Professional Documents
Culture Documents
Istishab Kelompok 1
Istishab Kelompok 1
Kelompok 1 :
Ketua : Indah Tanjung kurnia
1. Asti Dwi santika
2. Fenty Aulia
3. Gladys Valentine Situmorang
4. Intan Salsabilah
5. Rengganis Destianti Tungga Dewi
6. M. Daffa Dwi Ar-rizqi
7. M. Khoiri Arrafi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi taufik, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya
termasuk juga dengan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “ ISTISHAB “
Dalam makalah ini, penulis membahas tentang pengertian istishab, macam-macam
istishab, serta pembahasan lainnya yang disajikan dalam bentuk makalah. Makalah ini
disusun agar para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan
yang ada mengenai lempar cakram.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang sudah
membantu serta dari berbagai pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun untuk dapat memperbaiki tugas makalah selanjutnya.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca dan memperluas wawasan
mengenai lempar cakram serta seluk beluknya. Dan tidak lupa permohonan maaf dari
penulis apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam bentuk apapun yang terdapat
dalam makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………. i
Kata Pengantar ………………………………………………….. ii
Daftar Isi …….………………………………………………….. iii
Latar Belakang …..…………………………………………….... iv
Rumusan Masalah ….…………………………………………… iv
Tujuan …………………………………………………………... iv
Isi ………………………………………………………………...1
Pengertian Istishab …………………………………………….... 1
Macam-macam Istishab ………………………………………… 1
Kedudukan Istishab Sebagai Sumber Hukum Islam ……………. 2
Kesimpulan ……………………………………………………… v
Saran …………………………………………………………….. v
iii
LATAR BELAKANG
Dalam hukum Islam terdapat dua ketentuan landasan hukum yaitu yang disepakati dan
yang tidak disepakati. Adapun landasan hukum yang diatur oleh para ulama yaitu Al-
Qur'an dan As-Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Sedangkan landasan hukum Islam yang tidak
disepakati salah satu nya adalah Istishab.
Istishab sendiri adalah dalil syar'i terakhir yang dapat digunakan sebagai rujukan oleh
mujtahid untuk mengetahui hukum dari masalah yang dihadapinya apabila tidak terdapat
penjelasan dalam al-Qur'an dan as-sunnah.
Dalam peristilahan ushul, istishab berarti menetapkan hukum menurut keadaan yang
terjadi sebelumnya sampai ada dalil yang mengubahnya. Dalam ungkapan lain, ia
diartikan juga sebagai upaya menjadikan hukum peristiwa yang ada sejak semula tetap
berlaku hingga peristiwa berikutnya, kecuali ada dalil yang mengubah ketentuan itu.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
Dari rumusan masalah ini dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan adalah
sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui secara bahasa dan istilah pengertian Istishab
2. Memahami macam macam Istishab
3. Memahami dasar hukum Istishab
iv
Istishab ()استصحاب
1. Pengertian
Istishab menurut bahasa mempunyai arti selalu menemani atau selalu menyertai.
Menurut istilah istishab adalah mengambil atau menjadikan hukum yang telah ada,
atau tetap pada masa lampau terus berlaku sampai masa-masa selanjutnya, karena
tidak diketahui adanya dalil yang merubahnya, Imam Ibnu al-Subki
mendefinisikannya sebagai berikut:
ت َأ ْم ٍر فِي الثَّانِي لِثُبُوْ تِ ِه فِي اَأل َّو ِل لِفُ ْقدَا ِن َما يَصْ لُ ُح لِلتَّ ْغيِي ِْر
ُ ْثُبُو
“Menetapkan hukum atas masalah hukum yang kedua berdasarkan hukum yang
pertama karena tidak ditemukan dalil yang mengubahnya.”
2. Macam-macam Istishab
Istishab ada empat macam, yaitu :
1) Istishab al-‘Adam yaitu tidak adanya suatu hukum yang ditiadakan oleh akal
berdasarkan asalnya dan tidak pula ditetapkan oleh syara’. Contohnya : shalat yang
keenam itu tidak ada, diwajibkan sholat lima waktu alam sehari semalam. Akal
mengetahui bahwa shalat yang keenam itu hukumnya tidak wajib, meskipun syara’
tidak menegaskannya, karena tidak ada dalil yang mewajibkannya. Jadi manusia tidak
wajib melakukan sholat keenam dan berlaku sepanjang masa.
2) Istishab umum atau nash sampai datang dalil yang merubahnya berupa mukhasish
atau nasikh. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu suatu hukum tetap berlaku menurut
umumnya sampai ada yang meubahnya. Contohnya : dalam ayat al-Qur’an hukum
mawaris seorang anak mendapat bagian dari orang tuanya, hukum tersebut berlaku
umum untuk semua anak sampai datang dalil yang menghususkannya, yaitu hadits
Nabi Saw. yang artinya “pembunuh tidak mendapat bagian waris”. Jadi setiap anak
dapat warisan dari orang tuanya, namun apabila seorang anak setatusnya sebagai
pembunuh dia tidak berhak mendapat warisan dari orang tuanya.
3) Istishab hukum yang ditunjukkan oleh syara’ tetapnya dan kekalnya karena ada
sebabnya. Contohnya: seorang wanita menjadi halal bagi seorang laki-laki sebab
adanya akad nikah yang sah, dan hukum halal terus berlaku selama tidak ada hukum
yang merubahnya, misalnya talak, fasakh dan sebagainya.
4) Istishab keadaan ijma’ atas sesuatu hukum (untuk terus berlaku) pada tempat yang
diperselisihkan (khilaf). Contohnya: sebagian ulama mengatakan, bahwa orang shalat
dengan tayammum kemudian saat sedang shalat tiba-tiba dijumpainya air, maka
shalatnya batal. Berdalilkan istishab terhadap sahnya shalat dengan tayamum sebelum
melihat air. Hukum tersebut terus berlaku sampai ada dalil, bahwa melihat air
membatalkan shalat. Sedangkan masalah ini diperselisihkan diantara ulama. Menurut
sebagian ulama istishab seperti ini tidak dapat dijadikan hujjah dalam penetapan
hukum
1
3. Kedudukan Istishab Sebagai Sumber Hukum Islam
1). Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, Zhahiriyah dan Syi’ah dan sebagian
kecil dari Ulama Hanafiyah dan ulama Syiah.bahwa istishab bisa menjadi
pegangan dalam menentukan hukum sesuatu peristiwa yang belum ada
hukumnya, baik dalam Al-Qur’an, as-Sunnah, serta mutlak untuk menetapkan
hukum yang sudah ada, selama belum ada yang adil mengubahnya.
Dalil yang mereka jadikan alasan adalah Firman Allah dalam surat Yunus ayat 36
sebagai berikut:
2
KESIMPULAN
SARAN
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca
agar sekiranya dapat menjadi bahan perbaikan dalam pembuatan makalah
dikemudian hari.