Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN DI DESA MARGA AGUNG, KECAMATAN JATI AGUNG, LAMPUNG SELATAN

(Social Changes In Farmer Community Towards The Conversion Of Agricultural Land In Marga Agung
Village, Jati Agung District, South Lampung)

Siti Mariyani, Ekalia Yusiana

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang, Jl. HS. Ronggowaluyo,
Telukjambe Timur, Karawang. E-mail : siti.mariyani@faperta.unsika.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine factors causing land conversion in Marga Agung Village and social change of
the farming community in Marga Agung Village towards the conversion of agricultural land. This research is
a survey research using a qualitative approach which is analyzed descriptively. The data collection method
was carried out using in-depth interviews with nine informants who were selected purposively. The research
was conducted in Marga Agung Village, Jati Agung District, South Lampung, as a consideration that the
majority of farmers in Marga Agung Village is rain-fed farmers and come from the village bedol
transmigration program which has experienced the conversion of agricultural land. The results of the study
indicated that the factors causing land conversion in Marga Agung Village are internal factors and external
factors. The internal factor of the farmer households is in the form of the socio-economic conditions of the
farmer household such as household needs which cannot be fulfilled by the income of the farmer households.
The external factors of farmers selling agricultural land are the price of land which is increasing every year,
the strategic location of the land also increases the selling price of the land and there is an increase in the
population coming from outside the Marga Agung Village area.

Key words: farmer, land conversion, social change.


Received: 16 January 2023 Revised: 24 March 2023 Accepted: 29 Mei 2023 DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jiia.v11i2.6725

PENDAHULUAN Alih fungsi lahan merupakan perubahan fungsi


sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya
Lahan pertanian menjadi faktor penunjang semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi
kebutuhan hidup masyarakat terutama masyarakat lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
pedesaan (Wanimbo 2019). Latar belakang dari alih terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (Widjaya 2017). Alih fungui lahan pertanian
merupakan konsekuensi dari perkembangan menjadi kawasan pemukiman penduduk akibat
wilayah juga akibat dari pertumbuhan penduduk, modernisasi dan pertumbuhan penduduk,
infrastruktur maupun industri (Hidayat and Rofiqoh memberikan dampak terhadap struktur dan tatanan
2020). Peningkatan kebutuhan lahan untuk industri, sosial masyarakat. Masyarakat petani mengalami
jasa dan perumahan menyebabkan terjadinya alih perubahan sosial dalam menjalankan aktivitas
fungsi lahan pertanian sehingga mengurangi luas sehari-hari seperti dalam pemenuhan kebutuhan,
lahan produktif (Ningsih 2022). Seiring dengan sumber nafkah dan pekerjaan. Pertumbuhan jumlah
pembangunan yang semakin pesat, sektor pertanian penduduk dan kebutuhan tempat tinggal yang
memiliki tantangan berupa alih fungsi lahan semakin meningkat mempengaruhi kebutuhan
pertanian menjadi pemukiman penduduk. Hal ini lahan yang akan mengalami peningkatan pula, yang
didukung dengan meningkatnya jumlah penduduk akhirnya memanfaatkan lahan sawah semakin
di pedesaan yang berasal dari kelahiran dan juga berkurang luasannya.
migrasi ke daerah pedesaan. Padahal semakin
meningkat jumlah penduduk maka semakin Menurut Mardiyaningsih et al. (2010)
meningkat juga kebutuhan pangan masyarakat. menyampaikan bahwa perubahan sosial pedesaan
Fenomena ini juga menuntut petani untuk terjadi pada hampir seluruh pedesaaan di Indonesia,
menghasilkan produksi pertanian yang meningkat terutama pedesaaan yang berbasis pada pertanian
dan dalam waktu yang relatif singkat. padi sawah. Perubahan sosial terjadi dari tingkat

94
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

mikro (Kelompok) sampai makro (Global) fungsi lahan di Desa marga Agung dan 2).
sepanjang waktu baik lambat evolusi maupun cepat. perubahan sosial masyarakat petani di Desa Marga
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, modernisasi Agung terhadap alih fungsi lahan pertanian.
dianggap sebagai pendekatan pembangunan di
Indonesia merupakan salah satu pendorong METODE PENELITIAN
terjadinya perubahan sosial yang terencana.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan
Petani padi adalah orang yang bercocok tanam padi menggunakan pendekatan kualitatif yang dianalisis
di sebuah lahan tertentu dengan tujuan untuk secara deskriptif (Babbie 2014). Metode
memperoleh kehidupan dari kegiatan bercocok pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
tanam itu. Petani sebagai pengelolah usaha tani mendalam (depth interview) kepada informan.
berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di Informan pada penelitian ini dipilih secara
dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau purposive sampling yang berjumlah sembilan
disewa dari petani lainnya untuk kesejahteran hidup informan terdiri dari Pemerintah Desa Marga
keluarganya (Rondonuwu 2017). Pembangunan Agung, tokoh masyarakat serta masyarakat petani.
ekonomi cenderung meningkatkan permintaan
lahan di luar sektor pertanian, sehingga memacu Sumber data yang digunakan dalam penelitian
alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non adalah data primer dan data skunder. Data primer
pertanian terutama di daerah dengan ketersediaan diperoleh dari wawancara kepada informan dan
lahan terbatas. sumber data skunder diperoleh melalui dokumentasi
dan studi perpustakaan dengan bantuan media cetak
Desa Marga Agung merupakan desa yang mayoritas dan media elektronik, Badan Pusat Statistik dan
penduduknya dengan pekerjaan utama sebagai lain-lain yang dapat memberikan tambahan serta
petani. Jumlah penduduk Desa Marga Agung penguatan terhadap data penelitian. Penelitian
sebanyak 4116 jiwa, dengan 3013 jiwa berprofesi dilakukan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati
sebagai petani (Okvidiantoro 2016). Berdasarkan Agung Lampung Selatan, sebagai pertimbangan
hasil sensus pertanian 2013, Jumlah rumah tangga bahwa desa Marga Agung mayoritas adalah petani
usaha pertanian di Lampung Selatan mengalami tadah hujan dan berasal dari program transmigrasi
penurunan sebesar 16,08 persen, yaitu dari 159.866 bedol desa yang mengalami alih fungsi lahan
rumah tangga petani tahun 2003 menjadi 134.152 pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada
rumah tangga petani tahun 2013. Salah satu Oktober-Desember 2022.
penyebab berkurangnya jumlah rumah tangga
pertanian adalah karena terjadinya alih fungsi lahan HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanian yang mengakibatkan rumah tangga buruh
tani mengalami perubahan sumber nafkah. Hal Gambaran Umum Desa Marga Agung
demikian terjadi karena rumah tangga buruh tani
tidak lagi bekerja kepada pemilik lahan disebabkan Desa Marga Agung merupakan salah satu dari 21
lahan sudah dijual kepada pengembang perumahan. Desa yang berada di Kecamatan Jati Agung,
Kabupaten Lampung Selatan dengan luas wilayah
Desa Marga Agung merupakan desa yang berasal 5,76 km2 dan Kepadatan penduduk 835 jiwa/km.
dari program Transmigrasi bedol desa tahun 1960- Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020,
1963 dari Magelang dengan mayoritas penduduk jumlah penduduk di Desa Marga Agung sebanyak
bekerja sebagai petani khususnya petani sawah 4.812 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
tadah hujan yang mengandalkan air hujan untuk 2.482 jiwa dan perempuan 2.330 jiwa serta Rasio
kegiatan usahatani. Sejak awal transmigrasi hingga Jenis Kelamin 107. Laju pertumbuhan penduduk
saat ini, masyarakat tani di Desa Marga Agung juga Desa Marga Agung tahun 2010-2020 adalah 2,11
mengalami perubahan seperti pada aspek sosial, yang berarti bahwa dalam waktu 10 tahun
ekonomi dan budaya seiring dengan pertumbuhan penduduk di Desa Marga Agung
berkembangnya teknomogi, informasi dan arus termasuk kategori tinggi (Badan Pusat Statistik
globalisasi. Semakin berkurangnya lahan pertanian 2021).
akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman
penduduk menjadi salah satu ancaman bagi Perubahan merupakan suatu proses yang terjadi
masyarakat tani di Desa Marga Agung terutama terus menerus pada setiap masyarakat. Proses
terhadap struktur sosial masyarakat. Berdasarkan perubahan tersebut berjalan sedemikian rupa
uraian diatas maka tulisan ini bertujuan untuk sehingga kadangkala tidak terasa oleh mayarakat.
mengetahui 1). faktor penyebab terjadinya alih Desa Marga Agung sudah ada sejak tahun 1960 an

95
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

Tabel 1. Luas Panen (Ha) Padi dan Palawija Selain tanaman pangan, lahan pertanian di Jati
Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Jati Agung Agung juga ditanami komoditas sayuran dan buah-
(2018-2020) buahan. Mayoritas tanaman sayuran dan buah-
buahan di Kecamatan Jati Agung adalah tanaman
Jenis Tanaman Tahun kangkung seluas 10 Ha dan cabe besar seluas 10 Ha.
2018 2019 2020
Padi Sawah 5.491,00 4.933,00 5.583,70
Luas Panen Tanaman Sayuran dan Buah–Buahan
Padi Ladang 450,00 399,00 375,00
di Kecamatan Jati Agung, 2020
Jagung 9.004,00 7.515,70 8.752,20
Ubi Kayu 2.550,00 2.805,00 2.450,00 6% 2%
Sumber: Badan Pusat Statistik (2021) 10% Bawang Merah
15% Bayam
yang mana masyarakat berasal dari program
transmigrasi bedol desa. Tahun 1960 terjadi 11% Cabe Besar
16%
musibah erupsi gunung merapi di Magelang, Cabe Rawit
tepatnya Desa Kaligresik sehingga pemerintah 6%
Kabupaten Magelang melakukan program 16% 11% Kacang Panjang
7%
transmigrasi secara bertahap sejak tahun 1960-1963 Kangkung
dengan memindahkan penduduk beserta
pemerintahannya ke wilayah baru yaitu Desa Marga Gambar 1. Luas Panen Tanaman Sayuran dan
Agung. Buah–Buahan Semusim Menurut Jenis
Tanaman di Kecamatan Jati Agung, 2020
Sejak awal transmigrasi, Desa Marga Agung secara
administratif termasuk dalam wilayah kecamatan Sumber Perubahan Sosial
Natar. Beberapa tahun kemudian berubah menjadi
wilayah administratif Kedaton, Kabupaten Menurut Horton (1989) dalam Koentjoroningrat
Lampung Selatan dan beberapa tahun berikutnya (2009) perubahan sosial merupakan perubahan
dipindahkan menjadi wilayah Kecamatan Tanjung dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial yang
Bintang. Tahun 1993 hingga sekarang, Desa Marga meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok
Agung masuk dalam wilayah administrasi usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran
Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan sekaligus penduduk, penurunan kadar rasa kekeluargaan dan
menjadi ibukota kecamatan Jati Agung. informalitas antar tetangga karena adanya
perpindahan orang dari desa ke kota, perubahan
Desa Marga Agung merupakan bagian dari peran suami-istri dalam keluarga demokrasi, dan
Kecamatan Jati Agung yang mayoritas bekerja di lain sebagainya. Terdapat dua sumber penyebab
sector pertanian. Komoditas yang ditanam pada terjadinya perubahan sosial dan budaya pada
lahan pertanian antara lain adalah tanaman pangan, masyarakat yaitu berasal dari luar masyarakat dan
perkebunan, palawija dan hortikultura. Luas panen berasal dari dalam masyarakat sendiri.
padi dan palawija menurut jenis tanaman (Ha) di
Kecamatan Jati Agung (2018-2020) dapat dilihat Perubahan sosial yang terjadi di Desa Marga Agung
pada Tabel 1. berasal dari luar masyarakat dan berasal dari
masyarakat Desa sendiri. Adapun sumber penyebab
Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar lahan perubahan sosial di Desa Marga Agung dapat dilihat
pertanian di Kecamatan Jati Agung ditanami pada Tabel 2. Sumber perubahan yang berasal dari
komoditas jagung. Hal ini karena lahan pertanian di luar masyarakat meliputi teknologi dan media
Kecamatan Jati Agung adalah lahan tadah hujan informasi, pengaruh budaya luar dan perubahan
yang mengandalkan air hujan untuk kegiatan iklim. Teknologi menyentuh hamper seluruh aspek
usahatani dan komoditas jagung memiliki kehidupan masyarakat, baik golongan usia muda
karakteristik yang sesuai tumbuh di lahan tadah maupun tua. Didukung dengan era disrupsi 4.0 yang
hujan. Tabel 1, juga menunjukkan bahwa luas memberikan kemudahan penyerapan teknologi
panen padi ladang mengalami penurunan dari tahun kemudian memberikan dampak bagi kehidupan
2018 hingga 2020 yaitu 450 Ha pada tahun 2018 masyarakat tadi di Desa Marga Agung. Seperti pada
menjadi 375 Ha pada tahun 2020. sector petanian, penggunan teknologi memberikan
kemudahan petani untuk melakukan usahatani
Penurunan luas lahan di lahan padi ladang secara mulai dari awal musim tanam hingga pasca panen,
tidak langsung disebabkan karena adanya alih akan tetapi disisi lain pengaruh teknologi dan
fungsi lahan menjadi pemukiman dan perumahan. kemudahan akses terhadap informasi memberikan

96
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

Tabel 2. Sumber Penyebab Perubahan Sosial Di kecenderungan yang semakin besar bahwa orang-
Desa Marga Agung orang kota itu semakin banyak yang berusaha
mendapatkan hak penggunaan tanah yang luas di
Sumber Perubahan Penyebab Perubahan beberapa daerah tertentu di luar Jawa, seperti di
Luar Masyarakat a. Teknologi dan media Lampung
informasi
b. Budaya luar Faktor Penyebab Alih fungsi lahan Pertanian
c. Perubahan iklim
Dalam Masyarakat a. Jumlah penduduk yang
Menururt Sihaloho et al. (2007) faktor-faktor
meningkat
b. Perubahan struktur sosial konversi lahan pertanian adalah pertumbuhan
masyarakat penduduk, keterdesakan ekonomi, factor luar,
c. Alih fungsi lahan intervensi pihak swasta dan intervensi pemerintah.
pertanian Faktor tersebut juga ditemukan pada peristiwa alih
Sumber: Data Primer (2022) fungsi lahan pertanian di Desa Marga Agung. Alih
fungsi lahan di Desa Marga Agung terjadi karena
dampak yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada ada faktor internal dan faktor eksternal.
kelomok usia anak-anak dan remaja yang mulai
berubah dari yang bermain di luar rumah kemudian Faktor internal rumah tangga petani adalah berupa
lebih senang bermain didalam rumah dan kurang kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani seperti
bersosialisai dengan teman-temannya. kebutuhan rumah tangga yang tidak dapat tercukupi
oleh pendapatan rumah tangga petani. Selain itu,
Menurut Sihabudin (2011) menyebutkan bahwa rumah tangga petani menjual lahan pertanian karena
perubahan sosial merupakan proses sosial yang kondisi ekonomi tertentu seperti untuk melunasi
terjadi dalam masyarakat meliputi seluruh aspek hutang, biaya pernikahan anak, biaya pendidikan
kehidupan dan pemikiran manusianya. Terdapat anak, serta ada yang digunakan untuk biaya
empat faktor yang mempengaruhi perubahan sosial pengobatan. Meskipun demikian, terdapat pula
yaitu: 1). Teknologi; 2). Gerakan massa; 3). Adanya masyarakat yang menjual tanahnya dan sebagian
nilai-nilai dan gagasan baru; 4). Perubahan pada hasil penjualan tersebut dibelikan kembali berupa
transportasi dan komunikasi. tanah yang lebih produktif. Hal ini juga seperti
penelitian Widjaya (2017) yang dilakukan di
Alih fungsi lahan pertanian menjadi salah satu Kabupaten Pesawaran, bahwa alih fungsi lahan
sumber perubahan yang berasal dari luar masyarkat. berkaitan dengan pengalihan hak atas lahan sawah
Hal ini terjadi karena banyaknya penduduk yang yang umumnya disebabkan karena faktor
masuk ke Desa Marga Agung dan membutuhkan terdesaknya kebutuhan akan uang tunai untuk
lahan sebagai tempat tinggal. Adanya permintaan memenuhi kebutuhan yang mendesak antara lain
akan lahan, mengakibatkan penduduk setempat untuk biaya pendidikan.
menawarkan lahan pertaniannya untuk dijual
kepada pembeli yaitu penduduk yang berasal dari Faktor eksternal yang menjadi alasan petani
luar. Proses penjualan lahan pertanian ini juga menjual lahan pertanian adalah harga tanah yang
beragam, ada petani yang menjual lahan semakin meningkat setiap tahunnya serta letak
pertaniannya secara langsung kepada calon lahan yang strategis juga menambah harga jual
pembeli, tetapi ada juga sebagian besar petani lahan tersebut. Hal ini didukung dengan permintaan
menjual lahan pertaniannya kepada pengebang lahan karena adanya pertambahan jumlah penduduk
lahan yang kemudian dijual dalam bentuk kavlingan yang berasal dari luar wilayah Desa Marga Agung.
maupun perumahan. Menurut Junaidi bertambanya jumlah penduduk
menuntut untuk sebuah desa mendirikan
Alih fungsi lahan pertanian di Desa Marga Agung pemukiman yang layak bagi penduduk. Jumlah
tidak hanya dijual kepada pembeli yang berasal dari penduduk Desa Marga Agung menglami
dareah yang sama, tetapi juga terjadi pengalihan hak peningkatan seperti dari data Badan Pusat Statistik
milik dari petani kepada pembali tanah yang berasal (2015) jumlah penduduk Desa Marga Agung 4.135
dari kota. Pembeli ini kemudian menjual kembali jiwa menjadi 4.812 jiwa pada tahun 2020 sehingga
tanah dengan sistem kavlin dan kerdit atau tunai. kepadatan penduduk di Desa Marga agung
Sehingga tidak jarang ditemui pembeli-pembeli mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga
tanah di Desa Marga Agung adalah pendatang dri 2020 sebesar 717.88 jiwa/km menjadi 835 jiwa/km
luar desa. Peristiwa ini seperti yang disampaikan (Badan Pusat Statistik 2021). Peningkatan
oleh White and Wiradi (1984) bahwa kepadatan penduduk ini menunjukkan bahwa telah

97
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

terjadi penyempitan luas lahan yang disebabkan petani yang menjual lahan yang dimiliki untuk
karena alih fungasi lahan pertanian menjadi memenuhi kebutuhan hidupnya saat awal
pemukiman penduduk. Selain itu, faktor eksternal transmigrasi, sehingga tidak jarang ditemukan
yang menjadi pendukung alih fungsi lahan beberapa masyarakat yang memiliki lahan yang
pertanian adalah kebijakan pemerintah. Pengaruh lebih luas dan masyarakat lain memiliki lahan yang
kebijakan pemerintah dilihat dari keterlibatan sempit.
pemerintah Desa Marga Agung selaku pemegang
kekuasaan secara legal. Pemerintah Desa Marga Pola kepemilikan lahan di Desa Marga Agung pada
Agung memiliki pengaruh secara tidak langsung umumnya dimiliki secara individu. Kepemilikan
terhadap alih fungsi lahan pertanian di Desa Marga lahan tersebut diperoleh dari beberapa cara yaitu: 1).
Agung. jatah trasnmigrasi yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat (sebagai generasi pertama); 2).
Terjadinya alih fungsi lahan di Desa Marga agung warisan yang diberikan oleh orang tua kepada anak;
tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi. 3). hasil membeli lahan kepada pihak lain; dan 4).
Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan jalan hibah dari pihak lain
Tol Trans Sumatera dan pembangunan Perguruan
tinggi di Jati Agung seperti Insititut Teknologi Bagi petani, tanah tidak hanya memiliki makna
Sumatera. Adanya pembangunan sector pendidikan sebagai materil-ekonomi tetapi lebih dari itu yakni
membuat banyak pendatang baru dari luar daerah memiliki arti sosial-budaya. Luas tanah yang
desa Marga Agung umumnya kecamatan Jati dimiliki petani menjadi simbol derajat sosial
Agung sehingga mereka membutuhkan tempat ekonomi seseorang di desanya. Petani yang tidak
tinggal. Adanya permintaan ini membuat memiliki tanah diangap sebagai lapisan masyarakat
pengembang perumahan melirik lahan pertanian di dengan status sosial yang paling rendah Soetarto
Desa Marga Agung yang dianggap sebagai lokasi and Sihaloho (2014). Pola penguasaan lahan di Desa
strategis. Selain itu, meningkatknya kebutuhan akan Marga Agung sangat beragam. Beberapa pola
lahan untuk tempat tinggal menjadikan lahan penguasaan lahan yang ada yaitu lahan milik, sewa
pertanian mengalami kenaikan harga. Kenaikan dan bagi hasil.
harga lahan ini yang mendukung keinginan petani
utnuk menjual lahan pertanian mereka. Menurut Smith dan Zoph (1970) dalam Rahardjo
(2014) Sewa adalah bentuk ikatan ekonomi antara
Tanah sebagai sumber nafkah petani Marga pemilik tanah dan penyewa (pemilik uang), dengan
Agung ketentuan si pemilik tanah menyerahkan hak-guna
tanahnya kepada penyewa, sedangkan si penyewa
Program pemerintah dengan tujuan pembangunan menyerahkan sejumlah uang (sesuai kelajiman
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat) untuk jangka waktu tertentu (setengah
menyentuh seluruh aspek masyarakat termasuk atau beberapa tahun, atau satu atau beberapa
masyarakat petani. Salah satu program pemerintah panenan). Sistem bagi hasil merupakan bentuk
yang diterapkan antara lain adalah revolusi hijau ikatan ekonomi-sosial, dengan ketentuan si pemilik
berupa intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. tanah menyerahkan tanahnya untuk digarap orang
Menurut Sayogyo (1982) dalam Rahardjo (2014) lain (penyakap) dengan persyaratan-persyaratan
program revolusi hijau memberikan perubahan- yang disetujui bersama.
perubahan di pedesaan dengan ditandai dengan
perubahan struktur agrarian kemudian diikuti Pola penguasaan lahan oleh petani di Desa Marga
dengan hilangnya berbagai nilai-nilai, pranata, dan Agung dapat digolongkan menjadi:
ikatan-ikatan sosial tradisional masyarakat. 1. Pemilik-penggarap-murni, yaitu petani
Kebutuhan akan bahan pangan dan semakin yang hanya menggarap tanah miliknya
meningkatnya jumlah penduduk, membuat lahan sendiri. Menurut Petani pemilik lahan
pertanian mengalami alih fungsi menjadi adalah petani yang memiliki lahan sendiri
pemukiman dan perumahan penduduk. serta lahanya tersebut diusahakan atau
digarap sendiri dan status lahanya lahan
Petani Desa Marga Agung mayoritas bekerja pada milik.
sektor pertanian dengan sejarah transmigrasi bedol 2. Penyewa dan bagi hasil (penyakap) murni,
Desa dari Magelang yang mana pada saat itu yaitu petani yang tidak memiliki tanah
mendapatkan jatah lahan (tanah) kurang lebih tetapi menguasai tanah garapan melalui
seluas 2 Ha. Saat itu, petani mengelola sebagian sewa atau bagi hasil
lahn yang dimiliki, tetapi ada juga masyarakat

98
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

3. Pemilik-penyewa dan/atau pemilik- dan merubah strategi nafkah rumah tangga petani.
penyakap, yaitu petani yang disamping Menurut Dharmawan (2007) bahwa modernisasi
menggarap tanahnya sendiri juga pedesaan telah membawa ketimpangan (inequality)
menggarap tanah milik orang lain lewat akses terhadap sumber-sumber nafkah bagi
persewaan atau bagi hasil masyarakat. Terbatasnya atau timpangnya akses
4. Pemilik-bukan-penggarap, yakni bila tanah masyarakat terhadap sumber-sumber nafkah
miliknya disewakan atau disakapkan membuat masyarakat hanya memiliki modal
kepada orang lain (penyakap, penggarap ekonomi atau kekuasaan yang dapat mengakses
atau buruh tani) lahan yang tersisa.
5. Petani sebagai buruh tani karena tidak
memiliki lahan dan tidak melakukan sewa Dampak Alih Fungsi Lahan pertanian
atau bagi hasil
Menurut Widjaya (2017) dampak dari konversi
Sihaloho et al. (2007) membedakan penggunaan lahan tidak hanya dirasakan oleh para pemilik lahan
tanah ke dalam tiga kategori, yaitu: 1). Masyarakat tetapi juga dirasakan secara meluas oleh seluruh
yang memiliki tanah luas dan menggarapkan lapisan masyarakat. Selain mengalami penurunan
tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah produktivitas, konversi lahan berdampak lebih
menerapkan sistem sewa atau bagi hasil; 2). Pemilik lanjut pada kekeringan dan serangan hama.
tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani Konversi lahan bersifat irreversible (tidak dapat
dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak kembali), sementara upaya menanggulangi
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani; dan 3). penurunan produktivitas terkendala oleh anggaran
Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri pembangunan, keterbatasan sumber daya lahan dan
tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh inovasi teknologi. Dampak ini juga dialami oleh
tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah petani di Desa Marga Agung, bahwa alih fungsi
luas. lahan meluas kepada hampir seluruh masyarakat.
Dampak tersebut dirasakan terutama pada aspek
Penggunaan lahan di Desa Marga Agung selain lingkungan.
sebagai pemukiman, mayoritas lahan digunakan
untuk usaha pertanian, perkebunan, peternakan dan Alih fungsi lahan juga akan menimbulkan dampak
perdagangan. Menurut Jamaludin (2016) terhadap lingkungan. Lahan pertanian seharusnya
penggunaan lahan di perdesaan untuk kegiatan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dimana
ekonomi umumnya terdiri atas penggunaan lahan berfungsi sebagai resapan air, mengurangi
untuk pertanian, perkebunan, perikanan, pencemaran udara, pengendalian banjir, dan lain-
peternakan, kehutanan, perdagangan, dan industri. lain. Terjadinya perubahan penggunaan lahan dari
Tanah memiliki makna penting bagi lahan pertanian ke non-pertanian menyebabkan
keberlangsungan kehidupan masyarakat petani di terjadi perubahan kondisi lingkungan, dan
Desa Marga Agung, sebagaimana menurut Widjaya perubahan kondisi lingkungan ini paling besar akan
(2017) tanah merupakan faktor produksi yang dirasakan oleh masyarakat sekitarnya (Widjaya
sangat penting bagi kesejahteraan hidup petani. 2017).
Tanpa memiliki tanah, hidup seorang petani tidak
mempunyai makna apapun karena ia dan Dampak alih fungsi lahan di Desa Marga Agung
keluarganya harus hidup dalam belenggu juga terjadinya penyempitan aliran sungai,
kemiskinan. Ketika petani di Desa Marga Agung peningkatan jumlah sampah, banyak yang
menjual sebagian atau seluruh lahan yang mereka membuang ke pinggir jalan dan semak semak yang
miliki, maka petani harus bersiap untuk memenuhi tidak digunakan. Dampak lainnya saat musim
kebutuhan pangan pokok seperti beras dengan cara penghujan, karena pola masyarakay yang berubah,
membeli. Padahal sebelumnya petani dapat sering terjadi genangan air (banjir kecil) di sekitar
memenuhi kebutuhan pangan pokok dari hasil perumahan, pemukiman masyarakat dan lahan
panen sendiri. Selain itu, pada lahan yang persawahan masyarakat. Lahan pertanian
digunakan untuk tanaman perkebunan, petani Desa seharusnya dapat memberikan manfaat bagi
Marga Agung yang menjual lahan untuk tanaman lingkungan dimana berfungsi sebagai daerah
perkebunan mengalami penurunan pendapatan yang resapan air, mengurangi pengendali banjir, dan lain-
bersumber dari panen hasil tanaman perkebunan. lain. Namun, setelah terjadinya perubahan
penggunaan lahan dari lahan sawah menjadi lahan
Menurut Kusdiane et al. (2018) hilangnya lahan perumahan menyebabkan terjadinya perubahan
garapan menyebabkan peluruhan budaya pertanian kondisi lingkungan.

99
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

Seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat Perubahan sosial masyarakat Desa Marga Agung
dipisahkan. Kebutuhan pangan harus tetap terhadap alih fungsi lahan terjadi pada aspek sosial
terpenuhi dan pemukiman penduduk harus tersedia, dan ekonomi. Aspek sosial termasuk kegiatan sosial
maka pemerintah mengupayakan program untuk masyarakat seperti sikap kerjasama yang guyup
mendorong peningkatan hasil produksi seperti rukun, gotong royong sebagai ciri dari masyarakat
penggunaan input produksi yang tepat guna dan gemeinschaft mulai mengalami pergeseran. Hal ini
melakukan percepatan tanam. Akan tetapi, dampak kemudian berkaitan dengan perubahan yang terjadi
alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman pada aspek ekonomi masyarakat Desa Marga
tidak dapat dihindari. Hal ini mengakibatkan Agung yang mana mengalami perubahan pada
terjadinya perubahan pada masyarakat petani tingkat kesejahteraan sehingga masyarakat menjadi
pedesaan. Dampak alih fungsi lahan terhadap petani lebih maju dibandingkan masa awal transmigrasi.
dapat dilihat pada kehidupan sosial ekonominya.
Selain membawa “kemajuan”, perubahan sosial
Pada bidang ekonomi, setelah mengalami alih juga menyebabkan disrupsi kehidupan dalam
fungsi lahan pertanian, banyak petani Desa Marga beragam bentuk, yang pada gilirannya dapat
Agung yang mencari sumber pendapatan lain diluar mengancam kehidupan umat manusia itu sendiri
sektor pertanian, seperti menjadi buruh harian, (Kinseng 2021). Alih fungsi lahan pertanian tidak
membuat usaha dan bahkan petani di Desa Marga hanya menyebabkan berkurangnya tenaga kerja
Agung mengalami hilangnya regenerasi karena bidang pertanian yang berpengaruh pada produksi
banyak pemuda yang kurang terarik di sektor pertanian, tetapi juga berdampak pada kehidupan
pertanian dan semakin sempitnya lahan pertanian. sosial di masyarakat. Ketersediaan lahan pertanian
Alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman yang semakin berkurang membuat aspek-aspek
penduduk menambah peluang masyarakat untuk sosial dalam masyarakat ikut berubah. Perubahan
membuka jenis usaha baru yaitu membuka laundry, sosial merupakan transformasi dari kebudayaan dan
isi ulang air, membuka usaha makanan tertentu institusi sosial dalam waktu tertentu. Menurut
secara langsung maupun online. Stzompka (2004) perubahan sosial pada masyarakat
dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi
Lahan pertanian dikelola dan digunakan sebagai di dalam atau mencakup sistem sosial yang lebih
input usahatani yang menghasilkan pendapatan bagi tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem
masyarakat tani di Marga Agung. Ketika lahan tertentu dalam jangka waktu berlainan.
pertanian yang dimiliki oleh petani dalam jumlah
yang luas dijual kepada pengembang untuk Perubahan sosial yang terjadi di Desa Marga Agung
dijadikan pemukiman dan perumahan, maka petani merupakan perubahan yang terjadi pada perubahan
lain yang bekerja sebagai buruh dan tidak memiliki struktur, yaitu perubahan yang lebih mengarah
lahan pertanian mengalami dampak yaitu kepada perubahan sistem secara keseluruhan. Vago
kehilangan sumber pekerjaan sebagai buruh tani (2013) menyampaikan bahwa perubahan sosial
serta mengalami perubahan mata pencaharian dari yang terjadi pada masyarakat merupakan perubahan
sektor pertanian (on farm) ke sektor non pertanian yang terjadi pada struktur sosial seperti ukuran
(non farm). masyarakat yang berubah. Sebagaimana yang
disampaikan Stzompka (2004) bahwa struktur
Perubahan sosial petani terhadap Alih Fungsi sosial merupakan sejenis kerangka pembentukan
Lahan masyarakat dan sistemnya. Apabila struktur
mengalami perubahan, maka semua unsur lain
Perubahan sosial dapat berdampak positif maupun cenderung ikut mengalami perubahan. Masyarakat
negatif. Peluruhan niai-nilai budaya yang ada dalam petani tidak dapat dipandang sebagai suatu kondisi
masyarakat pasca banyaknya alih fungsi lahan yang tetap, akan tetapi harus dilihat sebagai suatu
pertanian merupakan salah satu efek negatif. proses sehingga masyarakat seperti petani dikatakan
Masyarakat menjadi kehilangan sarana untuk ada sebauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya.
berinteraksi, hilangnya sumber-sumber nafkah dari Ada tindakan yang dilakukan, ada perubahan
sektor pertanian menyebabkan generasi muda juga tertentu dan proses tertentu yang selalu bekerja. Hal
enggan untuk menekuni bidang pertanian karena ini yang kemudian membuat masyarakat petani
lebih tertarik untuk bekerja menjadi buruh diluar memiliki ikatan jaringan sosial yang terus berubah.
sektor pertanian akibat perkembangan ekonomi Alih fungsi lahan pertanian membuat buruh tani
yang banyak menyerap tenaga kerja (Kusdiane et al. kehilangan patron (petani pemilik lahan).
2018). Modernisasi dan industrialisasi demi pembangunan

100
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

ekonomi menyebabkan populasi tenaga kerja untuk melakukan aktivitas tandur dan lebih tertarik
pertanian mengalami penurunan (Sihabudin 2011). bekerja pada sektor lain.

Berkurangnya minat pada sektor pertanian akibat Kegiatan panen saat ini juga mengalami perubahan.
alih fungsi lahan juga dialami oleh masyarakat Ketika masa sebelumnya petani masih
petadi di Dessa Marga Agung. Kecenderungan menggunakan ani-ani dan sabit khusus untuk
generasi muda yang lebih tertarik pada sekotr non memotong padi dengan tenaga kerja laki-laki
pertanian untuk mencari sumber nafkah dan maupun perempuan secara berkelompok dan proses
memenuhi kebutuhan. Hal ini seperti dalam perontokan padi masih sederhana menggunakan alat
penelitian Sihaloho et al. (2007) bahwa yang disebut “erek”, saat ini petani mulai
ketimpangan struktur akibat konversi atau alih menggunakan teknologi yang lebih canggih. Petani
fungsi lahan pertanian berdampak terhadap mulai mengenal mesin yang disebut Treaser untuk
kehidupan atau kesejahteraan masyarakat yang merontokkan padi menjadi lebih cepat dan mudah.
secra perlahan merubah budaya bertani masyarakat Kemudian saat ini sudah mulai berkembang
khususnya generasi muda yang lebih senang bekerja penggunaan mesin combet yang dianggap lebih
diluar sektor pertanian. efisien karena tidak memerlukan waktu lama dan
tenaga kerja yang tidak banyak. Akan tetapi hal ini
Semakin berkurangnya buruh pada sekor pertanian kemudian memberikan dampak terhadap kegiatan
yang pindah pada sektor lain dan mulai tergantikan sosial masyarakat petani yang dahulunya mereka
dengan teknologi, membuat hubungan petani dalam masih guyup dan saling gotong royong, karena
melakukan usahatani berubah. Perubahan tersebut sudah tergantikan mesin pertanian menjadi lebih
terjadi pada petani Desa Marga Agung dalam individualis.
kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan
hingga pasca panen. Seperti yang disampaikan Pengangkutan hasil panen pada masa lampau masih
Ningsih (2022) bahwa perubahan yang terjadi menggunakan alat transportasi “gerobak” yang
pada petani padi dalam kegiatan sosial memiliki ditarik oleh sapi atau kerbau. Kendaraan ini tidak
kesibukan masing-masing yang secara signifikan hanya digunakan untuk pengangkutan hasil panen
mengurangi waktu untuk melakukan kegiatan tetapi juga untuk transportasi petani dari rumah
sosialisasi diantara masyarakat dan hal ini menuju sawah. Namun saat ini, pembangunan
kemudian dapat menimbulkan sifat individualisme infrastruktur dan semakin ramainya pengguna jalan
dalam kehidupan bermasyarakat. utama di Desa Marga Agung serta pengaruh
teknologi, banyak petani yang menginggalkan
Meningkatnya mekanisasi juga menimbulkan gerobak sebagai sarana trasnpotasi ke lahan
beberapa perubahan di sektor pertanian. pertanian. Petani mulai menggunakan sepeda
penggunaan traktor tangan untuk membajak sawah motor, bahkan hand traktor yang disambungkan
menimbulkan dampak besar bagi kesempatan kerja dengan gerobak sehingga tidak lagi menggunakan
baik bagi para buruh tani, maupun bagi para pemilik sapi dan kerbau. Selain itu, pengangkutan hasil
lahan yang karena hanya memiliki tanah sempit pertanian juga sudah beralih. Sebagian petani
terpaksa harus mencari kerja upahan selain di memilih mengangkut hasil panen padi dengan hand
sawahnya sendiri (White and Wiradi 1984). Pada traktor atau mobil pickup. Cara ini dianggap lebih
masa lampau, kegiatan pertanian masyarakat Desa efektif dan efisien meskipun harus mengeluarkan
Marga Agung masih sederhana. Pada tahap biaya leboh banyak dibandingkan menggunakan
persiapan lahan, petani masih menggunakan tenaga gerobak sapi ataupun sepeda motor.
kerja hewan seperti kerbau dan sapi dengan alat
yang disebut “luku” dan “garu” yang dioperasikan KESIMPULAN
oleh petani. Seiring berkembangnya teknologi, kini
petani sudah mulai beralil menggunakan hand Faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan di
traktor untuk proses persiapan lahan dan harus Desa Marga Agung adalah faktor internal dan faktor
mengeluarkan biaya sewa. Kegiatan bercocok eksternal. Faktor internal rumah tangga petani
tanam (tandur) padi masih dilakukan oleh adalah berupa kondisi sosial ekonomi rumah tangga
kelompok perempuan baik dengan sistem borongan petani seperti kebutuhan rumah tangga yang tidak
maupun harian. Akan tetapi saat ini agak sulit dapat tercukupi oleh pendapatan rumah tangga
mencari tenaga kerja perempuan untuk tandur petani. Faktor eksternal petani menjual lahan
karena perubahan struktur penduduk yang sudah pertanian adalah harga tanah yang semakin
berubah menjadi kelompok usia tua, sedangkan meningkat setiap tahun, letak lahan yang strategis
perempuan kelompok usia muda sudah enggan juga menambah harga jual lahan tersebut dan

101
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

adanya pertambahan jumlah penduduk yang berasal Sosiologi Pedesaan, 6(3): 246–51.
dari luar wilayah Desa Marga Agung. https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/arti
cle/view/23465. [20 Agustus 2022]
Perubahan sosial masyarakat Desa Marga Agung Mardiyaningsih DI, Dharmawan AH, and Tonny F.
terhadap alih fungsi lahan terjadi pada aspek sosial 2010. Dinamika Sistem Penghidupan
dan ekonomi. Aspek sosial termasuk kegiatan sosial Masyarakat Tani Tradisional Dan Modern Di
masyarakat seperti sikap kerjasama yang guyup Jawa Barat. Sodality: Jurnal Sosiologi
rukun, gotong royong mengalami pergeseran. Pedesaan, 04(01): 115–45.
Aspek ekonomi, petani Desa Marga Agung yang https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/arti
mencari sumber pendapatan lain di luar sektor cle/view/5850. [20 Agustus 2022]
pertanian (non farm) seperti menjadi buruh harian, Ningsih K. 2022. Dampak Alih Fungsi Lahan
membuat usaha dan bahkan hilangnya regenerasi Pertanian Terhadap Sosial Ekonomi Rumah
karena pemuda yang kurang terarik di sektor Tangga Petani Padi. Jurnal Cemara, 19: 40–
pertanian dan semakin sempitnya lahan pertanian. 60.https://www.ejournalwiraraja.com/index.p
Alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman hp/FP/article/view/2236/1437. [20 Agustus
penduduk menambah peluang masyarakat untuk 2022]
membuka jenis usaha baru yaitu membuka laundry, Okvidiantoro KD, Tusi A, dan Lanya B. 2016.
isi ulang air, membuka usaha makanan secara Aplikasi Irigasi Portable Sprinkler Pada
langsung maupun online. Tanaman Pakcoy (Brassica Juncea L) Di Desa
Marga Agung Kecamatan Jati Agung
DAFTAR PUSTAKA Lampung Selatan. Jurnal Teknotan, 10(1): 30–
36.
Babbie E. 2014. The Practice of Social Research. http://jurnal.unpad.ac.id/teknotan/article/view/
Fourteenth. Cengange Learning. USA. 8827. [22 Agustus 2022]
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2015. Jati Agung Rahardjo. 2014. Modul Pembelajaran Sosiologi
Dalam Angka 2015. http://bps.go.id. [21 Juni Pedesaan. Universitas Terbuka. Jakarta.
2022] Rondonuwu CI. 2017. Kehidupan Petani Padi Di
———. 2021. Kecamatan Jati Agung Dalam Angka Kelurahan Tumobui Kecamatan Kotamobagu
2021. http://bps.go.id. [21 Juni 2022] Kota Kotamobagu. Jurnal Holistik, 10(20): 1–
Dharmawan AH. 2007. Sistem Penghidupan Dan 17.
Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik
Nafkah (Livelihood Strategy) Mazhab Bogor. /article/view/17453/16986. [16 Mei 2022]
Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, Sihabudin A. 2011. Perubahan Sosial Sebuah
dan Ekologi Manusia, 1(2): 169–92. Bunga Rampai. Fisip Untirta. Serang.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/arti Sihaloho M, Dharmawan AH, and Rusli S. 2007.
cle/view/5932. [20 Agustus 2022] Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan
Hidayat SI, and Rofiqoh LL. 2020. Analisis ALih Struktur Agraria (Studi Kasus Di Kelurahan
Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Kediri. Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota
Jurnal SEA, 09(01): 59–68. Bogor, Jawa Barat). Sodality: Jurnal Sosiologi
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jsea/article Pedesaan, 1(2): 253–70.
/view/40646. [26 November 2022] https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/arti
Jamaludin AN. 2016. Sosiologi Pembangunan. cle/view/5928. [16 Mei 2022]
Cetakan 1. Pustaka Setia. Bandung. Soetarto E, and Sihaloho M. 2014. Pembangunan
Kinseng RA. 2021. Socio-Cultural Change and Masyarakat Desa Pembangunan Dan
Conflict in the Coastal and Small Island Masyarakat Desa. Universitas Terbuka.
Community in Indonesia. Sodality: Jurnal Jakarta.
Sosiologi Pedesaan, 9(1): 1–17. Stzompka. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/arti Prenada. Jakarta.
cle/view/34928. [16 Mei 2022] Vago S. 2013. Social Change. 5th Edition. Nancy
Koentjoroningrat. 2009. Pengantar Ilmu Roberts. Washington.
Antropologi. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Wanimbo E. 2019. Kehidupan Sosial Ekonomi
Jakarta. Keluarga Petani Dalam Meningkatkan Taraf
Kusdiane, Susvia D, Endriatmo S, and Satyawan S. Hidup. Journal of social and culture, 12(3): 1–
2018. Alih Fungsi Lahan Dan Perubahan 18.
Masyarakat Di Kecamatan Cimanuk, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik
Kabupaten Pandeglang. Sodality: Jurnal /article/view/25502. [22 Agustus 2022]

102
Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribussiness Science, 11(2), Mei 2023

White B, and Wiradi G. 1984. Brighter Press Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Reforma Agraria Dalam Tinjauan Komparatif. Jurnal Akulturasi, 5(10): 727–38.
Brighten Press. Bogor. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akultur
Widjaya S. 2017. Alih Fungsi Lahan Pangan Di asi/article/view/17826. [22 Agustus 2022]

103

You might also like