Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Maryati et al.

/ Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record

Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and


Medical Record at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta
Warsi Maryati 1), Bhisma Murti 2), Dono Indarto 3)

1)School of Medical Records, APIKES Citra Medika, Surakarta


2, 3)MastersProgram in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta
3)Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Background: Diagnosis coding is a tool for identifying and grouping diseases, disorders, symp-
toms, and other disease-related outcomes, such as poisoning, adverse effect of drugs and
chemicals, injury. Diagnosis code can be used in policy making and costing medical care. Doctors,
nurses, coding personnel, and medical record quality, may affect the quality of diagnosis coding.
This study aimed to investigate factors that affects the quality of diagnosis coding at Dr. Moewardi
Hospital, Surakarta.
Subjects and Method: This was an analytic observational using cross sectional design. This
study was conducted at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Indonesia. A total of 250 in patient
medical record document at Dr. Moewardi Hospital were selected for the study by stratified
random sampling.The data was analyzed by structural equation modeling (SEM).
Results: Sub-specialistic doctor (b = 1.13; 95% CI = 0.06 to 0.33; p = 0.039), civil servant doctor
(b = 0.84; 95%CI = 0.06 to 1.62; p =0.034), nurse working • \HDUV (b = 1.77; 95% CI = 1.13 to
2.42; p<0.001), significantly increased the quality of medical record. Coding personnel aged •40
years (b= 1.70; 95% CI = 0.64 to 2.77; p = 0.002), coding personnel working •5 years (b = 1.70;
95% CI= 0.98 to 2.42; p 0.001), and coding personnel has • WLPHV WUDLQLQJ (b = 2.62; 95% CI =
1.40 to 3.83; p <0.001), significantly increased the quality of diagnosis coding.
Conclusion: Sub-specialistic doctor, civil servant doctor, nurse working • \HDUV, significantly
increased the quality of medical record. Coding personnel aged •40 years, coding personnel
working •5 years, and coding personnel has • times training, significantly increased the quality
of diagnosis coding.

Keywords: Quality of diagnosis coding, quality of medical record, doctor, nurse, coding personnel.

Correspondence:
Warsi Maryati. School of Medical Records and Health, APIKES Citra Medika, Surakarta. Email:
warsi_maryati@yahoo.com

LATAR BELAKANG Faktor±faktor yang dapat mempeng-


Kode diagnosis memiliki peran yang sangat aruhi kualitas kode diagnosis antara lain
penting bagi penyedia layanan kesehatan dokter, tenaga medis lain (perawat) dan
sebagai dasar pembuatan statistik untuk tenaga rekam medis (pengkode). Dokter
mengetahui tren penyakit. Selain itu, kode dan perawat bertanggung jawab terhadap
diagnosis juga merupakan dasar penentuan kualitas dokumen rekam medis pasien dan
biaya pelayanan kesehatan. Kode diagnosis pengkode bertanggung jawab terhadap
yang tidak berkualitas akan menyebabkan kualitas kode diagnosis berdasarkan data
kerugian bagi rumah sakit baik secara medis tersebut (Kemenkes RI, 2006).
finansial maupun dalam pengambilan kebi- Karakteristik individu merupakan
jakan (WHO, 2010). faktor internal (interpersonal) yang meng-
gerakan dan mempengaruhi perilaku indi-
vidu (Hurriyati, 2005). Karakteristik indi-
e-ISSN: 2549-0281 (online) 61
Journal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01

vidu yang dapat berpengaruh terhadap ki- kode diagnosis pasien rawat inap di RSUD
nerja diantaranya usia, masa kerja, pendi- Dr. Moewardi, Surakarta.
dikan, pelatihan dan status kepegawaian
6XPD¶PXU SUBJEK DAN METODE
Kode diagnosis di rumah sakit umum Jenis penelitian ini adalah penelitian
secara signifikan lebih tepat dibandingkan analitik observasional dengan desain cross
dengan rumah sakit khusus tetapi jumlah sectional. Populasi penelitian adalah selu-
kode diagnosis dengan tipe kesalahan besar ruh dokumen rekam medis pasien rawat
di rumah sakit umum lebih banyak (Far- inap di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
zandipour et al., 2010). RSUD Dr. Moe- pada bulan Oktober - November tahun
wardi merupakan rumah sakit umum 2016. Jumlah sampel dalam penelitian
negeri bertipe A Pendidikan yang memiliki sejumlah 250 dokumen rekam medis di
232 dokter, 721 perawat dan 16 pengkode bangsal Anggrek, Melati, Mawar, Cendana
dokumen rekam medis pasien rawat inap. dan Aster yang dipilih secara stratified
Hasil penelitian pendahuluan, dari 10 random sampling dengan 50 dokumen
dokumen rekam medis pasien rawat inap, untuk setiap bangsal.
40% diantaranya memiliki kualitas kode Data dikumpulkan menggunakan
diagnosis yang kurang baik. Hasil pene- tabel observasi, lembar analisis kualitas do-
litian Sudra dan Pujihastuti (2016) juga kumen rekam medis, lembar analisis kete-
menunjukkan bahwa persentase ketidak- patan, konsistensi, kelengkapan dan kete-
tepatan kode diagnosis di RSUD Dr. Moe- patan waktu kode diagnosis, ICD-10 dan
wardi sebesar 34.2% dari 380 dokumen stopwach. Data di analisis dengan uni-
rekam medis. Persentase ketidaktepatan variat, bivariat denganchi-square, serta
kode diagnosis tersebut lebih tinggi diban- analisis multivariat dengan regresi logistik
dingkan rata-rata rumah sakit dalam negeri menggunakan Structural Equation Mode-
lainnya yaitu 31.5% (Arifianto et al., 2011; lingpada STATA 13.
Rahayu et al., 2011; Rohman et al., 2011;
Abiyasa et al., 2012; Ifalahma, 2013; Sar- HASIL
wastutik, 2013; Pujihastuti dan Sudra, Subjek penelitian ini meliputi 64 dokter,
2014; Seruni dan Sugiarsi, 2015; Karimah 276 perawat dan 16 pengkode di RSUD Dr.
et al., 2016) dan masih sangat jauh lebih Moewardi, Surakarta. Tabel 1 menunjukkan
tinggi dibandingkan dengan rumah sakit di sebagian besar dokter berXVLD •40 tahun
luar negeri yaitu 12.71% (Farzandipour et sebanyak 68.80%, mDVD NHUMD GRNWHU •5
al., 2010; Cheng et al., 2009; Dalal dan tahun sebanyak 71.90%, dokter S3 seba-
Roy, 2009; Thigpen et al., 2015; Cummings nyak 57.80%, dokter subspesialis sebanyak
et al., 2011). 56.30% dan dokter PNS sebanyak 92.2%.
Penelitian ini bertujuan menganalisis Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
jalur faktor-faktor yang berpengaruh ter- besar usia perawat <40 tahun yaitu 87.70%,
hadap kualitas kode diagnosis yang meli- masa kerja perawat <5 tahun sebanyak
puti karakteristik dokter, perawat, peng- 56.50%, perawat Diploma sebanyak 73.90%
kode dan kualitas dokumen rekam medis dan perawat PNS perawat PNS sebanyak
dimana kualitas kode diagnosis dinilai ber- 60.10%.
dasarkan ketepatan, konsistensi, keleng-
kapan dan ketepatan waktu penetapan

62 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Maryati et al./ Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record

Tabel 1. Karakteristik dokter


Variabel Kategori N %
Usia < 40 tahun 20 31.20
• WDKXQ 44 68.80
Masa Kerja < 5 tahun 18 28.10
• WDKXQ 46 71.90
Pendidikan S2 27 42.20
S3 37 57.80
Jenis Keahlian Spesialis 28 43.80
Subspesialis 36 56.30
Status Kepegawaian Non PNS 5 7.80
PNS 59 92.20

Tabel 2. Karakteristik perawat


Variabel Kategori N %
Usia < 40 tahun 242 87.70
• WDKXQ 34 12.30
Masa Kerja < 5 tahun 156 56.50
• WDKXQ 120 43.50
Pendidikan Diploma 204 73.90
Sarjana 72 26.10
Status Kepegawaian Non PNS 110 39.90
PNS 166 60.10

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian yaitu 93.80%, pengkode dengan jumlah pe-
besar pengkode berusia <40 tahun seba- latihan < 5 kali sebanyak 87.50% dan peng-
nyak 87.50%, masa kerja pengkode < 5 kode Non PNS sebanyak 56.20%.
tahun sebanyak 62.50%, pengkode Diploma
Tabel 3. Karakteristik pengkode
Variabel Kategori N %
Usia < 40 tahun 14 87.50
• tahun 2 12.50
Masa Kerja < 5 tahun 10 62.50
• WDKXQ 6 37.50
Pendidikan Diploma 15 93.80
Sarjana 1 6.20
Pelatihan <5 kali 14 87.50
• NDOL 2 12.50
Status Kepegawaian Non PNS 9 56.20
PNS 7 43.80

Kualitas dokumen rekam medis seba- kode diagnosis yang kurang baik sebanyak
gian besar sudah baik yaitu sebanyak 164 98 (39.20%).
(65.60%), kualitas dokumen rekam medis Tabel 4 menunjukkan hasil analisis
yang kurang baik sebanyak 86 (34.40%). jalur dengan pemilihan Generalized Struc-
Kualitas kode diagnosis sebagian besar tural Equetion Modeling (GSEM) pada
sudah baik yaitu 152 (60.80%), sedangkan STATA 13. Usia pengkode • WDKXQ PH-
miliki logodds 1.70 lebih baik dalam kua-

e-ISSN: 2549-0281 (online) 63


Journal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01

litas kode diagnosis daripada usia <40 kualitas kode diagnosis daripada masa
tahun (b=1.70; CI 95%=0.64 hingga 2.77; kerja <5 tahun (b=1.70; CI 95%= 0.98
p=0.002). Masa kerja pengkode • WDKXQ hingga 2.42; p<0.001).
memiliki log odds 1.70 lebih baik dalam
Tabel 4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas kode diagnosis
CI (95%)
Variabel
Variabel Independen b SE Batas Batas P
Dependen
Bawah Atas
Direct Effect
Kualitas Kode Usia Pengkode • WDKXQ 1.70 0.54 0.64 2.77 0.002
Diagnosis Masa Kerja Pengkode • WDKXQ 1.70 0.37 0.98 2.42 <0.001
Pendidikan Pengkode Sarjana -0.39 0.78 -1.91 1.14 0.618
Pelatihan Pengkode • NDOL 2.62 0.62 1.40 3.83 <0.001
Status Kepegawaian Pengkode PNS 0.55 0.37 -0.18 1.29 0.141
Kualitas Dokumen Rekam Medis Baik 1.54 0.37 0.81 2.27 <0.001
Indirect Effect
Kualitas Usia Dokter • WDKXQ 0.55 0.35 -0.14 1.24 0.116
Dokumen RM Masa Kerja Dokter • WDKXQ 0.32 0.36 -0.39 1.03 0.375
Pendidikan Dokter S3 -0.05 0.54 -1.11 1.00 0.921
Jenis Keahlian Dokter Sub-spesialis 1.13 0.55 0.06 2.21 0.039
Status Kepegawaian Dokter PNS 0.84 0.39 0.06 1.62 0.034
Usia Perawat • WDKXQ 0.22 0.35 -0.47 0.91 0.532
Masa Kerja Perawat • WDKXQ 1.77 0.33 1.13 2.42 <0.001
Pendidikan Perawat Sarjana 0.46 0.35 -0.23 1.15 0.189
Status Kepegawaian Perawat PNS -0.47 0.35 -1.16 0.23 0.186
N Observasi 250
Log likelihood -221.16

Pengkode Sarjana memiliki log odds men rekam medisdaripada usia <40 tahun,
0.39 lebih buruk dalam kualitas kode diag- namun tidak signifikan (b=0.55; CI 95%= -
nosis daripada pengkode Diploma, namun 0.14 hingga 1.24; p=0.116). Masa kerja
tidak signifikan (b=-0.39; CI 95%= -1.91 dokter •5 tahun memiliki log odds 0.32
hingga 1.14; p=0.618). Pengkode dengan lebih baik dalam kualitas dokumen rekam
jumODK SHODWLKDQ • NDOL PHPLOLNL ORJ RGGV medis daripada masa kerja <5 tahun,
2.62 lebih baik dalam kualitas kode diag- namun tidak signifikan (b=0.32; CI 95%=-
nosis daripada pengkode dengan jumlah 0.39 hingga 1.03; p=0.375). Pendidikan
pelatihan <5 kali (b=2.62; CI 95%=1.40 dokter S3 memiliki log odds 0.05 lebih
hingga 3.83; p<0,001). Pengkode PNS me- buruk dalam kualitas dokumen rekam
miliki logodds 0.55 lebih baik dalam kua- medis daripada dokter S2, namun tidak
litas kode diagnosis daripada pengkode non signifikan (b=-0.05; CI 95%= -1.11 hingga
PNS, namun tidak signifikan (b=0.55; CI 1.00; p=0.921). Dokter subspesialis memi-
95%= -0.18 hingga 1.29; p=0.141). Kualitas liki log odds 1.13 lebih baik dalam kualitas
dokumen rekam medis baik memiliki log dokumen rekam medis daripada dokter
odds 1.54 lebih baik dalam kualitas kode spesialis (b=1.13; CI 95%= 0.06 hingga
diagnosis daripada kualitas dokumen 2.21; p=0.039). Dokter PNS memiliki log
rekam medis kurang baik (b=1.54; CI 95%= odds 0.84 lebih baik dalam kualitas doku-
0.81 hingga 2.27; p<0.001). men rekam medis daripada dokter non PNS
8VLD GRNWHU • WDKXQ PHPLOLNL ORJ (b= 0.84; CI 95%= 0.06 hingga 1.62; p=
odds 0.55 lebih baik dalam kualitas doku- 0.034).

64 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Maryati et al./ Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record

Usia SHUDZDW • WDKXQ PHPLOLNL ORJ makin tinggi jenis keahlian dokter semakin
odds 0.22 lebih baik dalam kualitas doku- baik juga persepsi dokter tentang jasa me-
men rekam medis daripada usia <40 tahun, dis yang diterimanya. Dokter umum ber-
namun tidak signifikan (b=0.22; CI 95%= - persepsi bahwa jasa medis yang diterima-
0.47 hingga 0.91; p=0.532). Masa kerja nya belum cukup untuk memenuhi kebu-
perawat •5 tahun memiliki log odds 1.77 tuhan. Sebagian besar dokter umum ber-
lebih baik dalam kualitas dokumen rekam harap ada peningkatan jasa medis yang di-
medis daripada masa kerja <5 tahun (b= terimanya agar mampu membiayai pen-
1.77; CI 95%= 1.13 hingga 2.42; p<0.001). didikan anak-anaknya ke jenjang lebih
Perawat Sarjana memiliki log odds 0.46 tinggi. Di samping itu, dokter spesialis ber-
lebih baik dalam kualitas dokumen rekam persepsi bahwa jasa medis yang diberikan
medis daripada perawat Diploma, namun sudah sesuai dengan beban kerja dan cukup
tidak signifikan (b=0.46; CI 95%=-0.23 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
hingga 1.15; p=0.189). Perawat PNS memi- Hal tersebut sejalan dengan pene-
liki log odds 0.47 lebih buruk dalam kua- litian Djafar et al., (2011) faktor manajemen
litas dokumen rekam medis daripada pera- yang paling berpengaruh terhadap kepu-
wat non PNS, namun tidak signifikan (b=- asan kerja dokter spesialis adalah kejelasan
0.47; CI 95%= -1.16 hingga 0.23; p=0.186). jasa medis. Muljani (2012) menyimpulkan
bahwa jika program insentif dirasakan adil
PEMBAHASAN dan kompetitif oleh karyawan, maka insti-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tusi akan lebih mudah untuk menarik kar-
variabel usia, masa kerja dan pendidikan yawan yang potensial, mempertahankan-
dokter berhubungan dengan kualitas doku- nya dan memotivasi karyawan agar lebih
men rekam medis namun secara statistik meningkatkan kinerjanya.
tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan Kualitas dokumen rekam medis dari
usia, masa kerja dan pendidikan dokter dokter PNS (72.90%) dan dokter non PNS
tidak memberikan pengaruh yang besar (63.40%) tidak jauh berbeda, namun secara
terhadap kinerja dokter. Sesuai dengan pe statistik memiliki pengaruh yang signifikan.
nelitian Lihawa et al., (2016) bahwa besar- Penelitian lain juga menyatakan hal yang
nya pengaruh total variabel motivasi kerja sama bahwa ada hubungan antara jenis
melalui moderasi karakteristik individu kepegawaian dokter dengan kelengkapan
(jenis kelamin, usia dan masa kerja) ter- penulisan data rekam medis pada lembar
hadap variabel kinerja dokter hanya sebe- resume pasien (Sugiyanto, 2006). Sebagian
sar 13.7%, sedangkan sisanya sebesar dokter non PNS merupakan dokter yang
82.3% dipengaruhi variabel lain. penelitian bekerja paruh waktu sehingga dokter ter-
ini menunjukkan karakteristik dokter yang sebut tidak memiliki banyak waktu di ru-
berpengaruh secara signifikan dengan kua- mah sakit untuk melengkapi dokumen re-
litas kode diagnosis melalui kualitas doku- kam medis. Selain itu, pemberian insentif
men rekam medis yaitu jenis keahlian dan kepada dokter menjadi salah satu faktor
status kepegawaian. yang dapat memotivasi kinerja dokter da-
Dokter subspesialis memiliki kualitas lam melengkapi dokumen rekam medis.
dokumen rekam medis yang lebih baik Terlebih lagi pada penerapan JKNseperti
(80.20%) daripada dokter spesialis saat ini, kesenjangan jumlah jasa medis
(49.60%). Pada penelitian Yulianto dan antara dokter PNS dan Non PNS semakin
Santoso (2015) mengungkapkan bahwa se- tinggi. Hasil kajian tentang pengaruh in-

e-ISSN: 2549-0281 (online) 65


Journal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01

sentif terhadap motivasi kerja dilakukan variabel yang paling dominan dan berpe-
oleh Ghazanfar et al., (2011) bahwa ke- ngaruh secara langsung dengan kualitas
puasan dengan insentif dapat menjadi fak- kode diagnosis. Variabel yang terbukti ber-
tor motivasi kerja. Randy et al., (2012) me- pengaruh secara signifikan yaitu usia, masa
nunjukan bahwa insentif mampu mening- kerja dan pelatihan. Keakuratan dalam
katkan motivasi karyawan. pemberian kode diagnosis merupakan hal
Masa kerja merupakan satu-satunya yang harus diperhatikan oleh tenaga pere-
karakteristik perawat yang berpengaruh kam medis, ketepatan data diagnosis sangat
secara signifikan dengan kualitas dokumen penting di bidang manajemen data klinis,
rekam medis. Supratti dan Ashriady (2016) penagihan biaya, beserta hal-hal lain yang
menyatakan bahwa dokumentasi proses berkaitan dalam asuhan dan pelayanan
asuhan keperawatan yang baik dan berkua kesehatan (Hatta, 2013).
litas haruslah akurat, lengkap dan sesuai Menurut Hsia et al., (2009) bahwa
standar. Apabila kegiatan keperawatan ti- 61.70% kesalahan pengodean yang terjadi
dak didokumentasikan dengan akurat dan di pelayanan kesehatan tersebar pada
lengkap maka sulit untuk membuktikan dokter dan petugas administrasi rumah
bahwa tindakan keperawatan telah dila- sakit yang bertugas menangani kegiatan
kukan dengan benar. Hasil penelitiannya pengodean. Kesalahan ini mayoritas dilaku-
menunjukkan bahwa dokumen lembar ke- kan oleh pengkode yang tidak mampu me-
perawatan sebagian besar (94.6%) dalam mahami dalam pemilihan kode untuk
kategori kurang akurat karena disebabkan penyakit yang lebih kompleks. Berdasarkan
kurangnya motivasi kerja dan pengalaman penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
perawat. pengkodedalam melakukan pengodean ha-
Perawat di RSUD Dr. Moewardi, rus benar-benar memahami penyakit yang
Surakarta deQJDQ PDVD NHUMD • WDKXQ diderita pasien untuk kemudian ditentukan
memiliki kualitas dokumen rekam medis kode diagnosisnya untuk memperkecil ke-
yang lebih baik (8.80%) daripada perawat salahan kode yang dihasilkan. Hal serupa
dengan masa kerja <5 tahun (36.50%). juga disampaikan oleh Berger et al., (2015),
Farida (2011) berpendapat bahwa semakin dari 4 jenis kesalahan kode diagnosis, se-
lama seseorang bekerja maka akan semakin mua kesalahan disebabkan karena peng-
terampil dan cepat dalam menyelesaikan kode dan hanya ada 1 jenis kesalahan saja
tugasnya. Demikian halnya pendapat dari yang disebabkan karena dokter.
Fardiansyah (2014) bahwa semakin sedikit Sebagian besar pengkode yang memi-
lama masa kerja semakin mudah seseorang liki usia <40 tahun (87.50%). Hal ini juga
mengalami stress. Seseorang tidak akan sesuai dengan pendapat Rivai (2003)
mengalami stres apabila mampu melaku- bahwa pada usia muda seseorang lebih pro-
kan respon yang sehat terhadap stres seba- duktif dibandingkan ketika usia tua. Dariyo
gai suatu bentuk perbaikan keseimbangan (2003) menyatakan hal yang serupa, usia
pada sistem lingkungan dari dalam mau- produktif adalah usia dewasa muda (young
pun luar atau yang disebut proses adaptasi. adulthood) yaitu 20-40 tahun.
Hal yang sangat berpengaruh terhadap Hasil penelitian menunjukkan usia
respon stress tersebut adalah mekanisme SHQJNRGH • WDKXQ PHPLOLNL NXDOLWDV
koping atau lama masa kerja. kode diagnosis yang lebih baik (88.50%)
Hasil penelitian juga ini menunjukkan daripada pengkode <40 tahun (53.50%).
bahwa karakteristik pengkode merupakan Siagian (2008) menjelaskan usia berkaitan

66 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Maryati et al./ Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record

erat dengan kedewasaan atau maturitas Rahayu et al., (2011) bahwa salah satu
seseorang, bahwa semakin tinggi usia sese- faktor yang menyebabkan ketidaktepatan
orang kedewasaan teknis dan psikologisnya kode diagnosis adalah karena pengkode be-
juga semakin tinggi. Hal serupa juga disam- lum pernah mengikuti pelatihan kodifikasi.
paikan oleh Rustiana dan Cahyati (2012) Selain itu, penelitian Abiayasa et al., (2012)
bahwa usia sangat berperan penting dalam menunjukkan bahwa akurasi kode diag-
kematangan seseorang. Individu yang usia- nosis tidak hanya dipengaruhi oleh penu-
nya lebih tinggi akan cenderung memiliki lisan diagnosis utama yang spesifik saja
pemikiran dan keputusan yang lebih bijak- tetapi juga dipengaruhi oleh faktor keak-
sana dan matang dalam menghadapi masa- tifan pengkode dalam mencari informasi
lah sehingga dapat mengurangi stress kerja. diagnosis utama yang spesifik sehingga pe-
Pengkode dengan masa kerjD •5 latihan kodifikasi dengan ICD-10 memiliki
tahun juga memiliki kualitas kode diagnosis peran yang sangat penting.
yang lebih baik (84.30%) daripada pengko- Sebagian besar kualitas kode diag-
de dengan masa kerja <5 tahun (40.70%). nosis di RSUD Dr. Moewardi sudah baik
Semakin lama seseorang bekerja semakin yaitu 152 (60.80%), sedangkan kode diag-
banyak kasus yang ditangani sehingga se- nosis yang kurang baik sebanyak 98
makin berpengalaman sehingga semakin (39.20%). Kualitas dokumen rekam medis
terampil dan ahli dalam bidangnya (Ke- yang kurang baik sebanyak 86 (34.40%),
menkes RI, 2006). dimanafaktor penyebab yang paling banyak
Hasil penelitian sesuai dengan pene- ditemukan adalah karena dokumen rekam
litian Farzandipour et al., (2010) bahwa medis tidak lengkap. Kualitas dokumen re-
kurangnya pengalaman pengkode dapat kam medis yang baik juga memiliki kualitas
menyebabkan ketidaktepatan kode diag- kode diagnosis yang lebih baik (73.80%) di-
nosis dengan p<0.001. Hasil penelitian bandingkan dengan kualitas dokumen
Rahayu et al., (2011) juga menunjukkan rekam medis yang kurang baik (36.00%).
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan Kelengkapan penulisan informasi
ketidaktepatan kode diagnosis adalah medis pada setiap formulir rekam medis
karena pengkode baru memiliki pengala- memiliki peranan yang penting dalam me-
man bekerja di bagian kodifikasi selama nentukan kode yang tepat melalui diagnosis
satu tahun. yang ditetapkan oleh dokter. Hasil pene-
Pengkode yang pernah mengikuti pe- litian Rohman et al., (2011) menyebutkan
laWLKDQ • NDOL PHPLOLNL NXDOLWDV NRGH GLDJ- bahwa salah satu faktoryang berpengaruh
nosis yang lebih baik (89. GDULSDGD • terhadap keakuratan kode diagnosis adalah
5 dengan pelatihan < 5 kali (45.10%). Ivan- informasi medis. Informasi medis yang di-
cevich et al., (2008)mengemukakan bahwa maksud adalah diagnosis.
pelatihan (training) merupakan sebuah Penelitian Astuti et al., (2007) juga
proses yang sistematis untuk mengubah membahas bahwa kode yang akurat dida-
perilaku kerja seorang/sekelompok pega- patkan salah satunya dengan memperhati-
wai dalam usaha meningkatkan kinerja kan informasi yang mendukung atau pe-
organisasi. nyebab lain yang mempengaruhi kode diag-
Pelatihan berkaitan dengan keteram- nosis. Pujihastuti dan Sudra (2014) menya-
pilan dan kemampuan yang diperlukan takan bahwa ada hubungan secara signi-
untuk pekerjaan yang dilakukan. Hasil fikan kelengkapan informasi dalam doku-
penelitian ini sesuai dengan penelitian men rekam medis dengan keakuratan kode

e-ISSN: 2549-0281 (online) 67


Journal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01

diagnosis penyakit pada dokumen rekam Cummings E, Maher R, Showell CM, Croft
medis rawat inap (p=0.000). T, Tolman J, Vickers J, Stirling C,
Hasil penelitian ini juga sesuai de- Robinson A, Turner P(2011). Hospital
Coding of Dementia: Is It Accurate.
ngan penelitian Farzandipour et al., (2010)
Health Information Management
bahwa dokumentasi rekam medis yang le- Journal. 40(3): 5-11.
bih lengkap tentang topografi (p= 0.204), Dalal S, Roy B (2009). Reliability of Clinical
subtipe (p= 0.708) dan etiologi (p<0.001) Coding of Hip Facture Surgery: Impli-
penyakit dapat mempengaruhi ketepatan cations for Payment by Results. Inter-
kode diagnosis.Selain itu, penelitian Cheng national Journal Care Injured. 40 (1):
et al., (2009) juga menunjukkan bahwa 738-741.
Dariyo A (2003). Psikologi Perkembangan
faktor yang paling signifikan mendasari
Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia
kesalahan kodediagnosis dan perubahan Widiasarana Indonesia.
DRGs adalah rendahnya kualitas dokumen- Djafar F, Pasinringi S, Sudirman I (2011).
tasi rekam medis. Faktor Insentif, Kepemimpinan, Kon-
disi Lingkungan Kerja dan Kesempa-
DAFTAR PUSTAKA tan Promosi yang Berpengaruh terha-
dap Kepuasan Kerja Dokter Spesialis
Abiyasa MT, Ernawati D, Kresnowati L di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
(2012). Hubungan antara Spesifitas Public Health Journal, 14(5): 60-64.
Penulisan Diagnosis terhadap Akurasi Fardiansyah A (2014). Analisis Hubungan
Kode pada RM 1 Dokumen Rawat Beban Kerja dan Lama Masa Kerja
Inap Rumah Sakit Bhayangkara Se- dengan Stres pada Perawat di Puskes-
marang. Jurnal Visikes. 11(2): 99-104. mas Bloto, Kota Mojokerto. Jurnal
Medica Majapahit, 6 (2); 96-107.
Arifianto E, Kresnowati L, Ernawati D
Farida (2011). Kepemimpinan Efektif dan
(2011). Keakuratan Kode Diagnosa
Motivasi Kerja dalam Penerapan Ko-
Utama Dokumen Rekam Medis pada
munikasi Terapeutik Perawat. Jurnal
Kasus Partus dengan Sectio Cesarean
Ners. 6(1); 31-41.
di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum.
Farzandipour M, Sheikhtaheri A, Sadoughi
Jurnal Visikes. 10(2): 84-88.
F (2010). Effective Factors on Accur-
Astuti RD, Riyoko, Lena D (2007). Tinjauan
acy of Principal Diagnosis Coding
Akurasi Kode Diagnosis Utama Pasien
Based on International Classification
Rawat Inap Berdasarkan ICD-10
of Diseases, The 10th Revision (ICD-
Bangsal Dahlia di RSUD Sukoharjo
10). International Journal of Infor-
Triwulan IV Tahun 2007. Jurnal Re-
mation Management. 30: 78±84.
kam Medis. 2(1): 25-30.
Ghazanfar F, Chuanmin S, Khan MM,
Berger RP, Parks S, Fromkin J, Rubin P,
Bashir M (2011). A Study of Relation-
Pecora PJ (2015). Assessing The
ship between Satisfaction with Com-
Accuracy of The International Classi-
pensation and Work Motivation. In-
fication of Diseases Codes to Identify
ternational Journal of Business and
Abusive Head Trauma: A Feasibility
Social Science. 2(1): 120-131.
Study. BMJ Journal. 21(0): 133-137.
Hatta G (2013). Pedoman Manajemen In-
ChengP, Gilchrist A, Robinson KM, Paul L
formasi Kesehatan di Sarana Pelaya-
(2009). The Risk and Consequences
nan Kesehatan. Jakarta: Universitas
of Clinical Miscoding Due to In-
Indonesia Press.
adequate Medical Documentation: A
Hsia DC, Krushat WM, Fagan AB, Tebutt
Case Study of The Impact on Health
JA, Kusserow RP (2009). Accuracy of
Services Funding. HIMJ. 38(1): 35-
Diagnostic Coding for Medicare Pa-
46.
tients Under The Prospective-Pay-

68 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Maryati et al./ Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record

ment System. N Engl J Med. 318: 352- Hong Kong and China. Personnel Re-
355. view. 31(4): 402-431.
Hurriyati R (2005). Bauran Pemasaran dan Rivai V (2003). Kepemimpinan dan Perila-
Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfa- ku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo
beta. Persada.
Ifalahma D (2013). Hubungan Pengetahuan Rohman H, Hariyono W, Rosyidah (2011).
Coder dengan Keakuratan Kode Diag- Kebijakan Pengisian Diagnosis Utama
nosis Pasien Rawat Inap Jaminan Ke- dan Keakuratan Kode Diagnosis pada
sehatan Masyarakat Berdasarkan Rekam Medis di Rumah Sakit PKU
ICD-10 Di RSUD Simo, Boyolali. Jur- Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal
nal INFOKES. 3(2): 14-26. KESMAS. 5(2): 162-232.
Karimah RN, Setiawan D, Nurmalia PS Rustiana ER, Cahyati WH (2012). Stress
(2016). Analisis Ketepatan Kode Diag- Kerja dengan Pemilihan Strategi
nosis Penyakit Gastroenteritis Acute Coping. Jurnal KESMAS. 7(2): 149-
Berdasarkan Dokumen Rekam Medis 155.
di Rumah Sakit Balung, Jember. Sarwastutik (2013). Tinjauan Keakuratan
Journal of Agromedicine and Medical Kode Diagnosis pada Dokumen Re-
Sciences. 2(2): 12-17. kam Medis Pasien Rawat Inap dengan
Kemenkes RI (2006). Pedoman Pengelola- Kondisi Utama Typhoid Fever Berda-
an Rekam Medis Rumah Sakit Indo- sarkan ICD-X di RSU PKU Mu-
nesia. Jakarta: Kemenkes RI. hammadiyah Delanggu. Jurnal INFO-
Lihawa C, Noermijati, Al R (2016). KES. 3(2): 8-13.
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Ki- Seruni FDA, Sugiarsi S (2015). Problem
nerja Dokter dalam Kelengkapan Pe- Solving Cycle Swot Keakuratan Kode
ngisian Rekam Medis dengan Dimo- Diagnosis Kasus Obstetri pada Lem-
derasi Karakteristik Individu (Studi di bar Masuk dan Keluar (RM 1a) Pasien
Rumah Sakit Islam Unisma Malang). Rawat Inap di RSUD Dr. Sayidiman
Jurnal Aplikasi Manajemen. 14(2): Magetan. Jurnal Manajemen Infor-
300-308. masi Kesehatan Indonesia. 3(2): 5-13.
Muljani N (2012). Kompensasi sebagai Mo- Siagian (2008). Manajemen Sumber Daya
tivator untuk Meningkatkan Kinerja Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Karyawan. Jurnal Manajemen dan Sudra RI, Pujihastuti A (2016). Pengaruh
Kewirausahaan. 4(2): 13-20. Penulisan Dianosis dan Pengetahuan
Pujihastuti A, Sudra RI (2014). Hubungan Petugas Rekam Medis tentang Termi-
Kelengkapan Informasi dengan Kea- nologi Medis terhadap Keakuratan
kuratan Kode Diagnosis dan Tindakan Kode Diagnosis. Jurnal Manajemen
pada Dokumen Rekam Medis Rawat Informasi Kesehatan Indonesia. 4(1):
Inap. Jurnal Manajemen Informasi 67-72.
Kesehatan Indonesia. 3(1): 60-64. Sugiyanto Z (2006). Analisis Perilaku Dok-
Rahayu H, Ernawati D, Kresnowati L ter dalam Mengisi Kelengkapan Data
(2011). Akurasi Kode Diagnosis Uta- Rekam Medis Lembar Resume Rawat
ma pada RM 1 Dokumen Rekam Me- Inap di RS Ungaran. Jurnal Kese-
dis Ruang Karmel dan Karakteristik hatan, 12(3): 115-159.
Petugas Koding Rawat Inap Rumah 6XPD¶PXU S (2014). Kesehatan Kerja dalam
Sakit Mardi Rahayu Kudus Periode Perspektif Hiperkes dan Keselamatan
Desember 2009. Jurnal Visikes. 10(1): Kerja. Jakarta: Erlangga.
1-5. Supratti, Ashriady (2016). Pendokumen-
Randy KC, Vivienne WML, Tang TLP tasian Standar Asuhan Keperawatan
(2012). Retaining and Motivating Em- di Rumah Sakit Umum Daerah Ma-
ployees Compensation Preferences in muju, Indonesia. Jurnal Kesehatan
Manarang. 2(1): 43-50.

e-ISSN: 2549-0281 (online) 69


Journal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01

Thigpen JL, Pharm, Dillon C, Forster KB, WHO (2010). International Satistical
Henault L, Quinn EK, Tripodis Y, Classification of Diseases and Related
Berger PB, Hylek EM, Limdi NA. Health Problems Tenth Revision
(2015). Validity of International Volume 1, 2 Dan 3. Geneva.
Classification of Disease Codes to Yulianto H, Santoso E (2015). Persepsi dan
Identify Ischemic Stroke and Intra- Ekspektasi Dokter terhadap Jasa Me-
cranial Hemorrhage Among Indivi- dis di RS PKU Muhammadiyah
duals with Associated Diagnosis of Nanggulan. Jurnal Kesehatan. 33(1):
Atrial Fibrillation. Circ Cardiovasc 147 152.
Qual Outcomes. 8(1): 8±14.

70 e-ISSN: 2549-0281 (online)

You might also like