Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

BERKALA

Al{KEO-LOGI
ISSN 0216 - 1419

.MANUSIA DALAM RUANG:


STUDI KAWASAN DALAM ..
ARKEOLOGI

I
ol

AAN
OGYAKARTA

TAHUN XV - EDISI KHUSUS - 1995


BERKALA ARKEOLOGI
ISSN 0216- 1419
Tahon XIV - EDISI KHUSUS - 1995

DEWAN REDAKSI

Penasebat : Kepala Pusat Penelitian Arlceologi Nasional


Penanggung Jawab : Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta
Pemimpin Reda1csi : Bambang Sulistyanto
Sekretaris : lndah Asikin Nurani
Siclang Redaksi : Goenadi Nitibaminoto
Nurhadi Rangkuti
Masybudi
Siswanto

Alamat Reda1csi BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA


JI. Gedonglruning No. 174 Kotagede Yogyakarta 55171
Telpon. (0274) 377913

I
S I T. No. 797/SK/DITJEN PPG/STT/1980

BERKALA ARKEOLOGI diterbitk:an oleh Balai Arlceologi Yogyakarta 2 X 1


t.ahun bulan Mei clan November, clan dalam event ilmiah tertentu menerbitk:an

I
EDIS! KHUSUS. Penerbitan majalah ini bertujuan untuk menggalakk:an aktivitas
penelitian arkeologi clan menampung basil-basil penelitiannya, sehingga dapat
dinikmati oleh para ilmuwan clan masyarakat pada umumnya. Redaksi menerima
I
sumbangan artikel ma1csimal 15 balaman folio dengan spasi ganda. Naskah yang
dimuat tidak harus sejalan dengan pendapat redaksi. Redaksi berbak menyunting

i
naskah sejauh tidak merubah isi. Penunjuk sumber agar dibuat dalam sebuah
dafta:r yang disusun menurut abjad nama pengarang pada lembar khusus yang
diberijudul KEPUSTAKAAN. Contoh:

KEPUSTAKAAN
Fagan, Brian M. 1975. In The Beginning: An Introduction to Archaeology.
Boston: Little Brown and Company.
BERKALA ARKEOLOGI
ISSN 0216 -1419
Tahun XIV -EDISI KHUSUS -1995

DAFTAR ISI
Daftar lsi ------------------------- · ---------------•l
Pengantar ---------------------------------- , ·------�-· iii

-
Sarnbu tan Kepala Baltu Al'.keologi Yogyakarta ---------·--·------------··--··-.... jv
Sambutan Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional --·---- · ------------- ,,

' Sambutan Kepala Kantor \Vilayah Depdikbud Provinsi DlY. --- ---------------V 1

R. Bintarto
Keterbitan Manusia, Ruang Dan Kebudayaan .......................................................................................... l
.Haryadi
Kemungkinan Penerapan Koosep Sistem Seting Da1am Peoemukeoalan Penataan Ruang Kawasan ..... .. 5
, Heddy Shri Ahimsa-Putra
•Arkeologi Pemukiman• Titik Strategis dan beberapa Parad.igma .............•.............•........................ ··-· l 0
• Mundardjito
Kajian Kawasan: Peodekatan Strategis Dalam Penelitian Arkeologi di Indonesia Dewasa ini ................. 24

Gunadi
Situs-situs W atu Kandang Di Lembah Sungai Samin, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ................ ?9
. �urbadi Rangkuti
Candi Dan Kooteksnya: Tinjauan Arkeologi Ruang ·······························································-················· 37
, Fadhilla Arifin Aziz
Situs Gilimanuk (Bali) Seb&gai Pilihan l.obsi Pengnburan Pada Awai Masehi ...................................... 43
. Eko Punto Hendro
Kajian Sosio-Ekologis Mengenai Pusat Kerajaan Demak ···-······-················-··-······································ 47
· Nanang Saptono
Pericembangan Pemukiman Di Daerah lndnunayu ····················································-············-··-···-······ 60
· Retno Purwanti dan Eka Asih PT
Situs-situs Keagunaan Di Palembang: Suatu Tinjauan Kawasan Dan Tata Letak ................................... 65
·Ahmad Cholid Sodrie
Ulama Dalam Temuan Arkeologi Islam .................................................................................................... 70
. R. Cecep Eka Pe�na
Tata Ruang Masyara.kat Peodolrung Tradisi Megalitik: Kasus Masyarakat Baduy ...•............................. 74
· lndah Asikin Nurani
Pola Permukiman Gua-gua Di Kak:i Gunung Watangan; Suatu Hipotesis Pennukiman Goa Kawasan Timur
Jawa ............................................................................................................................................................ 78
·:Surhadi
Pasang Naik Dm SUIUt Kobl-lcota Pantai Utara Jawa. Sebuah Model Kaj ian ..•..................................... 87
, Machi Suhadi
Masalah Negara Vasal Majapabit ............................................................................................................ 92
. Widya :Say ati
Kegiatan Perdagangan: Suatu Penjelasan Berdasarlcan Teori Simbolis ................................................. 96
· Bugie Kusumohartooo
Model Pertukaran Pada Masyarabt Nusantara Kuna: Kajian Arkeologis ............................................. l 05
• Lucas Pertanda Koestoro
Masyarakat Pulau Di Utara Jawa Dan Pasang Surut Budayanya ........•....•.............•............................... l I 1
BERKALA ARKEOLOGI
ISSN 0216-1419
Tahun XIV - EDISI KHUSUS - 1995

-
/Sugeng Riyanto
Geografi (Kesejarahan) Dan Arsite.lctur (Lansekap) Sebagai Ilmu Bantu Arlreologi (Sebuah Uraian Singkat) I J 8
· Sumijati Atmosudiro
Gerabah Dan Kajian Kawasan: Studi Kasus Komple ks Kebudayaao Buni Jawa Barat .................................. I n
,Ku sen
Komplelc:s Ratoboko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembanguoannya ................................................. 128
.Ph.Subroto
Pola Zonal Situs-situs Arkeologi ........ .... .. ... ... ............ .•.................. .... .. .. .. ... .... .. .. .. .......... ........ ............ ............ I J 3
· Timbul Haryono
Arkeologi Kawasan Dan Kawasan Arkeologi: Asas Keseimbangan Dalam Pemanfaatan .............................. 139
·J. Susetyo Edy Yuwono
Rekontemplasi Periodisasi Prasejarah Indonesia ............................................................................................... 1-1-1
-�ndra Faizaliskandiar
Seba.ran Tembikar Di Trowulan: Hasil Survei IFSA 1991 - 1993 .................................................................... \ 50
-W. Anwar Falah
Peogenalan Geografis Kawasan Lampung (Satu Kajian.Ringkas) .................................................................... 168
·M. Fadlan Sueb lntan
Tingga.lan Arkeologi Di Kerajun Gowa Dan Tallo Berdasarkan Kajian Geologi Dan Sumber B� ........... I 73
· Rr. Triwuryani
Alokasi Situs-situs Arkeologi Di Kawasao Das Way Sebmpung ................................................................... I Ti
. Surayati Supangkat dan Rita Margareta Setyaningsih
Kota Baro: Kajiao AwaJ Tentang Kawasan Di Yogyakarta .............................................................................. 180
· Sri Utami Ferdinandus
Arca-area Wisou Di Asia Tenggara (Abad k:e 4 - 8 M) ······················································-··························· \ 85
• Djoko :'.'Jugraho Witjaksono
Koordioasi Peo.gembangan Kawasan Kota Lama Semarang Dalam Kaitannya Dengan Pengembangan
Pmiwi.sata ······················································-····························-································································· \ 93
,Abdul Cho6q Nawawi
Peran Tok:oh Dawn Tata Ruang Pennukiman Masa Mataram Islam Dari Kawasan Situs Potorono ............ 199
. Suwedi Montana
Meojejaki Situs Kerajaan Kuna Di Kalimantan (Observasi Lapangan Di Empat Provinsi) ........................... 208
.Peter Ferdinandus
A.lat Musik Perkusi Di Asia Tenggan (Seboah Kajian Arkeomusiko)ogi) ...................... ;............................. 2 \ 5
Y uniano K. Adi
Korelasi Persebaran Genta Perunggu Dan Candi Di Provinsi Jawa Tengah .................................................. 218
·"1ujib
Spesifibsi Benteng-benteng Di Kawasan Bengkulu Pada Masa Kolonia] Inggris ........................................ 227

II
BERKALA ARKEOLOGI
ISSN 0216-1419
Tahun XIV - EDISI .KHUSUS.-1995

PENGANTAR.

Sidang Pembaca yang 6uaiman.


'llntufc k._etiga fcalinya 'Berfc_a{a �rk._eowgi mener6itk._an fc.em6ali 'EJli.si fc_fwsus ai
taftun yang fce-15nya. 'EJlisi kfiusus yang aik!,tengafifcan fcali ini meropafcan fiasi{
aari seminar !Manusia '1Jalam, !I{uang: Stulli 9(pflklSan '1Jalam, !luK._eofogi. Seminar
yang tliselenggarafcan o[e/i Pusat Penelitian �fceofogi 9{,asional- 'Bafai �r{ceofogi
'Yogyak__arta ini, berfangsung pada tanggaf 15 -16 Maret1995.

'l(µ=eruierungan ark._eofogi-ruang se.iagai safali satu perufe{atan aalam 6iaang ar(wfogi.,


pada fta�(a�a fe6ili meni�eratk._an perfr.atian patfa k._ajian dimensi ruang (.pasial)
ian· 6erufa tfan situs ar{eofogi. di samping {ajian tfi.mensi 6entuk._ (fomu,I) tfan wak._tu
(t:emp<J1'111). 'Di. Indonesia paratfigma ar{eofogi-ruang 6elum iijaai.k._an farufasan pa�(
iafam k!,6anya(an peneutian ar(wfogi. Jumia/i aJi1i yang refatif sdifjt yang 6erfzasrat
meneKJl!U 6iaang �jian ar{wlogi-ruang1 mengak:fbat� mini.mnya fiasi1 pendi.tian
yang aapat iijadik_an 6alian acuan atau 6afian 6aiufing yang rnemaaai. 'Di.saaan·
sepenufinya, jiKJL fia[ ini iwiarKJLn terus-mmuus, mak._a per(emoangan ar(eofogi-ruang
di Inaonesia pas ti �n mai:f,n tertinggal aaripenefitian serupa tfi. negara fain.

'ufisi 'l(fw.sus ini suaaft pasti masili 6anyak (eiJuangan. Ofeh {arena itu l(ami
mengnarap� saran aan tanggapan yang kpnstrukftf tfan prespek.Ji.f sehingga dapat
memberiKJLn manfaat yang ,naksimal 6agi pememati semua.

11 l
SAMBUTAN
KEPALA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA

Assalamu'alaikum wr.,wb.
Suatu kebahagiaan yang sangat bermakna dan patut kita syukuri bersama ke hadirat Allah SWT. hanya
dalam limpahan nikmat dan hidayah-Nya kita diperkenankan saling bertatap muka kembali dalam
pertemuan seminar ini.

Kami berharap seminar ini dapat menjadi ajang ataupun arena sumbang saran dalam nuansa kolegial
bagi semua pelaku dan pemerhati arkeologi. Semoga seminar ini bermanfaat bagi kita semua, dan lebih
dari itu bagi Nusa dan Bangsa Indonesia yang sedang membangun ini.

Pemilihan tema seminar tidak terlepas dari kesepakatan rekan-rrekan di lingkungan Balai Arkeologi
Yogyakarta tiga tahun yang lalu yang telah menjadikannya sebagai tema utama penelitian mereka,
khususnya sewaktu menyusun program jangka menengah Pelita VI dalam menyongsong Pembangunan
Jangka Panjang Kedua. Ruang sebagai satu dimensi organisasi manusia telah dikembangkan dalam
konsep kawasan sebagai satuan kategorisasi budaya; bagaimana kawasan membentuk budaya dan
sebaliknya.

Seminar ini dihadiri oleh sekitar 125 peserta dari 8 provinsi dengan 39 sajian makalah. Peserta terdiri dari
pakar arkeologi, antropologi, geografi, dan arsitektur, yang berkecimpung pada bidang pengajaran
maupun penelitian.

Hasil seminar ini diharapkan dapat menjadi acuan yang memperkaya kerangka pikir kita untuk lebih
berkarya, dan sekelumit sumbangan untuk perumusan edisi baru Sejarah Nasional Indonesia nanti.

Bagi anak kandung, kami mohon perkenan Bapak Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional untuk
memberikan sambutan; demikian pula sebagai anak asuh, kami mohon perkenan Bapak Kepala Kantor
Wilayah Depdikbud Provinsi DIY untuk membuka secara resmi seminar ini. Perkenan Bapak merupakan
kehormatan tersendiri bagi kami baik penyelenggara maupun peserta.

Untuk rekan-rekan sejawat di lingkungan Balai Arkeologi Yogyakarta, kami harapkan penyelenggaraan
seminar ini dapat menjadi kebanggaan yang berarti untuk memacu pelaksanaan tugas kedinasan kita di
tahun-tahun mendatang. Khususnya kepada rekan-rekan panitia, kami sampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas jerih payah Saudara demi terselenggaranya seminar ini dengan baik.

Semoga melalui kegiatan seminar ini kita semua dapat meningkatkan dharma bakti untuk negara dan
bangsa sesuai dengan status dan peran kita masing-masing. Selamat berseminar. Terimakasih.
Wassalamu'alaikum wr., wb.

Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta,

ttd.

Ors. Nurhadi, Msc.


NIP. 130 538 071

Berka/a Arlceo/ogi - EDIS/ KHUSUS · 1995 lV


SAMBUTAN
KEPALA PUSAT PENELJTIAN ARKEOLOGI NASIONAL

Assalamu'alaikum wr. wb.


Yang terhormat,
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta,
Jajaran pimpinan di lingkungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional serta
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,
Kepala-kepala UPT Kebudayaan di lingkungan Kanwil Depdikbud Propinsi DIY,
Para Tamu Undangan dan Peserta Seminar
Marilah kita panjatkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahNya maka
pada pagi hari ini kita dapat bersama-sama duduk di dalam ruangan ini untuk mengikuti acara pembukaan
SEMINAR TENTANG MANUSIA DALAM RUANG: KAJIAN KAWASAN DALAM ARKEOLOGI. Dalam
kesempatan ini pula belum terlambat kiranya apabila kami menyampaikan Selamat Hari Raya ldul Fitri
1415 Hijriah kepada Bapak-lbu sekalian, serta mohon maaf lahir dan batin.
Para tamu undangan dan peserta seminar yang berbahagia.
Sudah menjadi keyakinan para ahli pada umumnya bahwa dimensi ruang di dalam kajian arkeoiog,
memiliki nilai yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan dimensi bentuk dan waktu. Bahkan diyakini
pula bahwa upaya untuk mempelajari kebudayaan di masa lampau, dalam makna yang seluas-luasnya,
tidak cukup hanya didasarkan pada kajian artefak, single building, atau situs semata. Adalah hal yang
penting bahwa arkeologi harus bergerak ke arah kajian terhadap unit-unit masyarakat yang menempati
ruang pada jenjang regional.
Hal penting kedua yang perlu kami sampaikan, adalah bahwa berbagai kebudayaan Nusantara tidak
dapat terlepas dan merupakan bagian dari sejarah kebudayaan kawasan yang lebih luas dan spesifik
yaitu kawasan Asia timur dan selatan serta Pasifik. Fenomena ini menggarisbawahi betapa strategisnya
kajian kawasan guna melandasi upaya menggambarkan dan menjelaskan proses-proses di dalam
kebudayaan_ Nusantara.
_
Kami sepenuhnya menyambut baik pilihan tema seminar yang telah ditetapkan oleh Balai Arkeolog1
Yogyakarta ini, mengingat relevansinya yang tinggi dengan kebijakan jangka panjang penelitian arl<eolog,
yang telah dicanangkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1993. Tema-tema utama
yang ditetapkan dalam Kebijakan tersebut memberikan tekanan besar pada kajian lintas budaya dan
lintas kawasan dari masyarakat di masa lampau. Oleh karenanya kami yakin prasaran dan diskusi dalam
seminar-ini mampu memperkaya Kebijakan penelitian arkeologi tersebut di atas.
Di lain pihak event semacam ini berfungsi pula untuk lebih memasyarakatkan kajian arkeologi ruang dan
kawasan kepada masyarakat, baik pada para ahli arkeologi maupun khalayak yang lebih umum.
Diharapkan pula seminar ini dapat mempertajam pi�u analisis kader-kader muda yang memiliki perhat,an
. dan minat di bidang studi arkeologi ruang.
Para tamu undangan dan peserta seminar yang berbahagia,
Sebagai penutup sambutan ini, kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DIY atas perhatian dan dukungannya bagi penyelenggaraan
seminar ini. Kami sampaikan pula penghargaan kepada para panitia yang telah mewujudkan program ini
di dalam situasi yang serba terbatas. Akhimya kepada para pemrasaran maupun para peserta, kam,
sampaikan selamat berseminar.
Sekian dan terimakasih. Wabillahi Taufik wal Hidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,

ttd.

Prof. DR. Hasan Muarif Ambary


NIP. 130 317 352

Berka/a Arkeologi - EDIS/ KHUSUS - 1995 V


I

SAMBUTAN
KEPALA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yang terhormat, .
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta,
Kepala-kepala UPT Kebudayaan di lingkungan Kanwil Depdikbud Propinsi DIY,
Jajaran pimpinan di lingkungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional serta
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,
Para Tamu Undangan dan Peserta Seminar,

Assalamu'alaikum wr. wb.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas
karuniaNya maka kita dapat menghadiri acara pembukaan Seminar pada pagi hari ini. Kam, sampa1kan •
pula selamat .datang di Yogyakarta, kepada para peserta seminar yang datang dari luar kota, dengan
harapan semoga kota ini membawa kesan yang baik bagi Bapak dan lbu sekalian. Belum terlambat
kiranya apabila dalam kesempatan ini kami menyampaikan pula Selamat Hari Raya ldul Fitri 141 SH
kepada Bapak maupun lbu yang merayakannya.

Bapak, lbu, dan peserta seminar yang berbahagia,


Sudah menjadi pemahaman kita bahwa kawasan Nusantara ini telah ditempati oleh manusia dalam kurun
waktu yang panjang. Di Pulau Jawa saja, kita dapat menjumpai berbagai tinggalan arkeologi dan
paleoantropologi yang berasal dari kala Plestosen maupun masa-masa sesudahnya. Namun demikian,
dalam kenyataannya tidak semua tempat memiliki kandungan tinggalan arkeologi yang sama kuahtas
maupun kuantitasnya. Sebagai contoh, bangunan-bangunan candi dari abad ke IX dan X Maseh, leb1h
tinggi intensitasnya di kawasan sekitar Yogyakarta dari pada tempat-tempat lain. Selain merupakan
kebanggan bagi masyarakat di daerah ini, fenomena tersebut tentunya merupakan permasalahan yang
menarik, baik bagi kalangan akademisi maupun umum .

Berkaitan dengan itu kami menyambut baik prakarsa yang diambil oleh Balai Arkeologi Yogyakarta untuk
menyelenggarakan seminar tentang MANUSIA DALAM RUANG yang secara khusus membahas
KAJIAN KAWASAN DALAM ARKEOLOGI. Kami yakin seminar ini akan dapat memperluas lingkup
kaj1an arkeologi, serta meningkatkan sumbangannya bagi kepentingan berbagai sektor yang lain.
misalnya pendidikan dan kepariwisataan. Oleh karena itu kami menyampaikan penghargaan yang seting1-
tingginya kepada Balai Arkeologi Yogyakarta, yang selaras dengan tugas dan fungsinya,
menyelenggarakan seminar ini mulai hari ini tanggal 15 Maret sampai dengan 16 Maret besok.

Bapak dan !bu peserta seminar yang berbahagia,

Pada penutup sambutan ini kami menyampaikan harapan, agar seminar in1 mencapai sasaran yang
diharapkan serta memberi manfaat yang optimal dalam rangka memahami sejarah kebudayaan bangsa
k1ta Akhirnya, dengan mengucapkan Bissmillahirahmannirahim, kami nyatakan bahwa SEMINAR
MANUSIA DALAM RUANG : KAJIAN KAWASAN DALAM ARKEOLOGI dengan resmi dibuka.

Sek1an dan tenmakasih.


Wassalamu'alaikum wr. wb.

Kepala Kantor Wilayah


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi DI Yogyakarta

ttd.

Ors. Soetopo Sahib


NIP. 130 439 125

Berka/a Arkeologi - EDIS/ KHUSUS - 1995 VI


Geografi (Kesejarahan) Dan Arsitektur (Lansekap) Sebagai Ilmu
Bantu Arkeologi (Sebuah Uraian Singkat)

Sugeng Riyanto

Keywords: method, theory, spatial, cultural landscape

How to Cite:

Riyanto, S. Geografi (Kesejarahan) Dan Arsitektur (Lansekap) Sebagai Ilmu Bantu


Arkeologi (Sebuah Uraian Singkat). Berkala Arkeologi, 15(3), 118–122.
https://doi.org/10.30883/jba.v15i3.682

Berkala Arkeologi
https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/

Volume 15 No. 3, 1995, 118-122


DOI: 10.30883/jba.v15i3.682

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-


ShareAlike 4.0 International License.
GEOGRAFI (KESEJARAHAN) DAN ARSITEKTUR (i:-ANSEKAP)
SEBAGAI ILMU BANTU ARKEOLOGI
(Sebuah Uraian Singkat)

Sugeng Riyanto
(Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)

1. Pendahuluan alam dan hubungannya dengan kebudayaan; dan


Dalam perjalanannya yang sudah cukup pan­ ke-dua, dimensi keruangan (spatial). Dengan de­
jang, arkeologi sebagaI ilmu sudah lama mening­ mikian dalam kajiannya sangat bersentuhan de­
galkan kajian yang sifatnya artifact (termasuk fitur ngan cara bernalar dan cara bekerja dalam bi­
dan ekofak) oriented. Ketiganya tidak lagi dipan­ dang ilmu lain seperti: ekologi, antropologi, sosio­
dang sebagai data individu yang harus dikaji se­ logi, geografi, arsitektur, dan studi-studi pemba­
cara individu · saja, tetapi sudah dipandang seba­ tasnya ( lbid:2)
gai bagian dari data arkeologi secara keseluruhan Geologi dan Biologi sebagai ilmu bantu su­
di dalam skala ruang tertentu. Hal ini tidak berarti dah dirasakan manfaatnya dalam membantu me­
suatu artefak, fitur, ekofak, tidak pertu lagi dikaji mecahkan berbagai permasalahan arkeologis.
secara individu, tetapi kajian tersebut merupakan Dengan latar tersebut, penulis berusaha menge­
awal dari totalitas penelitian arkeologi. Selanjut­ mukakan gambaran ringkas disiplin ilmu lain yang
nya dikembangkan, dengan memperhatikan se­ mungkin bermanfaat, khususnya dalam kaitannya
lain matriks, keletakkan, dan konteks, juga perlu dengan kajian keruangan dalam arkeologi, yaitu
memperhatikan kondisi lingkungan dan ruang da­ Geografi (Kesejarahan) dan Arsitektur (Lansekap)
lam skala tetentu: dari mikro sampai kawasan,
atau yang lebih luas lagi. 2. Pengertian Ruang Dalam Arkeologi
Kesadaran arkeolog tentang pentingnya Arkeologi keruangan pada dasarnya merupa­
memperhatikan 'ruang' -yang antara lain dikemu­ kan kajian dalam arkeologi yang mempelajari ru-ng
kakan oleh Clarke (1977), Sharer dan Ashmore tempat ditemukannya hasil-hasil kegiatan ma-usia
(1979)-- barangkali didasari oleh kenyataan bah­ masa lampau, sekaligus mempelajari pula
wa data arkeologi pada dasarnya banyak memiliki hubungan antar ruang dalam satu situs, sistem
keterbatasan. Tinggalan arkeologi merupakan situs, beserta lingkungannya (Clarke 1977:9). Da­
cerminan yang terganggu dari sistem perilaku am analisisnya, terdapat tiga tingkat ruang, yaitu:
manusia masa lalu (Mundardjito, 1993:11). Pada mikro, semi-mikro, dan makro. Tingkat mikro me­
gilirannya, upaya pencapaian tujuan seperti ter­ musatkan perhatiannya pada hubungan antar
gambarkan dalam tiga butir paradigma arkeologi komponen di dalam suatu bangunan atau struk-tur,
(Binford, 1972), juga 'terganggu'. Kajian keruangan tingkat semi-mikro memperhatikan hubungan antar
ini kemudian dikenal sebagai arkeologi keruang-an komponen di dalam suatu situs, dan tingkat makro
(spatial archaeology) (Clarke, 1977:9). memperhatikan hubungan antar situs da-lam
Perkembangan arkeologi sebagai suatu ilmu satuan wilayah geografis ekologis atau wi-layah
dibarengi pula oleh kebutuhan akan dukungan da­ budaya.
ri disiplin ilmu yang lain. Perkembangan kearah Jika artefak, ekofak, dan fitur diamati tidak
kajian keruangan seperti disebutkan di atas me­ hanya pada satu ruang tetapi pada beberapa
ngakibatkan secara khusus diperlukan dukungan ruang secara bersamaan, maka kajian semacam ,
dari ilmu-ilmu alam, karena kajian keruangan pa­ ini disebut sebagai kajian regional (regional study)
da dasarnya menyangkut erat alam dan lingkung­ (Rahardjo, 1989:189). Menurut Sharer dan Asmo­
an tempat manusia beraktivitas. Dari aspek ma­ re, yang dimaksudkan region (wilayah) adalah
nusia dan kebudayaan, penelitian arkeologi teru­ suatu wilayah yang dikelilingi oleh ciri-ciri topo­
tama mempelajari wujud kebudayaan materi yang grafis seperti pegunungan, perbukitan, daerah
ditemukan di situs berupa himpunan benda ar­ aliran sungai, atau kumpulan air seperti sungai,
keologi beserta dimensinya, sedangkan dari ling­ pantai, dan sebagainya (1979:76). Dengan kata
kungan alam mempelajari wujud benda biotik dan lain region dapat diartikan sebagai bagian dari
abiotik. Dari sini kemudian muncul istilah arkeo­ permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal­
ekologi atau arkeologi-ekologi (Mundardjito, 1994). hal tertentu dari daerah sekitarnya. Namun un-tuk
Dalam arkeologi-ekologi terdapat dua ciri, penentuan wilayah arkeologis perlu memper-
yaitu pertama memperhatikan aspek lingkungan

Berl<ala Arkeologi - EDIS/ KHUSUS - 1995 118


timbangkan faktor-faktor ekologis dan budaya 1965:1). Hal itulah yang mendasari munculnya
(Rahardjo, 1989: 190). geografi kesejarahan.
Hubungan ekologis dan budaya pada dasar­ Hubungan alam dengan manusia dijembata-ni
nya merupakan hubungan antara tawaran alam dengan istilah 'mempengaruhi', bukan 'menen­
dan sambutan manusia atasnya, atau interaksi tukan', artinya bahwa lingkungan alam hanyalah
manusia dengan lingkungannya. Dari sini kemu­ mempengaruhi jalannya sejarah manusia, bukan
dian muncul istilah-istilah seperti problem lingku­ menentukan (Daldjoeni, 1978:5). Hal ini berkaitan
ngan, ti ndakan pemecahan masalah, dan adapta­ dengan paham 'posibilisme' yang sudah lama
si. Seperti halnya dalam arkeo-ekologi, perhatian menggantikan paham 'determinisme geografis',
utama yang menyangkut alam dan manusia bu­ yang menyatakan bahwa alam hanya sekedar
kan kepada aspek kebudayaan (benda arkeologi) menawarkan berbagai kemungkinan untuk di­
dan aspek lingkungan alam secara sendiri-sendi-ri, manfaatkan oleh manusia melalui senjata tek­
melainkan hubungan antar kedua aspek terse-but nologinya (Broek, 1965:17-20). Oleh karena itu ke­
(Mundardjito, 1994:1). mudian muncul istilah studi regional yang diarti­
Geografi (Kesejarahan) dan Arsitektur (Lan­ kan sebagai penelaahan terhadap tempat berikut
sekap) pada dasarnya memperhatikan hubungan penghuninya. Faktor-faktor geografis yang terpen­
antara manusia dengan ruang (alam) di seki­ ting adalah posisi, iklim, dan morfologi bumi.
• tamya. Untuk itulah dirasakan perlu memperha­ Dengan menelaah suatu region (wilayah
tikan kedua disiplin ilmu tersebut khususnya da­ geografis) dapat diketahui bagaimana seluk beluk
lam rangka kajian arkeologi keruangan. cara manusia yang sejak masa lampau telah me­
manfaatkan berbagai kesempatan yang ditawar­
3. Geografi Kesejarahan kan lingkungan geografis. Kondisi wilayah geo­
Geografi dibag1 menjadi dua bagian. yaitu grafis yang berbeda menyediakan tawaran alam
geografi fisis dan geografi sosial. Pembagian ini dan cara manusia memanfaatkannya berbeda pu­
sebenamya tidak nyata, karena gejala alami dan la, dalam hal ini budaya materiil. Perbedaan-per­
sosial tidak dapat dipelajari secara terpisah. Geo­ bedaan itu disebut sebagai 'dokumen sejarah'
grafi regional dan geografi kesejarahan pada da­ yang dapat 'bersaksi' atas pasang surutnya suatu
sarnya bukan merupakan cabang dari geografi kebudayaan atau peradaban suatu masyarakat
(seperti geografi ekonomi dan geografi politik), te­ tertentu di tempat yang tertentu pula. Posisi geo­
tapi merupakan penerapan secara bersama-sama grafis suatu satuan budaya dapat berubah-ubah
dari geografis fisis dan geografi sosial pada wila­ tergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan po­
yah tertentu. litik satuan wilayah tersebut atau satuan wilayah di
sekitarnya. Tentang morfologi, dapat dikatakan
3.1 Ruang, Manusia dan Lingkungan Alam bahwa morfologi suatu daerah dapat dikatakan
Dalam salah satu aef1rnsnya, Geografi diarti­ stabil sepanjang masa. Akan tetapi perlu diper­
kan sebagai ilmu yang menelaah ruang huni ma­ hitungkan pengaruh bencana alam seperti banjir,
nusia, dan manusia sebagai penghuni bumi (Dal­ ledakan gunung, pergeseran garis pantai sebagai
djoeni, 1987:10). Kata 'bumi' di sini bisa berarti akibat dari pelumpuran sungai, dan lain-lain (Dal­
perrnukaan bumi secara keseluruhan maupun se­ djoeni,1987:8). Oleh karena itu dapat pula dikata­
bagian saja yang mewujudkan ruang hidup bagi kan bahwa bentang alam (landscape) seperti ada­
bagi segenap mahluk. lstilah ruang dapat dibeda­ nya sekarang telah mengalami pengubahan ·te-rus­
kan menjadi milieu, (lingkungan alam dan lingku­ menerus oleh kegiatan manusia (Thomas (ed.),
ngan buatan), space (ruang untuk permukiman), 1970: 70-88).
dan region (wilayah). Adanya interaksi antara lingkungan alam de­
Secara umum, Geogrfi Kesejarahan (Histori­ ngan manusia (lingkungan ekologis dan lingku­
cal Geography) tidak secara langsung menyentuh ngan sosial) menyebabkan adanya dua macam
arkeologi, tetapi 'diperuntukkan' bagi sejarawan. lingkungan, yaitu lingkungan ekstemal dan ling­
Telaah bumi sebagai kondisinya sekarang, tidak kungan internal. lingkungan ekstemal merupakan
memuaskan sejarawan yang merasa perlu me­ kondisi dan segala sesuatu yang ada di sekitar
ngenal berbagai perubahan alam yang pernah manusia, seperti suhu, kelembaban, iklim, dan
terjadi, sehingga sejarah manusia yang berlang­ kesuburan tanah. Sedangkan lingkungan internal
sung di situ dapat lebih dimengerti (Daldjonei, merupakan r�daptasi dan terdapat dalam diri
1987:4). Di dalam sejarah yang bersangkutan, ter­ manusia, yang ditimbulkan oleh adanya aksi yang
dapat rentetan usaha manusia untuk melestarikan berasal dari lingkungan di luar manusfa. Dengan
dirinya dengan cara memanfaatkan berbagai fasi­ demikian dapat dikatakan bahwa di samping ada­
litas yang ditawarkan oleh lingkungan alam (East, nya pengaruh lingkungan yang sifatnya forrnatif,

Berka/a Arkeologi - EDIS/ KHUSUS - 1995 l I9


terdapat pula penyesuaian diri (rearrangment) manusia dalam menyambut tawaran atau tanta­
(Daldjoeni, 1987: 27). ngan alam geografis di suatu wilayah. Oleh kare­
na itu peta-peta historis sangat diperlukan dalam
3.2 Geografi Kesejarahan di Beberapa Negara tahap analisisnya, karena kondisi permukaan bu­
3.2.1 lnggris mi (topografi) sangat erat kaitannya dengan seluk­
Penulisan historical geography untuk mengu-ji beluk iklim, permusirrian, vegetasi, fauna, peru­
relasi antara berbagai peristiwa sejarah dan la-tar bahan perairan, jaringan jalan, dan sebagainya
belakang geografinya di lnggris ternyata justru (Ibid:15-17).
banyak dilakukan oleh sejarawan. Mereka banyak
menggunakan peta untuk mendukung dan me­ 3.2.3 Amerika
nyusur:i analisis dan interpretasi historis. Di pihak Pada mulanya, paham determinisme sangat
lain, historical geography juga dip_elajari oleh geo­ berpengaruh dalam menafsirkan sejarah di Ame­
graf dengan arti yang berbeda, yaitu geography of rika. Relasi antara iklim ataupun topografi wilayah
the past. Para geograf yang menggeluti masa dengan penduduknya dianggap sangat kuat. Akan
lampau tidak memberi batas pada rentang waktu tetapi belakangan diketahui bahwa kehadiran
masa lalu., seperti prasejarah dan sejarah. Waiau­ sumberdaya alam tidak secara otomatis menim­
pun sama-sama menyangkut 'masa lampau', akan bulkan eksploatasi atasnya. Dengan demikian
tetapi pengertiannya berbeda: 'kebudayaan dan alam geografis tidak lagi dianggap menentukan •
peradaban' bagi sejarawan dan 'muka bumi' bagi jalannya kehidupan manusia, tetapi hanya mena­
geografi. warkan.
Seorang geograf dalam mempelajari masa Selanjutnya faktor geografis tidak hanya diar­
lampau meliputi dua hal: perbedaan gejala ma­ tikan sebagai pegunungan dan lembah, akan teta­
nusiawi (agama, dialek, peradaban, dan sebagai­ pi juga mencakup, antara lain, kondisi geologis
nya) dan masalah yang menyangkut lokasi. Na­ dan geofisis, proses pembentukan tanah dan
mun demikian, geograf tetap memerlukan ba-nyak kaitannya dengan kehidupan flora dan fauna, fluk­
bahan dari berbagai cabang geografi sendiri, tuasi suhu dan curah hujan, dan sebagainya. Fak­
seperti geografi fisis dan geografi biologis. Unsur­ tor-faktor tersebut tidak hanya dihubungan de­
unsur lingkungan seperti topografi, batuan, perair­ ngan kehidupan manusia sehari-hari, akan tetapi
an, iklim, dan sebagainya dianggap dapat menga­ juga dengan kesehatan, misalnya, atau berbagai
lami perubahan-perubahan dan berpengaruh ke­ kemampuan seperti berpikir, bertindak, dan seba­
pada makhluk biologis (Daldjoeni, 1987: 12-14). gainya. Beberapa geograf dengan menggunakan
metode statistik dan eksperimental bahkan men­
3.2.2 Jennan coba menemukan korelasi antara periode-periode
Historische geographie di Jerman merupa­ meteorologis (misalnya perubahan suhu dan
kan ilmu bantu sejarah yang utama. Para sejara­ angin) dengan gejala-gejala sosial (Ibid: 19-23)
wan berpencfapat bahwa ada dua golongan ilmu
bantu sejarah, yaitu ilmu bantu dalam arti luas dan 3.2.4 Perancis
yang khusus. llmu bantu dalam arti luas me-liputi Di Perancis terdapat istilah geohistoire yang
semabarang ilmu, sejauh ilmu tersebut dia-nggap maknanya sangat berbeda dengan geografi kese­
bermanfaat, seperti biologi, teknik, antro-pologi, jarahan di atas. Munculnya istilah ini berkaitan
dan ekonomi. llmu bantu yang khusus me-rupakan dengan paham strukturalisme yang mempelajari
ilmu yang sangat diperlukan oleh sejara-wan, struktur sejarah dari setiap peristwa. Proses struk­
sehingga harus dipelajari sendiri, bahkan jika tural dianggap sebagai proses dasar dan ber­
diperlukan, harus didalami. Conteh ilmu bantu langsung dengan lambat. Perubahan-perubahan
khusus adalah epigrafi, paleografi, numismatik, yang ada akan tampak setalah waktu yang relatif
geografi kesejarahan, dan sebagainya. lama. Proses panjang inilah yang disebut geo­
Historische geographie dianggap yang paling histoire (ibid: 17-18).
berdiri sendiri karena sebagian besar tata kerja­
nya cenderung bersifat geografis, sehingga tidak 4. Arsitektur Lansekap
terikat oleh metodologi sejarah. Dengan sebutan 4.1 Umum
geografi kesejarahan ditunjukkan bahwa berbagai Keberadaan manusia tidak terlepas dari ke­
penelitian dan uraian tentang permukaan bumi hadiran arsitektur, yaitu ketika manusia membu­
tertentu dalam periode tertentu pula yang di da­ tuhkan ruang tempat tinggal, yang semata-mata
lamnya terkandung dua pengertian. Pertama, in­ merupakan tempat pertindungannya · terhadap
tensitas pengaruh alam geografis wilayah yang alam, dalam rangka mempertahankan hidupnya
besangkutan mempengaruhi berbagai tindakan (Hendraningsih dkk., 1982:4). Hal ini karena sejak
manusia; dan ke-dua, sebaliknya, yaitu intensitas pertama kehadirannya, manusia selalu berada di

Berka/a Arlceologi • EDIS/ KHUSUS - 1995 120


tengah-tengah alam (iklim dan lingkungan) se­ nan maupun lansekap. Kearifan ini diwujudkan
hingga dengan kemampuannya, manusia selalu dalam pengelolaan yang terpadu antara lingkung­
berusaha mempertahankan kehadirannya, antara an alami dan lingkungan buatan yang dalam prak­
lain dengan membuat ruang tempat tinggal yang teknya dibatasi dan sekaligus dibimbing oleh un­
aman. Sedangkan ruang tidak dapat dipisahkan sur kognisi, pendidikan, adat, kebudayaan, dan
dari kehidupan manusia baik secara psikologi sebagainya.
emosional (persepsi) maupun dimensional (Ha­ Dalam prinsip arsitektur lansekap, ruang di­
kim, 1991: 1). artikan sebagai suatu wadah yang tidak nyata, te­
Sebagai hasil karya manusia, arsitektur sa­ tapi dapat dirasakan oleh manusia (Hakim, 1991
ngat dipengaruhi oleh keadaan geografis, geolo­ :38). Sedangkan dalam desain lansekap (tiga di­
gis, dan iklim, yang ketiganya terutama secara fisik mensi), ruang harus dijelaskan dengan memberi­
membantu dalam mewujudkan bentuk arsi­ kan tingkatan pada nilai ruang tersebut berdasar­
tekturnya; sedangkan keadaan keagamaan dan kan elemen-elemen alam: bentuk tanah, tanam-an,
kemasyarakatan terutama turut serta dalam me­ dan sebagainya.
nentukan taraf peradabannya (Sumintardja, 1978: Dari istilah ruang muncul beberaapa pensti­
4). Faktor-faktor itulah yang pada gilirannya akan lahan, yang antara lain meliputi 'pembatas ruang'.
mewujudkan suatu bentuk arsitektur secara kese­ Pembatas ruang antara lain berupa 'lantai' yang
• luruhan yang disebut dengan karya arsitektur. sebagai bidang alas sangat berpengaruh terha­
Dengan demikian karya arsitektur dituntut untuk dap pembentukan ruang luar, karena bidang alas
mengait erat pada lingkungan dan tapak sekitar­ ini erat kaitannya dengan fungsi ruang. Selain lan­
nya, beradaptasi dan mentransformasi secara tai, pembatas ruang dapat juga berupa dinding
kontekstual sebagai bagian dari suatu rangkaian yang dapat membedakan dengan ruang luar dan
kehidupan yang terjaga kesinambungannya (Budi­ meliputi dinding masif, dinding transparan, dan
hardjo, 1993). dinding semu. Dinding masif dapat berupa permu­
Pada dasarnya arsitektur tidak terbatas pada kaan tanah yang vertikal atau pasangan batu ba­
wujud bangunan saja, akan tetapi meliputi ruang ta/beton yang secara tegas sangat kuat dalam
yang lebih luas yang disebut dengan arsitektur pembentukan ruang. Dinding transparan merupa­
lansekap (landscape architecture). Arsitektur lan­ kan pembatas ruang luar yang dapat ditembus
sekap ialah seni dan pengetahuan yang mengatur mata, seperti pagar bambu, dan deretan pohon.
permukaan bumi dengan ruang-ruang serta sega­ Dinding semu merupakan dinding yang dibentuk
la sesuatu yang ada di atas bumi untuk mencapai oleh perasaan pengamat berdasarkan garis-garis
efisiensi, keselamatan, kesehatan, dan kebaha­ batas, seperti pantai, cakrawala, dan tepi sungai.
giaan umat manusia (Newton, cf. Hakim, 1991: v).
Selain itu dalam arsitektur juga dikenal istilah ar­ 4.3 Bentuk
sitektur biologik yang mengalihkan perhatian dari Bentuk terdiri dari bentuk dua dimensi dan
arsitektur teknik ke arsitektur kemanusiaan yang bentuk tiga dimensi. Bentuk dua dimensi dibuat
memeperhitungkan keselarasan antara alam dan dalam bidang datar dan dibatasi dengan garis.
kepentingan manusia penghuninya (Frick, 1988 Sedangkan bentuk tiga dimensi dibatasi oleh ru­
12). Dalam arsitektur, lingkungan dibedakan men­ ang yang mengelilinginya, yang disebut ruang.
jadi lingkungan alam, lingkungan sekitar (buatan), Selain itu bentuk dibedakan menjadi bentuk alami
dan hngkungan sosial-ekonomi (48-50). dan bentuk buatan atau yang diciptakan oleh ma­
nusia untuk kepentingannya.
4.2 Ruang Dalam hubungannya dengan perencanaan,
Uraian di atas menggambarkan bahwa da­ bentuk merupakan obyek yang direncanakan ber­
lam arsitektur lansekap terdapat kaitan yang erat dasarkan aturan-aturan tertentu dalam masyara­
antara manusia dengan alam lingkungannya. Oleh kat dan didesain sebaik mungkin berdasarkan
karena itu, hal yang penting dalam arsitektur kondisi lingkungan alamnya untuk keperluan ter­
• lansekap adalah ruang. 'Ruang' dapat ditimbulkan
oleh adanya hubungan antara manusia dengan
tentu. Dengan demikian bentuk dalam suatu pe­
rencanaan mempunyai makna, arti, atau kesan
suatu obyek, baik secara visual maupun melalui tersendiri (Hakim, 1991: 96).
indranya (Hakim, 1991: 1). Suatu perasaan yang Secara umum, bentuk dapat memberikan ke­
penting bagi manusia mengenai ruang adalah pe­ san statis, sta�il, agung, formal, dan sebagainya.
rasaan teritorial, yang dapat memenuhi kebutuh-an Makna suatu bentuk dapat berubah atau berbeda
dasar akan identitas diri, kenyamanan, dan ra-sa sesuai dengan skala ruang dan waktu. Bentuk
aman. Dengan demikian dibutuhkan kearifan rumah orang eskimo, misalnya, tentu dirasakan
dalam memanfaatkan alam lingkungan untuk dija­ kurang cocok jika dibangun di daerah tropis.
dikan ruang tinggalnya, baik dalam wujud bangu- Perubahan bentuk atau makna bentuk dapat di-

Berka/a Arkeo/ogi - EDIS/ KHUSUS - 1995 121


timbulkan oleh kondisi topografi, cuaca, problem semi-mikro, dalam hubungannya dengan peng­
sosial, komunikasi, dan sebagainya. Namun de­ hunian manusia.
mikian, bentuk-bentuk yang pemah ada sering di­
jadikan pertimbangan dalam tahap perencanaan
(Ibid.). KEPUSTAKAAN
Arsitektur membatasi ruang dari lingkungan
alam yang belum digunakan dengan massa yang Binford, Lewis R.1972. An Archaeological Pers­
belum dibentuk (Frick, 1988:45). Dengan demikian pective. New Mexico: University of New
dapat dikatakan bahwa aspek bentuk dalam arsi­ Mexico.
tektur lansekap sangat berkaitan dengan penga­
turan -penghunian manusia dalam suatu ruang, Broek, Jan O.M.1965. Geog..-pby, Its Scope and
baiR berupa bangunan, hubungan antara bangu­ Spirit. Ohio: Merill BookS.' '.
I
nan dengan lingkungannya, maupun antara ele­
:,

men lingkungan yang satu dengan yang lain. Co­ Clarke, David L. 1977. Spatiar' :Information in Ar­
rak lingkungan atau alam yang berkaitan dengan chaeology, Spatial Archaeology (ed. David
keseimbangan hubungan pengaturan penghunian L.Clarke). London:Academic Press. pp.1-32
manusia meliputi empat kategori, yaitu:
a. tanah, air, udara, api Daldjoeni,1987. Geografi Kesejarahan I. Ban­ •
b. padat. cair, gas, plasmatis dung: Penerbit Alumni.
c... batu, flora, fauna, iklim
d. suhu, kelembaban, cahaya, bobot (Ibid: 19) East,W.G.1965. The Geography Behind History. ..
Dalam pengaturan penghunian, corak alam ter­ London.
sebut sering mempengaruhi bentuk penghunian,
atau paling tidak dijadikan sebagai bahan per­ Frick, Heinz. 1988. Arsitektur dan Lingkungan.
timbangan dalam tahap perancangannya. Yogyakarta: Kanisius.

5. Penutup Hakim,Rustam.1991. Unsur Perancangan Dalam


Patut dicermati apa yang dikemukakan Mun­ Arsitektur Lansekap Edisi-V Jakarta: Bumi
dardjito bahwa perhatian yang besar terhadap di­ Aksara.
mensi ruang (spatiaf) dalam arkeologi, menga­
kibatkan diperlukannya cara bernalar dan cara be­ Hendraningsih,dkk.1982. Peran, Kesan, dan Pe­
kerja dalam bidang ilmu lain (1994:2). llmu lain san Bentuk-bentuk Arsitektur Jakarta:
yang dimaksudkan antara lain adalah geografi dan Djambatan.
arsitektur. Seperti t�lah dikemukakan di atas
bahwa keduanya sangat berkaitan erat bahkan Mundardjito.1993. Kecenderungan Penelitian Ar­
berkepentingan dengan masalah ruang dan ling­ keologi Mutakkhir. EHPA 1993, Yogyakarta.
kungan. Hal ini bukan berarti bahwa arkeolog ha­
rus mendalami sendiri ilmu-ilmu tersebut, akan ___.1994.Arkeologi-Ekologi:Perspektif Ekologi
tetapi selain cara bernalar dan bekerja yang diper­ Dalam Penelitian Arkeo/ogl'. EHPA 1994.
hatikan, juga bagaimana cara kita memanfaatkan Palembang.
hasil penelitian para historical geographer mau­
pun geographical historian untuk kepentingan ar­ Rahardjo, Wanny.1989. Manfaat Kajian Regional
keologi. Sedangkan dalam arsitektur lansekap dalam Penelitian Arkeologi. PIA V. Jakarta:
yang patut diperhatikan terutama adalah prinsip­ IAAI
prinsip dalam perancangan penghunian manusia
yang sangat memperhatikan masalah ruang dan Sharer.Robert J. & W.Ashmore.1980. Fundamen­
lingkungan. tal of Arcllaeology. London:The Benjamins
Geografi kesejarahan dan arsitektur lanse­ Cumming Publishing Company.
kap terutama diperlukan dalam kajian arkeologi
keruangan. Namun demikian ada sedikit perbeda­ Sumintardja, Djauhari.1981.Kompendium Sejarah
an dari keduanya dalam hal skala ruangnya. Geo­ Arsitektur. Edisi II. Bandung:Yayasan Lem­
grafi kesejarahan meliputi ruang yang lebih luas baga Penyelidikan Masalah Bangunan.
(sampai tingkat regional, bahkan bisa lebih luas
lagi), begitu pula dalam hubungannya dengan Thomas,Wl.1970.Man's Role in Changing The
aspek-aspek kehidupan manusia, meliputi aspek Face of The Earth. Chicago:The University
yang luas pula. Sedangkan arsitektur lansekap te­ of Chicago.
rutama berkaitan dengan skala ruang mikro dan

Berka/a Arkeologi - EDIS/ KHUSUS- 1995 122

You might also like