Jurnal Nano Temulawak3

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Curr. Biochem. 2019.

6(1): 11-27

CURRENT BIOCHEMISTRY
ISSN: 2355-7877
e-ISSN: 2355-7931
Journal homepage: http://journal.ipb.ac.id/index.php/cbj
Journal E-mail: current.biochemistry@gmail.com

Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak


Balittro secara In Vivo
(In Vivo Antioxidant Activity of Curcuminoids Nanoparticles from Balittro Curcuma)

Laksmi Ambarsari1, Riska Febrianti1, Edy Djauhari Purwakusumah1


1
Department of Biochemistry, IPB University, Bogor, 16680, Indonesia

Received:12 August 2017; Accepted: 7 January 2019

Corresponding author : Dr. Laksmi Ambarsari, MS; Departemen Biokimia, Jl.Tanjung Grdung Departemen Biokimia
Kampus IPB Dramaga; Telp/Fax. (0251)-8423267; Email: laksmi@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
Curcuma (Curcuma xanthorrhiza) is an Indonesian herbs plant with antioxidant activity.
This research aimed to measure the increase of curcuminoids bioavaibility through the effectivity of
nanoparticle curcuminoids as antioxidant in carbon tetrachloride (CCl4) induced rats.
Nanoparticle curcuminoids was produced by homogenization-ultrasonication method and results
showed that particle size of curcuminoids nanoparticle was 141.85±38.82 nm with polydispersity
index of 0.233 and entrapment efficiency of 71%. During treatment, the rat’s body weight
increased. The clinical symptoms of rats (behavior and feces) were normal. Nanoparticle
curcuminoids can decrease malondialdehide concentrations and increase peroxide, glutathione
peroxide, and superoxide dismutase activity.

Keywords: Antioxidant, Curcuma, Curcuminoid, Solid lipid nanoparticle

ABSTRAK
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tumbuhan herbal Indonesia yang memiliki
aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengukur peningkatan bioavabilitas kurkuminoid
melalui efektivitas nanopartikel kurkuminoid sebagai antioksidan pada tikus yang diinduksi karbon
tetraklorida (CCl4). Nanopartikel kurkuminoid temulawak dihasilkan dengan metode ultrasonikasi-
homogenisasi memiliki rata-rata ukuran partikel 141.85+38.82 nm dengan nilai indeks
polidispersitas sebesar 0.233 serta efisiensi penjerapan mencapai 71%. Selama perlakuan, bobot
badan tikus mengalami kenaikan. Gejala klinis tikus (tingkah laku dan feses) tidak menunjukkan
adanya ketidaknormalan. Efek nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat dapat menurunkan
kadar malondialdehida dan meningkatkan aktivitas enzim peroksidase, glutation peroksidase serta
superoksida dismutase.

Kata kunci: Antioksidan, Kurkuma, Kurkuminoid, Nanopartikel lemak padat

11
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

1. PENDAHULUAN bioavabilitas yang rendah baik pada berbagai


Penggunaan bahan alam, baik hewan model (Wahlstrom dan Blennow 1978;
sebagai obat maupun tujuan lain cenderung Ravindranath et al. 1980 dan 1981; Pan et al.
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to 1999) dan manusia (Shoba et al. 1998).
nature. Seiring dengan perkembangan yang Penyebab rendahnya bioavailabilitas kurkumin
terjadi saat ini, obat tradisional mendapat dikarenakan senyawa tersebut hampir tidak
perhatian lebih bagi alternatif pelayanan larut dalam air pada pH asam dan netral
kesehatan. Selain itu banyak orang sehingga sulit sekali terabsorpsi. Salah satu
beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat cara untuk mengatasi masalah tersebut antara
atau obat tradisional relatif lebih aman lain dengan penyatuan kurkuminoid ke dalam
dibandingkan obat sintesis. Menurut BPOM RI sistem koloid pembawa (colloidal carrier
(2005), obat tradisional adalah bahan atau system) membentuk sediaan nanopartikel
ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan kurkuminoid. Nanopartikel lemak padat
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau memiliki sifat yang unik, yaitu ukurannya
campuran dari bahan-bahan tersebut, yang kecil, luas permukaan besar, dan kapasitas
secara tradisional telah digunakan untuk pemuatan obat yang tinggi (Kamble et al.
pengobatan berdasarkan pengalaman. WHO 2010). Selain itu, beberapa penelitian
merekomendasikan penggunaan obat menunjukkan bahwa penggunaan obatobatan
tradisional termasuk herbal dalam dalam skala nano dapat mengurangi dosis obat
pemeliharaan kesehatan masyarakat, yang dapat mengakibatkan efek samping pada
pencegahan dan pengobatan penyakit, beberapa pasien (Malsch 2005). Nanopartikel
terutama untuk penyakit kronis, penyakit lemak padat, Solid Lipid Nanoparticle (SLN)
degeneratif dan kanker. WHO juga dikembangkan sebagai suatu alternatif untuk
mendukung upaya-upaya dalam peningkatan nanopartikel polimer, liposom, dan emulsi.
keamanan dan khasiat dari obat tradisional SLN merupakan koloid pembawa submikron
(WHO 2003). yang terdiri dari lemak fisiologis, terdispersi
Salah satu tanaman obat yang sering dalam air atau dalam suatu larutan surfaktan
digunakan sebagai obat tradisional adalah berair (Kamble et al. 2010). Diantara
temulawak. Temulawak (Curcuma xanthorriza pembawa pengantaran obat modern, SLN telah
Roxb.) merupakan salah satu tumbuhan obat menjadi sistem koloid pembawa yang
suku Zingiberaceae yang banyak tumbuh di menjanjikan. Dibandingkan dengan partikel
Indonesia. Rimpang merupakan bagian yang pembawa yang lain, SLN memiliki sejumlah
paling berguna dari tanaman ini terutama keuntungan sebagai sistem pengantaran obat,
untuk tujuan pengobatan tradisional yang seperti tolerabilitas dan biodegradasi yang
dikenal dengan jamu. Manfaat temulawak baik, bioavailabilitas yang tinggi, efisien
terutama diperoleh dari kurkuminoid yang mengenai sasaran, dan mudah dipersiapkan
merupakan senyawa aktif dalam rimpang dan disterilisasi dalam skala besar (Pang et al.
tanaman temulawak. Hasil penelitian Liang et 2009).
al. (1985) menyatakan bahwa kurkumin Mujib (2011) telah berhasil melakukan
rimpang temulawak berkhasiat menetralkan karakterisasi nanopartikel kurkuminoid
racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, tersalut lemak padat dengan metode
menurunkan kadar kolesterol darah, dan homogenisasi dan ultrasonikasi dengan
sebagai antioksidan. komposisi asam palmitat : kurkuminoid
Beberapa penelitian menunjukkan terbaik adalah 1 : 0.1 dengan volume 100 mL,
bahwa senyawa kurkuminoid memiliki diperoleh ukuran partikel sebesar 252.3±69.4

12
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

nm dengan efisiensi penjerapan 77.65%. heksana, standar kurkuminoid, metanol, dan


Formulasi nanopartikel kurkuminoid lemak CCl4.
padat telah diketahui, namun efek nanopartikel Alat yang digunakan adalah pengaduk
kurkuminoid terhadap status antioksidan magnet, homogenizer (Ultra Turrax T18),
secara in vivo belum diketahui. ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-
Penelitian ini bertujuan melakukan Parmer), mikrosentrifusa (MIKRO 200R,
karakterisasi nanopartikel lemak padat dan Hettich Zentrifugen), spektrofotometer UV-
mengukur efek nanopartikel kurkuminoid Vis (UV-1700 Pharmaspec), particle size
temulawak terhadap aktivitas enzim analyzer (Delsa NanoC), dan microplate
antioksidan yang meliputi enzim peroksidase, reader.
superoksida dismutase, dan glutation
peroksidase, serta kadar malondialdehida. Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat Tersalut Lemak Padat
memberikan informasi mengenai efektivitas Pembuatan Nanopartikel Kurkuminoid
nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut Tersalut Asam Palmitat (Mujib 2011)
lemak padat terhadap status antioksidan pada Fase lemak terdiri atas 1 g asam
tikus Sprague-Dawley betina dengan palmitat dan 0.1 g kurkuminoid dipanaskan
perlakuan stres oksidatif yang diinduksi CCl4 pada suhu 75°C sambil diaduk. Fase air terdiri
serta dapat menjadi langkah awal penggunaan atas 0.5 g poloksamer 188 dan 100 mL air
nanopartikel kurkuminoid temulawak asal reverse osmosis yang dipanaskan pada suhu
Balittro sebagai obat tradisional yang (75°C). Fase lemak didispersikan ke dalam
bermanfaat sebagai antioksidan. fase air sambil diaduk. Emulsi yang dihasilkan
Hipotesis penelitian ini adalah kemudian dihomogenisasi dengan kecepatan
nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut 13500 rpm selama 5 menit, selanjutnya
lemak padat dapat meningkatkan bioavabilitas diultrasonikasi dengan amplitudo 20 % selama
di dalam tubuh. Hal tersebut ditunjukkan 60 menit. Nanopartikel kurkuminoid yang
dengan penurunan kadar malondialdehida serta diperoleh didinginkan pada suhu 0°C sehingga
peningkatan aktivitas enzim superoksida dihasilkan nanopartikel kurkuminoid dalam
dismutase, peroksidase, dan glutation bentuk emulsi.
peroksidase.
Efisiensi Penjerapan (Yadav et al. 2008)
2. METODOLOGI Nanopartikel kurkuminoid yang
Penelitian ini menggunakan tikus putih dihasilkan disentrifugasi dengan kecepatan
(Rattus sp.) betina galur Sprague- Dawley 14000 rpm (18626×G) pada suhu 4°C selama
berasal dari Pusat Studi Satwa Primata 40 menit dan supernatannya didekantasi.
berumur 4-8 minggu dengan bobot 140-170 g. Residunya diekstraksi dengan metanol 89%,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini kemudian disentrifugasi pada kecepatan yang
antara lain kurkuminoid dari rimpang sama. Serapan supernatan metanol diukur
temulawak Balai Penelitian Tanaman Obat dan dengan spektrofotometer pada panjang
Aromatik (BALITTRO), kurkuminoid gelombang 425 nm. Efisiensi penjerapan
(Merck), asam palmitat (Merck), poloksamer dihitung dengan persamaan:
188 (BASF), air reverse osmosis (RO),
vitamin C, larutan pengukuran superoksida
dismutase, peroksidase, glutation peroksidase,
dan malondialdehida (MDA), etanol, n-

13
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

Konsentrasi kurkuminoid terjerap Semua sediaan diberikan secara oral dalam


diperoleh melalui perhitungan dengan bentuk larutan dalam air dengan sonde
menggunakan persamaan regresi linear dari lambung. Hari ke-10 dilakukan euthanasia
deret standar kurkuminoid. untuk diambil hatinya dan selanjutnya
aktivitas enzim enzim superoksida dismutase
Analisis Ukuran Partikel (Pang et al. 2007). (SOD), peroksidase (POX), glutation
Emulsi kurkuminoid-SLN yang peroksidase (Gpx), dan kadar malondialdehida
dihasilkan selanjutnya dianalisis ukuran (MDA) diukur untuk menentukan efek
partikelnya ditentukan dengan menggunakan antioksidan sediaan yang diuji.
particle size analyzer berdasarkan distribusi
jumlah. Pengukuran kadar MDA (Biovision 2013)
Preparasi sampel dengan cara 10 mg
Rancangan Percobaan dan Hewan Uji
jaringan hati dihomogenisasi dengan
(Konatham et al. 2010 modifikasi)
3 μL l MDA (3 μL
Penelitian ini menggunakan 27 ekor
BHT 100x). Homogenat yang dihasilkan
tikus betina galur Sprague-Dawley yang
selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan
berasal dari laboratorium Pusat Studi Satwa
13000 g selama 10 menit. Sedangkan untuk
Primata, berusia sekitar 4-8 minggu dengan
standar dilakukan denga μL
berat badan sekitar 140-170 g. Tikus dibagi
MDA c 4 7 μL
menjadi 9 kelompok masing-masing terdiri
ddH2O untuk mempersiapkan 0.1 M MDA.
dari 3 ekor tikus. Hewan coba diaklimatisasi
2 μL . M MDA c
selama minimal 1 minggu dan dimasukkan
98 μL H2O untuk
dalam kandang kelompok. Sebelum
menyiapkan 2 mM MDA, selanjutnya
percobaan, hewan coba ditimbang berat
, 2, 4, 6, 8, μL 2
badannya. Selanjutnya tikus dibuat rusak
mM MDA ke tabung microcentrifuge terpisah
hatinya sehingga mengalami oksidasi dengan
v l 2 μL
0.7 mL/kgBB CCL4 33% (dalam olive oil)
ddH2O. S 6 μL l TBA
pada hari ke 3, 6, dan 9 secara intraperitoneal
ditambahkan dalam setiap botol berisi standar
kecuali kelompok normal. Kelompok 1 adalah
dan sampel. Selanjutnya dilakukan inkubasi
kelompok normal tanpa induksi CCl4 yang
pada suhu 95°C selama 60 menit. Campuran
diberikan. Kelompok 2 kontrol negatif diberi
reaksi didinginkan sampai suhu kamar dalam
CCl4 tanpa pemberian sediaan apapun.
penangas es selama 10 menit. Campuran
Kelompok 3 diberi nanopartikel kurkuminoid
2 μL ( 8 μL
temulawak Balitro dengan dosis 50 mg/kg BB.
campuran) dimasukkan ke dalam setiap sumur
Kelompok 4 diberi nanopartikel kurkuminoid
pada microplate untuk analisis dan dibaca
temulawak Balitro dengan dosis 100 mg/kg
pada 532 nm.
BB. Kelompok 5 diberi nanopartikel
kurkuminoid temulawak Balitro dengan dosis
1500 mg/kgBB. Kelompok 6 diberi ekstrak Pengukuran aktivitas superoksida
kurkuminoid temulawak Balittro dengan dosis dismutase (Biovison 2013)
Jaringan hati sebanyak 10 mg dibilas
100 mg/kgBB. Kelompok 7 kontrol positif
dengan PBS-KCl dan dihomogenkan dalam
vitamin C dengan dosis 36 mg/kgBB.
0.1 M Tris-HCl. Kemudian homogenat
Kelompok 8 kontrol positif standar
disentrifus pada kecepatan 14000 g selama 5
kurkuminoid dengan dosis 20 mg/kgBB.
menit suhu 4°C dan supernatan dikumpulkan.
Kelompok 9 kontrol nanopartikel placebo.
S 2 μL l l

14
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

untuk setiap sumur sampel dan blanko 2 dan 2 μL l


2 μL H2O pada blanko 1 dan blanko 3. v l 5 μL
S l 2 μL l dengan bufer. Sebanya 5 μL
WST . S l 2 μL campuran ditambahkan pada masing-masing
larutan bufer pengencer pada blanko 2 dan sampel uji dan kontrol positif hidrogen
l 3 2 μL l z peroksida (HRP). Selanjutnya diaduk dan
setiap sampel dan blanko 1. Sampel diinkubasi diinkubasi selama 3 menit pada 37°C dan
pada suhu 37°C selama 20 menit. Absorbansi dilakukan pengukuran absorbansi pada 570 nm
diukur pada panjang gelombang 450 nm. utuk pengukuran A0. Selanjutnya diinkubasi
selama 90 menit pada suhu 37°C untuk
Pengukuran aktivitas glutation peroksidase pengukuran absorbansi pada 570 nm untuk
(Biovision 2013) A .S , μL
Jaringan hati sebanyak 0.1 g subtrat H2O2 12.5 mM diencerkan dengan
dihomogenkan dalam 0.2 mL larutan buffer 24 μL H2O2
dingin. Selanjutnya homogenat disentrifugasi substrat 0.1 mM. Substrat hasil pengenceran
pada 10000 g selama 15 menit pada 4°C dan , , 2 , 3 , 4 , 5 μL
supernatan dikumpulkan. Reaksi campuran pada sumur dan ditepatkan volume akhir 50
4 μL - μL
masing sampel uji dan kontrol positif lalu menghasilkan 0, 1, 2, 3, 4, 5 nmol/sumur
aduk. Selanjutnya campuran tersebut standar H2O2. Untuk setiap sumur,
diinkubasi sela 5 . S μL dipersiapkan total 5 μL c
cumene hydroperoxide ditambahkan dan 2 μL Probe OxiRed 48 μL
diaduk rata. Selanjutnya diukur absorbansi HRP kontrol positif. Campuran diinkubasi
pada 340 nm pada T1 untuk membaca A1, dan selama 5 menit dan mengukur absorbansi pada
diakhiri dengan pengukuran absorbansi pada 570 nm dalam microplatereader.
340 nm lagi di T2 setelah inkubasi reaksi pada
25°C selama 5 menit untuk membaca A2 Analisis Data (Mattjik dan Sumertajaya
dengan melindungi sampel dari cahaya. 2000)
NADPH (nikotinamida adenin dinukleotida Rancangan acak lengkap digunakan
) 4 M 25 μL c pada rancangan penelitian ini. Data yang
975 μL H2O untuk menghasilkan diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA
NADPH 1 mM. Selanjutnya ditambahkan 0, (analysis of variance) pada tingkat
2 ,4 ,6 ,8 , μL M NADPH ke c 95 α . 5. M l
microplate menghasilkan 0, 20, 40, 60, 80, 100 rancangan tersebut adalah sebagai berikut.
nmol/sumur. Ke dalam masing-masing sumur Y µ + τ + εi
v l μL
buffer, selanjutnya dilakukan pengukuran Keterangan:
absorbansi pada 340 nm untuk penentuan Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
kurva standar NADPH. µ = Pengaruh rataan umum
τ P -i
εi = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Pengukuran aktivitas peroksidase (Biovison
2013) Uji lanjut yang digunakan adalah uji
Homogenat hati disentrifugasi selama D c l c 9 , α
15 menit pada 1000 g dalam waktu 30 menit
untuk menghilangkan partikulat pelet. Sampel

15
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

= 0.05. Semua data dianalisis dengan program 0.233+0.06 (Tabel 1). Efisiensi penjerapan
SPSS 11.5. emulsi nanopartikel kurkuminoid 70.96%.
Gambar 1 menunjukkan formulasi emulsi
3. HASIL nanopartikel kurkuminoid yang baik yang
Karakteristik Nanopartikel Kurkuminoid ditandai dengan warna kuning cerah yang larut
tersalut Lemak Padat sempurna tanpa ada gumpalan didalamnya
(homogen).
Karakterisasi nanopartikel
kurkuminoid memiliki tiga parameter dalam
pengukurannya yang meliputi rata-rata ukuran
partikel, indeks polidispersitas, dan efisiensi
penjerapan. Hasil pengukuran partikel
nanopartikel kurkuminoid dianalisis
menggunakan alat particle size analyzer Delsa
NanoC (Beckman Coulter). Ukuran partikel
yang dihasilkan adalah 141.85+38.82 nm Gambar 1. Emulsi nano partikel kurkuminoid
dengan indeks polidispersitas sebesar tersalut lemak padat

Tabel 1. Distribusi ukuran partikel dan efisiensi penjerapan Jenis Sampel Rata-Rata Ukuran
Partikel
Rata—rata
Indeks [kurkuminoid] [kurkuminoid] Efisiensi
Ukuran
Jenis Sampel Polidispersitas terjerap ditambahkan Penjerapan
Partikel
(IP)* (mg/mL) (mg/mL) (%)*
(nm)*
Nanopartikel
141.85+38.82 0.233+0.06 0.7096 1 70.96+9.3 0
kurkuminoid
Keterangan (*): n= 3 kali ulangan

Bobot Badan dan Kondisi hewan coba bobot badan. Secara statistik, bobot badan
Pengamatan kondisi hewan coba kelompok normal berbeda nyata (p<0.05)
dilakukan selama 10 hari yang meliputi pola dengan kelompok nanopartikel kurkuminoid
tingkah laku, bobot badan, dan keadaan fisik 1500 mg/kgBB, ekstrak kurkuminoid 100
hewan coba. Selama perlakuan, tidak terjadi mg/kgBB, dan kelompok perlakuan vitamin C
keabnormalan perilaku dan feses pada tikus. 36 mg/kgBB. Parameter terakhir yang dapat
Feses tikus tidak mengalami perubahan warna diamati setelah perlakuan adalah pengamatan
(feses tetap berwarna hitam). Parameter yang fisik hati tikus yang dilakukan setelah
diamati selanjutnya adalah perubahan bobot euthanasia. Hati tikus yang diinduksi CCl4
badan selama perlakuan. Tabel 2 menunjukkan terlihat mengalami abnormalitas berupa
bahwa secara umum bobot badan semua pustula (Gambar 2b), sedangkan tikus yang
kelompok cenderung meningkat selama tidak diinduksi CCl4 (kelompok normal) tidak
pemberian perlakuan. Tetapi, di hari ke-4 ditemukan adanya pustula di hatinya (Gambar
kelompok perlakuan CCl4, ekstrak 2a).
kurkuminoid 100 mg/kgBB, dan vitamin C 36
mg/kgBB mengalami penurunan berat badan, Status Antioksidan Tikus Percobaan
jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan Status antioksidan suatu bahan secara
lain yang cenderung mengalami kenaikan in vivo dapat dilakukan dengan pengukuran

16
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

terhadap kadar MDA, aktivitas superoksida CCl4. Hasil pengukuran pemberian


dismutase (SOD), aktivitas glutation nanopartikel ini menunjukkan hasil yang
peroksidase (GPx) dan aktivitas peroksidase hampir sama dengan kelompok ekstrak
hati tikus. Kadar MDA yang terukur dari kurkuminoid. Kadar MDA terendah
kelompok pemberian nanopartikel dosis 50 ditunjukkan pada kelompok nanopartikel
mg/kgBB, nanopartikel dosis 100 mg/kgBB, kosong. Sedangkan kadar MDA tertinggi
dan nanopartikel dosis 1500 mg/kgBB dapat ditunjukkan pada kelompok vitamin C. Tetapi,
menurunkan kadar MDA hati tikus secara statistik pengukuran kadar MDA dari
dibandingkan dengan kelompok normal dan keseluruhan kelompok tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Pengamatan bobot badan tikus


Hari ke-
Kelompok % perubahan
0 2 4 6 8
Normal 149.76 156.40 157.63 159.30 158.77 6.02ab
CCl4 178.23 187.60 186.37 189.13 189.077 6.08ab
Nanopartikel kurkuminoid 50 mg/kgBB 160.03 170.27 170.27 169.13 165.83 3.62ab
Nanopartikel kurkuminoid 100 mg/kgBB 146.03 150.63 152.87 153.40 156.87 7.42ab
Nanopartikel kurkuminoid 1500 mg/kgBB 152.83 164.30 165.60 166.37 171.70 12.35ab
Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kgBB 143.53 163.40 160.93 162.83 161.60 12.59ab
Vitamin C 36 mg/kgBB 141.97 155.37 153.10 159.57 160.93 13.35ab
Standar kurkuminoid 100 mg/kgBB 147.87 149.83 151.93 155.60 158.87 7.44ab
Nanopartikel kosong 158.3 163.50 169.83 169.83 168.00 6.17ab
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Pustula

Gambar 2. Hati tikus Sprague dawley Betina setelah euthanasia dengan perlakuan
Keterangan: A=normal, B=induksi CCl4

Fesses

Gambar 3. Keadaan feses tikus setelah diberi perlakuan

Status Antioksidan Tikus Percobaan dapat meningkatkan kadar MDA jika


Status antioksidan suatu bahan secara dibandingkan dengan kelompok pemberian
in vivo dapat dilakukan dengan pengukuran nanopartikel (Gambar 4). Kadar MDA yang
terhadap kadar MDA, aktivitas superoksida terukur dari kelompok pemberian
dismutase (SOD), aktivitas glutation nanopartikel dosis 50 mg/kgBB, nanopartikel
peroksidase (GPx) dan aktivitas peroksidase dosis 100 mg/kgBB, dan nanopartikel dosis
hati tikus. Berdasarkan pengukuran kadar 1500 mg/kgBB dapat menurunkan kadar MDA
MDA menunjukkan bahwa pemberian CCl4 hati tikus dibandingkan dengan kelompok

17
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

normal dan CCl4. Hasil pengukuran pemberian secara statistik pengukuran kadar MDA dari
nanopartikel ini menunjukkan hasil yang keseluruhan kelompok tidak berbeda nyata.
hampir sama dengan kelompok ekstrak Hasil pengukuran aktivitas superoksida
kurkuminoid. Kadar MDA terendah dismutase (SOD) menunjukkan semua
ditunjukkan pada kelompok nanopartikel kelompok perlakuan memiliki aktivitas yang
kosong. Sedangkan kadar MDA tertinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
ditunjukkan pada kelompok vitamin C. Tetapi, normal (Gambar 5).

Gambar 4. Kadar MDA tikus Sprague-Dawley Betina 1) Normal; 2) CCl4; 3) Nanopartikel kurkuminoid 50 mg/kgBB;
4) Nanopartikel kurkuminoid 100 mg/kgBB; 5) Nanopartikel kurkuminoid 1500 mg/kgBB; 6) Ekstrak
kurkuminoid 100 mg/kgBB; 7) Vitamin C 36 mg/kgBB; 8) Standar kurkuminoid 20 mg/kgBB; 9)
Nanopartikel placebo.
Keterangan: Angka-angka pada grafik yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
5% (uji Duncan).

Gambar 5. Aktivitas enzim superoksida dismutase hati tikus Sprague-Dawley Betina 1) Normal; 2) CCl4; 3)
Nanopartikel kurkuminoid 50 mg/kgBB; 4) Nanopartikel kurkuminoid 100 mg/kgBB; 5) Nanopartikel
kurkuminoid 1500 mg/kgBB; 6) Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kgBB; 7) Vitamin C 36 mg/kgBB; 8)
Standar kurkuminoid 20 mg/kgBB; 9) Nanopartikel placebo.
Keterangan: Angka-angka pada grafik yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
5% (uji Duncan).

18
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

Pemberian CCl4 dapat menurunkan tertinggi terdapat pada kelompok 5. Secara


aktivitas SOD. Ketiga kelompok perlakuan statistik, aktivitas enzim menunjukkan hasil
dengan nanopartikel kurkuminoid diketahui yang berbeda nyata. Artinya, pemberian
meningkatkan aktivitas superoksida dismutase nanopartikel kurkuminoid dosis 1500
dibandingkan kelompok normal dan CCl4. mg/kgBB memiliki efek meningkatkan
Hasil pengukuran dengan pemberian ekstrak aktivitas SOD.
kurkuminoid menunjukkan hasil yang hampir Hasil yang sama juga ditunjukkan
sama dengan pemberian naopartikel pada pengukuran aktivitas glutation
kurkuminoid dosis 1500 mg/kgBB. Aktivitas peroksidase (Gambar 7).
Aktivitas Glutation peroksidase

Gambar 6. Aktivitas enzim glutation peroksidase hati tikus Sprague-Dawley Betina 1) Normal; 2) CCl4; 3)
Nanopartikel kurkuminoid 50 mg/kgBB; 4) Nanopartikel kurkuminoid 100 mg/kgBB; 5) Nanopartikel
kurkuminoid 1500 mg/kgBB; 6) Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kgBB; 7) Vitamin C 36 mg/kgBB; 8)
Standar kurkuminoid 20 mg/kgBB; 9) Nanopartikel placebo.
Keterangan: Angka-angka pada grafik yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji Duncan).

Gambar 7. Aktivitas enzim peroksidase hati tikus Sprague-Dawley Betina 1) Normal; 2) CCl4; 3) Nanopartikel
kurkuminoid 50 mg/kgBB; 4) Nanopartikel kurkuminoid 100 mg/kgBB; 5) Nanopartikel kurkuminoid
1500 mg/kgBB; 6) Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kgBB; 7) Vitamin C 36 mg/kgBB; 8) Standar
kurkuminoid 20 mg/kgBB; 9) Nanopartikel placebo.
Keterangan: Angka-angka pada grafik yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji Duncan).

19
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

Kelompok dengan perlakuan (2011). Selain itu, asam palmitat merupakan


pemberian CCl4 sebagai agen radikal eksogen asam lemak yang meningkat
menunjukkan aktivitas yang lebih rendah jika bioavailabilitasnya pada mencit (Xie 2011).
dibandingkan kelompok pemberian Perbandingan penggunaan antara
nanopartikel kurkuminoid. Ketiga perlakuan kurkuminoid dengan asam palmitat adalah 1 :
dengan pemberian nanopartikel kurkuminoid 0.1 dengan volume 100 mL. Formula yang
dapat meningkatkan aktivitas glutation dihasilkan berupa emulsi dengan warna
peroksidase. Aktivitas GPx pada pemberian kuning cerah dan homogen (Gambar 1).
ekstrak kurkuminoid lebih rendah jika Emulsi nanopartikel kurkuminoid
dibandingkan dengan kelompok CCl4 dan yang telah dihasilkan selanjutnya
pemberian nanopartikel kurkuminoid, tetapi diultrasonikasi pada amplitudo 20% selama 1
masih jauh lebih tinggi aktivitasnya jika jam. Metode ultrasonikasi ini bertujuan
dibandingkan dengan kelompok normal. memecah partikel dalam emulsi menjadi
Dosis nanopartikel kurkuminoid sebesar 100 partikel yang lebih kecil sehingga
mg/kgBB memberikan hasil yang berbeda menghasilkan ukuran partikel yang seragam
nyata dibandingkan dengan normal dalam (Mujib 2011). Keseragaman ukuran partikel
meningkatkan aktivitas glutation peroksidase. berkaitan erat dengan dengan penyerapan
Berdasarkan pengukuran aktivitas nanopartikel di dalam tubuh. Kecilnya ukuran
peroksidase, diketahui bahwa pemberian partikel akan meningkatkan luas permukaaan
nanopartikel kurkuminoid dosis 50 mg/kgBB yang menyebabkan kelarutan tinggi.
dan 1500 mg/kgBB pada tikus meningkatkan Tingginya kelarutan memudahkan partikel
aktivitas peroksidase dibandingkan kelompok tersebut untuk diserap ke dalam tubuh (Awad
normal walaupun secara statistik hasil et al. 2008). Ukuran partikel nanopartikel
keduanya tidak berbeda nyata. Aktivitas kurkuminoid ditentukan dari alat Particle Size
enzim peroksidase tertinggi terdapat pada Analyzer dengan metode photon correlation
kelompok 8 dengan aktivitas sebesar 3.2532 spectroscopy (PCS). Tabel 1 memperlihatkan
mU/mL. Sedangkan, aktivitas enzim ukuran partikel nanopartikel kurkuminoid
peroksidase terendah ditunjukkan oleh yang kecil yaitu 141.85+38.82 nm, ukuran
kelompok 2 dengan perlakuan pemberian tersebut masuk dalam rentang ukuran partikel
CCl4. Kelompok perlakuan lainnya nanopartikel lemak padat yang baik yaitu 50-
menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh 1000 nm (Ristanti 2008).
dengan kelompok normal. Secara statistik, Nilai indeks polidipersitas (IP)
secara keseluruhan aktivitasnya tidak nanopartikel kurkuminoid adalah 0.233+0.06.
menunjukan perbedaan yang nyata antar Indeks polidipersitas adalah parameter yang
kelompoknya (p<0.05). menyatakan distribusi ukuran partikel dari
sistem nanopartikel, bila nilai IP kurang dari
4. PEMBAHASAN 0.3 maka ukuran partikel memiliki distribusi
Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid yang sempit (Mujib 2011). IP nanopartikel
tersalut Lemak Padat kurkuminoid memiliki nilai yang kurang dari
Penyalut yang digunakan dalam 0.3 (Tabel 1), hal tersebut menunjukkan
pembuatan nanopartikel kurkuminoid adalah distribusi ukuran partikel yang sempit dan
asam palmitat. Penggunaan asam palmitat ini mengindikasikan proses pembuatan
mengacu pada pembuatan nanopartikel nanopartikel telah berhasil.
kurkuminoid yang telah dilakukan oleh Mujib

20
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

Efisiensi penjerapan merupakan dapat muntah sehingga lebih mudah dalam


parameter penting dalam karakterisasi melakukan pencekokan. Pengandangan tikus
nanopartikel tersalut lemak padat. Metode dibagi secara berkelompok. Hewan coba
efisiensi penjerapan yang digunakan adalah dikandangkan dengan kandang khusus yang
metode langsung, yaitu dengan mengekstraksi terbuat dari plastik yang beralaskan beeding.
kurkuminoid yang terjerap dalam matriks Penerangan kandang diatur secara otomatis
lemak menggunakan metanol setelah lemak pada kondisi 12 jam terang dan 12 jam gelap
padat dipisahkan dari medium pendispersi dengan suhu ruangan 230C.
dengan sentrifugasi. Konsentrasinya Sebelum memulai perlakuan, tikus
kemudian ditetapkan dengan spektrofotometri diadaptasi selama satu minggu. Adaptasi
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum bertujuan menghindari resiko timbulnya stres
425 nm menggunakan persamaan regresi selama proses transportasi serta
linear dari kurva kalibrasi kurkuminoid menyeragamkan pola makan ataupun pola
standar (Lampiran 2). Efisiensi terjerap hidup dengan lingkungan baru. Selama
didefinisikan sebagai persentase kurkuminoid adaptasi hewan coba diberikan pakan standar
yang terjerap ke dalam lemak padat sebanyak + 20 g. Pemberian pakan ini sudah
dibandingkan dengan total kurkuminoid yang sesuai dengan angka kebutuhan konsumsi
ditambahkan. Presentase efisiensi penjerapan pakan tikus per hari (Puspawati 2009).
kurkuminoid pada nanopartikel lemak padat Penentuan banyaknya sisa pakan dilakukan
diperoleh sebesar 70.96+9.30% (Tabel 2). Hal dengan cara scoring.
tersebut sesuai dengan standar sistem Berdasarkan data pengamatan bobot
penghantaran obat yang baik yaitu diatas 60% badan hewan coba, keseluruhan hewan coba
(Konatham et al. 2010). Nilai efisiensi pada setiap perlakuan mengalami kenaikan
penjerapan bergantung pada seberapa besar bobot badan sebesar 8.21% (Tabel 3). Hal
zat aktif yang ditambahkan pada saat tersebut menunjukkan bahwa pemberian
pembuatan nanopartikel lemak padat, karena sediaan nanopartikel kurkuminoid tidak
merupakan perbandingan jumlah zat aktif mengakibatkan penurunan bobot badan
yang terjerap dengan yang ditambahkan hewan coba, sebaliknya meningkatkan bobot
(Mujib 2011). EP juga dipengaruhi oleh badan. Hal ini sesuai dengan penelitian
kelarutan zat aktif dalam lemak cair (Parhi Puspawati (2009) yang menyatakan bahwa
dan Suresh 2010). pemberiaan sediaan antioksidan pada hewan
coba tidak memberikan efek negatif maupun
Bobot Badan dan Kondisi Hewan Coba penurunan bobot badan hewan coba, tetapi
Hewan coba yang digunakan dalam memberikan efek kenaikan bobot badan
penelitian ini adalah tikus varietas Rattus hewan coba. Selain itu, kenaikan bobot badan
norvegicus galur Sprague Dawley betina ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan
sebanyak 27 ekor berumur delapan minggu dan umur tikus yang berada dalam masa
dengan bobot badan 153.1644+11.23 g. Tikus pertumbuhan (mature point), yaitu kurang
dikandangkan pada kandang Rodentia dari 6 bulan. Umur tikus yang digunakan pada
Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata. awal adaptasi adalah ±2 bulan. Kondisi ini
Penggunaan tikus Sprague Dawley sebagai menunjukkan tikus dalam keadaan sehat,
hewan coba dalam penelitian ini, karena tikus tidak ada gangguan pertumbuhan, dan
ini banyak digunakan dalam penelitian kalorinya tercukupi (Lu 2006).
mengenai imunitas. Selain itu, tikus ini tidak

21
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

Perlakuan hewan coba kemudian Keadaan stres oksidatif terjadi bila


dilanjutkan dengan induksi atau cekok karbon jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih tinggi
tetraklorida. Karbon tetraklorida (CCl4) dari jumlah sistem antioksidan. Stres oksidatif
merupakan sumber radikal bebas eksogen yang ditimbulkan oleh radikal bebas tersebut
yang dapat menyebabkan stres oksidatif dapat ditentukan dengan mengukur salah satu
(Simanjuntak 2007). Simanjuntak (2007) parameter berupa kadar malondialdehida
menyatakan bahwa, apabila tubuh terpapar (MDA). Bila kadar MDA tinggi, maka dapat
CCl4 dapat menyebabkan kerusakan hati. dipastikan sel mengalami stres oksidatif
Penelitian lain menyebutkan bahwa CCl4 (Valko 2006). Sehingga kadar MDA
merupakan penyebab kerusakan hati yang merupakan indeks parameter tidak langsung
ditandai dengan peradangan akut pada sel-sel terjadinya stres oksidatif. Sumber radikal
hati, yakni terjadinya nekrosis yang ditandai bebas yang dihasilkan dari luar yang dapat
pustula pada hati (Shanmugasundaram dan menimbulkan stres oksidatif adalah karbon
Venkataraman 2006). Pernyataan ini sesuai tetraklorida (CCl4).
dengan pengamatan kondisi hati tikus yang Pengukuran kadar MDA pada
diinduksi dengan CCl4 yang menunjukan penelitian ini menggunakan metode
abnormalitas berupa pustula, sedangkan hati tiobarbiturat (TBA). Prinsip pengukuran
tikus kelompok normal (tidak diinduksi CCl4) MDA adalah reaksi satu molekul dengan dua
tidak menunjukkan ketidaknormalan (Gambar molekul TBA yang membentuk kompleks
2). MDA-TBA yang berwarna merah muda
Induksi CCl4 dilakukan pada hari ke- sehingga dapat dikuantifikasi melalui
3. Kelompok tikus yang diinduksi dengan spektrofotometri pada panjang gelombang
CCl4 mengalamai penurunan bobot badan 532 nm (Yagi 1998). Alasan penggunaan
pada penimbangan bobot badan di hari ke-4 metode ini adalah metode TBA mempunyai
dari 187.60 g menjadi 186.37 g (Tabel 2). tingkat kepekaan yang tinggi pada radikal
Jeon et al (2003) menyatakan bahwa bebas dan mudah diaplikasikan. MDA adalah
pemberian CCl4 mengacaukan proses oksidasi produk peroksidasi lipid dan kadarnya dapat
dan menurunkan bobot badan. Hal ini ditekan oleh keberadaan senyawa-senyawa
menunjukkan adanya pengaruh pemberian antioksidan (Prangdimurti et al. 2006).
CCl4 terhadap bobot badan tikus. Dengan kata lain, kadar MDA yang rendah
Secara fisik semua tikus tetap menunjukkan adanya penghambatan terhadap
memiliki mata merah yang jernih, bulu putih, oksidasi lipid oleh antioksidan (Simanjuntak
tidak rontok, serta feses padat dan hitam 2007).
(Gambar 3). Warna feses normal Gambar 4 menunjukkan bahwa
mengindikasikan nanopartikel kurkuminoid pemberian CCl4 sebagai agen radikal eksogen
dapat terserap dengan baik oleh tikus karena dapat meningkatkan kadar MDA jika
warna feses tidak berubah menjadi kuning dibandingkan dengan perlakuan pemberian
(warna kurkumin). Selain pengamatan feses, nanopartikel kurkuminoid, walaupun masih
pada tingkah laku tikus tidak ditemukan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
adanya kelainan, selama pengamatan tidak kelompok normal. Hal ini sesuai dengan teori
ditemukan adanya tikus yang gelisah dan yang menyatakan bahwa CCl4 dapat
hiperaktif. meningkatkan peroksidasi hati yang
mengakibatkan kenaikan kadar MDA
Kadar MDA pada Hati Tikus (Simanjuntak 2007). Pemberian nanopartikel

22
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 1500 mg (Pauling dalam Fonorow 2008) yang
mg/kgBB serta ekstrak kurkuminoid 100 dikonversikan pada dosis tikus yaitu sebesar
mg/kgBB menurunkan kadar MDA dengan 36 mg/KgBB. Peristiwa ini diduga
kadar MDA yang hampir sama. Sehingga disebabkan penyerapan senyawa vitamin C
dapat diketahui bahwa pemberian dalam tubuh tikus tidak optimal karena sifat
nanopartikel kurkuminoid memiliki efek yang senyawanya mudah larut dalam air sehingga
sama dengan pemberian ekstrak kurkuminoid. mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
Menurunnya kadar MDA pada tikus urin (Almatsier 2004).
dikarenakan karena kurkuminoid merupakan Secara statistik baik kelompok CCl4
senyawa fenolik yang akan mendonorkan maupun kelompok perlakuan pemberian
elektron kepada senyawa radikal yang nanopartikel tidak memiliki perbedaan yang
dihasilkan oleh senyawa CCl4, sehingga akan nyata (p<0.05). Sehingga dapat dikatakan,
menurunkan oksidasi lipid yang secara pemberian nanopartikel kurkuminoid belum
langsung akan menurunkan kadar MDA maksimal sebagai antioksidan.
sebagai produk akhir proses tersebut
(Puspawati 2009). Aktivitas Superoksida Dismutase pada
Pemberian nanopartikel placebo yang Hati Tikus
terdiri dari asam palmitat dan air reverse Pengukuran status antioksidan secara
osmosis pada tikus menunjukkan kadar MDA in vivo selanjutnya adalah aktivitas
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan superoksida dismutase. Enzim SOD
kelompok normal, tetapi masih lebih tinggi merupakan enzim antioksidan endogen yang
jika dibandingkan pemberian nanopartikel mempunyai peranan penting secara langsung
dan ekstrak kurkuminoid. Hal ini melindungi sel dari gangguan radikal bebas,
membuktikan pemberian nanopartikel placebo dan secara tidak langsung memelihara
tidak toksik, karena asam palmitat yang keseimbangan oksigen yang bersifat toksik
merupakan bahan pokok pembuatan (Wresdiyati et al. 2002). Pengukuran
nanopartikel placebo merupakan produk kandungan enzim antioksidan SOD
normal dari sistem asam lemak dalam sel merupakan cara untuk mengetahui kondisi
hewan dan berfungsi sebagai prekursor asam pertahanan sel terhadap radikal bebas. Prinsip
lemak rantai panjang lainnya dan dua asam dasar pengukuran superoksida dismutase
lemak tidak jenuh (, yaitu asam palmitoleat (SOD) adalah reaksi antara O2*-(radikal
dan asam oleat (Lehninger 1982). superoksida dengan Blue tetrazolium (NBT)
Berdasarkan pengukuran diketahui sehingga membentuk formazan biru ungu.
bahwa pemberian vitamin C yang diketahui SOD yang berada dalam plasma berlomba
sebagai antioksidan eksogen tidak dapat dengan NBT untuk bereaksi dengan O2*-
menghambat peroksidasi lipid, hal itu dapat sehingga menghambat pembentukan warna.
terlihat dari meningkatnya kadar MDA pada Aktivitas SOD ini diukur melalui derajat
perlakuan tersebut. Sehingga dapat dikatakan penghambatan (inhibisi) pembentukan warna
vitamin C 36 mg/kgBB tidak lebih baik (Widowati et al. 2005). Semakin banyak
sebagai antioksidan jika dibandingkan jumlah enzim SOD dalam sampel maka
kelompok pemberian nanopartikel warna yang terbentuk pun semakin tidak
kurkuminoid, padahal dosis vitamin C yang pekat.
digunakan berdasarkan dosis toleransi perut Kelompok perlakuan CCl4
manusia dalam keadaan normal sebesar 400 memperlihatkan aktivitas yang lebih tinggi

23
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

dibandingkan kelompok normal, tetapi masih teroksidasi (GSSG). GSSG yang dihasilkan
lebih rendah jika aktivitasnya dibandingkan direduksi menjadi GSH dengan bantuan
kelompok nanopartikel kurkuminoid 100 NADPH oleh glutation reduktase.
mg/kgBB dan nanopartikel kurkuminoid 1500 Hasil analisis menunjukkan aktivitas
mg/kgBB. Hal ini sesuai dengan karena GPx perlakuan CCl4 lebih tinggi
induksi CCl4 akan menurunkan aktivitas dibandingkan kelompok normal, tetapi masih
enzim antioksidan (Jeon 2003). lebih rendah jika dibandingkan dengan ketiga
Hasil pengukuran menunjukkan perlakuan pemberian nanopartikel
bahwa nanopartikel kurkuminoid dosis 50 kurkuminoid. Glutation peroksidase yang
mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 1500 mg/kg rendah berkorelasi dengan gangguan yang
BB, ekstrak kurkuminoid, vitamin C, dan berhubungan dengan radikal bebas (Judge et
standar kurkuminoid dapat meningkatkan al. 2005). Kelompok normal memiliki
aktivitas enzim superoksida dismutase aktivitas GPx yang terendah sebesar 89.7436
dibandingkan dengan kelompok normal mU/mL, sedangkan aktivitas tertinggi
(Gambar 5). Dengan kata lain, dapat ditunjukkan oleh perlakuan pemberian
dinyatakan bahwa pemberian perlakuan sudah nanopartikel kurkuminoid dosis 100
efektif sebagai antioksidan. Hal ini sesuai mg/kgBB. Pemberian nanopartikel
dengan pernyataan Yuan et al. (2009), bahwa kurkuminoid dosis bertingkat dapat
senyawa antioksidan bekerja secara sinergis meningkatkan aktivitas glutation peroksidase
dengan enzim SOD dalam menetralkan secara berbeda nyata (p<0.05). Peningkatan
radikal bebas, sehingga aktivitas enzim SOD aktivitas glutation peroksidase disebabkan
menjadi tinggi. Secara statistik, hanya terjadinya peroksidasi lipid membran
kelompok pemberian nanopartikel mitokondria (Meister 1995). Peningkatan
kurkuminoid dosis 1500 mg/kgBB yang aktivitas glutation peroksidase ini
menunjukkan hasil berbeda nyata dengan dimungkinkan karena kurkuminoid
kelompok normal. Artinya, pemberian menetralkan radikal bebas.
nanopartikel kurkuminoid dosis 1500 Secara statistik, pemberian
mg/kgBB dapat meningkatkan aktivitas SOD. nanopartikel kurkuminoid dosis 50 mg/kgBB
dan 1500 mg/kgBB sebanding dengan
Aktivitas Glutation Peroksidase pada Hati kelompok CCl4, sehingga mengindikasikan
Tikus bahwa pemberian naopartikel dosis 50 mg
Selanjutnya, penelitian ini dan 1500 mg belum efektif sebagai
menganalisis aktivitas antioksidan glutation antioksidan. Sedangkan pemberian
peroksidase (GPx) yang terdapat di dalam hati nanopartikel dosis 100 mg menunjukkan hasil
tikus sebagai gambaran pengaruh pemberian meningkatkan aktivitas glutation peroksidase
nanopartikel kurkuminoid temulawak yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol
terhadap aktivitas antioksidan GPx. Enzim dan CCl4. Hal tersebut karena pemberian
glutation peroksidase merupakan enzim yang senyawa antioksidan akan menurunkan
mengatalisis reduksi H2O2 dan lemak peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
peroksida (LOOH) dengan menggunakan akan meningkatkan aktivitas GPx sebagai
glutation tereduksi (GSH) sebagai kofaktor enzim penetralisirnya.
(Nabet 1996). Prinsip pengukuran enzim ini
adalah glutation peroksidase mengatalisis
glutation tereduksi (GSH) menjadi glutation

24
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

Aktivitas Peroksidase pada Hati Tikus antioksidan. Hal tersebut sesuai dengan
Pengukuran status antioksidan yang hipotesis yang sebelumnya dikemukakan
terakhir adalah aktivitas enzim peroksidase. bahwa pembentukan nanopartikel
Peroksidase adalah kelas enzim golongan kurkuminoid dapat meningkatkan
oksireduktase yang mengkatalisis H2O2 yang bioavabilitas dibandingkan dengan ekstrak
bersifat toksik menjadi H2O yang netral kurkuminoid. Selain itu, diketahui bahwa
dengan adanya substrat yang bertindak perlakuan terbaik dalam menekan keadaan
sebagai donor hidrogen sehingga sel hidup stres oksidatif adalah pemberian nanopartikel
tidak mengalami kerusakan (Hiner et al. pada aktivitas superoksida dismutase, karena
2002). Enzim peroksidase merupakan nanopartikel memberikan aktivitas yang lebih
kelompok enzim mengaitkan hubungan tinggi dibandingkan kelompok normal dan
dengan aktivitas katalase sebagai enzim yang hampir sama dengan pemberian ekstrak
secara endogen yang diproduksi tubuh. kurkuminoid.
Pemberian CCl4 dapat menurunkan aktivitas Penggunaan nanopartikel dosis 100
peroksidase dibandingkan kelompok normal mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB memberikan
(Gambar 7). Menurut Jeon (2003), pemberian efek yang relatif sama atau lebih tinggi
CCl4 dapat menurunkan aktivitas antioksidan. dengan standar kurkuminoid. Nanopartikel
Pemberian nanopartikel dosis 50 kurkuminoid mengandung bahan aktif lebih
mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB dapat kecil yaitu 0.3 mg dan 0.02 mg, sedangkan
meningkatkan aktivitas peroksidase standar kurkumin mengandung bahan aktif
dibanadingkan kelompok normal. Hal yang sebesar 1.6 mg (pada dosis 20 mg), sehingga
dapat terlihat adalah bahwa pemberian pembuatan kurkuminoid lemak padat lebih
nanopartikel kurkuminoid dapat ekonomis dibandingkan dengan penggunaan
meningkatkan aktivitas peroksidase, standar kurkumin karena mengandung bahan
walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. aktif yang lebih sedikit, tetapi memberikan
Pengamatan aktivitas antioksidan dengan efek yang sama atau lebih tinggi.
parameter enzim peroksidase masih belum
bisa dilakukan observasi lebih lanjut karena 5. DAFTAR PUSTAKA
mekanisme kelompok enzim tersebut dalam Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
penangkalan radikal bebas masih belum Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
diketahui secara pasti
Awad T, Helgason T, Kristbergsson K,
Decker EA, Weiss J, McClements DJ.
Aktivitas antioksidatif Nanopartikel 2008. Solid lipid nanoparticles as
Kurkuminoid delivery systems for bioactive food
Berdasarkan keseluruhan pengukuran components. FoodBiophysic.(3):146–
dapat teramati bahwa pemberian CCl4 dapat 154.
meningkatkan kadar MDA dan menurunkan BPOM RI. 2005. Lampiran Peraturan Kepala
aktivitas peroksidase, superoksida dismutase Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
serta glutation peroksidase. Pemberian Nomor :HK.00.05.4.1380 [internet].
[diacu 2013 Desember 12]. Tersedia
nanopartikel kurkuminoid dapat
dari: http: // www2. pom. go. id/ public/
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan hukum_ perundangan/ pdf/
menurunkan kadar MDA. Hal ini dikarenakan SK%20CPOTB(1). pdf
CCl4 dapat meningkatkan kadar MDA yang
Biovision. 2013. Glutathione peroxidase
keberadaannya dapat dinetralisir oleh enzim activity colorimetric assay kit [internet].
25
Ambarsari et al. – Aktivitas Antioksidan Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Balittro secara In Vivo

[diacu 2013 Desember 11]. Tersedia Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia: Jilid
dari: http: //www. biovision. com/ 2. Jakarta: Erlangga. 386 hlm.
manuals/K762.pdf Liang OB, Widjaya Y, Asparton Y, Puspa S.
Biovision. 2013. Lipid peroxidation (mda) 1985. Beberapa aspek isolasi,
colorimetric/fluorometric assay kit identifikasi, dan penggunaan
[internet]. [diacu 2013 Desember 11]. komponen-komponen Curcuma
Tersedia dari: http:// xanthorriza Roxb. dan Curcuma
www.biovision.com/manuals/K739.pdf domestika Val. Prosiding Symposium
?osCsid=p3pondekgluik5i0v2d05ufb74. Nasional Temulawak. Bandung:
Lembaga Penelitian Universitas
Biovision. 2013. Peroxidase activity
Padjajaran.
colorimetric/fluorometric assay kit
[internet]. [diacu 2013 Desember 11]. Lu F. 2002. Toksikologi Dasar: Asas, Organ
Tersedia dari: http://www. sasaran, dan Penilaian Risiko.
biovision.com/manuals/K772.pdf?osCsi Nugroho, penerjemah. Jakarta: UI Pr.
d=h1ece063787ju120g3scfvfc05. Terjemahan dari: Toxicology,
fundamentals, target organs, and risk
Biovision. 2011. Superoxide Dismutase
assesment. 392 hlm.
(SOD) Activity Assay Kit [internet].
[diacu 2013 Desember 11]. Tersedia Malsch N. 2005. Biomedical Nanotechnology.
dari: http: //www. USA: T&F Group. 161 hlm.
biovision.com/manuals/K335.pdf?osCsi Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002.
d=rpvapthbcklvf08m7p152jhsv0. Perancangan percobaan jilid 1 edisi ke-
Fonorow O. 2008. Pauling Therapy 2 dengan aplikasi SAS dan MINITAB.
Handbook. Boston: Lulu Press. 256 Bogor: IPB Press. 276 hlm.
hlm. Meister A. 1995. Mitochondrial changes
Hiner et al. 2002. Mechanism of compound associated with glutathione deficiency.
information in heme peroxidases. J Biochem Biophys Acta. (1): 35-42.
Inorgan Biochem. (91): 27-33. Mujib MA. 2011. Pencirian nanopartikel
Jeon TI, Hwang SG, Park NG, Shin SI, Choi kurkuminoid tersalut lemak padat
SD, Park DK. 2003. Antioxidative [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan
effect of chitosan on chronic carbon Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
tetrachloride induced hepatic injury in Pertanian Bogor.
rats. Toxicol. (1): 67-73. Nabet F B. 1996. Zat gizi antioksidan
Judge S, Mok Jang Y, Smith A, Hagen T, dan penangkal senyawa radikal pangan
Leeuwenburg C. 2005. Ageassociated dalam sistem biologis. Dalam Zakaria F
increases in oxidative stress and R, R Dewanti, S Yasni (eds.). Prosiding
antioxidant enzyme activities in cardiac Seminar Senyawa Radikal dan Sistem
interfibrillar mitochondria: implication pangan: Reaksi Biomolekuler, Dampak
for the mitochondrial theory of aging. terhadap Kesehatan dan Penangkalan,
University of Florida. Faseb J. (3):419- hal. 8-15. Kerjasama PAU IPB dengan
421. Kedutaan Perancis, Jakarta.
Kamble VA, Jagdale DM, Kadan VJ. 2010. Pan M H, Huang T M, Lin JK. 1999.
Solid lipid nanoparticles as drug Biotransformation of curcumin through
delivery system. Int J Pharm BioSci. (1) reduction and glucuronidation in mice.
:1–9. Drug Metab.Dispos. 27(4): 486– 94.
Konatham S. 2010. Liposomal delivery of Pang X, Cui F, Tian J, Chen J, Zhou J, Zhou
curcumin to liver. Turk J. Pharm Sci. W. 2009. Preparation and
7(2): 89-98. characterization of magnetic solid lipid
26
Curr. Biochem. 2020. 6 (1): 11-27

nanoparticles loaded with ibuprofen. Valko M. 2006. Free radical, metal, and
Asian J Pharm Sci. (4): 132–137. antioxidant in oxidative stress induced
cancer. J Chem Biol.(160): 1-40.
Parhi R, Suresh P. 2010. Production of solid
lipid nanoparticles-drug loading and Wahlstrom B, Blennow G. 1978. A study on
release mechanism. J Chem Pharm. 2 the fate of curcumin in the rat. Acta
(1): 211-227. Pharmacol Toxicol.(2): 86–92.
Puspawati G. 2009. Kajian aktivitas [WHO] World Health Organization. 2003.
proliferasi limfosit dan kapasitas Traditional medicine [internet]. [diacu
antioksidan Sorgum (Sorghum bicolor L 2012 Desember 27]. Tersedia dari: http:
Moench) dan Jewawut (Pennisetum sp) //www. who. int/ mediacentre/
pada Tikus Sprague Dawley [tesis]. factsheets/fs134/en/.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Widowati W, Ratu S, Rymond R, Marlinda S.
Prangdimurti E, Muchtadi D, Astawan M, 2005. Penapisan aktivitas superoksida
Zakaria FR. 2006. Aktivitas antioksidan dismutase pada berbagai tanaman. JKM.
ekstrak daun suji. J Teknol Indust (5): 33-48.
Pangan. 17(2) : 79-88. Wresdiyati T, K Mamba, IKM Adnyane, US
Ravindranath V, Chandrasekhara N. 1980. Aisyah. 2002. The effect of stress
Absorption and tissue distribution of condition on the intracellular
curcumin in rats. Toxicol. (16): 59– 65. antioxidant copper,zinc-superoxide
dismutase in the rat kidney: an
Ravindranath V, Chandrasekhara N. 1981.
immunohistochemical study. Hayati.
Metabolism of curcumin––studies with
(3):85-88.
[3H] curcumin. Toxicol. (22): 37–44.
Xie S Y. 2011. Preparation, characterization
Ristanti E. 2008. Potensi lemak dan minyak
and pharmacokinetics of enrofloxacin-
dari tanaman perkebunan sebagai bahan
loaded solid lipid nanoparticles:
baku material pembawa dalam sistem
Influences of fattyacids. Colloid
penghantaran obat. J Indust Hasil
Surfaces Biointerf. 83(2): 382-387.
Perkebunan. (3): 63-64.
Yadav V, Vinay P, Sarasija S, Yadav S. 2008.
Shoba G, Joy D, Joseph T, Majeed M,
Curcumin Loaded Palmitic Acid
Rajendran R, Srinivas PS. 1998.
Microparticles. InPharm Communique.
Influence of piperine on the
(1) : 15–18.
pharmacokinetics of curcumin in
animals and human volunteers. Planta Yagi K. 1998.Simple assay for the level of
Med. 64(4): 353–6. total lipid peroxides in serum or plasma.
Methods Mol Biol. (108): 101-106.
Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 1995.
Temulawak (Curcuma xanthorriza Yuan C, Huang L, Cheng Y. Bu, Liu F, Yi Z,
Roxb). Jakarta: Phyto Medika. 105 hlm. Yang, & Song. 2009. Evaluation of
antioxidant and immune activity of
Simanjuntak K. 2007. Radikal bebas dari
Phellinus ribis glucan in mice. Food
senyawa toksik karbon tetraklorida
Chem. (115) : 581– 584.
(CCl4). Bina Widya. 8(1): 25-31.
Shanmugasundaram P, Venkataraman S. J.
2006. Hepatoprotective and antioxidant
effects of Hygrophila auriculata (K.
Schum) heine acanthaceae root extract.
J Ethnopharmacol. (1): 124-128.

27

You might also like