Jurnal

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

GAMBARAN PEMBERIAN ACE INHIBITOR ATAU ANGIOTENSIN

RECEPTOR BLOCKER PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSUD ULIN


BANJARMASIN

Nurazizah Yunus1, Dwi Laksono Adiputro2, Agung Biworo3, Mohammad Rudiansyah4,


Oski Illiandri5

Program Studi Kedokteran Program Sarjana, Fakultas Kedokteran,


1

Universitas Lambung Mangkurat


2
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
3
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
4
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
5
Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: nrzzhyunus@gmail.com

Abstract: Heart failure is a clinical syndrome caused by impaired ventricular filling due to structural
damage to the structure and function of the myocardium. Heart failure is a global disease that affects at
least 26 million people worldwide and its prevalence is increasing. For the treatment of heart failure,
medical and non-medical therapy guidelines have been prepared as a guide and recommendation for
doctors in providing therapy. There are various classes of drugs given in the treatment of heart failure,
one of which is ACE Inhibitors and Angiotensin Receptor Blockers. The use of ACE inhibitors and
angiotensin receptor blockers from several large clinical trials is believed to improve symptoms, reduce
hospitalizations, and improve quality of life in heart failure patients. This study aims to describe the
administration of ACE Inhibitors or Angiotensin Receptor Blockers to Heart Failure Patients at Ulin
Hospital Banjarmasin. This research is a descriptive research. The research data is in the form of
outpatient medical records of heart failure patients at Ulin Hospital Banjarmasin for the period
February-July 2020. The data were collected using the total sampling method. The results showed that
the highest percentage of heart failure patients was 72.73% male and aged 19-59 years at 67.27%. Drug
therapy given from 165 samples showed that the most frequently administered drug was loop diuretic
drug 75.15%. The conclusion of this study is that the administration of the ACE inhibitor group of
23.03% was the most given ramipril 89.47%. The most giving of ARB group 52.73% is candesartan
98.85%.

Keywords: ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, heart failure

Abstrak: Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh gangguan pengisian ventrikel karena
terjadi kerusakan struktur pada stuktur dan fungsi miokardium. Gagal jantung termasuk penyakit global
yang mempengaruhi setidaknya 26 juta orang diseluruh dunia dan prevalensinya meningkat. Pengobatan
gagal jantung sudah disusun pedoman terapi medikamentosa maupun non medikamentosa sebagai
petunjuk dan rekomendasi bagi dokter dalam memberikan terapi. Ada berbagai golongan obat yang
diberikan dalam pengobatan gagal jantung, salah satunya adalah ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor
Blocker. Penggunaan ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker dari beberapa uji klinis besar
diyakini dapat memperbaiki gejala, mengurangi rawat inap, dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien
gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberian ACE Inhibitor atau Angiotensin
Receptor Blocker pada Pasien Gagal Jantung di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Data penelitian berupa rekam medik pasien gagal jantung rawat jalan di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Februari-Juli 2020. Data dikumpulkan dengan metode total sampling. Hasil
penelitian menunjukan persentase pasien gagal jantung yang terbanyak adalah laki-laki 72,73% dan
berusia 19-59 tahun sebesar 67,27%. Terapi obat yang diberikan dari 165 sampel menunjukan bahwa
pemberian obat yang paling sering diberikan adalah obat golongan loop diuretik 75,15%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pemberian golongan ACE inhibitor 23,03% yang paling banyak diberikan ramipril
89,47%. Pemberian golongan ARB 52,73% yang paling banyak yaitu candesartan 98.85%.
 
Kata-kata kunci: ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, gagal jantung

PENDAHULUAN adalah ACE Inhibitor, Angiotensin


Gagal jantung adalah sindrom klinis Receptor Blocker, diuretik dan beta bloker.4
yang disebabkan oleh gangguan pengisian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
ventrikel karena terjadi kerusakan pada gambaran pemberian ACE Inhibitor atau
struktur dan fungsi miokardium. Penyebab Angiotensin Receptor Blocker pada pasien
paling umum dari gagal jantung adalah gagal jantung. Hasil penelitian diharapkan
berkurangnya fungsi miokard ventrikel dapat membantu tatalaksana gagal jantung
kiri.1 yang lebih baik dan terarah.
Gagal jantung termasuk penyakit
global yang mempengaruhi setidaknya 26 METODE PENELITIAN
juta orang di seluruh dunia dan Metode penelitian yang digunakan dalam
prevalensinya meningkat. Saat ini 5,7 juta penelitian ini adalah deskriptif retrospektif
orang di AS menderita gagal jantung, tetapi dengan pengambilan sampel menggunakan
proyeksi ini mengkhawatirkan karena teknik total sampling. Sampel pada penelitian
ini adalah pasien gagal Jantung pada periode
diperkirakan pada tahun 2030 lebih dari 8
Februari - Juli 2020 yang tercatat dalam rekam
juta orang akan mengalami kondisi ini, medik dan mendapat penanganan di RSUD Ulin
yang mana terjadi peningkatan prevalensi Banjarmasin yang memenuhi kriteria inklusi dan
sebesar 46%.2 eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini
Data dari Riset Kesehatan Dasar adalah pasien gagal jantung yang dirawat jalan
(Riskesdas) Kementrian Kesehatan di poli jantung RSUD Ulin Banjarmasin pada
Indonesia pada tahun 2018, prevalensi periode Februari - Juli 2020. Data rekam medik
penyakit gagal jantung di Indonesia tertulis lengkap (nomor rekam medik, identitas
berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan pasien, hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar penunjang, diagnosis dan tatalaksana).
29.550 orang.3 Diagnosis gagal jantung dibuat oleh dokter
penanggungjawab di poli jantung dan dituliskan
Pengobatan gagal jantung sudah disusun
di rekam medik sebagai diagnosis akhir dan
pedoman terapi medikamentosa maupun non pasien yang memiliki nama ataupun nomor
medikamentosa sebagai petunjuk dan rekam medik yang sama saat berobat kembali
rekomendasi bagi dokter dalam memberikan hanya dihitung 1 kali untuk sampel. Seluruh
terapi. Beberapa pedoman seperti European data dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini
Society of Cardiology menyebutkan bahwa sudah memperoleh ethical clearance dari
pengobatan yang digunakan diantaranya Komisi Etik Penelitian FK ULM.
Merujuk Tabel-2 didapatkan pada
penelitian ini jenis obat yang diresepkan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk pasien gagal jantung terdiri dari
Pada penelitian ini didapatkan 165 diuretik, beta bloker, ACEI/ARB,
pasien gagal jantung yang dirawat jalan di antiplatelet, nitrat, antikoagulan, statin,
RSUD Ulin Banjarmasin. Karakteristik lansoprazole, amlodipine, digoxin,
pasien dapat dilihat di Tabel-1. Pada Tabel-2 amiodaron dan ivabradine. Hal ini sesuai
memperlihatkan riwayat terapi farmakologi dengan pedoman tatalaksana gagal jantung
pasien gagal jantung yang dirawat jalan di European Society of Cardiology (ESC).
RSUD Ulin Banjarmasin. Diuretik direkomendasikan untuk
Tabel-1 menunjukkan usia terbanyak mengurangi tanda dan gejala kongesti pada
pada kelompok dewasa (19-59 tahun) pasien gagal jantung.9 Diuretik bermanfaat
sebanyak 111 (67,27) pasien dan didominasi untuk mengendalikan gejala dan retensi
oleh pasien pria sebanyak 120 (72,73) cairan, akan tetapi diuretik saja tidak dapat
pasien. memperhatikan klinis stabilitas pasien
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian dengan gagal jantung untuk jangka waktu
Christiansen dkk5 yang mengatakan bahwa yang lama. Diuretik dapat dikombinasikan
kejadian gagal jantung meningkat di antara dengan ACE Inhibtor, beta blocker dan
pasien yang berusia 54 tahun, dengan digoxin dapat menurukan risiko
peningkatan yang sangat tajam diamati dekompensasi klinis. Furosemide memiliki
10

diantara pasien yang berusia 35 hingga 54 efek samping menyebabkan meningkatkan


tahun. Untuk pasien yang berusia >54 tahun, pengeluaran kalium. Hal itu yang
angka kejadian menurun dari waktu ke mengakibatkan kalium banyak keluar dari
waktu.5 Usia mempengaruhi angka kejadian tubuh sehingga menyebabkan hypokalemia
gagal jantung hal ini dikarenakan pada usia dimana efeknya terhadap pasien akan
tua fungsi jantung sudah mengalami merasa tidak berenergi. Furosemide biasa
penurunan dan terjadi perubahan-perubahan diberikan bersamaan dengan obat golongan
pada sistem kardiovaskular seperti diuretik hemat kalium dan suplemen kalium
penyempitan arteri oleh plak, dinding untuk menghindari hal diatas.11 ACE
jantung menebal, dan ruang bilik jantung Inhibitor bekerja dengan cara memblokade
mengecil.6 Pertambahan umur fungsi sistem RAA, dimana obat golongan
dikarakteristikkan dengan disfungsi ACE Inhibitor ini menekan efek
progresif dari organ tubuh dan berefek pada vasokonstriksi angiotensin II dalam susunan
kemampuan mempertahankan homeostasis.7 pembuluh darah sehingga mengurangi
Berdasarkan penggolongan jenis resistensi perifer total dalam tekanan darah,
kelamin kelamin yang mempunyai risiko menyebabkan netriuresis dan diuresis yang
tinggi untuk mengalami gagal jantung membantu efek penurunan takanan darah
adalah laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh dan membantu untuk mengembalikan edema
peranan hormon perempuan yaitu estrogen pulmonal sistemik dan remodeling jantung
yang bersifat memproteksi perempuan dari yang berperan pada gejala dan progresivitas
berbagai penyakit kardiovaskuler. Hal itu gagal jantung kronik. Akan tetapi
yang menyebabkan laki-laki rentan terhadap penggunaan obat ACE Inhibitor memiliki
penyakit gagal jantung pada usia 50 tahun efek samping berupa batuk kering yang
sedangkan pada perempuan pada usia lebih disebabkan peningkatan bradikinin.11 Obat
dari 65 tahun atau setelah menopause.8 ARB digunakan alternatif pada pasien yang
tidak dapat menoleransi ACE Inhibitor. Obat
ARB sendiri tidak memiliki efek samping
batuk kering tidak seperti obat ACE
Inhibitor. Sehingga penggunaan obat ARB
lebih banyak dari pada ACE Inhibitor.12
Tabel 1. Karakteristik Dasar Pasien Gagal Jantung yang Dirawat Jalan di Poli Jantung RSUD
Ulin Banjarmasin.
Karakteristik (n=165) Frekuensi (n) Persentase % Mean ± SD
Usia 55,21±11,41
Dewasa (19-59 tahun) 111 67.27%
Usia Tua (≥60 tahun) 54 32.73%
Jenis Kelamin
Laki-laki 120 72.73%
Perempuan 45 27.27%

Tabel 2. Terapi Farmakologi Pasien Gagal Jantung


Pemberian Obat Frekuensi (n) Persentase %
Diuretik
Diuretik Loop 124 75.15%
Hemat Kalium 85 51.52%
Tiazid 2 1.21%
Beta Blocker
Bisoprolol 117 70.91%
ACEI
Ramipril 34 20.61%
Lisinopril 4 2.42%
ARB
Candesartan 86 52.12%
Valsartan 1 0.61%
Antiplatelet
Clopidogrel 88 53.33%
Aspirin 18 10.91%
Aspilet 5 3.03%
Ticagrelor 3 1.82%
Nitrat
ISDN 36 21.82%
Nitrokaf 6 3.64%
Antikoagulan
Warfarin 31 18.79%
Statin
Atorvastatin 24 14.55%
Simvastatin 15 9.09%
Rosuvastatin 1 0.61%
Lansoprazole 30 18.18%
Amlodipine 9 5.45%
Digoxin 2 1.21%
Amiodaron 1 0.61%
Ivabradine 1 0.61%
Keterangan : ACEI = Angiotensin Converting Enzim Inhibitor, ARB = Angiontensin Receptor Blocker,
ISDN = Isosorbide Dinitrate.

Tabel 3. Gambaran Pasien Gagal Jantung seperti: peningkatan vasokonstriksi dan


yang Mendapat Terapi Angiotensin retensi natrium dan air yang berlebihan.
Converting Enzim Inhibitor (ACEI) (n=165) Efek yang menguntungkan dari ACE
Frekuens Persentase inhibitor mungkin juga sebagian dikaitkan
i (n) (%) dengan fakta bahwa ACE identik dengan
Mendapat enzim lain disebut kininase II yang
38 23.03%
ACEI bertanggung jawab untuk degradasi kinin.
Tidak Oleh memperlambat degradasi bradikinin,
mendapat 127 76.97%
ACE inhibitor memperpanjang efek
ACEI
vasodilatasi dan antitrofik yang
Jumlah 165 100.00%
menguntungkan. Namun, akumulasi
bradikinin di paru-paru mungkin
Merujuk pada tabel-3 didapatkan
menyebabkan efek samping batuk kering
pasien gagal jantung yang mendapat terapi
dan kemungkinan efek samping lain yang
ACE Inhibitor adalah sebanyak 23,03%.
memaksa beberapa pasien untuk
ACE inhibitor mempunyai efek
menghentikan pengobatan dengan ACE
kardioprotektif yang signifikan dan sangat
inhibitor. Hal tersebut yang mempengaruhi
berperan penting dalam menghambat proses
jenis vasodilator yang paling banyak
penyakit jantung dan pembuluh darah. ACE
digunakan saat ini di RSUD Ulin
inhibitor terpilih untuk hipertensi dengan
Banjarmasin yaitu ARB sebagai pengganti
gagal jantung kongestif.13
ACE inhibitor apabila terdapat keluhan
ACE Inhibitor mengurangi
batuk kering.16
morbiditas dan mortalitas dan meningkatkan
kualitas hidup pada pasien dengan gagal
Tabel-4 menunjukkan bahwa usia
jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
terbanyak yang mendapat terapi Angiotensin
Akan tetapi terlepas dari efek bermanfaat
Converting Enzim Inhibitor pada kelompok
yang ditunjukkan dengan baik dan jelas pada
dewasa (19-59tahun) dengan persentase
pedoman, kurang pemanfaatan ACE
73,68% dan didominasi oleh pasien laki-laki
Inhibitor untuk pasien seringkali
sebanyak 26 (68,42%) pasien. Dari
didapatkan.14 Hal ini kurang sesuai dengan
penelitian Mehta dkk17 didapatkan bahwa
penelitian yang dilakukan Arianda dkk15
tidak ada hubungan antara jenis kelamin
yang mengatakan bahwa persentase
dengan penggunaan Angiotensin Converting
pemberian ACE Inhibitor sebesar 53,9%.15
Enzyme Inhibitor (ACEI). Pengobatan gagal
ACE inhibitor diindikasikan sebagai
jantung yaitu ACE Inhibitor tidak
pengobatan lini pertama untuk gagal jantung
menemukan perbedaan jenis kelamin dalam
karena dalam uji klinis utama yang
penurunan angka kematian.17
mengevaluasi morbiditas dan mortalitas ace
Pemberian terapi ACE Inhibitor lebih
inhibitor diyakini mengurangi mortalitas
rendah pada usia lanjut, akan tetapi alasan
serta tingkat reinfarction dan rawat inap
frekuensi pengobatan ACE Inhibitor lebih
untuk gagal jantung.16
rendah pada usia lanjut saat ini belum
ACE inhibitor mencapai efek yang
mempunyai studi jelas. Dalam penelitian
menguntungkan dengan memblokir produksi
Gustafsson dkk18 komplikasi disgungsi
AII, sehingga menghambat efek biologisnya,
ginjal lebih sering terjadi pada wanita
disbanding pria, yang mana mungkin Inhibitor lebih rendah pada wanita
menjadi penyebab frekuensi yang lebih dibanding laki-laki.18
rendah dari pengobatan ACE Inhibitor pada
perempuan. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian ini bahwa pengobatan ACE
Tabel 4. Karakteristik Dasar Pasien Gagal Jantung yang Mendapat Terapi Angiotensin
Converting Enzim Inhibitor (ACEI) (n=38)
Karakteristik (n=38) Frekuensi (n) Persentase % Rerata ± SD
Usia 54,00±10,59
Dewasa (19-59 tahun) 28 73.68%
Usia Tua (≥60 tahun) 10 26.32%
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 68.42%
Perempuan 12 31.58%
Tabel 5. Gambaran Pemberian Jenis Dosis ACEI Frekuensi (%)
Angiotensin Converting Enzim Inhibitor Ramipril
(ACEI) pada Pasien Gagal Jantung di Poli 1,25 mg 1 2.94%
Jantung RSUD Ulin Banjarmasin (n=38) 2 mg 1 2.94%
Frekuensi Persentase 2,5 mg 10 29.41%
Nama Obat (n) (%) 22 64.71%
Tidak diketahui
Ramipril 34 89.47%
Lisinopril
Lisinopril 4 10.53%
Tidak diketahui 4 100.00%
Jumlah Obat
38 100.00%
ACEI
Tabel 6 memperlihatkan dosis
Tampak terlihat pada tabel 5 pemberian Angiotensin Converting Enzyme
didapatkan bahwa jenis golongan obat Inhibitor (ACEI) pada pasien gagal jantung
Angiotensin Converting Enzim Inhibitor yang dirawat jalan di poli jantung.
(ACEI) yang paling banyak adalah ramipril Pemberian Angiotensin Converting Enzyme
sebesar 89,47%. Berdasarkan pedoman Inhibitor (ACEI) ada 2 jenis obat, yang
European Society of Cardiology yang pertama ramipril 34 sampel dan Lisinopril 4
mengatakan bahwa terapi gagal jantung sampel. Pemberian dosis ramipril ada
yang menggunakan golongan obat beberapa yang ditemukan pada penelitian
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor yaitu, 1,25 mg dan 2 mg mendapat sekitar
(ACEI) adalah golongan ramipril dan 2,94%. Untuk dosis 2,5 mg sebesar 29,41%.
enalapril.19 Berbeda dengan penelitian yang Sedangkan, pemberian ramipril dengan
dilakukan Mingqiang dkk20 yang dosis tidak diketahui atau tercatat dalam
mengatakan bahwa ramipril bukan menjadi rekam medik sebesar 64,71%. Pemberian
golongan Angiotensin Converting Enzyme ramipril tidak diketahui untuk dosis
Inhibitor (ACEI) terbanyak melainkan obat penggunaannya. Dosis tidak diketahui dalam
lisinopril yang menjadi obat terbanyak penelitian ini dikarenakan sebagaian dosis
digunakan. 20 obat ACE Inhibitor tidak tercatat di rekam
ACE Inhibitor telah terbukti medik pasien. Untuk dosis awal ramipril
mengurangi kematian di berbagai pasien adalah 2,5 mg.23
dengan gagal jantung sistolik simtomatik Tabel 7. Gambaran Pasien Gagal Jantung
kronis yang disebabkan oleh disfungsi yang Mendapat Terapi Angiotensin
sistolik ventrikel kiri. Ramipril telah terbukti Receptor Blocker (ARB) (n=165)
Persentase
mengurangi angka kematian dan juga Frekuensi (n)
(%)
mengurangi angka gagal jantung.21,22 Mendapat
Tabel 6. Dosis Pemberian Jenis Angiotensin 87 52.73%
ARB
Converting Enzim Inhibitor (ACEI) pada Tidak
Pasien Gagal Jantung di Poli Jantung RSUD mendapat 78 47.27%
Ulin Banjarmasin. ARB
Jumlah 165 100.00% Receptor Blocker pada kelompok dewasa
(19-59tahun) dengan persentase 64,37% dan
Merujuk pada tabel 5.3 didapatkan didominasi oleh pasien laki-laki sebanyak
pasien gagal jantung yang mendapat terapi 68 (78,16%). Pasien gagal jantung yang
ARB adalah sebanyak 52,73%. Angiotensin mendapat terapi ARB terbanyak pada
receptor blocker (ARB), dikembangkan kelompok dewasa yaitu pada umur 19-59
untuk menghambat RAS dan sehingga tahun sejalan dengan penelitian yang
memberikan pendekatan terapeutik yang dilakukan dikarenakan prevalensi pasien
berpotensi menguntungkan untuk dengan diagnosis gagal jantung paling
pengobatan gagal jantung. Blokade renin banyak berada pada rentan usia 19-59 tahun.
angiotensin sistem dengan ARB dicapai Sama halnya dengan jenis kelamin,
dengan menghambat pengikatan AII ke terbanyak pada laki-laki sebesar 78,16%
reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1), yang karena pada prevalensi data gagal jantung
diyakini mengurangi efek kardiovaskular yang didapatkan laki-laki terbanyak yang
berbahaya dari agiotensin II. ARB diyakini terdiagnosis gagal jantung. Ada banyak
memberikan cara yang lebih efektif blokade bukti yang mengatakan bahwa usia lanjut
RAS daripada yang dimungkinkan dengan adalah salah satu hal yang penting dari
ACE inhibitor karena blokade ini pada pengurangan manfaat obat.24
tingkat reseptor tidak tergantung pada jalur Pada penelitian Muntwyler dkk24
pembentukan AII. Selain itu, kelas obat ini didapatkan bahwa tidak ditemukan
memungkinkan AII yang dipindahkan untuk perbedaan antara jenis kelamin pemberian
terus mengikat angiotensin II reseptor tipe II terapi ARB pada pasien gagal jantung.24
(AT2) yang tidak diblok oleh ARB. Sejak Pada penelitian Ghali dkk25 mengatakan
AT2 reseptor diyakini dapat memberikan bahwa wanita yang diberikan resep ARB
efek vasodilatasi dan antitrofik yang memiliki kelangsungan hidup yang lebih
menguntungkan, stimulasi reseptor AT2 baik dibandingkan dengan wanita yang
yang tidak dilawan ini dapat memberikan diberi ACE Inhibitor. Yang mana bisa
keuntungan teoretis dengan ARB dikatakan bahwa wanita dengan gagal
dibandingkan ACE inhibitor. Selanjutnya, jantung dapat merespon lebih baik terhadap
ARB mungkin lebih baik ditoleransi karena ARB daripada ACE Inhibitor. Secara
mereka tidak mengganggu degradasi teoreris, pengaruh ARB yang berpotensi
bradikinin yaitu bertanggung jawab untuk lebih mengutungkan pada wanita terkait
batuk dan kemungkinan efek samping lain dengan efek modulasi estrogen pada
dari ACE inhibitor. Terlepas dari manfaat reseptor angiotensin II. Penjelasan yang lain
teoretisnya, beberapa pedoman praktik klinis bahwa wanita lebih sering menghentikan
merekomendasikan ARB hanya pada pasien ACE Inhibitor daripada pria karena insiden
yang tidak toleran terhadap ACE karena: batuk yang lebih tinggi.25
bukti uji klinis efektivitasnya pada pasien
gagal jantung kurang kuat namun ARB
masih banyak diresepkan.16

Tabel-8 menunjukkan bahwa usia


terbanyak yang mendapat terapi Angiotensin
Tabel 8. Karakteristik Dasar Pasien Gagal Jantung yang Mendapat Terapi Angiotensin Receptor
Blocker(ARB) (n=87)
Karakteristik (n=87) Frekuensi (n) Persentase % Rerata ± SD
Usia 55,05±11,97
Dewasa (19-59
56 64.37%
tahun)
Usia Tua (≥60 tahun) 31 35.63%
Jenis Kelamin
Laki-laki 68 78.16%
Perempuan 19 21.84%

Tabel 9. Gambaran Pemberian Jenis Candesartan


Angiotensin Receptor Blocker (ARB) pada 4 9 10.47%
Pasien Gagal Jantung di Poli Jantung RSUD 8 9 10.47%
Ulin Banjarmasin (n=87) 16 10 11.63%
Frekuensi Persentase Tidak diketahui 58 67.44%
Nama Obat
(n) (%)
Valsartan
Candesartan 86 98.85%
Tidak diketahui 1 100.00%
Valsartan 1 1.15%
Jumlah Obat
87 100.00% Tabel-10 memperlihatkan dosis
ARB
pemberian ARB pada pasien gagal jantung
Merujuk pada tabel 9 didapatkan yang dirawat jalan di poli jantung.
bahwa jenis golongan obat Angiotensin Pemberian ARB ada 2 jenis obat, yang
Receptor Blocker (ARB) yang paling pertama candesartan 86 sampel dan
banyak adalah candesartan sebesar 98,85%. Valsartan 1 sampel. Pemberian dosis
Candesartan mengurangi kematian candesartan ada beberapa yang ditemukan
mendadak dan kematian akibat gagal pada penelitian yaitu, 4 mg dan 8 mg
jantung yang memburuk pada pasien dengan mendapat sekitar 10,47%. Untuk dosis 16
gagal jantung simtomatik, meskipun mg sebesar 11,63%. Sedangkan, pemberian
pengurangan ini paling jelas pada pasien candesartan dengan dosis tidak diketahui
dengan disfungsi sistolik.26 Pengobatan atau tercatat dalam rekam medik sebesar
dengan candesartan penghambat reseptor 67,44%. Pemberian valsartan tidak diketahui
angiotensin mengurangi kejadian fibrilasi untuk dosis penggunaannya. Dosis tidak
atrium pada gagal jantung.27 diketahui dalam penelitian ini dikarenakan
Candesartan secara signifikan sebagaian dosis obat Angiotensin Receptor
mengurangi kardiovaskular mortalitas dan Blocker tidak tercatat di rekam medik
morbiditas pada pasien gagal jantung. Ada pasien. Dosis awal candesartan adalah 4 mg
manfaat yang jelas dari candesartan pada untuk 80% pasien dengan dosis harian
pasien yang tidak dapat menolerir ACE adalah 24 mg. Pada kunjungan 6 bulan, 63%
Inhibitor. Pengobatan candesartan pasien telah dititrasi dengan dosis target 32
mengurangi kematian dan juga penghambat mg sekali sehari.28
RAAS memiliki efek perncegahan terhadap
perkembangan diabetes mellitus.28 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini
Tabel 10. Dosis Pemberian Jenis menunjukkan pemberian obat Angiotensin
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) pada Converting Enzym (ACEI) pada pasien
Pasien Gagal Jantung yang di Poli Jantung gagal jantung sebanyak 23,03%. Usia
RSUD Ulin Banjarmasin. terbanyak pasien gagal jantung yang
Dosis Obat ARB Frekuensi (%) mendapat terapi Angiotensin Converting
Enzym pada umunya berusia 19-59 tahun images/download/laporan/RKD/
(73,68%) dan berjenis kelamin laki-laki 2018/
(68,42%). Golongan ACE Inhibitor paling Laporan_Nasional_RKD2018_FINA
banyak yaitu ramipril dengan persentase L.pdf
89,47%. Sedangkan, pemberian Angiotensin 4. Baumgartner H, De Backer J, Babu-
Receptor Blocker (ARB) pada pasien gagal Narayan S V., Et Al. 2020 ESC
jantung sebanyak 52,73%. Usia terbanyak Guidelines For The Management Of
pasien gagal jantung yang mendapat terapi Adult Congenital Heart Disease. Eur
Angiotensin Receptor Blocker pada umunya Heart J. 2021;42(6):563-645.
berusia 19-59 tahun (64,37%) dan berjenis Doi:10.1093/Eurheartj/Ehaa554
kelamin laki-laki (78,16). Golongan ARB 5. Christiansen MN, Køber L, Weeke P,
paling banyak yaitu candesartan dengan et al. Age-Specific Trends in
persentase 98,85%. Incidence, Mortality, and
Saran pada penelitian ini yaitu perlu Comorbidities of Heart Failure in
dilakukan penelitian lanjut yang Denmark, 1995 to 2012. Circulation.
berhubungan dengan pemberian ACE 2017;135(13):1214-1223.
Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.11
pada Pasien Gagal Jantung. Hasil 6.025941
anamnesis, pemeriksaan fisik dan 6. Fachrunnisa, Nurchayati S,
tatalaksana pasien selama dirawat di rumah Arneliwati. Faktor-Faktor Yang
sakit hendaknya tercatat rapi dan detail di Berhubungan Dengan Kualitas Tidur
rekam medik, sehingga dapat diperoleh tata Pada Pasien Congestive Heart
laksana yang lengkap pada pasien gagal Failure. 2015;2(2).
jantung. Pemberian terapi farmakologi 7. Harigustian Y, Dewi A, Khoiriyati A.
berupa ACE Inhibitor atau Angiotensin Gambaran Karakteristik Pasien Gagal
Receptor Blocker dengan dosis optimal Jantung Usia 45 – 65 Tahun Di
sangat bermanfaat bagi pasien gagal jantung Rumah Sakit Pku Muhammadiyah
sehingga perlu dipertimbangkan kecuali Gamping Sleman. Indones J Nurs
terdapat kontraindikasi atau gejala Pract. 2016;1(1):55-60.
intoleransi. doi:10.18196/ijnp.1152
8. Hamzah R. Jantung Di Rs Pku
DAFTAR PUSTAKA Muhammadiyah. 2016;(Hubungan
1. Inamdar AA, Inamdar AC. Clinical Usia Dan Jenis Kelamin Dengan
Medicine Heart Failure: Diagnosis, Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal
Management And Utilization. Jantung Di Rs Pku Muhammadiyah
Published Online 2016. Yogyakarta):1.
Doi:10.3390/Jcm5070062 9. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD,
2. Savarese G, Lund LH. Global Public et al. 2016 ESC Guidelines for the
Health Burden of Heart Failure. diagnosis and treatment of acute and
2017;3(1):7-11. chronic heart failure. Eur Heart J.
doi:10.15420/cfr.2016:25:2 2016;37(27):2129-2200m.
3. Kemenkes RI . Laporan Nasional doi:10.1093/eurheartj/ehw128
RKD2018_FINAL.pdf. Badan 10. Faris RF, Flather M, Purcell H,
Penelit dan Pengemb Kesehat. Poole-Wilson PA, Coats AJ. Diuretics
Published online 2018:198. For Heart Failure. Cochrane
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/ Database Syst Rev. 2016;2016(4).
Doi:10.1002/14651858.CD003838.Pu doi:10.1136/hrt.2005.070342
b4 18. Gustafsson F, Torp-Pedersen C,
11. Karmila Ry, Andrie M, Prof J, Hadari Burchardt H, et al. Female sex is
H, Pontianak N. Gambaran associated with a better long-term
Penggunaan Obat Angiotensin Ii survival in patients hospitalized with
Receptor Blocker Pada Pasien Gagal congestive heart failure. Eur Heart J.
Jantung Rawat Inap Di Rsud Sultan 2004;25(2):129-135.
Syarif Mohamad Alkadrie Kota doi:10.1016/j.ehj.2003.10.003
Pontianak. 19. Ouwerkerk W, Voors AA, Anker SD,
12. I Gde Raka Widiana. Prinsip Terapi et al. Determinants and clinical
Obat Kombinasi Pada Hipertensi. outcome of uptitration of ACE-
13. Luthfi M, Aziz S, Kusumastuti E. inhibitors and beta-blockers in
Rasionalitas Penggunaan ACE patients with heart failure: A
Inhibitor Pada Penderita Hipertensi prospective European study. Eur
Di Bagian Penyakit Dalam RSUD Heart J. 2017;38(24):1883-1890.
Kayuagung Dan RSMH Palembang. doi:10.1093/eurheartj/ehx026
Biomed J Indones. 2018;4(2):67-75. 20. Fu M, Zhou J, Sun A, et al. Efficacy
Http://E- of ACE inhibitors in chronic heart
Resources.Perpusnas.Go.Id:2048/ failure with preserved ejection
Login?Url=Http:// fraction - A meta analysis of 7
Search.Ebscohost.Com/Login.Aspx? prospective clinical studies. Int J
Direct=True&Db=Edsdoj&AN=Edsd Cardiol. 2012;155(1):33-38.
oj.218808779c2429794f7b9a401f599 doi:10.1016/j.ijcard.2011.01.081
dc&Site=Eds-Live 21. Arnold JMO, Yusuf S, Young J, et al.
14. Qian Q, Manning DM, Ou N, et al. Prevention of Heart Failure in
ACEi/ARB for systolic heart failure: Patients in the Heart Outcomes
Closing the quality gap with a Prevention Evaluation ( HOPE )
sustainable intervention at an Study. Published online 2003:1284-
academic medical center. J Hosp 1290.
Med. 2011;6(3):156-160. doi:10.1161/01.CIR.0000054165.930
doi:10.1002/jhm.803 55.42
15. Hasya Arianda R, Uddin I, Sofia Sn. 22. England TN. Effect of Ramipril on
Media Medika Muda Gambaran Cardiovascular Events in High-Risk
Peresepan Ace Inhibitor Pada Pasien Patients. N Engl J Med.
Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Di 2000;343(1):64-66.
Rsup Dr Kariadi Semarang Periode doi:10.1056/nejm200007063430113
Januari-Desember 2013. Vol 4.; 23. Hopper I, Easton K. Chronic heart
2015. failure. 2017;40(4):128-136.
16. Moukarbel G V. Angiotensin receptor 24. Muntwyler J, Cohen-solal A,
blockers for heart failure. Hear Fail Freemantle N, Eastaugh J, Cleland
Second Ed. 2012;(4):341-352. JG, Follath F. Relation of sex , age
doi:10.1002/14651858.cd003040 and concomitant diseases to drug
17. Mehta PA, Cowie MR. Gender and prescription for heart failure in
heart failure: A population primary care in Europe. 2004;6:663-
perspective. Heart. 2006;92(SUPPL. 668.
3):14-19. doi:10.1016/j.ejheart.2004.03.011
25. Rev E, Ther C, Lindenfeld J. Sex
differences in response to chronic
heart failure therapies. Published
online 2008:555-565.
26. Solomon SD, Wang D, Finn P, et al.
Effect of candesartan on cause-
specific mortality in heart failure
patients: The Candesartan in Heart
failure Assessment of Reduction in
Mortality and morbidity (CHARM)
program. Circulation.
2004;110(15):2180-2183.
doi:10.1161/01.CIR.0000144474.659
22.AA
27. Ducharme A, Swedberg K, Pfeffer
MA, et al. Prevention of atrial
fibrillation in patients with
symptomatic chronic heart failure by
candesartan in the Candesartan in
Heart failure: Assessment of
Reduction in Mortality and morbidity
(CHARM) program. Am Heart J.
2006;152(1):86-92.
doi:10.1016/j.ahj.2005.06.036
28. Jan BO. Angiotensin receptor
blockade with candesartan in heart
failure : findings from the
Candesartan in Heart failure —
Assessment of Reduction in Mortality
and morbidity ( CHARM )
programme. :3-7.

You might also like