Shoffurijal Agyanur - HABIT ACTIVITY

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

PROBLEMATIKA PENERAPAN HABIT ACITIVITY DALAM

PENDIDIKAN JASMANI

ARTIKEL

OLEH
SHOFFURIJAL AGYANUR
NIM 180614854005

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FEBRUARI 2019
PROBLEMATIKA PENERAPAN HABIT ACITIVITY DALAM

PENDIDIKAN JASMANI

ARTIKEL
Diajukan ke pada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan mata kuliah Problematika Pendidikan Olahraga
program magister pendidikan jasmani dan kesehatan

Oleh
Shoffurijal Agyanur
NIM 1806148540057

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FEBRUARI 2019
PROBLEMATIKA PENEREPAN HABIT ACITIVITY DALAM

PENDIDIKAN JASMANI

Shoffurijal Agyanur
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
E-mail: shoffurijal@gmail.com

Abstract: Regular physical activity is useful to regulate body


weight and keep the physiological system conditions in order to
create a healthy and fit condition. But if physical activity is not
done, it can cause several diseases. This is characterized by an
increase in inactive life patterns. In the writing, this journal is a
qualitative study that produces descriptive in the form of written or
oral words, written references that are observed. And there are
several recommendations obtained from several studies conducted
by experts. The results of this study obtained 3 main
recommendations, namely, a.) Programe; by covering themes
before, midle, after school progress, b.) Teachers / Educators;
Teachers are expected to apply the knowledge that has been applied,
as well as the journals examined by experts, and improve their
professionalism, c.) Students: The key to the activity habit program
in students is motivation in doing physical activities / sports.
Regular physical activity (Habit activity) as a habit can provide a
lifetime benefit for an individual for one's health, fitness and well-
being. It is important for children and adolescents to develop
positive habits early on, because patterns of physical activity during
childhood and adolescence are the main predictors of habits of
physical activity during adulthood.

Key Words: Habit activity, Physical Activity,Physical Education

Abstrak: aktivitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur berat


badan serta menjaga kondisi sistem fisiologis tetap teratur sehingga
terciptanya kondisi sehat dan bugar. Namun jika aktifitas fisik tidak di
lakukan dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit. Hal ini di
tandai dengan meningkatknya pola hidup inactive, Pada aritkel
Penulisan ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan
deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan, rujukan – rujukan yang
tertulis yang diamati. Serta terdapat beberapa rekomendasi yang
didapat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli.
Hasil dari penelitian ini didapatkan 3 rekomendasi utama yaitu, a.)
Program; dengan mencakup tema before,midle, after school
programe, b.) Guru/Pendidik; Guru di harapkan menerapkan ilmu
yang sudah diterapkan, serta jurnal yang diteliti oleh para ahli, serta
meningkatkan profesionalitasnya, c.) Siswa: kunci dalam program
habit activity pada siswa ialah motivasi dalam melakukan aktifitas
fisik/olahraga. Aktivitas fisik rutin (Habit activity) sebagai kebiasaan
dapat memberikan manfaat seumur hidup bagi individu untuk
kesehatan, ke-bugaran dan kesejahteraan se-seorang. Sangat penting
bagi anak-anak dan remaja untuk me-ngembangkan kebiasaan positif
sejak dini, karena pola aktivitas fisik selama masa kanak-kanak dan
remaja adalah prediktor utama dari kebiasaan aktivitas fisik selama
masa dewasa

Kata kunci: Kebiasaan Aktif, Aktifitas fisik, Pendidikan Jasmani

Aktifitas fisik fisik tidak di lakukan


merupakan salah satu dapat menyebabkan
kegiatan yang sangat timbulnya beberapa
penting untuk penyakit. Hal ini di
mendapatkan tandai dengan
kesehatan jasmani dan meningkatknya pola
menjaga kondisi tetap hidup inactive,
dalam keadaan bugar menurut data WHO
(Almatsier, 2003). (2017) terjadi
Badan Penelitian dan peningkatan pola
Pengembangan hidup inactive dan
Kesehatan (2013:139) menyebabkan 1 juta
menjelaskan bahwa kematian dari 8,3 juta
melakukan aktivitas kematian pertahun di
fisik teratur daerah tertentu.
bermanfaat untuk Sedangkan di
mengatur berat badan indonesia menurut
serta menjaga kondisi data hasil Riset
sistem fisiologis tetap Kesehatan Dasar
teratur sehingga (RISKESDAS) tahun
terciptanya kondisi 2013, menunjukkan
sehat dan bugar. bahwa terdapat 26,1%
Namun jika aktifitas masyarakat di
Indonesia usia ≥ 10 meningkatkan resiko
tahun yang tergolong penyakit anak.
kurang aktif dan di
Beberapa penyakit yang
Jatim sendiri terdapat
dapat terjadi pada anak yang di
20-30% masyarakat
akibatkan oleh kurangnya aktifitas
yang tergolong kurang
fisik seperti obesitas hipertensi,
aktif. Pada kelompok
maupun penyakit lainnya, data
usia anak (10-14
terbaru dari riskesdas 2018 anak
tahun) yang memiliki
kurang dari 15 tahun, obesitas
gaya hidup tidak aktif,
meningkat dari tahun 2013 sekitar
presentasenya sebesar
26,6% ditahun 2018 meningkat
67%, dan yang
sampai 31% (Riskesdas 2018), lalu
golongan remaja
pada penderita hipertensi dibawah
hingga orang dewasa
umur 18 tahun pada tahun 2018
muda (15-24 tahun)
mencapai 34,1% yang sebelumnya
sebesar 52%. Dan hal
penderita hanya 25,8%. Hal tersebut
tersebut meningkat
menandakan kurangnya pola hidup
pada tahun 2018
aktif yang disebabkan karena
33,3% di indonesia
mudahnya menggunakan IPTEK
(Riskesdas,2018), hal
yang serba modern seperti saat ini,
ini menjelaskan
transportasi dengan menggunakan
bahwa pola hidup
kendaraan, pemakaian alat-alat yang
aktif tidak terjadi,
menghemat tenaga kerja, dan
sehingga menekankan
aktivitas kurang gerak demi
bahwa belum sesuai
kenyamanan hidup seperti menonton
dengan tujuan
televisi sampai ketingkat yang jauh
pendidikan jasmani
lebih rendah, demikian itu kita tidak
yaitu mening-katkan
heran jika ketidakaktifan fisik dapat
perkembangan fisik,
menjadi permasalahan kesehatan
mental, gerak dan
yang utama. Aktifitas di era modern
sosial, serta dapat
ini dengan perkembangan IPTEK
yang semakin maju, maka aktivitas
yang seharusnya membutuhkan bersemangat, menjaga kesehatan
aktivitas fisik yang besar kini dapat mental, citra tubuh positif, dan
dilakukan dengan mudah dan sedikit sebagainya (JCSH, 2009). Pada
gerak. Berbagai sarana menyebabkan dasarnya, meningkatkan kesehatan
gerak dan aktivitas menjadi semakin dan kebugaran fisik harus dimulai
terbatas dan hidup semakin santai pada usia din dan berlanjut sepanjang
karena segalanya sudah tersedia umur, karena risiko penyakit kronis
(Hudha, 2006). Selain itu juga di dimulai pada masa kanak-kanak dan
pengaruhi problematika di kurikulum meningkat hingga dewasa
alokasi waktu pertemuan mata (Warburton,dkk 2006). Selain bukti
pelajaran pendidikan jasmani di kesehatan medis, ada banyak
sekolah hanya sekitar 80 menit sekali penelitian untuk ditampilkan bahwa
dalam seminggu, sehingga pola aktivitas fisik selama masa
menyebakan penyampaian materi kanak-kanak dan remaja adalah
maupun pemahaman tentang prediktor kunci dari kebiasaan
pentingnya pendidikan jasmani aktivitas fisik selama masa dewasa
maupun aktifitas fisik tidak tercapai, (St. Leger,dkk 2010). Ketika
selain itu juga ditandai dengan individu mengalami perubahan
merokok di bawah umur atau masih sepanjang perjalanan hidup, mungkin
dalam tahap sekolah juga merupakan sulit untuk mempertahankan tujuan
problematika yang terjadi di hidup sehat pribadi; dengan
pendidikan jasmani, yang demikian, sangat penting untuk
menyebabkan pola kurang aktif. mengembangkan kebiasaan aktivitas
fisik sejak dini dalam kehidupan
Pola hidup aktif jika
sehingga aktivitas fisik menjadi rutin
dilakukan dengan baik oleh
dan sulit untuk dihentikan
seseorang dengan aktivitas fisik tidak
(Hirvensalo & Lintunen, 2011).
terbatas pada pada penurunan risiko
penyakit kronis, namun banyak Dari masalah diatas dapat
keuntungan lainnya dari dengan pola menjelaskan bahwa pola hidup aktif
hidup aktif untuk contoh, inklusi atau Habit activity masih jauh dari
sosial (untuk olahraga tim), kata baik, sehingga artikel ini akan
menghilangkan stres, merasa membahas bagaiamana menerapkan
pola hidup aktif di pendidikan mungkin tidak cukup untuk
jasmani, serta bagaiamana solusi mengikuti panduan ini dan banyak
untung meningkatkan pola aktif anak yang melakukannya tidak dapat
khususnya pada anak dan remaja. memenuhi pedoman ini di luar jam
sekolah (JCSH, 2009). Dengan
demikian ada beberapa solusi yang
dapat digunakan dalam
meningkatkan pola hidup aktif dari
METODE
segi program, siswa, guru, dan
Penulisan ini merupakan Keluarga/kerabat/orang tua.
penelitian kualitatif yang
menghasilkan deskriptif berupa kata
– kata tertulis atau lisan, rujukan – 1. Program
rujukan yang tertulis yang diamati
Selain pendidikan jasmani
(Moeloeng 2005). Serta terdapat
yang dijadwalkan selama waktu
beberapa rekomendasi yang didapat
pengajaran di kelas, sekolah harus
dari beberapa penelitian yang telah
memberikan peluang aktivitas fisik
dilakukan oleh para ahli.
tambahan untuk memastikan siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN memenuhi jumlah aktivitas fisik
intensitas sedang hingga kuat yang
Rekomendasi secara global disarankan. Peluang-peluang ini
untuk anak-anak dan remaja adalah termasuk pemrograman aktivitas
memiliki pola aktifitas fisik fisik sebelum, selama, dan setelah
setidaknya 60 menit aktivitas fisik sekolah (Lu , dkk 2010). Dapat
harian intensitas sedang hingga kuat dipahami, semakin aktif seorang
(WHO, 2013a). Jumlah latihan ini anak sepanjang hari, semakin banyak
cukup untuk meningkatkan manfaat kesehatan yang akan
kesehatan, mengurangi risiko diperoleh seorang anak (WHO,
kematian dini, dan meningkatkan 2013a); dengan demikian,
kesejahteraan psikologis memberikan peluang untuk aktivitas
(Gardner,dkk 2011).Namun, pen- fisik beberapa kali sepanjang hari
didikan jasmani sekolah yang khas sangat menguntungkan. Adalah
bermanfaat untuk mengembangkan taman bermain untuk bermain secara
berbagai domain gerakan (misalnya, bebas (misalkan menembak bola
menari, kegiatan lingkungan basket, melempar dan menangkap
alternatif, kegiatan individu, senam, sepak bola, permainan tradisional)
permainan) untuk mempromosikan dengan intensitas ringan, sehingga
kegiatan fisik yang berkelanjutan, siswa akan dapat bergabung dengan
inklusif, dan menyenangkan dalam suatu kegiatan saat mereka tiba di
program untuk memenuhi beragam sekolah. Para guru yang bertugas
kebutuhan di antara semua siswa harus memastikan permainan yang
(Lu, Francis, & Lodewyk, 2013). aman dan juga harus mendorong
siswa untuk aktif sampai waktunya
sekolah dimulai. Selain itu, sekolah
A. Before-school physical activity dapat membuat prakarsa/peraturan
programs. sebelum sekolah seperti suatu
pendekatan untuk membiarkan siswa
Penelitian menunjukkan
bepergian secara aktif ke sekolah
bahwa aktivitas fisik dapat
dengan berjalan kaki atau bersepeda
mengurangi kelelahan dan mening-
(Beighle & Moore, 2012). Dengan
katkan kewaspadaan mental dan ke-
kolaborasi dari siswa, orang tua, staf,
sehatan mental secara keseluruhan;
dan organisasi masyarakat, program
akibatnya, jika anak-anak aktif
ini dapat mendorong siswa untuk
sebelum sekolah sebelum
tetap aktif sepanjang tahun ajaran
pengajaran, mereka mungkin lebih
berhasil dalam pekerjaan sekolah Salah satu program yang di
pagi mereka (Government of rekomendasikan dan telah di teliti
Canada, 2013). Satu saran untuk oleh (Park, Y., & Moon, J., 2018)
program sebelum sekolah Salah satu yang bertema early morning physical
saran untuk program se-belum acitivity in elementary school,
sekolah adalah untuk mem-berikan sebagai berikut
kesempatan bagi siswa untuk
mengambil bagian dalam permainan
bebas aktif. Guru atau siswa dapat
membawa peralatan olahraga ke
morning physical acitivity in
elementary school di atas juga dapat
menggunakan program Kids walk-
to-school (CDC,2007), yang
merupakan sebuah program
mendorong anak – anak untuk
berjalan dalam kelompok menuju
dan pulang dari sekolah di dampingi
oleh orang tua. Pada program
tersebut siswa atau anak dapat
menggunakan sepeda maupun
\
berjalan. Hal ini memungkinkan
Dari penelitian tersebut penerapan dan pemahaman siswa
terdapat kesimpulan bahwa terdapat tentang pentingnya beraktifitas fisik.
perbedaan yang signifikan dari anak
B. During-school physical activity
yang di berikan program aktifitas
programs.
fisik di pagi hari dan tidak, hal ini
menjelaskan bahwa dengan Agar siswa mendapatkan
melakukan program tersebut terjadi lebih banyak manfaat dari aktivitas
peningkatan kesehatan jamani dan fisik, penting bagi sekolah untuk
kognitif siswa, selain itu di jelaskan memberikan kesempatan untuk
pada penelitian tersebut terdapat aktivitas reguler selama hari sekolah
peningkatan dari segi sosial, Siswa (St. Leger ,dkk 2010). Program
tampak bersikap ramah dengan kegiatan fisik selama sekolah dapat
teman sebaya mereka berpartisipasi mencakup kelas pendidikan jasmani
dalam kegiatan fisik di pagi hari. yang dijadwalkan, istirahat aktivitas
Mereka kooperatif dan memiliki rasa (istirahat), atau program makan
tanggung jawab pada saat melakukan siang. Misalnya, istirahat atau
beberapa aktivitas fisik. Selain itu, istirahat kegiatan adalah waktu yang
terdapat beberapa siswa yang optimal bagi siswa untuk aktif secara
biasanya pasif akhirnya ikut fisik di sekolah dasar karena tidak
berpartisipasi dalam program mengganggu waktu kelas (Beighle &
tersebut. Selain program early
Moore, 2012). Siswa dapat terlibat mengalami kesenangan dan
dalam permainan bebas yang diawasi kesuksesan dalam permainan dengan
bersama-sama di lingkungan yang sekolah lain. Sebagai contoh, para
terstruktur, di mana partisipasi siswa mungkin dapat tinggal di
didasarkan pada tingkat kenyamanan sekolah setelah sekolah untuk per-
siswa itu sendiri (Barrett, 2013). tandingan sepak bola atau basket,
Program ekstrakurikuler ini adalah atau bagi mereka yang tidak tertarik
khususnya bermanfaat bagi siswa pada olahraga, latihan kelompok
yang tidak dapat berkomitmen untuk seperti kegiatan unik seperti yoga, tai
kegiatan sebelum dan sesudah chi, atau aerobik tari memberi siswa
sekolah. kesempatan untuk mencoba sesuatu
yang unik dan menyenangkan.
C. After-school physical activity
programs. 2.Guru

Program setelah sekolah Guru/pendidik bertanggung


memiliki kemampuan untuk jawab atas perencanaan dan
menawarkan pemrograman aktivitas pelaksanaan pelajaran dan rutinitas
fisik yang berkualitas di luar hari siswa sehari-hari, penting bagi
sekolah, untuk meningkatkan mereka untuk memberikan kese-
kesehatan dan kesbugaran (Beighle mpatan bagi siswa untuk aktif setiap
& Moore, 2012). Apakah sekolah hari. Tanggung jawab ini mencakup
menyediakan program umum untuk kegiatan pemantauan yang aman
semua, atau program khusus untuk selama di kelas, ataupun kegiatan
atlet yang kompetitif, siswa dapat fisik lainnya saat pendidikan jasmani
tetap terlibat dengan komunitas tidak dijadwalkan. Guru adalah
sekolah, memiliki lebih banyak tokoh sentral dalam penyampaian
peluang untuk interaksi sosial, dan program kegiatan aktifitas fisik,
meningkatkan kesehatan mereka karena mereka bertindak sebagai
melalui kesempatan kegiatan fisik fasilitator pe-ndidikan jasmani di
tambahan (Lu,dkk 2010). program- kelas, dan bisa dikatakan sebagai
program yang memungkinkan siswa sukarelawan untuk memimpin atau
yang lebih kompetitif untuk melatih dalam sebuah program
ekstrakurikuler (Barrett, 2013). menginstruksikan berbagai kegiatan
Selain itu, penting bagi guru untuk yang berbeda yang meliputi kerja
meningkatkan kesadaran dan tim, tantangan, kompetisi, dan
pemahaman siswa tentang manfaat pembelajaran karena berbagai
kesehatan dari kebiasaan aktivitas kegiatan akan cenderung mencapai
fisik; kesadaran ini dapat dicapai minat sebagian besar siswa,
dengan memberikan siswa umpan memungkinkan siswa untuk mening-
balik secara pribadi pada mereka katkan dalam domain fisik dan
untuk meningkatkan aktivitas fisik sosial, dan membuat siswa tetap
dan untuk menjelaskan kepada terlibat dalam pola hidup aktif,
mereka mengenai kebutuhan mereka dengan memperkenalkan permainan
sendiri untuk berolahraga dan keterampilan baru (Smith & St.
(Kremers ,dkk 2008). Pierre, 2009).

Contohnyanya, guru dapat


memperkenalkan jurnal aktivitas atau
3. Siswa
refrensi dari internet kepada siswa,
meminta mereka mencari tingkat Motivasi adalah faktor kunci
aktivitas fisik yang diasarankan dalam pengembangan kebiasaan
selama sekolah dan juga di rumah untuk anak-anak dan remaja, karena
(Pekerjaan Rumah). Terlebih lagi, suatu kegiatan yang direncanakan
para guru dapat memasukkan jurnal diperlukanyan untuk memulai pem-
aktivitas fisik yang sudah diterapkan bentukan kebiasaan(habit), dan harus
di negara maju sebagai bagian dari dipertahankan untuk periode waktu
penilaian dan evaluasi untuk yang jangka panjang (Lally,dkk
pendidikan jasmani karena 2010). Agar siswa termotivasi untuk
kehidupan aktif secara reguler berpartisipasi dalam aktivitas fisik
kemungkinan merupakan bagian dari secara aktif, mereka harus memiliki
kurikulum yang penting, dan dapat sikap positif serta pemahaman yang
digunakan. Guru juga dapat positif terhadap olahraga, yang
meningkatkan interaksi sosial yang dimaksud positif adala penataan
positif dan konsep diri yang bernilai konsep diri, dan memberikan pe-
positif pada siswa dengan mahaman bahwa kesehatan fisik dan
bugar merupakan prioritas mereka mengembangkan kebiasaan aktivitas
(Kremers ,dkk 2008), siswa mungkin fisik dengan cara yang bermakna dan
dapat mencapai tingkat motivasi secara konkret (Neal et al. 2012).
tersebut dengan tingkat aktivitas fisik Contohnya siswa ingin melakukan
yang dapat menimbulkan rasa senang yoga di rumah dengan melakukan
dan menggembirkan, sehingga PT(Personal trainer), selain itu
motivasi siswa terhadap olahraga siswa juga dapat mengikuti kegiatan
dapat meningkat. Hal ini telah klub di luar sekolah. Selain itu jika
dibuktikan penelitian Aarts ,dkk sekolah memiliki program klub yang
(1997) menemukan bahwa jika bertujuan untuk meningkatkan
seorang siswa melakuakan kegiatan performance serta mengikuti
olahraga namun berdampak negatif pertandingan hal tersebut dapat
seperti dia tidak merasa senang dilakukan oleh siswa, sehingga
dengan permainan tersebut, atau dengan sendirinya pemahaman siswa
tingkat aktifitas olahraga tersebut terhadap pentingnya habit activity
terlalu tinggi mereka cenderung tidak akan semakin meningkat. Selain di
menyukai olahraga yang dilakukan/ sekolah siswa juga dapat iswa juga
bisa dikatakan motivasi dan minat dapat terlibat dalam kegiatan
siswa dalam olahraga menurun, kelompok dengan mengorganisir
sehingga program olahraga yang di permainan aktif, seperti jogging,
berikan, bentuk, jenis, serta tingkat bersepeda, skateboard, hoki jalanan,
intensitas pada saat olahraga perlu di bola basket, atau sepak bola, dll. Hal
perhatikan dan direncanakan sesuai tersebut sangat berguna bagi siswa
dengan teori yang telah ada (Dinkel, agar sesuai dengan goals pendidikan
dkk 2016). jasmni iala habit activity
(Mavrovouniotis, 2012). Sehingga
Selain itu, pembentukan
kesehatan dan kebugaran dari siswa
habit activitiy (kebiasaan ber-
terjaga hingga menjadi kebiasaan
aktifitas), penting bagi siswa untuk
sampek tua.
menetapkan tujuan pribadi dalam
program aktivitas fisik. Misalnya, 4. Keluarga/Kerabat/Orang Tua
siswa dapat membuat rencana ke-
bugaran pribadi untuk berupaya
Orang tua atau saudara email, situ situs website, maupun
kandung menjadi penentu faktor aplikasi tertentu.
terpenting dalam mengembangkan
Kedua, Orang tua harus
pola habit acitivity dengan cara
berperan dalam pengawasan utama
meminta pada anak dengan cara
diluar kegiatan ekstrakulikuler, klub,
sederhana. Untuk memberikan
mau-pun disekolah. Ketiga , sediakan
pemahaman pada kerabat atau orang
ruang untuk kegiatan aktif antara
tua, pendidik/guru, atau komunitas di
anak dan orang tua (Contohnya,
bidang olahraga harus memberikan
halaman dapat digunakan untuk
informasi penting, menurut
bermain bulu tangkis atau bermain
Blankenship (2008) merekomendasi-
bola antara orang tua). keempat,
kan 5 hal utama. Yang Pertama,
memberikan fasilitas tes kebugaran
“Pentingnya Aktifitas Fisik”. Ada
setiap bulan pada anak dan orang tua,
beberapa hal yang dapat di
hal ini bertujuan untuk mengetahui
rekomendasi-kan/diinformasikan
kebugaran anak akibat aktifitas yang
kepada orang tua atau kerabat :
sudah dilakukan. Kelima, Pendidik
1. Ikut dalam program olahraga di bisa memberikan rekomendasi
sekolah maupun di komunitas aktifitas/jadwal aktifitas fisik pada
olahraga untuk keluarga dan anak. orang tua agar dapat diterapkan di
rumah.
2. Membatasi kegiatan penggunaan
Handphone, laptop, video game, dll. KESIMPULAN

3. Memberikan rewards kepada anak Aktivitas fisik rutin (Habit


atau memuji untuk aktifitas fisik activity) sebagai kebiasaan dapat
yang dilakukannya (contohnya, memberikan manfaat seumur hidup
mem-berikan peralatan bermain, bagi individu untuk kesehatan, ke-
mengajak berekreasi, dll) bugaran dan kesejahteraan se-
seorang. Sangat penting bagi anak-
Informasi tersebut dapat
anak dan remaja untuk me-
disampaikan melalui musyawarah
ngembangkan kebiasaan positif sejak
keluarga dengan pendidik, brosur,
dini, karena pola aktivitas fisik
selama masa kanak-kanak dan
remaja adalah prediktor utama dari khususnya dalam domain kebiasaan
kebiasaan aktivitas fisik selama masa aktivitas fisik. Tidak dapat disangkal,
dewasa (Tammelin et al., 2003). mengembangkan kebiasaan aktivitas
Mengingat hampir semua anak dapat fisik pada anak-anak dan remaja di
dijangkau di sekolah, sekolah sekolah akan meningkatkan kemung-
diposisikan untuk memainkan peran kinan mempertahankan praktik aktif
penting dalam meningkatkan tingkat yang sehat sepanjang hidup mereka.
aktivitas fisik pada masa anak-anak
DAFTAR RUJUKAN
dan remaja (JCSH, 2009). Kerangka Aarts, H., Paulussen, T., &
kerja dengan tiga komponen penting Schaalma, H. (1997).
Physical exercise habit: On
(yaitu, program, guru, siswa) yang the conceptualization and
terdapat pada artikel ini dapat formation of habitual health
behaviours. Health
digunakan sebagai pedoman untuk Education Research, 12(3),
me-ngembangkan fisik siswa. Im- 363-374.
Almatsier, S. (2003). Penuntun diit
plementasi pedoman ini harus di- anak. Jakarta: PT
posisikan dalam model kesehatan Gramedia Pustaka Utama,
18-19.
sekolah yang komprehensif (WHO, Badan Penelitian dan Pengembangan
2013b). Kesehatan. (2013). Riset
Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta. Kementrian
SARAN Kesehatan RI.
Berdasarkan artikel tersebut Barrett, J. (2013). Beyond physical
education: School-based
Penelitian di masa depan harus fokus physical activity
pada studi jangka panjang untuk programming. In D.
Robinson & L. Randall
menganalisis dampak program (Eds.), Teaching physical
aktivitas fisik berbasis sekolah pada education today (Chapter
16). Toronto, ON:
pengembangan kebiasaan pada siswa Thompson Educational.
secara aktif di luar sekolah dan untuk Beighle, A., & Moore, M. (2012).
Physical activity before and
menyelidiki hubungan antara pro- after school: More than
gram tersebut dan orang dewasa ever, kids need a safe
environment for physical
yang tetap aktif secara fisik dalam activity. Journal of Physical
ke-hidupan. Peneliti juga harus terus Education, Recreation, &
Dance, 83(6), 25-28.
mempelajari proses kognitif yang Centers for Disease Control and
mendasari perkembangan kebiasaan, Prevention (CDC). (2007).
Prevalence of fruit and Kremers, S. P. J., Dijkman, M. A.
vegetable consumption and M., de Meij, J. S. B., Jurg,
physical activity by M. E., & Brug, J. (2008).
race/ethnicity--United Awareness and habit:
States, 2005. MMWR. Important factors in
Morbidity and mortality physical activity in children.
weekly report, 56(13), 301. Health Education, 108(6),
Dinkel, D. M., Lee, J. M., & 475-488.
Schaffer, C. (2016). Lally, P., Van Jaarsveld, C. H. M.,
Examining the knowledge Potts, H. W. W., & Wardle,
and capacity of elementary J. (2010). How are habits
teachers to implement formed: Modelling habit
classroom physical activity formation in the real world.
breaks. International Lu, C., Francis, N., & Lodewyk, K.
Electronic Journal of (2013). Movement domains.
Elementary Education, 9(1), In D. Robinson & L.
182-196. Randall (Eds.), Teaching
Gardner, B., de Bruijin, G-J., & physical education today
Lally, P. (2011). A (pp. 208-225). Toronto, ON:
systematic review and meta- Thompson Educational.
analysis of applications of Lu, C., Steele, K., & Barrett, J.
the self-report habit index to (2010). Active living:
nutrition and physical Developing a school-based
activity behaviours. Annals comprehensive physical
of Behavioural Medicine, activity program for
42, 174-187. adolescents. Paper
Government of Canada. (2013). presented at the CUPR
Healthy Canadians. Forum—PHE Canada
Hirvensalo, M., & Lintunen, T. Conference. Toronto, ON.
(2011). Life-course Mavrovouniotis, F. (2012). Inactivity
perspective for physical in Childhood and
activity and sports Adolescence: A Modern
participation. European Lifestyle Associated with
Group for Research into Adverse Health
Elderly and Physical Consequences. Sport
Activity, 8, 13-22. Science Review, 21(3-4),
Hudha, L. 2006. “Hubungan antara 75-99.
pola makan dan aktivitas Neal, D. T., Wood, W., Labrecque, J.
fisik dengan obesitas”. S., & Lally, P. (2012). How
Skripsi. Semarang: do habits guide behaviour?
Universitas Negeri Perceived and actual
Semarang triggers of habits in daily
Joint Consortium for School Health. life. Journal of
(2009). Physical activity Experimental Social
within a comprehensive Psychology, 48(2), 492-498.
school health model: School Park, Y., & Moon, J. (2018). Effects
policy makers’ toolkit. of Early Morning Physical
Victoria, BC: Author. Activity on Elementary
School Students’ Physical
Fitness and
Sociality. International
Electronic Journal of
Elementary
Education, 10(4), 441-447.
Penelitian, B. (2013). Riset
kesehatan dasar. Jakarta:
kementerian kesehatan RI.
Penelitian, B. (2018). Riset
kesehatan dasar. Jakarta:
kementerian kesehatan RI.
Smith, M. A., & St. Pierre, P. E.
(2009). Secondary students’
perceptions of enjoyment in
physical education: An
American and English
perspective. The Physical
Educator, 66(4), 209-221.
St. Leger, L., Young, I., Blanchard,
C., & Perry, M. (2010).
Promoting health in
schools: From evidence to
action. Saint Denis Cedex,
France: International Union
for Health Promotion and
Education.
Tammelin, T., Nayha, S., Laitinen,
J., Rintamaki, H., &
Jarvelin, M. (2003).
Physical activity and social
status in adolescence as
predictors of physical
inactivity in adulthood.
Preventative Medicine,
37(4), 375-381.
Warburton, D. E. R., Nicol, C., &
Bredin, S. S. (2006). Health
benefits of physical activity:
The evidence. Canadian
Medical Association
Journal, 174(6), 801-809.
World Health Organization. (2013a).
Physical activity.
World Health Organization. (2017).
Noncommunicable diseases:
progress monitor 2017.

You might also like