Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA ALASAN


PEKERJA MELANGGAR PERATURAN PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
1088 K/PDT.SUS-PHI/2019)
Agus Suprayogi,Vera Janet Darosta
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara No 9 Kebon Jeruk Jakarta 11510
suprayogiagus78@gmail.com

Abstract
Termination of Employment means termination of employment relationship due to a certain matter
which results in the termination of the rights and obligations between the worker and the
company/employer. This can happen due to resignation, termination by the company or expiry of
the contract. Termination of Employment (PHK) is the beginning of the difficulties that will be faced
by workers and their families. Therefore, employers, workers/ laborers, trade unions/ labor unions
and the government must make every effort to prevent termination of employment. In Law No. 13 of
2003 concerning Manpower, it has been regulated that in the process of Termination of
Employment there are compensations that must be paid such as severance pay, gratuities for years
of service, compensation for entitlements that should be received and Wages that must be paid
during the process of Termination of Employment. permanent legal force (inkracht) which is
commonly referred to as Process Wages. The purpose of this study is to determine the legal basis in
the process of termination of employment, and to determine whether the consideration of the panel
of judges on the payment process has complied with the applicable provisions. This research uses
normative juridical research, where this research is conducted by examining secondary data. Using
the case approach method, which is a way of law enforcement by examining cases related to issues
that have become legally valid court decisions (inkracht). The results of research related to the
application of law in the process of Termination of Employment are that there are still
entrepreneurs who can realize the applicable provisions. However, the judge's consideration in
deciding disputes over termination of relations that occurs related to Process Wages is still often a
difference of interpretation in his decision to provide Process Wages in accordance with applicable
regulations.

Keywords: Termination of employment, Process Wages, Employment

Abstrak
Pemutusan Hubungan Kerja artinya pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan/majikan. Hal ini
dapat terjadi karena pengunduran diri, pemberhentian oleh perusahaan atau habis kontrak.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan awal dari kesulitan yang akan dihadapi pekerja dan
keluarganya. Oleh karena itu, pengusaha, pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan
pemerintah harus melakukan segala upaya untuk mencegah terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja.
Dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur dalam proses
Pemutusan Hubungan Kerja terdapat kompensasi-kompensasi yang harus dibayarkan seperti uang
Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Pengantian Hak yang seharusnya diterima dan
Upah yang harus dibayarkan selama proses Pemutusan Hubungan Kerja belum berkekuatan hukum
tetap (inkracht) yang biasa disebut Upah Proses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dasar hukum dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja, dan untuk mengetahui apakah
pertimbangan majelis hakim terhadap proses pembayaran telah memenuhi ketentuan yang berlaku.

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 103


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif, dimana penelitian ini dilakukan dengan
cara meneliti data sekunder. Menggunakan metode pendekatan kasus (Case Approach) yaitu suatu
cara penegakan hukum dengan mengkaji perkara-perkara yang berkaitan dengan persoalan yang
telah menjadi Putusan pengadilan yang sah secara hukum tetap (inkracht). Hasil penelitian terkait
penerapan hukum dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja yaitu bahwa masih ada Pengusaha
yang bisa merealisasikan ketentuan yang berlaku. Namun pertimbangan Hakim dalam memutus
perselisihan pemutusan hubungan yang terjadi terkait Upah Proses masih sering terjadi perbedaan
penafsiran dalam keputusannya untuk memberikan Upah Proses yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Kata Kunci : Pemutusan Hubungan Kerja, Upah Proses, Ketenagakerjaan

Pendahuluan Perusahaan yang sebagaimana dimaksud


Membahas tentang topic dalam huruf a dan b yang berkedudukan di
ketenagakerjaan terdapat banyak unsur luar wilayah Indonesia(Undang-Undang).
yang saling berkaitan satu sama lain, salah Namun tidak selamanya Hubungan
satunya adalah unsur Pengusaha dan Kerja yang hormonis terjalin diantara
Pekerja/Buruh. Kedua unsur tersebut Pengusaha dan Pekerja adakalanya salah
merupakan 2 (dua) faktor yang tidak dapat satu pihak sudah tidak nyaman dengan
dipisahkan satu sama lain.(Soepomo) Hubungan Kerja yang terjadi sehingga
Menurut Pasal 1 angka 15 UU salah satu pihak menginginkan berakhinya
Ketenagakerjaan yang menyebutkan Hubungan Kerja diantara kedua belah
bahwa: pihak atau Pemutusan Hubungan Kerja
“Hubungan kerja adalah (PHK) terjadi karena Undang-Undang
hubungan antara Pengusaha dengan menghendaki Hubungan Kerja Pengusaha
Pekerja/Buruh berdasarkan Perjanjian dan Pekerja tersebut harus berakhir. Ada
Kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, banyak masalah dalam dunia kerja, salah
Upah, dan perintah berdasarkan satu persoalan yang perlu mendapat
Perjanjian Kerja antara Pekerja dan perhatian khusus adalah Pemutusan
Pengusaha.”(Maswandi). Hubungan Kerja (PHK). Bagi Pekerja,
PHK merupakan awal dari hilangnya
Di dalam Undang-Undang Nomor sumber pendapatan, yang tentunya akan
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mempengaruhi kualitas hidup bahkan
dalam pasal 1 angka (2) menyebutkan kesejahteraan diri dan keluarganya.
bahwa Pekerja/Buruh adalah setiap orang Mencari pekerjaan bukanlah hal yang
yang bekerja dengan menerima Upah atau mudah, apalagi di era yang semakin
imbalan dalam bentuk lain (Undang- kompetitif ini. Jika Perusahaan
Undang). Sedangkan pasal 1 angka (5) memberhentikan karyawan secara sepihak,
menyebutkan bahwa Pengusaha adalah a. karyawan juga cenderung menyerah. Pada
orang perseorangan, persekutuan, atau dasarnya Perusahaan harus memberikan
badan hukum yang menjalankan suatu perlindungan dan menjamin kesejahteraan
Perusahaan milik sendiri; b. orang setiap Pekerja agar terjalin Hubungan
perseorangan, persekutuan, atau badan Kerja yang harmonis.
hukum yang secara sendiri menjalankan Pemutusan Hubungan Kerja
Perusahaan bukan miliknya; c. orang (“PHK”) adalah pengakhiran Hubungan
perseorangan, persekutuan, atau badan Kerja karena suatu hal tertentu yang
hukum yang berada di Indonesia mewakili mengakibatkan berakhirnya hak dan

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 104


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

kewajiban antara Pekerja/Buruh dan Buruh/Pekerja, atau karena Buruh mangkir


Pengusaha. Di dalam Undang-Undang selama 5 hari kerja atau lebih berturut-
Nomor 13 Tahun 2003 tentang turut. Meskipun Hubungan Kerja telah
Ketenagakerjaan ini pemerintah memberi berakhir, ada pembayaran kompensasi
anjuran kepada Pengusaha dan Pekerja yang wajib diperhatikan oleh Perusahaan
untuk mengupayakan agar tidak terjadinya yaitu pembayaran Uang Pesangon. Namun,
Pemutusan Hubungan Kerja namun jika sebenarnya Uang Pesangon hanyalah salah
semua upaya sudah dilakukan Pemutusan satunya saja. Selain Uang Pesangon,
Hubungan Kerja harus tetap dilakukan karyawan yang di-PHK oleh Perusahaan
karena tidak ada pilihan lain maka dalam juga memiliki hak untuk mendapatkan
Undang-Undang ini pemerintah Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK),
mewajibkan penyelesaian tersebut dimulai Uang Pengantian Hak (UPH), serta Upah
dengan perundingan antara Pengusaha dan Proses PHK oleh Pengusaha. Kewajiban
Pekerja yang biasa disebut (bipartide) Perusahaan ini telah diatur dalam UU
untuk menemukan kesepakatan bersama Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal
terkait Pemutusan Hubungan Kerja ini. 156 Ayat 1. Tidak sesuainya Uang
Jika perundingan bipartit tidak menemukan Pesangon akibat PHK masih sering terjadi
kesepakatan bersama terkait Pemutusan itu menandakan bahwa penanganan hukum
Hubungan Kerja tersebut maka pihak untuk tindak para Pengusaha masih sangat
Pengusaha maupun Pekerja ataupun lemah. Bahkan sering dinilai tidak adil
bersama-sama bisa mengajukan per- bagi Pekerja.
selisihan tersebut ke lembaga Mediasi atau Upah merupakan hal yang paling
konsiliasi maupun arbitrase. Namun jika utama dalam ketenagakakerjaan, karena
usaha penyelesaian sengketa melalui tujuan orang bekerja adalah untuk
mediator juga tidak berhasil memberikan mendapatkan Upah yang akan digunakan
solusi yang dapat diterima baik pihak kebutuhan sehari-hari. Jika nilai Upah
Pekerja maupun pihak Pengusaha maka yang ditawarkan Pengusaha dinilai tidak
penyelesaian persilisihan Pemutusan sesuai dengan kebutuhan hidup Pekerja,
Hubungan Kerja tersebut harus dilakukan maka Pekerja tersebut bisa menolak
dengan mengajukan gugatan di Pengadilan pekerjaan yang ditawarkan.
Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Dalam Undang-Undang
untuk mendapatkan penetapan atas Ketenagakerjaan telah diatur mengenai
perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja kompensasi yang timbul dalam hal terjadi
yang terjadi. Pemutusan Hubungan Kerja yang tentu
Secara normatif ada dua jenis saja besarannya kompensasi yang diterima
PHK, yaitu PHK secara sukarela dan PHK akan berbeda-beda. Dasar dari penentuan
dengan tidak sukarela. Yang termasuk perhitungan kompensasi tersebut antara
PHK sukarela antara lain adalah PHK yang lain masa kerja Pekerja, alasan Pemutusan
terjadi karena pengunduran diri oleh Buruh Hubungan Kerja dan Upah Tetap Pekerja.
tanpa paksaan dan tekanan, habisnya masa Sudah barang tentu Pekerja yang masa
kontrak, tidak lulus masa percobaan kerjanya lebih lama akan mandapatkan
(probation), memasuki usia pensiun, dan kompensasi yang lebih besar dapat pada
Buruh meninggal dunia. Sedangkan PHK Pekerja yang masa kerjanya belum lama.
tidak sukarela dapat terjadi karena Dan dasar perhitungan kompensasi
berbagai alasan, contohnya karena Pemutusan Hubungan Kerja yang
pelanggaran yang dilakukan oleh dilakukan berdasarkan alasan yang

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 105


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

menjadi dasar Pemutusan Hubungan Kerja 2. Apakah jumlah kompensasi


misalnya alasan efisiensi yang dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja yang
Perusahaan tentu Pekerja akan berhak ditetapkan Majelis Hakim Kasasi
memperoleh kompensasi yang lebih besar dalam Putusan Mahkamah Agung
dibandingkan kompensasi yang diperoleh Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019
Pekerja yang proses Pemutusan Hubungan telah sesuai dengan ketentuan yang
Kerja terjadi karena Perusahaan menutup diatur dalam Undang-Undang No.13 /
Perusahaannya karena mengalami kerugian 2003 tentang Ketenagakerjaan ?
dalam jangka waktu yang lama atau
Pemutusan Hubungan Kerja karena Penelitian ini menggunakan jenis
Pekerja melanggar Peraturan Perusahaan penelitan yuridis normatif yang mana
atau Perjanjian Kerja Bersama. Pada penelitian ini dilakukan dengan meneliti
kenyataannya tak jarang ada pihak data sekunder atau bahan pustaka yang
melakukan tindakan yang tidak terpuji mencakup penelitian terhadap sistematis
demi kepentingannya dengan tujuan hukum, sejarah hukum, dan penelitian
memperoleh keuntungan dengan terhadap asas-asas hukum (Jeana). Dalam
memberikan sekecil mungkin kompensasi penelitian ini, Penulis menggunakan
yang diberikan dari proses Pemutusan pendekatan kasus (Case Approach) yaitu
Hubungan Kerja yang dilakukan. pendekatan yang dilakukan dengan cara
Hal itu terbukti dalam kasus PHK menelaah kasus-kasus yang mempunyai
yang terdapat dalam Putusan NO.1088 korelasi dengan isu yang telah menjadi
K/Pdt.Sus-PHI/2019, PHK yang dilakukan Putusan Pengadilan yang berkekuatan
oleh PT SEROJA LUKINDO SARI hukum tetap (inchract)(Mukti Fajar dan
terhadap NUR SULISTIYONO. Dalam Achmad). Adapun tipe penelitian ini
Putusannnya Mahkamah Agung menolak adalah deskriptif analitis yang sumber
permohonan Kasasi yang diajukan oleh hukumnya berasal dari data sekunder yakni
Pekerja (Nur Sulistiyono) dan menyatakan bahan-bahan hukum yang mempunyai
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya relevansi dengan permasalahan Pemutusan
Nomor 136/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Sby Hubungan Kerja dan Putusan Mahkamah
tidak bertentangan dengan hukum dan/atau Agung RI Nomor 1088 K/Pdt.Sus-
Undang-Undang, namun Penulis PHI/2019 terkait pembayaran Upah Proses.
berpendapat Upah Proses yang diputuskan Perjanjian Kerja merupakan suatu
oleh Pengadilan Negeri Surabaya tidak perjanjian dimana pihak pertama yaitu
sesuai dengan ketentuan Pasal 155 ayat (3) Buruh yang mengikatkan diri untuk
UU No.13 Tahun 2003. bekerja dengan seorang
Berdasarkan uraian latar belakang Majikan/Pengusaha yang mengikatkan diri
di atas, maka Penulis mengangkat 2 (dua) untuk mengerjakan Buruh itu dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam membayar Upah. Kedudukan hukum
penulisan hukum ini, yaitu : antara kedua belah pihak tidak sama dan
1. Apakah alasan Pemutusan Hubungan seimbang karena ada ketentuan dimana
Kerja dalam Putusan Mahkamah pihak Buruh mau tidak mau harus tunduk
Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus- pada Peraturan Perusahaan yang dibuat
PHI/2019 yang dilakukan oleh oleh Pengusaha.
Pengusaha telah sesuai menurut Berikut syarat sahnya Perjanjian
ketentuan Undang-Undang No.13 / Kerja, sebagaimana disebutkan dalam
2003 tentang Ketenagakerjaan ? ketentuan Pasal 52 ayat (1) UU

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 106


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja dibuat Asas Kebebasan Berkontrak


atas dasar: Semua orang bebas membuat
a) Kesepakatan dua belah pihak; perjanjian selama memenuhi syarat sahnya
b) Kemampuan atau kecakapan perjanjian dan tidak melanggar hukum,
melakukan perbuatan hukum kesusilaan, serta ketertiban umum.
c) Adanya pekerjaan yang
diperjanjikan; dan Asas Kepastian Hukum
d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak Apabila terjadi sengketa dalam
bertentangan dengan ketertiban pelaksanaan perjanjian, contohnya salah
umum, kesusilaan dan peraturan satu pihak melakukan wanprestasi, maka
perundang-undangan yang berlaku. hakim dengan keputusannya dapat
memaksa agar pihak yang melanggar itu
Terdapat 3 unsur Hubungan Kerja melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam Perjanjian Kerja yang harus sesuai perjanjian, bahkan hakim dapat
dipenuhi yaitu : memrintahkan pihak yang lain ganti rugi.
1) Pekerjaan, dalam Hubungan Kerja
sudah pasti adanya pekerjaan yang Asas Konsesualisme
harus diselesaikan oleh Pekerja yang Asas konsesualisme artinya
telah disepakati oleh kedua belah kesepakatan, yaitu pada dasarnya
pihak. Pasal 1603 KUHPerdata perjanjian sudah lahir sejak detik
menyatakan “Buruh wajib melakukan tercapainya kata sepakat.
pekerjaan yang diperjanjikan menurut
kemampuannya dengan sebaik- Asas Pacta Sunt Servanda
baiknya. Jika sifat dan luasnya Pasal 1338 (1) KUHPerdata
pekerjaan yang harus dilakukan tidak mengatur bahwa semua perjanjian yang
dirumuskan dalam perjanjian atau dibuat berlaku bagi orang yang membuat
relegmaen, maka hal itu ditentukan perjanjian itu sendiri menurut Undang-
oleh kebiasaan.” (Grahmedia). Undang. Artinya kedua belah pihak
berkewajiban untuk mentaati dan
2) Perintah, dalam sebuah Hubungan melaksanakan kesepakatan yang dicapai
Kerja artinya ada pihak yang sesuai dengan Undang-Undang. Oleh
memberi perintah dan ada yang karena itu, akibat dari asas pacta sunt
wajib melakukan perintah itu, yaitu servanda adalah perjanjian tidak dapat
Pekerja. Unsur perintah dapat ditarik kembali tanpa persetujuan pihak
berupa intruksi, target kerja, dan lain. Pasal 1338 ayat 2 “KUHP” mengatur
lain-lain. Pekerja mempunyai bahwa perjanjian tidak dapat dicabut
kewajiban untuk tunduk pada kembali tanpa persetujuan kedua belah
perintah Perusahaan diatur dalam pihak atau karena alasan yang cukup
KUHPerdata pasal 1603 b. Upah, menurut Undang-Undang.
unsur Upah ini merupakan hak
Pekerja yang dinyatakan dalam Asas Itikad Baik
bentuk uang sebagai imbalan atas Itikad baik artinya keadaan batin
pekerjaan dan/atau jasa yang telah para pihak dalam membuat dan
diberikan ke Pekerja dari Pengusaha. melaksanakan perjanjian harus jujur,
terbuka, dan saling percaya.
Adapun Asas-Asas Perjanjian:

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 107


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

Asas Kepribadian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020


Prinsip ini menyangkut subjek tentang Cipta Kerja bahwa Pengusaha
yang terikat dalam perjanjian. Asas memberitahukan maksud dan alasan PHK
kepribadian dalam KUHPerdata diatur tersebut kepada Pekerja/atau Serikat
dalam Pasal 1340 (1), yang mengatur Pekerja.
bahwa suatu perjanjian hanya berlaku Apabila Pekerja telah diberitahu
antara para pihak yang mengadakan dan menolak PHK, barulah diselesaikan
perjanjian. Pernyataan tersebut melalui perundingan birpartit antara
mengandung pengertian bahwa Pengusaha dengan Pekerja dan/atau Serikat
kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah Pekerja. (Pasal 151 ayat (3) Undang-
pihak hanya berlaku bagi orang yang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
membuat kesepakatan. Cipta Kerja (Kluster Ketenagakerjaan).
Jika perundingan bipartit tidak
Tinjauan Khusus Tentang mencapai kesepakatan, PHK diselesaikan
Pemutusan Hubungan Kerja ke tahap berikutnya sesuai mekanisme
Pemutusan Hubungan Kerja Penyelesaian Perselisihan Hubungan
(PHK) merupakan awal dari kesulitan Industrial. (Pasal 151 ayat (4) Undang-
yang akan dihadapi Pekerja dan Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
keluarganya. Oleh karena itu, Pengusaha, Cipta Kerja (Kluster Ketenagakerjaan).
Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat
Buruh dan pemerintah harus melakukan Teori Keadilan
segala upaya untuk mencegah terjadinya Menurut John Rawls, keadilan
Pemutusan Hubungan Kerja. pada dasarnya adalah prinsip kebijakan
Pemutusan Hubungan Kerja rasional yang berlaku pada konsep
adalah pengakhiran Hubungan Kerja penjumlahan kesejahteraan semua
karena suatu hal tertentu yang kelompok dalam masyarakat. Untuk
mengakibatkan berakhirnya hak dan mencapai keadilan semacam ini, wajar jika
kewajiban antara Pekerja dan seseorang memaksakan pemuasan
Perusahaan/Majikan. Hal ini dapat terjadi keinginannya sesuai dengan asas
karena pengunduran diri, pemberhentian kemanfaatan, karena hal ini dilakukan
oleh Perusahaan atau habis kontrak. untuk meningkatkan keuntungan bersih
Tergantung pada alasannya, kepuasan bagi anggota masyarakat.
Pemutusan Hubungan Kerja mungkin Kesetaraan dapat menetapkan asas
memerlukan atau tidak memerlukan keadilan, karena pada dasarnya hukum
pembentukan Lembaga Penyelesaian harus menjadi pedoman agar orang dapat
Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI). mempertahankan kedudukan yang adil
Namun dalam praktiknya, tidak semua dengan tetap memperhatikan kepentingan
Pemutusan Hubungan Kerja yang perlu pribadinya, bertindak secara proporsional
disepakati dilaporkan ke agen jasa tenaga dengan haknya sendiri, dan tidak
kerja, baik karena tidak diperlukan melanggar hukum yang berlaku. Oleh
kesepakatan dan Pemutusan Hubungan karena itu, keadilan sebagai bentuk
Kerja tidak akan menimbulkan sengketa tanggung jawab sangat erat kaitannya
hukum, atau karena Pekerja tidak dengan hak dan kewajiban para pihak
mengetahui hak-haknya. ketika melakukan perjanjian.
Dalam hal PHK tidak dapat Dalam melihat keadilan yang
dihindari, maka sesuai Pasal 151 ayat (2) terdapat di kasus ini, Penulis menggunakan

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 108


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

teori keadilan dari John Rawls. John Rawls ke-1 diberikan karena Pekerja tidur disaat
merupakan salah satu tokoh filsafat yang jam kerja, Pengusaha berharap agar
berpendapat bahwa harus adanya Pekerja memperbaiki kinerjanya, tetapi
persamaan hak antara manusia satu dengan pada kenyataannya tidak berubah lebih
manusia lainnya. Rawls juga mengatakan baik sehingga pada tanggal 12 Oktober
bahwa, sebaik apapun suatu hukum tapi 2017 surat peringatan yang ke-2 diberikan
jika itu mengorbankan orang lain, maka karena Pekerja tidak mengerjakan laporan
hal itu tidak dibenarkan. Untuk mengkaji kerja, oleh karenanya atas dasar kinerja
penulisan ini, Penulis menggunakan Pekerja yang tidak tertib dengan Pertaturan
metode yang bersifat deskriptif analisis, Perusahaan, maka selanjutnya pada tanggal
yaitu menjelaskan mengenai keadilan yang 13 Oktober 2017 Pekerja di beri Surat
ada dalam kasus ini, kemudian dianalisis Peringatan yang ke-3 pada dasarnya
dengan menggunakan UU No.13 Tahun Pengusaha masih berharap kepada Pekerja
2003. Metode penelitian yang digunakan untuk memperbaiki kinerjanya, walaupun
adalah kepustakaan, dengan Undang- Pekerja sudah diberi surat peringatan
Undang No.13 Tahun 2003 Tentang sebanyak 3 (tiga) kali yang jangka
Ketengakerjaan sebagai sumber penelitian waktunya 6 (enam) bulan, namun pada
dan ditinjau dari pendapat John Rawls kenyataanya kinerja Pekerja masih tetap
mengenai konsep keadilan. tidak berubah sehingga pada tanggal 3
April 2018 Pekerja diberi surat peringatan
Analisa Dan Pembahasan yang terakhir yang merupakan sekaligus
Kasus posisi hari terakhir Pekerja dan besoknya pada
Pekerja Kasasi Nur Sulistiyono tanggal 4 April 2018 tidak boleh masuk
yang memberikan kuasa kepada kerja seperti biasanya di PT Seroja
Persaudaraan Buruh Surabaya pada tanggal Lukindo Lestari. Selanjutnya Persaudaraan
12 Nopember 2018, Nur Sulistiyono Buruh Surabaya yang telah menerima
mengajukan Permohonan Kasasi kepada kuasa dari Pekerja mengirim surat
Pengusaha Kasasi yaitu PT Seroja Lukindo pengajuan perundingan Bipartit yang
Lestari yang merupakan Perusahaan pertama pada tanggal 4 April 2018 untuk
Manufactoring yang meliputi Bidang melakukan klarifikasi, namun surat
Usaha, memproduksi : Industri Kompor, pengajuan perundingan Bipartit yang
Oven, ventilator, Tangki air, Kitchen Sink, pertama tersebut tidak ditanggapi oleh
dengan merk “Hock” yang beralamat di pihak Pengusaha, yaitu PT Seroja Lukindo
Jalan Kalianak No. 55 A-1, Surabaya. Lestari. Selanjutnya karena tidak ada
Pekerja sudah bekerja di PT Seroja tanggapan dari pihak Pengusaha maka
Lukindo Lestari sejak bulan Nopember Persaudaraan Buruh Surabaya yang
2011 dan pada saat diputus Hubungan mewakili Pekerja yaitu Nur Sulistiyono,
Kerjanya dengan gaji terakhir sebesar mengirimkan sekali lagi surat pengajuan
Rp.3.583.321. perundingan bipatrit yang kedua pada
Perselisihan diawali adanya tanggal 26 April 2018, namun surat
Pemutusan Hubungan Kerja sepihak oleh pengajuan perundingan bipatrit yang
HRD Pengusaha, yaitu PT Seroja Lukindo keduapun tidak ditanggapi oleh pihak
Lestari tertanggal 3 April 2018 karena Pengusaha, yaitu PT Seroja Lukindo
Pekerja telah diberikan Surat Peringatan Lestari, maka pada tanggal 21 Mei 2018
sebanyak 4 (kali) kali, Pada tanggal 10 Persaudaraan Buruh Surabaya yang
Juni 2017 dimana surat peringatan yang mewakili Pekerja untuk mengadukan

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 109


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

Permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja putus terhitung sejak Putusan tersebut


sepihak oleh Pengusaha, ke Mediator dibacakan dan atas PHK tersebut PT
Hubungan Industrial Dinas tenaga kerja Seroja Lukindo Lestari sesuai dengan pasal
Pemerintah kota Surabaya. Hasil Mediasi 161 ayat (1) UU 13 / 2003 ”Dalam hal
tersebut Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran
Kota Surabaya mengeluarkan surat ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Anjuran dengan nomor : 98 / PHI / IX Kerja, Peraturan Perusahaan atau
/2018 yang pada intinya menyatakan agar Perjanjian Kerja Bersama, Pengusaha
pihak Pengusaha yaitu PT Seroja Lukindo dapat melakukan Pemutusan Hubungan
Lestari untuk memberikan hak Pesangon Kerja, setelah kepada Pekerja/Buruh yang
kepada pihak Pekerja berupa Uang bersangkutan diberikan surat peringatan
Pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
Pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan turut”. Dan menghukum PT Seroja
Masa Kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Lukindo Lestari membayar uang
Pasal 156 ayat (3), dan Uang Pengantian kompensasi kepada Nur Sulistiyono yaitu
Hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), berdasarkan ketentuan Pasal 161 ayat (3)
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156
Ketenagakerjaan, dengan perincian sebagai ayat (2), usng penghargaan masa kerja
berikut : sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156
1. Uang Pesangon (UP) : 7 X ayat (3) dan Uang Pengantian Hak sesuai
Rp.3.583,321 = ketentuan Pasal 156 ayat (4) UU 13 / 2003
Rp. 25.083.184, jo Pasal 155 Undang-Undang yang sama
2. Uang Penghargaan Masa Kerja tentang Upah Proses dan Putusan
(UPMK) 3 x Rp.3.583.321 = Rp. Mahkamah Konstitusi No.37/PUU-
10.749.936 IX/2011 dengan jumlah total sebesar Rp.
Jumlah (UP+UPMK) = Rp. 35.833.120 Rp.22.574.824 dengan perincian sebagai
3. Uang Pengantian Hak 15% x Rp. berikut :
35.833.120 = Rp. 5.374.988. 1) Uang Pesangon : 2 x Rp.3.583.312
4. Total Yang diterima Pekerja= = Rp.7.166.624
Rp.41.208.088. 2) Uang Pengantian Hak : 15% x
Rp.7.166.624 =
Namun Pengusaha tetap tidak Rp.1.074.993
merespon dan menanggapi isi Anjuran 3) Upah Proses 2 bulan : 2 x Rp.
tersebut maka Pekerja melanjutkan proses Rp.3.583.312 =
penyelesain perselisihan yang terjadi ke Rp.7.166.624
PHI PN Surabaya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan barang bukti dan keterangan Memori Kasasi Pekerja
saksi-saksi maka PHI PN Surabaya dengan Atas Putusan PHI PN Surabaya
nomor 136/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Sby dengan Nomor 136/Pdt.Sus PHI/2018/PN
yang pada intinya menyatakan bahwa Sby tersebut Pekerja yaitu Nur Sulistiyono
Pekerja pada dasarnya bersedia diputus mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung
Hubungan Kerjanya dikarenakan Pekerja R.I. (yang selanjutnya disebut “MA”) yang
telah mendapatkan Surat Peringatan pada intinya berisi Pekerja meminta agar :
sampai 4 (empat) kali, lalu menyatakan 1. Menerima dan mengabulkan
bahwa Hubungan Kerja antara PT Seroja Permohonan Kasasi dan
Lukindo Lestari dengan Nur Sulistiyono Membatalkan Putusan Pengadilan

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 110


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

Hubungan Industrial Surabaya atas MA berpendapat Putusan PHI PN


tertanggal 7 Februari 2019, Surabaya dalam perkara ini tidak
dengan Register Perkara Nomor bertentangan dengan hukum dan/atau
136/Pdt.Sus-PHI/218/PN Sby; Undang-Undang, maka permohonan
2. Menghukum Pengusaha untuk Kasasi yang diajukan oleh Nur Sulistiyono
membayar Upah Proses selama 6 tersebut harus ditolak dengan demikian
bulan sejak tanggal 4 april 2018 maka Amarnya sesuai yang akan
hingga tanggal 4 Oktober 2018 disebutkan dibawah ini :
dengan nilai sebesar Menimbang, bahwa karena nilai
Rp.21.499.872. gugatan dalam perkara ini di bawah
3. Menghukum Pengusaha untuk Rp.150.000.000 (Seratus Lima Puluh Juta
membayar tunai dan sekaligus, Rupiah) seperti yang ditentukan dalam
Uang Pesangon, Uang Pasal 58 Undang-Undang nomor 2 tahun
Penghargaan Masa Kerja, Uang 2004 maka biaya perkara pada tingkat
Pengantian Hak, dan Upah Proses Kasasi di Mahkamah Agung ini akan
sebesar Rp.62.707.960,00. dibebankan kepada Negara.
Memperhatikan, UU 13 / 2003,
Kontra Memori Kasasi Pengusaha Undang-Undang Hukum Acara PHI dalam
Terhadap memori Kasasi yang hal ini Undang-Undang No. 2 Thn 2004
disebutkan di atas makan Pengusaha tentang Penyelesaian Perselisihan
Kasasi dalam hal ini PT Seroja Lukindo Hubungan Industrial, Undang-Undang
Lestari mengajukan kontra memori Kasasi No.48 Thn 2009 tentang Kekuasaan
yang pada pokoknya Pengusaha secara Kehakiman dan Undang-Undang No.14
tegas menolak permohonan Kasasi dari Thn 1985 tentang MA sebagaimana telah
Pekerja Kasasi dalam hal ini Nur diubah dengan Undang-Undang No.5 Thn
Sulistiyono. 2004 dan perubahan ke-2 dengan Undang-
Undang No.3 Thn 2009 serta peraturan
Pertimbangan Hukum dan Amar perundang-undangan lain yang
Putusan Kasasi Nomor 1088 K/Pdt.Sus- bersangkutan. Amar selengkapnya sebagai
PHI/2019 berikut:
Hakim Kasasi berpendapat bahwa 1) Menolak permohonan Kasasi
alasan permohonan Kasasi tidak dapat dari Pekerja Kasasi Nur
dibenarkan berdasarkan hasil pemeriksaan Sulistiyono;
memori Kasasi yang dihubungkan juga 2) Membebankan biaya perkara
dengan pertimbangan Judex Facti dalam kepada Negara;
hal ini adalah PHI PN Surabaya tidak salah
menerapkan hukum, dengan pertimbangan Analisis Yuridis Tentang Alasan
sebagai berikut : Pemutusan Hubungan Kerja
Bahwa PHK oleh PT Seroja Proses PHK yang dilakukan PT
Lukindo Lestari terhadap Nur Sulistiyono Seroja Lukindo Lestari terhadap
karena melanggar Peraturan Perusahaan Pekerjanya atas nama Nur Sulistiyono
dan telah diberi SP sebanyak 4 (empat) diawali dengan pemberian Surat
kali, maka Pekerja berhak mendapatkan Peringatan (SP) yang ke-4 seperti yang
kompensasi PHK sebagaimana telah telah dijelaskan di atas. Analisa Penulis
dipertimbangkan oleh Judex Facti Bahwa terhadap Proses PHK tersebut akan Penulis
terlepas dari pertimbangan disebutkan di ulas dengan lengkap disini dengan tujuan

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 111


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

pembaca dapat mengetahui apakah proses peringatan (SP) tersebut ada keterangan
PHK yang terjadi telah sesuai dengan yang sudah dibaca dan ditanda tangani
ketentuan perundang-perundangan yang oleh Pekerja yaitu “Bilamana dalam masa
berlaku dalam hal ini UU No. 13 / 2003 peringatan ini yang bersangkutan belum
dan Undang-Undang terkait lainnya. berubah sikap dan tetap melakukan
Pada tanggal 10 Juni 2017 Pekerja kesalahan / pelanggaran terhadap Peraturan
telah diberi surat peringatan yang ke-1 Perusahaan (PP), maka dapat dikenakan
dengan alasan Pekerja tidur disaat jam sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
kerja, kemudian setelah itu Pekerja tanpa Pesangon dan tanpa tuntutan dalam
menerima dan menandatangani surat bentuk apapun”. Maka dalam gugatannya
peringatan ke-1 tersebut, Pengusaha Pekerja mengakui telah diberikan Surat
berharap agar Pekerja memperbaiki Peringatan sampai 4 (empat) kali, dan
kinerjanya, tetapi pada kenyataannya dalam mengajukan gugatan Pemutusan
Pekerja tidak berubah lebih baik sehingga Hubungan kerja kepada Pengadilan
pada tanggal 12 Oktober 2017 di berikan Hubungan Industrial pada Pengadilan
surat peringatan ke-2 dengan alasan tidak Surabaya, berdasarkan UURI No. : 13
mengerjakan laporan kerja, oleh karenanya Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
atas dasar kinerja Pekerja yang tidak tertib Pasal 161 ayat (1) yang berbunyi “ Dalam
terhadap ketentuan yang sudah diatur hal Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran
dalam Peraturan Perusahaan (PP), maka ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
selanjutnya pada tanggal 13 oktober 2017 Kerja, peraturan Perusahaan, atau
Pengusaha memberikan surat peringatan Perjanjian Kerja Bersama, Pengusaha
ke-3 terhadap Pekerja, pada dasarnya dapat melakukan Pemutusan Hubungan
Pengusaha masih berharap kepada Pekerja Kerja, setelah kepada Pekerja/Buruh yang
untuk memperbaiki kinerjanya, walaupun bersangkutan diberikan surat peringatan
Pekerja sudah menerima surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
yang ke-3 (tiga) yang jangka waktunya 6 turut”.
(enam) bulan, namun pada kenyataanya Dari uraian di atas Penulis melihat
kinerja Pekerja tidak berubah menjadi bahwa PT Seroja Lukindo Lestari
lebih baik, sehingga 6 (enam) bulan melakukan PHK terhadap Nur Sulistiyono
berikutnya yaitu tepat pada tanggal 3 karena telah melanggar Peraturan
April 2018 PT Seroja Lukindo Lestari Perusahaan (PP) hingga diberikan Surat
memberikan Surat Peringatan (SP) yang Peringatan (SP) sebanyak 4 (empat) kali.
terakhir terhadap Pekerja yang merupakan Penulis berpendapat lain dengan
sekaligus hari terakhir Pekerja bekerja di pernyataan PT. Seroja Lukindo Lestari
PT Seroja Lukindo Lestari dengan alasan dalam fom Surat Peringatan (SP) yang
Pekerja telah ganti baju dan duduk-duduk menyatakan bahwa “Bilamana dalam masa
10 menit sebelum waktunya pulang. peringatan ini yang bersangkutan belum
Dengan adanya Pemutusan Hubungan berubah dan tetap melakukan
Kerja (PHK) yang didasarkan atas adanya kesalahan/pelanggaran terhadap Peraturan
surat peringatan (SP) hingga 3 (tiga) kali. Perusahaan (PP), maka dapat dikenakan
Pihak PT Seroja Lukindo Lestari sanksi Pemutusan Hubungan kerja (PHK)
menyatakan Pekerja telah menerima dan tanpa Pesangon dan tanpa tuntutan dalam
menyetujui adanya surat peringatan (SP) bentuk apapun”.
yang telah diberikan oleh Pengusaha yang Karena Pekerja yang melakukan
bahwa pada dasarnya di dalam fom surat pelanggaran dan telah menyetujui/

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 112


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

menandatangani SP tetap berhak 1. Uang Pesangon (UP) : 7 x


mendapatkan Pesangon sesuai ketentuan Rp.3.583,312 =
Pasal 161 ayat (3) Undang-Undang Nomor Rp.25.083,184.
13 Tahun 2003 tentang Keternagakerjaan 2. Uang Penghargaan Masa Kerja
“Pekerja/Buruh yang mengalami (UPMK); 3 x Rp. 3.583.321 =
Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan Rp.10.749,936.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Jumlah (UP + UPMK) =
memperoleh Uang Pesangon sebesar 1 Rp.35.833.120
(kali) ketentuan Pasal 156 ayat (2), Uang 3. Uang Pengantian Hak 15% x
Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu) Rp.35.833.120 = Rp.5.374.988
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan Uang Total Kompensasi Yang diterima=
Pengantian Hak sesuai ketentuan Pasal 156 Rp.41.208.088.
ayat (4)”. Setelah Penulis mempelajari Selain Pekerja menggugat
seksama isi Putusan Nomor 136/Pdt.Sus- Pengusaha untuk membayar Uang
PHI/2018/PN Sby maka Penulis Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja
berpendapat bahwa pelaksanaan PHK atas dan Uang Penggantian hak, Pekerja juga
Nur Sulistiyono dengan alasan melanggar menggugat Pengusaha agar membayar
Peraturan Perusahaan telah sesuai dengan Upah selama tidak dikerjakan oleh
ketentuan Pasal 161 ayat (1). Pengusaha. Dasar Hukumnya selama
belum ada penetapan Lembaga
Analisis Yuridis Tentang Jumlah Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Kompensasi PHK dalam Putusan Industrial sesuai pasal 155 ayat (1) UURI
Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019 No. : 13 tahun 2003 tentang
Atas dasar pasal 161 ayat (1) Ketenagakerjaan yang berbunyi
dalam gugatannya Pekerja menarik pasal “Pemutusan Hubungan Kerja tanpa
161 ayat (3) untuk merinci perhitungan penetapan sebagaimana dalam pasal 151
Uang Pesangon Pekerja yang berbunyi ayat (3) batal demi hukum” dimana dalam
“Pekerja/Buruh yang mengalami pasal tersebut menyatakan bahwa “Dalam
Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan hal perundingan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam ayat (2) benar-benar tidak
memperoleh Uang Pesangon sebesar 1 menghasilkan persetujuan, Pengusaha
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), hanya dapat memutuskan Hubungan Kerja
Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 dengan Pekerja/Buruh setelah memperoleh
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan penetapan dari Lembaga Penyelesaian
Uang Pengantian Hak sesuai ketentuan Perselisihan Hubungan Industrial”. Karena
Pasal 156 ayat (4)”. Berdasarkan Pekerja belum ada penetapan dari Lembaga
mulai masuk kerja pada bulan Nopember Penyelesaian Perselisihan Hubungan
2011 sampai diputus Hubungan Kerjanya Industrial dan Pengusaha tidak
pada tanggal 3 April 2018, yang berarti mengijinkan Pekerja bekerja seperti
masa kerja Pekerja yaitu 6 (enam) tahun biasanya, maka Pekerja menuntut Upah
lebih 5 (lima) bulan, dan selanjutnya selama tidak dipekerjakan mulai tanggal 4
perhitungan gugatan Uang Pesangon yang April 2018 sampai tanggal 4 Oktober 2018
diajukan Pekerja sesuai ketentuan- yaitu :
ketentuan di atas adalah : - 6 x Rp.3.583.321 =
Rp.21.499,872
Berdasarkan bukti-bukti yang

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 113


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

diajukan pihak Pengusaha menyatakan namun Nur Sulistiyono tidak setuju dengan
bahwa Pekerja yaitu Nur Sulistiyono saat Putusan PHI PN Surabaya dengan Nomor
bekerja di Perusahaan Pengusaha yaitu PT 136/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Sby tertanggal 7
Seroja Lukindo Lestari pada Nopember Februari dengan amar Putusan yang pada
2011, pada saat itu Pekerja merupakan intinya menyatakan Hubungan Kerja
pegawai PT Dambosko Bronton selaku antara Pekerja dan Pengusaha putus
Perusahaan yang bergerak dibidang terhitung sejak Putusan tersebut dibacakan
penyedia tenaga kerja yang pernah sesuai Pasal 161 ayat (1) Undang-Undang
berhubungan hukum dengan Pengusaha No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
melalui Kontrak Kerja Nomor : 504 / DB / yang menyatakan “Dalam hal
IV / 2016 yang pada tanggal 27 April 2016 Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran
telah dibubuhi cap dan telah dicatatkan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
dalam buku khusus Notaris Drs. Sudjono Kerja, Peraturan Perusahaan atau
Susilo, S.H., namun kontrak kerja antara Perjanjian Kerja Bersama, Pengusaha
Pengusaha dan PT Dambosko Bronton dapat melakukan Pemutusan Hubungan
berakhir pada 28 April 2017 yang Kerja, setelah kepada Pekerja/Buruh yang
merupakan sekaligus awal masa kerja bersangkutan diberikan surat peringatan
Pekerja di Perusahaan Pengusaha sampai pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
dengan terjadinya PHK pada 3 April 2018 turut” serta menghukum Pengusaha
dengan jabatan terakhir Pekerja sebagai membayar uang kompensasi sesuai
Cleaning Service (CS) yang berarti masa ketentuan Pasal 161 ayat (3) yaitu Uang
kerja Pekerja hanya 1 (satu) tahun. Pesangon 1 kali sesuai ketentuan Pasal 156
Berdasarkan hasil pemeriksaan di ayat (2), Uang Pengantian Hak sesuai
persidangan di PHI PN Surabaya tersebut ketentuan Pasal 156 ayat (4), serta Upah
terungkap bahwa masa kerja Pekerja selama proses Pemutusan Hubungan Kerja
adalah sejak berakhirnya kontrak kerja sebesar 2 bulan Upah Pekerja sesuai
antara Pengusaha dan PT Dambosko ketentuan 155 ayat (2) Undang-Undang
Bronton, yaitu tanggal 28 April 2017 No.13 Tahun 2003 Jo pasal 100 Undang-
sampai dengan terjadinya PHK yaitu pada Undang No.2 Tahun 2004 dan Surat
bulan April 2018 (1 tahun/12 bulan). Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
Dalam penyelesaian perselisihan 2015 sebesar Rp.22.574.824 dengan
PHK yang dilakukan oleh PT Seroja perincian sebagai berikut :
Lukindo Lestari terhadap Nur Sulistiyono 1. Uang Pesangon : 2 x Rp.3.583.312
(Pekerja) dari yang diawali dengan tidak = Rp.7.166.624
ditanggapinya “Surat Pengajuan 2. Uang Pengantian Hak : 15% x
Perundingan Bipartit” yang pertama dan Rp.7.166.624 = Rp.1.074.993
kedua serta gagalnya perundingan melalui 3. Upah Proses : 2 x Rp.3.583.321 =
Mediasi dengan Mediator Dinas Tenaga Rp.7.166.624
Kerja Pemerintah Kota Surabaya sehingga Namun mengingat tanggal 4 April
dalam penyelesaian perselisihan PHK 2018 Pekerja tidak boleh masuk kerja
tersebut Nur Sulistiyono menggugat PT seperti biasanya oleh PT Seroja Lukindo
Seroja Lukindo Lestari ke PHI PN Lestari, maka Upah Proses yang tertuang
Surabaya dan upaya hakim PHI PN dalam Putusan Nomor 136/Pdt.Sus-
Surabaya agar kedua belah pihak yang PHI/2018/PN Sby tertanggal 7 Februari
berperkara untuk dapat menyelesaikan 2019 yang diperkuat oleh Putusan pada
perselisihan yang terjadi secara damai tingkat Kasasi dengan Nomor 1088

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 114


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

K/Pdt.Sus-PHI/2019 tidak sesuai dengan 1) Majelis Hakim PHI PN Surabaya dalam


Pasal 155 ayat (2) UU 13 / 2003 yang memutuskan perkara ini memberikan
mengatur kewajiban Pengusaha dan Upah Proses kepada Pekerja sebesar 2
Pekerja/Buruh “Selama Putusan lembaga bulan Upah Pekerja Kasasi
penyelesaian perselisihan industrial belum bertentangan dengan UU 13 / 2003
ditetapkan, baik Pengusaha maupun pasal 155 ayat (2) “Selama Putusan
Pekerja/Buruh harus tetap melaksanakan lembaga penyelesaian perselisihan
kewajibannya” dan ayat (3) “Pengusaha industrial belum ditetapkan, baik
dapat melakukan penyimpangan terhadap Pengusaha maupun Pekerja/Buruh
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam harus tetap melaksanakan
ayat (2) berupa Tindakan skorsing kepada kewajibannya” dan ayat (3) “Pengusaha
Pekerja/Buruh yang sedang dalam proses dapat melakukan penyimpangan
Pemutusan Hubungan Kerja dengan tetap terhadap ketentuan sebagaimana
wajib membayar Upah beserta hak-hak dimaksud dalam ayat (2) berupa
yang wajib di terima Pekerja/Buruh” Tindakan skorsing kepada
(Undang-Undang). Pekerja/Buruh yang sedang dalam
Maka dari itu Penulis berpendapat proses Pemutusan Hubungan Kerja
bahwa Hakim dalam memutus perkara ini dengan tetap wajib membayar Upah
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana beserta hak-hak yang wajib di terima
dimaksud di atas. Atas Putusan tersebut Pekerja/Buruh” dan Putusan MK No.37
Pekerja dalam hal ini Pekerja (Nur Tahun 2011 serta Sema No.3 Tahun
Sulistiyono) merasa keberatan sehingga 2015 (Undang-Undang).
mengajukan Permohonan Kasasi ke
Mahkamah Agung tertanggal 26 Februari 2) Putusan Majelis Hakim Mahkamah
2019. Selanjutnya berdasarkan hasil rapat Agung dengan menyatakan bahwa PHI
musyawarah Majelis Hakim pada PN Surabaya tidak salah menerapkan
Mahkamah Agung yang dilaksanakan pada hukum yang sudah jelas. Putusan
hari Senin tanggal 16 Desember 2019 yang tersebut bertentangan dengan ketentuan
menghasilkan Putusan Nomor 1088 sebagaimana dimaksud di atas dan akan
K/Pdt.Sus-PHI/2019 dengan amar Putusan menimbulkan preseden serupa di masa
yang pada intinya menolak permohonan yang akan datang, karena Pengusaha
Kasasi dari Pekerja Kasasi Nur Sulistiyono yang akan melakukan PHK kepada
dan menyatakan Putusan PHI PN Surabaya Karyawannya cenderung meniru pola
tidak salah menerapkan hukum. yang sama.
Penulis tidak sependapat dengan
pendapat Majelis Hakim Mahkamah Kesimpulan
Agung yang menyatakan bahwa PHI PN Berdasarkan analisa dan
Surabaya tidak salah menerapkan hukum. permasalahan di atas, maka dapat ditarik
Alasan Penulis tidak sependapat dengan kesimpulan sebagai berikut : (direvisi
kedua Putusan tersebut yaitu Putusan PHI bagian kesimpulan no.2 dan saran no.2
PN Surabaya yang tertuang dalam Nomor untuk diperjelas mulai tgl berapa dan
136/Pdt.Sus-PHI/2018/PN dan Putusan sampe tanggal berapa tanggal upah proses
Mahkamah Agung Nomor 1088 dalam kasus ini)
K/Pdt.Sus-PHI/2019 adalah sebagai 1. Bahwa alasan PHK yang digunakan
berikut : oleh Pengusaha terhadap Pekerja
disebabkan oleh pelanggaran-

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 115


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

pelanggaran yang dilakukan oleh Hubungan Kerja. Edited by


Pekerja hingga diberi SP sebanyak 4 Yustitisia Pustaka, 1st ed., Pustaka
kali. Maka pada Putusan Nomor 1088 Yustisia, 2014, www.pustaka-
K/Pdt.Sus-PHI/2019 yang memperkuat yustisia.com.
Putusan Nomor 136/Pdt.Sus Husni, Lalu. Penyelesaian Perselisihan
PHI/2018/PN Sby Penulis berpendapat Hubungan Industrial melalui
bahwa PHK dengan alasan melanggar pengadilan & di luar pengadilan.
Peraturan Perusahaan tersebut telah Divisi Buku Perguruan Tinggi,
sesuai dengan ketentuan Pasal 161 ayat RajaGrafindo Persada, 2004.
(1) UU No.13/2003. Zaeni, Asyhadie. Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teori & Praktek Di
2. Bahwa Majelis Hakim Kasasi dalam Indonesia. Edited by Reifmanto,
Putusan Nomor 1088 k/Pdt.Sus- 1st ed., Prenadamedia Group,
PHI/2019 yang memperkuat Putusan 2020.
Nomor 136/Pdt.Sus-PHI/2018/PN telah Jurnal
memutuskan bahwa jumlah Upah Anom, Erman. “KEBIJAKAN UPAH
Proses Pekerja sebesar 2 bulan Upah BURUH MINIMUM SEKTORAL
yaitu 2 x Rp.3.583.32 = Rp.7.166.624. DI KABUPATEN TANGERANG
Penulis berpendapat bahwa Putusan PERSEFEKTIF KOMUNIKASI
Kasasi tersebut tidak sesuai ketentuan POLITIK.” KOMUNIKOLOGI:
Pasal 155 ayat (2) dan ayat (3) UU / 13 Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi,
/ 2003 dan Putusan MK No.37 Tahun vol. 11, no. 1, 2014.
2011 serta SEMA No.3 Tahun 2015, Damanik, Sehat. HUKUM ACARA
karena menurut Penulis Pekerja juga PERBURUHAN Menyelesaikan
berhak menerima Upah Proses sebesar Perselisihan Hubungan Industrial.
6 bulan mulai tanggal 4 April 2018 IV, vol. IV, Dss Publishing, 2004.
hingga tanggal 4 Oktober 2018 atau Ellyzar, Nova, and Mukhlis Yunus.
sejumlah Rp.21.499,872. “Pengaruh Mutasi Kerja, Beban
Kerja, Dan Konflik Interpersonal
Daftar Pustaka Terhadap Stress Kerja Serta
Buku Dampaknya Pada Kinerja Pegawai
Damanik, S. (2006). Hukum Acara Bpkp Perwakilan Provinsi Aceh.”
PerBuruhan Menyelesaikan Jurnal Magister Manajemen, vol.
Perselisihan Hubungan Industrial 1, no.1, 2017, pp. 35-45.
Menurut UU No. 2 Tahun 2004 Charda, S. “Karakteristik Undang-Undang
Disertai Contoh Kasus. Jakarta: Ketenagakerjaan Dalam
DSS Publishing. Perlindungan Hukum Terhadap
Pustaka, Mahardika. Himpunan Peraturan Tenaga Kerja.” Jurnal Wawasan
Perundang-Undangan Republik Yuridika, vol. 32, no.1, 2015, pp.
Indonesia Tentang 1-21.
Ketenagakerjaan. Edited by Grahmedia, Press. Kitab Undang-Undang
Navista, Edisi Revi, Pustaka HUKUM PERDATA. Edited by
Mahardika, 2018, Press Grahmedia, 1st ed.,
Pustakabarupress@yahoo.com. Grahmedia Press, 2013.
Sunyoto, Danang. Juklak PHK : Petunjuk Husni, Lalu. Penyelesaian Perselisihan
Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Industrial melalui

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 116


Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Pekerja Melanggar Peraturan Perusahaan (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1088 K/Pdt.Sus-PHI/2019)

pengadilan & di luar pengadilan.


Divisi Buku Perguruan Tinggi,
RajaGrafindo Persada, 2004.
Prahassacita, Vidya. “Makna Upah Proses
Menurut Mahkamah Konstitusi
Dibandingkan Dengan Beberapa
Putusan Mahkamah Agung”
Jurnal Yudisial, vol. 6, no. 3,
2013, pp. 207-26.
Surya, Deden Muhammad. “Pemutusan
Hubungan Kerja Pada
Pekerja/Buruh Dengan Dasar
Menolak Mutasi Ditinjau Dari
Perspektif Asas Kepastian Hukum
Dan Asas Keadilan.” Jurnal
wawasan Yuridika, vol. 2, no. 2,
2018, pp. 169-86.

Perundang-undangan
Undang-Undang, R.I “Nomor 13 Tahun
2003.” Tentang Ketenagakerjaan,
2003.
Grahmedia, Press. Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Edited by Press
Grahmedia, 1st ed., Grahmedia
Press, 2013.

Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1 Januari 2022 117

You might also like