Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 192

LAPORAN AKHIR

MAHASISWA MAGANG MBKM

Nama : Mohammad Iqbal Munir


NIM : F11119071
Kompetensi : KDK Keairan
Perusahaan : Direktorat Jendral Perumahan Kementrian PUPR

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL PRAKTEK MAGANG : Pembangunan Rumah Khusus untuk


Masyarakat Pasca Bencana Sulawesi
Tengah di Direktorat Jendral Perumahan
Kementerian PUPR
Nama Mahasiswa : Mohammad Iqbal Munir
NPM : F11119071
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Fakultas : Fakultas Teknik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian/seminar praktek magang

DOSEN PEMBIMBING

Martini, ST, MT
NIP. 19720331 199903 2 001

Mengetahui,

KOORDINATOR PROGRAM STUDI

Dr. Sriyati Ramadhani, ST, MT


NIP. 19750925 200501 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL PRAKTEK MAGANG : Pembangunan Rumah Khusus untuk
Masyarakat Pasca Bencana Sulawesi
Tengah di Direktorat Jendral Perumahan
Kementerian PUPR
Nama Mahasiswa : Mohammad Iqbal Munir
NPM : F11119071
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Fakultas : Fakultas Teknik
Telah mengikuti ujian/seminar praktek magang pada tanggal
DOSEN PEMBIMBING DOSEN PENGUJI 1

Ida Sri Oktaviana, ST, MT, M.Sc


NIP.
Martini, ST, MT DOSEN PENGUJI 2
NIP. 19720331 199903 2 001

Ir. Agus Dwijaka, ST, MT


NIP.
DOSEN PENGUJI 3

Ir. Harun Mallisa, ST, MT


NIP.
DOSEN PENGUJI 4

Ir. Hj. Shyama Maricar, Msi


NIP.
Mengetahui,
DEKAN FATEK KOOPRODI S1 TEKNIK SIPIL

Dr. Eng. Andi Rusdin, ST, MT, M.Sc. Dr. Sriyati Ramadhani, ST, MT
NIP. 19710303 199803 1 003 NIP. 19750925 200501 2 011
iv

ABSTRAK
Gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah pada tahun 2018 mengakibatkan dampak
keruskan yang besar khususnya yang berada di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Donggala. Akibat dari bencana itu di perkirakan sekitar 16732
penduduk mengungsi dan menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) menyebutkan 66.926 rumah rusak. Untuk membantu kebutuhan
masyarakat yang terkena bencana khususnya yang kehilangan tempat tinggal
pemerintah melakuan pembangunan rumah khusus pascabencana untuk Sulawesi
Tengah. Rumah khusus merupakan pembangunan rumah yang berbentuk rumah
tunggal, kopel serta rumah deret dengan tripologi berupa rumah tapak atau rumah
panggung serta prasarana, sarana dan utilitas umum. Rumah khusus adalah rumah
yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jendral Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Pembangunan rumah khusus ini berupa hunian tetap yang tersebar di
beberapa daerah Sulawesi Tengah yaitu daerah – daerah yang mengalami dampak
paling serius akibat gempa. Mengingat Sulawesi Tengah merupakan daerah yang
aktif terjadi gempa maka rumah khusus yang dibangun di Sulawesi Tengah adalah
rumah yang dibangun menggunakan teknologi RISHA. RISHA yaitu teknologi
yang di kembangkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
untuk menahan potensi gempa yang bergerak secara horizontal.

Kata Kunci: Gempa Bumi, Rumah Khusus, RISHA


v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kepada kami semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Magang dan
Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di Direktorat Jenderal Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Laporan ini disusun sebagai pertanggung jawaban penulis untuk
melengkapi persyaratan penyelesaian program magang di Dirjen Perumahan
Kementerian PUPR. Tidak dapat disangkal bahwa butuh usaha keras, kegigihan,
dan kesabaran dalam menyelesaikan pekerjaan Laporan Akhir Magang dan Studi
Independen Bersertifikat (MSIB). Namun disadari karya ini tidak akan selesai
tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang mendukung dan membantu.
Terima kasih yang saya sampaikan kepada:
1. Ayah dan Ibu yang telah mendoakan, mendukung, dan memberikan
motivasi.
2. Bapak Dr. Eng. Ir. Andi Rusdin, ST.,MT.,M.Sc.,IPM, selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
3. Bapak Andi Arham Adam, ST.,M.S.c,Ph.D, selaku Wakil Dekan I
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
4. Bapak Dr. Ir. Tutang Muhtar Kamaluddin, ST., M.Sc, selaku Wakil
Dekan II Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
5. Bapak Dr. Rusli, ST., MT, selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
6. Bapak Dr. Kusnindar Abd. Chauf, ST, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
7. Ibu Dr. Sriyati Ramadhani, ST, MT selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Sipil Universitas Tadulako.
8. Ibu Martini, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing selama proses
pelaksanaan Magang.
9. Segenap dosen dan staf tata usaha Jurusan Teknik Sipil yang telah
mendukung dan memberikan ilmu selama kuliah di Universitas Tadulako.
vi

10. Ibu Erpika Ansela Surira, ST. selaku kepala Satuan Kerja Penyediaan
Perumaha.
11. Bapak Zulfahmi, S.T selaku PPK Hunian Tetap Pascabencana sulawesi
tengah dan sekaligus mentor saya selama proses pelaksanaan magang.
12. Bapak Aloysius Rio, S.T. selaku pembimbing selama proses pelaksanaan
magang.
13. Sahabat, dan teman-teman yang telah mendukung selama pelaksanaan
program magang berlangsung.
14. Semua Pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan program
magang dan penyusunan laporan magang ini yang tidak bisa mahasiswa
sebutkan semuanya.
Dari segala keterbatasan penyusunan laporan ini kiranya dapat dimaklumi
sebagai suatu proses pembelajaran bagi mahasiswa menuju tahap yang lebih baik,
karena disadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih kurang dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun sangat diharapkan untuk
memperbaiki laporan ini kedepannya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam
pengetahuan kualitas intelektual dalam pemahaman ilmu teknik sipil.

Palu, 2023

Mohammad Iqbal Munir


F 111 19 071
vii

DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ I-1
1.2 Ruang Lingkup ....................................................................................... I-3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... I-3
1.4 Manfaat ................................................................................................... I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... II-1
2.1 Magang Studi Independen Bersetifikat (MSIB) ................................... II-1
2.2 Rumah Khusus...................................................................................... II-2
2.3 RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat)............................................. II-5
2.3.1 Spesifikasi Struktural Panel RISHA ............................................. II-5
2.3.2 Spesifikasi Teknis Bahan Cetakan Panel Struktural RISHA ...... II-16
2.3.3 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Bahan Panel RISHA ................... II-19
2.3.4 Komponen Bangunan Struktur Panel Struktural RISHA ............ II-23
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ......................................... III-1
3.1 Profil Kementerian PUPR ................................................................... III-1
3.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perumahan ........................... III-2
3.3 Lingkup Pekerjaan Kementerian PUPR Direktorat Jenderal
Perumahan ...................................................................................................... III-3
3.4 Deskripsi Pekerjaan Penyediaan Rumah Khusus ................................ III-4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... IV-1
viii

4.1 Hasil ..................................................................................................... IV-1


4.1.1 Perencanaan.................................................................................. IV-1
4.1.2 Pengawasan .................................................................................. IV-4
4.1.3 Pengabdian Pada Masyarakat ..................................................... IV-11
4.2 Pembahasan ....................................................................................... IV-16
4.2.1 Kerja Praktek (KP) ..................................................................... IV-19
4.2.2 Rekayasa Pelaksanaan Konstruksi ............................................. IV-30
4.2.3 Kuliah Kerja Nyata (KKN) ........................................................ IV-34
4.2.4 Penyediaan Air Minum .............................................................. IV-37
4.2.5 Manajemen Proyek Terpadu ...................................................... IV-38
4.2.6 Evaluasi Struktur ........................................................................ IV-40
4.2.7 Mekanika Tanah 1 dan Pengatar Geologi .................................. IV-43
4.2.8 K3 Konstruksi ............................................................................ IV-46
BAB V PENUTUP ............................................................................................. V-1
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... V-1
5.2 Saran ..................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................................
ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Panel P1 .......................................................................................... II-6
Gambar 2. 2 Penulangan Panel Struktural 1 ....................................................... II-7
Gambar 2. 3 Panel P2 .......................................................................................... II-9
Gambar 2. 4 Penulangan Panel Struktural 2 (P2) ............................................. II-11
Gambar 2. 5 Panel P3 ........................................................................................ II-13
Gambar 2. 6. Penulangan Panel Struktural 3 (P3) ............................................ II-14
Gambar 2. 7. Cetakan Panel Struktural 1 (P1) .................................................. II-16
Gambar 2. 8. Cetakan Panel Struktural 2 (P2) .................................................. II-18
Gambar 2. 9. Cetakan Panel Struktural 3 (P3) .................................................. II-19
Gambar 2. 10. Pondasi Bangunan RISHA ........................................................ II-24
Gambar 2. 11. Komponen Panel P1 dan P2 sebagai kolom dan balok struktur
RISHA ............................................................................................................... II-25
Gambar 2. 12. Struktur rangka atap kayu ......................................................... II-26
Gambar 2. 13. Struktur rangka atap baja ringan ............................................... II-27
Gambar 2. 14. Dinding pada bangunan struktur RISHA .................................. II-28
Gambar 2. 15. Komponen baut pada struktur RISHA ...................................... II-29
Gambar 2. 16. Pelat baja penyambung pada struktur RISHA........................... II-30
Gambar 2. 17. Angkur Pondasi Struktur RISHA .............................................. II-31

Gambar 3. 1 Stuktur Organisasi Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian


PUPR .................................................................................................................. III-2
Gambar 3. 2 Deskripsi Pekerjaan Penyediaan Rumah Khusus .......................... III-4

Gambar 4. 1. Menghitung Volume Ruang Terbuka Hijau ................................. IV-3


Gambar 4. 2. Denah dan tampak RTH Lambara Segmen 6 ............................... IV-4
Gambar 4. 3 Quality control Pembuatan RISHA............................................... IV-6
Gambar 4. 4 Pengawasan Pekerjaan Bouwplank dan fondasi ............................ IV-7
Gambar 4. 5. Penginstalan panel RISHA ........................................................... IV-8
Gambar 4. 6. Pekerjaan Dinding RISHA ........................................................... IV-9
Gambar 4. 7. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah .............................................. IV-9
x

Gambar 4. 8. Evaluasi K3 Dalam Pekerjaan Hunian Tetap ............................. IV-10


Gambar 4. 9. Pekerjaan Penimbunan Lahan Hunian Tetap ............................. IV-10
Gambar 4. 10. Mengeidentifikasi kerusakan akibat penurunan tanah ............. IV-11
Gambar 4. 11. Sosialisasi Rumah Tahan Gempa ............................................. IV-12
Gambar 4. 12. Survey Sanitasi dan Air Bersih ................................................ IV-13
Gambar 4. 13. Sosialisasi Rencana Penataan Permukiman ............................. IV-14
Gambar 4. 14. Kegiatan Rembuk Mengenai Perbatasan Tanah....................... IV-15
Gambar 4. 15. Diskusi Bersama mentor .......................................................... IV-20
Gambar 4. 16. Menghitung volume RTH ........................................................ IV-20
Gambar 4. 17. Memebuat desain 3D................................................................ IV-21
Gambar 4. 18. Meninjau pekerjaan dinding penahan tanah ............................. IV-21
Gambar 4. 19. Melakukan pengawasan k3 ...................................................... IV-22
Gambar 4. 20. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe...................... IV-23
Gambar 4. 21. Melihat sanitasi huntap............................................................. IV-23
Gambar 4. 22. Meninjau proses pemabngunan huntap Wani .......................... IV-23
Gambar 4. 23. Sosialisai rumah tahan gempa .................................................. IV-24
Gambar 4. 24. Diskusi dengan tim pelaksana pembuatan RISHA .................. IV-24
Gambar 4. 25 Melakukan Quality control pembuatan panel RISHA .............. IV-25
Gambar 4. 26. Diskusi koordinasi kegiatan magang........................................ IV-25
Gambar 4. 27. Quality control pembesian RISHA .......................................... IV-26
Gambar 4. 28. pengujian kuat beton panel RISHA .......................................... IV-26
Gambar 4. 29. Diskusi tentang site plan huntap............................................... IV-27
Gambar 4. 30. Pengawasan penimbunan tanah ................................................ IV-27
Gambar 4. 31. rembuk dengan warga .............................................................. IV-28
Gambar 4. 32. Sosialisasi rencana penataan pemukiman ................................ IV-28
Gambar 4. 33. Workshop huntap Lambara....................................................... IV-29
Gambar 4. 34. Pengawasan pembangunan huntap mandiri ............................. IV-29
Gambar 4. 35. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di Pombewe.
.......................................................................................................................... IV-30
Gambar 4. 36. Diskusi bersama mentor ........................................................... IV-31
Gambar 4. 37. Mengecek progres pekerjaan dinding penahan tanah .............. IV-31
xi

Gambar 4. 38. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe...................... IV-32


Gambar 4. 39. Meninjau pembangunan hunian tetap ...................................... IV-32
Gambar 4. 40. pengawasan quality control pembuatan RISHA ...................... IV-33
Gambar 4. 41. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap mandiri .. IV-33
Gambar 4. 42. pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di Pombewe
.......................................................................................................................... IV-34
Gambar 4. 43. Kegiatan workshop huntap Lambara ........................................ IV-35
Gambar 4. 44. Sosialisasi rencanaan penataan pemukiman ............................. IV-35
Gambar 4. 45. Survey air besih dan sanitasi .................................................... IV-36
Gambar 4. 46. rembuk dengan warga .............................................................. IV-36
Gambar 4. 47. Survey air bersih dan sanitasi ................................................... IV-37
Gambar 4. 48. Menghitung volume RTH ........................................................ IV-38
Gambar 4. 49. List harga material .................................................................... IV-39
Gambar 4. 50. Spesifikasi besi penutup drainase ............................................. IV-39
Gambar 4. 51. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe...................... IV-40
Gambar 4. 52. Meninjau proses pemabngunan huntap Wani .......................... IV-40
Gambar 4. 53. Pengawasan pembangunan huntap mandiri ............................. IV-41
Gambar 4. 54. Quality control pembesian RISHA .......................................... IV-41
Gambar 4. 55. pengujian kuat beton panel RISHA .......................................... IV-42
Gambar 4. 56. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di Pombewe.
………………………………………………………………………………..IV-42
Gambar 4. 57. Meninjau pekerjaan dinding penahan tanah ............................. IV-43
Gambar 4. 58. Pengawasan penimbunan tanah ................................................ IV-44
Gambar 4. 59. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap mandiri .. IV-44
Gambar 4. 60. Meninjau proses pemabngunan huntap Wani .......................... IV-45
Gambar 4. 61. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe...................... IV-45
Gambar 4. 62. Melakukan pengawasan k3 ...................................................... IV-46
Gambar 4. 63. diskusi dengan pelaksana dan pengawas yang berada di pabrik
pembuatan RISHA ........................................................................................... IV-47
Gambar 4. 64. Pengawasan pembuatan RISHA............................................... IV-47
Gambar 4. 65. Diskusi koordinasi kegiatan magang........................................ IV-48
xii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ketentuan Tulangan Panel P1 ............................................................... II-8
Tabel 2. Ketentuan Tulangan Panel P2 ............................................................. II-11
Tabel 3. Ketentuan Tulangan Panel P3 ............................................................. II-14
Tabel 4. Toleransi Ukuran Baja Tulangan Polos .............................................. II-22
Tabel 5. Toleransi Berat Baja Tulangan Sirip ................................................... II-23
I-1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) merupakan salah satu


program yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan yakni Nadiem Makarim di
bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa di seluruh
universitas negeri maupun swasta di Indonesia untuk mengikuti program
magang selama satu semester di perusahaan baik perusahaan konvensional
maupun pemerintah yang menjalin kerjasama dengan Kemedikbud Republik
Indonesia.
Kementerian PUPR merupakan salah satu mitra yang menjalin kerjasama
dengan Kemdikbud untuk mengadakan kegiatan Magang dan Studi
Independen Bersertifikat (MSIB). Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia adalah kementerian di
lingkungan pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab dibidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan bertugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pekerjaan umum dan perumahan
rakyat. Tugas pokok kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan dalam rangka mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat.
Kementerian PUPR terdiri dari enam unsur pelaksana dan salah satunya
Direktorat Jendral Penyediaan Perumahan yang dipimpin langsung oleh
Bapak Iwan Suprijanto, S.T., M.T. Direktorat Jenderal Perumahan memiliki
tugas sebagai penyelenggara perumusan dan pelaksana kebijakan dibidang
penyelenggaraan perumahan sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur oleh
undang-undang, berikut merupakan fungsi dari Direktorat Jenderal
Perumahan antara lain:Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan
perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
I-2

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan perumahan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitas rumah umum, rumah khusus,
dan rumah swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, serta
pembinaan rumah komersial sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
3. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan perumahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan
perumahan;
7. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral Perumahan; dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.
Rumah khusus merupakan salah satu dari program hunian yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perumahan, rumah khusus menjadi
program unggulan di bidang perumahan dari beberapa program lainnya
seperti rumah susun, rumah swadaya dan penyaluran bantuan prasarana, saran
dan utilitas (PSU) untuk rumah bersubsidi pemerintahan, pembangunan
HUNTAP pascabencana di daerah Sulawesi tengah khususnya daerah Kota
Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala merupakan salah satu
program dari Rusus yang dilaksanakan oleh Balai Pelaksana Penyediaan
Perumahan Sulawesi II khususnya di Satker Penyediaan Perumahan.
Pada pelaksanaan program magang ini, penulis diterima pada posisi
Architect Analist di Satker Penyediaan Perumahan Kota Palu Sulawesi
Tengah terdapat 6 anggota yang lulus dan terjun langsung dalam
pembangunan HUNTAP pascabencana mulai dari perencanaan sampai
dengan pengawasan, dan diatasi atau dimentori oleh salah satu pegawai dari
I-3

Satker Penyediaan Perumahan yang menduduki jabatan sebagai Pejabat


Pembuat Komitmen (PPK).
1.2 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup atau batasan yang terdapat padat\ program magang
ini adalah mahasiswa magang dan karyawan pada Satker Penyediaan
Perumahan Kota Palu Sulawesi Tengah dan seluruh pekerja yang terlibat
dalam pembangunan Huntap
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari program magang ini dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Membekali mahasiswa didik mengenai kehidupan karier yang akan
dijalaninya setelah lulus dari Universitas
b. Memperoleh tambahan wawasan sebagai pengalaman baru menjadi
pekerja di sebuah perusahaan
c. Memperoleh tambahan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bermasyarakat
d. Mendapatkan ilmu dalam menghadapi suatu masalah dalam pekerjaan
2. Bagi Prodi S1 Teknik Sipil
a. Membantu menyiapkan tenaga terdidik yang kompeten sesuai dengan
peminatan masing-masing.
b. Menjamin kelangsungan sistem pendidikan dengan tersedianya
fasilitas bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya sebagai
bekal dalam memasuka dunia kerja.
3. Bagi Instansi / Mitra Tempat Magang
a. Meningkatkan kerjasama dengan dunia perguruan tinggi sesuai
dengan harapan pemerintah
b. Membantu upaya pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan
kemampuan dan disiplin ilmu yang dimiliki mahasiswa magang.
c. Membantu pelaksanaan kegiatan yang ada sesuai dengan tugas dan
fungsi mahasiswa magang.
I-4

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Melatih keterampilan mahasiswa melalui sesuai bidang ilmu masing-
masing dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari selama
proses perkuliahan.
b. Mengenal praktik dunia kerja mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi program pada unit-unit
kerja dengan mengembangkan wawasan berpikir keilmuan kreatif dan
inovatif,
c. Membuat laporan magang berdasarkan data yang diperoleh dan dari
pengamatan yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh mahasiswa
dalam pembuatan skripsi.
2. Bagi Program Studi S1 Teknik Sipil
a. Memperoleh umpan balik (feedback) untuk menyempurnakan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (stakeholder) di
lingkungan pemerintah dan swasta.
b. Membangun jejaring (networking) dengan pihak pengguna lulusan.
3. Bagi Instansi / Mitra Tempat Magang
a. Memperoleh tenaga kerja yang diharapkan dapat berperan serta dalam
pelaksanaan pekerjaan dan pemecahan permasalahan yang ada di
instansi dimana mahasiswa melaksanakan magang.
b. Menumbuhkan kerjasama yang slaing menguntungkan, dinamis dan
bermanfaat dengan institusi pendidikan, dimana instansi dapat
memperoleh informasi terkait dengan perkembangan ilmu yang
sedang berkembang.
II-1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magang Studi Independen Bersetifikat (MSIB)


MSIB merupakan program untuk mendukung mahasiswa D2 hingga
S1 menyiapkan diri memasuki dunia profesi. Para mahasiswa didorong untuk
belajar sesuai minat di industri, kementerian, dan lembaga dalam negeri
maupun luar negeri. Magang Bersertifikat adalah bagian dari program
Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas
perkuliahan. Di program Magang Bersertifikat, mahasiswa akan mendapatkan
pengalaman kerja di industri/dunia profesi nyata selama 1-2 semester.
Dengan pembelajaran langsung di tempat kerja mitra magang, mahasiswa
akan mendapatkan hard skills maupun soft skills yang akan menyiapkan
mahasiswa agar lebih mantab untuk memasuki dunia kerja dan karirnya.

Adapun kriteria mahasiswa yang dapat mengikuti program MSIB


yaitu:

a. Mahasiswa aktif pada program diploma dua, diploma tiga, sarjana


terapan, dan sarjana dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam koordinasi Kemendikbudristek.
b. Pada saat pelaksanaan program, mahasiswa program diploma dua
terdaftar pada paling rendah semester 3 (tiga), mahasiswa program
diploma tiga terdaftar pada paling rendah semester 4 (empat), dan
mahasiswa program sarjana terapan atau sarjana terdaftar pada paling
rendah semester 5 (lima) pada saat Program MSIB dimulai, yang masih
aktif atau belum yudisium, serta bersedia untuk tidak yudisium selama
jangka waktu Program MSIB berlangsung.
c. Sanggup menjalani program MSIB secara penuh-waktu (fulltime) dan
tidak dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan lain (kuliah, kuliah kerja
II-2

nyata, skripsi/Tugas Akhir, bekerja, program Kampus Merdeka, atau


program magang lainnya).
d. Berkomitmen untuk melaksanakan dan menyelesaikan Program MSIB
hingga selesai sesuai kesepakatan yang tertuang dalam Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Mahasiswa yang ditandatangani oleh
Pimpinan Perguruan Tinggi (Rektor/Wakil Rektor Bidang Akademik
atau Bidang Kemahasiswaan atau pejabat lain sesuai ketentuan yang
berlaku di masing-masing perguruan tinggi.
e. Mendapat surat rekomendasi untuk mengikuti Program MSIB dari
pimpinan Perguruan Tinggi yang menangani bidang kemahasiswaan; dan
f. Memenuhi kualifikasi pada posisi yang dibuka oleh Mitra Program MSIB
dan lulus proses seleksi Mitra.

2.2 Rumah Khusus


Rumah Khusus dapat didefinisikan sebagai rumah yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Penyediaan rumah
khusus yang dilaksanakan Kementerian PUPR dapat berupa pembangunan
rumah berbentuk rumah tunggal, kopel serta rumah deret dengan tipologi
berupa rumah tapak atau rumah panggung serta prasarana, sarana dan utilitas
umum. Target prioritas pembangunan rumah berdasarkan peraturan yang ada
antara lain masyarakat yang terdampak bencana, terdampak program
pembangunan pemerintah, masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan dan
pulau Terluar, daerah Terpencil serta Tertinggal (3T).(Ditjen Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2021)
Rumah Khusus (Rusus) di Indonesia dimana tertuang dalam Undang-
Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
juga disebutkan bahwa rusus atau rumah khusus adalah rumah yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Yang dimaksud dengan
kebutuhan khusus di antaranya adalah rumah di daerah perbatasan atau pulau
terluar bagi penjaga keamanan dan kedaulatan negara, tenaga pendidik serta
tenaga medis yang bertugas, rumah di daerah terpencil, rumah bagi nelayan,
II-3

pejuang kemerdekaan (veteran), cagar budaya, rumah pintar, dan juga rumah
yang ditujukan bagi kepentingan sosial.
Rumah khusus diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
rumah untuk kebutuhan khusus. Rumah khusus dan rumah negara disediakan
oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pembangunan rumah khusus
dan rumah negara dibiayai melalui anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.(“Permen PUPR 20/2017”).
Penyediaan Rumah Khusus adalah pembangunan rumah khusus yang
berbentuk rumah tunggal dan rumah deret dengan tipologi berupa rumah
tapak atau rumah panggung serta prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Pembangunan Rumah Khusus merupakan kegiatan mendirikan bangunan
rumah layak huni, dengan ketentuan :
1. Luas lantai bangunan Rumah Khusus paling rendah 28 m2(dua puluh
delapan meter persegi) dan paling tinggi 45 m 2 (empat puluh lima meter
persegi);
2. Pembangunan Rumah Khusus dilakukan dengan mengembangkan
teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan;
3. Mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri; dan
4. Mempertimbangkan kearifan lokal.
Dalam Permen PUPR 20/2017 memang tidak dijelaskan secara
ekplisit arti kebutuhan khusus dari pengertian rumah khusus. Tetapi jika
dilihat dari peruntukannya, maka penerima manfaat Penyediaan Rumah
Khusus tersebut adalah masyarakat yang memenuhi kriteria untuk menghuni
Rumah Khusus. Kriteria tersebut meliputi :
1. Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan negara;
2. Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di
kawasan pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan;
3. Masyarakat korban bencana, merupakan masyarakat yang terkena
dampak langsung dari bencana skala dan/atau berdampak nasional.
Bencana skala dan/atau berdampak nasional dapat berupa bencana alam,
bencana non alam, dan/atau bencana sosial.
II-4

4. Masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi terpencar di pulau terluar,


daerah terpencil, dan daerah tertinggal; dengan kriteria :
5. Masyarakat yang tinggal di pulau-pulau yang secara geografis masuk
dalam kawasan perbatasan atau pulau terluar;
6. Tinggal di daerah yang sulit dijangkau karena:
a. Keadaan geografi yang merupakan kepulauan, pegunungan, daratan,
hutan, dan rawa;
b. Transportasi, sosial, dan ekonomi yang merupakan daerah terpencil;
dan/atau
c. Tinggal di daerah yang relatif kurang berkembang dalam skala
nasional yang merupakan daerah tertinggal.
7. Masyarakat yang terkena dampak program pembangunan Pemerintah
Pusat, merupakan masyarakat yang harus meninggalkan tempat tinggal
asalnya akibat dampak program atau kegiatan pembangunan Pemerintah
Pusat;
8. Pekerja industri merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau
pekerja industri yang berada di kawasan industri;
9. Pekerja pariwisata merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh
atau pekerja pariwisata yang berada di daerah tujuan pariwisata atau
destinasi pariwisata;
10. Transmigran merupakan masyarakat yang berpindah melalui program
transmigrasi;
11. Masyarakat sosial meliputi masyarakat lanjut usia, miskin, penyandang
disabilitas, yatim piatu, dan/atau anak terlantar yang secara sosial
memerlukan perhatian dan bantuan; dan/atau
12. Masyarakat yang memerlukan penanganan khusus lainnya, meliputi
masyarakat pemuka adat atau agama, masyarakat di daerah pedalaman
dan suku terasing, masyarakat dalam kawasan cagar budaya, petugas
medis atau masyarakat yang bekerja di wilayah pengolahan sumber daya
alam.
II-5

2.3 RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat)


RISHA adalah sebuah penemuan teknologi konstruksi knock
down yang dapat dibangun dengan waktu cepat (oleh sebab itu disebut
sebagai teknologi instan), dengan menggunakan bahan beton bertulang pada
staruktur utamanya. RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) adalah solusi
berbasis teknologi mutakhir di bidang perumahan dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat untuk Indonesia yang rentan gempa. RISHA
didesain sedemikian rupa sehingga dapat menahan potensi gempa yang
bergerak secara horizontal.
2.3.1 Spesifikasi Struktural Panel RISHA
RISHA memiliki komponen utama berupa tiga jenis panel
(Panel P1, Panel P2,dan Panel P3) dan komponen penyambung panel
(baut, pelat, dan angkur). Panel RISHA dapat dibuat dari komponen
beton sederhana, ringan, mudah perakitan, tanpa memerlukan alat berat,
dan mudah dibuat oleh kalangan umum/UKM. Komponen panel
RISHA memiliki berat kurang dari 47 kg sehingga dapat diangkat oleh
1 (satu) atau 2 (dua) orang tenaga kerja dan tanpa memerlukan
peralatan ketika perakitan. Struktur rumah dengan RISHA ini dapat
dibangun dalam waktu ±9 jam untuk Rumah T-36.
A. Panel Struktural 1 (P1)
Panel Struktural 1 (P1) mempunyai ukuran panjang 30 cm, lebar 10
cm, tinggi 120 cm, dan memiliki ketebalan selimut beton 2 cm
seperti pada Gambar 2.1. Panel P1 ilengkapi dengan lubang untuk
baut pada sisi – sisinya, dengan diameter lubang baut sebesar 16
mm. Panel P1 ini memiliki berat kurang lebih 48 kg. Setiap bagian
panjang panel memiliki 2 (dua) buah lubang baut dengan jarak
antar as lubang 13 cm, sedangkan untuk setiap bagian sisi panel
terdapat 3 (tiga) lubang baut. Dua lubang baut berjarak 15 cm dari
ujung panel, dan satu lubang baut berada untuk bagian as dari
tinggi panel.
II-6

Gambar 2. 1 Panel P1
Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA

a) Tulangan Panel
Tulangan yang digunakan adalah tulangan baja polos mutu
BjTP 280 dan sesuai dengan SNI 2052:2017. Penulangan
Panel Struktural 1 (P1) terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
1) Tulangan Utama
Tulangan utama yang dipasang mengelilingi panel
menggunakan tulangan baja polos (BjTP) diameter 8 mm
sebanya 4 (empat) buah. Mutu baja tulangan adalah BjTP
280.
2) Tulangan Sengkang
Tulangan sengkang terdiri dari dua jenis, yaitu:
 Tulangan sengkang yang dipasang pada bangian
tinggi panel, menggi=unakan tulangan baja polos
(BjTP) diameter 6 mm sebangyak 5 buah dan pada
kedua ujungya terbentuk sengkang dengan ukuran 5
cm x 7,5 cm. Tulangan ini berfungsi untuk mengikat
tulangan utama arah vertikal. Tulangan ini sering
disebut dengan tulangan kacamata
 Tulangan sengkang (cincin) yang dipasang pada
bagian lebar panel, menggunakan tulangan polos
diameter 6 mm dengan ukuran 5 cm x 7,5 cm yang
berfungsi untuk mengikat tulangan utama arah
II-7

horizontal. Tulangan ini dipasang sebanyak 12 (dua


belas) buah.
 Mutu baja tulangan adalah BjTP 280 dimana kuat
leleh tulangan minimal 280 MPa.
 Detail penulangan panel struktural 1 (P1) dapat dilihat
pada gambar.

Gambar 2. 2 Penulangan Panel Struktural 1


Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA
II-8

Ketentuan ukuran tulangan dapat dillihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Ketentuan Tulangan Panel P1
No Nama Diameter Ukuran komponen jumlah
Tulangan Tulangan Penulangan (cm)
(mm)
1. Tulangan Φ8 2
utama

2. Tulangan Φ8 2
utama

3. Tulangan Φ6 5
sengkang
(tulangan
kacamata)
4. Tulangan Φ6 12
sengkang

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


Catatan: Tulangan sengkang No. 3 dapat berjumlah 7 (tujuh)
buah dengan kombinasi jumlah tulangan Sengkang No. 4
berjumlah 8 (delapan) buah.
b) Beton
Mutu beton yang dipersyaratkan adalah fc‟ 25 MPa dari hasil
campuran desain (mix design) dengan nilai slump 10±2 cm.
Material pasir harus memiliki kadar lumpur maksimal 5% dan
berukuran butir 0,075 – 0,500 mm, sedangkan material kerikil/
split harus memiliki kadar lumpur maksimal 1% dan ukuran
agregat antara 5 hingga 20 mm. Bahan tambah dapat berupa
tipe C untuk accelerating admixtures. Mutu beton dibuktikan
dengan hasil pengujian silinder beton dari laboratorium
independen terakreditasi.
c) Kawat Wiremesh (ram kawat)
Kawat Wiremesh (ram kawat) yang digunakan berukuran 22 x
112 cm dengan ukuran diameter 0,5 mm dan ukuran mesh
maksimal 1 inchi (2,54 cm).
II-9

B. Penel Struktural 2 (P2)


Panel struktural 2 (P2) memiliki ukuran yang hampir sama dengan
Panel P1.Panel P2 mempunyai ukuran panjang 20 cm, lebar 10 cm
dan 6 cm, tinggi 120 cm dan ketebalan selimut beton sebesar 2 cm
seperti pada Gambar 2.2. Panel P2 dilengkapi dengan lubang untuk
baut pada sisi – sisinya, dengan diameter lubang baut sebesar 16
mm.. Pada setiap sisi lebar terdapat satu buah lubang dengan jarak
8,5 cm dari ujung panel ke as lubang baut. Pada bagian sisi panjang
panel dengan tebal 10 cm memiliki 3 (tiga) lubang baut berjarak 15
cm dari ujung panel sedangkan satu lubang baut berada pada
bagian as dari tinggi panel. Pada sisi Panjang panel dengan tebal 6
cm terdapat 2 (dua) buah lubang baut dengan jarak 15 cm dari
ujung panel. Panel P2 ini memiliki berat kurang lebih 35 kg.

Gambar 2. 3 Panel P2

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


a) Tulangan Panel
Tulangan yang digunakan adalah tulangan baja polos mutu
BjTP 280 dan sesuai dengan SNI 2052:2017. Penulangan
Panel struktural 2 (P2) terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu:
1) Tulangan Utama
Tulangan utama yang dipasang mengelilingi panel
menggunakan baja tulangan polos (BjTP) diameter 8 mm
II-10

sebanyak 4 (empat) buah. Mutu baja tulangan adalah BjTP


280.
2) Tulangan Sengkang
Tulangan sengkang terdiri dari dua jenis, yaitu;
 Tulangan sengkang yang dipasang pada bagian tinggi
panel, meggunakan tulangan polos diameter 6 mm
sebanyak 5 (lima) buah dan pada kedua ujungnya
dibentuk sengkang dengan ukuran 5 cm x 7,5 cm dan
5 cm x 5 cm. Tulangan ini berfungsi untuk mengikat
tulangan utama arah vertikal
 Tulangan sengkang yang dipasang pada bagian lebar
panel, menggunakan tulangan polos diameter 6 mm
dengan ukuran 5 cm x 5,5 cm sebanyak 8 (delapan)
buah dan ukuran 5 cm x 5 cm sebanyak 2 (dua) buah
yang berfungsi mengikat tulangan utama arah
horizontal
 Mutu baja tulangan adalah BjTP 280 dimana kuat
leleh tulangan minimal 280 MPa.
 Detail penulangan panel struktural 2 (P2) dapat dilihat
pada gambar.
II-11

Gambar 2. 4 Penulangan Panel Struktural 2 (P2)

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


Ketentuan ukuran tulangan dapat dillihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ketentuan Tulangan Panel P2
No Nama Diameter Ukuran komponen jumlah
Tulangan Tulangan Penulangan (cm)
(mm)
1. Tulangan Φ8 1
utama

2. Tulangan Φ8 1
utama

3. Tulangan Φ8 1
utama

4. Tulangan Φ8 1
utama

5. Tulangan Φ6 7
sengkang
(tulangan
kacamata)
6. Tulangan Φ6 6
sengkang

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


II-12

b) Beton
Mutu beton yang dipersyaratkan adalah fc‟ 25 Mpa dari hasil
campuran desain (mix design) dengan nilai slump 10±2 cm.
Material pasir harus memiliki kadar lumpur maksimal 5% dan
berukuran butir 0,075 – 0,500 mm, sedangkan material kerikil/
split harus memiliki kadar lumpur maksimal 1% dan ukuran
agregat antara 5 hingga 20 mm. Bahan tambah dapat berupa
tipe C untuk accelerating admixtures. Mutu beton dibuktikan
dengan hasil pengujian silinder beton dari laboratorium
independen terakreditasi.
c) Kawat Wiremesh (ram kawat)
Wiremesh (ram kawat) yang digunakan berukuran 12 x 112 cm
dan ukuran mesh maksimal 1 inchi (2,54 cm).
C. Penel Struktural 3 (P3)
Panel struktural 3 (P3) merupakan panel yang bentuknya tidak
identic dengan panel P1 dan Panel P2. Panel ini merupakan
penyambung berbentuk L yang mempunyai ukuran panjang 30 cm,
lebar 30 cm dan tinggi 30 cm dengan ketebalan selimut beton 2 cm.
Panel P3 ini memiliki berat kurang lebih 25 kg. Kesikuan Panel P3
berupa kemiringan sudut pada siku dalam dan siku luar/sisi tebal
sebesar 90 ± 2. Panel P3 dilengkapi dengan lubang untuk baut pada
semua sisinya dengan diameter lubang sebesar 16 mm. Lubang
baut untuk masing-masing sisi sebanyak 2 (dua) buah dengan jarak
antar as lubang sebesar 13,00 cm yang ditempatkan pada as panel.
Detail ukuran Panel P3 dapat dilihat pada Gambar 2.5.
II-13

Gambar 2. 5 Panel P3

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


a) Tulangan Panel
1) Tulangan Utama
Tulangan utama dipasang mengelilingi panel
menggunakan baja tulangan diameter 8 mm sebanyak 6
(enam) buah. Mutu baja tulangan adalah BjTP 280
2) Tulangan Sengkang
Tulangan sengkang terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu:
 Tulangan sengkang yang dipasang pada bagian badan
(panjang dan lebar) panel, dipasang kearah horizontal
dengan menggunakan tulangan polos diameter 6 mm
dan jarak antar sengkang 10 cm. Tulangan sengkang
ini pada ujungnya dibentuk sengkang dengan ukuran
5 x 7,5 cm. Tulangan ini berfungsi untuk mengikat
tulangan utama arah vertikal. Tulangan ini dipasang
sebanyak 4 (empat) buah Tulangan sengkang (cincin)
yang dipasang sepanjang sisi luar panel menggunakan
tulangan polos diameter 6 mm sebanyak 20 (dua
puluh) buah dengan ukuran 5 cm x 7 cm. Tulangan ini
berfungsi untuk mengikat tulangan pokok arah
vertikal dan horizontal.
 Tulangan sengkang (cincin) yang dipasang sepanjang
sisi luar panel menggunakan tulangan polos diameter
II-14

6 mm sebanyak 20 (dua puluh) buah dengan ukuran 5


cm x 7 cm. Tulangan ini berfungsi untuk mengikat
tulangan pokok arah vertikal dan horizontal.
 Mutu baja tulangan adalah BjTP 280 dimana kuat
leleh tulangan minimal 280 MPa.
 Detail penulangan panel struktural 3 (P3) dapat dilihat
pada gambar.

Gambar 2. 6. Penulangan Panel Struktural 3 (P3)

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


Ketentuan ukuran tulangan dapat dillihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ketentuan Tulangan Panel P3
No Nama Diameter Ukuran komponen jumlah
Tulangan Tulangan Penulangan (cm)
(mm)
1. Tulangan Φ8 1
utama

2. Tulangan Φ8 1
utama

3. Tulangan Φ8 1
utama
II-15

No Nama Diameter Ukuran komponen jumlah


Tulangan Tulangan Penulangan (cm)
(mm)
4. Tulangan Φ8 2
Utama
Tengah

5. Tulangan Φ8 1
Utama
Tengah

6. Tulangan Φ6 20
Sengkang
(Tepi)

7. Tulangan Φ6 4
Sengkang
(Inti)

8. Tulangan Φ6 2
Sengkang
(Tepi Inti)

Sumber : PedTek RISHA 1 Pedoman Panel RISHA


b) Beton
Mutu beton yang dipersyaratkan adalah fc‟ 25 Mpa dari hasil
campuran desain (mix design) dengan nilai slump 10±2 cm.
Material pasir harus memiliki kadar lumpur maksimal 5% dan
berukuran butir 0,075 – 0,500 mm, sedangkan material kerikil/
split harus memiliki kadar lumpur maksimal 1% dan ukuran
agregat antara 5 hingga 20 mm. Bahan tambah dapat berupa
tipe C untuk accelerating admixtures. Mutu beton dibuktikan
II-16

dengan hasil pengujian silinder beton dari laboratorium


independen terakreditasi.
2.3.2 Spesifikasi Teknis Bahan Cetakan Panel Struktural RISHA
Ketentuan bahan cetakan panel struktural RISHA yaitu:
• Rangka utama (frame) cetakan menggunakan bahan baja UNP
100.50.5.
• Pelat baja untuk bagian mangkok menggunakan pelat baja dengan
ketebalan minimum 3 mm.
• Pengaku rangka menggunakan baja siku 40.40.4.
• Pasak lubang mur-baut menggunakan pipa besi dengan ukuran
diameter luar 16 mm
A. Panel Struktural 1 (P1)
Cetakan panel struktural 1 terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1) Rangka utama (frame), memiliki 2 bagian rangka berbentuk L
berukuran 1250 x 350 mm yang dilengkapi dengan kunci engsel
(drat-mur) pada masing” rangka dengan diameter 12 mm. Pada
setiap bagian sisi panjang terdapat 3 (tiga) buah lubang baut dan
pada sisi lebar terdapat 2 (dua) buah lubang baut dengan
diameter 16 mm.
2) Mangkok cetakan, memiliki 1 (satu) bagian dengan ukuran 1200
x 300 mm dan di bagian tengah terdapat mangkok dengan
ukuran 1070 x 170 mm (atas) dan 1080 x 180 mm (bawah) serta
tinggi 72 mm. Pada bagian bawah mangkok terdapat pegangan
(handle)sebanyak 2 (dua) buah dari bahan pipa besi.

Gambar 2. 7. Cetakan Panel Struktural 1 (P1)

Sumber : PedTek RISHA 2 Pedoman Cetakan RISHA


II-17

3) Pasak lubang mur-baut, berbentuk T dengan panjang batang


lurus 142 mm dan panjang pegangan 75 mm. Jumlah pasak mur-
baut untuk cetakan P1 adalah 10 (sepuluh) buah.
4) Gambar detail cetakan panel struktural 1 (P1) dapat dilihat pada
lampiran.
B. Panel Struktural 2 (P2)
Cetakan panel struktural 2 (P2) terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1) Rangka utama (frame), memiliki 2 bagian rangka berbentuk L
berukuran 1250 x 250 mm yang dilengkapi dengan kunci engsel
(drat-mur) pada masing” rangka dengan diameter 12 mm. Pada
salah saru bagian sisi panjang terdapat 3 (tiga) buah lubang baut
dan pada masing-masing sisi lebar terdapat 1 (dua) buah lubang
baut dengan diameter 16 mm.
2) Mangkok cetakan, memiliki 1 (satu) bagian dengan ukuran 1200
x 200 mm dan di bagian tengah terdapat mangkok dengan
ukuran 1070 x 170 mm (atas) dan 1080 x 80 mm (bawah) serta
tinggi 72 mm (kiri) dan 35 mm (kanan). Pada bagian sebelah
kanan mangkok (sisi pendek) terdapat 3 (tiga) buah lubang baut
dengan diameter 16 mm dan bagian bawah mangkok terdapat
pegangan (handle) sebanyak 2 (dua) buah dari bahan pipa besi.
3) Pasak lubang mur-baut, terdapat 2 (dua) tipe pasak bentuk T
yaitu:
a. Panjang batang lurus 142 mm dengan panjang pegangan 75
mm sebanyak 5 (lima) buah; dan
b. Panjang batang lurus 200 mm dengan panjang pegangan 75
mm sebanyak 3 (tiga) buah.
4) Gambar detail cetakan panel struktural 2 (P2) dapat dilihat pada
lampiran.
II-18

Gambar 2. 8. Cetakan Panel Struktural 2 (P2)

Sumber : PedTek RISHA 2 Pedoman Cetakan RISHA


C. Panel Struktural 3 (P3)

Cetakan panel struktural 3 (P3) terdiri dari beberapa bagian yaitu:


1) Rangka utama (frame), memiliki 2 bagian rangka berbentuk L
berukuran panjang tiap lengan adalah 350 mm (termasuk
pengunci) x lebar 100 mm x tinggi 350 mm (termasuk
pengunci), dan dilengkapi dengan kunci engsel (drat-mur) pada
masing” rangka dengan diameter 12 mm. Pada salah satu bagian
separuh dari rangka, terdapat 2 (dua) buah lubang baut diameter
16 mm pada sisi panjang (sisi tampak atas) dan 2 (dua) buah
lubang baut diameter 16 mm pada sisi tinggi (sisi tampak
samping).
2) Mangkok cetakan, berbentuk L berukuran panjang tiap lengan
adalah 300 x lebar 100 mm x tinggi 300 mm. Pada bagian
tengah terdapat mangkok dengan ukuran rerata 175 mm x 120
mm x 75 mm. Terdapat 2 (dua) buah lubang baut diameter 16
mm pada sisi tinggi mangkok, dan terdapat 1 (satu) buah lubang
baut diameter 16 mm pada sisi panjang mangkok.
3) Pada salah satu bagian separuh dari rangka, terdapat 2 (dua)
pegangan pada sisi tinggi dan 2 (dua) pegangan dari sisi
panjang. Bahan pegangan tersebut dari pipa besi.
4) Pasak lubang mur-baut, terdapat 2 (dua) tipe pasak bentuk T
yaitu:
II-19

a. Panjang batang lurus 450 mm dengan panjang pegangan 75


mm sebanyak 4 (empat) buah pada sisi panjang dan lebar
rangka frame (sisi tampak atas); dan
b. Panjang batang lurus 150 mm dengan panjang pegangan 75
mm sebanyak 4 (empat) buah pada sisi tinggi rangka frame
(sisi tampak samping).
5) Gambar detail cetakan panel struktural 3 (P3) dapat dilihat pada
lampiran.

Gambar 2. 9. Cetakan Panel Struktural 3 (P3)

Sumber : PedTek RISHA 2 Pedoman Cetakan RISHA


2.3.3 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Bahan Panel RISHA
A. Beton
Dalam menjamin mutu beton, maka perlu pemeriksaan beton segar
sebelum dicetak menjadi panel. Sifat penting yang perlu diperiksa
dari beton segar antara lain:
1) Kelecakan
Kelecakan adalah sifat kekentalan beton segar yang merupakan
ukuran kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut,
dituang dan dipadatkan. Uji kelecakan beton segar dilakukan
dengan cara uji “slump”, dengan cara pengujian mengacu pada
II-20

SNI 1972:2008 atau pemutakhirannya. Nilai slump yang


disyaratkan untuk pencetakan panel maksimum 12 cm.
2) Pemisahan Agregat kasar
Kecenderungan butir – butir agregat kasar untuk memisahkan
diri dari campuran beton segar disebut “segregation”. Hal ini
dapat dikurangi dengan cara:
a) Memperbanyak pemakaian semen,
b) Mengurangi jumlah air,
c) Memperkecil ukuran maksimum agregat kasar,
d) Menggunakan agregat kasar yang bidang permukaannya
lebih halus,
e) Memperkecil tinggi jatuhnya adukan saat penuangan.
3) Pemisahan Air
Beton segar yang dituangkan dalam cetakan kemudian
dipadatkan pada beberapa menit sesudahnya, air dalam
campuran beton cenderung naik ke permukaan beton, yang
disebut dengan “bleeding”. Pemisahan air ini dapat
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi berpori. Untuk
mengurangi terjadinya bleeding dapat dilakukan hal – hal
sebagai berikut:
a) Memberikan lebih banyak semen,
b) Menggunakan air sesedikit mungkin,
c) Menggunakan lebih banyak butiran agregat halus
Mutu beton juga sangat dipengaruhi oleh mutu bahan – bahan
pembentuknya, sehingga untuk menjamin mutu beton selain
pemeriksaan beton itu sendiri, diperlukan pula pemeriksaan mutu
bahan – bahan pembentuknya, yaitu semen, agregat, air dan
admisktur. Pengendalian mutu beton perlu dilaksanakan untuk
menjamin pekerjaan beton benar-benar dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan menghasilkan beton dengan mutu sesuai target
rencana. Pengendalian mutu dilakukan secara bertahap mulai dari
II-21

pengujian bahan, rancangan campuran hingga tahap pelaksanaan di


lapangan. Untuk mengetahui mutu beton dalam masa produksi
dapat dilakukan pengujian terhadap sifat-sifat beton segar seperti
slump, temperatur, faktor pemadatan, berat jenis, kadar udara dan
pembuatan benda uji berbentuk silinder. Sedangkan pengujian
beton keras dapat dilakukan dari benda uji yang dicetak pada saat
pelaksanaan pekerjaan beton.
B. Baja Tulangan
Baja tulangan beton menurut SNI 2052:2017 adalah baja yang
berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton.
Penggunaan baja tulangan yang memenuhi SNI telah diwajibkan
oleh pemerintah melalui melalui Permen Perindustrian RI No
06/M-IND/PER/2/2008 dan Surat Edaran Menteri PUPR Nomor
13/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Penggunaan Baja Tulangan
Beton Sesuai Dengan Standar Nasional Indonesia Di Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Berdasarkan SNI
2052:2017, baja tulangan beton harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
• Secara visual baja tulangan beton tidak boleh mengandung
serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna dan hanya
diperkenankan berkarat ringan pada ermukaann,
• BjTP mempunyai penampang bundar dengan permukaan yang
rata, tidak bersirip/berulir,
• BjTS memiliki sirip yang teratur, terdiri dari rusuk
memanjang, sejajar dengan sumbu batang dan sirip-sirip yang
melintang sumbu batang. Sirip tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: sirip – sirip melintang sepanjang
batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang
teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila
diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf pada
permukaan baja tulangan beton, maka sirip/ulir melintang pada
II-22

posisi di mana angka atau huruf dapat ditiadakan. Sirip


melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45°
terhadap sumbu batang.
Jika baja tulangan akan dibengkokkan maka harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
• Batang tulangan tidak boleh dibengkokkan dan diluruskan
dengan cara yang merusak penampang,
• Membengkok dan melurusan harus dilakukan dalam keadaan
dingin, pemanasan dibolehkan atas pengawasan perencana,
• Pemanasan dapat dilakukan dengan suhu maksimum 850° C,
• Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak
boleh dindinginkan dengan cara disiram air.
Baja tulangan adalah tulangan polos dan memiliki ukuran tulangan
pokok dengan diameter 8 mm dan tulangan Sengkang dengan
diameter 6 mm. Mutu tulangan yang digunakan adalah BjTP 280.
Toleransi ukuran untuk BjTP dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan
toreransi berat untuk BjTS pada Tabel 5. Ketentuan ini harus sesuai
dengan SNI 2052:2017.
Tabel 4. Toleransi Ukuran Baja Tulangan Polos

No Diameter Toleransi Penyimpangan kebundaran


(mm) (mm) maksimal (mm)
1 6 ± 0,3 0,42
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0, 84
5 ≥ 36 ± 0,8 1,12
Sumber : PedTek RISHA 3 Pedoman Produksi RISHA
II-23

Tabel 5. Toleransi Berat Baja Tulangan Sirip

No Diameter (mm) Toleransi (mm)


1 6 ±7
2 8 ≤ d ≤ 14 ±6
3 16 ≤ d ≤ 29 ±5
4 ≥ 29 ±4
Sumber : PedTek RISHA 3 Pedoman Produksi RISHA
Catatan: ukuran dan toleransi lebih detail dapat dilihat dalam SNI
2052:2017.
Pemeriksaan dan Pengujian Tulangan Baja dapat dilakukan dengan
cara :
• Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan dilakukan secara visual tanpa menggunakan alat,
bertujuan untuk memeriksa adanya cacat pada tulangan baja.
Pemeriksaan dilakukan pada sifat tampak.
• Pemeriksaan ukuran, berat dan bentuk
Pemeriksaan ini mencakup pengukuran diameter tulangan baja,
jarak, tinggi, lebar membujur dan sudut sirip/ulir tulangan baja
dan pengkuran berat dengan timbangan.
• Uji Tarik (tensile)
Pengujian ini untuk mendapatkan kuat leleh dan kuat tarik
ultimate. Pengujian mengacu pada SNI 8389-2017.
• Uji lengkung (bending test)
Pengujian uji lengkung dilakukan berdasarkan SNI 0410-2017.

2.3.4 Komponen Bangunan Struktur Panel Struktural RISHA


A. Pondasi
Pondasi yang digunakan untuk perakitan RISHA pada
tanah keras ini dapat mengunakan pondasi batu belah. Pondasi
tersebut dari batu belah dengan campuran 1Pc:5Ps dan
ditambahkan lapis perata berupa plat beton bertulang tebal 10 cm
pada sisi atasnya. Kedalaman pondasi tersebut minimal 60 cm yang
II-24

disesuaikan dengan kondisi tanah keras. Dimensi panjang dan lebar


pondasi disesuaikan dengan posisi pondasi dan kebutuhan dimensi
berukuran minimum 70 x 70 x 70 cm.
Ketentuan terkait bahan penyusun pondasi meliputi
material pasir, batu belah, dan semen portland. Ukuran batu belah
yang digunakan adalah antara 20 s.d. 40 cm. Pasir yang digunakan
harus memiliki kadar lumpur maksimal 5%. Usia semen Portland
tidak melebihi 3 (tiga) bulan. Pondasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 10. Penyambungan pondasi dengan kolom melalui Panel
P3 dimana ukuran panel tersebut adalah 30 x 30 x 30 cm dan
berbentuk L. Pondasi dan panel tersebut dapat dilihat pada Gambar
10.

(a) Komponen pondasi (b) Komponen pondasi dan panel P3

Gambar 2. 10. Pondasi Bangunan RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA


B. Kolom
Kolom pada Struktur RISHA adalah kombinasi Panel P1
dan Panel P2. Panel 1 (P1) mempunyai ukuran panjang 30 cm,
lebar 10 cm, dan tinggi 120 cm. Panel 2 (P2) mempunyai ukuran
panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 120 cm. Komponen P1 dan
P2 tersebut disambung dengan alat penyambung.
II-25

C. Balok
Balok struktur RISHA adalah Panel P1 dan berukuran
panjang 30 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 120 cm. Sambungan antar
panel RISHA menggunakan alat penyambung. Kolom dan balok
tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 2. 11. Komponen Panel P1 dan P2 sebagai kolom dan


balok struktur RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

D. Atap
Komponen atap pada bangunan RISHA sebagai komponen
struktural ini dapat berupa struktur atap kayu atau baja ringan/canai
dingin. Struktur atap tidak berasal dari Panel 1 dan Panel 2, namun
membutuhkan panel penyambung berupa Panel P3 sebagai
pengikat terhadap balok ring dan kolom.
1) Struktur Atap Kayu
Ketentuan terkait struktur atap kayu adalah terhadap kayu
yang dipakai. Kayu yang digunakan minimal kayu kelas II
sesuai SNI 03-6839-2002, yakni kayu yang berkualitas baik,
tua, kering, tidak cacat pecah, dan tidak terdapat kayu muda
(spint). Semua kayu harus kering tanpa mata kayu, sisi
berkerut, lubang dan tanpa cacat, serta telah dikeringkan.
Kadar air kayu maksimal 20% ketika pemasangan.
II-26

Material yang digunakan dalam pembuatan rangka atap


kayu meliputi ring balk beton 12/15 cm, balok kuda-kuda 6/12
cm, balok gording 6/12 cm, balok gapit 5/10 cm, reng 3/4 cm,
balok pengunci 6/12 cm, kaso 5/7 cm, papan bubung 2/20 cm,
balok bubung 6/12 cm, besi strip U tebal 5 mm, paku (5, 10,
dan 12 cm), dan besi begel. Kemiringan struktur rangka atap
ideal adalah 30°. Struktur atap kayu tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2. 12.

Gambar 2. 12. Struktur rangka atap kayu


Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

2) Struktur Atap Baja Ringan


Struktur rangka atap baja ringan ini memiliki ketentuan
terhadap rangka kuda-kuda dan bahan penutup atap. Kuda-
kuda di atas balok ring harus dengan jarak maksimum 1,2 m
atau disesuaikan dengan beban penutup atap, plafond, dan
beban khusus lain. Pemakaian bahan penutup atap dengan
bobot yang ringan, seperti seng gelombang, genteng metal,
zincalume, bitumen, dan bahan ringan lainnya.
Ketentuan baja ringan sesuai dengan SNI 8399:2017
tentang Profil Rangka Baja Ringan dan pengikat antar struktur
baja ringan sesuai SNI 7971:2013 tentang Struktur Baja Canai
II-27

Dingin. Komponen penyusun struktur rangka atap ini meliputi


main truss C75x0,75 mm (dengan lipatan), reng TS.40.0,55
mm, pelat bracing KBR 25 mm tebal 1 mm, paku roofing, dan
mur baut Ø10 mm panjang 6”. Tambahan besi kanal C75x0,75
mm sebagai tumpuan kuda-kuda.

Gambar 2. 13. Struktur rangka atap baja ringan

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

E. Dinding
Dinding yang digunakan dalam sistem bangunan ini
menggunakan pasangan dinding batu bata. Ketentuan bahan
penyusunnya meliputi:
1) Batu bata, sesuai dengan SNI 15-2094-2000 tentang Bata
Merah Pejal untuk pasangan dinding
2) Semen portland, sesuai dengan SNI 7064:2014 tentang Semen
Portland Komposit atau SNI 0302:2014 tentang Semen
Portland Pozolan
3) Plesteran dan acian sesuai SNI 6882:2014 tentang Spesifikasi
Mortar untuk Pekerjaan Pasangan
4) Peralatan yang digunakan sesuai SNI 03-6862-2001 tentang
Spesifikasi Peralatan Dinding Bata dan Plesteran
5) Pasangan bata merah, plesteran dan acian dapat menggunakan
campuran semen Portland dan pasir atau menggunakan produk
mortar instan.
II-28

Gambar 2. 14. Dinding pada bangunan struktur RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

F. Komponen Sambungan
1) Baut baja
a) Baut penyambung antar panel struktural menggunakan
baut baja ASTM A307 dengan diameter 12 mm (kepala
baut kunci 19) dilengkapi dengan ring bulat diameter 14
mm serta tebal 2 mm;
b) Baut penyambung panel struktural dengan panel
partisi/kusen menggunakan baut baja ASTM A307
diameter 10 mm;
c) Panjang baut yang digunakan terdiri dari 3 jenis panjang
yaitu 10,16 cm (4 in.); 15,24 cm (6 in.) dan 17,78 cm (7
in.).
d) Baut penyambung harus berlapis anti karat/galvanis.
e) Sistem sambungan mekanis yang terbentuk adalah sistem
sambungan kering dengan tambahan komponen
penyambung/pengikat berupa ring dan pelat penyambung
(untuk mencegah kerusakan beton).
Detail komponen baut dapat dilihat pada Gambar 2.15.
II-29

Gambar 2. 15. Komponen baut pada struktur RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

2) Pelat baja penyambung

a) Pelat baja penyambung menggunakan pelat baja lapis


galvanis dengan ukuran lebar 4,0 cm dan ketebalan
minimum 2,6 mm serta memiliki tegangan leleh (fy)
minimal 250 MPa (2500 kg/cm2).
b) Panjang pelat Penyambung yang digunakan terdiri dari 4
jenis ukuran, yaitu: (antar as lubang baut) yaitu:
• Panjang 12,00 cm (jarak as baut 8,00 cm),
menghubungkan sisi dalam panel P1 dan P2;
• Panjang 14,00 cm (jarak as baut 10,00 cm),
menghubungkan sisi luar panel P1 dan P2;
• Panjang 17,00 cm (jarak as baut 13,00 cm),
menghubungkan panel P1 dan P1;
• Panjang 34,00 cm (jarak as baut 30,00 cm);
menghubungkan balok panel P1 dan P1 bagian bawah
pada bangunan dua lantai; dan
II-30

• Ring F12 mm (½ inchi) (sebagai ring


untuk pelat).
c) Pelat baja penyambung harus memiliki lapisan galvanis
dan anti karat

Gambar 2. 16. Pelat baja penyambung pada struktur RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

3) Angkur Pondasi
Angkur pondasi dapat menggunakan 3 (tiga) jenis angkur,
yaitu:
a) Angkur pondasi menggunakan Baja Tulangan Polos
(BjTP) diameter 12 mm yang dilengkapi dengan drat, ring
dan mur sebagai pengunci ke panel P3. Panjang angkur
tertanam minimum 27,5 cm dengan panjang tekukan
minimum 10 cm. Jumlah angkur adalah antara 4 hingga 8
buah dimana jumlah ini tergantung pada lokasi pondasi
bangunan (pondasi interior, eksterior, atau tepi bangunan).
Mutu baja tulangan adalah BjTP 280 dimana kuat leleh
tulangan minimal 280 MPa.
b) Angkur pondasi menggunakan baja full drat ASTM 307
diameter 10 mm yang dilengkapi dengan mur dan ring
sebagai pengunci ke panel P3. Panjang angkur tertanam
II-31

minimum 27,5 cm dan pada ujung bawah (bagian yang


tertanam) setidaknya dilengkapi dengan ring yang
dijepit/dikunci oleh 2 buah mur. Jumlah angkur adalah
antara 4 hingga 8 buah dimana jumlah ini tergantung pada
lokasi pondasi bangunan.
c) Angkur pondasi lubang tengah menggunakan baja full drat
ASTM 307 diameter 10 mm yang dilengkapi dengan mur
dan ring sebagai pengunci ke panel P3. Panjang angkur
minimum 65 cm (panjang tertanam ideal adalah minimum
25,5 cm) dan pada ujung bawah (bagian yang tertanam)
setidaknya dilengkapi dengan ring yang dijepit/dikunci
oleh 2 buah mur.

Gambar 2. 17. Angkur Pondasi Struktur RISHA

Sumber : PedTek RISHA 4 Pedoman Perakitan RISHA

Adapun keunggulan dan kelemahan RISHA sebagai berikut :


a. Keunggulan :
1) Aman, nyaman, layak huni, harga terjangkau, dan tahan gempa
(teruji).
2) Eco green (ramah lingkungan).
II-32

3) Waktu pembangunan instalasi lebih cepat dibandingkan dengan


teknologi konvensional, hanya sepuluh kali lebih cepat dari
pembangunan rumah biasa.
4) Jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja,
dengan waktu yang singkat dan jumlah tenaga yang lebih sedikit,
maka teknologi ini merupakan teknologi yang mendorong
peningkatan produktifitas kerja.
5) Teknologi ini memiliki kemudahan dalam penjaminan mutu, karena
terukur dan terkonsentrasi proses produksinya, terutama pada
pembangunan skala masal, mutu antara satu bangunan dengan
bangunan lainnya akan sama.
6) Dari sisi konsumsi bahan bangunan teknologi ini hanya
mengkonsumsi sekitar 60% bahan bangunan dibandingkan dengan
teknologi konvensional, sehingga teknologi ini lebih ramah
lingkungan (hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat
pemeliharaan, hemat waktu).
7) Karena mengacu pada ukuran modular, maka bahan bangunan yang
terbuang relatif sangat kecil.
8) Dapat dibangun di berbagai jenis lahan.
9) Dapat dibangun sebagai rumah sementara (semi permanen).
10) Dapat dibangun secara bertahap (rumah tumbuh).
11) Bentuk rumah fleksibel.
12) Dapat dipadukan dengan berbagai jenis material, baik dinding, atap,
lantai, dsb.
13) Membuka peluang lapangan pekerjaan baru, disektor industri
komponen bahan bangunan, terutama bagi UKM.
14) Dapat dikembangkan pada arah horizontal maupun vertikal sampai
dengan dua lantai, tanpa harus merubah bagian bawah.
15) Usia penggunaan struktur RISHA mencapai 50 tahun.
II-33

b. Kelemahan :
1) Karena komponennya mengacu pada ukuran modular, maka ukuran
denah sangat kaku, dimana ukuran tersebut menngacu pada ukuran
kelipatan 3.00 meter dan 1,5 meter, sehingga bila memiliki lahan
dengan ukuran diluar modul tersebut agak repot.
2) Beban lantai dan rumah tinggal RISHA tidak boleh melebihi 125
kilogram per meter persegi. Jadi, saat ada perubahan fungsi ruang,
pastikan nggak ada penambahan beban hingga melebihi batas yang
ditentukan. Sebaiknya juga nggak menggunakan lantai dari bahan
beton bertulang karena RISHA memungkinkan buat dibangun
hingga dua lantai menggunakan lantai keramik.
3) Bila dibangun dalam jumlah satuan mahal harganya karena harus
berinvestasi pada cetakan, sehingga disarankan pembangunan sekitar
500 unit untuk tipe 21. Angka tersebut telah mencapai BEP-nya.
III-1

BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Profil Kementerian PUPR
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik
Indonesia adalah kementerian di lingkungan pemerintah Indonesia yang
bertanggung jawab dibidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan
bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Tugas pokok kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia adalah membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam rangka mewujudkan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Adapun visi dan misi
dari kementerian PUPR ialah sebagai berikut:
Visi:
“ terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang
handal dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong “
Misi:
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk
sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakan sektor-sektor strategis
ekonomis domestik dalam rangka kemandirian ekonomi;
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan
sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup
global yang berfokus pada keter paduan konektivitas daratan maritim;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan
prinsip „infrastruktur untuk semua‟;
III-2

4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan


perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri
konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antar
daerah, terutama kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan
pedesaan, dalam kerangka NKRI;
5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia,
pengendalian dan pengawasan, kesekretariatan serta penelitian dan
pengembangan untuk mendukung fungsi manajemen meliputi
perencanaan yang terpadu, perorganisasian yang efisien, pelaksanaan
yang tepat dan pengawasan, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan
yang ketat.
3.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perumahan
Berikut merupakan Struktur dari Kementerian PUPR Direktorat Jenderal
Perumahan

DIREKTUR JENDERAL
PERUMAHAN

KEPALA BALAI P2P


SULAWESI II
KASUBAG UMUM & TATA
USAHA

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


PELAKSANA WILAYAH I PELAKSANA WILAYAH II

PPK BALAI P2P PPSPM BALAI P2P BENDAHARA BALAI P2P


SULAWESI II SULAWESI II SULAWESI II

KEPALA SATKER PENYEDIAAN


KEPALA SATKER PENYEDIAAN PERUMAHAN PROV. SULAWESI
PERUMAHAN PROV. SULAWESI BARAT
TENGAH

PPK PERENCANAAN PPK RUMAH PPK RUMAH


PPK PERENCANAAN PPK RUMAH PPK RUMAH PPK PEMBANGUNAN HUNIAN DAN PENGADILAN SUSUN DAN SWADAYA DAN
DAN PENGADILAN SUSUN DAN SWADAYA DAN TETAP PASCA BENCANA RUMAH KHUSUS RUK
RUMAH KHUSUS RUK SULAWESI TENGAH

PPSPM BENDAHARA
PPSPM BENDAHARA

Gambar 3. 1 Stuktur Organisasi Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian


PUPR
III-3

Direktur Jenderal Perumahan dijabat oleh bapak Iwan Suprijanto, S.T.,


M.T., kemudian terdapat kepala Balai P2P Sulawesi II yang dipimpin oleh
Bahtiar, S,T,. M.S.P., selanjutnya PPK Balai P2P Sulawesi II oleh Mohamad
Syarif, ST., lalu terdapat PPSPM Balai P2P Sulawesi II oleh Ibu Ni Wayan
Sri Winarthi, S.Adm., selanjutnya posisi Kepala Satuan Kerja Penyediaan
Perumahan Sulawesi Tengah dipimpin oleh ibu Erpika Ansela Surira, ST.,
kemudian terdapat PPK Hunian Tetap oleh bapak Zulfahmi, ST.
3.3 Lingkup Pekerjaan Kementerian PUPR Direktorat Jenderal
Perumahan
Pada kegiatan magang ini mahasiswa pada divisi architect analyst selama
kegiatan magang terbagi menjadi 3 bagian yaitu perencanaan, pengawasan,
dan pengabdian pada masyarakat.
1. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan mahasiswa sebagai mahasiswa magang
berkontribusi dalam perancangan membuat desain gambar dua dimensi,
desain gambar tiga dimensi, serta menghitung beberapa volume
pekerjaan
2. Pengawasan
Dalam kegiatan pengawasan mahasiswa magang dilibatkan dalam
pengawasan pembuatan panel RISHA antara lain, croscheck besi
tulangan RISHA, mengukur jarak antar tulangan, mengukur dimensi
RISHA, menguji tekan sampel RISHA. Selain pengawasan dalam
pembuatan RISHA mahasiswa magang juga dilibatkan dalam
pengawasan pekerjaan konstruksi rumah mulai dari pekerjaan fontasi
sampai dengan rangka atap kuda-kuda
3. Pengabdian
Pada kegiatan pengabdian mahasiswa magang telibat dibeberapa kegiatan
yaitu, kegiatan sosialisaso mengenai rumah tahan gempa, sosialisasi
rencana penataan permukiman, dan survei sanitasi dan air bersih
III-4

3.4 Deskripsi Pekerjaan Penyediaan Rumah Khusus

Gambar 3. 2 Deskripsi Pekerjaan Penyediaan Rumah Khusus

Adapun tugas dan tanggung jawab dari satuan kerja penyediaan perumahan
Sulawesi Tengah sebagai penyedia rumah khusus reguler dimulai dari
1. Permohonan penyediaan rumah khusus,
2. Verifikasi baik proposal maupun teknis,
3. Penetapan penerima penyediaan yang ditetapkan oleh menteri dan
penetapan perubahan oleh direktur jenderal,
4. Perencanaan teknis mulai dari DED tapak perumahan, DED bangunan
rumah, DED PSU. Dan DED terdiri dari gambar teknik, spesifikasi
gambar, spesifikasi umum, volume pekerjaan, dan biaya pekerjaan
5. Pembangunan rumah khusus, monitoring & evaluasi, penghunian
sementara, PHO/FHO
6. Serah terima aset dan pengelolaan
IV-1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kegiatan magang yang bertempat di Satuan Kerja Penyediaan
Perumahan Sulawesi Tengah yang dimulai sejak 18 Agustus 2022 sampai
dengan 31 Desember 2022 dengan durasi 792 jam hari kerja Senin hingga
Jumat pada pukul 08.00-17.00, yang jika diasumsikan kurang lebih kegiatan
magang ini dilaksanakan selama 4,5 bulan.
Pada hari pertama pelaksanaan magang dilakukan kegiatan diskusi
yang dipimpin oleh mentor untuk membahas kegiatan apa saja yang nantinya
akan dilakukan oleh mahasiswa magang dan pembagian penempatan
mahasiswa yang terfokus pada bidangnya masing- masing. Untuk 3 minggu
awal kegiatan magang belum cukup aktif dikarenakan menunggu mahasiswa
yang berada di luar daerah yang terkendala mobilisasi. Sehingga kegiatan
magang dilakukan secara online yaitu mahasiswa di tugaskan untuk
mempelajari yang berkaitan dengan rumah khusus, hunian tetap dan teknologi
RISHA.
Berikut ini beberapa kegiatan mahasiswa magang di Satuan Kerja
Penyediaan Perumahan Sulawesi Tengah pada divisi archytect analyst:
4.1.1 Perencanaan
Pada awal kegiatan magang yang dilakukan secara offline
mahasiswa di tempatkan di kantor konsultan yang menangani
pembangunan kembali bangunan pascabencana terkhusus untuk
pembangunan hunian tetap. Kegitan yang dilakukan yaitu membantu
tim drafter dan estimator untuk merencanakan pembangunan hunian
tetap yaitu seperti komponen pendukung yang masih dalam tahap
perencanaan.
Perencanaan dalam pembangunan Huntap untuk masyarakat
pascabencana tahun 2018 terdiri dari beberapa perencanaan salah
satunya adalah perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk lahan
IV-2

hijau yang memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai tempat


untuk pertemuan, dalam perencanaan Ruang Terbuka Hijau karyawan
dan mahasiswa magang mendesainnya harus aman, nyaman, dan
ekonomis. Huntap di setiap daerah pasti memiliki ruang terbuka hijau
(RTH) dan karyawan dan mahasiswa magang terlibat dalam
perencanaan pekerjaan tersebut mulai dari perencanaan gambar dua
dimensi menggunakan aplikasi Autocad, perencanaan gambar 3 dimensi
dengan menggunakan aplikasi Sketchup, sampai dengan perhitungan
volume dan rencana anggaran biaya (RAB).
Dalam perencanaan ruang terbuka hijau, mahasiswa magang
harus mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu dalam perencanaan
harus membuat RTH yang ekonomis, memiliki sirkulasi pejalan kaki
yang baik, dan vegetasi tanaman yang dapat berfungsi sebagai pengarah
dan peneduh dan luas dari RTH minimal 30% dari luas area hunian
tetap.
Pada pekerjaan perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) penulis
sebagai mahasiswa magang terlibat dalam perhitungan volume untuk
ruang terbuka hijau (RTH) hunian tetap diantarnya yaitu:
1. RTH hunian tetap Wani
Pada perhitungan volume RTH huntap Wani ada beberapa
item yang di hitung diantaranya menghitung segmen 1 yang
mencakup menghitung luas lahan, volume pasir, volume tanah
urug, volume rabat beton dan menghitung volume yang di
butuhkan untuk pengecoran lantai taman. Untuk segmen 2 RTH
Wani, item - item yang di hitung di antaranya menghitung volume
bagian-bagian dari pergola taman, paving blok dan menghitung
beberapa kebutuhan tanaman sebagai penghias ataupun sebagai
peneduh ruang terbuka hijau.
2. RTH Hunian Tetap Lambara
Perhitungan RTH Lambara di bagi menjadi beberapa
segmen di mana pada setiap segmen memliki jenis bangunan yang
IV-3

berbeda. Berikut ini beberapa item yang di hitung penulis dalam


setiap segmenya:
• Segmen 1, pada segmen ini merupakan lahan yang direncanakan
dijadikan sebagai lapangan. Item-item yang di hitung yaitu
menghitung luas lahan, menghitung volume tanah urug, pasir
urug, pondasi, galian tanah, beton pengikat dan jumlah tanaman
yang diperlukan sebagai peneduh disekitar lapangan.
• Segmen 2, segmen merupakan lahan yang direncanakan sebagai
taman. Item – item yang dihitung yaitu luas lahan, volume
galian tanah, pasir urug, tanah urug, dan menghitung banyaknya
tanaman ataupun bangunan pelengkap untuk taman.
• Segmen 5, item yang dihitung pada segmen ini diantaranya yaitu
menghitung kebutuhan bahan untuk pembangunan gazebo,
menghitung galian dan timbunan tanah, dan menghitung
banyaknya tanaman-tanaman penghias maupun peneduh.
• Segmen 7, item yang dihitung pada segmen ini diantaranya yaitu
menghitung luas lahan, galian dan timbunan dan kebutuhan
bahan-bahan untuk bangunan tempat duduk dan meja pada
ruang terbuka hijau.
• Site plan 8 dan 9, pada segmen ini item yang dihitung yaitu luas
lahan, luas tanaman rumput gajah dan banyaknya tanaman-
tanaman hias maupun tanaman peneduh.

Gambar 4. 1. Menghitung Volume Ruang Terbuka Hijau


IV-4

Selain menghitung volume ruang terbuka hijau mahasiwa juga


melakukan kegiatan perencanaan untuk mendesain 3D beberapa item
ruang terbuka hijau (RTH) yang harus ditambahkan pada hunian tetap
Lambara dan Tompe dan bangunan rumah sederhana menggunakan
aplikasi sketchup.

Gambar 4. 2. Denah dan tampak RTH Lambara Segmen 6

4.1.2 Pengawasan
Dalam pekerjaan Huntap terdapat beberapa tahap salah satunya
pengawasan pekerjaan, dalam pengawasan pekerjaan ada beberapa jenis
pekerjaan mulai dari land clearing sampai dengan pekerjaan struktur
bangunan, penulis terlibat dalam pengawasan pembuatan panel RISHA
yang merupakan struktur dari Huntap dan pengawasan pekerjaan
struktur dari bangunan RISHA.
Dari beberapa kegiatan pengawasan yang ditugaskan pada
mahasiswa magang dapat membantu dalam pencapaian target kerja dan
mengurangi kesalahan dalam pekerjaan baik dalam pekerjaan
pembuatan panel RISHA maupun dalam pekerjaan konstruksi
bangunan. Pekerjaan pengawasan ini dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab mahasiswa dalam bekerja serta dapat membantu mitra
agar mencapai target kerja serta mengurangi kesalahan dalam pekerjaan
IV-5

dan penggunaan bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang sudah


ditetapkan.
Dalam kegiatan pengawasan mahasiswa magang di tugaskan
pada beberapa lokasi pembangunan huntap, untuk jelasnya diuraiakan
sebagai berikut:
1. Pengawasan Pembuatan RISHA
RISHA mengedepankan teknologi rakitan konstruksi rumah
bongkar pasang sederhana yang dapat dibangun dalam tempo
cepat. Lantaran itulah disebut teknologi bersolusi instan, namun
tetap menggunakan modular bahan beton bertulang pada struktur
utamanya sesuai standar teknis. Struktur RISHA terdiri dari 3 panel
yaitu Panel 1, Panel 2, dan Panel 3.
Pengawsan pembuatan RISHA dilakukan di dua tempat
berbeda yaitu di percetakan RISHA yang berada di Kecamatan
Sirenja dan di Batching plant PT Wika Beton di Mamboro. Dalam
pengawasan pembuatan RISHA sebagai mahasiswa magang
ditugaskan dalam beberapa pekerjaan antara lain:
a. Mengecek diameter dari besi atau rangka beton yang
digunakan dalam pembuatan panel RISHA apakah memenuhi
spesifikasi dari yang sudah di tetapkan yang diukur
menggunakan jangka sorong/sigma. Dalam penulangan panel
RISHA harus menggunakan baja tulangan diameter 8 sebagai
tulangan utama dan baja tulangan diameter 6 sebagai
cincin/sengkang.
b. Mengukur jarak antar tulangan atau sengkang apakah sudah
memenuhi dan sudah sesuai dengan gambar kerja yang sudah
ditetapkan yang mempunyai ukuran masing-masing dari tiap
panelnya.
c. Menguji kuat tekan beton dari sampel yang sudah dibuat
apakah memenuhi dengan syarat yang ditentukan yaitu mutu
IV-6

beton yang digunakan yaitu beton mutu K-275 yang berkisar fc


24 Mpa.
d. Mengecek hasil cetakan panel RISHA apakah terdapat retakan
yang dapat mengurangi kekuatan dari RISHA itu sendiri.
e. Malakukan pengawasan pada saat pencampuran dan
pengecoran beton RISHA agar sesuai dengan buku panduan
pedoman pembuatan RISHA.

Gambar 4. 3 Quality control Pembuatan RISHA

2. Pengawasan Konstruksi Pembangunan Rumah


Dalam pengawasan pembangunan rumah menggunakan
struktur RISHA ada beberapa yang harus di awasi antara lain:
a. Pengawasan Pekerjaan Bouwplank dan Fondasi
Pekerjaan Bouwplank pada rumah type 36 khususnya
untuk masyarakat pascabencana menggunakan kayu yang
memenuhi kuat kayu kelas III, dengan ukuran papan 2/20 cm
dan balok 5/7, dan dilarang menggunakan Bambu.
Dalam pembangunan rumah tipe 36 dengan RISHA
sebagai struktur bangunan menggunakan Fondasi setempat
yang memiliki ukuran yang berbeda-beda di setiap titik.
IV-7

Dengan menggunakan ukuran fondasi 40 x 40, 40 x 70, dan 70


x 70 dan menggunakan batu belah campuran 1 Pc : 5 Ps.
Pekerjaan fondasi dilakukan di beberapa tempat
diantarnya yaitu pembangunan hunian tetap mandiri yang
tersebar di sekitar kota Palu terkhusus di daerah Petobo dan
pembangunan huntap di desa Wani.

Gambar 4. 4 Pengawasan Pekerjaan Bouwplank dan fondasi

b. Pengawsan Penginstalan/Perakitan Panel RISHA


Pada pengawasan proses perakitan RISHA mahasiswa
di turunkan untuk mengecek penginstalan yang ada di huntap
Wani yang masih dalam proses pembangunan dan beberapa
rumah di huntap Pombewe yang mengalami kerusakan akibat
penuruanan tanah.
Dari hasil pengawasan dapat di ketahui bahwa
pembangunan setiap rumah RISHA terdiri dari 78 buah Panel
P1, 30 Panel P2, dan 30 Panel P3, dalam penyambungan panel
harus menggunakan plat dan baut terdiri dari plat 8 cm 80
buah, plat 10 cm 26 buah, plat 13 cm 104 buah, plat 30 cm 12
buah, ring diameter 12 808 buah, baut 4” diameter 12 104
buah, baut 6” diameter 12 125 buah, dan baut 7” diameter 12
IV-8

175 buah. Pengikat antar panel menggunakan baut diameter 12


dengan panjang 4”, 6” dan 7” serta diperkuat dengan ring dan
pelat untuk mencegah kerusakan pada beton.

Gambar 4. 5. Penginstalan panel RISHA

c. Pengawasan Pekerjaaan Dinding RISHA


Pengawasan pekerjaan dinding dilakukan di hunian
tetap desa Pombewe yaitu pada rumah yang mengalami
kerusakan akibat dari penurunan tanah. Dinding pada rumah
yang menggunakan struktur RISHA khususnya tipe 36
menggunakan dinding pasangan Bata/Batako/Bata merah dan
harus memiliki luasan maksimal 9 . Menggunakan baja
tulangan polos diameter 8 mm sebagai pengait antara dinding
dan RISHA dan di tanamkan sedalam 400 mm ke dinding.
Pemasangan angkur dinding diletakan pada lokasi lapisan siar
dinding dan menggunakan campuran 1 Pc : 4 Pc : Air
secukupnya untuk plesteran dengan tebal 1,5-2 cm.
IV-9

Gambar 4. 6. Pekerjaan Dinding RISHA

3. Pengawasan pekerjaan dinding penahan tanah


Pekerjaan dinding penahan tanah merupakan bangunan
pendukung dalam pembangunan hunian tetap, dikarenakan tidak
semua hunian tetap memerlukan dinding penahan tanah. Pada
lokasi huntap desa Ganti Kabupaten Donggala dinding penahan
tanah ini dibangun untuk menahan tanah yang berada di belakang
rumah warga agar tidak terjadi longsor. Dinding penahan terbuat
dari batu kali dengan tinggi ±2 m.

Gambar 4. 7. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah


IV-10

4. Malakukan evaluasi tentang K3 pada pekerjaan hunian tetap


Kegiatan ini dilakukan oleh konsultan untuk melihat
penerapan K3 dalam palaksanaan pembangunan yang berlangsung
pada proyek hunian tetap. Dalam pelaksanaan ini mahasiswa yang
ditemani konsultan melakukan evaluasi penerapan K3 di hunian
tetap desa Ganti. Kegiatan evaluasi yang dilakukan yaitu dengan
menanyakan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja baik untuk para pekerja maupun daerah
lingkungan yang ada disekitar pembangunan huntap dan tim
evaluasi juga melakukan pengecekan langsung ke lapangan apakah
para pekerja menggunakan alat pelindung diri saat berlangsungnya
pekerjaan.

Gambar 4. 8. Evaluasi K3 Dalam Pekerjaan Hunian Tetap

5. Melakukan pengawasan persiapan lahan hunian tetap berupa


pekerjaan penimbunan di hunian tetap Tompe 1 kecamatan Sirenja.
material yang digunakan untuk penimbunan yaitu berupa pasir.

Gambar 4. 9. Pekerjaan Penimbunan Lahan Hunian Tetap


IV-11

6. Melakukan identifikasi dan pengecekan rumah yang mengalami


keretakan atau kerusakan struktur akibat penurunan tanah di hunian
tetap Pombewe untuk selanjutnya akan di lakukan perbaikan
maupun dilakukan pembangunan kembali.

Gambar 4. 10. Mengeidentifikasi kerusakan akibat penurunan tanah

4.1.3 Pengabdian Pada Masyarakat


Dalam pembangunan Hunian Tetap (HUNTAP) terdapat
beberapa kegiatan pengabdian. Pengabdian pada masyarakat merupakan
kegiatan yang menghubungkan mahasiswa magang dengan masyarakat
secara langsung. Tujuan dari pengabdian pada masyarakat sendiri yaitu
kegiatan untuk membantu masyarakat dalam aktivitas tertentu tanpa
mengharapkan imbalan apapun. Dalam kegiatan ini mahasiswa magang
berhubungan langsung dengan warga yang terdampak pascabencana.
Mulai dari pendataan korban bencana sampai dengan membuat
beberapa kegiatan sosialisasi. Dalam kegiatan pengabdian mahasiswa
magang berpartisipasi dalam beberapa kegiatan antara lain:
1. Sosialisasi Rumah Tanah Gempa (RTG)
Dalam kegiatan sosialisasi ini mahasiswa magang berperan
dan mengikuti dalam kegiatan susulan dikarenakan ada beberapa
mahasiswa dari kegiatan sosialisasi tersebut tidak dapat atau
berhalangan hadir. Mahasiswa melakukan kegiatan sosialisasi rumah
IV-12

tahan gempa dengan cara door to door yang didampingi oleh tim
fasilitator hunian tetap. Kegiatan ini dilakukan di desa Tondo dan
Ujumbou kecamatan Sirenja.
Sosialisasi rumah tahan gempa ini menjelaskan tentang
bangunan RISHA yang akan dibangun sebagai pengGanti rumah
warga yang mengalami keruskan akibat bencana. Tujuan kegiatan ini
dilakukan yaitu memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang bagaimana pentingnya peran rumah tahan gempa bagi
pemilik rumah, agar masyarakat merasa aman jika terjadi gempa
besar yang terjadi di wilayah Sulawesi Tengah dan jika terjadi
kerusakan pada rumah tidak terjadi pada struktur rumah dan dapat
menghemat biaya dalam memperbaiki atau merenovasi bangunan
rumah tersebut.

Gambar 4. 11. Sosialisasi Rumah Tahan Gempa

2. Survey Sanitasi Dan Air Bersih


Pengelolaan sanitasi yang benar menjadi prioritas utama
untuk meningkatkan kesehatan, nutrisi, dan produktivitas
masyarakat. Dalam kegiatan survei sanitasi dan air bersih mahasiswa
magang ditugaskan untuk turun ke lapangan langsung untuk
menanyakan langsung kepada masyarakat Huntap secara door to
IV-13

door di daerah Pombewe Kecamatan Sigi Provinsi Sulawesi tengah


dengan memberikan pertanyaan mengenai sanitasi dan air bersih.
Hasil dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa untuk
distribusi air bersih / kuantitas air bersih sudah memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan untuk kualitas dari air yang berada di hunian tetap
memiliki kualitas yang bagus yaitu tidak berwarana dan tidak berbau
sehingga sebagian masyarakat biasa menjadikan sebagai air minum.
Untuk sanitasi di hunian tetap menurut warga tidak
mengalami penyumbatan. Untuk kondisi drainase pada huntap
Pombewe sudah bagus dengan model drainase tertutup sehingga
tidak mengeluarkan bau.

Gambar 4. 12. Survey Sanitasi dan Air Bersih

3. Sosialisasi Rencana Penataan Permukiman (RPP)


Rencana Penataan Permukiman (RPP) adalah Rencana
penataan ruang di tingkat wilayah yang bersinggungan dengan
Huntap relokasi pascabencana untuk kurun waktu 3 tahun yang
disusun berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cira-cita masyarakat
untuk memperbaiki kondisi lingkungan permukimannya serta
mendukung kesiap-siagaan masyarakat terhadap bencana. RPP
disusun oleh masyarakat berdasarkan hasil identifikasi permasalahan
IV-14

warga dengan pendampingan dari fasilitator, RPP ini diharapkan


menjadi bagian dari panduan dalam pengendalian dan pengelolaan
permukiman yang terintegrasi dengan rencana pembangunan
kelurahan/desa.
Kegiatan ini dilakukan kepada masyarakat yang sudah
menempati hunian tetap yang telah selesai dibangun. Pada kegiatan
ini mahasiswa turun langsung di dua huntap yaitu huntap yang
berada di Desa Pombewe dan Lambara. Dalam kegiatan ini tim
fasilitaor harus mendengarkan aspirasi dari masyarkat dari anak-anak
hingga orang dewasa. Kegiatan RPP di huntap Pombewe mahasiswa
bersama tim fasilitator menjelaskan kepada anak – anak tentang apa
itu rencana penataan pemukiman dan di akhir sosialisasi anak – anak
ditugaskan untuk menuangkan aspirasinya atau keinginan mereka
untuk fasilitas apa saja yang harus di bangun di hunian tetap
Pombewe dalam bentuk gambar. Sedangkan untuk kegiatan yang
berlangsung di huntap Lambara sosialisasi diikuti oleh orang tua.
Kegiatan RPP di huntap Lambara berlangsung selama satu hari.
Dalam kegiatan ini warga menjelaskan aspirasi meraka kepada tim
fasilitator yang kemudian akan didiskusikan bersama-sama.

Gambar 4. 13. Sosialisasi Rencana Penataan Permukiman


IV-15

4. Melakukan kegiatan rembuk dengan warga yang mempunyai lahan


di sekitar hunian tetap Tompe 1 Kecamatan Sirenja tentang batas
wilayah antara tanah milik warga setempat dengan tanah yang akan
dibangun hunian tetap agar nantinya tidak terjadi kesalah pahaman
diantara kedua belah pihak.

Gambar 4. 14. Kegiatan Rembuk Mengenai Perbatasan Tanah

Selain melakukan kegiatan – kegiatan utama tersebut mahasiswa juga


melakukan beberapa lainya yaitu :
• Membantu melakukan survey harga bahan bangunan untuk
pembangunan huntap ke beberapa toko yang tersebar di wilayah Kota
Palu dan Kabupaten Sigi.
• Ikut mempersiapkan workshop untuk sosialisasi rencana penataan
pemukiman bersama tim fasilitator
• Melakukan evaluasi dan diskusi dengan pembimbing lapangan tentang
kegiatan magang.
• Melakukan survey harga jasa pembuatan penutup drainase dan
pelindung tiang ke bengkel las yang ada di Kota Palu.
Mahasiswa juga mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan
kegiatan magang diantaranya yaitu :
• Lambatnya mobilisasi yang dilakukan dari kampus merdeka sehingga
mahasiswa lambat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di tempat
magang.
IV-16

• Kurangnya koordinasi antara kantor saat mahasiswa turun ke lapangan


sehingga kegiatan yang dilakukan kurang maksimal.
• Kurangnya pengetahuan mahasiswa dalam menggambar dengan
menggunakan aplikasi sketchup maka membutuhkan waktu untuk
belajar sehingga menghambat pekerjaan.
4.2 Pembahasan
Gempa bumi pada tahun 2018 di Sulawesi Tengah merupakan bencana
alam yang berdampak besar, peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 SR
diikuti dengan likuifaksi dan tsunami yang melanda pantai barat yang
mengakibatkan 16732 penduduk mengungsi dan menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 66.926 rumah rusak akibat
gempa bumi, likuifaksi dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam menangani dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami di
Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten
Donggala, Pemerintah Daerah Sulawesi tengah bersama Kementerian PUPR
bekerja sama melalui Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi
Tengah dalam program penyediaan rumah khusus bagi masyarakat yang
terdampak bencana yaitu dengan pembangunan hunian tetap yang terbagi
menjadi 3 jenis hunian tetap yaitu huntap kawasan, satelit dan mandiri yang
tersebar di beberapa lokasi.
Lokasi pekerjaan pembangunan hunian tetap (Huntap) untuk
masyarakat pascabencana terbagi di tiga wilayah Kabupaten/Kota yang ada di
wilayah Sulawesi Tengah yaitu di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan
Kabupaten Donggala. Pekerjaan pembangunan Huntap di bagi menjadi 2
tahap, Tahap 1 seluruh pekerjaan pembangunan telah selesai dan tahap 2
pekerjaan masih pada tahap perencanaan dan beberapa pekerjaan
pembangunan sedang berlangsung. Setiap Kabupaten dan Kota terbagi lagi
menjadi beberapa wilayah sebagai berikut:
1. Kota Palu
Pembangunan huntap di Kota Palu Terdapat di 8 wilayah dan terbagi
menjadi 2 tahap pembangunan. Tahap 1 pembangunan Huntap di bangun
IV-17

di 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Duyu 230 unit, Kelurahan Balaroa 52


unit, dan 45 unit Huntap mandiri di tanah milik warga di wilayah kota
Palu. Tahap 2 pembangunan Huntap dibangun di 5 kelurahan yaitu
kelurahan Tondo 2 1055 unit, kelurahan Talise 599 unit, kelurahan
Petobo 648 unit, kelurahan lere 39 unit, kelurahan Lere 39 unit dan 263
unit Huntap mandiri di tanah milik warga di wilayah kota Palu.
2. Kabupaten Sigi
Pembangunan huntap di Kabupaten Sigi Terdapat di 9 wilayah dan
terbagi menjadi 2 tahap pembangunan. Tahap 1 pembangunan Huntap di
bangun di 3 Desa yaitu Desa Pombewe 605 unit, Desa Salua 63 unit, dan
Desa Lambara 62 unit. Tahap 2 pembangunan Huntap dibangun di 6
Desa yaitu Desa Bangga dusun 1 dan dusun 3 142 unit, Desa Bangga
dusun 2 146 unit, Desa Sibalaya Utara 64 unit, Desa Sibalaya Selatan
120 unit, Desa Poi 94 unit, dan Desa Rogo 87 unit.

3. Kabupaten Donggala
Pembangunan huntap di Kabupaten Donggala Terdapat di 13 wilayah
dan terbagi menjadi 2 tahap pembangunan. Tahap 1 pembangunan
Huntap di bangun di 6 Desa yaitu Desa Ganti 82 unit, Desa Lompio 282
unit, Desa Loli Dondo 37 unit, Desa Loli Tasibuti 1 dan 2 59 unit, Desa
Wani Lumbupetigo 48 unit, dan Desa Tanjung Padang 1, 2 dan 3 114
unit. Tahap 2 pembangunan Huntap dibangun di 12 Desa yaitu Desa
Ganti 18 unit, Desa Lompio 18 unit, Desa Loli Saluran 18 unit, Desa Loli
Dondo 16 unit, Desa Loli Tasibuti 1 dan 2 17 unit, Desa Tanjung Padang
1, 2 dan 3 13 unit, Desa Tompe 1, 2, dan 3 303 unit, Desa Lende 87,
Desa Lende Ntovea 124 unit, Desa Ujumbou 46 unit dan Desa Tondo 34
Unit.
Untuk pembangunan hunian tetap Kementrian PUPR Dirjen perumahan
satuan kerja Sulawesi Tengah dibantu oleh Kontraktor pelaksana yaitu PT
Wijaya Karya Beton Tbk - PT Murni Konstruksi Indonesia (Wika Beton -
Murni KSO), dengan Manajemen Konsultan PT Indah Karya (Persero) join
IV-18

venture dengan PT Widya Graha Asana. Konsultan pada pembangunan


hunian tetap bergabung dalam sebuah tim yaitu TMC2, dimana tim ini
bertugas untuk rehabilitasi dan pembangunan kembali rumah yang hancur
akibat bencana alam di Sulawesi Tengah 2018 silam.
Pembangunan rumah khusus merupakan pembangunan yang di
peruntukan untuk orang yang berkebutuhan, sehingga pembangunan rumah
ini banyak memperhatikan beberapa aspek. Khususnya pembangunan rumah
khusus pascabencana dimana pembangunan selain memperhatikan aspek
kekuatan karena berada di daerah rawan bencana, kementrian penyediaan
perumahan juga diminta untuk memperhatikan aspek keamanan dan
kenyamanan dari warga baik dari lingkungan ataupun lokasi pembangunan
hunian mengingat lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berbeda dari
rumah warga yang telah mengalami kerusakan akibat bencana alam.
Menyadari hal tersebut, Kementrian PUPR dalam pembangunan rumah
khusus pascabencana khusunya di daerah rawan gempa telah
mengembangkan suatu teknologi yang bisa meminimalisir dampak dari
gempa bumi yaitu dengan pembangunan rumah instan sederhana sehat (
RISHA). RISHA merupakan suatu struktur yang berisi panel-panel pracetak
yang mampu menahan potensi gempa yang bergerak horizontal. Sehingga
untuk aspek kekuatan dari rumah khusus yang dibangun di daerah
pascabencana khsusnya di provinsi Sulawesi Tengah tidak perlu diragukan
lagi.
Untuk menjaga kekuatan dari bangunan RISHA, satuan kerja
penyediaan perumahan Sulawesi Tengah melakukan kegiatan pengawasan
yang sangat ketat tentang pembangunan hunian tetap RISHA ini. Dimana dari
proses percetakan sampai penginstalan panel RISHA sudah ada dalam buku
panduan. Contohnya pembuatan panel RISHA sudah sangat di perhatikan
kualitasnya dengan melakukan quality control setiap hari di tempat
percetakan dengan melakukan pengukuran terhadap tulangan besi beton
hingga sampai proses perawatan panel RISHA, melakukan pengawasan yang
IV-19

ketat saat melakukan penginstalan atau perakitan panel RISHA agar sesuai
dengan ketentuan sehingga kekuatan dari RISHA ini bisa terjamin.
Selain kekuatan, kementrian PUPR melalui satuan kerja penyediaan
perumahan Sulawesi Tengah melakukan beberapa program untuk merawat
hunian tetap. Program tersebut tidak hanya melibatkan para pekerja
melainkan juga masyarakat yang menempati hunian tetap. Upaya perawatan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk tujuan agar masyarakat merasa
aman dan nyaman untuk menempati hunian khusus yang disediakan. Salah
satu upaya yang dilakukan sejak awal yaitu melakukan soasialisasi rumah
tahan gempa sebelum pembangunan mulai dilaksanakan. Kegiatan bertujuan
agar nantinya masyarakat tidak perlu khawatir saat menempati hunian tetap
dan diharapkan masyarakat juga dapat melakukan perawatan dan perbaikan
jika terjadi kerusakan pada rumah.
Survey sanitasi dan air bersih juga merupakan suatu upaya yang
dilakukan untuk melihat apakah hunian tetap yang disediakan sudah layak
atau belum, Mengingat air merupakan kebutuhan pokok. Selain upaya
tersebut yang dilakukan pasca pembangunan, satuan kerja penyediaan
perumahan juga melakukan program rencana penataan pemukiman. Rencana
penataan pemukiman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan warga hunian
tetap. Pada program ini masyarakat di beri kesempatan untuk memberikan
pendapat aspirasi atau keinginan apa saja untuk memenuhi kebutuhan di
hunian tetap yang mereka tempati yang kemudian akan di usahakan dipenuhi
oleh satuan kerja penyediaan perumahan melalui program selanjutnya.
Sehingga dengan dilakukan upaya – upaya tersebut diharapkan masyarakat
hunian tetap mendapatkan kenyamanan dan keamanan tinggal di lingkungan
atau daerah baru.
Kegiatan magang bersetifikat dapat menkonversi 20 SKS mata kuliah,
berikut ini mata kuliah yang terdaftar :
4.2.1 Kerja Praktek (KP)
Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib pada
Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
IV-20

Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah ini adalah untuk


memberikan pengalaman langsung mahasiswa di lapangan dalam
rangka memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap teori-teori
yang dipelajari selama masa perkuliahan, dengan harapan bahwa
mahasiswa dapat membekali diri dan memperoleh pengalaman profesi
yang dapat menambah pengetahuan tentang bidang keteknikan.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :
1. Melakukan diskusi dengan mentor terkait penentuan tempat
magang.

Gambar 4. 15. Diskusi Bersama mentor

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa di berikan pengarahan tentang proyek
hunian tetap yang sedang berlangsung maupun yang sedang
dilaksanakan.
2. Melakukan perhitungan ruang terbuka hijau (RTH) untuk hunian
tetap yang ada di Tompe dan Lambara.

Gambar 4. 16. Menghitung volume RTH


IV-21

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa di berikan tanggung jawab untuk
menghitung dan menyelesaikan kebutuhan material dalam
pembuatan ruang terbuka hijau pada proyek pembangunan hunian
tetap.
3. Membuat desain 3D untuk ruang terbuka hijau dan melakukan
pembelajaran desain rumah sederhana menggunakan aplikasi
sketchup.

Gambar 4. 17. Memebuat desain 3D

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa di berikan tanggung jawab untuk
membuat gambar dalam bentuk 3D agar mudah untuk dipahami
oleh surveyor dan para pekerja.
4. Mengecek progres pekerjaan dinding penahan tanah di hunian
tetap desa Ganti

Gambar 4. 18. Meninjau pekerjaan dinding penahan tanah


IV-22

Pada saat survei yang diamati adalah progress pekerjaan


dinding penahan yang menggunakan batu kali yang di bangun
untuk tujuan menahan tanah yang ada di belakang rumah warga
untuk meminimalisir resiko tanah longsor dan melakukan
pengawasan penggunaan APD pada pekerja.
5. Melakukan evaluasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dalam proyek yang berjalan di hunian tetap desa Ganti
kepada tim kontraktor pelaksana dan pekerja didampingi tim
konsultan.

Gambar 4. 19. Melakukan pengawasan k3


Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam proyek pekerjaan yang ada di hunian
tetap Ganti baik untuk para pekerja maupun lingkungan di sekitar
proyek pekerjaan sehingga dapat meminimalisir kecelakaan kerja
di dalam proyek.
6. melakukan peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe yang
rusak karena adanya penurunan tanah di area hunian tetap
IV-23

Gambar 4. 20. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe


Kegiatan ini dilakukan untuk meninjau pemasangan dinding
dan melihat model pemasangan struktur RISHA. Tujuan kegiatan
ini untuk meminimalisir kesalahan dalam pemasangan struktur
panel RISHA.
7. Melakukan pembelajaran tentang saluran sanitasi hunian tetap
Pombewe yang diolah menjadi air yang ramah lingkungan di
huntap Pombewe.

Gambar 4. 21. Melihat sanitasi huntap

8. Meninjau ke hunian tetap desa Wani untuk melihat proses


pembangunan hunian tetap dengan menggunakan struktur RISHA

Gambar 4. 22. Meninjau proses pemabngunan huntap Wani

Kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa secara langsung


apakah penginstalan panel RISHA dan pembangunan pondasi
pada proyek pembangunan huntap sudah sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan. Mulai dari baut yang di gunakan untuk
menghubungkan antara panel, angkur yang digunakan, ukuran
IV-24

pondasi dan teknik penginstalan antara panel ke panel maupun


panel ke pondasi.
9. Melakukan pendataan dan penyuluhan warga yang mendapat
bantuan hunian tetap di desa Tondo kecamatan Sirenja.

Gambar 4. 23. Sosialisai rumah tahan gempa

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa di beri tugas untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat tetang rumah tahan gempa yang
terbuat dari struktur RISHA yang akan di bangun untuk proyek
hunian tetap.
10. Berkunjung ke tempat pembuatan RISHA yang berada di
kecamatan Sirenja , melakukan diskusi dengan pelaksana dan
pengawas yang berada di pabrik pembuatan RISHA di Kecamatan
Sirenja.

Gambar 4. 24. Diskusi dengan tim pelaksana pembuatan RISHA

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa diberikan arahan tentang quality
control pembuatan panel RISHA.
IV-25

11. Melakukan control quality pembuatan RISHA di batching plant


Kecamatan Sirenja.

Gambar 4. 25 Melakukan Quality control pembuatan panel


RISHA

Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mengecek secara


langsung apakah percetakan panel RISHA sudah sesuai dengan
spesifikasi. Mulai dari ukuran besi tulangan, ukuran dari cetakan
panel hingga proses pengecoran dari panel RISHA.
12. Melakukan kegiatan koordinasi dengan mentor

Gambar 4. 26. Diskusi koordinasi kegiatan magang

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena dalam kegiatan ini mentor melakukan koordinasi
dan evaluasi dengan mahasiswa mengenai kegiatan yang telah
dilakukan selama magang.
IV-26

13. Melakukan pengawasan quality control pembuatan RISHA di


batching plant PT Wika beton yang berada di Mamboro.

Gambar 4. 27. Quality control pembesian RISHA

Kegiatan ini dilakukan untuk mengecek ukuran besi dalam


penulangan panel RISHA. Besi yang digunakan dalam
penulangan panel RISHA pada tulangan utama menggunakan besi
polos dengan diameter 8 mm dengan tolenransi ukuran 0.4 mm
dan pada tulangan sengkang menggunakan besi polos dengan
ukuran 6 mm dengan toleransi ukuran 0.3 mm.
14. Melakukan pengujian kuat tekan terhadap sampel beton dari
RISHA yang sudah berumur 28 hari.

Gambar 4. 28. pengujian kuat beton panel RISHA

Kegiatan ini dilakukan untuk melihat apakah kualitas dari


campuran panel RISHA yang berumur 28 hari sudah memenuhi
spesifikasi yaitu dengan Mutu beton yang dipersyaratkan adalah
fc‟ 25 Mpa.
IV-27

15. Diskusi dengan mentor dan belajar tentang site plan beberapa
huntap yang akan di bangun di kota Palu, kab. Sigi, dan kab.
Donggala.

Gambar 4. 29. Diskusi tentang site plan huntap

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena dalam kegiatan ini mahasiswa diberikan tugas
untuk memahami modeling denah dari proyek hunian tetap yang
sedang di bangun.
16. Melakukan pengawasan penimbunan dan land clearing di hunian
tetap Tompe 1 kec. Sirenja kab. Donggala.

Gambar 4. 30. Pengawasan penimbunan tanah

Kegiatan ini bertujuan untuk meratakan tanah yang ada di


lahan proyek pembangunan hunian tetap agar nantinya tidak
IV-28

terjadi penurunan tanah yang dapat mengakibatkan keruskan


bangunan rumah.
17. Melakukan kegiatan rembuk dengan warga di sekitar hunian tetap
Tompe 1 tentang batas lahan antara lahan warga dan lahan hunian
tetap.

Gambar 4. 31. rembuk dengan warga

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa mengikuti kegiatan yang berhubungan
dengan tempat batas-batas wilayah proyek.
18. Melakukan kegiatan sosialisasi rencanaan penataan pemukiman
kepada anak- anak di hunian tetap Pombewe kab. Sigi.

Gambar 4. 32. Sosialisasi rencana penataan pemukiman

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan yang akan dibangun di dalam lingkungan
huntap berdasarkan keinginan masyarakat.
IV-29

19. Mengikuti kegiatan workshop huntap Lambara pemaparan tentang


rencana penataan pemukiman oleh tim fasilitator.

Gambar 4. 33. Workshop huntap Lambara

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


praktek karena mahasiswa melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan fasilitas – fasilitas pelengkap yang akan
dibangun di dalam lingkungan proyek huntap berdasarkan
keinginan masyarakat.
20. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap
mandiri di Petobo

Gambar 4. 34. Pengawasan pembangunan huntap mandiri

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat progres


dari pembangunan hunian tetap yang dibangun di tanah milik
warga yang tersebar di beberapa tempat di wilayah Petobo.
IV-30

21. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di


Pombewe yang mengalami kerusakan akibat penurunan tanah.

Gambar 4. 35. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


di Pombewe.

Kegiatan ini untuk mengidentifikasi kerusakan pada RISHA


di hunian tetap yang telah terbangun karena adanya penurunan
tanah di beberpa tempat dan kemudian dilakukakan perbaikan.
Pada kegiatan ini juga mahasiswa melakukan pngecekan progress
pembangunan kembali rumah yang rusak.
4.2.2 Rekayasa Pelaksanaan Konstruksi
Rekayasa Pelaksanaan Konstruksi (RPK) merupakan salah satu
mata kuliah wajib pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah
ini adalah mempelajari tentang metode pelaksanaan di lapangan untuk
pekerjaan bidang Teknik Sipil secara umum, metode pelaksanaan
gedung bertingkat, metode pelaksanaan jalan dan jembatan, metode
pelaksanaan pekerjaan bendungan dan sumber daya air, dan berbagai
bangunan sipil lainya.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :

1. Melakukan diskusi dengan mentor terkait penentuan tempat


magang.
IV-31

Gambar 4. 36. Diskusi bersama mentor

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa diberikan pengarahan
secara umum terkait pelaksanaan kegiatan konstruksi yang ada di
pembangunan hunian tetap di wilayah Sulawesi Tengah.
2. Mengecek progres pekerjaan dinding penahan tanah di hunian
tetap desa Ganti.

Gambar 4. 37. Mengecek progres pekerjaan dinding penahan


tanah

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan konstruksi pnkerjaan dinding
penahan tanah.
IV-32

3. Melakukan peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe yang


rusak karena adanya penurunan tanah di area hunian tetap.

Gambar 4. 38. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan peninjauan pekerjaan dan pada
kegiatan ini pekerjaan yang di tinjau yaitu progres pelaksanaan
pekerjaan dinding pada RISHA di hunian tetap Pombewe.
4. Meninjau ke hunian tetap desa Wani untuk melihat proses
pembangunan hunian tetap dengan menggunakan struktur RISHA.

Gambar 4. 39. Meninjau pembangunan hunian tetap

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan peninjauan pekerjaan dan pada
IV-33

kegiatan ini pekerjaan yang di tinjau yaitu progres pelaksanaan


pekerjaan penginstalan panel RISHA dan pekerjaan pondasi pada
RISHA di hunian tetap Wani.
5. Melakukan pengawasan quality control pembuatan RISHA di
batching plant yang berada di Mamboro.

Gambar 4. 40. pengawasan quality control pembuatan RISHA

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan pembuatan panel RISHA.
6. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap
mandiri di Petobo

Gambar 4. 41. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


mandiri

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan penginstalan panel RISHA dan
pekerjaan pondasi pada RISHA di hunian tetap mandiri.
IV-34

7. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di


Pombewe yang mengalami kerusakan akibat penurunan tanah.

Gambar 4. 42. pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


di Pombewe

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah rekayasa


pelaksanaan konstruksi karena mahasiswa mengetahui secara
langsung metode pelaksanaan evaluasi struktur rumah yang
mengalami kerusakan.

4.2.3 Kuliah Kerja Nyata (KKN)


Kuliah Kerja Nyata merupakan salah satu mata kuliah wajib
pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah ini adalah
suatu kegiatan intrakulikuler yang memadukan pelaksanaan Tri
Darma dengan metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja
kepada mahasiswa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :

1. Mengikuti kegiatan workshop huntap Lambara pemaparan tentang


rencana penataan pemukiman oleh tim fasilitator
IV-35

Gambar 4. 43. Kegiatan workshop huntap Lambara

Kegiatan ini adalah kegiatan mensosialisasikan kepada


masyarakat tentang rencana penataan perumahan selama masa
pemeliharaan bangunan huntap. Kegiatan ini bertujuan
mendengarkan keinginan masyarakat tentang fasilitas ataupun
kegiatan yang bertujuan untuk membangun kawasan hunian tetap
yang kemudian nantinya akan diterapkan atau dilaksanakan oleh
tim fasilitator.
Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja
nyata karena mahasiswa ikut berpastisipasi secara langsung dalam
kegiatan dari persiapan kegiatan hingga pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan kegiatan sosialisasi rencanaan penataan pemukiman
kepada anak- anak di hunian tetap Pombewe kab. Sigi.

Gambar 4. 44. Sosialisasi rencanaan penataan pemukiman

Kegiatan ini bertujuan mensosialisasikan kepada anak-


anak tentang hunian tetap yang mereka tempati untuk senantiasa
IV-36

menjaga lingkungan hunian tetap dan juga untuk mendengarkan


keinginan dari anak-anak tentang fasilitas – fasilitas yang mereka
inginkan.
Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja
nyata karena mahasiswa ikut berpastisipasi secara langsung dalam
kegiatan dengan membantu mangarahkan pelaksanaan kegiatan.
3. Melakukan kegiatan survey kepada beberapa masyarakat tentang
air besih dan sanitasi yang berada di hunian tetap Pombewe

Gambar 4. 45. Survey air besih dan sanitasi

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja


nyata karena mahasiswa melakukan kegiatan yang berhubungan
secara langsung dengan masyarakat.
4. Melakukan kegiatan rembuk dengan warga di sekitar hunian tetap
Tompe 1 tentang batas lahan antara lahan warga dan lahan hunian
tetap.

Gambar 4. 46. Rembuk dengan warga


IV-37

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah kerja nyata


karena mahasiswa terjun langsung ke lapanagan untuk membantu
masyarakat untuk melihat batas wilayah antara hunian tetap dan
lahan warga di sekitar.
4.2.4 Penyediaan Air Minum
Penyediaan air minum merupakan salah satu mata kuliah
pilihan pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah ini
adalah menjelaskan peran air dalam kehidupan dan kesehatan
manusia, menjelaskan sumber-sumber air yang dapat dijadikan
sebagai sumber air bersih dan kesulitan pemanfaatannya, menjelaskan
syarat yang harus dipenuhi sehingga air dapat disebut sebagai air
minum, menjelskan cara pengolahan air dengan sederhana dan
memanfaatakan material yang ada disekitarnya bahan pengolahan air,
menjelaskan dan menggambarkan sistem instalasi pengolahan air,
menjelaskan sistem distribusi air menggunakan jaringan perpipaan,
dan dapat menjelaskan manajemen pengaturan pengelolaan air bersih.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, terdapat
kegiatan yang berkaitan dengan mata kuliah yaitu melakukan survey
air bersih dan sanitasi yang bertempat di hunian tetap Pombewe.

Gambar 4. 47. Survey air bersih dan sanitasi

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap


kualitas dari air bersih yang berada di hunian tetap Pombewe dan
malkukan evaluasi dari sanitasi yang di sediakan. Kegiatan ini masuk
IV-38

dalam konversi mata kuliah penyediaan air minum karena mahasiswa


memberikan pertnyaan kepada warga tentang air yang disediakan
apakah sudah layak untuk dimunim selain itu mahasiswa juga melihat
secara langsung pemodelan distribusi air ke rumah – rumah warga.

4.2.5 Manajemen Proyek Terpadu


Manajemen Proyek Terpadu merupakan salah satu mata
kuliah pilihan pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah
ini adalah mempelajari teori dan prinsip pengadaan barang dan jasa
konstruksi, cara menghitung penawaran barang dan jasa konstruksi,
proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa konstruksi, dan proses
evaluasi penawaran barang dan jasa konstruksi.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :

1. Melakukan perhitungan ruang terbuka hijau (RTH) untuk hunian


tetap yang ada di Tompe dan Lambara.

Gambar 4. 48. Menghitung volume RTH


Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah
Manajemen Proyek Terpadu karena mahasiswa di berikan
tanggung jawab untuk menghitung dan menyelesaikan kebutuhan
IV-39

barang dan jasa dalam pembuatan ruang terbuka hijau pada


proyek pembangunan hunian tetap.
2. Melakukan survei harga toko bangunan yang ada di kota Palu

Gambar 4. 49. List harga material

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah


Manajemen Proyek Terpadu karena mahasiswa di berikan
tanggung jawab untuk mencari informasi tentang harga material
yang berada di sekitar proyek untuk menghitung pengadaan
barang.
3. Melakukan survei ke bengkel las untuk menanyakan pembuatan
penutup drainase dan pengaman besi.

Gambar 4. 50. Spesifikasi besi penutup drainase

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah


Manajemen Proyek Terpadu karena mahasiswa di berikan
tanggung jawab untuk mencari informasi tentang harga material
yang berada di sekitar proyek untuk menghitung pengadaan
barang.
IV-40

4.2.6 Evaluasi Struktur


Evaluasi Struktur merupakan salah satu mata kuliah wajib
pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata kuliah ini mempelajari
tentang sistem struktur dan degradasi kekuatannya beserta
kategorinya. Evaluasi kekuatan struktur eksiting menurut SNI dan
metode lainnya selanjutnya metode pemeriksaan struktur secara visual
dan lanjutan serta perbaikan dan perkuatan struktur beserta contoh
aplikasinya di lapangan.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya:
1. melakukan peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe yang
rusak karena adanya penurunan tanah di area hunian tetap

Gambar 4. 51. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe


2. Meninjau ke hunian tetap desa Wani untuk melihat proses
pembangunan hunian tetap dengan menggunakan struktur RISHA

Gambar 4. 52. Meninjau proses pemabngunan huntap Wani


IV-41

3. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


mandiri di Petobo

Gambar 4. 53. Pengawasan pembangunan huntap mandiri


Kegiatan diatas masuk dalam konversi mata kuliah Evaluasi
Struktur karena mahasiswa melihat secara langsung model dari
pemasangan struktur RISHA.
4. Melakukan pengawasan quality control pembuatan RISHA di
batching plant PT Wika beton yang berada di Mamboro.

Gambar 4. 54. Quality control pembesian RISHA

Kegiatan ini termasuk ke dalam konversi mata kuliah


evaluasi struktur karena dilakukan pengecekan ukuran besi dalam
penulangan panel RISHA. Besi yang digunakan dalam
penulangan panel RISHA pada tulangan utama menggunakan besi
polos dengan diameter 8 mm dengan tolenransi ukuran 0.4 mm
dan pada tulangan sengkang menggunakan besi polos dengan
ukuran 6 mm dengan toleransi ukuran 0.3 mm.
IV-42

5. Melakukan pengujian kuat tekan terhadap sampel beton dari


RISHA yang sudah berumur 28 hari.

Gambar 4. 55. pengujian kuat beton panel RISHA

Kegiatan ini dilakukan untuk melihat apakah kualitas dari


campuran panel RISHA yang berumur 28 hari. Dari hasil
pengujian sudah memenuhi spesifikasi yaitu dengan Mutu beton
yang dipersyaratkan adalah fc‟ 25 Mpa.
6. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap di
Pombewe yang mengalami kerusakan akibat penurunan tanah.

Gambar 4. 56. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


di Pombewe.
Kegiatan ini untuk mengidentifikasi kerusakan pada
struktur RISHA di hunian tetap yang telah terbangun karena
adanya penurunan tanah di beberpa tempat dan kemudian
dilakukakan perbaikan.
IV-43

4.2.7 Mekanika Tanah 1 dan Pengatar Geologi


Mekanika Tanah 1 dan Pengatar Geologi merupakan salah
satu mata kuliah wajib pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Mata kuliah ini
adalah MK dasar ilmu teknik sipil dengan lingkup pembahasan; 1)
Tanah dan batuan, mineral lempung partikel tanah. 2) komposisi
tanah, konsistensi tanah dan klasifikasi tanah. 3) permeabilitas tanah,
jarring aliran, konsep tegangan efektif, pemadatan tanah dan CBR, 4)
pengukuran dan analisis parameter sifatfisik, rembesan, pemadatan
dan CBR melalui percobaan di laboratorium.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :
1. Mengecek progres pekerjaan dinding penahan tanah di hunian
tetap desa Ganti

Gambar 4. 57. Meninjau pekerjaan dinding penahan tanah

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah Mekanika


Tanah 1 dan Pengatar Geologi karena dalam pembangunan
dinding penahan harus melakukan pengujian tanah agar
mengetahui karakteristik dari tanah di wilayah tersebut.
2. Melakukan pengawasan penimbunan, pemadatan dan land
clearing di hunian tetap Tompe 1 kec. Sirenja kab. Donggala.
IV-44

Gambar 4. 58. Pengawasan penimbunan tanah

Kegiatan ini bertujuan untuk meratakan tanah yang ada di


lahan proyek pembangunan hunian tetap agar nantinya tidak
terjadi penurunan tanah yang dapat mengakibatkan keruskan
bangunan rumah.
3. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap
mandiri di Petobo

Gambar 4. 59. Pemantauan dan pengawasan pembangunan huntap


mandiri

4. Meninjau ke hunian tetap desa Wani untuk melihat proses


pembangunan hunian tetap dengan menggunakan struktur RISHA
IV-45

Gambar 4. 60. Meninjau proses pembangunan huntap Wani

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah Mekanika


Tanah 1 dan Pengatar Geologi karena mahasiswa diharuskan
mengetahui kekuatan tanah untuk menentukan dimensi dan
kedalaman pondasi.

5. melakukan peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe yang


rusak karena adanya penurunan tanah di area hunian tetap

Gambar 4. 61. Peninjauan progres perbaikan huntap Pombewe

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah Mekanika


Tanah 1 dan Pengatar Geologi karena pada kegiatan ini tanah di
tinjau kembali kepadatanya agar tidak mengalami penurunan
kembali.
IV-46

4.2.8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi


Kesehatan dan keselamatan kerja konstruksi merupakan salah
satu mata kuliah pilihan pada Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Tujuan dari mata
kuliah ini yaitu mengetahui Pengertian K3, memahami regulasi dan
peralatan perlindungan kerja, dan pelaksanaan manajemen K3.
Terkait sinkronisasi terhadap mata kuliah ini, ada beberapa
yang didapatkan selama proses kegiatan magang berlangsung
diantaranya :

1. Melakukan evaluasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) dalam proyek yang berjalan di hunian tetap desa Ganti
kepada tim kontraktor pelaksana dan pekerja didampingi tim
konsultan.

Gambar 4. 62. Melakukan pengawasan k3


Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam proyek pekerjaan yang ada di hunian
tetap Ganti baik untuk para pekerja maupun lingkungan di sekitar
proyek pekerjaan sehingga dapat meminimalisir kecelakaan kerja
di dalam proyek.
2. Berkunjung ke tempat pembuatan RISHA yang berada di
kecamatan Sirenja , melakukan diskusi dengan pelaksana dan
pengawas yang berada di pabrik pembuatan RISHA.
IV-47

Gambar 4. 63. diskusi dengan pelaksana dan pengawas yang


berada di pabrik pembuatan RISHA

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah Kesehatan


dan keselamatan kerja konstruksi karena mahasiswa diberikan
arahan untuk menggunakan APD dalam pelaksanaan quality
control terhadap percetakan panel RISHA.
3. Melakukan pemantauan dan pengawasan pembuatan RISHA di
batching plant PT wika beton di Mamboro.

Gambar 4. 64. Pengawasan pembuatan RISHA

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata kuliah Kesehatan


dan keselamatan kerja konstruksi karena pada kegiatan ini selain
melakukan quality control terhadap percetakan RISHA terdapat
juga pengecekan APD para pekerja agar meminimalisir terjadinya
resiko kecelakaan kerja.
IV-48

4. Melakukan kegiatan koordinasi dengan mentor

Gambar 4. 65. Diskusi koordinasi kegiatan magang

Kegiatan ini masuk dalam konversi mata Kesehatan dan


keselamatan kerja karena dalam kegiatan ini mentor melakukan
pengarahan untuk selalu memakai APD saat turun ke lapangan.
Selain itu terkait semua kegiatan mahasiswa selama magang
yang berkaitan dengan pengendalian K3 dan lingkungan disekitar
proyek termasuk dalam konversi mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Konstruksi. Karena mahasiswa mendapatkan
ilmu secara langsung bagaimana sistem pengendalian K3 dan
lingkungan di dunia konstruksi.
V-1

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan program magang di Ditjen perumahan Kementrian
PUPR yang berlangsung selama kurang lebih 4.5 bulan, dan dengan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh Ditjen perumahan Kementrian
PUPR yang masih dalam tahap perencanaan dan pembangunan rumah khusus
pascabencana di Sulawesi Tengah, divisi Architect Analyst bertugas dalam
perencanaan, pengawasan dan pengabdian. Lokasi yang di tinjau saat magang
adalah lokasi huntap yang berada di Kabupaten Sigi yaitu di Desa Lambara,
Ganti, dan Pombewe; Di Kabupaten Donggala yaitu di Desa Wani dan
beberapa desa di Kecamatan Sirenja; Huntap- huntap mandiri yang berada di
Kota Palu; dan batching plant PT. Wijaya Karya di Mamboro. Dalam
pengujian kuat tekan beton yang dilakukan untuk panel RISHA, kualitas dari
panel RISHA sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam
Kegiatan magang dapat membantu mahasiswa mengembangakan diri
khususnya dalam dunia pekerjaan yang tidak didapatkan di dalam kampus
dan menambah pengetahuan dan juga keterampilan mahasiswa, serta
mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dan persaingan di dunia
kerja
5.2 Saran
1. Bagi Program Studi S1 Teknik Sipil
Pihak akademis diharapkan agar lebih meningkatkan koordinasi
dengan mitra magang sehingga keadaan mahasiswa magang dapat
diketahui bila mana ada kendala yang didapatkan mahasiswa selama
kegiatan magang berlangsung di instansi masing-masing.
2. Bagi Instansi / Mitra Magang
Untuk pelaksanaan kegiatan magang seharusnya menjadwalkan
kegiatan magang yang dilaksanakan setiap bulanya, agar mahasiswa
lebih mengetahui apa yang harus di lakukan dalam kegiatan magang
secara langsung dan kegiatan magang lebih teratur. Kemudian untuk
V-2

kedepanya antara mahasiswa magang dan mitra atau beberapa instansi


yang terkait pelaksanaan magang di Direktorat Jendral Perumahan
Kementerian PUPR Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Sulawesi
Tengah agar tetap terjalin hubungan yang baik agar kedepanya bisa
menjalin hubungan kerja sama.
3. Bagi Mahasiswa Magang
Diharapkan agar mahasiswa magang dapat lebih baik dalam
mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dari bangku perkuliahan dan
dapat selalu memberikan yang terbaik kepada pihak instansi terkait dengan
cara lebih aktif serta professional dalam melaksanakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal
Cipta Karya Direktorat Bina Teknik Permukiman Dan Perumahan (2021)
Pedoman Teknis Spesifikasi Panel Struktural Rumah Instan Sederhana
Sehat (RISHA) I. Jakarta
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal
Cipta Karya Direktorat Bina Teknik Permukiman Dan Perumahan (2021)
Pedoman Teknis Spesifikasi Panel Struktural Rumah Instan Sederhana
Sehat (RISHA) II. Jakarta

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal


Cipta Karya Direktorat Bina Teknik Permukiman Dan Perumahan (2021)
Pedoman Teknis Spesifikasi Panel Struktural Rumah Instan Sederhana
Sehat (RISHA) III. Jakarta

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal


Cipta Karya Direktorat Bina Teknik Permukiman Dan Perumahan (2021)
Pedoman Teknis Spesifikasi Panel Struktural Rumah Instan Sederhana
Sehat (RISHA) IV. Jakarta

Data.pu.go.id . ( 2021, 20 Mei ). Rumah Khusus. Diakses pada tanggal 5


Januari 2023. Dari https://data.pu.go.id/dataset/rumah-khusus

dpu.kulonprogokab.go.id/. ( 2022, 8 Februari ) . RISHA (Rumah Instan


Sederhana Sehat). Diakses pada tanggal 5 Januari 2023. Dari
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/658/RISHA-rumah-instan-
sederhana-sehat

Prodi S1 Teknik Sipil. (2022). Panduan Program Magang Berbasis MBKM.


Palu: 2022.
LAMPIRAN
Lampiran A. Sertifikat Magang
Lampiran B. Dokumentasi Kegiatan MSIB

Diskusi pembahasan kegiatan magang dengan pembimbing lapangan

Menghitung Volume dan Mendesign Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Kegiatan Sosisalisasi Ke masyarakat tentang Rumah Tahan gempa (RTG)
Pengecekan Rumah yang mengalami penurunan akibat penurunan tanah di huntap
Pombewe

Evaluasi pekerjaan pembangunan kembali rumah akibat penurunan tanah huntap


Pombewe
Kegiatan rembuk dengan warga dalam menentukan batas wilayah hunian tetap di
hunian tetap Tompe 1
Pengawasan pekerjaan pembuatan RISHA
Melakukan pengawasan K3 dan pengawasan pekerjaan dinding penahan di huntap
Ganti
Melihat progress pembangunan hunian tetap mandiri
Pengawasan progress pembangunan di hunian tetap Wani
Kegiatan survei sanitasi dan air bersih
Kegiatan sosialisasi rencanaan penataan pemukiman
Menjelaskan laporan akhir magang kepada pembimbing lapangan

You might also like