Professional Documents
Culture Documents
Revisi - Proposal Skripsi 2022 - D4 TLM UHAMKA
Revisi - Proposal Skripsi 2022 - D4 TLM UHAMKA
Oleh:
MAULIDYA JULIANE
1804034064
Maulidya Juliane
1804034064
Telah disetujui:
Pembimbing I :
Pembimbing II :
Mengetahui,
Ketua Program Studi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Permasalahan Penelitian..............................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
A. Landasan Teori..............................................................................................5
B. Kerangka Berfikir.......................................................................................13
C. Hipotesis......................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................15
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................15
B. Definisi Operasional...................................................................................15
D. Pola Penelitian.............................................................................................16
F. Prosedur Penelitian.....................................................................................17
G. Analisa Data................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak goreng merupakan bahan pangan dengan komposisi utama
trigliserida berasal dari bahan nabati kelapa sawit, dengan atau tanpa perubahan
kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi atau
pemurnian yang digunakan untuk menggoreng. Syarat mutu minyak goreng ada
beberapa kriteria uji diantaranya uji kadar air dan bahan menguap, uji bilangan
peroksida, uji minyak pelikan, uji cemaran logam berat, uji cemaran arsen, dan uji
asam lemak bebas (Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2019).
Minyak goreng mengandung zat yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Minyak goreng juga berperan memberi nilai kalori paling besar
diantara zat gizi lainnya. Sebagian kecil minyak goreng akan diserap oleh bahan
pangan yang digoreng sehingga memberikan rasa gurih, kenampakan bahan
makanan menjadi lebih menarik, serta tekstur permukaan yang kering (S. Aminah,
2010).
Pada penelitian Febriansyah tahun 2007 menerangkan bahwa kuantitas
minyak pada makanan yang digoreng mengalami peningkatan sejalan dengan
semakin lamanya proses penggorengan. Itu dikarenakan ketika proses
penggorengan, minyak goreng melewati bermacam reaksi kimia. Contohnya
reaksi hidrolisis dan oksidasi yang bisa menyebabkan terbentuknya asam lemak
bebas (Kumala, 2003).
Asam lemak bebas ialah kadar asam-asam lemak bebas yang terkandung
dalam lemak atau lemak yang telah terlepas dari trigliseridanya. Asam lemak
bebas ada dalam minyak karena hidrolisis minyak yang disebabkan oleh adanya
air dalam minyak atau karena saat pengolahan minyak dan penyimpanannya.
Kadar asam lemak bebas atau free fatty acid yang terdapat pada minyak
merupakan salah satu parameter penentu mutu minyak tersebut. Tingginya asam
lemak bebas pada minyak dibuktikan dengan nilai angka asam. Tingginya angka
asam menandakan bahwa asam lemak bebas pada minyak nabati juga tinggi
sehingga mutu minyak justru semakin rendah (F.G. Winarno, 2004).
1
Menurut Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI 7709:2019 syarat
asam lemak bebas pada minyak goreng yaitu maksimal 0,3%. Minyak atau lemak
yang mengandung persentase asam lemak dengan kadar tinggi kurang baik untuk
kesehatan, karna bila untuk menggoreng (deep fried atau dipanaskan), disamping
akan mengalami pengumpalan juga akan membentuk asam lemak trans dan
radikal bebas yang bersifat toksik dan karsinogenik (Elis Irmawati, 2013).
Pada kehidupan masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan, keunggulan
makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasa yang enak dan
cocok dengan selera kebanyakan masyarakat (P. Cahanar dan I Suhanda, 2006).
Gorengan merupakan salah satu makanan jajanan yang ada di masyarakat.
Gorengan banyak disukai oleh sebagian besar masyarakat karena termasuk
makanan siap saji yang praktis. Dalam pengolahannya, jajanan gorengan
menggunakan minyak goreng sebagai medium untuk penggorengannya. Minyak
goreng berfungsi sebagai menambah rasa gurih, medium penghantar panas, kalori
dalam bahan pangan, dan menambah nilai gizi. Hal ini dapat meningkatkan
peminat gorengan (S. Ketaren, 2008).
Pada pedagang gorengan ataupun di tempat-tempat usaha makanan lainnya
yang menggunakan minyak dalam proses pengolahannya atau penggorengannya,
kebanyakan pemilik tersebut tidak menggunakan minyak yang baru, namun lebih
memilih minyak bekas pakai penggorengan sebelumnya untuk penggorengan
selanjutnya karena merasa lebih hemat biaya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Kota Jakarta Utara tahun 2020 dengan jumlah penduduk sebanyak 440.247 jiwa,
penduduk di daerah Kecamatan Cilincing sebagian besar mempunyai mata
pencaharian sebagai pedagang. Salah satunya adalah pedagang gorengan.
Gorengan banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena
rasanya yang enak, gurih, penyajiannya yang praktis, cepat saji, dan harganya
yang cukup murah. Namun di daerah tersebut mempunyai perekonomian atau
pendapatan yang cukup rendah, maka tidak jarang pedagang gorengan yang
menggunakan minyak berulang kali pakai dengan alasan untuk menghemat biaya.
Apalagi dengan situasi saat ini yang sedang mengalami kelangkaan minyak
goreng dan harganya yang cukup tinggi membuat masyarakat khususnya
pedagang gorengan berusaha putar otak untuk tetap bisa menggunakan minyak
2
goreng untuk berjualan. Akhirnya mau tidak mau para pedagang menggunakan
minyak goreng yang sama untuk beberapa kali penggorengan. Biasanya hal ini
mengakibatkan minyak goreng menjadi berwarna kecoklatan. Berdasarkan nilai
mutu, warna minyak yang seperti itu tidak baik dikonsumsi oleh tubuh karena
dapat mengandung senyawa yang tidak diinginkan, contohnya asam lemak bebas.
Asam lemak bebas dapat berbahaya bagi tubuh karena dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah atau penyakit jantung.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng yang
digunakan oleh pedagang gorengan di daerah sekitaran Kelurahan Semper Barat,
Jakarta Utara.
B. Permasalahan Penelitian
Umumnya masyarakat lebih memilih jajanan di luar rumah dibanding
membuatnya sendiri di rumah karena berbagai macam alasan. Salah satunya
adalah tidak ada waktu untuk membuatnya. Jajanan gorengan di pinggir jalan
biasanya banyak diminati karena tempat dan harganya yang sangat terjangkau.
Pengolahan jajanan pada pedagang gorengan pasti menggunakan minyak sebagai
proses penggorengannya. Namun seringkali ditemukan pedagang yang tampilan
minyaknya sudah berwarna kecoklatan. Minyak tersebut biasanya sudah
mengalami penggorengan yang berulang kali. Berdasarkan nilai mutu, warna
minyak yang seperti itu tidak baik dikonsumsi oleh tubuh karena dapat
menyebabkan masalah kesehatan jika mengonsumsinya secara terus-menerus.
Salah satu faktor yang berbahaya adalah adanya asam lemak bebas pada minyak
tersebut. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini ialah
menganalisis kadar asam lemak bebas pada minyak goreng yang digunakan
pedagang gorengan di wilayah Kelurahan Semper Barat, Jakarta Utara.
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau
Free Fatty Acids (FFA) yang terkandung di minyak goreng yang dipakai oleh
pedagang gorengan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau
Free Fatty Acids (FFA) yang terkandung di minyak goreng yang dipakai
oleh pedagang gorengan di wilayah Kelurahan Semper Barat, Jakarta
Utara.
b. Menganalisis apakah minyak goreng yang digunakan pedagang gorengan
tersebut berbahaya atau tidak bagi kesehatan tubuh.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai penunjang pembelajaran dan bahan evaluasi kepada pedagang
dan konsumen untuk menambah pengawasan terhadap minyak yang
digunakan pada jajanan gorengan supaya terbebas dari berbagai macam
penyakit.
b. Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai media informasi terhadap pedagang gorengan dan kepada
konsumen mengenai layak atau tidak minyak goreng yang digunakan
terhadap kandungan ALB atau FFA di wilayah Kelurahan Semper Barat,
Jakarta Utara.
c. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi pada penelitian berikutnya dalam menganalisis
kadar ALB atau FFA terhadap minyak goreng yang dipakai.
2. Manfaat Ilmiah
Untuk meningkatkan wawasan dan sumber bacaan mengenai kadar Asam
Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acids (FFA) pada minyak goreng
yang dipakai pedagang gorengan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Minyak Goreng
Dalam teknologi makanan, minyak dan lemak memiliki peranan yang
penting, dikarenakan lemak dan minyak mempunyai titik didih sekitar 200°C
(dikatakan tinggi). Maka dari itu dapat digunakan untuk mematangkan makanan
dengan cara menggoreng sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian
besar air yang dikandungnya dan menjadi kering (S. Sudarmadji, 2003).
Minyak goreng merupakan bahan pangan yang komposisi utamanya ialah
trigliserida yang berasal dari bahan nabati, dengan atau tanpa perubahan kimiawi,
salah satunya adalah pendinginan dan sudah melewati proses pemurnian atau
rafinasi yang dipakai untuk menggoreng (Badan Standarisasi Nasional Indonesia,
2019).
Minyak goreng merupakan minyak yang bersumber dari lemak nabati atau
hewani yang dimurnikan dan berwujud cair pada suhu ruangan atau kamar.
Biasanya dimanfaatkan untuk menggoreng bahan makanan. Lemak dan minyak
ialah campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang akan membentuk
gliserida, ester-ester tersebut biasa disebut dengan trigliserida (S. Ketaren, 2005).
Minyak goreng berguna untuk medium pengantar panas, penambah nilai
kalori bahan pangan, dan penambah rasa gurih. Mutu minyak goreng ditetapkan
oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak hingga terbentuk akrolein yang
tidak diinginkan dan bisa memberikan rasa gatal pada tenggorokan (F.G.
Winarno, 2004).
5
ppm atau lebih, sedangkan kandungan tokoferol bermacam-macam dan
dipengaruhi oleh pengolahan selama produksi (S. Ketaren, 2008).
6
a) Sifat fisik
1. Warna
Zat warna terdiri atas 2 golongan, golongan pertama ialah zat warna
alamiah, yakni secara alamiah terkandung dalam bahan yang mengandung minyak
dan ikut terekstrak dengan minyak saat proses ekstraksi. Zat warna itu diantaranya
ialah xantofil (berwarna kuning kecokelatan), α dan β karoten (berwarna kuning),
antosyanin (berwarna kemerahan), dan klorofil (berwarna kehijauan). Golongan
kedua ialah zat warna yang merupakan hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu
warna cokelat dikarenakan oleh bahan untuk membuat minyak yang sudah rusak
atau busuk, warna gelap dikarenakan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol
(vitamin E), warna kuning umumnya karena pada minyak tidak jenuh.
2. Sliping point
Dipakai sebagai pengenalan minyak dan juga pengaruh kehadiran
komponen-komponennya.
3. Kelarutan
Minyak tidak larut dalam air terkecuali castor oil atau minyak jarak dan
minyak sedikit larut dalam alkohol, etil, eter, karbon disulfide dan juga pelarut-
pelarut halogen lainnya.
4. Shot melting point
Temperatur ketika terjadi tetesan pertama dari lemak atau minyak.
5. Titik didih (Boiling point)
Titik didih atau boiling point akan semakin meningkat seiring bertambah
panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
b) Sifat Kimia
1. Hidrolisa
Pada reaksi ini minyak nantinya akan diubah menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Reaksi hidrolisa mampu mengakibatkan kerusakan lemak atau
minyak terjadi karena adanya sejumlah air pada minyak tersebut.
2. Oksidasi
Proses oksidasi bisa berlangsung jika terjadi kontak antara sejumlah
minyak dan oksigen. Minyak yang menyimpan asam lemak tak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi. Molekul oksigen pada udara mampu bereaksi dengan
7
asam lemak sehingga dapat memutus ikatan ganda menjadi ikatan tunggal,
akibatnya menghasilkan bau tengik pada minyak.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi ini bertujuan untuk membentuk ikatan rangkap dari
rantai karbon asam lemak pada minyak.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi ini bertujuan untuk mengganti asam-asam lemak dari
trigliserida dalam bentuk ester. Dengan memakai prinsip reaksi ini hidrokarbon
rantai pendek pada asam lemak yang menimbulkan bau tidak sedap dan bisa
diganti dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap.
8
CATATAN
1) pengujian dilakukan terhadap contoh yang diambil di pabrik
2) vitamin A (total) merupakan jumlah dari vitamin A dan pro vitamin A
(karoten) yang dihitung kesetaraannya dengan vitamin A
3) untuk produk dikemas dalam kaleng
Sumber : Badan Standar Nasional (SNI 7709-2019)
9
7. Gorengan
Jajanan gorengan ialah makanan yang biasanya dijual oleh pedagang kaki
lima di pinggir jalan dan di tempat-tempat umum seperti keramaian, dengan cara
penyajiannya yang langsung dimakan atau disebut siap saji. Konsumen tidak perlu
melakukan pengolahan lebih lanjut. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak
sehat bisa menyebabkan penurunan status gizi dan dapat meningkatkan angka
kesakitan pada tubuh. Makanan jajanan biasanya dikenal dengan istilah “street
food” ialah jenis makanan yang dijual di pinggiran jalan, kaki lima, di stasiun,
tempat pemukiman, di pasar, dan di tempat yang sejenisnya.
10
kolestrol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) didalam tubuh pun meningkat,
sedangkan kadar kolestrol baik atau high-density lipoprotein (HDL) akan
menurun. Saat lemak trans tersebut menumpuk dan membentuk plak pada dinding
bagian dalam arteri dan akhirnya hal tersebut dapat memicu terjadinya serangan
jantung, stroke, dan infeksi bakteri.
Penyakit tidak menular yang banyak diakibatkan oleh penggunaan minyak
jelantah atau minyak yang dipakai berulang kali, kebanyakan digunakan
masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Kelebihan lemak dalam tubuh akan
memicu obesitas. Dalam melakukan tindakan pencegahan yang lebih selektif lagi
dalam memilih minyak goreng, adapun ciri-ciri yang paling mudah dilihat ialah
minyak yang berbentuk lebih encer dan berwarna bening, akibatnya membuat
minyak yang menempel pada makanan lebih sedikit.
11
lebih nikmat dan sedap, serta tingginya harga minyak goreng (Firina Amalia,
2010).
12
terhidrolisis menyebabkan bahan-bahan yang digoreng menjadi coklat dan lebih
banyak menyerap minyak (F.G. Winarno, 2004).
B. Kerangka Berfikir
1. Kerangka Teori
Uji Laboratorium
Tinggi Rendah
2. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Ditemukan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang tinggi dalam minyak
goreng yang dipakai oleh pedagang gorengan di Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
14
2. Minyak Bahan pangan Neraca Gram Rasio
goreng dengan komposisi Analitik
utama trigliserida
yang berasal dari
bahan nabati,
dengan atau tanpa
perubahan kimiawi,
yang digunakan
untuk menggoreng.
15
n= 41____
1 + 41.(5%)²
= 41_____
1 + 41.(0,005)²
= 41______
1 + (41.0,0025)
= 41_____
1 + 0,1025
= 41_____
1,1025
= 37,1882
= 37 sampel
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (pada penelitian
ini 5%)
D. Pola Penelitian
16
Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas pada sampel
Pengolahan data
F. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Sampel minyak goreng yang sedang pakai dibeli pada pedagang gorengan.
Kemudian sampel disaring dengan menggunakan kertas saring yang
diletakkan pada erlenmeyer.
2. Membuat larutan KOH 0,1 N
1. Volume stok yang akan dibuat ditentukan banyaknya (1000 mL).
2. Jumlah KOH dihitung menggunakan rumus :
N= gram zat terlarut x 1000___
BE volume stok
BE (Berat Ekuivalen) = BM_
a
BE KOH = 56,11_ = 56,11
1
17
Gram zat terlarut = N x BE x V_
1000
= 0,1 x 56,11 x 1000_ = 5,611 gram
1000
3. Sebanyak 5,611 gram padatan KOH ditimbang dengan saksama lalu
dimasukkan dalam beaker glass.
4. Aquadest sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam beaker glass dan
dilarutkan bersamaan dengan padatan KOH yang telah ditimbang tadi.
5. Campuran tersebut diaduk hingga padatan KOH cukup larut.
6. Jika sudah larut, campuran tersebut dimasukkan kedalam labu ukur
1000 mL lalu ditambahkan aquadest hingga tanda batas.
7. Larutan dihomogenkan dengan cara digojog.
3. Membuat indikator PP (Phenolphthalein) 1% (m/v)
1. Volume stok yang akan dibuat ditentukan banyaknya (50 mL).
2. Jumlah indikator PP dihitung menggunakan rumus :
= 1% x 50 mL
= 0,01 x 50 mL
= 0,5 gram
3. Sebanyak 0,5 gram PP ditimbang secara saksama.
4. Padatan PP tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
5. Etanol (isopropanol) 95% ditambahkan ke dalam labu ukur tadi hingga
tanda batas dan dilarutkan bersamaan dengan padatan indikator PP.
6. Larutan dihomogenkan dengan cara digojog.
4. Membuat larutan Kalium Hidrogen Ftalat (KHP)
1. Sebanyak 0,7 gram KHP ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang bersih.
2. Aquadest sebanyak 50 mL ditambahkan ke dalam erlenmeyer tersebut.
3. Dihomogenkan campuran tersebut dengan cara digojog secara perlahan
sampai sampel terlarut.
5. Standarisasi larutan KOH 0,1 N
1. Sebanyak 50 mL larutan KHP diambil terukur kemudian dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
18
2. Indikator PP diteteskan sebanyak 2-3 tetes ke dalam Erlenmeyer
tersebut.
3. Kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga titik akhir titrasi
(berwarna merah muda).
4. Konsentrasi KOH 0,1 N dihitung dengan rumus :
M = n_
v
= gr___
BM x V
= 5,611 gr___
56 gr/mol x 1 L
= 0,1001 gr/L
6. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas
1. Sebanyak 28 gram sampel uji (W) ditimbang dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
2. Sampel dilarutkan dengan etanol hangat sebanyak 50 mL dan
ditambahkan 5 tetes indikator PP.
3. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan KOH 0,1 N (N) sampai
terbentuk warna merah muda. (warna merah muda bertahan selama 30
detik).
4. Pengadukan dilakukan dengan cara digoyangkan Erlenmeyer selama
titrasi.
5. Volume larutan KOH yang terpakai dicatat (V).
6. Perhitungan Asam Lemak Bebas
Asam Lemak Bebas = 25,6 x V x N
W
- Keterangan : N = Normalitas larutan KOH (N)
V = Volume KOH yang terpakai dalam titrasi (mL)
W = Bobot sampel uji (g)
19
G. Analisa Data
Data persentase kadar asam lemak bebas (%) yang diperoleh secara
keseluruhan yang kemudian diolah dengan metode analisis kuantitatif yaitu
analisis deskriptif. Dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dengan menggunakan SPSS.
20
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, Sensus Penduduk, 2020. Kecamatan
Cilincing dalam angka 2019
Irmawati, Elis. 2013. Skripsi : Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada
Minyak Goreng Yang Digunakan Oleh Pedagang Gorengan Diseputaran
Jalanmanek Roo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh Aceh Barat
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama Jakarta : Penerbit
UI-Press
21
Ketaren, S. 2010. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia. Wartazoa.
20:172-180
Kumala, 2003. Peran Asam Lemak Tak Jenuh Jamak Dalam Respon Imun. Jurnal
Indonesia Media Assosiasi
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
22