Professional Documents
Culture Documents
Laporan Akir Penelitian
Laporan Akir Penelitian
Oleh
Yuliana yosefina Inuhan
17151009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera, dengan ini peneliti mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa karena telah melimpahkan rahmat serta kuasa-Nya sehingga peneliti
Timur” yang merupakan salah satu syarat dalam rangka menyesaikan tugas akhir untuk
mendapat gelar serjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang setulus tulusnya kepada berbagai pihak atas bantuan baik moril, material,
maupun spiritual yang telah diberikan selama berangsungnya proses penyusunan proposal
ini, kepada :
1. Ibu Dr. Alimatus Sahrah, M.Si.,MM, selaku Rektor Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Pendidikan
dan Konseling
7. Kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada
peneliti..
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
Peneliti sadar dalam penyusunan skripsi ini penuh dengan keterbatasan dan
kekurangan, namun besar harapan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Peneliti
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... II
KATA PENGANTAR...................................................................................................... III
DAFTAR ISI..................................................................................................................... V
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................4
C. Batasan Masalah ....................................................................................................4
D. Rumusan Masalah...................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian....................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian..................................................................................................5
BAB II7
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................7
A. Kajian Teori ...........................................................................................................7
1. Kajian tentang Bullying....................................................................................7
2. Kajian tentang Forgiveness.............................................................................14
3. Kajian Tentang Subjektive Well-Being...........................................................15
B. Kajian Tentang Penelitian yang Relevan ..............................................................20
C. Kerangka Berpikir.................................................................................................24
D. Pertanyaan Penelitian ...........................................................................................25
BAB III .............................................................................................................................27
METODE PENELITIAN .................................................................................................27
A. Jenis Penelitian .....................................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................27
D. Variabel Penelitian ...............................................................................................28
E. Teknik dan Instrumen Pengumpuan Data.............................................................28
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Remaja
perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013). Menurut King (2012) masa remaja merupakan
perkembangan masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja dimulai pada
usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi
dapat dikatakan sebagai kanak kanak, namun belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Masa remaja ditandai dengan pencarian identitas diri dan pencarian pola hidup yang
sesuai dengan metode coba-coba sehingga seringkali remaja mengalami beberapa kesalahan.
Kesalahan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan
Dewasa ini sering terjadi remaja yang melakukan beberapa permasalahan besar yang
bebas dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal
berupa krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, serta faktor eksternal berupa kurangnya
perhatian dan kasih sayang orang tua, minimnya pemahaman tentang keagamaan, adanya
permasalahan tersebut menunjukan suatu sikap yang tidak terpuji dan perbuatan yang super
interaktif yang akan berdampak ke arah negatif sehingga dapat menghancurkan masa
depannya.
Salah satu contoh permasalahan remaja saat ini adalah bullying, yaitu salah satu jenis
agresi yang meliputi niatan untuk mengganggu atau melukai seseorang yang kedudukannya
lebih lemah secara berulang (Rosen et al., 2017). Bullying merupakan masalah sosial di
kalangan anak-anak sekolah. Hampir setiap anak diperlakukan tidak baik oleh anak yang
lebih tua atau lebih kuat. Pada umumnya perilaku bullying dilakukan secara sembunyi-
sembunyi dan kebanyakan dari korban tidak lapor sehingga kurang ditindaklanjuti. Istilah
bullying atau biasa dikenal dengan bully kerap menjadi polemik atau bahan perbincangan
yang muncul di media masa dan media cetak. Berita yang dimuat biasanya berisi mengenai
kekerasan yang terjadi pada siswa sekolah yang memasuki awal masa remaja terutama siswa
sekolah menengah dan tak jarang pula terjadi di bangku sekolah dasar.
Sekolah ini. Kegiatan belajar mengajar setiap hari tidak luput dengan perilaku bullying.
Perilaku bullying yang sering dilakukan setiap hari beragam dari bullying verbal berupa
umpatan, hinaan dan makian, serta tak sering berujung pada intimidasi fisik seperti tawuran
dan lain-lain. Sedangkan pada media sosial berupa group kelas secara online, tak jarang
ditemukan perilaku bullying seperti hinaan dan makian serta umpatan yang diambil untuk
menjadi bahan lelucon dalam group. Menurut keterangan dari guru Bimbingan dan
Konseling (BK), di SMK Negeri 1 Wulanggitang sudah diterapkan berbagai tindakan untuk
mengatasi tindakan bullying seperti sikap menghargai teman sampai pada perdamaian antar
pelaku bullying dan korban. Selain itu, terdapat pemberian sangsi yang tegas berupa surat
pernyataan bagi siswa yang melakukan tindakan bullying yang dampaknya sangat
merugikan si korban. Walaupun sudah ada tindakan dari pihak sekolah untuk mengatasi
perilaku bullying namun masih sering ditemukan perilaku bullying baik itu di sekolah
maupun di dalam media sosial berupa group Whatsapp maupun group-group media sosial
lain.
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dalam kurun waktu
waktu 9 tahun dari 2011 sampai 2019 terdapat 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak
dan terdapat 2.473 laporan masalah bullying baik itu di pendidikan maupun sosial media.
Tren bullying ini terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data di atas, terlihat
bahwa masalah bullying adalah masalah yang sangat sering dilakukan oleh remaja. Efek dari
bullying tersebut adalah terbentuknya suatu pola kebiasaan yang dianggap wajar oleh para
remaja baik itu dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Selain itu, kurang
pekanya pihak-pihak terkait dalam melaporkan dan mengatasi masalah ini sehingga banyak
pelaku menurut frekuensi dilakukannya adalah bullying fisik dan non fisik. Bullying fisik
seperti dipukul, dicubit, dan didorong sedangkan bullying non fisik seperti dicemooh,
diumpat, digosipkan dan lain-lain. Masalah bullying dapat menyebabkan korban atau siswa
yang mengalami bullying menjadi takut baik itu secara mental dan psikis serta menyebabkan
korban atau siswa menjadi minder dalam pergaulan bersama teman-temannya. Kejadian
tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam mengembalikan tingkat kepercayaan diri dan
pemulihan psikis korban sehingga kejadian bullying yang menimpanya tidak berpengaruh
Penyelesaian masalah bullying antar pribadi baik dari pelaku maupun korban dan
merajut kembali hubungan keduanya yang telah hancur bukanlah hal yang sederhana. Salah
satu bentuk penyelesaian masalah bullying yaitu melalui proses pemaafan atau forgiveness.
perilaku bullying dari pelaku. Pemaafan merupakan karakter manusia yang mampu
memahami kesalahan orang lain, menghindari balas dendam, memelihara hubungan baik
dengan orang lain, dan berupaya menumbuhkan keselamatan dan kedamaian (Khasan,
2017). Forgiveness umumnya berfokus pada melepaskan emosi negatif yang dirasakan dan
Kesejahteraan batin pribadi atau yang dikenal dengan well-being dapat menciptakan kualitas
hidup seseorang dengan dinamika dan persoalan pribadi yang telah diatasi dan diterima oleh
pribadi seseorang. Kesejahteraan batin adalah situasi aman dan damai dimana seseorang
dapat mengontrol dan mengatasi semua persoalan hidupnya termasuk dengan persoalan
terhadap kualitas hidup seseorang berdasarkan perspektif orang tersebut (Diener et al.,
hidup yang dijalani melalui aspek kognitif yang terdiri dari kepuasan terhadap aspek tertentu
dalam hidup dan aspek afektif yang terdiri dri emosi positif maupun negatif (Lorenz, 2018).
Apabila seseorang memiliki subjective well-being yang tinggi, maka ia akan mampu
mengendalikan diri dan menyelesaikan berbagai kejadian dalam hidup dengan lebih
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Forgiveness dan Subjective Well-Being pada Korban
Bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang”. Saya memilih judul penelitian ini karena
sekolah.
B. Identifikasi masalah
Wulanggitang. Perilaku bullying yang sering dilakukan setiap hari beragam dari
bullying verbal berupa umpatan, hinaan dan makian, serta tak sering berujung pada
intimidasi fisik seperti tawuran dan lain-lain. Sedangkan pada media sosial, perilaku
bullying seperti hinaan dan makian serta umpatan menjadi bahan lelucon dalam
group kelas seperti pada whatsapp maupun group-group media sosial lain.
2. Masalah bullying dapat menyebabkan korban bullying menjadi takut dan mengalami
luka batin, baik secara mental dan psikis serta menyebabkan korban atau siswa
maka diperlukan suatu bentuk penyelesaian dari masalah bullying dengan tindakan
pemaafan dan subjective well-being yang tinggi sehingga korban bullying dapat
mengendalikan diri dan menyelesaikan berbagai kejadian dalam hidup dengan lebih
3. Perlunya edukasi mengenai forgiveness dan subjective well-being pada siswa yang
efektif, memiliki harapan hidup yang lebih baik, dan mampu meregulasi emosi dan
suasana hati.
Fokus pada penelitian ini adalah forgiveness dan subjective well-being pada korban
Wulanggitang?
Wulanggitang?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Wulanggitang.
2. Untuk mengetahui bentuk subjective well-being pada korban bullying di SMK Negeri
1 Wulanggitang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep dan teori yang
sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi universitas
b. Bagi pelajar
untuk para pelajar di lingkungan sekolah agar lebih memahami bahayanya masalah
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan informasi bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut serta mengenai forgiveness dan
d. Bagi guru BK
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup bagi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bullying
a. Pengertian Bullying
kesulitan untuk membela dirinya (Smith, 2016). Bullying adalah masalah serius
2018). Menurut Afiyani et al., (2019), bullying merupakan perilaku negatif yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali dengan tujuan
menyakiti orang lain secara mental dan fisik yang mengakibatkan orang lain merasa
sekelompok siswa dalam waktu lama terhadap orang lain yang tidak dapat membela
atau merugikan seseorang secara verbal, fisik, maupun psikologis. Perilaku yang
mempunyai pengaruh atau kekuatan yang lebih besar dari pada korban. Hal itu
Dalam proses bullying kita dapat mengetahui pembagian peran dalam proses
bullying yaitu:
1) Bully
2) Victim
Victim diartikan sebagai murid yang mengalami bullying. Victim umumnya
3) Bully/victim
4) Uninvolved
Dengan demikian, pembagian peran dalam proses bullying antara lain bully
(pelaku bullying), victim (korban bullying), bully/victim (pihak yang terlibat dalam
perilaku bullying, tetapi juga menjadi korban perilaku bullying) dan uninvolved
c. Bentuk-bentuk bullying
cyber bullying (Rosen et al., 2017). Bullying fisik adalah tindakan memukul dan
atau ejekan yang dilakukan baik secara lisan maupun tertulis. Perusakan properti
mengacu pada perilaku pelaku yang mengambil atau merusak barang milik
korbannya. Bullying sosial yaitu salah satu bentuk menyakiti status sosial maupun
relasional dan fisik. Sedangkan menurut versi korban, bentuk bullying yang paling
sering dialami adalah verbal, fisik, dan relasional. Bentuk bullying verbal meliputi
mengucilkan.
relasional dan fisik. Selain itu, salah satu bentuk bullying dapat digunakan untuk
berikut.
1) Faktor keluarga.
Pola pengasuhan yang keras dan minimnya kehangatan yang ditunjukkan
kontrol diri pada anak, hal tersebut dikarenakan anak mencontoh apa yang
dilakukan orang tua. Pola asuh permisif yang ditandai dengan minimnya
kontrol dari orang tua dan tingginya kehangatan yang diberikan juga
bullying.
Film, lagu, video game, dan media yang menampilkan kekerasan dapat
tersebut dan melakukan bullying. Selain itu, anak yang berperilaku agresif
perilaku antisosial.
3) Faktor psikologis
kemampuan kontrol diri yang rendah. Selain itu, pelaku bullying juga
1) Faktor psikologis
Anak yang memiliki kecenderungan untuk berperilaku pasif dan submisif
meregulasi diri. Perilaku provokatif dan agresif juga merupakan faktor risiko
2) Faktor sosial
3) Faktor fisik
Anak dengan kondisi fisik lemah memiliki risiko yang tinggi untuk
mengalami bullying. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak dan remaja
Bullying juga dapat terjadi karena interaksi dari berbagai faktor yang dapat
berasal dari pelaku, korban dan lingkungan dimana bullying tersebut terjadi.
Menurut Yuyarti (2018) faktor resiko anak korban bullying dapat terjadi
seperti lebih kurus, gemuk, tinggi atau pendek dibandingkan dengan yang
lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi yang tidak lazim,
4) Kurang popular dibandingkan dengan yang lain atau tidak memiliki banyak
teman.
1) Faktor internal, yakni faktor penyebab dari dalam diri remaja. Pada faktor ini
korban bullying tidak dapat mengenali dirinya sendiri, tidak ada kemauan
untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga belum menampakan
suatu usaha dari dalam diri untuk menjadi seseorang yang berperilaku baik,
bergaul dengan baik, dan mengontrol emosi diri dengan baik (Afiyani et al.,
2019).
2) Faktor eksternal, yakni faktor penyebab yang berasal dari luar remaja,
masyarakat.
antara lain internal dari dalam diri seseorang dan dari luar diri seseorang seperti
e. Jenis Bullying
1) Direct bullying atau perilaku bullying yang dapat dilihat dan paling
banyak terjadi. Direct bullying dapat bersifat verbal maupun fisik, seperti
Menurut Muntasiroh (2019) bullying dapat dibagi menjadi dua jenis yang
kurang pantas.
dalam beberapa jenis, antara lain secara fisik melalui kontak fisik, verbal melalui
sikap-sikap yang tersembunyi, dan cyber bullying atau elektronik melalui sarana
terlibat dalam perkelahian, melakukan hubungan seks yang tidak aman. Korban
bullying, baik bullying konvensional maupun bullying secara online, lebih sering
bullying (Horner et al., 2015). Bullying menjadi faktor risiko bunuh diri dan
memicu perilaku menyakiti diri sendiri pada remaja (Vergara et al., 2018).
kesehatan mental remaja yang menjadi korban bullying (Baier et al., 2018).
Bullying yang dilakukan oleh teman dan guru juga berhubungan dengan kesehatan
memiliki dampak negatif, baik bagi korban maupun pelaku. Dampak tersebut
Dukungan keluarga, dukungan sekolah, dan relasi teman sebaya mampu mencegah
hubungan dengan teman sebaya, dan keadilan guru memiliki pengaruh negatif
terhadap bullying yang terjadi di sekolah (Zhao & Chang, 2019). Dukungan
keluarga dan teman sebaya merupakan faktor protektif yang mampu mengatasi
dampak negatif dari bullying. Orang tua yang mampu memahami masalah yang
dialami anak dan meluangkan waktu bersama anak mampu menurunkan risiko
yang dialami korban bullying (Biswas et al., 2020). Dukungan dari teman sebaya
mampu menurunkan risiko depresi pada remaja yang tinggal di asrama dan
berperan penting dalam mengatasi efek negatif dari bullying. Dukungan dari
teman, guru, dan keluarga mampu meningkatkan kualitas hidup korban bullying
2. Forgiveness
a. Pengertian
untuk meninggalkan rasa dendam, penilaian negatif, dan perilaku acuh tak acuh
terhadap seseorang yang telah menyakiti serta menumbuhkan rasa belas kasih
menghindari balas dendam, memelihara hubungan baik dengan orang lain, dan
adalah proses yang dapat mengembalikan hubungan yang rusak dan meningkatkan
mengurangi rasa marah (Paramitasari & Alfian, 2012). Psikologi positif menyatakan
bahwa forgiveness memiliki manfaat pada individu, hubungan dengan orang lain,
b. Jenis-jenis forgiveness
menolak untuk memberi maaf. Terkadang, baik salah satu maupun kedua
dipertahankan.
pihak setuju dengan syarat tertentu. Proses ini umum dilakukan dan
tulus.
kepuasan seseorang terhadap hidup yang dijalani melalui aspek kognitif yang terdiri
dari kepuasan terhadap aspek tertentu dalam hidup dan aspek afektif yang terdiri
dari emosi positif maupun negatif (Lorenz, 2018). Menurut Nawijin dan Mitas
subjective well-being tak hanya berfokus pada dewasa, namun juga pada anak-anak.
Subjective well-being pada anak meliputi evaluasi kognitif dan afektif terhadap
yang berkaitan dengan tempat tinggal (Savahl et al., 2018). Optimisme atau
ekspektasi positif terhadap masa depan kerap dikaitkan dengan subjective well
being, begitu pula dengan kepuasan hidup (Diener et al., 2017). Subjective well
being memiliki kaitan yang erat dengan kebahagiaan, seseorang akan melakukan
berbagai cara agar merasa bahagia dalam menjalani hidup sehingga mencapai
merasakan dan berfikir tentang kehidupan mereka yang meliputi konsep seperti
dengan domain seperti perkawinan, pekerjaan dan tinggi rendahnya situasi emosi.
1) Komponen Kognitif
kehidupan mereka sesuai dengan harapan atau standar ideal yang dimiliki
2) Komponen Afektif
a) Positive Affect
emosi yang sementara seperti kesenangan dan juga mood atau emosi
yang memiliki jangka waktu lebih lama seperti ketenangan batin.
b) Negative Affect
Negative affect adalah emosi dan mood yang dirasakan individu ketika
dan juga mood yang memiliki jangka waktu lebih lama seperti depresi.
Komponen dari subjective well being terbagi menjadi tiga, yakni kepuasan
hidup dan afek (Kushlev et al., 2019). Masing-masing komponen dapat diuraikan
sebagai berikut.
seseorang.
2) Afek yang meliputi mood dan emosi dapat diartikan sebagai penilaian
seseorang terhadap apa yang terjadi dalam hidup. Afek dibagi menjadi
dua, yakni afek positif yang terdiri dari kebahagiaan, suka cita, dan rasa
kemarahan.
yang mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif yang dijalani dengan
baik.
1) Relasi sosial
romantis yang kuat memiliki subjective well being yang lebih tinggi.
3) Agama
Individu yang religius cenderung memiliki subjective well being yang lebih
4) Faktor demografis
atas 70 tahun. Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap subjective well being
masyarakat.
5) Kesehatan
subjective well being yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang secara
fisik kurang sehat. Beberapa penyakit, seperti stroke dan kanker mampu
menurunkan tingkat subjective well being.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah serangkaian teknik interpretatif yang dilakukan dengan cara
menjelaskan fenomena yang terjadi secara alami dalam dunia sosial berdasarkan deskripsi
kejadian, situasi dan interaksi antara orang-orang dan hal lain. Tujuan dari penelitian
data berdasarkan deskripsi kejadian, situasi, dan interaksi antara orang-orang dan hal lain
sehingga memberikan informasi secara mendalam dan juga terperinci (Cooper dan
Schindler, 2019). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik dari manusia, kejadian atau situasi yang menjadi fokus
B. Setting Penelitian
Setting penelitian adalah lingkungan, tempat yang direncanakan oleh peneliti untuk
dijadikan sebagai objek penelitian. Setting penelitian dalam penelitian ini diperlukan untuk
memperoleh data, informasi dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Setting
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa yang mengalami masalah bullying di di SMK
2. Lokasi Penelitian
3. Waktu penelitian
4. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian ini didasari oleh adanya masalah bullying yang terjadi pada
siswa sekolah menengah yang menyebabkan korban atau siswa yang mengalami
bullying menjadi takut baik itu secara mental dan psikis serta menyebabkan korban
diri dan pemulihan psikis korban sehingga diperlukan adanya penyelesaian pada
masalah bullying yang terjadi pada siswa. Hal tersebut menarik peneliti untuk
melakukan penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti mencari informasi dan keterangan
dari subjek penelitian mengenai persoalan yang ada pada rumusan masalah
penelitian.
C. Unit Analisis
Unit analisis merupakan salah satu komponen dari penelitian kualitatif. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah subjek yang akan diteliti kasusnya. Dengan demikian unit
analisis dalam penelitian ini adalah korban bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang.
D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.
1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data primer pada
penelitian ini diperoleh dari informan, yakni subjek penelitian dan significant others
dari subjek penelitian melalui wawancara dan data-data sumber yang diperoleh dari
observasi.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari kajian-kajian terdahulu atau sumber
tertulis seperti buku literatur, majalah ilmiah, sumber arsip atau dokumen dan jurnal
terkait dengan forgiveness dan subjective well-being pada korban bullying di sekolah.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah
dengan sumber data primer. Pengumpulan data merupakan proses mendapatkan data dari
subjek penelitian dengan menggunakan teknik tertentu. Beberapa teknik pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Cooper dan Schindler, 2019).
1. Observasi
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan
berkenaan dengan topik yang diteliti. Pengumpulan data melalui wawancara dalam
memandu urutan pertanyaan dan cara spesifik dalam memberikan pertanyaan namun
3. Dokumentasi
Data yang diambil dalam dokumentasi seperti dalam bentuk surat, foto, jurnal
kegiatan, dan dokumen digunakan untuk menggali informasi yang pernah terjadi.
Data dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan data tambahan sebagai
data pendukung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti yang menginterpretasikan data.
Alat-alat seperti pedoman observasi, pedoman wawancara, alat perekam, dan lainya hanya
sebatas alat bantu jika diperlukan (Hardani et al., 2020). Peneliti mengumpulkan data sendiri
responden secara langsung dan kemudian diinterpretasikan sesuai dengan teori yang
benar-benar merupakan penelitian ilmiah dan untuk menguji data yang diperoleh sehingga
data tersebut dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah. Uji keabsahan data
confirmability (Sugiyono, 2017). Penjabaran dari masing-masing uji keabsahan data sebagai
berikut:
1. Credibility
yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan
check.
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas atau kepercayaan
pada pengujian terhadap data yang diperoleh. Data yang diperoleh tersebut
apakah data yang telah dikumpulkan atau disajikan sudah benar atau belum.
c. Triangulasi
cara atau teknik, dan berbagai waktu. Terdapat beberapa macam triangulasi
yaitu:
1) Triangulasi Sumber
2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
benar.
3) Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
datanya.
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang
yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
mengubah temuannya.
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, data-data
Member check dilakukan untuk mengetahui informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksud sumber data
atau informan.
2. Transferability
3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa
penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.
4. Confirmability
penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati
oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil
penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
H. Analisis Data
Analisis data merupakan proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan dari hasil observasi dan bahan-bahan lain sehingga mudah
dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif dilakukan
apabila data yang diperoleh adalah data berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka serta
tidak dapat disusun dalam kategori atau struktur klasifikasi. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan
Huberman. Analisis model interaktif melalui tiga prosedur yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berikut merupakan penjabaran dari masing-
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi dengan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting yang sesuai dengan tema. Reduksi data
menulis memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi
yang tidak relevan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan
2. Penyajian data
data kualitatif dapat disajikan dalam bentuk teks naratif. Selain itu dapat juga berupa
bahasa nonverbal seperti bagan, matriks, diagram, tabel, grafik atau gambar. Data
fakta yang ada di lapangan. Pemaknaan tersebut untuk dapat menemukan pola serta
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan proses akhir dari analisis data
kualitatif serta merupakan hal yang paling penting dalam analisis data. Penarikan
kesimpulan berupa kegiatan interpretasi yaitu menemukan makna dari data yang
pola dan hubungan yang diteliti atau dengan membuat perbandingan. Peneliti
membandingkan data-data yang sudah didapat dari hasil wawancara dengan subjek
Pada bab ini di uraikan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian mencakup hal-hal
pokok dari hasil penelitian mulai dari pemaparan deskripsi mengenai sejarah singkat,
lingkungan fisik, lingkungan sosial,situasi pendidikan dan pengajaran,struktur organisasi,dan
keadaan guru dan siswa,untuk memperoleh gambaran umum SMK N 1 WULANGGITANG.
Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan pokok permasalahan dari skripsi ini yaitu adanya
bullying di SMK Negerui 1 Wulanggitang dan forgiveness serta subjektive well being sebagai
respon lanjutan dari pristiwa bullyng di SMK NEgeri 1 Wulanggitang.
SMK Negeri 1 Wulanggitang merupakan bagian dari Desa Boru yang memiliki
luas lahan sebesar 9 hektar dengan kondisi sekolah yang sangat strategis. Dikatakan strategis
karena berada di lokasi yang kurang padat penduduk sehingga proses belajar mengajar dan
aktivitas sekolah kurang adanya gangguan. Letak sekolah yang berada di depan jalan Trans
Flores mempermudah proses transportasi dan aktivitas sekolah. Dari tepi jalan terdapat lorong
masuk ke sekolah yang berjarak 15 meter yang mana terdapat lokasi parkir kendaraan siswa dan
guru. Di kiri dan kanan lorong sekolah terdapat taman dan kebun praktek siswa jurusan
agribisnis tanaman pangan dan horti. Setelah melewati tanam ada gedung kantor di dalam
gedung kantor terdapat ruangan kepala sekolah, ruangan tamu, ruangan bendahara, ruangan guru
mata pelajaran normatif, ruangan operator, ruangan BP/BK, ruangan fotocopy dan juga ruangan
olaraga. Di sebelah barat gedung kantor ter dapat gedung laboratorium komputer dan jaringan.
Dena dan desain bangunan SMK negeri 1 Wulanggitang sangatlah baik dan
strategis karena memiliki desain bentuk persegi yang ditengah-tengahnya terdapat lapangan. Hal
ini sangat menarik karena lapangan menjadi titik pusat atau sentral dari dari letak sekolah.
Setelah melewati gendung kantor terdapat pendopo dan juga d sisi kiri kanan pendopo ada
ruangan kelas. Di SMK Negeri 1 Wulanggitang sendiri terdapat 6 jurusan dan 18 kelas yang
terbagi menjadi kelas x terdapat 8 kelas, kelas XI terdapat 6 kelas dan kelas XII terdapat 6 kelas.
Di sebelah utara pendopo terdapat lapangan dan tanam, sedangkan di sisi utara lapangan
terdapat perpustakaan, gudang, lab ipa dan juga 2 ruangan kelas. Di sebelah utara gedung
pepustakaan terdapat kebun praktek siswa jurusan agribisnis tanaman perkebunan ( ATP).
Dari penjabaran mengani lokasi dan tata gedung sekolah dapat dilihat bahwa
keberadaan setiap fasilitas ruangan sudah cukup baik dan lengkap. Namun ada beberapa gedung
yang sudah sedikit rusak karena di bangun pada awal berdirinya SMK ini. Dari segi fasilitas alat
praktek sudah cukup baik sehingga bisa membantu keberlangsungan proses belajar mengajar.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa berjenis kelamin laki
laki lebih dominan dibandingkan dengan siswa perempuan. Hal ini sudah sangat jelas
menerangkan bahwa kebanyakan SMK yang ada di Kabupaten Flores Timur bahkan
Provinsi NTT lebih banyak minat siswa yang bersekolah di SMK adalah laki-laki. Hal
ini sejalan dengan kurikulum SMK yang 70% praktek dan 30 % teori hal ini jelas
menunjukan bahwa lebih banyak siswa SMK Negeri 1 Wulanggitang lebih banyak
berjenis kelamin laki laki karena lebih dominan ke praktek dan ingin membuka
lapangan pekerjaan setelah tamat.
Untuk jumlah siswa berdasarkan usia dapat kita lihat di tabel berikut
Tabel 4.2. jumlah peserta didik berdasarkan usia
Usia L P Total
< 6 tahun 0 0 0
6 - 12 tahun 0 0 0
13 - 15 tahun 11 7 18
16 - 20 tahun 222 122 344
> 20 tahun 10 1 11
Total 243 130 373
Agama L P Total
Islam 1 3 4
Kristen 0 0 0
Katholik 242 127 369
Hindu 0 0 0
Budha 0 0 0
Konghucu 0 0 0
Lainnya 0 0 0
Total 243 130 373
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa yang bersekolah di
SMKN 1 Wulanggitang adalah beragama katolik dengan jumlah siswa 369. Sedangkan
siswa beragama lain yaitu agama islam terdapat 4 siswa. Hal ini dikarenakan siswa
yang bersekolah di SMKN 1 Wulanggitang berasalh dari desa-desa sekitar kecamatan
Wulanggitang, kecamatan Titehena, dan Kecamatan Ilebura. Sedangkan ketiga
kecamatan tersebut penduduknya mayoritas beragama katolik.
Untuk jumlah siswa berdasarkan penghasilan orang tua dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.4 jumlah siswa berdasarkan penghasilan orang tua
Penghasilan L P Total
Tidak di isi 18 8 26
Kurang dari Rp. 500,000 193 102 295
Rp. 500,000 - Rp. 999,999 17 12 29
Rp. 1,000,000 - Rp. 1,999,999 7 7 14
Rp. 2,000,000 - Rp. 4,999,999 8 1 9
Rp. 5,000,000 - Rp. 20,000,000 0 0 0
Lebih dari Rp. 20,000,000 0 0 0
Total 243 130 373
Dari tabel di atas dapat menerangkan bahwa terdapat 295 siswa yang orang
tuanya berpenghasilan di bawah Rp. 500.000, 29 siswa yang orang tuanya
berpenghasilan berkisar antara Rp. 500.000- Rp. 999.999. sedangkan orang tua yang
berpenghasilan Rp.1.000.000- Rp. 1.999.999 memiliki siswa berjumlah 14 orang.
Terdapat juga 9 siswa yang orang tuanya berpenghasilan berkisar antara Rp.
2.000.000- 4.999.999. sedangkan 26 siswa lainnya tampa keterangan mengenai
penghasian orang tua mereka.bedasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa
mayoritas siswa SMKN 1 Wulanggitang memiliki orang tua yang berpenghasilan di
bawah UMR daerah Kabupaten Flores Timur. Hal ini singkron dengan mayoritas orang
tua siswa SMKN 1 wulanggitang Berprofesi atau bermata pencaharian sebagai petani
yang memiiki penghasilan pas-pasan.
Untuk jumlah siswa berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabe
berikut
Tabel 4.5 jumlah siswa berdasarkan tingkatan pendidikan
Pendidikan Jumlah
tertinggi PNS Non PPPK
PNS
D-III 1 3 -
S1 13 23 6
S2 - - -
Total 14 26 6
Total keseluruhan = 46
Dari tabel diatas dapat disimpulkan masih banyak guru yang berstatus
non PNS atau honor sekolah dengan jumlah guru 26 sedangkan guru PNS berjumlah
14 orang dan guru PPPK berjumlah 6 orang. Namun masih terdapat 4 guru yang masih
berstatus guru D-III dengan rincian 1 guru PNS dan 3 guru yang lain honor sekolah.
Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan kebijakan tentang Guru SMK minimal SI
dalam undang-undang No. 13 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal dan 9 serta
permendiknas No.16 tahun 2007.
d. Sarana dan Prasarana
Dalam upaya mendukung proses pembelajaran yang maksimal dan efektif
maka tidak hanya dilihat dari keberadaan tenaga pendidik dan kependidikan serta siswa
saja, tetapi juga ada hal penting lainnya yaitu sarana dan prasarana yang mendukung
proses belajar mengajar. Bayangkan saja hanya ada siswa dan guru tetapi tidak ada
sarana prasarana yang menunjang maka proses belajar mengajar akan menjadi pincang
. Adapun keadaan sarana dan Prasarana yang ada di SMK N 1 Wulanggitang dapat
dilihat sebagai berikut :
1) Tanah dan Halaman
SMK Negeri 1 Wulanggitang merupakan sekolah yang didirikan di
atas tanah milik PT. Relolara yang sudah diserahkan ke pihak sekolah pada
tahun 2009. Luas lahan SMKN 1 wulanggitang sebersar 9 Ha dengan rincian 5
Ha sudah disertifikatkan atas SMK Negeri 1 Wulanggitang dan 4 Ha masih
dalam proses pengsertifikasian . adapun status tanah SMKN 1 Wulanggitang
adalah hak milik pribadi SMK N 1 Wulanggitang.
2) Gedung sekolah
Bangunan SMK N 1 Wulanggitang secara umum dalam kondisi baik.
Saat ini sekolah dalam proses pembangunan 4 ruangan kelas tambahan untuk
mengantisipasi meningkatnya siswa pada tahun ajaran yang baru. Berikut ini
adaah keadaan gedung SMK Negeri 1 Wulanggitang.
Tabel 4.7 Ruangan di SMK Negeri 1 Wulanggitang
Lokal Keterangan
Sumber : Observasi di
Ruangan Kepala sekolah 1 ruang
SMKN 1 Wulanggitang
Ruangan tamu 1 ruang
Sarana dan
prasarana di Pendopo 1 ruang SMK Negeri 1
Wulanggitang cukup
Ruangan guru normatif/adaptif 1 ruang
memadai dalam menunjang
kegiatan atau Ruangan operetor 1 ruang proses belajar
mengajar. Hal ini ditunjukan
Ruangan BP/BK 1 ruang
dengan adanya fasilitas antara
lain 18 ruangan Ruangan Fotocopy 1 ruang kelas, 9
ruangan RPS, 2 ruangan
Ruangan Olaraga 1 ruang
gudang, 2 kantin, 12
ruangan WC, 3 ruangan
perpustakan, 6 Ruangan bendahara 1 ruang ruangan
laboratorim, ruangan
Ruangan TU 1 ruang
kepala sekolah, ruangan guru,
ruangan Lab komputer 3 ruang operator,
ruangan tamu, ruangan
Lab IPA 3 ruang
bendahara, ruangan
olaraga, Ruangan Kelas 18 ruang ruangan
BP/BK dan ruangan
Perpustakaan 3 ruang
fotocopy. Semua
ruangan masih Gudang 2 ruang dalam keadaan
baik dan layak untuk
RPS BKP 3 ruang
digunakan. Namun
terdapat ruang RPS ATPH 5 ruang guru yang
kelebihan kapasitas.
RPS TKRO 1 ruang
Dengan ruangan yang
agak kecil Kamar WC 12 ruang dibandingkan
dengan jumlah gurunya yang
Kantin 2 ruang
banyak sangat tidak nyaman dalam bagi para guru karena harus berdesak- desakan. Hal
itu mengakibatkan banyak guru menjadikan perpustakaan dan ruangan lain sebagai
ruangan mereka untuk bekerja diluar proses belajar mengajar. Sedangkan kekurangannya
adalah belum adanya ruangan UKS dan ruangan Lab kesenian untuk pengembangan
minat dan bakat.
Sedangkan untuk alat peraktek dalam RPS hanya ada satu jurusan yaitu jurusan
BKP yang peralatannya sangat lengkap. Diikuti jurusan teknik komputer dan jaringan
yang memiliki lab komputer dan peralatan komputer dan jurusan teknik otomotif yang
memiliki bengkel sendiri yang cukup lengkap dalam RPS. Sedangkan jurusan agribisnis
tanaman pangan horti, agribisnis tanaman perkebunan dan agribisnis ternak belum cukup
memadai dan sedang diupayakan. Ketiga jurusan ini hanya memiliki 1 RPS dengan
peralatan 1 buah traktor roda 2, 1 buah hand traktor, 1 buah alat tanam, dan peralatan-
peralatan lainnya yang menunjang proses praktek ketiga jurusan tersebut.
e. Program Ekstrakulikuler
Program ekstrakulikuler sebagai program pengembangan diri yang diikuti siswa
dan dilaksanakan di luar jam sekolah. Program pengembangan ini sesuai dengan kondisi,
keberadaan, dam kebutuhan siswa. Ekstrakuler ada yang bersifat wajib dan tidak wajib
namun di SMK Negeri 1 Wuanggitang semua ekstrakulikuler bersifat tak Wajib karena
lebih ditekankan pada praktek setiap jurusan pada kegiatan pembiasaan.
Adapun esktrakulikuler yang ada di SMKN 1 Wulanggitang antara lain, olaraga
futsal, bola kaki, dan bola volly, pramuka dan paduan suara. Untuk ekstrakulikuler
olaraga berlaku setiap hari pada pukul 15.00-16.30 wita. Sedangkan untuk
esktrakulikuler pramuka diadakan setiap hari kamis pada pukul 14.00-16.00, sedangkan
paduan suara berlaku hanya pada saat menjelang acara atau paduan suara di tempat
ibadat.
f. Pembiasaan Sekolah
Pembiasaan di sekolah sebagai salah satu sarana mewujudkan visi dan misi
sekolah serta mendukung program sekolah. Di SMK Negeri 1 Wulanggitang proses
belajar mengajar terjadi pada hari senin- hari jumat baik di dalam maupun diluar sekolah.
Sedangkan khusus untuk hari sabtu adalah kegiatan pembiasaan yang mana diisi dengan
kegiatan kejuruan yaitu praktek dengan guru produktif di RPS masing masing.Untuk
kegiatan apel bendera setiap hari Senin selalu dilakukan serta doa dan ibadat wajib
dilakukan setiap awal pelajaran dan akhir pelajaran . pembersihan lingkungan kelas dan
lingkungan sekolah dilakukan oleh petugas kebersihan dibantu dengan parah siswa.
Dari hasil penelitian tersebut maka saya lampirkan jurnal kegiatan dan dokumentasi sebagai
berikut :
JURNAL KEGIATAN PENELITIAN SKRIPSI
Nama mahasiswa : Yuliana Yosefina Inuhan
Nomor mahasiswa : 17151009
Judul skripsi : Forgiveness dan Subjektif Well Being ( SWB) Pada Korban Bullying di
SMKN 1
Wulanggitang Flores Timur
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Mercu Buana Yogyakarta
A. KESIMPULAN
Penelitian merupakan suatu rangakian kegiatan dalam menjawab suatu
rancangan penyelidikan yang dilakukan . Bullying merupakan suatu perundungan
terhadap siswa yang lemah dan sering terjadi di sekolah. SMK Negeri 1
Wulanggitang merupakan salah satu sekolah yang tidak luput dari pristiwa bullying.
Bullying di SMK Negeri 1 Wulanggitang terdiri dari bullying verbal dan non verbal.
Bulliyng di SMK Negeri 1 Wulanggitang sering terjadi pada siswa yang memiliki
kekurangan pada fisik, maupun siswa yang memiliki latar belakang keluarga yang
bermasalah. Dari sample yang diambil terjadi proses saling memaafkan dari proses
bullying sebagai salah satu bentuk perdamaian yang diupayahkan oleh siswa sendiri
dan guru BP/BK maupun wali kelas. Dari adanya proses perdamian maka terjadilah
pristiwa forgiveness yang selanjutnya berakibat terpenuhnya subjetive well being
atau peningkatan kualitas hidup setelah mengalami perundungan
B. USUL DAN SARAN
Dalam penelitian ini peneliti menemukan banyak hal yang positif maupun
beberapa hal yang menjdi kekurangan semua pihak untuk mengatasi bullying. Oleh
karena itu peneliti memberikan usul saran sebagai berikut :
1. Perluh adanya pendekatan secara penuh dari semua pihak baik sekolah maupun
orang tua untuk mengatasi pristiwa bullying di sekolah
2. Guru BP dan juga wali kelas harus memiliki data siswa yang mengalami
perundungan sehingga bisa melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah
tersebut.
C. TERIMA KASIH
Dari kegiatan penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih sangat
berlimpah untuk pihak sekolah SMK Negeri 1 Wulanggitang yang sudah pengijinkan
dan membantuk peneliti dalam melakukan penelitian di sekolah ini. Peneliti juga
menyampaikan permohonan maaf jika selama penelitian ada kata atau ucapan salah
salah dan keliru dari peneliti. Sekali lagi peneliti minta maaf
DAFTAR PUSTAKA
Afiyani, I., Wiarsih, C., & Bramasta, D. (2019). Identifikasi Ciri-Ciri Perilaku Bullying dan
Solusi untuk Mengatasinya di Sekolah. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur, Vol 5 No 3, 21-
25.
Atmadja, K., & Kiswantomo, H. (2020). Hubungan antara komponen-komponen subjective-well
being dan internet addiction. Humanitas, Vol 4 No 1, 27-42.
Baier, D., Hong, J. S., Kliem, S., & Bergmann, M. C. (2019). Consequences of bullying on
adolescents’ mental health in Germany: Comparing face-to-face bullying and
cyberbullying. Journal of Child and Family Studies, 28(9), 2347-2357.
Biswas, T., Scott, J. G., Munir, K., Thomas, H. J., Huda, M. M., Hasan, M. M., ... & Mamun, A.
A. (2020). Global variation in the prevalence of bullying victimisation amongst adolescents:
Role of peer and parental supports. EClinicalMedicine, 20, 100276.
Borualogo, I. S., & Casas, F. (2021). Subjective well-being of bullied children in
Indonesia. Applied Research in Quality of Life, 16(2), 753-773.
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2019). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches. California: SAGE Publications
Crochick, J. L., & Crochick, N. (2017). Bullying, Prejudice and School Performance: A New
Approach. Cham: Springer.
Dewi, L., & Nasywa, N. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well being.
Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, 1(1), 54-62.
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S., Hall, N. (2018). Advances and open questions in the
science of subjective well-being. Collabra: Psychology, 4(1).
Diener, E., Pressman, S. D., Hunter, J., & Delgadillo-Chase, D. (2017). If, Why, and When
Subjective Well-Being Influences Health, and Future Needed Research. Applied
Psychology: Health and Well-Being, 9(2), 133–167.
Eriksen, I. M. (2018). The power of the word: students’ and school staff’s use of the established
bullying definition. Educational Research, 60(2), 157-170.
Fincham, F. D., & May, R. W. (2021). No type of forgiveness is an island: divine forgiveness,
self-forgiveness and interpersonal forgiveness. The Journal of Positive Psychology, 1-8.
Hardani., Andriani, H., Uatiawaty, J., Utami, E. F., Istiqomah, R. R., Fardanu, R.A., Sukmana,
D. J., & Aulia, N. H. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Ilmu
Hertinjung, W. S. (2013). Bentuk-bentuk Perilaku Bullying di Sekolah Dasar. Prosiding
Seminar Nasional Parenting, 450-458.
Hidayati, N. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. INSAN, 14(1), 41-48
Horner, S., Asher, Y., & Fireman, G. D. (2015). The impact and response to electronic bullying
and traditional bullying among adolescents. Computers in human behavior, 49, 288-295.
Indriana. (2012). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Subjective Well-Being Pada Remaja
Akhir. Skripsi, (Tidak dipublikasikan), Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Khasan, M. (2017). Perspektif Islam dan psikologi tentang pemaafan. At-Taqaddum, Vol 9 No
1, 69-94.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika
Kushlev, K., Drummond, D. M., & Diener, E. (2020). Subjective well‐being and Health
behaviors in 2.5 million Americans. Applied Psychology: Health and Well‐Being, 12(1),
166-187.
Lijo, K. J. (2018). Forgiveness: Definitions, perspectives, contexts and correlates. Journal of
Psychology & Psychotherapy, 8(3), 342.
Lorenz, O. (2018). Does commuting matter to subjective well-being? Journal of Transport
Geography, 66, 180–199.
Muntasiroh, L. (2019). Jenis-jenis Bullying dan Penanganannya di SD N Mangonharjo Kota
Semarang. Jurnal Sinektik, 2(1), 106-117
Nozaki, Y. (2019). Why do bullies matter?: The impacts of bullying involvement on
Adolescents' life satisfaction via an adaptive approach. Children and Youth Services
Review, 107, 104486.
Peterson, S. J., Van Tongeren, D. R., Womack, S. D., Hook, J. N., Davis, D. E., & Griffin, B. J.
(2017). The benefits of self-forgiveness on mental health: Evidence from correlational
and experimental research. The Journal of Positive Psychology, 12(2), 159-168.
Quintana-Orts, C., Rey, L. & Worthington, E. L. (2021). The Relationship Between
Forgiveness, Bullying, and Cyberbullying in Adolescence: A Systematic Review. Journal
of Trauma, Violence, and Abuse, Vol 22 No 3, 588-604.
Romo M. L. & Kelvin, E. A. (2016). Impact of bullying victimization on suicide and negative
health behaviors among adolescents in Latin America. Rev Panam Salud Publica, 40(5),
347–55.
Rosen, L. H., Scott, S. R., & DeOrnellas, K. (2017). An overview of school bullying. In L. H.
Rosen, K. DeOrnellas, & S. R. Scott (Eds.), Bullying in schools: Perspectives from
school staff, students, and parents (pp. 1–22). Palgrave Macmillan.
Rosita, T. (2018). Implikasi Terapi Forgiveness terhadap Well-Being Remaja yang Mengalami
Cyberbully. Quanta, Vol 2 No 3, 101-105.
Savahl, S., Montserrat, C., Casas, F., Adams, S., Tiliouine, H., Benninger, E., & Jackson, K.
(2019). Children's experiences of bullying victimization and the influence on their
subjective well‐being: A multinational comparison. Child development, 90(2), 414-431.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Septarianda, E., Malay, M. N., & Ulfah, K. (2020). Hubungan Forgiveness dengan Subjective
Well-Being pada Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Malahayati, 2(1).
Smith, P. K. (2016). Bullying: Definition, types, causes, consequences and intervention. Social
and Personality Psychology Compass, 10(9), 519-532.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulisrudatin, N. (2015). Kasus Bullying dalam Kalangan Pelajar (Suatu Tinjauan Kriminologi).
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma, Vol 5 No
2, 57-70.
Tahrir, T., Utami, A. C., & Ulfiah, U. (2019). Gambaran Memaafkan (Forgiveness) pada Korban
Bullying. Jurnal Penelitian Psikologi, 10(2), 13-25.
Vergara, G. A., Stewart, J. G., Cosby, E. A., Lincoln, S. H., & Auerbach, R. P. (2019). Non-
Suicidal self-injury and suicide in depressed Adolescents: Impact of peer victimization
and bullying. Journal of affective disorders, 245, 744-749.
Warsah, I. (2020). Forgiveness Viewed from Positive Psychology and Islam. Islamic Guidance
and Counseling Journal, 3(2), 108-121.
Worthington, E. L. (2020a). Understanding Forgiveness of Other People: Definitions, Theories,
and Processes. In Worthington, E. L. & Wade, N. G. (Eds.), Handbook of Forgiveness
2nd edition (pp 11-21). New York: Routeledge.
Worthington, E. L. (2020b). An Update of the REACH Forgiveness Model: Psychoeduation in
Groups, Do-It-Yourself Formats, Couple Enrichment, Religious Congregations, and as
an Adjunct to Psychotherapy. In Worthington, E. L. & Wade, N. G. (Eds.), Handbook of
Forgiveness 2nd edition (pp 277-287). New York: Routeledge.
Wulandari, I., & Megawati, F. E. (2020, January). The role of forgiveness on psychological
well-being in adolescents: A review. In 5th ASEAN Conference on Psychology,
Counselling, and Humanities (ACPCH 2019) (pp. 99-103). Atlantis Press.
Yin, X. Q., Wang, L. H., Zhang, G. D., Liang, X. B., Li, J., Zimmerman, M. A., & Wang, J. L.
(2017). The promotive effects of peer support and active coping on the relationship
between bullying victimization and depression among Chinese boarding
students. Psychiatry research, 256, 59-65.
Yuyarti. (2018). Mengatasi Bullying melalui Pendidikan Karakter. Jurnal Kreatif, Vol 9 No 1,
52-57.
Zhao, R. B., & Chang, Y.-C. (2019). Students' family support, peer relationships, and learning
motivation and teachers fairness have an influence on the victims of bullying in middle
school of Hong Kong. International Journal of Educational Methodology, 5(1), 97-107.
Zych, I., Ttofi, M. M., Llorent, V. J., Farrington, D. P., Ribeaud, D., & Eisner, M. P. (2020). A
longitudinal study on stability and transitions among bullying roles. Child
Development, 91(2), 527-545.