Linguistik Umum

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

NAMA: Muhammad Fadli fausi

Prodi: Sastra Daerah


Nim: F021221040

Bahasa Bugis (selanjutnya ditulis BB) adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Propinsi
Sulawesi Selatan-Indonesia yang jumlah penuturnya terbesar, kurang lebih 4.000.000. jiwa
(http: // Wapedia, Mobil/ id./Bahasa Bugis). Wilayah pengguna-annya meliputi daerah
Kabupaten; sebagian Kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidenreng Rappang, Pinrang,
Parepare, Barru, Maros, Pangkajenne Kepulauan, Sinjai, Bulukumba, sebagian Kabupaten
Polewali-Mandar, sebaigian Kota Palopo, dan sebagian Kota Makassar. Luas wilayah
penyebarannya selain Sulawesi Selatan sendiri juga sampai Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan, Sumatra, Jawa Pesisir Utara, Ambon, Ternate, Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Papua. Boleh dikatakan hampir seluruh bagian pesisir Indonesia
merupakan wilayah persebaran BB. Bahkan, di Malaysia, dan Brunei Darussalam juga
merupakan wilayah persebaran BB (Hanafie, 2007:
Suatu hal yang patut dibanggakan bahwa penutur BB masih tetap memperlakukan bahasanya
sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, alat komunikasi antarwarga
masyarakat daerah bahkan masih digunakan sebagai bahasa pengantar pada tingkat
permulaan Sekolah Dasar.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah,
BB dikenal memiliki sejarah dan tradisi yang cukup tua dan sampai saat ini tetap dipelihara
oleh masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, BB perlu dikaji dari berbagai aspek guna
pengembangannya ke depan, termasuk kajian tentang konstruksi morfologisnya, khususnya
dalam konstruksi kata-kata majemuk. Dalam kaitannya dengan pemajemukan, telah banyak
dibicarakan oleh beberapa pakar linguistik terdahulu dalam bahasa Melayu-Indonesia.
Namun, sampai saat ini belum ada kajian yang tuntas tentang hal ini. Terbukti, beberapa
tulisan sebelumnnya masih menyisakan persoalan dalam hal ini. Beberapa nama yang sejak
lama telah membahas tentang kata majemuk dalam bahasa Melayu-Indonesia, dapat penulis
sebutkani di sini adalah Sutan Takdir Alisyahbana (1953), Slametmuljana (1957), Fokker
(1960), Ramlan, (1967; 1985), Mees (1969), Parera (1977;1988), Badudu (1978), Verhaar
(1977; 1996); Samsuri(1983; 1994); Soedaryanto (1983), Kridalaksana (1987), Wiyanto
(1987), dan Muslich (1990). Dari deretan nama-nama tersebut, ada di antaranya yang
berpedapat bahwa ada kata majemuk dalam bahasa Melayu-Indonesia dan ada pula yang
tidak sependapat dan menyatakan tidak ada kata majemuk dalam bahasa BMI. Sedangkan
yang lainnya belum memihak kepada keduanya. Namun, para ahli yang sependapat tentang
adanya KM dalam BMI, telah menyatakan beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pencirian
KM.Pertanyaan yang timbul adalah apakah ciri-ciri yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, dapat diterapkan dalam penentuan kata Majemuk bahasa serumpun, salah satu di
antaranya adalah BB.
Dalam BB terdapat kata kikkirik gellang ‘pelit’. Bentuk ini terdiri atas bentuk kikkirik yang
berarti ‘kikir’ dan gellang yang berarti sejenis tembaga,dan setelah penggabungan kedua kata
tersebut menimbulkan suatu pengertian baru ‘pelit’. Contoh lain, dapat dilihat pada kata-kata
taro ada ‘perjanjian, polo mata ‘ilmu yang dapat menimbulkan rasa benci terhadap orang
yang dicintai,’ jambang tedong ‘besar pengeluaran, luppek tuppang ‘lamban
perkembangannya.’
Beberapa contoh tersebut, memperlihatkan penggabungan dua buah kata yang memiliki
makna tersendiri, yakni kata taro’simpan’ sedangkan kata ada’ kata’; kata polo’patah’, kata
mata’mata’; kata jambang ‘buang hajat, tedong ‘kerbau, luppek’lompat’; tuppang ‘katak,
namun setelah pengga bungan masing-masing pasangan kata tersebut, menimbulkan
pengertian baru Dengan demikian, ciri tersebut dapat Diterapkan ke dalam BB.
Dalam BB, selain bentukan kata majemuk yang terdiri dari kata dasar, juga ditemukan dalam
bentuk kompleks, misalnya: tudang sipulung ‘musyawarah’ matammeng kedo ‘lamban;
anggun,’ malintak jonga ‘lincah, macinnong marikitik-kitik ‘jernih sekali, pakbekkeng
Malampek ‘lamban,’Esso marapo ‘hari naas., terri marennik ‘sangat sedih’ Pada umumnya,
KM dalam BB terdiri Atas dua komponen morfologik, namun ditemukan pula beberapa
contoh penggabungan kata yang terdiri dari tiga komponen morfologik, misalnya: matuna
teppa timu ‘gaya bicara selalu kurang sopan, cappuk sapu ri palek ‘habis; ludes,maraja essé
babuwa ‘cepat terharu, mappuji balo lipak ‘cepat bosan, macinnong marikitik-kitik ‘sangat
jernih, maraja nawa-nawa ‘banyak pertimbangan,’ makbéluwak sampo géno ‘berambut
sampai bahu.’

REFERENSI
http://syamsudduhaa.blogspot.com/2013/10/konstruksi-morfologis-bahasa-bugis.html?m=1

You might also like