Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 59

LAPORAN AKIR PENELITIAN

FORGIVENESS DAN SUBJEKTIF WELL BEING ( SWB) PADA KORBAN BULLYING


DI SMKN 1 WULANGGITANG FLORES TIMUR

Oleh
Yuliana yosefina Inuhan
17151009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2022

KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera, dengan ini peneliti mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa karena telah melimpahkan rahmat serta kuasa-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “ Forgiveness dan

Subjektive Well-Being pada Korban Bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang Fores

Timur” yang merupakan salah satu syarat dalam rangka menyesaikan tugas akhir untuk

mendapat gelar serjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Mercu Buana Yogyakarta.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang setulus tulusnya kepada berbagai pihak atas bantuan baik moril, material,

maupun spiritual yang telah diberikan selama berangsungnya proses penyusunan proposal

ini, kepada :

1. Ibu Dr. Alimatus Sahrah, M.Si.,MM, selaku Rektor Universitas Mercu Buana

Yogyakarta.

2. Bapak Nuryadi,S.Pd.,Si.,M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

3. Bapak Luky Kurniawan, S.Pd.,M.Pd, selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling

4. Ibu Eka Aryani, S.Pd, M. Pd, selaku dosen pembimbing

5. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling.

6. Bapak Ir,Yakobus Milan Dawan selaku kepala sekolah SMK N 1


WULANGGITANG ,guru BK dan semua guru pegawai SMK N 1

WULANGGITANG yang sudah membantu selama penelitian berlangsung.

7. Kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada

peneliti..

8. Teman-teman Bimbingan dan Konseling terutama angkatan 2017

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses penyelesaian skripsi ini maupun selama menjalani studi di program

studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mercu BuanaYogyakarta.

Peneliti sadar dalam penyusunan skripsi ini penuh dengan keterbatasan dan

kekurangan, namun besar harapan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dan membacanya.

Boru Kedang, 13 Juni 2022

Peneliti

Yuliana Yosefina Inuhan


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... II
KATA PENGANTAR...................................................................................................... III
DAFTAR ISI..................................................................................................................... V
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................4
C. Batasan Masalah ....................................................................................................4
D. Rumusan Masalah...................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian....................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian..................................................................................................5
BAB II7
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................7
A. Kajian Teori ...........................................................................................................7
1. Kajian tentang Bullying....................................................................................7
2. Kajian tentang Forgiveness.............................................................................14
3. Kajian Tentang Subjektive Well-Being...........................................................15
B. Kajian Tentang Penelitian yang Relevan ..............................................................20
C. Kerangka Berpikir.................................................................................................24
D. Pertanyaan Penelitian ...........................................................................................25
BAB III .............................................................................................................................27
METODE PENELITIAN .................................................................................................27
A. Jenis Penelitian .....................................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................27
D. Variabel Penelitian ...............................................................................................28
E. Teknik dan Instrumen Pengumpuan Data.............................................................28
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Remaja

adalah masa perubahan atau peralihan dari anak-an

ak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan

perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013). Menurut King (2012) masa remaja merupakan

perkembangan masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja dimulai pada

usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi

dapat dikatakan sebagai kanak kanak, namun belum cukup matang untuk dapat dikatakan

dewasa. Masa remaja ditandai dengan pencarian identitas diri dan pencarian pola hidup yang

sesuai dengan metode coba-coba sehingga seringkali remaja mengalami beberapa kesalahan.

Kesalahan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan

dan orang tuanya.

Dewasa ini sering terjadi remaja yang melakukan beberapa permasalahan besar yang

dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap keamanan, ketentraman, dan keterlibatan

masyarakat di lingkungannya, seperti pencurian, pembunuhan, penganiayaan, penipuan,

bullying, penggelapan, mengkonsumsi alkohol dan narkotika, tawuran, pemerkosaan, seks

bebas dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal
berupa krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, serta faktor eksternal berupa kurangnya

perhatian dan kasih sayang orang tua, minimnya pemahaman tentang keagamaan, adanya

pengaruh buruk dari lingkungan sekitar, dan tempat pendidikan. Permasalahan-

permasalahan tersebut menunjukan suatu sikap yang tidak terpuji dan perbuatan yang super

interaktif yang akan berdampak ke arah negatif sehingga dapat menghancurkan masa

depannya.

Salah satu contoh permasalahan remaja saat ini adalah bullying, yaitu salah satu jenis

agresi yang meliputi niatan untuk mengganggu atau melukai seseorang yang kedudukannya

lebih lemah secara berulang (Rosen et al., 2017). Bullying merupakan masalah sosial di

kalangan anak-anak sekolah. Hampir setiap anak diperlakukan tidak baik oleh anak yang

lebih tua atau lebih kuat. Pada umumnya perilaku bullying dilakukan secara sembunyi-

sembunyi dan kebanyakan dari korban tidak lapor sehingga kurang ditindaklanjuti. Istilah

bullying atau biasa dikenal dengan bully kerap menjadi polemik atau bahan perbincangan

yang muncul di media masa dan media cetak. Berita yang dimuat biasanya berisi mengenai

kekerasan yang terjadi pada siswa sekolah yang memasuki awal masa remaja terutama siswa

sekolah menengah dan tak jarang pula terjadi di bangku sekolah dasar.

Seperti halnya di SMK Negeri 1 Wulanggitang, masalah bullying sering terjadi di

Sekolah ini. Kegiatan belajar mengajar setiap hari tidak luput dengan perilaku bullying.

Perilaku bullying yang sering dilakukan setiap hari beragam dari bullying verbal berupa

umpatan, hinaan dan makian, serta tak sering berujung pada intimidasi fisik seperti tawuran

dan lain-lain. Sedangkan pada media sosial berupa group kelas secara online, tak jarang

ditemukan perilaku bullying seperti hinaan dan makian serta umpatan yang diambil untuk

menjadi bahan lelucon dalam group. Menurut keterangan dari guru Bimbingan dan
Konseling (BK), di SMK Negeri 1 Wulanggitang sudah diterapkan berbagai tindakan untuk

mengatasi tindakan bullying seperti sikap menghargai teman sampai pada perdamaian antar

pelaku bullying dan korban. Selain itu, terdapat pemberian sangsi yang tegas berupa surat

pernyataan bagi siswa yang melakukan tindakan bullying yang dampaknya sangat

merugikan si korban. Walaupun sudah ada tindakan dari pihak sekolah untuk mengatasi

perilaku bullying namun masih sering ditemukan perilaku bullying baik itu di sekolah

maupun di dalam media sosial berupa group Whatsapp maupun group-group media sosial

lain.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dalam kurun waktu

waktu 9 tahun dari 2011 sampai 2019 terdapat 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak

dan terdapat 2.473 laporan masalah bullying baik itu di pendidikan maupun sosial media.

Tren bullying ini terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data di atas, terlihat

bahwa masalah bullying adalah masalah yang sangat sering dilakukan oleh remaja. Efek dari

bullying tersebut adalah terbentuknya suatu pola kebiasaan yang dianggap wajar oleh para

remaja baik itu dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Selain itu, kurang

pekanya pihak-pihak terkait dalam melaporkan dan mengatasi masalah ini sehingga banyak

kejadian bullying yang tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya.

Hertinjung (2013) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk bullying yang dilakukan oleh

pelaku menurut frekuensi dilakukannya adalah bullying fisik dan non fisik. Bullying fisik

seperti dipukul, dicubit, dan didorong sedangkan bullying non fisik seperti dicemooh,

diumpat, digosipkan dan lain-lain. Masalah bullying dapat menyebabkan korban atau siswa

yang mengalami bullying menjadi takut baik itu secara mental dan psikis serta menyebabkan

korban atau siswa menjadi minder dalam pergaulan bersama teman-temannya. Kejadian
tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam mengembalikan tingkat kepercayaan diri dan

pemulihan psikis korban sehingga kejadian bullying yang menimpanya tidak berpengaruh

besar terhadap keseharian hidupnya.

Penyelesaian masalah bullying antar pribadi baik dari pelaku maupun korban dan

merajut kembali hubungan keduanya yang telah hancur bukanlah hal yang sederhana. Salah

satu bentuk penyelesaian masalah bullying yaitu melalui proses pemaafan atau forgiveness.

Forgiveness merupakan respon positif yang ditimbulkan ketika korban mendapatkan

perilaku bullying dari pelaku. Pemaafan merupakan karakter manusia yang mampu

memahami kesalahan orang lain, menghindari balas dendam, memelihara hubungan baik

dengan orang lain, dan berupaya menumbuhkan keselamatan dan kedamaian (Khasan,

2017). Forgiveness umumnya berfokus pada melepaskan emosi negatif yang dirasakan dan

menumbuhkan emosi positif.

Bentuk penyelesaian masalah bullying dengan memaafkan atau forgiveness dapat

menciptakan kedamaian dan ketentraman batin sebagai pemenuhan kesejahteraan pribadi.

Kesejahteraan batin pribadi atau yang dikenal dengan well-being dapat menciptakan kualitas

hidup seseorang dengan dinamika dan persoalan pribadi yang telah diatasi dan diterima oleh

pribadi seseorang. Kesejahteraan batin adalah situasi aman dan damai dimana seseorang

dapat mengontrol dan mengatasi semua persoalan hidupnya termasuk dengan persoalan

(Barcaccia et al., 2017).

Subjective well-being atau kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi keseluruhan

terhadap kualitas hidup seseorang berdasarkan perspektif orang tersebut (Diener et al.,

2018). Subjective well-being umumnya mengukur tingkat kepuasan seseorang terhadap

hidup yang dijalani melalui aspek kognitif yang terdiri dari kepuasan terhadap aspek tertentu
dalam hidup dan aspek afektif yang terdiri dri emosi positif maupun negatif (Lorenz, 2018).

Apabila seseorang memiliki subjective well-being yang tinggi, maka ia akan mampu

mengendalikan diri dan menyelesaikan berbagai kejadian dalam hidup dengan lebih

maksimal dan baik.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Forgiveness dan Subjective Well-Being pada Korban

Bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang”. Saya memilih judul penelitian ini karena

pentingnya forgiveness bagi pemenuhan subjective well-being bagi korban bullying di

sekolah.

B. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain:

1. Maraknya masalah bullying terjadi di sekolah termasuk SMK Negeri 1

Wulanggitang. Perilaku bullying yang sering dilakukan setiap hari beragam dari

bullying verbal berupa umpatan, hinaan dan makian, serta tak sering berujung pada

intimidasi fisik seperti tawuran dan lain-lain. Sedangkan pada media sosial, perilaku

bullying seperti hinaan dan makian serta umpatan menjadi bahan lelucon dalam

group kelas seperti pada whatsapp maupun group-group media sosial lain.

2. Masalah bullying dapat menyebabkan korban bullying menjadi takut dan mengalami

luka batin, baik secara mental dan psikis serta menyebabkan korban atau siswa

menjadi minder dalam pergaulan bersama teman-temannya. Berdasarkan hal tersebut

maka diperlukan suatu bentuk penyelesaian dari masalah bullying dengan tindakan

pemaafan dan subjective well-being yang tinggi sehingga korban bullying dapat
mengendalikan diri dan menyelesaikan berbagai kejadian dalam hidup dengan lebih

maksimal dan baik.

3. Perlunya edukasi mengenai forgiveness dan subjective well-being pada siswa yang

menjadi korban bullying agar mereka mampu menyelesaikan permasalahan dengan

efektif, memiliki harapan hidup yang lebih baik, dan mampu meregulasi emosi dan

suasana hati.

C. Fokus dan Rumusan Masalah

Fokus pada penelitian ini adalah forgiveness dan subjective well-being pada korban

bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang. Dengan demikian rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tindakan forgiveness pada korban bullying di SMK Negeri 1

Wulanggitang?

2. Bagaimana bentuk subjective well-being pada korban bullying di SMK Negeri 1

Wulanggitang?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tindakan forgiveness pada korban bullying di SMK Negeri 1

Wulanggitang.

2. Untuk mengetahui bentuk subjective well-being pada korban bullying di SMK Negeri

1 Wulanggitang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep dan teori yang

mendukung perkembangan ilmu pendidikan terkhususnya di bidang Bimbingan dan

Konseling. Selain itu, memberikan gambaran bahwa pentingnya forgiveness bagi

korban bullying di sekolah sehingga terciptanya well-being, serta memberikan

pemahaman perihal sensitifnya masalah bullying yang sering terjadi di lingkungan

sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan pengetahuan

pembaca di lingkungan kampus mengenai pentingnya forgiveness pada korban

bullying di lingkungan sekolah sebagai solusi untuk pemenuhan well-being.

b. Bagi pelajar

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

untuk para pelajar di lingkungan sekolah agar lebih memahami bahayanya masalah

bullying dan pentingnya forgiveness agar terciptanya lingkungan sekolah yang

aman dan tentram dalam menjalin persaudaraan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan informasi bagi peneliti lain

yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut serta mengenai forgiveness dan

subjective well-being bagi korban bullying di lingkungan sekolah.

d. Bagi guru BK
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup bagi

guru BK sehingga lebih efektif dalam menyelesaikan masalah bullying di sekolah

dengan memperbanyak proses forgiveness dan subjective well-being.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bullying

a. Pengertian Bullying

Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresif yang sifatnya

berulang dan ditandai dengan adanya ketidakseimbangan yang membuat korban

kesulitan untuk membela dirinya (Smith, 2016). Bullying adalah masalah serius

yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan korbannya (Eriksen,

2018). Menurut Afiyani et al., (2019), bullying merupakan perilaku negatif yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali dengan tujuan

menyakiti orang lain secara mental dan fisik yang mengakibatkan orang lain merasa

tidak aman dan nyaman.


Rosen et al. (2017) mendefinisikan bullying sebagai salah satu jenis agresi

yang meliputi niatan untuk mengganggu atau melukai seseorang yang

kedudukannya lebih lemah secara berulang. Bullying dapat digambarkan sebagai

agresi fisik, simbolis, maupun seksual yang dilakukan seseorang maupun

sekelompok siswa dalam waktu lama terhadap orang lain yang tidak dapat membela

diri maupun menghentikan agresi tersebut (Crochick & Crochick, 2017).

Dengan demikian, bullying merupakan perilaku dengan tujuan menyakitkan

atau merugikan seseorang secara verbal, fisik, maupun psikologis. Perilaku yang

merugikan tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang

mempunyai pengaruh atau kekuatan yang lebih besar dari pada korban. Hal itu

menunjukan ketidakseimbangan kekuatan sehingga menyebabkan konflik yang

merugikan korban. Keterbelakangan mental atau kurang percaya diri merupakan

salah satu contoh kerugian yang dialami oleh korban bullying.

b. Pembagian peran dalam proses bullying

Dalam proses bullying kita dapat mengetahui pembagian peran dalam proses

bullying. Menurut Zych et al (2018) terdapat beberapa pembagian peran dalam

bullying yaitu:

1) Bully

Bully diartikan sebagai pelaku bullying. Laki-laki memiliki kemungkinan

lebih besar untuk menjadi bully dibandingkan perempuan. Bully umumnya

melakukan tindakan yang tidak menyenangkan ke orang lain, seperti

menghina, mengabaikan, menyerang fisik, dan merusak barang.

2) Victim
Victim diartikan sebagai murid yang mengalami bullying. Victim umumnya

mengalami pengabaian, penghinaan, maupun serangan fisik dari bully.

Perempuan memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi victim

dibandingkan laki-laki. Victim umumnya mengalami pengabaian,

penghinaan, diserang secara fisik, dan barang kepemilikan yang rusak.

3) Bully/victim

Bully/victim dapat diartikan sebagai pihak yang terlibat dalam perilaku

agresif dan juga menjadi korban perilaku agresif tersebut. Umumnya,

prevalensi bully/victim mengalami penurunan di akhir usia remaja dan lebih

banyak dijumpai pada laki-laki.

4) Uninvolved

Uninvolved merupakan pihak yang tidak mengalami bullying maupun

melakukan intimidasi terhadap orang lain. Prevalensi uninvolved meningkat

di akhir masa remaja.

Dengan demikian, pembagian peran dalam proses bullying antara lain bully

(pelaku bullying), victim (korban bullying), bully/victim (pihak yang terlibat dalam

perilaku bullying, tetapi juga menjadi korban perilaku bullying) dan uninvolved

(pihak yang tidak terlibat dalam perilaku bullying).

c. Bentuk-bentuk bullying

Bentuk-bentuk bullying meliputi fisik, verbal, perusakan properti, sosial, dan

cyber bullying (Rosen et al., 2017). Bullying fisik adalah tindakan memukul dan

menendang korban dengan kekuatan. Adapun bullying verbal meliputi penghinaan

atau ejekan yang dilakukan baik secara lisan maupun tertulis. Perusakan properti
mengacu pada perilaku pelaku yang mengambil atau merusak barang milik

korbannya. Bullying sosial yaitu salah satu bentuk menyakiti status sosial maupun

hubungan seseorang, contohnya dengan mengucilkan, menyebarkan gosip, dan

memanipulasi pertemanan. Cyber bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan

melalui komputer, ponsel, dan alat elektronik lainnya.

Hertinjung (2013) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk bullying yang

dilakukan oleh pelaku menurut frekuensi dilakukannya adalah bullying verbal,

relasional dan fisik. Sedangkan menurut versi korban, bentuk bullying yang paling

sering dialami adalah verbal, fisik, dan relasional. Bentuk bullying verbal meliputi

memanggil dengan panggilan buruk, mengejek, menggoda atau mengancam.

Bentuk bullying fisik berupa mendorong, memukul, mengambil barang, dan

berkelahi. Sedangkan bentuk bullying relasional berupa memfitnah dan

mengucilkan.

Menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

bentuk bullying. Bentuk-bentuk bullying tersebut antara lain bullying verbal,

relasional dan fisik. Selain itu, salah satu bentuk bullying dapat digunakan untuk

tujuan yang berbeda.

d. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko keterlibatan

seseorang dalam bullying. Menurut Rosen et al (2017) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan bullying dapat diuraikan sebagai

berikut.

1) Faktor keluarga.
Pola pengasuhan yang keras dan minimnya kehangatan yang ditunjukkan

orang tua ke anak dapat membuat seseorang berisiko menunjukkan perilaku

agresif. Agresivitas yang ditunjukkan oleh orang tua dapat menurunkan

kontrol diri pada anak, hal tersebut dikarenakan anak mencontoh apa yang

dilakukan orang tua. Pola asuh permisif yang ditandai dengan minimnya

kontrol dari orang tua dan tingginya kehangatan yang diberikan juga

tergolong sebagai faktor risiko perilaku agresif yang dapat mendorong

bullying.

2) Pengaruh media dan teman sebaya

Film, lagu, video game, dan media yang menampilkan kekerasan dapat

meningkatkan risiko anak untuk melakukan perilaku agresif. Anak dapat

dengan mudah menirukan perilaku agresif yang ditunjukkan melalui media

tersebut dan melakukan bullying. Selain itu, anak yang berperilaku agresif

cenderung bergaul dengan teman yang serupa dan berisiko menunjukkan

perilaku antisosial.

3) Faktor psikologis

Beberapa pelaku bullying cenderung berperilaku impulsif dan memiliki

kemampuan kontrol diri yang rendah. Selain itu, pelaku bullying juga

menunjukkan minimnya empati dan rasa bersalah. Pada beberapa kasus,

pelaku bullying memiliki kepercayan diri yang rendah.

Adapun menurut Rosen et al (2017) faktor-faktor yang dapat meningkatkan

risiko seseorang menjadi korban bullying dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Faktor psikologis
Anak yang memiliki kecenderungan untuk berperilaku pasif dan submisif

berpotensi untuk menjadi korban bullying. Sebagian besar korban bullying

merupakan orang dengan sensitivitas yang tinggi dan kesulitan dalam

meregulasi diri. Perilaku provokatif dan agresif juga merupakan faktor risiko

menjadi korban bullying.

2) Faktor sosial

Korban bullying umumnya memiliki kualitas hubungan yang rendah baik

dengan teman sebaya maupun dengan keluarga. Anak yang mengalami

isolasi sosial juga berpotensi menjadi korban bullying.

3) Faktor fisik

Anak dengan kondisi fisik lemah memiliki risiko yang tinggi untuk

mengalami bullying. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak dan remaja

yang mengalami obesitas dan secara fisik kurang menarik.

Bullying juga dapat terjadi karena interaksi dari berbagai faktor yang dapat

berasal dari pelaku, korban dan lingkungan dimana bullying tersebut terjadi.

Menurut Yuyarti (2018) faktor resiko anak korban bullying dapat terjadi

dikarenakan beberapa hal antara lain sebagai berikut.

1) Dianggap berbeda misalnya memiliki ciri fisik tertentu yang mencolok

seperti lebih kurus, gemuk, tinggi atau pendek dibandingkan dengan yang

lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi yang tidak lazim,

2) Dianggap lemah atau tidak dapat membela diri,

3) Memiliki rasa percaya diri yang rendah,

4) Kurang popular dibandingkan dengan yang lain atau tidak memiliki banyak
teman.

Menurut Sulisrudatin (2015), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Faktor internal, yakni faktor penyebab dari dalam diri remaja. Pada faktor ini

korban bullying tidak dapat mengenali dirinya sendiri, tidak ada kemauan

untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga belum menampakan

suatu usaha dari dalam diri untuk menjadi seseorang yang berperilaku baik,

bergaul dengan baik, dan mengontrol emosi diri dengan baik (Afiyani et al.,

2019).

2) Faktor eksternal, yakni faktor penyebab yang berasal dari luar remaja,

seperti: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat.

Dengan demikian, bullying dapat disebabkan dari berbagai macam faktor

antara lain internal dari dalam diri seseorang dan dari luar diri seseorang seperti

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok teman sebaya, kondisi

lingkungan sosial, serta tayangan televisi dan media cetak.

e. Jenis Bullying

Hidayati (2012) mengungkapkan bahwa terdapat tiga jenis bullying. Masing-

masing jenis bullying dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Direct bullying atau perilaku bullying yang dapat dilihat dan paling

banyak terjadi. Direct bullying dapat bersifat verbal maupun fisik, seperti

memukul, mengganggu, dan mengolok-olok. Bullying fisik umumnya

banyak dilakukan laki-laki, sedangkan bullying verbal dilakukan oleh


perempuan dan laki-laki.

2) Indirect bullying merupakan perilaku bullying yang tak kasat mata

namun memiliki dampak yang sama buruknya dengan direct bullying.

Indirect bullying juga sering disebut sebagai social bullying. Contohnya

adalah pengucilan, bahasa tubuh yang kasar, dan menyebarkan gosip.

Jenis bullying ini lebih banyak dilakukan oleh perempuan.

3) Cyber bullying atau bullying yang terkait dengan penggunaan media

internet, seperti mengirimkan pesan teror, mengancam melalui internet,

menceritakan rahasia seseorang di internet, dan menyebarkan informasi

yang mempermalukan seseorang.

Menurut Muntasiroh (2019) bullying dapat dibagi menjadi dua jenis yang

dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Kekerasan fisik yang melibatkan perilaku mencubit, mendorong, memukul,

menarik baju, dan menjegal.

2) Kekerasan verbal berupa mengejek dan memanggil dengan nama yang

kurang pantas.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying terjadi

dalam beberapa jenis, antara lain secara fisik melalui kontak fisik, verbal melalui

kata-kata yang tertangkap indera pendengaran, rasional atau psikologis melalui

sikap-sikap yang tersembunyi, dan cyber bullying atau elektronik melalui sarana

teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

f. Dampak Perilaku bullying

Bullying memiliki dampak negatif terhadap korbannya. Temuan dari


penelitian yang dilakukan Romo & Kelvin (2016) menunjukkan bahwa korban

bullying memiliki kecenderungan yang besar untuk membolos sekolah, merokok,

terlibat dalam perkelahian, melakukan hubungan seks yang tidak aman. Korban

bullying, baik bullying konvensional maupun bullying secara online, lebih sering

mengalami emosi negatif dibandingkan teman sebaya yang tidak mengalami

bullying (Horner et al., 2015). Bullying menjadi faktor risiko bunuh diri dan

memicu perilaku menyakiti diri sendiri pada remaja (Vergara et al., 2018).

Cyberbullying secara psikologis merupakan salah satu penyebab buruknya

kesehatan mental remaja yang menjadi korban bullying (Baier et al., 2018).

Bullying yang dilakukan oleh teman dan guru juga berhubungan dengan kesehatan

mental yang buruk. Bagi remaja perempuan, terdapat hubungan antara

cyberbullying seksual dengan kesehatan mental.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying

memiliki dampak negatif, baik bagi korban maupun pelaku. Dampak tersebut

dapat berupa perubahan emosi, menurunnya motivasi untuk bersekolah, masalah

perilaku, dan masalah sosial.

g. Pentingnya dukungan teman dan keluarga

Dukungan dari pihak eksternal dapat meminimalisir adanya bullying.

Dukungan keluarga, dukungan sekolah, dan relasi teman sebaya mampu mencegah

dan memberikan intervensi terkait bullying (Nozaki, 2019). Dukungan keluarga,

hubungan dengan teman sebaya, dan keadilan guru memiliki pengaruh negatif

terhadap bullying yang terjadi di sekolah (Zhao & Chang, 2019). Dukungan

keluarga dan teman sebaya merupakan faktor protektif yang mampu mengatasi
dampak negatif dari bullying. Orang tua yang mampu memahami masalah yang

dialami anak dan meluangkan waktu bersama anak mampu menurunkan risiko

yang dialami korban bullying (Biswas et al., 2020). Dukungan dari teman sebaya

mampu menurunkan risiko depresi pada remaja yang tinggal di asrama dan

mengalami bullying (Yin et al., 2017).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

berperan penting dalam mengatasi efek negatif dari bullying. Dukungan dari

teman, guru, dan keluarga mampu meningkatkan kualitas hidup korban bullying

dan meminimalisir resiko depresi yang bisa mereka alami.

2. Forgiveness

a. Pengertian

Forgiveness secara umum dapat didefinisikan sebagai kesediaan seseorang

untuk meninggalkan rasa dendam, penilaian negatif, dan perilaku acuh tak acuh

terhadap seseorang yang telah menyakiti serta menumbuhkan rasa belas kasih

terhadap orang tersebut (Worthington, 2020a). Pemaafan dapat digambarkan

sebagai karakter manusia yang mampu memahami kesalahan orang lain,

menghindari balas dendam, memelihara hubungan baik dengan orang lain, dan

berupaya menumbuhkan keselamatan dan kedamaian (Khasan, 2017). Forgiveness

adalah proses yang dapat mengembalikan hubungan yang rusak dan meningkatkan

kesejahteraan secara keseluruhan, khususnya kesejahteraan psikologi dengan

mengurangi rasa marah (Paramitasari & Alfian, 2012). Psikologi positif menyatakan

bahwa forgiveness memiliki manfaat pada individu, hubungan dengan orang lain,

dan spiritual (Lijo, 2018).


Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, forgiveness dapat diartikan sebagai

upaya pemaafan yang dilakukan korban terhadap seseorang yang telah

menyakitinya. Forgiveness dapat berupa ekspresi pengampunan, memilih untuk

memaafkan pelaku untuk menurunkan rasa dendam, dan meningkatkan

kesejahteraan psikologis korban.

b. Jenis-jenis forgiveness

Menurut Khasan (2017) terdapat beberapa tipe forgiveness yang dapat

diuraikan sebagai berikut.

1) Instantaneous forgiveness. Sering dianggap sebagai cara halus untuk

menolak permintaan maaf. Tipe ini ditandai dengan melupakan atau

menyangkal kesalahan sesaat setelah hal tersebut terjadi.

2) Arrested forgiveness. Satu maupun kedua belah pihak yang berseteru

menolak untuk memberi maaf. Terkadang, baik salah satu maupun kedua

pihak menilai hubungan tersebut lebih mudah untuk dilepaskan daripada

dipertahankan.

3) Conditional forgiveness. Permintaan maaf dapat diterima apabila kedua

pihak setuju dengan syarat tertentu. Proses ini umum dilakukan dan

merupakan salah satu cara untuk bisa memberikan pemaafan secara

tulus.

4) Pseudo mutual forgiveness. Pemaafan yang terburu-buru diberikan atau

diterima dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan. Konflik yang

terjadi dianggap remeh dan mengabaikan konsekuensi yang akan datang.

5) Collusive forgiveness. Ditandai dengan perilaku menghindari konflik dan


mengabaikan pihak yang dirugikan.

6) Repetitious forgiveness. Upaya yang dilakukan secara terus menerus

namun tidak berhasil dalam memulihkan hubungan kedua pihak.

3. Subjektif Well Being

a. Pengertian Subjektif Well Being

Subjective well-being atau kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi

keseluruhan terhadap kualitas hidup seseorang berdasarkan perspektif orang

tersebut (Diener et al., 2018). Subjective well-being umumnya mengukur tingkat

kepuasan seseorang terhadap hidup yang dijalani melalui aspek kognitif yang terdiri

dari kepuasan terhadap aspek tertentu dalam hidup dan aspek afektif yang terdiri

dari emosi positif maupun negatif (Lorenz, 2018). Menurut Nawijin dan Mitas

subjective well-being merupakan konsep psikologis yang membuat seseorang hidup

lebih sehat dan berumur panjang (Huang et al., 2021)

Seiring dengan perkembangan zaman, penelitian yang dilakukan mengenai

subjective well-being tak hanya berfokus pada dewasa, namun juga pada anak-anak.

Subjective well-being pada anak meliputi evaluasi kognitif dan afektif terhadap

kehidupan, kondisi-kondisi yang mempengaruhi kehidupan, dan konteks sosial

yang berkaitan dengan tempat tinggal (Savahl et al., 2018). Optimisme atau

ekspektasi positif terhadap masa depan kerap dikaitkan dengan subjective well

being, begitu pula dengan kepuasan hidup (Diener et al., 2017). Subjective well

being memiliki kaitan yang erat dengan kebahagiaan, seseorang akan melakukan

berbagai cara agar merasa bahagia dalam menjalani hidup sehingga mencapai

kesejahteraan (Dewi & Nasywa, 2019).


Dengan demikian, subjective well-being merupakan istilah yang mencakup

konsep pemenuhan kesejahteraan subjektif yang terkait dengan bagaimana orang

merasakan dan berfikir tentang kehidupan mereka yang meliputi konsep seperti

kepuasan hidup, emosi yang menyenangkan, perasaan pemenuhan, kepuasan

dengan domain seperti perkawinan, pekerjaan dan tinggi rendahnya situasi emosi.

b. Komponen Subjektif well being

Subjective well-being menurut Atmadja dan Kriswantomo (2020) memiliki

dua komponen utama yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif adalah evaluasi individu mengenai sejauh mana

kehidupan mereka sesuai dengan harapan atau standar ideal yang dimiliki

individu tersebut, individu dengan komponen kognitif yang tinggi dapat

mengevaluasi bahwa harapan, keinginan, dan standar yang mereka miliki

sesuai dengan kondisi kehidupan mereka saat ini.

2) Komponen Afektif

Komponen afektif adalah perasaan positif dan negatif yang dialami

individu, individu yang memiliki komponen afektif tinggi pada umumnya

lebih sering merasakan perasaan positif dibandingkan negatif, dan

sebaliknya. Komponen afektif terdiri dari:

a) Positive Affect

Positive affect merepresentasikan emosi yang dirasakan individu ketika

kehidupan mereka berjalan dengan baik. Positive affect terdiri dari

emosi yang sementara seperti kesenangan dan juga mood atau emosi
yang memiliki jangka waktu lebih lama seperti ketenangan batin.

b) Negative Affect

Negative affect adalah emosi dan mood yang dirasakan individu ketika

kehidupan mereka tidak berjalan dengan baik. Negative affect terdiri

dari emosi sementara seperti perasaan marah, sedih, stres, khawatir,

dan juga mood yang memiliki jangka waktu lebih lama seperti depresi.

Komponen dari subjective well being terbagi menjadi tiga, yakni kepuasan

hidup dan afek (Kushlev et al., 2019). Masing-masing komponen dapat diuraikan

sebagai berikut.

1) Kepuasan hidup merupakan penilaian kognitif terhadap kualitas hidup

seseorang.

2) Afek yang meliputi mood dan emosi dapat diartikan sebagai penilaian

seseorang terhadap apa yang terjadi dalam hidup. Afek dibagi menjadi

dua, yakni afek positif yang terdiri dari kebahagiaan, suka cita, dan rasa

bangga serta afek negatif yang meliputi kesedihan, kecemasan, dan

kemarahan.

Berdasarkan uraian tersebut, subjective well-being memiliki dua komponen,

yaitu komponen afektif yang menggambarkan pengalaman emosi berdasarkan

kesenangan, kegembiraan dan komponen kognitif yang menggambarkan kepuasan

yang mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif yang dijalani dengan

baik.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Subjektive Well Being

Diener et al., (2017) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang


dapat mempengaruhi subjective well being yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Relasi sosial

Individu yang memiliki hubungan sosial, baik pertemanan maupun relasi

romantis yang kuat memiliki subjective well being yang lebih tinggi.

2) Kekayaan dan pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi

subjective well being, hal tersebut dikarenakan semakin besar pendapatan

seseorang maka ia akan mampu memperoleh layanan kesehatan yang lebih

baik, memiliki pengalaman yang menyenangkan, dan sebagainya.

3) Agama

Individu yang religius cenderung memiliki subjective well being yang lebih

tinggi dibandingkan individu yang tidak religius. Dukungan sosial,

penghormatan, dan tujuan yang diperoleh dari komunitas agama berkaitan

dengan tingginya subjective well being.

4) Faktor demografis

Kepuasan hidup cenderung menurun pada kelompok yang telah berusia di

atas 70 tahun. Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap subjective well being

umumnya bergantung pada kondisi dan nilai budaya yang berlaku di

masyarakat.

5) Kesehatan

Individu dengan kondisi kesehatan yang baik cenderung memiliki

subjective well being yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang secara

fisik kurang sehat. Beberapa penyakit, seperti stroke dan kanker mampu
menurunkan tingkat subjective well being.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah serangkaian teknik interpretatif yang dilakukan dengan cara

menjelaskan fenomena yang terjadi secara alami dalam dunia sosial berdasarkan deskripsi

kejadian, situasi dan interaksi antara orang-orang dan hal lain. Tujuan dari penelitian

kualitatif didasarkan pada keterlibatan peneliti dalam fenomena dengan mengumpulkan

data berdasarkan deskripsi kejadian, situasi, dan interaksi antara orang-orang dan hal lain

sehingga memberikan informasi secara mendalam dan juga terperinci (Cooper dan

Schindler, 2019). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik dari manusia, kejadian atau situasi yang menjadi fokus

penelitian (Sekaran dan Bougie, 2017).

B. Setting Penelitian

Setting penelitian adalah lingkungan, tempat yang direncanakan oleh peneliti untuk

dijadikan sebagai objek penelitian. Setting penelitian dalam penelitian ini diperlukan untuk

memperoleh data, informasi dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Setting

penelitian pada penelitian ini antara lain:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa yang mengalami masalah bullying di di SMK

Negeri 1 Wulanggitang, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Wulanggitang yang beralamat di Jln.

Trans Flores, Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini r dilaksanakan pada bulan April-Juni 2022

4. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian ini didasari oleh adanya masalah bullying yang terjadi pada

siswa sekolah menengah yang menyebabkan korban atau siswa yang mengalami

bullying menjadi takut baik itu secara mental dan psikis serta menyebabkan korban

atau siswa menjadi minder dalam pergaulan bersama teman-temannya. Kejadian

tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam mengembalikan tingkat kepercayaan

diri dan pemulihan psikis korban sehingga diperlukan adanya penyelesaian pada
masalah bullying yang terjadi pada siswa. Hal tersebut menarik peneliti untuk

melakukan penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti mencari informasi dan keterangan

dari subjek penelitian mengenai persoalan yang ada pada rumusan masalah

penelitian.

C. Unit Analisis

Unit analisis merupakan salah satu komponen dari penelitian kualitatif. Unit analisis

dalam penelitian ini adalah subjek yang akan diteliti kasusnya. Dengan demikian unit

analisis dalam penelitian ini adalah korban bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang.

D. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.

Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah

1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data primer pada

penelitian ini diperoleh dari informan, yakni subjek penelitian dan significant others

dari subjek penelitian melalui wawancara dan data-data sumber yang diperoleh dari

observasi.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data

sekunder pada penelitian ini diperoleh dari kajian-kajian terdahulu atau sumber

tertulis seperti buku literatur, majalah ilmiah, sumber arsip atau dokumen dan jurnal

terkait dengan forgiveness dan subjective well-being pada korban bullying di sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah

dengan sumber data primer. Pengumpulan data merupakan proses mendapatkan data dari
subjek penelitian dengan menggunakan teknik tertentu. Beberapa teknik pengumpulan data

yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Cooper dan Schindler, 2019).

1. Observasi

Observasi bertujuan untuk memperoleh data secara langsung. Observasi dilakukan

dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan

mengadakan pemantauan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang dijadikan sebagai objek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan

subjek penelitian atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung.

Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang dipahami individu

berkenaan dengan topik yang diteliti. Pengumpulan data melalui wawancara dalam

penelitian ini dilakukan secara terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan

menggunakan panduan wawancara terperinci sebagai alat bantu penelitian untuk

memandu urutan pertanyaan dan cara spesifik dalam memberikan pertanyaan namun

secara umum pertanyaannya masih bersifat terbuka. Wawancara terstruktur

dilakukan agar pembicaraan antara pewawancara dengan subjek penelitian lebih

terarah dan sistematis.

3. Dokumentasi

Data yang diambil dalam dokumentasi seperti dalam bentuk surat, foto, jurnal

kegiatan, dan dokumen digunakan untuk menggali informasi yang pernah terjadi.

Data dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan data tambahan sebagai

data pendukung.
F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti yang menginterpretasikan data.

Alat-alat seperti pedoman observasi, pedoman wawancara, alat perekam, dan lainya hanya

sebatas alat bantu jika diperlukan (Hardani et al., 2020). Peneliti mengumpulkan data sendiri

melalui pengamatan terhadap responden, pemeriksaan dokumen, dan mewawancarai

responden secara langsung dan kemudian diinterpretasikan sesuai dengan teori yang

digunakan (Creswell & Creswell, 2018).

G. Keabsahan Data (pake sekaran bougie/sumber lain

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan

benar-benar merupakan penelitian ilmiah dan untuk menguji data yang diperoleh sehingga

data tersebut dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah. Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi credibility, transferability, dependability, dan

confirmability (Sugiyono, 2017). Penjabaran dari masing-masing uji keabsahan data sebagai

berikut:

1. Credibility

Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian

yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan

sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan. Uji kredibilitas dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,

analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan mengadakan member

check.

a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas atau kepercayaan

data. Dengan perpanjangan pengamatan, maka peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, melakukan wawancara dengan sumber data yang

ditemui ataupun sumber data yang baru. Perpanjangan pengamatan difokuskan

pada pengujian terhadap data yang diperoleh. Data yang diperoleh tersebut

dilakukan pengecekan kembali ke lapangan. Setelah dilakukan pengecekan,

maka data yang telah diperoleh dapat dipertanggungjawabkan/benar yang berarti

data tersebut kredibel sehingga perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.

b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Peningkatan ketekunan dalam penelitian merupakan salah satu cara mengecek

apakah data yang telah dikumpulkan atau disajikan sudah benar atau belum.

Peningkatan ketekunan secara berkelanjutan agar kepastian data atau urutan

kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan sistematis.

c. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai

cara atau teknik, dan berbagai waktu. Terdapat beberapa macam triangulasi

yaitu:

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas dapat dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber kemudian dianalisis

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan dilakukan kesepakatan

dengan beberapa sumber data.

2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data

yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber

data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap

benar.

Pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi. Peneliti menggambarkan forgiveness dan

subjective well-being pada korban bullying dengan metode wawancara,

kemudian dicek dengan observasi, kemudian data dibuktikan dengan

dokumentasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data yang valid

dan kredibel agar dapat dibuktikan kebenarannya.

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih

kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Apabila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya.

d. Analisis kasus negatif


Analisis kasus negatif dilakukan untuk mencari data yang berbeda atau

bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang

berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data

yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan

mengubah temuannya.

e. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi dapat digunakan sebagai data pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, data-data

yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,

sehingga lebih dapat dipercaya atau dapat dibuktikan kebenarannya.

f. Mengadakan member check

Member check dilakukan untuk mengetahui informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksud sumber data

atau informan.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa

percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Pengujian

dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan

masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis data,

melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability

penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati

oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil

penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar confirmability.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan dari hasil observasi dan bahan-bahan lain sehingga mudah

dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif dilakukan

apabila data yang diperoleh adalah data berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka serta

tidak dapat disusun dalam kategori atau struktur klasifikasi. Analisis data dalam penelitian

ini menggunakan analisis model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan

Huberman. Analisis model interaktif melalui tiga prosedur yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berikut merupakan penjabaran dari masing-

masing prosedur: (Sekaran dan Bougie, 2017)

1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi dengan merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal penting yang sesuai dengan tema. Reduksi data

dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menulis memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi

yang tidak relevan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan proses pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan tertentu. Dalam penyajian

data kualitatif dapat disajikan dalam bentuk teks naratif. Selain itu dapat juga berupa

bahasa nonverbal seperti bagan, matriks, diagram, tabel, grafik atau gambar. Data

dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan

fakta yang ada di lapangan. Pemaknaan tersebut untuk dapat menemukan pola serta

hubungan dalam data tersebut sehingga mempermudah dalam penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan proses akhir dari analisis data

kualitatif serta merupakan hal yang paling penting dalam analisis data. Penarikan

kesimpulan berupa kegiatan interpretasi yaitu menemukan makna dari data yang

telah disajikan. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan penjelasan untuk

pola dan hubungan yang diteliti atau dengan membuat perbandingan. Peneliti

membandingkan data-data yang sudah didapat dari hasil wawancara dengan subjek

penelitian yang bertujuan untuk menarik kesimpulan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini di uraikan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian mencakup hal-hal
pokok dari hasil penelitian mulai dari pemaparan deskripsi mengenai sejarah singkat,
lingkungan fisik, lingkungan sosial,situasi pendidikan dan pengajaran,struktur organisasi,dan
keadaan guru dan siswa,untuk memperoleh gambaran umum SMK N 1 WULANGGITANG.
Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan pokok permasalahan dari skripsi ini yaitu adanya
bullying di SMK Negerui 1 Wulanggitang dan forgiveness serta subjektive well being sebagai
respon lanjutan dari pristiwa bullyng di SMK NEgeri 1 Wulanggitang.

A. Gambaran Umum SMK N 1 WULANGGITANG


1. Sejarah singkat SMK N 1 WULANGGITANG

SMK N 1 WULANGGITANG beralamat di jln. Trans Flores desa Boru,


Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. SMK Negeri
1 Wulanggitang merupakan sekolah berstatus negeri dengan akreditasi C. Sekolah ini Memiliki
Luas lahan sebesar 9 hektar dengan luas bangunan sebersar 4 hektar dan 5 hektar merupakan
lahan kosong yang digunakan untuk lahan praktek siswa dan juga perencanaan pengembangan
SMK Negeri 1 Wulanggitang Ke depannya. SMK Negeri 1 Wulanggitang awal berdirinya pada
tahun 2007 dengan nama SMK pertanian Wulanggitang yang memiliki dua jurusan awal yaitu
agribisnis tanaman Perkebunan ( ATP) dan agribisnis tanaman horti pangan ( ATPH)).
Kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 SMK pertanian Wulanggitang di Negerikan dan
berganti nama menjadi SMK Negeri 1 Wulanggitang. SMK Negeri 1 Wulanggitang sekarang
memiliki 6 jurusan yaitu jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan ( ATP), Agribisnis Tanaman
Horti dan pangan ( ATPH), Agribisnis Ternak Ruminansia ( ATR), Teknik Kendaraan Ringan
Otomotif ( TKRO), Teknik bisnis kontruksi dan properti ( BKP), dan Teknik KOmputer dan
Jaringan (TKJ).

2. Visi dan Misi SMK N 1 WULANGGITANG

Visi :Terwujudnya out put manusia profesional yang


cerdas,terampil,berdaya saing dan berkepribadian .
Misi :

a. Meningkatkan dan mengembangkan pendidikan SMK yang berorentasi


pada kebutuhan dunia kerja.
b. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensi yang
ada melalui kompotensi kealihan atau kejuruaan.
c. Mengembangkan dan mewujudkan generasi bangsa yang
mandiri,kreatif,inofatif dan memiliki jiwa enterprenship (kewirausahaan).
d. Mengembangkan kurikulum pendidikan SMK dengan di dukung oleh
tenaga pendididk dan kependidikan yang memiliki standar kualifikasi
akademik
e. Meningkatkan ketersedian jumlah dan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan.
f. Meningkatkan dan mengembangkan penerapan manajemen tata kelola
layanan pendidikan.
g. Meningkatkan peran orang tua dan masyarakat serta stake holder
pendidikan dan pengembangan SMK.
h. Mengembangkan kompotensi pertanian dan perkebunan sebagai ciri khas
lokal dan menjadikan sekolah sebagai basis pengembangan tanaman
hortikultura.

SMK N 1 WULANGGITANG sebagai salah satu sekolah yang berada di dekat


lokasi pertanian yang mana kurang adanya kepadatan penduduk namun selalu berusaha
mengedepankan visi dan misi sehingga sampai saat sekarang SMK Negeri 1
Wulanggitang Menjadi salahnsatu SMK Negeri Unggulan di KAbupaten Flores Timur.
Hal itu terbukti dengan adanya alumni yang sudah membuka lapangan pekerjaan sendiri
sesuai dengan jurusan yang di ambil, serta kerjasama antara pihak sekolah dan dunia
usaha resmi SNI untuk penempatan siswa PKL dan Magang. Kedua hal diatas tentunya
sangat mendukung visi dan misi sekolah yang ada di SMK Negeri 1 Wulanggitang.

3. Lokasi dan Keadaan Sekolah


SMK Negeri 1 Wulanggitang sebagai salah satu Sekolah menengah atas yang
berada di wilayah Kabupaten Flores Timur, yang beralamat di Jln. Trans Flores, desa Boru,
Kecamatan Wulanggitang dengan kode pos 86253. Letaknya berada di samping Balai
Penyuluhan Pertanian ( BPP) kecamatan wulanggitang. Sebelah utara berbatasan dengan lahan
pertanian penduduk desa Boru, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan PT. Lerolara
Hokeng , sebelah barat berbatasan langsung dengan BPP Kecamatan Wulanggitang.

SMK Negeri 1 Wulanggitang merupakan bagian dari Desa Boru yang memiliki
luas lahan sebesar 9 hektar dengan kondisi sekolah yang sangat strategis. Dikatakan strategis
karena berada di lokasi yang kurang padat penduduk sehingga proses belajar mengajar dan
aktivitas sekolah kurang adanya gangguan. Letak sekolah yang berada di depan jalan Trans
Flores mempermudah proses transportasi dan aktivitas sekolah. Dari tepi jalan terdapat lorong
masuk ke sekolah yang berjarak 15 meter yang mana terdapat lokasi parkir kendaraan siswa dan
guru. Di kiri dan kanan lorong sekolah terdapat taman dan kebun praktek siswa jurusan
agribisnis tanaman pangan dan horti. Setelah melewati tanam ada gedung kantor di dalam
gedung kantor terdapat ruangan kepala sekolah, ruangan tamu, ruangan bendahara, ruangan guru
mata pelajaran normatif, ruangan operator, ruangan BP/BK, ruangan fotocopy dan juga ruangan
olaraga. Di sebelah barat gedung kantor ter dapat gedung laboratorium komputer dan jaringan.

Dena dan desain bangunan SMK negeri 1 Wulanggitang sangatlah baik dan
strategis karena memiliki desain bentuk persegi yang ditengah-tengahnya terdapat lapangan. Hal
ini sangat menarik karena lapangan menjadi titik pusat atau sentral dari dari letak sekolah.
Setelah melewati gendung kantor terdapat pendopo dan juga d sisi kiri kanan pendopo ada
ruangan kelas. Di SMK Negeri 1 Wulanggitang sendiri terdapat 6 jurusan dan 18 kelas yang
terbagi menjadi kelas x terdapat 8 kelas, kelas XI terdapat 6 kelas dan kelas XII terdapat 6 kelas.
Di sebelah utara pendopo terdapat lapangan dan tanam, sedangkan di sisi utara lapangan
terdapat perpustakaan, gudang, lab ipa dan juga 2 ruangan kelas. Di sebelah utara gedung
pepustakaan terdapat kebun praktek siswa jurusan agribisnis tanaman perkebunan ( ATP).

SMK Negeri 1 Wulanggitang memiiki 3 ruangan praktek siswa ( RPS) yaitu


RPS jurusan Bangunan, RPS jurusan pangan dan perkebunan, dan juga RPS jurusan otomotif.
Ketiga gedung RPS letaknya di sebelah utara kebun siswa perkebunan. Di sebelah timur ketiga
RPS terdapat gedung gudang yang berisi peralatan praktek siswa jurusan bangunan dan siswa
jurusan horti pangan. Sedangkan si sisi timur dan utara RPS terdapat lahan pertanian milik
sekolah dan lokasi praktek siswa program agribisnis. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan
sekolah, SMK Negeri 1 Wulanggitang menyediakan dua Kantin di sisi sebelah timur lab ipa dan
sisi sebelah barat perpustakaan. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah mengenai kurangnya
ruangan kelas pada tahun anggaran 2022 sekarang SMK Negeri 1 Wulanggitang sedang
membangun 4 ruangan keas atau unit kelas yang lokasinya di samping lab ipa berbatasan dengan
kantin.

Dari penjabaran mengani lokasi dan tata gedung sekolah dapat dilihat bahwa
keberadaan setiap fasilitas ruangan sudah cukup baik dan lengkap. Namun ada beberapa gedung
yang sudah sedikit rusak karena di bangun pada awal berdirinya SMK ini. Dari segi fasilitas alat
praktek sudah cukup baik sehingga bisa membantu keberlangsungan proses belajar mengajar.

Gambar 4.1. dena lokasi dan gedung SMKN 1 Wulanggitang

4. Sumber Daya yang Dimiliki Sekolah


a. Struktur Organisasi
Gambar 4.2 struktur organisasi SMK Negeri 1 Wulanggitang

Berdasarkan gambar di atas, struktur organisasi SMK Negeri 1


Wulanggitang terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, dunia usaha atau dunia
Industri sebagai mitra smk ( DI/DU). Di bagian wakil kepala sekolah terdapat wakil
kepala sekolah bagian kesiswaan, wakil kepala sekolah bagian humas, wakil kepala
sekolah bagian kurikulum dan wakil kepala sekolah bagian sarana prasarana.
Sedangkan di posisi management terdapat bendahara BOS, bendahara Komite, kepala
tata usaha, operator. Di posisi program atau jurusan sudah sangat jelas bahwa SMK
Negeri 1 wulanggitang memiliki 6 jurusan yang terdapat kepala ketua program ATPH,
Ketua program ATP, Ketua program ATR, ketua Program TKRO, ketua program TKJ
dan Ketua program BKP. Sedangan untuk membantu bagian pengembangan inat dan
bakat serta organisasi terdapat Pembina OSIS , Pembina Olaraga, Pembina Pramuka,
dan Pembina Kerohanian.SMK Negeri 1 Wulanggitang memiliki fasilitas pendukung
yaitu lab dan juga perpustakaan yang masing masing memiliki kepala Lab komputer
dan juga Kepala Lab Ipa, serta Kepala Lab perpustakaan.
Kurikulum yang diterapkan di SMKN 1 Wulanggitang adaah kurikulum
K13 dan tahun depan sudah diterapkan kurikulum Merdeka Belajar, oleh karena itu
butuh guru guru yang mandiri sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Di SMK
Negeri 1 Wulanggitang terdapat pembagian guru berdasarkan mata pelajaran yang
diajarkan yaitu guru guru normatif yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia,
mata pelajaran agama, mata pelajaran PJOK, mata pelajaran BP/BK dan yang
mengajar seni budaya. Terdapat juga guru-guru mata pelajaran Adaptif yaitu guru-guru
yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, mata pelajaran Produk kreatif dan
kewirausahaan (PKK), mata pelajaran IPA, mata pelajaran biologi, mata pelajaran
simulasi digital, mata pelajaran fisika, mata pelajaran sejarah indonesia, mata
pelajaran matematika, dan mata pelajaran kimia. Sedangkan di bagian jurusan atau
program terdapat guru-guru yang mengajar mata pelajaran jurusan sesuai dengan 6
jurusan yang ada si SMKN 1 Wulanggitang.

b. Keadaan Peserta Didik


Peserta didik sebagai komponen yang sangat penting dalam pendidikan.
Peserta didik dikatakan subyek sekaligus obyek dalam pendidikan. Setiap tahuna
ajaran baru pasti peserta didik mengalami pergantian. Ada yang menamatkan
pendidikan dari SMK dan juga ada yang melanjutkan pendidikan ke SMK. Total siswa
SMKN 1 Wulanggitang per tahun ajaran 2021/2022 sebanyak 373 siswa. Di bawah ini
di jabarkan data jumlah peserta didik berdasarkan jenis kelamin, agama, usia,
penghasilan orang tua dan juga berdasarkan tingkat pendidikan atau angkatan kelas.
Tabel 4.1 jumlah peserta didik berdasarkan jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total


243 130 373

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa berjenis kelamin laki
laki lebih dominan dibandingkan dengan siswa perempuan. Hal ini sudah sangat jelas
menerangkan bahwa kebanyakan SMK yang ada di Kabupaten Flores Timur bahkan
Provinsi NTT lebih banyak minat siswa yang bersekolah di SMK adalah laki-laki. Hal
ini sejalan dengan kurikulum SMK yang 70% praktek dan 30 % teori hal ini jelas
menunjukan bahwa lebih banyak siswa SMK Negeri 1 Wulanggitang lebih banyak
berjenis kelamin laki laki karena lebih dominan ke praktek dan ingin membuka
lapangan pekerjaan setelah tamat.

Untuk jumlah siswa berdasarkan usia dapat kita lihat di tabel berikut
Tabel 4.2. jumlah peserta didik berdasarkan usia

Usia L P Total
< 6 tahun 0 0 0
6 - 12 tahun 0 0 0
13 - 15 tahun 11 7 18
16 - 20 tahun 222 122 344
> 20 tahun 10 1 11
Total 243 130 373

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dominan siswa SMKN 1


Wuanggitang berumur dari 16-20 tahun dengan total siswanya 344 dari total siswa
secara keseluruhan , sedangkan siswa yang berumur 13-15 tahun hanya berjumlah 18
orang dan siswa yang berumur di atas 20 tahun berjumlah 11 orang. Data ini
menunjukan bahwa rata-rata siswa di sekolah ini usianya sesuai dengan usia siswa di
tingkatan sekolah lanjutan atas pada umumnya berkisar antara 16-20 tahun sedangkan
siswa yang berumur dari 13-15 tahun mengalami percepatan sekolah pada jenjang
sekolah dasar dan Sekolah menengah pertama. Terdapat juga siswa yang berumur di
atas 2 tahun. Siswa-siswa ini pada umumnya memilih untuk istirahat atau vacum
sekolah selama beberapa tahun setelah menamatkan SMP ataupun siswa-siswa yang
menamatkan tingkatan pendidikan sekolah lanjutan pertama dari program paket atau
SLB.
Untuk jumlah siswa berdasarkan agama atau keyakinan yang di anutnya
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.3 jumlah siswa berdasarkan agama

Agama L P Total
Islam 1 3 4
Kristen 0 0 0
Katholik 242 127 369
Hindu 0 0 0
Budha 0 0 0
Konghucu 0 0 0
Lainnya 0 0 0
Total 243 130 373

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa yang bersekolah di
SMKN 1 Wulanggitang adalah beragama katolik dengan jumlah siswa 369. Sedangkan
siswa beragama lain yaitu agama islam terdapat 4 siswa. Hal ini dikarenakan siswa
yang bersekolah di SMKN 1 Wulanggitang berasalh dari desa-desa sekitar kecamatan
Wulanggitang, kecamatan Titehena, dan Kecamatan Ilebura. Sedangkan ketiga
kecamatan tersebut penduduknya mayoritas beragama katolik.
Untuk jumlah siswa berdasarkan penghasilan orang tua dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.4 jumlah siswa berdasarkan penghasilan orang tua

Penghasilan L P Total
Tidak di isi 18 8 26
Kurang dari Rp. 500,000 193 102 295
Rp. 500,000 - Rp. 999,999 17 12 29
Rp. 1,000,000 - Rp. 1,999,999 7 7 14
Rp. 2,000,000 - Rp. 4,999,999 8 1 9
Rp. 5,000,000 - Rp. 20,000,000 0 0 0
Lebih dari Rp. 20,000,000 0 0 0
Total 243 130 373

Dari tabel di atas dapat menerangkan bahwa terdapat 295 siswa yang orang
tuanya berpenghasilan di bawah Rp. 500.000, 29 siswa yang orang tuanya
berpenghasilan berkisar antara Rp. 500.000- Rp. 999.999. sedangkan orang tua yang
berpenghasilan Rp.1.000.000- Rp. 1.999.999 memiliki siswa berjumlah 14 orang.
Terdapat juga 9 siswa yang orang tuanya berpenghasilan berkisar antara Rp.
2.000.000- 4.999.999. sedangkan 26 siswa lainnya tampa keterangan mengenai
penghasian orang tua mereka.bedasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa
mayoritas siswa SMKN 1 Wulanggitang memiliki orang tua yang berpenghasilan di
bawah UMR daerah Kabupaten Flores Timur. Hal ini singkron dengan mayoritas orang
tua siswa SMKN 1 wulanggitang Berprofesi atau bermata pencaharian sebagai petani
yang memiiki penghasilan pas-pasan.
Untuk jumlah siswa berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabe
berikut
Tabel 4.5 jumlah siswa berdasarkan tingkatan pendidikan

Tingkat Pendidikan L P Total


Tingkat 10/ kelas X 96 52 148
Tingkat 11/ kelas XI 67 32 99
Tingkat 12/ kelas XII 80 46 126
Total 243 130 373

Berdasarkan tabel di atas dapat menerangkan bahwa terdapat 148 siswa


kelas X, 99 siswa kelas XI dan 126 siswa Kelas XII. Dari keterangan ini dapat
disimpulkan bahwa perkembangan peserta didik untuk 3 tahun terakhir tidak tetap atau
mengalami nai turun. Hal ini di sebabkan oleh minatnya siswa pada tingkat SMP yang
berbeda-beda. Pada tahun 2021/2022 siswa mengalami peningkatan lebih banyak dari
2 tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh peraturan pendidikan sekarang yang
mengharuskan siswanya memilih sekolah negeri berdasarkan zona atau lokasi dan juga
mengalami peningkatan pada tahun tersebut karena penyebaran virus covid pada tahun
2021 sehingga orang tuanya memilih mendaftarkan anaknya di SMK yang mana
okasinya dekt dari rumah orang tua.
c. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Setiap sekolah memiiki komponen –komponen yang mendukung suatu
proses untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan visi dan misi sekolah. Salah satu
faktor yang paling mendasarkan untuk mendukung hal tersebut adalah tenaga pendidik
dan kependidikan yang melancarkan proses pendidikan tersebut. Pendidik dapat
dikatan komponen atama dalam proses pendidikan . di mana pendidik merupakan
tenaga profesional yang mampu memberikan informasi , teladan, dan motivasi karena
pendidik adalah orang yang diguguh dan ditiru. Sama halnya dengan SMK Negeri 1
Wulanggitang yang memiliki keadaan pendidik yang harus sesuai dengan kurikulum
SMK yang mana di SMKN 1 Wuanggitang memiliki 6 jurusan.
Di SMK N 1 Wulanggitang terdapat pembagian guru sesuai dengan
kurikulum yaitu terdapat guru-guru normatif, guru-guru adaptif dan guru-guru jurusan.
Hal inilah yang menjadi pembeda antara guru guru di SMK dan guru-guru di SMA
yaitu terdapat guru-guru produktif karena di SMK lebih ditekankan praktek dari pada
teori. SMK Negeri 1 Wulanggitang memiliki tenaga pendidik atau guru berjumlah 4
orang dan 5 orang tenaga kependidikan. Untuk mengetahui jumlah tenaga pendidik
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.6 Pendidikan Terakhir Tenaga Kependidikan

Pendidikan Jumlah
tertinggi PNS Non PPPK
PNS
D-III 1 3 -
S1 13 23 6
S2 - - -
Total 14 26 6
Total keseluruhan = 46

Dari tabel diatas dapat disimpulkan masih banyak guru yang berstatus
non PNS atau honor sekolah dengan jumlah guru 26 sedangkan guru PNS berjumlah
14 orang dan guru PPPK berjumlah 6 orang. Namun masih terdapat 4 guru yang masih
berstatus guru D-III dengan rincian 1 guru PNS dan 3 guru yang lain honor sekolah.
Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan kebijakan tentang Guru SMK minimal SI
dalam undang-undang No. 13 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal dan 9 serta
permendiknas No.16 tahun 2007.
d. Sarana dan Prasarana
Dalam upaya mendukung proses pembelajaran yang maksimal dan efektif
maka tidak hanya dilihat dari keberadaan tenaga pendidik dan kependidikan serta siswa
saja, tetapi juga ada hal penting lainnya yaitu sarana dan prasarana yang mendukung
proses belajar mengajar. Bayangkan saja hanya ada siswa dan guru tetapi tidak ada
sarana prasarana yang menunjang maka proses belajar mengajar akan menjadi pincang
. Adapun keadaan sarana dan Prasarana yang ada di SMK N 1 Wulanggitang dapat
dilihat sebagai berikut :
1) Tanah dan Halaman
SMK Negeri 1 Wulanggitang merupakan sekolah yang didirikan di
atas tanah milik PT. Relolara yang sudah diserahkan ke pihak sekolah pada
tahun 2009. Luas lahan SMKN 1 wulanggitang sebersar 9 Ha dengan rincian 5
Ha sudah disertifikatkan atas SMK Negeri 1 Wulanggitang dan 4 Ha masih
dalam proses pengsertifikasian . adapun status tanah SMKN 1 Wulanggitang
adalah hak milik pribadi SMK N 1 Wulanggitang.
2) Gedung sekolah
Bangunan SMK N 1 Wulanggitang secara umum dalam kondisi baik.
Saat ini sekolah dalam proses pembangunan 4 ruangan kelas tambahan untuk
mengantisipasi meningkatnya siswa pada tahun ajaran yang baru. Berikut ini
adaah keadaan gedung SMK Negeri 1 Wulanggitang.
Tabel 4.7 Ruangan di SMK Negeri 1 Wulanggitang
Lokal Keterangan
Sumber : Observasi di
Ruangan Kepala sekolah 1 ruang
SMKN 1 Wulanggitang
Ruangan tamu 1 ruang
Sarana dan
prasarana di Pendopo 1 ruang SMK Negeri 1
Wulanggitang cukup
Ruangan guru normatif/adaptif 1 ruang
memadai dalam menunjang
kegiatan atau Ruangan operetor 1 ruang proses belajar
mengajar. Hal ini ditunjukan
Ruangan BP/BK 1 ruang
dengan adanya fasilitas antara
lain 18 ruangan Ruangan Fotocopy 1 ruang kelas, 9
ruangan RPS, 2 ruangan
Ruangan Olaraga 1 ruang
gudang, 2 kantin, 12
ruangan WC, 3 ruangan
perpustakan, 6 Ruangan bendahara 1 ruang ruangan
laboratorim, ruangan
Ruangan TU 1 ruang
kepala sekolah, ruangan guru,
ruangan Lab komputer 3 ruang operator,
ruangan tamu, ruangan
Lab IPA 3 ruang
bendahara, ruangan
olaraga, Ruangan Kelas 18 ruang ruangan
BP/BK dan ruangan
Perpustakaan 3 ruang
fotocopy. Semua
ruangan masih Gudang 2 ruang dalam keadaan
baik dan layak untuk
RPS BKP 3 ruang
digunakan. Namun
terdapat ruang RPS ATPH 5 ruang guru yang
kelebihan kapasitas.
RPS TKRO 1 ruang
Dengan ruangan yang
agak kecil Kamar WC 12 ruang dibandingkan
dengan jumlah gurunya yang
Kantin 2 ruang
banyak sangat tidak nyaman dalam bagi para guru karena harus berdesak- desakan. Hal
itu mengakibatkan banyak guru menjadikan perpustakaan dan ruangan lain sebagai
ruangan mereka untuk bekerja diluar proses belajar mengajar. Sedangkan kekurangannya
adalah belum adanya ruangan UKS dan ruangan Lab kesenian untuk pengembangan
minat dan bakat.

Sedangkan untuk alat peraktek dalam RPS hanya ada satu jurusan yaitu jurusan
BKP yang peralatannya sangat lengkap. Diikuti jurusan teknik komputer dan jaringan
yang memiliki lab komputer dan peralatan komputer dan jurusan teknik otomotif yang
memiliki bengkel sendiri yang cukup lengkap dalam RPS. Sedangkan jurusan agribisnis
tanaman pangan horti, agribisnis tanaman perkebunan dan agribisnis ternak belum cukup
memadai dan sedang diupayakan. Ketiga jurusan ini hanya memiliki 1 RPS dengan
peralatan 1 buah traktor roda 2, 1 buah hand traktor, 1 buah alat tanam, dan peralatan-
peralatan lainnya yang menunjang proses praktek ketiga jurusan tersebut.

e. Program Ekstrakulikuler
Program ekstrakulikuler sebagai program pengembangan diri yang diikuti siswa
dan dilaksanakan di luar jam sekolah. Program pengembangan ini sesuai dengan kondisi,
keberadaan, dam kebutuhan siswa. Ekstrakuler ada yang bersifat wajib dan tidak wajib
namun di SMK Negeri 1 Wuanggitang semua ekstrakulikuler bersifat tak Wajib karena
lebih ditekankan pada praktek setiap jurusan pada kegiatan pembiasaan.
Adapun esktrakulikuler yang ada di SMKN 1 Wulanggitang antara lain, olaraga
futsal, bola kaki, dan bola volly, pramuka dan paduan suara. Untuk ekstrakulikuler
olaraga berlaku setiap hari pada pukul 15.00-16.30 wita. Sedangkan untuk
esktrakulikuler pramuka diadakan setiap hari kamis pada pukul 14.00-16.00, sedangkan
paduan suara berlaku hanya pada saat menjelang acara atau paduan suara di tempat
ibadat.
f. Pembiasaan Sekolah
Pembiasaan di sekolah sebagai salah satu sarana mewujudkan visi dan misi
sekolah serta mendukung program sekolah. Di SMK Negeri 1 Wulanggitang proses
belajar mengajar terjadi pada hari senin- hari jumat baik di dalam maupun diluar sekolah.
Sedangkan khusus untuk hari sabtu adalah kegiatan pembiasaan yang mana diisi dengan
kegiatan kejuruan yaitu praktek dengan guru produktif di RPS masing masing.Untuk
kegiatan apel bendera setiap hari Senin selalu dilakukan serta doa dan ibadat wajib
dilakukan setiap awal pelajaran dan akhir pelajaran . pembersihan lingkungan kelas dan
lingkungan sekolah dilakukan oleh petugas kebersihan dibantu dengan parah siswa.

Dari hasil penelitian tersebut maka saya lampirkan jurnal kegiatan dan dokumentasi sebagai
berikut :
JURNAL KEGIATAN PENELITIAN SKRIPSI
Nama mahasiswa : Yuliana Yosefina Inuhan
Nomor mahasiswa : 17151009
Judul skripsi : Forgiveness dan Subjektif Well Being ( SWB) Pada Korban Bullying di
SMKN 1
Wulanggitang Flores Timur
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Mercu Buana Yogyakarta

No Hari/ Jenis kegiatan Keterangan Paraf


tanggal mahasiswa Guru BK
1 Senin, 9-05- Meminta ijin Terlaksana
2022 penelitian dan dengan baik
pengantaran surat
penelitian
2 Selasa,10;05- Observasi di kelas XI Terlaksana
2022 jurusan Perkebunan dengan baik
dan Kelas XI horti dan
pangan dan
pengumpulan data
siswa yang mengalami
bullying
3 Rabu, 11-05- Observasi di kelas X Terlaksana
2022 TKJ dan penyelidikan dengan baik
salah satu siswa yang
mengalami bullying

4 Kamis, 12-05- Pengumpulan dan Terlaksana


2022 penyelidikan 2 siswa dengan baik
yang mengalami
bullying melalui data
sekunder dari catatan
atau laporan guru BK
5 Jumat, 13-05- Pertemuan dengan 2 Terlaksana
2022 siswa korban bullying dengan baik
untuk menyampaikan
maksud dari penelitian
ini
6 Sabtu, 14-05- Melakukan Terlaksana
2022 wawancara bersama dengan baik
siswa pria yang
mengalami bullying
7 Senin, 16-05- Melakukan Terlaksana
2022 wawancara bersama dengan baik
siswa wanita yang
mengalami bullying
Selasa, 17-05- Pembahasan dan Terlaksana
8 2022 meminta informasi dengan baik
tambahan dari guru
BK

9 Rabu, 18-05- Mengambil data dan Terlaksana


2022 profil lokasi penelitian dengan baik

Kamis, 19-05- Pamit dan terima Terlaksana


10 2022 kasih kepada guru BK dengan baik
dan Kepala SMK
Negeri 1
Wulanggitang
Boru, 20 Mei 2022
Kepala SMK Negeri 1 Wulanggitang

DRS. Yakobus Milan Dawan

19691106 199801 1 002


Lampiran foto kegiatan

Foto 1: observasi kelas

Foto 2: observasi siswa korban bullying


Foto 3 : wawancara korban bullying pria

Foto 4 : wawancara korban bullying wanita


Foto 4 : pengambilan data profil sekolah
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penelitian merupakan suatu rangakian kegiatan dalam menjawab suatu
rancangan penyelidikan yang dilakukan . Bullying merupakan suatu perundungan
terhadap siswa yang lemah dan sering terjadi di sekolah. SMK Negeri 1
Wulanggitang merupakan salah satu sekolah yang tidak luput dari pristiwa bullying.
Bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang terdiri dari bullying verbal dan non verbal.
Bulliyng di SMK Negeri 1 Wulanggitang sering terjadi pada siswa yang memiliki
kekurangan pada fisik, maupun siswa yang memiliki latar belakang keluarga yang
bermasalah. Dari sample yang diambil terjadi proses saling memaafkan dari proses
bullying sebagai salah satu bentuk perdamaian yang diupayahkan oleh siswa sendiri
dan guru BP/BK maupun wali kelas. Dari adanya proses perdamian maka terjadilah
pristiwa forgiveness yang selanjutnya berakibat terpenuhnya subjetive well being
atau peningkatan kualitas hidup setelah mengalami perundungan
B. USUL DAN SARAN
Dalam penelitian ini peneliti menemukan banyak hal yang positif maupun
beberapa hal yang menjdi kekurangan semua pihak untuk mengatasi bullying. Oleh
karena itu peneliti memberikan usul saran sebagai berikut :
1. Perluh adanya pendekatan secara penuh dari semua pihak baik sekolah maupun
orang tua untuk mengatasi pristiwa bullying di sekolah
2. Guru BP dan juga wali kelas harus memiliki data siswa yang mengalami
perundungan sehingga bisa melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah
tersebut.
C. TERIMA KASIH
Dari kegiatan penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih sangat
berlimpah untuk pihak sekolah SMK Negeri 1 Wulanggitang yang sudah pengijinkan
dan membantuk peneliti dalam melakukan penelitian di sekolah ini. Peneliti juga
menyampaikan permohonan maaf jika selama penelitian ada kata atau ucapan salah
salah dan keliru dari peneliti. Sekali lagi peneliti minta maaf
DAFTAR PUSTAKA

Afiyani, I., Wiarsih, C., & Bramasta, D. (2019). Identifikasi Ciri-Ciri Perilaku Bullying dan
Solusi untuk Mengatasinya di Sekolah. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur, Vol 5 No 3, 21-
25.
Atmadja, K., & Kiswantomo, H. (2020). Hubungan antara komponen-komponen subjective-well
being dan internet addiction. Humanitas, Vol 4 No 1, 27-42.
Baier, D., Hong, J. S., Kliem, S., & Bergmann, M. C. (2019). Consequences of bullying on
adolescents’ mental health in Germany: Comparing face-to-face bullying and
cyberbullying. Journal of Child and Family Studies, 28(9), 2347-2357.
Biswas, T., Scott, J. G., Munir, K., Thomas, H. J., Huda, M. M., Hasan, M. M., ... & Mamun, A.
A. (2020). Global variation in the prevalence of bullying victimisation amongst adolescents:
Role of peer and parental supports. EClinicalMedicine, 20, 100276.
Borualogo, I. S., & Casas, F. (2021). Subjective well-being of bullied children in
Indonesia. Applied Research in Quality of Life, 16(2), 753-773.
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2019). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches. California: SAGE Publications
Crochick, J. L., & Crochick, N. (2017). Bullying, Prejudice and School Performance: A New
Approach. Cham: Springer.
Dewi, L., & Nasywa, N. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well being.
Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, 1(1), 54-62.
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S., Hall, N. (2018). Advances and open questions in the
science of subjective well-being. Collabra: Psychology, 4(1).
Diener, E., Pressman, S. D., Hunter, J., & Delgadillo-Chase, D. (2017). If, Why, and When
Subjective Well-Being Influences Health, and Future Needed Research. Applied
Psychology: Health and Well-Being, 9(2), 133–167.
Eriksen, I. M. (2018). The power of the word: students’ and school staff’s use of the established
bullying definition. Educational Research, 60(2), 157-170.
Fincham, F. D., & May, R. W. (2021). No type of forgiveness is an island: divine forgiveness,
self-forgiveness and interpersonal forgiveness. The Journal of Positive Psychology, 1-8.
Hardani., Andriani, H., Uatiawaty, J., Utami, E. F., Istiqomah, R. R., Fardanu, R.A., Sukmana,
D. J., & Aulia, N. H. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Ilmu
Hertinjung, W. S. (2013). Bentuk-bentuk Perilaku Bullying di Sekolah Dasar. Prosiding
Seminar Nasional Parenting, 450-458.
Hidayati, N. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. INSAN, 14(1), 41-48
Horner, S., Asher, Y., & Fireman, G. D. (2015). The impact and response to electronic bullying
and traditional bullying among adolescents. Computers in human behavior, 49, 288-295.
Indriana. (2012). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Subjective Well-Being Pada Remaja
Akhir. Skripsi, (Tidak dipublikasikan), Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Khasan, M. (2017). Perspektif Islam dan psikologi tentang pemaafan. At-Taqaddum, Vol 9 No
1, 69-94.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika
Kushlev, K., Drummond, D. M., & Diener, E. (2020). Subjective well‐being and Health
behaviors in 2.5 million Americans. Applied Psychology: Health and Well‐Being, 12(1),
166-187.
Lijo, K. J. (2018). Forgiveness: Definitions, perspectives, contexts and correlates. Journal of
Psychology & Psychotherapy, 8(3), 342.
Lorenz, O. (2018). Does commuting matter to subjective well-being? Journal of Transport
Geography, 66, 180–199.
Muntasiroh, L. (2019). Jenis-jenis Bullying dan Penanganannya di SD N Mangonharjo Kota
Semarang. Jurnal Sinektik, 2(1), 106-117
Nozaki, Y. (2019). Why do bullies matter?: The impacts of bullying involvement on
Adolescents' life satisfaction via an adaptive approach. Children and Youth Services
Review, 107, 104486.
Peterson, S. J., Van Tongeren, D. R., Womack, S. D., Hook, J. N., Davis, D. E., & Griffin, B. J.
(2017). The benefits of self-forgiveness on mental health: Evidence from correlational
and experimental research. The Journal of Positive Psychology, 12(2), 159-168.
Quintana-Orts, C., Rey, L. & Worthington, E. L. (2021). The Relationship Between
Forgiveness, Bullying, and Cyberbullying in Adolescence: A Systematic Review. Journal
of Trauma, Violence, and Abuse, Vol 22 No 3, 588-604.
Romo M. L. & Kelvin, E. A. (2016). Impact of bullying victimization on suicide and negative
health behaviors among adolescents in Latin America. Rev Panam Salud Publica, 40(5),
347–55.
Rosen, L. H., Scott, S. R., & DeOrnellas, K. (2017). An overview of school bullying. In L. H.
Rosen, K. DeOrnellas, & S. R. Scott (Eds.), Bullying in schools: Perspectives from
school staff, students, and parents (pp. 1–22). Palgrave Macmillan.
Rosita, T. (2018). Implikasi Terapi Forgiveness terhadap Well-Being Remaja yang Mengalami
Cyberbully. Quanta, Vol 2 No 3, 101-105.
Savahl, S., Montserrat, C., Casas, F., Adams, S., Tiliouine, H., Benninger, E., & Jackson, K.
(2019). Children's experiences of bullying victimization and the influence on their
subjective well‐being: A multinational comparison. Child development, 90(2), 414-431.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Septarianda, E., Malay, M. N., & Ulfah, K. (2020). Hubungan Forgiveness dengan Subjective
Well-Being pada Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Malahayati, 2(1).
Smith, P. K. (2016). Bullying: Definition, types, causes, consequences and intervention. Social
and Personality Psychology Compass, 10(9), 519-532.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulisrudatin, N. (2015). Kasus Bullying dalam Kalangan Pelajar (Suatu Tinjauan Kriminologi).
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma, Vol 5 No
2, 57-70.
Tahrir, T., Utami, A. C., & Ulfiah, U. (2019). Gambaran Memaafkan (Forgiveness) pada Korban
Bullying. Jurnal Penelitian Psikologi, 10(2), 13-25.
Vergara, G. A., Stewart, J. G., Cosby, E. A., Lincoln, S. H., & Auerbach, R. P. (2019). Non-
Suicidal self-injury and suicide in depressed Adolescents: Impact of peer victimization
and bullying. Journal of affective disorders, 245, 744-749.
Warsah, I. (2020). Forgiveness Viewed from Positive Psychology and Islam. Islamic Guidance
and Counseling Journal, 3(2), 108-121.
Worthington, E. L. (2020a). Understanding Forgiveness of Other People: Definitions, Theories,
and Processes. In Worthington, E. L. & Wade, N. G. (Eds.), Handbook of Forgiveness
2nd edition (pp 11-21). New York: Routeledge.
Worthington, E. L. (2020b). An Update of the REACH Forgiveness Model: Psychoeduation in
Groups, Do-It-Yourself Formats, Couple Enrichment, Religious Congregations, and as
an Adjunct to Psychotherapy. In Worthington, E. L. & Wade, N. G. (Eds.), Handbook of
Forgiveness 2nd edition (pp 277-287). New York: Routeledge.
Wulandari, I., & Megawati, F. E. (2020, January). The role of forgiveness on psychological
well-being in adolescents: A review. In 5th ASEAN Conference on Psychology,
Counselling, and Humanities (ACPCH 2019) (pp. 99-103). Atlantis Press.
Yin, X. Q., Wang, L. H., Zhang, G. D., Liang, X. B., Li, J., Zimmerman, M. A., & Wang, J. L.
(2017). The promotive effects of peer support and active coping on the relationship
between bullying victimization and depression among Chinese boarding
students. Psychiatry research, 256, 59-65.
Yuyarti. (2018). Mengatasi Bullying melalui Pendidikan Karakter. Jurnal Kreatif, Vol 9 No 1,
52-57.
Zhao, R. B., & Chang, Y.-C. (2019). Students' family support, peer relationships, and learning
motivation and teachers fairness have an influence on the victims of bullying in middle
school of Hong Kong. International Journal of Educational Methodology, 5(1), 97-107.
Zych, I., Ttofi, M. M., Llorent, V. J., Farrington, D. P., Ribeaud, D., & Eisner, M. P. (2020). A
longitudinal study on stability and transitions among bullying roles. Child
Development, 91(2), 527-545.

You might also like