Mini Proposal Mastri Imammusadin - Tugas MPH A

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

PROPOSAL PENULISAN HUKUM

PENYELESAIAN SENGKETA WAKAF MELALUI PENDEKATAN


MAQASHID AL-SYARI’AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF (STUDI
KASUS SENGKETA TANAH WAKAF MUSHOLLA RAJAK AL IMAN DESA
KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO)

Proposal Penulisan Hukum ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Hukum Kelas A

Oleh:

Nama : Mastri Imammusadin


NIM : 20/461574/HK/22592
Departemen : Hukum Islam

YOGYAKARTA

2022
BAB 1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wakaf merupakan perbuatan hukum wakif1 untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.2 Berdasarkan pengertian
tersebut wakaf mengandung dua unsur. Pertama, unsur personal yang berarti
wakaf menjadi amal ibadah pribadi wakif serta menuntut ketulusan niat lahir dan
batin (hablumminallah). Kedua, unsur sosial yang menitikberatkan pada peran
serta masyarakat atas pemanfaatan, pendayagunaan, pengelolaan, perawatan,
hingga pengawasan benda wakaf. Hal tersebut penting karena kebermanfaatan
benda wakaf ditujukan untuk kepentingan sosial keagamaan dan kepentingan
masyarakat umum (hablumminannas).
Kedua unsur tersebut sifatnya kumulatif, artinya harus terpenuhi
keduanya. Ketulusan niat seorang wakif (beserta ahli warisnya) atas benda yang
telah diwakafkan harus senantiasa terjaga karena berpengaruh pada
keberlangsungan pemanfaatan atas benda wakaf oleh nadzir3 dan masyarakat.
Jika wakif maupun ahli warisnya mempermasalahkan benda wakaf, maka hal
tersebut akan menjadi kendala bagi nadzir dan masyarakat dalam melaksanakan
fungsi sosialnya. Terhadap hal sensitif semacam itu masyarakat dapat menjadi
enggan untuk memanfaatkan benda wakaf, sehingga unsur sosial tak terpenuhi
dan tujuan utama wakaf tidak tercapai. Padahal wakaf berfungsi mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
untuk memajukan kesejahteraan umum.4 Dengan demikian, sempurnanya unsur
sosial hanya dapat terwujud dengan sempurnanya unsur personal.
Sengketa tanah wakaf Musholla Rajak Al Iman di Dusun Jetis, Desa
Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah berawal
ketika salah seorang dari ahli waris wakif menggugat tanah yang diwakafkan
orang tuanya. Tanah tersebut diwakafkan berdasarkan wasiat wakif yang

1
Pihak yang berwakaf, baik perseorangan, organisasi, maupun badan hukum.
2
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
3
Penerima wakaf, baik perseorangan, organisasi, maupun badan hukum.
4
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
meninggal pada tahun 1983, yang pada saat itu belum ada tempat peribadatan
umum di Dusun Jetis. Wasiat tersebut direalisasikan oleh ahli warisnya melalui
perjanjian wakaf disaksikan perangkat desa pada tanggal 26 September 1987 dan
Akta Ikrar Wakaf (AIW) di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW) pada tanggal 15 Juni 1991. Pasca terbitnya sertifikat tanah wakaf pada
19 November 1991, penggugat merasa berkeberatan dengan luas tanah yang
tertera. Baginya luas yang tertera dalam sertifikat, melebihi luas tanah yang
diperjanjikan di awal. Menurut klaim penggugat, tanah yang didirikan bangunan
musholla menempati sebagian tanah jatah warisan dari orang tuanya. Penggugat
menahan sertifikat tanah wakaf dan tidak memberikannya kepada nadzir
sebagaimana mestinya. Padahal dalam ketentuannya, ahli waris wakif sudah
tidak boleh lagi berurusan dengan benda wakaf termasuk dalam administrasi
pertanahannya karena hal tersebut menjadi tanggung jawab nadzir.5
Sengketa antara ahli waris wakif dengan masyarakat (nadzir, takmir, dan
jama’ah) mengakibatkan berbagai aktivitas peribadatan di Musholla Rajak Al
Iman tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sengketa tersebut menimbulkan
kerenggangan hubungan antara penggugat dan masyarakat yang menjadi
permasalahan terus-menerus. Seharusnya aktivitas keagamaan di Musholla
Rajak Al Iman mampu mengupayakan kehidupan bermasyarakat yang religius
dan harmonis. Namun yang terjadi tidak demikian, takmir bersikap apatis dan
pengembangan musholla tidak optimal. Pihak takmir menganggap penggugat
menarik kembali sebagian benda wakaf yang telah diwakafkan wakif.
Padahal mengacu pada ketentuan syari’at islam, tanah yang sudah
diwakafkan tidak boleh ditarik kembali. Menurut Imam Syafi’i (wafat tahun 820
M/204 H) tidak boleh harta wakaf ditransaksikan lagi, dan kepastian adanya
wakaf ditunjukkan dengan pernyataan AIW dari wakif dan terpenuhinya rukun
dan syarat wakaf. Dengan demikian harta yang diwakafkan tidak lagi menjadi
milik wakif melainkan menjadi milik Allah untuk selama-lamanya.6 Dalam
madzhab Hanafi, harta wakaf yang dilakukan dengan cara wasiat tidak boleh

5
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf.
6
Nurhidayah. 2020. Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh Wakif menurut Hukum Islam (Studi Kasus di
Yayasan Sabilal Muhtadin RT. 13 Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi). Skripsi.
Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin: Jambi.
ditarik kembali.7 Ketentuan tersebut diakomodasi hukum positif melalui Pasal
40 dan 41 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang
melarang setiap orang untuk menjaminkan, menghibahkan, menjual,
mewariskan, mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya atau tanpa izin
menukar harta benda wakaf yang telah diwakafkan.
Melalui pendekatan maqashid al-syari’ah, sengketa tersebut dapat
diselesaikan pada tahun 2021 melalui musyawarah kekeluargaan yang
difasilitasi oleh Petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Purworejo dan anggota Dewan Fatwa MUI Kabupaten Purworejo. Maqashid al-
syari’ah merupakan pemahaman terhadap tujuan-tujuan syari’at dalam kajian
ushul fiqh.8 Imam Asy-Syathibi (wafat tahun 1388 M/790 H) mendefinisikan
maqashid al-syari’ah sebagai nilai dan makna yang dijadikan tujuan dan hendak
direalisasikan Allah SWT di balik pembuatan syariat dan hukum, yang diteliti
oleh para ulama mujtahid dari teks-teks syariah.9 Beliau menjabarkan dalam
kitab al-Muwâfaqat bahwa syariat itu ditetapkan untuk tegaknya kemaslahatan
manusia di dunia dan di akhirat.10 Menurut Imam Al-Ghazali (wafat tahun 1111
M/505 H) pendekatan maqashid al-syari’ah urgen dilakukan untuk menjaga
agama, jiwa, akal keturunan dan harta.11
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting dilakukan untuk
menganalisis bagaimana pendekatan maqashid al-syari’ah digunakan dalam
menyelesaikan sengketa tanah wakaf Musholla Rajak Al Iman di Desa
Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Penelitian ini juga penting dilakukan untuk menganalisis upaya penyelesaian
tersebut apabila ditinjau dalam perspektif hukum positif. Penelitian ini relevan
dengan fenomena gugatan tanah wakaf oleh ahli waris wakif yang terjadi di
masyarakat dan sulit dicapai penyelesaian. Penelitian ini menganalisis upaya

7
Ibid.
8
David Sugianto, Salma, “Pendekatan Maqâshid Al- Syari’ah dalam Pemikiran Ali Jum’ah”. Journal Al-
Ahkam, Vol. XXI, No. 1, Juni 2020. h. 121.
9
Asafri Jaya Bakri, 1996. Konsep Maqāṣid al-Syarī’ah Menurut al-Shatibi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
h. 61.
10
David Sugianto, Salma, “Pendekatan Maqâshid Al- Syari’ah dalam Pemikiran Ali Jum’ah”. Journal Al-
Ahkam, Vol. XXI, No. 1, Juni 2020. h. 121.
11
Suansar Khatib, “Konsep Maqashid Al-Syari`Ah: Perbandingan antara Pemikiran Al-Ghazali dan Al-
Syathibi”. MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan. Vol. 5, No. 1, 2018. h. 53.
penyelesaian sengketa tanah wakaf Musholla Rajak Al Iman yang berhasil
mencapai damai. Dengan demikian peneliti berharap penelitian ini dapat
menginspirasi berbagai kasus sengketa tanah wakaf yang terjadi di masyarakat
untuk diupayakan perdamaian.
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis penerapan maqashid al-
syari’ah (hukum islam) dalam upaya penyelesaian sengketa tanah wakaf dengan
kacamata hukum positif. Sejauh ini penelitian serupa masih menitikberatkan
pada salah satu aspek, padahal dalam tataran praktis kedua sistem hukum
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Penelitian ini akan mampu
memberikan perspektif yang lebih komprehensif dari sisi hukum islam maupun
hukum positif. Dengan demikian penelitian ini mengambil tema kajian dengan
judul “Penyelesaian Sengketa Wakaf Melalui Pendekatan Maqashid Al-Syari’ah
dalam Perspektif Hukum Positif (Studi Kasus Sengketa Tanah Wakaf Musholla
Rajak Al Iman Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo)”.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pendekatan maqashid al-syari’ah digunakan untuk
menyelesaikan sengketa tanah wakaf Musholla Rajak Al Iman di Desa
Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah?
2. Bagaimana perspektif hukum positif terhadap pendekatan maqashid al-
syari’ah yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tanah wakaf
Musholla Rajak Al Iman di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin
peneliti capai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis pendekatan maqashid al-syari’ah yang digunakan untuk
menyelesaikan sengketa tanah wakaf Musholla Rajak Al Iman di Desa
Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
2. Menganalisis perspektif hukum positif terhadap pendekatan maqashid al-
syari’ah yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tanah wakaf
Musholla Rajak Al Iman di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

You might also like