83 286 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PEMETAAN TINGKAT KEBERLANJUTAN SISTEM

PENYEDIAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT DI


KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Hamda Ambri1, Junaidi2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: hamda.ambri@gmail.com
2
Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: junaidi.joe@gmail.com

ABSTRACT
Water is one of the basic human needs. Various government programs has been done to
overcome the clean water in the community, One of the program are the water supply and
sanitation community based (PAMSIMAS). Padang is one district/city receiving programs
since 2008 until 2015 and builds up water supply system community based in 86 location.
Based on observation that some researchers look water supply system is not working and
serves only. Hence needs to be done mapping the level of the sustainability of the
provision of water supply system community-based. The research was conducted in 86
locations. This study use of a combination of quantitative and qualitative approach.
Variables that were used in research consisting namely water sources, the selection of
technology, an investment of, the operation of, technique the management of institutions,
manager/operator, spareparts, the costs of surgery, and community participation. Data
from the survey results are then input into a sustainability model to see the water supply
system sustainability index. Of research in 86 location, known as many as 4 locations the
level of the sustainability of low, 36 locations the level of the sustainability of medium
and 46 the level of the sustainability of high.
Keywords : sustainability, water supply system, community based, index

ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Berbagai program pemerintah telah
dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan air bersih di masyarakat, salah satu program
tersebut adalah Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS). Kota Padang merupakan salah satu Kabupaten/Kota penerima program
sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 dan sudah membangun sistem penyediaan air
bersih berbasis masyarakat di 86 Lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terlihat
adanya beberapa sistem penyediaan air bersih yang tidak berfungsi dan berfungsi tidak
maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemetaan tingkat keberlanjutan sistem
penyediaan air bersih berbasis masyarakat. Penelitian ini dilakukan di 86 Lokasi.
Penelitian ini menggunakan metode kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri yaitu sumber air, pemilihan teknologi,
biaya investasi, teknik pengoperasian, pengelolaan lembaga, pengelola/operator, suku
cadang, biaya operasi, dan partisipasi masyarakat. Data dari hasil survai tersebut
kemudian dijadikan masukan ke dalam sebuah model keberlanjutan untuk melihat indeks
keberlanjutan sistem penyediaan air bersih. Dari hasil penelitian di 86 lokasi, diketahui

Ambri, H and Junaidi, J (2017) Pemetaan Tingkat Keberlanjutan Sistem Penyedian Air Bersih Berbasis
Masyarakat di Kota Padang Provinsi Sumatra Barat. In: Hidayat, B and Purnawan, P (Eds.) Prosiding 4th
Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017, 9 November 2017, Universitas Andalas, Padang.
Jurusan Teknik Sipil Unand, 269-278
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

sebanyak 4 lokasi tingkat keberlanjutannya rendah, 36 lokasi tingkat keberlanjutannya


sedang, dan 46 lokasi tingkat keberlanjutannya tinggi.
Kata Kunci : Keberlanjutan, sistem penyediaan air bersih, berbasis masyarakat, indeks

1. PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Mengingat pentingnya air ini,
negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif
(Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Dalam
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat disebutkan bahwa secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam
pembangunan air bersih dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat adalah
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan pelayanan air bersih dan
penyehatan lingkungan yang berkelanjutan (Bapenas, 2009).

Berbagai program pemerintah telah dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan air


bersih di masyarakat, salah satu program tersebut adalah Program Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Program PAMSIMAS I
(Tahun 2008- 2012) dan PAMSIMAS II (Tahun 2013-2015) telah berhasil
meningkatkan jumlah warga miskin perdesaan dan pinggiran kota (peri urban) yang
dapat mengakses pelayanan air bersih dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan
perilaku hidup bersih dan sehat disekitar 12.000 desa yang tersebar di 233
Kabupaten/Kota se Indonesia (Pedoman Umum Pengelolaan Program Pamsimas, 2016).

Kota Padang merupakan salah satu Kabupaten/Kota penerima program tersebut, sejak
tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 Kota Padang sudah membangun sistem
penyediaan air bersih berbasis masyarakat di 86 (delapan puluh enam) lokasi (Laporan
Konsultan ROMS 1 Kota Padang, 2016) . Berdasarkan hasil pengamatan penulis terlihat
adanya beberapa sistem penyediaan air bersih yang tidak berfungsi dan berfungsi tidak
maksimal di Kota Padang. Mengingat Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 tentang komitmen pemerintah dalam mencapai universal
acces pada akhir tahun 2019 dengan capaian target 100% akses air minum dan sanitasi
bagi seluruh penduduk Indonesia. maka untuk itu penulis tertarik untuk melakukan
pemetaan tingkat keberlanjutan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat sesuai
Model keberlanjutan Masduqi (2009), dan hasilnya dapat digunakan sebagai perumusan
kebijakan untuk mengembangkan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat di
Kota Padang.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Masduqi (2009). Melakukan penelitian tentang Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air


Bersih Perpipaan di Perdesaan. Penelitian ini yang berkaitan dengan keberlanjutan
sistem penyediaan air bersih yang hasilnya dapat memberikan kontribusi problem
solving pada pelaksanaan pembangunan air bersih perdesaan di masa yang akan datang.

270
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Penelitian dilakukan di 24 (dua puluh empat) desa di 9 (sembilan) kabupaten dalam


wilayah daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Desa-desa tersebut merupakan desa yang
memiliki sarana air bersih yang dikelola oleh masyarakat. Penelitian menggunakan
metoda penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan survei.
Survei bertujuan untuk mendapatkan data persepsi masyarakat pelanggan dan pengelola
air tentang aspek teknis,keuangan, sosial, dan institusi. Semua data dikuantifikasi dalam
rentang 0 sampai 1 agar dapat dianalisis dengan metoda statistik. Data tersebut
dikelompokkan ke dalam beberapa variabel, yaitu perencanaan, pengelolaan,
masyarakat, keandalan sistem dan keberlanjutan. Analisis data menggunakan metoda
structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
keberlanjutan dipengaruhi signifikan oleh variabel pemilihan/penerapan teknologi,
ketersediaan sumber air, biaya investasi, keberadaan dan kemampuan operator,
ketersediaan suku cadang, biaya operasi, teknik pengoperasian, partisipasi masyarakat,
dan pengelolaan lembaga. Penelitian ini juga menghasilkan model keberlanjutan yang
mampu memprediksi indeks keberlanjutan system penyediaan air bersih perpipaan di
perdesaan. Indeks keberlanjutan digunakan untuk menentukan tingkat keberlanjutan.
Tingkat keberlanjutan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keberlanjutan rendah (indeks
keberlanjutan lebih kecil dari 1,320), keberlanjutan sedang (indeks keberlanjutan =
1,320 – 1,914), dan keberlanjutan tinggi (indeks keberlanjutan lebih besar dari 1,914).

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Definisi Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik. kimia. biologi dan
radiologis(Ketentuan Umum Permerkes No. 416/Menkes/PER/IX//1990)

2.2.2 Sistem Pelayanan dan Pengaliran Air Bersih


Dalam pelayanan umum ini dikenal tiga sistem penyediaan air bersih (Noerbambang
dan Morimura, 1985), dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai
berikut:

Gambar 2. 1 Sistem Pelayanan Air Bersih

271
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Keterangan:
(a) jaringan transmisi 1. Intake
(b) Jaringan di stribusi 2. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
(c) Pelanggan 3. Reservoir

2.2.3 Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Bersih


Penyusunan kebijakan pelaksanaan pengelolaan air minum mempunyai (3) tiga
Pendekatan pengelolaan (S. Yudo, 2005) yaitu

1. Pengelolaan Berbasis Lembaga


Pengambil keputusan dalam manajemen tipe ini adalah lembaga. Lembaga ini
memegang kekuasaan tertinggi dalam perumusan rencana rancangan, operasi
dan pemeliharaan prasarana dan sarana serta pengelolaan pelayanannya. Apabila
ada lembaga lain yang melakukan satu atau dua dari aspek-aspek tersebut.
Lembaga ini dapat berkonsultasi dapat pula tidak dengan para pelanggannya,
dan hubungan dengan mereka semata-mata bersifat Komersil, pelanggan
membayar uang sebagai biaya penyambungan dan selanjutnya secara periodic
diwajibkan membayar biaya pelayanan. Contoh lembaga ini adalah Perusahaan
Daerah Air Minum

2. Pengelolaan Bersama Lembaga dan Masyarakat


Katagori tipe ini terjadi karena tumpang tindihnya cakupan wilayah masing-
masing pengelolaan lembaga dan pengelolaan oleh masyarakat. Pendekatan tipe
ini membuka peluang hibrida antara keduanya, dimana beberapa elemen dikelola
oleh lembaga sedangkan elemen lain oleh masyarakat pengguna. Kerjasama
pengelolaan didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak dengan tetap
mempertimbangkan aspek komersial, namun segala urusan didalamnya
sepenuhnya terserah kepada anggota masyarakat yang bersangkutan.

3. Pengelolaan Berbasis Masyarakat


Karakteristik yang paling menonjol dari pengelolaan tipe ini adalah bahwa
kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan atas seluruh aspek yang
menyangkut air minum berada di tangan anggota masyarakat, mulai dari tahap
awal identifikasi kebutuhan pelayanan air minum, perencanaan tingkat
pelayanan yang diinginkan, perencanaan teknis, pelaksanaan pembangunan,
hingga ke pengelolaan operasional. Dalam waktu tertentu selama proses
perkembangan mereka dapat memperoleh fasilitasi dari pihak luar, misalnya
informasi tentang berbagai alternatif teknologi dan bantuan teknis (misalnya
kontraktor, pengusaha, atau tenaga profesional), namun keputusan terakhir tetap
berada di tangan masyarakat itu sendiri.

2.2.4 Indeks Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih


Indeks keberlanjutan adalah angka yang menyatakan jumlah nilai dari tiga indikator
keberlanjutan, yaitu kepuasan pengguna, keuntungan finansial, dan kemungkinan
pengembangan sistem. Model Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih
(Masduqi,2009) digambarkan pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 digambarkan lagi
model persamaan matematika Indeks Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih.

272
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Indeks keberlanjutan dapat diperoleh dengan perhitungan menggunakan model


keberlanjutan (Masduqi,2009), yaitu menggunakan Persamaan (2.1) dan Persamaan
(2.2).

δ1 Sumber

δ2 Teknologi Perencanaan ρ1
Kuantitas ε1
δ3 Investasi
Keandalan Kontinyuitas ε2
δ4 Pengoperasian Kualitas ε3
Pengelolaan
δ5 Lembaga

δ6 ρ2
Operator Kepuasan ε4
δ7 Suku Cadang Dukungan
Keberlanjutan Keuntungan ε5

δ8 Biaya Operasi Pengembangan ε6

δ9 Partisipasi

Abc = Variabel laten (variabel yang tidak dapat diukur secara langsung)
Rst = Variabel manifest (variabel yang langsung dapat diukur/ Indikator)

δ8 = Kesalahan (Error)
= menunjukkan hubungan kausal

Gambar 2. 2 Model diagram yang menggambarkan pengaruh variabel dengan


keberlanjutan ( Masduqi, 2009)

δ1 X1 λ1
δ2 λ2 ξ1 ρ1
X2 γ1 Y1 ε1
λ3 λ10
δ3 X3 η1 λ11 Y2 ε2
γ2 λ12
δ4 X4 λ4 Y3 ε3
ξ2
δ5 X5 λ5 β1
γ3
δ6 X6 λ6 ρ2 ε4
λ13 Y4
δ7 X7 λ7 ξ3 η2 λ14 Y5 ε5
δ8 X8 λ8 γ4 λ15
Y6 ε6
δ9 X9
Gambar 2. 3 Model Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih dengan notasi
matematik (Masduqi, 2009)

273
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

…….2.1

……………………..2.2

Persamaan (2.1) dan Persamaan (2.2) diatas dapat diselesaikan dengan program
komputer MATLAB. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka klasifikasi
keberlanjutan ditentukan sebagai berikut:
 Keberlanjutan rendah, bila indeks keberlanjutan lebih kecil <1,320
 Keberlanjutan sedang, bila indeks keberlanjutan 1,320 – 1,914
 Keberlanjutan tinggi, bila indeks keberlanjutan lebih besar dari >1,914

Gambar 2.4 Tampilan input dan output program MATLAB

274
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei. Dikatakan demikian karena dalam
penelitian ini informasi dan data dikumpulkan melalui responden dengan menggunakan
kuesioner dan survei langsung ke lapangan untuk memperoleh data. Pendekatan studi
penelitian ini menggunakan metode kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan tersebut digunakan dalam penelitian ini karena melalui pendekatan tersebut
diharapkan akan didapat suatu kajian yang lebih mendalam tentang objek yang diteliti.
Kajian ini dilakukan melalui penganalisaan terhadap data primer dan sekunder yang
diperoleh dari survei, peninjauan langsung, data kuesioner. Penelitian berlangsung
mulai bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017.

Tabel 3. 1 Metode Evaluasi dan Pemberian Skor (Masduqi, 2009)


Variabel Evaluasi Score yang digunakan
Jumlah dan kontinyuitas air: Kapasitas sumber air melebihi kebutuhan 1,00
Dilakukan pengukuran debit air di sumber air Kap. sumber air sebanding dg. kebutuhan 0,75
Dilakukan penelusuran historis sumber air Kapasitas air mencukupi, kurang kontinyu 0,50
Dilakukan perhitungan kebutuhan air untuk Kapasitas air kurang dari kebutuhan 0,25
Sumber Air warga desa tidak ada sumber air 0,00
(X1) Kualitas air disumberair: Baik, layak konsumsi 1,00
Dilakukan pemeriksaan kualitas air 1 -3 parameter tidakmemenuhi BM 0,60
Lebih dari 3 parameter tidak memenuhi BM 0,30
Tidak layak, mengandung zat berbahaya 0,00
Score rata-rata
Berdasarkan kriteria perencanaan teknis: Sesuai 1,00
Pemilihan Dilakukan analisis terhadap kemungkinan Sedikit tidak sesuai 0,75
Teknologi penerapan teknologi di desa Banyak tidak sesuai 0,25
(X2) Dilakukan analisis secara teknis terhadap
Tidak ada yang sesuai 0,00
rancangan sistem yangakan dibangun
Sumber dana: Masyarakat 1,00
Dilakukan analisis terhadap kemungkinan Masyarakat, pemerintah, dan donor 0,75
sumber biayayang akan digunakan untuk Pemerintah dan donor 0,50
membangun fasilitas air bersih Donor 0,25
Biaya
Biaya tersedia dibandingkan biaya yg diperlukan: Tersedia, lebih 1,00
Investasi
Dilakukan perhitungan besarnya biaya yang Tersedia, cukup 0,75
(X3)
dibutuhkan untuk pembangunan Tersedia, belum cukup 0,50
Dilakukan analisis potensi biaya yang tersedia Tersedia, masih menunggu 0,25
Belum pasti 0,00
Score rata-rata
Kemungkinan frekuensi kerusakan prasarana Tidak pernah 1,00
Teknik
dan upaya perbaikan: Pernah, perbaikan cepat 0,75
Peng
Dilakukan perkiraan terhadap kemungkinan Pernah, perbaikan lambat 0,50
Operasi
kesulitan yang akan dihadapi oleh pengelola dan Sering, dapat perbaikan 0,25
An
masyarakat dalam mengoperasikan dan
(X4) Tidak bisa diperbaiki 0,00
memelihara fasilitas air bersih
Pelatihan kelembagaan: Ada pelatihan, banyak peminat 1,00
Dilakukan analisis terhadap minat masyarakat Ada pelatihan, sedikit peminat 0,75
(calon pengelola) untuk mengikuti pelatihan Ada pelatihan, tidak ada peminat 0,50
Penge Tidak ada 0,00
lolaan Penunjukan pengelola oleh: Masyarakat 1,00
Lembaga Dilakukan analisis terhadap rencana Pemerintah Desa 0,75
(X5) pembentukan lembaga yang akan mengelola Keinginan pengelola 0,50
fasilitasair bersih
Tidak ada 0,00
Score rata-rata
Penge Jumlah tenaga pengelola air bersih dari warga Banyak, sesuai kebutuhan 1,00
lola / setempat::
Dilakukan analisis terhadap kemampuan warga Terbatas, bersedia ikut pelatihan 0,75
Operator
(X6) desa secara teknis dan potensi untuk menjadi Terbatas 0,50

275
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Variabel Evaluasi Score yang digunakan


operator Tidak ada 0,00
Kemudahan dan kecepatan mendapatkan Mudah, cepat 1,00
sukucadang :
Suku Cadang Dilakukan analisis terhadap teknologi yang Tersedia, agak lambat 0,75
(X7) direncanakan berkaitan dengan ketersediaan
Tersedia di daerah lain 0,50
suku cadang bila terjadi kerusakan atau
penggantian Menunggu waktu yang lama 0,25
Sumber dana: Masyarakat 1,00
Dilakukan analisis terhadap kemungkinan Masyarakat, pemerintah, dan donor 0,75
sumber biaya yang akan digunakan untuk Pemerintah dan donor 0,50
membangun fasilitas air bersih
Donor 0,25
Biaya Biaya tersedia dibandingkan biaya yg diperlukan: Tersedia, lebih 1,00
Operasi Dilakukan perhitungan besarnya biaya yang
Tersedia, cukup 0,75
(X8) dibutuhkan untuk operasinal, pemeliharan,
pengembangan Tersedia, belum cukup 0,50
Dilakukan analisis potensi biaya yang tersedia Tersedia, masih menunggu 0,25
Belum pasti 0,00
Score rata-rata
Besarnya partisipasi masyarakat: Berpartisipasi pada semua tahap 1,00
Partisi Dilakukan analisis terhadap kesanggupan
Pasi Masyara Berpartisipasi pada sebagian tahap 0,75
masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kat perencanaan, pelaksanaan, dan pengoperasian Partisipasi kecil 0,50
(X9)
Tidak ada partisipasi 0,00
Perhitungan indeks keberlanjutan sistem penyediaan air bersih yang berbasis
masyarakat. Pada tahap ini, 9 (Sembilan) data variabel hasil analisa dan skoring
sebelumnya menjadi input model keberlanjutan sebagaimana dirumuskan dengan
persamaan (2.1) dan persamaan (2.2), diperoleh hasil output Indeks Keberlanjutan.
Berdasarkan nilai indeks keberlanjutan, diperoleh tiga kemungkinan tingkat
keberlanjutan, yaitu keberlanjutan tinggi, keberlanjutan sedang, dan keberlanjutan
rendah.

4. HASIL PENELITIAN

Setalah Kota Padang menerima Program PAMSIMAS I (Tahun 2008- 2012) dan
PAMSIMAS II (Tahun 2013-2015) telah berhasil membangun sistem penyediaan Air
Bersih berbasis masyakarat sebanyak 86 (delapan puluh enam) lokasi di Kota Padang.
Dengan opsi sistem penyediaan air bersih secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Opsi Sistem Penyediaan Air bersih


No. Opsi Sistem Penyediaan Air bersih Jumlah Lokasi Keterangan
1 Grafitasi Perpipaan 42
2 Pompanisasi Perpipaan 44
Jumlah 86
Sumber : Laporan Konsultan ROMS 1 Kota Padang, 2016

Tabel 4.2. Sumber Air Sistem Penyediaan Air bersih


No. Jenis Sumber Air Jumlah Lokasi Keterangan
1 Air Permukaan 42

276
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

No. Jenis Sumber Air Jumlah Lokasi Keterangan


2 Air Tanah Dangkal 44
Jumlah 86
Sumber : Laporan Konsultan ROMS 1 Kota Padang, 2016
Tabel 4.3. Keberfungsian Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih
No. Opsi SPAM Jumlah Lokasi Keterangan
1 Berfungsi Baik 68
2 Berfungsi Sebagian 13
3 Tidak berfungsi 5
Jumlah 86
Sumber : Hasil analisis, 2017

Setelah evaluasi dan skoring terhadap variabel-variabel keberlanjutan (Tabel 3. 1)


kemudian dilakukan perhitungan tingkat keberlanjutan sistem penyediaan air bersih
berbasis masyarakat dengan mengunakan aplikasi Matlab. Berdasarkan hasil
perhitungan Tingkat Keberlanjutan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat di
Kota Padang, yaitu

 Keberlanjutan tinggi, 46 lokasi


 Keberlanjutan sedang 36 lokasi
 Keberlanjutan rendah 4 lokasi

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Keberlanjutan Sistem penyediaan Air Bersih berbasis
Masyarakat

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pemetaan tingkat keberlanjutan sistem penyediaan air


bersih berbasis masyarakat di Kota Padang dapat disimpulkan :

Hasil perhitungan tingkat keberlanjutan sistem penyediaan air bersih berbasis


masyarakat didapatkan Keberlanjutan tinggi 46 lokasi, Keberlanjutan sedang 36 lokasi,

277
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Keberlanjutan rendah 4 lokasi. Atau Keberlanjutan tinggi 53%, Keberlanjutan sedang


42%, Keberlanjutan rendah 5%.

6. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Pedoman Umum


Pengelolaan Program Pamsimas (2016), Jakarta.
Kementerian Kesehatan (1990), Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas
Air, Jakarta.
Konsultan ROMS 1 Kota Padang (2016), Monthly Report Pamsimas II Kota Padang,
PT. Arkonin Engineering MP.
Masduqi, (2009). Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih Perpipaan di
Perdesaan, Desertasi Doktor, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100010039535/10032/masduqi-keberlanjutan-
sistem-penyediaan-air-bersih-perpipaan-di-perdesaan (diakses pada tanggal 9
September 2015)
Noerbambang S.M dan Morimura, Takeo, 1985. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, PT. Daimppon Gitakarya Printing.
Republik Indonesia, (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2019, Jakarta : Kementerian perencanaan pembangunan nasional/Badan
perencanaan pembangunan nasional.
Republik Indonesia (2004), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, Jakarta: Sekretariat Negara.
S. Yudo (2005), Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat Studi Kasus
Pembangunan Air Minum Di Desa Nelayan II Kabupaten Sungai Liat, Propinsi
Bangka-Belitung, Jurnal Air Indonesia BPPT, Vol. 1, No.2 2005.
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/40 (diakses pada tanggal 3
Desember 2015)

7. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ali Masduqi, ST., MT., Dr. untuk bantuan
dan dukungannya selama ini atas diskusi serta kiriman referensi terhadap penelitian
pemetaan tingkat keberlanjutan system penyediaan air bersih berbasis masyarakat di
Kota Padang ini.

278

You might also like