Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Prosiding Hubungan Masyarakat ISSN: 2460-6510

Citra Ekspresif Trend “Gaya Bahasa Anak Jaksel”


(Studi Fenomenologi Citra Ekspresif Trend “Gaya Bahasa Anak Jaksel”di kalangan
Mahasiswa Bandung)
Expressive Image Trend "South Jakarta Children's Language Style":
(Phenomenology Study of Expressive Image Trend of "South Jakarta Children's
Language Style" among Bandung Students)
1
Riva Damayanti, 2Erik Setiawan
1,2
Prodi IlmuHubungan Masyarakat, FakultasIlmuKomunikasi, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1rvdmynt04@gmail.com,2erik.setiawan@unisba.ac.id

Abstract. The rise of the use of "South Jakarta Children's Language Style" outside the Jakarta area,
especially among young people in the city of Bandung, can be said because of speakers who move to
Bandung. The presence of social media that reviews about this linguistic phenomenon, supports the
formation of popular culture among young people. Based on these phenomena, the problems in this study
are formulated as follows: (1) What are the motives (2) What is the meaning of the Expressive Image Trend
of "South Jakarta Children's Language Style" among Bandung students ?. This research method is
phenomenology, with a qualitative research approach. Data collection techniques used in this study were
field observations andin-depth interviews. The results of the study, obtained a description that: (1) The
motives of language speakers in past experience (because of motive); because it follows AIESEC, follows
English-language activities, is educated by parents from an early age, influenced by the environment,
International-based education. There are also future motives (In-order-to-motive);so that people are more
aware of speaking English, for existence, for mingles, so as not to forget English, totrigger people who speak
English. (2) The meaning of the speakers for; forming characteristics, forming self-image (well-known and
well-educated), emphasizing social status, showing equality of groups. So as to grow the figure of a leader
in the context of language in a group.
Keywords: Keywords: Trend of "South Jakarta Children's Language Style", Motive, Meaning,
Expressive Image.

Abstrak. Maraknya penggunaan “Gaya Bahasa Anak Jaksel” di luar daerah Jakarta khususnya di kalangan
anak muda kota Bandung, dapat dikatakan karena adanya penutur yang bergerak ke Bandung. Kehadiran
media sosial yang mengulas tentang fenomena kebahasaan ini, mendukung terbentuknya budaya popular di
kalangan anak muda. Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: (1) Bagaimana motif (2) Bagaimana makna Citra Ekspresif Trend ”Gaya Bahasa Anak
Jaksel” di kalangan mahasiswa Bandung?. Metode penelitian ini adalah fenomenologi, dengan jenis
penelitian pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi lapangan dan wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian, diperoleh gambaran
bahwa: (1) Motif para penutur bahasa dalam pengalaman masa lalu (because motive); karena mengikuti
AIESEC, mengikuti kegiatan berbahasa Inggris, didikan orang tua sejak dini, terpengaruh lingkungan,
pendidikan berbasis Internasional. Ada pula motif masa datang (In-order-to-motive);agar orang-orang lebih
aware berbahasa inggris, untuk eksistensi, untuk mingle, agar tak lupa bahasa inggris, untuk nge-trigger
orang-orang berbahasa Inggris. (2) Makna para penutur untuk; membentuk ciri khas, membentuk citra diri
(terkenal dan berpendidikan baik), mempertegas status sosial, menunjukan kesetaraan kelompok. Sehingga
menumbuhkan sosok pemimpin dalam konteks berbahasa dalam suatu kelompok.
Kata Kunci: Kata kunci: Trend “Gaya Bahasa Anak Jaksel”, Motif, Makna, Citra Ekspresif.

669
670 | Riva Damayanti, et al.

A. Pendahuluan bahasa lain dengan bahasa yang


dituturkan. Atau misalkan saat seorang
Penggunaan Bahasa di kalangan
penutur bahasa kesulitan untuk mencari
mahasiswa kini nampaknya
padanan kata untuk istilah tertentu, dan
memunculkan pergeseran ke arah arus
kemudian terpikir istilah dalam bahasa
modern. Ditandai dengan penggunaan
asing yang tepat menggambarkan istilah
bahasa yang dipadupadankan, biasanya
yang dia maksud. Pencampuran bahasa
pada kalangan anak muda khususnya
ini menjadi identik dengan anak-anak
mahasiswa. Anak muda yang mudah
Jaksel (Jakarta Selatan) dikarenakan
terbawa arus modernitas ini menjadi
wilayah Jaksel ini banyak di huni oleh
individu yang maju secara otomatis akan
kelompok orang yang memiliki ekonomi
merepresentasikan citra-nya dalam hal
yang lebih tinggi.
berkomunikasi dan berbudaya. Bahasa
Pencampuran unik ini memang
bukan hanya menjadi cermin sosial,
hanya terjadi di daerah Selatan Jakarta.
melainkan juga cerminan dari individu
Bisa jadi hanya minoritas dan bukan
yang mengucapkannya. Bahasa yang
keseluruhan anak-anak Jakarta Selatan
menjadi elemen penting dalam
yang merasa dirinya perlu menggunakan
berkomunikasi senantiasa akan
berkembang untuk sebuah pembaruan. code-switching dalam kehidupan sehari-
hari. Akan tetapi, biasanya anak muda
Kemunculan istilah Trend “Gaya
yang menggunakan bahasa campuran
Bahasa Anak Jaksel” yang belakangan
tersebut merupakan yang paling aktif
ini menjadi sebuah perbincangan hangat
dalam pergaulan di ibukota. Disamping
di media sosial, khususnya twitter
mereka memiliki kemampuan finansial
menjadi bahan candaan dan gurauan oleh
yang cukup kuat.
para pengguna twitter. Gaya bahasa yang
Penggunaan bahasa tersebut
mencampur Bahasa Inggris dan
secara tak langsung dapat membangun
Indonesia ini sebenarnya bukan
citra pada setiap orang yang
fenomena baru. Ini merupakan
menggunakannya. Ekspresif dalam hal
kecenderungan yang sudah muncul
berkomunikasi lebih ditekankan oleh
bertahun-tahun. Di Twitter, tercatat
generasi muda saat menggunakan
sejak awal November 2018 sudah ada
istilah-istilah asing yang tersebar di
ribuan twit yang membahas fenomena
media sosial, sehingga dapat menjadi
bahasa “campuran” atau “gado-gado”
gambaran dirinya. Hal ini menjadi
ala anak Jaksel dengan tagar
sebuah fenomena komunikasi yang
#anakjaksel.
dapat diartikan oleh manusia saat
Maksud dari penggunaan bahasa
berinteraksi dengan orang lain atau di
“gado-gado” dalam penelitian ini adalah
tengah tengah masyarakat, yang
kebanyakan dari anak muda kekinian
tujuannya untuk menginterpretasi makna
menggunakan bahasa Indonesia
dari sebuah fenomena yang tengah
dipadukan dengan bahasa asing. Kata-
terjadi.
kata seperti “literally, which is, even, to
Citra ekspresif disini juga
be honest, basically, usually, prefer,
menggambarkan pada setiap penutur
confuse, sceptical” dan semacamnya
yang menggunakan bahasa campuran
kini sering ditemukan di berbagai
tersebut, akan terlihat ekspresif dalam
jejaring media sosial, seperti twitter dan
berkomunikasi dari segi nada, mimik
kolom instagram.
wajah secara verbal maupun nonverbal.
Mencampur bahasa merupakan
Citra tersebut juga dapat terlihat melalui
bagian dari fenomena linguistik code-
motif yang melatarbelakangi penutur
switching. Code switching terjadi saat
secara verbal dan nonverbal baik itu
seorang penutur mencampurkan istilah

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Citra Ekspresif Trend … | 671

lewat ucapan atau melalui tulisan di mahasiswa Bandung


media sosial. 3. Untuk mengetahui pengalaman
Dalam penelitian ini, penulis hidup Citra Ekspresif Trend
ingin melihat motif yang dilakukan oleh “Gaya Bahasa Anak Jaksel” di
para mahasiswa informan. Selain itu, kalangan Mahasiswa Bandung
peneliti akan melihat para mahasiswa
B. Landasan Teori
informan dalam memaknai sebuah
proses interaksi yang mereka lakukan Menurut David A.Arker John G
ketika menggunakan”Gaya Bahasa mayer, yang dikutip oleh Tsania Shofia
Anak Jaksel” dalam percakapan sehari- (2016:932) menjelaskan bahwa citra
hari. Penulis ingin melihat cara mereka adalah seperangkat anggapan, impresi
berkomunikasi, baik secara verbal dan atau gambaran seseorang atau
nonverbal melalui pembicaraan secara sekelompok orang mengenai suatu
langsung serta tulisan di media sosial objek yang bersangkutan.
para informan. Yang akhirnya dapat Generasi muda dan bahasa tidak
menggambarkan citra ekspresif dari para dapat dipisahkan dalam konteks
penuturnya ketika berkomunikasi kekinian. Penyumbang kecakapan
menggunakan bahasa gado-gado individual terbesar lahir dari
tersebut. kemampuan berkomunikasi generasi
Ketika motif dan pemaknaan muda sehingga ketika menggunakan
melalui proses interaksi yang mereka bahasa padu padan dalam memilih diksi
alami secara verbal maupun nonverbal, akan mencitrakan dirinya dalam
peneliti akan menggambarkan motif dan sosialitas.
pemaknaan para mahasiswa informan. Generasi muda yang
Maka dari itu peneliti menggunakan mempergunakan bahasanya akan lebih
metode kulaitatif dengan pendekatan ekspresif dalam budaya komunikasinya.
fenomenologi berdasarkan pandangan Pekerjaan rumah generasi muda
Alfred Schutz. bangsa ini adalah bagaimana bisa
Berdasarkan konteks penelitian menjaga, memakai, dan mampu
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahasa Indonesia
mengetahui konstruksi realitas sosial dalam koridor berbahasa yang baik dan
yang dapat dipahami dari motif, benar.
pengalaman hidup dan pemaknaan Kontaminasi terhadap bahasa
melalui proses interaksi menggunakan dan istilah-istilah asing yang
“Gaya Bahasa Anak Jaksel”. Maka fokus berkembang harus lebih selektif lagi
penelitian yang penelti ambil adalah sehingga akan semakin jelas bahwa
Citra Ekspresif yang terdapat dalam bahasa bukan hanya sebagai social
fenomena Trend “Gaya Bahasa Anak mirror bagi masyarakat yang
Jaksel” di kalangan Mahasiswa menggunakannya, melainkan juga
Bandung. Selajutnya tujuan dalam sebagai individual mirror–citra diri
penelitian ini diuraikan dalam pokok- individu pemakainya.
pokok sebagai berikut. Dalam konteks penulisan ini,
1. Untuk mengetahui motif Citra penulis menggunakan pemikiran
Ekspresif Trend “Gaya Bahasa fenomenologi berdasarkan pemikiran
Anak Jaksel” di kalangan Alfred Schutz. Baginya, tugas
Mahasiswa Bandung fenomenologi adalah menghubungkan
2. Untuk mengetahui makna Citra antara pengetahuan ilmiah dengan
Ekspresif Trend “Gaya Bahasa pengalaman sehari-hari dan dari
Anak Jaksel” di kalangan kegiatan dimana pengalaman dan
pengetahuan itu berasal. Dengan kata
Hubungan Masyarakat
672 | Riva Damayanti, et al.

lain mendasarkan tindakan sosial pada tutur, klausa-klausa maupun frase-frase


pengalaman, makna dan kesadaran. yang digunakan terdiri dari klausa dan
(Kuswarno, 2009:17). frase campuran dan masing-masing
Manusia mengkonstruksi makna klausa atau frase itu tidak lagi
di luar arus utama pengalaman melalui mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka
proses”tipikasi”. Menurut Schutz, dalam peristiwa yang terjadi adalah campur
pemikiran ini adalah bagaimana kode (mixing code)(Chaer, 2004:115).
memahami tindakan sosial melalui Dua fase yang diusulkan dalam
penafsiran. Proses penafsiran dapat teori fenomenologi Alfred Schutz, motif
digunakan untuk memperjelas atau adalah dorongan yang menggerakan
memeriksa makna yang sesungguhnya. seseorang bertingkah laku dikarenakan
Dalam Mulyana (2016:88) adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin
menjelaskan tentang Bahasa gado-gado. dipenuhi oleh manusia. Dalam Sardiman
Kini terlalu banyak pengaruh bahasa (2007:73) dikutip oleh Shofia, Motif
asing khususnya bahasa inggris terhadap juga dapat dikatakan sebagai daya
bahasa yang digunakan oleh para tokoh penggerak dari dalam dan di dalam
kita, ada kekhawatiran bahwa subjek untuk melakukan aktivitas-
perkembangan bahasa Indonesia telah aktivitas tertentu demi mencapai suatu
melenceng dari arah yang kita harapkan. tujuan.
Seperti bahasa yang digunakan para Suatu keadaan yang kompleks
tokoh kita, pejabat, politisi, selebritas, dalam diri para informan penutur bahasa
pengusaha, dan pendidik baik bahasa di kalangan mahasiswa Bandung untuk
lisan ataupun bahasa tulisan. Pengaruh bergerak (to move, motion, motive) ke
ini sepertinya bersifat semena-mena, arah tujuan tertentu, baik disadari
acak, tanpa panduan yang jelas. maupun tidak disadari untuk
Kesengajaan ini nampaknya menemukan motif tersebut, seperti yang
sepele, namun jika kita setuju bahwa dikatakan oleh Schutz (Kuswarno,
kecermatan berbahasa seseorang adalah 2009:194) bahwa untuk
kecermatan berpikirnya, maka kesalahan mengidentifikasi motif tersebut perlu
itu menunjukkan kekacauan berpikir dibuat suatu fase historis, yaitu masa
(Mulyana, 2016: 89). kini, masa lalu, dan untuk menunjukkan
Menurut Hymes (dalam fase motif pada masa yang akan datang.
Chaer&Agustina: 2004:108) alih kode Penelitian ini juga dibantu
(code switching) itu bukan hanya terjadi dengan menggunakan teori Interaksi
antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi Simbolik, yang dicetuskan oleh George
antara atau ragam-ragam atau gaya-gaya Herbert Mead (1863-1931) di Amerika.
yang terdapat dalam satu bahasa. Dalam Blumer, seorang mahasiswa Mead yang
ilustrasi peralihan penggunaan bahasa mengumpulkan bahan kuliah Mead
sunda ke Bahasa Indonesia, karena mengungkapkan tiga premis yang
berubahnya situasi. Dalam ilustrasi mendasari pemikiran interaksionisme
tersebut antara ragam santai dan ragam simbolik, yaitu: (Kuswarno, 2009:113)
resmi bahas Indonesia. (1) Manusia bertindak terhadap sesuatu
Thelander (1976:103) mencoba berdasrkan makna-makna yang ada pada
mnejelaskan perbedaan alih kode dan sesuatuitu bagi mereka, (2) Makna
campur kode. Bila dalam satu peristiwa tersebut berasal dari “interaksi sosial
tutur terjadi peralihan dari satu klausa seseorang dengan orang lain”, (3)
suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka Makna-makna tersebut disempurnakan
peristiwa yang terjadi adalah alih kode. saat proses interaksi sosial berlangsung.
Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Citra Ekspresif Trend … | 673

Makna adalah suatu penegrtian Motif yang Dilakukan oleh Mahasiswa


yang diberikan kepada suatu bentuk Bandung dalam memebentuk Citra
kebhaasaan atau menerangkan maksud Ekspresif Trend “Gaya Bahasa Anak
suatu kata. Mansoer Pateda (2001:79) Jaksel”
mengemukakan bahwa istilah makna Motif Citra Ekspresif Trend
merupakan kata-kata dan istilah yang “Gaya Bahasa Anak Jaksel” di kalangan
membingungkan. Makna tersebut selalu mahasiswa Bandung. Penutur “Gaya
menyatu pada tuturan kata maupun Bahasa Anak Jaksel” di kalangan
kalimat. Menururt Ullman (Pateda, Mahasiswa Bandung ternyata memiliki
2001:82) mengemukakan bahwa makna berbagai macam motif yang berdasarkan
adalah hubungan antara makna dengan motif masa lalu (because motive), motif
pengertian. masa kini, dan motif masa yang akan
Dengan adanya fenomena datang (in-order-to-motive) diantaranya:
kebahasaan di kalangan anak muda Pertama, (because motive) atau
khususnya di kalangan mahasiswa motif masa lalu para penutur bahasa
Bandung, diharapkan tidak melunturkan ‘anak jaksel ini’ dilatarbelakangi oleh
rasa bangga dan positif terhadap bahasa motif atau pengalaman para informan
nasionalnya sendiri. Dari praktik yang diakui mempengaruhi dirinya
penggunaan “Gaya Bahasa Anak Jaksel” untuk menjadi penutur “Gaya Bahasa
dalam sehari-hari ketika melakukan Anak Jaksel” didasari oleh kesamaan
percakapan didapat pemikiran, interaksi pernyataan, yaitu kata sebab atau karena,
dan sosialisasi pada informan penutur
diantara lain: 1)karena pengalaman
bahasa. Oleh karena itu, dengan Teori berorganisasi, 2)karena berkegiatan
Interaksi Simbolik, penulis melihat cara- bahasa Inggris (story telling, english
cara para peserta berinteraksi dalam club dan student forum, 3) karena
membangun sebuah makna verbal Pendidikan berbasis Internasional (SMA
maupun nonverbal. SANTA URSULA-Bahasa dan
C. Hasil Penelitian dan UNPAR-Hubungan Internasional),
Pembahasan 4)karena terbawa (terpengaruh) oleh
teman, 5) karena di didik berbahasa
Peneliti mencoba untuk
Inggris sedari dini oleh orangtua, 6)
menjelaskan dan menguraikan gambaran
karena terpaan acara-acara Barat
utuh mengenai fenomena yang terjadi di
(Netflix,HBO).
kalangan mahasiswa khsusunya kota
Fase motif masa yang akan
Bandung, ditemukan oleh peneliti yaitu
datang (in order to motive),
Citra Ekspresif Trend “Gaya Bahasa
dilatarbelakangi oleh kesamaan pada
Anak Jaksel”.
pernyataan kata ‘agar’ atau ‘untuk’ yang
Hasil penelitian ini didapat dari
berorientasi untuk mencapai suatu
proses pengumpulan data dalam
tujuan:1.) Agar orang-orangnya lebih
penelitian yaitu dengan cara melakukan
aware dengan penggunaan bahasa
wawancara secara mendalam.
Inggris, 2.) Untuk eksistensi, untuk bisa
Peneliti berusaha
lebih dipercaya, 3.) Untuk mingle
membandingkan apa yang dipaparkan
(bergaul) di kelompoknya, 4.) Agar tidak
oleh informan dengan melakukan
lupa dengan bahasa Inggris, 5.) Untuk
triangulasi data untuk memastikan
nge-trigger orang-orang bisa berbahasa
kembali hasil penelitian peneliti kepada
Inggris.
pihak-pihak yang kredibel serta informan
Adapun Motif masa kini
yang menggunakan “ Gaya Bahasa Anak
ditemukan pada setiap pernyataan dari
Jaksel” tersebut.
mahasiswa informan yang senada,

Hubungan Masyarakat
674 | Riva Damayanti, et al.

seperti kata ‘tapi’ dan ‘karena’ yang Organisasi termasuk mempengaruhi diri
menunjukan kebutuhan jangka pendek untuk menjadi pemimpin dalam konteks
informan; “Tapi karena lupa bahasa berbahasa dalam lingkungan
indonesianya, tapi beneran gaktau pertemanannya.
bahasa Indonesia nya apa, dan tapi itu Dari pembahasan yang telah
cocoknya di bahasa Inggris”. diuraikan dan dijelaskan pada
Makna Citra Ekspresif Trend “Gaya pembahasan sebelumnya, maka
Bahasa Anak Jaksel” penggunaan “Gaya Bahasa Anak Jaksel”
Makna citra Ekspresif Trend dapat membentuk citra yang ekspresif
”Gaya Bahasa Anak Jaksel” di kalangan pada diri penuturnya, khsusunya di
mahasiwa Bandung. Para informan kalangan mahasiswa Bandung.
memiliki berbagai pemaknaan terhadap Fenomena memadupadankan
adanya fenomena ini, diantaranya bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia
adalah: para informan memaknai bahwa ini memang cukup marak terjadi di
menganggap penggunaan Bahasa kalangan anak muda. Maraknya
campuran ini adalah berawal dari penggunaan “Gaya Bahasa Anak Jaksel”
kenyamanan menggunakan Gaya diluar daerah penutur aslinya Jakarta
Bahasa anak Jaksel, juga karena Selatan, diiringi dengan adanya penututr
memiliki ketertarikan yang sama yang tidak hanya diam di tempat.
terhadap satu hal yaitu bertutur Melainkan para penutur ada yang
menggunakan bahasa campuran maka berpindah tempat, seperti halnya
dari itu melahirkan kesamaan para informan yang berasal dari daerah yang
informan menjadi terbiasa. berbeda dan menempuh pendidikan
Makna penggunaan Bahasa dengan berkuliah di Universitas yang ada
Gado-gado ini adalah bentuk atau wujud di Bandung.
dari seorang anak muda untuk; Kemunculan trend”Gaya Bahasa
membentuk ciri khas seseorang, citra Anak Jaksel” ini di dukung dengan
diri (terkenal dan berpendidikan baik), banyaknya hal yang mengulas tentang
wujud dari sendiri tak berusaha menajdi fenomena kebahasaan tersebut. Hal ini
orang lain. dibuktikan melalui tagar #anakjaksel
Disamping itu juga pemaknaan yang kerap menjadi bahasan di media
terhadap fenomena ini memberikan sosial khsuusnya twitter. Perkembangan
manfaat bagi para informan, adalah bahasa yang sangat dipengaruhi oleh
untuk: meningkatkan percaya diri, bebas jejaring media sosial, yang tidak
mengekspresikan sesuatu yang memiliki batasan dalam hal penulisan
dipikirkan, melatih dan mengembangkan menjadikan anak muda terpengaruh
bahasa inggris, serta dapat dalam mengikuti tren yang sedang
mempersingkat kata. kekinian. Para penutur yang notabene
Terlebih lagi kebiasaan anak muda atau mahasiswa dengan
menggunakan bahasa ini adalah tidak spontanitas, mereka menjadikan “Gaya
lain untuk mempertegas status sosial, Bahasa Anak Jaksel” sebagai identitas
lebih lanjut lagi untuk menunjukkan mereka sebagai remaja masa kini.
kesetaraan dalam kelompok. “Gaya Bahasa Anak Jaksel” pun
Sehingga menumbuhkan sosok memiliki manfaat dan nilai lebih bagi
pemimpin dalam konteks berbahasa di para penutur bahasa dalam
dalam suatu kelompok pertemanan; kesehariannya, terutama di kalangan
seperti mempengaruhi teman-teman mahasiswa Bandung. Bahasa Gado-gado
untuk berbahasa inggris, dilabeli anak ini membuat para penggunanya untuk
pintar, serta memiliki jabatan di meningkatkan kepercayaan dirinya

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Citra Ekspresif Trend … | 675

dalam menggunakan bahasa Inggris. bagi para informan tidak dilarang


Dikarenakan para penggunananya dapat asalkan penggunanaya dapat
bebas berekspresi, mengeekpresikan memposisikan dan menyesuaikan
sesuai apa yang dipikirkan dan sekaligus penggunaaanya dengan siapa mereka
dapat melatih serta mengembangkan berbicara dan dalam situasi dan kondisi
kemampuan bahasa Inggris. Disamping yang tepat, karena apabila
itu juga dapat memepersingkat kata. penggunananya tidak tepat secara tak
Namun tidak semua orang langsung mempengaruhi tatanan bahasa
menganggap “Gaya Bahasa Anak Indonesia yang baik dan benar sebagai
Jaksel” adalah sesuatu yang lumrah juga bahasa Nasional.
bermanfaat, banyak pula orang atau anak Dari hasil penelitian Citra
muda lain yang menganggap para Ekspresif Trend “Gaya Bahasa Anak
pengguna bahasa gado-gado ini dinilai Jaksel” ini diminati kalangan anak muda
negatif dan cenderung menjadi sebuah khususnya mahasiswa Bandung dalam
bahan cemoohan. menentukan identitas dan pergaulan.
Berdasarkan hasil penelitian Pengalaman Hidup Penutur “Gaya
motif penggunaan “Gaya Bahasa Anak Bahasa Anak Jaksel” di kalangan
Jaksel” di kalangan mahasiswa Mahasiswa Bandung
Bandung, para penutur menggunakan Faktor-faktor yang mendorong
bahasa campuran tersebut untuk para informan untuk menggunakan
membentuk ciri khas dan pencarian “Gaya Bahasa Anak Jaksel” terbagi
identitas diri, eksistensi diri sesuai dalam tindakan berikut dikelompokan
perkembangan budaya dan pengakuan dalam: sebagai penunjang bahasa,
keberadaan mereka di dunia luar. nyaman dan lebih menguasai bahasa
Mayoritas menurut para informan, di Inggris, memperhalus Bahasa.
jaman sekarang ini memiliki Menurut salah satu informan,
kemampuan bahasa Inggris itu terbilang faktor yang melatarbelakangi dirinya
sangat penting untuk menunjang untuk berbahasa menggunakan “Gaya
kebutuhan mereka nantinya di dalam Bahasa Anak Jaksel” dalam percakapan
dunia kerja. sehari-hari tak terlepas dari pengalaman
Lainnya halnya dengan salah satu masa lalu nya yang kerap mengikuti
informan yang mengatakan bahwa berbagai kegiatan berbahasa; Organisasi
dirinya menggunakan bahasa gado-gado AIESEC, Student Catalyst juga
tersebut hanya kepada orang-orang terpengaruh oleh seringnya
terdekatnya saja. Walaupun menurut mengkonsumsi media-media barat;
dirinya dan mayoritas para informan Netflix,HBO.
mengatakan bahwa dengan mereka Hal tersebut secara tidak langusng
memadupadankan bahasa, dengan memiliki peran yang penting dan
sendirinya mereka akan merasa “beda” dijadikan oleh informan sebagai
dengan mahasiswa lainnya. Disamping penunjang bahasa yang dapat dikatakan,
itu juga, penggunaan bahasa gado-gado menjadi alat yang penting untuk
ini dapat menunjukkan sisi intelektual menunjang referensi dalam konteks
para penutur. berbahasa.
Banyak kegiatan berbahasa yang Adanya ungkapan salah satu
kerap mereka lakukan seperti forum informan mengenai hal yang kerap kali ia
discussion, student catalyst, English lakukan yaitu bertutur kata
Club,student forum, keterlibatan dalam menggunakan “Gaya Bahasa Anak
organisasi berbasis Internasional, dsb. Jaksel”, yang dirasa olehnya nyaman
Penggunaan “Gaya Bahasa Anak Jaksel” dan lebih menguasai bahasa Inggris
Hubungan Masyarakat
676 | Riva Damayanti, et al.

karena sudah terbiasa. “sok-sok an” dan cenderung terlihat


Pengakuan salah satu informan menjadi sebuah ‘ejekan’.
juga ada yang berpendapat bahwa, Terdapat pula nilai yang diyakini
penggunaan bahasa ini terkadang terhadap penggunaan “Gaya Bahasa
ditujukan untuk mengekspresikan Anak Jaksel” oleh para informan:
bahasa-bahasa yang terdengar negative  Where in the same Frequence
agar terkesan lebih halus.  Bahasa Inggrisnya cukup fasih
Ada pula faktor yang didorong  Lebih pede untuk berbahasa
karena terpicu oleh kakaknya adalah Inggris
sebuah motivasi bagi nadia dalam fasih
 Nilai ketegasan
berbahasa Inggris. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang  Nilai Privasi
membuat dirinya terdorong untuk Dalam kontes ini, nilai menjadi
memiliki ambisi dapat memiliki sesuatu yang penting untuk didapatkan
kemampuan berbahasa Inggris sama oleh para informan. Dalam penelitian ini
baiknya seperti kakaknya sendiri. terdapat hikmah dalam sebuah tindakan
Anggapan menurut salah satu dapat terbagi menjadi 3 macam, yaitu
informan, pentingnya di jaman atau era informan yang tergolong : 1) menolak, 2)
digutal ini untuk memiliki keharusan menerima, 3) mawas diri
dalam kemampuan berbahasa Inggris. 1) Menolak: “Lebih baik kalau
Hal tersebut yang nantinya dapat gaktau bahasanya, pake Bahasa
diharapkan untuk penunjang karir dalam Indonesia aja”
dunia kerja kedepannya. Menurut salah satu informan, yang
Dampak dari penggunaan mengambil sebuah hikmah bijak yang
pencampuran bahasa ini diterima oleh menyarankan agar lebih baik
para informan melalui berbagai macam menggunakan bahasa Indonesia saja
ekspresi atau nilai dari orang daripada harus dicampurkan jika itu
disekitarnya: hanya ingin tampak keren tapi disisi lain
a.Banyak yang mengikuti, salah malah menunjukan ketidaktahuan pada
seorang informan menyatakan penggunanya.
pendapatnya tentang dampak yang ia “Anak muda jangan mudah
terima ketika kerap menggunakan terpengaruh oleh Tren”
bahasa campuran dalam percakapan Hikmah yang diambil oleh salah satu
sehari-hari, nyatanya banyak yang informan yang menyarankan untuk tidak
mengikuti dan menganggap jika orang mudah terbawa arus tren terkecuali
yang berbicara seperti itu terlihat pintar. memang sesuai dengan ketertarikan diri
Tapi menurut informan, malah kita pada suatu hal, terutama anak muda
sebetulnya penggunaan bahasa ini yang cenderung hanya terbawa arus atau
adalah sebuah cacat berbahasa. cenderung mengikuti hal baru.
b.menjadi sebuah bully-an, Dalam 2) Menerima: Dengan adanya
pengalaman salah satu informan, ketika fenomena ini, informan mengambil sisi
dirinya ingin menggunakan bahasa positif. Hikmah yang diambil dari
inggris atau kerap mencampurkan antara adanya fenomena “Gaya Bahasa Anak
bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di Jaksel” dianggap oleh para informan
lingkungan kampusnya, ternyata ia dapat meningkatkan percaya diri penutur
malah menjadi bahan pembicaraan oleh bahasa, selain itu juga untuk dapat
temna-temannya atau dapat dikatakan membiasakan diri dalam melatih bahasa
“di nyinyirin”, “apaan sih tuh orang”, Inggris yang kini menjadi sebuah
keharusan yang dimiliki oleh seseorang.

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Citra Ekspresif Trend … | 677

3) Mawas Diri: Golongan memunculkan Motif remaja para


informan kali ini agak berbeda, tindakan penutur bahasa diantaranya: untuk
dirinya yang mau memiliki sikap dan berkomunikasi dengan teman-
pemikiran yang terbuka atau luas serta temannya, menunjukkan identitas
dapat menghargai satu sama lain. Terkait mereka untuk selalu eksis, dan
dengan penggunaan bahasa gado-gado menunjukkan identitas mereka
dalam berkomunikasi dengan orang lain, sebagai anak muda masa kini,
dirinya pernah mengalami dampak yang menunjukkan tingkat intelektual,
negative dari penilaian oranglain serta mengakrabkan diri di
terhadap dirinya. lingkungan pergaulannya atau
Alhasil, informan mengambil pertemananya sehingga
hikmahnya yaitu memberi pesan kepada memunculkan citra ekspresif pada
nak muda untuk memiliki sikap yang diri penutur.
terbuka terhadap banyak hal termasuk 5. Seperti teori Interaksi Simbolik,
dengan adanya fenomena ini di kalangan pemaknaan dibentuk dari interaksi
mahasiswa Bandung dan bisa informan ketika bertutur
menghargai orang-orang yang ada menggunakan bahasa ‘ala nak
disekeliling. jaksel’ dan melihat tindakan sosial
Terlebih lagi salah satu informan yang dilakukan para informan.
yang mengambil hikmah dari adanya Dalam hal ini dapat dilihat dari cara
fenomena ini digunakannya untuk mereka berkomunikasi
mengajak kaum muda untuk lebih peduli memadupadankan bahasa, baik
terhadap fenomena yang telah terjadi secara verbal meallui tindak tutur
sejauh ini. Karena baginya, adanya maupun non verbal melalui tulisan
fenomena ini seharusnya membuat anak di media sosial.
muda lebih banyak mengembangkan Terdapat dua tipe golongan yang
kemampuannya agar tak tergerus oleh menjadi tipikasi dalam penelitian
jaman. ini, yaitu eksistensi. Eksistensi
Beda halnya pada informan kali disini, terdapat dalam konteks
ini, yang mengambil sebuah hikmah positif dan negatif. Anggapan
(tindakan) menyesuaikan dengan situasi mereka mewakilkan para anak
dan kondisi saat bertutur bahasa. Salah muda agar bisa beradaptasi dalam
satu mahasiswa yang mengaku dirinya pergaulan serta dapat
kerap dianggap aneh ketika berbahasa mengembangkan kemampuan
menggunakan bahasa campuran. Oleh berbahasa inggrisnya melalui
karena itu dirinya mengambil hikmah, penggunaan bahasa campuran.
agar lebih menyesuaikan dengan siapa Dalam konteks negatifnya, mereka
kita berbicara, menyesuaikan pula dari cenderung menilai bahwa orang
sisi situasi dan kondisinya. yang menggunakan bahasa tersebut
untuk menunjukan tingkat
intelektualitas dan kelas sosial.
3. Pengalaman Hidup para informan
memunculkan berbagai cerita-cerita
D. Kesimpulan
yang beragam. Diantaranya,
Berdasarkan pembahasan dalam terdapat dampak tindak tutur yang
penelitian ini, peneliti menyimpulkan diterima oleh para informan yaitu:
beberapa hasil penelitian sebagai Banyak yang mengikuti dan kerap
berikut: menjadi sebuah bully-an atau
4. Adanya fenomena Trend “Gaya cemoohan. Terdapat faktor-faktor
Bahasa Anak Jaksel” ini
Hubungan Masyarakat
678 | Riva Damayanti, et al.

pendorong penutur untuk bertutur dengan padanan kata yang sesuai


“Gaya Bahasa Anak Jaksel” yaitu: dan tepat.
Sebagai penunjang berbahasa, nyaman & 3. Hendaknya Bagi para penutur
lebih menguasai bahasa Inggris, “Gaya Bahasa Anak Jaksel”
memperhalus bahasa, terpicu oleh
kakaknya harus memiliki kemampuan
dapat menyesuaikan dengan
berbahasa Inggris. siapa mereka berbicara, dan
Adapun, nilai yang diyakini oleh para memperhatikan baik secara
informan: Where in the same situasi dan kondisi ketika mereka
Frequence, Bahasa Inggrisnya berbicara menggunakan bahasa
cukup fasih, lebih pede untuk tersebut.
berbahasa Inggris, nilai ketegasan, 4. Dengan adanya gejala berbahasa
nilai privasi. Terakhir, ada pula ini, hendaknya dijadikan
tindakan berbentuk hikamh yang wawasan dan pemicu anak muda
dapat diambil oleh para informan untuk mengembangkan
dari dampak atau reaksik atas kemampuan serta meningkatkan
orang-orang terhadap dirinya dan kepercayaan diri anak muda
cara mereka menyikapi fenomena dalam berbahasa Inggris, serta
“Gaya Bahasa Anak Jaksel” dijadikan kreativitas dan
menolak, menerima dan mawas diri. wawasanan khususnya baru bagi
anak muda mengenai gejala
E. Saran
kebahasaan dalam mengambil
Saran Teoritis sisi positif.
6. Penelitian tentang “Gaya Bahasa 5. Bagi Peran mahasiswa yang
Anak Jaksel” merupakan penelitian merasa terganggu dengan bahasa
yang menarik karena alay anak jaksel ini, janganlah
merupakan penelitian yang menarik menganggap “Gaya Bahasa
karena menambah wawasan Anak Jaksel” menjadi sebuah
tentang gejala bahasa-bahasa yang ejekan bagi penutur bahasa.
baru, kreatif, dan menarik untuk Melainkan hendaknya dapat
dipergunakan dalam komunikasi di dijadikan pembelajaran bagi
kalangan anak muda. Untuk itu anak muda untuk saling
peneliti menyarankan sisi lain yang menghargai satu sama lain.
manarik untuk di teliti misalnya, 6. Hendaknya dengan maraknya
tindakan penutur bahasa anak fenomena ini di kalangan anak
jaksel, gaya hidup ala anak jaksel muda khususnya mahasiswa,
dan cara bergaul ala anak jaksel dapat dijadikan sarana
dalam suatu komunitas. pembelajaran positif untuk lebih
Saran Praktis peduli mengembangkan
1. Hendaknya fenomena ini penggunaan bahasa Indonesia
menjadi perhatian khusus bagi yang baik dan benar, melstarikan
para pemangku kebijakan untuk bahasa daerah, dan menguasai
melakukan pengembangan dan bahasa asing.
pembinaan terhadap Bahasa
Indonesia dalam konteks Daftar Pustaka
membenahi tatanan bahasa di Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2004.
kalangan anak muda. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
2. Bagi para penutur “Gaya Bahasa Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anak Jaksel” ini sebaiknya, perlu
Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi
memahami dan mengembangkan
Penelitian Komunikasi
kemampuan berbahasa Indonesia
Volume 5, No. 2, Tahun 2019
Citra Ekspresif Trend … | 679

Fenomenologi Konsepsi,
Pedoman, dan Contoh
Penelitian. Bandung: Widya
Padjajaran.
Mulyana, Dedy. 2016. Komunikasi
Lintas Budaya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik
Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer
Kusumaputri, Amagystya Rymada. et al.
2016. “Studi Fenomenologi
Pembelajaran Fotografi dalam
“Komunitas Kelas Pagi Jakarta”
Anton Ismael”,dalam Jurnal
Spesia Vol. 2 No.1, (hal
Afifah, Tsania Shofia, et al. 2017.
“Fenomena Hijab Syar’i sebagai
Citra Diri Anggota Hijabers
Community Bandung”, dalam
Jurnal SpeSia Vol. 2 No. 2,
Agustus 2017 (hal 932).

Hubungan Masyarakat

You might also like