Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 34

Jurnal Ilmiah Platax Vol.

7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

KERENTANAN PULAU MIANGAS

(Vulnerability Of Miangas Island)

Maartianus S Baroleh1*, Achmad Fahrudin1, Rokhmin Dahuri1, Setyo Budi


Susilo2, dan Daniel Monintja3
1Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB, Bogor
*E-mail: mbaroleh@gmail.com
2Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB, Bogor
3Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB, Bogor

ABSTRACT
There are several methods of analysis in knowing the vulnerability of a
community. In the analysis to determine the vulnerability of Miangas island, the
determinant vulnerability was used. Determinant vulnerability evaluation is very
easy to use and simple. Therefore, the determinants of ordinary vulnerabilities use
an assessment of resources that are carried out in full, so that results can be used
as reference for management. One approach that is widely used in determining
the index is the method of scaling parameters into certain values. These values
are expressed as a score of a parameter. As done by (Tahir 2010) referred to in
Doukakis (2005) and Rao et al. (2008), the Miangas Island analysis refers to the
determination of the paramater scale and the weight of the vulnerability.
The vulnerability index model constructed in this study consists of a
static model of environmental vulnerability index and dynamic model of small island
environmental vulnerability index. The static model of the environmental
vulnerability index is intended to calculate the current vulnerability index
(momentary), while the dynamic model of the environmental vulnerability index is
used to predict the vulnerability dynamics in the future. In general, the values of
IK-PPK = IE x IS / IAC = 4.29 x 2.35 / 1.6 = 6.30 By using these maximum and
minimum values, the scale of assessment of the vulnerability of small islands is
divided into 4 categories of vulnerability (Doukakis 2005), Miangas Island is
obtained as follows; 0.20-6.04 = Low vulnerability, 6.05 -18.18 = Moderate
vulnerability, 18.19-40.48 = High vulnerability (high), 40.49-76.00 = Very high
vulnerability (very high). That there is a vulnerability with a moderate position.
Keywords: vulnerability, index, determinant, Miangas
ABSTRAK
Ada beberapa metode analisis dalam mengetahui kerentanan suatu
komunitas. Dalam analisis untuk mengetahui kerentanan pulau Miangas maka
digunakan kerentanan determinan. Evaluasi kerentanan determinan sangat
mudah digunakan dan sederhana. Oleh karna itu, determinan kerentanan biasa
menggunakan assessment terhadap sumberdaya yang dilakukan secara utuh,
sehingga hasil dapat dijadikan bahan acuan terhadap pengelolaan. Salah satu
pendekatan yang banyak digunakan dalam penentuan indeks adalah metode
penskalaan parameter ke dalam nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dinyatakan
sebagai nilai skor dari suatu parameter. Sebagaimana yang dilakukan oleh (Tahir
2010) yang diacu dalam Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) maka pada analisis
Pulau Miangas mengacu penentuan skala paramater dan bobot kerentanan
tersebut.
Model indeks kerentanan yang dikonstruksi dalam penelitian ini terdiri dari
model statis indeks kerentanan lingkungan dan model dinamik indeks kerentanan

56
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

lingkungan pulau-pulau kecil. Model statis indeks kerentanan lingkungan


dimaksudkan untuk menghitung indeks kerentanan saat ini (sesaat), sedangkan
model dinamik indeks kerentanan lingkungan digunakan untuk melakukan prediksi
dinamika kerentanan pada masa yang akan datang. Secara umum didapatkan nilai
IK-PPK = IE x IS/IAC = 4,29 x 2,35 /1,6 = 6,30. Dengan menggunakan nilai
maksimum dan minimum tersebut, skala penilaian tingkat kerentanan pulau-pulau
kecil dibagi menjadi 4 kategori kerentanan (Doukakis 2005) maka Pulau Miangas
didapatkan sebagai berikut; 0.20-6.04 = Kerentanan rendah (low), 6.05-18.18 =
Kerentanan sedang (moderate), 18.19-40.48 = Kerentanan tinggi (high), 40.49-
76.00 = Kerentanan sangat tinggi (very high). bahwa ada kerentanan dengan
posisi moderate.
Kata kunci : kerentanan, determinan, indeks, Miangas
PENDAHULUAN kemampuan untuk mengatasi rasa takut
(freedom from fear) Herman and Wittek
Kerentanan adalah kondisi yang
2000. Dengan memaknai
mengurangi kemampuan seseorang
comprehensive security, konsep human
atau kelompok dalam menghadapi
security dapat dijabarkan dalam konsep
ancaman dari luar (external shock).
keamanan politik, keamanan ekonomi,
kelompok dalam menghadapi ancaman
dan keamanan sosial.
dari luar (external shock). Kerentanan
Keamanan ekonomi (economic
dapat disebabkan oleh faktor
security) berhubungan dengan
lingkungan, ekonomi, sosial, budaya,
perolehan pendapatan, baik melalui
politik, fisik maupun psikologi atau
lapangan kerja maupun jaring
lainnya. Bencana biasanya dimulai
pengaman sosial (UNDP 1994).
oleh kerentanan dari salah satu faktor
Pemaknaan lain dari keamanan
yang berpengaruh terhadap terjadinya.
ekonomi ialah bebas dari kemiskinan,
Awotona (1997:1-2): " .... Natural
yang merupakan produk proses
disaster are the interaction between
ekonomi, sosial, dan politik, yang saling
natural hazard and vulnerable
berhubungan satu sama lain, dan
condition".
secara berkala menekan masing-
Sebenarnya, bencana alam tidak
masing dengan cara yang membuat
hanya menyebabkan kerentanan pada
kehidupan manusia menjadi semakin
aspek-aspek tersebut saja, namun juga
sengsara (World Bank 2001). Kriteria-
berdampak pada aspek lain seperti
kriteria keamanan ekonomi yang tidak
politik, kesehatan, dan pangan.
terpenuhi akan mengakibatkan
Kerentanan pasca bencana alam juga
munculnya kerentanan ekonomi
dapat mengacu pada konsep human
(economic vulnerability). Dalam konteks
security. Konsep ini merupakan
bencana alam, kerentanan ekonomi
penurunan dari comprehensive security,
dapat berbentuk kehilangan sumber
yang diartikan bahwa agar dapat hidup
pendapatan dan aset akibat bencana
aman, makmur, dan sejahtera, manusia
alam, beban utang/kredit akibat
harus terpenuhi kebutuhan politik,
bencana alam, ketidak mampuan
ekonomi, dan sosialnya. Kebutuhan
mengakses sumber pendapatan, dan
politik berbentuk kebebasan berbicara,
kebutuhan sandang papan yang tak
kebebasan berkumpul, terwujudnya
tercukupi.
demokrasi, situasi pluralisme, yang
Sementara itu, keamanan sosial
membuat manusia nyaman menjalani
(social security) didefinisikan sebagai
kehidupan sehari-hari. Kemampuan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia,
untuk memenuhi kebutuhan utamanya
kebutuhan psikologis manusia melalui
(freedom from want) tergolong dalam
kerjasama, saling bertukar pikiran, dan
kebutuhan ekonomi, sedangkan wujud
solidaritas (Benda-Beckmann, Franz
dari kebutuhan sosial antara lain
and Kebbet Von 1994). Seperti halnya

57
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

keamanan politik dan ekonomi, kondisi mengetahui kerentanan pulau Miangas


negatif dari keamanan sosial maka digunakan
memunculkan adanya kerentanan kerentanandeterminan. Evaluasi
sosial (socialvulnerability). Dalam hal kerentanan determinan sangat mudah
bencana alam, bentuk kerentanan sosial digunakan dan sederhana. Oleh karna
antara lain berupa ketidakmampuan itu, determinan kerentanan biasa
korban bencana alam untuk berkumpul menggunakan assessment terhadap
kembali dengan lingkungan asal, sumberdaya yang dilakukan secara
kurangnya pengetahuan dan utuh, sehingga hasil dapat dijadikan
kesiapsiagaan masyarakat dalam bahan acuan terhadap pengelolaan.
menghadapi bencana alam, serta
Tujuan Penelitian
kurang/tidak memadainya fasilitas sosial
1. Mengetahui Sebaran Ukuran
di tempat pengungsian dan
Ikan Layang, Decapterus muroadsi di
fasilitas/bantuan pendidikan/pelatihan
Teluk Manado.
bagi korban bencana alam.
2. Mendeskripsikan otolit menurut
Kerentanan tersebut, kerentanan
panjang, lebar perimeter/keliling dan
ekonomi dan sosial paling sering dan
luas, area otolit.
paling banyak ditangani serta dikurangi
3. Menentukan hubungan panjang
dalam proses penanggulangan dampak
total dan berat tubuh ikan layang
bencana alam di Indonesia, meskipun
Decapterus muroadsi.
penanganannya masih kurang
memperhatikan komponen human
METODE PENELITIAN
security. Kerentanan politik masih
sangat minim diperhatikan atau sama
Waktu dan Lokasi Penelitian
sekali tidak ditanggulangi. Bahkan
Pengumpulan data lapang
dalam PDNA pun, yang digunakan oleh
dilakukan selama dua bulan, yaitu dari
BNPB untuk pemetaan kerentanan,
Bulan September-Oktober 2013. Lokasi
tidak ada instrumen kerentanan politik.
penelitian adalah di pulau Miangas,
Padahal kerentanan politik juga
pulau kecil terluar yang secara geografis
merupakan bagian dari kerentanan
memiliki karakteristik.
bencana alam. Oleh karena itu,
Karakteristik umum Pulau
kerentanan politik juga harus menjadi
Miangas dapat dilihat pada Tabel 1 dan
fokus perhatian dalam proses
gambar lokasi penelitian di Pulau
penanggulangan dampak dan
Miangas dalam Gambar 1
pengurangan resiko bencana alam.
Pemetaan, penanganan, dan Tabel 1 Pulau Miangas
pengurangan kerentanan tersebut Pulau
Parameter
sebaiknya lebih mengacu pada konsep Miangas
human security karena ini merupakan Jenis pulau Karang
sisi negatif dari human security. Vegetasi Mangrove
Keterbukaan
Tingkat kerentanan dapat Lautan
terhadap perairan
ditinjau dari kerentanan fisik Kepadatan
(infrastruktur), sosial, politik, dan Sedang
penduduk
ekonomi.Kondisi kerentanan dapat Sistem pulau Gugus
dilihat dari berbagai indikator,misalnya:
persentase kawasan terbangun; Tahapan Penelitian
kepadatan bangunan; persentase
bangunan konstruksi darurat; jaringan Data yang dikumpulkan terdiri dari
listrik; rasio panjang jalan; jaringan data primer dan sekunder.
telekomunikasi; dan sebagainya. Pengumpulan kedua jenis data ini
Ada beberapa metode analisis dilakukan di beberapa lokasi yaitu di
dalam mengetahui kerentanan suatu pulau kecil terluar yang menjadi objek
komunitas. Dalam analisis untuk penelitian. Selain itu juga dilakukan

58
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

pencarian data sekunder di tingkat ketinggian pulau di atas permukaan laut,


kabupaten atau kota yang berhubungan kelerengan pulau, dan karakteristik
dengan lokasi penelitian. Data primer sosial masyarakat termasuk persepsi
dikumpulkan melalui pengukuran, masyarakat, infrastruktur yang ada di
pengamatan lapang, serta wawancara pulau Miangas;
dengan masyarakat di lokasi studi. 3. Analisis kecenderungan
Setelah data terkumpul dilakukan kenaikan muka laut, termasuk erosi
pengolahan dan analisis data, pantai. Analisis ini menghasilkan
dilanjutkan dengan pembahasan hasil informasi tentang kecenderungan
penelitian.Melalui analisis ini diperoleh : kenaikan muka laut dan dampaknya;
1. Gambaran umum dan analisis kerentanan lingkungan
tentang kondisi ekosistem dan pulau Miangas. Hasil yang didapatkan
sumberdaya pesisir pulau-kecil terluar dari analisis ini adalah dinamika
Miangas; kerentanan Pulau Miangas. Setelah
2. Analisis karakteristik fisik dilakukan overlayterhadap hasil analisis
dan sosial masyarakat. Hasil dari didapatkan keluaran penelitian berupa
analisis ini adalah gambaran umum indeks kerentanan dan strategi adaptasi
karakteristik fisik pulau seperti pulau Miangas.

Gambar 1. Lokasi penelitian Pulau Miangas

Penentuan skala dan bobot analisis Pulau Miangas mengacu


parameter kerentanan penentuan skala paramater dan bobot
Salah satu pendekatan yang kerentanan tersebut.
banyak digunakan dalam penentuan Mengacu pada pendekatan
indeks adalah metode penskalaan penentuan peringkat skala dan skor
parameter ke dalam nilai-nilai tertentu. yang disebutkan di atas, sistem
Nilai-nilai tersebut dinyatakan sebagai penskalaan dan skoring penelitian ini
nilai skor dari suatu parameter. seperti disajikan pada Tabel 2 dan
Sebagaimana yang dilakukan oleh Tabel 3:
(Tahir 2010)yang diacudalam Doukakis
(2005) dan Rao et al. (2008) maka pada

59
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Tabel 2 Sistem penskalaan dan skoring parameter kerentanan lingkungan pulau


Miangas untuk dimensi exposure dan sensitivity
Su
Nilai Skor
mber
Parameter
1 2 3 4 5
Exposure
Kenaikan muka
< 5 1 > DK
laut 15-25
4.99 -9.99 0-14.99 25 P (2008)
(mm/thn)
Gor
Erosi pantai >2. 1 - -1.0-(- < nitz et al.
(m/thn) 0 .0-2.0 1.0-1.0 2.0) -2.0 (1992)

Rata-rata tunggang <0. 0 1 2.1- > DK


pasang (m) 50 .51-1.0 .1-2.0 4.0 4 P (2008)
DK
Tinggi gelombang <0. 0 1 >
1.51-2 P (2008)
(m) 50 .51-1 .1-1.5 2
Mo
Kejadian tsunami
2 > difikasi
dalam kurun waktu 1900 0 1 4-10
-3 10 SOPAC
sampai saat ini
(1999)
Mo
difikasi
Pertumbuhan < 0 1.1- 1. 2 dari
penduduk (%) 0.5 .51-1.0 1.5 51-2.0 .1≤ SOPAC
(1999)

BS
Kepadatan 7 151- 2 >
<75 N (2004)
penduduk (jiwa/ha) 6-150 200 01-400 400
Sensitivity
Ha
Elev 3.1-
>5 2.1-3 1.1-2 0.1 mzah et al.
asi (m) 5
(in press)
Ha
Slop 25. 15.1- mzah et al.
>40 9-15 0-8
e (%) 1-40 25 (in press)

pantai
Tipo berv ber berke pantai DK
hasil
logi pantai egetasi batu rikil berpasir P (2009a)
endapan
Peng budid
Lah bud petern pemu DK
gunaan aya
an terbuka idaya laut akan kiman P (2009a)
lahan pertanian
di Mo
Leta keti
Keti belakang difikasi
k nggian 2- sekita di atas
nggian semp dari
pemukiman 5m r pantai perairan
>5m adan Malone et
penduduk
pantai al. (2005)

Teknik penentuan bobot untuk bobot secara langsung berdasarkan


setiap parameter ketiga dimensi signifikansi setiap parameter terhadap
kerentanan (exposure, sensitivity, kerentanan lingkungan (Doukakis 2005),
adaptive capacity) dapat dilakukan penentuan bobot dengan matriks
dengan tiga pendekatan, yaitu pemberian perbandingan (Villa dan McLeod 2002);

60
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Hossain (2001), dan analisis regresi mengidentifikasi parameter


linear. Dalam penelitian ini, pendekatan dimensi kerentanan tersebut digunakan
penentuan bobot yang digunakan konsep Vulnerability Scoping Diagram
mengacu pada pendekatan matriks (VSD) atau diagram pelingkupan
perbandingan sebagaimana kerentanan yang dikemukakan Polsky et
dikemukakan Hossain (2001) Gambar 2. al. 2007)(Gambar 3).

Tabel 3 Sistem penskalaan dan skoring tingkat adaptive capacity pulau Miangas
Paramete
Nilai Skor Sumber
r
1 2 3 4 5
Bengen
Habitat 2 ≥5
lebi 3 4 (Personnel
pesisir (proporsi kali kali
h kecil kali lebih kali lebih Communication
terhadap luas lebih daratan
atau sama besar besar , 6 Nopember
daratan pulau) besar pulau
2009)
Terumbu 0- 25.0 50. 75. KLH
-
karang (%) 24.9 0-49.9 0-74.9 0-100 (2001)
Mangrov
e <1 1 >1 KLH
- -
(pohon/h 000 000 – 1 500 500 (2004)
a)
Padang 0- 30- > KLH
- -
lamun (%) 29.9 59.9 60.0 (2004)
Konserva Modifika
si laut (proporsi 1 11- 26- si dari DKP
0 >50
terhadap habitat -10 25 40 (2009b)
pesisir)

Gambar 2 Pendekatan matriks perbandingan Hossain (2001)dalam (Tahir 2010)

61
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Gambar 3 Diagram pelingkupan kerentanan yang dikemukakan Polsky et al. 2007


yang diacudalamTahir (2010)

I. Exposure (Keterpaparan) 2) Erosi Pantai (ER)


Erosi pantai adalah proses
1) Kenaikan Muka Laut (SR)
dinamis dari wilayah pesisir atau daerah
Kenaikan muka laut akan pantai karena adanya faktor-faktor
meningkatkan potensi rendaman dan oseanografis. Namun, ditengarai laju
penggenangan pulau-pulau kecil erosi di pulau-pulau kecil semakin
(Mimura, 1999). Pesisir dan pulau- meningkat dengan adanya kenaikan
pulau kecil dataran rendah merupakan muka laut (Jallow et al. 1996). Selain
wilayah yang paling terancam dampak karena kenaikan muka laut, laju erosi
kenaikan muka laut. Laju kenaikan juga sangat ditentukan oleh tipologi
muka laut dan dampak telah banyak pantai (substrat pantai), dan profil
dikaji khususnya di negara-negara pantai. Dalam penelitian ini, data erosi
kepulauan. Luas daratan pulau-pulau diperoleh dari informasi masyarakat
kecil yang terendam sangat ditentukan dengan menggunakan indegenous
oleh ketinggian pulau tersebut dari knowledgedi masyarakat. Traditional
permukaan laut. IPCC Third knowledge ini merupakan aspek penting
Assessment Report (2001) dalam merekam berbagai kejadian alam
menyebutkan proyeksi rata-rata termasuk perubahan garis pantai di
kenaikan muka laut antara 20-70 cm suatu pulau (Mimura 1999). Masyarakat
sejak tahun 1900 sampai 2100. Rata- yang hidup di pulau mampu merekam
rata kenaikan muka laut global 3.32 berbagai perubahan yang terjadi di
mm/tahun. Dalam penelitian ini data pulau tersebut, termasuk perubahan
kecenderungan kenaikan muka laut di garis pantai.
perairan sekitar lokasi penelitian 3) Rara-Rata Tunggang Pasang
diperoleh dari AVISO (Archiving, (PS)
Validation and Interpretation of Satellites Pasang merupakan suatu
Oceanographic) yang dapat diunduh di fenomena pergerakan naik turunnya
alamat permukaan air laut secara berkala yang
http://www.aviso.oceanobs.com/en/new diakibatkan oleh kombinasi gaya
s/ocean-indicators/mean-sealevel/- gravitasi dan gaya tarik menarik dari
index.html. benda-benda astronomi terutama oleh

62
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

matahari, bumi dan bulan. Parameter ini Indonesia tercatat kejadian tsunami dari
juga akan memberikan kontribusi tahun 1600 – 2009.
terhadap kerentanan pulau-pulau kecil.
6) Pertumbuhan Penduduk (PD)
Semakin besar rata-rata tunggang
Pertumbuhan penduduk juga
pasang, semakin tinggi tingkat
merupakan salah satu parameter dari
Keterpaparan pulau terhadap pasang.
Keterpaparan. SOPAC (1999)
Data pasang diperoleh dari data
mengemukakan bahwa semakin tinggi
pengukuran tide gauge yang telah
pertumbuhan penduduk di suatu pulau
dilakukan oleh beberapa instansi seperti
akan meningkatkan kerentanan pulau-
Bakosurtanal, Dinas Hidrooseanografi.
pulau kecil. Sejalan dengan Tompkins
4) Rata-Rata Tinggi Gelombang et al. (2005), menyebutkan bahwa
(GL) pulau yang memiliki penduduk yang
Gelombang adalah pergerakan padat akan memiliki resiko yang lebih
naik dan turunnya air dengan arah tegak tinggi dibandingkan dengan yang
lurus permukaan air laut yang berpenduduk rendah atau tidak
membentuk kurva/grafik sinusoidal, berpenduduk. Semakin tinggi
yang disebabkan oleh angin. Significant pertumbuhan penduduk, semakin tinggi
wave height (SWH) adalah nilai sifat exposure dari pulau tersebut. Data
gelombang tertinggi yang mungkin laju pertumbuhan penduduk dianalisis
terjadi. Saat gelombang pecah di pantai dari data statistik yang didapatkan dari
akan mengangkut sedimen (material catatan kependudukan di setiap pulau.
pantai) menuju laut dalam akibatnya
7) Kepadatan Penduduk (KP)
terjadi erosi/pengikisan pantai.
Sejalan dengan pertumbuhan
Parameter ini juga merupakan variabel
penduduk, kebutuhan terhadap ruang
dari kerentanan pulau-pulau kecil.
(lahan) juga akan meningkat. Padahal,
Semakin tinggi gelombang laut, tingkat
lahan merupakan faktor pembatas di
Keterpaparan juga semakin besar. Data
pulaupulau kecil. Peningkatan
tinggi gelombang diperoleh dari AVISO
penduduk akan memberikan tekanan
yang dapat diunduh di http://atoll-
terhadap lingkungan pulau-pulau kecil.
motu.aviso.oceanobs.com/?action=listp
Hal ini dapat memberikan dampak
roductmetadata&service=AvisoNRT-
terhadap berkurangnya kemampuan
&product=nrtmisc_msw h_merged.
pulau-pulau kecil beradaptasi terhadap
kenaikan muka laut. SOPAC (1999)
5) Kejadian Tsunami (TS)
juga menjadikan kepadatan penduduk
Tsunami adalah gelombang laut
sebagai indikator kerentanan
akibat adanya pergerakan atau
lingkungan pulau-pulau kecil. Data
pergeseran di bumi di dasar laut,
kepadatan penduduk diperoleh dari data
dimana terjadi penjalaran gelombang air
statistik kependudukan di setiap pulau
laut secara serentak tersebar ke seluruh
dibagi dengan luas pulau tersebut.
penjuru mata angin. Peristiwa tsunami
merupakan salah satu bencana alam
II. Sensitivity (Sensitivitas)
yang sering menimpa wilayah
1) Elevasi (EL)
Indonesia. SOPAC (1999)
Elevasi pulau merupakan salah
memasukkan parameter ini sebagai
satu parameter yang menentukan
salah satu parameter kerentanan
apakah suatu pulau rentan terhadap
lingkungan pulau-pulau kecil. Data
kenaikan muka laut. Pulau-pulau kecil
kejadian tsunami diperoleh dari NGDC
yang memiliki elevasi yang rendah
(National Geophysical Data Center)
merupakan daerah yang paling mudah
yang dapat diunduh melalui
terkena dampak kenaikan muka laut
http://www.ngdc-
berupa perendaman/penggenangan.
.noaa.gov/hazard/tsu.shtml. Data
Mimura (1999) mengkaji potensi
kejadian tsunami untuk wilayah
penggenangan pulau-pulau atol di

63
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

kawasan Pasifik melihat potensi yang ditetapkan dalam UU No. 27 Tahun


tinggi karena pulau tersebut memiliki 2007 tentang pengelolaan wilayah
elevasi yang rendah. Data elevasi pulau pesisir dan pulau-pulau kecil. Semakin
diperoleh dari pengukuran di lapang rentan suatu pemanfaatan atau
dengan menggunakan alat pengukuran peruntukan lahan terhadap suatu
topografi (total station) yang kemudian kenaikan muka laut, pemanfaatan
dianalisis dengan mengunakan sistem tersebut semakin sensitif (Brenkert dan
informasi geografis. Malone 2005). Data penggunaan lahan
diperoleh melalui pengamatan di
2) Kelerengan/Slope (SL)
lapangan yang kemudian diplotkan ke
Kemiringan atau kelerengan
dalam peta pulau yang diteliti.
daratan suatu pulau mempengaruhi
tingkat kerentanannya terhadap 5) Pemukiman Penduduk (PP)
kenaikan muka laut. Gornitz et al. Pemukiman dan infrastruktur
(1992) memasukkan parameter ini lainnya yang ada di wilayah pesisir dan
dalam mengkaji kerentanan pesisir pulau-pulau kecil merupakan salah satu
sebagai salah satu variabel dari parameter yang sensitif terhadap
kerentanan wilayah pesisir terhadap kenaikan muka laut (Brenkert dan
kenaikan muka laut. Kelerengan Malone 2005). Sensitivitas semakin
memiliki korelasi dengan elevasi pulau. tinggi dengan banyaknya
Dimana pulau-pulau yang datar akan bangunan/pemukiman yang berada
memiliki kelerengan yang landai. pada wilayah yang memiliki resiko tinggi
Semakin kecil kelerengan pulau akan terhadap kenaikan muka laut. Cardona
meningkatkan kerentanan terhadap (2003) menyatakan bahwa besarnya
kenaikan muka laut. Data kemiringan resiko atau dampak terhadap
pulau diperoleh dari pengukuran di pemukiman sangat terkait dengan
lapang dengan menggunakan alat lokasinya terhadap Keterpaparan. Data
pengukuran topografi (total station). penyebaran pemukiman diperoleh dari
pengamatan secara langsung di
3) Tipologi Pantai (TP)
lapangan yang kemudian diplotkan
Tipologi pantai juga memiliki
dalam peta pulau yang diteliti.
keterkaitan dengan kerentanan pulau-
pulau kecil khususnya dikaitkan dengan
III. Adaptive Capacity (kapasitas
peningkatan erosi pantai. Ada jenis
adaptif)
pantai yang mudah mengalami erosi
1) Habitat Pesisir (HP)
dan ada pulau yang memiliki daya tahan
Kemampuan ekosistem pesisir
yang kuat terhadap proses erosi pantai.
untuk meredam pengaruh dari luar
Beberapa jenis pantai yang memiliki
terhadap pulau-pulau kecil sangat
daya tahan rendah terhadap erosi
ditentukan oleh proporsi habitat pesisir.
adalah pantai hasil endapan dan pantai
Bengen (Personnel Communication, 6
berpasir. Sebaliknya tipologi pantai dari
Nopember 2009), menyebutkan bahwa
jenis pantai bervegetasi memiliki daya
habitat pesisir memiliki kemampuan
tahan terhadap erosi. Data tipologi
melindungi terhadap gangguan dari luar.
pantai diperoleh dari pengamatan di
Semakin besar proporsi habitat pesisir
lapangan yang kemudian diplotkan ke
terhadap daratan pulau-pulau kecil,
dalam peta pulau yang diteliti.
semakin tinggi kemampuan
4) Penggunaan Lahan (PL)
perlindungan yang diberikan terhadap
Jenis pemanfaatan lahan di pulau-
daratan pulau tersebut. Habitat pesisir
pulau kecil juga memiliki tingkat
terdiri dari komponen biotik dan abiotik.
sensitivitas yang tinggi terhadap
Komponen biotik terdiri dari ekosistem
kenaikan muka laut karena perendaman
pesisir yaitu ekosistem terumbu karang,
atau penggenangan daratan. Kategori
mangrove dan lamun, sedangkan
pemanfaatan lahan atau peruntukan
komponen abiotik terdiri dari pantai
lahan di pulau-pulau kecil telah

64
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

berpasir, pantai berbatu dan pantai arah pantai. Data tentang kualitas dan
berlumpur. Kench et al. (2006) sebaran terumbu karang didapatkan
menunjukkan perubahan tinggi dari hasil pengamatan secara langsung
gelombang ke arah pantai berbanding di lapangan dengan menggunakan
dengan panjang terumbu ke arah pantai. metode PIT (point line transect).
Data proporsi habitat pesisir pulau-pulau
4) Padang Lamun (LM)
kecil diperoleh dengan melakukan
Ekosistem lamun juga merupakan
pengamatan dan pengukuran di
salah satu parameter dari sistem
lapangan yang kemudian diplotkan
alamiah pulau-pulau kecil yang dapat
dalam peta.
meningkatkan kapasitas adaptif pulau-
2) Kerapatan Mangrove (MR) pulau kecil. Ekosistem lamun memiliki
Kapasitas adaptif dari wilayah fungsi sebagai stabilisator dan
pesisir dan pulau-pulau kecil dapat perangkap sedimen (USFWS 2009;
bersumber dari sistem alamiah pulau NOAA 2004). Lamun memiliki
maupun dari sistem sosial masyarakat kemampuan perangkap sedimen sekitar
di pulau tersebut (Mimura 1999). 1 cm per 100 tahun (EPA 2009; Torbay’s
Ekosistem mangrove selain memiliki Seagrass Project 2009). Sedimen ini
fungsi secara fisik, juga memiliki peran memiliki peran untuk memproteksi garis
secara ekologi dalam mendukung pantai dari hantaman gelombang.
keberlanjutan sistem pulau-pulau kecil. Hubungan antara ekosistem terumbu
Ekosistem mangrove memiliki karang, mangrove dan lamun di
kemampuan sebagai perangkap kawasan pesisir memiliki peran penting
sedimen, pelindung dari badai angin, menjaga sistem ekologi di pulau-pulau
mencegah banjir di kawasan pesisir kecil.
(Mahmood et al. 2005). Ekosistem
5) Konservasi Laut (KL)
mangrove juga memiliki fungsi
Kawasan konservasi laut adalah
memperlambat erosi pantai (Othman
instrumen pengelolaan yang dapat
1994;Vermaat dan Thampanya 2006).
meningkatkan resiliensi pulau-pulau
Terdapat dua faktor yang menentukan
kecil (SOPAC 2005). Moreno dan
peran dari kapasitas adaptif ekosistem
Becken (2009) menjadikan kawasan
mangrove yaitu luas hamparan
konservasi laut sebagai paratemer
mangrove dan tingkat kerapatan (Alongi
kapasitas adaptif dalam kerentanan
2008). Data kerapatan dan luas
wisata pesisir terhadap perubahan iklim.
mangrove diperoleh dari pengamatan
Kawasan pesisir yang ditetapkan
dan pengukuran langsung di lapangan
sebagai kawasan konservasi laut dapat
yang kemudian diplotkan ke dalam peta
meningkatkan kualitas ekosistem di
pulau yang diteliti.
dalamnya seperti ekosistem terumbu
3) Terumbu Karang (TK) karang, mangrove, padang lamun.
Ekosistem terumbu karang juga Dahuri (1997) menyebutkan bahwa
merupakan ekosistem alamiah dari untuk mengoptimalkan kawasan
pulau kecil (Mimura 1999). Ekosistem konservasi laut, perlu menetapkan suatu
ini memiliki kemampuan dalam kawasan secara permanen yang tidak
meningkatkan kapasitas adaptif pulau boleh diganggu dengan proporsi
kecil terhadap gangguan alam termasuk minimal 20 % untuk preservasi dan 30 %
kenaikan muka laut dan berbagai untuk kawasan konservasi. Sementara
implikasinya. Seperti halnya ekosistem DKP (2009b) menyebutkan bahwa
mangrove, ekosistem terumbu karang untuk pulau kecil kawasan pesisir yang
juga memiliki fungsi fisik dan ekologi perlu dikonservasi sebesar 30 % dan
yang sangat menentukan keberlanjutan pulau sangat kecil, sebesar 50 % dari
dan sistem pulau-pulau kecil. luas pulau. Proporsi kawasan
Ekosistem ini memiliki peran dalam konservasi laut yang dimaksud dalam
meredam energi gelombang menuju ke penelitian ini adalah proporsi dari luas

65
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

pesisir (mangrove, terumbu karang dan Analisis Data


lamun). Pengumpulan data tentang
Analisis Ekosistem Pesisir
kawasan konservasi laut dilakukan
melalui wawancara dengan masyarakat. 1) Ekosistem Terumbu Karang
Data ekosistem terumbu karang
Penentuan Skala dan Bobot
yang dianalisis mencakup luasan
Parameter Kerentanan
(sebaran habitat) dan persentasi
Salah satu pendekatan yang
tutupan karang hidup. Analisis sebaran
banyak digunakan dalam penentuan
ekosistem terumbu karang dilakukan
indeks adalah metode penskalaan
dengan menggunakan analisis sistem
parameter ke dalam nilai-nilai tertentu.
informasi geografis. Adapun kualitas
Nilai-nilai tersebut dinyatakan sebagai
tutupan karang hidup dianalisis dengan
nilai skor dari suatu parameter. Bossel
menggunakan kriteria yang
(1999) menyatakan bahwa untuk
dikemukakan KLH (2001). Kualitas
menghasilkan sebuah indeks tunggal,
tutupan karang hidup dibagi menjadi
keragaan data dan indikator perlu
empat kategori, yaitu kondisi buruk,
distandarisasi dalam suatu unit yang
sedang, baik dan sangat baik (Tabel 5).
sama. Hal ini banyak dilakukan dengan
mereduksi seluruh komponen ke suatu 2) Ekosistem Mangrove
nilai skoring pada beberapa tingkatan. Seperti halnya dengan analisis
Terdapat banyak penelitian yang terumbu karang, analisis ekosistem
menggunakan pendekatan ini untuk mangrove juga mencakup analisis
menentukan indeks suatu objek. Dari spasial atau sebaran habitat dan
penelitian tersebut, ditemukan analisis kualitas tutupan dalam bentuk
perbedaan dalam menentukan jumlah kerapatan pohon mangrove. Analisis
tingkatan atau peringkat skala dan spasial dilakukan dengan menggunakan
skoring yang digunakan. SOPAC analisis sistem informasi geografis,
(1999) menggunakan 7 tingkatan (1-7), sedangkan analisis tingkat kerapatan
Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) dilakukan dengan menghitung jumlah
menggunakan 5 tingkatan (1-5). Untuk pohon dalam satuan hektar (pohon/ha).
memaknai setiap nilai skor tersebut, Untuk menilai tingkat kerapatan
baik SOPAC (1999), Doukakis (2005) mangrove digunakan kriteria yang
maupun Rao et al. (2008) memberikan dibuat Kementrian Negara Lingkungan
definisi dari setiap skor (Tabel 10). Hidup (2004). Kriteria yang digunakan
Skala 1-7 yang dikemukakan SOPAC untuk menilai kerapatan mangrove
(1999) memiliki nilai tengah yang terdiri dari tiga kategori, yaitu kepadatan
disebut dengan rata-rata dan nilai jarang, sedang dan sangat padat (Tabel
minimum dan maksimum sebagai batas 6).
bawah dan batas atas. Adapun 3) Padang Lamun
Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) Data ekosistem padang lamun
menggunakan nilai tengah sebagai nilai juga mencakup data tentang distribusi
sedang, nilai terendah dan tertinggi spasial dan kualitas tutupan. Analisis
sebagai batas bawah dan batas atas. spasial dilakukan dengan menggunakan
Teknik penentuan bobot untuk analisis sistem informasi geografis,
setiap parameter pada ketiga dimensi sedangkan analisis kualitas tutupan
kerentanan (exposure, sensitivity, lamun menggunakan kriteria yang
adaptive capacity) dilakukan dengan dikemukakan Kementerian Negara
mengacu pada pendekatan matriks Lingkungan Hidup (2004). Kualitas
perbandingan sebagaimana tutupan lamun dibagi menjadi tiga, yaitu
dikemukakan Hossain (2001) yang sangat kaya, kurang kaya dan miskin
diacudalam Tahir (2010). (Tabel 7).

66
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Tabel 5 Kriteria persentasi penutupan karang hidup


Persentase Tutupan Karang Hidup (%) Kondisi
0.0% - 24.9% Buruk
25.0% - 49.9% Sedang
50.0% -74.9% Baik
Sangat
75.0% - 100%
Baik
Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2001)

Tabel 6 Kriteria baku kerusakan mangrove


Kerapatan
Kriteria Penutupan (%)
(Pohon/Ha)
Baik Sangat Padat > 70 > 1 500
Rusak Sedang > 50 - < 70 > 1 000 - < 1 500
Jarang < 50 < 1 000
Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2004)

Tabel 7 Kategori tutupan lamun


% Penutupan
Kondisi
Area
Baik Sehat/kaya ≥ 60
Kurang kaya/kurang
Rusak 30 – 59.9
sehat
Miskin 29.9
Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2004)

Analisis Karakteristik Geofisik Pulau- dataran rendah lebih cepat mengalami


Pulau Kecil perendaman dibandingkan pulau
Parameter geofisik pulau kecil berbukit. Ada beberapa pendekatan
yang dianalisis adalah kelerengan yang digunakan untuk analisis kenaikan
pantai (coastal slope), ketinggian atau muka laut, seperti yang dikemukakan
elevasi pulau dari permukaan laut, dan Hamzah et al. (in press), yaitu:
tipologi/jenis pulau, laju erosi pantai, dan 1. Berdasarkan data pasang surut
parameter oseanografi seperti dari rekaman tide gauge serta proyeksi
gelombang dan pasang surut. perubahan duduk tengahnya yang
Kelerengan pantai berhubungan diasumsikan secara linear
dengan kemudahan dari suatu 2. Berdasarkan data satelit altimetri
pantai/pesisir mengalami perendaman ADT yang diperoleh dari AVISO.
atau penggenangan apabila terjadi 3. Berdasarkan model kenaikan
banjir atau kenaikan muka laut dan permukaan laut (sea level rises = SLRs)
mempercepat bergesernya garis pantai. dengan skenario SRES (Special Report
Demikian juga dengan faktor elevasi on Emissions Scenarios) series IPCC.
pulau, akan menentukan seberapa lama Kenaikan muka laut akan
suatu pulau akan mengalami meningkatkan potensi rendaman
perendaman dengan adanya kenaikan daratan pulau kecil. Selain kenaikan
muka laut dari tahun ke tahun. Tipologi muka laut, potensi rendaman daratan
secara tidak langsung juga menentukan pulau kecil juga dapat disebabkan oleh
kemudahahan suatu pulau mengalami faktor lain seperti pasang surut, dan
perendaman, misalnya pulau-pulau subsiden dari suatu pulau. Parameter-

67
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

parameter oseanografi seperti pasang pulaupulau kecil dianalisis untuk


surut, gelombang laut, erosi pantai juga memahami karakteristik dari sistem
dianalisis mengingat parameter ini tersebut. Berdasarkan pemahaman
memiliki kontribusi terhadap kerentanan tersebut dilakukan identifikasi
pulau-pulau kecil parameter-paremeter lingkungan yang
mempengaruhi kerentanan lingkungan
Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi pulau-pulau kecil. Setelah parameter
Parameter sosial ekonomi yang kerentanan lingkungan diketahui lalu
dianalisis adalah pertumbuhan dan dilakukan konstruksi model indeks
kepadatan penduduk, mata kerentanan.
pencaharian, pola persebaran
pemukiman penduduk dan kearifan lokal Penentuan Bobot
terkait dengan pengelolaan lingkungan. Menurut Villa dan McLeod (2002)
Pertumbuhan penduduk dianalisis salah satu pendekatan yang digunakan
dengan membandingkan jumlah dalam memberikan bobot adalah
penduduk dari tahun ke tahun, untuk matriks perbandingan berpasangan
mendapatkan laju pertumbuhan yang sudah dikembangkan oleh Saaty
penduduk per tahun. Sementara (1980). Matriks perbandingan
kepadatan penduduk dianalisis dengan berpasangan menggambarkan
membandingkan jumlah penduduk pengaruh relatif setiap elemen terhadap
dengan ketersediaan lahan daratan masing-masing tujuan atau kriteria
yang layak dihuni. Analisis deskriptif yang setingkat di atasnya. Tahapan-
dilakukan untuk mengetahui jenis mata tahapan pengolahan bobot parameter
pencaharian masyarakat di pulau-pulau kerentanan lingkungan adalah sebagai
kecil, pola-pola persebaran pemukiman berikut:
dan kearifan lokal yang tumbuh di 1. Memberikan nilai signifikansi
masyarakat dalam melindungi setiap parameter kerentanan
sumberdaya pesisir. lingkungan pulau-pulau kecil
Konstruksi model indeks 2. Menyusun matriks perbandingan
kerentanan lingkungan dimulai dengan dari masing-masing parameter
pemahaman terhadap karakter sistem kerentanan lingkungan pulau-pulau
yang akan diteliti, dalam hal ini adalah kecil, sebagai berikut Tabel 8:
karakter pulau-pulau kecil. Karakteristik
parameter kerentanan lingkungan

Tabel 8 Parameter kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil

C1 C2 …. Cn
A=(aij)= C1 1 a12 …. a1n
C2 1/a12 1 …. a2n
… …. …. …. ….
Cn 1/a1n 1/a2n …. 1

Dalam hal ini, C1, C2,...Cn adalah 1. Elemen a[i, j] = 1 dimana


parameter kerentanan lingkungan i = 1,2,…,n (untuk penelitian n = 4)
pulau-pulau kecil. Nilai signifikansi 2. Elemen matriks segitiga
perbandingan berpasangan membentuk atas sebagai input
matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai 3. Elemen matriks segitiga
matriks perbandingan parameter yang bawah mempunyai rumus,
mencerminkan nilai kepentingan Ci 1
terhadap Cj. Cara pengisian elemen- a [j,i]= , untuk i≠j
a[i, j ]
elemen matriks pada di atas adalah:

68
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Matriks gabungan, merupakan


   n.
n

matriks baru yang elemen-elemennya i 1

berasal dari rata-rata geometrik elemen 4. Menguji konsistensi


matriks yang nilai rasio setiap matriks berpasangan antar
inkonsistensinya memenuhi syarat. alternatif dengan rumus masing-
Pengolahan horizontal, yaitu: masing elemen matriks berpasangan
a) perkalian baris, pada langkah 3 dikalikan dengan nilai
b) Perhitungan vektor prioritas prioritas kriteria. Hasil masing-masing
atau vektor ciri (eigen vector), baris dijumlahkan, kemudian hasilnya
c) perhitungan akar ciri (eigen dibagi dengan masing-masing nilai
vaue) maksimum, dan prioritas kriteria sebanyak nʎ .
d) perhitungan rasio Menghitung Lamda max (ʎmax) dengan
inkonsistensi. rumus:
 i) / n
n
Nilai pengukuran konsistensi ʎmax =( ( i 1
diperlukan untuk menghitung
konsistensi penilaian signifikansi Menghitung Consistency Index
parameter kerentanan lingkungan (CI) dengan rumus
pulau-pulau kecil. ( max  n)
CI=
3. Menghitung eigen value n 1
setiap baris dengan menggunakan Menghitung dengan rumus :
rumus sebagai CI
Berikut : (CR) =
wj RC

n
ʎi= j 1
aij . RC adalah nilai yang berasal
wi dari tabel acak seperti Tabel 17. Jika
C1,C2,…….,Cn dan bobot CR < 0,1 maka nilai perbandingan
pengaruhnya adalah w1, w2 ,….,wn. berpasangan pada matriks kriteria
Misalkan aij = wi / wj yang diberikan konsisten. Jika CR >0.1,
menunjukkan kekuatan Ci jika maka nilai perbandingan berpasangan
dibandingkan dengan Cj. Matriks dari pada matriks kriteria yang diberikan
angka angka aij ini dinamakan matriks tidak konsisten. Jika tidak konsisten,
pairwise comparison, yang diberi simbol maka pengisian nilai-nilai pada matriks
A, yang merupakan matriks reciprocal, berpasangan oleh setiap parameter
sehingga aji = 1 / aij. harus diulang. Hasil akhirnya berupa
jika zi, …..,zn adalah angka- prioritas global sebagai nilai yang
angka yang memenuhi persamaan Aw = digunakan oleh pengambil keputusan
λw dimana λ merupakan eigen value berdasarkan skor yang tertinggi (Tabel
dari matriks A, dan jika aij = 1 untuk 9).
semua i, maka:
Tabel 9 Random Consistency (RC)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1
0 1
R 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
C ,00 ,00 ,58 ,90 ,12 ,24 ,32 ,41 ,45 ,49 ,51
Sumber : Tahir, 2010

HASIL lingkungan dan model dinamik indeks


kerentanan lingkungan pulau-pulau
Formulasi Indeks Kerentanan kecil. Model statis indeks kerentanan
Lingkungan Pulau Kecil terluar lingkungan dimaksudkan untuk
Model indeks kerentanan yang menghitung indeks kerentanan saat ini
dikonstruksi dalam penelitian ini terdiri (sesaat), sedangkan model dinamik
dari model statis indeks kerentanan indeks kerentanan lingkungan

69
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

digunakan untuk melakukan prediksi parameter terhadap kerentanan pulau-


dinamika kerentanan pada masa yang pulau kecil.
akan datang.
4. Dimensi Adaptive Capacity
Indeks Kerentanan Saat Ini
Seperti telah disebutkan dalam Parameter dimensi adaptive
Sub Bab 1.7, konsep kerentanan capacity terdiri dari habitat pesisir (HP),
lingkungan yang diacu dalam penelitian ekosistem terumbu karang (TK),
ekosistem mangrove (MR), ekosistem
ini adalah konsep kerentanan yang
lamun (LM) dan konservasi laut (KL).
dikemukakan Turner et al. (2003),
Masing-masing parameter tersebut
bahwa kerentanan (V) merupakan
memiliki peran yang berbeda dalam
fungsi overlay dari exposure (E),
sensitivity (S), dan adaptive capacity menentukan kemampuan adaptasi
pulau-pulau kecil. Persamaan
(AC), yang selanjutnya diekspresikan
secara matematika oleh Metzger et al. matematika untuk indeks kerentanan
(2006) seperti pada persamaan (1). dimensi adaptive capacity dituliskan
sebagai berikut:
Persamaan (1) tersebut diekspresikan
lebih lanjut dalam bentuk persamaan IAC = ε1 HP + ε2 TK + ε3 MR +
ε4 LM + ε5 KL
matematika oleh Hamzah et al. (in
Keterangan: ε adalah bobot yang
press) dan juga memiliki
kesamaan yang dikembangkan didasarkan atas signifikansi setiap
parameter terhadap kerentanan pulau-
UNU-EHS (2006) menjadi:
pulau kecil. Sehingga persamaan
Indeks Kerentanan Lingkungan Pulau-
V = (E x S)/AC
Dengan menjabarkan parameter Pulau Kecil (IK-PPK) sebagai berikut:
IK-PPK = IE x IS/IAC
kerentanan seperti yang diadopsi dari
Untuk mendapatkan nilai
Polsky et al. (2007), dimensi E, S dan
AC masing-masing dapat dijabarkan minimum dan maksimum dari
persamaan (22), dilakukan dengan
sebagai sebuah persamaan.
mensubstitusi nilai setiap parameter
1. Dimensi Exposure yang berkisar dari 1 sampai 5. Dengan
menggunakan bobot dari masing-
Persamaan indeks kerentanan
masing parameter pada persamaan
dimensi exposure
(19), (20), dan (21) dengan bobot pada
dituliskan sebagai berikut:
IE = α1 (SR x ER) + α2 GL + α3 PS + α4 Tabel 18, diperoleh nilai minimum IK-
PPK sebesar 0.20 dan nilai maksimum
TS + α5 (PD x KP)
Keterangan: α adalah bobot yang sebesar 76.00. Hasil perhitungan nilai
indeks minimum dan maksimum
didasarkan atas signifikansi setiap
disajikan pada Lampiran 1. Dengan
parameter terhadap kerentanan pulau-
pulau kecil. menggunakan nilai maksimum dan
2.Dimensi Sensitivity minimum tersebut, skala penilaian
Dimensi sensitivity dituliskan tingkat kerentanan pulau-pulau kecil
sebagai berikut: dibagi menjadi 4 kategori kerentanan
(Doukakis 2005) sebagai berikut Tabel
IS = β1 EL + β2 TP + β3 SL + β4 PL + β5
10:
PP
Keterangan: β adalah bobot yang
didasarkan atas signifikansi setiap

Tabel 10 Kategori kerentanan (Doukakis 2005)


-
0.20 : Kerentanan rendah (low)
6.04
-
6.05 : Kerentanan sedang (moderate)
18.18

70
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

-
18.19 : Kerentanan tinggi (high)
40.48
- Kerentanan sangat tinggi (very
40.49 :
76.00 high)

Proyeksi Kerentanan Pulau PP 0.1


Kecil terluar 1
Kerentanan pulau-pulau kecil Adapative capacity
memiliki karakteristik yang dinamis, HP 0.4
yang berarti kerentanan tersebut akan 0
TK 0.2
berubah-ubah sesuai dengan
0
perubahan faktorfaktor yang MR 0.2
mempengaruhinya. Dengan model 0
kerentanan pulau-pulau kecil seperti di LM 0.1
atas, maka laju atau perubahan 0
kerentanan lingkungan pulau-pulau KL 0.1
kecil pada waktu yang akan datang 0
dapat diduga dengan lebih baik.
Pengurutan elemen-elemen menurut Analisisdata kerentanan
kepentingan relatif melalui prosedur Membangun indeks kerentanan
sintesis dinamakan priority setting. adalah yang dikembangkan oleh
Berdasakan pendekatan ini, bobot Chamber (1983); O’brien and Mileti
setiap parameter dimensi exposure, (1992); Handmer et al., (1999); Atkins et
sensitivity, dan adaptive capacity al., (1998). Prosedur dalam menghitung
disajikan pada Tabel 11 Bobot indeks kerentanan untuk perubahan
parameter kerentanan lingkungan iklim yang bisa diaplikasikan menurut
pulau-pulau kecil, sedangkan metode Sulivan (2008) adalah sebagai berikut :
penghitungan disajikan pada: 1. Identifikasi ancaman pada wilayah
masa sekarang ataupun kemungkinan
Tabel 11 Bobot parameter dimasa mendatang dari sisi geospasial
kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil (kenaikan muka air laut, deforestasi dan
Paramete Bo lain-lain)
r bot 2. Mengkomunikasikan dengan
Exposure stakeholder untuk mencari skenario
SRxER 0.4 perubahan potensial kondisi sosial,
1
ekonomi dan lingkungan untuk
GL 0.2
1 digabungkan dengan estimasi
PS 0.1 perubahan pada sumbe daya alam
4 kunci seperti air, atau dampak
TS 0.1 perubahan iklim terhadap hidrologi.
4 3. Mengumpulkan dan menyusun
PD x KD 0.1 seluruh data yang relevant pada lokasi
0 sampel.
Sensitivity 4. Menghitung nilai indeks
EL 0.4 kerentanan pada kondisi sekarang dan
3 pada kondisi berbagai skenario
TP 0.2
perubahan.
1
SL 0.1 5. Mengintepretasikan arti nilai
4 indeks kerentanan dalam kaitannya
PL 0.1 dengan dampak yang mungkin terjadi
1 pada berbagai variabel
6. Membuat hasil pada berbagai skala

71
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

spasial untuk berbagai pengguna yang Assessment Report (2001)


berbeda dan ditambahkan dengan menyebutkan proyeksi rata-rata
beberapa indikasi ketidakpastian dan kenaikan muka laut antara 20-70 cm
7. Komunikasikan dengan sejak tahun 1900 sampai 2100. Rata-
stakeholder pada level pemerintahan rata kenaikan muka laut global 3.32
untuk membangun rencana adaptasi mm/tahun. Dalam penelitian ini data
selanjutnya. kecenderungan kenaikan muka laut di
perairan sekitar lokasi penelitian
Dinamika Kerentanan Pulau Miangas diperoleh dari AVISO (Archiving,
Dalam batasan operasional, Validation and Interpretation of Satellites
kerentanan dalam beberapa studi Oceanographic) yang dapat diunduh di
dibedakan atas kerentanan fisik dan alamat
sosial. Kerentanan dapat dibedakan http://www.aviso.oceanobs.com/en/new
atas kerentanan biofisik dan sosial- s/ocean-indicators/mean-sealevel
ekonomi. Hal senada terlihat pada /index.html.
tulisan (Preston dan Stafford-Smith
2009) yang melihat bahwa kerentanan 2) Erosi pantai (ER)
memiliki sifat yang dinamis. Perubahan Erosi pantai (ER) adalah proses
kerentanan terjadi karena perubahan dinamis dari wilayah pesisir atau daerah
faktor-faktor yang mempengaruhi pantai karena adanya faktor-faktor
seperti faktor-faktor sosial dan biofisik. oseanografis. Namun, ditengarai laju
Oleh karena itu, pada penelitian erosi di pulau-pulau kecil semakin
kerentanan ini digunakan Keterpaparan, meningkat dengan adanya kenaikan
sensivitas, kapasitas adaptif. muka laut (Jallow et al. 1996). Selain
karena kenaikan muka laut, laju erosi
PEMBAHASAN juga sangat ditentukan oleh tipologi
pantai (substrat pantai), dan profil
Berdasarkan analisis kerentanan pantai. Dalam penelitian ini, data erosi
Pulau kecil terluar: Pulau Miangas yang diperoleh dari informasi masyarakat
dianalisis berdasarkan (Tahir 2010) dengan menggunakan indegenous
maka didapatkan sebagai berikut, knowledge di masyarakat. Traditional
I Keterpaparan kerentanan Pulau knowledge ini merupakan aspek penting
Miangas dalam merekam berbagai kejadian alam
Berdasarkan hasil analisis serta termasuk perubahan garis pantai di
kajian-kajian yang didapatkan tentang suatu pulau (Mimura 1999). Masyarakat
kerentanan di Pulau Miangas yang hidup di pulau mampu merekam
didapatkan untuk Keterpaparan sebagai berbagai perubahan yang terjadi di
berikut pulau tersebut, termasuk perubahan
1) Kenaikan muka laut (SR) garis pantai.
Kenaikan muka laut (SR) akan Erosi dan Abrasi Pantai Miangas
meningkatkan potensi rendaman dan Erosi pantai adalah kerusakan
penggenangan pulau-pulau kecil garis pantai akibat dari terlepasnya
(Mimura, 1999). Pesisir dan pulau-pulau material pantai, seperti pasir atau
kecil dataran rendah merupakan wilayah lempung yang terus menerus dihantam
yang paling terancam dampak kenaikan oleh gelombang laut, atau dikarenakan
muka laut. Laju kenaikan muka laut dan oleh terjadinya perubahan
dampak telah banyak dikaji khususnya keseimbangan angkutan sedimen di
di negara-negara kepulauan. Luas perairan pantai (Hang Tuah 2003).
daratan pulau-pulau kecil yang Erosi menyebabkan mundurnya pantai
terendam sangat ditentukan oleh dari kedudukan semula. Erosi dapat
ketinggian pulau tersebut dari terjadi akibat dari:
permukaan laut. IPCC Third

72
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

 pembuatan bangunan pantai dengan menyesuaikan peruntukan


yang menjorok ke laut yang mengubah lahannya.
keseimbangan pantai  Maju dan bekerja sama dengan
 penebangan hutan pantai alam, mengembalikan garis pantai ke
(bakau/ mangrove) posisi semula dengan cara memasang
 matinya karang pantai dan hutan bangunan pengaman pantai,
bakau yang berfungsi sebagai pemecah melakukan reklamasi, melakukan
gelombang, akibat pencemaran penghijauan pantai, penumbuhan
perairan pantai terumbu karang, atau perlakuan yang
 pengambilan material pantai terpadu.
(pasir atau karang pantai) dan material Pola menangani erosi tergantung
di sungai (pasirdan batu) pada beberapa aspek seperti:
Abrasi pantai adalah erosi pada - Tujuan yang akan dicapai
jenis pantai yang masif seperti cadas, - Keadaan gelombang, arus dan
batu atau lapisan beton. Erosi dan angkutan sedimen
abrasi dapat menyebabkan kerusakan - Keadaan bathimetri dan material
lahan dan properti atau aset yang dasar
berada di dekat pantai Pulau Miangas - Bahan bangunan yang tersedia
- Keadaan mekanika tanah
Penanggulangan Erosi dan Abrasi - Keadaan lingkungan
Pantai - Peruntukan lahan dan rencana
Pada pantai yang seimbang, pengembangan daerah
proses alami membentuk suatu sistem - Kelestarian lingkungan dan
perlindungan terhadap erosi pantai. kesejahteraan masyarakat
Untuk pantai berpasir perlindungan - Pendanaan
tersebut dapat berupa timbunan pasir di Jenis bangunan pengaman pantai
sisi belakang pantai. Pada daerah yang biasa diterapkan (US Army Corps
tropis, pantai berpasir seringkali of Engineers, 1992).
terlindungi dari gempuran ombak oleh
terumbu karang yang hidup di Tembok laut (seawall)
sepanjang pantai. Selain itu, di daerah Jenis konstruksi pantai yang masif
belakang pantai (back shore) tumbuhan dan ditempatkan sejajar dengan garis
pantai seperti pandan dan rumput pantai, menempel pada tebing pantai
membantu menjaga agar pasir yang dan membatasi secara langsung bidang
terdapat di gundukan pasir tidak daratan dengan air laut; dapat
terbawa oleh angin keluar dari daerah digunakan sebagai pengaman pada
pesisir. Pada daerah pantai berlumpur, pantai berlumpur atau berpasir. Fungsi
perlindungan alam berupa tumbuhan utama: Mencegah erosi pantai bagian
bakau atau pohon api-api dan lapisan darat, yang secara langsung terkena
lumpur yang tebal dapat pula meredam hantaman gelombang dan arus laut,
energi gelombang yang datang. Pola melindungi langsung pantai bagian
penangguhan erosi pantai dapat darat di belakang struktur, serta
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: berfungsi juga sebagai tembok
 Bertahan dan melindunginya, penahan tanah yang ada di belakang
dengan cara membatasi erosi yang konstruksi. Bahan konstruksi yang
terjadi supaya tidak bertambah parah. dipergunakan berupa pasangan batu
 Membiarkan erosi yang terjadi, dan beton
mundur dari pantai, merelokasi atau
memindahkan aset sumber daya pantai 3) Rata-rata tinggi gelombang (GL)
yang berharga menjauhi pantai, serta Gelombang (GL) adalah
mempersiapkan daerah belakang pergerakan naik dan turunnya air
pantai supaya aman terhadap erosi atau dengan arah tegak lurus permukaan air
laut yang membentuk kurva/grafik

73
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

sinusoidal, yang disebabkan oleh angin. ction=listproductmetadata&service=Avi


Significant wave height (SWH) adalah soNRT&product=nrtmisc_mswh_merge
nilai gelombang tertinggi yang mungkin d.
terjadi. Saat gelombang pecah di pantai Kejadian gelombang diramalkan
akan mengangkut sedimen (material berdasarkan data angin harian time
pantai) menuju laut dalam akibatnya series 5 lima tahunan, antara tahun
terjadi erosi/pengikisan pantai. 2000 sampai tahun 2004. Data angin
Parameter ini juga merupakan variabel diperoleh dari Stasiun Meteorologi kelas
dari kerentanan pulau-pulau kecil. III Naha yang berada pada lokasi bandar
Semakin tinggi gelombang laut, tingkat udara di Pulau Sangihe. Posisi stasiun
Keterpaparan juga semakin besar. Data pada 03041’ Lintang Utara dan 125031’
tinggi gelombang diperoleh dari AVISO Bujur Timur, tinggi stasiun 8 meter Tabel
yang dapat diunduh di : 12.
http://atollmotu.aviso.oceanobs.com/?a

Tabel 12 Persentase Kejadian Gelombang


(tahun 2000 sampai tahun 2004)
Arah Tinggi Gelombang (m)
Gelom
bang 0- 1 2 3 > C Jumla
1 -2 -3 -4 4 alm h (%)
Utar 9. 0 0 0 0
12.36
a 93 2.13 .22 .00 .07 .00
Timur 1 0 0 0 0
21.78
Laut 8.25 2.80 .47 .00 .00 .00
Timur 1 0 0 0 0
15.45
0.23 4.78 .37 .07 .00 .00
Tengg 2. 0 0 0 0
2.87
ara 21 0.66 .00 .00 .00 .00
Selat 3. 0 0 0 0
7.58
an 53 3.24 .81 .00 .00 .00
Barat 1 1 3 0 0 0
27.67
Daya 3.98 0.15 .09 .44 .00 .00
Barat 3 1 0 0 0 0
5.96
.24 .40 .88 .37 .07 .00
Barat 2 0 0 0 0 0
4.05
laut .94 .88 .22 .00 .00 .00
CALM 0 0 0 0 0 2
2.28
.00 .00 .00 .00 .00 .28
Jumlah 6 2 6 0 0 2
100
4.31 6.05 .33 .88 .14 .28
Sumber: Hasil Analisis Pembangkitan Gelombang

Data angin digunakan untuk merambat dari Barat Laut dan Tenggara
peramalan gelombang (hindcasting). kurang dari 5%.
Kejadian gelombang di sekitar Pulau
Miangas berasal dari seluruh arah 4) Rata-rata tunggang pasang (PS)
angin, seperti diperlihatkan pada Tabel Pasang (PS) merupakan suatu
1. Kejadian gelombang yang paling fenomena pergerakan naik turunnya
berpengaruh terhadap seluruh pantai permukaan air laut secara berkala yang
Miangas, terbesar berasal dari arah diakibatkan oleh kombinasi gaya
Barat Daya 26,67%; dari arah Timur gravitasi dan gaya tarik menarik dari
Laut 21,78%; arah Timur 15,45%; arah benda-benda astronomi terutama oleh
Utara 12,36%; arah Selatan 7,58%; arah matahari, bumi dan bulan. Parameter ini
Barat 5,96%. Gelombang yang juga akan memberikan kontribusi

74
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

terhadap kerentanan pulau-pulau kecil. menggambarkan tunggang pasang


Semakin besar rata-rata tunggang surut dan muka laut rata-rata di perairan
pasang, semakin tinggi tingkat sekitar pulau Miangas. Kisaran pasang
Keterpaparan pulau terhadap pasang. surut dihitung dari perbedaan ketinggian
Data pasang diperoleh dari data tingkat pasang tinggi hingga surut
pengukuran tide gauge yang telah terendah. Hasil perhitungan konstante
dilakukan oleh beberapa instansi seperti harmonis pasang surut didaerah
Bakosurtanal, Dinas Hidrooseanografi. perairan Pulau Miangas dari
Tunggang air pasang surut dan muka pengamatan selama 15 hari terus-
laut rata-rata merupakan variabel menerus adalah sebagai berikut Tabel
penting pada oseanografi. Penelitian ini 13 .
dilakukan dengan tujuan untuk

Tabel 13 Konstante harmonis pasang surut Pulau Miangas


Ko S M S N K O M M K P
nstante o 2 2 2 1 1 4 S4 2 1
A 1 4 3 2 2 9 1 2 9 8
(cm) 55 3 5 0 5 2 1 1 2 2
g - 1 2 1 2 10 45 53 08 45
() 58 08 27 45

Koordinat stasiun Pengamat 2. Tunggang air rata-rata pada


Pasang Surut:  = 05- 32’- 56” LU, pasang purnama adalah 2AM2+AS2
 = cm = 243+35 cm = 156 cm
126- 34’- 56” BT Tunggang air rata-rata pada
Berdasarkan konstante harmonis pasang mati adalah 2AM2-AS2 cm = 2
hasil perhitungan dari pengamatan (43-35) cm = 16 cm
selama 15 (lima belas) hari tersebut 3. Waktu air tinggi K1 pada tanggal 1
dapat dibuat uraian-uraian pasang Januari 2006 adalah :
surut. { ( 360 – Vo ) K1 + gK1 } x 1 jam =
353 + 245 = 39,76 atau
Tipe pasang surut pulau Miangas
nK1
Perbandingan antara AK1+AO1
15,04
dan AM2+AS2 adalah F = AK1+AO1 =
pada jam 15,76 hari berikutnya.
0,44
Waktu air rendahnya terjadi (15,76 + 12)
AM2+AS2
jam = 27,76 jam atau jam 3,76 hari
Dalam hal ini angka tersebut berikutnya.
terletak diantara 0,25 < 0,44 < 1,25 dan 4. Koinsidensi pertama dari K1
ini berarti sifat pasang surutnya adalah dan O1 sesudah 1 Januari 2006
campuran. didapatkan sebagai berikut :
Pasang Surut Harian Ganda.
t = 360 – (360-Vo + g) O1 – (360 – Vo +
1. Umur pasang surut dalam jam
g) K1
dapat dihitung dengan rumus xS2-xM2-
nK1- nO1
1,5 . = 360 – 136 – (360 – 353) = 2,17 =
Dimana: x = g – PL + nS 197,27 jam
xS2= 208 + 253,16 - 270 = 1,1 1,1
191,16 Berarti koinsidensi K1 dan O1
xM2= 158 + 253,16 – 260,82 = terjadi 197,17 jam sesudah 1 Januari
150.34 2006.
Jadi umur pasang surut 5) Kejadian Tsunami (TS)
Campuran tersebut adalah{xS2-xM2- Tsunami (TS) adalah gelombang
1,5%} x 1 jam = 40.21 jam atau  1,66 laut akibat adanya pergerakan atau
hari.

75
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

pergeseran di bumi di dasar laut, Pertumbuhan penduduk (PD) juga


dimana terjadi penjalaran gelombang air merupakan salah satu parameter dari
laut secara serentak tersebar ke seluruh Keterpaparan. SOPAC (1999)
penjuru mata angin. Peristiwa tsunami mengemukakan bahwa semakin tinggi
merupakan salah satu bencana alam pertumbuhan penduduk di suatu pulau
yang sering menimpa wilayah akan meningkatkan kerentanan pulau-
Indonesia. SOPAC (1999) pulau kecil. Sejalan dengan Tompkins et
memasukkan parameter ini sebagai al. (2005), menyebutkan bahwa pulau
salah satu parameter kerentanan yang memiliki penduduk yang padat
lingkungan pulau-pulau kecil. Data akan memiliki risiko yang lebih tinggi
kejadian tsunami diperoleh dari NGDC dibandingkan dengan yang
(National Geophysical Data Center) berpenduduk rendah atau tidak
yang dapat diunduh melalui berpenduduk. Semakin tinggi
http://www.ngdc.noaa.gov/hazard/tsu.s pertumbuhan penduduk, semakin tinggi
html. Data kejadian tsunami untuk sifat exposure dari pulau tersebut. Data
wilayah Indonesia tercatat kejadian laju pertumbuhan penduduk dianalisis
tsunami dari tahun 1600 – 2009. dari data statistik yang didapatkan dari
Migrasi yang dilakukan terkait erat catatan kependudukan di setiap pulau.
dengan bencana Tsunami yang terjadi Jumlah penduduk Pulau Miangas
di Pulau Miangas sebanyak 3 kali tahun 2013 adalah 851 jiwa, laki-laki 412
maupun daya dukung pulau terhadap jiwa dan perempuan 439 jiwa, dimana
penduduk yakni : Tahun 1905, 1932 penduduk yang terbesar yaitu
dan tahun 1970.Dipihak lain kedatangan perempuan (Sumber: Kantor Desa
orang-orang dari kepulauan Sangir dan Miangas 2013). Penduduk tersebut
Talaud disebabkan oleh bencana alam tersebar pada desa yang terdiri dari 3
akibat meletusnya gunung berapi dusun yakni Karutung Utara, Tengah
Karangetang di pulau Siau maupun dan Selatan dengan luas wilayah seluas
gunung Awu di Pulau Sangir. Hal ini 6,7 km2, rata-rata kepadatan penduduk
terjadi baik ditahun 1960 an maupun di 127 jiwa per km2, dan laju pertumbuhan
tahun 1970 an. Relokasi penduduk penduduk per tahun 1 persen.
Sangir Talaud terakhir kali terjadi akibat Penduduk Pulau Miangas
bencana kelaparan di pulau Miangas sebagian besar bermata pencaharian
dan Marore pada tahun sebagai nelayan serta berkebun
1971.(Sumber :http://www.oaseintim .or kelapa.Jumlah penduduk desa Miangas
g/gereja/sej-gmibm.htm) menurut kelompok umur dapat dilihat
pada Tabel 14 berikut ini:
6) Pertumbuhan penduduk (PD)

Tabel 14 Penduduk menurut kelompok umur di DesaMiangas


Tingkat Laki- Perempuan Jumlah
Umur laki
(Tahun)
0-4 28 30 58
5-9 29 32 61
10-14 28 31 59
15-19 30 32 62
20-24 29 26 55
25-29 26 28 54
30-34 34 35 69
35-39 30 32 62
40-44 29 30 59
45-49 24 26 50
50-54 22 25 47
55-59 18 21 39

76
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

60-64 14 16 30
65-69 11 12 23
70-74 11 13 24
75+ 10 12 22
Jumlah 373 401 774
2010 374 349 723
2009 409 388 797
2013 439 412 851
Sumber : Miangas dalam Angka 2012

Jika dilihat pada tabel di atas Berdasarkan statistiknya, pada


kelompok umur yang terbesar di desa tahun 2010, Kecamatan Miangas (yang
Miangas berumur 30 sampai 34 tahun merupakan desa Miangas juga) hanya
berjumlah 69 orang (8,9 %) pada dihuni oleh 728 orang dengan
umumnya mereka dalam usia yang kepadatan sebesar 304-305 orang per
produktif dan aktif dalam menangkap Km2, merupkan kecamatan terpadat di
ikan di laut, sedangkan yang berumur 15 Kabupaten Kepulauan Talaud. Rumah
sampai 19 tahun berjumlah 62 orang Tangga di Miangas hanya sebanyak 169
(8 %) pada umumnya masih duduk rumah tangga, jumlah yang sangat
dibangku sekolah. Masyarakat yang sedikit untuk sebuah kecamatan, tetapi
berumur 60 tahun keatas berjumlah 99 jika dilihat luas wilayah dan
orang (12 %), jika dilihat dari kegiatan kepadatannya, menjadi angka yang
mereka pada umumnya mereka masih cukup besar. Hal ini mengakibatkan
aktif bekerja yaitu membuat anyaman pertumbuhan masyarakat harus ditekan,
dari daun pandan. tetapi tidak dengan mengurangi angka
Adapun hampir sebagian besar kelahiran secara drastis, tetapi
desa nelayan yang bekerja menangkap meningkatkan angka perpindahan
ikan di laut adalah kaum lelaki, penduduk atau migrasi keluar (Miangas
sedangkan kaum wanitanya sebagian Dalam Angka 2011,Talaud Dalam
besar mengurus rumah tangga saja. Di Angka 2011, dan Masyarakat Miangas).
pulau Miangas pada umumnya kaum ibu
memiliki ketrampilan membuat anyaman II Analisis sensitivitas (Sensitivity
dari pohon pandan (tikar), mengisi Analysis) Pulau Miangas
waktu lowong apabila suaminya pergi Pada analisis sensitivitas
menangkap ikan. didapatkan sebagai berikut :
7) Kepadatan penduduk (KP)
Sejalan dengan pertumbuhan 1) Tipologi pantai (TP)
penduduk, kebutuhan terhadap ruang Tipologi pantai (TP) juga memiliki
(lahan) juga akan meningkat. Padahal, keterkaitan dengan kerentanan pulau-
lahan merupakan faktor pembatas di pulau kecil khususnya dikaitkan dengan
pulaupulau kecil. Peningkatan peningkatan erosi pantai. Ada jenis
penduduk akan memberikan tekanan pantai yang mudah mengalami erosi
terhadap lingkungan pulau-pulau kecil. dan ada pulau yang memiliki daya tahan
Hal ini dapat memberikan dampak yang kuat terhadap proses erosi pantai.
terhadap berkurangnya kemampuan Beberapa jenis pantai yang memiliki
pulau-pulau kecil beradaptasi terhadap daya tahan rendah terhadap erosi
kenaikan muka laut. SOPAC (1999) adalah pantai hasil endapan dan pantai
juga menjadikan kepadatan penduduk berpasir.Sebaliknya tipologi pantai dari
(KP) sebagai indikator kerentanan jenis pantai bervegetasi memiliki daya
lingkungan pulau-pulau kecil. tahan terhadap erosi. Data tipologi
Datakepadatan penduduk diperoleh dari pantai diperoleh dari pengamatan di
data statistik kependudukan di pulau lapangan yang kemudian diplotkan ke
dibagi luas pulau tersebut. dalam peta pulau yang diteliti.

77
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Pulau Miangas pada ada bagian topografi (total station) yang kemudian
Utara-Timur Pulau Miangas terdapat dianalisis dengan mengunakan sistem
bukit menyusuri pantai kurang lebih 2 informasi geografis.
kilometer, yang mana dibagian Utara
mulai landai. Bagian Selatan-Barat Eksisting :
terdapat bangunan dermaga yang saat 1. Memiliki Bentang Alam
ini berfungsi sebagai tambatan kapal- Perbukitan
kapal yang bersandar. Pada bagian ini 2. Ketinggian 0 – 60 Mdpl
terdapat permukiman penduduk yang 3. Memiliki kemiringan
menjorok masuk ke tengah pulau. lereng yang curam di tepi laut
Bagian Barat-Utara merupakan batas 4. Daerah landai/dataran
Pulau Miangas yang mengarah ke batas sangat terbatas : sebagian kecil di
wilayah terluar Republik Indonesia bagian selatan, timur dan tengah
bagian Utara. Bagian Utara merupakan Berdasarkan data kemiringan dan
daerah yang perlu diamankan karena dengan mempertimbangkan kriteria
telah terjadi pergeseran garis pantai. Maberry dan Keppres 32 tahun 1990,
Bagian Barat-Selatan yang merupakan umumnya daerah di pulau Miangas
daerah permukiman. Disini sudah terjadi perlu dijadikan ruang terbuka hijau,
erosi pantai. Disini beberapa bangunan khususnya pada lahan-lahan dengan
sudah sangat dekat dengan garis kemiringan diatas 40%. Lahan tersebut
pantai. Pada saat ini, gelombang yang umumnya terletak ditepi pantai bagian
datang memang tidak langsung masuk Timur, Utara dan barat. Sedangkan
ke dalam permukiman penduduk, tetapi dibagian selatandan sebagian bagian
akibat erosi pantai terus berkelanjutan timur, terdapat lahan dengan
akan mendorong, permukiman kemiringan di bawah 15% yang cocok
penduduk terkena gangguan bagi kawasan permukiman
gelombang. Bagian pantai Timur-
Selatan tepatnya di daerah dermaga 3) Kelerengan/slope (SL)
sudah terdapat pengaman pantai Kemiringan (SL) atau kelerengan
namun sudah rusak. Permukiman, Vol. daratan suatu pulau mempengaruhi
5 No. 2 Agustus 2010: 58-66 tingkat kerentanannya terhadap
kenaikan muka laut. Gornitz et al.
2) Elevasi (EL) (1992) memasukkan parameter ini
Elevasi (EL) pulau merupakan dalam mengkaji kerentanan pesisir
salah satu parameter yang menentukan sebagai salah satu variabel dari
apakah suatu pulau rentan terhadap kerentanan wilayah pesisir terhadap
kenaikan muka laut. Pulau-pulau kecil kenaikan muka laut. Kelerengan
yang memiliki elevasi yang rendah memiliki korelasi dengan elevasi pulau.
merupakan daerah yang paling mudah Dimana pulau-pulau yang datar akan
terkena dampak kenaikan muka laut memiliki kelerengan yang landai.
berupa perendaman/penggenangan. Semakin kecil kelerengan pulau akan
Mimura (1999) mengkaji potensi meningkatkan kerentanan terhadap
penggenangan pulau-pulau atol di kenaikan muka laut.
kawasan Pasifik melihat potensi yang Data kemiringan pulau diperoleh
tinggi karena pulau tersebut memiliki dari pengukuran di lapang dengan
elevasi yang rendah. Data elevasi pulau menggunakan alat pengukuran
diperoleh dari pengukuran di lapang topografi (total) Tabel 15.
dengan menggunakan alat pengukuran

Tabel 15 Data kemiringan pulau Miangas


Kemiringan Luas
No Klasifikasi
Lereng Ha %

78
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

1. 0–8% 13,75 4,30 Datar


Relatif
2. 8 – 15 % 256,58 80,18
Datar
3. 25 – 40 % 13,32 4,16 Agak Tinggi
4. > 40 % 36,35 11,36 Tinggi/Terjal
Jumlah 320,00 100,00

Gambar 4 Klasifikasi dan skoring variabel kemiringan lereng

Tabel 16 Klasifikasi dan skoring variabel curah hujan


Curah hujan (mm/tahun) Skor
1500-2000 5
2000-2500 7
2500-3000 9
>3000 10
Sumber: modifikasi dari Eimerset al. 2000

4) Penggunaan lahan (PL)


Jenis pemanfaatan lahan (PL) di
5) Permukiman penduduk (PP)
pulau-pulau kecil juga memiliki tingkat Permukiman (PP) dan
sensitivitas yang tinggi terhadap infrastruktur lainnya yang ada di wilayah
kenaikan muka laut karena perendaman pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan
atau penggenangan daratan. Kategori salah satu parameter yang sensitif
pemanfaatan lahan atau peruntukan terhadap kenaikan muka laut (Brenkert
lahan di pulau-pulau kecil telah dan Malone 2005). Sensitivitas semakin
ditetapkan dalam UU No. 27 Tahun tinggi dengan banyaknya
2007 tentang pengelolaan wilayah bangunan/permukiman yang berada
pesisir dan pulau-pulau kecil. Semakin pada wilayah yang memiliki risiko tinggi
rentan suatu pemanfaatan atau terhadap kenaikan muka laut. Cardona
peruntukan lahan terhadap suatu
(2003) menyatakan bahwa besarnya
kenaikan muka laut, pemanfaatan
tersebut semakin sensitif (Brenkert dan risiko atau dampak terhadap
Malone 2005). Data penggunaan lahan permukiman sangat terkait dengan
diperoleh melalui pengamatan di lokasinya terhadap Keterpaparan.
lapangan yang kemudian diplotkan ke Data penyebaran permukiman
dalam peta pulau yang diteliti. diperoleh dari pengamatan secara
Berikut digambarkan (Gambar 5) langsung di lapangan yang kemudian
plot pulau Miangas berdasarkan diplotkan dalam peta pulau yang diteliti
penggunaan lahan. terutama di Pulau Miangas sebagai
berikut Gambar 6:

79
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Gambar 5 Plot pulau Miangas berdasarkan penggunaan lahan

Gambar 6 Penyebaran permukiman

Berdasarkan hasil perhitungan


III Kerentanan adaptasi Pulau
alternatif II Konsep optimis lebih baik
Miangas
dari alternatif lainnya khususnya dalam
Tujuan dari bertahan hidup ini
hal pola pemanfaatan ruang, dampak
adalah membangun beberapa strategi
terhadap kesejahteraan penduduk,
untuk keamanan dan keseimbangan
peningkatan kelengkapan fasilitas sosial
mata pencaharian rumah tangga.
ekonomi, biaya pembangunan yang
Secara geografis, pulau kecil termasuk
dibutuhkan relatif tudak terlalu besar
Pulau Miangas dikelilingi oleh laut
dan dampak terhadap sosial budaya
sehingga masyarakat yang tinggal di
serta lingkungan hidup dapat
pulau kecil pada umumnya
diminimalisasi
menggantungkan hidup pada

80
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

sumberdaya alam di sekitar untuk Dishidros 1993). Pada bagian utara


bertahan hidup. Masyarakat nelayan pulau ini memiliki topografi
menggantungkan hidup dari bergelombang dan berbukit-bukit
sumberdaya laut dan perikanan. yang merupakan daerah pertanian,
Bekerja sebagai nelayan sudah perkebunan, dan hutan desa. Di bagian
dilakukan sejak lama dan turun-temurun selatan keadaan tanahnya kasar yang
sebagai salah satu strategi mereka ditutupi oleh tanaman kelapa,
untuk bertahan hidup. Terkait dengan hortikultura dan palawija.
perubahan yang terjadi karena faktor Pulau ini memiliki iklim tropis yang,
eksternal, yaitu perubahan iklim, strategi dipengaruhi oteh hujan
adaptasi yang dilakukan oleh d a n m u s i m kemarau.Musim hujan
masyarakat nelayan beragam. berlangsung antara Oktober - April.
Musim kemarau sekitar bulan Juni -
1) Habitat Pesisir (HP)
September. Angin utara bertiup
Kemampuan ekosistem pesisir
pada bulan November - April. Angin
untuk meredam pengaruh dari luar
barat terjadi selama 4 bulan yaitu
terhadap pulau-pulau kecil sangat
Desember - April. Pada periode tersebut
ditentukan oleh proporsi habitat pesisir.
keadaan laut bergelombang dengan
Ukurannya yang kecil, sehingga
ketinggian hingga 2 m. Keadaan ini
sumberdaya lahan menjadi sangat
sangat berpengaruh terhadap
pentingHabitat pesisir memiliki
aktivitas nelayan dalam
kemampuan melindungi terhadap
melaksanakan usaha penangkapan
gangguan dari luar. Semakin besar
ikan. Sebaliknya angin timur tidak
proporsi habitat pesisir terhadap daratan
banyak berpengaruh terhadap
pulau-pulau kecil, semakin tinggi
aktifitas nelayan.
kemampuan perlindungan yang
2) Terumbu Karang (TK)
diberikan terhadap daratan pulau
Ekosistem terumbu karang juga
tersebut
merupakan ekosistem alamiah dari
Habitat pesisir terdiri dari
pulau kecil (Mimura 1999). Ekosistem
komponen biotik dan abiotik. Komponen
ini memiliki kemampuan dalam
biotik terdiri dari ekosistem pesisir yaitu
meningkatkan kapasitas adaptif pulau
ekosistem terumbu karang, mangrove
kecil terhadap gangguan alam termasuk
dan lamun, sedangkan komponen
kenaikan muka laut dan berbagai
abiotik terdiri dari pantai berpasir, pantai
implikasinya. Seperti halnya ekosistem
berbatu dan pantai berlumpur. Kench et
mangrove, ekosistem terumbu karang
al. (2006) menunjukkan perubahan
juga memiliki fungsi fisik dan ekologi
tinggi gelombang ke arah pantai
yang sangat menentukan keberlanjutan
berbanding dengan panjang terumbu ke
dan sistem pulau-pulau kecil.
arah pantai. Data proporsi habitat
Ekosistem ini memiliki peran dalam
pesisir pulau kecil diperoleh dengan
meredam energi gelombang menuju ke
melakukan pengamatan dan
arah pantai. Data tentang kualitas dan
pengukuran di lapangan yang kemudian
sebaran terumbu karang didapatkan
diplotkan dalam peta.
dari hasil pengamatan secara langsung
Luas wilayahnya adalah 3,15
di lapangan dengan menggunakan
km 2, keadaan tanah 80,2 % landai
metode PIT (point line transect).
dengan ketinggian dari p e r m u k a a n
Berdasarkan data penelitian
laut sekitar 1-3 m dan 18,8
terumbu karang yang dilakukan secara
% daratan bergelombang, berbukit
jelajah di Pulau Miangas dan sekitarnya
dengan ketinggian 111 m dari
(Monengkey 2011) didapatkan Tabel 17
permukaan laut (Bakosurtanal-
sebagai berikut:

Tabel 17 Beberapa organisme terumbu karang lainnya berdasarkan survey jelajah


No. Jenis Kategori

81
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Cukup
Sedikit Banyak
Banyak
Moluska
1. Cellana Sp.
2. Nerita Sp.
3. Littoraria Sp.
4. Cerithium Sp.
5. Engina Sp.
6. Thais Sp.
7. Drupella Sp.
8. Cypraea Sp.
9. Conus Sp.
Krustasea
10. Trapezia Sp.
11. Pilumnus Sp.
12. Lybia Sp.
13. Phymodius
Ekhinodermata
14. Protoreaster
Sp.
15. Diadema Sp.
16. Echinometra
17. Tripneustes
Sp.
18. Holothuria
Sp.
Ganggang Laut
19. Halimeda Sp.
20. Caulerpa Sp.
21. Chlorodermis
Sp.
22. Padina Sp.
23. Turbinaria
24. Gracilaria
Sumber : Monengkey 2011

3) Kerapatan Mangrove (MR) mencegah banjir di kawasan pesisir


Kapasitas adaptif dari wilayah (Mahmood et al. 2005). Ekosistem
pesisir dan pulau-pulau kecil dapat mangrove juga memiliki fungsi
bersumber dari sistem alamiah pulau memperlambat erosi pantai (Otman
maupun dari sistem sosial masyarakat 1994; Vermaat dan Thampanya 2006).
di pulau tersebut (Mimura 1999). Terdapat dua faktor yang menentukan
Ekosistem mangrove selain memiliki peran dari kapasitas adaptif ekosistem
fungsi secara fisik, juga memiliki peran mangrove yaitu luas hamparan
secara ekologi dalam mendukung mangrove dan tingkat kerapatan (Alongi
keberlanjutan sistem pulau-pulau kecil. 2008). Data kerapatan dan luas
Ekosistem mangrove memiliki mangrove diperoleh dari pengamatan
kemampuan sebagai perangkap dan pengukuran langsung di lapangan
sedimen, pelindung dari badai angin,

82
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

yang kemudian diplotkan ke dalam peta sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp.,
pulau yang diteliti. Ceriops sp., Avicennia sp., dan Nypa sp.
Luas mangrove keseluruhan ±1,5 Tabel 18
Ha. Jumlah spesies yang ditemukan
berdasarkan survey jelajah: Bruguira

Tabel 18 Kehadiran mangrove berdasarkan metode kuadrat.


No. Famili Jenis St.1 St2.
1. Rhizophoraceae Bruguira
sp.
2. Rhizophora -
sp.
3. Sonneratiaceae Sonneratia
sp.

Tabel 19 Mangrove 1Stasion belakangposisi lintang 5º32'.484",


bujur 126º34'.830"
No. Jenis Jumlah Diameter Lingk.
Individu (cm) Bat.

1. Bruguira sp. 16 15 - 25 38 -
75
2. Sonneratia 10 5-7 19 -
sp. 26
Jumlah Banyak
anakan
Jarak antar 3 meter
pohon
Bercampur dengan vegetasi darat

Tabel 20 Mangrove 2 Stasion depanposisi lintang


5º32'.990",bujur126º34'.790"
No. Jenis Jum. Diameter Lingk.
Ind. (cm) Bat.
1. Bruguira 8 14-22 34-68
sp.
2. Sonneratia 14 8-14 25-32
sp.
3. Rhizopora 9 4-6 15-21
sp.
Jumlah Banyak
anakan
Jarak 2-3 meter
antar pohon
Bercampur dengan vegetasi darat

4) Padang Lamun (LM) fungsi sebagai stabilisator dan


Ekosistem lamun juga merupakan perangkap sedimen (USFWS 2009;
salah satu parameter dari sistem NOAA 2004). Lamun memiliki
alamiah pulau-pulau kecil yang dapat kemampuan perangkap sedimen sekitar
meningkatkan kapasitas adaptif pulau- 1 cm per 100 tahun (EPA 2009; Torbay’s
pulau kecil. Ekosistem lamun memiliki Seagrass Project 2009). Sedimen ini

83
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

memiliki peran untuk memproteksi garis Timur dari pulau Miangas yang
pantai dari hantaman gelombang. membentuk hamparan sempit 50 – 75
Hubungan antara ekosistem terumbu m dari daerah sub tidal. Hanya
karang, mangrove dan lamun di ditemukan 3 spesies yaitu Thallasia
kawasan pesisir memiliki peran penting hemprichii, Cymodocea rotundata, dan
menjaga sistem ekologi di pulau-pulau Cymodocea serrulata.
kecil.
Kecamatan khusus Miangas
Kabupaten Talaud dapat disimpulkan
beberapa halsebagai berikut.
1. Perairan pulau Miangas
Kecamatan Khusus Miangas terdapat 3
jenislamun yaitu Thalassia
hemprichi,Cymodocea rotundata dan
Cymodocea serrulata
2. Kerapatan jenis termasuk
kategori rendah.
Lamun (seagrass) hanya
ditemukan pada bagian Selatan dan

Tabel 21 Lamun di Pulau Miangas


Tr Jenis Jumlah individu Ti
ansek 1 2 3 nggi
Kanopi
I Thalassia 3 4 2 9-
hemprichi 1 5 1 12
Cymodocea 7 5 4 7-
rotundata 3 6 9 8
Cymodocea 4 4 3 6-
serrulata 7 8 4 8
II Thalassia 4 5 3 8-
hemprichi 4 2 2 11
Cymodocea 5 6 6 7-
rotundata 2 1 6 9
Cymodocea 2 4 4 6-
serrulata 5 5 6 7

5) Konservasi Laut (KL) untuk mengoptimalkan kawasan


Kawasan konservasi laut adalah konservasi laut, perlu menetapkan suatu
instrumen pengelolaan yang dapat kawasan secara permanen yang tidak
meningkatkan resiliensi pulau-pulau boleh diganggu dengan proporsi
kecil (SOPAC 2005). Moreno dan minimal 20 % untuk preservasi dan 30 %
Becken (2009) menjadikan kawasan untuk kawasan konservasi. Sementara
konservasi laut sebagai paratemer DKP (2009b) menyebutkan bahwa
kapasitas adaptif dalam kerentanan untuk pulau kecil kawasan pesisir yang
wisata pesisir terhadap perubahan iklim. perlu dikonservasi sebesar 30 % dan
Kawasan pesisir yang ditetapkan pulau sangat kecil, sebesar 50 % dari
sebagai kawasan konservasi laut dapat luas pulau. Proporsi kawasan
meningkatkan kualitas ekosistem di konservasi laut yang dimaksud dalam
dalamnya seperti ekosistem terumbu penelitian ini adalah proporsi dari luas
karang, mangrove, padang lamun. pesisir (mangrove, terumbu karang dan
Dahuri (1997) menyebutkan bahwa lamun). Pengumpulan data tentang

84
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

kawasan konservasi laut dilakukan memfasilitasi tenaga pengajar untuk ada


melalui wawancara dengan masyarakat. di Pulau Miangas menjadikan pulau ini
Dalam memenuhi kebutuhan makin tertinggal dalam hal pendidikan.
hidupnya, masyarakat pulau ini masih Begitu juga dengan tenaga kesehatan,
mematuhi aturan adat istiadat dan jumlah mantri ataupun bidan yang ada di
budaya tradisional, seperti Manami PPK sangat minim. Alasan fasilitas dan
dalam bidang perikanan. Adat tersebut keamanan serta minimnya biaya
berupa penutupan daerah penangkapan kompensasi membuat pembangunan
ikan pada musim tertentu dimana dibidang pendidikan dan kesehatan
nelayan tidak boleh menangkap ikan sangat lambat pada PPK. Penanganan
didaerah tersebut. Manami ini dipimpin bencana juga dipengaruhi oleh faktor ini.
oleh 2 orang ketua adat masyarakat Faktor keterisolasian dan cuaca yang
yang dikenal dengan sebutan kurang kondusif serta minimnya
Mangkubumi I dan Mangkubumi II. infrastruktur membuat PPK ini
Daerah penangkapan ditutup pada rentanterhadapbencana.
bulan Desember sampai dengan April.
Jenis-jenis ikan yang ada di daerah KESIMPULAN
tersebut adalah ikan kakak tua, biji
nangka, kulit pasir, cumi-cumi dan Bahwa berdasarkan analisis
penyu. Nelayan disini masih tradisional kerentanan Pulau Miangas,
sehingga wilayah penangkapannya kerentanannya sedang (moderate)
terbatas di sekitar perairan tersebut. artinya :
Nelayan yang menggunakan katinting 1. Dimensi Exposure
biasanya menggunakan alat tangkap Dimensi Exposure didapatkan
panting dasar dan soma paka-paka nilai IE = 4,29.
dengan wilayah penangkapan yang 2. Dimensi Sensitivity
mencapai perairan 12 mil laut. Dimensi Sensitivity didapatkan
Pemenuhan kebutuhan sehari- nilai IS = 2,35
hari yang mendesak membuat 1. Dimensi Adaptive
masyarakat mengeksploitasi Capacity
sumberdaya yang ada tanpa Dimensi Adaptive Capacity IAC
memperhatikan keberlanjutan didapatkan nilai =1,6
pengelolaan ekosistem tersebut. Secara umum didapatkan nilai IK-
Sebagai contoh untuk Pulau Kecil PPK = IE x IS/IAC = 4,29 x 2,35 /1,6 =
pasokan beberapa bahan bakar sangat 6,30
minim, kalaupun ada pasti sangat Dengan menggunakan nilai
mahal. Sebagai alternatifnya maksimum dan minimum tersebut, skala
masyarakat menggunakan kayu bakar penilaian tingkat kerentanan pulau-
untuk keperluan sehari-hari. Untuk pulau kecil dibagi menjadi 4 kategori
pelayanan kesehatan dan pendidikan kerentanan (Doukakis 2005) maka
faktor ini sangat mempengaruhi. Pulau Miangas didapatkan sebagai
Minimnya dana pendidikan untuk berikut Tabel 22:

Tabel 22 Empat kategori kerentanan (Doukakis 2005)


0.20 - 6.04 : Kerentanan rendah (low)
6.05 - : Kerentanan sedang
18.18 (moderate)
18.19 - : Kerentanan tinggi (high)
40.48
40.49 - : Kerentanan sangat tinggi
76.00 (very high)

85
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Bahwa ada kerentanan dengan IPPC. 2001. Climate Change: Impacts,


posisi moderate, perlu melakukan Adaption and Vulnerability.
keberlangsungan kedepan di Pulau Contribution of Working Group II
Miangas.. to The Third Assessment
Report of The Intergovermental
DAFTAR PUSTAKA Panel on Climate Change.New
York: Cambridge University
Alongi DM. 2008. Mangrove forests:
Press. 1032 p
resilience, protection from
tsunamis, and responses to
Jallow BP, Barrow MKA, Leatherman
global climate change. Estuarine,
SP. 1996. Vulnerability of the
Coastal and Shelf Science 76: 1-
coastal zone of the Gambia to sea
13
level rise and development of
Brenkert D F, Malone EL. 2005.
response strategies and
Modeling vulnerability and
adaption option.Climate Research. Vol.
resilience to climate change: A
6: 165-177
Case Study of India and Indian
Lewis J. 2003. Piece of the continent:
States. Climatic Change 72, 57-
An island anthology: Http:
102
www.islandvulnerability.org/antol
Brookfield HC. 1990. An approach to
ogy.tmlm
islands: in Beller, W., P. d‟Ayala
Mahmood H, Misri K, Sidik JB, Saberi
and P. Hein, 1990. Sustainable
O. 2005. Sediment accretion in a
Development and Environment of
protected mangrove forest of
Small Island. Man and Diosphere
Kuala Selangor, Malaysia.
Series. Paris
Pakistan Journal of Biolocal
Cardona OD. 2003. The need for
Scince 8 (1) : 149-151
rethingking the concept of
Mimura N. 1999. Vulnerability of island
vulnerability and risk from a
countries in the South Pacific to
holistic perspective: A necessary
sea level rise and climate change.
review and criticism for effective
Climate Research. Vol 12:137-
risk assessment. Chapter 3 of the
143 SOPAC. 1999.
book „Mapping Vulnerability:
Environmental Vulnerability
Disaster, Development and
Index (EVI) to summarise
Peopel‟. 2003. G. Bankoff, G.
national environmental
Frerks, D. Hilhort (Ed). Earthscan
vulnerability profiles. SOPAC
Publisher London
Technical Report 275
Doukakis E. 2005. Coastal vulnerability
Moreno dan Becken. 2009. A climate
and risk parameter. Europian
change vulnerability
Water 11/12: 3-7
assessmenet methology for
Gornitz VM, White TM, Daniel RC.
coastal tourism. Journal of
1992. A coastal hazard data Base
Sustainability Tourism 17
For the US East Coast.
(4):473488
Environmental Sciences Division.
Othman MA. 1994. Value of
Publication No. 3913
mangroves in coastal protection.
Hossain SMN. 2001. Assessing
Hydrobiologia 285: 277-282
human vulnerability due to
Pelling M, Uitto JI. 2001. Small island
environmental change: Concepts
developing states: natural
and assessment methodologies.
disaster vulnerability and global
Division of Land and Water
change. Environmental Hazard
Resources, Department of Civil
3: 49-63
and Environmental Engineering,
Polsky C, Neff R, Yarnal B. 2007.
Royal Institute of Technology
Building comparable global
change vulnerability assessment:

86
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

The vulnerability scoping (UU) Undang-undang Nomor 27 PWP-


diagram. Global. Environmental PPK Tahun 2007 tentang
Chane 17: 472-485 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Tahir, Amiruddin, 2010. Formulasi Pulau-Pulau Kecil
indeks kerentanan lingkungan. Vermaat JE, Thampanya U. 2006.
Bogor, IPB. Mangroves reduce coastal
Disertasi. erosion. IVM Working Paper: IVM
Tompkins EL, Nicholso-Cole SSA, 06/04
Hurlston LA, Boyd E, Hodge GB, Villa F, McLeod H. 2002.
Clarke J, Gray G, Trotz N, Varlack Environmental vulnerability
L. 2005. Surviving climate change indicators for environmental
in small islands- a guide book. planning and decision-making:
Tyndall Center for Climate Guideline and application.
Change Research, UK Environmental Management Vol. 29
No. 3:335-348

Tabel 23 Rekapitulasi data penelitian


Nilai Skor Sumber
Parameter
1 2 3 4 5
Exposure
Kenaik
an muka laut 5- 10- DKP
< 4.99 15-25 >25
(mm/th 9.99 14.99 (2008)
n)
Gorn
Erosi 1.0- -1.0- -1.0- itz et al.
>2.0 <-2.0
pantai (m/thn) 2.0 1.0 (-2.0) (1992)

Rata-
0.51- 1.1- 2.1- DKP
rata tunggang <0.50 >4
1.0 2.0 4.0 (2008)
pasang (m)
DKP
Tinggi 0.51- 1.1- 1.51-
<0.50 >2 (2008)
gelombang (m) 1 1.5 2
Kejadia
Modi
n tsunami
fikasi
dalam kurun 0 1 2-3 4-10 >10
SOPAC
waktu 1900
(1999)
sampai saat ini
Modi
Pertum fikasi dari
0.51- 1.1- 1.51-
buhan < 0.5 2.1≤ SOPAC
1.0 1.5 2.0
penduduk (%) (1999)

Kepad BSN
76- 151- 201-
atan penduduk <75 >400 (2004)
150 200 400
(jiwa/ha)
Sensitivity
Ham
Elevasi
>5 3.1-5 2.1-3 1.1-2 0.1 zah et al. (in
(m)
press)
Ham
Slope 25.1- 15.1- zah et al. (in
>40 9-15 0-8
(%) 40 25 press)

Tipolog berve Berb berk panta pantai DKP


i pantai getasi atu erikil i berpasir hasil endapan (2009a)
Pengg Lahan budi budid peter pemu DKP
unaan lahan terbuka daya laut aya pertanian nakan kiman (2009a)
Modi
di
fikasi dari
belakang
Letak Ketin ketin Malone et al.
semp sekita di
pemukiman ggian ggian 2-5m (2005)
adan r pantai atas perairan
penduduk >5m
pant
ai

87
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

Tabel 24 Rekapitulasi data penelitian Pulau Miangas


Nilai
Parameter
P. Miangas
A. Exposure
1
Kenaikan muka laut (cm) 4,99
.
2
Rata-rata tinggi gelombang (cm) 1-2
.
3
Rata-rata tunggang pasang (cm) 1.50
.
4 Laju erosi/perubahan garis pantai
0.50
. (cm/tahun)
5
Kejadian tsunami 3.00
.
6
Laju pertumbuhan penduduk (%/tahun) 1
.
7
Kepadatan penduduk (individu/ha) 1,27
.
B. Sensitivity
1
Tipologi pantai (panjang total)
.
Tipologi berlumpur (m)
Tipologi berpasir (m)
Tipologi berbatu (m)
Tipologi berkerikil (m)
Tipologi bervegetasi (m)
Total (m)
2
Elevasi (cm) 20.58
.
0 - 20 cm
21- 40 cm
41- 60 cm
61- 80 cm
81- 100 cm
101-200 cm
201-
3
Kemiringan (%) Relatif datar
.
0-8 % 13,75
9-15% 256,58
16-30% 13,32
31-40% 36,35
40% > 1,4 km
4
Penggunaan lahan
.
Tanpa penggunaan (ha) 0,2
Budidaya laut (ha)
Pertanian/perkebunan 0,3
Peternakan
Pemukiman 2,2 Ha.
6,7 ha
sebagian bagian
5
Lokasi pemukiman timur, dengan kemiringan di
.
bawah 15% cocok kawasan
permukiman
Di atas laut
Sempadan pantai V

Di belakang pantai

Berada padaketinggian 2 m
C. Adaptive capacity
1 Habitat Pesisir (ha) 130.57

88
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589

2 Ekosistem terumbu karang (persen


70 ha
. penutupan)
Luas mangrove
3 Ekosistem mangrove (pohon/ha)
keseluruhan ±1,5 Ha.
Lamun (seagrass)
ditemukan pada bagian
4 Ekosistem lamun (persen penutupan) Selatan dan Timur hamparan
sempit 50 – 75 m dari
daerah sub tidal
5
Konservasi laut (ha) 0.00
.
D. Dan lain-lain
218,39 hektar atau
1 Luas Pulau (ha)
3,15 Km2
2 Jumlah penduduk (jiwa) 851 (2013)
3 Proporsi habitat pesisir 6640 m, pasir
50 – 75 m dari daerah
4 Lamun
sub tidal
5 Mangrove 0,40 ha
6 Terumbu karang 70 ha
Di belakang pantai

89
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

You might also like