Acc Jurnal Spektrometer - A. Ainur Fadilla

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol.

X (Nomor): halaman - halaman


DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

SPEKTROMETER
A. Ainur Fadilla 1, Astriyani Nur2, Fadel3, Nurfalah Miseldi4, Selvi Sewang5, dan Serli
Yuniar6
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
123456

Makassar

Email: andiainurfadilla17@gmail.com
*A. Ainur Fadilla

Abstract
An experiment entitled Spectrometer was conducted, which aims to determine the prism material
index with minimum deviation, to determine the working of the spectrometer components, to read
the main scale and the vernier spectrometer scale, to provide the results of the spectrometer
measurements with use, main scale and Read vernier scale, determine measurement results and
determine the curve Prism spectrometer material dispersion and material dispersion power. The
tools and materials used in the experiment were 1 set of spectrometer, power supply, prism,
flashlight, loop, protractor, tissue and Hg lamp. The working principle of the spectrometer is that
light passing through a narrow slit is then passed in parallel through the collimator, then
transmitted and captured by the telescope. From this spectrometer experiment it can be concluded
that the spectrometer uses a prism as a refractor and scatters the light, resulting in a color spectrum
for each light source that produces a different minimum angle of deviation. The color spectrum
observed in the mercury lamp (Hg) is violet, green and yellow. The refractive index of the prism
used ranges from 2. The wavelengths obtained from experiments for mercury lamps for each color
spectrum are 450 nm, 495 nm and 570 nm.
Keywords: Light, Prism, Spectrometer and Angle bias.
Abstrak
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Spektrometer yang bertujuan untuk menentukan indeks
bahan prisma secara deviasi minimum, mengetahui kerja komponen spektrometer, membaca skala
utama dan skala nonius spektrometer, hasil pengukuran spektrometer sehingga siap digunakan,
membaca skala utama dan skala nonius, mengetahui hasil pengukuran dan penentuan kurva
dispersi bahan spektrometer prisma dan daya dispersi bahan. Alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan yaitu spektrometer 1 set, power supply, prisma, senter, lup, busur derajat, tisu dan lampu
Hg. Prinsip kerja spektrometer adalah cahaya yang melalui celah sempit kemudian akan akan
diteruskan bersifat sejajar melalui kolimator, kemudian diteruskan dan ditangkap oleh teleskop.
Dari percobaan spektrometer ini, dapat disimpulkan bahwa spektrometer menggunakan prisma
sebagai pembias dan pendispersi cahaya, sehingga terbentuk spektrum warna untuk tiap sumber
cahaya dan menghasilkan sudut deviasi minimum yang berbeda. Spektrum warna yang teramati
pada lampu merkuri (Hg) adalah ungu, hijau dan kuning. Indeks bias prisma yang digunakan
berkisar 2. Panjang gelombang yang didapatkan dari percobaan untuk lampu merkuri tiap spektrum
warna adalah 450 nm, 495 nm dan 570 nm.
Kata kunci: Cahaya, Prisma, Spektrometer dan Sudut bias.

JFT | 1
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

1. PENDAHULUAN
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang kasat mata (dapat ditangkap oleh
mata) mempunyai panjang gelombang 400 nm sampai dengan 700 nm. Cepat rambat
cahaya adalah sama untuk semua frekuensi atau panjang gelombang. Cahaya adalah sebuah
gelombang elektromegnetik yang mempunyai sifat dapat dipantulkan, dibiaskan,
difokuskan dengan lensa, polarisasi. Cahaya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang
terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contohnya adalah cahaya putih. Cahaya
monokromatis adalah cahaya yang terdiri dari satu warna dan satu panjang gelombang.
Contohnya adalah cahaya merah dan biru. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik
yang terdiri dari dari getaran medan listrik dan getaran medan magnet yang saling tegak
lurus. Dimana bidang getar kedua medan tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Dalam kehidupan ini, terdapat hubungan yang sangat erat dengan cahaya. Contoh
cahaya yang sering digunakan adalah cahaya matahari. Cahaya ini merupakan salah satu
sumber cahaya yang tidak akan pernah habis. Dimana telah diketahui bahwa cahaya
memiliki sifat-sifat antara lain dapat dipantulkan, dibiaskan, difraksi, interferensi, dispersi.
Dari sifat-sifat cahaya ini dibutuhkan sebuah alat untuk menjelaskan sifat-sifat dari cahaya.
Salah satu alat yang biasa digunakan adalah spektrometer dimana alat ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda.
Spektrometer cahaya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur panjang
gelombang maupun spektrum panjang gelombang cahaya. Spektrum cahaya banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang, khususnya bidang fisika seperti digunakan untuk
mengukur panjang gelombang cahaya emisi dari suatu atom. Selain itu, spektrometer
merupakan salah satu peralatan standar laboratorium optik. Melihat bagian luasnya
pemanfaatan spektrometer, maka penelitian ini mulai membangun dari awal spektrometer
digital yang dapat digunakan untuk mengukur spektrum panjang gelombang suatu sumber.
[5}

Spektrometer merupakan suatu piranti yang dapat digunakan untuk mengukur


panjang gelombang suatu cahaya tampak. Berdasarkan prinsip dari spektrometer, piranti ini
memiliki tigkat keakuratan yang lebih tinggi daripada metode pengukuran dengan cara
yang sejenis. Di dalam piranti spektrometer terdapat sebuah prisma yang digunakan untuk
menganalisa berkas sinar yang datang.

JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Gambar 1. Sifat cahaya (a) dispersi, (b) refraksi


(Sumber : Alim, 2017)
Namun sebelum prisma melakukan analisa cahaya yang datang, cahaya tersebut
sebelumnya akan melewati sebuah kolimator terlebih dahulu. Dimana kolimator yang
dimaksud adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mensejajarkan cahaya dari
plasma lampu gas. Sebenarnya, konsep dalam pengukuran panjang gelombang terjadi pada
prisma yang terdapat pada piranti spektrometer. Pengukuran tersebut menggunakan
beberapa sifat cahaya di dalam sebuah prisma kaca [2].
Spektrometer diilustrasikan sebagai lingkaran dengan satu jari-jari yang merupakan
garis dari kolimator yang di tengahnya terdapat temu difraksi. Terusan garis dari kolimator
dengan sudut sebesar θ ke radian dua, terdapat teleskop. Dan dari arah yang berlawanan
dengan kolimator terdapat sumber cahaya atau yang biasa disebut S. Panjang kolimator
disebut SL. Kronologi proses kerja dari spektrometer ini adalah, cahaya dari sumber cahaya
memancar ke titik pusat lingkaran melewati kolimator. Perpindahan sudut teleskop yang
mudah berpindah-pindah membuat cahaya dengan mudah terlihat di fokus teleskop dan
terlihat oleh mata pengamat. Apabila penempatan teleskop tidak tepat, maka mata
pengamat tidak akan melihat apa-apa. Untuk itu, mikroskop perlu digeser sebesar θ ke
radian dua agar dapat melihat peristiwa difraksi dari panjang gelombang yang dipancarkan
sumber. Dimana m adalah orde dan d adalah jarak antara garis temu. Garis yang akan
dilihat pengamat di dalam spektrometer untuk masing-masing panjang gelombang adalah
gambar sebenarnya dari sumber. Jika cahaya mengandung sela yang berkelanjutan dari
panjang gelombang, maka kelanjutan spektrum tersebut dapat dilihat menggunakan
spektroskop [1].
Kegunaan penting dari spektrometer adalah untuk identifikasi atom atau molekul
ketika gas dipanaskan atau arus listrik yang besar melewatinya, gas tersebut memancarkan

JFT | 3
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

spektrum garis artinya hanya cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang dipancarkan,
dan ini berbeda untuk unsur dan senyawa yang berbeda [4].
Pada spektrometer, cahaya yang dihasilkan oleh plasma akan memiliki sifat-sifat
pada masing-masing tempat. Adapun sifat-sifat cahaya yang dimaksud terdiri dari dispersi,
difraksi, dan refraksi.
a. Difraksi
Ketika cahaya memiliki sifat difraksi, maka cahaya tersebut akan disejajarkan ketika
melewati kolimator. Hal ini sejatinya berdasarkan pengertian dari difraksi yang
merupakan pelenturan pada cahaya.
b. Refraksi
Refraksi merupakan suatu suatu proses pembiasan atau pembelokan berdasarkan dua
medium yang berbeda. Terjadinya pembelokan cahaya dikarenakan ketika cahaya
melewati dua medium yang berbeda berdasarkan perbedaan indeks bias, maka cahaya
tersebut juga akan mengalami perbedaan kecepatannya, sehingga dapat mengalami
pembelokan. Refraksi sendiri pada percobaan ini terjadi pada saat cahaya masuk ke
dalam prisma dan ketika keluar dari prisma. Sehingga proses refraksi akan terjadi dua
kali.
c. Dispersi
Proses dispersi merupakan penguaraian cahaya polikromatik banyak panjang
gelombang menjadi cahaya monokromatik. Hal ini terjadi tentunya bergantung pada
nilai panjang gelombang. Cahaya polikromatik telah disebutkan bahwa memiliki nilai
panjang gelombang. Sehingga berdasarkan panjang gelombang yang berbeda-beda,
maka akan menghasilkan sudut bias yang berbeda pula. Proses dispersi ini terjadi pada
prisma. Ketika cahaya polikromatik masuk ke dalam bagian prisma, maka cahaya
tersebut akan mengalami deviasi sudut masuk. Deviasi ini tentunya sangat kecil karena
dari medium kurang rapat menuju ke medium rapat. Deviasi juga akan dialami ketika
cahaya keluar dari prisma dan menghasilkan cahaya dengan banyak warna mulai dari
merah sampai biru karena dari medium rapat menuju ke medium kurang rapat [2].
Cahaya merupakan suatu komponen penunjang kehidupan dalam berbagai
kehidupan di muka bumi. Tanpa adanya cahaya, tidak butuh waktu lama untuk
memusnahkan seluruh kehidupan yang ada. Sumber cahaya terbesar yang ada di permukaan
bumi adalah sumber cahaya mataahari. Matahari sejatinya merupakan suatu plasma yang
menghasilkan energi berupa cahaya. Sumber cahaya matahari yang dimaksud merupakan
suatu cahaya yang memiliki rentang banyak panjang gelombang atau disebut dengan
cahaya polikromatis. Apabila cahaya tersebut mengalami proses dispersi, maka cahaya
matahari akan terurai menjadi warna monokromatis. Tentunya, apabila kita menginginkan
untuk dapat mengetahui nilai panjang gelombang suatu cahaya seperti halnya cahaya

JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

matahari, maka kita harus menggunakan suatu alat. Alat dimaksud sangat beragam, namun
untuk mendapatkan keakuratan yang tinggi kita dapat menggunakan alat spectrometer [2].
Spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada batas yang jelas
antara satu warna dengan warna lainnya, tabel berikut memberikan batasan kira-kira untuk
warna-warna spektrum:
Tabel 1. Daftar panjang gelombang cahaya tampak
Warna Range
Ungu 380 - 450 nm
Biru 450 - 495 nm
Hijau 495 - 570 nm
Kuning 570 - 590 nm
Jingga 590 - 620 nm
Merah 620 - 750 nm
Cahaya merupakan energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik, dimana
panjang gelombang cahaya berada pada daerah kasat mata penglihatan oleh manusia
disekitar 380-750 nm. Cahaya dapat didefinisikan baik sebagai gelombang atau partikel.
Ketika gelombang merupakan definisi dari cahaya, maka cahaya akan memiliki sifat-sifat
seperti kebanyakan gelombang. Sedangkan ketika didefinisikan sebagai partikel, maka
cahaya dapat disebut sebagai partikel foton yang menyimpan energi atau partikel
erlementer dalam fenomena elektromagnetik. Berdasarkan kedua hal tersebut merupakan
sifat yang dimiliki oleh cahaya secara bersama-sama sehingga disebut dengan istilah
dualisme gelombang partikel pada cahaya [3].
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas
cahaya datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang
pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas
sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar
dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat
optik yang lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sedangkan pada bidang pembias II, sinar
dibiaskan menjauhi garis normal, sebab sinar dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat
yaitu dari kaca ke udara. Sehingga berkas sinar yang melewati sebuah prisma akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula [4].
Sudut bias tergantung pada kecepatan cahaya pada dua medium dan pada sudut
datang. Hubungan analitis antara θ1 dan θ2 telah didapatkan melalui eksperimen pada tahun
1621 yang dilakukan oleh Willebrord Snell dan dikenal sebagai Hukum Snellius. Hukum
Snellius memperlihatkan bahwa apabila sebuah sinar lewat dari satu medium ke medium

JFT | 5
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

lain yang mempunyai indeks refraksi lebih besar, dan karena itu maka laju gelombang
dalam medium itu lebih lambat, maka sudut θ2 lebih kecil daripada θ1 sehingga sinar itu
dibelokkan mendekati normal. Apabila medium kedua mempunyai indeks refraksi yang
lebih kecil dari medium pertama, sinar itu dibelokkan menjadi normal [3].
Metode spektrometri optogalvanik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
metode lain dalam hal desain yang lebih sederhana tanpa membutuhkan detektor foto,
pengoperasian yang lebih mudah, dan harga yang lebih murah. Namun, metode ini hanya
digunakan untuk sampel dalam bentuk gas dan belum teruji untuk sampel dalam bentuk
lain seperti sampel cair dan padat. Hal tersebut menjadi salah satu kelemahan metode ini
karena pada dasarnya tidak semua sampel berbentuk gas. Bahkan, sebagian besar
penngukuran dilakukan menggunakan sampel berbentuk cairan. Sampel dalam bentuk
cairan biasa diamati dengan metode lain, seperti spektrometri serapan yang banyak
digunakan di laboratorium-laboratorium[6].
Sinar laser sebagai sumber cahaya dapat mengeksitasi elektron dalam materi cair.
Dengan demikian, efek yang serupa dengan optogalvanik juga memiliki potensi jika
dikembangkan untuk mengukur dan menganalisis kandungan dalam materi cair. Oleh
karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan studi awal perancangan dan realisasi suatu
analisator perubahan sifat elektrik zat cair yang berinteraksi dengan cahaya untuk
diaplikasikan sebagai sebuah metode dalam spektrometri[7].
Berdasarkan uraian diatas maka hal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan
adalah untuk menentukan indeks bias bahan prisma dengan cara deviasi minimum, untuk
mengungkapkan dasar kerja spektrometer dan mengatur komponen-komponen
spektrometer sehingga spektrometer tersebut siap digunakan, mampu membaca skala utama
dan skala nonius spektrometer, untuk mengukur dan mengetahui hasil pengukuran pada
spektrometer, untuk melakukan percobaan penentuan kurva dispersi bahan dengan
spektrometer prisma, dan menggunakan kurva dispersi untuk menentukan daya dispersi
bahan dan panjang gelombang cahaya.

2. METODE PENELITIAN
Praktikum eksperimen Spektrometer dilaksanakan pada hari Rabu 23 November
2022, pada pukul 10.00 – 12.00 WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Optik, Jurusan
Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrometer 1 set yang
terdiri dari kolimator, teleskop, meja spektrometer, prisma kaca, senter, lup, dan lampu Hg.
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah yang pertama yaitu mempersiapkan alat
dan bahan seperti pada gambar dibawah ini:

JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Gambar 2. Rangkaian percobaan spektrometer


Setelah peralatan sudah disiapkan selanjutnya lampu merkuri (Hg) diletakkan tepat
didepan kalimator agar sinar dapat sampai pada prisma. Sebelum peralatan dihubungkan
pada sumber tegangan pastikan peralatan terpasang pada tempat yang tepat. Setelah semua
terpasang dengan benar, spektrometer dihubungkan dengan sumber listrik. Fokus teropong
diatur agar dapat melihat benda dengan jelas dan terlihat benang silang dengan tajam.
Kemudian membersihkan prisma menggunakan tisu serta meletakkannya pada meja
spektrometer. Selanjutnya mengamati atau mencari spekrum warna yang dihasilkan dengan
teleskop. Mengamati salah satu garis spektrum warna kemudian mengatur posisi
spektrometer pada arah garis spektrum (tepat akan berbalik arah merupakan posisi yang
memberikan sudut deviasi minimum). Mengunci meja spektrometer. Menggeser teleskop
hingga tanda plus-nya tepat berimpit dengan garis spektrum yang diamati. Membaca
penunjukan skala dan mengulangi langkah-langkah tersebut untuk spektrum yang lain.
Kemudian mencatat hasilnya pada tabel pengamatan.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks bias prisma (n), sudut
deviasi minimum (min), daya dispersi (D), daya dispersi bahan (ω) dan panjang gelombang
( λ ) pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1
sin (α+ δ m )
2 … (1)
n=
1
sin ( α )
2
min = ¿
… (2)

dn
D=
dλ … (3)

nv −ng
ω=
n y −1

JFT | 7
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

… (4)

λ=
√ a
n−b
… (5)

dengan n adalah indeks bias prisma (n), ∝ adalah sudut puncak prisma (° ), min adalah sudut
deviasi minimum (° ), D adalah daya dispersi, ω adalah dispersi bahan dan λ adalah panjang
gelombang (nm), serta Ө1 dan Ө2 adalah sudut datang (° ).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Tabel dan Gambar Pengamatan
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Spektrum Θ1(º) Θ2(º)
Prisma
Warna PSU PSN HP PSU PSN HP
Ungu 165,7 18’ 166 206 28’ 206,46
Prisma
Hijau 165,7 18’ 166 205,5 19’ 205,82
kaca
Kuning 165,7 18’ 166 205,5 10’ 205,67

Tabel 3. Hasil Analisis Data


Spektrum
Prisma α(º) δm(º) Rerata n ω D λ(Å)
Warna
1,9399
Ungu 200,23 0,00043 4500
6
Prisma 1,5595
Hijau 60 199,93 200 0,78345 0,00031 4950
kaca 6
1,5276
Kuning 199,84 0,00026 5700
1

JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Gambar 3. Cahaya yang dihasilkan sebelum pembiasaan prisma kaca

Gambar 4. Spektrum warna yang dihasilkan pada pembiasan prisma kaca


3.2 Grafik

Kurva Dispersi Hubungan antara Indeks Bias Prisma Kaca


dengan Panjang Gelombang
2
Indeks Bias Prisma (n)

1.8 f(x) = − 0.000312908163265306 x + 3.2558962244898


1.6 R² = 0.683736439682305

1.4
1.2
1
3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000

Panjang Gelombang (λ)

Gambar 5. Kurva Dispersi Hubungan antara Indeks Bias Prisma Kaca dengan Panjang Gelombang
3.3 Pembahasan
Eksperiman ini dilakukan untuk mencari nilai indeks bias prisma. Dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatik karena cahaya ini dapat terurai menjadi banyak

JFT | 9
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

warna atau spektrum warna yang khas untuk dianalisa dengan menggunakan spektrometer.
Adanya prisma pada meja spektrometer sebagai alat pendispersi cahaya. Cahaya putih biasa
merupakan superposisi dari gelombang-gelombang dengan panjang gelombang yang
membentang melalui seluruh spektrum tampak. Adanya prisma pada meja spektrometer
sebagai alat pendispersi cahaya. Cahaya putih biasa merupakan superposisi dari
gelombang-gelombang dengan panjang gelombang yang membentang melalui seluruh
spektrum tampak. Laju cahaya dalam ruang hapa adalah sama untuk semua panjang
gelombang, tetapi laju gelombang laju cahaya tersebut dalam zat material berbeda untuk
panjang gelombang yang berbeda. Maka indeks refraksi sebuah material bergantung pada
panjang gelombang. Kebergantungan laju gelombang dan indeks refraksi pada panjang
gelombang dinamakan dispersi.
Berdasarkan foto hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat bahwa spektrum
warna yang dihasilkan pada pembiasan prisma kaca yaitu warna ungu, hijau dan kuning.
Dapat diketahui bahwa cahaya dari lampu Hg yang sifatnya polikromatik diuraikan menjadi
cahaya monokromatik, yaitu ungu hijau dan kuning. Hal ini bisa dijelaskan dimana pada
saat cahaya dari lampu Hg telah disejajarkan dengan pengaturan pada letak dan celah
kolimator, lalu cahaya diarahkan ke prisma yang terletak di dalam spektrometer. Kemudian
cahaya mengalami pembiasan dari medium udara ke kaca prisma lalu ke udara yang ada di
dalam prisma. Setelah itu, cahaya akan mengalami penguraian cahaya dengan sudut deviasi
terkecil dialami oleh cahaya dengan panjang gelombang terbesar yaitu cahaya kuning.
Berdasarkan tabel hasil analisis data dapat diketahui bahwa nilai sudut deviasi
minimum warna ungu, hijau, kuning pada prisma kaca secara berturut-turut sebesar
200,23º; 199,93º; 199,84º dengan rerata sebesar 200º. Adapun nilai indeks bias dari ketiga
warna tersebut yaitu 1,93999; 1,55956; 1,52761 dan daya dispersi yang diperoleh sebesar
0,00043; 0,00031; dan 0,00026. Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel didapatkan
bahwa sudut deviasi minimum yang terbesar yaitu warna ungu dan yang terkecil yaitu
warna kuning pada prisma kaca. Sedangkan berdasarkan grafik yang diperoleh dari prisma
kaca tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara indeks bias dan panjang gelombang
yaitu semakin besar panjang gelombang suatu warna maka akan semakin kecil indeks bias
dari warna tersebut.
Adapun dari hasil yang diperoleh dapat diketahui hubungan antara panjang
gelombang, sudut deviasi, indeks bias dan daya dispersi yaitu semakin besar panjang
gelombang yang dimiliki warna tersebut maka akan semakin kecil sudut deviasi, daya
disperse dan nilai indeks bias yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin kecil
panjang gelombang dari warna tersebut maka akan semakin besar sudut deviasi, daya
disperse dan nilai indeks bias yang dihasilkan. hal ini sudah sesuai dengan teori dimana

JFT | 2
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JFT: Jurnal Fisika dan Terapannya
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

semakin kecil panjang gelombang yang dimiliki oleh suatu warna, maka akan semakin
besar indeks biasnya.
4. SIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebuah spektrometer menggunakan kisi
difraksi atau prisma untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Prinsip
kerja dari Spektrometer adalah, cahaya didatangkan lewat celah sempit yang disebut
kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga cahaya yang diteruskan akan
bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian diteruskan ke kisi untuk kemudian
ditangkap oleh teleskop yang posisinya dapat digerakkan. Pengukuran panjang gelombang
dapat dilakukan dengan menggunakan kisi difraksi yang diletakkan pada meja
spektrometer. Saat cahaya melewati kisi, terjadi peristiwa difraksi. Pada posisi teleskop
tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi yang sesuai dengan terjadinya pola terang
(pola maksimum).
Cara pembacaan skala pada spektrometer hampir sama dengan cara pembacaan
skala pada jangka sorong yaitu skala utama dihitung yang berada tepat dibelakang nol pada
skala nonius sedangkan skala nonius dibaca saat garis berhimpitan antara skala utama
dengan skala nonius, garis yang berhimpitan antara skala utama dengan skala nonius.
Satuan pada skala utama yaitu derajat dan satuan pada skala nonius yaitu menit sehingga
pada skala nonius yang terbaca dibagi dengan 60.
Hasil percobaan spektrometer yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan
bahwa spektrometer menggunakan prisma sebagai pembias dan pendispersi cahaya,
sehingga terbentuk spektrum warna untuk tiap sumber cahaya dan menghasilkan sudut
deviasi minimum yang berbeda. Spektrum warna yang teramati pada lampu gas Hg
(mercury) adalah ungu, hijau dan kuning. Indeks bias prisma yang digunakan prisma kaca
dan air dimana panjang gelombang yang didapatkan dari percobaan untuk lampu merkuri
tiap spektrum warna adalah 4500 Å, 4950 Å dan 5700 Å dengan nilai rerata sudut deviasi
minimum prisma kaca sebesar 200°. Adapun nilai rerata indeks bias prisma yang diperoleh
pada prisma kaca sebesar 1,6757.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih juga tentunya tak lupa saya ucapkan kepada Bapak Prasepvianto
Estu Broto, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing pada percobaan spektrometer ini yang
telah menjelaskan dan membimbing kami selaku praktikan dan juga saya ucapan terima
kasih kepada rekan-rekan kelompok 2 kelas D yang telah bekerjasama.
6. DAFTAR PUSTAKA

JFT | 11
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

[1] Aini, Annisa Nurul., dkk. (2011). Spektrometer. Laporan Praktikum Fisika Modern.
Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Surabaya: ITS.
[2] Alim, Mohammad Istajarul., dkk. (2017). Spektrometer. Laporan Praktikum Fisika
Modern. Departemen Fisika. Fakultas MIPA. Surabaya: ITS.
[3] Dewi, Sulistiyawati., dkk. (2013). Spektrometer. Jurnal Sains dan Seni ITS. Surabaya:
ITS.
[4] Pertiwi, Puji Kumala., dkk. (2015). Spektrometer. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember (ITS).
[5] Prasetyo, Edi., dkk. (2014). Pembuatan dan Pengujian Spektrometer Cahaya dengan
Metode Celah Banyak Berbasis Komputer. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII
HFI Jateng & DIY, Yogyakarta. ISSN: 0853-0823.
[6] Susilawati, Nurdjanah, S., & Putri, S. (2018). “Karakteristik sifat fisik dan kimia ubi
kayu (manihot esculenta) berdasarkan lokasi penanaman dan umur panen berbeda”.
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. Vol. 13. No. 2. pp 59-72.
[7] Angga Wahyu Pratama, Arif Surtono & Junaidi. (2019). “Studi Awal Analisator
Perubahan Sifat Elektrik Materi Cair yang Berinteraksi dengan Cahaya untuk
Aplikasi Spektrometri”. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Vol.07, No.01.

JFT | 2

You might also like