Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

P.

AKUNTANSI/ 2A

Makalah Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Farida Setyaningrum, S.Pd., M.Pd.

Judul :
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

Oleh Kelompok 11:


1. Ardi Dian Andayani NIM 2202106003
2. Lina Anjaswari NIM 2202106016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya, sehingga
penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Kami berterimakasih
kepada setiap pihak yang terlibat dan membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah Mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu kali ini mengenai Aliran-aliran Filsafat
Pendidikan. Makalah ini disusun sedemikian rupa dangan mencari dan mengembangkan
sejumlah informasi yang saya dapatkan baik melalui buku, media cetak, elektronik
maupun media lainnya. Penulis berharap dengan informasi yang di dapat, kemudian kami
sajikan ini dapat memberikan penjelasan yang cukup tentang Aliran-aliran Filsafat Ilmu.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada pembaca makalah ini. Jika
ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih dahulu memohon maaf
dan kami juga berharap semua pihak dapat memakluminya. Semoga semua pihak dapat
menikmati dan mengambil esensi dari makalah ini. Terima kasih.

Madiun, Juni 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Aliran Progresivisme ............................................................................................. 3


2.1.1. Ciri-ciri Utama Aliran Progresivisme ......................................................... 4
2.1.2. Progresivisme dan Perkembangannya ........................................................ 4
2.1.3. Progresivisme dan Pendidikan Modern ...................................................... 6
2.2. Aliran Esensialisme ............................................................................................... 6
2.2.1. Ciri-ciri Utama Esensialisme ...................................................................... 6
2.2.2. Pola Dasar Pendidikan Esensialisme .......................................................... 7
2.3. Aliran Perennialisme .............................................................................................. 8
2.3.1. Ciri-ciri Utama Aliran Perennialisme ......................................................... 8
2.3.2. Prinsip-prinsip Pendidikan Perennialisme .................................................. 9
2.4. Aliran Rekonstruksionalisme ................................................................................ 10
2.4.1. Landasan Filosif ......................................................................................... 10
2.4.2. Pandangan Rekonstruksionisme tentang Pendidikan ................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jika kembali ke pangkal bahasan, maka renungan seolah-olah menelusuri hasil
pemikiran ahli-ahli filsafat atau filsuf sepanjang masa. Sasarannya yaitu mengatasi
permasalahan atau problema-problema hidup manusia di dunia.
Hasil pemikiran para filsuf yang sangat panjang itu telah memperkaya dunia keilmuan
yang juga memengaruhi sistem ilmu dan budaya hidup manusia, memengaruhi sistem
sosial dan politik, sistem ideologi semua bangsa, dan lain sebagainya.
Dikatakan pula bahwa filsafat sebagai filsafat negara menjadi asas filsafat pendidikan
suatu masyarakat, bangsa, dan negara dalam upaya pembentukan dan pembinaan manusia
menjadi warga negara yang berkualitas, utuh, dan baik. Filsafat pendidikan sebagaimana
juga filsafat, pertumbuhan dan perkembangannya dalam pemikiran dan pandangan tidak
pernah berakhir. Kesimpulan maupun keputusan yang dihasilkan tidak pernah ada kata
akhir atau final. Filsafat pendidikan memberikan jawaban terhadap problem yang
menantang manusia, yaitu jawaban atas ketidaktahuan tentang sesuatu. Bentuk dan wujud
reaksi, kreasi, pemahaman, gagasan-gagasan mengenai prinsip, dan cita- cita pendidikan
tersimpul dalam pokok ajaran aliran filsafat pendidikan.
Karena telah banyaknya aliran filsafat pendidikan yang tumbuh dan berkembang,
maka jika mengamati secara mendalam ada perbedaan dan segi teori dan praktik, yaitu
berbeda dalam cara dan dasar pandangannya mengenai pendidikan. Perbedaan-perbedaan
itu hanya dapat diketahui setelah dilakukan penelitian secara hati-hati dan mendalam
berdasarkan klasifikasi yang ada.
1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari makalah “Aliran-aliran Filsafat Pendidikan ” ini adalah


sebagai berikut:

1. Apa saja Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan?


2. Bagaimana ciri-ciri setiap Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan?
3. Bagaimana perkembangan, pola dasar, dan prinsip Aliran-aliran Filsafat
Pendidikan?

1
1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas matakuliah Pengantar Filsafat Ilmu. Tujuan
penulisan mkalah ini adalah:
1. Memahami Aliran-aliran Filsafat Pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami ciri-ciri dari Aliran-aliran Filsafat Pendidikan.
3. Dapat menghubungkan Aliran Filsafat Pendidikan dengan pendidikan modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Aliran Progresivisme


Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang
berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan
pendidikan. Perkembangan tersebut terutama didorong oleh aliran naturalisme dan
eksperimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme, dan pragmatisme sehingga
progresivisme sering disebut sebagai salah satu dari aliran tadi. Progresivisme dalam
pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian The liberal road to cultural yakni
liberal bersifal fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin
mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progresivisme disebut
sebagai naturalisme, yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya
adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dan supernatural).
Naturalisme dapat menjadi materialisme, karena memandang bahwa jiwa manusia
dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi.
Progresivisme identik dengan eksperimentalisme, yang berarti aliran ini menyadari dan
mempraktikkan eksperimen (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji
kebenaran suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan instrumentalisme,
karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat,
instrument) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem
kehidupan manusia. Dengan sebutan lain yakni environmentalisme, karena aliran ini
menganggap lingkungan hidup sebagai medan berjuang menghadapi tantangan dalam
hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana
berinteraksi dengan lingkungan, menghadapi realitas dan perubahan.
Sedangkan, disebut sebagai aliran pragmatisme karena aliran ini dianggap pelaksana
terbesar dari progresivisme dan merupakan petunjuk pelaksanaan pendidikan agar lebih
maju dari sebelumnya. Dari pemikiran demikian, maka tidak heran kalau pendidikan
progresivisme selalu menekankan pada tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan sikap
mental, baik dalam pemecahan masalah maupun kepercayaan diri peserta didik. Progres
atau kemajuan menimbulkan perubahan, sedangkan perubahan menghasilkan pembaruan.
Kemajuan juga adalah di dalamnya mengandung nilai yang dapat mendorong untuk
mencapai tujuan. Kemajuan tampak kalau tujuan telah tercapai. Nilai suatu tujuan dapat

3
menjadi alat, jika ingin dipakai untuk mencapai tujuan lain. Misalnya, faedah kesehatan
yang baik akan mendatang- kan kesejahteraan bagi masyarakat.

1.1.1. Ciri-Ciri Utama Aliran Progresivisme

Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang
memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai
kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia
itu sendiri. Pendidikan dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia demi
masa depan. Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus dan bersifat progresif. Dengan demikian, progresif merupakan sifat positif
dari aliran tersebut.
Sedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan
yang bercorak otoritas dan absolut dalam segala bentuk seperti terdapat dalam agama,
moral, politik, dan ilmu pengetahuan.
Jadi, jelas bahwa progres atau kemajuan, lingkungan dan pengalaman menjadi
perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-angan dalam dunia ide, teori, dan cita-cita
saja. Progres dan kemajuan harus dicari dengan memfungsikan jiwa sehingga
menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini.
Semuanya itu diperlukan oleh pendidikan agar orang dapat maju, dan berbuat sesuatu
sehingga mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan. Karena itu, pendidikan
tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi yang lebih penting
dari itu. Yaitu, melatih kemampuan berpikir dengan memberikan rangsangan dengan cara-
cara ilmiah, seperti kemampuan menganalisis dan memilih secara rasional di antara
beberapa alternatif yang tersedia.
Tugas pendidikan, menurut pragmatisme, progresivisme ialah mengadakan penelitian
atau pengamatan terhadap kemampuan manusia dan menguji kemampuan-kemampuan
tersebut dalam pekerjaan praktis. Dengan kata lain, manusia hendaknya
mengaktualisasikan ide-idenya dalam kehidupan nyata, berpikir, dan berbuat.

1.1.2. Progresivisme dan Perkembangannya

Aliran progresivisme sebagai aliran pemikiran, baru berkembang dengan pesat pada
permulaan abad ke-XX, namun garis linear dapat ditarik ke belakangnya hingga pada
zaman Yunani kuno. Misalnya, dengan tampilnya pemikiran dan Heraclitos (+544-+484),

4
Socrates (469-399), bahkan juga Protagoras memengaruhi aliran ini. Heraclitos
mengemukakan bahwa sifat yang utama dan realitas ialah perubahan. Tidak ada sesuatu
yang tetap di dunia ini, semuanya berubah.
Demikian pula Socrates, ia berusaha mempersatukan epistemologi dan aksiologi (teori
ilmu pengetahuan dan teori nilai). Ia mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan kunci
kebajikan yang baik sebagai pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan.
Kemudian, Protagoras seorang sebagai sophis pernah mengajarkan bahwa kebenaran dan
nilai-nilai bersifat relatif, yaitu tergantung kepada waktu dan tempat.
Banyak penyumbang pikiran dalam pengembangan progresivisme, seperti Prancis
Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel. Francis Bacon menanamkan asas metode
eksperimental (metode ilmiah dalam pengetahuan alam) menjadi metode utama dalam
filsafat pendidikan Progresi- visme. John Locke dengan teori tentang asas kemerdekaan
yang menghormati hak asasi (kebebasan politik). Kemudian, Rousseau meyakini kebaikan
kodrat manusia yang bisa berbuat baik dan lahir sebagai makhluk yang baik. Selanjutnya
Immanuel Kant memuliakan martabat manusia dan menjunjung tinggi kepribadian
manusia. Sedangkan, Hegel peletak asas penyesuaian manusia dengan alam dengan
ungkapan The dynamic, everreadjusting processes of nature and society. Dengan kata lain,
alam dan masyarakat bersifat di- namis dalam proses penyesuaian dan perubahan yang
tidak pernah berhenti.
Tokoh-tokoh pelopor progresivisme yang berpengaruh ternyata banyak bermunculan
di Amerika Serikat, antara lain Benjamin Franklin, Thomas Paine, dan Thomas Jefferson
memberikan sumbangan terhadap perkembangan aliran ini dengan cara sikap menentang
dogmatisme, terutama dalam agama, moral, dan sikap demokrasi. Demokrasi memiliki
nilai ideal yang wajib dilaksanakan sepenuhnya dalam semua bidang kehidupan karena ia
merupakan usaha mengangkat harkat dan martabat manusia.
Demokrasi juga sebagai keseimbangan dan kebebasan serta kebersamaan dalam usaha
mencari nilai-nilai kebenaran, seperti proses ilmu pengetahuan mencari kebenaran. Dengan
kata lain, demokrasi adalah ide-ide, pemikiran-pemikiran yang dilaksanakan dalam
pergaulan sosial. Hasil pikiran itu benar, jika pikiran itu berhasil, dan mempunyai arti bagi
si pemikir. Itu pandangan John Dewey, tokoh pelopor pragmatisme progresivisme di
samping tokoh terkenal lainnya seperti William James. Menurut James, kebenaran ide-ide
itu terbukti apabila ide itu dapat berwujud dan membawa kepuasan dalam penyelesaian
suatu problema.

5
Selain di Amenka Serikat, aliran pragmatisme-progresi visme ini juga mempunyai akar
yang terhunjam kuat dalam beberapa aliran pemikiran filsafat Eropa. Dia mempunyai akar
dalam "pengagungan kemauan" dari Schopenhaer, "sebab praktis" dari Kant, "survival of
fittest" dari Darwin, serta dalam "utilitarianisme" yang mengukur segala sesuatu dari segi
manfaatnya.

2.2.3. Progresivisme dan Pendidikan Modern

Istilah progresivisme dalam uraian ini akan dikaitkan dengan pendidikan, terutama
pendidikan modern abad ke XX. Pada pendidikan modern itu, rekonstruksi dunia
pendidikan telah banyak dilakukan oleh aliran ini melalui inisiatif dan karya nyata. John
Dewey, tokoh yang berpengaruh di Amerika Serikat melalui "Sekolah kerja" yang ia
dirikan mempraktikkan pandangan-pandangannya dalam dunia pendidikan. Pandangan
tersebut mengenai kebebasan dan kemerdeka an peserta didik agar dapat mencapai tujuan
pendidikan dalam pembentukan warga negara yang demokratis.
Progresivisme juga tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang terpisah,
melainkan harus diusahakan menjadi satu unit dan terintegrasi. Misalnya, dalam bidang
studi TPA, sejarah, dan keterampilan serta hal-hal yang bermanfaat dan dirasakan oleh
masyarakat. Praktik kerja di laboratorium, bengkel, dan kebun merupakan kegiatan-
kegiatan yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing atau belajar untuk
bekerja.

1.2. Aliran Esensialisme


Aliran filsafat pendidikan Esensialisme merupakan pandangan yang mengusulkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama yang dianggap memiliki banyak kebaikan.
Kebudayaan lama ini memiliki akar sejak zaman Renaissance dan berusaha menghidupkan
kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno.
Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide idealisme dan realisme, yang
membentuk aliran filsafat yang mapan.

1.2.1. Ciri-Ciri Utama Aliran Esensialisme

Ciri utama dari aliran Esensialisme adalah penekanan pada nilai-nilai yang stabil, teruji
oleh waktu, dan memiliki kejelasan. Berbeda dengan progresivisme yang menganggap
pendidikan fleksibel dan terbuka untuk perubahan, Esensialisme melihat bahwa pendidikan

6
yang berdasarkan fleksibilitas dapat menghasilkan pandangan yang tidak stabil dan kurang
terarah. Oleh karena itu, Esensialisme menganggap bahwa pendidikan harus didasarkan
pada nilai-nilai yang stabil dan terpilih.

1.2.2. Pola Dasar Pendidikan Esensialisme

Pola dasar pendidikan Esensialisme didasari oleh pandangan humanisme sebagai


reaksi terhadap hidup yang berorientasi pada hal-hal dunia dan materialistik. Beberapa
tokoh yang berperan dalam penyebaran aliran Esensialisme meliputi Desiderius Erasmus,
Johann Amos Comenius, John Locke, Johann Henrich Pestalozzi, Johann Friedrich
Froebel, Johann Friedrich Herbart, dan William T. Harris. Masing-masing tokoh memiliki
pemikiran yang berbeda terkait pendidikan, namun mereka semua berupaya membentuk
anak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini sebaga i yang terbaik.
Organisasi Essentialist Committee for the Advancement of Education didirikan oleh
para tokoh Esensialisme pada tahun 1930 untuk memajukan pandangan Esensialisme
dalam dunia pendidikan. Pandangan Esensialisme dikembangkan dengan memadukan
konsep-konsep idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran Esensialisme adalah
membentuk pribadi yang bahagia di dunia dan di akhirat, dan kurikulum sekolah.
Esensialisme dianggap sebagai miniatur dunia yang mengandung kenyataan,
kebenaran, dan kegunaan. Dengan demikian, peran sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan menjadi lebih berfungsi, berhasil guna, dan sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kenyataan sosial.
Esensialisme adalah pandangan tentang pendidikan yang memiliki perbedaan dengan
perenialisme dan progresivisme. Pandangan ini menekankan pentingnya nilai-nilai yang
kukuh dalam pendidikan agar memiliki arah yang jelas dan stabil. Esensialisme
menekankan pengujian ulang materi kurikulum, pembedaan antara esensial dan non-
esensial dalam program sekolah, dan kembali memberikan otoritas kepada pendidik dalam
kelas. Pendekatan esensialisme mengakui bahwa pendidikan perlu disesuaikan dengan
perkembangan dinamis manusia, namun harus didasarkan pada nilai-nilai yang teruji dan
kokoh dalam sejarah.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus membentuk kesadaran manusia
terhadap alam semesta dan dunianya, menuju kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Hal ini
juga dihubungkan dengan pentingnya mengutamakan faktor lingkungan dalam pendidikan
untuk penyesuaian manusia dengan hal-hal yang alami dan supranatural. Esensialisme

7
menekankan disiplin dan kerja keras dalam proses belajar, serta menolak konsep
progresivisme yang terlalu menekankan kepentingan pribadi.
Dalam Esensialisme, kurikulum dianggap sebagai kurikulum yang kaya, bertingkat,
dan sistematis, didasarkan pada pengetahuan yang tidak dapat dijabarkan secara terperinci,
serta sikap yang berlaku dalam kebudayaan demokratis. Esensialisme juga menekankan
peran guru dalam mengatur dan mengarahkan subjek didik menuju kedewasaan, dengan
tanggung jawab dan peran guru yang besar dalam memahami proses pengembangan
pendidikan. Guru yang berkualitas dianggap penting dalam melahirkan subjek didik yang
berkualitas pula.
Esensialisme mengakui bahwa pendidikan harus membantu subjek didik untuk
mengembangkan potensi mereka dan menjadi individu yang mandiri dalam menghadapi
tantangan kehidupan. Oleh karena itu, pengalaman subjek didik dalam lingkungan
masyarakat juga diperhatikan dalam pendidikan. Metode yang paling sesuai dalam
esensialisme adalah metode tradisional yang melibatkan latihan berpikir logis, teratur,
sistematis, dan komprehensif.
Dalam kesimpulan, Esensialisme dalam pendidikan menekankan pentingnya nilai-nilai
yang kukuh, pengujian ulang materi kurikulum, peran guru yang dominan, disiplin, dan
pengembangan potensi subjek didik. Pendekatan ini berusaha memberikan arah yang jelas
dan stabil dalam pendidikan, sambil mengakui perkembangan dinamis manusia.

1.3. Aliran Perennialisme


Perenialisme adalah aliran filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang bersifat abadi. Aliran ini mengajukan konsep "regressive road to cultural" yang
mengharuskan kembali ke masa lampau yang dianggap ideal untuk mengatasi krisis
kebudayaan yang terjadi dalam zaman modern. Perenialisme tidak melihat kembali ke
masa lampau sebagai nostalgia, tetapi sebagai upaya untuk membangun kembali keyakinan
pada nilai-nilai asasi yang diperlukan dalam kehidupan saat ini.

1.3.1. Ciri-Ciri Utama Aliran Perennialisme

Ciri-ciri utama aliran Perennialisme adalah pandangan bahwa zaman sekarang sedang
mengalami krisis kebudayaan dan diperlukan upaya untuk mencari dan mengamankan
lingkungan sosiokultural, intelektual, dan moral. Aliran ini menggunakan pendekatan
regresif dengan kembali kepada prinsip-prinsip umum yang ideal yang berhubungan

8
dengan ilmu pengetahuan, realitas, dan moral. Prinsip-prinsip ini bersifat aksiomatis dan
tetap berlaku sepanjang sejarah.

1.3.2. Prinsip-prinsip Pendidikan Perennialisme

Pendidikan Perennialisme didasarkan pada prinsip-prinsip yang muncul dari kontribusi


tokoh-tokoh berpengaruh seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Plato
mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dan nilai memiliki sifat universal yang abadi dan
ideal, dan ketertiban sosial hanya dapat tercapai jika ide-ide ini menjadi tolok ukur dalam
semua aspek kehidupan. Aristoteles kemudian mengembangkan ide-ide Plato dengan
menekankan pentingnya keseimbangan dan pengembangan aspek fisik, intelektual, dan
emosi dalam tujuan pendidikan. Thomas Aquinas mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan adalah mengaktualisasikan potensi yang ada dalam individu melalui bantuan
guru dalam mengembangkan potensi intelektual anak. Pandangan Perennialisme tentang
Pendidikan:
Perennialisme dalam konteks pendidikan meyakini bahwa pengetahuan yang diterima
manusia harus dibangun berdasarkan dasar-dasar pendidikan yang ada dalam sejarahnya.
Pendidikan dianggap sebagai transfer ilmu pengetahuan tentang kebenaran abadi. Para
perenialis percaya bahwa pendidikan harus membantu subjek didik menemukan dan
menginternalisasikan kebenaran abadi yang memiliki sifat universal dan tetap. Tujuan
utama pendidikan dalam pandangan ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir
rasional subjek didik melalui latihan intelektual yang sistematis. Pendidikan perenialis
menekankan pentingnya belajar untuk berpikir, sehingga subjek didik memiliki senjata
ampuh dalam menghadapi rintangan yang dapat mengurangi martabat kemanusiaannya.
Subjek didik juga diajak untuk mempelajari berbagai karya dalam literatur filsafat, sejarah,
dan sains guna mengembangkan pemikiran mereka.
Dalam kurikulum pendidikan perenialis, materi pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan potensi berpikir kreatif subjek didik, dengan penekanan pada kebebasan
berpikir individu. Metode pembelajaran yang digunakan mencakup diskusi, pemecahan
masalah, penelitian, dan penemuan. Guru dalam aliran ini berperan sebagai pembimbing
yang membantu subjek didik dalam pengembangan kemampuan intelektual dan spiritual
mereka. Pendidikan perenialis juga menekankan pentingnya pendidikan watak dengan
fokus pada kebajikan moral, khususnya dalam pendidikan tingkat dasar.

9
Di tingkat perguruan tinggi, aliran perenialisisme menekankan pentingnya filsafat
metafisika sebagai landasan materi pembelajaran, karena filsafat ini dipandang sebagai
cinta intelektual terhadap Tuhan. Hal ini dianggap penting untuk mendukung dunia
akademik dalam menghadapi realitas kehidupan dalam masyarakat.

1.4. Aliran Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme adalah sebuah aliran dalam filsafat pendidikan yang bertujuan


untuk merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
baru. Aliran ini berusaha mencari kesepakatan mengenai tujuan utama kehidupan manusia
melalui lembaga dan proses pendidikan. Tujuan tersebut hanya dapat tercapai melalui
usaha bersama semua bangsa. Rekonstruksionalisme juga bercita-cita untuk menciptakan
dunia yang diatur oleh rakyat secara demokratis dan tanpa membedakan warna kulit,
agama, dan negara. Aliran ini juga menggabungkan ajaran agama, demokrasi, teknologi
modern, dan seni modern dalam satu kebudayaan yang dibangun bersama oleh bangsa-
bangsa di dunia.

1.4.1. Landasan Filosofis

Aliran rekonstruksionisme memandang realitas sebagai sesuatu yang universal dan


memiliki dua hakikat, yaitu jasmani dan ruhani. Rekonstruksionisme juga percaya bahwa
pengetahuan yang benar dapat ditemukan melalui pengalaman dan hubungan dengan
realitas, serta bahwa kebenaran dapat dibuktikan melalui self-evidence, yakni bukti yang
ada pada dirinya sendiri. Aliran ini mengakui pentingnya aksi nyata dalam menerapkan ide
dan gagasan dalam pemecahan masalah masyarakat.

1.4.2. Pandangan Rekonstruksionisme tentang Pendidikan

Secara keseluruhan, rekonstruksionalisme merupakan aliran pendidikan yang memiliki


tujuan untuk merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang baru melalui lembaga dan proses pendidikan. Aliran ini ingin menciptakan dunia
yang diatur secara demokratis dan tanpa diskriminasi, serta menggabungkan ajaran agama,
demokrasi, teknologi modern, dan seni modern dalam satu kebudayaan yang dibangun
bersama oleh bangsa-bangsa di dunia. Rekonstruksionalisme juga mengakui pentingnya
pengalaman dan hubungan dengan realitas dalam memahami kebenaran, serta mendorong
aksi nyata dalam menerapkan ide dan gagasan untuk memecahkan masalah masyarakat.

10
BAB IV
PENUTUP

3.1. Simpulan

Aliran Filsafat Pendidikan yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat


memengaruhi karakter peserta didik kedepannya.
Masing-masing aliran memilikki ciri-ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Aliran
Progresivisme mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang
memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai
kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia
itu sendiri; Esensialisme menganggap bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai
yang stabil dan terpilih; Perenialisme adalah aliran filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat abadi; Rekonstruksionalisme adalah sebuah aliran dalam
filsafat pendidikan yang bertujuan untuk merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang baru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hamdani. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang.


Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Edisi 1. Jakarta: Kencana.
Anwar, Muhammad. 2017. Filsafat Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Kencana.
Muhmidayeli, 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Syaifullah, Ali H. A. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

12

You might also like