Professional Documents
Culture Documents
2008 Aph
2008 Aph
2008 Aph
APJULKHIR PAPUA HM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN
APJULKHIR PAPUA HM
NRP A353060384
ABSTRACT
Mining was the primary economic generator for the city of Sawahlunto and its
surrounding areas. The role of coal in the region’s economy has been diminished
eversince and people and the government are enforced to develop alternatives
strategies for moving the region’s economy. One of the strategy that is now being
developed is to turn the ex-mining sites for tourism activities. This strategy was
succesfully applied in many ex-mining areas all over the world and came out with
a better economic condition for its people and the region as well. Based on these
facts, development strategies of Sawahlunto was arranged with new vision to
becoming mine tourism city in 2020. The objectives of this research are: (1) to
identify tourism development potential at ex-mining area of Kandi-Tanah Hitam;
(2) to find out tourism development impact to regional development; and (3) to
make a tourism development strategy at ex-mining area Kandi-Tanah Hitam. This
research used descriptive analysis for physical aspect of tourism development
potency and impacts. SWOT Analysis was used to build the tourism development
strategy. The result shows that this area suitable for sport and tourisms such as
horserace, motocross circuit, roadrace, breeding farm, fishing area, water
recreation, and also mini zoo in Tandikat and Kandi Lake. Tourism development
in this area could give positive impact to physical environment, economics and
culture aspects. The priority strategies are development of the tourism area,
service center, and new strategic area based on the potency of area, direction from
regional planning, and low population density.
APJULKHIR PAPUA HM
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS
Judul Tesis : Potensi Kawasan Bekas Tambang sebagai Objek
Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota
Sawahlunto)
Nama : Apjulkhir Papua HM
NIM : A. 353060384
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
APJULKHIR PAPUA HM
NRP A353060384
RIWAYAT HIDUP
Halaman
Halaman
Halaman
Halaman
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Daerah Kota Sawahlunto dalam melakukan perencanaan, pengelolaan,
pemanfaatan, evaluasi dan monitoring pengembangan pariwisata pada kawasan
bekas tambang untuk masa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata
Pengertian Pariwisata
Kepuasan Konsumen
Agar bisa memuaskan konsumen, produsen mesti tahu apa kebutuhan dan
bagaimana selera konsumen (Farid, 2003). Penelitian yang sudah dilakukan
tentang kepuasan konsumen jasa wisata berdasarkan penelusuran yang dilakukan
sangat banyak dan bervariasi. Indek Kepuasan Konsumen (Costumer Satisfaction
Index) memiliki keuntungan dapat menggunakan data hasil Importance
Performance Analysis (IPA) sebagai data awal dalam menganalisis sehingga dapat
memperhitungkan atau mengetahui kepuasan konsumen secara variabel
keseluruhan dengan sederhana dan lebih akurat. Kekurangannya adalah tidak
dapat menganalisis variabel secara terpisah sehingga hasil analisis yang diperoleh
kurang jelas.
Rainanto (2003) dan Suhadi (2004) dalam Ihshani (2005) melakukan
penelitian tentang identifikasi perilaku konsumen dan tingkat kesesuaian harapan
pelanggan dalam proses keputusan pembelian dan evaluasi kepuasan pengguna
kereta api Pakuan Ekspress Bogor. Metode utama yang digunakan dalam
penelitian adalah Importance Performance Analisis (IPA) yang kemudian hasilnya
dipetakan melalui analisis diagram kartesius, dan indek kepuasan pelanggan (IKP-
Costumer Satisfaction Index).
Mahfudz (2003) dalam Oktaviani (2006), dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Wisata Alam Pantai
Anyer dengan mempelajari proses keputusan pembelian dan preferensi konsumen.
Manfaat yang dicari oleh konsumen dalam pembelian jasa wisata adalah hiburan.
Motivasi yang mendorong konsumen untuk datang ke Pantai Anyer adalah untuk
menikmati pemandangan dan menghirup udara pantai, hasil analisis tabulasi
silang dengan uji Chi Kuadrat didapat variabel-variabel yang berhubungan antara
lain pendapatan dengan biaya transportasi dimana semakin besar tingkat
pendapatan maka akan semakin besar juga biaya transportasi yang dikeluarkan.
Selanjutnya adalah tingkat pendidikan dengan biaya transportasi dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin besar biaya transportasi
yang dikeluarkan. Urutan peringkat kepentingan atribut wisata alam Pantai Anyer
antara lain kenyamanan, keamanan, kebersihan, harga, lokasi wisata, pelayanan
wisata, kelengkapan fasilitas, manfaat yang peroleh, pemandu wisata dan promosi.
Sedangkan atribut yang tidak dipentingkan adalah manfaat berkunjung, pemandu
wisata dan promosi.
Septriani (2001) dalam Ihshani (2005), meneliti tentang Perilaku
Konsumen Dalam Pembelian Jasa Wisata Agro Gunung Mas dengan mempelajari
proses keputusan pembelian dan preferensi konsumen. Konsumen yang diteliti
dibagi menjadi tiga kelas yaitu, kelas rekreasi, kelas olahraga dan kelas menginap.
Bagi kelas rekreasi, atribut yang dianggap paling penting adalah keamanan,
manfaat kunjungan, pelayanan wisata, kenyamanan, kebersihan dan lokasi wisata
agro. Atribut yang dianggap penting oleh konsumen kelas olahraga adalah atribut
perlengkapan fasilitas penunjang, manfaat kunjungan, kenyamanan, kebersihan,
keamanan lokasi wisata agro. Sedangkan kelas menginap, atribut yang dianggap
penting adalah kebersihan, manfaat kunjungan, keamanan, kenyamanan dan
kelengkapan fasilitas penunjang.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapang dan wawancara.
Unsur-unsur yang diamati meliputi aspek sumberdaya fisik (geologi, lereng,
tanah, hidrologi, dan infrastruktur), aspek daya tarik, kondisi fisik obyek wisata
(sarana prasarana penunjang, jalan, aksesibilitas) dan hubungan antar obyek
wisata. Wawancara dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada wisatawan
untuk mendapatkan persepsi tentang objek wisata yang ada. Data sekunder
bersumber dari beberapa dinas/instansi yang terkait (Bappeda, Dinas
Pertambangan, Industri dan Perdagangan, Dinas Kimpraswil, Kantor Pariwisata,
Seni dan Budaya, BPS, BPN, PT. BA-UPO dan pihak-pihak terkait lainnya).
Data sekunder tersebut terdiri dari foto udara Kota Sawahlunto tahun 2003 dan
peta-peta (Peta Administrasi, Peta Obyek Pariwisata, Peta Jaringan Jalan, Peta
Sungai, Peta Landuse, Peta Reklamasi Lahan, Peta Geologi, Peta Lereng dan Peta
RTRW) (Tabel 1).
Habisnya sumberdaya
Masalah keberlanjutan
tambang sbg Prime mover
pengembangan daerah
pembangunan daerah
Skala
----
200 0 200
~'"
400
~ PusatDcsa
~ Balas Kccamalan
~ BatasDcsa
rM Jalan Arteri Sckulldcr
INl
lalan Kota dan Kawasall
INl
Jalan Tanah
7i~----------~--~~~--------------------~--~"~ ~~ ~
g
:il
g;
~
b
N
~
0
0
0
0
~ S[KOLAH PASCASARJANA
~ 693500 694000 694500 695000 695500 696000 696500
PROGRAM STUD! PERENCAIliMN WILAVAH
INSTITUT P[RTANIAN BOGOR
100 44'20"
0
100"44'40" 100"45'00" 100"45'20" 100"45'40" 100"46'00"
Analisis dan interpretasi data biofisik, ekonomi dan sosial budaya dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Sementara itu untuk mengetahui kondisi
objek pariwisata saat ini, diukur melalui analisis kepuasan konsumen. Analisis
deskriptif juga digunakan untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata
terhadap pengembangan wilayah ditinjau dari aspek fisik, ekonomi, sosial budaya
dan masyarakat sekitar kawasan. Selanjutnya untuk membuat arahan strategi
pengembangan pariwisata pada kawasan bekas tambang, dilakukan dengan
analisis SWOT. Hubungan antara tujuan penelitian, data yang digunakan, sumber
data, teknik analisis, dan output yang diharapkan dapat dilihat dalam Tabel 1 dan
Gambar 6.
dimana:
= Bobot rata-rata tingkat penilain kinerja atribut ke-i
= Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
= Jumlah responden
Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja
untuk keseluruhan atribut, dengan rumus:
dimana:
= Nilai rata-rata kinerja atribut
= Nilai rata-rata kepentingan atribut
= Jumlah atribut
Nilai ini memotong tegak lurus pada sumbu horisontal, yakni sumbu
yang mencerminkan kinerja atribut (X) sedangkan nilai memotong tegak lurus
pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y).
Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata kinerja
dan kepentingan atribut, kemudian nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam diagram
kartesius seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Diagram kartesius Importance-
Performance Analysis terbagi ke dalam empat kuadran (Supranto, 2001) yaitu :
Kuadran I (Prioritas utama), kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap
penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut belum
sesuai dengan harapan konsumen. Tingkat kinerja dari atribut tersebut lebih
rendah dari pada tingkat harapan konsumen terhadap atribut tersebut.
Kuadran I Kuadran II
Kepentingan (Y)
(Prioritas Pertahankan
Utama) Prestasi
dimana:
n = Jumlah Konsumen
Yi = Nilai Kepentingan Atribut ke-i
2) Menentukan bobot Weight Factors (WF), yang merupakan persentase nilai
MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.
dimana:
p = Atribut kepentingan ke-p
3) Menentukan bobot Weight Score (WS), yang merupakan perkalian antara
WF Dengan rata-rata tingkat kepuasan (X) (Mean Satisfaction Score = MSS)
4) Menentukan Customer Satisfaction Index atau Indeks Kepuasan Konsumen
(CSI/IKK)
dimana :
p = Atribut kepentingan ke-p
HS = (Highest scale) skala maksimum yang digunakan.
Pada umumnya, bila nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa
konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai CSI dibawah 50 persen
konsumen belum dikatakan puas. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam
lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas (Tabel 2). Kriteria ini
mengikuti modifikasi kriteria yang pernah dilakukan oleh PT Sucofindo dalam
melakukan Survei Kepuasan Pelanggan.
dimana:
= Nilai dari hasil uji Friedman
= Jumlah responden
k = Jumlah variabel yang akan diuji (atribut tambahan)
Rj = Jumlah ranking tiap variabel
Kriteria untuk Analisis Varian Ranking Dua Arah Friedman, yaitu: jika
nilai > , maka kesimpulan yang akan diperoleh adalah tolak Ho.
Hal tersebut berarti terdapat perbedaan tingkat keperluan atau kebutuhan diantara
fasilitas tambahan.
Untuk lebih mengetahui perbedaan yang nyata diantara variabel-variabel
tersebut dilakukan Uji Perbandingan Berganda untuk uji Friedman (Santoso,
2001).
Kriteria uji untuk uji perbandingan berganda untuk uji Friedman ini yaitu:
jika nilai sebelah kiri lebih besar daripada nilai dari sisi sebelah kanan
Tabel 3. Pembobotan setiap unsur SWOT berdasarkan Blok Plan Resort Wisata
Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto
Kekuatan Peluang Kelemahan Ancaman
Bobot Bobot Bobot Bobot
(S) (O) (W) (T)
S1 ... O1 ... W1 ... T1
S2 ... O2 ... W2 ... T2 ...
... ... ... ... ... ... ... ...
Sn ... On ... Wn ... Tn ...
Sumber: Diperindagkop Kota Sawahlunto, 2006
Keterangan: Nilai Bobot 5 = Sangat Penting
Nilai Bobot 4 = Penting
Nilai Bobot 3 = Cukup Penting
Nilai Bobot 2 = Kurang Penting
Nilai Bobot 1 = Sangat Tidak Penting
(3). Analisis Prioritas Strategi
Alternatif strategi pada matrik hasil SWOT (Tabel 4) dihasilkan dari
Strategi S-O, yaitu menggunakan kekuatan internal untuk meraih dan
memanfaatkan peluang-peluang yang ada; Strategi W-O, strategi ini
bertujuan untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan
peluang yang ada; Strategi S-T, adalah strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman; dan Strategi W-T,
merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan internal serta menghindar dari ancaman yang
akan datang.
Overlay
Analisis deskrpitif Multiple Comparison Importance
Uji Friedman Performance Analysis
Potensi
Biogeofisik Karakteristik &
Proses Pengambilan Prioritas Fasilitas
Data Tambahan
keputusan kunjungan Analisis Kuadran Analisis GAP
Ekonomi, Analisis deskrpitif
Sosial Budaya
Respon Kesenjangan
Potensi pengembangan Konsumen Kinerja-Harapan
kawasan
Dampak pengembangan
Pariwisata terhadap Analisis Kepuasan Pengunjung
Pengembangan Wilayah (CSI)
Indeks Kepuasan
Analisis deskrpitif Pengunjung
Analisis SWOT
- Geologi
Daerah Kota Sawahlunto terletak pada cekungan pra-tersier Ombilin yang
berbentuk belah ketupat panjang dengan ujung bulat, selebar 22,50 km dan
Panjang 47,00 km. kedalaman cekungan ini diperkirakan 2,00 km, diisi oleh
lapisan yang muda yang disebut dengan Formasi Brani, Formasi Sangkarewang,
Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang dan Formasi Ombilin. Formasi
Ombilin merupakan lapisan paling muda menurut kategori zaman tersier atau
berumur sekitar 2 juta tahun. Kota Sawahlunto terletak di atas Formasi
Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada zaman yang diberi istilah kala (epoch)
Eocen sekitar 40 – 60 juta tahun yang lalu. Para ahli geologi beropini bahwa
Kepulauan Nusantara sekarang ini terbentuk sekitar 4 juta tahun yang lalu.
Mereka menduga ketika Formasi Sawahlunto terbentuk belum ada Pulau
Sumatera seperti sekarang ini. Pada Cekungan Ombilin inilah tersimpan batubara.
Sampai saat ini, 30 juta ton batubara telah ditambang sedangkan yang telah teruji
dan terkira diperkirakan masih tersisa sekitar 132 juta ton lagi (Antono, 1993).
Biasanya lapisan tanah dan batuan tanah ini memang membeku atau liat
serta sulit untuk meluruskan atau menyimpan air tanah dan kemungkinan air tanah
hanya tersimpan hanya tersimpan pada kulit bumi yang telah lapuk. Akan tetapi
tidak demikian pada Formasi Sawahlunto. Tanah pada Formasi Sawahlunto
mengandung butiran pasir yang dapat meluruskan air, tetapi dari gambar
penampang Geologi Ombilin diduga air itu justru lolos ke tempat lain.
Aspek geologi yang perlu mendapat perhatian yang sangat serius dalam
perencanaan dan pengembangan Kota Sawahlunto adalah : sesar, gempa bumi,
dan gerakan tanah.
(1). Sesar. Sesar atau patahan yang dapat menimbulkan bencana adalah
sesar yang aktif. Prasarana vital seperti pipa minyak, pipa air bersih
harus direncana pembangunannya tidak memotong sesar aktif.
Berdasarkan pola sesarnya yang sejajar dengan Sesar Besar Sumatera
diperkirakan Sesar Sawahlunto adalah sesar aktif.
(2). Gempa Bumi. Kota Sawahlunto dan sekitarnya telah teridentifikasi
sebagai daerah rawan gempa bumi. Telah tercatat bahwa gempa bumi
yang sering terjadi di Propinsi Sumatera Barat menyebabkan
kerusakan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.
(3). Gerakan Tanah. Gerakan tanah sering terjadi di Kota Sawahlunto
adalah gerakan tanah dengan tipe aliran bahan rombakan (debris
slide), runtuhan batu (rock fall), longsor (land slide), dan rayapan
tanah (soil creep). Gerakan tanah ini dapat terjadi pada semua jenis
batuan mulai dari batu gamping, konglomerat, dan batu lempung.
Gerakan tanah inipun dapat terjadi pada semua batuan yang memiliki
salah satu atau beberapa keadaan berikut :
- morfologi atau kemiringan lereng yang curam
- kekar atau retakan batu yang rapat
- kemiringan perlapisan batuan searah dengan kemiringan lereng dan
tanah pelapukan cukup tebal.
Dapat disimpulkan bahwa terjadinya gerakan tanah di sekitar Kota
Sawahlunto sering dipicu oleh kegiatan pemotongan lereng (misalnya pada road
cut), curah hujan yang tinggi dan minimnya upaya penguatan lereng. Bahaya sesar
aktif dan gempa bumi dapat diamati secara langsung di lapangan. Hasil
pengamatan lapang ditemukan 4 (empat) tipe gerakan tanah yang semuanya
terjadi di Kota Sawahlunto. Berikut ini 4 (empat) tipe gerakan tanah tersebut
antara lain:
(1). Aliran bahan rombakan (debris slide)
Aliran bahan rombakan terutama terjadi karena aktivitas manusia
seperti pemotongan tebing bagian bawah untuk pelebaran jalan dan
panggalian tanah urug. Pemotongan tebing bagian bawah
menyebabkan hilangnya kekuatan penyangga sehingga jika musim
hujan, batuan yang lapuk di bagian atas menjadi mudah longsor.
(2). Longsor (land slide)
Banyak terjadi di sepanjang jalan Sawahlunto – Talawi, terutama pada
ruas Lubang Panjang – Sungai Durian, baik pada jalan bawah maupun
jalan atas. Longsor terjadi karena sisi barat daya jalan yang umumnya
berupa lembah yang tererosi secara alami yang menyebabkan jalan
kehilangan penyangga. Apabila tanah di bawah bertambah berat
karena peresapan air hujan, sebagian atau seluruh badan jalan akan
longsor atau turun ke bawah. Beban kendaraan dapat mempercepat
terjadinya longsor.
(3). Rayapan Tanah (soil creep)
Dapat ditemui pada sisi timur laut jalan Sawahlunto–Talawi di Sungai
Durian di bagian yang lerengnya agak landai. Rayapan tanah telah
dikelola dengan pemberian teras di bagian kaki rayapan. Rayapan
tanah terjadi karena masuknya air hujan ke dalam bagian tanah yang
merayap. Air hujan yang meresap menambah berat massa tanah, tetapi
mengurangi daya gesek tanah.
(4). Runtuhan Batu (rock fall)
Dapat terjadi alami pada tempat-tempat yang bertebing terjal, terutama
pada tempat yang batuannya keras dan rapat, seperti pada batu pasir
dan batu gamping di sekitar Kota Sawahlunto pada sepanjang ruas
jalan Muara Kelaban–Sawahlunto, sepanjang ruas jalan Muara
Kelaban Padang Sibusuk, sepanjang gawir sesar turun di Sungai
Durian dan sepanjang Batang Ombilin. Secara alamiah runtuhan batu
pada kekar bertambah lebar karena pelapukan. Oleh karena itu,
kejadian runtuhan batu baru terjadi pada periode yang lama dan sulit
untuk diramalkan. Hal ini justru menyebabkan masyarakat menjadi
lupa akan bahaya yang ditimbulkannya.
- Topografi
Wilayah penelitian terletak pada ketinggian berkisar antara 210-350 meter
di atas permukaan laut (m dpl) dengan bentuk wilayah dominan (80%) berbukit
dan bergelombang yang sebagian besar berlokasi di bagian tengah kawasan bekas
tambang dengan kemiringan lahan antara 15-40%, sisanya (20%) termasuk datar,
landai sampai agak curam (lereng 0-15%) terletaknya di pinggir jalan propinsi,
dan sangat curam (lereng >40%) yang terletak pada areal bekas tambang Kandi-
Tanah Hitam (Tabel 7).
Perbukitan yang terjal merupakan bentang alam yang dominan dalam
daerah administrasi Kota Sawahlunto yang dicirikan oleh bukit-bukit yang
membulat dengan lereng bukit curam sampai terjal (Gambar 8). Kemiringan lahan
yang terjal ini menjadi kendala atau faktor pembatas pengembangan wilayah Kota
Sawahlunto. Bentuk wilayah yang landai tersebar hampir di tengah Kota
Sawahlunto, yang umumnya merupakan jalur- jalur sempit sehingga dirasa sulit
untuk dikembangkan menjadi permukiman perkotaan; posisinya memanjang
sepanjang Sesar Sawahlunto, memisahkan perbukitan terjal yang terletak di kedua
sisinya. Bentuk wilayah yang relatif landai sehingga memungkinkan
berkembangnya permukiman perkotaan hanya dijumpai di Talawi dan Kota
Sawahlunto sendiri.
Topografi yang berbukit atau bergunung tidak menguntungkan untuk
dilakukannya kegiatan pertanian di kawasan bekas tambang ini; dan karena pada
daerah ini telah tertimbun material hasil aktivitas pertambangan, sehingga sangat
mungkin dan rentan terhadap erosi dan longsor. Sebagaimana yang diketahui
bahwa terjadinya erosi dan longsor mempunyai hubungan yang erat dengan sifat-
sifat tanah, topografi dan curah hujan serta vegetasi penutup. Sehubungan dengan
kegiatan penambangan terbuka, terjadi perubahan terhadap lereng/topografi dan
tanah, yaitu:
(1). tanah puncak (top soil) dan mineral tanah yang akan tergusur dan
teraduk yang menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah di
bekas tambang terbuka;
(2). bentang alam, permukaan tanah yang berbukit dan bergelombang akan
menjadi rata, sebaliknya lembah-lembah akan tertutup tanah
timbunan; dan
(3). kemantapan lereng (slope stability), untuk kawasan yang memiliki
lereng yang besar dari 45° akan berkurang kemantapannya karena
tumbuhan penutup/vegetasi telah ditebas dan banyak tanah kupasan
yang tergusur ke lembah-lembah ternyata menyangkut di lereng-
lereng.
Tabel 7. Pola distribusi kelas lereng pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam
Luas
No Lereng Distribusi Lokasi %
(Ha)
1 0–8% Relatif sedikit dan berada di 23,279 6,69
(Datar-agak landai) pinggir Jalan Kota, Jalan
Propinsi, sungai dan pada areal
bekas tambang batubara
2 9 – 15 % Sebagian besar berada dekat 31,737 9,12
(Landai-agak curam) lahan dengan lereng 0 – 8 %
3 16 – 40 % Tersebar di seluruh lokasi 280,874 80,69
(Agak curam-curam) wilayah penelitian
4 > 40 % Berada di bagian timur wilayah 12,189 3,50
(Sangat curam) penelitian
Jumlah 348,079 100
100"44'20" 100"44'40" 100"45'00" 100"45'20" 100"45'40" PETA
1'()I2M4.SI (;~()L()(71
Skala
o Pusat Desa
---,v Batas KeC3matan
/'.,' Batas Desa
N Jalan Arteri Sekunder
/\/ Jalan Kola dan Kawasan
o /\/ Jalan Tanah
SEKOLAH PASCASARJAIliA
PROGRAM snJm PERElliCAIllAAIll WILAYAH
693500 694000 694500 695000 695500 696000 696500 IIliSTITUT PERTAIliIAIll BOGOR
100"44'20" 100"44'40" 100"45'00" 100"45'20" 100"45'40" 100"46'00"
- Tanah
Berdasarkan data dari Bagian Pengelolaan Lingkungan PT. BA-UPO
(Depkimpraswil, 2003), tanah-tanah di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam didominasi oleh Podsolik Merah Kuning atau setara dengan Typic
Hapludults, dan sebagian tanah Aluvial di sepanjang Batang Ombilin. Secara
lengkap klasifikasi tanah kawasan bekas tambang ini hingga tingkat subgrup
menurut Soil Taxonomy tahun 2003 dan padanannya menurut kriteria Pusat
Penelitian Tanah (PPT) tahun 1983 dicantumkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Klasifikasi tanah di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
Klasifikasi Tanah
Soil Taxonomy
PPT (1983)
Ordo Subordo Grup Subgrup
Ultisols Udults Kandiudults Typic Kandiudults Podsolik Kandik
Kanhapludults Typic Kanhapludults Podsolik Kandik
Hapludults Typic Hapludults Podsolik Haplik
Tabel 10. Data kesuburan tanah di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
Lokasi Sampel Tingkat Kesuburan Tanah
No Parameter Satuan Tanah
Kandi Rendah Sedang Tinggi
Hitam
1 PH
- H2O 5.31 6.07 <6 6-7 7
- KCl 5.11 6.00 < 6 6 - 7 7
2 Cu PPM 2.60 5.10 < 10 10 - 40 40 - 80
3 Zn PPM 7.60 7.70 < 10 10 - 200 200 - 300
4 Mn PPM 49.00 112.00 < 20 20 - 200 200 - 300
5 Fe PPM 253.00 155.00 < 1000 1.000 - 10.000 10.000 - 100.000
6P PPM TU 3.10 < 5 5 - 39 40
7 Ca m.e / 100 gr 0.76 2.56 2 - 5 6 - 10 11 - 20
8 Mg m.e / 100 gr 0.80 0.56 0,1 - 0,3 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0
9 Na m.e / 100 gr 0.48 0.48 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0
10 K m.e / 100 gr 0.18 0.10 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0
11 KTK m.e / 100 gr 12.20 13.00 5 - 16 17 - 24 24 - 80
12 H+ m.e / 100 gr 0.74 0.21 - - -
13 Al m.e / 100 gr 2.10 0.21 < 3 3,1 - 8 8,1 - 40
Sumber : Bag. Pengelolaan Lingkungan, PT. BA – UPO, (Depkimpraswil, 2003)
Keterangan : TU = Tidak Terukur
- Hidrologi
Sungai besar yang terdapat di sekitar wilayah penelitian ada dua yaitu
Batang Ombilin dan Batang Malakutan, sedangkan sungai kecil juga dua yaitu
Batang Lurah Gadang dan Batang Tandikat. Batang Malakutan, Batang Lurah
Gadang dan Batang Tandikat merupakan anak sungai Batang Ombilin, sehingga
sungai yang melewati wilayah penelitian hanya dua yaitu Batang Lurah Gadang
dan Batang Tandikat yang keseluruhan sungai tersebut mengalir dari Barat ke
Timur atau Utara ke selatan.
Pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam ini juga terdapat
beberapa danau yang terbentuk dari aktivitas penambangan batubara, yaitu:
(1). Danau Kandi, Danau Tanah Hitam, dan Danau Belibis yang terbentuk
dari bekas galian tambang batubara;
(2). Danau Tandikat yang terbentuk akibat terhalangnya aliran sungai
Tandikat oleh timbunan (disposal) dari kegiatan tambang batubara di
sekitarnya.
Berdasarkan kajian awal yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan
Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, mendeskripsikan bahwa air tanah akan relatif sulit didapatkan di Kota
Sawahlunto karena kondisi lapisan tanah dan batuan yang ada di kota ini bersifat
masif (Pemda Kota Sawahlunto, 2004).
- Perubahan Lingkungan Akibat Penambangan
Rona awal lingkungan kawasan Kandi dan Tanah Hitam sebelum tahun
1990 dapat dideskripsikan sebagai berikut:
(1). sebagian besar berupa hutan dengan pohon-pohon kecil (Hutan
Tersier) dan semak belukar; dan
(2). sebagian kecil berupa permukiman yang tersebar di masing-masing
pusat Desa Kolok Nan Tuo, Kolok Mudik, Sikalang dan Salak serta
berupa danau alam yaitu danau Tandikat.
Setelah dilakukannya kegiatan penambangan batubara setelah tahun 1990
oleh Perusahaan Terbatas Bukit Asam-Unit Pertambangan Ombilin (PT. BA-
UPO), maka rona lingkungan kawasan ini mengalami perubahan atau gangguan,
yaitu berupa:
(1). pada lereng-lereng terjadi erosi alur (gully erotion) cukup berat. Untuk
menahan laju erosi dan perbaikan struktur tanah telah dilakukan
penanaman Albazia sp dan Accasia auriculiformis sejak tahun 1992;
(2). kawasan hutan berkurang secara signifikan, terutama di bagian timur
wilayah penelitian yang merupakan kawasan kegiatan penambangan
batubara PT. BA-UPO (kawasan Kandi dan Tanah Hitam). Kawasan
tersebut telah berubah menjadi kawasan terbuka (tidak bervegetasi)
dan terbentuknya danau-danau; dan
(3). kawasan permukiman tidak ada pertambahannya.
Konsekuensi dari terjadinya perubahan rona lingkungan ini, maka PT. BA-
UPO sebagai perusahaan pemegang Kuasa Pertambangan kawasan tersebut,
berkewajiban melaksanakan Kegiatan Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan
sebelum kegiatan tambang ditutup. Dalam hal ini kegiatan pemantauan
lingkungan dari PT. BA-UPO dijadikan sebagai bahan untuk menilai kondisi
eksisting lingkungan kawasan bekas tambang, terutama pada kawasan yang telah
mengalami perubahan rona lingkungan. Lingkungan kawasan bekas tambang
setelah dilakukan reklamasi pasca aktivitas penambangan batubara menunjukkan
bahwa lahan tersebut sudah hampir kembali ke keadaan sebelumnya, yaitu sudah
menjadi hutan kembali. Di beberapa tempat sempat terjadi perusakan areal
reklamasi karena aktivitas penambangan liar, namun akhirnya aktivitas tersebut
berhasil dihentikan pada akhir tahun 2006 (Tabel 11).
Tabel 11. Status dan kondisi lahan reklamasi di Kawasan Kandi-Tanah Hitam
Luas (Ha) Jumlah
No Uraian
Kandi Tanah Hitam (Ha)
1 Daerah Terganggu 192,796 201,34 394,136
2 Daerah Tereklamasi 141,296 160,908 302,204
3 Dirusak Tambang Liar 42,038 27,99 70,028
4 Kewajiban Reklamasi* 61,500 32,114 93,614
Jumlah 437,63 422,352 859,982
Sumber : Bag. Pengelolaan Lingkungan, PT. BA – UPO, (Depkimpraswil, 2003)
Ket : * tidak termasuk yang dirusak peti
- Infrastruktur Penunjang
Infrastruktur penunjang yang terdapat di sekitar kawasan bekas tambang
Kandi-Tanah Hitam dapat diuraikan sebagai berikut:
(1). fasilitas keamanan, terdiri dari 1 Polres di Desa Sikalang, 1 Polsek
yaitu di desa Kolok Mudik dan Pos Hansip pada setiap pusat desa;
(2). fasilitas peribadatan, berupa Mesjid yang berlokasi di Desa Kolok
Nan Tuo 2 unit, Desa Kolok Mudik 1 unit, Desa Santur 2 unit, Desa
Sikalang 2 unit dan Desa Salak 2 unit serta Desa Sijantang 1 unit
dengan kondisi baik; dan
(3). fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Desa Kolok Nan Tuo, Desa
Kolok Mudik dan Desa Salak masing-masing 1 unit, poliklinik
sebanyak 1 unit di Desa Sikalang dan Posyandu sebanyak 6 unit yang
berlokasi pada Pusat Desa (Gambar 10).
Berdasarkan data kondisi jalan yang ada saat ini (Diperindagkop Kota
Sawahlunto, 2006), panjang jaringan jalan di sekitar wilayah penelitian adalah
22,52 km dengan luas 11,07 Ha yang terdiri dari : (1) jalan propinsi berupa jalan
aspal sepanjang 3,43 km dengan kondisi sebagian rusak akibat longsoran dan
amblas; (2) jalan kota berupa jalan aspal 5,46 km, jalan tanah/perkerasan 1,88 km;
dan (3) jalan tambang berupa jalan tanah sepanjang 11,74 km yang dulunya
merupakan sarana transportasi kegiatan penambangan batubara yang dilakukan
oleh PT BA-UPO (Tabel 13).
Gambar 9. Peta Distribusi Lokasi Reklamasi Kawasan Bekas Tambang Kandi-Tanah Hitam.
Tabel 13. Data kondisi jalan eksisting
Kondisi Eksisting Jalan
Status
No Jenis Panjang Lebar Luas Keterangan
Jalan Kondisi
Konstruksi (m) (m) (m2)
1 Jalan Aspal 3.423,23 5,00 17.161,15 Baik & Rusak = 250 m
Propinsi Rusak
2 Jalan Kota Aspal 5,460,60 5,00 27.303,00 Baik & Rusak = 25 m
Rusak
Tanah & 1.888,20 4,00 7.552,80
Perkerasan
3 Jalan Tanah 11.740,40 5,00 58.702,00
Tambang
Jumlah 22.521,43 110.718,95
Sumber : Depkimpraswil, 2003
Wilayah penelitian terdapat 4 (empat) ruas jalan yang menghubungkannya
dengan jalan propinsi dan jalan kota, dan baru satu ruas yang kondisinya
permanen yaitu ruas jalan dari Simpang Napar menuju Kawasan Kandi dengan
badan jalan yang diaspal sepanjang 2,4 km. Ruas jalan komplek Perkantoran
Kolok menuju kawasan Motocross sedang dalam tahap perkerasan, dan sudah bisa
dilewati oleh kendaraan roda empat maupun roda dua. Ruas ini dipersiapkan
sebagai jalan lingkar dari Talawi – Simpang Napar – Kawasan Wisata – Jalan
Raya Kolok – Pusat Kota. Pembuatan jalan lingkar ini ditujukan untuk
mengantisipasi macetnya arus lalu lintas akibat adanya aktivitas wisata di
kawasan ini, juga untuk menghubungkan antar objek wisata yang ada di dalam
kawasan ini sehingga bisa lebih mudah dijangkau oleh wisatawan.
Fasilitas transportasi di wilayah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
(1). fasilitas terminal tidak ada, namun disekitar terdapat satu terminal
bayangan di dekat Pusat Desa Santur (bagian Selatan wilayah
penelitian);
(2). fasilitas pakir formal ada dua yaitu di depan gerbang pacuan kuda dan
di samping gerbang taman satwa;
(3). fasilitas untuk pejalan kaki tidak ada, lebih banyak menggunakan bahu
jalan;
(4). moda angkutan umum berupa kendaraan roda empat untuk angkutan
dalam kota dan antar kota serta kendaraan roda dua atau ojek untuk
angkutan dalam kawasan wisata; dan
(5). jaringan jalan yang dilalui oleh angkutan formal (dalam dan luar kota)
hanya jalan kota dan jalan propinsi.
Perekonomian
Tabel 15. Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut
lapangan usaha
Tahun
No Lapangan Usaha
2004 2005
1. Pertanian 27,75 21,90
2. Pertambangan dan Penggalian 8,27 13,00
3. Industri dan Pengolahan 5,63 8,84
4. Listrik, Gas dan Air Minum 3,63 1,51
5. Bangunan 6,62 3,29
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,14 16,67
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,74 8,65
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,05 1,66
9. Jasa – jasa 21,17 24,49
Total 100,00 100,00
Sumber : Bappeda Kota Sawahlunto, 2006
Dari Tabel 16 terlihat bahwa pada tahun 2004 telah terjadi penurunan
jumlah penduduk Kota Sawahlunto dibanding tahun 2003 sebesar 0,20 persen.
Hal tersebut diduga berkaitan erat dengan pemutusan hubungan kerja yang terjadi
pada perusahaan batubara PT BA-UPO akibat berkurangnya produksi. Sebagian
yang terkena PHK memutuskan untuk keluar dari Kota Sawahlunto untuk mencari
pekerjaan pengganti dan sebagian lagi pindah kerja ke Kantor Pusat PT BA-UPO
yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Namun di tahun 2005, kondisi
pertumbuhan penduduk terlihat sudah mengalami sedikit peningkatan (0,48
persen), sehingga jumlah penduduk menjadi 52.708 jiwa.
Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005, didapatkan kepadatan
penduduk Kota Sawahlunto secara rata-rata adalah sebesar 192,75 jiwa/km2, telah
terjadi peningkatan sebesar 0,48 persen bila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk rata-rata di tahun 2004, yang sebesar 191,83 jiwa/km2. Data kepadatan
penduduk di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.
- Breeding farm
Objek ini berada di bagian Barat kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam atau tepatnya di pinggir Danau Tandikat. Luas lahan yang tersedia 11.00
Ha, berada di ketinggian 290 m dpl. Status milik Pemerintah Kota Sawahlunto
dan merupakan kawasan peternakan sapi terbesar di kota ini (Gambar 13). Sarana
yang tersedia saat ini adalah sapi 200 ekor dan kandang dengan kapasitas 400
ekor, lahan rumput, akses jalan ke lokasi serta sumber air. Peternakan ini dikelola
oleh PT. Lembu Betina Subur yang merupakan perusahaan patungan antara
Pemerintah Kota Sawahlunto dengan investor swasta (PT. Lembu Jantan
Perkasa) dari Jakarta. Peternakan sapi ini dibangun dalam bentuk demplot-
demplot dan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk belajar beternak.
Disamping itu terdapat beberapa atraksi dan objek wisata lain yang cocok
dibangun pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam, yang saat ini sedang dalam
tahap penelitian pengembangan, seperti:
(1). Objek Wisata Air Danau Kandi berupa banana boat, perahu naga dan
jet ski;
(2). Camping ground yang berlokasi di sebelah Barat Danau Tandikat
yang berdampingan dangan rencana pengembangan sarana Outbound,
dengan lahan yang tersedia seluas 2 Ha;
(3). Stadion Olahraga dengan lahan yang tersedia seluas 9,5 Ha yang
berlokasi di tengah kawasan wisata ini. Pembangunannya objek
olahraga ini bertujuan untuk mengantisipasi kebutuhan sarana
olahraga yang semakin meningkat;
(4). Hotel, cottage dan penginapan yang pembangunannya menunggu
investor yang berminat untuk melakukan investasi; dan
(5). Taman Safari yang rencananya merupakan pengembangan dari Objek
Taman Satwa yang ada sekarang ini.
Alasan kuat mengapa kawasan bekas tambang ini dipilih sebagai basis
kegiatan wisata oleh pemerintah Kota Sawahlunto, seiring dengan berakhirnya
aktivitas penambangan batubara di kawasan Kandi-Tanah Hitam adalah:
(1). karena perkembangannya sebagai tambang batubara tertua di Indonesia.
Tambang yang lebih dikenal sebagai tambang batubara Ombilin ini telah
menyimpan riwayat yang mengenaskan ketika pada tahun 1892 kekayaan
alamnya mulai dikuras dengan mengerahkan buruh paksa;
(2). dapat dikembangkan pusat latihan pertambangan dan penelitian batubara
yang ada dengan memanfaatkan pengalaman serta peninggalan bekas
tambang batubara yang ada. Upaya ini dapat mendatangkan pengunjung
yang dikategorikan sebagai wisatawan budaya;
(3). kegiatan pertambangan telah menyediakan dan meninggalkan banyak
prasarana, fasilitas dan instalasi yang dapat digunakan untuk kegiatan
wisata selain juga menjadi objek wisata sendiri. Jaringan jalan, jaringan rel
dan stasiun kereta api, telekomunikasi, instalasi air bersih, pelayanan
kesehatan yang semula dibangun untuk mendukung operasi tambang,
danau-danau dan bukit-bukit hasil aktivitas penambangan yang dapat
dikembangkan dan dialihkan untuk keperluan pariwisata; dan
(4). dari kaitan tidak langsung atas kegiatan tambang di Kota Sawahlunto,
telah muncul tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa bersejarah dan nama Kota
Sawahlunto sendiri yang dikenal oleh masyarakat internasional.
Kemudian dalam konstelasi regional Sumatera Barat, kawasan bekas
tambang Kandi-Tanah Hitam merupakan bagian dari Satuan Pengembangan
Pariwisata (SPP) Kota Sawahlunto dan termasuk dalam Wilayah Pengembangan
Pariwisata (WPP) III yang berpusat di Kota Solok. Secara eksisting WPP III
(Solok) ini kurang berkembang dibandingkan WPP I (Bukittinggi) dan WPP II
(Padang). Oleh sebab itu peluang pengembangan kegiatan wisata di kawasan
bekas tambang Kandi-Tanah Hitam diharapkan berasal dari limpahan dari Pusat
WPP I (Kota Bukittinggi) dan Pusat WPP II (Kota Padang).
Kota Bukittinggi sebagai kota tujuan wisata utama Sumatera Barat
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terlihat dari adanya tuntutan
pemekaran Kota Bukittinggi yang bertujuan untuk melayani kebutuhan
masyarakatnya secara optimal. Selain itu Kota Padang juga mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat dengan salah satu indikator adalah tingginya
kenaikan jumlah penumpang pesawat dan lalu lintas penerbangan di Bandara
Internasional Minangkabau.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa peluang pengembangan
kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam untuk kegiatan wisata tambang
cukup besar. Tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang cukup tinggi
dari Kota Padang (± 96 km / ± 2,5 jam) dan dari Kota Bukittinggi (± 105 km / ±
2,5 jam) melalui jalan aspal dengan kondisi baik, turut mendorong percepatan
pertumbuhan pariwisata di kawasan ini.
Dalam konstelasi regional (Sumatera Barat-Riau), kawasan bekas tambang
Kandi-Tanah Hitam merupakan satu-satunya daerah bekas tambang batubara
dengan sistem tambang terbuka yang tertua di Indonesia. Kemudian secara
geografis kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam yang berlokasi di bagian
timur Propinsi Sumatera Barat dan berdekatan dengan Propinsi Riau, sehingga
dapat dikatakan bahwa peluang pengembangan kegiatan wisata tambang di
kawasan ini cukup besar karena dapat melayani Propinsi Sumatera Barat dan
Propinsi Riau.
Khusus untuk Propinsi Riau, faktor lain yang dapat mendorong
pengembangan kegiatan wisata di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
adalah:
(1). tingkat perekonomian masyarakat Propinsi Riau lebih tinggi daripada
masyarakat Propinsi Sumatera Barat;
(2). sebagian dari penduduk Propinsi Riau berasal dari Propinsi Sumatera
Barat termasuk dari wilayah ini;
(3). aksesibilitas (tingkat kemudahan pencapaian) yang cukup tinggi, dimana
dapat dicapai melalui jalur:
(a) jalan darat melalui jalur utara (melalui Payakumbuh-Batusangkar dan
atau Bukittinggi-Batusangkar) atau jalur selatan (melalui jalan Lintas
Sumatera-Sawahlunto/Sijunjung ) dengan kondisi jalan yang bagus
berupa jalan aspal;
(b) jalan udara melalui Bandara Tabing (via Padang – Solok); dan
(4). keberadaan PLTU Sijantang yang tidak hanya melayani Propinsi Sumatera
Barat tetapi juga melayani wilayah Propinsi Riau dan Jambi. Lebih jelas
mengenai pencapaian ke kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
dalam konstelasi regional dapat dilihat pada Gambar 19.
- Geologi
Berdasarkan formasi geologinya (Gambar 7), kawasan bekas tambang
Kandi-Tanah Hitam terdiri dari formasi Batuan Gunung Api seluas 27,96 Ha,
formasi Ombilin seluas 3,46 Ha dan formasi Sangkarewang seluas 368,26 Ha.
Potensi bahaya sesar (pergerakan tanah) di kawasan bekas tambang ini
terlihat adanya yaitu Sesar Normal di bagian utara dan timur kawasan Kandi-
Tanah Hitam, Sesar Naik juga di bagian Timur Kawasan Kandi-Tanah Hitam dan
Sesar Geser yang terdapat di bagian Selatan Kawasan Kandi-Tanah Hitam. Sesar
yang paling berbahaya (resiko tinggi) adalah sesar geser, sehingga perlu dihindari
untuk kawasan budidaya, atau jika digunakan harus memenuhi persyaratan
konstruksi tertentu. Indikasinya tersebut dapat terlihat di Desa Sikalang yang
termasuk dalam zona sesar geser dimana bangunan-bangunan lamanya terbuat
dari kayu dan jaringan pipa airnya berada di atas tanah. Objek wisata yang
terbangun sekarang tidak berada pada resiko sesar tersebut, sehingga aman untuk
pengembangan objek wisata.
- Lereng
Ditinjau dari topografi dan lereng, maka dapat dikatakan bahwa kawasan
bekas tambang Kandi-Tanah Hitam secara topografis terletak pada ketinggian
antara 210-350 m dpl, mempunyai kondisi topografi yang beragam yaitu relatif
datar di sekitar Danau Tandikat dan Danau Tanah Hitam, berbukit-bukit dan
memiliki beberapa kawasan yang curam dengan lereng diatas 40% di sekitar
Danau Kandi. Kondisi topografi yang beragam ini menjadikan pemandangan alam
di kawasan ini sangat atraktif dan berpotensi untuk pengembangan wisata alam
dengan berbagai kegiatan atraksi wisata rekreasi dan tamasya.
Lereng berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan jenis vegetasi, arah
aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan dikembangkan. Secara
umum semakin tinggi tingkat lereng, semakin besar pula kendala pembangunan
fasilitas fisik. Lereng yang curam menyebabkan peningkatan dalam biaya
konstruksi, membutuhkan penelitian yang harus akurat dan faktor utama penyebab
terjadinya erosi. Walaupun demikian dengan rekayasa teknologi, tidak tertutup
kemungkinan untuk memanfaatkan lahan dengan lereng yang agak curam
tersebut. Kegiatan tambang batubara yang dimulai pada tahun 1990 pada kawasan
Kandi-Tanah Hitam, merupakan penyebab utama perubahan topografi dan lereng
kawasan ini. Hal ini terlihat dari kawasan yang dulunya berupa bukit telah
berubah menjadi lembah dan danau. Perubahan yang terjadi semakin parah karena
adanya aktivitas tambang liar yang terjadi dari tahun 1998 hingga tahun 2006.
Berdasarkan pola distribusi kelas lereng yang terdapat pada Tabel 7,
persentase dari luas kawasan bekas tambang yang mempunyai lereng agak curam
sampai curam (lereng 16-40%) adalah sebesar 81 persen yang tersebar di seluruh
kawasan, 9 persen dari luas kawasan mempunyai lereng landai sampai agak curam
PEKANBARU
! "#
$ % &
$ % & &
- Hidrologi
Potensi hidrologi kawasan ini dengan adanya dua sungai besar yaitu
Batang Ombilin dan Malakutan serta dua sungai kecil yaitu Batang Lurah Gadang
dan Tandikat. Sungai-sungai itu dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan
sedikit untuk pertanian. Sungai-sungai itu juga dimanfaatkan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) maupun oleh PT. BA UPO sebagai air baku, untuk
selanjutnya diolah menjadi air bersih.
Keadaan geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah secara bersama-
sama membentuk pola aliran sungai-sungai itu. Pola sungai-sungai di Sawahlunto
umumnya adalah dendritik atau berbentuk bulu burung, dengan anak-anak sungai
yang mengalir pada lembah perbukitan menuju sungai utama. Ditinjau dari arah
sungai yang ada, sungai-sungai ini mengalir pada suatu daerah aliran sungai, yaitu
Batang Ombilin yang meliputi sub daerah aliran Batang Lunto, daerah aliran
Batang Lasi, dan daerah aliran Batang Parambahan yang akhirnya mengalir pada
daerah aliran Batang Ombilin.
Ada wacana dari Pemerintah Kota Sawahlunto untuk memanfaatkan
potensi sungai-sungai tersebut sebagai pengembangan obyek wisata. Batang
Lunto yang melintasi Kota Sawahlunto telah diubah menjadi kanal kota, dan telah
menjadi bersifat urban. Tebingnya tidak lagi alami, tetapi telah menggunakan
turap (retaining wall) dengan tembok penahan tanah dan digunakan untuk
mendirikan bangunan.
Pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam juga terdapat 3 (tiga)
danau dengan pemandangan cukup indah, yaitu:
- Danau Kandi yang terbentuk akibat aktivitas penambangan batubara ;
- Danau Tanah Hitam yang juga terbentuk akibat aktivitas penambangan
batubara; dan
- Danau Tandikat yang terbentuk akibat adanya timbunan material bekas
tambang batubara dan menghalangi aliran sungai.
Potensi hidrologi yang beragam ini dimanfaatkan untuk pengembangan
wisata rekreasi air dan pemancingan seperti yang dilakukan pada Objek Wisata
Air Danau Tandikat serta untuk objek wisata pemandangan alam yang dapat
ditemukan pada Objek Wisata Danau Kandi. Potensi air Danau Tandikat saat ini
dimanfaatkan untuk kebutuhan air bagi satwa yang ada dan untuk menyiram
bunga yang terdapat disepanjang jalan Taman Satwa. Pada objek Breeding farm,
potensi air dari Danau Tandikat dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum sapi-
sapi yang ada serta untuk membersihkan kotoran sapi yang ada di kandang setiap
harinya. Air danau yang ada dinaikkan dengan pompa air dan ditampung dalam
tangki air yang telah disediakan sebelumnya.
Selain itu untuk memaksimalkan potensi danau yang ada dan untuk
menambah pendapatan masyarakat Nagari yang ada di sekitar kawasan bekas
tambang ini, pemerintah daerah telah mengalokasikan dana dan lahan untuk
pembuatan tambak ikan air tawar di pinggiran Danau Kandi. Masing-masing
Nagari hak dan izin untuk mengelola tambak-tambak yang telah disediakan
tersebut dengan bimbingan teknis dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Kota Sawahlunto.
Untuk potensi air tanah, berdasarkan laporan Bantek Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Pertambangan Batubara (Depkimprawil, 2003) berkisar
antara kedalaman 5-10 meter pada wilayah yang relatif datar (dekat sungai) dan
10-25 meter pada wilayah berbukit (jauh dari sungai). Fasilitas air bersih
merupakan kebutuhan utama untuk kemajuan sebuah objek wisata yang
dikembangkan. Menyadari pentingnya fungsi fasilitas tersebut, pemerintah daerah
telah bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk
membangun jaringan distribusi air minum yang direncakanan akan melewati
seluruh objek wisata yang ada pada kawasan ini. Saat penelitian ini berlangsung,
jaringan distribusi yang telah terpasang baru mencapai objek wisata Danau Kandi.
- Tanah
Jenis tanah asli kawasan bekas tambang ini didominasi oleh Podsolik
Merah Kuning, tingkat kesuburan tanah yang rendah, ketebalan solum 100-150
cm, bertekstur lempung liat berpasir di horizon atas dan lempung berliat dihorizon
bawah. Sangat miskin unsur hara, pH ± 4,2 dengan kandungan C-organik, N, P, K
dan kejenuhan basa sangat rendah. KTK rendah dan kejenuhan Al tinggi (>40%),
sehingga perlu tanaman yang toleran terhadap keracunan aluminium. Melihat
kondisi tanah dan topografi (lereng) maka dapat ditanami tanaman keras (misal
angsana, lamtoro, pinang dan akasia) serta tanaman buah-buahan (jambu,
belimbing, rambutan, manggis, sirsak, jambu bol, alpukat dan nangka). Untuk
tujuan penghijauan disesuaikan dengan objek wisata yang akan dikembangkan.
Lahan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam tidak sesuai dipergunakan
untuk kegiatan produksi pertanian dan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau
dibawah vegetasi alam. Lahan ini dapat dipergunakan untuk daerah rekreasi alam
atau hutan lindung (konservasi). Faktor penghambat yang tidak dapat diperbaiki
lagi dari tanah ini adalah: (1) erosi yang cukup berat karena berasal dari timbunan
material bekas tambang; (2) kemiringan lereng yang cukup besar atau terjal; (3)
berbatu-batu; dan (4) kapasitas menahan air yang rendah.Sebagaimana yang
dijumpai dilapangan dan didukung oleh data fisik tanah dari Bagian Pengelolaan
Lingkungan PT BA-UPO, lahan dikawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
mempunyai tingkat kesuburan rendah, terdapat banyak batuan dan cadas sehingga
sulit untuk ditembus oleh perakaran.
Data hasil survei Bantuan Teknis (Bantek) (Depkimpraswil, 2003), bahwa
kawasan bekas tambang ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata dengan tetap mempertimbangkan faktor penghambat dari kemampuan
lahan tersebut. Penempatan objek fisik yang akan dibangun tetap memperhatikan
daya dukung lahan dan lingkungan serta tetap mempertahankan fungsinya sebagai
daerah konservasi (daerah tangkapan air). Pembangunan objek-objek yang ada
dilakukan bersamaan dengan penanaman pohon pelindung di sekitarnya dan
membuat arah aliran drainase yang baik, sehingga selain menambah aspek
keindahan juga merupakan salah satu usaha dalam memperbaiki kualitas lahan
dan untuk mengurangi resiko erosi dan longsor di sekitar objek wisata tersebut.
- Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan saat ini pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam, secara garis besar didominasi oleh semak seluas 185,83 Ha (46,46%) dan
hutan belukar seluas 150, 18 Ha (37,55%), terlihat pada Gambar 19. Untuk lahan
terbangun terkonsentrasi di luar kawasan yang diserahkan yaitu berada di
sepanjang jalan kota (Desa Santur-Desa Kolok Nan Tuo) dan jalan propinsi (Desa
Santur-Desa Sijantang). Lebih lengkap tentang penggunaan lahan eksisting
terlihat pada Tabel 18. Penggunaan lahan kawasan saat ini didominasi oleh semak
dan pohon akasia hasil reboisasi yang telah dilakukan oleh PT BA-UPO dari
tahun-tahun sebelumnya serta hutan belukar yang berada disekitar Danau
Tandikat yang memanjang sampai ke Selatan. Potensi lahan yang masih belum
dijamah oleh aktivitas pembangunan di kawasan bekas tambang berpeluang untuk
dilakukannya pengelolaan lahan secara optimal dan berkelanjutan.
Jika dicocokan dengan arahan penggunaan lahan dari RTRW, dari 400 Ha
lahan bekas tambang yang diserahkan tersebut hanya seluas 177,37 Ha lahan yang
sesuai peruntukannya untuk resort wisata, sarana dan prasarana olahraga. Lahan
seluas 93,86 Ha berpotensi untuk pengembangan wisata rekreasi alam, dan seluas
37,24 Ha berpotensi dipertahankan sebagai kawasan hutan untuk tujuan
konservasi (Tabel 19). Potensi lainnya sebagai pengembangan kawasan
perkantoran dan pemukiman dengan tetap mempertimbangkan kondisi lahan yang
ada baik itu bahaya pergerakan tanah maupun peruntukan sebagai kawasan
konservasi.
Masalah yang sering timbul pada kepemilikan suatu lahan adalah apabila
lahan yang dikelola menjadi menguntungkan (karena proses komoditisasi tanah),
maka masyarakat lokal mulai menggugat proses kepemilikan hak atas tanah
secara adat yang sebenarnya didorong oleh proses individualisasi kepemilikan.
Proses gugatan ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi dan nilai
ekonomi dari suatu lahan, biasanya dilakukan oleh generasi selanjutnya yang tidak
mengetahui secara pasti duduk persoalan kepemilikan suatu lahan. Permasalahan
ini dijumpai pada saat penelitian dilakukan, dimana ada sebagian masyarakat yang
mencoba untuk memanfaatkan kawasan yang telah diserahkan ini untuk kegiatan
perkebunan dengan anggapan bahwa tanah di kawasan ini adalah milik ulayat
mereka waktu zaman dulunya. Terjadinya hal ini disebabkan karena kelengahan
instansi terkait yang tidak membuat patok atau batas kawasan yang telah
diserahkan dan kurang waspada akan efek negatif yang timbul dari pengembangan
suatu kawasan yaitu terjadinya perebutan lahan di sekitar kawasan.
Kepemilikan tanah di Sumatera Barat sangat khas, meskipun Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) No 5 Tahun 1960 telah lama diberlakuan,
terutama dalam pengaturan pendistribusian tanah namun masyarakat disini sangat
kuat menganut hukum adat tentang tanah ulayat. Tanah Ulayat terbagi menjadi
tiga macam, yaitu tanah ulayat nagari, tanah ulayat suku dan tanah ulayat kaum.
Tanah ulayat nagari adalah suatu bidang tanah yang didalamnya terdapat hak
nagari atas tanah yang dipergunakan untuk kepentingan umum dan dikuasai oleh
penghulu-penghulu nagari secara bersama-sama. Umumnya tanah ulayat ini
dipergunakan untuk fasilitas umum seperti tempat ibadah, pasar, balai adat dan
Gambar 21. Peta Kepemilikan Lahan Kawasan Bekas Tambang Kandi-Tanah Hitam.
lain-lain. Tanah ulayat suku adalah tanah yang dimiliki dan dikelola oleh suatu
suku secara turun menurun, yang dikuasai oleh penghulu-penghulu dalam
persekutuan untuk kepentingan suku tersebut dan hanya anggota suku saja yang
dapat mempergunakannya. Tanah ulayat suku dalam perkembangannya dapat
menjadi tanah ulayat kaum, yaitu ketika hanya dikelola oleh satu kaum saja.
Kaum merupakan bagian dari suku, yaitu kelompok kekerabatan yang terdiri dari
satu suku yang tinggal di suatu jorong/dusun tertentu.
Hukum adat di Minangkabau memiliki konsep tersendiri tentang pola
pemilikan tanah, sehingga dalam pembebasan tanah yang mengandung batubara
mengalami proses berdasarkan pola-pola hukum adat tersebut. Ditinjau dari
sejarah cikal bakal berdirinya Kota Sawahlunto, ternyata pembebasan tanah untuk
lokasi penambangan telah diselesaikan secara hukum adat antara pihak Kaum
Adat selaku yang mempunyai hak ulayat dengan pemerintah Hindia Belanda
selaku pihak yang akan melakukan penambangan. Ada dua tahap yang harus
dilalui untuk bisa melakukan penambangan batubara pada zaman itu, yaitu
pembebasan tanah dari kaum adat dan konsensi penambangan dari pemerintah
kolonial Belanda (Asoka et al., 2005).
Permasalahan lainnya adalah adanya keengganan masyarakat untuk
menyerahkan lahan yang dianggap strategis oleh Pemerintah Daerah untuk
pembangunan sarana prasarana pendukung pengembangan pariwisata di kawasan
ini. Hal ini terjadi ketika Pemerintah Daerah berencana untuk mengganti rugi
lahan yang berada di bagian barat Danau Tandikat untuk penginapan atau cottage.
Keengganan tersebut disebabkan oleh jumlah ganti rugi yang ditawarkan tidak
sesuai dengan harapan masyarakat dan ditunjang oleh potensi lahan di sekitar
kawasan yang cukup strategis dimasa yang akan datang sehingga membuat
masyarakat tidak mau menjual lahan tersebut.
Potensi Perekonomian
Pengembangan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat dan sekaligus berperan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat serta pendapatan pemerintah daerah.
Peran serta pihak swasta dan pemerintah dalam penyelenggaraan pengembangan
pariwisata perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan dalam iklim kompetisi
yang sehat dan didasari dengan komitmen saling menguntungkan serta saling
menghidupi. Keadaan tersebut di atas tentunya merupakan suatu prakiraan yang
realitis, dengan asumsi bahwa secara umum prakiraan sasaran pengembangan
pariwisata adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dengan
indikator peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.
Apabila diuraikan menurut sektor yang menyusun struktur perekonomian
Kota Sawahlunto tahun 2005, ternyata didominasi oleh tiga sektor yang
merupakan andalan pada masing-masing kelompoknya yaitu Sektor Jasa-jasa
(24,96%), Sektor Pertambangan dan Penggalian (24,36%) serta Sektor Industri
Pengolahan (12,05%).
Dilihat dari struktur PDRB Kota Sawahlunto tahun 2005 (Gambar 22)
lebih banyak diciptakan oleh kelompok sektor tersier (sekitar 49,41%) daripada
kelompok sektor primer (31,81%) dan kelompok sektor sekunder (18,78%).
Dalam kelompok sektor tersier, sektor jasa-jasa merupakan merupakan sektor
yang memberikan kontribusi terbesar kepada PDRB Kota Sawahlunto. Kelompok
sektor primer yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor Pertambangan
dan Penggalian. Kemudian pada kelompok sektor sekunder, sektor Industri
Pengolahan merupakan pemberi kontribusi terbesar kepada PDRB Kota
Sawahlunto.
Gambar 22. Kontribusi Kelompok Sektor PDRB atas Dasar Harga Berlaku
(Persen).
Perekonomian di kawasan penelitian ditopang dengan adanya 2 pasar yaitu
di Desa Kolok Mudik dan Talawi Hilir. Aktivitas ekonomi masyarakat di
sepanjang jalan dari Desa Santur sampai ke Desa Kolok Mudik mulai tumbuh
yang ditandai dengan berdirinya beberapa rumah toko (Ruko), toko alat kebutuhan
rumahtangga, toko bangunan, penginapan, dan klinik swasta. Begitu juga di
sekitar Desa Sikalang sampai Desa Salak juga tumbuh aktivitas perekonomian
baru seperti ruko, rumah makan, bengkel mobil dan sepeda motor, pengemudi
ojek ke kawasan wisata dan beberapa penginapan kecil.
Aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar kawasan bekas tambang terus
tumbuh dan berkembang sejak adanya rencana pengembangan wisata di kawasan
Kandi-Tanah Hitam dan pembangunan Kantor Polisi Resort Kota Sawahlunto di
Desa Sijantang. Aktivitas ekonomi masyarakat sebelah timur kawasan bekas
tambang didominasi aktivitas buruh tambang pada PT BA-UPO, buruh tambang
liar dan karyawan pada PLTU Sijantang, sedangkan yang di sebelah barat
kawasan bekas tambang lebih didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan,
perdagangan dan jasa.
Data kunjungan wisatawan Kota Sawahlunto (Tabel 21) memperlihatkan
kenaikan dari tahun ke tahun, dan mencapai puncak pada tahun 2006 dengan
jumlah pengunjung sebanyak 376.220 orang wisatawan. Hal ini disebabkan
karena mulai berkembangnya beberapa objek wisata yang ada di Kota Lama
(Penataan Kota Lama, Taman Lapangan Segitiga, Museum Gudang Ransum dan
Museum Kereta api) dan di kawasan Muaro Kalaban (Waterboom dan Kereta api
wisata). Data kunjungan ke kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
memperlihatkan bahwa arus wisatawan lokal yang datang ke kawasan bekas
tambang mencapai puncaknya pada waktu pelaksanaan kalender event kejuaraan
olahraga ketangkasan seperti pacu kuda dan motocross. Untuk kunjungan
wisatawan terhadap objek wisata yang bisa dikunjungi harian seperti objek wisata
Dermaga Danau Kandi, wisata air Danau Tandikat, dan Taman Satwa Kandi
belum begitu banyak dikunjungi karena baru saja selesai dibangun pada akhir
tahun 2006, serta masih minimnya ketersediaan prasarana penunjang yang
tersedia pada masing-masing objek wisata tersebut.
Tabel 21. Jumlah kunjungan wisatawan di Kota Sawahlunto
Jumlah Kunjungan
No Objek Wisata Ket
2003 2004 2005 2006 2007*
1 Wisata Ziarah 3.545 2.350 2.449 1.500 4.077
2 Museum Gudang Ransum - - 894 5.139 726
3 Museum Kereta Api - - 418 139 -
4 Kolam Renang Air Dingin 9.200 8.695 27.929 10.799 248.601
5 Kereta Api Wisata - 3.200 4.820 3.615
6 Wisata MICE (Meeting, Insentive, -
49 180 678 706
Convention, Exebition)
7 Taman Satwa Kandi - - - 4.322 13.764
8 Pacu Kuda Open Race Lokal - - - 200.000 -
9 Kejurnas Pacu Kuda - - - 150.000 -
10 Motor Cross - - - - 10.000
Jumlah 12.794 14.425 37.188 376.220 277.168
Sumber: Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto, 2007
* Data per Juli 2007
Tabel 22. Data kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun
No Objek
2005 2006 2007*
1 Pemandian Air Dingin (Waterboom) 7.200.000 36.000.000 2.500.000.000
2 Hotel & Restoran 171.953.271 262.733.622 234.400.000
3 Museum Gudang Ransum 0 10.000.000 1.000.000
4 Museum Kereta Api 0 6.900.000 0
5 KeretaApi Wisata 0 6.950.000 1.500.000
6 Gedung Pertemuan Masyarakat 0 0 30.000.000
7 Taman Satwa 0 0 80.000.000
8 Pacuan Kuda 0 0 5.000.000
9 Outbound 0 0 3.500.000
10 Andong wisata 0 0 2.000.000
11 Pentas Seni 0 0 1.800.000
Jumlah 179.155.276 322.585.628 2.859.200.000
Sumber : Kantor Pariwisata & Kantor Pendapatan Daerah Kota Sawahlunto, 2007
* Keadaan Agustus2007
Atraksi wisata yang ada setiap minggu berupa menunggang gajah dan
menaiki kuda poni mengelilingi taman satwa, ikut menambah daya tarik objek
wisata ini. Salah satu yang membuat pengunjung merasa aman untuk ikut dalam
atraksi tersebut adalah setiap hewan yang berinteraksi dengan pengunjung dijaga
oleh seorang pawang yang sehari-harinya merangkap sebagai pengasuh satwa.
Keberadaan objek ini ditunjang oleh adanya objek wisata air di Danau
Tandikat dan objek Breeding farm yaitu tempat pembibitan sapi yang dikelola
oleh perusahaan patungan antara Pemerintah Kota dengan pihak swasta yang
terletak bersebelahan dengan objek ini. Masalah yang muncul adalah pengunjung
kurang betah berlama-lama berada di objek taman satwa ini, karena adanya aroma
tidak sedap yang ditimbulkan oleh kotoran sapi yang ada pada objek breeding
farm. Di setiap pergantian musim, dari hujan ke panas atau panas ke hujan, objek
breeding farm ini mencemari lingkungan objek wisata disekitarnya.
Solusi yang dilakukan oleh pihak pengelola breeding farm dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan menyemprotkan senyawa EM4. Senyawa ini
berfungsi sebagai katalisator yang dapat menguraikan kotoran hewan menjadi zat-
zat yang lebih bermanfaat untuk kompos dan dapat mengurangi bau tak sedap
yang timbul. Namun biaya operasional yang tinggi untuk pengadaan bahan baku
senyawa tersebut, maka dicari alternatif pemanfaatan kotoran tersebut dalam
proses menjadi biogas. Keuntungan yang diharapkan dari proses ini akan
didapatkan produk tambahan dalam bentuk pupuk kandang dan biogas.
Masalah lain yang dijumpai adalah ketika masyarakat dengan sukarela
ingin menyerahkan satwa yang dianggap langka atau belum pernah ada di objek
taman satwa ini, ternyata tidak diikuti dengan ketersediaan kandang untuk
menampung satwa sumbangan tersebut. Penyediaan kandang untuk satwa hanya
bisa dilakukan untuk hewan yang sudah direncanakan sebelumnya, sedangkan
hewan dari sumbangan masyarakat harus diajukan dulu pembangunannya kepada
pemerintah daerah. Masa tunggu yang begitu lama di tempat karantina sebelum
kandangnya siap, menyebabkan banyak dari hewan sumbangan tersebut yang
akhirnya mati. Hal Antisipasi yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
penyediaan dana cadangan untuk pembuatan kandang tambahan untuk hewan
sumbangan masyarakat. Adanya variasi jenis hewan yang beragam ini juga akan
menjadi salah satu pontensi pengembangan objek wisata Taman Satwa.
Dampak Fisik
Dampak Ekonomi
- Faktor Eksternal
Peluang / Opportunity (O). Faktor eksternal yang merupakan peluang yang
mendukung pengembangan pariwisata di kawasan bekas tambang Kandi-
Tanah Hitam.
Ancaman/ Threats (T). Faktor eskternal yang menjadi ancaman dalam
pengembangan pariwisata di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
terlihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Faktor eksternal Peluang/Opportunity (O) dan Ancaman/Threats (T)
Peluang / Opportunity
(O)
1. Pengembangan kawasan wisata
2. Kerjasama dengan investor dalam pengembangan kawasan
3. Pengembangan pusat kegiatan (pusat pelayanan)
4. Pengembangan kawasan strategis baru
5. Optimalisasi PAD (alternatif sumber pendapatan baru)
6. Bantuan dana dari Pemerintah Pusat.
7. Bantuan dari paket pinjaman luar negeri.
8. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah lain
Ancaman / Threats
(T)
1. Ketersediaan sarana dan prasarana kota
2. Kualitas sumberdaya manusia di bidang pariwisata
3. Efisiensi, efektivitas dan koordinasi lembaga pemerintahan
4. Persaingan dalam pengembangan kawasan baru
5. Kegagalan dalam implementasi program yang telah dibuat
6. Peningkatan peran serta masyarakat
7. Peningkatan kebutuhan keuangan pemerintah yang makin tinggi
8. Perparkiran
9. Angkutan penumpang resmi (ojek)
Tabel 27. Pemberian bobot untuk setiap unsur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman
Strength Weakness Opportunity Threats
Bobot Bobot Bobot Bobot
(S) (W) (O) (T)
S1 5 W1 5 O1 5 T1 1
S2 5 W2 4 O2 3 T2 1
S3 4 W3 3 O3 3 T3 1
S4 4 W4 3 O4 4 T4 2
S5 3 O5 2 T5 3
S6 3 O6 2 T6 3
S7 4 O7 3 T7 3
S8 5 O8 2 T8 2
S9 2 T9 3
S 10 3
Strategi Keenam : Peluang bantuan dana dari Pusat dan paket pinjaman dari
Luar Negeri dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi dan budaya masyarakat
yang mulai bangkit.
Berlakunya Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004,
membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mencari sumber pembiayaan dari
pihak lain untuk melanjutkan pembangunan dan pengembangan wilayahnya.
Sebagian besar pemerintah daerah berpacu mencari sumber pembiayaan lain baik
itu antar pemerintah daerah, dengan pemerintah pusat maupun dengan pihak luar
(asing) dalam ketentuan perundangan yang berlaku. Peluang ini dicoba oleh
pemerintah Kota Sawahlunto dengan menjajaki kerjasama dengan Pemerintah
Malaysia dengan membuat kesepakatan pengembangan budaya melayu serumpun
dan Kota Kembar. Langkah yang bisa diterapkan dalam mencapai strategi keenam
ini adalah:
1). Membuat Memorandum of Understanding dengan pihak asing untuk
mendapatkan paket bantuan pengembangan wilayah maupun budaya
yang berkelanjutan.
2). Mengembangkan kerjasama dengan pihak asing dalam bentuk
pelatihan aparatur pemerintah untuk magang keahlian di negara yang
dituju dengan skema pembiayaan yang saling menguntungkan.
3). Membuat program strategis pengembangan pembangunan daerah
untuk menggaet dana pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus.
Kesimpulan
Saran
Pengenalan Kebutuhan
Sebaran Manfaat Yang Didapat Dari Kunjungan
Manfaat Jumlah Persentase
Privasi 1 1,01%
Pengetahuan 37 37,37%
Keakraban 3 3,03%
Hiburan 57 57,58%
Lainnya 1 1,01%
Jumlah 99 100%
Sebaran Kendaraan Yang Digunakanan Untuk Berkunjung
Kendaraan Jumlah Persentase
Pribadi 74 74,75%
Umum 16 16,16%
Sewaan 9 9,09%
Jumlah 99 100%
Sebaran Perasaan Ketika Berkunjung
Rasa Jumlah Persentase
Merasa ada yang kurang 37 37%
Biasa saja 63 63%
Jumlah 99 100%
Sebaran Pernah Berkunjung Ke Lokasi Lain Yang Mirip
Lokasi Lain Jumlah Persentase
Pernah 36 36,3636
Tidak Pernah 63 63,6364
Jumlah 99 100%
Pencarian Informasi
Sebaran Cara Mendapatkan Informasi
Informasi Jumlah Persentase
Reklame 8 6,56%
Radio 7 5,74%
Teman 85 69,67%
TV 5 4,09%
Brosur 11 9,02%
Media Cetak 6 4,92%
Jumlah 122 100%
Sebaran Kunjungan Keberapa Kali
Kunjungan Jumlah Persentase
Pertama kali 0 0%
Lebih dari 2 kali 99 100%
Jumlah 99 100%
Lampiran 2. (Lanjutan)
Pencarian Informasi
Sebaran Fokus Perhatian dari Informasi Yang Ada
Fokus Perhatian Jumlah Persentase
Harga 8 6,50%
Kenyamanan 27 21,95%
Paket 22 17,89%
Fasilitas 21 17,07%
Lokasi 43 34,96%
Lainnya 2 1,63%
Jumlah 123 100%
Sebaran dengan Siapa Berkunjung Saat Ini
Dengan Siapa Jumlah Persentase
Sendiri 10 10,10%
Keluarga 61 61,62%
Pasangan 13 13,13%
Kelompok 15 15,15%
Jumlah 99 100%
Evaluasi Alternatif
Sebaran Pertimbangan Berkunjung
Pertimbangan Jumlah Persentase
Pelayanan 16 12,31%
Kenyamanan 35 26,92%
Akses 10 7,69%
Keragaman 19 14,62%
Harga 16 12,31%
Lokasi 34 26,15%
Jumlah 130 100%
Keputusan Pembelian
Sebaran Rencana Berkunjung
Rencana Jumlah Persentase
Direncanakan 58 58,59%
Tidak Direncanakan 41 41,41%
Jumlah 99 100%
Sebaran Alokasi Waktu Untuk Berkunjung
Alokasi Waktu Jumlah Persentase
Waktu Khusus 30 51,72%
Tidak 28 49,28%
Jumlah 58 100%
Sebaran Alternatif Tempat Lain Untuk Dikunjungi
Alternatif Jumlah Persentase
Tidak 17 17,17%
Ada 82 82,83%
Jumlah 99 100%
Lampiran 2. (Lanjutan)
Keputusan Pembelian
Sebaran Yang Paling Berpengaruh untuk Berkunjung
Sebab Jumlah Persentase
Sendiri 23 23,23%
Teman 28 28,28%
Keluarga 39 39,40%
Selebaran 2 2,02%
Iklan 1 1,01%
Pengelola 6 6,06%
Jumlah 99 100%
Sebaran Jumlah Pengeluaran Rata-rata Tiap Kunjungan
Pengeluaran Jumlah Persentase
< Rp 50.000 42 42,42%
Rp 50.000 - 100.000 34 34,34%
Rp 100.000 - 200.000 14 14,14%
> Rp 200.000 9 9,10%
Jumlah 99 100%
Perilaku Pasca Pembelian
Sebaran Perilaku Pascapembelian
Kepuasan Jumlah Persentase
Puas 63 63,64%
Tidak 36 36,36%
99 100%
Sebaran Keinginan untuk Berkunjung Kembali
Datang Kembali Jumlah Persentase
Ya 90 90,91%
Tidak 9 9,09%
Jumlah 99 100%
Lampiran 3 Hasil analisis kuadran
No Atribut
1 Kebersihan 3,25 4,51
2 Kenyamanan 3,46 4,61
3 Keamanan 3,40 4,61
4 Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 3,37 4,26
5 Keramahan dan kesopanan petugas 3,49 4,39
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 3,17 4,21
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan sarana 3,03 4,43
8 Area parkir yang luas 3,35 4,11
9 Fasilitas taman satwa 2,80 4,29
10 Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 2,81 3,56
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 2,98 4,04
12 Fasilitas Danau Kandi 2,75 3,86
13 Fasilitas camping ground 2,68 3,55
14 Kegiatan edukatif 2,90 3,98
15 Sarana peribadatan 2,72 4,59
16 Sarana toilet 2,66 4,53
17 Jenis paket wisata 2,97 3,77
18 Harga paket wisata 3,39 3,69
19 Pemadangan alam 3,65 4,33
20 Penataan lokasi wisata 3,18 4,35
21 Kegiatan promosi 3,26 3,95
22 Kemudahan mencapai lokasi 3,48 4,39
23 Sarana komunikasi 3,28 4,21
24 Papan informasi/penunjuk arah 3,34 4,47
25 Area jajanan/makanan 2,88 4,14
Total 78,25 104,83
3,13
4,1932
Lampiran 4 Plot kinerja – harapan (analisis kuadran)
Keterangan:
1. Kebersihan 14. Kegiatan edukatif
2. Kenyamanan 15. Sarana peribadatan
3. Keamanan 16. Sarana toilet
4. Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 17. Jenis paket wisata
5. Keramahan dan kesopanan petugas 18. Harga paket wisata
6. Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 19. Pemadangan alam
7. Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan 20. Penataan lokasi wisata
sarana
8. Area parkir yang luas 21. Kegiatan promosi
9. Fasilitas taman satwa 22. Kemudahan mencapai lokasi
10. Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 23. Sarana komunikasi
11. Fasilitas wisata air Danau Tandikat 24. Papan informasi/penunjuk arah
12. Fasilitas Danau Kandi 25. Area jajanan/makanan
13. Fasilitas camping ground
Lampiran 5 Perhitungan selisih bobot antara kinerja – harapan (gap)
Mean Mean
Weighted Weighted
No Atribut Importance Satisfaction
Factor Score
Score Score
1 Kebersihan 4,51 0,0430 3,25 0,1398
2 Kenyamanan 4,61 0,0440 3,46 0,1522
3 Keamanan 4,61 0,0440 3,40 0,1495
4 Kesigapan petugas dalam melayani 4,26 0,0406 3,37 0,1369
pengunjung
5 Keramahan dan kesopanan petugas 4,39 0,0419 3,49 0,1462
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 4,21 0,0402 3,17 0,1273
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai 4,43 0,0423 3,03 0,1280
fasilitas dan sarana
8 Area parkir yang luas 4,11 0,0392 3,35 0,1313
9 Fasilitas taman satwa 4,29 0,0409 2,80 0,1146
10 Fasilitas kolam pancing Danau 3,56 0,0340 2,81 0,0954
Tandikat
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 4,04 0,0385 2,98 0,1148
12 Fasilitas Danau Kandi 3,86 0,0368 2,75 0,1013
13 Fasilitas camping ground 3,55 0,0339 2,68 0,0908
14 Kegiatan edukatif 3,98 0,0380 2,90 0,1101
15 Sarana peribadatan 4,59 0,0438 2,72 0,1191
16 Sarana toilet 4,53 0,0432 2,66 0,1149
17 Jenis paket wisata 3,77 0,0360 2,97 0,1068
18 Harga paket wisata 3,69 0,0352 3,39 0,1193
19 Pemadangan alam 4,33 0,0413 3,65 0,1508
20 Penataan lokasi wisata 4,35 0,0415 3,18 0,1320
21 Kegiatan promosi 3,95 0,0377 3,26 0,1228
22 Kemudahan mencapai lokasi 4,39 0,0419 3,48 0,1457
23 Sarana komunikasi 4,21 0,0402 3,28 0,1317
24 Papan informasi/penunjuk arah 4,47 0,0426 3,34 0,1424
25 Area jajanan/makanan 4,14 0,0395 2,88 0,1137
104,83 3,1376
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
Kolam_renang 3,35
Hotel 3,31
Cottage 4,15
GOR 4,36
Pujasera 3,88
Stand_souvenir 4,29
Kebun_wisata 4,69
Test Statistics(a)
N 99
Chi-Square 52,377
Df 6
Asymp. Sig. 0,000
a. Friedman Test
Jumlah
No Fasilitas Tambahan
Ranking (Rj)
7 Kebun Wisata 468,5
4 GOR 435,5
6 Stand Souvenir 429,0
3 Cottage 414,5
5 Pujasera 387,5
1 Kolam Renang 334,5
2 Hotel 330,5
Lampiran 10 Data curah hujan Kota Sawahlunto 1996 – 2002
Tahun Rata-
Bulan Jumlah
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 rata
hari hujan (hh) 4,0 12,0 7,0 12,0 11,0 18,0 16,0 92,0 12,0
Januari
Curah hujan (mm) 91,5 226,0 149,2 85,0 226,8 244,0 152,2 1.285,0 160,6
hari hujan (hh) 10,0 2,0 9,0 8,0 3,0 12,0 7,0 68,0 9,0
Februari
Curah hujan (mm) 208,0 18,0 138,0 101,0 20,9 203,6 25,2 894,7 111,8
hari hujan (hh) 15,0 19,0 14,0 10,0 10,0 6,0 22,0 106,0 13,0
Maret
Curah hujan (mm) 272,0 256,0 210,0 112,0 241,7 19,1 219,5 1.393,8 174,2
hari hujan (hh) 19,0 13,0 15,0 1,0 4,0 20,0 22,0 109,0 14,0
April
Curah hujan (mm) 525,5 268,0 156,8 22,0 75,2 312,2 427,3 2.007,9 251,0
hari hujan (hh) 5,0 14,0 9,0 17,0 4,0 12,0 9,0 84,0 11,0
Mei
Curah hujan (mm) 22,5 145,0 84,0 310,0 144,8 189,6 90,0 1.166,3 145,8
hari hujan (hh) 7,0 4,0 8,0 9,0 16,0 5,0 8,0 67,0 8,0
Juni
Curah hujan (mm) 69,0 24,5 95,0 102,0 109,2 13,9 48,0 530,5 66,3
hari hujan (hh) 5,0 8,0 11,0 9,0 10,0 3,0 7,0 59,0 7,0
Juli
Curah hujan (mm) 34,0 96,0 178,0 199,0 89,6 32,8 152,0 802,8 100,4
hari hujan (hh) 18,0 2,0 18,0 6,0 11,0 4,0 9,0 84,0 11,0
Agustus
Curah hujan (mm) 278,0 10,5 281,5 85,0 131,4 69,4 266,3 1.329,3 166,2
hari hujan (hh) 8,0 3,0 17,0 21,0 14,0 15,0 10,0 96,0 12,0
September
Curah hujan (mm) 125,0 62,0 181,0 282,0 164,2 124,7 246,0 1.246,4 155,8
hari hujan (hh) 10,0 4,0 15,0 19,0 7,0 5,0 7,0 80,0 10,0
Oktober
Curah hujan (mm) 134,0 12,2 126,0 220,1 79,1 29,0 110,8 892,5 111,6
hari hujan (hh) 12,0 12,0 6,0 10,0 18,0 15,0 15,0 96,0 12,0
November
Curah hujan (mm) 165,0 190,8 19,5 184,0 223,3 131,8 292,0 1.277,2 159,7
hari hujan (hh) 9,0 13,0 12,0 11,0 10,0 16,0 13,0 98,0 12,0
Desember
Curah hujan (mm) 82,0 132,0 128,0 181,0 92,4 152,2 55,0 904,6 113,1
hari hujan (hh) 122,0 106,0 141,0 133,0 118,0 131,0 145,0 896,0 128,0
Jumlah
Curah hujan (mm) 2.006,51.441,01.747,01.883,1 1.598,71.522,3 2.084,212.282,6 1.754,7
hari hujan (hh) 10,0 9,0 12,0 11,0 10,0 11,0 12,0
Rata-rata
Curah hujan (mm) 167,2 120,1 145,6 156,9 133,2 126,9 173,7
Sumber : PT. Bukit Asam - Unit Pengolahan Ombilin, Bagian Pengelolaan Lingkungan
Lampiran 11 Formulir kuesioner kepuasan pengunjung
S E K OL A H P AS C AS A R J AN A
PR O G RA M ST U DI P E RE N C AN A AN W IL A Y A H
IN ST IT U T PE RT A NIA N B O G O R
TAHUN 2 007
KUISIONER
No Responden :
Tanggal :
Pedoman Umum Pengisian:
Berilah tanda ceklis ( ) pada :
untuk pilihan hanya satu jawaban
untuk pilihan lebih dari satu jawaban
Isilah jawaban ditempat yang telah disediakan
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
B. PENGENALAN KEBUTUHAN
C. PENCARIAN INFORMASI
C.1. Dari mana anda pertama kali mendapat informasi tentang kawasan wisata ini?
Papan nama/Reklame Televisi
Radio Brosur/Leaflet/booklet
Teman/Saudara Koran/Majalah
C.2. Hal apa saja yang menjadi fokus perhatian anda dari informasi tersebut?
Harga paket wisata Fasilitas yang ditawarkan
Kenyamanan tempat Lokasi yang mudah dicapai
Paket wisata yang menarik Lainnya, sebutkan …
C.3. Bersama siapa saat ini anda berkunjung ke sini?
Sendiri Pasangan (suami/istri/pacar)
Keluarga Kelompok non keluarga
C.4. Ini adalah kunjungan anda yang keberapa kali?
Pertama kali (jika anda menjawab ini, langsung ke pertanyaan D.4-D.5)
Lebih dari 2 kali (jika anda menjawab ini, langsung ke pertanyaan D.1-D.5)
Lampiran 11. (Lanjutan)
D. KEPUTUSAN PEMBELIAN
E. EVALUASI ALTERNATIF
E. 1. Apa yang menjadi pertimbangan anda ketika memutuskan untuk datang berwisata ke sini?
Pelayanan yang memuaskan Keragamanan paket wisata
Kenyamanan lokasi Harga tiket yang murah
Aksesibilitas yang lancar Lokasi yang mudah dijangkau
E. 2. Kegiatan wisata ini sudah anda rencanakan jauh-jauh sebelumnya?
Ya (sudah direncanakan jauh hari sebelumnya)
Tidak (mendadak, niat berkunjung timbul ketika melewati lokasi ini)
E. 3. Jika ya, waktu melakukan kunjungan ke sini?
Meyediakan waktu khusus hanya untuk berkunjung
Sekalian mengunjungi objek wisata lain yang berdekatan
E. 4. Sebelum anda memutuskan untuk datang ke sini, apakah anda memiliki alternatif tempat
lain untuk dikunjungi?
Ya (langsung ke pertanyaan E.5 dan E.6)
Tidak (langsung ke pertanyaan E.6)
E. 5. Bila ya, tolong sebutkan alternatif tempat tersebut?
Waterboom Muaro Kalaban Museum Kereta Api
Taman Kota Lapangan segitiga Museum Dapur Umum
Makam Muhammad Yamin Wisata Goa
E. 6. Mengapa pada akhirnya anda memutuskan untuk datang ke sini?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Lampiran 11. (Lanjutan)
Berilah penilaian berdasarkan tingkat Kepentingan atau harapan anda terhadap atribut di
bawah ini dengan cara melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar dari “Sangat
Tidak Penting” hingga “Sangat Penting” untuk kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Tolong
berikan nilai pada tempat yang telah disediakan untuk setiap atribut yang ditanyakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Berilah penilaian berdasarkan tingkat Kinerja atau kepuasan anda terhadap atribut di
bawah ini dengan cara melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar dari “Sangat
Tidak Puas” hingga “Sangat Puas” untuk kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Tolong berikan
nilai pada tempat yang telah disediakan untuk setiap atribut yang ditanyakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tingkat Kinerja /
No Atribut Kebutuhan
Kepuasan
STP TP CP P SP
1 Kebersihan 1 2 3 4 5
2 Kenyamanan 1 2 3 4 5
3 Keamanan 1 2 3 4 5
4 Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 1 2 3 4 5
5 Keramahan dan kesopanan petugas 1 2 3 4 5
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 1 2 3 4 5
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan sarana 1 2 3 4 5
8 Area parkir yang luas 1 2 3 4 5
9 Fasilitas taman satwa 1 2 3 4 5
10 Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 1 2 3 4 5
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 1 2 3 4 5
12 Fasilitas Danau Kandi 1 2 3 4 5
13 Fasilitas camping ground 1 2 3 4 5
14 Kegiatan edukatif 1 2 3 4 5
15 Sarana peribadatan 1 2 3 4 5
16 Sarana toilet 1 2 3 4 5
17 Jenis paket wisata 1 2 3 4 5
18 Harga paket wisata 1 2 3 4 5
19 Pemadangan alam 1 2 3 4 5
20 Penataan lokasi wisata 1 2 3 4 5
21 Kegiatan promosi 1 2 3 4 5
22 Kemudahan mencapai lokasi 1 2 3 4 5
23 Sarana komunikasi 1 2 3 4 5
24 Papan informasi/penunjuk arah 1 2 3 4 5
25 Area jajanan/makanan 1 2 3 4 5
Lampiran 11. (Lanjutan)
H. PERILAKU PASCAPEMBELIAN
1. Secara keseluruhan, apakah anda merasa puas dengan kinerja dan kelengkapan fasilitas
yang ada di sini?
Ya, alasan ...............................................................................................................
......................................................................................................................................
Tidak, alasan...........................................................................................................
......................................................................................................................................
2. Apakah anda akan datang lagi berkunjung ke sini?
Ya, alasan ...............................................................................................................
......................................................................................................................................
Tidak, alasan...........................................................................................................
......................................................................................................................................
Fasilitas-fasilitas berikut ini belum terdapat di kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Berilah
penilaian anda berdasarkan hal-hal berikut dengan melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka
yang berjajar dari “Sangat Tidak Perlu Dibangun” hingga “Sangat Perlu Dibangun” terhadap
fasilitas yang akan dibangun pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam.
1. Sangat tidak perlu dibangun/diadakan (STP)
2. Tidak perlu dibangun/diadakan (TP)
3. Biasa saja (B)
4. Perlu dibangun/diadakan (P)
5. Sangat perlu dibangun/diadakan (SP)
Terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang baik dari anda