Professional Documents
Culture Documents
Vulnerability of Miangas Island
Vulnerability of Miangas Island
ABSTRACT
There are several methods of analysis in knowing the vulnerability of a
community. In the analysis to determine the vulnerability of Miangas island, the
determinant vulnerability was used. Determinant vulnerability evaluation is very
easy to use and simple. Therefore, the determinants of ordinary vulnerabilities use
an assessment of resources that are carried out in full, so that results can be used
as reference for management. One approach that is widely used in determining
the index is the method of scaling parameters into certain values. These values
are expressed as a score of a parameter. As done by (Tahir 2010) referred to in
Doukakis (2005) and Rao et al. (2008), the Miangas Island analysis refers to the
determination of the paramater scale and the weight of the vulnerability.
The vulnerability index model constructed in this study consists of a
static model of environmental vulnerability index and dynamic model of small island
environmental vulnerability index. The static model of the environmental
vulnerability index is intended to calculate the current vulnerability index
(momentary), while the dynamic model of the environmental vulnerability index is
used to predict the vulnerability dynamics in the future. In general, the values of
IK-PPK = IE x IS / IAC = 4.29 x 2.35 / 1.6 = 6.30 By using these maximum and
minimum values, the scale of assessment of the vulnerability of small islands is
divided into 4 categories of vulnerability (Doukakis 2005), Miangas Island is
obtained as follows; 0.20-6.04 = Low vulnerability, 6.05 -18.18 = Moderate
vulnerability, 18.19-40.48 = High vulnerability (high), 40.49-76.00 = Very high
vulnerability (very high). That there is a vulnerability with a moderate position.
Keywords: vulnerability, index, determinant, Miangas
ABSTRAK
Ada beberapa metode analisis dalam mengetahui kerentanan suatu
komunitas. Dalam analisis untuk mengetahui kerentanan pulau Miangas maka
digunakan kerentanan determinan. Evaluasi kerentanan determinan sangat
mudah digunakan dan sederhana. Oleh karna itu, determinan kerentanan biasa
menggunakan assessment terhadap sumberdaya yang dilakukan secara utuh,
sehingga hasil dapat dijadikan bahan acuan terhadap pengelolaan. Salah satu
pendekatan yang banyak digunakan dalam penentuan indeks adalah metode
penskalaan parameter ke dalam nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dinyatakan
sebagai nilai skor dari suatu parameter. Sebagaimana yang dilakukan oleh (Tahir
2010) yang diacu dalam Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) maka pada analisis
Pulau Miangas mengacu penentuan skala paramater dan bobot kerentanan
tersebut.
Model indeks kerentanan yang dikonstruksi dalam penelitian ini terdiri dari
model statis indeks kerentanan lingkungan dan model dinamik indeks kerentanan
56
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
57
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
58
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
59
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
BS
Kepadatan 7 151- 2 >
<75 N (2004)
penduduk (jiwa/ha) 6-150 200 01-400 400
Sensitivity
Ha
Elev 3.1-
>5 2.1-3 1.1-2 0.1 mzah et al.
asi (m) 5
(in press)
Ha
Slop 25. 15.1- mzah et al.
>40 9-15 0-8
e (%) 1-40 25 (in press)
pantai
Tipo berv ber berke pantai DK
hasil
logi pantai egetasi batu rikil berpasir P (2009a)
endapan
Peng budid
Lah bud petern pemu DK
gunaan aya
an terbuka idaya laut akan kiman P (2009a)
lahan pertanian
di Mo
Leta keti
Keti belakang difikasi
k nggian 2- sekita di atas
nggian semp dari
pemukiman 5m r pantai perairan
>5m adan Malone et
penduduk
pantai al. (2005)
60
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Tabel 3 Sistem penskalaan dan skoring tingkat adaptive capacity pulau Miangas
Paramete
Nilai Skor Sumber
r
1 2 3 4 5
Bengen
Habitat 2 ≥5
lebi 3 4 (Personnel
pesisir (proporsi kali kali
h kecil kali lebih kali lebih Communication
terhadap luas lebih daratan
atau sama besar besar , 6 Nopember
daratan pulau) besar pulau
2009)
Terumbu 0- 25.0 50. 75. KLH
-
karang (%) 24.9 0-49.9 0-74.9 0-100 (2001)
Mangrov
e <1 1 >1 KLH
- -
(pohon/h 000 000 – 1 500 500 (2004)
a)
Padang 0- 30- > KLH
- -
lamun (%) 29.9 59.9 60.0 (2004)
Konserva Modifika
si laut (proporsi 1 11- 26- si dari DKP
0 >50
terhadap habitat -10 25 40 (2009b)
pesisir)
61
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
62
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
matahari, bumi dan bulan. Parameter ini Indonesia tercatat kejadian tsunami dari
juga akan memberikan kontribusi tahun 1600 – 2009.
terhadap kerentanan pulau-pulau kecil.
6) Pertumbuhan Penduduk (PD)
Semakin besar rata-rata tunggang
Pertumbuhan penduduk juga
pasang, semakin tinggi tingkat
merupakan salah satu parameter dari
Keterpaparan pulau terhadap pasang.
Keterpaparan. SOPAC (1999)
Data pasang diperoleh dari data
mengemukakan bahwa semakin tinggi
pengukuran tide gauge yang telah
pertumbuhan penduduk di suatu pulau
dilakukan oleh beberapa instansi seperti
akan meningkatkan kerentanan pulau-
Bakosurtanal, Dinas Hidrooseanografi.
pulau kecil. Sejalan dengan Tompkins
4) Rata-Rata Tinggi Gelombang et al. (2005), menyebutkan bahwa
(GL) pulau yang memiliki penduduk yang
Gelombang adalah pergerakan padat akan memiliki resiko yang lebih
naik dan turunnya air dengan arah tegak tinggi dibandingkan dengan yang
lurus permukaan air laut yang berpenduduk rendah atau tidak
membentuk kurva/grafik sinusoidal, berpenduduk. Semakin tinggi
yang disebabkan oleh angin. Significant pertumbuhan penduduk, semakin tinggi
wave height (SWH) adalah nilai sifat exposure dari pulau tersebut. Data
gelombang tertinggi yang mungkin laju pertumbuhan penduduk dianalisis
terjadi. Saat gelombang pecah di pantai dari data statistik yang didapatkan dari
akan mengangkut sedimen (material catatan kependudukan di setiap pulau.
pantai) menuju laut dalam akibatnya
7) Kepadatan Penduduk (KP)
terjadi erosi/pengikisan pantai.
Sejalan dengan pertumbuhan
Parameter ini juga merupakan variabel
penduduk, kebutuhan terhadap ruang
dari kerentanan pulau-pulau kecil.
(lahan) juga akan meningkat. Padahal,
Semakin tinggi gelombang laut, tingkat
lahan merupakan faktor pembatas di
Keterpaparan juga semakin besar. Data
pulaupulau kecil. Peningkatan
tinggi gelombang diperoleh dari AVISO
penduduk akan memberikan tekanan
yang dapat diunduh di http://atoll-
terhadap lingkungan pulau-pulau kecil.
motu.aviso.oceanobs.com/?action=listp
Hal ini dapat memberikan dampak
roductmetadata&service=AvisoNRT-
terhadap berkurangnya kemampuan
&product=nrtmisc_msw h_merged.
pulau-pulau kecil beradaptasi terhadap
kenaikan muka laut. SOPAC (1999)
5) Kejadian Tsunami (TS)
juga menjadikan kepadatan penduduk
Tsunami adalah gelombang laut
sebagai indikator kerentanan
akibat adanya pergerakan atau
lingkungan pulau-pulau kecil. Data
pergeseran di bumi di dasar laut,
kepadatan penduduk diperoleh dari data
dimana terjadi penjalaran gelombang air
statistik kependudukan di setiap pulau
laut secara serentak tersebar ke seluruh
dibagi dengan luas pulau tersebut.
penjuru mata angin. Peristiwa tsunami
merupakan salah satu bencana alam
II. Sensitivity (Sensitivitas)
yang sering menimpa wilayah
1) Elevasi (EL)
Indonesia. SOPAC (1999)
Elevasi pulau merupakan salah
memasukkan parameter ini sebagai
satu parameter yang menentukan
salah satu parameter kerentanan
apakah suatu pulau rentan terhadap
lingkungan pulau-pulau kecil. Data
kenaikan muka laut. Pulau-pulau kecil
kejadian tsunami diperoleh dari NGDC
yang memiliki elevasi yang rendah
(National Geophysical Data Center)
merupakan daerah yang paling mudah
yang dapat diunduh melalui
terkena dampak kenaikan muka laut
http://www.ngdc-
berupa perendaman/penggenangan.
.noaa.gov/hazard/tsu.shtml. Data
Mimura (1999) mengkaji potensi
kejadian tsunami untuk wilayah
penggenangan pulau-pulau atol di
63
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
64
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
berpasir, pantai berbatu dan pantai arah pantai. Data tentang kualitas dan
berlumpur. Kench et al. (2006) sebaran terumbu karang didapatkan
menunjukkan perubahan tinggi dari hasil pengamatan secara langsung
gelombang ke arah pantai berbanding di lapangan dengan menggunakan
dengan panjang terumbu ke arah pantai. metode PIT (point line transect).
Data proporsi habitat pesisir pulau-pulau
4) Padang Lamun (LM)
kecil diperoleh dengan melakukan
Ekosistem lamun juga merupakan
pengamatan dan pengukuran di
salah satu parameter dari sistem
lapangan yang kemudian diplotkan
alamiah pulau-pulau kecil yang dapat
dalam peta.
meningkatkan kapasitas adaptif pulau-
2) Kerapatan Mangrove (MR) pulau kecil. Ekosistem lamun memiliki
Kapasitas adaptif dari wilayah fungsi sebagai stabilisator dan
pesisir dan pulau-pulau kecil dapat perangkap sedimen (USFWS 2009;
bersumber dari sistem alamiah pulau NOAA 2004). Lamun memiliki
maupun dari sistem sosial masyarakat kemampuan perangkap sedimen sekitar
di pulau tersebut (Mimura 1999). 1 cm per 100 tahun (EPA 2009; Torbay’s
Ekosistem mangrove selain memiliki Seagrass Project 2009). Sedimen ini
fungsi secara fisik, juga memiliki peran memiliki peran untuk memproteksi garis
secara ekologi dalam mendukung pantai dari hantaman gelombang.
keberlanjutan sistem pulau-pulau kecil. Hubungan antara ekosistem terumbu
Ekosistem mangrove memiliki karang, mangrove dan lamun di
kemampuan sebagai perangkap kawasan pesisir memiliki peran penting
sedimen, pelindung dari badai angin, menjaga sistem ekologi di pulau-pulau
mencegah banjir di kawasan pesisir kecil.
(Mahmood et al. 2005). Ekosistem
5) Konservasi Laut (KL)
mangrove juga memiliki fungsi
Kawasan konservasi laut adalah
memperlambat erosi pantai (Othman
instrumen pengelolaan yang dapat
1994;Vermaat dan Thampanya 2006).
meningkatkan resiliensi pulau-pulau
Terdapat dua faktor yang menentukan
kecil (SOPAC 2005). Moreno dan
peran dari kapasitas adaptif ekosistem
Becken (2009) menjadikan kawasan
mangrove yaitu luas hamparan
konservasi laut sebagai paratemer
mangrove dan tingkat kerapatan (Alongi
kapasitas adaptif dalam kerentanan
2008). Data kerapatan dan luas
wisata pesisir terhadap perubahan iklim.
mangrove diperoleh dari pengamatan
Kawasan pesisir yang ditetapkan
dan pengukuran langsung di lapangan
sebagai kawasan konservasi laut dapat
yang kemudian diplotkan ke dalam peta
meningkatkan kualitas ekosistem di
pulau yang diteliti.
dalamnya seperti ekosistem terumbu
3) Terumbu Karang (TK) karang, mangrove, padang lamun.
Ekosistem terumbu karang juga Dahuri (1997) menyebutkan bahwa
merupakan ekosistem alamiah dari untuk mengoptimalkan kawasan
pulau kecil (Mimura 1999). Ekosistem konservasi laut, perlu menetapkan suatu
ini memiliki kemampuan dalam kawasan secara permanen yang tidak
meningkatkan kapasitas adaptif pulau boleh diganggu dengan proporsi
kecil terhadap gangguan alam termasuk minimal 20 % untuk preservasi dan 30 %
kenaikan muka laut dan berbagai untuk kawasan konservasi. Sementara
implikasinya. Seperti halnya ekosistem DKP (2009b) menyebutkan bahwa
mangrove, ekosistem terumbu karang untuk pulau kecil kawasan pesisir yang
juga memiliki fungsi fisik dan ekologi perlu dikonservasi sebesar 30 % dan
yang sangat menentukan keberlanjutan pulau sangat kecil, sebesar 50 % dari
dan sistem pulau-pulau kecil. luas pulau. Proporsi kawasan
Ekosistem ini memiliki peran dalam konservasi laut yang dimaksud dalam
meredam energi gelombang menuju ke penelitian ini adalah proporsi dari luas
65
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
66
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
67
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
C1 C2 …. Cn
A=(aij)= C1 1 a12 …. a1n
C2 1/a12 1 …. a2n
… …. …. …. ….
Cn 1/a1n 1/a2n …. 1
68
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
69
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
70
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
-
18.19 : Kerentanan tinggi (high)
40.48
- Kerentanan sangat tinggi (very
40.49 :
76.00 high)
71
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
72
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
73
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Data angin digunakan untuk merambat dari Barat Laut dan Tenggara
peramalan gelombang (hindcasting). kurang dari 5%.
Kejadian gelombang di sekitar Pulau
Miangas berasal dari seluruh arah 4) Rata-rata tunggang pasang (PS)
angin, seperti diperlihatkan pada Tabel Pasang (PS) merupakan suatu
1. Kejadian gelombang yang paling fenomena pergerakan naik turunnya
berpengaruh terhadap seluruh pantai permukaan air laut secara berkala yang
Miangas, terbesar berasal dari arah diakibatkan oleh kombinasi gaya
Barat Daya 26,67%; dari arah Timur gravitasi dan gaya tarik menarik dari
Laut 21,78%; arah Timur 15,45%; arah benda-benda astronomi terutama oleh
Utara 12,36%; arah Selatan 7,58%; arah matahari, bumi dan bulan. Parameter ini
Barat 5,96%. Gelombang yang juga akan memberikan kontribusi
74
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
75
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
76
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
60-64 14 16 30
65-69 11 12 23
70-74 11 13 24
75+ 10 12 22
Jumlah 373 401 774
2010 374 349 723
2009 409 388 797
2013 439 412 851
Sumber : Miangas dalam Angka 2012
77
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Pulau Miangas pada ada bagian topografi (total station) yang kemudian
Utara-Timur Pulau Miangas terdapat dianalisis dengan mengunakan sistem
bukit menyusuri pantai kurang lebih 2 informasi geografis.
kilometer, yang mana dibagian Utara
mulai landai. Bagian Selatan-Barat Eksisting :
terdapat bangunan dermaga yang saat 1. Memiliki Bentang Alam
ini berfungsi sebagai tambatan kapal- Perbukitan
kapal yang bersandar. Pada bagian ini 2. Ketinggian 0 – 60 Mdpl
terdapat permukiman penduduk yang 3. Memiliki kemiringan
menjorok masuk ke tengah pulau. lereng yang curam di tepi laut
Bagian Barat-Utara merupakan batas 4. Daerah landai/dataran
Pulau Miangas yang mengarah ke batas sangat terbatas : sebagian kecil di
wilayah terluar Republik Indonesia bagian selatan, timur dan tengah
bagian Utara. Bagian Utara merupakan Berdasarkan data kemiringan dan
daerah yang perlu diamankan karena dengan mempertimbangkan kriteria
telah terjadi pergeseran garis pantai. Maberry dan Keppres 32 tahun 1990,
Bagian Barat-Selatan yang merupakan umumnya daerah di pulau Miangas
daerah permukiman. Disini sudah terjadi perlu dijadikan ruang terbuka hijau,
erosi pantai. Disini beberapa bangunan khususnya pada lahan-lahan dengan
sudah sangat dekat dengan garis kemiringan diatas 40%. Lahan tersebut
pantai. Pada saat ini, gelombang yang umumnya terletak ditepi pantai bagian
datang memang tidak langsung masuk Timur, Utara dan barat. Sedangkan
ke dalam permukiman penduduk, tetapi dibagian selatandan sebagian bagian
akibat erosi pantai terus berkelanjutan timur, terdapat lahan dengan
akan mendorong, permukiman kemiringan di bawah 15% yang cocok
penduduk terkena gangguan bagi kawasan permukiman
gelombang. Bagian pantai Timur-
Selatan tepatnya di daerah dermaga 3) Kelerengan/slope (SL)
sudah terdapat pengaman pantai Kemiringan (SL) atau kelerengan
namun sudah rusak. Permukiman, Vol. daratan suatu pulau mempengaruhi
5 No. 2 Agustus 2010: 58-66 tingkat kerentanannya terhadap
kenaikan muka laut. Gornitz et al.
2) Elevasi (EL) (1992) memasukkan parameter ini
Elevasi (EL) pulau merupakan dalam mengkaji kerentanan pesisir
salah satu parameter yang menentukan sebagai salah satu variabel dari
apakah suatu pulau rentan terhadap kerentanan wilayah pesisir terhadap
kenaikan muka laut. Pulau-pulau kecil kenaikan muka laut. Kelerengan
yang memiliki elevasi yang rendah memiliki korelasi dengan elevasi pulau.
merupakan daerah yang paling mudah Dimana pulau-pulau yang datar akan
terkena dampak kenaikan muka laut memiliki kelerengan yang landai.
berupa perendaman/penggenangan. Semakin kecil kelerengan pulau akan
Mimura (1999) mengkaji potensi meningkatkan kerentanan terhadap
penggenangan pulau-pulau atol di kenaikan muka laut.
kawasan Pasifik melihat potensi yang Data kemiringan pulau diperoleh
tinggi karena pulau tersebut memiliki dari pengukuran di lapang dengan
elevasi yang rendah. Data elevasi pulau menggunakan alat pengukuran
diperoleh dari pengukuran di lapang topografi (total) Tabel 15.
dengan menggunakan alat pengukuran
78
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
79
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
80
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
81
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Cukup
Sedikit Banyak
Banyak
Moluska
1. Cellana Sp.
2. Nerita Sp.
3. Littoraria Sp.
4. Cerithium Sp.
5. Engina Sp.
6. Thais Sp.
7. Drupella Sp.
8. Cypraea Sp.
9. Conus Sp.
Krustasea
10. Trapezia Sp.
11. Pilumnus Sp.
12. Lybia Sp.
13. Phymodius
Ekhinodermata
14. Protoreaster
Sp.
15. Diadema Sp.
16. Echinometra
17. Tripneustes
Sp.
18. Holothuria
Sp.
Ganggang Laut
19. Halimeda Sp.
20. Caulerpa Sp.
21. Chlorodermis
Sp.
22. Padina Sp.
23. Turbinaria
24. Gracilaria
Sumber : Monengkey 2011
82
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
yang kemudian diplotkan ke dalam peta sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp.,
pulau yang diteliti. Ceriops sp., Avicennia sp., dan Nypa sp.
Luas mangrove keseluruhan ±1,5 Tabel 18
Ha. Jumlah spesies yang ditemukan
berdasarkan survey jelajah: Bruguira
1. Bruguira sp. 16 15 - 25 38 -
75
2. Sonneratia 10 5-7 19 -
sp. 26
Jumlah Banyak
anakan
Jarak antar 3 meter
pohon
Bercampur dengan vegetasi darat
83
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
memiliki peran untuk memproteksi garis Timur dari pulau Miangas yang
pantai dari hantaman gelombang. membentuk hamparan sempit 50 – 75
Hubungan antara ekosistem terumbu m dari daerah sub tidal. Hanya
karang, mangrove dan lamun di ditemukan 3 spesies yaitu Thallasia
kawasan pesisir memiliki peran penting hemprichii, Cymodocea rotundata, dan
menjaga sistem ekologi di pulau-pulau Cymodocea serrulata.
kecil.
Kecamatan khusus Miangas
Kabupaten Talaud dapat disimpulkan
beberapa halsebagai berikut.
1. Perairan pulau Miangas
Kecamatan Khusus Miangas terdapat 3
jenislamun yaitu Thalassia
hemprichi,Cymodocea rotundata dan
Cymodocea serrulata
2. Kerapatan jenis termasuk
kategori rendah.
Lamun (seagrass) hanya
ditemukan pada bagian Selatan dan
84
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
85
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
86
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Rata-
0.51- 1.1- 2.1- DKP
rata tunggang <0.50 >4
1.0 2.0 4.0 (2008)
pasang (m)
DKP
Tinggi 0.51- 1.1- 1.51-
<0.50 >2 (2008)
gelombang (m) 1 1.5 2
Kejadia
Modi
n tsunami
fikasi
dalam kurun 0 1 2-3 4-10 >10
SOPAC
waktu 1900
(1999)
sampai saat ini
Modi
Pertum fikasi dari
0.51- 1.1- 1.51-
buhan < 0.5 2.1≤ SOPAC
1.0 1.5 2.0
penduduk (%) (1999)
Kepad BSN
76- 151- 201-
atan penduduk <75 >400 (2004)
150 200 400
(jiwa/ha)
Sensitivity
Ham
Elevasi
>5 3.1-5 2.1-3 1.1-2 0.1 zah et al. (in
(m)
press)
Ham
Slope 25.1- 15.1- zah et al. (in
>40 9-15 0-8
(%) 40 25 press)
87
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
Di belakang pantai
Berada padaketinggian 2 m
C. Adaptive capacity
1 Habitat Pesisir (ha) 130.57
88
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari 2019 ISSN: 2302-3589
89
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax