Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Similarity Report ID: oid:20374:33962689

PAPER NAME AUTHOR

EFEK PEMBERIAN GENUS MIKORIZA DA Muhammad Muhammad


N NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium

WORD COUNT CHARACTER COUNT

3775 Words 24357 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

18 Pages 1.2MB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Apr 13, 2023 12:03 PM GMT+7 Apr 13, 2023 12:04 PM GMT+7

14% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
14% Internet database 4% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
6% Submitted Works database

Excluded from Similarity Report


Bibliographic material Quoted material
Cited material Small Matches (Less then 15 words)

Summary
7
EFEK PEMBERIAN GENUS MIKORIZA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium Cepa l)
THE EFFECT OF MYCORRIZA GENUS AND NPK ON GROWTH AND PRODUCTION
OF SHALLOT (Allium Cepa l)

Muhammad Muhammad1, Ahmad Dio Fajri2, *, Parwi3, Parwito4

1,2,3
Prodi Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Darussalam Gontor
4
Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Ratu Samban, Bengkulu
*Email korespondensi: Muhammad07@unida.gontor.ac.id / +628563334849

ABSTRACT
The concept of sustainable agriculture in the future will be push biotechnology agents and bio
protector likes Mycorrhiza as environmentally friendly fertilizers. The aim of research is to
determine what the effect applicated of mycorrhiza genus and NPK on growth and production of
shallot (Allium Cepa l ). This research was designed using the CRD method (Completely
Randomized Design) with two factors : fist factor was applicated of genus mycorrhiza Glomus
(M1), Gigaspora (M2), Acaulospora (M3) and Mycorrhiza consortiums (M4), the second factor
was 0 gram NPK fertilizer (NPK0), 25 gram NPK Fertilizer (NPK25), 50 gram NPK fertilizer
(NPK50), 75 gram NPK fertilizer (NPK75). The results of identified of glomus spore forms are
obovoid, spores with more than one layers of walls, yellow in color. Gigaspora is globose in shape,
spore wall has no inner wall, yellowish cream color, Acaulospora elliptic spore forms, has 2 spore
walls, yellow color. The results of applicated mycorrhiza genus and NPK doses on growth and
production of shallot (Allium Cepa l ) showed that there was no significant difference according
to the analysis of variance (F test) in all observation parameters. but there was treatments that
consistently produced the highest among the others treatment. The highest treatment was
M1.NPK50 with the results of an average numbers of 50 leaves. An average number of 13.4 tubers
and an average tuber of 4,9 diameters.
Keywords: Mycorrhizal genus, Shallot, Sustainable agriculture
ABSTRAK
Konsep pertanian berkelanjutan kedepan akan mendorong agens bioteknologi dan

bioprotektor seperti mikoriza sebagai pupuk ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
12
mengetahui efek pemberian genus mikoriza dan NPK pada pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang merah (Allium Cepa l ). Penelitian ini dirancang menggunakan metode RAL (rancangan

acak lengkap) dengan dua faktor : Faktor pertama adalah pengaplikasian genus mikoriza Glomus

(M1), Gigaspora (M2), Acaulospora (M3) dan Konsorsium mikoriza (M4)); dan faktor kedua

adalah pupuk NPK 0-gram (NPK0), pupuk NPK 25-gram (NPK25), pupuk NPK 50-gram

(NPK50), pupuk NPK 75-gram (NPK75). Hasil identifikasi spora Glomus adalah berbentuk

obovoid, spora berdinding lebih dari satu lapis, berwarna kuning. Gigaspora mempunyai bentuk

globose, dinding spora tidak memiliki dinding dalam, berwarna krem kekuningan. Acaulospora

bentuk spora elliptic, memiliki 2 dinding spora, berwarna kuning. Sedangkan hasil efek aplikasi

mikoriza dan dosis NPK pada pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium Cepa l )

menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata menurut analisis ragam (Uji F) di semua parameter

pengamatan, akan tetapi ada perlakuan yang konsisten menghasilkan paling tinggi diantara

perlakuan yang lain. Perlakuan yang paling tinggi adalah M1.NPK50 dengan hasil jumlah daun

rata-rata 50 helai, jumlah umbi rata-rata 13,4 dan diameter umbi rata-rata 4,9.

Kata Kunci: Bawang merah, Genus mikoriza, Pertanian berkelanjutan


PENDAHULUAN
Penggunaan bahan kimia secara terus menerus seperti pupuk sintetis, pestisida, dan

herbisida, telah merusak ekosistem dan mencemari lingkungan. Konsep pertanian berkelanjutan

kedepan akan mendorong agens bioteknologi dan bioprotektor seperti mikoriza sebagai pupuk

ramah lingkungan.

Mikoriza adalah salah satu jenis cendawan tanah, yang sangat bermanfaat. Didalam tanah

mikoriza dapat meningkatkan ketersediaan dan pengambilan fosfor, air, dan nutrisi lainnya,

disamping itu juga mikoriza dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh pathogen tular

tanah. Pemanfaatan agen ini dapat memberikan manfaat yang besar pada tanaman untuk tumbuh

dan berproduksi dengan maksimal.

Di alam jumlah mikoriza ditemukan sangat melimpah hampir 80%, dan juga dapat

bersimbiosis dengan tumbuhan yang mempunyai takson Angiospermae, serta berperan penting

dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman hutan, tanaman agrikultur, dan hortikultura. (Saputra,

Rizalinda, and Lovadi 2015), sedangkan pada penelitian Muhammad and Setyaningrum (2017),

ditemukan genus jamur FMA yaitu Acaulospora, Gigaspora, Scutellospora, dan Paraglomus pada

tanaman bawang merah.


9
Hubungan antara tanaman dan mikoriza yang saling menguntungkan sangat dibutuhkan

untuk efisiensi dan peningkatan produktivitas tanaman, terutama tanaman bernilai ekonomi tinggi.

Menurut Rahayu and Berlian (2004) bahwa bawang merah termasuk sayuran rempah, sayuran ini

banyak dicari dan dibutuhkan banyak masyarakat indonesia terutama sebagai pelengkap bumbu

masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman bawah merah menjadi

idola para petani di daerah dataran menengah dan tinggi, karena sayuran ini mempunyai nilai

ekonomi tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek pemberian genus mikoriza dan

NPK pada pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.


BAHAN DAN METODE
Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan meliputi 3 genus mikoriza yang terdiri dari: Glomus,

Gigaspora, Acaulosspora dan Konsorium. Tanah, ziolit, pupuk N,P,K. bibit bawang merah varietas

thailand. Alat yang digunakan meliputi tabung reaksi, beaker, saringan bertingkat (ukuran

0,250ml, 0,106ml, 0,053), plastik, Petridis, mikroskop, hot plate, timbangan analitik, penggaris,

pisau, kantong plastik, steples, pipet ukur.

Rancangan percobaan

Penelitian ini dirancang menggunakan metode RAL (rancangan acak lengkap) dengan dua

faktor: Faktor pertama adalah pengaplikasian genus mikoriza (Glomus (M1), Gigaspora (M2),

Acaulospora (M3) dan Konsorium mikoriza (M4)); dan faktor kedua adalah pupuk NPK 0 gram

(NPK0), pupuk NPK 25 gram (NPK25), pupuk NPK 50 gram (NPK50), pupuk NPK 75 gram

(NPK75). Sedangkan parameter yang diamati adalah : Identifikasi mikoriza, tinggi tanaman,

jumlah daun, jumlah umbi, diameter umbi.

Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan Uji F (analisis ragam) pada taraf 5% dan 1 %.

Kemudian apa bila ada perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji rata-rata (DMRT) atau Duncan

multiple range test.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi Mikoriza

Identifikasi mikoriza dilakukan berdasarkan karakteristik spora, seperti warna spora,

bentuk spora, susunan spora, bentuk hifa, dan ukuran spora. Pengamatan spora mikoriza dilakukan

melalui penyaringan basah. Hasil saringan spora diidentifikasi menurut Identifikasi Internasional

Culture Collection of Vesicullar Asbuscullar Mycorrhizal (INVAM). Glomus sp. merupakan

genus yang memiliki jenis keberagaman tertinggi dari yang lainnya, dan Glomus sp adalah genus
4
mikoriza dari family Glomeraceae.. Beberapa ciri khas yang dimiliki oleh genus ini yaitu spora

terbentuk secara tunggal atau dua berpasangan pada hifa non-gametangium yang tidak

berdiferensiasi dalam sporocarp. Spora akan disekat dan dipisahkan dari hifa pelekat pada saat

dewasa. Spora biasanya berbentuk globose, sub-globose, ovoid, atau obovoid dengan dinding

spora yang terdiri dari lebih dari satu lapis, mempunyai warna hyaline sampai kuning, merah

sampai kecoklatan, dan hitam. Genus glomus hidup dan dapat berkembang baik pada pH kurang

dari 5 hingga 7. Hasil identifikasi bentuk spora obovoid, mempunyai dinding spora lebih dari satu

lapis, berwarna kuning. Gambar spora glomus dapat dilihat pada gambar 1.

a b

Gambar 1. Genus Glomus (a hasil penelitian, b INVAM)


Gigaspora sp adalah termasuk family Gigasporaceae, genus ini memiliki ciri khas,
11
diantaranya tidak memiliki lapisan dinding spora dalam, terdapat bulbous suspensor, mempunyai

bentuk globose atau subglobose, mempunyai warna krem hingga kuning, mempunyai ukuran 125-

600 μm dan mempunyai spora yang dihasilkan secara tunggal di dalam tanah. Hasil identifikasi

bentuk spora globose, dinding spora tidak memiliki dinding dalam, berwarna krem kekuningan.

Gambar dari gigaspora dapat dilihat pada gambar 2.

a b

Gambar 2. Genus Gigaspora (a hasil penelitian, b INVAM)

Acaulospora sp. Adalah termasuk family Acaulosporaceae, genus ini memiliki beberapa

ciri khas antara lain mempunyai spora yang terbentuk di sisi samping leher sporiferous saccule

dan mempunyai 2-3 dinding spora, mempunyai berbentuk globose hingga elips, mempunyai warna

hyaline, kuning, atau merah kekuningan, dan mempunyai ukuran antara 100-400 μm. Genus ini

lebih suka pada kondisi tanah masam dengan pH kurang dari 5 hingga 7. Ciri-ciri genus ini hampir

sama dengan genus Entrophospora, hanya sporanya saja berkembang di pinggir sporifereous

saccule, sehingga akan ada satu saccule pada saat spora dewasa, jika dilepas akan ada satu lubang

yang disebut cycatric. Hasil identifikasi menunjukkan bentuk spora elliptic, memiliki 2 dinding

spora, dan berwarna kuning. Gambar 3 menyajikan Gambar Acaulospora.


Gambar 3. Genus Acaulospora (a hasil penelitian, b INVAM)

Pengaruh Mikoriza Dan Dosis Pupuk NPK

Jumlah Daun Bawang Merah

5
Daun tanaman merupakan salah satu komponen yang dapat mendiskripsikan pertumbuhan

suatu tanaman. Pembentukan daun tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik, namun lingkungan

yang baik dapat juga mempercepat pembentukkan daun tersebut. Penelitian Putra, dkk (2012)
5
menemukan jumlah daun tanaman tidak dipengaruhi oleh lingkungan akan tetapi jumlah daun

dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman sampai fase berbunga.

Pemberian mikoriza dan pupuk N,P,K tidak mempunyai efek atau tidak berbeda nyata

terhadap jumlah daun minggu 1 sampai 9 MST. Jumlah daun bawang merah rata-rata pada aplikasi

berbagai genus mikoriza dan dosis pupuk NPK pada umur bawang merah 1 sampai 9 MST

(minggu setelah tanam). Data dapat dilihat pada gambar 4.


Gambar 4. Jumlah Daun Per Minggu

15
Daun bawang merah adalah salah satu organ yang berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya proses fotosintesis. Jika jumlah daun banyak pada satu tanaman, maka akan

memungkinkan menerima banyak cahaya, dan kemudian berefek pada penyerapan hara oleh akar

menjadi lebih optimum. Pengamatan pada jumlah daun dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh proses fotosintesis yang akan menghasilkan asam milat, dan kemudian

akan dimanfaatkan tanaman pada fase vegetatif dan generatif.

Pengamatan pada gambar 4, menunjukkan jumlah daun bawang merah setiap minggu

jumlah daun bertambah sejak dari 1 MST sampai 7 MST, akan tetapi untuk minggu selanjutnya

jumlah daun menurun, rata-rata berjumlah 17 sampai 45 helai daun per rumpun dikarenakan

kering. Sedangkan potensi jumlah daun varietas Thailand mencapai 17 – 50 daun per rumpun.

Fakta penelitian ini diduga karena rendahnya serapan unsur N oleh tanaman bawang merah.

Menurut Ma’ruf, dkk (2019) bahwa pemberian unsur hara N yang optimal pada tanaman dapat

meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil, oleh karena itu pemberian unsur hara N yang
optimal pada tanamaa akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan bawang merah. Pada masing-

masing pengamatan kedua perlakuan tersebut menurut analisis ragam (Uji F) belum memberikan

efek nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman bawang merah.

Perbedaan hasil antara aplikasi genus mikoriza yaitu Gigaspora sp, Acaulospora sp,

Glomus sp dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor inang, mikoriza
2
membutuhkan inang untuk hidup dan berkembang. Setiap mikoriza akan tumbuh dengan baik

apabila mendapatkan inang sesuai dengan karakteristiknya. Pada mikoriza genus Gigaspora sp dan

Acaulospora sp memiliki jangkauan inang yang cukup luas. Spora Gigaspora sp mampu

berkembang dengan baik pada berbagai sumber nutrisi, walaupun dalam kenyataannya terdapat

perbedaan jumlah kepadatan spora.


2
Pada penelitian Wicaksono, et, al (2014) menemukan bahwa perkembangan spora

Gigaspora sp paling optimal didapatkan pada kondisi nutrisi dengan perbandingan hara nitrogen

lebih tinggi dari pada hara fosfat. Sehingga pada jumlah daun bawang merah terdapat perbedaan

antara hasil aplikasi Gigaspora sp dengan Glomus sp. Menurut Hadianur et al. (2016), pemberian

berbagai genus mikoriza akan memberikan efek yang nyata terhadap serapan unsur hara nitrogen.

Pemberian mikoriza genus Glomus dan Gigaspora mampu meningkatkan serapan hara fosfat dan
6
serapan hara nitrogen. Pada serapan fosfor yang tinggi terdapat pada tanaman yang diberi

mikoriza. Mikoriza akan memperbanyak hifa pada akar tanaman yang selanjutnya akan membantu

penyerapan unsur hara fosfor. Akar tanaman yang terinfeksi mikoriza akan semakin luas daya

jelajahnya. adanya hifa eksternal yang berkembang diluar akar akan meningkatkan serapan unsur

hara tanaman.

Efek yang konsisten dalam penambahan jumlah daun terdapat pada perlakuan M1NPK50

dengan nilai rerata 50 daun. Hal ini diduga karena adanya mikoriza yang menginfeksi perakaran
bawang merah dan kemudian mikoriza akan menciptakan jaringan hifa eksternal yang tumbuh

secara masif, dengan adanya hifa eksternal ini akan meningkatkan kapasitas akar bawang merah

untuk menyerap air dan unsur hara. Penyerapan air dan unsur hara yang tinggi oleh akar bawang

merah akan membuat pertumbuhannya menjadi lebih optimal, hal ini ditunjukkan dengan

pertumbuhan panjang bawang merah dan jumlah daun bawang merah yang tinggi.

Pada penelitian Febriani, et al (2017) Menyatakan bahwa apabila suatu tanaman yang

diaplikasikan mikoriza tanaman akan tumbuh lebih subur karena akar tanaman lebih banyak untuk

menyerap unur hara. Efek dari penyerapan akar akan meningkatkan jumlah daun lebih banyak

yang pada akhirnya akan menghasilkan bahan kering tanaman yang lebih banyak.

Jumlah Umbi

Pembesaran lapisan-lapisan daun merupakan awal dari pembentukan umbi bawang merah
3
yang kemudian berkembang menjadi umbi. Hasil dari pembentukan klorofil yang banyak pada

daun akan meningkatkan penyerapan energi cahaya matahari dalam proses fotosintesis, Semakin

cepat laju proses fotosintesis pada daun maka hasil fotosintat akan semakin banyak. Fotosintat

yang dihasilkan berfungsi sebagai pembentukan tubuh tanaman dan Sebagian disimpan dalam

lapis bawang merah. (Yusmalinda 2017)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian genus mikoriza dan dosis pupuk NPK

tidak mempunyai efek nyata terhadap jumlah umbi. Gambar 5.


JUMLAH UMBI

13.4

13.1

12.9
11.8

11.8
11.6
11.5

11.5
11.4

11.3

11.3
11.1

11.1

11.0
10.8

10.8
10.6

10.4
9.8

9.5
Gambar 5. Jumlah Umbi

Pada perlakuan jumlah umbi terbanyak dijumpai pada perlakuan M1NPK50 yaitu 13,4.

Untuk perlakuan genus M1 (genus glomus) dari data yang didapat semakin bertambahnya dosis

pupuk NPK yang diberikan dapat meningkatkan jumlah umbi bawang merah kecuali dosis 75. Hal

ini diduga genus Glomus sp mempunyai kemampuan berkolonisasi tertinggi terhadap bawang

merah dan adanya kesesuaian antara kedua simbion. Persentase kolonisasi menggambarkan

adanya simbiosis dan kesesuaian antara bawang merah dan mikoriza, akan tetapi tidak mutlak

sebagai indikator terhadap tinggi rendahnya pertumbuhan tanaman inang. Sedangkan untuk

perlakuan M2 (genus gigaspora) semakin bertambahnya dosis pupuk yang diberikan dapat

menurunkan hasil jumlah umbi. Kemudian untuk perlakuan M3 (genus acaulospora) dari data yang

didapat menunjukkan bahwa dengan bertambahnya pupuk NPK yang diberikan dapat

meningkatkan jumlah umbi. Untuk perlakuan M4 (mikoriza konsorsium) sama halnya dengan

perlakuan M2 yang mana semakin bertambahnya dosis pupuk NPK yang diaplikasikan pada

bawang merah akan dapat menurunkan jumlah umbi. Fenomina ini diduga bahwa perlakuan

mikoriza dan pupuk NPK dengan berbagai dosis belum dapat memberikan efek terhadap

pembentukan umbi, dan jumlah umbi bawang merah. Penelitian ini sejalan dengan Mehran, et al
(2016) yang mengatakan pembentukan umbi dan perkembangan umbi bawang merah memerlukan

pemupupukan NPK yang berimbang.

Damanik and Suryanto (2018) menyatakan bahwa jumlah umbi pada pebentukan jumlah

anakan, semakin banyak jumlah anakan, maka jumlah umbi juga akan banyak, karena satu anakan

akan menghasilkan satu umbi. Pembentukan umbi dan pengisian umbi dipengaruhi oleh asupan

unsur hara. Unsur hara tersebut adalah fosfor dan kalium. Unsur hara fosfor membantu

pembentukan umbi bawang merah dan dapat melancarkan metabolisme kerbohidrat, sedangkan

unsur kalium membantu meningkatkan pengisian berat umbi bawang merah. Kekurangan suplai

unur hara fosfor dan kalium yang dibutuhkan oleh bawang merah akan berakibat pada menurunnya

jumlah umbi dan berat umbi. Efek bawang merah dalam hal jumlah umbi per rumpun terhadap
1
pengaplikasian genus mikoriza dan dosis pupuk NPK sama dengan peningkatan jumlah daun per

rumpun. Peningkatan jumlah daun per rumpun ini disertai dengan penampakan daun yang

berwarna hijau yang menandakan terjadinya peningkatan kandungan klorofil yang menghasilkan

fotosintat, dan kemudian diperuntukan pertumbuhan dan perkembangan bawang merah.


13
Bawang merah akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila unsur hara yang

diberikan dapat diserap oleh akar tanaman, serta dalam keadaan cukup bagi tanaman (Purba, et al
8
2018). Selain itu ketidakmampuan bawang merah menghasilkan umbi disebabkan menguningnya

daun tanaman bawang merah, menguningnya daun tersebut akan menyebabkan kandungan klorofil

berkurang dan fotosintesis berkurang sehingga produksi fotosintat menurun (S. Rahayu, et al

2016). Menurut Yudhanto, et al (2020), jumlah daun yang dihasilkan selama pertumbuhan

vegetatif sangat mempengaruhi terhadap jumlah umbi bawang merah.

Setiap varietas mempunyai efek tanggapan berbeda terhadap lingkungan sehingga

pertumbuhan dan produksi akan berbeda pula. hal ini sama dengan penelitian Hawayanti and
Aminah (2017) mengatakan bahwa setiap varietas mempunyai genotipe yang berbeda, sehingga

kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan juga berbeda yang pada akhirnya berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Sifat varietas unggul mempuyai kelebihan

dari varietas lokal yaitu tercermin dari adaptasi tinggi terhadap lingkungan, dapat menyerap unsur

hara dengan baik dan tahan terhadap hama dan penyakit, maka diharapkan akan tumbuh dengan

baik dan menghasilkan produksi yang maksimal.

Diameter Umbi

Berdasarkan hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa genus mikoriza dan pupuk NPK

serta interaksi antara keduanya mempunyai efek tidak nyata terhadap diameter umbi.

Rata-rata diameter umbi bawang merah pada perlakuan genus mikoriza dan pupuk NPK

dapat dilihat pada Gambar 6.

DIAMETER UMBI
4.9
4.5

4.4

4.4

4.3
4.3

4.3
4.2

4.2
4.1

4.1

4.1

4.1
4.1
4.0

4.0

4.0
3.9

3.9

3.9

Gambar 6. Diameter Umbi (mm)

Berdasarkan data pengamatan yang didapat bahwa kombinasi perlakuan genus mikoriza

dan dosis pupuk NPK tidak mempunyai efek berbeda nyata. Dari gambar diatas dapat dilihat

bahwa untuk perlakuan M1NPK50 mendapatkan diamater umbi terbesar (4,9) jika dibandingkan

dengan perlakuan yang lain, maka semakin tinggi dosis pupuk NPK yang dikombinasikan dengan
mikoriza genus Glomus akan dapat meningkatkan hasil diameter umbi kecuali dosis 75.

Sedangkan untuk perlakuan M2 dengan semakin tinggi dosis pupuk NPK yang dikombinasikan

dengan jenis mikoriza Gigaspora tidak memberikan penambahan pada diameter umbi. Kemudian

untuk perlakuan M3 jenis mikoriza Acauluspora memberikan respon terhadap diameter umbi jika

dosis pupuk NPK 25 sedangkan dengan penambahan dosis lainnya (50 dan 70) menunjukkan nilai

yang baik ataupun tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan terhadap nilai diameter umbi.

Akan tetapi berbeda pada perlakuan M4 jenis mikoriza konsorsium, pada perlakuan ini terlihat

bahwa setiap penambahan dari dosis pupuk NPK menunjukkan peningkatan pada diameter umbi.

Hal ini diduga perlakuan mikoriza dan dosis NPK 75 mampu menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan bawang merah sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan bawang merah.

Besar dan kecilnya umbi dipengarhi oleh banyak dan tidaknya hara yang terserap oleh

tanaman serta kemampuan tanaman untuk menyimpan unsur hara sebagai cadangan makanan,

penyimpanan unsur hara dipengaruhi oleh kesuburan tanah. (Wiliodorus, et al 2020). Kesuburan

tanah dipengaruhi oleh pemberian pupuk, tetapi tidak selamanya pemberian pupuk yang

berlebihan akan memberikan keuntungan, tetapi jumlah anakan juga sangat berpengaruh terhadap

diameter umbi karena ketersediaan unsur hara diserap oleh semua tanaman sehingga pembagian

unsur hara tidak rata atau adanya kompetisi dari masing-masing tanaman. Pada penelitian

Setiyowati, et al (2010) menyatakan bahwa umbi yang kecil didapat saat proses pengisian sel

dimana pada proses tersebut membutuhkan energi. Sel-sel umbi tersebut mengandung vakuola-

vakuola yang berisi minyak atsiri. Minyak atsiri termasuk senyawa aromatik yang merupakan hasil

dari metabolit sekunder. Apabila tanaman sedikit dalam memperoleh energi, maka berakibat pada
proses metabolism terhambat, jika proses tersebut terhambat maka hasil metabolit sekunder yang

disimpan dalam sel-sel daun sedikit, maka hasil diameter umbi juga tidak akan maksimal.

Proses metabolisme yang melibatkan enzim yang terjadi didalam sel tanaman akan berjalan

baik apabila kebutuhan unsur hara terpenuhi tertutama nitrogen dan forfor, sehingga akan

meningkatkan diameter umbi bawang merah. Menurut Sitompul, et al (2017) bahwa pertumbuhan

dan produksi bawang merah tergantung pada ketersediaan hara nitrogen dan fosfor yang diserap
14
oleh akar tanaman. Kedua unsur tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme tanaman.

Dengan meningkatnya proses metabolisme tanaman akan berdampak pada pembentukan umbi
10
bawang merah. Setyowati et al. (2010) menyatakan bahwa pembesaran lapisan umbi bawang

merah diakibatkan oleh pembesaran sel yang lebih dominan dari pada pembelahan sel.

Peningkatan serapan hara fosfor oleh akar oleh bawang merah akan dapat meningkatkan

pembelahan sel pada umbi sehingga dapat meningkatkan diameter umbi. Menurut Arman, et al

(2016) unsur hara fosfor sangat berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein
1
yang ada dalam inti sel. Mikoriza dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan unsur hara

fosfor melalui dua cara, yaitu dengan efek langsung melalui jalinan hifa eksternal, sedangkan efek
1
tidak langsung dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga mengekskresikan

asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah. Fosfotase asam merupakan enzim yang

dapat memacu proses mineralisasi hara fosfor organik dengan mengkatalisis pelepasan hara fosfor

dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik.

KESIMPULAN

Hasil efek aplikasi mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi

bawang merah adalah mempunyai efek atau tidak berbeda nyata menurut analisis ragam (Uji F) di
semua parameter pengamatan, akan tetapi ada perlakuan yang konsisten menghasilkan paling

tinggi diantara perlakuan yang lain. Perlakuan yang paling tinggi adalah M1.NPK50 yang

menghasilkan jumlah daun bawang merah rata-rata 50 daun, jumlah umbi rata-rata 13,4 dan

diameter umbi rata-rata 4,9.


DAFTAR PUSTAKA

Arman, Zaldi, Nelvia Nelvia, and Armaini Armaini. (2016). “Respons Fisiologi, Pertumbuhan,
Produksi Dan Serapan P Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian
Trichokompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Terformulasi Dan Pupuk P Di Lahan Gambut.”
Jurnal Agroteknologi 6 (2): 15–22. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24014/ja.v6i2.2236.
Damanik, Sariah Aprianti, and Agus Suryanto. (2018). “Efektivitas Penggunaan Mikoriza Dan
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Tanaman Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L .) Pada Pipa PVC Sistem Vertikultur.” Jurnal Produksi Tanaman 6 (4): 635–
41.
Febriani, Wiwin, Melya Riniarti dan Surnayanti. (2017). “Penggunaan Berbagai Media Tanam
Dan Inokulasi Spora Untuk Meningkatkan Kolonisasi Ektomikoriza Dan Pertumbuhan
Shorea Javanica The Aplication Of Various Planting Media And Spore Inoculums To
Improve Ectomycorrhizal Colonization And Growth Of Shorea Javani.” Jurnal Sylva Lestari
ISSN 5 (3): 87–94. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23960/jsl3587-94.
Hadianur, Syafruddin, Elly Kesumawati, M Mehran, E Kesumawaty, S Sufardi, Hadi Saputra,
Rizalinda, and Irwan Lovadi. (2016). “Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular ( MVA ) Pada
Perakaran Tanaman Bawang Mekah ( Eleutherine Americana Merr .).” Jurnal Protobiont 20
(3): 143–50. http://e-repository.unsyiah.ac.id/floratek/article/view/7457.
Hawayanti, Erni, and R Iin Siti Aminah. (2017). “Pemanfaatan Lahan Tadah Hujan Melalui
Pemberian Pupuk Hayati Pada Berbagai Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Di Sumatera Selatan.” Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian 12 (2): 84–93.
https://doi.org/https://doi.org/10.32502/jk.v12i2.815.
Ma’ruf, Muhammad, Nelvia Nelvia, and Fetmi Silvina. (2019). “Pengaruh Pemberian Pupuk
Hayati Dan Pupuk N, P, K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah
(Allium Ascalonicum L.).” Jurnal Agroteknologi 10 (1): 9.
https://doi.org/10.24014/ja.v10i1.5628.
Mehran, M, E Kesumawaty, and S Sufardi. (2016). “Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas
Bawang Merah Pada Tanah Aluvial Akibat Pemberian Berbagai Dosis” Jurnal Floratek 11:
117–33. http://erepository.unsyiah.ac.id/floratek/article/view/7457.
Muhammad, Muhammad, and Haris Setyaningrum. (2017). “Eksplorasi Dan Aplikasi Mikoriza
Sebagai Masukan Teknologi Pupuk Hayati Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil
Mutu Melon” 15 (2): 1–12.
Purba, Syahir Nedi, Ansoruddin, and Lokot Ridwan Batubara. (2018). “Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Bawang Merah ( Allium Ascalonicum L .).” BERNAS Agricultural
Research Journal 14 (2): 77–88. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24014/ja.v10i1.5628.
Putra, R., H. Haryati, and L. Mawarni. (2012). “Respons Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Sabrang
(Eleutherine Americana Merr.) Pada Beberapa Jarak Tanam Dan Berbagai Tingkat
Pemotongan Umbi Bibit.” Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara 1 (1):
94006. https://doi.org/10.32734/jaet.v1i1.666.
Rahayu, Estu, and A N Berlian. (2004). Bawang Merah (Mengenal Varietas Unggul Dancara
Budidaya Secara Kontinu). PT. Penebar Swadaya. Cetakan Ke X Dst.
Rahayu, Sri, Elfarisna, and Rosdiana. (2016). “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Dengan Penambahan Pupuk Organik Cair.” Jurnal
Agrosains Dan Teknologi 1 (1): 7–18. https://doi.org/https://doi.org/10.24853/jat.1.1.8-19.
Saputra, Hadi, Rizalinda, and Irwan Lovadi. (2015). “Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular
(MVA) Pada Perakaran Tanaman Bawang Mekah ( Eleutherine Americana Merr .).” Jurnal
Protobiont 4 (1): 143–50. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26418/protobiont.v4i1.9683.
Setiyowati, Setiyowati, Sri Haryanti, and Rini Budi Hastuti. (2010). “Pengaruh Perbedaan
Konsentrasi Pupuk Organik Cair Tehadap Produksi Bawang Merah ”. Bioma: Berkala Ilmiah
Biologi 12 (2): 44–48. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/bioma.12.2.44-48.
Sitompul, Grace Sera Sartika, Husna Yetti, and Murniati Murniati. (2017). “Pengaruh Pemberian
Pupuk Kandang Dan KCl Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah”.
Riau University. https://www.neliti.com/publications/183239/pengaruh-pemberian-pupuk-
kandang-dan-kcl-terhadap-pertumbuhan-dan-produksi-tanam.
Wicaksono, Muhammad Imam, Muji Rahayu, and Samanhudi Samanhudi. (2014). “Pengaruh
Pemberian Mikoriza Dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Putih.” Caraka
Tani: Journal of Sustainable Agriculture 29 (1): 35.
https://doi.org/10.20961/carakatani.v29i1.13310.
Wiliodorus, Wiliodorus, Iwan Sasli, and Edy Syahputra. (2020). “Respons Tanaman Bawang
Merah Terhadap Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Dan Pemotongan Umbi Pada Gambut.”
Agrofood 2 (2): 29–41. https://jurnal.polteq.ac.id/index.php/agrofood/article/view/60.
Yudhanto, Alfonsus Sara, Tumbelaka Selvie, and Mamarimbing Rinny. (2020). “Respon
Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L. Var Lembah Palu)
Terhadap Konsentrasi Pupuk Organik Cair.” Cocos 2 (7): 1–10.
https://doi.org/https://doi.org/10.35791/cocos.v2i7.27293.
Yusmalinda, Yusmalinda. (2017). “Dengan Pemberian Beberapa Dosis Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit ( Tkks ) Responses Of Onion ( Allium Ascalonicum L .) Toward Four Doses
Of Empty Palm Bunches Compost ( Epb ).” JOM Faperta 4 (1): 1–10.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/16817.
Similarity Report ID: oid:20374:33962689

14% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
14% Internet database 4% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
6% Submitted Works database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

media.neliti.com
1 2%
Internet

doaj.org
2 2%
Internet

ojs3.unpatti.ac.id
3 1%
Internet

journal.ipb.ac.id
4 1%
Internet

ejournal.urindo.ac.id
5 1%
Internet

jurnal.unsyiah.ac.id
6 1%
Internet

ejournal.lppmunidayan.ac.id
7 <1%
Internet

repository.ut.ac.id
8 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:20374:33962689

ejournal.uncen.ac.id
9 <1%
Internet

id.scribd.com
10 <1%
Internet

repository.ub.ac.id
11 <1%
Internet

repository.umsu.ac.id
12 <1%
Internet

Sepri Yaningsih. "PENGARUH PUPUK CAIR LIMBAH ORGANIK TERHAD...


13 <1%
Crossref

id.123dok.com
14 <1%
Internet

Higher Education Commission Pakistan on 2019-09-16


15 <1%
Submitted works

Sources overview

You might also like