Alternatif Soil Reinforcement Pada Pekerjaan Jalan Dan Landasan Pacu

ALTERNATIF SOIL REINFORCEMENT PADA PEKERJAAN JALAN DAN
LANDASAN PACU
Disiapkan oleh : Dr. Dewi Amalia, ST., MT.

MASALAH DAYA DUKUNG PADA JALAN
DESIGN EMBANKMENT HEIGHT = HIGHEST FLOOD LEVEL + FREE BOARD
EMBANKMENT SLIDING DUE TO LOW SOIL BEARING CAPACITY

GEOTEXTILE AS SOIL REINFORCEMENT
MORE LAYERS OF GEOTEXTILE ADD MORE STABILITY
(Embankment height H can be increased)
KELONGSORAN MELALUI KAKI TEBING/LERENG
MASALAH KESTABILAN LERENG
13
14
15
16
17
18
19
20
21
11
Possible solution, low cost reinforced soil abutment
Reinforced concrete
panel or cladding
HWS
Geotextile
or
Geogrid
LWS
1. Reinforced earth system with masonry facing

12
HWS
Geotextile
or
Geogrid
(or combination
LWS
of both)
2a. Reinforced earth system with gabion facing

(gabion= bronjong, Indonesia)
13
HWS
Geogrid
LWS
2b. Reinforced earth system with gabion facing

14
HWS
Geotextile
and
Geogrid
LWS
3. Reinforced earth system with gabion facing and foundation

17
For softer soil and to increase abutment stability
Possible circular
sliding plane
Anchorage length
Micropiles (“cerucuk”)
18
PROBLEM WITH SCOURING DURING SWIFT CURRENT
Scouring can cause

abutment to tilt
Original river bottom before

scouring
Scoured river bottom

19
Solution : Gabion reinforcement at river bottom
Gabion reinforced
with geogrid
Scoured bottom
20
Gabion reinforcement can also be used at sloping sides

of bridge ram for erosion protection during flood
Water level
during flood
APA ITU GEOSINTETIK ?
Geosintetik (geosynthetic) adalah bahan sintetis

(pada umumnya dari bahan plastik) yang digunakan
untuk aplikasi teknik sipil dalam lingkungan tanah.
Bahan geosintetik mulai dikenal dan digunakan di

dunia pada awal tahun 1970-an. Sejak tahun 1990-
an, bahan geosintetik sudah mulai banyak
digunakan pada proyek-proyek di Indonesia
BENTUK-BENTUK BAHAN GEOSINTETIK
DAHULU :
◼ geotextile : berbentuk sepertii textile
◼ geogrid : berbentuk grid-grid
◼ geomembrane: berbentuk seperti membrane
◼ geocomposite: berbentuk gabungan dari 2 atau
lebih bentuk-bentuk geosintetik
SEKARANG, DITAMBAH DENGAN :

◼ geoarmour
◼ geobar
◼ geoblanket
◼ geocell
◼ geofoam
◼ geoform
◼ geomat
◼ geomattress
◼ geonet
◼ geospacer
◼ Geostrip
◼
FUNGSI BAHAN GEOSINTETIK
1
REINFORCEMENT (PERKUATAN)
SEPARATION (LAPISAN PEMISAH)
FILTRATION (FILTER)
DRAINAGE (DRAINASE)
KARAKTERISTIK BAHAN GEOSINTETIK
1. KARAKTERISTIK FISIS 1. KARAKTERISTIK MEKANIS
◼ Berat ◼ Kekuatan tarik

◼ Tebal ◼ Kekuatan pecah
◼ Berat satuan ◼ Kekuatan robek
◼ Berat jenis ◼ Tahanan geser
◼ Dll ◼ Dll
1. KARAKTERISTIK HIDROLIS 1. Pengepakan
◼ Ukuran pori ◼ Lebar gulungan / rol

◼ Permeabilitas ◼ Panjang gulungan / rol
◼ Transmitivitas ◼ Diameter gulungan / rol
◼ Permitivitas ◼ Berat gulungan / rol
◼ Dll
◼ Dll
1 WIDE WIDTH TENSILE STRENGTH
(ASTM D 4595-86)
Untuk mengetahui kemampuan tarik bahan

dengan deformasi lateral sekecil-kecilnya. Test
untuk ini biasanya dilakukan pada lebar
lembaran 200 mm sampai 1000 mm.
8
4
2 GRAB TENSILE STRENGTH

(ASTM D 4632-86)
Untuk mengetahui kemampuan bahan geotextile

dalam menyebarkan muatan (tarik) terpusat
dengan arah sejajar lembaran bahan.
4
6
3 MULLEN BURSTING TEST
(ASTM D 3786-87)
Dilakukan dengan memaksa sebuah bola

tertentu menekan permukaan lembaran bahan
sampai lembaran bahan pecah (burst).
1,2
CBR PUNCTURING STRENGTH TEST

4
(ASTM D 3787)
Dilakukan dengan cara menekankan batang

penetrasi CBR secara tegak lurus ke permukaan
lembaran bahan yang dijepit disisinya sampai
bahan pecah dan batang penetrasi CBR
(diameter 1,75) menembus lembaran bahan.
1,75
5 TRAPEZOIDAL TEAR TEST
(ASTM D 4533-85)
Dilakukan dengan menarik lembaran bahan

yang sudah dirobek dengan pola tertentu.
Kekuatan robek merupakan gaya dimana
robekan mulai menjalar keseluruh lembaran
bahan.
6 APPARENT OPENING SIZE (AOS)
AOS menunjukkan suatu diameter tertentu pada

lubang geotextile, yang dinyatakan dalam simbul
O n.
Untuk AOS pada O95 artinya diameter tersebut
merupakan diameter lubang yang relatif
terbesar pada geotextile sedemikian rupa
sehingga 95% dari lubang geotextile yang lain
mempunyai diameter yang lebih kecil dari O95
tersebut.
Disamping O95, juga dikenal O90, dan O50 yang
biasa disebut sebagai Equivalent Opening Size
(EOS = O50).
CONTOH
PENGGUNAAN HASIL TES LABORATOTIUM
KARAKTERISTIK MEKANIS
(puncturing & bursting)
pressure
puncturing
bursting
KARAKTERISTIK HIDROLIS
(ukuran pori & permeabilitas)
HUBUNGAN
BENTUK DAN FUNGSI GEOSINTETIK
Bentuk
geotextile geomembrane geogrid geocomposite
Fungsi
filtration  - - 
separation   - 
drainage  - - 
reinforcement    
HUBUNGAN
KARAKTERISTIK DAN FUNGSI GEOSINTETIK
Bentuk
separation filtration drainage reinforcement
Fungsi
Tensile    
strength
Burst    
strength
Tear strength    
Hydraulic    
flow
Surface    
texture
Perkerasan jalan Kerikil (Base)
Tanah Sirtu
(Subbase)
REVIEW
Tanah Lunak
PERANAN TANAH
PADA BANGUNAN
(a) Tanah Sebagai Pondasi Jalan
(b) Tanah Sebagai Bahan Timbunan Jalan
Gaya dorong dari

tanah di belakang
abutment jembatan
(c) Tanah Sebagai Beban pada Bangunan Jembatan

CONTOH
PENGGUNAAN BAHAN Tanah Lunak Geotekstile
GEOSINTETIK
UNTUK PERBAIKAN
TANAH (a) Untuk Memperkuat Pondasi Bangunan Jalan
Tanah Lunak Geotekstile
(b) Untuk Memperbaiki Bahan Timbunan Jalan
Geotekstile
(c) Untuk Mengurangi Beban pada Bangunan

PERBAIKAN SUBGRADE
DENGAN PENGGUNAAN GEOTEXTILE
tebal rencana
Geotekstile/
geogrid
(a) tanpa geotextile (b) dengan

geotextile
DENGAN GEOTEXTILE :
Material tanah timbunan terpisah (tidak bercampur)
dengan material tanah dasar lunak sehingga :
TANPA GEOTEXTILE :
◼ tidak terjadi kehilangan volume material
Material tanah timbunan bercampur dengan material timbunan
tanah dasar lunak sehingga : ◼ pemadatan relatif mudah dilakukan
◼ terjadi kehilangan volume material timbunan 1.1. alat berat dapat beroperasi diatasnya
◼ pemadatan sulit dilakukan
1.1. alat berat sulit beroperasi diatasnya
METODA PEMASANGAN GEOTEXTILE
1). Pembersihan lahan 4). Perataan material

urugan
2). Penggelaran geotextile 5). Pemadatan material

urugan
3). Penimbunan material 6). Leveling material

urugan urugan
(hanya bila
diperlukan)
TEBAL MINIMUM TIMBUNAN TANAH
UNTUK RODA 88,95 kN  9,0 ton
(Barenberg, 1975)
PERSYARATAN OVERLAPING SAMBUNGAN
PEMASANGAN GEOTEXTILE
CBR Tanah Dasar Overlap Minimum
>2,0 300 – 450 mm

1,0 – 2,0 600 – 900 mm
0,5 – 1,0 900 mm atau dijahit
< 0,5 harus dijahit
KEUNTUNGAN ADANYA GEOTEXTILE PADA JALAN
TANAH
TANPA GEOTEXTILE DENGAN GEOTEXTILE

Jalan tanah berlumpur
Perusakan oleh roda kendaraan Perusakan oleh roda kendaraan

terus berlajut tidak berlajut
GEOTEXTILE SEBAGAI PENAHAN TANAH PADA TEPI TIMBUNAN
TANPA GEOTEXTILE DENGAN GEOTEXTILE

KONSEP DESAIN
STABILITAS TIMBUNAN YANG DIPERKUAT
DENGAN BAHAN GEOTEXTILE
(1). INTERNAL STABILITY
(2). OVERALL STABILITY
(3). FOUNDATION STABILITY

(1). INTERNAL STABILITY (2). OVERALL STABILITY
O
R
q = beban lalu lintas
A
Ti
i
Pa1 Si
S1
B C
i i
Kondisi Internal Stability tercapai bila tidak terjadi
longsor pada lereng AC, dan bila perlu digunakan TANPA GEOTEXTILE :
beberapa lapis geotekstile
Momen Penahan (Mr) = R.  i . li
Pa1  (Berat efektif ABC) x tan δ + n. S1
SF
DENGAN GEOTEXTILE :
dimana  adalah sudut geser antara tanah
Momen Penahan (Mr) = R.  i . li + Ti . Si
timbunan dan material geotekstile dan SF = 1,10
s/d 1,5. = Mr +  Mr
SF = 1,10 untuk jalan sementara (semi permanen),
&
SF = 1,50 untuk jalan permanen
S4
H
Pa1  Tahanan oleh ABC + n. S1 S3
S2
dimana S1 adalah kekuatan tarik material S1
geotekstile yang diijinkan = Tallowable  Mr =  Ti . Si
(3). FOUNDATION STABILITY
L q = beban lalu lintas
timbunan
H
’vo
S2
Tanah lunak, t
Pp Pa2 h
Kondisi Foundation Stability terpenuhi bila ;
Pp + 2.Su x L
Pa2  & S2  (Su x L) x SF
SF
Dimana, Su = Cu = undrained shear strength dari

tanah lunak.
Pa2 = ( ’vo – 2.Cu ) . h + ½.h2.’t , ton/m’
bila < 0, maka dianggap = 0
Pp = ½.h2. ’t + 2.Cu.h , ton/m’
SF = Safety Factor > 1,25 s/d 1,50

SF = 1,25 untuk jalan sementara
SF = 1,50 untuk jalan permanen
’vo = q + H.timbunan
FAKTOR-FAKTOR
PENGURANGAN KEKUATAN GEOTEKSTILE
1
Tallow = Tult
FSID x FSCR x FSCD x FSBD
Tallow : kekuatan geotekstile yang tersedia

Tult : kekuatan ultimate geotekstile
FSID : faktor keamanan akibat kesalahan
pemasangan
FSCR : faktor keamanan akibat rangkak
FSCD : faktor keamanan akibat pengaruh kimia
FSBD : faktor keamanan akibat pengaruh biologi
Penggunaan Faktor Faktor Faktor Faktor
Geotekstile Pemasangan Rangkak Kimia Biologi
FSID FSCR FSCD FSBD
Separation 1,1 – 2,5 1,0 – 1,2 1,0 – 1,5 1,0 – 1,2
Cushioning 1,1 – 2,0 1,2 – 1,5 1,0 – 2,0 1,0 – 1,2
Unpaved roads 1,1 – 2,0 1,5 – 2,5 1,0 – 1,5 1,0 – 1,2
Walls 1,1 – 2,0 2,0 – 4,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,3
Embankments 1,1 – 2,0 2,0 – 3,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,3
Bearing capacity 1,1 – 2,0 2,0 – 4,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,3
Slope stabilitation 1,1 – 1,5 1,5 – 2,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,3
Pavement overlays 1,1 – 1,5 1,0 – 1,2 1,0 – 1,5 1,0 – 1,1
Railroads 1,5 – 3,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 1,0 – 1,2
Flexible form 1,1 – 1,5 1,5 – 3,0 1,0 – 1,5 1,0 – 1,1
Silt fences 1,1 – 1,5 1,5 – 2,5 1,0 – 1,5 1,0 – 1,1
CONTOH KASUS
STABILITAS TIMBUNAN BADAN JALAN
3m 2,5
m
3m 9m
DAYA DUKUNG TANAH DASAR RENDAH 3m
•Hanya mampu mendukung tanah max. 1,5 m
•Bagaimana untuk talud setinggi 3 m ?
STABILITAS TALUD BADAN JALAN KECIL
•SF stabilitas talud hanya 0,809
•Bagaimana untuk mencapai SF = 1,25 ?
0,6 m
2,4 m
8
x
30 cm
•TINGGI TALUD TANAH = 3 M GEOTEXTILE WOVEN 50 KN/M

•SF STABILITAS TALUD = 1.25
MASALAH KEMBANG-SUSUT TANAH
PENANGGULANGAN
MASALAH KEMBANG-SUSUT TANAH
DENGAN PENGGUNAAN GEOMEMBRANE
> 4,0 m > 4,0 m
Tanah dgn Kembang-Susut yg tinggi
a). Moisture Barrier

Catatan :
Pekerjaan penutupan membrane harus dilakukan di sa’at
antara pertengahan musim hujan s/d awal-2 musim kemarau
sehingga tanah dasar dalam kondisi jenuh air
1,5 – 2,0
meter
b). As Capilarry Cut-Of
Catatan :
Tanah asli harus dalam kondisi basah / jenuh air pada
sa’at ditutup geomembrane
Tanah isian
1,5
meter
c). A Membrane Encapsulated Soil Layer

RUAS JALAN PONOROGO - PACITAN
Kondisi semula
Saluran tersumbat dgn

kondisi dinding saluran
retak-2 atau tanpa dinding
batu kali. Air hujan yang
menggenang, merembes ke
dalam badan jalan
Penyebab utama kerusakan

Jalan longsor dan

tinggal ± separuh badan
jalan yang tersisa.
Sehingga jalan dipakai
gantian 2 arah.
Kerusakan yang terjadi

Geomembrane
Geomembrane,
(saluran menjadi
kedap air)
Geotekstile
Pemecahan dgn bahan

geotekstile dan geomembrane
RUAS JALAN TOL SURABAYA - GEMPOL
Bahu jalan dari

bahan base
course
(granular)
Kondisi semula


Geomembrane
Gebalan rumput
Subdrain
Pemecahan dgn Geomembrane

RUAS JALAN KRIAN - GRESIK
Kondisi semula


Geomembrane
Geotekstile
Geomembrane
Pemecahan dgn bahan

geotekstile dan geomembrane
CONTOH-2 APLIKASI
DI LAPANGAN
masalah perkuatan lereng
geotextile woven
wahyu@geosistem.co.id
www.geosistem.co.id
masalah tanah dasar kembang-susut
Geomembrane PVC
www.geosistem.co.id
masalah stabilisasi tanah dasar
geotextile woven
www.geosistem.co.id
masalah overlay perkerasan aspal
geotextile nonwoven
www.geosistem.co.id
masalah perkuatan abutment
geotextile woven
www.geosistem.co.id
masalah perkuatan tembok utk
penahan tanah
geotextile woven
www.geosistem.co.id
masalah tanah dasar lunak
prefabricated vertical drain

www.geosistem.co.id
PERMASALAHAN PADA OPRIT
Timbunan oprit jembatan merupakan

Permasalahan
vertical wall atau opritTanah
dengan sudut lereng
90°
Lempung Lunak
Stabilitas lereng timbunan Melakukan pemasangan geotekstil sebagai

perkuatan timbunan
Apabila vertical wall tersebut tidak

dilakukan perkuatan maka akan
mengakibatkan kelongsoran.
Potongan Melintang Timbunan Oprit
SOLUSI PERMASALAHAN
Permasalahan Tanah
Lempung Lunak
Soil improvement untuk

Metode PVD dengan Kombinasi Preloading
mempercepat waktu konsolidasi
Perkuatan pada timbunan oprit

Pemasangan geotekstil
vertical wall
DATA PERENCANAAN
TABEL PARAMETER TANAH BH-15
Berat Jenis
Kedalaman Rata γ lab γ air Kadar Air γ sat γ sat γd lab γd lab γ' qu c c ϕ Cv Cv
NSPT Jenis Tanah Konsistensi E μ (GS) e Lab Cc PI
(m) Rata (kN/m³) (kN/m³) (%) (kN/m³) (gr/cm³) (gr/cm³) (kN/m³) (kN/m³) 0 (kN/m²) (kg/cm²) (kN/m²) (°) cm²/s m²/years
MAT
0-2 - 1.00 m 0 Lempung Lanauan 0.00 3000 0.40 15.1 9.81 67% 2.61 15.4 1.568 0.92 9.02 5.6 1.84 0.65 20.4 0.102 10.2 6.516 0.00150 4.73040 56.50
2-4 2 Lempung Lanauan
2.00 3000 0.40 15.1 9.81 67% 2.61 15.4 1.568 0.92 9.02 5.6 1.84 0.65 20.4 0.102 10.2 6.516 0.00150 4.73040 56.50
Very Soft
10-12 0 Lempung Lanauan 0.00 3000 0.40 14.5 9.81 82% 2.64 14.8 1.506 0.81 7.98 5.0 2.25 0.56 7.6 0.038 3.8 3.91 0.00100 3.15360 54.89
Medium 12.75 7875 0.40 14.8 9.81 74% 2.64 15.1 1.539 0.87 8.50 5.3 2.05 0.66 52.5 0.2625 26.25 3.91 0.00050 1.57680 55.92
DATA PERENCANAAN
DATA MATERIAL DAN GEOMETRI TIMBUNAN
Kohesi (C) = 0 t/m2 = 0 kN/m2

Sudut geser dalam (f) = 35°
Berat isi (γtimbunan) = 1,752 t/m3
= 17,18 kN/m3
Tinggi Timbunan Rencana = 4,3 meter
Lebar Timbunan = 40 meter
Panjang Timbunan = 122,75 meter
Jenis Timbunan = Timbunan tegak (Vertical Wall)
PENENTUAN HINISIAL TERPILIH
Grafik Hubungan
antara tinggi
timbunan dengan
Hakhir
Grafik
Hubungan
antara St
dengan Hakhir
Tinggi timbunan akhir (HAkhir) = 6,14 m (Tinggi timbunan rencana +
Surcharge)
Hinisial = 0,0071x3 - 0,1233x2 + 1,9562x + 0,7664
=0,0071(6,14)3-0,1233(6,14)2 + 1,9562(6,14) + 0,7664

= 9,8 m
Stotal = 0,0071x3 - 0,1233x2 + 0,9562x + 0,7664
= 0,0071(6,14)3 - 0,1233(6,14)2 + 0,9562(6,14) + 0,7664
= 3,65 m
PERENCANAAN GEOTEKSTIL
Data timbunan dan tanah dasar

Menentukan nilai Tallowable
Lapisan 𝑇
Data Tanah Tanah Dasar 𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 =
Timbunan 𝐹𝑆𝑖𝑑 ×𝐹𝑆𝑐𝑟 ×𝐹𝑆𝑐𝑑 ×𝐹𝑆𝑏𝑑
γ (t/m³) 1.75 1.5376 300

𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 = = 80 kN/m
ф (°) 35 6.516 1,5×2,5×1×1
c (t/m²) 0 1.020
= 8,16 t/m1
Ꟙ (°) 31.5 5.864
KONTROL INTERNAL STABILITY
Kedalaman Z σhz σhq σh total Sv Svpakai

Layer No
(m) (t/m²) (t/m²) (t/m²) (m) (cm)
20 (Top) 0.3 0.14 0.87 1.02 5.354 30
19 0.8 0.38 0.87 1.25 4.340 50
18 1.3 0.62 0.87 1.49 3.649 50
17 1.8 0.85 0.87 1.73 3.148 50
16 2.3 1.09 0.87 1.97 2.768 50
15 2.8 1.33 0.87 2.20 2.469 50
REKAPITULASI JARAK 14 3.3 1.57 0.87 2.44 2.229 50
13 3.8 1.80 0.87 2.68 2.031 50
PEMASANGAN 12 4.3 2.04 0.87 2.91 1.866 50
GEOTEKSTIL (Sv) 11
10
4.8
5.3
2.28
2.52
0.87
0.87
3.15
3.39
1.726
1.605
50
50
9 5.8 2.75 0.87 3.63 1.500 50
8 6.3 2.99 0.87 3.86 1.408 50
7 6.8 3.23 0.87 4.10 1.326 50
6 7.3 3.47 0.87 4.34 1.254 50
5 7.8 3.70 0.87 4.58 1.189 50
4 8.3 3.94 0.87 4.81 1.130 50
3 8.8 4.18 0.87 5.05 1.077 50
2 9.3 4.41 0.87 5.29 1.029 50
1 9.8 4.65 0.87 5.53 0.984 50
KONTROL INTERNAL STABILITY
H σh total Le Le pakai Lr L L pakai Lo pakai

Z Svpakai Le Min
Layer No
(m) (m) (t/m²) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
20 (Top) 9.8 0.3 1.02 0.30 0.7 1.00 1.00 4.94 5.94 8 1.00
19 9.8 0.8 1.25 0.50 0.5 1.00 1.00 4.68 5.68 8 1.00
18 9.8 1.3 1.49 0.50 0.4 1.00 1.00 4.42 5.42 8 1.00
17 9.8 1.8 1.73 0.50 0.3 1.00 1.00 4.16 5.16 8 1.00
16 9.8 2.3 1.97 0.50 0.3 1.00 1.00 3.90 4.90 7 1.00
15 9.8 2.8 2.20 0.50 0.3 1.00 1.00 3.64 4.64 7 1.00
14 9.8 3.3 2.44 0.50 0.3 1.00 1.00 3.38 4.38 7 1.00
REKAPITULASI 13 9.8 3.8 2.68 0.50 0.2 1.00 1.00 3.12 4.12 7 1.00
PANJANG GEOTEKSTIL 12
11
9.8
9.8
4.3
4.8
2.91
3.15
0.50
0.50
0.2
0.2
1.00
1.00
1.00
1.00
2.86
2.60
3.86
3.60
6
6
1.00
1.00
10 9.8 5.3 3.39 0.50 0.2 1.00 1.00 2.34 3.34 6 1.00
9 9.8 5.8 3.63 0.50 0.2 1.00 1.00 2.08 3.08 6 1.00
8 9.8 6.3 3.86 0.50 0.2 1.00 1.00 1.82 2.82 5 1.00
7 9.8 6.8 4.10 0.50 0.2 1.00 1.00 1.56 2.56 5 1.00
6 9.8 7.3 4.34 0.50 0.2 1.00 1.00 1.30 2.30 4 1.00
5 9.8 7.8 4.58 0.50 0.2 1.00 1.00 1.04 2.04 4 1.00
4 9.8 8.3 4.81 0.50 0.2 1.00 1.00 0.78 1.78 4 1.00
3 9.8 8.8 5.05 0.50 0.2 1.00 1.00 0.52 1.52 3 1.00
2 9.8 9.3 5.29 0.50 0.2 1.00 1.00 0.26 1.26 3 1.00
1 9.8 9.8 5.53 0.50 0.2 1.00 1.00 0.00 1.00 3 1.00
KONTROL EXTERNAL STABILITY
GAMBAR GAYA YANG

BEKERJA
Tabel Nilai FSguling dengan Variasi Panjang Geotekstil Minimum (L)
L (m) FSguling
4 2,4
5 3,7
6 5,4
7 7,3
8 9,6
9 12,1
10 14,9
11 18,1
12 21,5
13 25,2
14 29,3
15 33,6
16 38,2
17 43,1
18 48,4
19 53,9
20 59,7
2. Kontrol terhadap gaya geser

C. Safety Factor (SF)
a. Gaya Penahan (PR)
𝑃
FsinꟘ = FzsinꟘ + FqsinꟘ 𝑆𝐹 = 𝑃𝑅
= 7,84+ 3,63
𝐷
= 11,47 t 𝑆𝐹 =
49,695
W =γxHxL 18,71
= 1,752 x 7,95 x5 𝑆𝐹 = 2,66 < 3 Tidak Ok

= 69,63t
PR = 𝑐 + σ tanꟘ x L
= 𝑐+
𝑤 + FsinꟘ
tanꟘ x L Nilai FS kurang dari 3 sehingga diperlukan perpanjangan
𝐿𝑥𝐵
69,63 +11,47 nilai L pada geotekstil paling minimum (geotekstil layer
= 0+ tan 31,5 x5 dasar) agar mampu meningkatkan nilai Fsgeser
5𝑥1
= 49,695 t
b. Gaya Pendorong (PD)
PD = FcosꟘ
= FzcosꟘ + FqcosꟘ
= 12,8 + 5,92
= 18,71 t
Tabel Nilai FSgeser dengan Variasi Panjang Geotekstil Minimum (L)
L (m) FSgeser
5 2,66
6 3,11
7 3,57
8 4,02
9 4,48
10 4,94
11 5,39
12 5,85
13 6,30
14 6,76
15 7,22
16 7,67
17 8,13
18 8,58
19 9,04
20 9,50
Tabel Nilai Fsdaya dukung dengan Variasi Panjang Geotekstil Minimum (L)
L (m) FSdayadukung
7 0,85
8 0,90
9 0,94
10 0,97
11 0,99
12 1,02
13 1,04
14 1,06
15 1,08
16 1,11
17 1,14
18 1,16
19 1,19
20 1,21
Panjang geotekstil minimum yang aman pada perhitungan kontrol gaya guling, gaya geser dan daya
dukung adalah L = 20 m. Sehingga pada perencanaan ini, geotekstil yang dipasang adalah sepanjang 20 m
di setiap sisi timbunan
PENYESUAIAN PANJANG GEOTEKSTIL
Lapisan L (m) Lr (m) Le (m) Lo (m) Lo Pakai (m)

20 (Top) 20 4.9 15.1 7.5 8
19 20 4.7 15.3 7.7 8
18 20 4.4 15.6 7.8 8
17 20 4.2 15.8 7.9 8
16 20 3.9 16.1 8.1 9
15 20 3.6 16.4 8.2 9
14 20 3.4 16.6 8.3 9
13 20 3.1 16.9 8.4 9
12 20 2.9 17.1 8.6 9
11 20 2.6 17.4 8.7 9
10 20 2.3 17.7 8.8 9
9 20 2.1 17.9 9.0 9
8 20 1.8 18.2 9.1 10
7 20 1.6 18.4 9.2 10
6 20 1.3 18.7 9.4 10
5 20 1.0 19.0 9.5 10
4 20 0.8 19.2 9.6 10
3 20 0.5 19.5 9.7 10
2 20 0.3 19.7 9.9 10
1 20 0.0 20.0 10.0 11
SKETSA PEMASANGAN GEOTEKSTIL
PERENCANAAN TIMBUNAN BERTAHAP DENGAN GEOTEKSTIL
PENENTUAN Hkritis (Hcr)
(𝐶𝑢𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥 𝑁𝑐)+(𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 /𝐵)

Hcr = 𝐹𝑆 𝑥 γ𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
(10,2 𝑥 6,74)+(80/1)
Hcr = 1 𝑥 17,18
Hcr =8,66m
Kecepatan penimbunan yaitu sebesar 0,5 m/minggu.

Pentahapan timbunan untuk tahap 1 sampai tahap 17
bisa dilakukan secara menerus tanpa penundaan
Umur Timbunan
Perubahan Tegangan Efektif Tanah untuk Derajat
Konsolidasi 100 %
Konsolidasi < 100 %
Perhitungan Nilai Cu Baru
Cu
Kedalaman PI Cu Baru
Lama
(m) (%) kN/m2 kN/m2
0 2 56.50 10.2 20.32
2 6 56.50 10.2 22.07
6 16 54.89 3.8 25.70
16 24 55.92 26.25 29.17
PERENCANAAN TIMBUNAN BERTAHAP DENGAN GEOTEKSTIL TAHAP 2
PENENTUAN Hkritis (Hcr)
(𝐶𝑢𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥 𝑁𝑐)+(𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 /𝐵)

Hcr = 𝐹𝑆 𝑥 γ𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
(20,32 𝑥 6,74)+(80/1)
Hcr = 1 𝑥 17,18
Hcr =12,6m
Umur Timbunan
Tinggi timbunan (m)

Waktu (minggu)
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 9.8
1 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0 0
13 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0 0
14 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0 0
15 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0 0
16 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0 0
17 17 mg 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0 0
18 18 mg 17 mg 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0 0
19 19 mg 18 mg 17 mg 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg 0
20 20 mg 19 mg 18 mg 17 mg 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg
Konsolidasi 100 %
Derajat konsolidasi 100%

Po' σ1' σ2' σ3' σ4' σ5' σ6' σ7' σ8' σ9' σ10' σ11' σ12' σ13' σ14' σ15' σ16' σ17' σ18' σ19' σ20'
Kedalaman (meter) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m2
(m) (m) H=0m H=0,5m H=1m H=1,5m H=2m H=2,5m H=3m H=3,5m H=4m H=4,5m H=5m H=5,5m H=6m H=6,5m H=7m H=7,5m H=8m H=8,5m H=9m H=9,5m H=9.8m
0 2 5.6 14.2 22.8 31.3 39.9 48.5 57.1 65.7 74.3 82.9 91.5 100.0 108.6 117.2 125.8 134.4 143.0 151.6 160.2 168.7 177.3
2 6 22.3 30.9 39.4 48.0 56.5 65.1 73.7 82.2 90.8 99.3 107.9 116.5 125.0 133.6 142.2 150.7 159.3 167.8 176.4 185.0 193.5
6 16 58.3 66.4 74.6 82.7 90.9 99.0 107.2 115.3 123.5 131.6 139.8 147.9 156.1 164.2 172.4 180.5 188.7 196.8 205.0 213.1 221.3
16 24 104.3 111.3 118.3 125.4 132.4 139.4 146.5 153.5 160.5 167.5 174.6 181.6 188.6 195.6 202.7 209.7 216.7 223.8 230.8 237.8 244.8
Konsolidasi < 100 %
Derajat konsolidasi U%
Po' ∆P1' ∆P2' ∆P3' ∆P4' ∆P5' ∆P6' ∆P7' ∆P8' ∆P9' ∆P10' ∆P11' ∆P12' ∆P13' ∆P14' ∆P15' ∆P16' ∆P17' ∆P18' ∆P19' ∆P20'
Perubahan (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2) (kN/m2)
Tegangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Ʃσ'
kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m kN/m
Tinggi Timbunan H=0m H=0,5m H=1m H=1,5m H=2m H=2,5m H=3m H=3,5m H=4m H=4,5m H=5m H=5,5m H=6m H=6,5m H=7m H=7,5m H=8m H=8,5m H=9m H=9,5m H=9.8m (kN/m2)
Umur Timbunan 0 20 mg 19 mg 18 mg 17 mg 16 mg 15 mg 14 mg 13 mg 12 mg 11 mg 10 mg 9 mg 8 mg 7 mg 6 mg 5 mg 4 mg 3 mg 2 mg 1 mg
Kedalaman / U% 100% 83% 82% 80% 78% 76% 74% 72% 69% 66% 63% 59.71% 55.95% 51.83% 47.32% 42.38% 36.97% 31.03% 24.50% 17.31% 9.35%
0 2 5.58 6.56 6.72 6.67 6.55 6.41 6.24 6.04 5.83 5.59 5.32 5.04 4.72 4.37 3.99 3.57 3.11 2.61 2.06 1.45 0.78 99.21
2 6 22.30 6.95 6.85 6.73 6.59 6.43 6.25 6.05 5.83 5.59 5.32 5.03 4.71 4.37 3.98 3.57 3.11 2.61 2.06 1.45 0.78 116.57
6 16 58.30 6.72 6.60 6.47 6.32 6.16 5.98 5.79 5.58 5.34 5.09 4.81 4.50 4.17 3.81 3.41 2.97 2.49 1.97 1.39 0.75 148.62
16 24 104.28 5.83 5.72 5.61 5.48 5.34 5.18 5.01 4.83 4.63 4.40 4.16 3.90 3.61 3.29 2.95 2.57 2.16 1.70 1.20 0.65 182.51
Perhitungan Nilai Cu Baru
Cu
Kedalaman PI Cu Baru
Lama
(m) (%) kN/m2 kN/m2
0 2 56.50 10.2 22.44
2 6 56.50 10.2 24.17
6 16 54.89 3.8 27.74
16 24 55.92 26.25 30.90
ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DENGAN PLAXIS 2D V20
ANALISIS KONSOLIDASI
Hasil penurunan yang terjadi dengan Hinisial 9,8 meter di BH-15 dengan PVD dan
geotekstil adalah sebesar 3,90 meter dalam waktu 190 hari
HASIL
ANALISIS
ANALISIS
METODE
KONSOLIDASI
ELEMEN HINGGA
MENGGUNAKAN
DENGANSOFTWARE
PLAXIS 2D PLAXIS
V20
ANALISIS KONSOLIDASI
ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN PASCA KONSTRUKSI

ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN PASCA KONSTRUKSI
nilai faktor keamanan (SF) pada timbunan pasca konstruksi yaitu sebesar 1,531,
sehingga timbunan sudah memenuhi aspek stabiitas timbunan karena nilai SF>1,5.
LANDASAN PACU
TERIMA
KASIH

Alternatif Soil Reinforcement Pada Pekerjaan Jalan Dan Landasan Pacu

Uploaded by

Document Information

Original Description:

Original Title

Copyright

Available Formats

Share this document

Share or Embed Document

Sharing Options

Did you find this document useful?

Is this content inappropriate?

Copyright:

Available Formats

Alternatif Soil Reinforcement Pada Pekerjaan Jalan Dan Landasan Pacu

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

ALTERNATIF SOIL REINFORCEMENT PADA PEKERJAAN JALAN DAN

Disiapkan oleh : Dr. Dewi Amalia, ST., MT.

EMBANKMENT SLIDING DUE TO LOW SOIL BEARING CAPACITY

Possible solution, low cost reinforced soil abutment

1. Reinforced earth system with masonry facing

Possible solution, low cost reinforced soil abutment

2a. Reinforced earth system with gabion facing

Possible solution, low cost reinforced soil abutment

2b. Reinforced earth system with gabion facing

Possible solution, low cost reinforced soil abutment

3. Reinforced earth system with gabion facing and foundation

For softer soil and to increase abutment stability

PROBLEM WITH SCOURING DURING SWIFT CURRENT

Scouring can cause

Original river bottom before

Scoured river bottom

Solution : Gabion reinforcement at river bottom

Gabion reinforcement can also be used at sloping sides

Geosintetik (geosynthetic) adalah bahan sintetis

Bahan geosintetik mulai dikenal dan digunakan di

SEKARANG, DITAMBAH DENGAN :

SEPARATION (LAPISAN PEMISAH)

1. KARAKTERISTIK FISIS 1. KARAKTERISTIK MEKANIS

◼ Berat ◼ Kekuatan tarik

1. KARAKTERISTIK HIDROLIS 1. Pengepakan

◼ Ukuran pori ◼ Lebar gulungan / rol

Untuk mengetahui kemampuan tarik bahan

2 GRAB TENSILE STRENGTH

Untuk mengetahui kemampuan bahan geotextile

Dilakukan dengan memaksa sebuah bola

CBR PUNCTURING STRENGTH TEST

Dilakukan dengan cara menekankan batang

Dilakukan dengan menarik lembaran bahan

AOS menunjukkan suatu diameter tertentu pada

Tear strength    

(b) Tanah Sebagai Bahan Timbunan Jalan

Gaya dorong dari

(c) Tanah Sebagai Beban pada Bangunan Jembatan

Tanah Lunak Geotekstile

(b) Untuk Memperbaiki Bahan Timbunan Jalan

(c) Untuk Mengurangi Beban pada Bangunan

(a) tanpa geotextile (b) dengan

1). Pembersihan lahan 4). Perataan material

2). Penggelaran geotextile 5). Pemadatan material

3). Penimbunan material 6). Leveling material

CBR Tanah Dasar Overlap Minimum

>2,0 300 – 450 mm

TANPA GEOTEXTILE DENGAN GEOTEXTILE

Perusakan oleh roda kendaraan Perusakan oleh roda kendaraan

TANPA GEOTEXTILE DENGAN GEOTEXTILE

(1). INTERNAL STABILITY

(2). OVERALL STABILITY

(3). FOUNDATION STABILITY

L q = beban lalu lintas

Kondisi Foundation Stability terpenuhi bila ;

Dimana, Su = Cu = undrained shear strength dari

Pa2 = ( ’vo – 2.Cu ) . h + ½.h2.’t , ton/m’

bila < 0, maka dianggap = 0

Pp = ½.h2. ’t + 2.Cu.h , ton/m’

SF = Safety Factor > 1,25 s/d 1,50

Tallow : kekuatan geotekstile yang tersedia

•TINGGI TALUD TANAH = 3 M GEOTEXTILE WOVEN 50 KN/M