also like